• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Jabon terhadap Sumber Benih dan Dosis Pupuk yang Berbeda pada Lahan Bekas Tambang Batubara di PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Pertumbuhan Jabon terhadap Sumber Benih dan Dosis Pupuk yang Berbeda pada Lahan Bekas Tambang Batubara di PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia kaya dengan bahan-bahan tambang, seperti minyak bumi, batubara, nikel, emas, timah, tembaga, dan lain-lain. Usaha penambangan ada yang berupa penambangan tertutup dan ada pula yang berupa penambangan terbuka. Pembukaan lahan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Tingkat erosivitas yang terjadi tinggi karena lahan yang terbuka telah menghilangkan vegetasi yang tumbuh di atasnya, serta vegetasi atau tumbuhan yang sukar tumbuh karena keadaan tanah yang rendah kandungan unsur hara dan mengandung racun bagi tumbuhan (Mansur 2010). Pada setiap areal bekas penambangan harus dilakukan kegiatan reklamasi/revegetasi lahan

Jabon (Anthocephalus cadamba) adalah salah satu jenis unggulan yang dapat dijadikan sebagai pohon pioner pada areal bekas tambang terbuka. Jabon jenis pohon yang cepat tumbuh dari famili Rubiaceae yang memiliki banyak kegunaan. Karena tergolong jenis pohon yang cepat tumbuh maka jabon memiliki daur lebih pendek, sehingga menguntungkan dari segi produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat. Jabon juga tergolong jenis pohon cahaya (light-demanding) dan cepat tumbuh pada usia yang masih muda. Pohon jabon dapat tumbuh tinggi mencapai 45 m dengan tinggi bebas cabang 30 m, serta dapat mencapai diameter 160 cm. Pohon jabon memiliki batang lurus dan silindris. Penanaman jabon mudah dikerjakan, mudah mendapatkan benih dalam jumlah yang banyak serta tidak ada hambatan dalam pengadaan bibit secara besar-besaran (Martawidjaya et al. 1981).

(2)

non kontruksi, maupun kayu gergajian sehingga permintaan akan bibit jabon dipasaran meningkat tajam, sementara penelitian tentang jabon masih terbatas.

1.2 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh pemupukan dan sumber benih terhadap pertumbuhan jabon di lahan bekas tambang.

2. Mendapatkan dosis pupuk yang tepat untuk pertumbuhan jabon pada lahan bekas tambang.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada perusahaan reklamasi tambang tentang teknik penanaman jabon.

2. Memberikan informasi sumber benih yang terbaik sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam upaya revegetasi areal bekas tambang.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jabon (Anthocephalus cadamba)

Jabon (A. cadamba) merupakan jenis pohon cepat tumbuh dengan nama dagang Kadam. Jenis A. cadamba ini memiliki sinonim dengan A. chinensis Lamk. dan A. indicus A. Rich. Jabon merupakan pohon yang dapat mencapai tinggi sampai 45 meter, mempunyai batang yang lurus dan silindris dengan batang bebas cabang lebih dari 25 meter. Diameter batang dapat mencapai 100−160 cm, batang berbanir dengan tinggi banir hingga 2 meter dan lebar sampai 60 cm. Selain itu jabon tergolong jenis tanaman yang cepat tumbuh denga riap

(pertumbuhan) diameter 7−10 cm per tahun dan riap tinggi 3−6 cm per tahun (Mansur 2010).

Jabon memiliki daun yang saling berhadapan, tumpul, kira-kira duduk hingga bertangkai. Bentuk daun bulat telur hingga lonjong dengan ukuran panjang

15−50 cm dan lebar 8−25 cm. Bagian pangkal berbentuk agak menyerupai jantung, bagian ujung lancip (Sutisna et al. 1998). Pada pohon muda yang diberi pupuk kadang-kadang lebih besar ukurannya, di bagian pangkal agak berbentuk jantung dan lancip di ujungnya. Penumpu antar tangkai berbentuk segitiga sempit dan mudah rontok. Perkembangbiakan jabon dimungkinkan dengan regenerasi alam dari biji, dengan semai yang ditumbuhkan di tempat pembibitan, dengan tunggul, stek batang dan stek pucuk.

2.2 Deskripsi jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)

2.2.1 Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasinya, jabon digolongkan sebagai berikut: Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)

Genus : Anthocephalus

(4)

Nama lokal dari A. cadamba yang berasal dari beberapa negara antara lain Burma: (Mau-lettan-she, Mau, Yemau, Maukadon); Inggris: (Common bur-flower, New guinea labula); Filipina: (Kaatoan bangkal); India: (Kadam, rudruk-shamba, Bale, Kolaaiyila, Vanji, Attutek, Kadamba); Indonesia: (Kelempajan); Malaysia: (Kalempayan, Kelampo, Kelepayan); Thailand: (Krathum, Nakhon si tham arrat, Sukhothai, Chantanaburi, Takoo); Vietnam: (C[aa]y, Tom, G[as]o); Laos: (Sino-tibet, Sako, Koo-somz, Sa mai kho) (Anonim 2011).

2.2.2 Sebaran Alami

Penyebaran jabon di Indonesia secara alami terjadi di hutan hujan dataran rendah tropis yang selalu hijau (Mulyana et al. 2010). Sebaran alami jabon sebagian besar terletak di Jawa Barat dan Jawa Timur, seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya. Jenis ini dapat tumbuh pada kondisi lahan marginal, namun dengan drainase yang cukup baik. Jenis ini tumbuh di hutan primer dan banyak terdapat di hutan sekunder. Anakan berasal dari biji, banyak dijumpai di tanah-tanah terbuka seperti tanah bekas traktor. Jenis ini menyukai tanah liat atau tanah berpasir yang kering atau selalu basah, selain itu juga jenis ini tahan terhadap kekeringan (LBN 1980).

Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1980) jabon dapat tumbuh mulai dari dataran rendah pinggir laut sampai ke daerah pengunungan rendah dengan

ketinggian 0−1.000 m dpl, di Jawa pada umumnya jabon tumbuh di bawah 1.000 m dpl. Jabon dapat tumbuh pada tanah dengan drainase cukup baik, seperti pada tanah-tanah yang periodik kering atau selalu basah yang secara tidak teratur tergenang air dan mengering. Tumbuhan jabon yang masih muda, perakarannya dapat tahan terhadap kekurangan zat asam (O2) selama 27 hari. Jabon pada

umumnya tumbuh di tanah aluvial rendah di pinggir sungai dan daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Jabon juga dapat tumbuh dengan baik di tanah liat, tanah lempung podsolik coklat, tanah tuft halus atau tanah berbatu yang tidak sarang.

(5)

jabon baik ditanam untuk mengeringkan tanah-tanah yang basah (Direktorat Jenderal Kehutanan 1980).

2.2.3 Budidaya

Dalam perbanyakan bibit dan untuk memenuhi permintaan bibit yang dibutuhkan, jabon dapat diperbanyak dengan cara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan vegetatif dapat digunakan pada bagian pucuk maupun batang jabon. Sedangkan untuk cara generatif atau dengan mengecambahkan bijinya. Tanaman jabon berbuah setahun sekali saat musim berbunganya, yakni pada bulan

Januari−Juni dan akan masak pada bulan Maret−Juni dengan jumlah buah majemuk 33 buah per kg. Buah jabon berbentuk bulat dengan ukuran 4,5−6 cm, memiliki ruang-ruang biji yang sangat banyak layaknya buah majemuk seperti keulewih/nangka yang berukuran kecil dengan bagian tengah padat dikelilingi oleh ruang-ruang biji. Setiap ruang biji berisi banyak biji. Ukuran biji jabon kecil sekali. Jumlah biji kering per kg sekitar 26.182.000 biji dan per liter sekitar 23.707. 000 (Mansur 2010).

Benih jabon tergolong benih ortodok. Dimana benih yang telah dikeringkan dapat bertahan selama satu tahun (Mulyana et al. 2010). Tanaman jabon dengan perbanyakan cara vegetatif terutama pada stek pucuk maupun stek batang merupakan cara yang paling cepat untuk menghasilkan individu baru dibandingkan dengan menggunakan benih. Jika benih yang digunakan merupakan kualitas terbaik dan memilih media yang tepat maka waktu yang dibutuhkan

untuk berkecambah sekitar 10−15 hari. Bila pertumbuhannya tidak terganggu dan pemeliharaan yang tepat, tanaman jabon dapat dipanen pada umur lima tahun dengan diameter batang utama di atas 30 cm, sedangkan pada jabon yang ditebang pada umur 10 tahun diameter dapat mencapai 50 cm (Mulayana et al. 2010).

