• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Implementasi Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi Solo Manahan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Implementasi Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi Solo Manahan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses dalam menemukan tranformasi baik dalam diri maupun komunitas. Oleh sebab itu proses pendidikan yang benar adalah membebaskan seseorang dari kungkungan, intimidasi dan eksploitasi, disinillah letak persamaan dari paidagogik yaitu membebaskan manusia secara konfrehenshif dari ikatan-ikatan yang terdapat diluar dirinya atau dikatakan sebagai sesuatu yang mengikat kebebasan seseorang . Hal ini terjadi apabila pendidikan dijadikan instrumen oleh sistem penguasa yang ada hanya untuk mengungkung kebebasan individu, kondisi pendidikan yang ada di Indonesia adalah sebagian kecil yang terdisain dan terorganisir oleh bingkai sistem yang baik. Gambaran sistem semacam itu merupakan bentuk pemakssaan kehendak dan merampas kebebasan individu, kesadaran potensi, serta kreativitas bifurkasi, maka pendidikan telah beruah menjadi instrumen oppresive bagi perkembangan individu atau komunitas masyarakat ( Tilaar, 2004 : 58 )

Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU Nomor 20 Tahun 2003).

(2)

Fungsi pendidikan nasional dijelaskan dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut.

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 3)

Uraian di atas menjelaskan bahwa pada hakekatnya pendidikan di Indonesia ditujukan untuk membentuk manusia Indonesia yang bermutu. Sampai saat ini, mutu pendidikan kita tergolong rendah dalam konteks nasional, regional maupun internasional. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai persoalan yang menyangkut sistem maupun manajemen pendidikan, termasuk sumberdaya manusia yang rendah.

Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan nasional. Masa depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang bermutu pada masa kini. Karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas. Kebijakan pemerintah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan terus diupayakan. Upaya tersebut antara lain dengan pembaruan sistem pendidikan dengan strategi tertentu.

(3)

diadakan penyempurnaan kurikulum, penyempurnaan sistem penilaian hasil belajar, memperluas sarana pengembangan profesional guru, penyusunan dan pendistribusian pedoman, petunjuk teknis proses pembelajaran dan peningkatan peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah, serta peningkatan bantuan pengadaan sarana prasarana.

Salah satu faktor yang menentukan mutu pendidikan adalah “peran guru”. Untuk menghadapi globalisasi dan persaingan bebas dalam dunia yang

semakin terbuka, dibutuhkan pendidik dan tenaga kependidikan yang bermutu, berkompeten dan capable di bidangnya. Karena mereka adalah ujung tombak dari reformasi pendidikan nasional sebagai garda terdepan dalam pembentukan akhlak. Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika praktik-praktik pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh negara-negara lain, contoh Malaysia pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an Malaysia mengundang guru math dan science dari Indonesia, mereka juga mengirim ribuan mahasiswa, tetapi pada tahun 2000-an kondisi sudah berbalik, Indonesia mengirim banyak mahasiswa ke Malaysia ( Zamroni, 2009 : 4 )

(4)

diperlukan ketekunan, kesungguhan dan kerjasama dengan semua unsur yang terkait dengan pendidikan dalam penanganannya.

Persoalan pendidikan secara umum, selama ini belum tersentuh dengan baik. Apa yang dimaksud sukses pendidikan masih saja “mendewakan” ranah kognitif, sehingga keberhasilan pendidikan hanya mengukur pencapaian nilai-nilai

akademis saja.(Rachman : http://ganeca.blogspirit.com/ge_mozaik_mei 2005/) Hal tersebut tentu saja tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan upaya peningkatan mutu proses pembelajaran, sedangkan peningkatan mutu proses pembelajaran berkaitan erat dengan mutu guru selaku pendidik dan pengajar, karena guru adalah ujung tombak pendidikan. Menurut Rahman (2005), peningkatan mutu guru di Indonesia berfokus pada dua hal : Pertama, peningkatan martabat guru secara sosial, budaya dan ekonomi, dan

kedua, peningkatan profesionalisme guru melalui program yang

terintegrasi, holistik, sesuai dengan hasil pemetaan mutu guru yang jelas dan penguasaan guru terhadap teknologi informasi dan metode pembelajaran, untuk itu, kemampuan guru terutama dalam mengelola kegiatan belajar mengajar harus terus ditingkatkan, dengan demikian itu guru perlu menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang dapat mendorong keaktifan atau potensi siswa, antara lain dengan penerapan pendekatan CTL (Setiaji dan Rufman: http://www.suara merdeka.com/ harian/0601/12/opi04.htm).

