• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IKLAN YANG MENGGUNAKAN ENDORSER SELEBRITIS TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI KONSUMEN (Studi pada Mahasiswa Audio Visual angkatan 2009 tentang Iklan Shampo Pantene)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH IKLAN YANG MENGGUNAKAN ENDORSER SELEBRITIS TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI KONSUMEN (Studi pada Mahasiswa Audio Visual angkatan 2009 tentang Iklan Shampo Pantene)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IKLAN YANG MENGGUNAKANENDORSER SELEBRITIS

TERHADAP KEPUTUSANMEMBELI KONSUMEN

(Studi pada Mahasiswa Audio Visual angkatan 2009 tentang Iklan Shampo Pantene)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Univesitas Muhammdiyah Malang

Disusun oleh : Aan Murdianto

07220306

Dosen Pembimbing : Nasrullah, M.SI M. Himawan, M.SI

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Aan Murdianto

NIM : 07220306

Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : PENGARUH IKLAN YANG MENGGUNAKANENDORSER

SELEBRITIS TERHADAP KEPUTUSANMEMBELI KONSUMEN (Studi pada Mahasiswa Audio Visual angkatan 2009 tentang Iklan Shampo Pantene)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Rabu

Tanggal : 30 Januari 2013 Tempat : Ruang 609

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

1. Widiya Yutanti, MA (...)

2. Zen Amiruddin, S.Sos (...)

3. Nasrullah, M.Si (...)

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam saya haturkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, atas terselesaikannya tugas akhir ini. Dengan perjuangan keras (akademis maupun non akademis) akhirnya saya dapat menuntaskan studi di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Dengan terselesaikannya skripsi saya yang berjudul “PENGARUH IKLAN YANG MENGGUNAKAN ENDORSER SELEBRITIS TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI KONSUMEN (Studi pada Mahasiswa Audio Visual angkatan 2009 tentang Iklan Shampo Pantene)”, maka selesai sudah masa studi Strata 1 saya. Walaupun masih terdapat kelemahan pada penelitian yang saya lakukan, Insyaallah skripsi ini menjadikan acuan saya guna mengembangkan terus keilmuan saya di bidang komunikasi.

Dunia mahasiswa sangatlah dekat dengan dunia (kerja) profesional. Sehingga seorang mahasiswa tidak hanya sekedar menuntut ilmu, juga menimba pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang nyata. Melalui penelitian ini, saya mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang pemanfaatan media komunikasi secara benar dan tepat.

(4)

Iklan yang saya teliti disini yaitu iklan shampo karena mayoritas iklan shampo yang ada sekarang menggunakn endorser selebriti. Dari banyak iklan yang diiklankan oleh endorser selebriti tersebut manakah yang pesannya dapat diterima oleh audiens dan apakah penggunaan endorser selebriti ini berpengaruh dalam keefektifitasn iklan tersebut hingga menimbulkan minat beli para konsumen yang melihat iklan tersebut.

Studi tentang hubungan antara media dan audiens dapat menjadi perhatian utama antara industri, akademisi, maupun perhatian media dan masalah sosial. Media dapat menjadi stimulus individu untuk menarik serta menikmati sajian pesan yang disuguhkan. Proses selanjutnya saya lebih banyak berkonsultasi dengan Bapak Nasrullsh, S.Sos, M.Si. (Pembimbing I) dan M. Himawan Sutanto,M.Si (Pembimbing II) untuk pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini. Untuk saat ini mungkin hanya itu yang dapat saya berikan, karena memang masih banyak kajian komunikasi yang masih perlu saya pelajari lebih dalam. Namun harapan saya, skripsi ini dapat menjadi pemicu untuk penelitian sejenis selanjutnya.

Malang, 03 Oktober 2012

(5)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi ... Lembar Pengesahan ...

i ii

Lembar Pernyataan Orisinalitas ... iii

Lembar Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv

(6)

F.1.1 Endorser Selebriti ... 33

BAB II GAMBARAN UMUM SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN .. 46

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 46

A.1 Shampo Pantene ... 46

A.2 Sejarah Shampo Pantene ... 47

B. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 49

B.1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi ... 49

B.1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Audio Visual ... 51

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Karakteristik Responden ... 52

B. Efektifitas Selebriti Endorser di Mata Responden ... 53

C. Keputusan Responden Membeli Shampo ... 58

D. Analisis Efektifitas Iklan yang Menggunakan Endorser Selebritis tehadap Keputusan Membeli Konsumen ... 62

D.1 Uji Instrumen ... 62

D.2 Uji Normalitas ... 64

(7)

D.4 Uji Multikolinearitas ... 66

D.5 Uji Gejala Autokorelasi ... 67

E. Analisi Regresi Linier Sederhana ... 67

E.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 69

E.2 Uji Keragaman (Uji F) ... 69

E.3 Analisi Koefisien Regresi (Uji T) ... 70

F. Pembuktian Teori ... 74

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Angket ... 81

Tabel Kerja ... 83

Total Variabel X ... 84

Total Variabel Y ... 84

Uji Normalitas ... 85

Uji Hekterodasitas ... 86

Uji Autokorelasi ... 86

Uji Multikolinieritas ... 87

Uji Regresi ... 87

Uji Validitas Variabel X ... 88

Uji Relibialitas Variabel X ... 89

Uji Validitas Variabel Y ... 89

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 1998, Suharsini, Prosedur Penelitian, Rineksa Cipta, Jakarta.

Darmmesta, Basu Swastha, T. Hani Handoko, 2000, Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen, BPFE, Yogyakarta.

Effendy, Onong Uchjana, 1994, “Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktik”, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

_________, 1998, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Gujarati, Damodar 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta , Penerbit Erlangga, Jakarta.

Jallaludin, R, 1996, Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta.

---, 2002, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Jefkins, Frank, 1996, Periklanan,Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.

Khasali, Rhenald, 1992, Manajemen Periklanan Konsep dan aplikasi di Indonesia, Pustaka Umum Grafiti, Jakarta.

Kotler Philip, Susanto A.B, 2001, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Kotler Philip, Armstrong Gary, 2001, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta.

Liliweri, Alo, 1992, Dasar-dasar Komunikasi Periklanan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Mulyana, Deddy, 2004, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung Remaja Rosdakarya.

Nurudin, 2004, Komunikasi Massa. Cespur, Malang.

(10)

Singarimbun. Masri, 1989, Metode Penelitian dan Survey, LP3ES, Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi. Cetakan kedelapan belas. PT Pustaka LP3ES. Jakarta.

Sudjana M.A, 2002, Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Sumanto M.A, 1990, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, ANDI OFFSET, Yogyakarta.

Sumartono, 2002, Terperangkap dalam Iklan; Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi, Alfabeta, Bandung.

Supranto, J. 2000. Metode Peramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan Ekonomi Dan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.

Sutaryo M.Si, 2005, Sosiologi Komunikasi Perspektif Teoritik, Arti Bumi Intaran, Yogyakarta.

Swastha,Basu, 1981, Azas – azas Marketing, Liberty, Yogyakarta.

Winardi S.E, 1991, Marketing dan Perilaku Konsumen, Mandar Maju, Bandung.

Sumber Non Buku

anonim a, 2012, Pantene, diakses tanggal 5 november 2012 pada pukul 10.54,

http://www.pantene.com/en-US/pages/about-pantene.aspx

anonim b, 2012, Anggun C Sasmi, diakses tanggal 5 november 2012 pada pukul 10.55,

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini dan berkembangnya dunia

usaha, para pelaku usaha dihadapkan pada tantangan yang sangat berat. Tantangan

tersebut adalah bagaimana memperkenalkan produk atau jasa kepada masyarakat luas

agar berkembang dan dikenal oleh banyak masyarakat, mempertahankan usaha

tersebut, dan kemudian mencapai puncaknya. Dalam keadaan seperti ini dimana

persaingan sangat ketat yang diperlukan adalah metode dan pendekatan yang tepat

untuk meraih target pasar yang diinnginkan. Strategi pemasaran yang kreatif dan

menyentuh namun tetap efektif dan efisien mutlak diperlukan dalam upaya

meningkatkan brand awareness dan merebut mind share masyarakat.