2.2.4 Manfaat Jabon

(6)

pembungkus, mainan anak-anak, pulp dan kertas, kelompen dan kontsruksi darurat yang ringan. Kayunya mudah dibuat venir tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut kupas 92º untuk tebal 1,5 mm. Perekatan venir kayu jabon dengan urea-formaldehida menghasilkan kayu lapis yang memenuhi persyaratan standard Indonesia, Jepang, dan Jerman (Martawijaya et al. 1989).

Jabon ditanam sebagai ornamen dan pohon penaung. Dapat juga digunakan untuk reforestasi dan aforestasi (Soerianegara dan Lemmens 1994). Kayu ringan, digunakan untuk papan, peti, tripleks, korek api (Tantra 1980). Saat ini jabon marak dikembangkan untuk dijadikan sebagai bahan baku industri plywood atau kayu lapis. Kulit kayu yang telah kering berguna untuk mengobati demam dan sebagai obat kuat, ekstraksi dari daun digunakan untuk obat kumur, daun muda dapat juga dijadikan sebagai makanan ternak (fodder), getah kuning dari kulit akar dapat digunakan sebagai bahan celupan untuk barang kerajinan tangan (Kapisa dan Sapulata 1994).

2.2.5 Penanaman

Sistem penanaman jabon ada beberapa macam yaitu tumpangsari, cemplongan dan jalur yang pemilihannya ditentukan oleh ketersediaan biaya, tenaga kerja, keadaan tanah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya (Direktorat Jenderal Kehutanan 1980). Pada sistem penanaman tumpangsari, dapat menanam tanaman pangan (palawija) yang berumur semusim diantara tanaman pokok dan tanaman sela. Cara cemplongan tanaman pokok ditanam pada lubang piringan didalam larikan yang sudah disiapkan, pembersihan lapangan hanya terbatas pada piringan tanaman masing-masing lubang tanam. Cara cemplongan diterapkan pada lapangan yang ditumbuhi rumput-rumput dengan tinggi rata-rata 50 cm. Penanaman dengan sistem jalur yaitu membuat tanaman pada sistem jalur, pelaksanaannya sama seperti sistem cemplongan hanya saja pada sistem jalur pembersihan lapangan dilakukan sepanjang larikan.

(7)

untuk investasi sebaiknya dilakukan pada tanah yang subur dan drainase yang baik. Jarak tanam 3 x 2 m atau 5 x 5 m tergantung tujuan penanaman, murni atau tumpang sari. Lubang tanam 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm tergantung kondisi tanah (Direktorat Jenderal Kehutanan 1980).

2.2.6 Pemeliharaan

Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1980) kegiatan pemeliharaan yang dapat dilakukan adalah penyiangan dan penyulaman, tujuannya untuk membebaskan tanaman pokok dari tumbuhan semak belukar, rumput, tanaman menjalar yang melilit, dan tumbuhan pengganggu lain sehingga memberikan kesempatan kepada tanaman pokok untuk tumbuh dengan baik dan dapat terbebaskan dari persaingan terutama persaingan tajuk. Penyulaman adalah kegiatan mengganti bibit atau tanaman yang telah mati dengan bibit atau tanaman yang berada dipersemaian. Kegiatan penyulaman dilakukan dalam musim hujan.

Penyiangan dilakukan 3−4 kali dalam satu tahun dengan membersihkan secara jalur. Penjarangan dilakukan jika tajuk telah bersentuhan secara rapat.

2.2.7 Hama dan Penyakit

Intensitas serangan dan kerugian yang diakibatkan dari serangan hama pada tanaman jabon lebih mendominasi dibandingkan dengan serangan patogen. Tanaman muda biasa dimakan binatang liar seperti rusa dan banteng. Serangga dan jamur Gloeosporium anrhocephali Desm and Mont. menyerang daun yang menyebabkan defoliasi dan mati pucuk. Selain itu terdapat beberapa serangga yang menyerang jabon tanaman muda di antaranya ulat grayak, kutu putih dan kutu daun (Mulyana et al. 2010).

Jenis hama dan penyakit yang telah menyerang jabon antara lain serangga Arthroschista hilalaris, Jamur Scytalidium lignicola ditemukan pada cabang hidup dari A. cadamba (Anonim 2011).

2.3 Pemupukan

(8)

unsur-unsur tersebut berpengaruh pada efisiensi pemberian pupuk. Faktor-faktor yang mempengarui efektivitas pemupukan antara lain kondisi tanah, karakter tanaman dan tingkat pertumbuhannya, jenis dan harga produk, dosis pupuk serta waktu dan cara penempatan pupuk. Cara pemupukan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu pemberian pupuk dengan cara dibenamkan didalam tanah. Cara tersebut lebih efektif dan efisien, karena dapat menghindari kehilangan hara akibat tercuci atau menguap. Arti luas pemupukan adalah penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah misalnya pemberian pasir dalam tanah liat, penambahan bahan mineral pada tanah organik, pengapuran dan sebagainya (Hardjowigeno 2007).

Dalam proses pertumbuhannya pohon memerlukan unsur hara. Unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak disebut unsur hara makro yaitu nitrogen (N), fosfor (F), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit disebut hara mikro yaitu besi (Fe), tembaga (Cu), klor (Cl), mangan (Mn), boron (B), seng (Zn) dan molibdenum (Mo). Pemupukan dilakukan apabila terjadi defisiensi hara pada pohon karena tumbuh pada tanah yang kritis, siklus nutrisi kurang baik, adanya pencucian oleh air hujan, tidak adanya cendawan mikoriza atau rhizobium. Waktu pemberian pupuk sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan pohon seperti pupuk diberikan beberapa saat setelah penanaman, setelah penanaman sampai penutupan kanopi dan menunjukkan tanda-tanda defisiensi, saat awal

penjarangan, dan 3−10 tahun sebelum rotasi tebang (Budi et al. 2004).

Menurut Novizan (2002) pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatif adalah dosis pupuk yang digunakan sedangkan persyaratan kualitatif paling tidak meliputi yaitu:

1. Unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang ada;

2. Waktu dan tempat pemupukan harus tepat;

3. Unsur hara yang diberikan berada pada waktu yang tepat untuk dapat digunakan oleh tanaman;

(9)

2.3.1 Pupuk NPK

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau tiga unsur hara primer. Jika unsur hara makro primer (N,P,K), unsur hara makro sekunder (Mg,Ca,S), dan dilengkapi dengan unsur mikro, pupuk tersebut dikategorikan sebagai pupuk majemuk lengkap.

1. Nitrogen (N)

Menurut Lewakabessy et al. (2003) nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat dan ion amonium. Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Nitrogen yang ada di dalam tanah dapat hilang karena terjadinya penguapan, pencucian oleh air, atau terbawa bersama tanaman pada saat panen. Fungsi nitrogen di dalam tanah antara lain, merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri, berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya mengakibatkan pertumbuhan lambat, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati (Dwidjoseputro 1984).

2. Fosfor (P)

(10)

3. Kalium (K)

Menurut Lewakabessy et al. (2003) persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal yaitu pencucian kalium oleh air, pengaambilan kalium oleh tanaman dan erosi tanah. Kalium berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air, meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit. Gejala tanaman yang kekurangan unsur K adalah batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat. Ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.

2.4 Pertambangan

Pertambangan merupakan proses pemindahan timbunan tanah penutup (over burden) seperti topsoil, subsoil, batuan dan lainnya yang di dalamnya terdapat simpanan mineral yang dapat dipindahkan (Maryani 2007). Secara fisik, dampak kegiatan penambangan menimbulkan dampak perubahan rona dan kondisi lahan bekas penambangan, seperti struktur lapisan tanah rusak, permukaan lahan tidak beraturan, adanya hubungan-hubungan dan sebagainya.

Hilangnya vegetasi di permukaan disertai kerusakan struktur lapisan tanah merupakan faktor pendorong meningkatnya erosi yang berakibat hilangnya tanah humus, sehingga tanah menjadi tandus, sedangkan terbentuknya lubang bekas galian serta timbunan tanah penutup (over burden) antara lain menyebabkan turunnya nilai estetika (Maryani 2007). Penambangan mempunyai potensi untuk meninggalkan kerusakan pada bentang alam, bila tidak dikelola dengan baik.

