• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP SOSIALISME DALAM PANDANGAN MARX DAN LENIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP SOSIALISME DALAM PANDANGAN MARX DAN LENIN"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP SOSIALISME DALAM PANDANGAN MARX DAN LENIN

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Oleh:

Ts. HendraPrasetyo.K NIM (07230012)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Ts. Hendra Prasetyo.K

Nim : 07230012

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Konsep Sosialisme Dalam Pandangan Marx Dan Lenin

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Dosen Pembimbing I

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dosen Pembimbing II

Drs. Jainuri, M.Si

Mengetahui,

Dekan FISIP

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Kajur Ilmu Pemerintahan

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu politik

Universitas Muhammadiyah Malang Pada :

Hari :

Tanggal :

Jam :

Tempat :

Dewan Penguji :

1. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si : (...) 2. Hevi Kurnia Hardini, M.A. Gov : (...) 3. Dr. Asep Nurjaman, M.Si : (...) 4. Drs Jainuri, M.Si : (...)

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Ts. Hendra Prasetyo. K Tempat, tanggal lahir : Malang, 16 Februari 1988

NIM : 07230012

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

KONSEP SOSIALISME DALAM PANDANGAN MARX DAN LENIN Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 18 Juli 2014 Yang menyatakan,

(5)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Ts. Hendra Prasetyo.K Nim : 07230012

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Konsep Sosialisme Dalam Pandangan Marx Dan Lenin

Pembimbing I : Dr. Asep Nurjaman, M.Si Pembimbing II : Drs. Jainuri, M.Si

Kronologi Bimbingan :

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

10 Oktober 2013 ACC Judul

Januari – Maret Proses bimbingan

12 Januari 2014 Seminar Proposal

18 April 2014 ACC Bab II

7 Mei 2014 ACC Bab III

3 Juni 2014 ACC Bab IV dan V

23 Juni 2014 ACC Ujian Skripsi

Tanggal Selesai Bimbingan Skripsi : 19 Juni 2014

Malang, 23 Juni 2014 Disetujui,

Dosen Pembimbing I

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dosen Pembimbing II

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Telah banyak literatur karya-karya yang memuat pemikiran Marx dan Lenin baik dalam bentuk buku, jurnal maupun tugas akhir : skripsi, tesis atau disertasi.Dari berbagai tulisan tersebut penulis mencoba mencari tahu bagaimana konsep sosialisme Marx dan Lenin dengan mencoba memahami dari karya-karya Marx dan Lenin maupun karya second hand yang memuat pemikiran Marx dan Lenin, dengan harapannantinya dapat mengetahui prinsip-prinsip sesungguhnya

“sosialisme ilmiah” Marx dan Lenin yang kadang disalah artikan oleh khalayak

umum tentang ‘sosialisme ilmiah’.

Ibarat tiada gading yang tak retakpenulis menyadari bahwa didalam proses pengerjaan dan penyajian skripsi ini masih banyak kekurangan yang perlu ditambahi dan disempurnakan guna menghindari ketidak jelasan dalam muatan isi materi (skripsi). Oleh karena itu, masukan dan kritikan yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang tidak hanya bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan dan studi keilmuan di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang saja,akan tetapi juga bagi para pembaca secara umum.

Amien ya Rabbal Alamien

Billahi Fii Sabilill Haq fasta Bikhul Khoirot

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh

Malang,24 Juli 2014 Penulis,

(7)

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu merubahnya

sendiri”

(QS-

Ar Ra’d 13:11)

” Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang

berilmu beberapa derajad. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”

(Al Mujadilah 58:11)

Tiada kekayaan lebih utama daripada akal.

Tiada kepapaan lebih menyedihkan daripada kebodohan. Tiada warisan yang lebih baik daripada pendidikan.

Ilmu lebih utama dari pada harta,

karena ilmu menjagamu sedangkan harta malah kamu yang harus menjaganya.

Ilmu lebih utama daripada harta,karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimiliki, sedangkan orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya.

Harta itu jika engkau tasarruf kan (berikan) menjadi berkurang, sebaliknya jika ilmu engkau tasarruf kan malahan bertambah.

(Ali bin Abi Thalib)

“Disini masalahnya bukan zakat, masalahnya menyangkut orang yang menimbun emas dan perak, dan tidak memberikannya pada jalan Allah”

(Abu Dzar Al Ghifari-Sahabat Rasullululah)

“Yang pantas diperhatikan dari riwayat seorang penguasa, bukanlah semua hal

yang telah dikerjakannya, melainkan hanyalah yang telah dilakukan dan pantas

diwariskannya untuk masa depan”

(8)

viii

“Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan”

(Pramoedya Ananta Toer-Bumi Manusia)

“Dalam rangka untuk bertahan hidup kita berpegang teguh pada hal tersebut (pengetahuan dan pemahaman) yang membingungkan, tetapi itu adalah realita, dan manusia hidup dengan asumsi-asumsi yang salah”

(Uchiha Itachi)

“Musuh kita dalam belajar adalah rasa puas diri. Sikap yang harus kita ambil dalam diri kita sendiri adalah belajar dengan tak puas-puasnya, dan terhadap orang lain mengajar dengan tak jemu-jemunya”

(Mao Tse Tung-The Little of Red Book)

“Politik adalah ilmu melayani rakyat, dan bukan hidup dari rakyat”

(Evo Morales-Presiden Bolivia)

“Bukan orang yang tak bertuhan yang jijik dengan Tuhan masyarakat, tetapi

orang yang menjadikan pandangan masyarakat sebagai Tuhan”

(Karl Marx-Motto Disertasi)

“Para ahli filsafat hanya telah menafsirkan dunia, dengan berbagai cara; akan tetapi soalnya ialah mengubahnya”

(Karl Marx-Sebelas tesis Feuerbach)

“Bagi seorang kapitalis waktu adalah uang, bagi seorang religius waktu adalah ibadah, bagi seorang aktivis waktu adalah perjuangan”

(Hendro)

(9)

ix

Sebagai rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1.

Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang senantiasa

memberikanku kesehatan dan kesabaran yang luar biasa.

2.

Kedua orang yang berjasa dalam hidup saya dan kasih sayang tak

tergantikan: Alm. Said Effendi yang telah mengajarkan segala hal tentang kehidupan ini, akan kuingat slalu jasa, didikan yang telah Engkau berikan dan Ibunda Cholifah yang selalu mengajarkan kesabarandalam mengarungi kehidupan, serta saudara-saudara saya. Doa dan harapan serta keberadaan kalian semua sungguh memberi saya kekuatan untuk menghadapi keadaan sulit saat mengerjakan skripsi ini.

3.

Kedua pembimbing saya yang terhormat: Dr. Asep Nurjaman, M.Sidan

Drs. Jainuri, M.Si atas arahan dan kesabarannya dalam membimbing dan mendidik saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik selama proses pengerjaan skripsi ini. Allah yang senantiasa membalas segala kebaikanBapakXiexie.

4.

Terima kasih juga tak lupa saya haturkan kepada segenap staf di Jurusan

Ilmu Pemerintahanterutama kepada Ibu kajur yang selalu memotivasi untuk segera menyelesaikan study.

5.

Ibu Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial: Dra. Juli Astutik, M.Si.

(10)

x

6.

Terimakasih pada Bang Ruli Inayah Romadhoan yang meminjamkan

buku-bukunya selama pengerjaan skripsi (ojo lali bang lek mancing sek kalahan), Mas Aan owner Sibukmaind yang membantu meminjami buku dan sharing-sharingnya, matur nuwun sanget. Kepada Mas Kris (Nur Sayyid Santoso Kristeva – terimakasih atas usulan judulnya, semoga kita bisa bersua lagi).

7. Spesial buat爱, yang telah menjadi tempat bersandarku dan menjagaku

selama ini, terima kasih banyak atas support, waktu dan masukannya berdiskusi, kesabaran, ketelatenan dan semua hal, baik itu keluhan dan kegembiraan yang ku bagi denganmu. 我一直, 看着你的爱. Kita masih

punya mimpi yang sama dan berawal dari perbedaan.

8. Keluarga besar IMM Renaissance FISIP terima kasih atas pengalaman buat kawan-kawan seangkatan ‘007’Fi3 (berawal dari sahabat kemudian jadi cinta) hehehe,,, buat kawan, sahabat, saudara yang tak tergantikanAkhmad Rofiq (Giplo) ndang mari pisan, Intan, Yayuk, Dati’, Ferdia, Dyan Arta, Rustan, Hafid (cepet cari jodoh hahaha), Andre (kriting), Kurais, pipit, vita, viki (BABI), Dauz (kibo), Romli, Dimas, Eri Mega.

Kawan-kawan ‘06’ Sururin (ndondon), Arvan,Juhairi, Erwin, Ibnun, Saprol, Andy (abu), Sisil, Nia, Riska (genk), Idrus, Pipit (bendhum), Sandra.

