• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) pada Media Pemeliharaan untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurame (Osphronemus goramy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) pada Media Pemeliharaan untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurame (Osphronemus goramy)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN EKSTRAK BATANG PISANG AMBON

(

Musa paradisiaca

) PADA MEDIA PEMELIHARAAN UNTUK

MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN

GURAME (

Osphronemus goramy

)

RAJA EFRIANTI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul „Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) pada Media Pemeliharaan untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurame (Osphronemus goramy)‟ adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RAJA EFRIANTI. Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) pada Media Pemeliharaan untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurame (Osphronemus goramy). Dibimbing oleh SRI NURYATI dan DINAMELLA WAHJUNINGRUM.

Fase larva merupakan masa kritis dalam daur hidup ikan sehingga tingkat kematian atau mortalitas pada fase ini sangat tinggi. Getah batang pisang ambon mengandung zat tanin, saponin dan flavonoid yang bersifat antiseptik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca) yang tepat untuk peningkatkan kelangsungan hidup larva ikan gurame (Osphronemus goramy) pada media pemeliharaan. Larva gurame umur 7 hari (panjang larva 0,75+0,05 cm) dipelihara pada akuarium berukuran 50 x 30 x 25 cm dengan padat tebar 5 ekor/l. Media pemeliharaan diberi ekstrak batang pisang ambon dosis 0; 0,04; 0,08 dan 0,12 g/l. Larva dipelihara selama 29 hari. Perlakuan dosis 0,12 g/l memberikan kelangsungan hidup sebesar 93,3% yang lebih tinggi secara nyata (p<0,05) dibandingkan perlakuan 0; 0,04 dan 0,08 g/l dengan kelangsungan hidup masing-masing yaitu 17,8%, 21,9% dan 24,4%. Selama pemeliharaan didapatkan serangan penyakit yang diakibatkan oleh cendawan Aphanomyces sp. Pada pemberian ekstrak batang pisang ambon dengan dosis 0,12 g/l dapat meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan gurame.

Kata kunci: Osphronemus goramy, Musa paradisiaca, larva.

ABSTRACT

RAJA EFRIANTI. Immersion Extract Stem of Banana (Musa paradisiaca) in Rearing Media to Increase Survival of Giant Gouramy Fry (Osphronemus goramy). Supervised by SRI NURYATI and DINAMELLA WAHJUNINGRUM.

Larva phase is a critical period in the life cycle of the fish so that mortality is very high in this phase. The sap of stem banana contains tannins, saponins and flavonoids that used as antiseptic. The purpose of this study was to determine the dose of extract stem of banana (Musa paradisiaca) to increase survival rate fry of Giant Gouramy (Osphronemus gouramy) in rearing media. Seven-day old larvae Giant Gouramy (0.75+0.05 cm length) were reared in an aquarium 50 x 30 x 25 cm with density 5 fry/l. The doses of extract 0; 0.04; 0.08 and 0.12 g/l treatment were reared for 29 days. Dose of 0,12 g/l showed the highest survival of 93.3%, it was significantly higher (p<0,05) than the other doses (0; 0.04 and 0.08 g/l doses were 17.8%, 21.9% and 24.4%, respectively). During the maintenance, gaint gouramy were acquired disease caused by the fungi Aphanomyces sp. In the extract stem of banana with dose 0.12 g/l could increase survival of Giant Gouramy fry.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PEMBERIAN EKSTRAK BATANG PISANG AMBON

(

Musa paradisiaca

) PADA MEDIA PEMELIHARAAN UNTUK

MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN

GURAME (

Osphronemus goramy

)

RAJA EFRIANTI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) pada Media Pemeliharaan untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurame (Osphronemus goramy)

Nama : Raja Efrianti

NIM : C14090030

Disetujui oleh

Dr. Sri Nuryati, SPi. MSi. Pembimbing I

Dr. Dinamella Wahjuningrum, SSi. MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segenap rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul „Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) pada Media Pemeliharaan untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurame (Osphronemus goramy)‟ dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai April 2013 bertempat di Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda Raja Effendi dan Ibunda Risna Suryati, serta Kakak-kakak saya atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

2. Ibu Dr. Sri Nuryati S.Pi., M.Si dan Dr. Dinamella Wahjuningrum S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukkan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat M. Sc selaku dosen penguji tamu dan Bapak Dr. Ir. Dedi Jusadi M. Sc selaku wakil dosen komisi pendidikan. 4. Bapak Dr. Kukuh Nirmala, M.Sc selaku pembimbing akademik.