Iklan merupakan salah satu kegiatan untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

Melalui iklan para pelaku usaha dapat memperkenalkan dan menawarkan suatu

produk dengan memberikan image baik pada suatu produk sehingga dapat

menimbulkan rasa ingin tahu, ingin membeli dan memiliki. produk tersebut.

Tanpa disadari iklan telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Hal

ini ditandai dengan hadirnya iklan diberbagai media elektronik maupun media cetak,

dipusat keramaian, bahkan di tepi jalan sekalipun. Seandainya tidak ada iklan maka

masyarakat (konsumen) tidak akan pernah mengetahui beraneka ragam informasi

produk terbaru yang telah dipasarkan. Bisa jadi target penjualan dan tingkat

keuntungan yang dikehendaki oleh produsen tidak tercapai atau mungkin nihil sama

sekali. Oleh karena itu masing-masing perusahaan berlomba-lomba untuk dapat

(12)

2

ditawarkan kepada masyarakat seperti televisi, radio, majalah, surat kabar bahkan

internet. Namun banyak perusahaan-perusahaan produsen memilih televisi sebagai

media untuk mempromosikan produknya melalui media periklanan. Karena televisi

mempunyai kekuatan audio visual dan merupakan media yang paling banyak

digunakan oleh khalayak ramai.

Kegiatan periklanan merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan suatu

produk kepada masyarakat. Karena kegiatan periklanan merupakan strategi promosi

yang cukup mahal dibandingkan dengan strategi promosi lainnya, maka iklan harus

dirancang semenarik mungkin agar mampu membangkitkan dan mempertahankan

ingatan konsumen akan produk yang ditawarkan. Daya tarik iklan sangat penting

karena akan meningkatkan keberhasilan komunikasi dengan konsumen.

Selanjutnya iklan merupakan alat komunikasi bagi tiga kepentingan utama

yaitu dari sisi stasiun televisi, pemirsa, serta produsen yang saling terkait satu sama

lain. Bagi kepentingna televisi iklan dapat diibaratkan sebagai urat nadi dan nyawa

bagi perusahaan yang menentukan kelanjutan progam acaranya. Jelasnya iklan

dipakai sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana dengan kata lain tanpa

adanya iklan mustahil suatu acara di televisi bisa tetap disiarkan. Disamping itu

jumlah iklan yang masuk menunjukkan sampai sejauh mana progam acara pada

stasiun televisi disukai oleh pemirsa. Sementara dari sisi konsumen iklan merupakan

sarana pengenalan dan informasi produk sedangkan dari sisi produsen iklan adalah

sarana promosi dan pengontrol angka penjualan suatu produk selain juga mampu

meningkatkan pemikiran kreatif dan inofatif bagi pengembang produk yang

dimaksud.

Dalam advertising, testimoni atau endorsement bisa berbentuk kalimat yang

(13)

3

terhadap suatu produk yang dinilainya memiliki kualitas bagus (Maulana: 2005.

Swa.co.id). Dua teknik yang digunakan pembuat iklan (advertising agency) yaitu

menggunakan endorser selebritis dan menggunakan endorser non selebritis.

Iklan yang menggunakan endorser selebritis selain untuk meningkatkan

kredibilitas brand keuntungan utama menggunakan selebritis adalah kemampuan iklan

untuk diingat dalam waktu singkat. Berdasarkan kenyataan yang ada, kira-kira hampir

kebanyakan iklan yang ditayangkan di televisi menggunakan bintang, artis atau

selebriti sebagai pendukung produk yang diiklankan baik itu secara explicit (dengan

mengatakan pada pemirsa bahwa ini adalah produk yang bagus) atau secara implisit

(dengan hanya muncul dalam iklan tersebut). Selain itu para pemasang iklan dengan

bangga menggunakan kaum selebriti di dalam periklanan karena atribut populer yang

mereka miliki termasuk kecantikan, keberanian, bakat, keanggunan bahkan sampai

daya tarik seksual, seringkali merupakan pemikat yang diinginkan untuk merek-merek

yang mereka dukung. Lebih umum lagi, para konsumen mungkin menyukai merek

hanya karena mereka menyukai selebriti yang mendukung produk tersebut (Terence A

Shimp 2000:457).

Keuntungan paling nyata dalam menggunakan selebriti adalah dalam

menciptakan kesadaran terhadap merek (brand awareness). Itulah sebabnya produk

baru umumnya lebih cepat mendapat keuntungan dan perhatian dari masyarakat

dengan menggunakan selebritis sebagai endorser. Image yang dimiliki oleh public

tentang bintang ini secara tidak langsung ditransfer kedalam brand yang

dibintanginya. Dalam hal ini produk ditempatkan sebagai perangsang kedua

(secondary stimulus) sedangkan bintang iklan sebagai perangsang utama (primary

stimulus). Sebagai contoh, iklan shampo Pantene menggunakan selebritis-selebritis

(14)

bintang-4

bintang terkenal ini lebih efektif untuk menghasilkan respon yang positif terhadap

brand karena banyak konsumen masih dipengaruhi figur-figur tertentu dalam membeli

produk.

Dalam iklan, penggunaan selebritis diharapkan dapat menarik perhatian

khalayak. Ini karena selebritis selalu menjadi perhatian dimasyarakat mulai dari bakat

dan kemampuan mereka, penampilan fisik mereka sampai pada perilaku

sehari-harinya selalu menjadi perhatian khalayak. Karena itu, khalayak memiliki persepsi

yang berbeda-beda tentang selebritis. Sehingga apabila selebritis membintangi suatu

produk tentunya citra produk itu sendiri akan berkembang serta terpengaruh oleh citra

selebritis tersebut.

Shampo adalah salah satu bahan untuk membersihkan lemak (seperti sebum)

dan melapisi rambut dari kotoran tersebut yang terikat pada rambut dan kulit.

Umumnya perkembangan industri shampo sangat cepat sejalan dengan bertambahnya

jumlah penduduk. Perkembangan industri ini mempunyai dampak positif yang cukup

baik yaitu, berupa penambahan penghasilan serta penyediaan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat.

Belakangan ini banyak terdapat produk – produk shampo yang beredar di masyarakat.

Semakin benyaknya produk shampo yang beredar di masyarakat membuat persaingan

para produsen produk shampo dalam menarik perhatian masyarakat. Para produsen

menggunakan berbagai cara untuk mengiklankan produk shampo tersebut.

Model iklan yang dipakai oleh shampoo Pantene adalah Anggun C Sasmi

yang tidak asing lagi di dunia pertelevisian dan di mata masyarakat. Seorang ibu

rumah tangga cantik yang lahir di Jakarta 29 April 1974, dia adalah penyanyi

Indonesia yang saat ini telah memiliki kewarganegaraan Perancis. Anggun merupakan

(15)

5

dan album-albumnya telah meraih penghargaan gold dan platinum di beberapa negara

Eropa. Beberapa penghargaan telah diraih Anggun atas pencapaiannya, termasuk di

antaranya anugerah prestisius "Chevalier des Arts et Lettres" dari pemerintah

Perancis. Anggun juga telah dua kali didaulat menjadi juru bicara Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu duta Mikrokredit pada tahun 2005 dan duta Food and

Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2009 (wikipedia.org/wiki/Anggun C

Sasmi).

Bagi produsen dengan menggunakan artis yang cukup terkenal dan boleh di

bilang artis mahal selama ini dalam iklannya diharapkan menjadi kesadaran terhadap

produknya (brand awareness), sehingga masyarakat akan tertarik dengan produk itu.

Tentunya sebagai kelompok sasaran iklan televisi telah menjadi fenomena tersendiri

sekaligus menambah deretan panjang daftar menu masyarakat dalam pemenuhan

kebutuhannya dan akhirnya menimbulkan budaya konsumtif sebagai akibat

persuasive iklan televisi. Sehingga situasi tersebut, mengkondisikan banyak khalayak

untuk mencoba suatu produk yang ditawarkan melalui iklan televisi atau hanya

sekedar memenuhi status sosial dalam bermasyarakat.