(11)

xi

Fahmi (umatsuwun guyonane), Mas Hasbi (pesannya selalu saya ingat mas), alm Mas Rustam, Mas Bagus, Mas Gilang, Haji Dzul, Mas Didit (papa sosek), Mas Hikmawanto (Aming),

Kader-kader renaissance : 08; Suwait (tewur wah wes nikah disek), ‘09’Purwadi Anggara (gombeng, masih banyak hal yang perlu dipelajari), hafid (anjoel), Haris (mendem), Elsa (sinau seng tekun), Gumul (ckckc g kebayang tomp kejatuhan kolor ijo), Sukito,‘10’Rahmat (belajar lagi), Sodek (ojo ngisruh imawati ae), Erik (ojo gambar TO**T ae tomp), ‘11’Ageng, Rian, Faris (tri idiot, jangan malu bertanya dan belajar), Tika, Winda, Zul Aslan (semangat Zul), ‘12’Widi (makasih pulsanya+banyak belajar lagi), Wenda (jangan malu dengan pendapat sendiri), Biky (jangan maen game aja), Jalil, Chandra, dkk (tetap semangat belajar dan berpraktik), ‘13’Hamdan (gimanojo turu ae sinau seng tekun), Fanda, Rosi, Arinil, komar, dkk (maaph yg g kesebut namanya saya g apal nama kader ‘13’, tetap semangat belajar dan berpraktik).

9. Kawan-kawan KMB : Jibril (Kibro)+mbak Sely, Chandra (Gamabunta), Diki (Ucil), Jaki (kepiting rebus)terimakasih atas kepedulian dan kebersamaannya.

10. Kawan-kawan IMM : Husen, Bowo, Loading (si L suwun masak’ane +

(12)

xii

Ida, Nina, Brian, Ana, Nova_Novi, Syarifa, Eko_Tole (Cardiovascullar)thanks dulu dah mau nampung hahaha,,,,

Kawan seperjuangan di Korkom UMM 09-10; Abror (Tamaddun), Dwi (Fapetrik), Eko (Tole Cardiovascullar), Dodik (Be’en Supremasi), Tri (Raushanfikr).

11. Bolo-bolo aremania_64 Kampus putih UMM : Mariska (bangkak), Adi (Ndos), Duek, Kebo, panji, Benjot, Sentot, Bolot, Sarkali, suwun rek kekompakannya kita pernah mengibarkan bendera aremania_64 Kampus putih UMM di berbagai ajang ISL.

12. Bolo-bolo warung kopiManggar : Riski Ricuh (suwun ESP-ne), Arif (suwun sering mbukakno gerbang), Beni, Ojan (pecatur handal g’tamat sekolah), Ujian(nama orang rek), Paijo, Doni, Bonaji (konter suwun hiburan PS), Kholid, Sinyo (soviet), Zulkifli, Didi, Zhe, Alfa, Muis, Faruq, Dedi.

13. Semut Alas : Doel, Tompel, Ian, Phiti dkk (Kapan Camping maneh rek). 14. Jiraiya sensei yang selalu meluangkan waktu buat diskusi dan diajak mikir

ditengah-tengah kesibukan; Mohammad Havid Alvan,(suwun cak bantuannya tanpamu gak kelar skripsi ini, kita telah merevisi das capital) hahaha,,,,

(13)

xiii ABTRAKSI

Ts. Hendra Prasetyo. K, 2014, 07230012, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Konsep Sosialisme Dalam Pandangan Marx Dan Lenin, Pembimbing I : Dr. Asep Nurjaman, M.Si, Pembibing II : Drs. Jainuri, M.Si

Sosialisme yang beragam dan di interpretasikan berbeda-beda oleh banyak kalangan baik dilingkungan akademisi maupun bagi mereka yang mengkaji pemikiran Marx, kemudian memunculkan hasrat bagi penulis untuk mengkaji lebih dalam bagaimana seorang Marx dan Lenin memandang sosialisme itu sendiri. Konsep sosialisme Marx dan Lenin yang kemudian dikenal dengan nama

‘sosialisme ilmiah’ sebagai ideology kelas buruh merupakan perjuangan yang

sepenuhnya revolusioner. Sosialisme yang dibangun oleh Marx berbeda dengan sosialisme abad ke-19 yang pada umumnya menarik keluar kelas buruh dan masyarakat miskin lainnya dengan percobaan membangun suatu tatanan alternative masyarakat dan dengan sedikit harapan akan adanya belas kasihan dari Negara untuk membiayai komunitas tersebut. Inilah yang membedakan

‘sosialisme ilmiah’dengan mereka (sosialisme lainnya).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan tekstual dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui library research. Berbagai sumber data primer yang telah diperoleh tersebut kemudian dikumpulkan, diolah, diidentifikasi, dan dianalisis yang kemudian digunakan untuk mendukung uraian penelitian dalam menjawab rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini.

Dari hasil analisa data diperoleh bahwasanya sosialisme dalam pandangan Marx dan Lenin mengikuti alur perkembangan masyarakat yang dalam sudut pandang materialism historis, perubahan dan perkembangan masyarakat terjadi karena adanya factor ekonomi (basis struktur) yang menentukan politik, hukum (supra struktur). Gerak perubahan dari satu fase masyarakat ke bentuk masyarakat yang lebih maju ini dalam kerangka materialisme dialektis terjadi karena kontradiksi internal, yang artinya perjuangan dari masyarakat tersebut karena adanya kontradiksi di dalam masyarakat sebagai factor pokok. Marx melihat bahwa basis penggerak sejarah tersebut secara inhern terdapat dalam kapitalisme yaitu kelas buruh.

Kelas proletar inilah yang nantinya akan memiliki kesadaran kelas termaju dengan segenap kekuatannya akan menghasilkan revolusi. Tentunya revolusi ini mengikuti hukum kedua dari materialism dialektik perubahan kuantitas menentukan perubahan kualitas. Artinya bahwa kesadaran akan ketertindasan, perjuangan dan intensitas organisasi dalam melakukan penyadaran (edukasi) menentukan apakah revolusi dapat dimenangkan oleh kelas buruh/kelas proletar. Negasi dari negasi dalam konteks perjuangan kelas buruh ialah dengan kepemilikan pribadi (atas alat produksi) dinegasikan menjadi kepemilikan bersama. Dengan demikian jika fase feudal adalah (tesis), fase kapitalisme (antithesis) dan sosialisme adalah (sintesis).

(14)

xiv

gagasan Marx dalam bentuk praksis revolusioner. Tidak dipungkiri bahwa Marx mengharapkan revolusi akan terjadi di negeri-negeri dimana kapitalisme sedang maju-majunya karena disanalah kelas proletar yang terhisap akan sadar dan akan melakukan revolusi dan menegakkan diktaktor proletariat atau Negara sosialis. Tetapi hal yang demikian tidak terjadi sampai pada tahun 1917 di negeri yang bisa dikatakan terbelakang dalam aspek industry melakukan perjuangan kelas dan melahirkan revolusi dan Negara sosialis pertama di dunia.

Lenin kemudian menafsirkan dan mempertajam gagasan Marx dengan kesatuan teori dan praktik revolusioner bahwa revolusi tidak harus menuggu kapitalisme tumbuh subur ketika syarat-syarat akan revolusi sudah terpenuhi. Untuk menunjang keberhasilan dari sebuah revolusi, sebagaimana anjuran Marx, dan pengalaman Lenin sendiri, maka kebutuhan akan adanya partai revolusioner, partai yang beranggotakan kelas buruh yang memiliki kesadaran kelas termaju merupakan hal yang urgen. Dengan adanya partai yang terorganisasi dengan rapi yang beranggotakan kelas professional, maka tugas partai tidak hanya melakukan aksi-aksi dan kerja organisasi, melainkan memberi penyadaran (edukasi) arti penting perjuangan politik kelas buruh dan kelas terhisap lainnya dalam masyarakat.

Mengingat Rusia sampai tahun 1903 tidak memiliki lembaga demokratis,

maka strategi untuk lahirnya revolusi sosialis ia terjemahkan dengan ‘revolusi dua tahap’. Yang pertama ialah revolusi Februari menumbangkan kekuasaan otokrasi

Tsar Nikolai II, dan kedua revolusi Oktober menumbangkan kekuasaan reaksioner pemerintahan sementara.

Dengan segenap usaha bersama kelas tertindas lainnya yaitu kelas buruh dan kelas tani, dan elemen masyarakat yang tertindas lainnya, maka revolusi Oktober 1917 dapat dimenangkan oleh rakyat yang selanjutnya transisi menuju sosialisme. Keyword

(15)

xv ABSTRACT

Ts. Hendra Prasetyo. K, 2014, 07230012, University Muhammadiyah of Malang, Faculty of Social and Political Science, The concept of Socialism According to Marx and Lenin, Adviser I : Dr. Asep Nurjaman, M.Si, Adviser II : Drs. Jainuri, M.Si

Socialism had been interpreted differently by many scholars as well as by

those who asses Marx’s thought, it lead the writer to deeply examining on how Marx and Lenin saw socialism itself. Marx and Lenin’s socialism concept,

furthermore known as “scientific socialism”, was a revolutionary struggle of labor

class ideology. Socialism built by Marx is different to socialism in 19th century which generally pulls out labor class and poor citizen as an attempt to build an alternative society order and expect for the state to fund this community. This

distinguished “scientific socialism” with other socialism.

