• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran dakwah dan pola kaderisasi K.H.Imam Zarkasyi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemikiran dakwah dan pola kaderisasi K.H.Imam Zarkasyi"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PEMIKIRAN DAKWAH DAN POLA

KADERISASI K.H. IMAM ZARKASYI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah clan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Deden Maull Darajat

l\ITI\1: 104051001746

PROGRAM STUD! KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Deden Mauli Darajat NIM: 104051001746

Di Bawah Bimbingan,

セ@

/

Dr. H.M. Idris Abd. Shomad, MA NIP: 150311326

PROGRAM STUD! KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIFHIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunkan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

(4)

DEDEN MAULi DARAJAT

Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi

Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada kebaikan, kepada kedamaian, juga kepada kesalehan baik secara individual maupun sosial. Se!!lin berd1\kwah, KH Imam Zarkasyi melakukan kaderisasi melalui Pesantren modern Gontor dan telah menciptakan insan-insan berkualitas, seperti Idham Khalid, Nurcholish Madjid, Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI), Dien Syamsuddin (Kenia Umum PP Muhammadiyah), Hayim Muzadi (Ketua Umum PBNU), H. Moh. Maftuh Basuni (Menteri Agama RI).

Dari uraian diatas, penulis ingin mengajukan pertayaan, bagaimana pemikiran dakwah KH Imam Zarkasyi? bagaimam1 pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi? Serta bagaimana hubungan pemikiran dakwah dan pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi?

Menurut DR. KH. Idham Khalid dalam buku Biografi KH Imam Zark!lsyi menyatakan bahwa kita tidak habis pikir bagaimana beliau mengatur waktu, tenaga, pikiran dan perhatiannya terhadap keluarga. Beliau telah menjadikan segala urusan dan kepentingan pondoknya di atas kepentingan pribadi dan keluarganya.

Dakwah artinya seruan, ajakan atau panggilan. Mendakwahkan suatu keyakinan artinya memrogandakan sesuatu keyakinan. Sedangkan dakwah islamiyah artinya menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima dan memercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam. Kader adalah orang yang dididik unn1k menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai atau organisasi. Sedangkan pola adalah model; contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja, dan kaderisasi adalah pelatihan atau penggemblengan untuk atau sebagai kader; pengkaderan.

Penelitian ini kualitatif deskriptif analisis berdasarkan data-data yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaj i. Studi ini dilakukan berdasarkan pada: pertama, penelitian kepustakaan (Library Research), Kedua, wawancara mendalam bersama orang terdekat almathum KH Imam Zarkasyi.

Pemikiran Dakwah menurut KH Imam Zarkasyi adalah usaha mengajak manusia ke jalan yang di ridhai oleh Allah SWT. Kaderisasi KH Imam Zarkasyi dibagi menjadi empat: (!) Kader Pemula, (2) Kader Menengah, (3) Kader Atas, dan ( 4) Kader Inti. Kederisasi yang dilakukan KH Imam Zarkasyi dengan beberapa pendekatan: (!) Pendekatan Manusiawi atau Pribadi, (2) Pendekatan Program, dan (3) Pendekatan Ideal. Hubungan antara pemikiran dakwah dan pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi adalah agar dakwah tidak berhenti saat da'i meninggal dunia, maka KH Imam Zarkasyi melakukan kaderisasi.

KH Imam Zarkasyi bukan hanya berdakwah dan menyusun strategi dakwah, namun KH Imam Zarkasyi lebih dari itu, ia menyiapkan sebanyak-banyaknya da'i untuk diterjunkan di mana saja dengan tujuan li'ilaii kalimati

(5)

MOTTO:

,, ,., " """" セ@ J. ! / -::,,, J. セ@ ,,,, ,, • -::,.,. ... .... ,, ,,

セェNIセャ@

l_y_,I (f.;ulj

セ@

1_,.,....1; (f.;u14UI

セェャN@

(6)

Skripsi ini penulis dedilrasikan kepada Manusia-manusia yang kuat,

Para pahlawanku: Kedua Orang tuaku,

Kyai-kyaiku, Ustadz-ustadzku,

Dosen-dosenku, Guru-guruku ..

Tanpa engkau semua, penulis bukan apa-apa ..

SEBUAH TUUSAN UNWK PARA PAHI.AWAN:

Pagi ittt emb1111 menyapa bttmi, dan E11gka11 ke/11arka11 aktt ke d1111ia ini

E11gka11 ajarkan ak11 berjalan Engkatt ajarkan aku berbicara Engkat1 ajarkan aku tentang 11ama-11ama

Berik11tnya,

E11gka11 ajarka11 ak11 membaca Engka11 ajarka11 aku menu/is

Selatijt1t11ya,

Engka11 ajarkan ak11 u11t11k menghapal E11gak11 ajarkan aku tmtuk memahami Engkau ajarkan aku u11t11k mere11u11g

Dan ... E11gka11 ajarka11 ak11

Te11tang dunia ... Bagik11,

Engkau adalah segalanya Jasan111 abadi Dalam lt1b11k hati ...

(7)

KATA PEN GANT AR

(':!='-)\

0=-)\

iii

1

セ@

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah swt, yang telah memberikan nikmat dan hidayahNya kepada manusia. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw, yang membuka lebar pintu peradaban Islam, dan kepada orang-orang yang setia mengikuti jejaknya.

Dengan ralunat Allah swt, penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terwujud dengan lancar. Semoga karya yang kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis. Penelitian dan penulisan ini, tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan, motivasi dan bantuan semua pihak. Penulis berterimakasih yang tak terhingga, kepada:

I. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Para Pembantu Rektor: Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Dr. Jamhari, MA, Prof. Dr. Amsal Bahtiar, MA, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, dan Dr. Sudamoto, MA.

2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan Para Pembantu Dekan: Dr. Murodi, MA, Dr. Arief Subhan, MA, Ors. Malunud Jalal, MA, dan Drs Studi Rizal, LK, MA.

3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Sekretaris Jurusan: Drs. Wahidin Saputra, M.Ag, dan Umi Musyarofah, M.Ag

4. Pembimbing skripsi, Dr. H. M. Idris Abd. Shomad, M.A., yang telah banyak membantu menyelesaikan skripsi ini.

5. Pimpinan Pondok Modem Darussalam Gontor: Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, KH Hasan Abdullah Saha! dan KH Syamsul Hadi Abdan, S.Ag.

(8)

atas masukannya yang sangat berharga.

8. Ayahanda dan Ibunda H. Ahmad Mahfudin dan Hj. Neneng Hasanah, yang biasa dipanggil Apa dan Mamah, yang mendidik penulis yang tak kenal lelah serta tanpa pamrih, dan memberi motivasi yang tak ternilai harganya. Kakak-kakakku: Teh In Rini Anita Riyanti, S.E, Aa KH Zaenal Arifin, Aa Tata Septayuda Purnama, S.S, my twin Dadan Maula Darmawan, S.Pd serta keponakan Muhammad Fawwaz Ibn Zein dan Nawwal Hilwa Syauqina.

9. Majlis Zikir Nurus-Solihin, Mama Maulana Akbar, Pak Abdullah, Pak Lukman, Pak Agus dan yang lainnya.

10. Staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, Perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta,' serta Perpustakaan Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo.

11. Sekretaris Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor: Ustadz Royyan Romdhoni, S.E.I, Ustadz Agus Santoso, S.E.I dan yang lainnya.

12. Para Penghuni Gedung ISID Al-Azhar (yang dipindah ke gedung Sudan): Ustadz. Shobri M. Rizal, S.Pd.I, Ustadz Munawir, S.E.I, Ustadz Abu Jihad Lillah, Ustadz Abdullah Syukron dan Ustadz Irsyadul Husni, terimakasih atas bantuan baik moril maupun materil selama penulis melakukan

'

penelitian dan penulisan skripsi ini. Wa bi/ al-khusus Ustadz H. Syarif Abadi (Ustadz senior PMDG) yang membimbing penulis selama di Gontor. Serta, rekan-rekan Asatidz alumni 2002 PMDG.

(9)

Widi (sighar), Sofi, AB Three, Bunga, Ratri, Pitriah, Eka, Farah, Lia, dan lain sebagainya.

14. Mamang-mamang dan Teteh-teteh HMB Jakarta: Mang Embay, Mang Sonhaji, Mang Didih, Teh Ita dan lain-lain, Orok-orok HMB Jakarta: Aldo Rintik, Nana Buluk, Pipin, Asep Buuk, Kamal Kuru, Sohib Bodak, Atu, Fifi, Ulfa, lyam, dan lain-lainnya.