2.5 Batubara

(11)

Menurut Sukandarrumidi (2006), komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, dimana keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini dikarenakan batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses pembatubaraan (coalification). Di dalam mempelajari cara terbentukya batubara dikenal 2 teori, yaitu teori insitu dan teori drift (Krevelen 1993 dalam Sukandarrumidi 2006). Teori insitu menjelaskan tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat terjadinya proses coalification dan sama pula dengan tempat dimana tumbuhan tersebut berkembang. Sedangkan teori drift menjelaskan bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat terbentuknya batubara berbeda dengan tempat tumbuhan semula berkembang kemudian mati.

Menurut Sukandarrumidi (2006), batubara dipergunakan sebagai sumber energi pada pembangkit listrik dan digunakan sebagai sumber energi pada berbagai industri kecil maupun industri besar. Selain itu limbah batubara dapat digunakan dalam pembuatan briket batubara, media semai tanaman dan pupuk organik. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah dan akibat terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah; sumber hara N, P, belerang, unsur mikro, dan lain-lain; menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (KTK menjadi tinggi); sumber energi bagi mikroorganisme (Hardjowigeno 1995). Fitzpatrick (1986) menyatakan bahwa bahan organik sangat penting dan bernilai terutama dalam pengolahan tanah. Keuntungan bahan organik terhadap tanah yaitu memperbaiki stabilitas tekstur dan struktur, meningkatkan daya tahan terhadap air dan menurunkan daya racun Al.

2.6 Reklamasi Lahan Pasca Tambang

(12)
(13)

BAB III

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di areal reklamasi PT Kaltim Prima Coal (PT. KPC), khususnya bagian Reclamation di Department Environmental kawasan Tango Delta. PT Kaltim Prima Coal beroperasi dalam wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) J2/JiDu/16/82 dengan batas

geografis 117º 27’ 7.40”−117º 40’ 43.40” BT dan 0º 31’ 20.52”−0º 52’ 4.60” LU,

termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

Gambar 1 Lokasi PT KPC, Sangatta, Kalimantan Timur (laporan keberlanjutan PT KPC tahun 2010)

3.2 Iklim dan Curah Hujan

Berdasarkan klasifikasi Schmid dan Ferguson, daerah tambang Sangatta termasuk kategori tipe iklim B, yaitu iklim basah dengan kelembaban relatif

berkisar antara 63%−100%.

Daerah Sangatta memiiki iklim dengan curah hujan yang relatif tinggi. Data

curah hujan rata-rata daerah Sangatta dan sekitarnya untuk tahun 2012

(Januari−April) dapat dilihat pada Gambar 2, dengan nilai rata-rata 204,9

(14)

pertambangan PT KPC tercatat pada 3 stasiun meteorologi, yaitu Laboratorium Environtment Sangatta, Bandara Tanjung Bara dan Pit Bendili yang memberikan data pengamatan yang meliputi suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara, serta arah dan kecepatan angin.

Gambar 2 Curah hujan rata-rata per bulan di PT. KPC tahun 2012 (Departemen Enviroment PT. KPC)

3.3 Tata Guna Lahan

Penyediaan lahan untuk kegiatan penambangan sangat penting. Apabila

lahan tidak dapat disediakan sesuai waktunya, maka kegiatan tambang akan

terhambat. Proses pembebasan tanah untuk pertambangan dilakukan dengan

musyawarah dan mufakat dengan mengikuti SOP (Standard Operating

Procedures) pembebasan lahan. Dalam proses pembebasan lahan, PT KPC selalu

menawarkan berbagai solusi agar tidak ada pihak yang dirugikan, sehingga

pembebasan lahan dapat memberikan nilai tambah ekonomi dan sosial kepada

para pemilik lahan.

3.4 Flora dan fauna

Prosedur pengelolaan keanekaragaman hayati telah disusun untuk menjamin flora dan fauna pada daerah rencana penambangan lima tahun ke depan sebagai dasar pengembangan jenis bibit di kebun pembibitan “nursery” dan pengembangan arboretum. Arboretum ini telah dikembangkan sejak 2006 di suatu daerah reklamasi bekas tambang di D2 surya dengan luas 22 ha. Sementara itu,

0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0

C

u

rah

h

u

jan

(15)
(16)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perusahaan Tambang Batubara PT KPC (Kaltim Prima Coal) khususnya Pit J Swampy bagian Reclamation Department Environmental, Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu dimulai pada bulan Februari sampai dengan April 2012.

4.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah polibag, kertas label, tali raffia, pita, karung dan bibit jabon yang berumur 5 bulan yang berasal dari dua sumber benih yang berbeda. Untuk sumber benih yang pertama berasal dari Malang (Jawa Timur) dan sumber benih yang kedua berasal dari Sangatta (Kalimantan Timur). Sedangkan pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK dengan perbandingan 20:20:20, kompos, alcosorb, cocopeat, dan pupuk organik. Sedangkan alat yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain cangkul, timbangan, alat tulis, patok, kamera digital, dan kalkulator.

4.3 Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu : 4.3.1 Survei lapangan

Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan sehingga mempermudah dalam penentuan layout dan pelaksanaan penelitian.

(17)

4.3.2 Persiapan bibit jabon

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah, kompos, pupuk dan cocopeat dengan perbandingan 2:1:1:1 (v/v/v/v). Tanah, kompos, pupuk dan cocopeat kemudian dicampur dan dimasukkan dalam polibag berukuran 12 x 18 x 0,4 cm.

Kecambah yang disapih adalah kecambah yang telah berumur ± 6 minggu sejak penaburan benih. Semai jabon dimasukkan ke dalam polibag yang telah berisi media sapih. Pencabutan semai dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar. Sebelum semai dicabut, media pengecambahan disiram terlebih dahulu, agar mempermudah semai di cabut. Saat pencabutan, media pengecambahan diusahakan terbawa agar akar tetap utuh dan tidak rusak.

Penanaman dalam polibag dengan cara melubangi tanah ± 3 cm dengan ranting lalu menanam semai dalam lubang tersebut hingga bagian akar terbenam, kemudian dilakukan penyiraman secara hati-hati agar semai tidak roboh. Setelah disapih semai jabon ditempatkan terlebih dahulu di tempat yang teduh, tujuannya agar tanaman beradaptasi sebelum diletakkan di rumah kaca. Seluruh semai jabon diletakkan di dalam rumah kaca selama tiga bulan. Penyiraman benih jabon dilakukan 2 kali sehari yaitu di pagi dan sore hari.

Bibit jabon yang telah berumur 5 bulan sudah bisa ditanam di lapangan, sebelum ditanam ke lapangan, terlebih dahulu diletakkan ditempat terbuka selama

3−4 hari agar bibit tersebut dapat menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Bibit jabon yang digunakan memiliki tinggi yang hampir sama kurang lebih 30 cm.

4.3.3 Pemasangan ajir

Pemasangan ajir dilakukan untuk menentukan posisi lubang tanam, ajir yang terbuat dari bambu yang berukuran 1,5 m dipasang pada jarak 3 x 6 m, pengukuran jarak ajir dilakukan dengan menggunakan meteran, ajir ditancapkan pada titik yang telah ditetapkan dan dilakukan pemasangan pita berwarna biru dan orange untuk membedakan sumber benih.

(18)

4.3.4 Pembuatan lubang tanam

Pembuatan lubang tanam dilakukan disebelah kanan ajir yang telah diletakkan, dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm, kemudian pupuk dicampur dengan tanah galian kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan dosis yang telah ditentukan.

4.3.5 Penanaman jabon

Penanaman dilakukan dengan bibit dimasukkan pada posisi di tengah-tengah lubang dengan kondisi tanaman telah dibuka polibagnya dan dibenamkan dengan tanah bekas galian hingga mencapai leher akar, kemudian tanah tersebut dipadatkan. Kegiatan ini dilakukan untuk sumber bibit yang berasal dari Malang begitu pula dengan bibit yang berasal dari Sangatta, dengan jarak tanam yang digunakan 3 x 6 m, sehingga dibutuhkan tanaman jabon sebanyak 480 tanaman.

4.3.6 Pengamatan parameter pertumbuhan jabon dan pengumpulan data Parameter yang diamati antara lain:

1. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan menggunakan meteran yang panjangnya 150 cm. Tinggi tanaman diukur dari 5 cm di atas permukaan tanah hingga pucuk tanaman.

2. Diameter tanaman

Pengukuran diameter tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan menggunakan kaliper. Diameter tanaman diukur pada batang dengan jarak 10 cm di atas permukaan tanah.

3. Pertambahan jumlah helai daun

Perhitungan pertambahan jumlah helai daun dilakukan dengan cara manual pada masing-masing tanaman dengan selang waktu 2 minggu sekali.