This study uses descriptive qualitative method with textual approach and collective data technique through library research. Primary data sources that been collected, processed, identified and analyzed used to support research description in answering problem statements of this thesis.

From the data analyzing result writer find out if socialism according to Marx and Lenin follows society development flow which in historical materialism point of view, changes and society development happened due to economy factor (base structure) determining politics and law (superstructure). Change movement from one phase into civilian society form within materialism dialectic framework happened because of internal contradiction, which means society struggle happened due to contradiction inside the society as primary factor. Marx saw that history movement base inherently in capitalism, which were the labor class.

This proletarian class will gain the most advance awareness and with its full strength will raise the revolution. Certainly this revolution is under the law of dialectic materialism, quantity change determines quality change. It means that awareness of oppression, struggle and organization intensity in conducting awareness (education) determine whether revolution could be won by labor class/proletarian class. Negation of negation in context to labor class struggle is by private ownership (of production tools) negated to be public ownership. Thus, if the feudal phase is thesis, then capitalism phase is anti-thesis and socialism is synthesis.

Even-though Lenin was living in a place where capitalism morphed into its highest stage which were monopole capitalism, but in aspect of struggle and

awareness on oppressed class, Lenin sharpen and develop Marx’s idea in more

revolutionary and practical way. No doubt that Marx expected revolution occurred

in states where capitalism is high on top because there’s where proletarian class

will do the strike and enforce proletarian dictatorship or socialist country. But that such thing do not happen until 1917 when under-develop industrial country doing class struggle, rise up the revolution and very first socialist country in the world.

(16)

xvi

while terms of revolution are fulfilled. To support revolution successfulness, as

recommended by Marx and Lenin’s experience himself, then need of

revolutionary party membered by labor class whose most advance awareness is urgent. With appearance of organized revolution party consisted by professional

class member, party’s task is not only doing actions and organizational duty, but

giving awareness (education), important meaning of labor class political struggle and other absorbed class inside the society.

Considering that Russia until 1903 never had democratic institution, thus

strategy to make socialist revolution then translated into “two stages of revolution”. First is February revolution subverting Tsar Nikolai II domination

and second one is October revolution subverting temporary government authority. Whole effort together with labor, peasant, and other oppressed citizen class; in October 1917 revolution can be won by the people and subsequently transited into socialism.

Keywords:

Dialectical Materialism, Historical Materialism, Class Contradictory, Revolution, Socialism.

Approved by, Adviser I

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Adviser II

Drs. Jainuri, M.Si

Malang, July 01, 2014 Writer,

(17)

xvii

DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

1.5 Landasan Teoritis dan Definisi Konseptual ... 9

(18)

xviii BAB II PENELITIAN TERDAHULU

2.1 Pemikiran Karl Marx ; Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionis

karya Franz Magnis Suseno ... 29

2.2 Karl Marx, Revolusi dan Sosialisme karya Ken Budha Kusumandaru ... 34

2.3 Peta Pemikiran Karl Marx karya Andy Muawiyah Ramli ... 38

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SOSIALISME 3.1 Sejarah Perkembangan Sosialisme ... 45

3.1.1 Embrio Kelahiran Sosialisme ... 45 4.1 Tokoh yang mempengaruhi Karl Marx ... 68

4.1.1 George Wilhelm Friedrich Hegel ... 68

4.4 Tokoh yang mempengaruhi pemikiran Lenin ... 128

4.4.1 Karl Marx ... 128

4.4.2 Friedrich Engels ... 130

4.5 Vladimir Ilyich Ulyanov (Nikolay Lenin) ... 131

4.5.1Biografi Vladimir Ilyich Ulyanov/Lenin ... 131

4.6 Konsep Sosialisme Lenin ... 133

(19)

xix

4.6.2 Revolusi Dua Tahap ... 137

1. Situasi Rusia Pra Revolusi ... 137

2. Revolusi Demokratik ... 140

a. Revolusi Februari 1917 ... 140

b. Revolusi Oktober 1917 ... 143

3. Transisi ke Sosialisme ... 145

4.6.3 Terbentuknya Negara Buruh Pertama Di Dunia ... 148

1. PKUS sebagai Partai Pelopor ... 148

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 151

5.2 Kritik dan saran ... 154

LAMPIRAN ... 155

(20)

xx

DAFTAR TABEL

1.1 Skema Alur Pemikiran ... 24

2.1 Tabel Posisi Penelitian Terdahulu ... 43

2.2 Tabel Posisi Peneliti ... 44

3.1 Tabel Gerakan Sosialisme ... 66

4.1 Tabel Fase Perkembangan Masyarakat ... 106

4.1 Diagram Mode of Production/Corak Produksi ... 111

(21)

155

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Alexandrov, G.F, dkk. Pent. Suparyakir. 2007. Joseph Stalin; A Short Biography.

Yogyakarta. Kreasi Wacana

Berlin, Isaiah. Penter. Eri Setiyawati & Silvester G. Sukur. 2007. Biografi Karl Marx. Yogyakarta.

Bellamy, John Foster. Penter. Pius Ginting. 2013. Ekologi Marx; Materialisme dan Alam. Jakarta. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Bertens, Prof. K. Cetakan ke-15 1998. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta.

Kanisius

Budha, Ken Kusumandaru. 2004. Karl Marx, Revolusi dan Sosialisme; Sanggahan Terhadap Franz Magnis Suseno. Yoryakarta: Resist Book Brown, Alison. Pent. Saut Pasaribu. 2009. Sejarah Renaisans Eropa. Yogyakarta.

Kreasi Wacana.

Cambel, EW. Peny. Irfan. 2004. Meretas Jalan Pembebasan. Malang. Kijaru School

Dahler, Franz dan Eka Budianta. 2000. Pijar Peradaban Manusia. Yogyakarta. Kanisius

Ebenstein, William-Edwin Fogelman. 1987. Isme-isme Dewasa Ini, ed ke-9. Jakarta. Erlangga

Ebenstein, William. Peny. Floriberta Aning.2006. Isme-isme yang mengguncang Dunia. Yogyakarta

Engels, Frederick. Penyadur. Hidayat Purnama. 2012. Kondisi Kelas Pekerja Inggris; Embrio Sosialisme Ilmiah. Yogyakarta. Pustaka Nusantara

Engels, Frederick. Pent. Vidi. 2011. Asal Usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi dan Negara. Jakarta. Kalyanamitra

Engels, Frederich. Pent. Oey Hay Djoen. 2005. Dialektika Alam. Hasta Mitra Fahrurrodji, A. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi; Pengantar Sejarah dan

(22)

156

Furet, Fancois - Denis Richet. ed. Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo. 1989. Revolusi PRANCIS. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Hardiman, F. Budi. 2004. Filsafat Modern; Dari Machiavelli Sampai Nietzsche.

Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Hart, Michael H. Pent. H. Mahbub Djunaidi. 2003. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta. Putaka Jaya.

Hill, Christopher. Peny. Darmawan. 2009. Lenin Teori dan Praktik Revolusioner.

Yogyakarta. Resist Book.

Huttington, Samuel.P. pent. M.Sadat Ismail. 2004. Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia. Yogyakarta. QALAM

Lavine, T.Z. Alih bahasa Andi Iswanto dan Deddy Andrian Utama. 2003. Hegel : Revolusi Dalam Pemikiran. Yogyakarta. Jendela

Lebowitz, Michael A. peny. Darmawan. 2009. Sosialisme Sekarang Juga.

Yogyakarta. Resist Book

Lorimer, Doug. Pent. B.I Mahendra Kusumawardhana dkk. 2013. Sosialisme dan Persoalan Kebangsaan. Yogyakarta. Bintang Nusantara

Luxemburg, Rosa. Penyunting. Puthut Eko Aryanto. 2000. Pemogokan Massa.

Yogyakarta. Gelombang Pasang

Magnis, Franz Suseno. 1999. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta . PT. Gramedia Pustaka Utama

Magnis, Franz Suseno. 2003. Dalam Bayangan Lenin; Enam Pemikir Marxisme dari Lenin sampai Tan Malaka. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama Marx, Karl dan Frederick Engels. pent. Nasikhul Mutanna. 2013. Ideologi

Jerman. Yogyakarta. Pustaka Nusantara.

Marx, Karl dan Frederick Engels. Pent. Nasikhul Mutamanna. 2013. Ideologi Jerman; Jilid I; Feuerbach. Yogyakarta. Pustaka Nusantara

Marx, Karl. pent. Oey Hay Djoen. 2004. Kapital buku I; Sebuah Kritik Ekonomi Politik. Hasta Mitra

(23)

157

Moore, John dan Spencer Sunshine. Pent. Ninus D. Andarnuswari. 2014. Aku Bukan Manusia, Aku Dinamit; Filsafat Nietzsche dan Politik Anarkisme.