Dalam penelitian ini penulis mengambil contoh iklan Shampo Pantene dengan

endorser selebritis yaitu Anggun C Sasmi. Keputusan dalam memilih model iklan

(endorser) selebritis untuk sebuah brand campaign memang keputusan yang

dilematis. Ada berbagai aspek yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan hal

tersebut, mulai dari biaya, target yang akan dituju, proses mengikatkan ekuitas sebuah

brand pada ekuitas model, dan proses untuk menuju efektivitas. Dari latar belakang

tersebut, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Iklan yang

(16)

6

B. Rumusan Masalah

Di dunia pemasaran, selebriti atau tokoh terkenal sering dipakai sebagai

endorser iklan. Maklum atribut-atribut yang mereka miliki seperti kecantikan,

keberanian dan prestasi bisa menjadi senjata ampuh untuk memikat audiens.

Sayangnya cara ini tetap berisiko, sebab selebriti sangat rentan terhadap gosip dan

bisa saja berbuat neko-neko selama masa kontrak. Sedangkan pemakaian endorser

non selebritis memiliki keuntungan lebih murah dari pada endorser selebritis, tapi ada

juga kendalanya yaitu sulitnya mentrasfer citra (image) model iklan kepada produk

yang dibintanginya, karena audiens tidak mengenal model iklan tersebut. Berdasarkan

permasalahan tersebut, penulis ingin mengetahui pengaruh model iklan dalam

mempengaruhi niat beli konsumen. Secara lebih spesifik perumusan masalah sebagai

berikut:

1. Adakah pengaruh iklan yang menggunakan endorser selebritis terhadap

keputusan membeli konsumen.

2. Seberapa besar pengaruh iklan yang menggunakan endorser selebritis terhadap

keputusan membeli konsumen.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh iklan yang menggunakan

endorser selebritis terhadap keputusan membeli konsumen. Secara lebih spesifik

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetaui pengaruh iklan yang menggunkan endorser selebritis

terhadap keputusan membeli konsumen.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklan yang menggunakan endorser

(17)

7

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan suatu bukti empiris mengenai keefektifan penggunaan endorser

selebritis dari iklan suatu produk.

2. Agar pengambil kebijakan praktisi bisnis periklanan dapat memperhitungkan

pengaruh penggunaan selebritis dalam iklannya.

3. Diharapkan dapat menambah wawasan bagi akademi, peneliti, mahasiswa atau

pemerhati pemasaran.

E. Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah yang menggunakan

media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi),

yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang

ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat,

anonym dan heterogen. Pesa-pesannya bersifat umum, disampaikan secara

cepat dan serentak dan selintas khususnya media elektronik (Mulyana, 2001 :

75).

Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada

sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym dan melalui media

cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak

dan sesaat (Rakhmat, 2005: 189).

Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,

kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak

meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang

(18)

8

umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah

komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual.

Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila

didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar. Majalah, film,

buku, dan pita (Effendy, 1994: 21).

Komunikasi dapat didefinisikan dengan memusatkan perhatian pada

lima variable yang terkandung dalam setiap tindak komunikasi dan

memperlihatkan bagaimana variable-variabel ini bekerja pada media. Lima

variable tersebut adalah:

- Sumber komunikasi massa pada umumnya adalah organisasi besar yang

memikul biaya besar untuk membuat dan menyampaikan pesan.

- Khalayak komunikasi massa sangat besar jumlahnya dan beragam, ini

menyulitkan para pengiklan untuk mengarahkan pesan mereka kepada

khalayak tertentu. Akibatnya, khalayak yang jumlahnya besar dan

heterogen ini disegmentasikan kedalam kelompok-kelompok kecil yang

lebih terbatas.

- Pesan-pesan komunikasi massa bersifat terbuka, setiap orang dapat

menerimanya.

- Proses dengan makna pesan komunikasi massa mengalir adalah satu arah.

Pesan mengalir dari sumber ke penerima tetapi jarang sekali dari penerima

ke sumber. Proses seleksinya adalah dua arah. Sumber media menyeleksi

kelompok yang menjadi sasaran penerima menyeleksi media yang akan

mereka dengarkan atau saksikan.

- Media bekerja dalam suatu konteks sosial, dan media dipengarui sekaligus

(19)

9 2.1 Ciri – Ciri Komunikasi Massa

Dalam bukunya Sutaryo mengatakan setidak-tidaknya terdapat (5) ciri

dari komunikasi massa yang diinventarisir oleh Onong Uchjana Effendy.

Kelima ciri tersebut adalah (1) Komunikasi massa berlangsung satu arah; (2)

Komunikator pada komusikasi massa melembaga; (3) Pesan pada komunikasi

massa bersifat umum; (4) Media komunikasi massa menimbulkan

kerempakan; (5) Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen.

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Tidak seperti komunikasi antarpersona (interpersonal

communication) yang berlangsung dua arah (two_way traffic

communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way

communication). Ini berarti tidak terdapat arus balik kepada komunikator.

Ambilah contoh, jika komunikatornya wartawan. Wartawan tersebut tidak

akan mengetaui secara langgsung tanggapan para pembacanya terhadap

pesan atau berita yang disiarkannya itu.sama juga seperti penyiar radio,

penyiar televisi, ataupun sutradara film, tidak akan mengetaui secara

langsung (pada waktu proses komunikasi tersebut berlangsung) tanggapan

khalayak yang dijadikan sasarannya. Komunikator pada gilirannya juga

dapat mengetaui tanggapan dari sejumlah komunikannya. Sekalipun

demikian tetap diingat bahwa hal tersebut (reaksi atau tanggapan) dari

komunikan itu terjadi setelah proses komunikasi itu sendiri berlangsung,

sehingga komunikator sudah tidak mampu lagi mengubah gaya

komunikasinya seperti kalau komunikasi tersebut terjadi pada komunikasi

(20)

10

Arus balik dalam komunikasi massa ini tidak dapat diketaui

seketika oleh komunikator, atau dengan kata lain hanya dapat diketaui

setelah proses komunikasi itu terjadi. Konsekuensinya adalah komunikator

perlu merencanakan dan mempersiapkan sedemikian rupa sehingga pesan

yang disampaikan kepada komunikan harus benar-benar komunikatif pada

satu kali penyiaran. Dengan demikian, pesan komunikasi selain harus

dapat dibaca, dapat di dengar, dan harus dapat dipahami maknanya, serta

tidak bertentangan dengan kebudayaan komunikan yang menjadi sasaran

komunikasi.

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan

lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu,

komunikatornya melembaga (institutionalized communicator atau

organized communicator).

Komunikator pada komunikasi massa, misalnya wartawan surat

kabar atau penyiar televisi atas nama lembaga sejalan dengan

kebijaksanaan (policy) surat kabar atau stasiun televisi yang diwakilinya

menyebarluaskan pesan komunikasinya. Ia tidak memiliki kebebasan

individual. Sebagai kosekuensi dari sifat komunikator yang melembaga

itu, peranannya dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang lain.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka komunikator pada

komunikasi massa dinamakan juga komunikator kolektif (collective

communicator) karena tersebarnya pesan komunikasi massa merupakan

hasil kerja sama sejumlah kerabat kerja. Karena kolektif, maka

(21)

11

mempunyai keterampilan yang tinggi dalam bidangnya masing-masing.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum

(public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.

Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau sekelompok orang tertentu.

Hal inilah yang antara lain membedakan antara media massa dengan media

bukan massa (media nirmasa). Contoh media nirmassa misalnya surat,

telegram, telepon, dan teleks. Media nirmassa ini tidak ditujukan kepada

umum, melainkan ditujukan kepada orang tertentu. Menurut Onong

Uchjana Effendy (1994 : 23) majalah organisasi, surat kabar kampus, radio

telegrafi, atau radio citizen ban, film documenter, dan televisi siaran

sekitar (closed circuit television) bukanlah media massa, melainkan media

nirmassa karena ditujukan kepada sekelompok orang tertentu.

4. Media massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk

menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam

menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri

paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.