(5)

pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut:1) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, 2) melakukan pekerjaan yang berarti, 3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, 4) melakukan kerjasama, 5) berpikir kritis dan kreatif, 6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, 7) mencapai standar yang tinggi, dan 8) menggunakan penilaian autentik (Johnson, 2002:25).

Guru CTL yang baik memiliki dua karakteristik : Pertama, mereka mengetahui dan menghargai setiap materi yang mereka ajarkan. Setiap tujuan akademik yang mereka harapkan dapat dikuasai murid, telah mereka kuasai lebih dulu. Kedua, mereka memperhatikan siswa dengan penuh kasih sayang dan kebaikan hati yang tulus. Kedua kualitas ini, yaitu sebagai mentor dan seorang ahli, memungkinkan guru CTL untuk mengubah kehidupan murid-murid mereka (Johnson, 2002: 178).

(6)

a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.

b. Mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan.

c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Sehubungan dengan hal itu diperlukan standar tertentu untuk bisa menjadi pendidik yang benar-benar professional sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sebagai agen pembelajaran, guru harus memiliki beberapa kompetensi : (1) Kompetensi pedagogik, (2) Kompetensi kepribadian, (3) Kompetensi Profesional, dan (4) Kompetensi sosial.

Pendidikan agama islam merupakan usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan. Maka secara garis besar (umum) tujuan pendidikan agama Islam ialah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam, sehingga ia menjadi manusia muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia baik dalam kehidupan pribadi, bermasyrakat, berbangsa dan bernegara.

(7)

Sedangkan Pendidikan Agama Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam". (Zuhairani, 1983 : 27) Dari beberapa pengertian pendidikan Islam di atas dapat kita pahami bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia, berupa kemampuan belajar. Sehingga terjadi perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai mahluk individual dan mahluk sosial serta dalam hubungannya dengan sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa di landasi oleh nilai-nilai ideal Islam yang melahirkan norma-norma syari’ah dan akhlakul karimah untuk mempersiapkan kehidupan dunia akherat. Pendidikan Agama Islam merupakan pilar penting dalam pembentukan kepribadian, juga sebagai pembimbing hubungan antara manusia dengan sang pencipta maupun dengan makhluk-Nya.

Masalah utama yang dihadapi dalam pembelajaran agama Islam adalah penggunaan model pembelajaran dalam penyampaian materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari belum memenuhi harapan yang diinginkan

Hal ini berkaitan dengan kritik masyarakat terhadap materi pelajaran pembelajaran Agama Islam yang dalam proses pembelajarannya terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis dan guru cenderung lebih dominant one way method. Guru pendidikan agama Islam dalam mengajar lebih banyak

(8)

seringkali mengabaikan proses pembinaan tatanan nilai, sikap, dan tindakan, sehingga pembelajaran pendidikan agama Islam tidak dianggap sebagai mata pelajaran pembinaan karakter yang baik dan mampu menjadikan output yang religius serta menyenangkan. Tetapi lebih cenderung dianggap mata pelajaran yang menjenuhkan dan membosankan.

SMP Al-Azhar Syifa Budi adalah salah satu sekolah swasta Islam unggulan, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah kwalitas dan kwantitas, baik fisik sekolah, prestasi, jumlah siwa serta mutu pendidikannya. Pembelajaran pendidikan Agama Islam yang diajarkan terintegrasi dengan kurikulum Kemenag yang meliputi lima mata pelajaran yaitu Al-Qur’an Hadis, Fikih, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI) dan Bahasa Arab.