Yogyakarta. Marjin Kiri

Muawiyah, Andi Ramly. 2007. Peta pemikiran Karl Marx. Yogyakarta. LkiS Pelangi Aksara.

Noer, Deliar. 1982. Pemikiran Politik Di Negeri Barat. Jakarta. CV. Rajawali Perry, Marvin. Penter. Saud Pasaribu. 2012. Peradaban Barat; Dari Zaman Kuno

Sampai Zaman Pencerahan. Kreasi Wacana

Pipes, Richard. Penter. Dono Sunardi. 2004. Komunisme Sebuah Sejarah.

Yogyakarta. Mata Angin

P. J. Bouman. DR. Penter. Sugito – Sujitno. Sosiologi ; Pengertian dan Masalah.

Yayasan Kanisius. Yogyakarta.

Rickyanto, Donny. 2009. Yahudi Dalang Perang Dunia I & II. Milestone

Rocker, Rudolf. Pent. Tjuan. 2001. Anarkisme dan Anarko-Sindikalisme. Yogyakarta. Sumbu.

Russel, Bertrand. Pent. Sigit Jatmiko dkk. Sejarah Filsafat Barat; kaitannya dengan kondisi sosio-politik zaman kuno hingga sekarang. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Rusliwa, Gumilar Somantri. Memahami Metode Kualitatif. MAKARA, Sosial Humaniora, Vol.9 No.2. Desember 2005

Schmandt, Henry J.. peny. Kamdani. 2009. Filsafat Politik : Kajian Historis Dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Silalahi, Ulber Dr. M.A. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Penerbit PT.

Refika Aditama

Soyomukti, Nurani. 2011. Pengantar Filsafat Umum. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.

Tashakkori, Abbas & Charles Teddlie. Pent. Drs. Budi Puspa Priadi, M. Hum. 2010. Mengombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

(24)

158

Trotsky, Leon. Pent. Rafiq Nadezhda. 2010. Revolusi Yang Dikhianati.

Yogyakarta. Resist Book

Sumber Internet

Lenin. Tugas-Tugas Kaum Proletariat Dalam Revolusi Sekarang Ini (Tesis April). Dalam http://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1917/Tugas.htm Diakses pada tanggal 01 Mei 2014

Lenin. 1916. Imperialisme Sebagai Sebuah Tahapan Khusus Dari Kapitalisme. Dalam http://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1916/1916-tahapankhusus.htm. Diakses pada tanggal 01 Mei 2014

Marx, Karl. Tesis Tentang Feuerbach. Dalam

http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1845/tesis-feuerbach.htm. Diakses pada tanggal 04 Juni 2014

Marx, Karl. 1959. Manifesto Partai. Dalam

http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1848/manifesto/index.htm. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2013

Marx, Karl. 1859. Kata Pengantar Pada Sebuah Sumbangan Untuk Kritik

Terhadap Ekonomi Politik. Dalam

http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1859/pengantar kritik.html. Diakses pada tanggal 21 Februari 2014

Marx, Karl. 1852. Brumaire XVIII Louis Bonaparte. Dalam

https://www.marxist.org/indonesia/archive/marx-engels/1852/brumaire/index.html Diakses pada tanggal 12 Juni 2013

(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Berbicara tentang sosialisme tidak bisa kita lepaskan fase peradaban masyarakat di Eropa, karena embrio sosialisme merupakan hasil dari pergolakan masyarakat di Eropa secara umum dan khususnya di negara-negara yang mengalami fase transisi dari masyarakat feodalisme menuju kapitalisme. Sebut saja Prancis dan Inggris, dua negara ini merupakan contoh dari beberapa negara di Eropa yang mengalami fase transisi dari masyarakat feodalisme ke kapitalisme.

Jauh sebelum revolusi Amerika 1776, revolusi Prancis tahun 1789 dan revolusi di Rusia tahun 1917, di Inggris sudah terjadi pergolakan antara raja dengan rakyat yang menghasilkan piagam Magna Charta tahun 1215. Kisaran abad 16 kembali terjadi perang saudara di Inggris yang membawa pada kekalahan kerajaan dan berakhir pada pemenggalan raja Charles I. Revolusi Inggris merupakan sebuah penanda akan adanya kebangkrutan awal feodalisme di Eropa yang kemudian berlanjut pada revolusi Prancis 1789 dan revolusi serentak di negeri-negeri Eropa pada tahun 1848 dimana perkembangan masyarakat ke arah yang lebih maju ini tidak dapat dicapai dengan struktur masyarakat lama.

(26)

2

sosialisme. Artinya baik sosialisme, liberalism dan kapitalisme merupakan anak dari peradaban Eropa yang lahir dari kandungan masyarakat Eropa dengan situasi objektif yang mengiringinya. Dalam pembahasan filsafat, kita mengenal zaman pertengahan dan zaman pencerahan. Menjelang pertengahan abad kelima belas, umumnya disepakati bahwa periode itu berlangsung selama seribu tahun, dari jatuhnya Roma 412-1412.1

Peralihan peradaban masyarakat dari abad pertengahan (darkness) menuju era renaisans (enligthment) secara umum ditandai dengan penggunaan mesin sebagai alat produksi menggantikan tenaga manusia, inilah yang kemudian membidani kelahiran kapitalisme muda. Setidaknya hal ini ditandai oleh beberapa faktor, antara lain:

Pertama, tumbuhnya perdagangan dan kebutuhan akan uang untuk

perdagangan, menyebabkan tuan tanah menyewakan tanahnya kepada petani miskin, dan membolehkan budak-budaknya menebus ganti rugi kewajiban pekerjaannya dengan uang atau bunga. Kedua, sebagian tuan tanah sendiri mulai mengambil peran dalam perdagangan dikota dan hidup dari bunga uang dan keuntungan dari berdagang. Ketiga, dalam perkotaan memunculkan golongan elit dan tenaga-tenaga ahli tukang yang meninggalkan pekerjaan mereka sama sekali untuk mengurusi perdagangan. Golongan ini membetuk organisasi atau perkumpulan seprofesi seperti, perkumpulan pengusaha sutra dan wols Mersers, perkumpulan kain dan barang tenun Drapers, perkumpulan pengusaha makanan Grocers, untuk mendapatkan perjanjian dari Raja guna mendapatkan hak monopoli dalam tiap jenis perdagangan mereka. Dalam rangka perdagangan ke luar negeri para pedagang dari berbagai kota mengabungkan diri jadi perkumpulan nasional. Keempat, pada lapisan bawah masyarakat kota yang tidak memiliki alat, untuk mencari kehidupan selain menyewakan tenaga mereka menjadi kenek atau buruh harian.2

1 Alison Brown. Pent. Saut Pasaribu. 2009. Sejarah Renaisans Eropa. Yogyakarta. Kreasi Wacana. Hal. 17

(27)

3

Hal tersebut yang mengubah wajah peradaban feodalisme menuju kapitalisme yang nantinya terdeterminasi dengan adanya revolusi industri. Lahirnya gagasan tentang sosialisme juga tidak lepas dari naik daunnya kapitalisme muda menjadi lebih matang dengan menggantikan tenaga manusia dengan mesin atau yang kita kenal dengan revolusi industri, maka tidak heran jika di negara-negara industri gerakan sosialisme menemukan sambutan yang luar biasa hebat bagi pembebasan kaum buruh.

Sosialisme secara etimologi atau asal usul kata berasal dari bahasa latin

socius” yang artinya teman. Tetapi secara terminologi sosialisme tidak secara

sederhana diartikan sebuah pertemanan atau persahabatan dua orang atau lebih, melainkan sebuah gerakan ekonomi politik dimana kepemilikan atas alat-alat produksi dikontrol oleh negara.

Sosialisme menjadi sebuah gerakan kelas buruh sudah ada sebelum Marx dan Engels, hanya saja sosialisme pada era sebelum Marx belum mampu merangkum kontradiksi pokok dalam masyarakat kapitalis dan masih bersifat utopis. Ini yang kemudian menjadi sasaran kritik Marx yang kemudian ditulisnya

dalam bentuk sebelas tesis Feuerbach “semua filsuf hanya mendefinisikan tentang

bagaimana dunia, tetapi yang terpenting adalah mengubahnya”.

