• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM EJOURNAL. Ketua Penyunting: Dr. Suparji, M.Pd. Penyunting:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM EJOURNAL. Ketua Penyunting: Dr. Suparji, M.Pd. Penyunting:"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TIM EJOURNAL

Ketua Penyunting:

Dr. Suparji, M.Pd

Penyunting:

1. Prof. Dr. E. Titiek Winanti, M.S.

2. Prof. Dr. Ir. Kusnan, S.E, M.M, M.T

3. Dr. Nurmi Frida DBP, MPd

4. Dr. Suparji, M.Pd

5. Dr. Naniek Esti Darsani, M.Pd

6. Dr. Dadang Supryatno, MT

Mitra bestari:

1. Prof. Dr. Husaini Usman, M.T (UNJ)

2. Dr. Achmad Dardiri (UM)

3. Prof. Dr. Mulyadi(UNM)

4. Dr. Abdul Muis Mapalotteng (UNM)

5. Dr. Akmad Jaedun (UNY)

6. Prof. Dr. Bambang Budi (UM)

7. Dr. Nurhasanyah (UP Padang)

Penyunting Pelaksana:

1. Drs. Ir. H. Karyoto, M.S

2. Ari Widayanti, S.T,M.T

3. Agus Wiyono,S.Pd, M.T

4. Eko Heru Santoso, A.Md

Redaksi :

Jurusan Teknik Sipil (A4) FT UNESA Ketintang - Surabaya

Website: tekniksipilunesa.org

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

TIM EJOURNAL ... i

DAFTAR ISI ... ii

 Vol 1 Nomer 1/JKPTB/16 (2016)

PERILAKU SISWA KELAS X TGB DALAM PEMBELAJARAN ILMU BANGUNAN DI

SMKN 3 SURABAYA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY DAN

STRATEGI PQ4R

Agus Fahmi, Suparji ... 1 - 7

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA METODE BELAJAR AKTIF TIPE

GROUP-TO-GROUP EXCHANGE DAN METODE CERAMAH PADA MATA PELAJARAN

ILMU BANGUNAN GEDUNG KELAS X TKK SMK NEGERI 2 TRENGGALEK

Sylvia Dewani Hindratna, Djoni Irianto ... 8 - 15

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION DENGAN MENGGUNAKAN LKS UNTUK

MENINGKATKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMKN 1 NGANJUK KELAS X PADA

MATA PELAJARAN SURVEY PEMETAAN

Usias Soleman Baitanu, Indiah Kustini ... 16 - 25

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS XI TGB PADA MATERI MENGGAMBAR PELAT LANTAI (STUDI DI SMK

NEGERI 1 BENDO MAGETAN)

Rudiansyah, Nanik Estidarsani ... 26 - 32

PENGEMBANGAN JOBSHEET BERBASIS PERFORMANCE ASSESSMENT PADA

KOMPETENSI KETERAMPILAN PENGUKURAN PENYIPAT DATAR MEMANJANG

KELILING DI SMK NEGERI 1 NGANJUK

Rachmat Hidayat, Indiah Kustini... 33 - 42

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MENGGUNAKAN MODUL PADA

PELAJARAN MENGGAMBAR DENGAN SOFTWARE KELAS XI GB DI SMK NEGERI 1

BENDO MAGETAN

Nanang Adi Apriyanto, Sudijono ... 43 - 51

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA KONSTUKSI BANGUNAN

RUMAH SEDERHANA BAGI SISWA TEKNIK BANGUNAN DI SMKN 1 SAMPANG

(4)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUILDING KNOWLEDGE ADVENTURE

GAME PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN UNTUK SISWA KELAS X TGB SMK

NEGERI 1 JENANGAN PONOROGO

Deddy Mahendra Wijaya, Nurmi Frida Dorintan Bertua Pakpahan ... 60 - 67

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, KEMAMPUAN SPASIAL DASAR, DAN KEMAMPUAN

SPASIAL LANJUTAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGGAMBAR MENGGUNAKAN CAD

SISWA TGB SMKN 1

Moch Sunan Firdaus, Karyoto ... 68 - 77

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA KOMPETENSI DASAR

MERANCANG KOLOM STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG KELAS X TGB DI

SMK N KUDU JOMBANG

Munzir Kamala S., Mas Suryanto H.S. ... 78 - 85

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT

(TGT) PADA KOMPETENSI DASAR MENDISKRIPSIKAN PEMBUATAN

SAMBUNGANDAN HUBUNGAN KAYU SMK NEGERI 1 KEDIRI

Sigit Kurniawan, Indiah Kustini ... 86 - 89

PENERAPAN MEDIA AUTOCAD 3D PADA MATA PELAJARAN GAMBAR KONSTRUKSI

BANGUNAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TGB SMK NEGERI 1

SIDOARJO

Fivit Anggraini, Agus Wiyono ... 90 - 99

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION MENGGUNAKAN

MEDIA VIDEO TUTORIAL PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR RUMAH

TIPE 40 DENGAN PERANGKAT LUNAK SISWA KELAS XI TGB SMK NEGERI 1

SIDOARJO

Qorri Aina, Karyoto ... 100 - 108

PENERAPAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA MINIATUR DENGAN METODE

