• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KINERJA APARATUR DESA DALAM BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KINERJA APARATUR DESA DALAM BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KINERJA

APARATUR DESA

DALAM BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Studi di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun Oleh:

YASVIN QAULUN A S

201010050311074

ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KINERJA APARATUR DESA DALAM BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo), walaupun isinya jauh dari kesempurnaan dan kepuasan bagi para pembaca.

Dalam mengadakan penyusunan dan penelitian Karya Ilmiah/Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan serta petunjuk dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Muhajir Effendi, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

3. Hevi Kurnia Hardini, MA.Gov selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang

4. Drs. Jainuri, M.Si selaku pembimbing I dan Drs. Imam Hidayat, MM selaku pembimbing II yang dengan sabar telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah mendidik dan memberikan pengetahuan kepada penulis selama di bangku kuliah. Serta teman-temanku ilmu pemerintahan angkatan tahun 2010.

6. Ayah dan Ibu, selaku orang tua penulis dan kedua saudara penulis yang telah memberikan pengorbanan dalam bentuk pikiran, tenaga, dan biaya serta kesabaran dalam memotivasi penulis

7. Kepada Pemerintahan Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo meliputi Kepala Desa beserta Aparatur desa maupun masyarakat desa yang telah memberikan kemudahan fasilitas yang dibutuhkan penulis selama penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, Agustus 2014

(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Lembar Pengesahan

Lembar Persetujuan

Berita Acara Bimbingan Skripsi

Surat pernyataan

Abstraksi

Persembahan

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Definisi Konseptual ... 11

1.6 Definisi Operasional ... 14

1.7 Metode Penelitian ... 15

1. Jenis Penelitian ... 15

2. Lokasi Penelitian ... 15

3. Subyek Penelitian ... 16

4. Data dan Sumber Data ... 16

5. Teknik Pengempulan Data ... 17

6. Analisa Data ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektifitas Kinerja ... 21

2.1.1 Pengertian Efektifitas ... 21

2.1.2 Pengertian Kinerja ... 22

2.1.3 Pengukuran Efektifitas Kinerja ... . 24

(7)

2.1.5 Efektifitas Individu dan Kelompok atau Organisasi ... 27

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Kinerja ... 28

2.1.7 Kinerja Organisasi ... 29

2.2 Aparatur Desa ... 30

2.2.1 Pengertian Aparatur Desa ... 30

2.2.2 Syarat Menjadi Aparatur Desa ... 33

2.2.3 Mekanisme Pengangkatan Perangkat Desa ... 34

2.2.4 Tugas dan fungsi Aparatur Desa ... 34

2.2.5 Disiplin Aparatur Desa ... 35

2.3 Pemberdayaan Masyarakat ... 36

2.3.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 36

2.3.2 Tugas dan Fungsi Aparatur Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 37

2.3.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 38

2.3.4 Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ... 39

BAB III DESKRISPSI WILAYAH 3.1 Demografi ... 52

3.1.1 Sejarah Desa Ngadisari ... 52

3.1.2 Visi dan Misi Pemerintahan Desa Ngadisari ... 53

3.1.3 Luas Wilayah ... 54

3.1.4 Orbitasi Desa ... 54

3.1.5 Banyaknya Dusun, RW dan RT ... 54

3.1.6 Perangkat Desa ... 54

3.1.7 Nama Kepala Desa yang Memimpin Desa Ngadisari ... 54

3.1.8 Keberadaan Aparatur Desa ... 55

3.1.9 Jumlah Penduduk ... 55

3.1.10 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 55

3.1.11 Banyaknya Kejadian Mutasi Tahun 2012 ... 56

(8)