4. Diameter tajuk pada setiap tanaman

(19)

4.4 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor yang digunakan adalah sumber benih dengan 2 taraf dan dosis pemupukan dengan 5 taraf dan 3 kali ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 16 tanaman. Faktor-faktor dalam penelitian ini adalah sumber benih yang terdiri dari :

A1 = Malang A2 = Sangatta

dan faktor dosis pemupukan, yang terdiri dari:

B1 = Kompos 1 kg, pupuk organik 0,25 kg, NPK mutiara anorganik 0 g B2 = Kompos 1 kg, pupuk organik 0,25 kg, NPK mutiara anorganik 15 g B3 = Kompos 1 kg, pupuk organik 0,25 kg, NPK mutiara anorganik 25 g B4 = Kompos 1 kg, pupuk organik 0,25 kg, NPK mutiara anorganik 35 g B5 = Kompos 1 kg, pupuk organik 0,25 kg, NPK mutiara anorganik 50 g

Dari beberapa faktor di atas, maka bentuk rumus umum yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yijk = μij + + βj + ( β)ij + ∑ ijk Dimana:

Yijk : nilai respon pada faktor sumber benih ke-i dan faktor dosis pupuk ke-j dan ulangan k

μij : rataan umum pengaruh sumber benih ke-i dan dosis pupuk ke-j : pengaruh sumber benih ke-i

βj : pengaruh dosis pupuk ke-j

( β)ij : pengaruh interaksi antara sumber benih ke-i dan dosis pupuk ke-j

∑ ijk : pengaruh faktor acak pada unit percobaan dengan sumber benih ke-i, dosis pupuk ke-j dan ulangan ke-k

(20)

4.5 Analisis Data

Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan Microsoft Office Excel dan software SAS. Sidik ragam dengan uji F terhadap variabel yang diamati dilakukan dengan mengetahui pengaruh interaksi antara berbagai perlakuan yang diberikan, dengan hipotesis sebagai berikut:

Pengaruh utama faktor

Ho : Pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jabon H1: Paling sedikit ada 1 dimana τi ≠ 0

Untuk pengambilan keputusan dari hipotesis yang diuji adalah: F hitung ≤ F tabel; Terima Ho

F hitung > F tabel; Tolak Ho

(21)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Parameter yang diukur dan diamati pada penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah helai daun, serta diameter tajuk tanaman jabon.

5.1.1 Pertumbuhan tinggi tanaman jabon

Pertumbuhan tinggi diukur dua minggu sekali. Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter pertumbuhan tinggi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter peningkatan tinggi jabon setiap dua minggu

Faktor

0 2

Minggu ke-

4 6 8

Sumber Benih * * * * *

Dosis tn tn tn tn tn

S.Benih x Dosis tn tn * tn tn

* = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 %

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa sumber benih berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi. Perlakuan dengan menggunakan dosis tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jabon. Faktor interaksi antara sumber benih dengan dosis hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada M4, dan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi pada M0, M2, M6 dan M8. Untuk mengetahui sumber benih dan interaksi pada M4 yang terbaik dilakukan uji Duncan yang disajikan pada Gambar 5 dan 6.

(22)

yang hampir sama antar dosis tersebut. Tetapi interaksi yang terjadi antara dosis dengan sumber benih yang berasal dari Malang dan Sangatta memiliki nilai yang berbeda. Interaksi sumber benih dari Malang dengan dosis lebih baik dari interaksi sumber benih Sangatta dengan dosis.

Gambar 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh sumber benih terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jabon

Gambar 6 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi sumber benih dan dosis pada minggu keempat terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jabon (A= sumber benih; B= dosis pupuk)

0 10 20 30 40 50 60

1 2 3 4 5

P er tu m b u h an tin g g i (cm ) Minggu ke- Malang Sangatta

0 4 6 8

0 10 20 30 40 50 60 P er tu m b u h an tin g g i (cm ) Perlakuan a a a a

b b b b

b

(23)

Gambar 7 Pertumbuhan tinggi jabon pada setiap dua minggu (A= sumber benih; B= dosis pupuk)

Gambar 7 menunjukkan pertumbuhan tinggi setiap pengamatan pada tanaman jabon. Pengamatan pertumbuhan tinggi dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 10 minggu (6 kali pengukuran). Berikut disajikan rekapitulasi pertumbuhan parameter tinggi jabon terhadap selisih pertumbuhan akhir dengan awal pada Tabel 2.

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter tinggi pengamatan akhir- awal

Faktor Selisih Pengamatan Akhir-Awal

Sumber Benih tn

Dosis tn

S.Benih x Dosis tn

tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 %

Tabel 2 di atas menujukkan tidak ada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi jabon dengan menggunakan selisih pertumbuhan akhir-awal, baik itu pada sumber benih maupun terhadap dosis dan interaksi sumber benih dengan dosis. Gambar 8 menunjukkan perbandingan tinggi antara tanaman jabon pada pemupukan awal dengan tanaman jabon setelah pemupukan selama 8 minggu pada umur bibit 5 bulan.

0 10 20 30 40 50 60 70

1 2 3 4 5

P er tu m b u h an tin g g i (cm ) Minggu ke-

A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5

A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5

(24)

Gambar 8 Tinggi tanaman jabon pemupukan awal (a), dan tinggi tegakan jabon setelah penanaman (b)

5.1.2 Diameter tanaman jabon

Parameter pertumbuhan yang kedua adalah pertumbuhan diameter tanaman jabon. Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan diameter tanaman jabon pada setiap pengamatan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter peningkatan diameter jabon setiap dua minggu

Faktor

0 2

Minggu ke-

4 6 8

Sumber Benih tn tn tn tn tn

Dosis tn * tn tn tn

S.Benih x Dosis tn tn tn tn tn

* = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 %

Dari Tabel 3 di atas diperoleh hasil bahwa faktor dosis pada M2 memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan diameter tanaman jabon, sedangkan dosis pada M0, M4, M6 dan M8 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter jabon. Faktor sumber benih dan interaksi sumber benih dengan dosis tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter tanaman jabon. Untuk mengetahui dosis pada M2 yang terbaik dilakukan uji Duncan yang disajikan pada Gambar 9.

(25)

Gambar 9 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada minggu kedua terhadap pertumbuhan diameter tanaman jabon

Hasil uji Duncan yang disajikan dalam bentuk diagram batang pada Gambar 9 dapat dilihat dosis pemupukan 15 g memiliki perbedaan nilai dengan dosis 0 g, 25 g, 35 g, 50 g dan memberikan nilai yang terbesar dibandingkan dengan dosis yang lainnya. Pemaparan data deskriptif pertumbuhan diameter tanaman jabon pada setiap pengamatan disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Pertumbuhan diameter jabon pada setiap dua minggu (A= sumber benih; B= dosis pupuk)

0,54 0,55 0,56 0,57 0,58 0,59 0,6 0,61

0 15 25 35 50

P er tu m b u h an d iam eter ( cm ) Dosis pupuk ab a b

b b

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

1 2 3 4 5

P er tu m b u h an d iam eter ( cm ) Minggu ke-

A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5

A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5

(26)

Gambar 10 menunjukkan pertumbuhan diameter setiap pengamatan pada tanaman jabon. Berikut disajikan rekapitulasi pertumbuhan parameter diameter jabon terhadap selisih pertumbuhan akhir dengan awal pada Tabel 4.

Tabel 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter diameter pengamatan akhir - awal

Faktor Selisih Pengamatan Akhir-Awal

Sumber Benih tn

Dosis tn

S.Benih x Dosis tn

tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 %

Tabel 4 di atas menujukkan tidak ada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter jabon dengan menggunakan selisih pertumbuhan akhir-awal, baik itu pada sumber benih maupun terhadap dosis dan interaksi sumber benih dengan dosis. Gambar 11 menunjukkan pengukuran diameter batang dilakukan menggunakan kaliper dan diukur 10 cm di atas permukaan tanah. Cara pengukurannya dapat dilihat pada gambar 11 serta pertumbuhan diameter batang pada minggu ke-8.

Gambar 11 Pengukuran diameter batang (a) dan pertumbuhan diameter

jabon pada minggu ke-8 (b) 5.1.3 Jumlah daun tanaman jabon

Kemudian parameter ukur pertumbuhan yang ketiga adalah pertumbuhan jumlah daun. Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan jumlah daun tanaman jabon pada setiap pengamatan disajikan pada Tabel 5.