LATIHAN TERBIMBING PADA MATERI MENGGAMBAR KONSTRUKSI BETON

BERTULANG DI SMKN 3 SURABAYA

(5)

Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan Vol 1 Nomer 1/JKPTB/16 (2016) : 109 - 117

109

PENERAPAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA MINIATUR DENGAN METODE

LATIHAN TERBIMBING PADA MATERI MENGGAMBAR KONSTRUKSI BETON

BERTULANG DI SMKN 3 SURABAYA

Disca Aprilia Mandita Putra

manditaputra00@gmail.com Nanik Estidarsani n.estidarsani@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peserta didik di sekolah tersebut masih kesulitan saat memasuki materi menggambar penulangan konstruksi beton bertulang. Siswa kesulitan dalam membayangkan bentuk penulanganyang sesungguhnya di lapangan apabila guru mengajar hanya menggunakan gambar 2 D yang dipresentasikan secara lisan. Inovasi yang dapat dilakukan oleh guru agar pembelajaran lebih optimal adalah dengan memilih media dan metode pembelajaran yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing pada mata pelajaran menggambar konstruksi beton bertulang.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuasi eksperimen (Quasi Experiment) dan rancangan penelitian ini menggunakan model “Posttest-Only control design”. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI Program Studi Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 3 Surabaya, sedangkan sampel yang digunakan adalah Kelas XI T.GB 1 sejumlah 32 siswa dan Kelas XI T.GB 2 sejumlah 31 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar keterlaksanaan pembelajaran, tes hasil belajar, dan angket respon siswa. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner, pengamatan, pemberian tes, dan pengisian angket respon siswa. Hasil validasi perangkat pembelajaran meliputi : 1) RPP dengan prosentase sebesar 83,33 % dinyatakan sangat valid, 2) Media pembelajaran dengan prosentase sebesar 79,57 % dinyatakan valid, 3) Materi dengan prosentase 84,00 % dinyatakan sangat valid, 4) Soal dengan prosentase 81,90 % dinyatakan sangat valid.

Hasil keterlaksanaan pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing pada tatap muka ke I) : 70,00 %, II) : 71,43 %, III) : 75,00 %, IV) : 77,14 % terlaksana dengan baik. Data kelas yang menerapkan media miniatur dengan metode latihan terbimbing maupun kelas yang tanpa menerapkan media miniatur dengan metode latihan terbimbing berasal dari populasi yang terdistribusi normal (Kolmogorov-Smirnov). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Tahap ke-1 didapat nilai thitung = 2,213 > ttabel = 2,001, 2) Tahap ke-2 didapat nilai thitung = 5,041

> ttabel = 2,0025, 3) Tahap ke-3 didapat nilai thitung = 4,454 > ttabel = 2,0025, 4) Tahap ke-4 didapat nilai thitung = 5,014 >

ttabel = 2,001. Artinya bahwa, ada perbedaan hasil belajar antara kelas yang menerapkan media miniatur dan metode

latihan terbimbing dengan kelas yang tanpa menerapkan media miniatur dan metode latihan terbimbing pada proses pembelajaran. Hasil rata-rata skor respons pada media miniatur sebesar 4,240 mempunyai kategori tinggi/positif, sehingga dapat dinyatakan bahwa media miniatur dapat mendukung proses belajar siswa.

Kata kunci: Media miniatur, metode latihan terbimbing, hasil belajar.

Abstract

This research is motivated by learners in these schools are still difficulties when entering the draw reinforcement material reinforced concrete construction. Students difficulty in imagining the actual shape of reinforcement in the field when teachers teach using only 2D images presented orally. Innovations that can be done by teachers to be more optimal learning is to choose the media and teaching methods accordingly so that learning objectives can be achieved. This study aims to determine the application of learning to use a miniature media with guided training methods on subjects drawing reinforced concrete construction.

This research is a quasi-experimental research (Quasi Experiment) and the design of this study using the model "Posttest-Only control design". The research was conducted in the second semester of academic year 2014/2015. The population in this study were all students of class XI Expertise Program Architecture Engineering at SMK Negeri 3 Surabaya, whereas the sample used is a Class XI student T.GB 1 number 32 and Class XI T.GB 2 a number of 31 students. The research instrument used in the form of a questionnaire sheet validation of learning tools, sheet keterlaksanaan learning, achievement test, and the student questionnaire responses. Data collection techniques such as questionnaires, observation, administration of tests, and charging the student questionnaire responses. Results of the validation study include: 1) RPP with a percentage of 83.33% is expressed very valid, 2) learning media with a percentage of 79.57% is valid, 3) material with a percentage of 84.00% is expressed very valid, 4) Problem with a percentage of 81.90% is expressed very valid.

(6)

Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan

110

Results of feasibility study using a miniature media with guided training methods in face-to I): 70.00%, II): 71.43%, III): 75.00%, IV): 77.14% performing well. Data class that implements the miniature media with guided training methods and classes without applying the miniature media with guided practice methods derived from a population that is normally distributed (Kolmogorov-Smirnov). The results showed that: 1) Phase 1 values obtained t = 2,213> t table = 2.001, 2) Phase 2 obtained value of t = 5,041> t table = 2.0025, 3) Phase 3 obtained value t = 4.454 > table = 2.0025, 4) Phase 4 obtained value t = 5.014> t table = 2.001. It means that, there are differences in learning outcomes between the class that implements the miniature media and method of practice guided by the class without applying the miniature media and method of practice guided in the learning process. The average yield response to media miniature score of 4.240 has a higher category / positive, so it can be stated that the miniature media can support the students' learning process.

Keywords: Media miniature, guided training methods, learning outcomes. PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kenerja. Agar tercipta sistem pembelajaran yang bermutu, seorang guru harus berfikir tentang adanya suatu proses timbal-balik antara guru dengan siswa, yaitu bukan hanya guru yang aktif melainkan siswa juga harus ikut aktif. Salah satu cara yang bisa ditempuh agar siswa lebih aktif atau dengan kata lain dapat mendominasi kegiatan belajar mengajar adalah dengan cara memberikan suatu media pembelajaran dan strategi pembelajaran (Sanjaya 2008:59-60).

Media miniatur dapat digunakan pada proses pembelajaran, sebab siswa dapat melihat secara langsung sebuah obyek yang menjadi topik pembahasan. Penggunaan media miniatur pada proses pembelajaran didalam kelas mampu memberi pengalaman bagi siswa seperti obyek nyata yang ada di lapangan meskipun obyek tersebut telah diperkecil. Menurut Fauziah (2014:57-58) dalam penelitiannya, penggunaan media miniatur balok yang diterapkan dalam pembelajaran didapat nilai rata-rata kelayakan media miniatur balok adalah 87,50% termasuk dalam kategori sangat baik, kemudian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan media pembelajaran miniatur dengan materi dan sekolah yang berbeda. Sedangkan menurut Sugianto (2014:87) hasil belajar (post-test) mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share menggunakan maket sebagai media pembelajaran memberikan pengaruh terhadap ketuntasan hasil belajar siswa terhadap pelajaran menggambar kolom, balok, dan pelat pada konstruksi tangga beton bertulang. Hasil belajar siswa sebelumnya yang memenuhi KKM yaitu 69,22% kemudian setelah model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share menggunakan maket penulangan tangga beton bertulang sebagai media pembelajaran siswa yang memenuhi KKM menjadi 85,30%.

Pengajar dituntut untuk menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi. Dengan demikian, guru diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada siswa dalam proses belajar mengajar (PBM) sehingga tujuan pembelajaran efektif bisa tercapai. Menurut Tohirin (2007:12), bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki

kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Bimbingan adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada terbimbing agar individu yang dibimbing mencapai perkembangan yang optimal (Tohirin, 2007:17). Metode latihan terbimbing yang digunakan dalam proses pembelajaran akan menciptakan kondisi siswa yang aktif. Menurut Mawardianto (2014:54) Penerapan media CD interaktif dan metode latihan terbimbing didapat nilai hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran CD interaktif dan metode latihan terbimbing lebih baik daripada siswa yang menggunakan CD interaktif tanpa metode latihan terbimbing.

Menurut guru mata pelajaran gambar konstruksi beton bertulang di SMK Negeri 3 Surabaya mengungkapkan bahwa, siswa selalu kesulitan saat memasuki materi menggambar penulangan beton bertulang. Siswa sulit dalam membayangkan bentuk penulangan yang sesungguhnya di lapangan, sehingga tugas gambar mereka dibuat asal-asalan yang penting jadi tanpa tahu maksud dari penulangan tersebut. Dengan adanya media miniatur penulangan, kegiatan belajar siswa lebih terarah dan mereka bisa mengoreksi hasil karyanya sendiri. Dengan demikian, guru lebih mudah membimbing siswanya dengan tujuan agar siswa tersebut tahu mana letak kesalahannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk membuat suatu pembelajaran menjadi lebih optimal, maka dapat diambil judul "Penerapan Pembelajaran Menggunakan Media Miniatur Dengan Metode Latihan Terbimbing Pada Materi Menggambar Konstruksi Beton Bertulang Di SMKN 3 Surabaya".

Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing?

2. Apakah terdapat perbedaan pada hasil belajar antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen yang menerapkan media miniatur dengan metode latihan terbimbing?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan media miniatur penulangan yang digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran?

(7)

Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan

111 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing.

2. Mengetahui kelayakan media miniatur yang digunakan sebagai media pembelajaran pada materi menggambar konstruksi beton bertulang.

3. Mendeskripsikan perbedaan pada hasil belajar antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen yang menerapkan media miniatur dengan metode latihan terbimbing.

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah media miniatur penulangan struktur yang meliputi tulangan pelat, balok kolom, dan pondasi.

2. Bahan yang dipergunakan untuk membuat media miniatur penulangan meliputi ; besi ø 3 mm, besi ø 2 mm, kawat ikat, lem besi, lem kertas, cat besi, papan multiplek, kertas karton, kertas HVS, kertas mika. 3. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model

pembelajaran langsung dan metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode latihan terbimbing. 4. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun

pelajaran 2014/2015.