Bandingkan misalnya poster dan papan pengumuman dengan radio siaran

yang sama-sama merupakan media komunikasi. Poster dan papan

pengumuman adalah media komunikasi, tetapi bukan media komunikasi

massa, sebab tidak mengandung ciri keserempakan, sedangkan radio siaran

adalah media komunikasi massa karena mengandung ciri keserempakan.

Pesan yang disampaikan melalui poster atau papan pengumuman kepada

(22)

12

pengumuman itu secara serempak bersama-sama melainkan secara

bergantian. Lain dengan pesan yang disampaikan melalui radio siaran .

5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota

masyarakat terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang

dituju komunikator bersifat heterogen. Keberadaan mereka

terpencar-pencar satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak

pribadi, mereka saling berbeda dalam berbagai hal, misalnya saja jenis

kelamin, usia, agama ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman,

kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, dan cita-cita. Heterogenitas

seperti itulah yang menjadi kesulitan bagi seorang komunikator dalam

menyebarkan pesannya melalui media massa, karena tiap individu dari

khalayak itu menghendaki agar keinginannya dipenuhi. Bagi para

pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk

memenuhinya. Satu-satunya cara untuk dapat mendekati keinginan

khalayak sepenuhnya ialah dengan mengelompokkan mereka menurut

jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan,

kesenangan (hobby), berdasarkan atas perbedaan sebagaimana tersebut

diatas

Sebenarnya, pengelompokan tersebut telah dilaksanakan oleh

berbagai media massa dengan mengadakan rubrik atau acara tertentu untuk

kelompok pembaca, pendengar, dan penonton tertentu. Hamper semua

surat kabar, radio, dan televise menyajikan rubrik yang secara khusus

dieruntukkan bagi anak-anak, remaja, dan dewasa, wanita dewasa, dan

(23)

13

Kristen, Budha, Hindu, dan kepercayaan; murid murid taman kanak kanak,

sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan tingkat atas, dan

mahasiswa perguruan tinggi; para penggemar sastra, teater, musik, film,

dan teknologi, dan kelompok lainnya.

Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas maka sejumlah rubric

atau acara diperuntukan bagi kelompok tertentu sebagai sasarannya, atau

dapat disingkat kelompok sasaran (target group), di samping khalayak

keseluruhan sebagai sasarannya atau disebut khalayak sasaran (target

audience). Contoh rubrik untuk khalayak sasaran pada surat kabar adalah

berita, tajuk rencana, pojok, artikel, cerita bersambung, dan lain lain.

Adapun untuk kelompok sasaran adalah ruangan wanita, halaman untuk

anak anak, klom untuk mahasiswa, ruangan bagi penggemar film, dan

sebagainya. Contoh untuk khalayak sasaran pada radio dan televisi siaran

adalah warta berita, sandiwara, film seri, music nasional (keroncong,

dangdut, popular, dll) olahraga dan sebagainya

Berdasarkan ciri heterogenitas komunikan sebagaimana diuraikan

di atas, dan kaitan dengan ciri yang disebut pertama, yakni bahwa

komunikasi massa berlangsung satu arah, maka komunikator yang

menangani atau yang menggunakan media massa harus melakukan

perencanaan yang matang sehingga pesan yang disebarluaskan benar benar

komunikatif, yakni received dan accepted dalam suatu kali penyiaran

(24)

14 2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Joseph DeVito mengatakan bahwa popularitas dan pengaruh yang

merasuk dari media massa hanya dapat dipertahankan apabila mereka

menjalankan beragam fungsi pokok, yang di kutip oleh Sutaryo. Enam di

antara fungsi yang paling penting adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Menghibur

De vito menyebutkan, bahwa media mendesain program program

mereka untuk menghibur khalayak. Tentu saja sebenarnya mereka

memberi hiburan itu untuk mendapatkan perhatian dari khalayak sebanyak

mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan.

Inilah sebab utama adanya komunikasi massa. Dalam masyarakat di mana

Negara membantu kehidupan media, prosesnya berbeda. Tapi di

kebanyakan negara demokrasi jika media tidak memberi hiburan mereka

tidak akan hidup lama dan dengan cepat akan tersingkir dari arena.

2. Fungsi Menyakinkan

Meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, namun

fungsinya yang terpenting adalah menyakinkan (to persuade). Persuasi

dapat datang dalam banyak bentuk, misalnya : a) Mengukuhkan atau

memperkuat sikap kepercayaan atau nilai seseorang, b) Mengubah sikap,

kepercayaan atau nilai seseorang; c) Menggerakkan seseorang untuk

melakukan sesuatu dan d) Memperkenalkan etika, atau menawarkan

system nilai tertentu.

a. Mengukuhkan Sikap

Menurut De Vito adalah sukar bagi satu pihak untuk mengubah

(25)

15

dengan semua sumber daya dan kekuatan yang ada pada mereka, tidak

terkecuali. Lebih sering media mengukukuhkan atau membuat

kepercayaa sikap, nilai, dan opini kita menjadi lebih kuat. Kaum

demokrat akan menampar diri mereka dalam persuasi yang demokratis

dan akan menghasilkan pengukuhan dari pengalaman ini. Demikian

pula orang yang religious akan mendengarkan pesan pesan yang sesuai

dengan keyakinan mereka dan akan menjadi lebih kuat dalam

meyakini kepercayaan mereka. Bahkan komunikasi yang kita kira

mengubah seringkali hanya merupakan pengukuhan dari sikap kita

yang sudah ada.

b. Mengubah Sikap

Media akan mengubah sementara orang akan tidak memihak

dalam suatu masalah tertentu. Jadi mereka yang terjepit di antara orang

Republik dan Demokrat (di Amerika) akhirnya akan terseret ke salah

satu pihak akibat pengaruh pesan pesan media.

Media juga menghasilkan banyak perubahan yang kita anggap sepele.

Sebagai contoh perubahan pada perilaku membeli kertas tisu mungkin

sangat dipengarui oleh media. Akan tetapi DeVito menegaskan pula

bahwa, prefensi politik, sikap religius, dan komitmen sosial, khususnya

yang sangat kita yakini tidak mudah diubah.

c. Menggerakkan

Dari sudut pandang pengiklan fungsi terpenting dari media

adalah menggerakkan (activating) para konsumen untuk mengambil

tindakan. Media berusaha mengajak para pemirsa atau pembaca untuk

(26)

16

merk lain. Setelah suatu sikap dibentuk atau suatu pola perilaku

dimantapkan media berfungsi menyalurkannya, mengendalikannya ke

arah tertentu.

d. Menawarkan etika atau system nilai tertentu

Fungsi persuasif lainnya adalah mengetikakan (ethicizing).

Dengan mengungkapkan secara terbukaadanya penyimpangan tertentu

dari suatu norma yang berlaku, media merangsang masyarakat untuk

mengubah situasi. Mereka menyajikan etik kolektif kepada pemirsa

atau pembaca. Dalam masyarakat fungsi pemaparan terbuka ini

dilembagakandalam komunikasi media massa; pers, radio, dan televise

memaparkan pentimpangan dari opini publik secara cukup terbuka dan

akibatnya pemaparan ini menggerakkan masyarakat untuk bertindak

menentang apa yang secara pribadi dapat ditoleransi. Media massa

dapat, misalnya, mengungkapkan ketegangan akibat diskriminasi rasial

dengan menarik perhatian masyarakat atas praktik praktik yang

bertentangan dengan norma norma non diskriminasi. Adakalanya

media dapat mengorganisasikan kegiatan-kegiatan terbuka menjadi

suatu “perang suci”.

3. Menginformasikan

Menurut De Vito sebagian besar informasi, kita dapatkan bukan

dari sekolah, melainkan dari media. Kita belajar music, politik, seni, film,

dan masih banyak lagi subjek lainnya dari media. Salah satu cara mendidik

atau mempersuasi adalah melalui pengajaran nilai-nilai, opini, serta

aturan-aturan yang dianggap benar kepada pemirsa atau pembaca. Artinya

(27)

17

tersosialisasi. Mereka melakukannya dalam drama cerita, nilai-nilai

masyarakat diungkapkan secara tidak dikatakan.