3.1.13 Penduduk Menurut Pendidikan yang di Tamatkan ... 56

3.1.14 Penduduk Menurut Agama ... 57

3.1.15 Jumlah Sarana Ibadah ... 57

3.1.16 Jumlah Sarana Ekonomi ... 57

3.1.17 Jumlah Pelanggan ... 57

3.1.18 Jumlah Pemilik ... 57

3.1.19 Jumlah Pemilik Kendaraan ... 58

3.1.20 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Dinding ... 58

3.1.21 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Lantai ... 58

3.1.22 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Atap ... 58

3.1.23 Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan Ternak ... 58

3.1.24 Jumlah Hasil Pertanian ... 58

3.1.25 Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan Akta ... 59

3.1.26 Nama Kelompok Tani dan Jumlah Anggota ... 59

3.2 Geografis ... 59

3.2.1 Keadaan Geografis ... 59

3.2.2 Kondisi Geografis ... 59

3.2.3 Curah Hujan Rata-Rata Perbulan ... 60

3.2.4 Iklim dan Cuaca ... 60

3.2.5 Keadaan Tanah dan Tanaman ... 60

3.3 Kultur Adat ... 61

3.3.1 Agama Suku Tengger ... 61

3.3.2 Pemimpin Suku Tengger ... 61

3.3.3 Kesenian ... 61

3.3.4 Makanan Khas ... 61

3.3.5 Sistem Kalender Suku Tengger ... 61

3.3.6 Nama-nama Hari Suku tengger ... 62

3.3.7 Nama-nama Bulan Suku Tengger ... 63

3.3.8 Bahasa Tengger ... 63

(9)

3.3.10 Hubungan Badan dan Roh Menurut Falsafah Tengger ... 64

3.3.11 Hubungan Antar Manusia Menurut Falsafah Tengger ... 65

3.3.12 Siklus Hidup Menurut Falsafah Tengger ... 68

3.3.13 Pertunangan dan Perkawinan ... 68

3.3.14 Hak Waris ... 69

3.3.15 Tata Rumah ... 69

3.3.16 Pusaka yang Dimiliki Oleh Suku Tengger ... 71

3.3.17 Peralatan Upacara ... 71

3.3.18 Lain-lain ... 72

3.4 Struktur Desa ... 72

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Upaya Meningkatkan Efektifitas Kinerja Aparatur Desa ... 73

4.1.1 Kinerja Aparatur Desa ... 73

4.1.2 Usaha Peningkatan Efektifitas Kinerja Aparatur Desa ... 84

4.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 88

4.2.1 Gotong Royong Masyarakat ... 88

4.2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 92

4.2.3 LKD Sebagai Mitra Pemerintahan Desa ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 105

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Dwipayana, Ari AAGN. 2003. Pembaharuan Desa Secara Partisipatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Dwiyanto, Agus. 2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Faisal, Sanapiah. Format-format penelitian Sosial. 1999. Rajawali. Jakarta.

Himawan, dkk. 2003. Politik Pemberdayaan. LAPPER PERPUSTAKAAN UTAMA. Yogyakarta.

Hamidi. 2010. Penelitian dan Teori Komunikasi. UMM Press. Malang.

Mariana Dede, dkk. 2008. Demokrasi dan Politik Desentralisasi. GRAHA ILMU. Yogyakarta.

Mahsun, Mohamad, SE M.Si, AK. 2006. PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK. BPEE-YOGYAKARTA. Yogyakarta.

Mardiasmo, Prof. Dr, MBA, AK. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor publik. BPFE-YOGYAKARTA.

Maryunani, Dkk. 2002. Alokasi Dana Desa Formulasi dan Implementasi. PT. DANAR WIJAYA. Malang.

MUHAMMAD, SAHRI, MS. Prof. Dr. Ir. 2011. Kebijakan Pembangunan Perikanan dan Kelautan: Pendekatan Sistem. UB Press. Malang.

(11)

Rudianto. 2011. Perencanaan Pembangunan Nasional dan Regional. CAKRAWALA MEDIA PUBLISHER. Malang.

Sinambela, Dkk, D.r L.P. 2006. Reformasi Pelayanan Publik Teori kebijakan dan Implementasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Soetrisno Loekman, Prof. Dr. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. KANISIUS. Yogyakarta

Sumodiningrat, Gunawan. Dr. 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. PT. Bina Rena Pariwara (BPR). Jakarta.