15. Rekan-rekan Himpunan Mahasiswa Islam cabang Ciputat dan Komisariat Fakultas Dakwah: Elban, Erik, Pipit, Imen Kichex, Fahru, Arab, Iwenk, Syafaat, dan lain sebagainya.

16. Awak Redaksi Majalah Jeda: Muin, Anna, Tyas, Pia, Ade, Firman Syah, Desi, dan lain sebagainya, serta penerus yang masih semangat untuk tetap eksis.

17. Rekan-rekan Badan Eksekutif Mahasiswa FOK VIN Jakarta 2006-2007, Moko, Andi, Muin, Yudi Jenggot, Roni, Mumu, Dondon, Wahab, Muin, Indri, Sella, Alfi, Abel, dan lain sebagainya.

18. Rekan-rekan Badan EksekutifMahasiswa Jurusan KPI 2005-2006: Moko, Yudi Panjul, Dondon, Andi, Muin, Maheso, Tyas, Mila, Sela, dan lain sebagainya.

19. Rekan-rekan penyiar Radio Dakwah dan Komnikasi (RDK, 108 FM): Ihsan Mujahid, Anna, Sofi, Mila, Indri, dan lain sebagainya.

20. Adik-adik seperjuangan, di mana pun berada (Tetap semangat! Dan yakinlah bahwa kalian bisa ... Suatu saat nanti, kalian pasti akan mengerti akan semua im)

21. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan takzim penulis.

Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT untuk orang-orang yang begitu ikhlas membantu dalam penulisan skripsi ini agar diberikan kasih sayangNya yang sempurna. Jazakumullah Ahsana al-Jaza ' ...

Ciputat-Gontor, Januari-Maret 2008 Penulis,

(10)

KATA PENGANTAR ... .i

DAFTAR !81. ... .iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... ! B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Tinjauan Pustaka ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

A. Pengertian dan Tujuan Dakwah ... 15

B. Subjek, Objek dan Materi Dakwah ... 19

C. Metode Dakwah ... 20

1. Al-Hikmah ... 21

2. Al-Mau'idzah al-Hasanah ... 21

3. Al-Mujadalah bi al-Laty Hiya Ahsan ... 21

D. Media Dakwah ... 22

E. Pola Kaderisasi/Sumber Daya Manusia ... 22

I. Pengertian Kader dan Pola Kaderisasi ... .22

2. Orientasi Sumber Daya Manusia ... 24

3. Daya dan Potensi Sumber Daya Manusia ... 26

4. Tujuan Sumber Daya Manusia ... 26

BAB III PRO FIL KH IMAM ZARKASYI.. ... 29

A. Latar Belakang Keluarga ... 29

B. Riwayat Pendidikan ... .30

C. Karir KH Imam Zarkasyi.. ... .34

D. Karya Tulis KH Imam Zarkasyi.. ... 37

E. Mendirikan Pondok Modem Darussalam Gontor..: ... .38

(11)

2. Misi Pondok Modern Darussalam Gontor ... .39

3. Panca Jiwa Pondok Modern Darussalam Gontor ... 40

4. Motto Pondok Modern Darussalam Gontor ... .40

5. Panca Jangka Pondok Modern Darussalam Gontor ... 40

6. Orientasi Pondok Modern Darussalam Gontor ... .41

7. Sintesa Pondok Modern Darussalam Gontor ... .41

8. Falsafah Pondok Modern Darussalam Gontor ... .41

9. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada Guru dan Santri ... 42

10. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada Keluarga ... .43

11. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada Wali Santri. ... .43

12. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada Masyarakat ... .44

13. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada tokoh Masyarakat ... .44

14. Transformasi Ajaran Pondok Modern Darussalam Gontor kepada Pemerintah ... .44

15. Spesifikasi Pondok Modern Darussalam Gontor ... 45

16. Kualifikasi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor ... .45

F. Pengalaman Dakwah KH Imam Zarkasyi.. ... 46

1. Dakwah KH Imam Zarkasyi di Daerah Ponorogo dan Sekitarnya .... 46

2. Dakwah KH Imam Zarkasyi pada Warok atau Jawara Ponorogo ... 47

3. Pembentukan dan Pengiriman Da'i-da'i. ... .48

BAB IV HAS IL PENELITIAN ... 50

A. Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi.. ... 50

I. Aspek Pilosofis Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi ... 50

2. Kontekstualisasi Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi.. ... 52

3. Metode Dakwah Menurut Perspektif KH Imam Zarkasyi. ... 55

(12)

2. Pendekatan Sistem dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi.. ... 66 3. Pelaksanaan Sistem dan Nilai Pondok Modem Darussalam Gontor .. 69 C. Hubungan Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi..69 BAB VPENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71 B. Saran-saran ... 72 DAFTARPUSTAKA

(13)

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada kebaikan,

kepada kedamaian, juga kepada kesalehan baik secara individual maupun sosial. Dakwah bukan hanya merumuskan untuk kebahagiaan di akhirat saja, namunjuga demi kebahagiaan di dunia. Banyak ayat al-Qur'an yang memerintahkan manusia untuk menjadi lebih baik, berlaku adil dan penuh keseimbangan khususnya dalam

berdakwah. Diantaranya firrnan Allah SWT:

"Artinya: siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata: "sesungguhnya aku terrnasuk orang-orang yang berserah diri?" (Fushshilat:33)

Dakwah sangat penting dan sangat diperlukan oleh manusia. Oleh karena tanpa adanya dakwah manusia akan sesat. Berarti hidupnya menjadi tidak teratur dan kualitas kemanusiaanya merosot. Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan akhlak, nuraninya tertutup, menjadi egois, rakus, liar, binal,

(14)

"Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."

(An-Nahl: 125)1

Perubahan zaman adalah tantangan yang harus dihadapi. Perubahan zaman merupakan aspek yang dominan dalam metode dakwah. Setiap zaman nmemiliki karakteristik tersendiri dalam menyikapi zamannya. Kita tidak bisa menyampingkan globalisasi ataupun zaman modern saat ini dalam menerapkan

konsep dakwah sehingga kita dapat menggunakannya demi kemajuan dakwah. Islam selalu berusaha untuk membuka bagi segenap manusia pintu pengetahuan selebar-lebarnya sebelum Islam mengajak mereka menjadi kaum yang beriman. Sehingga, mereka akan menjadi mukmin dengan penuh kesadaran.2 Tujuan hidup ini adalah hanya untuk beribadah kepada Allah swt, sebagaimana firman-Nya:

1

Al-Qur'an dan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn 'Abd al 'Aziz al Sa'ud.

2

Muhammad Husain Fadhlullah, Melodologi Dakwah al-Qur'an; Pegangan bagi Para

(15)

3

"Artinya: Dan Alm tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki dari mereka rezeki dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh" (Adz-Dzaariyaat: 56-58)3

Dari ayat di atas, kita diperintahkan dalam hidup ini hanya untuk menyembah Allah SWT. Itulah tujuan hidup manusia. Bukanlah Allah swt 'menerima' sesuatu apa dari penyembahan seorang makhluk kepadaNya; dan Dia tidak menghendaki pemberian sesuatu apapun juga, Dialah Maha Pemberi; dan

segala makhluk menghajatkan pemberian segala sesuatu dari pada-Nya.

Menyembah Allah SWT, berarti memusatkan penyembahan kepada Allah swt semata-mata, dengan menjalani dan mengatur segala segi dan aspek kehidupan di dunia ini, lahir dan batin, sesuai dengan kehendak Ilahi, baik sebagai orang perorangan dalam hubungan dengan Khaliq, ataupun sebagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan sesama manusia.4

Para da'i adalah ahli waris para Nabi apabila mereka telah menunaikan kewajiban akan memperoleh pahala serta balasan yang baik dari Allah sesuai

keikhlasan mereka dalam berdakwah, seperti dalam surat al-Maidah ayat 67:

"Artinya: Hai Rasul, sampaikalah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu

3

Al-Qur'an dan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn 'Abd al 'Aziz al Sa'ud.

4

(16)

dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (al-Maidah: 67)5

Banyak yang beranggapan bahwa dakwah hanya dilakukan dari mimbar ke

mimbar6 juga dengan tema masalah fiqhiyah atau bagaimana seseorang beribadah

yang baik kepada Allah SWT, tanpa menghiraukan bagaimana seseorang dalam mencari natkahnya yang halal, atau dengan kata lain bagaimana seseorang akan dapat beribadah dengan baik di saat ia kelaparan.

Lebih banyak lagi ada yang beranggapan bahwa dakwah hanya dilihat dari permukaannya saja dan tidak dilihat secara mendasar. Padahal dakwah yang

mendasar itulah yang seharusnya benar-benar diperhatikan secara mendalam, apakah dakwah yang kita lakukan selama ini sudah tepat sesuai tantangan zaman? Masalah etos kerja selalu menjadi bahan pembahasan dalam setiap kesempatan pembicaraan tentang pembangunan.7 Secara umum, sumber daya da'i ideal adalah mereka yang memiliki keterampilan tertentu, memilik:i motivasi yang tinggi untuk mendayagunakan keterampilannya tersebut, dan mampu membangun dirinya baik secara jasmani maupun rohani, serta mampu mengaplikasikan dalam

kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu program pendidikan dan pengembangan manajemen bagi para da'i yang berdasarkan nilai-nilai Islam. 8

KH Imam Zarkasyi dikenal sebagai tokoh pendidikan. Pemikirannya tentang dunia pendidikan diakui dengan keberhasilannya mendirikan sebuah podok pesantren Gontor. Eksistensi sebuah lembaga pendidikan tidak dapat

5

Al-Qur'an clan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn 'Abd al 'Aziz al Sa'ud.

6

Ditegaskan oleh KH A. Syukri Zarkasyi, bahwa dakwah bukan sekadar dari mimbar ke mimbar, tapi dakwah itu harus komphrenship (wawancara pribadi 7 Februari 2008)

7

Nurcholish Madjid, Islam Doktrin don Peradaban; Sebuah Telaah Kritis tentang Masa/ah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta, 2000, cet.ke-4, hal.597.

8

(17)

5

dilepaskan dari tokoh-tokoh yang berhasil memperjuangkan eksistensi tersebut. Kebanyakan lembaga pendidikan pondok pesantren modern di Indonesia mengacu pada lembaga pendidikan pesantren modern Gontor yang didirikan KH Imam Zarkasyi. Ekistensi sebuah lembaga dapat dilihat dari para alumni yang telah

mengabdikan dirinya pada masyarakat.

Banyak buku yang ditulis langsung maupun tidak langsung oleh KH Imam

Zarkasyi, baik secara individu maupun kolektif. Secara langsung dapat kita temukan melalui buku-bukunya, sedangkan tidak langsung dapat kita temukan dalam tulisannya di berbagai media cetak baik buku, majalah, koran, yang ditulis dari kuliah, khutbah atau perkataan KH Imam Zarkasyi. Tulisan-tulisan tersebut merupakan buah basil pemikirannya, khususnya dalam dunia pendidikan. Pemikiran pendidikannya mengacu pada pengalamannya dalam mendidik dan mengasuh para santri dalam lembaga pendidikan pondok pesanten modem Gontor tersebut.

Pemikiran KH Imam Zarkasyi tentang pendidikan sangat diakui. Sebab lembaga pendidikan yang didirikannya telah menghasilkan produk-produk insan berkulitas. Dalam pendidikan berkualitas ala pesantren inilah terdapat nilai-nilai keislaman yang ditanamkan pada santrinya. Nilai-nilai keislaman tersebut

merupakan asas dalam dakwah. Dakwah merupakan mengajak manusia kepada jalan kebaikan yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Ada hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam, bahwa dalam lembaga pendidikan pondok pesantren pada hakikatnya adalah termasuk dakwah. Dakwah melalui pondok pesantren. Pemik:iran dakwah KH Imam Zarkasyi belum banyak

(18)

seorang pendidik, padahal KH Imam Zarkasyi dapat digolongkan sebagai da'i.

Aktivitas dakwah KH hnam Zarkasyi memang diawali dengan mendirikan

pesantren, yang kemudian dilajutkan lebih dalam dengan berdakwah yang Jebih

Juas, namun pemikirannya justru Jebih penting untuk diteliti Jebih dalam.

Seorang kiai atau pengasuh pondok pesantren mentransfer keilmuan

kepada para santrinya berasaskan pada al-Qur'an dan al-Hadith. Asas tersebut

merupakan asas yang harus dimiliki seluruh umat muslim. Asas atau dasar inilah

pula yang digunakan dalam berdakwah. Maka, ada kesamaan antara mendidik

dalam dunia pesantren yang berlandaskan al-Qur'an dan al-Hadith juga dalam

berdakwah yang berlandaskan al-Qur'an dan al-Hadith.

Pendidikan dan dakwah dipadukan dalam satu Jembaga yaitu lembaga

pendidikan pondok pesantren. Podok pesantren Gontor merupakan cikal bakal

dakwah KH Imam Zarkasyi. KH Imam Zarkasyi dengan Gontomya telah

menghasilkan banyak alumni yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Para

alumni tersebut tidak sedikit yang mengikuti jejak sang kyai dalam mendirikan

pesantren, juga sebagai alat dalam berdakwah di masyarakat yang lebih luas.

Konsep dakwah yang ditawarkan KH Imam Zarkasyi adalah konsep yang

menyentuh hati, perasaan dan pikiran untuk menjadikan manusia lebih baik serta

mampu berdakwah dan berjuang di mana pun ia terjun, walaupun harus ke

pelosok nusantara. KH Imam Zarkasyi tidak menawarkan metode dakwah yang

hanya memakai media mimbar tetapi menawarkan metode yang konkret dengan

mengkader santri agar menjadi pemimpin-pemimpin umat agar muncul generasi

(19)

7

Banyak para da'i dalam dakwahnya hanya memikirkan dirinya sendiri, namun setengah hati dalam merumuskan dan memikirkan umat serta berjuang

dengan segala daya upayanya. Disinilah KH Imam Zarkasyi berperan, menurut DR. KH. Idham Khalid dalam buku Biografi KH Imam Zarkasyi menyatakan bahwa kita tidak habis pikir bagaimana beliau mengatur waktu, tenaga, pikiran dan perhatiannya terhadap keluarga. Beliau telah menjadikan segala urusan dan

kepentingan pondoknya di atas kepentingan pribadi dan keluarganya.9

Dalam bermasyarakat dan berdakwah KH Imam Zarkasyi tidak pernah

melihat latar belakang organisasi kemasyarakatan seperti NU, Muhammadiyah dan lain sebagainya. Beliau lebih mengedepankan kedamaian di atas segala-galanya. Masalah khilafiyah atau perbedaan pandangan memang kerap terjadi kapan dan di mana pun, tetapi ha! tersebut bukan berarti sebuah hambatan dalam berdakwah melainkan dijadikannya sebagai motivasi untuk saling mengerti akan perbedaan yang akhirnya akan tercipta persatuan atau ukhuwah islamiyah.

Berpijak dari uraian diatas peneliti ingin mengadakan penelitian yang belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Penelitian ini berjudul

"Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi". Peneliti tertarik dengan judul ini, karena pemikiran dakwah dan pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi yang belum terungkap sebelumnya, padahal pemikiran dakwah dan pola kaderisasi merupakan konsep nyata yang sudah terealisasi dengan apik.

B. Pembatasan dan Pernmnsan Masalah

Banyak masalah yang dapat dibahas mengenai dakwah KH Imam Zarkasyi

antara lain tentang materi dakwah, metode dakwah, media dakwah dan lain-laian.

9

(20)

Dalam skripsi ini, penulis membatasi permasalahan pada Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi. Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:

I. Bagaimana Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi?

2. Bagaimana Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi?

3. Bagamana Hubungan Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi menurut KH Imam Zarkasyi?

C. Tujuan Penelitian

I. Untuk mengetahui Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi.

2. Untuk mengetahui Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi.

3. Untuk mengetahui Hubungan Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi

menurut KH Imam Zarkasyi.

D. Manfaat Penelitian:

I. Manfaat Akademis

Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah wawasan kajian tentang pemikiran. Khususnya mengenai pemikiran dakwah dan pola kaderisasi. Penelitian ini juga menambah variasi penelitian di bidang ilmu dakwah. Pemikiran dakwah adalah konsep dakwah yang bertujuan untuk menjadikan dakawah yng

lebih baik.

2. Manfaat Praktis

(21)

9

di Indonesia khususnya pemikiran dakwah KH Imam Zarkasyi, sehingga banyak referensi yang dapat dijadikan rujukan dalam berdakwah.

3. Manfaat Penulis

Penelitian ini diharapkan menambah khazanah ihnu pengetahuan penulis yang tidak pernah didapatkan dalam bangku kuliah.

E. Metodologi Penelitian

I. Paradigma Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, yaitu memperhitungkan posisi dan hubungan antara yang mengetahui (subjek) dengan yang diketahui (objek). Juga harus dipertimbangkan konteks sosial-budaya dan historisnya. Pengalaman mengenai fakta sosial-budaya merupakan suatu fakta

(realitas) akan tetapi realitas yang tidak dapat dilepaskan dari konteksnya. Sehingga masalah k:laim kebenaranya juga tetap memerlukan dasar empiris, namun tetap harus dinegosiasikan dengan 'fakta-fakta' khas/ uniknya.10

2. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah Kualitatif, penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.

Peneliti adalah integral dari data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, peneliti menjadi

instrument penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk

10

Akhyar YusufLubis, Dekonstruksi Epistemologi Modern, dari Posmodernisme, Toeri

(22)

digeneralisasikan. Desain penelitian dapat dibuat bersamaan atau sesudah riset.

Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan penelitian.11

Sedangkan tipe penelitiannya adalah deskriptif. Deskriptif hanyalah

memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Ciri lain dari metode

deskriptif adalah titik berat pada observasi dan ulasan alamiah (naturalistis

setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat.12

Tipe penelitian deskriptif tidak jarang melahirkan apa yang disebut Seltiz,

Wrightsman, dan Cook sebagi penelitian yang insighstimulating. Peneliti terjun ke

lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Peneliti tidak bermaksud

menguji teori sehingga perspektifuya tidak tersaring. Peneliti bebas mengamati

objeknya, menjelajah, dan menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan.

Penelitian deskriptif terus menerus mengalami reformulasi dan redireksi ketika

informasi-informasi baru ditemukan. Hipotesis tidak datang sebelum penelitian.

Hipotesis-hipotesis baru muncul dalam penelitian. 13

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah KH Imam Zarkasyi, sedangkan Objek

penelitian adalah Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi.

Penelitian dengan metode observasi biasanya dilakukan untuk melacak

secara sistematis dan langsung gejala-gejala yang terkait dengan

persoalan-11

Rachrnat Kriyanto, Teknik Prakiis Rise/ Komunikasi, Kencana Prenada Group, Jakarta,

2007, cet. Ke-2 hal.59

12

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitan Komunikasi, Penerbit Rosdakarya, Bandung, 2002, cet. Ke-11, hal.24-25

13

(23)

11

persoalan sosial, politis, dan cultural masyarakat. Di sini, kata 'langsung' memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian-kejadian di

lokasi.14

Dalam penelitian ini peneliti terns menerus melakukan pengamatan secara

seksama sambil berimprovisasi, mengatasi persoalan demi persoalan yang ditemui, mungkin dengan menggunakan taktik-taktik tertentu, namun tetap berpegang pada strategi-strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan penelitian.15

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara peneliti-seorang yang berharap

mendapatkan informasi-dan informan-seorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek. Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.16 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA.-putera pertama KH Imam Zarkasyi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan

dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode observasi dan wawancara sering dilengkapi dengan kegiatan penelusuran dokumentasi. Tujuannya untuk

mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat, 17 melalui buku-buku,

14

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS, Yogyakarta, 2007, cet.ke-1, hal. ll l.

15

Ibid, hal. 112.

16

Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Rise/ Komunikasi, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2007, cet. Ke-2 hal.96

17

(24)

makalah-makalah dan rekaman yang berhubungan dengan judul yang penulis

angkat.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah deskriptif interpretatif.

Pada tahap analisis data peneliti 'membaca' data melalui proses pengkodingan

data sehingga mempunyai makna. Proses pengkodian ini mencakup proses

mengatur data, mengorganisasikan data ke dalam suatu pola kategori. Maleong

mendefinisikan analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Sedangkan interpretasi data adalah memberikan arti yang signifikan terhadap

analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara

dimensi-dimensi uraian.18

6. Keterbatasan Penelitian

Dalam penenelitian ini peneliti tidak dapat terhindar dari adanya

subjektivitas peneliti. Sebab penelitian ini deskriptif interpretatis, dimana peneliti

menjadi penentu alur penelitian ini. Walaupun demikian, peneliti berusaha

seobjektif mungkin untuk menghasilkan penelitian yang optimal.

7. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini bertempat di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Pondok Modem Darussalam Gontor, Ponorogo.

Sedangkan waktu penelitian bulan Januari hinga Maret 2008.

8. Teknik Penulisan

18

(25)

13

Penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku Pedoman Penulisan Karya

Jlmiah (skripsi, tesis, desertasi) Hamid dkk., Ceqda, Universitas Islam Negeri

SyarifHidayatullah Jakarta 2007 eel. Ke-2.

F. Tinjauan Pustaka

Setelah saya mengadakan penelitian di perpustakaan utama Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

perpustakaan lainnya, saya menemukan:

I. Pemikiran KH Imam Zarkasyi: Praksisnya pada Pondok Modern Gontor. Karya Hery Noer Aly bin Sanusa, disertasi Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Disertasi ini lebih menerangkan pemikiran KH Imam Zarkasyi tentang pendidikannya juga praksisnya di dunia pendidikan. Disertasi ini ditulis diajukan untuk meraih gelar doktor di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Pemikiran Keagamaan KH Imam Zarkasyi dan Relevansinya dengan Praksis Pendidikan. Karya Supriyadi Ahmad, disertasi Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Disertasi ini lebih menerangkan pemikiran keagamaan KH Imam Zarkasyi khususnya dalam bidang akidah atau teologi Islam juga relevansinyadalam dunia pendidikan. Disertasi ini ditulis diajukan untuk meraih gelar doktor

di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(26)

Zarkasyi Pondok Modern Gontor Ponorogo, 1996. Buku ini menerangkan tentang biografi KH Imam Zarkasyi, yang bisadisebut perjalanan hidup

KH Imam Zarkasyi dari lahir hingga wafatnya.

Dari ketiga karya pustaka di atas dan karya-karya lainnya belum ada yang

lebih konsentrasi pada pemikiran dakwah dan pola kaderisasi. Sedangkan skripsi yang penulis tulis, berbeda dengan judul-judul di atas karena isi skripsi ini lebih

menekankan pada pemikiran dakwah dan pola kaderisasi KH Imam Zarkasyi.

G. Sistematika Pennlisan

Skripsi ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,

Tinjauan Pustaka dan Sitematika Penulisan.

BAB II Kerangka Pemikiran menjelaskan tentang Pengertian dan Tujuan Dakwah, Subjek, Objek dan Materi Dakwah, Metode Dakwah, Media Dakwah dan Pola Kaderisasi.

BAB III Profil KH Imam Zarkasyi, menjelsakan tentang Latar Belakang

Keluarga, Riwayat Pendidikan, Karir KH Imam Zarkasyi, Karya-karya Tulis KH Imam Zarkasyi, Mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor dan Pengalaman Dakwah KH Imam Zarkasyi

BAB IV Menjelaskan tentang Hasil Penelitian yang berisi Pemikiran Dakwah KH Imam Zarkasyi, Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi, Hubungan Pemikiran Dakwah dan Pola Kaderisasi KH Imam Zarkasyi.

(27)

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

A. Pengertian dan Tujuan Dakwah

Secara etimologi kata dakwah sebagai bentuk masdar dari kata da'a (fi'il

madhi) yad'u (fiil mudhari') da'watan (masdar) yang artinya adalah memanggil,

mengundang, membujuk, menyeru, mendorong, dan memohon.1 Dakwah artinya

seruan, ajakan atau panggilan. Mendakwahkan suatu keyakinan artinya

memrogandakan sesuatu keyakinan. Sedangkan dakwah Islamiyah artinya

menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar

menerima dan memercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam.2

Sedangkan definisi ilmu dakwah secara umum adalah suatu ilmu

pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan bagaimana menarik perhatian

manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat,

pekerjaan tertentu. Adapun definisi ilmu dakwah menurut Islam adalah ilmu yang

berisi cara-cara mengajak manusia dengan secara bijaksana kepada jalan yang

benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan

mereka di dunia dan di akhirat.3

Ada juga yang berpendapat bahawa dakwah adalah suatu proses upaya

mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam,

atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-Islam. Sedangkan ilmu

dakwah adalah pengetahuan tentang proses upaya mengajak manusia ke jalan

1

Narson Munawir, Kamus 。ャセmオョ。キゥイL@ Pustaka Progresif, Pustaka Progresif,

Yogyakarta, 1994, hal.439

2 KH M. Isa Anshfil')', Miifahid Dakwah, CV Dipendogoro, Bandung, cet.ke-JV, 1991,

hal.J7

3

(28)

Allah SWT atau Islam yang tersusun secara sistematis, logis, hasil pemikiran

manusia dan objektif.4

Definisi dakwah menurut pandangan beberapa pakar ilmuwan lainnya adalah sebagai berikut:5

1. Pendapat Bahi al Khauli, dakwah adalah satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.

2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, bahwa dakwah adalah mengajak manusia

untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa amar ma'ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam.

