• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.6 Presentase hidup

Presentase hidup merupakan indikator tanaman pada tingkat ketahanan terhadap kondisi lahan kritis. Rekapitulasi hasil persentase hidup tanaman jabon pada tiap perlakuan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Rekapitulasi hasil persen hidup tanaman selama 10 minggu

Perlakuan Jumlah Persen hidup tanaman

M2 M4 M6 M8 M10 A1B1 48 100,0 100,0 100,0 97,9 95,8 A1B2 48 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 A1B3 48 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 A1B4 48 100,0 97,9 93,8 93,8 93,8 A1B5 48 100,0 97,9 97,3 95,8 95,8 A2B1 48 100,0 100,0 100,0 95,8 95,8 A2B2 48 100,0 100,0 100,0 97,9 95,8 A2B3 48 100,0 100,0 93,8 91,6 89,5 A2B4 48 100,0 95,8 89,5 85,4 85,4 A2B5 48 100,0 93,8 79,1 75,0 75,0

Tabel 9 di atas dapat diartikan bahwa 2 perlakuan tanaman jabon yang mempunyai ketahanan hidup 100% yaitu interaksi sumber benih Malang dengan dosis 15 g dan 25 g, karena dari pengamatan di lapangan tidak ada terjadinya kematian. Perlakuan yang memiliki ketahanan hidup yang sangat kecil yaitu interaksi sumber benih Sangatta dengan dosis 50 g karena memiliki kematian terbanyak yaitu 12 tanaman jabon.

5.1.7 Kondisi tanah

Pengambilan contoh tanah pada lokasi penelitian dilakukan pada awal penanaman jabon. Contoh tanah dianalisis di Laboratorium Seameo Biotrop dengan parameter uji antara lain pH tanah, C organik, N total, rasio C/N, P tersedia, K dan KTK tanah. Hasil analisis beberapa sifat kimia tanah asli di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Beberapa sifat kimia tanah pada tanah asli lokasi penelitian di lapangan

No Parameter uji Satuan Sample tanah Kriteria

(Hardjowigeno 1995)

1 pH 4,90 Masam

2 C Organik % 0,35 Sangat rendah

3 N Total % 0,05 Sangat rendah

4 Rasio C/N 7,00 Rendah

5 P tersedia Ppm 7,08 Sangat rendah

6 K emol/kg 0,15 Rendah

7

7 KTK emol/kg 8,92 Rendah

8 Al3+ me/100g 4,68 Sangat tinggi

9 Fe2O3 Total % 2,28 Rendah

10 Sufida Total Ppm 228,46 Rendah

5.2 Pembahasan

Penelitian ini adalah penelitian pertama tentang pertumbuhan jabon dengan membedakan dosis pemupukan yang dilakukan pada lahan bekas tambang di PT. KPC. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan dari jumlah dan dimensi tanaman/pohon, baik diameter, maupun tinggi yang terdapat pada suatu tanaman. Pertumbuhan panjang atau tinggi merupakan pertumbuhan primer (initial growth). Pertumbuhan panjang setiap harinya akan mengalami perubahan.

Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah. Melalui pemupukan unsur hara dalam tanah dapat dipenuhi. Lahan bekas tambang identik dengan tanah yang kritis sehingga diperlukan pengetahuan terhadap jumlah dosis pupuk yang sesuai pada tanaman jabon agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik. Pada penelitian ini hanya dibedakan dosis terhadap pupuk NPK karena pupuk NPK merupakan unsur hara makro yang diduga dapat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jabon dalam jangka waktu yang pendek, dosis pupuk NPK yang digunakan adalah 0 g, 15 g, 25 g, 35 g, dan