(27)

Tabel 5 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter peningkatan jumlah daun jabon setiap dua minggu

Faktor

0 2

Minggu ke-

4 6 8

Sumber benih tn * * * *

Dosis tn tn tn tn tn

S.Benih x Dosis tn tn tn tn tn

* = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 %

Dari Tabel 5 di atas diperoleh hasil bahwa faktor sumber benih memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan jumlah daun pada M2 sampai M8, sedangkan M0 tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman jabon. Faktor dosis dan interaksi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan jumlah daun. Untuk mengetahui sumber benih yang terbaik terhadap pertumbuhan jumlah daun pada M2-M8 dilakukan uji Duncan yang disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Hasil uji Duncan pengaruh sumber benih terhadap pertumbuhan jumlah daun pada minggu kedua sampai kedelapan tanaman jabon

Hasil uji Duncan yang disajikan dalam bentuk diagram batang pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa bibit yang berasal dari sumber benih Malang pertumbuhan jumlah daun lebih besar dibandingkan dengan bibit yang berasal dari Sangatta memiliki jumlah daun 25, sedangkan yang terkecil memiliki jumlah daun 6. Pemaparan data deskriptif pertumbuhan jumlah daun tanaman jabon setiap pengamatan disajikan pada Gambar 13.

0 5 10 15 20 25 30

1 2 3 4

P er tu m b u h an Diam eter ( cm ) Minggu ke-

2 4 6 8

Malang

(28)

Gambar 13 Pertumbuhan jumlah daun jabon pada setiap dua minggu (A= sumber benih; B= dosis pupuk)

Gambar 13 menunjukkan pertumbuhan jumlah daun setiap pengamatan pada tanaman jabon. Berikut disajikan rekapitulasi pertumbuhan parameter diameter jabon terhadap selisih pertumbuhan akhir dengan awal pada Tabel 6.

Tabel 6 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter jumlah daun pengamatan akhir - awal

Faktor Selisih Pengamatan Akhir-Awal

Sumber Benih *

Dosis tn

S.Benih x Dosis tn

* = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 %

Tabel 6 di atas menujukkan faktor sumber benih memiliki pengaruh nyata dengan menggunakan selisih pertumbuhan akhir-awal terhadap pertumbuhan jumlah daun dan tidak ada pengaruh yang nyata terhadap dosis dan interaksi sumber benih dengan dosis. Untuk melihat sumber benih yang terbaik disajikan pada Gambar 14.

0 5 10 15 20 25 30 35

1 2 3 4 5

P er tu m b u h an J u m lah Dau n Minggu ke-

A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5

A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5

(29)

Gambar 14 Hasil uji Duncan pengaruh sumber benih terhadap pertumbuhan jumlah daun terhadap selisih akhir dengan awal tanaman jabon

Gambar 14 menunjukkan sumber benih yang terbaik adalah sumber benih yang berasal dari Malang dengan jumlah daun 19 dan yang terkecil dari Sangatta dengan jumlah daun 8. Gambar 15 menunjukkan pertumbuhan jumlah daun minggu ke-4 dan jumlah dauun minggu ke-8, dari gambar terlihat sekali peningkatan pertumbuhan jabon.

Gambar 15 Pertumbuhan jumlah daun minggu ke 4 (a), pertumbuhan

jumlah daun minggu ke-8 (b)

5.1.4 Diameter tajuk tanaman jabon

Kemudian parameter ukur pertumbuhan yang terakhir adalah pertumbuhan diameter tajuk. Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter pertumbuhan diameter tajuk tanaman jabon pada setiap pengamatan disajikan pada Tabel 4.

0 5 10 15 20

Malang Sangatta

P

ertumbuha

n J

uml

ah

Da

un

Sumber Benih a

b

(30)
[image:30.595.106.511.86.781.2]

Tabel 7 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter peningkatan diameter tajuk jabon setiap dua minggu

Faktor

0 2

Minggu ke-

4 6 8

Sumber benih tn tn * tn tn

Dosis tn tn tn tn tn

S.Benih x Dosis tn tn tn tn tn

* = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 %

Dari Tabel 7 di atas diperoleh hasil bahwa faktor sumber benih yang memberikan pengaruh nyata terdapat pada M4 sedangkan M0, M2, M6, dan M8 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter tajuk. Faktor dosis dan interaksi sumber benih dengan dosis tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter tajuk. Untuk mengetahui sumber benih yang terbaik pada P3 dilakukan uji Duncan yang disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16 Hasil uji Duncan pengaruh sumber benih terhadap pertumbuhan diameter tajuk pada pengamatan ketiga tanaman jabon

Hasil uji Duncan yang disajikan dalam bentuk diagram batang pada Gambar 16 dapat dilihat bahwa bibit yang berasal sumber benih dari Malang lebih besar dibandingkan bibit yang berasal dari Sangatta, memiliki diameter tajuk 33,9 cm dan sumber benih yang terkecil 29,8 cm. Pemaparan data deskriptif pertumbuhan diameter tajuk tanaman jabon setiap pengamatan disajikan pada Gambar 17.

(31)

Gambar 17 Pertumbuhan diameter tajuk jabon pada setiap dua minggu (A= sumber benih; B= dosis pupuk)

Gambar 17 menunjukkan pertumbuhan jumlah daun setiap pengamatan pada tanaman jabon. Berikut disajikan rekapitulasi pertumbuhan parameter diameter jabon terhadap selisih pertumbuhan akhir dengan awal pada Tabel 8.

Tabel 8 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter diameter tajuk pengamatan akhir-awal

Faktor Selisih Pengamatan Akhir-Awal

Sumber Benih tn

Dosis tn

S.Benih x Dosis tn

tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 %

Tabel 8 di atas menujukkan tidak ada faktor yang memilik pengaruh yang nyata terhadap sumber benih, dosis dan interaksi sumber benih dengan dosis. Gambar 18 menunjukkan pertumbuhan diameter tajuk pada minggu ke-4 dengan minggu ke-7. 0 10 20 30 40 50 60 70

1 2 3 4 5

P er tu m b u h an d iam eter taj u k ( cm ) Minggu ke-

A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5

A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5

[image:31.595.103.510.76.812.2] [image:31.595.121.506.93.294.2]
(32)
[image:32.595.130.510.85.242.2]

Gambar 18 Pertumbuhan diameter tajuk minggu ke-4 (a), pertumbuhan diameter tajuk minggu ke-7 (b)

5.1.6 Presentase hidup

Presentase hidup merupakan indikator tanaman pada tingkat ketahanan terhadap kondisi lahan kritis. Rekapitulasi hasil persentase hidup tanaman jabon pada tiap perlakuan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Rekapitulasi hasil persen hidup tanaman selama 10 minggu

Perlakuan Jumlah Persen hidup tanaman

M2 M4 M6 M8 M10

A1B1 48 100,0 100,0 100,0 97,9 95,8

A1B2 48 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

A1B3 48 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

A1B4 48 100,0 97,9 93,8 93,8 93,8

A1B5 48 100,0 97,9 97,3 95,8 95,8

A2B1 48 100,0 100,0 100,0 95,8 95,8

A2B2 48 100,0 100,0 100,0 97,9 95,8

A2B3 48 100,0 100,0 93,8 91,6 89,5

A2B4 48 100,0 95,8 89,5 85,4 85,4

A2B5 48 100,0 93,8 79,1 75,0 75,0

Tabel 9 di atas dapat diartikan bahwa 2 perlakuan tanaman jabon yang mempunyai ketahanan hidup 100% yaitu interaksi sumber benih Malang dengan dosis 15 g dan 25 g, karena dari pengamatan di lapangan tidak ada terjadinya kematian. Perlakuan yang memiliki ketahanan hidup yang sangat kecil yaitu interaksi sumber benih Sangatta dengan dosis 50 g karena memiliki kematian terbanyak yaitu 12 tanaman jabon.