5. Teman seperjuangan Wiwik Nur Anita yang telah menemani dan membantu selama penelitian berlangsung.

6. Teman-teman Kesayangan (Putri Zulfania, Wuri Widhawati, Reza Akbar Santoso, Ulfia Rahmi, Rizki Praseto dan Dio Rheza) yang telah memberikan warna-warni selama masa perkuliahan.

7. Teman-teman LKI dan Pak Ranta atas bantuannya serta Keluarga besar BDP 46 terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

METODE ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Materi Uji ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

Parameter Penelitian dan Analisis Data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil ... 5

Pembahasan ... 9

KESIMPULAN DAN SARAN ... 12

Kesimpulan ... 12

Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 12

LAMPIRAN ... 14

(10)

DAFTAR TABEL

1. Parameter kualitas air, satuan dan alat ukur selama pemeliharaan ... 5

2. Kisaran kualitas air pada media pemeliharaan larva ikan gurame ... 9

DAFTAR GAMBAR

1. Kelangsungan hidup larva ikan gurame selama pemeliharaan ... 6

2. Pertumbuhan panjang mutlak larva ikan gurame selama pemeliharaan... 6

3. Pertumbuhan panjang baku larva ikan gurame selama pemeliharaan ... 7

4. Petumbuhan panjang larva ikan gurame selama pemeliharaan ... 7

5. Dinamika kematian larva ikan gurame selama pemeliharaan ... 8

6. Morfologi cendawan Aphanomyces sp. ... 8

7. Kandungan amonia pada media pemeliharaan larva ikan gurame ... 9

8. Ikan yang terserang cendawan Aphanomyces sp.. ... 10

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis statistik terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurame .... 14

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan gurame (Osphronemus goramy) merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi yang komersial dan budidayanya telah berkembang secara luas. Ikan gurame dapat dipasarkan mulai dari telur hingga ukuran konsumsi. Produksi ikan gurame meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat terlihat dari data produksi dari KKP (2011) yang menunjukkan bahwa produksi ikan gurame pada tahun 2010 sebesar 56.889 dan meningkat menjadi 59.401 ton pada tahun 2011.

Pemeliharaan larva ikan gurame harus dilakukan secara baik. Hal ini dikarenakan fase larva merupakan masa kritis dalam daur hidup ikan sehingga tingkat kematian atau mortalitas pada fase ini sangat tinggi. Menurut Hakim (2010), kematian larva gurame hingga umur 7 hari mencapai 50%. Kematian larva gurame dapat disebabkan oleh penyakit infeksi dan non-infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh parasit, bakteri, jamur dan virus. Sementara penyakit non infeksi disebabkan oleh nutrisi, genetik (turunan) dan lingkungan (Anderson 1992). Permasalahan yang sering terjadi selama pemeliharaan yaitu munculnya serangan penyakit yang salah satunya disebabkan oleh cendawan yang mudah sekali menyerang telur, benih maupun ikan dewasa (Sari 2003).

Batang pisang ambon (Musa paradisiaca) merupakan salah satu limbah yang tidak termanfaatkan akan tetapi berguna bagi kesehatan (Prasetyo 2008). Pada penelitian Prasetyo (2008) menyatakan bahwa getah batang pisang memiliki aktivitas mempercepat persembuhan luka pada mencit (Mus musculus albinus) hal ini dikarenakan getah batang pisang ambon mengandung zat tanin, saponin dan flavonoid yang bersifat antiseptik sedangkan penelitian penggunaan getah batang pisang pada ikan belum ada sehingga perlu dilakukan untuk menentukan dosis yang tepat. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme patogen yang terdapat pada tubuh makhluk hidup. Selain itu, saponin juga mempunyai aktivitas antiseptik serta meningkatkan kekebalan tubuh (Prasetyo 2008). Flavonoid diketahui memiliki efek antioksidan (Kim et al. 1994 dalam Onyenekwe et al. 2013), penghambat pertumbuhan fungi yang bersifat patogen (Zafar et al. 2011)dan juga sebagai zat anti inflamasi (Prasetyo 2008). Senyawa-senyawa kimia tersebut diharapkan dapat merangsang sistem kekebalan tubuh non spesifik pada ikan.