50 g. Selain pupuk NPK penanaman jabon juga diberikan kompos dan bahan organik dengan perbandingan 1:4 (w/w). Pada penanaman ini juga diberikan alcosorb untuk penyediaan air bagi tanaman jabon pada saat kekeringan, karena pada lahan bekas tambang kondisi kekeringan umumnya terjadi akibat dari bukaan lahan yang sangat besar sehingga persediaan air di dalam tanah berkurang. Sumber benih adalah suatu tegakan hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman yang ditunjuk atau dibangun khusus untuk dikelola guna memproduksi benih bermutu. Tegakan benih teridentifikasi merupakan tegakan alam atau tanaman dengan kualitas rata-rata yang digunakan untuk menghasilkan benih dan lokasinya dapat teridentifikasi dengan tepat dan tergolong kelas II. Tegakan benih provenan adalah tegakan yang dibangun dari benih yang provenannya telah teruji dan diketahui keunggulannya dan tergolong kelas V.

Jumlah tanaman jabon yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 480 tanaman yang terdiri dari 240 tanaman dari sumber benih Malang dan 240 tanaman dari sumber benih Sangatta. Tujuan membedakan 2 sumber benih ini untuk mengetahui sumber benih yang mana yang memiliki pertumbuhan yang baik pada lahan bekas tambang.

Pupuk NPK mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur nitrogen (N) bagi tanaman berguna untuk membantu proses pembentukan klorofil, fotosintesis, protein, lemak, dan persenyawaan organik lainnya. Volume nitrogen di udara sekitar 78%. Unsur fosfor (P) sangat berguna untuk pembentukan akar tanaman, bahan dasar protein, memperkuat batang tanaman serta membantu asimilasi dan respirasi, unsur kalium (K) berguna untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, serta membentuk antibodi tanaman melawan penyakit dan kekeringan. Selain itu, untuk mengatur berbagai fungsi fisiologi tanaman seperti menjaga kondisi air di dalam sel dan jaringan, mengatur turgor, menutup stomata, mengatur akumulasi dan translokasi karbohidrat yang baru terbentuk .

Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan dilakukan setiap dua minggu sekali selama sepuluh minggu. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari empat parameter pertumbuhan yang diamati, parameter pertumbuhan tinggi memiliki pengaruh yang nyata terhadap sumber benih pada minggu nol sampai

delapan, dan pada minggu ke-4 terhadap interaksi sumber benih dengan dosis parameter ini juga memiliki pengaruh yang nyata. Faktor dosis tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi jabon. Parameter pertumbuhan diameter berpengaruh nyata terhadap dosis pada minggu ke-2 dan tidak berpengaruh nyata terhadap dosis pada minggu 0, 4, 6, dan 8. Faktor sumber benih dan interaksi sumber benih dengan dosis tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter jabon. Parameter pertumbuhan jumlah daun memiliki pengaruh yang nyata terhadap sumber benih pada minggu dua sampai minggu ke- 4, dan tidak berpengaruh nyata terhadap minggu nol.

Faktor dosis serta interaksi sumber benih dengan dosis pada pertumbuhan jumlah daun tanaman jabon tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman jabon. Parameter diameter tajuk memiliki pengaruh nyata terhadap sumber benih hanya pada minggu ke-2 saja sedangkan minggu 0, 4, 6, dan 8 tidak berpengaruh nyata dan pada diameter tajuk dosis serta interaksi sumber benih dengan dosis tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tajuk jabon. Berdasarkan kelima dosis pupuk NPK yang diberikan pada sumber benih Malang dan Sangatta, dosis yang paling bagus dalam membantu pertumbuhan tanaman jabon yaitu pupuk NPK dengan dosis 50 g (B5), serta sumber benih yang terbaik berasal dari Malang karena sumber benih dari malang merupakan sumber benih yang berasal dari kelas sumber benih V sedangkan Sangatta kelas sumber benih II. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal air, tanah, dan mineral, kelembaban, udara, suhu udara, cahaya dengan sebagainya.

Pemberian pupuk NPK yang diamati selama 10 minggu ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan jumlah daun dan diameter tajuk tanaman jabon. Hal ini dapat diketahui dari hasil sidik ragam kedua parameter tersebut. Pertumbuhan jumlah daun tanaman jabon dengan NPK dosis 50 g (AZ) memiliki peningkatan pertumbuhan jumlah daun terbesar terhadap kontrol begitu pula pertumbuhan diameter tajuk. Pemupukan NPK memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman jabon. Hal ini disebabkan karena rata-rata setiap peningkatan pertumbuhan masing-masing

parameter tersebut hasilnya hampir sama sehingga pada taraf uji 0,05 tidak berpengaruh nyata.

Nilai persentase tumbuh tanaman jabon pada setiap perlakuan menunjukkan ada 2 perlakuan yang memiliki persen tumbuh 100% dan beberapa perlakuan lainnya memiliki persen tumbuh berkisar 85,41%−97,91% sehingga dapat dikatakan memiliki persen tumbuh yang baik. Serta 1 perlakuan memiliki persen tumbuh 75%. Dari semua perlakuan tanaman jabon masih dapat hidup pada lahan yang kritis seperti pada lahan bekas tambang karena persen tumbuh tidak kurang dari 50%.

Sifat kimia tanah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa kimia dan terjadi didalam maupun diatas permukaan tanah sehingga akan menentukan sifat dan ciri tanah yang terbentuk dan berkembang setelah peristiwa kimia tersebut. Variabel yang termasuk dalam sifat kimia tanah adalah pH tanah, ketersediaan unsur hara makro dan kapasitas tukar kation (KTK). Pada penelitian ini unsur yang diamati adalah pH, C, N total, P tersedia, dan K serta unsur Al3+, Fe2O3 dan sulfida total. Menurut Hardjowigeno (2003) unsur C, N, P dan K

merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman. Hasil uji unsur-unsur tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, contoh tanah asli diambil pada lokasi penelitian menunjukkan parameter yang diukur memiliki nilai kandungan unsur yang rendah, sangat rendah dan unsur Al3+ sangat tinggi.

Unsur kimia tanah yang diamati adalah pH, C, N total, P tersedia, dan K serta Fe2O3, Al3+ dan sulfida total. Unsur C, N, P, dan K merupakan unsur hara

makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman. Kadar pH (H2O) tanah

pada lokasi penelitian adalah 4,9. Hal ini menunjukkan nilai pH tanah masam. Menurut Hardjowigeno (1985) pemupukan dengan dengan pupuk bermiliekivalen kemasaman akan meningkatkan kemasaman tanah. pH yang masam mengakibatkan unsur-unsur hara yang ditambahkan dari pupuk ke tanah tidak memberikan perubahan baik pada tanah. Pada kondisi pH yang masam, unsur hara susah untuk diikat oleh akar tanaman. Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa pH menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya usur

hara mudah diserap akar tanaman pada pH netral, karena pada pH netral unsur hara mudah larut dalam air.

Testur tanah yang didapatkan dari uji laboratorium adalah lempung liat berpasir dan mempunyai nilai KTK sebesar 8,92 emol/kg. Nilai KTK tersebut berarti tanah mempunyai kemampuan rendah untuk mengikat unsur-unsur hara. Seperti nilai C organik, N total, P tersedia dan K dalam tanah sangat rendah. Soepardi (1983) menyatakan bahwa tekstur dan KTK merupakan variabel yang saling berkaitan. Apabila tekstur tanah semakin kasar maka nilai KTK semakin rendah dan semakin rendah juga kemampuan tanah untuk menjerat unsur-unsur hara.

Nilai C organik dalam tanah menunjukkan jumlah bahan organik dalam tanah (Narendra dan Multikaningsih 2006). Kandungan N total pada penelitian ini sangat rendah. Hal ini diduga karena tanah tanpa vegetasi dan KTK rendah sehingga N dalam tanah mudah tercuci oleh air drainase.

BAB VI

Dokumen terkait