(33)

5.1.7 Kondisi tanah

[image:33.595.94.510.249.426.2]

Pengambilan contoh tanah pada lokasi penelitian dilakukan pada awal penanaman jabon. Contoh tanah dianalisis di Laboratorium Seameo Biotrop dengan parameter uji antara lain pH tanah, C organik, N total, rasio C/N, P tersedia, K dan KTK tanah. Hasil analisis beberapa sifat kimia tanah asli di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Beberapa sifat kimia tanah pada tanah asli lokasi penelitian di lapangan

No Parameter uji Satuan Sample tanah Kriteria

(Hardjowigeno 1995)

1 pH 4,90 Masam

2 C Organik % 0,35 Sangat rendah

3 N Total % 0,05 Sangat rendah

4 Rasio C/N 7,00 Rendah

5 P tersedia Ppm 7,08 Sangat rendah

6 K emol/kg 0,15 Rendah

7

7 KTK emol/kg 8,92 Rendah

8 Al3+ me/100g 4,68 Sangat tinggi

9 Fe2O3 Total % 2,28 Rendah

10 Sufida Total Ppm 228,46 Rendah

5.2 Pembahasan

Penelitian ini adalah penelitian pertama tentang pertumbuhan jabon dengan membedakan dosis pemupukan yang dilakukan pada lahan bekas tambang di PT. KPC. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan dari jumlah dan dimensi tanaman/pohon, baik diameter, maupun tinggi yang terdapat pada suatu tanaman. Pertumbuhan panjang atau tinggi merupakan pertumbuhan primer (initial growth). Pertumbuhan panjang setiap harinya akan mengalami perubahan.

(34)

50 g. Selain pupuk NPK penanaman jabon juga diberikan kompos dan bahan organik dengan perbandingan 1:4 (w/w). Pada penanaman ini juga diberikan alcosorb untuk penyediaan air bagi tanaman jabon pada saat kekeringan, karena pada lahan bekas tambang kondisi kekeringan umumnya terjadi akibat dari bukaan lahan yang sangat besar sehingga persediaan air di dalam tanah berkurang. Sumber benih adalah suatu tegakan hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman yang ditunjuk atau dibangun khusus untuk dikelola guna memproduksi benih bermutu. Tegakan benih teridentifikasi merupakan tegakan alam atau tanaman dengan kualitas rata-rata yang digunakan untuk menghasilkan benih dan lokasinya dapat teridentifikasi dengan tepat dan tergolong kelas II. Tegakan benih provenan adalah tegakan yang dibangun dari benih yang provenannya telah teruji dan diketahui keunggulannya dan tergolong kelas V.

Jumlah tanaman jabon yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 480 tanaman yang terdiri dari 240 tanaman dari sumber benih Malang dan 240 tanaman dari sumber benih Sangatta. Tujuan membedakan 2 sumber benih ini untuk mengetahui sumber benih yang mana yang memiliki pertumbuhan yang baik pada lahan bekas tambang.

Pupuk NPK mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur nitrogen (N) bagi tanaman berguna untuk membantu proses pembentukan klorofil, fotosintesis, protein, lemak, dan persenyawaan organik lainnya. Volume nitrogen di udara sekitar 78%. Unsur fosfor (P) sangat berguna untuk pembentukan akar tanaman, bahan dasar protein, memperkuat batang tanaman serta membantu asimilasi dan respirasi, unsur kalium (K) berguna untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, serta membentuk antibodi tanaman melawan penyakit dan kekeringan. Selain itu, untuk mengatur berbagai fungsi fisiologi tanaman seperti menjaga kondisi air di dalam sel dan jaringan, mengatur turgor, menutup stomata, mengatur akumulasi dan translokasi karbohidrat yang baru terbentuk .

(35)

delapan, dan pada minggu ke-4 terhadap interaksi sumber benih dengan dosis parameter ini juga memiliki pengaruh yang nyata. Faktor dosis tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi jabon. Parameter pertumbuhan diameter berpengaruh nyata terhadap dosis pada minggu ke-2 dan tidak berpengaruh nyata terhadap dosis pada minggu 0, 4, 6, dan 8. Faktor sumber benih dan interaksi sumber benih dengan dosis tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter jabon. Parameter pertumbuhan jumlah daun memiliki pengaruh yang nyata terhadap sumber benih pada minggu dua sampai minggu ke-4, dan tidak berpengaruh nyata terhadap minggu nol.

Faktor dosis serta interaksi sumber benih dengan dosis pada pertumbuhan jumlah daun tanaman jabon tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman jabon. Parameter diameter tajuk memiliki pengaruh nyata terhadap sumber benih hanya pada minggu ke-2 saja sedangkan minggu 0, 4, 6, dan 8 tidak berpengaruh nyata dan pada diameter tajuk dosis serta interaksi sumber benih dengan dosis tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tajuk jabon. Berdasarkan kelima dosis pupuk NPK yang diberikan pada sumber benih Malang dan Sangatta, dosis yang paling bagus dalam membantu pertumbuhan tanaman jabon yaitu pupuk NPK dengan dosis 50 g (B5), serta sumber benih yang terbaik berasal dari Malang karena sumber benih dari malang merupakan sumber benih yang berasal dari kelas sumber benih V sedangkan Sangatta kelas sumber benih II. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal air, tanah, dan mineral, kelembaban, udara, suhu udara, cahaya dengan sebagainya.

(36)

parameter tersebut hasilnya hampir sama sehingga pada taraf uji 0,05 tidak berpengaruh nyata.

Nilai persentase tumbuh tanaman jabon pada setiap perlakuan menunjukkan ada 2 perlakuan yang memiliki persen tumbuh 100% dan beberapa perlakuan lainnya memiliki persen tumbuh berkisar 85,41%−97,91% sehingga dapat dikatakan memiliki persen tumbuh yang baik. Serta 1 perlakuan memiliki persen tumbuh 75%. Dari semua perlakuan tanaman jabon masih dapat hidup pada lahan yang kritis seperti pada lahan bekas tambang karena persen tumbuh tidak kurang dari 50%.

Sifat kimia tanah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa kimia dan terjadi didalam maupun diatas permukaan tanah sehingga akan menentukan sifat dan ciri tanah yang terbentuk dan berkembang setelah peristiwa kimia tersebut. Variabel yang termasuk dalam sifat kimia tanah adalah pH tanah, ketersediaan unsur hara makro dan kapasitas tukar kation (KTK). Pada penelitian ini unsur yang diamati adalah pH, C, N total, P tersedia, dan K serta unsur Al3+, Fe2O3 dan sulfida total. Menurut Hardjowigeno (2003) unsur C, N, P dan K

merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman. Hasil uji unsur-unsur tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, contoh tanah asli diambil pada lokasi penelitian menunjukkan parameter yang diukur memiliki nilai kandungan unsur yang rendah, sangat rendah dan unsur Al3+ sangat tinggi.

Unsur kimia tanah yang diamati adalah pH, C, N total, P tersedia, dan K serta Fe2O3, Al3+ dan sulfida total. Unsur C, N, P, dan K merupakan unsur hara

makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman. Kadar pH (H2O) tanah

(37)

hara mudah diserap akar tanaman pada pH netral, karena pada pH netral unsur hara mudah larut dalam air.

Testur tanah yang didapatkan dari uji laboratorium adalah lempung liat berpasir dan mempunyai nilai KTK sebesar 8,92 emol/kg. Nilai KTK tersebut berarti tanah mempunyai kemampuan rendah untuk mengikat unsur-unsur hara. Seperti nilai C organik, N total, P tersedia dan K dalam tanah sangat rendah. Soepardi (1983) menyatakan bahwa tekstur dan KTK merupakan variabel yang saling berkaitan. Apabila tekstur tanah semakin kasar maka nilai KTK semakin rendah dan semakin rendah juga kemampuan tanah untuk menjerat unsur-unsur hara.

(38)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Bibit dengan sumber benih berasal dari Malang dengan dosis pupuk NPK 50 g memberikan hasil terbaik.

2. Sumber benih dari Malang lebih baik dari pada sumber benih yang berasal dari Sangatta.

6.2 Saran

(39)

i

RESPON PERTUMBUHAN JABON TERHADAP

SUMBER BENIH DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA

PADA DAERAH BEKAS TAMBANG BATUBARA

DI PT KALTIM PRIMA COAL, SANGATTA,

KALIMANTAN TIMUR

SAFRIATI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(40)

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim].h2011. Anthocephalusfcadamba. [terhubung berkala]. http://www. agroforestry.net [15 Februari 2012].

[BRIK] Badan Revitaliasi Industri Kehutanan. 2003. Kelompok rimba campuran/kelompok komersial dua. [terhubung berkala]. http://brikonline. com [21 Januari 2009].

Budi SW, Mansur I, Siregar IZ. 2004. Diktat Silvikultur. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Darajat. 2009. Genesa batubara. [terhubung berkala]. http://blog.unsri.ac.id/ darajat/batubara/genesa batubara/mrdetail/246.com [13 Oktober 2011]. [DIRJEN] Direktorat Jenderal Kehutanan, Departeman Kehutanan. 1980.

Pedoman Pembuatan Tanaman. Jakarta: Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi.