Perendamaan ekstrak batang pisang selama masa pemeliharan dilakukan agar benih ikan gurame dapat menyerap ekstrak tanaman tersebut. Penggunaaan batang pisang dalam pemeliharaan diharapkan dapat meningkatkan kekebalan tubuh benih ikan gurame dan meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan gurame.

Tujuan Penelitian

(12)

2

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai Maret – April 2013 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Laboraturium Lingkungan Akuakultur dan Teaching Farm, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Uji

Materi uji yang digunakan adalah larva ikan gurame berumur 7 hari (panjang 0,75+0,05 cm) yang diperoleh dari petani yang berada di daerah Ciomas. Selain itu, digunakan juga batang pisang ambon yang sudah dalam bentuk serbuk kemudian diekstraksi dengan menggunakan akuades steril.

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Persiapan wadah meliputi pencucian akuarium dan tandon, penyusunan akuarium dan setting aerasi. Akuarium berukuran 50 x 30 x 25 cm terlebih dahulu dicuci dengan menggunakan sabun lalu dibilas dengan air hingga bersih. Dinding akuarium didesinfeksi dengan menggunakan kaporit 30 ppm dan dikeringkan selama 24 jam. Akuarium yang telah kering diisi air yang berasal dari tandon hingga mencapai ketinggian 12 cm dengan volume air 18 liter.

Pemasangan sistem aerasi menggunakan blower, selang aerasi dan batu aerasi. Aerasi yang digunakan sebanyak 12 titik sesuai dengan kebutuhan akuarium yang tersedia. Akuarium yang telah diisi air selanjutnya diaerasi kuat selama 24 jam sebelum digunakan untuk pemeliharaan.

Persiapan Ikan Uji

Larva ikan gurame terlebih dahulu diadaptasi di akuarium stok berukuran 1 x 0,6 x 0,5 m selama 3 hari sebelum dipindahkan ke dalam akuarium perlakuan. Setelah diadaptasi ikan dipindahkan ke dalam akuarium perlakuan dengan kepadatan 5 ekor/liter.

Pembuatan Ekstrak Batang Pisang

Penelitian kali ini menggunakan batang pisang ambon yang diperoleh dari Balai Tanaman Rempah dan Obat (Balitro), Cimanggu, Bogor. Bagian batang pisang ambon yang masih berwarna hijau muda (+ berumur 1 tahun) dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven bersuhu 40-50˚C selama 4 hari. Batang pisang ambon yang telah kering dihaluskan dengan blender hingga menjadi bubuk dan disimpan dalam wadah yang kedap udara.

(13)

3 penangas air hingga suhu 50˚C lalu serbuk batang pisang ambon dimasukkan dan diaduk. Campuran antara bubuk batang pisang ambon dan akuades didiamkan selama 15 menit pada suhu 50˚C (Ashry 2007). Hasil seduhan disaring menggunakan saringan (500µm) agar mendapatkan ekstrak berupa cairan yang siap digunakan.

Pemberian Perlakuan

Pemberian ekstrak batang pisang ambon dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan gurame selama masa pemeliharaan. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan sebagai berikut:

1. Ekstrak Batang Pisang 0,0 g/l

Perlakukan yang tidak diberikan penambahan ekstrak batang pisang. 2. Ekstrak Batang Pisang 0,04 g/l

Perlakuan yang diberikan penambahan ekstrak batang pisang berdosis 0,04 g/l. 3. Ekstrak Batang Pisang 0,08 g/l

Perlakuan yang diberikan penambahan ekstrak batang pisang berdosis 0,08 g/l. 4. Ekstrak Batang Pisang 0,12 g/l

Perlakuan yang diberikan penambahan ekstrak batang pisang berdosis 0,12 g/l. Pemberian ekstrak batang pisang dilakukan dengan cara dituangkan ke dalam akuarium pemeliharaan kemudian diaduk secara perlahan agar ekstrak tersebut menyebar merata. Penambahan ekstrak batang pisang dilakukan setiap minggu setelah pergantian air sebanyak 50% dari dosis awal pemberian yaitu 0,02 g/l, 0,04 g/l dan 0,06 g/l. Ikan gurame dipelihara selama 29 hari dan diberikan pakan berupa cacing sutera (Tubifex sp.) secara ad libitum dengan feeding frequency sebanyak2 kali yaitu pagi hari (08.00 WIB) dan sore hari (15.00 WIB).

