• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan siswa terhadap peran bimbingan konseling dalam mengatasi tawuran pelajar di SMK Baskara Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pandangan siswa terhadap peran bimbingan konseling dalam mengatasi tawuran pelajar di SMK Baskara Depok"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PELAJAR DI SMK BASKARA DEPOK

Skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

HIDAY A Tl

NIM : 103070029141

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

PANDANGAN SISWA TERHADAP PERAN BIMBINGAN

KONSELING DALAM MENGATASI TAWURAN

PELAJAR DI STM BASKARA DEPOK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Psikologi (S. Psi).

Oleh

HIDAYATI

103070029141

Dibawah bimbingan

Pembimbing I

セカkウセ@

Bambang

sセセpィNd@

NIP. 150 326 891

Pembimbing II

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul PANDANGAN SISWA TERHADAP PERAN

BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI TAWURAN PELAJAR

DI

SMK BASKARA DEPOK ini telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullal1 Jakarta pada tanggal ,

27

Desember

2007.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S-·J) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta,

27

Desember

2007

Sidang Munaqasyah,

Ketua Meran

セャゥー@

Anggota

__,

Ora.

H.

Ne artati M.Si NIP. Qセ@

215 938

Penguji I

. iana Mutiah, M.Si NIP.

150 227 469

Pembimbing I

セ」@

5'--samban Su .D NIP.

150 326 891

Anggota

Sekretaris Merangkap Anggota

Penguji II

MMMMMMMセ|L|LD[@

J

-Bambang surWh.Q NIP.

150 326 891

Pembimbing II

(4)

1Vlotto

Sesuatu yang 6aiftaatangnya taft ter6urn-6uru, mafta

setiap 1nanusia fiarus 6eR.§rja R.§ras untuftmemperoCefi

R.§suk,§esan. <Dan R.§suk,§esan tiaaa 6erarti tanpa

(5)

<Persem6alian

1\,arya ini k,upersem6afik,an untuk,ema{dan 6apak,

yang te{afi mendidik,dan mem6im6ingk,u dengan penufi

(6)

Abstrak

(C) HIDAYATI

(A) Fakultas Psikologi (B) Desember 2007

(D) PANDANGAN SISWA TERHADAP PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI TAWURAN PELAJAR (E) xx+89 halaman

(F) Tawuran pelajar merupakan fenomena yang belum dapat teratasi dengan tuntas sampai saat ini, fenomena tawuran pelajar ini juga エ・セ。、ゥ@ pada SMK BASKARA Depok, dimana terdapat beberapa siswa yang ikut terlibat tawuran pelajar. Menurut Aditya Syah Banu yang dikutip oleh Diah Fitri (2003: 35) mengemukakan bahwa tawuran pelajar adalah perkelahian massal yang melibatkan kelompok pelajar terhadap pelajar dari sekolah yang berbeda dengan maksud dan alasan tertentu. Olel1 karena itu, untuk mengatasi berbagai pen11asalahan siswa, maka di setiap sekolah ada suatu lembaga atau unit yang menangani setiap permasalahan siswa yaitu bimbingan dan konseling, dimana lembaga ini merupakan bagian internal dari proses pendidikan di sekolah tentunya mempunyai tanggung jawab untuk mencegah dan menanggulangi pemiasalahan pelajar yang

dilakukan siswa dalam lingkup sekolah khususnya masalah tawuran pelajar. Sebagaimana Rogers yang dikutip oleh Hallen(2002:10) mengemukakan bahwa, konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan siswa terhadap peran bimbingan dan konselling dalam mengatasi tawuran pelajar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, sehingga data yang dihasilkan adalah berupa data kuantitatif yang berbentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka statistik. Metode yang digunakan bersifat deskriptif, dimana penelitian ini tidal< untuk menguji hipotesis. Penelitian ini dilaksanakan di SMK BASKARA Depok dengan jumlah sampel sebanyak 70 siswa kelas 2 yang

seluruhnya 「・セ・ョゥウ@ kelamin laki-laki. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling.

lnstrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah skala peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi tawuran pelajar yang

(7)

T eknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik yang meliputi korelasi pruduct moment dari pearson untuk menguji validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data. Jumlah item valid untuk skala peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi tawuran pelajar sebanyak 46, adapun reliabilitas adalah 0,8542. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (85,39%) berpandangan positif terhadap peran

bimbingan dan konseling dalam mengatasi tawuran pelajar dan hanya sebagian kecil saja (14,61%) yang berpandangan negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa bimbingan dan konseling, menurut perspektif pelajar memiliki peran yang penting dalam mengatasi tawuran di kalangan

pelajar.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut direkomendasikan bahwa agar para guru, khususnya guru SMK BASKARA Depok memperhatikan benar siswa yang terlibat tawuran pelajar dengan memberikan arahan dan bimbingan sehingga masalah-masalah yang dihadapi siswa cepat teratasi. Kepada para siswa SMK BASKARA Depok, khususnya siswa yang terlibat tawuran pelajar hendaknya lebih memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai wadah yang dapat membantu masalah yang dihadapi, khususnya mengenai masalah

tawuran pelajar, janganlah sungkan untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi karena setiap masalah memerlukan jalan keluar.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu'alakum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah S\.\'T yang dengan rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penuis sampaikan kepada kekasih-Nya, Nabi Besar Muhammad SAW, dan bagi keluarga serta para sahabat

Skripsi yang berjudul PANDANGAN SISWA TERHADAP PERAN

BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI TAWURAN PELAJAR DI STM BASKARA DEPOK ini, disusun untuk melengkapi syarat-syarat

memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) pada Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Oalam melaksanakan pembuatan skripsi ini banyak sekali hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, namun berkat pertolongan Allah serta kesabaran dan niat yang kuat dalam diri penulis sendiri. semua hambatan dan rintangan tersebut dapat

teratasi.

Oengan kerendahan hati. penulis tentu sadar bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Oekan Fakultas Psikologi, lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si dan Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi, Ora. Hj. Zahrotun Nihayah. M.Si.

2. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk mengoreksi, membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan kepada penulis.

3. Bapak Gazi Saloom, M.Si, sebagai pembimbing II yang tanpa mengenal lelah mengoreksi dengan detil dan dengan sabar terus mendorong penulis untuk terus berusaha dan 「。ョケ。セZ@ membaca hingga akhimya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan bail<. 4. Seluruh Oosen Fakultas Psikologi beserta staf administrasi yang telah

membantu penulis.

5. Orang tuaku tercinta, Bapak Ahcmad dan lbu Rasih yang selalu memberikan kasih sayangnya dan selalu berdo'a untuk penulis, memberi dorongan baik materi ataupun non materi dan selalu ada setiap Kuperlukan.

(9)

dan konseling yang selalu membantu penulis dalam penelitian. 8. Untuk adik-adik siswa kelas II SMK Baskara yang telah bersedia

menjadi responden penelitian, khususnya Dodi, Ade Eka, Dian Agustian semoga yang telah kita lakukan dapat bennanfaat.

9. Untuk teman-temanku Sun-sun, Farah, Nisa, Fitri, Yulisa, Laila, Adang, Faqih, Wisnu, lbnu, Dedi, Ashry dan teman-teman FP21 Psikologi 2005-2006, atas kenangan yang pemah kita lalui bersama. 10. Untuk sahabatku yang terbaik Hawa dan lcha, terimakasih atas

persahabatannya dan sudah banyak kenangan yang kita lalui sejak awal perkualiahan hingga menuju sidang skripsi.

11. Untuk sahabatku Umie, Reny, Fnita, Wiwi yang selalu memberi

dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skriipsi dan terimakasih pada T'lbun yang selalu memberikan pengalaman dan dukungan pada penulis.

12. Untuk teman-temanku dikelas VIII D, terima kasih atas pertemanan yang telah kalian berikan dengan begitu indah yang telah mewarnai masa-masa perkuliahan.