5. Penelitian dilakukan pada kompetensi dasar menyajikan gambar konstruksi beton bertulang (menggambar konstruksi kolom, balok, pelat lantai beton bertulang) sesuai kaidah gambar teknik.

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Gagne (dalam Sadiman dkk, 2010:6) berpendapat bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Menurut Briggs (dalam Sadiman dkk, 2010:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Berdasarkan pengertian para ahli di atas bahwa media pembelajaran merupakan suatu perantara atau pengantar pesan dari pengirim (guru) ke penerima pesan (siswa) baik itu berupa komunikasi tercetak maupun audiovisual yang dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sedemikian rupa sehingga Proses Belajar Mengajar (PBM) dapat terjadi dan berlangsung dengan baik.

Miniatur adalah suatu model hasil penyerdehanaan suatu realitas tetapi tidak menunjukkan aktivitas atau tidak menunjukkan suatu proses. Miniatur ini mampu menjelaskan kepada para siswa detail dari sebuah objek yang menjadi topik bahasan secara tiga dimensi (Munadi, 2008:109). Miniatur merupakan suatu salinan berbentuk 3 dimensi yang terskala yang fungsinya adalah sebagai media visualisasi sebuah desain, sehingga miniatur ini dapat dilihat semua sisi-sisinya dalam bentuk nyata.

Media miniatur penulangan merupakan sebuah miniatur bangunan gedung yang hanya meminiaturkan bentuk penulangannya saja. Media miniatur penulangan ini dapat memperlihatkan bentuk riil rangkaian penulangan mulai dari penulangan pondasi, sloof, kolom, balok, hinga penulangan pelat. Bahan yang dipakai untuk membuat miniatur penulangan yaitu besi ø 0,2 mm untuk begel dan besi ø 0,3 mm untuk tulangan utama, kemudian multiplek ketebalan 9 mm sebagai alas media. Pembuatan Media miniatur penulangan dibuat dengan skala 1:10. Media miniatur penulangan dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 1. Media Miniatur Penulangan Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, selain itu dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan (Djamarah, 2012:95). Bimbingan adalah bantuan-bantuan atau tuntutan khusus yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada pada siswa tersebut agar dapat berkembang semaksimal mungkin (Arikunto, 2005:65).

Tabel 1. Sintaks Model Pengajaran Langsung. Fase Peran Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa

Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

Fase 3

Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan

balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Fase 5

(8)

Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan

112 untuk pelatihan lanjutan

dan penerapan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Sumber: Kardi (2005:8)

Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengkoreksi kesalahan konsep. Guru memeriksa atau mengecek kemampuan siswa seperti memberi kuis terkini, dan memberi umpan balik seperti memberi diskusi untuk siswa. Guru memberikan review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar, dan mengulang ketrampilan jika diperlukan (Majid, 2013:77). Guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari. Guru juga mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus terhadap penerapan pada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari (Majid, 2013:77).

Menurut (Sutikno, 2003:1). Beton adalah campuran bahan-bahan yang terdiri dari portland cement, agregat halus, agregat kasar dan air atau kemungkinan di tambah dengan bahan kimia lainnya (bahan admixture). Dimana mengerasnya campuran portland cement dan air yang disebut dengan pasta, maka campuran bahan-bahan yang homogen tadi membentuk manjadi batu. Jadi beton bertulang adalah beton yang di tulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari minimum yang disyaratkan, dengan atau tanpa pratekan. (Suprapto, 2003: 3).

Menurut Suparno (2008:223), gambar konstruksi beton bertulang merupakan komponen dalam bangunan yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen lainnya karena merupakan salah satu subsistem dalam bangunan. Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang dapat jelas dalam pembacaannya, maka perlu ada tanda atau simbol penunjang dalam penggambaran sehingga siapapun penggunanya dapat menterjemahkan gambar tersebut untuk diri sendiri maupun kepada orang lain. Ataupun pengertian gambar antara satu dengan lainnya sama.

Hasil belajar berasal dari dua suku kata yaitu hasil dan belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil adalah sesuatu yang terjadi oleh suatu kerja/perolehan. Sedangkan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku lebih baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu (Aunurrahman, 2009:35). Menurut Darsono dalam Nugroho (2011:26), hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Menurut Sudjana (2008:202), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar.

Kata respons dalam kamus bahasa Indonesia berarti tanggapan atau jawaban. Menurut Aminuddin (2011: 66)

mengatakan bahwa respons adalah tanggapan yang diberikan pendengar sesuai dengan stimuli yang diterimanya. Jadi respons siswa adalah tanggapan/reaksi/gambaran/kesan yang diberikan siswa terhadap suatu pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru. Tanggapan tersebut berupa tanggapan positif/senang terhadap pelaksanaan pembelajaran dan materi yang diberikan, dan tanggapan negatif/ tidak senang terhadap pelaksanaan pembelajaran dan materi yang diberikan.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimen (Quasi Experiment). Rancangan penelitian ini menggunakan model “Posttest-Only control design”. Desain penelitian ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara acak. Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut diberi tes (posttest) setelah selesai perlakuan (Sugiyono, 2012:76). Skemanya adalah sebagai berikut.