Pergantian Air

Pergantian air dilakukan selama 7 hari sekali selama pemeliharaan dan air yang diganti sebanyak 50% dari volume awal air. Air dibuang dengan menggunakan selang sipon berdiameter 1 inci hingga air yang tersisa hanya 50% dari volume awal kemudian akuarium diisi kembali dengan air yang berasal dari tandon hingga volume air mencapai 100%. Setelah pengisian air dilakukan penambahan ekstrak batang pisang sebanyak 50% dari dosis awal pemberian yaitu 0,02 g/l, 0,04 g/l dan 0,06 g/l untuk menggantikan ekstrak batang pisang yang terbuang saat pergantian air.

Identifikasi Penyakit

Identifikasi larva ikan gurame yang terserang penyakit dilakukan dengan cara mengamati dinamika kematian larva ikan gurame (kematian ikan) dan gejala klinis yang terjadi pada larva ikan gurame. Pengamatan dinamika kematian ikan dilakukan setiap hari dengan cara menghitung jumlah ikan yang mati per hari dan pengamatan gejala klinis dilakukan dengan mengamati adanya miselium diseluruh tubuh ikan dan perilaku renang. Selanjutnya, larva ikan gurame yang terserang penyakit dilakukan identifikasi penyakit.

(14)

4

membersihkan benih dari bakteri yang menempel pada tubuh. Selanjutnya, benih dipindahkan ke cawan petri yang berisi media GYA dan antibiotik. Benih tersebut diletakkan dalam cawan petri lalu diinkubasi pada suhu 37˚C selama 3 hari. Setelah 3 hari, hasil dari isolasi tersebut cendawan yang telah tumbuh dipindahkan ke cawan petri yang berisi media GYA tanpa antibiotik untuk diremajakan kembali dan diinkubasi kembali selama 3 hari. Hasil dari peremajaan cendawan tersebut ditanam kembali pada media cair (Glucose Yeast tanpa agar) untuk mengamati proses sporulasinya, kemudian diinkubasi pada suhu ruang (25˚C) selama 2 sampai 3 hari. Cendawan yang telah tumbuh dimedia cair dipindahkan ke dalam air kolam steril dan diletakkan pada suhu ruang selama 24 jam lalu proses sporulasi dapat diamati dengan menggunakan mikroskop (Nuryati et al. 2009).

Parameter Penelitian dan Analisis Data

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) dengan menggunakan rumus dari Effendie (1997):

SR = tingkat kelangsungan hidup Nt = populasi ikan hari ke-t (ekor) No = populasi ikan hari ke-0 (ekor)

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak dapat diketahui dengan cara melakukan sampling berupa pengukuran panjang tubuh ikan. Jumlah ikan yang diukur sebanyak 10 ekor untuk setiap akuarium. Pertumbuhan panjang mutlak dihitung menggunakan rumus dari Effendie (1997) sebagai berikut:

P = Pt -Po Keterangan:

P = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Pt = Panjang rata-rata ikan pada waktu ke-t Po = Panjang rata-rata ikan pada waktu ke-0

Kualitas Air

(15)

5 Tabel 1 Parameter kualitas air, satuan dan alat ukur selama pemeliharaan

Parameter Satuan Alat ukur

Suhu ˚C Termometer

pH - pH meter

DO mg/l DO meter

TAN mg/l Spektofotometer

Amonia

Pengukuranamonia didapatkan dari hasil konversi nilai TAN setiap minggunya.

Nilai amonia pada media pemeliharaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus

nilai pKa (Emerson et al. 1975 dalam El-Shafai et al. 2004) dan nilai amonia (Albert

1973 dalam El-Shafai et al. 2004):

Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan program Ms. Excel (Ms. Office 2007) dan SPSS 17.0. Analisis menggunakan program SPSS 17.0 digunakan untuk menjelaskan nilai dari tingkat kelangungan hidup dan pertumbuhan panjang mutlak sedangkan analisis deskripsi digunakan untuk menjelaskan hasil identifikasi penyakit dan nilai kualitas air yang disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kelangsungan Hidup

(16)

6

Gambar 1 Kelangsungan hidup larva ikan gurame selama pemeliharaan Berdasarkan Gambar 1 di atas diperoleh bahwa pelakuan dengan dosis 0,12 g/l memiliki kelangsungan hidup sebesar 93,3% dan memiliki nilai yang berbeda nyata (p<0,05) (Lampiran 1) dengan perlakuan lainnya yang nilai kelangsungan hidupnya berkisar antara 17,8%-24,3%. Pemberian ekstrak batang pisang ambon dosis 0,12 g/l ternyata memberikan pengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurame.