Pemikiran adalah pengetahuan manusia yang bermula dari pengalaman-pengalaman konkret, pengalaman-pengalaman sensitive-rasional: fakta, objek-objek,

kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang dilihat atau dialami. Tetapi akal tidak puas hanya mengetahu fakta saja. Akal ingin mengerti mengapa sesuatu itu demikian adanya. Maka manusia bertanya terns dan mencari bagaimana hal-hal yang diketahui itu saling berhubungan satu dan lainnya, hubungan apa yang terdapat antara gejala-gejala yang dialami. 6

4

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian I/mu Dakwah, Logos, Ciputat, Cet.ke-1, 1997, hal.31

'H Munzier Suparta, H Harjani Hefui, (editor), 2006, Metode Dakwah, Rahmat Semesta, Prenada Media, Jakarta, Cet.ke-2, hal.7

6

(29)

17

Jadi, pemikiran dak:wah adalah pengetahuan manusia tentang

konseptualisasi dan rancangan untuk melaksanakan dakwah yang bermula dari pengalaman-pengalaman atau kejadian-kejadian yang diamati. Pengalaman-pengalaman dari kejadian-kejadian dak:wah tersebut direnungkan daitarik 'benang

merahnya' untuk dijadikan acuan dalam berdak:wah.

Pada tataran praktis dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga unsur, yaitu: penyampaian pesan, informasi yang disampaikan dan penerima pesan.7

Sedangkan tujuan dakwah Islam dapat disimpulkan sebagai berikut: I. Pembebasan dari pelbagai perbudakan:

a. Pembebasan dari perbudakan. b. Pembebasan dari kemiskinan

c. Pembebasan dari kebekuan

2. Mencapai keseimbangan antara materil dan spritual. 3. Jihad

ft

sabilillah.

4. Pembentukan umat yang bersatu padu.

Tujuan-tujuan tersebut dapat dipahami secara implicit dari Q.S al-Baqarah ayat 177:

-: .J. ,,. ,.. ,, ,,. "'"' ,, -;; ,.,, ,,. "'"" ,,. ,,. ,.. ,,.,.,, ,,. セBGBBG@ ,,,,,,

」Nsセセ@

セセ@

:fa-

JWI

Jl;j

NNZZLセセᄋ@

lij p l j

セ@

C

.

/1. llj

_};

.

'91

""'°_j;Jlj

,,.t ,,. ,.,, ,.. - ,.,. ,,, -;>.... "'"" ,,.,,,, ,,. .J,,,,.,.

;.1J1· ___,1J·11

J ..

'-!

セ@ ᄋセ@ セ@

..

.1

.L!J1·

J セ@ 1

"I\

(i.J セ@

セj@セ@

<,

..

セ@

.>w

- J .___):]""'

· ,

•I\

7

(30)

0 ; . ,

セエZNwt@

J

セセtェ@

iJ¥

ャセェ@ セ⦅L⦅ァ[j@

,--:-));JTj ajbjll

jャ[ェ。jャセャt@

"Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabilaia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa". (al-Baqarah: 177)8

Menurut Prof. M. Mustafa Atha tujuan dakwah Rasulullah adalah untuk mengembalikan harga diri bangsa Arab (saat itu Rasulullah SAW memang mengembalikan harga diri bangsa Arab tetapi hakikatnya dakwah beliau bertujuan untuk mengembalikan harga diri manusia) dan mengingatkan mereka terhadap kedudukan mereka di tengah umat manusia ini adalah menjadi bangsa yang

terbaik yang mempunyai akhlak yang mulia.9 Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Ali Imron ayat I 0:

"Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah" (Ali Imran: 110)

8

Al-Qur'an dan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn 'Abd al 'Aziz al Sa'ud.

9

Muhammad Mustafa Atha, Sejarah Dakwah Islam, Alih bahasa: Asywadie Syukur, PT Bina Ilmu, Surabaya, cet.ke-1, 1982, hal.70 (saat itu Rasulullah Saw memang mengembalikan harga diri bangsa Arab tetapi hakikatnya dakwah beliau bertujuan untuk mengembalikan harga diri

(31)

21

Dari ayat tersebut di atas dapat diam bi! pemahaman bahwa uslub (metode)

dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu: 13

1. Al-Hikmah

Kata hikmah sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu

suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu

melaksanakan apa yang didakwahkan, atau kemauannya sendiri, tanpa konflik maupun rasa tertekan.

Dengan kata lain bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan atas dasar persuasif. Karena dakwah tertumpu pada human oriented, maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada pihak-pihak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama

adalah bersifat informatif.

2. Al-Mau'izhah Al-Hasanah

Nasehat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, enak didengar, menyentuh perasaan, lurus pikiran, menghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci/menyebut

kesalahan audience schingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah.

3. Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan

Al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan

13

(32)

menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.

D. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan atau sarana yang dipergunakan untuk

menyampaikan materi dakwah. Media atau sarana dakwah disebut dalam bahasa Arab Wasilah ad-Da'wah. Pada zaman modem umpamanya: televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar, mimbar, dan lain sebagainya.

E. Pola Kaderisasi I Sumber Daya Mauusia

1. Pengertian Kader dan Pola Kaderisasi

Kader dalam Kamus Ilmiah Populel4 adalah orang yang dididik untuk

menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai atau organisasi; tunas muda dan dalam Kamus Jnduk Jstilah Ilmiah Seri Intelektua/15 disebut bahwa kader adalah generasi penerus atau pewaris di masa depan ( dalam organisasi, pemerintahan atau partai politik).

Sedangkan pola dalam Kamus Ilmiah Populer adalah model; contoh; pedoman (rancangan); dasar kerja16• Sedangkan Kaderisasi dalam Kamus Induk

Istilah Ilmiah Seri Intelektual adalah pelatihan atau penggemblengan untuk atau sebagai kader; pengkaderan 17•

14

Pius A. Partanto, M. Dahlan A-Barry, Kamus Jlmiah Populer, Aikola, Surabaya, 1994, hal.293-294.

15

M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah; Seri Inte/ektual, Target Press, Surabaya, 2003, ha!. 349.

16

Pius A. Partanto, M. Dahlan A-Barry, Kamus Jlmiah Populer, Aikola, Surabaya, 1994, hal.605.

17

(33)

23

Dari penjelasa di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pola kaderisasi

adalah model atau pedoman yang disusun dalam rangka menghasilkan kader-kader yang berkualitas atau generasi penerus atau pewaris di masa depan dalam

melanjutkan eksistensi sebua organisasi, lembaga atau politik ..

Her Kelleher, CEO Southwest Airlines Company (pemimpin no.I Fortune dalam Bisnis Amerika) dalam buku manajemen sumber daya manusia menyatakan bahwa orang-orang yang bekerja disini tidak menganggap Southwest

sebagai bisnis, mereka menganggapnya sebagai perjuangan suci.18

Dalam buku yang sama, Robert J. Gaton, CEO, Chrylor Corp., menyatakan bahwa kami bukanlah pemimpin dalam hal-hal ini. Satu-satunya cara

kami untuk dapat berkompetisi adalah dengan menggunakan manusia. Budaya anda dan bagaimana anda memotivasi serta memberdayakan dan mendidik karyawan anda merupakan ha! yang dapat membuahkan basil yang mengagumkan.

Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam organisasi adalah manusia.

la merupakan aset termahal dan terpenting. Manusia ibarat urat nadi kehidupan dari sebuah organisasi, karena eksistensi sebuah organisasi ditentukan oleh faktor manusia yang mendukungnya.19

Sumber daya manusia (human resources) dapat diklasifikasi menjadi dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia (populasi penduduk) yang sangat penting kontribusinya. Sedangkan

aspek kualitas menyangkut mutu dari sumber daya manusia yang berkaitan

18

Schuler, Randell S., Jackson, Susan E., 1997, Manajemen Sumber Daya Ma=ia Menghad'!f.i Abad ke-21 Edisi Enam Ji/id 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, jal.J

1

(34)

dengan kemampuan fisik maupun kemampuan nonfisik (kecerdasan non mental)

yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir, dan keterampilan-keterampilan

lainnya.

Pola kaderisasi sangat erat kaitannya dengan sumber daya manusia.

Karena dalam pola kaderisasi sumber utamanya adalah manusia. Maka sumber

daya manusia mutlak diperlukan ketika berbicara tentang kaderisasi.

Dalam perspektif Islam, pengembangan sumber daya manusia mempakan

suatu kehamsan. Artinya, Islam sangat peduli terhadap peningkatan harkat dan

martabat manusia, karena dalam Islam manusia berada pada posisi yang

terhormat.20 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Isra' ayat 70:

"Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang semriuma atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (al-Isra' : 70) 1

2. Orientasi Sumber Daya Manusia

Secara umum pengembangan sumber daya manusia hams berorientasi

pada pendekatan diri kepada Allah SWT. Dimana ada beberapa parameter yang

hams diperhatikan sebagai sebuah mmusan dalam menyiapkan sumber daya

manusia yang produktif, yaitu:

20

M. Munir, dan Wahyu llaihi, Manajemen Dakwah, Rahamat Semesta, Prenada Media, Kencana, Jakarta, 2006, cet.ke-1, hal.188-189.

21

Al-Qur'an dan Terjemahnya, hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd

(35)

25

a. Peningkatan kualitas iman dan takwa. b. Peningkatan kualitas hidup.

c. Peningkatan kualitas kerja.

d. Peningkatan kualitas karya. e. Peningkatan kualitas pikir.

Manajemen sumber daya manusia mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan sumber daya manusia yang baik yang berada dalam hubungan kerja maupun yang berusaha sendiri.22

Menurut Maslow, pada hakikatnya pengembangan sumber daya manusia baik secara makro maupun mikro merupakan upaya untuk merealisasikan semua

kebutuhan manusia. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang secara naluri ingin hidup berkelompok.

Manifestasi dari kehidupan kelompok ini antara lain munculnya organisasi-organisasi atau lembaga dalam masyarakat.

Sementara itu secara alami dalam diri manusia telah dibekali berupa potensi serta daya yang dapat dibangun dan dikembangkan. Potensi tersebut dalam al-Qur'an terdapat dalam surat Ali lmran: 31

"Artinya: Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah. Ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

22

(36)

3. Daya dan Potensi Snmber Daya Manusia23

Adapun daya dan potensi manusia tersebut meliputi:

a. Daya tubuh yang memungkinkan manusia memiliki ketrampilan dan

kemampuan secara teknis.

b. Daya moral yang memungkinkan manusia memilild kemampuan moral, etika, dan estetika untuk berimajinasi dan merasakan kebesaran Ilahi.

c. Daya aka! yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.

d. Daya hidup yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempertahankan hidup, dan menghadapi tantangan.

Dari keempat potensi tersebut apabila dibangun dan dikembangkan secara optimal dan seimbang akan meajadi sebuah aset dakwah yang sangat besar dalam rangka penyediaan sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas.

4. Tujuan Sumber Daya Mauusia

Dari sini dapat dibangun sebuah tujuan secara jasmani dan rohani bagi para penggerak dakwah. Adapun tujuan tersebut meliputi:

a. Tujuan Pembangunan (Jasmani)

Berdasarkan fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi, maka ia akan berperan sebagai pribadi yang akan selalu berinteraksi dengan Jingkungan sekitarnya, karena manusia dibekali dengan kekuatan jasmani.

b. Tujuan Pembangunan Rohani (Spiritual)

23

Basir Barthos, Manajemen Su1nber Daya Manusia, Suatu Pendekatan Makro, Penerbit

(37)

27

Apabila dikaitkan dengan kehiduan sosial, ekonomi, politik dan budaya

secara luas, maka pembangunan sumber daya manusia adalah membantu orang ke arah kehidupan yang lebih sejahtera dan mengurangi ikatannya dengan tradisi. Secara umum pengembangau sumber daya manusia itu dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menyediakan kesempatan kerja yang lebih luas bagi tenaga kerja yang tidak dimanfaatkan atau yang kurang

dimanfaatkan.

Menurut Islam, pengembangan sumber daya manusia adalah dimaksudkan untuk membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan kbalifahNya untuk membangun dan memakmurkan dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah swt.

Konsep tersebut didasarkan pada pandangan, bahwa manusia dalam Islam adalah sebagai Khalifah Allah di muka bumi, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah: 30, Firman Allah SWT:

(38)

Adapun tujuan pengembangan sumber daya manusia menurut Islam adalah membentuk manusia yang bertakwa kepada Allah sw. Kata 'takwa' dalam

al-Qur'an mencakup segala bentuk dan tingkatan kebajikan. Ia merupakan wasiat Allah SWT kepada seluruh makhluk dengan berbagai tingkatan sejak nabi hingga

orang awam.24

24

M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Raharnat Semesta, Prenada Media,

(39)

BABIII

PROFIL KH IMAM ZARKASYI

A. Latar Belakang Kelnarga

Imam Zarkasyi lahir pada tanggal 21 Maret 1910 di desa Gontor, Mlarak,

12 km tenggara Ponorogo. Ia memiliki hubungan langsung dengan Sultan Kasepuhan Cirebon. Bapaknya, Raden Santoso Anom Besari, adalah keturunan keenam Kasepuhan Cirebon, sementara ibunya, Rr. Sudarmi, adalah keturunan Surodiningrat, yang waktu itu Bupati Madiun1•

Imam Zarkasyi adalah putra bungsu Raden Santoso Anom Besari.

Kakaknya enam orang, tiga laki-laki dan tiga perempuan. Keeuam saudaranya adalah RH Raclunat Soekarno, R. Ngt. Sumiyah Hardjodipuro, R.Ngt. Sukatmi Ibnu Hajar Imam Besari, R. Ngt. Sumilah Imam Ngulama, RH Ahmad Saha! dan RH Zainuddin Fanani.

Masa kanak-kanak Imam Zarkasyi bukanlah masa yang menyenangkan. Ia lahir dan dibesarkan pada zaman penjajahan. Meski tergolong berasal dari keluarga berada, namun saat sulit dia terpaksa maka sawut (parutan singkong

yang dimasak) agar dapat mondok dan bersekolah. Dalam usia sepuluh tahun, Imam Zarkasyi sudah menjadi anak yatim, saat pondok Gontor belum memiliki

generasi penerus. Ayahnya satu-satunya orang yang menjadi figure dalam keluarga dan masyarakat setempat telah meninggalkan mereka. Duka belum

1

(40)

seluruhnya hilang, dua tahun kemudian sang ibu tercinta menyusul menghadap

Ilahi.2

B. Riwayat Pendidikan3

Kehidupan ekonomi keluarga yang prihatin tidak melemahkan minat

belajar Imam Zarkasyi, yang sejak masa kanak-kanak, sejalan dengan harapan

keluarga, sudah memiliki obsesi kuat untuk belajar agama. Sejak masa belajar,

tampaknya Imam Zarkasyi sudah memiliki semboyan "biar kalah dalam

kebendaan, tapi tidak boleh kalah dalam pelajaran.4

Sesuai dengan pesan dan wasiat ibunya bahwa 'kamu harus menjadi alim

dan saleh', Imam Zarkasyi mulai mondok (belajardi pondok pesantren) dan

sekolah pada usia kurang lebih 10 tahun. Ia sekolah Sekolah Desa yang terletak di

Desa Nglumpang, desa sebelah timur Gontor, satu-satunya sekolah di daerah

Gontor dan sekitarnya.

Untuk dapat sekolah dan mondok, Imam Zarkasyi memilih mondok di

Joresan, pimpinan Kyai Syarif, seorang faqih, seperti kedua kakaknya. Kegiatan

mengaji kitab di pondok ini dapat diikuti Imam Zarkasyi dengan memanfaatkan

waktu di luar jam belajar di Sekolah Desa. Sebab, seperti umumnya pondok

pesantren, waktu belajar berlangsung sore dan malam hari, sehingga kegiatan

membaca ekstra itu tidak menggangu masabelajar disekolah paginya.