4. Menganugerahkan Status

Daftar seratus orang terpenting di dunia bagi kita hampir boleh

dipastikan berisi nama-nama orang yang banyak dimuat dalam media.

Tanpa pemuatann ini orang-orang tersebut tentulah tidak penting,

setidak-tidaknya di mata masyarakat.

5. Fungsi Membius

Salah satu fungsi media yang paling menarik dan paling banyak

dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotizing). Ini berarti bahwa

apabila media menyajikan informasi tentang sesuat, penerima percaya

bahwa tindakan tertentu telah diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa atau

penerima terbius ke dalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada dalam

pengaruh narkotik.

6. Menciptakan Rasa Kebersatuan

Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang

menyadarinay adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi

anggota suatu kelompok. Bayangkanlah seorang pemirsa televise yang

sedang sendirian, duduk di kamarnya menyaksikan televsi sambil

menikmati makan. Program-program televisi membuat orang yang

kesepian ini merasa menjadianggota sebuah kelompok yang lebih besar

(28)

18

2. Media Iklan

Dengan banyaknya media periklanan yang tersedia, maka sebaiknya

perusahaan dalam melaksanakan periklanan harus mengadakan pemilihan

yang teliti terlebih dahulu agar kekeliruan dalam pemakaian media dapat

dihindari. Beberapa media yang dapat dipilih dalam mentranmisi periklanan,

(Winardi,1992) yaitu:

(1) Televisi, (2) Radio, (3) Surat kabar, (4) Majalah, (5) Surat-surat yang

dikirim secara lngsung kepada pembeli, (6) Kendaran massa, (7) Display luar,

(8) Katalog.

Dari berbagai macam media periklanan, televisi merupakan media

yang paling efektif untuk melakukan iklan, karena televisi memiliki kekuatan

audio visual yang bisa mentranser pesan dengan cepat. Tahap-tahap dalam

memilih media periklanan menurut Kotler (2001 : 164) sebagai berikut:

1. Memutuskan jangkauan, frekuensi dampak.

Pemilihan media merupakan hal penting dalam keefektifan dalam

penyampaian sejumlah pesan kepada audiens sasaran. Pengaruh paparan

sejumlah pesan pada kesadaran audiens tergantung pada:

a. Jangkauan adalah jumlah orang atau rumah tangga yang melihat

paparan media tertentu setidaknya sekali dalam periode tertentu.

b. Frekuensi adalah banyaknya rata-rata orang atau rumah tangga melihat

paparan pesan tersebut dalam suatu periode tertentu.

2. Memilih diantara media utama.

Perencanaan media membuat pilihan diantara berbagai kategori

media dengan mempertimbangkan beberapa variabel yang paling penting

(29)

19 a. Kebiasaan media audiens sasaran

Misalkan media radio dan televisi merupakan media yang paling

efektif untuk menjangkau remaja.

b. Produk

Jenis produk yang menentukan keputusan pemilihan media. Berbagai

jenis media memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal

demonstrasi, visualisasi, penjelasan, keyakinan dan warna.

c. Pesan

Banyaknya pesan ang akan disampaikan juga menentukan keputusan

pemilihan media.

d. Biaya

Biaya iklan di televisi sangat mahal, sedangkan biaya iklan disurat

kabar jauh lebih murah.

3. Memilih sarana media tertentu

Perencanaan media harus mencari media yang paling efektif

diantara berbagai jenis media. Perencana media menentukan pilihan

diantara sekian banyak media dengan mengandalkan jasa pengukuran

media yang memberikan perkiraan ukuran pemirsa, komposisi dan biaya

media.

4. Menentukan waktu media

Dalam memutuskan jenis media apa yang digunakan, pengiklan

menghadapi masalah penjadwalan makro dan penjadwalan mikro

a. Masalah penjadwalan makro adalah bagaimana memutuskan

penjadwalan iklannya sehubungan dengan kecenderungan musiman

(30)

20

b. Masalah penjadwalan mikro adalah mengalokasikan biaya iklan dalam

periode waktu yang pendek untuk memperoleh pengaruh yang

maksimal.

3. Iklan

Iklan merupakan suatu kegiatan yang berfungsi untuk

memperkenalkan suatu barang atau jasa dan untuk membujuk seseorang

menggunakan barang atau jasa tersebut. Pengertian iklan menurut para ahli

adalah:

a. Iklan merupakan segala macam bentuk presentasi non personal dan

promosi ide, barang atau jasa yang dikendalikan oleh sponsor atau

perusahaan tertentu untuk memberitahukan dan membujuk segmen pasar

yang dipilih oleh perusahaan tertentu (Kotler 2003).

b. Pesan yang menawarkan suatu produk pada masyarakat lewat suatu media

dan bertujuan untuk membujuk seseorang agar membeli produk yang

ditawarkan (Kasali,1992 : 29).

c. Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang

diharapkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk

atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya (Jefkins, 1996 :5).

d. Periklanan adalah komunikasi non individu dengan sejumlah biaya,

melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga, non

lembaga, serta individu-individu (Nickels, 1996 : 246).

Dalam membuat progam periklanan, manajer pemasaran harus selalu

mulai denga mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli, kemudian

(31)

21

disebut Lima M (Kotler,2001 : 814) yaitu sebagai berikut:

a. Mission (misi) : apakah tujuan periklanan?

b. Money (uang) : berapa banyak yang harus dikerjakan?

c. Massage (pesan) : pesan apa yang harus disampaikan?

d. Media (media) : media apa yang digunakan?

e. Measurement (pengukuran) : bagaimana mengevalusi hasilnya?

3.1Fungsi Iklan

Periklanan mempunyai beberapa fungsi (basu swastha, 1984 : 245)

yaitu:

a. Memberikan informasi

Periklanan dapat menambah nilai pada suatu barang dengan memberikan

informasi pada konsumen. Tentu saja iklan dapat memberikan informasi

lebih banyak lagi daripada lainnya, bak tentang barangnya, harganya

ataupun informasi lain yang dibutuhkan konsumen.

b. Membujuk atau mempengarui

Periklanan tidak hanya bersifat memberi informasi saja, tetapi juga bersifat

membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan

menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik daripada yang lain.

c. Menciptakan kesan (image)

Dengan sebuah iklan. Orang akan mempunyai suatu kesan tertentu tentnag

apa yang diiklankan tersebut.

d. Periklanan merupakan alat komunikasi

Periklanan merupakan suatu alat komunikasi untuk membuka komunikasi

(32)

22

dapat terenuhi dalam cara yang efisien dan efektif.

e. Memuaskan keinginan

Periklanan merupakan suatu alat yang dapat dugunakan untuk mencapai

tujuan, dan tujuan itu sendiri berupa pertukaran yang saling memuaskan.

3.2 Tujuan Periklanan

Tujuan periklanan menurut (Kotler & Armstorng, 2001 : 155) sebagai

berikut:

a. Periklanan menjelaskan sebuah fungsi informasi

Penting dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis

produk, tujuannya untuk membentuk permintaan pertama

b. Periklanan menjalakan sebuah fungsi persuasive

Penting dilakukan dalam tahap kompetitif, tujuannya untuk membantu

permintaan selektif untuk suatu merek tertentu.

c. Periklanan menjalankan sebuah fungsi pengingat

Iklan pengingat sangat penting bagi sebuah produk yang sudah mapan.

Bentuk iklan yang berhubungan dengan iklan ini adalah iklan penguat

(reinforcement advertising) yang bertujuan untuk menyakinkan pembeli

sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat.

4. Iklan Melalui Media Televisi

Sejalan dengan pertumbuhan industri pertelevisian yang pesat dalam

beberapa tahun terakhir ini, televisi telah menjadi media yang sangat vital bagi

perusahaan-perusahaan produsen untuk mempromosikan produknya melalui

(33)

23

di berlakukannya surat keputusan menteri penerangan No.