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak larva ikan gurame diperoleh dari selisih panjang ikan pada akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan. Pemeliharaan berlangsung selama 29 hari. Berikut ini merupakan data pertumbuhan panjang larva ikan gurame selama pemeliharaan (Gambar 2).

Gambar 2 Pertumbuhan panjang mutlak larva ikan gurame selama pemeliharaan Berdasarkan Gambar 2 di atas diperoleh bahwa pelakuan dengan dosis 0,04; 0,08 dan 0,12 g/l memberikan pertumbuhan panjang mutlak masing-masing sebesar 0,71cm, 0,93cm dan 1,08cm memiliki nilai yang berbeda nyata (p<0,05)

(17)

7 (Lampiran 2) dengan perlakuan 0 g/l sebesar 0,48cm. Pemberian ekstrak batang pisang ambon ternyata memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak pada larva ikan gurame.

Pertumbuahan panjang baku benih ikan gurame diperoleh dari hasil pengukuran larva dari mulut ikan sampai dengan pangkal ekor ikan. Pemeliharaan berlangsung selama 29 hari. Berikut ini merupakan data pertumbuhan panjang baku larva ikan gurame selama pemeliharaan (Gambar 3).

Gambar 3 Pertumbuhan panjang baku larva ikan gurame selama pemeliharaan Berdasarkan Gambar 3 di atas diperoleh bahwa pelakuan dengan dosis 0,04; 0,08 dan 0,12 g/l memberikan pertumbuhan panjang baku masing-masing sebesar 1,46cm, 1,7cm dan 1,8cm memiliki nilai yang berbeda nyata (p<0,05) (Lampiran 3) dengan perlakuan 0 g/l sebesar 1,2cm.

Pertumbuhan panjang baku larva gurame dapat dilihat setiap minggu dari hasil sampling yang dilakukan. Berikut Gambar 4 merupakan dinamika pertumbuhan panjang baku larva ikan gurame.

Gambar 4 Petumbuhan panjang larva ikan gurame selama pemeliharaan Pertumbuhan panjang larva (Gambar 4) diukur dari awal pemeliharaan hingga akhir pemeliharaan. Pengukuran dilakukan setiap minggunya. Panjang

(18)

8

rata-rata awal ikan gurame yang digunakan adalah 0,75cm. Pada gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa perlakuan dengan dosis 0,12 g/l memiliki pertumbuhan paling tinggi dibandingkan yang lainnya yaitu 1,8cm.

Identifikasi Penyakit

Penyakit yang menginfeksi larva gurame berupa cendawan Aphamonyces sp. pertama kali ditemukan pada hari ke-19 pemeliharaan pada perlakuan 0 dan 0,08 g/l. Akan tetapi, pada perlakukan 0 g/l paling banyak ditemukan ikan yang terinfeksi cendawan sehingga menyebabkan kematian yang paling tinggi sedangkan pada perlakuan 0,12 g/l ikan yang terinfeksi cendawan paling sedikit ditemukan. Berikut Gambar 5 merupakan dinamika kematian larva ikan gurame selama pemeliharaan.

Gambar 5 Dinamika kematian larva ikan gurame selama pemeliharaan Gejala klinis yang terjadi pada larva ikan gurame yaitu warna tubuh menjadi lebih gelap dan terdapat seperti kapas putih pada bagian tubuh dan ekor ikan, sedangkan untuk tingkah lakunya yaitu ikan terapung di bawah permukaan air dan sesekali ikan berenang hiperaktif. Selain itu, identifikasi penyakit dilakukan untuk mengetahui jenis penyakit yang menginfeksi larva ikan gurame. Pada penelitian ini penyakit yang menginfeksi larva ikan gurame berupa cendawan dan telah dilakukan identifikasi bahwa cendawan yang menyerang larva ikan gurame berasal dari genus Aphanomyces sp. Berikut Gambar 6 yang merupakan hasil identifikasi cendawan Aphanomyces sp.