Wasistiono Sadu, Prof. Dr, M.S. 2003. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah. CV FOKUSMEDIA. Bandung

Wibowo,SE,M.Phill, Prof.Dr. 2007. Manajemen Kinerja. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

SUMBER LAIN

http://www.probolinggokab.go.id/newest/index.php?option=com_content&view=article&id= 245:desa-ngadisari-ikuti-lomba-gotong-royong-terbaik-tingkatnasional&catid=1:latest-news&Itemid=102

http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/ http://www.ras-eko.com/2013/05/pengertian-aparat-desa.html

http://chikacimoet.blogspot.com/2013/02/pemberdayaan-masyarakat.html http://bastiantitof2f.blogspot.nl/2011/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html http://irham-kun.blogspot.nl/2012/01/tahap-tahap-pemberdayaan-masyarakat.html

PRODUK HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014

(12)

1

BAB I

Pendahuluan

A.Latar Belakang

Di Negeri ini tengah berlangsung proses desentralisasi yang berlangsung secara bertahap dengan proses demokratisasi dan proses tersebut berjalan baik secara top-down dalam kendali pemerintah. Negara dalam hal ini dipersonifikasikan oleh pemerintahan pusat, telah menjadi sumber dari semua kekuasaan dan kebijakan yang ada, termasuk dalam hal pemerintahan desa. Selain itu, kehadiran dominasi negara dalam pemerintahan pada tingkat desa membuat semua institusi dan individu pada akhirnya mengalami negaraisasi sehingga simbol negara menjadi sangat dominan dalam pemerintahan dan komunitas pada tingkat desa. Pada sisi yang lain, tanpa menghiraukan heterogenitas masyarakat adat dan pemerintahan asli, undang-undang juga melakukan penyeragaman pemerintahan pada level desa secara nasional. Kehadiran dan campur tangan negara-bangsa modern kedalam semua sektor kehidupan masyarakat membawa implikasi pada lemahnya kemandirian dan kemampuan masyarakat desa. Kondisi ini sangat jelas terlihat selama masa kekuasaan pemerintahan Orde Baru. Saat itu, berdasarkan UU No 5/1979, penguasa melakukan kebijakan sentralisasi dan birokratisasi pada tingkat desa.

(13)

2

lembaga sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting di pemerintahan tingkat desa.1 Mereka ini merupakan institusi yang otonom yang tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri yang mengakar kuat, serta relatif mandiri dari campur tangan kekuasaan luar.

Istilah Desa sangat tepat untuk menggambarkan keadaan tersebut, sebab Desa merupakan komunitas yang tinggal disebuah lokasi (posisi geografis, daerah) tertentu. Desa dapat dikatakan sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu yang diantara mereka saling mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara langsung pada alam. Oleh karena itu, desa bisa disebut sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang kuat, bersahaja, serta tingkat pendidikan yang dapat dikatakan rendah.2

Berdasarkan Undang-undang No 6 Tahun 2014 mengatakan bahwa desa atau yang disebut dengan nama lain sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati serta bersifat istimewa dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia3. Sebagaimana yang dimaksud dalam penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada

1

AAGN Ari Dwipayana.2003.Pembaharuan Desa Secara Partisipatif.Pustaka Pelajar.Yogyakarta.hal 2

2

Himawan,dkk.2003.Politik Pemberdayaan.LAPPERA PERPUSTAKAN UTAMA.Yogyakarta.hal 3

3

(14)

3

sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam territori

Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan

“Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau,

dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut”. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa tidak hanya merupakan unsur administratif, namun juga merupakan unit dari entitas kultural. Berfungsinya lembaga-lembaga sosial, politik dan pemerintahan mengacu pada konteks kultural. Hal ini berarti bahwa otonomi desa tidak hanya memiliki dimensi administratif (memperlakukan desa sebagai unit adminstratif yang berwenang untuk mengelola urusannya secara mandiri dari unit administrasi yang lebih tinggi), namun juga memiliki dimensi kultural. 4

Adapun demokrasi mensyaratkan adanya basis kekuatan dan kemandirian para pelaku politik ditingkat desa untuk menghasilkan proses penyelenggaraan pemerintahan yang responsif dan akuntabel terhadap masyarakat. Hal ini menyangkut, baik demokrasi dalam konteks adat istiadat setempat, maupun dalam

4

(15)

4

pelaksanaan dari demokrasi perwakilan (BPD) yang dikenalkan oleh UU No 22/1999. Kemampuan menyelenggarakan pemerintahan sangat ditentukan oleh kecakapan manajerial dari eksponen pemerintahan desa dan berfungsinya sistem manajemen. Pola penyelenggaraan pemerintahan desa disatu sisi harus mengikut tuntunan modernitas, namun di sisi lain harus peka terhadap konteks budaya setempat dan muara dari reformasi penyelenggaraan pemerintahan desa yang diagendakan adalah untuk memungkinkan desa mampu berperan sebagai simpul pengembangan kesejahteraan masyarakat lokal.