190A/Kep/Menpen/1987 yang keluar pada tanggal 24 juli 1990 dan

menyatakan bahwa siaran televisi tidak lagi menjadi monopoli TVRI, dan

siaran televisi swasta dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat tanpa

menggunakan recorder (Ishadi SK, 1999;16). Karena kondisi inilah, banyak

perusahaan-perusahaan membuat iklan produk yang akan dijualnya dalam

tampilan yang menarik di media televisi, baik dari segi teknologi, bahasa,

maupun model iklan. Media televisi dipilih karena kemampuannya

menghasilkan medium yang sangat dramatis melalui gabungan gambar, cerita,

warna, gerak, dan suara, juga karena karakteristiknya yang audio visualistik

dan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat.

Ada empat bentuk iklan di televisi menurut Kasali dalam Durianto &

Liana (2004: 39-40), yaitu sebagai berikut:

1. Pensponsoran

Begitu banyak acara televisi yang penayangannya dan pembuatannya

dilakukan atas biaya sponsor atau pengiklan. Namun biaya yang

ditanggung sangat besar.

2. Partisipasi

Pengiklan dapat mengurangi biaya dan resiko karena pengiklan dapat

membeli waktu yang tersedia, baik untuk acara yang tetap maupun tidak

tetap. Pendekatan ini lebih fleksibel dalam arti dapat memilih jangkauan

pasar, sasaran pemirsa, jadwal dan anggaran.

3. Spot Announcement

(34)

24 4. Public Service Announcement

Iklan layanan masyarakat ini biasanya dimuat atas permintaan pemerintah

atau LSM untuk menggalng solidaritas masyarakat atau suatu masalah.

Menurut Jefkins (1996: 109-114) media televisi mempunyai kekuatan

dan kelemahan sebagai berikut:

1. Kekuatan media televisi

a. Kesan Radistik.

Sifat media televisi yang visual merupakan kombinasi warna, suara,

gambar, dan gerakan maka iklan-iklan tersebut tampak begitu hidup

nyata. Dengan kelebihan ini, para pengiklan dapat menunjukkan dan

memamerkan kelebihan atau keunggulan produknya secara detail.

b. Masyarakat lebih tanggap

Karena iklan televisi disiarkan dirumah-rumah dalam suasana serba

santai, maka masyarakat lebih siap memberikan perhatian terhadap

iklan televisi akan lebih besar, jiak materinya dibuat dengan standart

teknis yang tinggi, dan menggunakan tokoh-tokoh ternama sebagai

model iklannya.

c. Repetisi (pengulangan)

Iklan televisi dapat ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari, dan

dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu dapat bangkit.

Kebanyakan sekarang ini para pembuat iklan televisi tidak lagi

membuat iklan yang panjang. Mereka justru membuat iklan televisi

secara singkat namun menarik, agar ketika ditayangkan berulang-ulang

(35)

25 d. Terikat erat dengan media iklan

Tayangan iklan televisi mungkin saja terlupakan begitu cepat, tetapi

kelemahan dapat diatasi dengan memadukannya pada wahana atau

media lain.

2. Kelemahan media televisi

a. Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal, sehingga

pemiliha untuk kepentingan pendidikan pangsa pasar tertentu sulit

dilakukan.

b. Jika yang diperlukan calon pembeli adalah data-data yang lengkap

mengenai suatu produk atau perusahaan pembuatnya, maka media

televisi kurang tepat, karena disamping biaya iklan televisi yang sangat

mahal, pemirsa akan merasa cepat bosan. Untuk informasi seperti itu

iklan dengan menggunakan media cetak akan lebih tepat.

c. Iklan televisi terbilang mahal karena pemirsanya yang sulit dipilih.

Apalagi terdapat ribuan pengiklan lainnya yang bersaing membujuk

pasar sehingga pangsanya terlihat lebih kecil.

d. Pembuatan iklan televisi membutuhkan waktu cukup lama maka itu

tidak cocok untuk iklan-iklan khusus atau bahkan yang bersifat darurat

yang harus segera disiarkan.

e. Kesalahan serius yang dibuat oleh produser iklan televisi adalah

menggunakan penyaji atau model iklan yang sama sebagaimana para

pengiklan yang lain. Hal itu dapat menimbulkan persepsi bahwa

produser yang memilih model iklan tersebut hanya mengandalkan

kepopulerannya, tanpa mempertimbangkan kecocokan ekuitas merk

(36)

26

5. Selebritis Sebagai Endorser

Konsumen dapat tertarik pada sebuah iklan salah satunya dikarenakan

model iklan (endorser) yang ada dalam iklan tersebut. Dunia periklanan sudah

membuktikan selebritis mampu menyedot perhatian dan mempengarui

konsumen agar membeli produk yang diiklankan. Namun ada syaratnya, yaitu

harus memilki kesesuaian antara image produk dengan image atau karakter

selebritis. Ketidaksesuaian antara image produk dan selebritis menyebabkan

konsumen tidak dapat menangkap secara tepat pesan yang ingin disampaikan

melalui iklan. Bagi para pemasar, mencari selebritis yang sesui dengan produk

yang ingin dibesarkan sangatlah penting.

Dalam memilih seseorang selebritis dalam srategi pemasaran memang

dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dilakukan adalah

dengan melakukan model VisCap. Dalam sebuah model yang dikembangkan

oleh Rossiter dan Percy, karakter selebriti disesuaikan dengan communication

obyektive yang ingin dicapai. visCap terdiri dari empat unsur yaitu: Visibility,

Creadibility, Attraction, dan Power. Visibility menyang beberapa populer

selebritis tersebut.Creadibility menyangkut tingkat pengetauannya terhadap

produk dengan objektivitas dari sang selebriri. Attraction menyangkut daya

tarik personality, tingkat sikap terhdap iklan masyarakat dan kesamaannya

terhadap target user. Terakhir power yaitu menyangkut kemampuannya dalam

menarik konsumen untuk membeli. Namun dari segi keefekfitifan , visibility

banyak berguna apabila communication obyektive adalah awareness merek.

Penggunaan selebriti terkenal sebagai endorser sebuah iklan tidak

hanya memberikan dampak positif, namun juga dapat memberikan dampak

(37)

27

keaktifan karena ada kalanya penggunaan selebriti terpopuler tidak memenuhi

harapan advertiser (Miciak dan Shanklin : 1990). Oleh karena itu ada beberapa

prinsip yang dapat digunakan untuk meningkatkan keefektifan dari iklan yang

menggunakan selebriti endorser, beberapa diantaranya adalah:

a. Celebrity endorsermen akan lebih efektif jika selalu digunakan secara

konsisten untuk dapat memperkuat hubungan antara selebriti dengan

merek yang diendorsnya.

b. Celebrity endorsermen akan lebih efektik jika tampilanilan dengan

sederhana, jelas dan bebas dari elemen desaign yang tidak terkait.

c. Celebrity endorsermen akan lebih efektif jika selebriti yang digunakan

tidak memiliki keterkaitan yang kuat dengan produk ataupun jasa lainnya.

d. Celebrity endorsermen akan lebih efektif jika selebriti dapat digunakan

untuk menjadikan iklan lebih efektif dan menciptakan image bagi produk

ataupun jasa.

Penggunaan selebriti sebagai endorser memang diakui keefektifannya.

Namun disisi lain penggunaan selebriti endorser sebuah produk juga diakui

membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Semakin populer seorang selebritis

bagi publik, maka akan semakin tinggi pula nilai kontrak yang diterapkan per

produk.

6. Keputusan Membeli

Keputusan membeli adalah suatu proses yang mencakup pemilihan

jenis produk, mengevaluasi informasi, proses identifikasi dan pemilihan

alternatif untuk mengambil keputusan dalam memilih produk dan jasa yang

(38)

28

keputusan membeli menggunakan pendekatan dari teori Philip Kotler

mengenai tahap-tahap dalam proses keputusan membeli yaitu: mengenali

kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif dan keputusan membeli.