Marx menyatakan bahwa sosialime-nya berbeda dengan sosialisme sebelumnya, perbedaan ini tidak hanya pada nama dan terminologinya saja, bahkan

sampai pada tahapan praktek. Sosialisme Marx ialah “sosialisme ilmiah”. Corak

(28)

4

pada pengaruh dialektik.3 Paling tidak perbedaan ini dapat disimpulkan pada beberapa aspek khusus, antara lain: Marx memandang bahwa kelas-kelas dalam masyarakat lahir karena konsentrasi alat produksi pada segelintir orang atau oligarkhi kapital, terkonsentrasinya alat-alat produksi ini menghasilkan kontradiksi antara kelas pemilik (borjuis) dan kelas terhisap (proletar). Kontradiksi dalam masyarakat ini memiliki pola hubungan yang eksploitatif-antagonistik, penyelesaian hubungan eksploitatif ini hanya mampu dijalankan dengan revolusi kekerasan. Pandangan revolusioner sosialisme ilmiah berbanding terbalik dengan

pandangan kaum “sosialisme utopis” yang lebih menekankan perubahan secara

evolusioner dan lebih memilih menyesuaikan kondisi perbaikan-perbaikan kelas buruh.

Untuk memahami sosialisme ilmiah Marx dan selanjutnya Lenin, maka kita perlu menelaah kembali teori-teori Marx tentang materialisme dialektik dan materialisme historis. Filsafat Materialisme Dialektik dan Materialisme Historis berakar pada dua tokoh terkemuka saat itu, yaitu George Wilhem Frederick Hegel dan Ludwig Andreas Feuerbach. Unsur dialektika berakar pada filsafat Hegel, sedangkan unsur Materialisme-nya berakar pada filsafat Feuerbach yang kemudian menjadi satu kesatuan dengan bentuk yang baru sebagai landasan filsafat Marx. Apa kemudian Marx mengambil dan menggabungkan secara serampangan antara dialektika Hegel dan materialisme Feuerbach? Tentu tidak demikian. Marx membalikkan dialektika Hegel yang sepenuhnya bersifat idealisme dengan

(29)

5

menggantikan materi sebagai pondasi filsafatnya. Ringkasnya, bagi Hegel, ide lebih substansi daripada materi–yang selanjutnya dinyatakan bahwa materi merupakan cerminan daripada ide itu sendiri. Pandangan ini seolah tidak mengalami permasalahan yang fundamen, tapi jika kita ambil benang merah pada konteks permasalahan dalam masyarakat akan mendapati permasalahan yang tidak bisa dikatakan sederhana.

Implikasi dari pandangan yang idealistik ini membawa pada aspek bagaimana memandang realitas yang ada. Sebagai contoh, fenomena kemiskinan lebih dimaknai sebagai takdir Tuhan-yang pada akhirnya membawa pada sikap pasrah, menerima apa adanya tanpa mencari tahu akar permasalahan yang hakiki.

Atau pernyataan yang kemudian dipostulatkan dalam masyarakat “hidup ibarat roda

berputar, kadang dibawah dan kadang diatas”.

Dari Feuerbach, Marx mengadopsi paham materialisme–sejalan dengan adopsi dialektika Hegel, Marx pun mengkritik materialisme Feurbach yang sepenuhnya bercorak metafisis. Contoh sederhana yang menggambarkan filsafat Feuerbach ialah sebagai berikut: “Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia

lebih menekankan kekalahan Jepang dalam perang dunia ke II sebagai faktor pokok, sedangkan perjuangan rakyat Indonesia melawan

kolonialisme-imperialisme dianggap sebagai faktor sekunder”. Ringkasnya materialism

(30)

6

Dari kedua paham tersebutlah Marx kemudian merangkai teori materialisme dialektik dan materialisme historis. Marx berangkat dari sesuatu yang nyata, riil dan tidak abstrak guna memecahkan kontradiksi pokok dalam masyarakat.

Materialisme dialektik merupakan pandangan filsafat yang menyatakan bahwa perubahan yang terjadi diseluruh alam raya ini dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yaitu : 1) kontradiksi inhern, 2) perubahan dari kuantitas menjadi kualitas dan 3) negasi dari negasi.

Dari dialektika Hegel, Marx mengambil ‘intinya yang rasional’ dan membuang kulitnya yang ‘idealis’, seperti dinyatakan Marx berikut ini:

metode dialektika saya, pada dasarnya, tidak hanya berbeda dari metode Hegelian, melainkan ia secara langsung berlawanan dengan metode Hegel. Bagi Hegel metode berpikir, yang bahkan ditransformasi menjadi suatu subyek independen, dengan nama Ide, adalah pencipta dari dunia nyata, dan dunia nyata hanyalah penampilan eksternal dari Ide itu. Bagi saya sebaliknya, yang ideal itu tidak lain dan tidak bukan hanya dunia material yang dicerminkan oleh pikiran manusia, dan diterjemahkan kedalam bentuk-bentuk pikiran”.4

Berpikir dialektik berarti meyakini bahwa materi pasti berkontradiksi, bergerak dan berubah kearah yang lebih maju. Untuk menjelaskan hukum kontradiksi, gerak dan perubahan ke arah yang lebih maju (perubahan kuantitas menentukan kualitas) dapat dicontohkan sebagai berikut:

“air yang dipanaskan dengan penambahan suhu tertentu akan berubah menjadi uap. Uap adalah bentuk materi baru yang secara kualitas berbeda dengan air. Tentu saja hal itu terjadi setelah suhunya ditambah dari sedikit menjadi banyak. Dengan suhu sedikit yang tak mencukupi, air yang dipanaskan tak akan menjadi uap, tetapi jika panasnya (suhunya – suhu yang secara kuantitas bisa diukur) ditambah secara terus menerus, dalam kondisi panas yang mencukupi, maka air akan mendidih diatas

(31)

7

Sedangkan materialisme historis merupakan pandangan filsafat yang menyatakan bahwa perubahan sejarah masyarakat dilatari oleh dialektika faktor ekonomi. Aforisme yang kemudian dikenal dengan ‘basis struktur menentukan

tatanan supra struktur’. Sebagai pandangan filsafat, Materialisme Historis sebuah

alat analisa untuk mengurai sejarah perkembangan masyarakat dimana pada mulanya fase komunal primitif beralih menuju perbudakan kemudian beralih menuju feodalisme beralih ke kapitalisme dan selanjutnya beralih pada sosialisme dan terakhir komunisme. Perubahan dari fase peradaban tersebut ke fase peradaban masyarakat berikutnya inilah yang bagi Marx disebabkan oleh faktor ekonomi. Penafsiran sejarah ini bertentangan dengan para pendahulu dan sezamannya yang melihat bahwa faktor penggerak sejarah disebabkan oleh ide, politik, kepahlawanan dan agama atau ketuhanan.6 Marx melihat basis stuktur ekonomi sebagai kekuatan

penggerak sejarah dengan melihat bahwa “dalam masyarakat industri modern dua

ratus tahun terakhir ini, pemilikan alat-alat produksi industri menjadi kunci

utama”.7

Gagasan tentang sosialisme sebagai jalan menuju masyarakat tanpa kelas merupakan pandangan yang sepenuhnya revolusioner. Marx melihat bahwa entitas negara merupakan instrumen kelas borjuis untuk menindas kelas proletar. Maka untuk membebaskan manusia dari keterasingannya, diharuskan melakukan perubahan dengan jalan revolusi kekerasan.8

6 Lihat juga karya William Ebenstein. Isme-isme yang mengguncang Dunia.

7 William Ebenstein-Edwin Fogelman. 1987. Isme-isme Dewasa Ini, ed ke-9. Jakarta. Erlangga. Hal.3

(32)

8

Dari penjelasan tersebut diatas, penulis berkeinginan untuk menjelaskan konsep sosialisme menurut pandangan Marx-Lenin yang selama ini di tafsirkan berbeda oleh khalayak umum.

1.2Rumusan Masalah

Seperti latar belakang yang sudah tertulis diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana konsep Sosialisme dalam pandangan Marx dan Lenin?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep Sosialisme dalam pandangan Marx dan Lenin.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara umum hasil pengerjaan skripsi ini mampu menjadi alternativ referensi dikalangan akademisi. Secara khusus bagi para peneliti-peneliti berikutnya yang memiliki kesamaan jenis dengan penelitian ini.