E X O2

K O4

Gambar 2. Skema Penelitian Posttest-Only Control Design.

Keterangan :

E : Simbol untuk kelas eksperimen.

K : Simbol untuk kelas pembanding (kelas kontrol). O2 : Hasil posttest kelas eksperimen.

O4 : Hasil posttest kelas kontrol.

X : Perlakuan (treatment) dengan media miniatur dan metode latihan terbimbing.

Tabel 2. Rancangan Penelitian Posttest-Only Control Design.

Pertemuan

Ke- Kelompok Treatment Post-Test

I Eksperimen (GB 1) X √ Kontrol (GB 2) - √ II Eksperimen (GB 2) X √ Kontrol (GB 1) - √ III Eksperimen (GB 1) X √ Kontrol (GB 2) - √ IV Eksperimen (GB 2) X √ Kontrol (GB 1) - √

Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI Program Studi Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 3 Surabaya. Sampel yang digunakan dalam

(9)

Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan

113 penelitian ini adalah Kelas XI T. GB 1 sejumlah 32 siswa dan Kelas XI T. GB 2 sejumlah 31 siswa.

Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan pembelajaran menggunakan media miniatur dan metode latihan terbimbing dengan hasil belajar siswa yang tanpa mendapat perlakuan pembelajaran menggunakan media miniatur dan metode latihan terbimbing.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa, disimbolkan dengan huruf “Y”.

Tabel 3. Hubungan Antar Variabel. Jenis Kelompok X1 X2 Y

Kelas Kontrol -

Kelas Eksperimen √ - √

Keterangan :

X1 : Hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan pembelajaran menggunakan media miniatur dan latihan terbimbing. X2 : Hasil belajar siswa tanpa mendapat

perlakuan pembelajaran menggunakan media miniatur dan metode latihan terbimbing.

Y : Hasil Belajar Siswa.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Lembar validasi perangkat pembelajaran. 2)Lembar keterlaksanaan pembelajaran. 3)Tes. 4)Angket respon siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini deilakukan dengan kuisioner dan tes hasil belajar.

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 1) Analisis kelayakan perangkat pembelajara. 2) Analisis hasil keterlaksanaan pembelajaran. 3) Analisis data hasil belajar. 4) Analisis respon siswa. Analisis kelayakan pembelajaran setelah dianalisa hasilnya adalah sebagai berikut.

1. Hasil Validasi RPP.

Hasil validasi RPP menunjukkan prosentase kelayakan sebesar 83,33 %. Artinya, RPP dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Hasil Validasi Kelayakan Media Pembelajaran.

Hasil validasi kelayakan media menunjukkan prosentase kelayakan sebesar 79,57 %. Artinya, media pembelajaran dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Hasil Validasi Kelayakan Materi.

Hasil validasi materi menunjukkan prosentase kelayakan sebesar 84,00 %. Artinya, materi dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Hasil Validasi Kelayakan Soal.

Hasil validasi soal menunjukkan prosentase kelayakan sebesar 81,90 %. Artinya, soal dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran. Pengamat pada penelitian ini berperan untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media miniatur disertai metode latihan terbimbing pada materi pelajaran menggambar konstruksi beton bertulang. Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media miniatur disertai metode latihan terbimbing pada materi pelajaran menggambar konstruksi beton bertulang diamati dan dinilai oleh 2 orang pengamat.

Hasil keterlaksanaan pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing pada mata pelajaran Menggambar Konstruksi Beton Bertulang selama empat pertemuan mendapatkan kriteria baik pada setiap pertemuan.

2. Deskripsi Hasil Belajar Siswa.

Hasil belajar siswa didapatkan setelah memberikan soal tes dan tugas menggambar pada siswa berdasarkan materi yang disampaikan dengan pembelajaran menggunakan media miniatur dan metode latihan terbimbing pada kompetensi dasar menyajikan gambar konstruksi beton bertulang (menggambar konstruksi kolom, balok, pelat lantai beton bertulang) sesuai kaidah gambar teknik.

Gambar 4.1 di bawah ini merupakan grafik nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas XI GB 1 dan XI GB 2 pada saat menjadi kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada pembelajaran menggambar konstruksi beton bertulang.

Gambar 3. Grafik Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Siswa.

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, nilai rata-rata kelas XI GB 1 pada pertemuan ke I yang bertindak sebagai kelas eksperimen sebesar 81,26 lebih tinggi daripada kelas XI GB 2 yang bertindak sebagai kelas kontrol sebesar 77,07 sedangkan nilai rata-rata kelas XI GB 1 pada pertemuan ke II yang bertindak sebagai kelas kontrol sebesar 77,10 lebih rendah daripada kelas XI GB 2 yang bertindak sebagai kelas eksperimen sebesar 82,93. Nilai rata-rata kelas XI GB 1 pada pertemuan ke III yang bertindak sebagai kelas eksperimen sebesar 84,33 lebih tinggi daripada kelas XI GB 2 yang bertindak sebagai kelas kontrol sebesar 79,03 sedangkan nilai rata-rata kelas XI GB 1 pada

(10)

Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan

114 pertemuan ke IV yang bertindak sebagai kelas kontrol sebesar 79,06 lebih rendah daripada kelas XI GB 2 yang bertindak sebagai kelas eksperimen sebesar 84,47.