Keputusan membeli dikatakan terencana jika konsumen dalam

membuat keputusan melaului empat tahap tersebut secara sistematis yang

diawali dengan kesadaran akan pengenalan kebutuhan yang harus dipuaskan,

secara kualitas proses yang terjadi adalah sistematis sehingga dikatakan

sebagai keputusan membeli yang berkualitas. Sebaliknya keputusan membeli

yang tidak terencana jika konsumen dalam membuat sebuah keputusan

membeli melaui tahapan-tahapan tersebut secara tidak sistematis, bias saja

meloncati satu tahapan dan langsung ketahapan selanjutnya /proses pertama

tidak diawali dengan kesadaran akan pengenalan kebutuhan yang harus

dipuaskan, dalam hal ini dikatakan bahwa keputusan membeli yang terjadi

adalah kurang berkualitas.

Perilaku pembelian konsumen atau keputusan pembelian konsumen

dipengarui oleh banyak faktor baik faktor pemasaran maupun faktor lainnya.

Faktor pemasaran yang terdiri dari produk, harga, ditribusi, dan promosi

berpengaruh kuat terhadap keputusan pembelian konsumen, karena setiap

keputusan pembelian yang dilakukan, konsumen akan melihat pada sisi

produk, harga, maupun distribusi dan promosi yang dijalankan oleh

perusahaan. Konsumen akan membeli suatu produk yang bermanfaat bag

dirinya dengan harga yang terjangkau. Suatu produk yang memiliki kualitas

yang unggul akan tidak ada artinya jika konsumen tidak mengetaui akan

keberadaan produk atau tidak ada promosi yang gencar/menarik dari

(39)

29

6.1Proses pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan dalam pembelian produk barang dan

jasa sangat dipengaarui oleh perilaku konsumen itu sendiri. Kotler (1997:257)

mengemukakan bahwa proses pengmbilan keputusan membeli melalui lima

tahap yaitu:

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari adanya masalah atau

kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan actual

dengan keadaan yang diinginkan.

2. Pencarian informasi

Seorang konsumen yang mulai tertugah minatnya mungkin akan mencari

banyak informasi. Salah satu yang menjadi perhatian pokok pemasar

adalah sumber informasi utama yang dicari konsumen dan pengaruh

relatifnya terhadap keputusan pembelan berikutnya.

3. Evaluasi alternatif

Tahap ini terdiri dari dua tindakan yaitu menetapkan tujuan pembelian dan

menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian

berdasarkan mengidentifikasi alternatif-alternatif seperti uang, informasi,

waktu, dan resiko kesalahan dalam memilih.

4. Keputusan pembelian

Disini konsumen harus memutuskan dari setiapp komponen pembelian apa

yang mereka beli, bagaiman mebeli ,atau dimana membeli.

5. Tingkah laku pasca membeli

Setelah membeli produk, konsumen akan merasakan tingkat kepuasan atau

(40)

30

tersebut maka konsumen akan melakukan pembelian ulangdan bahkan

menginformasikan kepada pelanggan lain, tetapi apabila konsumen tidak

puas dengan produk tersebut maka konsumen kecewa dan tidak akan

melakukan pembelian lagi pada produk

Proses pengambilan keputusan yang luas merupakan jenis pengmbilan

keputusan yang pling lengkap, brmula dari pengenalan masalah konsumen

yang data dipecahkan melalui pembelian beberapa produk. Untuk keperuan

ini, konsumen mencari informasi produk atau merek tertentu untuk

mengevakuasinya seberapa baik masing masing alternatif tersebut dapat

memecahkan masalahnya. Evaluasi produk atau marek akan mengarah kepada

keputusan pembelian. Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi dari hasil

keputusannya, proses pengambilan keputusn yang luas terjadi untuk

kepentingan khusus bagi konsumen atau untuk pengambilan keputusn yang

membutuhkan tingkat tinggi. Tingkat keterlibatan merupakan karakteristik

konsumen, dikatakan mempunyai tingkat keterlibatan yang tinggi jika dalam

membeli suatu produk atau jasa, mereka meluangkan cukup banyak waktu,

perhatian dan usaha untuk membandingkan berbagai macam merek.

Keputusan pembelian adalah suatu proses pengambilan keputusan akan

pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak

melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan

sebelumnya.

Dalam keputusan pembelian /membeli barang konsumen ada lebih dari

dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Kegiatan

keputusan pembelian meliputi; pilihan akan produk, merek, pemasok,

(41)

31

7. Rumus AIDDA dalam Iklan Televisi

Pada dasarnya iklan merupakan proses komunikasi persuasive yang

bertujuan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau berhasil memperoleh

persetujuan dari komunikan terhadap apa yang dimaksud oleh komunikator

akan keberadaan suatu produk. Persuasi komunikasi (iklan) yang dilakukan

komunikator terhadap komunikan sebaiknya sesuai dengan rumus AIDDA.

Dalam rumus AIDDA dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Attention (Perhatian)

Merupakan suatu proses mental ketika stimulasi atau rangkaian

stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya

melemah (Rachmad, 1996:52). Jika dikaitkan dalam penelitian ini, perhatian

(Attention) berupa sajian iklan shampo Pantene dengan model iklannya

Anggun C Sasmi. Sajian iklan dan frekuensi kehadiran model dengan

karakteristik yang dimilikinya, lebih mudah menggugah perhatian

dibandingkan dengan iklan dan model iklan yang jarang tampil, tidak menarik

atau tidak memiliki pengaruh sama sekali.

2. Interest (Ketertarikan)

Secara umum ketertarikan dapat digambarkan sebagai suatu kehendak

yang tumbuh baik dari dii manusia maupun yang muncul secara spontanitas di

luar diri manusia terhadap suatu objek. Ketertarikan adalah sikap yang

membuat orang senang akan objek, situasi dan ide-ide tertentu. Jadi dalam

penelitian ini, ketertarikan masyarakat terhadap iklan shampo Pantene tersebut

disebabkan objek yang mereka senangi yaitu visualisasi model (selebritis)

(42)

32 3. Desire (Keinginan atau Hasrat)

Hasrat merupakan keadaan rasional yang dipengarui oleh perasaan

yang timbul. Karena dorongan untuk masuk secara lebih mendalam pada

permasalahan yang membutuhkan suatu pemecahan. Hasrat lebih berkaitan

dengan psikis seseorang, karena disisi lain melibatkan seseorang untuk

mengikuti. Sedangkan dalam penelitian ini adalah timbulnya minat untuk

membeli shampo Pantene yang disebabkan menonton tayangan iklan tersebut

yang melibatkan perasaan dan emosional.

4. Decision (Keputusan)

Pengambilan keputusan, artinya memilih antara kemungkinan yang

lebih dari satu. Pada prinsipnya keputusan dapat ditandai dengan 3 hal, yaitu:

- keputusan merupakan hasil akhir, hasil usaha intelektual

- keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaanya

boleh ditangguhkan atau dilupakan

- keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif

Hubungannya dengan penelitian ini adalah proses yang terjadi merupakan

suatu informasi yang telah disebarkan, sehingga menjadi pertimbangan

keputusan seseorang untuk menerima atau menolak informasi tersebut.

5. Action (Tindakan)

Tindakan merupakan realisasi dari pengambilan keputusan. Tindakan

seseorang merupakan hasil akhir dari pilihan sejumlah alternatif, apa yang

menjadi tindakan adalah alternatif terbaik dengan berbagai pertimbangan

dan resikonya. Tindakan bisa juga diambil, ketika seseorang menemukan

suatu kejadian atau peristiwa dilingkungan dimana seseorang menemukan

(43)

33

F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

F.1 Definisi Konseptual

1. Endorser Selebriti

Sesuai dengan definisinya menurut Menurut Terence A. Shimp

(2002:455) celebrity endorser adalah memanfaatkan seorang artis, entertainer,

atlet, dan publik figur yang mana banyak diketahui oleh orang banyak untuk

keberhasilan dibidangnya masing-masing dari bidang yang didukung. Jadi

yang dimaksud endorser selebriti disini yaitu sosok public figure yang

memiliki ketenaran, fans , massa, yang sudah sangat banyak sehingga dia

dikenal oleh banyak orang.