13. Terakhir, terima kasih kepada teman seperjuangan dalam menyusun skripsi yaitu lryn dan Suci. Terimakasih pada seluruh pihak yang telah membantu dari awal hingga skripsi ini selesai yang tak dapat penulis sebutkan satu- persatu, semoga Allah membalas semuanya. Amien.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempumaan sebagaimana layaknya, baik dari segi bahasa dan materi yang tertuang didalamnya. Besar harapan penulis skripsi ini dapat berguna untuk menambah wacana ke-llmuwan dan membuka cakrawala pemikiran yang lebih luas bagi pembaca sekalian. Amien.

Depok, Desember 2007

(10)

DAFTAR ISi

HALAMAN JUDUL ... .

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN ... . ABSTRAKSI ... . KATA PENGANTAR ... . DAFTARISI ... . ... . DAFTAR TABEL .... ... . ... . DAFTAR LAMPI RAN ... . BAB1 PENDAHULUAN I. I. Latar Belakang Masalah

v

vi viii x xiii

xv

1 1.2. ldentifikasi Masalah ... 6

l.3. Perumusan dan Pembatasan Masalah .... .... ... ... ... ... 6

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Sistematika Penulisan ... 8

BAB 2 KAJIAN TEORI 2. l. Bimbingan dan Konseling 2. l. l. Pengertian Bimbingan ... ... ... ... ... ... ... 1 O 2.1.2. Pengertian Konseling ... 14

2.1.3. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 18

2.1.4. Fungsi bimbingan konseling... 23

(11)

2.1.6. Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling... 27

2.2. Tawuran Pelajar

2.2.1. Pengertian Tawuran Pelajar ... 30

2.2.2. Tinjauan psikologi penyebab remaja terlibat tawuran

pelajar ... . 32

2.3. Kerangka Berpikir ... 39

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

3. 1. 1. Pendekatan Penelitian 43

3.1.2. Metode Penelitian ... ... .. . . ... ... ... ... 44

3.2. Definisi Konseptual dan Operasional ... 44 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi ... 45

3.3.2. Sampel Penelitian ... 45

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 46

3.4. lnstrumen Pengumpulan Data

3.4.1. Skala Peran Bimbingan dan Konseling dalam

mengatasi Tawuran Pelajar ... 47

3.4.2. Wawancara

48

3.5. Teknik Uji lnstrumen

3.5.1. Uji Validitas ... ... ... 49

3.5.2. Uji Reliabittas ... 50

(12)

3.7. Prosedur Penelitian ... 51

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA 4. 1. Gambaran Umum Responden ... ... ... 53

4.2. Uji lnstrumen Penelitian ... 54

4.2. l. Hasil Uji Validitas Peran Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi Tawuran Pelajar ... 55

4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Peran Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi Tawuran Pelajar ... 56

4.3. Uji Persyaratan ... ... ... ... 57

4.3.1. Uji Normalitas ... 57

4.3.2. Distribusi Penyebaran Skar Responden ... 59

4.4. Pembahasan Hasil ... 59

4.4.1 Gambaran Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Tawuran Pelajar ... 60

4.4.2 Analisis Item Skala Peran Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Tawuran Pelajar... ... .... ... 63

4.4.3 Hasil Wawancara .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ... ... 73

BAB 5 PENUTUP 5. l. Kesimpulan ... ... ... ... ... 83

5.2. Diskusi ... 83

5.3. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA

[image:12.595.70.439.154.669.2]
(13)

DAFT AR TABEL

2.1 Bagan kerangka berpikir... .. . . .. . . 42

3.1 Blue Print Skala Peran Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi tawuran pelajar . . . .. . . ... 47

3.2 Nilai skor jawaban... 48

4.1 Gambaran umum responden ... ... 53

4.2 Blue print skala Peran bimbingan dan konsleing dalam mengatasi tawuran pelajar yang valid ... . . .. ... ... 55

4.3 Kaidah Reliabilitas Guilford... 57

4.4 Tabel Normalitas ... 58

4.5 Gambaran nilai responden ... ... ... ... ... 59

4.6. Klasifikasi skor skala peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi tawuran pelajar .. ... ... 60

4.7 Pandangan responden terhadap peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi tawuran pe!ajar . . . 61

4.8 Pandangan responden terhadap peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi tawuran pe!ajar berdasarkan usia ... 62

4.9 Persentase Item Peran konselor sekolah pada fungsi Pencegahan... . . .. . . .. . . 64

(14)

4.11 Persentase Item Peran konselor sekolah pada fungsi

Perbaikan . . . 67

4.12 Persentase Item Peran konselor sekolah pada fungsi

Pemeliharaan . . . .. 69

4.13 Persentase Item Peran konselor sekolah pada fungsi

Pengembangan ... 71

4.14. Presentase Pandangan siswa terhadap peranan

(15)

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

mengatasi Tawuran Pelajar

: Reliabilitas Skala Peran Bimbingan dan Konseling dalam

mengatasi Tawuran Pelajar

: Blue print Skala Peran Bimbingan dan Konseling dalam

mengatasi Tawuran Pelajar

: Blue print Skala Peran Bimbingan dan Konseling dalam

mengatasi Tawuran Pelajar setelah tryout

: Data tryout Skala Peran Bimbingan dan Konseling dalam

mengatasi Tawuran Pelajar

: Data Penelitian Skala Peran Bimbingan dan Konseling

dalam mengatasi Tawuran Pelajar

Lampiran 7 : Tabel Frekuensi Item

Lampiran 8 : Uji Normalitas

Lampiran 9 : Surat izin tryout

Lampiran 10 : Surat izin penelitian

(16)

BAB

1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan sebagai makhluk sempuma, yang ュ・ュゥャゥャセゥ@ akal pikiran

untuk selalu menjadi yang terbaik. Salah satunya dengan pendidikan, karena

ia merupakan hak yang sangat penting untuk dapat menjadi manusia

seutuhnya yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga dan orang-orang

sekitar. Di zaman globalisasi sekarang ini, anak membutuhkan pendidikan

lebih dari yang bisa didapatkan dari keluarga. Oleh karena itu, anak

kemudian memasuki dunia pendidikan formal melalui lemi)aga yang dikenal

sebagai sekolah. Sebagai tempat bagi pengembangan sumber daya

manusia, lembaga pendidikan formal ini diharapkan lahir manusia Indonesia

yang berkualitas dan tangguh dalam menghadapi dinamika hidup dan

perkembangan zaman. Tapi pada kenyataannya, dunia pendidikan Indonesia

memiliki banyak persoalan dalam rangka melahirkan manusia yang tangguh

dan berkualitas.

Salah satu persolan dalam dunia pendidikan saat ini adalah perilaku negatif

di kalangan pelajar. Hal ini terlihat dari pemberitaan berbagai media massa

(17)

terlarang, melakukan pergaulan bebas, mabuk-mabukkan dan tawuran

antarpelajar.

Tawuran pelajar merupakan fenomena yang belum dapat teratasi dengan

tuntas sampai saat ini. Menurut Aditya Syah Banu yang dikutip oleh Diah Fitri

(2003: 35) mengemukakan bahwa tawuran pelajar adalah perkelahian massal

yang melibatkan kelompok pelajar terhadap pelajar dari sekolah yang

berbeda dengan maksud dan alasan tertentu .Ada beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya tawuran pelajar. Menurut Raymond Tambunan

dalam lnformasi Psikologi Online mengemukakan terdapat sedikitnya 4 faktor

psikologis mengapa seorang remaja terlibat tawuran pelajar yaitu : Faktor

internal, faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor lingkungan.

Maka dari itu segala perilaku negatif yang dikalangan pelajar khususnya

tawuran pelajar, jangan dibiarkan berlarut-larut oleh para guru. Tetapi harus

segera diketahui dan diatasi sedini mungkin. Anak yang terlibat tawuran

pelajar sebaiknya diberikan perhatian dan bimbingan yang lebih dibanding

dengan siswa lain. Sebenarnya bukan hanya pihak sekolah seperti guru yang

bertanggung jawab dalam mengatasi tawuran pelajar, tetapi orang tua juga

harus berperan dalam mengatasi perilaku negatif anaknya berupa tawuran

(18)

Hanya saja dalam kenyataannya orang tua tidak mengetahui tindakan

anaknya diluar rumah, khususnya di sekolah dan ba:iyak para orang tua

merasa bahwa jika anaknya berada di sekolah itu merupakan tanggung

jawab para guru untuk mendidik anak. Hal itu terjad1 karena kesibukan kedua

orang tua mereka yang bekerja, sehingga orang tua tidak dapat memantau

apa saja tindakan yang telah dilakukan oleh anaknya di luar rumah.

Kenyataan ini cukup memprihatinkan untuk perkembangan siswa. Maka dari

itu untuk mengatasi permasalahan di atas, di setiap sekolah sudah ada suatu

lembaga atau unit yang menangani setiap pem1asaiahan siswa. Lembaga

atau unit yang dimaksud adalah bimbingan konseling.

Bimbingan konseling merupakan bagian internal dan proses pendidikan di

sekolah tentunya mempunyai tanggung jawab untuk mencegah dan

menanggulangi permasalahan pelajar yang dilakukan siswa dalam lingkup

sekolah. Seperti diadakannya program-program bimbingan konseling yang

mengarah pada upaya pembinaan siswa melalui in1ra dan ekstrakurikuler,

yang bertujuan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Pada dasamya

permasalahan tawuran pelajar merupakan salah sa:u dorongan psikis yang

tidak stabil ataupun mengalami kegoncangan. Dengan demikian keberadaan

bimbingan konseling sangat diper1ukan dalam menangani pemiasalahan

(19)

Sebagaimana Rogers yang dikutip oleh Hallen(2002:10) mengemukakan

bahwa, konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu

yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah

lakunya.

Terkait dengan ha! ini, sudah banyak penelitian mengenai per·an bimbingan

konseling dalam mengatasi permasalahan siswa dan merupakan ha! yang

menarik untuk diteliti, ini terbukti dari beberapa mahasiswa telah melakukan

penelitian tersebut. Di antaranya Ade Mulyani (2005) menyatakan bahwa

hasil penelitiannya menunjukkan guru bimbingan konseling mempunyai peran

dalam penanggulangan kenakalan remaja di SMU Purnama Jakarta. lni

berarti bimbingan konseling merupakan suatu kegiatan untuk memberikan

bantuan pada siswa dalam menanggulangi kenakalan siswa, sehingga siswa

tidak melakukan perilaku yang negatif.

Dari hasil observasi penulis, SMK BASKARA Depok merupakan sekolah

yang memberikan pelayanan bimbingan konseling sekolah. Hal ini ditujukan

agar dapat memberikan layanan kepada siswa guna membantu mereka baik

dalam hal pribadi,sosial maupun karir. Maka diasumsikan bahwa siswa akan

mempunyai pandangan positif terhadap peran bimbingan dan konseling

dalam mengatasi tawuran pelajar. Konselor sekolah mengungkapkan bahwa

(20)

membolos, merokok di lingkungan sekolah, dan siswa yang ter1ibat tawuran

pelajar. Selain itu, guru bimbingan dan konseling menjelaskan bahwa hampir

setiap hari sabtu siswa SMK BASKARA Depok ada yang melakukan tawuran

pelajar walaupun jumlah siswa relatif kecil yaitu sekitar 5 ·- 8 siswa yang

melakukan tawuran pelajar. Bila diakumulasikan berarti dalam 1 bulan bisa

terjadi 4 kali tawuran dan dalam setahun bisa terjadi 48 kali tawuran antar

pelajar. Hal ini cukup memprihatinkan bagi perkembangan siswa, bagi

kenyamanan lingkungan dan bagi kelancaran proses pendidikan untuk

mencapai keberhasilan belajar.

Untuk itu dalam penelitian ini penulis ingin mengungkapkan apa peran

bimbingan konseling (konselor sekolah) dilihat dari persepsi siswa, apakah

pelaksanaan bimbingan konseling itu sudah dapat mengatasi tawuran pelajar

dan apakah peran bimbingan konseling dapat menghindarkan siswa untuk

tidak melakukan tawuran pelajar. Karena siswalah yang merasakan

pengaruh dari pelaksanaan bimbingan konseling.

Oleh karena itu dilihat dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut

diatas, maka penulis ingin mengungkapkan hal-hal tersebut dalam suatu

penelitian yang berjudul "PANDANGAN SISWA TERHADAP PERAN

BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI TAWURAN PELAJAR DI

(21)

1.2

ldentifikasi Masalah

Di dalam penelitian ini peneliti mengemukakan beberapa pennasalahan yang

diidentifikasi, yaitu :

1. Apakah peran bimbingan konseling dalam mengatasi tawuran pelajar?

2. Bagaimana

cara

bimbingan konseling dalam mengatasi tawuran pelajar?

3. Sia pa saja yang berperan dalam mengatasi tawuran pelajar?

4. Apakah pandangan siswa terhadap peran bimbingen konseling dalam

mengatasi tawuran pelajar ?

1.3

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membc-casi masalah

penelitian pada peran bimbingan konseling dalam mengatasi tawuran pelajar,

untuk ュ・ュー・セ・ャ。ウ@ pokok permasalahan dalam penelitiari penulis memberi

batasan sebagai berikut :

a. Pandangan siswa yang dimaksud adalah pandangan siswa tentang

pelaksanaan peran bimbingan konseling (konselor sekolah) dalam

mengatasi tawuran pelajar .

b. Peran Bimbingan konseling yang dimaksud adalah peran guru

bimbingan/ konselor dalam memberikan konseling kepada siswa yang

(22)

c. Tawuran pelajar yang dimaksud merupakan tindakan perkelahian pelajar

dengan sekolah lain.

d. Pelajar yang dimaksud adalah siswa kelas II SMK BASKARA Depok.

1.3.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut : "Apakah pandangan siswa terhadap peran bimbingan

konseling dalam mengatasi tawuran pelajar di SMK BASKARA".

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tuj uan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan siswa terhadap

peran bimbingan konseling dalam mengatasi !8'.vuran pelajar di SMK

BASKARA Depok.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan keilmuan

khususnya pada bidang psikologi dan dapat dijadikan salah satu acuan

(23)

Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah

1. Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi konselor sekolah (guru

bimbingan konseling) dalam peningkatan pemberdayaan peran bimbingan

konseling

2. Diharapkan dapat membantu para orang tua dan guru untuk lebih

memahami dan mengarahkan perkembangan anak remajanya agar

mereka tidak terlibat dalam tawuran pelajar yang dapat merugikan dirinya

sendiri

3. Sebagai masukan bagi pendidik seperti guru, orang tua, dan tokoh-tokoh

lain yang bertanggung jawab terhadap pembentukan perilaku pelajar

4. Penulis dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga penulis untuk

menambah wawasan keilmuwan di masyarakat.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis membagi kedalam beberapa

Bab, yaitu:

BAB1

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dikemukakan Latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

(24)

BAB2

BAB3

BAB4

BABS

KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai definisi bimbingan, definisi

konseling,tujuan bimbingan dan konseling, fungsi bimbingan dan

konseling, bidang- bidang bimbingan dan konseling, layanan

bimbingan dan konseling, definisi tawuran pelajar, sebab-sebab

tawuran pelajar, kerangka berfikir

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan membicarakan tentang pendekatan dan

metode penelitian, subjek penelitian, instrumen pengumpulan data

dan teknik analisa data.

HASIL PENELITIAN

Dalam bab 4 ini akan diuraikan mengenai, Gambaran Umum

Subjek , Presentasi dan Analisa data, Pembal1asan Hasil

PENUTUP

Dalam bab 5 ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, diskusi dan

(25)

KAJIAN

TEORI

2.1 Bimbingan dan Konseling

Dalam bagian ini akan diuraikan tentang pengertian bimbingan dan

pengertian konseling, tujuan bimbingan dan konseling, fungsi bimbingan dan

konseling, bidang -bidang bimbingan dan konseling dan jenis layanan

bimbingan dan konseling.

2.1.1 Pengertian Bimbingan

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

"Guidance" berasal dari kata kerja "to guide" yang mempunyai arti

"menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu." Sesuai dengan

istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu

bantuan atau tuntunan, (Hallen, 2002: 3).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan adalal1 petunjuk

(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu; tuntunan,(Pusat Bahasa

Depdiknas,2002: 152).

Mengenai pengertian bimbingan, sangat banyak dikemukakan oleh

pakar-pakar bimbingan dan konseling, baik yang berasal dari Amerika serikat

(26)

akan dijumpai pengertian-pengertian yang berbeda tentang bimbingan,

tergantung dari jenis sumbemya dan yang merumuskan pengertian tersebut.

Letak perbedaan tersebut diakibatkan karena tekanan atau dari sudut mana

melihatnya.

Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year's Book of

Education 1955 yang dikutip oleh Hallen (2002:3) menyatakan:

Guidance is proces of helping individuals through their own effort to discover and develop their potentialities both for personal happines and social usefulness

Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri

untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh

kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.

Menurut Moh Surya yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi (1995: 2)

mengemukakan definisi bimbingan sebagai berikut: Bimbingan adalah suatu

proses pemberi bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing

kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri,

penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Selanjutnya, menurut Crow & Crow yang di kutip oleh Prayitno (1999:94)

(27)

seseorang, laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang

memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk

membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan

pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung

bebanya.

Sedangkan Bimo Walgito (2004:5) mengemukakan bahwa bimbingan adalah

bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan

individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai

kesejahteraan hidupnya.

Selain itu, Frank W. Miller dalam bukunya Guidance, Principle and Services

yang di kutip oleh Sofyan S. Willis (2004: 13), mengemukakan definisi

bimbingan sebagai berikut Hエ・セ・ュ。ィ。ョIZ@

"Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai

pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri

secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat."

Menurut Sofyan S. Willis (2004: 15) dari beberapa pengertian bimbingan,

(28)

1. Bimbingan merupakan upaya yang bersifat preventif.

Artinya lebih baik diberikan kepada individu yang belum bermasa2n,

sehingga dengan bimbingan dia akan memelihara diri dari berba;::1

kesulitan.

2. Bimbingan dapat diberikan secara individu dan kelompok.

Upaya bimbingan dapat diberikan secara individu, artinya seoran;

pembimbing menghadapi seorang klien (si terbimbing). Mereka te-diskusi

untuk pengembangan diri klien, kemudian merencanakan upayc,-_oaya

bagi diri klien yang terbaik baginya.

Disamping itu, bimbingan kelompok adalah jika seorang pembim:1ng

menghadapi banyak klien. Disini pembimbing lebih banyak bersi•2D

sebagai fasilitator untuk kelancaran diskusi kelompok dan dinami•2

kelompok. Masalah yang dihadapi adalah persoalan bersama, ms2lnya

meningkatkan prestasi belajar, kreativitas dan sebagainya.

3. Bimbingan dapat dilakukan oleh para guru, pemimpin, ketua-ketl.2

organisasi dan sebagainya.

Yang penting para pembimbing tersebut memiliki pengetahuan エセョァ@

psikologi, sosiologi, budaya dan berbagai teknik bimbingan sepei diskusi,

dan dinamika kelompok, sosio-drama, teknik mewawancarai dan

skap-sikap yang menghargai, ramah, jujur dan terbuka. Bisa dikatakar

bimbingan dapat dilakukan oleh siapa saja yang berminat, asal IT€ndapal:

(29)

Dari beberapa definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa bimbingan

adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa agar dapat

mengembangkan kemampuannya secara optimal untuk mencapai

kebahagiaan yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannnya.

Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa bimbingan yaitu:

1. Bimbingan merupakan proses bantuan yang diberikan pada siswa secara

berkesinambungan dengan tahapan kegiatan yang sisternatis dan

berencana.

2. Bimbingan dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan individu

dalam memahami dirinya dan lingkungannya.

3. Bimbingan ditujukan pada semua siswa, bukan hanya sekelompok siswa

yang bermasalah. Karena bimbingan lebih bersifat preventif, artinya upaya

pencegahan bagi anak yang belum bermasalah.

4. Bimbingan dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian secara

profesional atau telah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu.

2, 1.2. Pengertian Konseling

lstilah konseling berasal dari bahasa lnggris " to counsef' yang secara

etimologis berarti "lo give advice", atau memberi saran dan nasihat, (Homby

(30)

Pada tahun 1958 muncul English and English yang mengemukakan arti

konseling adalah :

"Suatu hubungan antara seseorang orang dengan orang lain. Dimana

seorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami

masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian

dirinya (Sofyan S. Willis, 2004: 17 ).

Selanjutnya dalam Dictionary of Psychology, J.P. Chaplin (1985), menyatakan bahwa arti istilah konseling ialah :

"A broad name for a wide variety of procedures for helping individuals achieve

adjusment, such as the giving of advice, therapeutic discussions, the

administration and interpretation of test, and vocational assistance".

Atau, konseling adalah suatu nama dalam arti luas untuk aneka ragam

porsedur bantuan kepada individu-individu, mencapai penyesuaian, seperti

pemberian nasihat, diskusi yang bersifat terapi, kegiatan administrasi dan

interpretasi berbagai tes dan bantuan vokasional (Thantawy, 1995:61 ).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konseling adalal1 pemberian bantuan

konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap

kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah;

penyuluhan (Pusat Bahasa Depdiknas,2002:588)

Begitupun C. Patterson yang dikutip oleh M.Hamdani Bakran (2002:180)

(31)

antar pribadi antara seorang terapis dengan satu atau lebih klien dimana

terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan

sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan

kesehatan mental klien.

Jadi "konseling" pada dasarnya adalah suatu aktivitas pemberian nasehat

dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk

pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan konseli, yang mana

konseling datang dari pihak klien yang disebabkan karena ketidaktahuan atau

kurangnya pengetahuan sehingga ia memohon pertolongan kepada konselor

agar dapat memberikan bimbingan dengan metode-metocle psikologis dalam

upaya sebagai berikut :

1. Mengembangkan kualitas kepribadian yang tangguh

2. Mengembangkan kualitas kesehatan mental

3. Mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pacla diri individu clan

lingkungannya

4. Menanggulangi problema hidup dan kehidupan secara mandiri.

Selain itu, Syamsu Yusuf (2006:34) mengatakan bahwa konseling merupakan

"Proses helping atau bantuan dari konselor (helper) kepada klien (konselee),

baik melalui tatap muka maupun media (cetak maupun eloktronik, internet

(32)

memecahkan masalahnya, sehingga berkembang menjadi seorang pribadi yang bermakna (bermanfaat), baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain, dalam rangka mencapai kebahagiaan bersama''.

Konseling biasanya dilakukan secara individual yaitu antara klien dan

konselor. Yang bertujuan membantu klien untuk dapat memecahkan masalah

yang dihadapi dalam hidupnya dengan cara wawancara atau diskusi antara

klien dengan konselor.

Dalam era global dan pembangunan, maka konseling lebih menekankan

pada pengembangan potensi individu yang terkandung di dalam dirinya,

termasuk dalam potensi itu adalah intelektual, afektif, sosial, emosional dan

religius. Maka definisi konseling yang antisipatif sesuai tantangan

pebangunan adalah "konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu-individu tersebut berki3mbang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masa/ahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah." (Sofyan

S.Willis, 2004:18).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah

suatu kegiatan pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli dalam

(33)

dapat memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya. Dalam hal

ini harus selalu diingat agar individu pada akhirnya dapat memecahkan

masalahnya dengan kemampuan sendiri. Dengan demikian maka klien tetap

dalam keadaan aktif, memupuk kesanggupanya di dalam memecahkan

setiap masalah yang mungkin akan dihadapi dalam kehidupannya.

2.1.3. Tujuan Bimbingan dan Konseling

1. Tujuan Bimbingan

Secara garis besar tujuan bimbingan dapat digambarkan dari beberapa teori

yang telah diuraikan diatas, namun untuk lebih jelas peneliti mengutip

pendapat dari beberapa para ahli. Diantaranya, Thantawy (1995) yang

menjelaskan secara umum tujuan bimbingan dan konseling dalam program

pendidikan di sekolah adalah untuk membantu para siswa agar mencapai

tahap perkembangan yang optimal baik secara akademik, psikologis, maupun

sosial.

Sedangkan menurut Yusuf Gunawan (2001 :41) tujuan bimbingan secara

umum dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar

individu tersebut :

1. Mengerti dirinya dan lingkungannya_ Mengerti diri meliputi pengenalan

(34)

untuk perkembangan dirinya. Mengerti lingkungan meliputi pengenalan

baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya.

2. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara

bijaksana baik dalam bidang pendidikan, ー・ォ・セ。。ョ@ dan sosial-pribadi.

Termasuk di dalamnya membantu individu untuk mernilih bidang studi,

karier, dan pola hidup pribadinya.

3. Mengembangkan kemampuan dan kesangggupannya secara maksirnal.

4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan ini

termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan

buruk atau sikap hidup yang menjadi surnber timbulnya masalah.

5. Mengelola aktivitas kehidupannya, rnengernbangkan sudut pandangnya,

dan rnengambil keputusan serta mempertanggung jawabkannya.

6. Memahami dan mengarahkan diri dalarn bertindak serta bersikap sesuai

dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.

Selanjutnya Syarnsu Yusuf dan Ahmad Juntika (2006: 13) rnenjelaskan

tujuan bimbingan adalah agar individu dapat:

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi dan perkernbangan karir

serta kehidupannya di masa yang akan datang.

2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekua_tan yang dirnilikinya

(35)

3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

masyarakat serta lingkungan kerjanya.

4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,

penyesuaian dalam lingkungan pendidikan, masyarakat maupun

lingkungan ォ・セ。N@

Secara khusus bimbingan bertujuan untuk membantu peserta didik agar

dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek

pribadi-sosial, belajar (akademik) dan karir (Syamsu Yusuf dan Ahmad Juntika,

2006:13).

2. Tujuan Konseling

Menurut Sofyan S.Willis (2004:19) menjelaskan bahwa tujuan konseling yaitu

membantu individu/klien agar menjadi orang yang lebih fungsional, mencapai

integritas diri, identitas diri dan aktualisasi diri. Pendapat lain tentang tujuan

konseling adalah agar potensi berkembang optimal, mampu memecahkan

masalah, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Secara umum Sofyan $.Willis (2004:20) mengatakan bahwa tujuan konseling

haruslah mencapai :

I). Effective daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien harus

dapat menjalani kehidupan sehari-harinya secara efektif dan berdaya

(36)

2). Relationship with other, artinya klien mampu menjalin hubungan yang

harmonis dengan orang lain di keluarga, sekolah, kantor clan masyarakat.

Sedangkan dalam konseling pengembangan dan Islam, konseling adalah

sebagai proses membantu individu agar berkembang, memiliki beberapa

prinsip yang penting yaitu :

1 ). Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup. Di dalam hubungan

konseling konselor sebaiknya jangan mengungkapkan berbagai

kelemahan, kesalahan, dan kesulitan klien terlebih dahulu. Akan tetapi

berupaya membuat situasi konseling yang menggembiralcan. Karena

situasi itu membuat klien senang, tertarik untuk melibatkan diri dalam

pembicaraan. dan akhrinya akan terbuka untuk mengungkapkan isi hati

dan rahasianya. Menggembirakan klien adalah sesuai denga ajaran Islam

seperti difirmankan oleh Allah SWT. Yaitu :"Dan kami tidak mengutus

engkau (Muhammad) kecua/i kepada umat manusia seluruhnya sebagai

pembawa berita gembira dan sebagai pembeti petingatan"(Q.S 34:28).

2). Melihat klien sebagai subjek dan hamba Allah. Klien bukanlah objek

konseling, melainkan sebagai subjek yang berkembang. Dia adalah

hamba Allah, yang menjadi tugas amanat bagi seorang konselor. Dia

bukan objek konselor untuk diperlakukakan tan pa nilai moral-religius,

akan tetapi menghargainya sebagai pribadi yang merdeka. Karena itu di

(37)

dna bukan konselor. Sebab itu upaya konselor adalah menggali potensi

dan kelamahan serta kesulitan klien, kemudian klien akan

mengungkapkan segalanya dengan jujur dan terbuka.

3). Menghargai klien tanpa syarat adalah syarat utama untuk エ・セ。、ゥョケ。@

hubungan konseling yang gembira dan terbuka. Penghargaan ini

dimaksudkan sebagai upaya konselor yang memberikan ucapan-ucapan,

serta bahasa badan yang menghargai.

4). Dialog islami yang menyentuh. Dalam hubungan konseling yang akrab

konselor berupaya agar mengemukakan butir-butir dialognya yang

menyentuh hati klien sehingga memunculkan rasa syukur, rasa cinta,

bahkan perasaan berdosa. Klien mengungkapkan perasaan-perasaan

tersebut dengan tulus, jujur dan terbuka. Banyak konselor yang

menggunakan pendekatan agama untuk membuat klien tersentuh hatinya.

Karena itu selayaknya konselor mempelajari llmu Agama. Sebab

manakala klien meminta informasi mengenai hal itu, dapat diberikan

secara lengkap termasuk pengajaran agama seperti sholat(bacaannya),

doa-doa, fikih dan sebagainya, (Sofyan S.Willis, 2004: 23).

Begitupun Hallen (2006) mengungkapkan bimbingan dan konseling bertujuan

agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya, dan mampu

merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan

(38)

masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga

menjadi pribadi yang utuh dan mandiri (Hallen, 2002: 59).

2.1.4 Fungsi bimbingan konseling

Menurut A.Juntika (2004) fungsi bimbingan konseling sebagai berikut:

a. Pencegahan

Sifat bimbingan konseling yang menghasilkan tercegah atau

terhindamya peserta didik dari berbagai permasalaha11 yang mungkin

timbul, yang akan mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan

kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

b. Penyembuhan

Sifat bimbingan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau

teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.

c. Perbaikan

Sifat bimbingan konseling untuk memperbaiki kondisi peserta didik dari

permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat berkembang secara

optimal.

d. Pemeliharaan

Sifat bimbingan konseling untuk menjaga terpeliharanya kondisi

(39)

e. Pengembangan

Sifat bimbingan konseling untuk mengembangkan berbagai potensi

dan kondisi positif individu dalam rangka pengembangan dirinya

secara mantap dan berkelanjutnya, (A.Juntika Nurihsan,2005:14).

Sedangkan menurut Hallen (2002:60) dalam bukunya Bimbingan dan

Konse\ing mengemukakan bahwa bimbingan konseling berfungsi sebagi

berikut:

1. Fungsi Pemahaman adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan pemahaman tentang sesuatu o\eh pihak-pihak tertentu

sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Fungsi

pemahaman ini meliputi :

1 ). Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama o\eh peserta

didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan gunJ pembimbing.

2). Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di dalamnya

lingkungan keluarga dan seko\ah terutama oleh pese1ia didik sendiri,

orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbin!J

3). Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalam

informasi pendidikan, informasi jabatan/ ー・ォ・セ。。ョL@ informasi sosial

dan budaya/ nilai-nilai) terutama oleh peserta didik.

2. Fungsi pencegahan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan

(40)

permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menggangu,

menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu

dalam proses perkembangannya.

3. Fungsi pengentasan adalah fungsi yang digunakan sebagai pengganti

lstilah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau

penyembuhan.

4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan

konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya

berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka

perkembangan dilinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan. . .

5. Fungsi advokasi adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan teradvokasinya atau pembelaan terhadap peserta didik

dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.

2.1.5. Bidang - bidang Bimbingan dan Konseling

Menurut Hallen (2002) dalam bukunya Bimbingan dan konseling

mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) bidang bimbingan dan konseling, - - - .

yaitu:

1. Bidang Bimbingan Plibadi

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling

(41)

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta

sehat jasmani dan rohani.

2. Bidang Bimbingan Sosial

Oalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling di

sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan

baik dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung

jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.

3. Bidang Bimbingan Belajar

Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling

membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap

dan kebiasaan belajar yang baik dalam mengusai pengetahuan dan

keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. teknologi

dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan

pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun ke lapangan

pekerjaan tertentu.

4. Bidang Bimbingan Karir

Dalam bidang bimbingan karir ini, pelayanan bimbingan dan konseling

ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan

(42)

2.1.6 Jenis-jenis Layanan Birnbingan dan Konseling

1. Layanan orientasi

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru

pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan

membantu mengorientasikan (mengarahkan, membantu. mengadaptasi)

siswa (Sofyan S Willis, 2004 :33).

Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan . . ォッョウ・ャゥョAセ@ . yang

memung_ kinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti - - -

-sekolah_) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan

- - - - .

memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu

(Hallen,2002:81 ).

2. Layanan lnformasi

Layanan informasi yaitu layanan dan konseling yang memungkinkan

peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (sepert

informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat dipergunakan

sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk . . .

kepentingan peserta didik (klien). Oleh karena itu sasaran dari layanan

informasi ini bukan saja peserta didik, tetapi orang tua/ wali sebagai orang

yang mempunyai pengaruh besar terhadap peserta didik agar mereka

dapat menerima informasi yang amat berguna bagi perkembangan

(43)

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Menurut buku petunjuk bimbingan dan konseling dalam kurikulum 1994

yang dimaksud layanan ini adalah : " Layanan bimbingan yang

memungkinkan siswa memperoleh penempatan da penyaluran secara

tepat (misalnya penempatan atau penyaluran didalam kelas, kelompok

belajar, jurusan atau program khusus, kegiatan ekstrakulikuler), sesuai

dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadinya (Sofyan S Willis,

2004 :34).

4. Layanan Pembelajaran

Layanan pembelajaran adalah bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri dengan sikap

dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan

kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar

lainnya.

Layanan pembelajaran ini dimaksudkan untuk memungkinkan peserta

didik memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang

baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan

kesulitan belajamya, serta tuntunan kemampuan yang berguna dalam

kehidupan dan perkembangan optimal dirinya (Hallen,2002:84).

5. Layanan Konseling Perorangan atau lndividu

Yaitu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang siswa

(44)

sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif (Sofyan S Willis,

2004:35).

6. Layanan Bimbingan Kelompok

Adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada sekelompok siswa

untuk memecahkan secara bersama masalah yang menghambat

perkembangan siswa (Sofyan S Willis, 2004 :35).

7. Layanan Konseling Kelompok

Yaitu suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana

kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, clan diarahkan

kepada pemberian kemudahan dalam rangka pengembangan dan

pertumbuhannya (Juntika Nurihsan, 2005:21 ).

Layanan Konseling Kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling

yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk

pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui

dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi

yang dialami masing-masing anggota kelompok (Hallen,2002:88).

Bimbingan dan konseling merupakan suatu upaya untuk membantu

siswa-siswa agar dapat memahami dirinya seperti potensi dan

kelemahan-kelemahan diri, membantu memecahkan permasalahan ケ。ョセゥ@ dihadapi siswa

sehingga siswa dapat menyelesaikan masalahnya dengan cara wawancara

(45)

bimbingan dan konseling, Jayanan bimbir,gan dan konseling yang telah

dikemukakan diatas maka peneliti ingin mengetahui apakah pelayanan

bimbingan dan konseling sudah dapat membantu siswa dalam

menyelesaikan masalah.

Dalam penelitian ini, permasalahan yang diatasi oleh bimbingan dan

konseling di sekolah adalah masalah sis.va yang ter1ibat tawuran pelajar.

Sesuai dengan judul penelitian yaitu pan::Jangan siswa yang terlibat tawuran

pelajar terhadap peran bimbingan dan konseling.

2.2

Tawuran Pelajar

Pada bagian ini akan diuraikan tentang pengertian tawuran pelajar, tinjauan

psikologi penyebab remaja ter1ibat tawuran pelajar dan faktor yang dapat

menyebabkan tawuran pelajar.

2.2.1 Pengertian tawuran pelajar

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, tawuran pelajar terdiri dari dua kata dasar

yaitu tawur dan pelajar. Tawur merupakan kata benda (nomina) yang berasal

dari bahasa jawa yang memiliki arti yaitu: perkelahian beramai-ramai atau

perkelahian massal (Pusat Bahasa Dep::Jiknas,2002: 1151 ).

Kata kedua yaitu kata pelajar, "pelajar" merupakan kata benda (nomina) yang

(46)

Oepdiknas,2002). Dengan demikian tawuran pelajar secara bahasa

mengandung pengertian beramai-ramai, atau perkelahian massal berupa

pertengkaran dengan adu kata-kata dan adu tenaga yang dilakukan oleh

anak sekolah, anak didik, murid atau siswa.

Menurut Moch Lukmani yang dikutip oleh Diah Fitri (2003:35) tawuran pelajar

adalah suatu perbuatan tercela yang dilakukan oleh seorang atau kelompok

pelajar kepada seorang atau kelompok pelajar lain. Sedangkan menurut

Aditya Syah Banu yang dikubp oleh Diah Fitri (2003:37) mengemukakn

bahwa tawuran pelajar adalah perkelahian massal yang melibatkan kelompok

pelajar terhadap pelajar dari sekolah yang berbeda dengan maksud dan

alasan tertentu. Tawuran pelajar yang terjadi baik perorangan atau

berkelompok merupakan pelapasan tekanan kejiwaan yang mereka alami

karena pengaruh lingkungan sekolah, yang mengakibatkan salah satu pihak

Iuka-Iuka atau mati.

Dari beberapa definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa tawuran pelajar

adalah perkelahian massal yang dilakukan oleh sekelompok siswa terhadap

(47)

2.2.2 Tinjauan psikologi penyebab remaja terlibat tawuran pelajar

Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara

kecenderungan di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak

selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal tawuran pelajar,

Menurut Raymond Tambunan dalam lnformasi Psikologi Online

mengemukakan terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang

remaja terlibat tawuran pelajar.

1. Faktor internal. Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang

mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks.

Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya,

tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama

makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan

pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka

kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk

pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat

melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang I pihak lain pada setiap

masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk

memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemul\an

bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi

(48)

perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan

pengakuan.

2. Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalarn

melaksakan proses sosialisasi pribadi anak. Di tengah keluarga anak

belajar makna cinta, kasih, simpati, loyalitas, ideologi bimbingan dan

pendidikan. Keluarga memberikan pengaruh pada pembentukan watak

dan kepribdaian anakdan jadi unit sosial terkecil yang memberikan

pondasi primer bagi perkembangan anak. Baik dan buruknya struktur dan

kondisi keluarga rnemberikan dampak baik dan buruknya perkembangan

jiwa dan jasmani anak. Adapun faktor keluarga antara lain(Kartini Kartono,

2005):

1 ). Ru mah tangga berantakan. Bila rumah tangga yang terus menerus

dipenuhi konflik maka akhirnya akan mengalami perceraian dan mulai

serentetan kesulitan bagi anggota keluarga akan berantakan terutarna

anak-anak.

2). Perlindungan lebih dari orang tua. Bila orang tua terlalu banyak

melindungi dan memanjakan anak-anaknya, serta menghindarkan

mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anak-anak

pasti akan menjadi rapuh dan tidak akan pemah sanggup belajar

(49)

3). Penolakan orang tua. Pasangan suami dan isteri yang tidak pemah

melaksanakan tanggung jawa sebagai ayah dan ibu dan

anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap sebagai beban, sebagai hambatan

dalam meniti karir mereka pasti anak-anaknyamengalami frustrasi dan

mengalami hal-hal yang negatif.

4). Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah laku kriminal, dan tindakan

asusila dari pihak orang tua bida memberikan pengaruh menular atau

implusif pada anak.

3. Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai

lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah

te:iebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Menurut Dadang

Hawari bahwa kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu proses

beiajar mengajar pada anak didik, yang pada gilirannya memberi peluang

pada anak didik untuk berperilaku menyimpang (Dadang Hawari, 1998:

198). Kondisi yang tidak baik tersebut antara lain:

a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai

b. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai

c. Kuantitas dan kualitas tenaga non guru yang tidak memadai

d. Kesejahteraan guru yang tidak memadai

e. Kurikulum sekolah yang sering berganti-ganti

(50)

4. Faktor lingkungan. Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang

sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya

perkelahian. Misalnya lingkungan rumal1 yang sempit dan kumuh, dan

anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu

pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar.

Juga lingkungan kola yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat

merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan

kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukun9 untuk

munculnya perilaku berkelahi.

Selain itu, Kartini Kartono (2005) mengungkapkan bahwa banyak faktor yang

dapat menyebabkan tawuran pelajar yaitu:

1. Faktor dalam diri (internal)

a. Reaksi Frustrasi negatif

Yang temiasuk adaptasi yang salah terhada:i tuntunan zaman modern yang

serba komplek sekarang ini ialah semua p::ila dan kebiasaan tingkah laku

patologis. Sebagai akibat dari pemaksaan konftik-konflik batin sendiri secara

salah yang menimbulkan mekanisme reaktii/ respon yang keliru atau tidak

cocok.

Semakin pesatnya usaha pembangunan, modemisasi, dan industrilisasi yang

(51)

anak remaja yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri terhdap

perubahan sosial itu. Mereka kemudian banyak yang mengalami kejutan,

frustrasi dan konflik terbuka baik eksternal maupun internal ketegangan batin

dan gangguan kejiwaan. Semakin bertambahnya tuntutan sosial seperti

sanksi-sanksi dan tatanan sosial masyarakat yang mereka anggap melawan

kebebasan mutlak dan ambisi mereka yang menggebu, bahkan sering kali

menjurus pada kriminalitas, itu merupakan kegagalan sistem pengontrolan

diri anak terhadap dorongan instingnya. Dengan kata lain anak remaja tidak

mampu mengendalikan reaksi (insting) dan dorongan-dorongan prinsipnya.

Tidak bisa menyalurkan ke dalam perbuatan-perbuatan yang bermanfaat

serta lebih berbudaya.

b. Gangguan pengamatan dan tanggapan Pada anak-anak remaja

Gangguan pengamatan dan tanggapan itu berupa ilusi, halusinasi dan

gambaran semu. Tanggapan anak tidak merupakan pencerminan realitas

lingkungan yang nyata, tetapi berupa pengolahan batin yang keliru sehingga

timbul interpretasi dan pengertian yang salah sama sekali. Akibatnya

anak-anak remaja berubah menjadi agresif menghadapi segala macam tekanan

dan bahaya dari luar karena itu reaksinya berupa cepat naik darah, cepat

(52)

c. Gangguan berpikir dan lnteligensi Pada Diri Remaja

Berfikir mutlak periu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi

wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berfikir juga penting dalam upaya

memecahkan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Apabila anak

remaja tidak mampu mengoreksi pikiran-pikirannya yang salah dan tidak

sesuai dengan realita yang ada, maka pikirannya terganggu lalu dihinggapi

bayangan semu yang palsu lalu reaksinya menjadi menyimpang dan tidak

normal lagi.

Anak yang sehat pasti mampu membenarkan kekeliruan sendiri dengan jalan

yang berfikir logis dan mampu membedakan fantasi dengan kenyataan.

Begitu juga sebaliknya, orang yang terganggu jiwanya akan memperalat

pikiran sendiri untuk membela dan membenarkan gambaran-gambaran semu

serta tanggapan yang salah. Akibatnya tingkah laku anak menjadi salah

kaprah, bisa menjadi liar tak terkendali, selalu memakai cara-cara kekerasan

dan perkelahian. lnteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan secara tepat, cermat, efisien alat-alat bantu pikir guna

memecahkan masalah dan adaptasi diri terhadap tuntutan-tuntutan baru

maka intelegensi bisa diartikan pula sebagai potensi membaca situasi

(53)

d. Gangguan Perasaan atau Emosional Pada Anak-anak Remaja

Gangguan fungsi perasaan antara lain berupa :

1 ). lnkontinensi emosional yaitu tidak terkendalinya perasaan yang

meletup-letup eksplosif dan tidak bisa dikekang

2). Labilitas emosional yaitu suasana hati yang terus menerus berganti dan

tidak tetap biasanya merupakan emosi dan sentimen yang amat kuat

cepat berubahdan berganti-ganti, sehingga mengganggu ketenangan

batin anak sebagai akibat anak terlalu tegar.;i, gelisah, bingung, cepat

marah, agresif dan sebagainya

3). Ketidakpekaan dan menumpuknya perasaan d'sebabkan sejak kecil

anak-anak tidak pemah diperkenalkan dengan kasing sayang, kelembutan,

kebaikan dan perhatian

4). Kecemasan merupakan bentuk ketakutan paca hal-hal yang tidak jelas,

tidak riil dan dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari. Maka

hal-hal yang tidak jelas sifatnya justru mengkhawatirkan perasaan anak

5) Perasaan rendah diri dapat melemahkan fungsi berf1kir, intelektual dan

kemauan anak, semakin kuat perasaan rerdah diri anak dan tidak

semakin terkontrol dampaknya semakin mer.ghambat dan melakukan

(54)

2. Faktor Dari Luar (Ekstemal)

a. Faktor keluarga. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang sangat

berpengaruh pada pembentukkan watak, karakteristik anak dan keluarga

juga sangat berperan penting dalam per"embangan anak.

b. Faktor lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan. Lingkungan

sekolah merupakan faktor penting atas perilaku yang dilakukan oleh

siswa, biasanya kondisi sekolah yang tidak baik itu lebih memberikan

kesempatan bagi siswanya untuk berb:.iat hal yang negatif.

c. Faktor Lingkungan masyarakat. Manusia sebagai makhluk hidup dan

mempunyai sifat sosial dan tidak teriepas dari lingkungannya. Oleh karena

itu baik dan buruk tingkah laku seseorang tergantung lingkungannya, dan

masalah lingkungan masyarakat sangatlah besar pengaruhnya terhadap

pembentukan jiwa seorang anak.