Sehubungan dengan itu perlu diterapkan suatu model pendekatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Sebagai alternatif, yaitu implementasi pendekatan CTL dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yang diharapkan mampu melibatkan siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, serta secara fisik dan mental melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga siswa mempunyai kebebasan berpikir, bertindak, aktif dan kreatif.

(9)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian tersebut, ada dua pertanyaan dalam penelitian yang perlu digali jawabannya.

1. Bagaimanakah Implementasi CTL dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi Solo Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta?

2. Bagaimanakah dampak positif Implementasi CTL dalam Pembelajaran PEndidikan agama Islam terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi Solo Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai dua hal.

1. Mendeskripsikan Implementasi CTL dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi Solo Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta

(10)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya peningkatan mutu pembelajaran pendidikan di Sekolah Dasar dan institusi pendidikan pada umumnya, baik manfaat yang bersifat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi konseptual mengenai pola pembelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran.

2. Manfaat praktis yang penulis kemukakan dari penelitian ini ada dua, yaitu a. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi guru Menengah Pertama, kepala sekolah maupun para stakeholder dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya, dan secara khusus pada peningkatan mutu pembelajaran pendidikan agama Islam

b. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi guru Menengah Pertama mengenai pola pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dasar, khususnya di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi Solo Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta

E. Tempat dan Waktu Penelitian

(11)

Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Kode Pos 57139. Jarak ke pusat Kecamatan kurang lebih 1 km. Jarak ke pusat otonomi daerah kurang lebih 4 km. Penelitian ini meliputi tempat peristiwa, yang meliputi pelaksanaan pembelajaran, lingkungan kerja guru, lingkungan belajar sisiwa di sekolah pada jam pembelajaran dilaksanakan. Materi penelitian Pendidikan Agama Islam meliputi semua aspek mata pelajaran yaitu Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab, namun cakupannya hanya meliputi perencanaa proses pembelajaran dan penilaian. Pelaksanaan penelitian ini mulai bulan Februari s/d Mei tahun 2013.

F. Kerangka Teoritik 1. Tinjauan Pustaka

Sebagai landasar berfikir pada penelitian ini, penyusun terlebih dahulu melakukan kajian terhadap beberapa penelitian terdahulu, berdasarkan pengamatan penulis, penelitian semacam ini juga pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya :

a. Sarkin ( UNU Surakarta, 2007 ) dalam penelitiannya Problematika Pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Muhammadiyah 3

Surakarta. Penelitian ini menjelaskan bahwa mempelajari pendidikan

agama Islam dapat oiptimal jika peserta didik dapat memiliki lima komponen dasar yang terdiri dari kesadaran dan kemauan, pembelajaran yang menarik, lingkungan sekolah yang kondusif, dukungan keluarga yang

(12)

untuk memberikan metode yang tepat dalam mewujudkan liam dasar tersebut.

b. M Fauzy ( UNU Surakarta, 2010 ) dalam penelitiannya “Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Batu)”. Penelitian ini menjelaskan tentang pola pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan pendekatan PAKEM baik dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Pola pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang menrapkan prinsip PAKEM juga memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan mutu prosesa pembelajaran.

c. A.Zanin Nu’man ( UMS Surakarta, 2010 ) dalam tesisnya yang berjudul Implementasi Contextual Teaching and Learning (Ctl) dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Program Keagamaan Darul Falah Sirahan Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Penelitian ini menjelaskan tentang pola pembelajaran Bahasa Arab dengan menggunakan pendekatan CTL baik dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Pola pembelajaran Bahasa Arab yang menrapkan prinsip CTL juga memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan mutu prosesa pembelajaran.

(13)

pendekatan CTL baik dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Pola pembelajaran PPKN yang menrapkan prinsip CTL juga memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan mutu prosesa pembelajaran.

Namun sejauh ini penulis tidak atau belum menemukan kajian atau penelitian tentang implementasi CTL dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah dasar Al-Azhar Syifa Budi Solo. Dengan demikian penelitian ini memenuhi kriteria kebaruan

2. Kerangka Teori

a. Konsep Contextual Teaching and Learning ( CTL )

Salah satu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan baru adalah pembelajaran dan pengajaran kontekstual atau, yang disingkat CTL. Pendekatan ini merupakan salah satu inovasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam CTL guru dituntut untuk bisa membawa siswa ke dalam dunia nyata yang dihadapi sehari-hari dan mengaitkannya dengan materi pelajaran yang diterima di kelas.

(14)

strategi tertentu agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Strategi pembelajaran adalah “setiap kegiatan yang dipilih, yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa dalam menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu”.( Kozma, dalam Depdiknas, 2005 : 4).

Pembelajaran kontekstual atau CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang dimilikinya engan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: konstruktivisme (Contructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi ( reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment) (Depdiknas, 2006:2).

CTL digambarkan oleh Johnson ( 2009 ) sebagai berikut :

(15)

Dari berbagai pendapat diatas, peneliti lebih cenderung teori johnson, karena sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan, bahkan kondisi pembelajaran sekarang pada umumnya. Faktor-faktor pendukung teori Johnson diantaranya sesuai dengan konteks sekarang ini, bisa mengajak peserta didik ikut andil langsung dalam pembelajaran nyata, lebih mudah menjelaskan kepada siswa. Faktor penghambat yang paling utama antara lain kurangnya minat siswa dalam mempelajari ilmu-ilmu Allah, kurang berkembangnya metode pembelajaran pendidikan Agama Islam.

3. Perbedaan Pendekatan CTL dengan Pendekdaatan Tradisional

Ada beberapa hal yang membedakan antara pendekatan CTL dengan pendekatan tradisional ( Depdiknas 2006 :7). Namun perbedaan yang menonjol tampak pada pelaksanaan pembelajaran.. Pelaksanaan pembelajaran CTL lebih menekankan pada pemahaman makna dari materi pembelajaran, baik yang bersifat teori akademik maupun praktis. Pembelajaran CTL menerapkan tujuh pilar atau tujuh prinsip pembelajaran berbasis CTL yaitu konstruktivisme (Contructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi ( reflection), dan penilaian

yang sebenarnya (Authentic Assesment).

(16)

mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu mengaitkan materi yang diajarkan dengan kehidupan keseharian siswa dengan penuh makana. Penilaian dalam pembelajaran CTL dilaksanakan selama proses pembelajaran, baik dalam kegiatan awal, kegiatan inti maupun kegiatan akhir pembelajaran.

Sedang dalam pendekatan pembelajaran tradisional siswa cenderung pasif yaitu duduk, membaca, mendengar, mencatat, menghafal materi yang disampaikan guru sehingga tidak terjadi komunikasi dua arah. Pengetahuan hanya merupakan seperangkat fakta atau teori yang harus diterima dan dihafalkan. Dalam pembelajaran tradisional siswa lebih suka belajar secara individual baik dalam memahami materi maupun memecahkan masalah. Penilaian dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang sudah direncanakan dan terfokus pada aspek kognitif.

(17)

media dan sumber pembelajaran. Untuk mengatasi hal itu, khususnya dalam hal pemilihan pendekatan, CTL merupakan salah satu alternative yang tepat untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Dengan implementasi pendekatan CTL diharapkan siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar.

F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan

(18)

2. Sumber Data

Penelitian umumnya menggunakan data-data valid dan akan digunakan untuk kepentingan penelitian salah diantaranya adalah data primer dan data skunder.

2.1 Data Primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai saran mendapatkan informasi ataupun data. (Jonathan Sarwono,2006:129)

Marzuki (2002: 55), “Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Hanke dan Reitsch mengemukakan data primer merupakan data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. (Mudrajad Kuncoro,2003:127)

2.2 Data sekunder menurut Jonathan Sarwono adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. (Jonathan Sarwono,2007:123)

(19)

3. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik yang digunakan peneliti guna memperoleh data sebagai berikut :

a. Observasi

Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diteliti ( Suharsimi, 1998 : 128 ). Observasi dilakukan secara langsung, terfokus dan selektif dan juga agar observasi dapat lebih efektif yaitu dengan melengkapi format atau blangko pengamatan .