Penggunaan endorser selebriti di sini karena selebriti memilki atribut

kesohorannya, kecantikan, keberanian, talenta, kekuatan, keanggunan, dan

daya tarik seksualnya sehingga sering mewakili daya tarik yang diinginkan

perusahaan iklan.

2. Keputusan Membeli

Keputusan membeli adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh

setiap orang sebelum membeli suatu produk, dimana didahului dengan

tindakan evaluasi serta timbulnya pertimbangan-pertimbangan lagi terhadap

alternatif yang ada antara lain:

a. Keputusan menyangkut produk

- Pertimbangan terhadap mutu produk shampo mempengaruhi keputusan

membeli produk

- Pertimbangan terhadap banyaknya jenis produk shampo

(44)

34

b. Keputusan menyangkut harga

- Pertimbangan harga produk shampo yang terjangkau

- Pertimbangan harga shampo yang sesuai dengan kualitas

c. Keputusan menyangkut tempat

- Pertimbangan terhadap tempat pembelian shampo yang terjangkau

d. Keputusan menyangkut promosi

- Pertimbangan terhadap bagaimana produk shampo itu dipromosikan

F.2 Definisi Operasional

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dalam hubungannya dengan

variabel lain bertindak sebagai penyebab atau mempengaruhi. Dalam

penelitian ini, yang merupakan variabel bebas adalah “endoser selebriti”.

Selebritis disini adalah penggunaan endorser selebriti sebagai bintang iklan

dalam iklan shampoo Pantene. Dari penjelasan sebelumnya maka yang

menjadi variabel bebas dalam penelitian ini antara lain :

1. Frekuensi yakni frekuensi kehadiran model dengan karakteristik yang

dimilikinya, lebih mudah menggugah perhatian dibandingkan dengan

iklan dan model iklan yang jarang tampil, tidak menarik atau tidak

memiliki pengaruh sama sekali.

2. Intensitas yakni jika dikaitkan dalam penelitian ini, perhatian (Attention)

berupa sajian iklan shampo Pantene dengan model iklannya Anggun C

Sasmi.

3. Interest yakni dalam penelitian ini, ketertarikan masyarakat terhadap iklan

(45)

35

visualisasi model (selebritis) pada iklan tersebut.

Indikator yang menjadi ukuran dari variabel bebas tersebut adalah:

1. Frekuensi - Banyaknya waktu yang digunakan untuk menonton

iklan Pantene

2. Intensitas - Mengetaui seberapa sering melihat iklan Pantene yang

dibintangi endorser selebriti

3. Interest - Menyukai model iklan Pantene tersebut

- Keseriusan dalam menyaksikan iklan tersebut

- Mengetaui adanya iklan dan model iklan shampo

Pantene

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dalam hubungannya dengan

variabel lain bertindak sebagai variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian

ini, variabel terikatnya adalah “keputusan membeli”. Menurut Winardi

(1991;136) ada tiga bagian yang terdapat pada sebuah sikap yang

mempengarui perilaku konsumen dalam menentukan keputusan membeli

seseorang. Tiga bagian komponen tersebut adalah:

Komponen kognitif, mencakup semua keyakinan, pengetauan dan

pemikiran tentang objek yang bersangkutan, persepsi seseorang konsumen

tentang ciri-ciri atau sifat-sifat produk yang bersangkutan. Apakah produk

tersebut tahan lama? Apakah produk tersebut mahal harganya? Apakah produk

itu cocok bagi saya?

Komponen afektif, merupakan komponen emosional. Ia merefleksi

(46)

36

yang ada, baik ataukah buruk? Apakah kita menginginkannya? Apakah kita

menyukainya?

Komponen yang ke tiga merupakan komponen behavioral, (komponen

yang berkaitan dengan soal perilaku). Ia merefleksi perilaku-perilaku yang

direncanakan dan yang aktual terhadap objek yang bersangkutan.

Sedangkan indikator yang menjadi ukuran adalah :

1. Ketertarikan terhadap produk - Kepuasan akan produk yang dibeli

2. Keinginan membeli produk - Sesuai dengan kebutuhan

- Pertimbangan harga yang

terjangkau

3. Asumsi terhadap produk - Lebih baik daripada produk lain

- Kecocokan akan produk

G. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dari uraian latar belakang sebagaimana tersebut

diatas, maka dapat dirumuskan jawaban sementara dari rumusan permasalahan

yang hendak diteliti.

H1: Iklan yang menggunakan endorser selebriti mempunyai pengaruh terhadap

keputusan membeli.

H2: Iklan yang menggunakan endorser selebriti mempunyai pengaruh cukup

(47)

37

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah Kuantitatif, yaitu menganalisa data

yang berbentuk angka-angka untuk mengukur efektifitas iklan yang

menggunakan endorser selebriti terhadap keputusan membeli konsumen.

2. Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksplanatif

untuk menguji pengaruh antara variabel yang di hipotesakan, karena pada

penelitian ini terdapat hipotesa yang akan diuji kebenarannya. Hipotesa itu

sendiri menggambarkan pengaruh antara 2 variabel atau lebih, untuk

mengetahui apakah suatu variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel lain.

Sedangkan dasar dari penelitian ini adalah penelitian Survey yaitu

merupakan penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi

data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut,

sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan

hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian ini hanya

ingin mengetahui apakah pengaruh antara penggunaan endorser selebritis

terhadap keputusan membeli konsumen.

3. Populasi dan Sampel.

3.1Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

(48)

38

2005:90). Yang menjadi target populasi/subjek penelitian ini adalah

mahasiswa Ilmu Komunikasi jurusan Audio Visual tahun angkatan 2009 yang

berjumlah 118 mahasiswa dari tiga kelas yang terdiri dari 86 mahasiswa dan

33 mahasiswi.

3.2Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi yang akan diteliti dan dianggap telah mewakili atau representative

dan mencerminkan ciri dari populasi tersebut. (Sugiyono,2002:73).

Jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini yaitu separuh dari

jumlah populasi atau sekitar 45 orang dikarenakan populasi yang bersifat

homogen dan juga estimasi waktu yang peneliti perkirakan agar cepat

terselesaikannya penelitian ini. Menurut Winarno untuk pedoman umum saja

data dikatakan bahwa bila populasi cukup homogen terhadap populasi diatas

seratus dapat dipergunakan sampel sebesar 50% dan di atas seribu sebesar

15%.(winarno surakhmad. 1985;100).

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah lokasi yang digunakan dalam penelitian. dan

lokasi dalam penelitian ini adalah Universitas Muhammadiyah Malang

khususnya mahasiswa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi jurusan Audio Visual

tahun angkatan 2009. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena

karakteristik mahasiswa yang beragam dan banyaknya mahasiswa Universitas

Muhammdiyah Malang yang pernah melihat iklan shampo Pantene, dengan

alasan itulah peneliti mengambil mahasiswa sebagai objek penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses terapi, sumber radiasi akan ditempatkan pada aplikator, sehingga ukuran dosis-matrik aplikator harus ditentukan sehingga semua dosis matrik sumber radiasi

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya tentang isi pesan iklan Ades versi “Langkah

selain di telinga kecuali yang disebabkan oleh ketentuan agama atau adat (wanita)* dan tidak bertato / bekas tato dan tindik / bekas tindik anggota badan

Perubahan wujud ruang, khususnya hunian tradisional masyarakat Bali, terjadi terutama pada wilayah-wilayah yang terkonsentrasi untuk pariwisata, seperti wilayah Ubud.. Ubud

pertanian terhadap tingkat produksi padi organik. 6) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh benih, pupuk, pestisida, tenaga.. kerja, dan perbedaan tipologi terhadap tingkat

Disamping itu, paradigma baru manajemen pendidikan tinggi yang menekankan pentingnya otonomi institusi yang berlandaskan pada akuntabilitas, evaluasi, dan akreditasi yang bermuara

deformasi Gunung Merapi yang terekam pada pengamatan dalam rentang waktu 27 Februari. sampai dengan 30

Penelitian melibatkan 39 mahasiswa calon guru sekolah dasar untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan, kesulitan, dan instruksi yang digunakan dalam pengajaran