Dwidjoseputro. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT.Gramedia. Fitzpatrick EA. 1986. An Introduction to Soil Science. Volume ke-2. New York:

Pergamon.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Kapisa N, Sapulata E. 1994. Informasi teknik tanaman jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Buletin Penelitian Kehutanan 10(3):183-196.

Kartosudjono W. 1994. Lingkungan pertambangan dan reklamasi, Direktorat Pertambangan Umum. Jakarta: Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia.

[LBN] Lembaga Biologi Nasional. 1980. Kayu Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Leiwakabessy FM, Suwarno, Wahjudi UM. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor:

Fakultas Pertanian IPB.

Mansur I, Tuheteru FD. 2010. Kayu Jabon. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mansur I. 2010. Teknik Silvikultur untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Bogor: Seameo Biotrop.

(41)

Maryani IS. 2007. Dampak penambangan pasir pada lahan hutan alam terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Mulyana D, Asmarahman C, Fahmi I. 2010. Bertanam Jabon : Investasi Kayu yang Cepat dan Menguntungkan. Jakarta : Agro Media Pustaka.

Narendra BH, Multikaningsih E. 2006. Pengaruh penanaman beberapa jenis legum terhadap kondisi tanah pada areal bekas penambangan batu apung. Info Hutan 3(3):173-180.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: Agromedia.

Pollard JF. 1969. A Note on the Nursery Threatment of Two Spesies in Sabah. Volume ke-32. Sabah: Forest Departement.

Pratiwi. 2003. Prospek pohon jabon untuk pengembangan hutan tanaman. Buletin Penelitian Kehutanan 4(2):62-66.

Sapulete E, Kapisa N. 1994. Informasi teknis tanaman jabon. Buletin Penelitian Kehutanan 10(2):183-196.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB.

Soerianegara I, Lemmens RHMJ. 1994. Plant Resources of South-East Asia 5. Bogor: Prosea.

Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan pemanfaatannya, Pengantar Teknologi Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(42)

i

RESPON PERTUMBUHAN JABON TERHADAP

SUMBER BENIH DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA

PADA DAERAH BEKAS TAMBANG BATUBARA

DI PT KALTIM PRIMA COAL, SANGATTA,

KALIMANTAN TIMUR

SAFRIATI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(43)

RESPON PERTUMBUHAN JABON TERHADAP

SUMBER BENIH DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA

PADA DAERAH BEKAS TAMBANG BATUBARA

DI PT KALTIM PRIMA COAL, SANGATTA,

KALIMANTAN TIMUR

SAFRIATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(44)

RINGKASAN

SAFRIATI. Respon Pertumbuhan Jabon terhadap Sumber Benih dan Dosis Pupuk yang Berbeda pada Lahan Bekas Tambang Batubara di PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur. Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR.

Kegiatan eksploitasi tambang yang mencakup kegiatan pembukaan lahan, pengikisan lapisan tanah atas, pengerukan dan penimbunan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Dampak dari kegiatan penambangan dapat berupa terbukanya lapisan tajuk hutan dan tanah, erosi tanah, sedimentasi, menurunnya tingkat kesuburan dan stabilitas lahan, rusaknya habitat satwa liar, dan tercemarnya lingkungan bagi manusia, hilangnya keanekaragaman species tumbuhan, erosi yang dapat mencemarkan perairan, dan perubahan drastis iklim mikro akibat hilangnya fungsi hutan tersebut. Pada setiap areal bekas penambangan harus dilakukan kegiatan reklamasi/revegetasi lahan.

Jabon adalah salah satu jenis unggulan lokal yang dapat dijadikan sebagai pohon pioner pada areal bekas tambang terbuka. Jabon merupakan jenis pohon yang cepat tumbuh dari famili Rubiaceae yang memiliki banyak kegunaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan dan sumber benih terhadap pertumbuhan jabon di areal bekas tambang dan mendapatkan dosis pupuk yang tepat untuk pertumbuhan jabon pada areal bekas tambang. Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan pemupukan terbaik yaitu pemupkan mnggunakan pupuk NPK anorganik dengan dosis 50 g. Sumber benih yang berasal dari Malang lebih unggul dibandingkan dengan sumber benih yang berasal dari Sangatta.

(45)

SUMMARY

SAFRIATI. Response of growth Jabon against the seed sources and dose Fertilizer on ex-coal mining land in PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, East Kalimantan . Supervised by IRDIKA MANSUR.

The activities of mining exploitation included scraped activity of top soil, dredging and hoarding could result negative impact for environment. The impact of mining activity could open forest canopy layer, soil erosion, sedimentation, decreasing fertility and stability land, destroy habitats for wildlife, and water environment pollution and significant change of micro climate due to loss of forest function. In every area of ex-mining land is neccesary to do the activities of land reclamation.

Jabon is one type of local seeds which could be made as pioner trees in ex-mining land. Jabon is a fast growing species of Rubiaceae family that has many uses.The research is aimed to measure the influence of fertilizing and seed source on the growth of jabon in ex-mining land and obtain optimal dose of fertilizer that is appropriate for growth of jabon. Based on the research, the best fertilizing treatment is fertilizing using 50 g NPK anorganic. Seed from Malang is more superior compared with Sangatta source of seeds.

(46)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Respon Pertumbuhan Jabon terhadap Sumber Benih dan Dosis Pupuk yang Berbeda pada Lahan Bekas

Tambang Batubara di PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur” adalah

benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Safriati

(47)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan Jabon terhadap Sumber Benih dan Dosis Pupuk yang Berbeda pada Lahan Bekas Tambang Batubara di

PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur Nama : Safriati

NIM : E44080069

Menyetujui: Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Irdika Mansur, M. For. Sc NIP. 1966 0523 199002 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP 19601024 198403 1 009

(48)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang telah memberikan pengetahuan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dari Institut Pertanian Bogor.

Skripsi berjudul “Respon Pertumbuhan Jabon terhadap Sumber Benih dan Dosis Pupuk yang Berbeda pada Lahan Bekas Tambang Batubara di PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur”. Skripsi disusun berdasarkan hasil penelitian di PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur mulai tanggal 13 Februari sampai dengan tanggal 5 Mei 2012.

Penulis berharap, semoga hasil-hasil yang telah dituangkan dalam skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pelaku reklamasi bekas tambang dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penelitian selanjutnya.

Bogor, Juni 2012

(49)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada :

1. Dr. Ir. Irdika Mansur, M. For. Sc. selaku dosen pembimbing, yang telah berkenanmemberikan nasehat, arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Ayah, mama, kakak, adik dan keluarga terkasih atas semua dukungan dan kasih sayang yang diberikan baik moril, materil dan spiritual yang selalu mengalir kepada penulis.

3. Calon suami yang telah memberikan semangat, motivasi serta pengertiannya kepada penulis

4. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan di Departemen Silvikultur dan Fakultas Kehutanan yang memberikan bantuan dan dukungan selama ini kepada penulis.

5. Pihak Direksi dan segenap staf PT KPC yang menerima penulis untuk melakukan penelitian tugas akhir.

6. Teman-teman seperjuangan Ida, Sabti, Ari, Mimi, Qory, Lita, Mayun, Erik Umar, Dien, dan seluruh teman-teman silvikultur 45 atas segala hal yang telah diberikan kepada penulis.

7. Teman-teman satu bimbingan Pak Irdika (Evi, Rian dan Novi), terimakasih atas kebersamaan dan kebaikan-kebaikan yang diberikan kepada penulis. 8. Teman-teman Asrama Putri Aceh Pocut Baren atas dukungan, semangat,

pengertian dan pengalaman yang berharga.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi, yang tidak dapat penilis sebutkan satu persatu.

(50)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Meulaboh, Aceh Barat pada tanggal 26 Agustus 1990 sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan H. Musa dan Hj. Nurkamaliah. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Wira Bangsa Meulaboh dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) IPB. Penulis diterima di Mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai Ikatan Mahasiwa Tanah Rencong sebagai staff Olahraga Seni Budaya pada tahun 2008-2009. Pada tahun 2009-2010, penulis menjadi delegasi IPB mengikuti lomba MTQ tingkat Nasional di Aceh. 2010-2011 penulis aktif sebagai panitia OH mahasiswa baru di IPB, penulis aktif di Himpunan Profesi Silvikultur Tree Grower Community sebagai anggota Project Division.

Dalam ranah akademis, penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) diPapandayan - Sancang Timur (2010), Praktek Pengolahan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi (2011), serta Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT KPC Sangatta, Kalimantan Timur (2012).