2.4

Kerangka

Berpikir

Dalam beberapa sekolah banyak terdapat siswa yang teriibat tawuran pelajar,

khususnya pelajar Sekolah Teknik Mesin Depok dan fenomena ini belum

dapat teratasi dengan tuntas sampai saat ini. Menurut Aditya Syah Banu

yang dikutip oleh Diah Fitri (2003:37), tav,uran pelajar adalah perkelahian

massal yang melibatkan kelompok pelajar terhadap pelajar dari sekolah yang

(55)

Tawuran pelajar yang dilakukan oleh siswa tidak akan mungkin dapat

terselaikan oleh para dewan guru, oleh karena itu bantuan dari konselor

sekolah juga sangat diperlukan guna membantu menyelesaikan

permasalahan ini, salah satunya dengan melakukan bimbingan. Bimo Walgito

(2004:5) mengemukakan: "bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang

diberikan kepada individu atau sekumpulan indMdu dalam rnenghindari atau

mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau

sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya". Hal itupun

tidak akan 「・セ。ャ。ョ@ dengan baik tanpa adanya dukungan dari semua pihak

sekolah baik kepala sekolah, wali kelas, dan orang tua siswa sendiri dalam

memberikan pengawasan atas semua kegiatan yang dilakukan di luar

sekolah.

Bimbingan konseling merupakan suatu fasilitator dan mediator dalam

menangani permasalahan yang dialami siswa. Bimbingan konseling juga

merupakan bagian internal dari proses pendidikan di sekolah tentunya

mempunyai tanggung jawab untuk mencegah clan rnenanggulangi

permasalahan pelajar yang dilakukan sis1va clalam lingkup sekolah.

Dengan adanya konselor sekolah di setiap sekolah cliharapkan mampu

memberikan penanganan bagi anak yang terlibat tawuran pelajar. Banyak

(56)

pengawasan konselor sekolah seperti bimbingan kelorrook, konseling

kelompok dan konseling pribadi bahkan bila diperlukan セッョウ・Aッイ@ sekolah bisa

berkunjung kerumah siswa untuk lebih mengetahui keg;:tan siswa di luar

sekolah_

Peranan bimbingan konseling dalam mengatasi tawura- pelajar belum

sepenuhnya berjalan dengan baik, karena kebanyakan setiap sekolah hanya

terdapat satu guru pembimbing atau konselor sekolah. ::elitian ini bertujuan

untuk menggali tentang pandangan siswa terhadap per-:n bimbingan

konseling dalam mengatasi tawuran pelajar di SMK BAS-<.ARA Depok,

sehingga akan diketahui tentang bagaimana pandanga- sisv.12 mengenai

pelaksanaan bimbingan konseling dalam mengatasi ta\lluran pe!ajar. Apakah

peran bimbingan konseling sudah berjalan sesuai deng:n yang diharapkan

atau bahkan siswa tidak merasakan pengaruh dari bim::ingan konseling yang

diberikan pada siswa yang terlibat tawuran pelajar_ Diha--::pkan dari

pandangan siswa tentang bimbingan dan konseling di s=kolahnya maka akan

membantu dan mempermudah seko!ah untuk lebih bail: agi da!am mengatasi

tawuran pelajar, sehingga permasalahan tawuran pelaj2r dapat diatasi dan

(57)

2.1 Bagan Kerangka Berpikir

mengatasi

[:vuran Pelajar Bimbingan dan Konseling

Pandangan siswa terhadap peran Bl< dalam

mengatasi tawuran

(58)

3.1 Jenis Penelitian

Pada bagian ini akan di uraikan tentang jenis penellitian y2ng meliputi

pendekatan penelitian dan metode penelitian yang akan cigunakan dalam

penelitian ini.

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan k::antitatit

Pendekatan kuantitatif adalah bentuk penelitian yang pe11!ajian hasil

datanya dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan a··gka-angka

statistik.

Menurut Ronny Kountur (2004) "Penelitian deskripsi ada/2.IJ jenis penelitian

yang memberikan gambaran atau uraian alas suatu keac2an sejemih

mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang ditelir.

Adapun alasan penulis menggunakan pendekatan ini aciaah agar

memperoleh gambaran um um yang lebih objektif dan lebh terukur yang

diperoleh dari penelitian kuantitatif yang bersifat depkriptf. Dimana data dan

[image:58.595.37.434.153.471.2]

hasilnya diolah dan disajikan dalam bentuk 。ョァォ。セ。ョァォ。@ can mengeksplor

gambaran dari sampel penelitian mengenai pandangan s!s'.va terhadap

(59)

3.1.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian

yang bersifat deskriptif ini tidak untuk menguji hipotesis. Tetapi untuk

mengetahui pandangan siswa terhadap peran bimbingan dan konseling di

SMK BASKARA Depok dalam mengatasi tawuran pelajar.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata survai adalah teknik riset yang

bertugas untuk pemeriksaan, penyelidikan, peninjauan. Sedangkan Masri

Singarimbun dan Sofian Effendi (1989:3) mengemukakan bahwa "peneliuan

survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan kuisioner sebagai a/at pengumpulan data yang pokok."

3.2 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Definisi Konseptual : Bimbingan dan konseling adalah layanan yang diberikan

pada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang

secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.

Definisi Operasional : Peran bimbingan dan konseling diketahui dart skor

yang diperoleh melalui pengukuran skala peran bimbingan dan konseling.

Peran bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah bimbingan dan

konseling yang mencakup pelaksanaan, pelayanan dan jenis bimbingan yang

(60)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri alas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,

2007: 80). Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas II SMK Baskara

Depok. Alasan peneliti memilih hanya siswa kelas II karena siswa kelas II

sudah lebih dari setahun di SMK tersebut sehingga siswa mengetahui dan

merasakan pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam mengatasi tawuran

pelajar. Sedangkan untuk siswa kelas 111, pihak sekolah tidak mengizinkan

untuk dijadikan subjek penelitian dikarenakan agar kelas 111 lebih fokus pada

persiapan ujian akhir.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti yang dimaksudkan

untuk menggeneralisasikan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian

(Suharsimi Arikunto,2002:109). Dalam penelitian ini diambil dari sebagian

populasi yang telah ditentukan yaitu siswa kelas II SMK BASKARA Depok.

Dalam mengambil sampel penelitian, penulis mengacu pada pendapat yang

dikemukakan oleh Gay dalam Consuelo G Sevilla (1993:163), yang

(61)

sebanyak 10% dari populasi, dan untuk populasi yang sangat kecil pada

penelitian deskriptif diperlukan minimum 20 % dari populasi. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan 20%, dengan pertimbangan agar

penelitian ini lebih mendekati kebenaran

Gambar

Gambaran Umum Responden ........................... ............ .........
gambaran dari sampel penelitian mengenai pandangan s!s'.va terhadap
Tabel 3.1 Blue Print Skala Peran Bimbingan dan Konseling
Nilai Tabel 3.2 skor jawaban
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ancaman Perubahan Iklim Global terhadap Ketahanan Pangan Indonesia (The Threats of Global Climate Change on Food Security in Indonesia). Eckersley, Environtmentalisme and

Tujuan dalam al-Akhlaq lil Banat upaya pembentukan kepribadian individu dan kepribadian sosial yang baik, seperti contohnya akhlak minum, makan dan tidur akan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar dan kedisiplinan pengumpulan tugas dengan menggunakan aplikasi Google Classroom pada siswa kelas IVB SD

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung limbah udang fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar lemak kasar dan kolesterol telur puyuh

Affandi Hassan sendiri yang berpendapat bahawa penolakan poligami oleh masyarakat Melayu pada dasarnya disebabkan oleh kejahilan, sebagaimana yang dijelaskannya oleh beliau,

Berbeda halnya dengan perairan Bangka yang merupakan perairan terbuka, Teluk Kelabat sebagai perairan semi-tertutup akan dominan menyebarkan TSS ke arah TKD akibat

Hasil uji toksisitas secara in vitro dengan menggunakan metode organ terpisah menunjukkan bahwa ketiga sampel komposit bersifat non-toxic (nilai toksisitasnya rendah)