1.4.2 Manfaat Praktis

(33)

9

sudut pandang Marx serta memberikan inspirasi bagi para pembaca serta mampu memajukan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

1.5Landasan Teoritik dan Definisi Konseptual 1.5.1 Landasan Teoritis

Teori adalah satu set proposisi yang menyatakan secara logis saling hubungan antara dua atau lebih konsep (variable) untuk tujuan menjelaskan suatu fenomena atau hubungan antara fenomena. Jadi bisa dikatakan juga bahwa kerangka teoritis adalah satu kumpulan teori dan model dari literature yang menjelaskan hubungan dalam maslah tertentu.9 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori sebagai berikut:

1. Teori kelas

Teori kelas dikenal di Eropa pada kisaran abad 16 untuk membedakan antara orang-orang yang bekerja dengan yang tidak bekerja, mulai berkembang dan digunakan secara konsisten pasca revolusi industri sekitar abad 18 untuk menunjukkan stratifikasi sosial dalam masyarakat Eropa antara golongan masyarakat yang memiliki alat produksi (kelas borjuis) dan golongan yang tidak memiliki alat produksi (kelas proletar). Sosiolog DR. P. J. Bouman membedakan secara signifikan terminologi golongan dan kelas. Menurut peneliti, sebuah golongan terdapat di dalamnya kelas-kelas sosial yang mewakili kepentingan kelas

(34)

10

tersebut. Sedangakan istilah kelas sendiri menunjukkan determinasi ekonomi yaitu kepemilikan atas alat produksi didalam suatu masyarakat. 10

Dalam sejarah peradaban masyarakat yang pernah ada, terdapat dimana kelas-kelas sosial belum terbentuk, yaitu pada fase masyarakat komunal primitif. Pada fase ini, masyarakat masih belum terpisah dari komunitas atau kelompoknya

dan bekerja secara bersama dengan cara pemenuhan kebutuhan secara ‘subsisten’.11

Pada fase masyarakat komunal tersebut dapat dibayangkan betapa sederhana pola kehidupan sehingga berproduksi yang mula-mula terjadi ialah berburu dan meramu. Kelas-kelas sosial baru kemudian muncul pada fase perbudakan yang ditandai dengan dimulainya penjinakan hewan – yang selanjutnya semakin terdeterminasi dengan ditemukannya teknik pertanian. Dengan adanya penemuan-penemuan alat produksi yang lebih maju dan terjadinya invansi antar suku tersebut perilaku masyarakat fase perbudakan mengalami perubahan dan kemajuan yang signifikan, salah satu perubahan mendasar ialah bertambahnya anggota kelompok dalam suku-suku atau komunitas masyarakat komunal, hal ini dikarenakan pada fase sebelumnya – masyarakat komunal primitive masih memenuhi kebutuhannya dengan berburu dan meramu. Karena dengan cara demikian sangat tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok yang besar, maka dengan ditemukannya penjinakan hewan dan pertanian hal tersebut menjadi mungkin dan sebuah keharusan untuk anggota yang banyak dalam suatu kelompok masyarakat. Penemuan tembikar, alat pemanah, besi dan logam merupakan

10 Bandingkan dengan DR. P. J. Bouman. 1976. Penter. Sugito Sujitno. Sosiologi ; Pengertian dan Masalah. Yayasan Kanisius. Yogyakarta. Hal 73-77

(35)

11

faktor yang juga mempengaruhi lahirnya kelas-kelas sosial tersebut. Fase inilah yang kemudian dinamakan fase perbudakan dan sebagai awal dari kontradiksi antara tuan budak dan budak.

Fase peradaban tersebut kemudian mengalami perubahan kearah feodalisme, dimana keabsolutan raja dan dibarengi kuasa Gereja semakin mentasbihkan aristokrat sebagai penguasa tunggal. Dalam masyarakat feodalisme terbagi dalam banyak kelas-kelas sosial yang akhirnya klimaks dari kebobrokan ini ditandai dengan piagam Magna Charta di Inggris sebagai sebuah kemenangan atas dominasi Raja dan Gereja Katolik. Hanya saja jika kita cermati dari pergolakan tersebut, kelas yang diuntungkan ialah golongan aristokrasi dan kelas menengah baru yang mulai mengisi posisi penting dalam kehidupan sosial dan politik.

Kebobrokan feodalisme direspon secara cepat oleh kelas menengah dengan starting pointnya revolusi industri sebagai pijakan nyata bagi perkembangan kapitalisme. Kebangkitan kapitalisme sebagai corak produksi baru tidak menghilangkan kontradiksi yang telah terjadi pada fase feodalisme melainkan mengerucutkan kontradiksi itu pada dua kelas yang vulgar yaitu kelas borjuis dan kelas proletar.

(36)

12

masyarakat yang ada dan membentuk suatu tatanan masyarakat baru yaitu masyarakat tanpa kelas.

1.5.2 Definisi Konseptual

Definisi Konseptual merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian, dalam penelitian sebuah konsep perlu diatasi guna memungkinkan pembahasan yang terlalu melebar dalam penelitian. Secara sederhana, definisi konseptual atau teoritis dapat diartikan sebagai definisi yang menggambarkan konsep dengan penggunaan konsep-konsep lain, atau mendefinisikan suatu konstruk dengan menggunakan konstruk-konstruk lain.12

1. Negara

Marx sama sekali berbeda dalam melihat sebuah entitas Negara, ia tidak seperti para filsuf liberalis seperti J.S Mill, atau naturalis ala John Locke, atau seperti filsuf idealis ala Hegel. Bagi Marx, jelas bahwa negara merupakan instrumen dari kelas penguasa untuk menindas kelas yang lain. Marx mengilustrasikan tentang negara sebagai berikut:

“Lantaran negara adalah lembaga individu-individu kelas penguasa (rulling class) dalam mengukuhkan kepentingan bersama mereka (common interest), dan lembaga perwujudan masyarakat sipil dari suatu zaman, maka semua lembaga umum dibentuk dengan bantuan negara dan bingkai politik”.13

Maka dari itu jelas sudah bahwa kebebasan hanya akan bermakna semu jika keberadaan kelas didalam negara masih tetap ada. Penghancuran negara borjuasi merupakan kewajiban utama bagi kelas proletar. Hanya saja untuk menggantikan

12 Dr. Ulber Silalahi, MA Op.Cit. Hal. 118

(37)

13

negara borjuasi dengan konsep negara yang diidealkan Marx tidak semudah wacana teoritis belaka, karena pada akhirnya kekuasaan lama akan tetap mengorganisasikan diri dengan segenap upaya untuk membendung perlawanan dari massa rakyat.

Jika kita kontekstualisasikan dengan situasi dewasa ini, maka setidaknya sebelum tindakan represif Negara dijalankan, dia (Negara) dapat melakukan secara soft power melalui regulasi-regulasi yang dibuat oleh kelas borjuasi melalui aparat negara untuk membuat rancangan undang-undang yang pada akhirnya membatasi, mengkebiri dan akhirnya merepresi gerakan rakyat. Atau dalam bahasa Gramscian

dikenal dengan istilah “Hegemoni”.

2 Revolusi

Ada kaitan erat antara Jerman, Inggris dan Prancis dalam nuansa kehidupan seorang Karl Marx, hal ini biasa diurai demikian karena dari Jerman lah Marx mempelajari filsafat, dari Inggris Marx mempelajari ekonomi-politik dan dari Prancis Marx mempelajari sosialisme utopis atau perjuangan kelas. Adalah kebiasaan dari tokoh-tokoh neo Marxist yang membagi fase kehidupan Marx muda dan Marx tua. Sesungguhnya hal ini sangat baik jika dilakukan dengan tepat dengan tujuan untuk menunjukkan adanya pergeserean pandangan-pandangan Marx dari masa muda ke masa tua – atau biasa disebut Marx muda dan Marx tua.

Rujukan dari kaum neo Marxist ini ialah risalah Marx yang ditulis pada tahun 1844 yang berjudul “Economy and Philosophical Manuscripts” yang menggambarkan nuansa yang humanis dalam metode perjuangannya. Baru pada karya “The German Ideology” yang ditulisnya bersama Engels tahun 1846, Marx

(38)

14

pasti diganti oleh konsep tentang kelas, hasrat cinta dan persahabatan digantikan dengan hasrat perjuangan kelas.14

Gagasan tentang perjuangan kelas yang dilakukan dengan cara revolusi memang baru mengemuka ketika Marx mengunjungi Prancis dan selanjutnya pengalaman dari Prancis lah yang membawa Marx memiliki pandangan yang revolusioner. Bahwa penegasan tentang pentingnya perjuang kelas baru terangkum dalam karya The Manifesto Communist Party yang ditulis bersama Engels pada tahun 1848. Dalam karya tersebut pada bagian satu Marx mengawali dengan

pernyataan “Sejarah seluruh masyarakat dari dulu hingga sekarang adalah sejarah

perjuangan kelas”. Ini menandaskan bahwa ada kontradiksi yang memiliki pola antagonistik yang terjadi didalam masyarakat, baik pada fase perbudakan, fase feodal terlebih secara nyata pada fase kapitalisme. Guna membebaskan manusia dari keterasingan serta pola hubungan yang eksploitatif ini, maka satu-satunya jalan hanya dengan revolusi.

Terkait revolusi dengan cara kekerasan pernah disampaikan oleh Marx dalam pertemuan didepan kongres Internasionale di Amsterdam Belanda tahun 1872 mengatakan:

“Kita tahu bahwa kita harus mempertimbangkan lembaga-lembaga adat dan kebiasaan dari berbagai daerah, dan kita tidak menyangkal bahwa ada negara-negara seperti Amerika, Inggris, dan andai kata saya mengenal lembaga-lembaga saudara, saya mungkin lebih baik akan menambahkan kalau di Belanda kaum pekerja dapat mencapai tujuan dengan jalan damai. Tetapi yang seperti itu tidaklah mungkin terjadi.15

14 William Ebenstein-Edwin Fogelman. 1987. Isme-isme Dewasa Ini, ed ke-9. Jakarta. Erlangga. Hal.13

(39)

15

3 Sosialisme

Sosialisme merupakan gerakan ekonomi politik dimana penguasaan atas alat produksi dikontrol oleh negara. Istilah sosialisme memang bukan hasil original dari Marx, kata sosialisme ini sudah ada di Prancis sejak tahun 1830.16 Istilah ini sudah ada jauh sebelum Marx yang dipelopori oleh David Ricardo, Robert Owen, Ferdinand Lasalle dan tokoh-tokoh lainnya sebagai kritik atas sistem ekonomi kapitalisme yang dipelopori oleh ekonom klasik Adam smith.