3. Uji-t Dengan SPSS.

Hasil belajar siswa didapatkan setelah memberikan soal tes dan tugas menggambar pada siswa berdasarkan materi yang disampaikan dengan pembelajaran menggunakan media miniatur dan metode latihan terbimbing pada kompetensi dasar menyajikan gambar konstruksi beton bertulang (menggambar konstruksi kolom, balok, pelat lantai beton bertulang) sesuai kaidah gambar teknik. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 15.

Tabel 4. Group Statistics Hasil Belajar Siswa.

Tahap Kelas N Mean Standar Deviasi Medi an Mod us Post test I Kelas kontrol (XI GB 2) 30 77,07 6,170 78 70 Kelas eksperimen (XI GB 1) 31 81,26 5,893 81 81 Post test II Kelas kontrol (XI GB 1) 30 77,10 5,006 76,5 70 Kelas eksperimen (XI GB 2) 29 82,93 3,770 82 85 Post test III Kelas kontrol (XI GB 2) 29 79,03 4,724 80 80 Kelas eksperimen (XI GB 1) 30 84,33 4,413 85 85 Post test IV Kelas kontrol (XI GB 1) 31 79,06 2,632 79 78 Kelas eksperimen (XI GB 2) 30 84,47 5,303 84,5 79

Berdasarkan Tabel 4.2 disebutkan kelas kontrol dan kelas eksperimen pada setiap tahap. Kelas eksperimen adalah kelas yang menerapkan media miniatur dan metode latihan terbimbing. Kelas kontrol adalah kelas yang tidak menerapkan media miniatur dan metode latihan terbimbing. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah data, nilai rata-rata (Mean), standar deviasi (Std. Deviation), dan standar error rata-rata (Std. Error Mean) dari setiap tahap.

a. Hasil Uji- Normalitas dengan SPSS Tabel 5. Uji-Normalitas Tahap I

Tests of Normality XI GB 1_XI GB 2 Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statis tic df Sig. Statis tic df Sig. NILAI_ TES 1 ,109 30 ,200 ,975 30 ,680 2 ,112 31 ,200 ,968 31 ,456

Berdasarkan Tabel 4.3 Tests of Normality menunjukkan bahwa nilai tes untuk kelas eksperimen/XI TGB 1 memiliki signifikansi = 0,200 > 0,05 untuk uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) dan 0,680 > 0,05 uji normalitas Shapiro-Wilk. Demikian pula untuk kelas kontrol/XI TGB 2 memiliki signifikansi = 0,200 > 0,05 untuk uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) dan 0,456 > 0,05 uji

normalitas Shapiro-Wilk. Kesimpulanya adalah data kelas kontrol maupun kelas eksperimen berasal dari populasi yang terdistribusi normal

.

b. Hasil Uji-t dengan SPSS.

1)

Uji-t Dua Pihak Tahap I.

Levene’s Test for Equality of Variance menunjukkan Fhitung sebesar 1,008

dan Ftabel sebesar 3,1531 maka Fhitung < Ftabel

(1,595 < 3,1531). Hasil signifikansi dari uji F didapat 0,319 > 0,05 maka H0 diterima

dan H1 ditolak. Kesimpulannya adalah

kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki varian yang sama (homogen) dan uji-t menggunakan Equal Variance Assumsed.

Nilai thitung (Equal Variance

Assumsed) sebesar 2,213. Ttabel dapat dilihat

pada tabel statistik pada signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 = 61 – 2 = 59. Hasil yang diperoleh untuk ttabel sebesar 2,0025.

Nilai thitung > ttabel (2,213 > 2,001 dan

signifikansi < 0,05 (0,031 < 0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya

ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media pembelajaran miniatur dan metode latihan terbimbing dengan siswa yang tanpa menggunakan media pembelajaran miniatur dan metode latihan terbimbing pada tahap I.

2) Uji-t Dua Pihak Tahap II.

Levene’s Test for Equality of Variance menunjukkan Fhitung sebesar 2,258 dan Ftabel sebesar 3,1588 maka Fhitung < Ftabel (2,258 < 3,1588). Hasil signifikansi dari uji F didapat 0,138 > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya adalah kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki varian yang sama (homogen) dan uji-t menggunakan Equal Variance Assumsed.

Nilai thitung (Equal Variance

Assumsed) sebesar 5,041. Ttabel dapat dilihat

pada tabel statistik pada signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 = 59 – 2 = 57. Hasil yang diperoleh untuk ttabel sebesar 2,0025.

Nilai thitung > ttabel (5,041 > 2,0025 dan

signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya

ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media pembelajaran miniatur dan metode latihan terbimbing dengan siswa yang tanpa menggunakan media pembelajaran miniatur dan metode latihan terbimbing pada tahap II.

3) Uji-t Dua Pihak Tahap III.