2

"KR Imam Zarkasyi, Pencetus Sistem Pendidikan di Bumi Gontor" Majalah Hidayah, April 2006, Edisi 57, hal.117.

3

Nur Hadi Ihsan, Muhammad Akrimul Hakim dan Ahmad Hasan Al-Banna, Profil Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur Indonesia, Penerbit Pondok Modem Darussalam Gontor, Edisi ke-2, 2006, hal.83-85

4 "KR Imam Zarkasyi, Pencetus Sistem Pendidikan di Bumi Gontor" Majalah Hidayah,

(41)

31

Di pondok ini, Imam Zarkasyi mengaji kitab-kitab Ta'limu al-Muta'allim,

as-Sullam, Safinatun-Najah, dan Taqrib, di bawah bimbngan Kyai Anwar dan

Kyai Syarif. Selama mondok, Imam Zarkasyi banyak dikenal oleh para santri di

pondok itu, selain karena masih keluarga Kyai, karena para Kyai di Pondok

Joresan masih keturunan Tegalsari. Imam Zarkasyi adalah santri yang pandai

membaca kitab, sehingga disebut santrijegeg (Jawa: hebat.).5

Setelah menyelesaikan Sekolah Desa selama tiga tahun, di tahun 1922

Imam Zarkasyi melanjutkan studinya ke Sekolah Ongko Loro6 di Jetis, satu

kilometer sebelah barat Desa Tegalsari. Samaseperti ketika di Sekolah Desa,

sambil sekolah di pagi hari, di sore harinya Imam Zarkasyi mondok di Pondok

Pesaren Josari di bawah bimbingan Kyai Mansur. Pelajaran utama di pondok ini

adalah Tauhid, selain Khatmu al-Qur'an (membaca a!Qur'an sampai tamat),

Barzanji dan Khitabah.

Setelah menyelesaikan belajarnya di Sekolah Ongko Loro dan Pondok

Josari, Imam Zarkasyi berencana melaajutkan pelajarannya ke Solo. Pada tahun

1925, dalam usia 15 tahun, Imam Zarkasyi berangkat ke Solo. Ia mendaftarkan diri di tiga lembag pendidikan Islam yang sudah direncanakan. Pertama, ia

mondokdi Pesantren Jamsaren, tempat ia mengaji kitab di malam hari; kedua, di

5

Ibid, ha!. 19

6

(42)

Madrasah Arabiyah Islamiyah, tempat ia bersekolah di pagihari; dan ketiga, ia belajardi Madrasah Manbaul Umum di sore hari.7

Adapun kitab-kitab yang dipelajari di Pondok Pesntren Jamsaren ini,

antara lain kitab Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Fathul Wahab, al-Hikam, Ihya 'Ulumuddin,, Tafeir al-Jalalain, Sajinatun-Najah, dan Qira 'at Syatibi. Imam Zarkasyi mondok di pesantren ini tidak lebih dari tiga tahun. Meskipun demikian,

banyak ilmu dan pengalaman ditimbanya darinya.

Belajar di Madrash Arabiyah (1925-1928) bagi Imam Zarkasyi merupakan pengalaman yang sangat penting di kota Solo, terutama melalui pengalaman belajamya dengan seorang guru bemam Mohammad Oemar al-Hasyimi, alumnus

Universitas Zaitun, Tunis, seorang guru al-Irsyad yang sezaman dengan Syeikh Ahmad Surkati al-Anshari.

Di Madrasah Manbaul Ulum, Imam Zarkasyi belajar mulai kelas lima hingga kelas tujuh (tingkat Tsanawiyah). Madrasah ini, dibanding pesantren, relatif lebih modem. Di sini diterapkan sestem klasikal. Murid-murid dibagi dalam kelaskelas dan pada kurun tertentu diselenggarakan ujian. Namun, materi yang diajarkan adalah kitab-kitab yang samadengan kitab-kitab di pesantren.8

Lima tahun lamanya KH Imam Zarkasyi menuntutilmu di kota Solo (1925-1930). Masa selama itu benar-benar dimanfaatkannya seoptimal mungkin untuk menimba ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya. Ketekunannya itu

7 11KH Imam Zarkasyi, Pencetus Sistem Pendidikan di Bumi Gontor" Majalah Hidayah,

April 2006, Edisi 57, hal. 23.

8

(43)

33

membuat Ustadz al-Hasyimi yang berpikiran maju memandangnya sebagai

seorang pemuda yang potensial.

Sebenarnya setelah selesai belajar di Solo, KH Imam Zarkasyi mendapat

tawaran untuk belajar di Mesir, tetapi nasib belum baik, ia tergeser oleh calon lain

dari keturunan Arab. Karena tidak jadi belajar ke Mesir, ia mencari jalan lain,

yaitu mencari guru yang pernah belajar di Mesir. Untuk itu al-Hasyimi

menyarankan kepadanya untuk melanjutkan studi ke Padang Panjang, Sumatera

Bara!. Di daerah ini telah banyak ulama lulusan Mesir.9

Di penghujung abad ke-19, Sumatera Bara! merupakan pintu gerbang masuknya gerakan salaf dan pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia. Banyak

sekolah didirikan untuk mendukung pembaharuan tersebut. Di padang panjang,

sekolah yang pertama-tama dimasuki oleh KH Imam Zarkasyi adalah Sumatra

Thawalib School. Lembaga pendidikan ini pada mulanya adalah sebuah surau

yang didirikan pada tahun 1914. Surau yang menjalankan pendidikan tradisonal

ini kemudian diperbaharui pada tahun 1921 dan dipimpin oleh Syaikh Abdul

Karim Amrullah, yang lebih dikenal dengan julukan Haji Rasul. Masa belajar

sekolah ini 7 tahun, terdiri atas 4 tahun tingkat Ibtidaiyah dan 3 tahun tingkat

Tsanawiyah. KH Imam Zarkasyi langsung duduk di kelas VI (kelas II

Tsanwiyah), dan berhasil menamatkan pelajarannya dengan baik dalam waktu 2

tahun yakni 1930-1932.10

9

Ibid, hal. 29

(44)

Setelah lulus dari Thawalib School, KH Imam Zarkasyi melanjutkan

pendidikannya di Normal Islam School (Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah) tahun 1932-1935. Sekolah ini didirikan oleh Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI)

di Padang pada tanggal 1 April 1931 dan dipimpin oleh Mahmud Yunus. Dari Ustadz Mahmud Yunus, KH Imam Zarkasyi mempelajari beberapa ilmu, khususnya bahasa Arab.

Salah satu keistimewaan Normal Islam School adalah guru-gurunya

banyak lulusan Mesir, mereka antara lain dari Universitas al-Azhar, Darul Umum,

dan Jami'ah Mashriyah (Universitas Kairo). Di samping Ustadz Mahmud Yunus sendiri, lulusan Mesir lainnya adalah Ustadz Muchtar Yahya dan Ustadz M. Qasim Bakri. 11 .

KH Imam Zarkasyi termasuk murid kesayangan Ustadz Mahmud Yunus. KH imam Zarkasyi kurang begitu berminat kepada masalah-masalah politik. Perhatiannya lebih banyak dicurahkan kepada masalah-masalah pemngembangan

pendidikan dan dakwah.12 C. Karir KH Imam Zarkasyi

1. Pada tahun 1935 setelah menyelesaikan jenjang pendidikan di Kweekschool Islam Padang Panjang beliau dipercaya menjadi guru dan direktur di perguran tersebut.

2. Setahun kemudian kembali ke Gontor dan bersama kakaknya mendirikan KM! di Pondok Modern Darussalam Gontor dan beliau menjadi direkturnya, pada tahun 1936.

lllbid, ha!. 30

(45)

35

3. Kepala Kantor Agama Karesidenan Madiun, tahun 1943.

4. Seksi Pendidikan pada Kementrian Agama, tahun 1946.

5. Ketua PB Persatuan Guru Islam Indonesia (PGII) tahun 1948-1955, selanjutnya tetap menjadi penasehatnya hingga akhir.

6. Kepala Bagian Perencanaan Pendidikan Agama pada sekolah dasar di Kementrian Agama, tahun 1951-1953.

7. Kepala Dewan Pengawas Pendidikan Agama pada tahun 1953.

8. Anggota Badan Perencanaan Peraturan Pokok Pendidikan pada

Kementrian Pendidikan Swasta tahun 1957.

9. Anggota Dewan Perancang Nasional (Deppemas), tahun 1959 diangkat langsung oleh Presiden Soekamo.

10. Anggota Komite Penelitian Pendidikan.

11. Ketua Majelis Pertimbangan Pendidikan dan Pengajaran Agama (MP3A) hingga wafatnya.

12. Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. 13. Direktur KMI Pondok Modem Darussaam Gontor 1935-1985

14. Pj. Rektor IPD hingga berpulang ke rahmatullah pada tahun 1985. Dalam kancah Intemasional:

15. Anggota Delegasi Indonesia dalam peninjauan ke Negara-negara Uni Sovyet tahun tahun 1962.

16. Wakil Indonesia dalam Mu'tamar Majma' a/-Buhuts al-Is/amiyah

(46)

Pada tanggal 30 April 1985 pukul 21.00 beliau meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Madiun dengan meninggalkan seorang istri dan 11 orang putera

puteri. Y aitu:

I.

Dr.

KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA (Alumni al-Azhar Cairo dan salah seorang Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor),

2. Hj. Siti Khuriyyah Subakir (Alumni Muallimat Muhammadiyah Y ogyakarta ),

3. Hj. Dra. Siti Rosyidah (Alumni IKIP Yogyakarta), guru SMA-SPG Negeri Ponorogo, Dosen ISID Gontor,

4. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, MA (Alumni Darul Ulum Cairo, Pudek I

Fakultas Ushuluddin ISID Gontor),

5. Dra. Hj. Annisah Fatimah Tijani (Alumni IAIN Sunan Kalijogo, Direktris Muallimat Al Amin Madura),

6. Siti Farid Ismail (Alumni PKU Muhammadiyah Alumni PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Bidan SRSU Ponorogo),

7. Dra. Maimunah Alamsyah (Alumni IAIN Sunan Ampel, Dosen STIE Banjarmasin),

8. DR. H. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA (Alumni College University of the Punjab Pakistan, Pengasuh Pondok Puteri Mantingan, Dosen ISID Gontor),

(47)

37

10. Drs. Nasrullah Zainul Muttaqin (Alumni SA SD A YA UGM Y ogyakarta, Dosen ISID Gontor),

11. Ir. Muhammad Ridho, MM (Alumni FTP Yogyakarta, Direktur Pelaksana PLMPM Pondok Modern Darussalam Gontor).

D. Karya Tulis

1. Senjata Penganjur

2. Pedoman Pendidikan Modern

3. Kursus bahasa Islam (no. 1,2,3 tersebut ditulis bersama KH Zainuddin Fanani) Adapun buku-buku yag beliau tulis sendiri adalah:

4. Ushuluddin (Pelajaran 'Aqaid!Keimanan) 5. Pelajaran Fiqh I dan II

6. Pelajaran Tajwid 7. Bimbingan Keimanan

8. Petunjuk dan Pedoman untuk Guru Mengajarkan Membaca al-Qur'an dan Mengajarkan Tarjamah al-Qur'an. (

9. Qawaidul lmla'

JO. Pelajaran Huruf al Qur'an I dan II Dan dibantu oleh Ustadz Imam Subani, beliau menyusun buku:

11. Pelajaran Bahasa Arab I dan II (beserta Kamusnya) 12. At Tamrinat jilid I, II, Ill (beserta Kamusnya)

13. l'rabul Amtsilati-Al Jumal, Jilid I dan II.

(48)

Buku-buku karangan beliau hingga kini dipakai di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor dan Pondok-pondok Pesantren Alumni dan beberapa sekolah agama.

E. Mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor

Pondok Pesantren Gontor didirikan pada tahun 1926 M (1344 H). Kemudian diperbaharui menjadi Pondok Modern13 Darussalam14 Gontor pada tahun 1936 M. oleh KH Imam Zarkasyi15 bersama kedua kakaknya, yaitu KH Ahmad Saha! dan KH Zainuddin Fanani yang biasa disebut Trimurti.16 Cara

13 Kata-kata modem (menurut H. Ali Mirtadlo "Gontor Masa Lampau dan KH Imam

Zarkasyi sebagai Figur Pengajamya" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, 729) sebenamya berasal dari sebutan yang diberikan oleh orang luar dan bukan dari dalam pondok. Mereka menyebut demikian, mungkin orang-orang itu terpengaruh oleh beberapa ha! yang ada di pondok Gontor, diantaranya:

a. Cara berpak:aian ketika masuk kelas, rapi dan mesti pakai sepatu serta kemeja dimasukkan. b.Keadaan dalam kelas diatur secara rapi.

c. Disiplin rnasuk kelas.

d. Dengan tingkah laku sopan santun.

e. Meninggalkan tingkah laku pondok yang kurang baik.

f. Bahasa Asing seperti Arab, Inggris, Belanda diajarkan dengan mudah, karena diikuti dengan disiplin dan penga\vasan ketat, sehingga bahasa asing itu seperti bahasa ibu dan bahkan dipakai sebagai bahasa pengantar untuk mengajar.

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Ustadz H. Syarif Abadi, Ustadz senior Pondok Modern Darussalam Gontor (wawancara pada tanggal 30 Januari 2008)

14 Sebutan 11Darussalam11 (menurut Dr. H. Baikal "Percikan Pemikiran KH Imam Zarkasyi

sebagai Pendidik Teladan yang Dilupakan" dalam Biografi KH Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, hal.874) yaitu Pa Zar-sebutan untuk KH Imam Zarkasyi-berhasil melahirkan rasa cinta yang utuh para santrinya terhadap almamaternya, pondok peantren Gontor, yang biasa dikenal Darussalam, yang berarti rumah penuh kedamaian. Lebih menyentuh lagi kalimat bersayap yang dikaitkan dengannya, inilah Darussalam yang:

Besar artinya bagi pecinta damai. • Kecil artinya bagi pecinta ramai • Lapang dan luns bagi yang berakal. • Tertekan dan sempit bagi anak yang nakal.

15 Pak Zar-sebutan KH Imam Zarkasyi- (menurut Karel A. Steenbink "almarhum yang

Mukarram Pak Zarkasyi Seorang Pragmatikus dalam Pembinaan Pesantren11 dalam Biografi KR

Imam Zarkasyi di Mata Umat, Gontor Press, Ponorogo, 1996, cet.ke-1, hal.874) tidak pemah merumuskan teori yang besar dan abstrak mengenai pendidikan. Dia tidak: mau menyusun sebuah filsafat pendidikan, tetapi kepada praktek pendidikan diberikan prioritas dan selain itu dia hanya memberikan pepatah: Pedoman praktis yang hanya meliputi beberapa suasana yang konkret.

16

(49)

39

mendidik dan belajar pada pondok ini diatur menurut metode dan sistem baru

sesuai dengan pendidikan modern.17

Pemikiran KH Imam Zarkasyi tercurahkan pada Pondok Modern

Darussalam Gontor. Jadi, apa-apa yang berkaitan dengan aktivitas pondok modern

Darussalam Gontor adalah pemikiran dan penerapan yang dilakukan KH Imam

Zarkasyi.

1. Visi Pondok Modern Darnssalam Gontor18

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang mencetak kader-kader pemimpin ummat, menjadi tempat ibadah dan sumber ilmu pengetahuan agama dan umum dengan tetap berjiwa pesantren.

2. Misi Pondok Modern Darussalam Gontor19

a. Mempersiapkan

Referensi

Dokumen terkait

Class visit masih dianggap penting dan efektif untuk melakukan promosi karena 10 dari 18 responden setuju, dan hanya 2 orang yang tidak setuju dengan catatan

mendapat perhatian serius, ditinjau dari aspek sosial dan tenaga kerja, dimana sebagian nelayan bagan akan kehilangan pekerjaan. Apabila terjadi pengurangan jumlah nelayan

Pada penelitian ini, audit manajemen akan difokuskan pada proses perencanaan SDM, rekrutmen, seleksi dan penempatan karyawan, pelatihan dan pengembangan karyawan, perencanaan

Berdasarkan analisis puisi “Letupan Bambu, Tambur Upacara”, terdapat hal-hal yang dapat dire leksikan dari upacara tersebut, yakni selain upacara Balian merupakan warisan dari

Simpulan berdasarkan hasil penelitian kegiatan Media Relations Hotel Santika Premiere Jakarta mengandalkan hubungan media cetak dan media elektronik melihat strategi

Results of this study shows that from those five factors of Guerrilla Marketing only Creativity Factor (F1) that has partially significant effects towards Purchase Decision (Y)

(4) Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMD/perusahaan