Pembeda antara sosialisme Marx dengan sosialisme utopis (sosialisme sebelum Marx) terletak pada keobjektifan dalam tahapan peralihan dari masyarakat kapitalisme menuju masyarakat sosialisme dengan jalan revolusi.

Dimasa Marx hidup, sosialisme memiliki berbagai gerakan yang kadang kala sering mengaburkan tujuan dari sosialisme ilmiah, hal ini tidak lepas dari berbagai macam pijakan antara gerakan sosialisme yang satu dengan sosialisme yang lainnya dan bahkan pada akhirnya terjadi pertentangan dalam tubuh gerakan pekerja sedunia. Ini terlihat pertentangan antara Marx dengan Pierre Joseph Proudhon serta Mikhael Bakunin. Kedua tokoh tersebut terakhir disebut-sebut

sebagai bapak pendiri ‘anarkhisme’.

Baik sosialisme ilmiah Marx maupun sosialisme libertarian atau anarkisme ala Proudhon dan Bakunin, sama-sama melihat bahwa properti dan negara merupakan sumber dari segala kejahatan manusia. Hanya saja ada perbedaan yang tajam antara Marx dengan kaum anarkhis tersebut. Hal tersebut sangat kentara

(40)

16

ketika keduanya memiliki pandangan yang berbeda dalam menerjemahkan apa itu hak milik dan Negara.

Bagi Proudhon, property/hak milik adalah pencurian. Pada aspek ini Marx tidak sependapat, karena bukan hak milik yang menjadi pencurian tetapi pemilikan segelintir orang atas alat produksi merupakan sumber dari kejahatan tersebut.

Sosialis anarkhis yang secara terminologi “tidak menghendaki pemerintahan”

memandang bahwa negara merupakan sumber malapetaka kedua yang perlu

dihancurkan. Secara argumentatif pandangan kaum anarkis menyatakan “jika

negara dihancurkan, maka kapitalisme akan ikut hancur pula”. Marx sependapat

bahwa entitas negara merupakan intrumen kelas borjuasi tetapi Marx tidak sependapat jika negara harus dihancurkan. Karena negara masih berfungsi sebagai pengatur masyarakat guna transisi dari masyarakat liberal ke menuju masyarakat sosialis dan kemudian komunis. Karena bagi Marx dengan menggatikan Negara borjuis menjadi Negara proletariat (diktaktor proletariat) maka Negara tidak lagi berperilaku seperti halnya negara dalam kuasa kelas borjuis.

4. Hakikat Negara

1) Negara dalam Pandangan Marx dan Lenin

Negara dalam pandangan Marx dan Lenin tidak memiliki arti yang positif, ini ditunjukkan dengan pandangan kedua tokoh tersebut tentang Negara. Bahwa keberadaan Negara merupakan alat bagi kelas borjuis untuk menghisap kelas proletar. Lebih jauh Lenin membahas tentang Negara dalam karyanya State and

Revolution, yang menyatakan bahwa “negara merupakan hasil dari tidak

(41)

17

Artinya bahwa Negara hadir dalam perwujudannya yang paling maju dalam bentuk masyarakat modern dengan secara pasti berpihak pada kepentingan kelas-kelas minoritas. Hal ini sudah tergambar dengan jelas pada sejarah perkembangan masyarakat – dimana terdapat kaitan erat antara kekayaan oleh segelintir minoritas (modal, kepemilikan alat produksi) dengan kepentingan politik penguasa untuk tetap bertahan demi privilese yang telah dinikmatinya. Atau jika kita lihat lebih

kebelakang pada zaman ‘barbarism tingkat menengah’ dan adanya kebutuhan untuk

membentuk suatu komunitas politik demi melindungi hasil kerja mereka dari komunitas atau suku-suku lainnya.

Ringkasnya bagi kedua tokoh tersebut, Negara beserta aparatnya merupakan alat penindas yang secara khusus melayani kepentingan kelas berkuasa (pemilik modal dan alat produksi). Setidaknya bangun piramida Marx telah menjelaskan bahwa basis struktur (ekonomi) menentukan supra struktur (hukum, politik, budaya, dll).

2) Negara Manifestasi dari Kepentingan Kelas

State and Revolution dianggap sebagai manifestasi politik dari Lenin. Bagi Lenin, negara hasil dari tak terdamaikannya kontradiksi-kontradiksi kelas dalam masyarakat. Seperti halnya Marx yang memandang bahwa negara hanya sebuah instrumen kelas untuk menindas kelas yang lain.

(42)

18

Kedua tokoh tersebut berpandangan bahwa negara merupakan wujud dari kontrak sosial bebas antar masyarakat, dengan dalih bahwa manusia cenderung untuk berkonflik dan berlangsung secara terus menerus maka perjanjian antar masyarakat dibuat, dan membatasi kekuasaan raja dengan cara membagi kewenangan kedalam tiga bentuk otoritas yaitu; eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Kegemilangan para tokoh era renaisans ini berangkat dari analisa mereka tentang perilaku negara yang pada saat itu termanifes dalam kekuasaan absolutisme

seorang raja, pembagian kekuasaan dengan konsep “trias politica” hanya

merupakan bentuk baru dari penindasan model baru. Adanya pembagian kekuasaan tidak mengakhiri penindasan yang terjadi pada manusia, malah semakin suburnya kapitalisme dengan perangkat politik baru tersebut. Sebagaimana dinyatakan oleh Lord Acton, bahwa kekuasaan yang tak terbatas akan cenderung menggunakan kekuasaan itu secara tak terbatas pula.

Ringkasnya bagi Marx atapun Lenin, tidak ada negara yang berdiri secara netral seperti ilustrasi teoritisi kontrak sosial atau liberal. Negara dimanapun dan dalam kondisi apapun merupakan manifestasi dari kepentingan kelas.

3) Melenyapnya Negara

Terminologi ‘melenyapnya negara’ sering menimbulkan perdebatan

dikalangan tokoh-tokoh setelah Marx dan Engels meninggal, karena dianggap

absurd, bahkan banyak yang kemudian salah menafsirkan ‘melenyapnya

negara’dengan terminologi ‘negara dilenyapkan’. Tentunya ada perbedaan makna

(43)

19

Penulis akan sedikit menyinggung tentang terminologi melenyapnya negara dengan maksud menjernikan berbagai ambiguitas. Ketika Marx menyatakan bahwa negara akan melenyap dibawah komunisme itu mensyaratkan bahwa didalam komunisme sudah tidak terjadi antagonisme kelas, yang artinya bahwa setiap

kebutuhan manusia sudah terpenuhi. Dalam masyarakat komunis “tiap-tiap orang

bekerja sesuai kemampuannya, dan setiap orang memperoleh sesuai

kebutuhannya”.

5. Hakikat Revolusi 1) Kesadaran Kelas

Bukan kesadaran yang menentukan kondisi sosial, melainkan kondisi sosial yang menentukan kesadaran. Aforisme tersebut merupakan khas pemikiran Marxisme. Kesadaran kelas untuk melakukan perjuangan terkondisikan oleh keadaan objektif dimana individu tersebut tinggal. Maka akan terjadi revolusi atau perjuangan kelas ketika kelas buruh dan bahkan individu-individu lainnya berkesadaran kelas. Artinya bahwa lingkungan dimana manusia tinggal sangat menentukan bagaimana kesadaran yang dimilikinya. Ketika manusia hidup dalam masa represif, maka ia akan berpikir bagaimana hidup dengan kondisi harmonis tanpa ada intimidasi dan represi dari kelas berkuasa atau ketika manusia hidup dalm keganasan cuaca alam yang tidak menentu maka hal tersebut mendorong bagaimana manusia mampu mengatasi permasalahan tersebut dan tetap hidup demi kelangsungan spesies-nya.

(44)

20

sedangkan kelas proletar tidak dengan segera menyadari penindasan yang berlangsung serta mengorganisir diri dan masih terlena dengan kenyamanan yang semu atau terhegemoni. Hal inilah yang kemudian menjadi sorotan Antonio Gramsci dengan teori Hegemoni-nya. Dimana saat itu kelas buruh Italy lebih nyaman untuk menikmati tayangan televisi yang pada akhirnya membawa sikap pasif bagi gerakan buruh.