Levene’s Test for Equality of Variance menunjukkan Fhitung sebesar 0,035

(11)

Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan

115 (0,035 < 3,1588). Hasil signifikansi dari uji F didapat 0,851 > 0,05 maka H0 diterima

dan H1 ditolak. Kesimpulannya adalah

kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki varian yang sama (homogen) dan uji-t menggunakan Equal Variance Assumsed.

Nilai thitung (Equal Variance

Assumsed) sebesar 4,454. Ttabel dapat dilihat

pada tabel statistik pada signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 = 59 – 2 = 57. Hasil yang diperoleh untuk ttabel sebesar 2,0025.

Nilai thitung > ttabel (4,454 > 2,0025 dan

signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya

ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media pembelajaran miniatur dan metode latihan terbimbing dengan siswa yang tanpa menggunakan media pembelajaran miniatur dan metode latihan terbimbing pada tahap III.

4) Uji-t Dua Pihak Tahap IV.

Levene’s Test for Equality of Variance menunjukkan Fhitung sebesar

13,610 dan Ftabel sebesar 3,1531 maka

Fhitung > Ftabel (13,610 > 3,1531). Hasil

signifikansi dari uji F didapat 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Kesimpulannya adalah kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki varian yang tidak sama (heterogen) dan uji-t menggunakan Equal Variance Not Assumsed.

Nilai thitung (Equal Variance Not Assumsed) sebesar 5,014. Ttabel dapat dilihat pada tabel statistik pada signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 = 61 – 2 = 59. Hasil yang diperoleh untuk ttabel sebesar 2,001. Nilai thitung > ttabel (5,014 > 2,001 dan signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media pembelajaran miniatur dan metode latihan terbimbing dengan siswa yang tanpa menggunakan media pembelajaran miniatur dan metode latihan terbimbing pada tahap IV.

4. Analisis Respon Siswa.

Data respons siswa diperoleh dengan menggunakan lembar angket respons siswa. Instrumen berupa lembar angket respons siswa diisi oleh siswa kelas XI TGB 1 dan XI TGB 2 SMK Negeri 3 Surabaya. hasil rata-rata respons siswa sebesar 4,240. Hasil rating keseluruhan respons siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini:

Respons siswa terhadap media miniatur penulangan masuk dalam kategori baik dengan hasil rata-rata respons siswa sebesar 4,240. Sesuai dengan tabel interval nilai respons siswa termasuk dalam kategori positif.

B. Pembahasan

Berdasarkan analisis data penelitian yang diperoleh, keterlaksanaan pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing pada tatap muka ke I : 70,00 %, II : 71,43 %, III : 75,00 %, IV : 77,14 % terlaksana dengan baik. Hasil persentase keterlaksanaan pembelajaran dari setiap tatap muka meningkat, Artinya aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin baik. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran ini dinyatakan baik karena langkah kegiatan pembelajarannya sudah sesuai sintak yang tercantum pada RPP.

Dari hasil penelitian pertemuan ke I sampai dengan pertemuan ke IV, didapatkan perbedaan nilai hasil belajar antara kedua kelas. Kelas yang menerapkan pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing pada tiap-tiap pertemuan selalu mendapatkan nilai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas yang tanpa menerapkan pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing.

Kelas XI GB 1 dan kelas XI GB 2 saat diberi pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing pada pertemuan ke-1 sampai dengan pertemuan ke-4 selalu mengalami peningkatan dan saat tidak diberi juga mengalami peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar kelas XI GB 1 maupun XI GB 2 meskipun tanpa menerapkan media miniatur dengan metode latihan terbimbing pada proses pembelajaran, dikarekan imajinasi dan daya ingat siswa tentang media miniatur masih melekat pada ingatan setiap siswa yang sebelumnya merasakan penerapan pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing. Pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing ini lebih efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibanding dengan pembelajaran menggunakan media konvensional, pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2014:58) menyatakan bahwa, penggunaan media pembelajaran miniatur dapat digunakan menjadi aternatif dalam proses pembelajaran, karena proses belajar mengajar akan lebih menyenangkan/bervariasi dan mudah dipahami oleh siswa.

Hasil analisis data keseluruhan aspek penilaian respons siswa menunjukkan bahwa siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran yang menggunakan media miniatur

(12)

Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan

116 penulangan yang diterapkan oleh guru, artinya bahwa tanggapan positif tersebut siswa lebih berantusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Tanggapan siswa pada aspek penggunaan media dapat meningkatkan pemahaman siswa mendapatkan tanggapan sangat positif dari siswa, yang artinya bahwa siswa merasakan adanya media miniatur penulangan dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk memahami materi menggambar konstruksi beton bertulang.

Keberadaan media miniatur penulangan ini memberikan kontribusi lebih terhadap hasil belajar siswa, hal ini disebabkan karena media miniatur penulangan memiliki pandangan 3 dimensional (3D) yang bentuknya sesuai dengan penulangan yang ada di lapangan meskipun objeknya telah diperkecil, sehingga media miniatur penulangan mempunyai nilai lebih dibandingkan media gambar 2D yang digunakan Guru pada pembelajaran sebelum-sebelumnya. Berarti bahwa media yang digunakan ini sudah dapat memberikan kemudahan pada siswa untuk memahami mata pelajaran dan dapat membantu guru dalam menerangkan/menjelaskan materi yang diajarkan yaitu menggambar konstruksi beton bertulang. Pernyataan di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Musfikon (2012:32) yang menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Prosentase kelayakan perangkat pembelajaran

yang meliputi validasi RPP, media pembelajaran, materi, dan soal pada penelitian ini termasuk dalam kategori layak untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran.