Konsep pemerintahan menunjuk pada proses pelaksanaan fungi-fungsi pemerintah yang meliputi pengaturan (regulating), pelayanan (sevice), dan pemberdayaan (empowering). Sebagai salah satu fungsi pemerintahan, pelayanan mengandung pengertian yang penting sebab berkaitan dengan kemampuan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, bahkan sebelum masyarakat itu memintanya.5

Suatu pemerintahan desa yang demokratis adalah pemerintahan yang lahir dari bentukan masyarakat sendiri dan bukan merupakan hasil rekayasa elit penguasa. Dengan demikian, pemerintahan jenis ini setidaknya mengakui tiga kuasa yang ada, yang menjadi kekuatan utama penggerak pemerintahan desa. Tiga kuasa yang dimaksud adalah: kedaulatan rakyat, parlemen desa dan pemerintahan desa.

5

(16)

5

Kedaulatan rakyat merupakan sumber utama kekuasaan yang ada. Pengakuan adanya kedaulatan rakyat merupakan cermin dari sebuah persepsi mengenai kekuasaan yang rasional, dimana kekuasaan datang dari rakyat dan karena itu harus dipertanggung jawabkan pada rakyat. Parlemen desa adalah badan yang berfungsi dalam skema demokrasi perwakilan. Posisi parlemen desa tidak lebih dari penyambung lidah rakyat, dan tidak memiliki otonom dihadapan rakyat. Parlemen desa juga bukan sebuah badan yang menerima kekuasaan mutlak dari rakyat desa, sebab yang diberikan hanya sebagian, sehingga ketika sewaktu-waktu dirasakan terjadi pengingkaran suara rakyat, maka rakyat bisa menggunakan hak dasarnya. Pemerintahan desa adalah badan eksekutif yang bertugas menjalankan aspirasi rakyat, untuk menjawab problem dan harapan rakyat.

(17)

6

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan keputusan kepala desa.6 Di Desa dibentuk lembaga kemasyarakatan desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa dan lembaga dimaksud merupakan mitra Pemerintahan Desa dalam rangka pemberdayaan masyarakatan desa.

Pemberdayaan kepada masyarakat suatu usaha untuk mentransformasikan kesadaran rakyat dan sekaligus mendekatkan masyarakat dengan akses untuk perbaikan kehidupan mereka. Suatu transformasi kesadaran bermakna tindakan untuk mengembangkan pendidikan politik, guna mengembangkan wacana alternatif, sehingga dominan atau bahkan hegemoni negara dapat diatasi. Upaya mendekatkan masyarakat dengan akses terhadap perbaikan kehidupan, sama artinya dengan desakan untuk sebuah proses redistribusi sumber-sumber ekonomi. Oleh sebab itu, langkah pemberdayaan mustahil dijalankan jika tidak memuat langkah pengorganisasian masyarakat yang merupakan tindakan dengan maksud dasar menjadikan masyarakat sebagai kelompok sadar dan terhimpun. Keterhimpunan masyarakat sendiri sangat penting, sebab hanya itulah yang dapat menghindarkan masyarakat dari berbagai upaya manipulasi atau mungkin suatu tekanan balik yang tidak perlu.

Disamping itu unsur pembangunan ikut andil dalam menjadikan perubahan masyarakat kearah yang lebih baik. Perubahan bisa diartikan sebagai pertumbuhan yang tujuannya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat serta meningkatkan pemerataan pembangunan antar daerah. Dengan demikian tujuan pembangunan

6

(18)

7

dapat dipahami sebagai akibat akhir dari seluruh upaya pembangunan.7 Dalam pembangunan ada dua bentuk yang biasanya dilakukan oleh setiap daerah yaitu pembangunan dalam bentuk fisik dan non fisik. Pembangunan dalam bentuk fisik biasanya berupa bangunan seperti jembatan, wc, pukesmas, kantor desa, dan lain sebagainya. Sedangkan pembanguan dalam bentuk non fisik yaitu tidak berupa banguan melainkan upaya bagaimana meningkatkan kinerja seperti pembangunan dibidang pemberdayaan masyarakat. Hal ini tentu saja berkaitan satu sama lain, sebab tujuannya menginginkan masyarakat yang berdaya dan mandiri.

Oleh sebab itu, dengan adanya konsep pemberdayaan dapat dikatakan merupakan jawaban atas realitas ketidakberdayaan (disempowerment). Mereka yang tidak berdaya jelas adalah pihak yang tidak memiliki daya (atau kehilangan daya) kekuatan. Dapat dikatakan bahwa yang tidak berdaya adalah meraka yang tidak atau kehilangan kekuatannya. Ada dua kemungkinan utama yaitu pertama apa yang digambarkan sebagai tidak punya (tidak memiliki) kekuatan dan yang kedua sebagai kehilangan kekuatan. Dua bentuk ini tentu sangat berbeda. Pada yang pertama menunjukan pada situasi tidak punya, sedangkan yang kedua menunjukan pada proses penghilangan atau kondisi awal ada (punya) dan kemudian ada sebuah proses yang membuat tidak ada. 8

Secara konsepsional pemberdayaan masyarakat mengandung dua substansi pokok yakni: pemberian kekuasaan atau kewenangan kepada masyarakat agar memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan untuk membangun diri dan

7

Rudianto.2011.Perencanaan Pembangunan Nasional dan Regional.CAKRAWALA MEDIA PULISHER.Malang.Hal 18

8

(19)

8

lingkungannya (to give power/authority), dan meningkatkan kemampuan atau daya beli masyarakat agar dapat memanfaatkan potensi diri dan lingkungannya secara optimal (to give ability/anable).

Sesuai dengan kinerja aparatur desa dapat di lihat dalam kemampuan kerja aparatur desanya, dimana aparatur desa masing-masing memiliki tugas dan wewenang diantaranya yang telah dijalankan meliputi yaitu pelayanan kepada masyarakat serta melaksanakan tugas atau wewenang lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan indikator Pelayanan Fleksibel, Koordinasi, Kreatifitas, dan Tanggung Jawab. Kinerja aparatur desa tentu tidak akan bisa diterapkan tanpa adanya upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur desa sendiri. Sebab nantinya hasil kinerja itu sendiri yang akan menentukan kesejahteraan masyarakatnya. Adapun upaya meningkatkan efektifitas kinerja aparatur desa yang sering dilakukan oleh pemerintahan desa yaitu berupa pelatihan dan pengalaman. Dengan pelatihan yang diterima oleh aparatur desa maka pengetahuan dan wawasannya akan bertambah sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya dibidang pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan hasil dari kinerja aparatur desa yang berbentuk gotong royong.

(20)

9

Semangat gotong royong dan keswadayaan yang berbasis pada nilai-nilai sosial budaya lokal mulai mengalami penurunan. Salah satu upaya pemerintah daerah untuk menumbuhkan kembali semangat kegotong royongan dan keswadayaan masyarakat yaitu dengan cara diadakan lomba gotong royong secara berjenjang yang dimulai dari tingkat desa sampai nasional.

Melalui lomba gotong royong diharapkan sedikit demi sedikit semangat kebersamaan dan kegotong royongan masyarakat akan mulai tumbuh kembali yang nantinya bisa diharapkan tumbuh mengakar, melembaga, melestarikan dalam kehidupan masyarakat, sehingga menjadikan masyarakat hidup rukun dan damai dalam mengisi pembangunan, khususnya dalam bidang kemasyarakatan, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan.

Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) desa ngadisari telah menunjukan peran dan kiprahnya dalam koridor sebagai mitra pemerintah desa guna memberdayakan masyarakat yang telah dilakukan oleh LKD

Dengan demikian sebagai pemerintahan desa, LKD telah ikut serta dalam perencanaan pembangunan secara partisipatif termasuk didalamnya menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan keswadayaan masyarakat.9 Ini membuktikan bahwa dengan menberdayakan masyarakat bisa membuat masyarakat itu sendiri berdaya dan mandiri.

9

www.probolinggokab.go.id/newest/index.php?option=com_content&view=article&id=245:desa-

(21)

10

Dalam pemerintahan desa tentu berkaitan langsung dengan masyarakat, bahkan bisa dikatakan sebagai mitra yang saling membutuhkan satu sama lain dan juga mengingat masyarakat desa mempunyai tingkat kebersamaan yang luar biasa. Namun masyarakat desa cenderung terhambat dalam hal pembangunan yang tujuan pembangunan sendiri untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera. Pembangunan dalam memajukan masyarakat tidak hanya tanggung jawab dari pemerintah pusat tetapi juga pemerintahan desa sebagai pelayan publik seharusnya lebih mengerti dan tanggap terhadap apa yang dibutuhkan masyarakatnya, sebab masyarakat desa masuk dalam wilayah kekuasaan pemerintahannya. Banyak desa tertinggal dikarenakan tidak memiliki program pembangunan yang merata, seperti tingkat pendidikan kurang, pelayanan kesehatan yang buruk, serta pelayanan publiknya yang tidak memuaskan. Oleh karena itu, diperlukan reorientasi model pembangunan yang digunakan dalam pembangunan sehingga memberikan hasil yang lebih merata dan dinikmati oleh sebagian besar masyarakat. Dengan demikian, diperlukan orientasi pembangunan yang mengikutsertakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta peran pemerintah desa dalam hal ini harus lebih bersifat menjadi fasilitator, bukan bersifat memberikan petunjuk dan menentukan aturan-aturan main tetapi lebih banyak menjadi fasilitator, bukan regulator. Langkah ini merupakan langkah yang tepat untuk menciptakan kemandirian masyarakat dan mengajak berpartisipasi dalam pembangunan sehingga dapat menunjang keberhasilan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat di tingkat desa.10

10

(22)

11

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut diatas dimaksudkan masalah

sebagai berikut: “Bagaimana Upaya Meningkatkan Efektifitas Kinerja

Aparatur Desa Dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat”

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah sebagiamana tersebut diatas dimaksudkan sebagai berikut: “Untuk Mengetahui Upaya Meningkatkan Efektifitas Kinerja Aparatur Desa Dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat”

D.Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran tentang Upaya Meningkatkan Efektifitas Aparatur Desa Dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat, sehingga diharapkan bisa dijadikan referensi bagi mahasiswa UMM terutama Fakultas ISIP khususnya Jurusan Ilmu Pemerintahan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Sebagai rekomendasi untuk pemerintahan desa di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa dimasa yang akan datang.

E.Definisi Konseptual

(23)

12

penjelasan mengenai beberapa pengertian atau istilah yang berkiatan dengan upaya untuk menyeragamkan pemahaman terhadap pokok pembahasan dengan maksud untuk menciptakan keseragaman atau kesamaan pemahaman terhadap pengertian masing-masing konsep yang terkandung dalam pengertian tersebut, serta dapat memperoleh kejelasan tentang arti dari penelitian ini sehingga mempermudah dalam penelitian terhadap variabel-variabel (konsep) yang hendak diukur, diteliti dan digali datanya.11

a. Efektifitas Kinerja

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat yang menjelaskan

bahwa : “Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”. 12

Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada

11

Hamidi.2010.penelitian dan teori komunikasi.UMM Press.Malang.Hal. 141 12

(24)