Teknik observasi dilakukan untuk menggali data yang terkait dengan proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang menerapkan pendekatan CTL dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dasar Al-Azhar Syifa Budi Solo. Obervasi juga dilakukan untuk mencermati kegiatan belajar mengajar / proses pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas, seperti kegiatan siswa, kegiatan guru, media pembelajaran, dan lingkungan belajar. Ketika peneliti melakukan observasi, peneliti telah memastikan data apa yang akan digali.

b. Interview

Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewee).( Suharsimi, 1998 : 126). Wawancara dilakukan dengan

(20)

informasi, sehingga wawancara dalam suasana tidak formal guna menggali informasi secara lebih jauh dan mendalam (Sutopo, 2002: 58-59). Interview dilakukan kepada Informan kunci (key informan), informan awal dipilih secara purposive (purposive sampling). Sedangkan informan selanjutnya ditentukan dengan cara “snow-ball sampling”, yaitu dipilih secara bergulir sampai menunjukkan tingkat kejenuhan informasi. Bertindak sebagai informan awal (sumber informasi) adalah guru pendidikan agama Islam. Sedangkan informan selanjutnya antara lain kepala sekolah dan siswa.

Teknik wawancara dalam penelitian ini berusaha menggali pendapat dari guru Pendidikan Agma Islam kepada sekolah dan siswa secara mendalam tentang pembelajaran pendidikan agama Islam dan dampaknya dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi Solo

c. Dokumentasi

(21)

jenis data, yaitu jenis data dikelompokkan menjadi kata-kata dan tindakan dan sumber datanya dapat berupa bentuk tulisan, foto, dan statistik.

4. Metode Analisis Data

Metode analisa data yang penulis gunakan adalah kualitatif deskriptif yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data dan sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan verifikasi (Miles & Haberman, 1992: 16). Pertama, setelah pengumpulan data selesai melakukan reduksi data yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilah-pilah. Kedua, data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi. Ketiga, adalah penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua dengan mengambil kesimpulan menggunakan pola berfikir induktif.

G. Sistematika penulisan

Pembahasan penyusunan tesis ini terbagi menjadi lima bab terdiri dari sub-sub bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

(22)

pola pembelajaran Pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi Solo dan kerangka Berfikir.

BAB III mendeskripsikan tentang proses belajar mengajar Pendidikan agama Islam di Sekolah Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi Solo, meliputi Letak Geografis, sejarah berdirinya Sekolah Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi Solo, Visi dan Misi, Keadaan Guru, karyawan dan siswa, Prestasi sekolah, struktur organisasi, sarana prasarana, gambaran umum pelaksanaan CTL dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meliputi deskripsi penerapan CTL dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan pembahasan hasil penelitian

BAB V PENUTUP, meliputi kesimpulan, saran dan penutup.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

The writer has done the interview to two students each room that has lowest score to get information clearly about their problem generally in English subject and especially in

Bentuk support activity adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota, misalnya open space (taman kota, taman

Dengan demikian, kemungkinan gagal bayar (probability of default) dari seluruh kelompok konsumen cukup akurat untuk memperhitungkan potensi kerugian yang terjadi dan metode

Disarankan kepada lansia untuk mengikuti kegiatan di Posyandu Lansia berupa penyuluhan hipertensi dan senam lansia, keluarga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh lama penyimpanan dan konsentrasi natrium benzoat pada suhu berbeda terhadap kadar vitamin C cabai

Untuk penyelesaian yang bersifat antisipatif telah diundangkan berbagai peraturan yang mengatur adanya perangkat hubungan industrial ini yaitu minimal adanya

Penelitian ini bertujuan pertama Mengetahui Toleransi Antar Umat Beragama Di SMA N 1 Bolangitang Barat kedua Bagaimana Upaya Guru PAI Dalam Menanamkan Nilai-Nilai