2. Prosentase keterlaksanaan pembelajaran menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing pada materi menggambar konstruksi beton bertulang siswa kelas XI masuk dalam kategori baik pada tahap I, II, III, IV. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin meningkat.

3. Berdasarkan perhitungan uji statistik, kelas yang menggunakan media media miniatur dengan metode latihan terbimbing selalu mendapat rata-rata nilai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang tanpa menggunakan media miniatur dengan metode latihan terbimbing pada masing-masing pertemuan.

B. Saran

1. Bagi Pembaca:

a. Penelitian ini dapat dilanjutkan/ dikembangkan dengan materi dan sekolah yang berbeda.

b. Media miniatur penulangan yang digunakan pada penelitian ini hanya sebatas replikasi

bentuk penulangan pada bangunan gedung, sehingga diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat membuat media miniatur penulangan lain yang lebih variatif.

c. Penggunaan media miniatur penulangan pada proses pembelajaran dapat dikombinasikan dengan model dan metode pembelajaran yang lain, agar penggunaan media dalam proses pembelajaran lebih efektif.

2. Bagi Pengguna: Media pembelajaran miniatur dapat digunakan menjadi aternatif dalam proses pembelajaran, karena proses belajar mengajar akan lebih menyenangkan/bervariasi dan mudah dipahami oleh siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2011. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2012. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. Fauziah, Nur. 2014. Penggunaan Media Miniatur Dalam

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Gaya Dan Momen di Kelas X Tgb 3 SMK Negeri 3 Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JTS FT UNESA.

Kardi, Soeparman, dkk. 2005. Pengajaran Langsung. Surabaya : UNESA – University Press.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mawardianto, Hayadi A. 2014. Penerapan Media Pembelajaran Menggunakan CD Interaktif dan Latihan Terbimbing Pada Kompetensi Dasar Menggambar Dengan Perangkat Lunak Di SMKN 1 Jenangan Ponorogo. Surabaya: JTS FT UNESA. Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT.

Gaung Persada Press.

Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Nugroho, Rizki Septian Adi. 2011. Keefektifan

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Kombinasi Media CD Interaktif dan Lembar Kerja Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar Matematika Dalam Materi Garis Singgung Lingkaran di SMPN 3 Cepiring. Skripsi diterbitkan. Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Sadiman, Arief S. 2010. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan Dan Pemanfaatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sugianto, Arip. 2014. Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Think-Pair-Share Pada Pelajaran Menggambar Dengan Media Maket Terhadap Hasil

(13)

Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan

117 Belajar Siswa Di Kelas XI TGB SMK Negeri 1 Bendo Magetan. Surabaya: JTS FT UNESA.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Suparno. 2008. Teknik Gambar Bangunan Jilid 2. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Sutikno. 2003. Konstruksi beton I. Surabaya: Departemen

Pendidikan Nasional Proyek peningkatan Manajemen Pendidikan tinggi (program Semi QUE-V) Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Universitas Negeri Surabaya.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Gambar

Gambar 1. Media Miniatur Penulangan  Metode latihan yang disebut juga metode training,  merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk  menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, selain itu  dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu  ketangkasan, ketepatan,
Tabel 2. Rancangan Penelitian Posttest-Only Control  Design.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil evaluasi yang dilakukan, terlihat bahwa peserta didik menjawab masalah yang diberikan menggunakan ide mereka sendiri. Bagi peserta didik yang masih

Jalan Kepudang Blok Kedawung RT 015 RW 003 Desa Bodesari Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon 35 UKL dan UPL Industri Kecil Furniture Dan.. Kerajinan Dari Rotan Dan Kayu

(4) Bagi Anggota Biasa yang telah menjadi anggota pada Anggota Luar Biasa Kadin, yaitu Organisasi Perusahaan atau Organisasi Pengusaha dikenakan Uang Iuran Anggota sebesar 50%

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa, meskipun perubahan kadar hemoglobin pada kelompok suplementasi besi dan vitamin C saja lebih tinggi dibandingkan dengan suplementasi

Kemampuan guru-guru SMA Negeri 1 Waingapu menyusun silabus dan RPP masih dalam predikat kurang. Penilaian terhadap silabus dan RPP yang telah diimplementasikan masih banyak

Juga diperhatikan apakah solusi yang dipilih mendukung Interrupt 14 (INT14) atau NASI yang merupakan standard yang digunakan untuk redirect lalu lintas komunikasi jaringan

SERA 2010 (2010 : Montréal, Québec) Software engineering research, management and applications 2010 / Roger Lee (Ed.) ; guest editors, Olga Ormandjieva, Alain Abran,.

Hasil penelitian membuktikan bahwa: Efektivitas Pengajaran MBTA di Desa Binaan HMJ PAI yaitu, cukup efektif karena anak-anak sudah mulai paham dan bahkan sudah bisa