Sumber: http://www.cabi.org Sumber: dok. pribadi

(a) (b)

Gambar 6 Morfologi cendawan Aphanomyces sp. (a) Literatur cendawan, (b) Hasil sporulasi cendawan dari tubuh larva ikan gurame

(19)

9

Kualitas Air

Data parameter kualitas air diperoleh dari hasil pengukuran yang dilakukan selama pemeliharaan. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, DO (oksigen terlarut), TAN dan amonia. Hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kisaran kualitas air pada media pemeliharaan larva ikan gurame

Perlakuan Parameter

Nilai amonia di media pemeliharaan diperoleh dari hasil konversi nilai TAN yang diukur tiap minggunya. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi amonia dalam air. Hasil perhitungan amonia pada media pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Kandungan amonia pada media pemeliharaan larva ikan gurame Berdasarkan Gambar 6 di atas, dapat dilihat konsentrasi amonia dalam media pemeliharaan. Pada minggu ke-0 amonia mengalami peningkatan untuk semua perlakuan sedangkan untuk minggu selanjutnya mengalami penurunan konsentrasi amonia. Konsentrasi amonia tertinggi dan terendah terdapat pada perlakuan dengan dosis 0,08 g/l yaitu 0,057 mg/L dan 0,009 mg/L.

Pembahasan

Pemberian ekstrak batang pisang memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup. Pemberian ekstrak batang pisang ambon dilakukan mulai

(20)

10

awal pemeliharaan agar benih ikan gurame dapat meningkatkan kekebalan tubuhnya sehingga tubuh ikan lebih siap jika terjadi serangan patogen. Pada penelitian ini, pelakuan dengan dosis 0,12 g/l memberikan nilai kelangsungan hidup sebesar 93,3% dan memiliki nilai yang berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan lainnya yang nilai kelangsungan hidupnya berkisar antara 17,8%,-24,3%. Kematian larva gurame dapat disebabkan oleh penyakit infeksi dan non-infeksi. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, bakteri, jamur dan virus (Anderson 1992). Pada penelitian ini, penyakit infeksi yang terjadi berupa serangan cendawan Aphanomyces sp. Selama pemeliharaan dilakukan pengamatan gejala klinis dan tingkah laku ikan. Ikan yang terkena cendawan Aphanomyces sp. menunjukkan gejala klinis yaitu warna tubuh menjadi lebih gelap dan terdapat seperti kapas putih pada bagian tubuh dan ekor ikan, sedangkan untuk tingkah lakunya yaitu ikan terapung di bawah permukaan air dan sesekali ikan berenang hiperaktif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nuryati et al. (2009) bahwa ikan yang terkena cendawan Aphanomyces sp. menunjukkan tingkah laku yang gelisah dan berenang dengan arah gerakan acak. Ikan mulai terkena cendawan pada hari ke-19 hari pemeliharaan dan semakin bertambah hingga akhir pemeliharaan.

Gambar 8 Ikan yang terserang cendawan Aphanomyces sp. (tanda panah). Ikan yang terinfeksi jamur diambil untuk diisolasi dan diidentifikasi untuk mengetahui jenis dari cendawan yang menyerang ikan. Setelah dilakukan identifikasi jamur diperoleh jenis jamur Aphanomyces sp. (Gambar 6b) yang terdapat pada tubuh ikan dengan diameter hifa berkisar antara 7,5-12,5 µm. Ciri-ciri dari cendawan Aphanomyces sp. adalah memiliki sporangium yang lebarnya sama dengan hifanya, zoospora dibentuk dari hifa vegetatif yang berkembang dalam sebuah deretan tunggal dan muncul pada ujung sporangium dalam bentuk memanjang, kemudian menjadi kista di sekitarnya (Nuryati et al. 2009).

(21)

11 seluler (fagositik) rendah sehingga tidak mempunyai kemampuan yang memadai terhadap serangan penyakit (Nuryati et al. 2009), sedangkan ikan yang tidak sakit dapat melawan serangan penyakit.

Menurut Priosoeryanto et al (2006), ekstrak batang pohon pisang ambon mengandung tanin, saponin dan flavonoid. Tanin merupakan senyawa polifenol yang mampu mengikat dan mengendapkan protein yang mempunyai berat molekul 500-3000. Dengan kemampuannya untuk mengendapkan protein, maka tanin dalam tanaman berfungsi sebagai zat antibodi (Ahadi 2003). Saponin merupakan glikosida yang memiliki sifat khas membentuk busa. Saponin mempunyai aktivitas antiseptik. Flavonoid diketahui memiliki efek antioksidan (Kim et al. 1994 dalam Onyenekwe et al. 2013), penghambat pertumbuhan fungi yang bersifat patogen (Zafar et al. 2011) dan juga sebagai zat anti inflamasi (Prasetyo 2008). Zat aktif berupa saponin yang terdapat pada ekstrak batang pisang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh (Prasetyo 2008) berupa makrofag yang memiliki kemampuan mencerna bakteri, partikel asing dan sel terinfeksi (Winton 2001 dalam Puspasari 2010). Total sel darah putih (leukosit) akan meningkat ketika terjadi serangan atau infeksi (Iranloye 2001). Sehingga penggunaan ekstrak batang pisang ambon ini dapat dijadikan sebagai imunostimulan, dimana menurut Endarti (2009) bahwa imunostimulan adalah zat kimia yang meningkatkan respon imun non-spesifik yang berinteraksi secara langsung dengan sel dari sistem yang mengaktifkan respon imun tersebut.

Penyakit non infeksi disebabkan oleh nutrisi, genetik (turunan) dan lingkungan (Anderson 1992). Ikan memerlukan kondisi air yang sesuai untuk pertumbuhannya. Penyakit non-infeksi pada ikan gurame biasanya dapat diakibatkan berupa pencemaran air yang diakibatkan oleh amonia. Faktor lingkungan yang ekstrim dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Setiap individu ikan mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mentolerir lingkungannya.

Selain itu, pemberian ekstrak batang pisang ambon juga memberikan pertumbuhan panjang yang baik bagi benih ikan gurame. Pada penelitian ini, Perlakuan dengan dosis 0,04; 0,08 dan 0,12 g/l memberikan pertumbuhan panjang mutlak masing-masing sebesar 0,71cm, 0,93cm dan 1,08cm memiliki nilai yang berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan 0 g/l sebesar 0,48cm. Untuk pertumbuhan panjang baku pada perlakuan dosis 0,04; 0,08 dan 0,12 g/l memberikan pertumbuhan panjang baku masing-masing sebesar 1,46cm, 1,7cm dan 1,8cm memiliki nilai yang berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan 0 g/l yaitu 1,2cm. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan ekstenal. Pemberian ekstrak batang pisang dapat meningkatkan kekebalan tubuh ikan sehingga ikan dapat menggunakan energi yang didapatkannya untuk pertumbuhan. Hal ini didukung oleh pernyataan Devily (2008) bahwa faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan meliputi spesies ikan dan ketahanan tubuh, sedangkan faktor eksternal meliputi kepadatan selama pemeliharaan.

(22)

12

kemampuan dalam mentolerir amonia hingga 0,12 mg/l (Affiati dan Lim 1986

dalamHaryati 1995).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca) dengan dosis 0,12 g/l dapat memberikan kelangsungan hidup larva ikan gurame sebesar 93,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0 g/l yang hanya memberikan kelangsungan hidup sebesar 17,8%.

Saran

Penelitian selanjutnya disarankan untuk memelihara larva ikan gurame yang diuji tantang dengan menggunakan cendawan Aphanomyces sp. untuk melihat efektifitas dari ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca) untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Ahadi MR. 2003. Kandungan tanin terkondensasi dan laju dekomposisi pada serasah daun Rhizophora mucronata Lamk pada ekosistem tambak tumpangsari di Blanakan, Purwakarta, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Anderson. 1992. Immunostimulant, adjuvand and vaccine carrier in fish aplication to aquaculture. Aquaculture. 21: 281-307.

Ashry N. 2007. Pemanfaatan ekstrak daun ketapang Ternimalia cattapa untuk pencegahan dan pengobatan ikan patin Pangasiodon hypopthalmus yang terinfeksi Aeromonas hydrophila [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Devily DS. 2008. Pengaruh medan listrik pada media pemeliharaan terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy)[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dorland WAN. 2002. Kamus kedokteran. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

(23)

13 Endarti. 2009. Pengaruh pemberian ekstrak jinten hitam sebagai imunostimulan terhadap hematologi ikan lele dumbo [internet]. [diacu 2013 Juni 21]. Tersedia dari: elibrary.ub.ac.id.

Hakim N. 2010. Teknologi hapa tingkatkan SR benih gurami 96%. [internet].

[diacu 2013 Mei 18]. Tersedia dari: http://pusat-gurami.com/2010/10.html. Haryati. 1995. Pengaruh penggantian Artemia salina dengan Daphnia sp. terhadap

pertumbuhan dan SR benih ikan gurame Osphronemus goramy, Lac [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Iranloye BO. 2002. Effect of chronic garlic feeding on some haematological parameters [short communication]. African Journal of Biomedical Research. 81-82.

KKP [Kementerian Kelautan Perikanan]. 2011. Kelautan dan perikanan dalam angka Marine and fisheries in figures [internet]. [diacu 2013 Mei 18]. Tersedia dari: www.kkp.go.id.

Nuryati S, Sari FBP, Taukhid. 2009. Identifikasi dan uji Postulat Koch Cendawan penyeban penyakit pada ikan gurame. Jurnal Akuakultur Indonesia. 8(2): 21-27.

Onyenekwe PC, Okereke OE, Owolewa SO. 2013. Phytochemical screening and effect of Musa paradisiaca stem extrude on rat haematological parameters. Journal of Biological Sciences. 5(1): 26-29.

Priosoeryanto BP, Huminto H, Wientarsih I, Estuningsih S. 2006. Aktivitas getah batang pohon pisang dalam proses persembuhan luka dan efek kosmetiknya pada hewan. Lembaga Penelitian dan Pemberdayan Masyarakat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Prasetyo BF. 2008. Aktivitas dan uji stabilitas sediaan gel ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) dalam proses persembuhan luka pada mencit (Mus musculus albinus) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Puspasari N. 2010. Efektivitas ekstrak rumput laut Gracilaria verrucosa sebagai imunostimulan untuk pencagahan infeksi jamus bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sari FBP. 2003. Identifikasi dan uji postulat koch cendawan penyebab penyakit pada ikan gurami [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

SNI [Standar Nasional Indonesia]. 2002. Produksi Benih Ikan Gurame (Osphronemus goramy, Lac) Kelas Benih Sebar. Badan Standarisasi Nasional.

Suhendi. 2009. Identifikasi dan prevalensi bakteri dan cendawan yang terseleksi serta parasit pada ikan arwana super red Scleropages formosus yang sakit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(24)

14

Lampiran 1 Analisis statistik terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurame

Lampiran 2 Analisis statistik terhadap pertumbuhan panjang mutlak larva ikan gurame

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

K 3 17.80

A 3 21.87

B 3 24.47

C 3 93.33

Sig. .601 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

K 3 .48

A 3 .71

B 3 .93

C 3 1.08

Sig. 1.000 1.000 .064

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(25)

15 Lampiran 3 Analisis statistik terhadap pertumbuhan panjang baku larva ikan

gurame

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

K 3 1.2333

A 3 1.4567

B 3 1.6767

C 3 1.8333

Sig. 1.000 1.000 .064

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(26)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau pada tanggal 1 Januari 1992, merupakan putri ke-3 dari 3 bersaudara dari keluarga Bapak Raja Effendi dan Ibu Risna Suryati. Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SDS 001 Karimun, SMPN 2 Tebing Binaan, SMAN 1 Karimun, dan diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) tahun 2009 pada program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Mikrobiologi (2011 & 2012), Penyakit Organisme Akuatik (2012) dan Menejemen Kesehatan Organisme Akuatik (2013). Penulis juga pernah magang di PT. Dewata Laut Bali (2011), Balai Budidaya Air Payau Situbondo Jawa Timur (2012). Penulis juga mengikuti kegiatan praktik lapangan di Balai Budidaya Laut Batam pada bulan Juli-Agustus 2012.

Gambar

Gambar 1 Kelangsungan hidup larva ikan gurame selama pemeliharaan
Gambar 4 Petumbuhan panjang larva ikan gurame selama pemeliharaan
Gambar 6 Morfologi cendawan Aphanomyces sp. (a) Literatur cendawan, (b)
Tabel 2 Kisaran kualitas air pada media pemeliharaan larva ikan gurame

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Sumbangan yang diberikan variabel self perceived employability terhadap komitmen organisasi relatif kecil yaitu 1,4% sementara sumbangan yang diberikan variabel job security

Berdasarkan uraian latar belakang dan hasil penelitian terdahulu yang masih menunjukkan perbedaan, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti kembali tentang

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Sehingga, semakin banyak variabel atau saham yang dipertimbangkan dalam satu portofolio, maka portofolio tersebut memberikan nilai risiko yang paling rendah atau dapat dikatakan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Sehingga peneliti menduga terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang diajar

Hal ini perlu diteliti apa saja kesulitan siswa dalam UKBJ untuk Level 2 dan Level 3 ini mengingat tingkatan soal ujian yang diberikan sesuai dengan mahasiswa Jurusan Sastra