13

tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya. 13

b. Aparatur Desa

Dalam Pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) dinyatakan bahwa pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa, kepala dusun, rukun tetangga dan rukun warga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aparat desa meliputi semua orang yang terlibat dalam urusan pemerintahan desa. Aparatur desa antara lain : Kepala Desa, Sekretaris Desa. Kepala dusun.14

c. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan adalah upaya membuat orang, kelompok, atau masyarakat menjadi lebih berdaya sehingga mampu mengurus kepentingannya sendiri secara mandiri. Dengan demikian inti perberdayaan adalah untuk menciptakan kemandirian, baik dari individu, kelompok maupun masyarakat. Upaya kemandirian diperlukan karena pada proses pembangunan selama ini, orang, kelompok, masyarakat lebih banyak berperan sebagai objek dari pada sebagai subjek. Proses pemberdayaan masyarakat ditentukan oleh faktor yang berasal dari luar masyarakat desa, baik berupa kebijakan pemerintah, bantuan biaya, bantuan tenaga penyuluh dan faktor dari dalam yang dapat berupa tata nilai, adat istiadat, sikap

13

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, AK.2006.Pengukuran Kinerja Sektor publik.BPFE-YOGYAKARTA.Hal 25

14

(25)

14

mental dari masyarakat itu sendiri.15 Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat menurut Sulistiyani adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka secara bertahap masyarakat akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke waktu.16

F. Definisi Operasional

Secara umum operasional dipahami sebagai batasan jangkauan atau ruangan lingkup yang kaitannya dengan penelitian. Menurut Sanapiah Faisal, bukankah keperluan mengkomunikasikan semata-mata kepada pihak lain, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga menuntun penelitian itu sendiri didalam menangani rangkaian penelitian, misalnya dalam menyusun instrumen atau variabel-variabel yang hendak diteliti dan juga dalam menetapkan populasi, sampel, serta didalam menginterpretasikan hasil penelitian.17 Dengan demikian, definisi operasional merupakan penetapan dari indikator-indikator yang akan dipelajari dan dianalisa, sehingga nantinya dapat diperoleh gambaran yang jelas. Berdasarkan judul yang akan peneliti diangkat maka ada beberapa indikator-indikator yang akan dipelajari dan dianalisa yaitu:

15

Prof. Dr. Sadu Wasistiono, M.S.2003.Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah.CV FOKUSMEDIA.Bandung.hal 60

16

http://chikacimoet.blogspot.com/2013/02/pemberdayaan-masyarakat.html(diakses 12 Maret 2014)

17

(26)

15

1. Upaya Peningkatan Efektifitas Kinerja Aparatur Desa a. Kinerja Aparatur Desa

b. Usaha Peningkatan Efektifitas Kinerja Aparatur Desa 2. Pemberdayaan Masyarakat

a. Gotong Royong Masyarakat

b. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemberdayaan Masyarakat c. LKD Sebagai Mitra Pemerintah Desa

G.Metode Penelitian

Metode penelitian suatu cara yang logis, sistematis, objektif, untuk menemukan kebenaran secara keilmuan. Penelitian ilmiah telah memberi jawaban untuk mencari kebenaran secara keilmuan dan pengetahuan, melalui serangkaian aktivitas dan prosedur yang jelas dan terukur dalam mengembangkan proses berpikir. 18

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dan untuk mengungkapakan fakta- fakta peneliti menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif dengan maksud berusaha untuk memberikan gambaran keadaan obyek atau permasalahan tanpa ada maksud membuat kesimpulan. Metode diskriptif juga sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan ,menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga,

18

(27)

16

masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitaian adalah tempat dimana peneliti mendapatkan data-data dan informasi yang diteliti. Adapun lokasi penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bertempat di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang nantinya akan memberikan informasi dalam penelitian ini adalah merupakan orang-orang yang bersangkutan dengan bahan studi yang akan diteliti. Maka dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah:

a. Kepala Desa b. Aparatur Desa

c. Masyarakat sekitar desa Ngadisari 5 orang d. LKD 2 orang

4. Data dan Sumber Data

(28)

17

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber informasi yang diperoleh langsung dari sumber pertama atau obyek yang memahami tentang masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Sumber informasi yang dimaksud yaitu aparatur desa dan masyarakat.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dipergunakan dalam penelitian untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer. Data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau arsip-arsip, buku literatur, internet, dan berkaitan dengan judul penelitian

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, yang ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Untuk mengumpulkan data diperlukan instrumen atau alat. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik atau metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara (interview) dan dokumentasi.

a. Observasi

(29)

18

terjadi pada sebuah instansi atau organisasi dalam menjalankan aktifitasnya atau kinerjanya yang kemudian melakukan pencatatan mengenai fakta tersebut.

b. Wawancara (Interview)

Dalam melaksanakan penelitian, wawancara (interview) merupakan suplemen bagi metode dan teknik yang lain. Teknik ini bermanfaat untuk memperkaya data yang diperoleh dan untuk menjamin validasi data. Dalama hal ini penulis dalam hal ini penulis memperoleh data langsung pada sumber informasi atau responden yang bersangkutan untuk memperoleh kejelasan mengenai upaya meningkatkan efektivitas kinerja aparatur desa dalam pembangunan dibidang pemberdayaan masyarakat.

c. Dokumentasi

(30)

19

6. Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisa data kualitatif yaitu data yang telah diperoleh lalu dianalisa dengan melakukan pemaparan serta intrepretasi secara mendalam. Teknis analisa kualitatif adalah untuk memperoleh kedalaman penghayatan terhadap interaksi-interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris, data yang digambarkan, diuraikan dalam diinterpretasi dengan menggunakan kata-kata untuk ditarik suatu kesimpulan.

Dalam penelitian ini yang terkumpul disusun dalam katagori tertentu, fokus tertentu, dan pokok permasalahan tertentu. Selanjutnya, hasil dari proses pengumpulan data tersebut direduksi dan dimasukkan dalam pola, kategori, fokus, atau tema yang sesuai dengan variabel-variabel yang telah dirumuskan. Kumpulkan data tersebut dirangkum, diihtisarkan atau diseleksi untuk diredaksionalkan secara tertentu dalam masing-masing pola, kategori, fokus atau tema yang sudah ditemukan.

Hasil keseluruhan dari proses analisa data kualitatif adalah berupa penguraian, penggambaran dan penuturan tentang apa yang dimengerti dan ditangkap penulis, sehingga menghasilkan sebuah pemaknaan dan kesimpulan yang komperhensif dan mendalam.

Dalam menganalisis data, peniliti melakukan tiga tahap analisa data yaitu: a. Reduksi Data

(31)

20

mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan divertifikasikan. Adapun data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data primer maupun data sekunder yang dianalisa kualitatif yang bertujuan untuk mengelola data agar data tersebut mempunyai makna yang jelas.

b. Penyajian Data

Sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan dan pengambilan tindakan, penyajian data biasanya berupa kata-kata, tabel dan sebagainya. Adapun tujuan adanya metode ini adalah untuk mengklasifikasikan data yang sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, sehingga data akan lebih mudah untuk dipahami.

c. Menarik Kesimpulan

Menganalisis dan mengakaji kebenaran dan validasi data yang ada. Hasil analisa data dapat diartikan sebagai proses pemeriksaan proses terhadap alur analisis data untuk mengetahui proses munculnya kesimpulan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Kedua , kendala– kendala yang dihadapi oleh pihak Lapas Narkotika Langkat adalah (1) perawatan oleh petugas kesehatan kepada narapidana perempuan yang sedang menderita

Besarnya pengaruh kompensasi dan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap turnover intention karyawan terdapat pengaruh yang signifikan variabel kompensasi &

Pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing ini lebih efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibanding dengan pembelajaran menggunakan media

menunjukkan bahwa ikan guppy yang dipelihara pada wadah tanpa pelapis (bening) yang memantulkan semua spektrum warna memiliki intensitas warna yang lebih baik,

Dari tabel diatas dapat diketahui adanya selisih prosentase penjerapan pada pengasapan 2 minggu antara daun Mahoni I (pagi) - daun Mahoni II (siang) yaitu sebesar 4,17 % dan

Maka dari itu penelitian ini akan memfokuskan pada analisa faktual terhadap penerapan manajemen pemasaran produk yang dilakukan oleh Rumah Zakat yang difokuskan

a) Kocok contoh yang telah diinkubasi dan dengan mengunakan jarum ose, goreskan sepanjang 3 mm biakan pengkayaan TT broth ke dalam cawan petri yang berisi media XLD, HE

Berdasarkan keseluruhan siklus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan permainan engklek dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan dan