(51)

x

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR ... xiii BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1 1.2Tujuan ... 2 1.3Manfaat ... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Jabon (Anthocephalus cadamba) ... 3 2.2Deskripsi Jabon (Anthocephalus cadamba) ... 3 2.3Pemupukan ... 8 2.4Pertambangan ... 10 2.5Batubara ... 10 2.6Reklamasi Lahan Pasca Tambang ... 12 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1Lokasi ... 13 3.2Iklim dan Curah Hujan... 13 3.3Tata Guna Lahan ... 14 3.4Flora dan Fauna... 14 BAB IV METODE PENELITIAN

4.1Waktu dan Tempat Penelitian ... 16 4.2Bahan dan Alat Penelitian ... 16 4.3Metode Penelitian ... 16 4.4Rancangan Percobaan ... 19 4.5Analisis Data ... 20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian ... 21 5.2Pembahasan ... 33 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(52)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter tinggi pada setiap

dua minggu (M) ... 21 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter tinggi pengamatan

awal-akhir... 23 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter diameter pada setiap

dua minggu (M)... 24 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter diameter pengamatan

awal-akhir... 26 5 Rekapituasi hasil sidik ragam parameter jumlah daun pada setiap

dua minggu (M)... 27 6 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter jumlah daun pengamatan

awal-akhir... 28 7 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter diameter tajuk pada setiap

dua minggu (M) ... 30 8 Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter diameter tajuk pengamatan

akhir-awal... 31 9 Rekapitulasi hasil persen hidup tanaman selama 10 minggu.... 32

10 Beberapa sifat kimia tanah pada tanah asli lokasi penelitian

(53)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Lokasi PT KPC, Sangatta, Kalimantan Timur ... 13 2 Curah hujan rata-rata per bula di PT KPC. Tahun 2012... ... 14 3 Kondisi lahan penelitian... ... 16 4 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh sumber benih terhadap

pertumbuhan tinggi tanaman jabon ... 22 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi sumber benih

dan dosis pada minggu keempat terhadap pertumbuhan tinggi

tanaman jabon ... 22 6 Pertumbuhan tinggi jabon pada setiap dua minggu ... 23 7 Tinggi tanaman jabon pemupukan awal (a), dan tinggi

tegakan jabonsetelah penanaman ... 24 8 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada minggu kedua terhadap

pertumbuhan diameter tanaman jabon ... 25 9 Pertumbuhan diameter jabon pada setiap dua minggu ... 25 10 Pengukuran Diameter batang (a) dan pertumbuhan diameter

jabon pada minggu ke-8 (b)... ... 26 11 Hasil uji Duncan pengaruh sumber benih terhadap pertumbuhan

jumlah daun pada minggu kedua sampai keempat ... . 27 12 Pertumbuhan jumlah daun jabon pada setiap dua minggu ... . 28 13 Hasil uji Duncan pengaruh sumber benih terhadap pertumbuhan

jumlah daun terhadap selisish akhir dengan awal tanaman jabon ... . 29 14 Pertumbuhan jumlah daun minggu ke-4 (a), pertumbuhan jumlah

daun minggu ke-8 (b)... 29 15 Hasil uji Duncan pengaruh sumber benih terhadap pertumbuhan

diameter tajuk pada pengamatan ketiga tanaman jabon ... .. 30 16 Pertumbuhan diameter tajuk jabon pada setiap dua minggu ... .. 31 17 Pertumbuhan diamater tajuk minggu ke-4 (a), pertumbuhan

(54)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia kaya dengan bahan-bahan tambang, seperti minyak bumi, batubara, nikel, emas, timah, tembaga, dan lain-lain. Usaha penambangan ada yang berupa penambangan tertutup dan ada pula yang berupa penambangan terbuka. Pembukaan lahan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Tingkat erosivitas yang terjadi tinggi karena lahan yang terbuka telah menghilangkan vegetasi yang tumbuh di atasnya, serta vegetasi atau tumbuhan yang sukar tumbuh karena keadaan tanah yang rendah kandungan unsur hara dan mengandung racun bagi tumbuhan (Mansur 2010). Pada setiap areal bekas penambangan harus dilakukan kegiatan reklamasi/revegetasi lahan

Jabon (Anthocephalus cadamba) adalah salah satu jenis unggulan yang dapat dijadikan sebagai pohon pioner pada areal bekas tambang terbuka. Jabon jenis pohon yang cepat tumbuh dari famili Rubiaceae yang memiliki banyak kegunaan. Karena tergolong jenis pohon yang cepat tumbuh maka jabon memiliki daur lebih pendek, sehingga menguntungkan dari segi produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat. Jabon juga tergolong jenis pohon cahaya (light-demanding) dan cepat tumbuh pada usia yang masih muda. Pohon jabon dapat tumbuh tinggi mencapai 45 m dengan tinggi bebas cabang 30 m, serta dapat mencapai diameter 160 cm. Pohon jabon memiliki batang lurus dan silindris. Penanaman jabon mudah dikerjakan, mudah mendapatkan benih dalam jumlah yang banyak serta tidak ada hambatan dalam pengadaan bibit secara besar-besaran (Martawidjaya et al. 1981).

(55)

non kontruksi, maupun kayu gergajian sehingga permintaan akan bibit jabon dipasaran meningkat tajam, sementara penelitian tentang jabon masih terbatas.

1.2 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh pemupukan dan sumber benih terhadap pertumbuhan jabon di lahan bekas tambang.

2. Mendapatkan dosis pupuk yang tepat untuk pertumbuhan jabon pada lahan bekas tambang.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada perusahaan reklamasi tambang tentang teknik penanaman jabon.

2. Memberikan informasi sumber benih yang terbaik sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam upaya revegetasi areal bekas tambang.

(56)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jabon (Anthocephalus cadamba)

Jabon (A. cadamba) merupakan jenis pohon cepat tumbuh dengan nama dagang Kadam. Jenis A. cadamba ini memiliki sinonim dengan A. chinensis Lamk. dan A. indicus A. Rich. Jabon merupakan pohon yang dapat mencapai tinggi sampai 45 meter, mempunyai batang yang lurus dan silindris dengan batang bebas cabang lebih dari 25 meter. Diameter batang dapat mencapai 100−160 cm, batang berbanir dengan tinggi banir hingga 2 meter dan lebar sampai 60 cm. Selain itu jabon tergolong jenis tanaman yang cepat tumbuh denga riap

(pertumbuhan) diameter 7−10 cm per tahun dan riap tinggi 3−6 cm per tahun (Mansur 2010).

Jabon memiliki daun yang saling berhadapan, tumpul, kira-kira duduk hingga bertangkai. Bentuk daun bulat telur hingga lonjong dengan ukuran panjang

15−50 cm

Gambar

Gambar 2  Curah hujan rata-rata per bulan di PT. KPC tahun 2012
Gambar 5  Hasil uji lanjut Duncan pengaruh sumber benih terhadap
Gambar 7  Pertumbuhan tinggi jabon pada setiap dua minggu
Gambar 8  Tinggi tanaman jabon pemupukan awal (a), dan tinggi tegakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain kelebihan pembelajaran tematik yang dipaparkan oleh Majid seperti diatas, Trianto (dalam Prastowo,2013:141) juga menjabarkan kelebihan pembelajaran tematik

Dari riset diatas menimpa implementasi pembelajaran kepribadian Peduli sosial dalam pendidikan IPS pada mahasiswa prodi Pendidikan IPS STKIP Al Maksum Langkat ditemukanlah

Peran media massa dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat, menurut Ashadi sangat dipengaruhi oleh hubungan media massa itu sendiri dengan negara.. Ashadi

Mayoritas mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UIN Alauddin Makassar memiliki persepsi baik terhadap IPE dengan persentase 92,3% dan tidak ada nilai persepsi yang

Dalam suatu penelitian ini peneliti membatasi masalah yang diteliti, yaitu pada aplikasi pengamanan pengiriman email enkripsi dan dekripsi pesan dengan algoritma

Jaminan bebas cacat mutu ini berlaku sampai dengan 12 (dua belas) bulan setelah serah terima Barang atau jangka waktu lain yang ditetapkan dalam SSKK. PPK akan

Hasil analisis dari hasil penelitian di mana Masyarakat lebih melihat dari segi kualitas dan sarana dan prasarana sekolah di mana sesuatu yang bisa di lihat dengan

LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Lusi Harianti NIM : 14530056 Fakultas : Dakwah Dan Komunikasi Program Studi : Jurnalistik Judul Skripsi :