2) Perjuangan Kelas

Hakikat sejarah dari dulu hingga sekarang ialah sejarah perjuangan kelas. Tuan budak dan hamba sahaya, tuan tanah dan petani, kaum partisan dan plebeian, singkatnya antara kelas penindas dan kelas tertindas. Dalam halaman pertama manifesto komunis Marx melukiskan bahwa sejarah masyarakat tidak berjalan secara statis, bahwa gerak perubahan masyarakat berjalan secara dialektik. Seperti halnya yang sudah dibahas di atas bahwa perkembangan masyarakat dari tiap-tiap fase bergerak karena adanya kontradiksi didalam masyarakat tersebut. Di dalam masyarakat kontradiksi tersebut terangkum dalam hubungan produksi (basis struktur) yang kemudian melahirkan tatanan politik, supremasi hukum, budaya (supra struktur).

(45)

21

Sekalipun Marx menyadari bahwa kontradiksi tersebut tidak hanya bersumber dari hubungan produksi (ekonomi) melainkan terdapat kontradiksi yang lebih kompleks seiring dengan perkembangan Negara modern tetapi yang paling pokok ialah karena faktor ekonomi tersebut.

Tentunya hal ini akan menjawab beberapa pertanyaan kritis yang biasanya dilontarkan oleh masyarakat intelegensia, apakah perjuangan politik atau ekonomi yang lebih dulu dilaksanakan dan apakah terdapat demokrasi dalam sosialisme.

3) Diktaktor Proletariat

Marx menggunakan istilah ini secara tepat karena basis utama (tenaga pokok) penggerak revolusi adalah kelas proletar. Karena dalam masyarakat kapitalis yang terhisap dan tertindas secara penuh ialah kelas proletar. Dalam

manifesto komunis, Marx sudah menyatakan bahwa “tujuan utama kita ialah

membawa kelas proletar menuju garis kemenangan dengan menggantikan diktaktor

borjuis dengan diktaktor proletariat”. Dalam artian bukan sekedar pergantian

kekuasaan secara vulgar, tapi secara hakikat akan adanya kepastian kehidupan manusia bersegi hari depan.

Hanya saja masyarakat awam dan bahkan masyarakat intelegensia

terkadang terlalu takut dengan istilah ‘diktaktor’ karena pengistilahan diktaktor

bermakna negative. Hal tersebut menjadi lumrah ketika kita berkaca pada Jerman dibawah kepemimpinan fasis Hitler. Belum lagi propaganda media Negara-negara Barat yang selalu memberitakan kekejaman kepemimpinan diktaktor.

(46)

22

secara pasti jika tidak mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya. Karena tanpa adanya elaborasi maka pengetahuan yang kita dapat hanya bersifat spekulatif yang rentan akan kebenaran objektifnya.

6. Sosialisme Ilmiah

Dari sekian banyak gerakan sosialisme mulai Marx hidup sampai Marx meninggal dunia, ada tiga gerakan sosialisme yang bagi penulis patut untuk dibahas dalam penelitian ini. Yaitu sosialisme utopis, sosialisme libertarian/anarkisme dan sosialisme demokrasi. Sekalipun nanti pada akhirnya terjadi pertentangan antar masing-masing kubu sosialis tersebut dan akhirnya terjadi pendistorsian terhadap tujuan sosialisme ilmiah itu merupakan soal lain yang akan kita bahas secara khusus di bab tiga.

Kenapa kemudian penulis lebih memilih tiga gerakan sosialisme tersebut, karena ketiga ideologi perjuangan itu memiliki basis pengikut yang cukup banyak, baik dalam kongres internasional pertama dimana Marx hidup dan kongres internasional kedua dimana Lenin menjadi pelopor gerakan revolusioner.

Sosial demokrasi tumbuh subur di negara Jerman yang dipelopori oleh Karl Kautsky dan Eduard Bersntein. Pandangan kedua tokoh ini kemudian dikenal dengan gerakan ‘revisionisme’. Salah satu hal yang paling pokok dalam ajaran Marx disamping filsafat materialisme dialektik, materialisme historis, dan study ekonomi politik, ialah perjuangan revolusioner gerakan massa rakyat. Ada beberapa aspek yang kemudian sengaja didistorsikan oleh kedua tokoh tersebut, yaitu :

(47)

23

beranggapan bahwa kapitalisme tidak akan pernah hancur – seperti halnya ramalan Marx, ketiga, tahapan revolusi digantikan dengan tahapan reformasi – yang artinya perjuangan kelas hanya selesai sampai reformasi saja tanpa melanjutkan perjuangan tersebut ke arah revolusi dan membawa kelas proletar memenangkan perjuangan demokrasi. Tentu saja hal ini membawa implikasi terhadap perjuangan serikat buruh Inggris dan selanjutnya serikat buruh Jerman yang kemudian lebih menjalankan perjuangan dengan cara parlementarian.

Pandangan tersebut segera dikecam keras oleh Lenin, Rosa Luxemburg dan kawan-kawan dalam tubuh gerakan buruh Internasionale II.17 Karena dampak dari pandangan tersebut menggantikan pentingnya perjuangan kelas (aksi massa) dalam pengambil alihan supremasi politik serta menurunkan kesadaran kelas pekerja kederajat yang lebih rendah. Karena pada hakikatnya selama perjuangan parlementarian masih terdapat kontradiksi kelas, maka tidak akan terjadi perubahan signifikan baik dalam bentuk kebijakan, regulasi maupun pengelolaan sumber daya.

(48)

24

Skema 1.1 : Alur Pemikiran

1.6 Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, metodologi menjadi penting untuk menjawab rumusan-rumusan masalah yang ada agar tepat dan akurat. Metode penelitian sosial adalah cara sistematik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam proses identifikasi dan penjelasan fenomena sosial yang tengah ditelisiknya. Secara dikotomis, dalam ilmu sosial dikenal dua jenis metode penelitian yaitu kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan tekstual, yaitu suatu upaya untuk memahami bagaimana pemikiran/ pandangan konsep sosialisme menurut Karl Marx dan Lenin.

1.6.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif karena penulis berusaha untuk mengangkat berbagai fenomena dan realitas sosial. Pembangunan dan pengembangan teori sosial dapat dibentuk dari empiris melalui berbagai fenomena atau kasus yang diteliti. Dengan demikian teori yang dihasilkan

Konsep sosialisme

(49)

25

mendapatkan pijakan yang kuat pada realitas, bersifat kontekstual dan historis. Metode penelitian kualitatif membuka ruang yang cukup bagi dialog ilmu dalam

konteks yang berbeda, terutama apabila ia difahami secara mendalam dan “tepat”.

Dalam kaitan ini, serangkaian karakter, jenis dan dimensi dalam metode kualitatif memberikan janji kepada ilmuwan sosial di Indonesia, untuk dapat mengembangkan ilmu sosial dan metode pada format yang lebih otonom.18

1.6.2 Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif. Peneliti berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan dan menginterprestasikan secara tepat dan jelas mengenai sifat dan keadaan, situasi dan kondisi, gejala dan perkembangannya serta hubungan antara obyek penelitian dengan gejala masyarakat lainnya. Penelitian deskritif selain bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian

deskriptif juga fokus pada pertanyaan dasar “bagaimana” dengan berusaha

mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti, dan lengkap tanpa banyak detail yang tidak penting seperti dalam penelitian eksplorasi.19

Dari pengertian di atas, maka peneliti beranggapan bahwa penggunaan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi berdasakan kerangka fakta dan data yang benar serta dapat dipercaya tentang pandangan Marx dan Lenin mengenai konsep Sosialisme sehingga merupakan hal yang paling tepat untuk menggambarkan permasalahan

18 Gumilar Rusliwa Somantri. Memahami Metode Kualitatif. MAKARA, Sosial Humaniora, Vol.9 No.2. Desember 2005. Hal.64

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil simpulan dari penelitian pengaruh circuit weight training terhadap daya ledak tungkai pada atlet cabang olahraga voli Universitas „Aisyiyah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang timbul adalah Apakah pemberian ekstrak daun sukun dapat menurunkan peroksidasi lipid hati pada tikus putih yang

Bukit Asam, Tbk dalam melakukan manajemen operasi produksi batubara sehingga dapat berjalan dengan baik sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang

Ban yak oran g di In don esia bertahan hidup dalam krisis karen a m ereka m asih bisa m em peroleh m akan an dari hasil tan ah m ereka sen diri, m en gam bil bahan m en tah

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya pengefektifan PAI di Sekolah , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.. mampu mengarahkan siswa untuk berperilaku terpuji, bukan

Ketika kita berbicara dengan bahasa yang kurang santun dan baik pasti orang akan menilai kita bukan orang yang terpelajar karena tidak bisa membedakan bahasa yang

Juga penelitian ini akan merelevansikan teori-teori Sains terhadap pemahaman Agus Mustofa tentang ayat-ayat bentuk bumi, serta menjelaskan metode dan corak yang

Pada dasarnya, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank