Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah ( SE.Sy )
Oleh :
MUHAMMAD SAMAN
NIM : 106046101664K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
MUHAMMAD SAMAN
NIM : 106046101664
Dibawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Azizah, M.A Abdurrauf. M.A
NIP. 196701071997032001 NIP.197312152005011002
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H
PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Persaingan Industri PT. Pancanata Centralindo (Perspektif Etika Bisnis dalam Islam) ” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 18 Juni 2010
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM.
NIP: 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
1. Ketua : Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM. (……….)
NIP. 195505051982031012
2. Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H (……….)
NIP: 197407252001121001
3. Pembimbing I : DR. Azizah, M.A. (……….)
NIP. 196701071997032001
4. Pembimbing II : Abdurrauf, M.A. (……….)
NIP. 197312152005011002
5. Penguji I : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, M.A (……….)
NIP.195003061976031001
6. Penguji II : Drs. Burhanudin Yusuf, MM (……….)
NIP. 195406181981031005
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Rajab 1431 H 18 Juni 2010 M
Muhammad Saman
ABSTRAK
MUHAMMAD SAMAN. NIM 106046101664.
Persaingan Industri PT. Pancanata Centralindo (Perspektif Etika Bisnis dalam Islam). Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M. Isi : xiii + 81 halaman + 14 lampiran, 75 literatur (1954-2010).Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Persaingan Industri PT. Pancanata Centralindo (Perspektif Etika Bisnis dalam Islam). Persaingan yang sehat harus sesuai dengan etika bisnis yang berlaku. Rasulullah saw adalah pebisnis yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis. Ia tidak pernah membuat para pelanggan mengeluh. Dengan kata lain, beliau melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern yaitu kepuasan pelanggan, pelayanan yang unggul, kemampuan, efisiensi, transparan, persaingan yang sehat dan kompetitif. Persaingan yang positif dan kompetitif yang di lengkapi dengan daya saing yang tinggi seperti daya saing harga, daya saing kualitas, daya saing pemasaran, dan daya saing jaringan kerja menjadi pendorong bagi perindustrian yang sudah lama berdiri maupun yang baru bemunculan untuk menguasai pasar dan menjadi leader market.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan pada adalah analisis kualitatif yaitu suatu teknik analisis data dimana terdahulu dipaparkannya semua data yang diperoleh kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber-sumber dalam bentuk kalimat-kalimat yaitu dengan menggunakan beberapa tahapan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa etika atau perilaku yang ditanamkan PT. Pancanata Centralindo terhadap karyawannya tidak sepenuhnya dilaksanakan, ini terbukti masih ada karyawan yang menjual harga barang berbeda dengan harga yang telah diberlakukan oleh pemilik perusahaan. Dan adanya kesenjangan sosial antara pembeli dalam jumlah besar dengan pembeli dalam jumlah kecil dalam hal fasilitas layanan. Barang yang dipesan tidak sesuai dengan yang diinginkan dengan ukuran yang tidak sesuai dan barang yang dipesan lama sampainya dan ada barang yang rusak atau cacat. Adanya ketidak puasan terhadap harga barang yang disama ratakan untuk semua ukuran.
Kata kunci : Etika bisnis Islam PT. Pancanata Centralindo, daya saing pemasaran, daya saing jaringan kerja, daya saing harga, dan daya saing kualitas.
Pembimbing I : DR. Azizah, M.A.
NIP. 196701071997032001
Pembimbing II : Abdurrouf, M.A.
NIP. 197312152005011002
Puji serta syukur sepatutnya hanya kita panjatkan kehadirat pemilik Semesta
Alam, Sumber Segala Ilmu Pengatahuan, Allah SWT, atas segala limpahan karunia
dan rahmat-Nya yang tak terhingga, serta atas segala Ilmu dan hidayah sampai
kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat teriring salam senantiasa selalu penulis panjatkan kepada Da`i sejati
yang membawa umat manusia, sehingga saat ini dapat merasakan indahnya Islam
Rasulullah saw. berserta keluarga dan sahabatnya dengan tauladannya sehingga kita
dapat merasakan izzah dan besarnya Dien Islam. Semoga penulis tergolong dari ummatnya dengan turut serta dalam “gerbong kereta dakwah” ini melalui bidang
ekonomi Islam.
Dibalik terselesaikannya skripsi ini, tentunya tak lepas berkat pertolongan Allah
yang juga diberikan melalui hamba-hambaNya yang insyaAllah akan mendapat
ganjaran yang lebih utama dari-Nya, Penulis hanya mampu mengucapkan terimakasih
yang amat mendalam kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH,
selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Muamalat Ekonomi
Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Dr. Azizah, M.A dan Bapak Abdurrauf, M.A selaku dosen pembimbing atas
segenap waktu, arahan, motivasi dan kesabarannya dalam membimbing penulis
hingga akhir penulisan skripsi ini.
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat
dimanfaatkan dan diamalkan sebaik-baiknya. Pimpinan dan Staf Perpustakaan
Utama & Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian
5. Bapak H. Hamidi Shabri, selaku Pimpinan PT. Pancanata Centralindo dan seluruh
staff PT. Panacanata Centralindo lainnya, yang banyak membantu penulis dalam
memperoleh data untuk menyelesaikan skripsi serta bapak Aulia Rahman selaku
konsumen PT. Pancanata Centralindo yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk saya wawancarai..
6. Ayahanda Bapak H. Syahrani, abang dan kakak tercinta Dayat, Uci, Uyah, Ubay,
dan Oos serta tak lupa orang tua tercinta dan tersayang semoga Allah menjadikan
kuburnya taman-taman surga Hj. Zahro (alm) yang selalu memberikan aku
dorongan yang besar untuk melanjutkan sekolah ketingkat yang lebih tinggi,
senantiasa memberiku semangat dan motivasi untuk tidak puas dengan ilmu telah
saya peroleh sehingga terselesaikannya skripsi ini
7. Teman-teman di jurusan Muamalat perbankan syariah, angkatan 2006, terutama
PSC 2006 wa bil khusus M. Ismail dan Hapid yang telah meluangkan tempat dan
waktunya dengan penuh ikhlas untuk penulis singgah, Mumu Muttaqin atas
dorongan moril dan sprituilnya, Defri, Syukron, Alan, Inayah, Marzuko dan
viii
Jakarta yang turut serta membantu penulis menimba ilmu dan menyelesaikan
skripsi penulis ini, Islah, Apis, Rizal, Opik, pimpinan Majelis Rasulullah SAW.
Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa, Habib Salim Al-Haddad, KH. Fudhail Salim
dan KH. Syafi’I Al-Mustawa.
Penulis
Ciputat, Rajab 1431 H 18Juni 2010 M
DAFTAR ISI
halaman
Lembar Pengesahan Pembimbing………ii
Lembar Pengesahan Panitia Ujian...………...iii
Lembar Pernyataan..………...iv
Abstrak...………..v
Kata Pengantar………vi
Daftar Isi……….ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah………1
B. Pembatasan dan perumusan masalah………...5
C. Tujuan dan kegunaan penelitian………..6
D. Metode penelitian dan teknik penulisan………..7
E. Studi review terdahulu……….10
F. Sistematika penulisan………..11
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSAINGAN INDUSTRI DAN ETIKA BISNIS A. Persaingan Industri………..13
1. Pengertian persaingan industri………...13
2. Tujuan yang mendorong persaingan industri………...16
3. Dampak positif adanya persaingan industri………18
B. Etika Bisnis Dalam Islam………...20
1. Pengertian etika bisnis……….20
2. Dasar hukum etika bisnis……….31
3. Prinsip–prinsip etika bisnis………..35
x
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah dan tujuan berdiri PT. Pancanata Centralindo………..45
B. Visi dan misi perindustrian PT. Pancanata Centralindo………49
C. Proses produksi………..50
D. Aspek produksi………..51
E. Struktur organisasi PT. Pancanata Centralindo……….52
BAB IV ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PT. PANCANATA CENTRALINDO TERHADAP ETIKA BISNIS DALAM ISLAM A. Analisis penulis terhadap persaingan industri PT. Pancanata Centralindo dengan etika bisnis dalam Islam………56
B. Analisis penulis terhadap daya saing pemasaran dan jaringan kerja industri PT. Pancanata Centralindo merebut pangsa pasar dalam menghadapi persaingan diantara industri yang telah ada lebih dahulu perspektif etika bisnis Islam………60
C. Analisis penulis daya saing harga dan kualitas industri PT. Pancanata Centralindo mempertahankan konsumen menghadapi masuknya pendatang baru dalam industri………...65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………...69
B. Saran……….73
DAFTAR PUSTAKA………74
LAMPIRAN-LAMPIRAN : 1. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian………..79
2. Wawancara dengan Pimpinan PT. Pancanata Centralindo………80
3. Wawancara dengan Konsumen PT. Pancanata Centralindo……….87
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Dalam kehidupan masyarakat yang maju, hampir tidak akan kita temukan adanya
perindustrian yang hidup tanpa persaingan. Di Indonesia, keinginan dan kesungguhan
Negara untuk menciptakan iklim industri yang sehat telah dilakukan dengan membuat
suatu produk undang–undang tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
industri tidak sehat yakni undang–undang no.5 tahun 1999 dikeluarkan pada tanggal
5 maret 1999 namun, baru berlaku efektif satu tahun kemudian.1 Dengan adanya
kenyataan semacam itu, maka dalam perniagaan terjadinya persaingan adalah hal
yang wajar.2 Kegiatan perniagaan dalam pandangan Islam merupakan kelaziman dan
tuntutan kehidupan. Disamping itu pula merupakan satu hal yang memiliki dimensi
ibadah.
Islam adalah cara hidup yang seimbang dan koheren, dirancang untuk
kebahagiaan (falah) manusia dengan cara menciptakan keharmonisan antara
kebutuhan moral dan kebutuhan material manusia dan aktualisasi keadilan
sosio-ekonomi serta persaudaraan dalam masyarakat manusia. Oleh karena itu Islam juga
1
Gelhorn dan Gunawan, Seri Hukum Bisnis : Merger dalam Perspektif Monopoli (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada 2000), h.7
2
Adi Warsidi, Administrasi (Jakarta : Universitas Terbuka2 Gelhorn dan Gunawan, Seri Hukum Bisnis : Merger dalam Perspektif Monopoli (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada 2000), h.7
, 1999).
mempunyai konsep filosofis dalam mengatur kehidupan sosial ekonominya yang
dituangkan dalam konsep ekonomi Islam. Islam telah mengatur kehidupan seorang
muslim dengan ketentuan syariah (hukum Islam) yang bersumber pada Al Quran dan
Hadist Rasullullah saw Tujuannya untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan
manusia sesuai dengan perintah Allah swt. Tujuan syariah adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menjamin kepercayaan, kehidupan,
kesejahteraan, kecerdasan dan keturunan. Prinsip syariah juga mengatur kehidupan
manusia dalam kehidupan bisnis (muamalah).
Dalam ajaran Islam, tujuan sesungguhnya dari wujud manusia sebagai khalifah
Allah swt. dipermukaan bumi adalah untuk menjalankan Iradah-Nya. Berbagai
sumber daya duniawi merupakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dan alat-alat yang
digunakan untuk melaksanakan misi ini. Sumber daya ini tidaklah dimaksudkan
sebagai tujuan itu sendiri, tetapi hanya sebagai alat, yaitu esensial. Karena itu hanya ada sedikit nilai dalam memasukkan sebuah rasa fanatik untuk menimbun kekayaan
didunia.3 Selain itu Agama Islam adalah risalah (pesan-pesan) yang diturunkan Tuhan kepada Muhammad saw. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung
hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan dalam menyelenggarakan tata cara
kehidupan manusia yaitu mengatur hubungan manusia dengan manusia lainya,
hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan khaliqnya.4
3
Muh. Akram Kha, Ajaran Muhhammad saw Tentang Ekonomi : Kumpulan Hadits-Hadist pilihan Tentang Ekonomi (Jakarta : PT. BMI, 1996), h.17
4
3
Banyak ayat dalam AL-Qur’an yang mendorong perdagangan dan perniagaan,
dan Islam menyatakan sikap bahwa tidak boleh ada hambatan bagi perdagangan dan
bisnis yang jujur dan halal yang sesuai dengan etika bisnis dalam Islam, agar setiap
orang memperoleh penghasilan, menafkahi keluarga, dan memberi sedekah kepada
mereka yang kurang beruntung5. Sebagaimana Islam mengatur dan mempengaruhi
semua bidang kehidupan lainnya, demikian pula ia mengatur etika persaingan industri
dan pernigaan yang sesuai dengan Islam. Islam mewajibkan para pengindustri dan
pedagang untuk berbuat adil, jujur dan amanah demi terciptanya kebahagiaan
manusia (falah) dan kehidupan yang baik yang sangat menekankan aspek
persaudaraan, keadilan, sosioekonomi, dan pemenuhan kebutuhan spiritual umat
manusia.
Rasulullah saw adalah pebisnis yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian
bisnis. Ia tidak pernah membuat para pelanggan mengeluh. Dia sering menjaga
janjinya dan menyerahkan barang–barang yang di pesan dengan tepat waktu.
Rasulullah saw pun senantiasa menunjukan rasa tanggung jawab yang besar dan
integritas yang tinggi dalam berbisnis. Dengan kata lain, beliau melaksanakan prinsip
manajemen bisnis modern yaitu kepuasan pelanggan, pelayanan yang unggul,
kemampuan, efisiensi, transparan, persaingan yang sehat dan kompetitif. Persaingan
yang positif dan kompetitif yang di lengkapi dengan daya saing yang tinggi seperti
daya saing harga, daya saing kualitas, daya saing pemasaran, dan daya saing jaringan
5
kerja menjadi pendorong bagi perindustrian yang sudah lama berdiri maupun yang
baru bemunculan untuk menguasai pasar dan menjadi leader market. Salah satunya PT. Pancanata Centralindo yang menjadi objek bahasan dalam penelitian ini. PT.
Pancanata Centralindo merupakan industri yang didirikan sekitar tahun 2006 oleh H.
Hamidi yang kegiatannya adalah memproduksi pakaian dan celana untuk semua
tingkatan baik anak kecil, remaja maupun dewasa. Industri ini berlokasi di jalan
Bumi Indah no.20 Jakarta Barat dan produksi di lakukan di jalan petamburan Jakarta
Pusat. Namun, Apakah persaingan industri PT. Pancanata Centralindo sesuai dengan
etika bisnis dalam Islam ? Bagaimana daya saing pemasaran dan jaringan kerja PT.
Pancanata Centralindo merebut pangsa pasar dalam menghadapi persaingan diantara
perindustrian yang telah ada ? Bagaimana daya saing harga dan kualitas PT.
Pancanata Centaralindo mempertahankan konsumen menghadapi masuknya
pendatang baru ?
Dengan bertitik tolak pada pemaparan di atas, maka penulis sangat tertarik untuk
mengkaji lebih dalam mengenai persaingan industri yang terjadi pada PT. Pancanata
Centralindo serta bagaimana sudut pandang ekonomi Islam yang dituangkan ke
dalam skripsi berjudul “PERSAINGAN INDUSTRI PT. PANCANATA
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar skripsi ini fokus pada persoalan yang dimunculkan, maka penulis
membatasi kajian persaingan industri PT. Pancanata Centralindo (Perspektif Etika
Bisnis dalam Islam) yaitu ;
1. Penelitian difokuskan hanya pada aspek persaingan bisnis PT. Pancanata
Centralindo sebagai objek penelitian.
2. Perspektif yang digunakan untuk menganalisis persaingan bisnis PT.
Pancanata Centralindo adalah etika bisnis dalam Islam.
3. Persaingan industri difokuskan pada daya saing bisnis PT. Pancanata
Centralindo merebut pangsa pasar, dan mempertahankan konsumen.
2. Perumusan Masalah
Persaingan antara perusahaan dapat dikatakan sebagai suatu perlombaan dalam
mencapai sukses usaha, sehingga para pelaku bisnis akan selalu memacu diri untuk
berprestasi dalam rangka memenangkan perlombaan tersebut. Dalam suasana
persaingan seringkali ditemui beberapa perusahaan yang menggunakan berbagai cara
yang terkadang bersifat tidak sportif karena menyimpang dari etika bisnis.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis merinci perumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah persaingan bisnis PT. Pancanata Centralindo sesuai dengan etika
2. Bagaimana daya saing pemasaran dan jaringan kerja bisnis PT. Pancanata
Centralindo merebut pangsa pasar dalam menghadapi persaingan diantara
perindustrian yang telah ada ?
3. Bagaimana daya saing harga dan kualitas bisnis PT. Pancanata Centralindo
mempertahankan konsumen menghadapi masuknya pendatang dalam dunia
industri ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu;
1. Mengetahui cara bersaingan industri PT. Pancanata Centralindo terhadap
industri lain ditinjau dari etika bisnis dalam Islam.
2. Mengetahui daya saing pemasaran dan jaringan kerja industri PT. Pancanata
Centralindo merebut pangsa pasar terhadap persaingan industri yang telah ada
lebih dahulu.
3. Mengetahui daya saing harga dan kualitas industri PT. Pancanata Centralindo
mempertahankan konsumen menghadapi masuknya pendatang baru dalam
industri.
Manfaat dari penelitian ini, yaitu;
1. Masyarakat Akademisi
Memberikan informasi mengenai keberadaan ilmu dan sistem ekonomi Islam
yang tidak terbatas pada perbankan syari’ah tetapi juga industri dalam
menghadapi persaingan yang berlaku dalam masyarakat yang tidak sesuai
7
masyarakat akademisi apabila ingin mengkaji lebih dalam masalah yang
terkait dengan judul tersebut .
2. Fakultas
Memberikan sumbangsih hasil pengamatan tentang ekonomi mikro Islam
khususnya pada aspek persaingan dalam industri (perspektif etika bisnis
Islam) guna memperkaya khazanah pengamatan dan aplikasi persaingan
industri dalam ekonomi Islam di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta menambah literatur kepustakaan khususnya
mengenai pengamatan dan aplikasi persaingan industri (perspektif etika bisnis
dalam Islam) pada PT. Pancanata Centralindo yang berlaku di masyarakat.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam karya tulis ilmiah memiliki arti yang sangat penting.
Karena hal itu yang membedakan karya tulis ilmiah dalam hal ini adalah skripsi
dengan yang karya tulis yang lain. Penelitian sebuah metode untuk menemukan
kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking) penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan
hipotesis atas jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya
mengadakan pengujian yang hati-hati atas hipotesis.6
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Secara keseluruhan jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan
6
matematis, statistik dan lain sebagainya, melainkan menggunakan pendekatan ilmiah
atau penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari
kuantifikasi.
Keseluruhan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah pendekatan normatif yaitu penelitian ekonomi yang berdasarkan norma–norma
atau ketentuan–ketentuan yang berlaku dalam penulisan. Dan menggunakan metode
penelitian deskriptif analitis, yang bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat
dari suatu keadaan dan sekedar memaparkan uraian (data dan informasi) yang
berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan. 7 Sedangkan arti deskriptif adalah
penelitian yang mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya,
sehingga hanya penyingkapan fakta.8 Terhadap objek yang diteliti dalam hal ini
adalah PT. Pancanata Centralindo. Bila terdapat data-data empiris, maka hal itu hanya
untuk mempertajam analisa dan menguatkan argumen penelitian.
2. Data Penelitian
Data yang penulis gunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer pada
skripsi ini merujuk pada penelitian langsung ke objek penelitian. Sedangkan untuk
data sekunder adalah literatur yang berhubungan dengan ekonomi Islam secara umum
7
J. Supranto, Teknik Riset Pemasaran dan Ramalan Penjualan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000) h.38
8
9
atau literatur lain yang dapat memberikan informasi tambahan pada judul yang
diangkat dalam skripsi ini,yaitu; buku, majalah, jurnal, artikel dan lain sebagainya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah
wawancara pada pimpinan PT. Pancanata Centralindo, dimana percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu,9 observasi pada PT.
Pancanata Centralindo dan Studi Dokumentasi (studi pustaka), yaitu pengumpulan
data dengan cara mengkaji buku-buku ilmiah, literatur, media cetak dan atau semua
bahan tertulis lainnya, termasuk karya tulis lainnya yang di akses dari internet dan
data observasi pada PT. Pancanata Centralindo.
3. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada skripsi ini adalah analisis kualitatif
yaitu suatu teknik analisis data dimana terdahulu dipaparkannya semua data yang
diperoleh kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber-sumber
dalam bentuk kalimat-kalimat yaitu dengan menggunakan beberapa tahapan.10
Pedoman penulisan skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan Skripsi tahun
2007” yang diterbitkan oleh fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002) h.135
10
E. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan hasil penelusuran yang saya lakukan bahwa Judul skripsi yang penulis
angkat yaitu Persaingan Industri PT. Pancanata Centralindo (Perspektif Etika Bisnis
dalam Islam) merupakan review studi terdahulu yang telah dilakukan oleh :
1. Siti Yuliani tahun 2003 dengan judul skripsi “Etika Promosi dalam Perspektif
Hukum Islam” dengan menitik beratkan pembahasan pada masalah bagaimana
etika promosi dalam tinjauan hukum Islam.
2. Serly Maria tahun 2003 dengan judul skripsi “Etika Usahawan dalam perspektif
Ekonomi Islam” dengan menitik beratkan pembahasan pada masalah apa
perbedaan antara etika usahawan dalam ekonomi Islam dan ekonomi konvesional
serta mengapa etika sangat diperlukan dalam kegiatan usaha (bisnis) para
usahawan.
3. Badiatul Luthfiani tahun 2004 dengan judul skripsi “Konsep Etika Bisnis
Perdagangan Global dalam Pandangan Syariah” dengan menitik beratkan
pembahasan pada masalah apa yang yang dimaksud dengan etika bisnis
perdagangan global serta bagaimana seharusnya sikap seorang muslim dalam
menjalankan usahanya dan bagaimana sikap pelaku bisnis muslim menghadapi
persaingan dalam perdagangan global agar tidak keluar dari kaidah–kaidah
syariah.
4. Ahmad Khoirul Ikhwan tahun 2006 dengan judul “Hubungan Tingkat Persaingan
11
Tangerang dalam mengahapi Persaingan Usaha” lebih menekankan pada
bagaimana para pedagang muslim dalam menghadapi persaingan tidak mencakup
pedagang non muslim. Dengan tempat dan waktu berbeda maka penulis tertarik
untuk mengkaji judul tersebut.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSAINGAN INDUSTRI DAN ETIKA
BISNIS
Yaitu membahas tentang persaingan industri meliputi : pengertian persaingan
industri, tujuan yang mendorong persaingan industri, pengaruh positif adanya
persaingan industri. Dan etika bisnis dalam Islam yang meliputi : pengertian etika
bisnis, dasar hukum etika bisnis dalam Islam, prinsip-prinsip etika bisnis dalam
Islam, fungsi dan tujuan etika bisnis dalam Islam.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Yaitu membahas tentang sejarah dan tujuan berdiri PT.Tiga Sekawan, visi dan misi
PT. Pancanata Centralindo, proses produksi, aspek produksi dan struktur organisasi
PT. Pancanata Centralindo.
BAB IV ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PT.TIGA SEKAWAN
Yaitu membahas tentang Analisis persaingan industri PT. Pancanata Centralindo
dengan etika bisnis dalam Islam, Analisis daya saing pemasaran dan jaringan kerja
industri PT. Pancanata Centralindo merebut pangsa pasar dalam menghadapi
persaingan diantara industri yang telah ada lebih dahulu, dan analisis daya saing
harga dan kualitas industri PT. Pancanata Centralindo mempertahankan konsumen
menghadapi masuknya pendatang baru dalam industri.
BAB V PENUTUP
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERSAINGAN INDUSTRI DAN ETIKA
BISNIS
A. Persaingan Industri
1. Pengertian Persaingan Industri
Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition, yang artinya persaingan itu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, dan kompetisi, sedangkan dalam
kamus manajemen, persaingan adalah usaha-usaha dari dua pihak/lebih perusahaan
yang masing-masing bergiat “memperoleh pesanan” dengan menawarkan
harga/syarat yang paling menguntungkan persaingan ini dapat terdiri dari beberapa
bentuk pemotongan harga, iklan/promosi, variasi dan kualitas, kemasan, desain, dan
segmentasi pasar.1
Dalam kamus manajemen persaingan usaha atau bisnis terdiri dari :
1. Persaingan sehat (healthy competition) yaitu persaingan antara perusahaan-perusahaan atau pelaku bisnis yang diyakini tidak akan menuruti atau
melakukan tindakan yang tidak layak dan cenderung mengedepankan
etika-etika bisnis.
2. Persaingan gorok leher (cut throat competition) persaingan ini merupakan bentuk persaingan yang tidak sehat atau fair dimana terjadi perebutan pasar
diantara beberapa pihak yang melakukan usaha yang mengarah pada praktek
1
B. N. Maribun, Kamus Manajemen, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003), h.276
menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan bisnis sehingga salah satu
tersingkir dari pasar salah satunya dengan menjual barang dibawah harga
yang berlaku di pasar.
Ada tiga (3) unsur yang perlu dicermati dalam membahas persaingan bisnis dalam
Islam :
1. Pihak-pihak yang bersaing
Manusia merupakan perilaku dan pusat pengendalian bisnis. Bagi seorang
muslim bisnis yang dilakukan adalah dalam rangka memperoleh dan
mengembangkan harta yang dimilikinya. Harta yang diperolehnya merupakan
rizki yang dikaruniakan Allah swt. Tugas manusia adalah berusaha
sebaik-baiknya salah satunya dengan jalan bisnis. Tidak ada anggapan rizki yang
diberikannya diambil oleh pesaing karena Allah swt. Telah mengatur hak
masing-masing sesuai usahanya. Keyakinan ini dijadikan landasan sikap
tawakal setelah manusia berusaha sekuat tenaga. Dalam hal kerja, Islam
memerintahkan umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Dengan
landasan ini persaingan tidak lagi diartikan sebagai usaha mematikan pesaing
lainnya, tapi dilakukan untuk memberikan sesuatu melalui mutu produk,
harga yang bersaing dan pelayanan total.
2. Segi cara bersaing
Berbisnis adalah bagian dari muamalah, karenanya bisnis tidak terlepas
dari hukum-hukum yang mengatur masalah muamalah. Dalam berbisnis
15
pesaing bisnis. Seorang pembisnis harus selalu berupaya memberikan
pelayanan yang terbaik bagi mitra bisnisnya. Namun bukan berarti dapat
menghalalkan segala cara, seperti pemberian siap untuk mempermudah proses
negoisasi. Akad bisnis yang dijalankan juga harus sesuai dengan akad syariah
tanpa manipulasi atau berbuat curang.
3. Objek yang dipersaingkan
Bebarapa keunggulan produk yang dapat digunakan untuk meningkatkan
daya saing adalah sebagai berikut :
a. Produk. Produk usaha bisnis yang dipersaingkan baik barang ataupun jasa
harus halal. Spesifikasinya harus sesuai dengan apa yang diharapkan
konsumen untuk menghindari penipuan kualitasnya terjamin dan bersaing
b. Harga. Bila ingin memenangkan persaingan harga produk harus
kompetitif dalam hal ini, tidak diperkenankan membanting harga dengan
tujuan menjauhkan pesaing.
c. Tempat. Tempat usaha harus baik, sehat, bersih dan nyaman. Dan tempat
juga harus dihindarkan terhadap hal-hal yang diharamkan seperti
barang-barang yang dianggap sakti untuk menarik pengunjung.
d. Pelayanan. Pelayanan harus diberikan dengan ramah, tapi tidak boleh
e. Layanan purna jual merupakan servis yang akan melanggengkan. Akan
tetapi, ini diberikan dengan cuma-cuma atau sesuai dengan akad.2
Persaingan adalah keadaan ketika organisasi berperang atau berlomba untuk
mencapai tujuan yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat survei,
atau sumberdaya yang dibutuhkan.3 Perusahaan industri adalah perusahaan yang
kegiatannya mengolah bahan-bahan baku menjadi barang jadi. Perusahaan industri
menarik (membeli) barang dari pasar factor produksi, misalnya bahan baku,
kemudian mengolahnya dan mengeluarkannya (menjual) ke pasar dengan bentuk
yang lain telah menjadi barang yang siap untuk dijual.4
Jadi, persaingan industri dapat diartikan sebagai suatu kegiatan bersaing/bertanding
diantara pengusaha/pembisnis yang satu dengan pengusaha/pembisnis lainnya
didalam memenangkan pangsa pasar/share market, dalam upaya melakukan, menawarkan produk barang dan jasa kepada konsumen dengan berbagai strategi
pemasaran yang diterapkan.
2. Tujuan yang Mendorong Persaingan Industri
Persaingan merupakan kondisi real yang dihadapi setiap orang di masa sekarang.
Kompetisi dan persaingan tersebut bisa dihadapi secara positif atau negatif,
bergantung kepada sikap dan mental persepsi kita dalam memaknai persaingan
2
Ismail Yusanto, M. Karebet Widjajakusuma, Menggangas Bisnis Islami, (Jakarta : Gema Insani Press,2002) h. 96-97
3
Mudrajad Kuncoro, Strategi bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif ( Jakarta : Erlangga, 2005) h. 86
4
17
tersebut. Hampir tiada hal yang tanpa kompetisi/persaingan, kompetisi/persaingan
dalam berprestasi, dunia usaha bahkan dalam proses belajar. Beberapa perusahaan
besar memasuki industri tertentu dengan maksud mendukung bisnis utamanya. Untuk
itu mereka tidak segan–segan mengorbankan rentabilitas dari anak perusahaan. Bila
para perusahaan di industri yang bersangkutan memiliki tujuan dan strategi yang
sama, tingkat persaingan akan lebih rendah karena masing–masing perusahaan
memiliki pandangan yang sama mengenai pesaingnya. Keadaan yang sebaliknya akan
menciptakan persaingan yang tinggi. Keragaman pesaing tidak hanya terjadi di antara
sesama produsen lokal, tetapi juga dari perusahaan–perusahaan luar negeri (asing)
sebagai tempat pelemparan produk mereka yang dihasilkan dari kelebihan kapasitas.
Selain itu juga persaingan merupakan semacam upaya untuk menduduki posisi yang
lebih baik di industri yang bersangkutan. Bila jumlah pesaing cukup banyak dan
seimbang, persaingan akan tinggi sekali karena masing–masing perusahaan memiliki
sumber daya yang relatif sama. Bila jumlah pesaing sama tetapi terdapat perbedaan
sumber daya, di pasar akan jelas sekali terlihat siapa yang menjadi market leader, dan perusahaan mana yang merupakan pengikut.5
Dan persaingan dalam dunia bisnis adalah pesaing kekuatan modal. Pelaku bisnis
dengan modal besar berusaha memperbesar jangkauan bisnisnya sehingga para
5
pengusaha kecil (pemodal kecil) semakin terseret.6 Pertumbuhan industri yang
lamban akan merupakan ajang perebutan pangsa pasar (market share) untuk perusahan yang mengadakan ekspansi. Dan juga praktek bisnis bertujuan mencapai
laba sebesar–besarnya dalam situasi persaingan bebas.7 Dalam bisnis, sasaran
terhadap keuntungan yang wajar adalah sangat penting. Hanya dengan membuat
keuntungan yang wajarlah, suatu suasana bisa berkembang dan memperbesar
pelayanannya terhadap orang banyak.8 Keuntungan di atas normal yang diperoleh
oleh perusahaan di dalam industri akan menarik pemain–pemain baru untuk masuk ke
dalam industri.
3. Dampak Positif Adanya Persaingan Industri
Kompetisi merupakan persaingan yang menunjuk kepada kata sifat siap bersaing
dalam kondisi nyata dari setiap hal atau aktivitas yang dijalani. Ketika kita bersikap
kompetitif, maka berarti kita memiliki sikap siap serta berani bersaing dengan orang
lain. Dalam arti yang positif dan optimis, kompetisi bisa diarahkan kepada kesiapan
dan kemampuan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan kita sebagai umat
manusia. Kompetisi seperti ini merupakan motivasi diri sekaligus faktor penggali dan
pengembang potensi diri dalam menghadapi bentuk-bentuk kompetisi, sehingga
kompetisi tidak semata-mata diarahkan untuk mendapatkan kemenangan dan
6
Drs. Muhammad dan R. Lukman Fauroni, Visi al – Qur’an : tentang Etika dan Bisnis (Jakarta : Salemba Diniyah, 2002), h.2.
7
Ibid., h.65
8
As. Mahmoeddin, Etika Bisnis dan Perbankan (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994) cet. Ke-1, h.17
19
mengalahkan lawan.9 Dengan memaknai kompetisi seperti itu, kita menganggap
kompetitor lain sebagai partner (bukan lawan) yang memotivasi diri untuk meraih
prestasi. Inilah bentuk kompetisi yang dilandasi sifat sehat dan tidak mengarah
kepada timbulnya permusuhan atau konflik, sehingga tidak bersifat deskruktif dan
membahayakan kelangsungan dan keharmonisan kehidupan kita.
Tuntutan dunia bisnis dan manajemen yang semakin tinggi dan keras
mensyaratkan sikap dan pola kerja yang professional. Persaingan yang semakin ketat
juga seakan mengharuskan orang–orang bisnis untuk bersungguh–sungguh menjadi
professional bila mereka ingin sukses dalam profesinya.10 Persaingan dalam dunia
bisnis mendorong pembisnis meningkatkan efisiensi dan kualitas produk untuk dapat
bersaing dengan perusahaan lain dan pelanggan merasa puas dengan produk tersebut.
Selain itu, persaingan industri memiliki pengaruh positif terhadap pengembangan
kreatifitas sumber daya manusia untuk menggunakan sumber daya yang ada secara
optimal dan menghasilkan barang–barang yang bernilai tinggi dengan harga yang
kompetitif. Persaingan membantu pemerintah menangulanggi kemiskinan akibat
krisis moneter yang mendera masyarakat Indonesia sejak tahun 1997 sampai
sekarang. Dengan bermunculan industri–industri baru dapat menyerap tenaga kerja
9
Nia Hidayati, “Bagaimana Menghadapi Kompetisi dan Persaingan”, artikel diakses pada tanggal 19April 2010 dari http://persaingan.com/2010/02/28/ Bagaimana Menghadapi Kompetisi dan Persainagan.html.
10
yang cukup banyak sehingga masyarakat memiliki penghasilan untuk memenuhi
kehidupan sehari–hari.
B. Etika Bisnis Dalam Islam
1. Pengertian Etika Bisnis dalam Islam
Banyak sekali literatur yang menerangkan arti dari etika namun semuanya
memiliki pengertian yang sama yaitu perilaku. Istilah etika berasal dari bahasa
Yunani kuno. Kata Yunani ethos, yang dalam bentuk tunggal memiliki banyak arti yaitu adat, kebiasaan, akhlak, watak, sikap, cara berpikir. Dan dalam bentuk jamak ta etha artinya adab kebiasaan.11 Etika dalam bahasa arab al–khuluq. Khuluq dari kata dasar khaluqa–khuluqan, yang berarti, tabiat, budi pekerti, kebiasaan, kesatria, keprawiraan.12 Kata khuluq ini kemudian lebih dikenal dengan term akhlak, atau al– falsafah al–adabiyah. Menurut Ahmad Amin akhlak adalah ilmu yamg menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.13 Marshall Saskhim dan William C. Morris (1987) dalam bukunya
Expriencing Management, Addison Wesley Publising Company, USA, menyatakan:
11
K. Bertens, Etika ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997) cet. ke-3 h.4
12
Drs. Muhammad dan R. Lukman Fauroni, Visi al – Qur’an : tentang Etika dan Bisnis, h.37
13
21
“Ethnic represents a code of behaviour. Value define what is right and what is wrong behaviour.”
Artinya, etika merupakan suatu kode perilaku, yakni nilai perilaku yang
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Tentu saja nilai salah dan benar
tersebut merujuk kepada moral yang ditentukan oleh agama.14 Adapun moral yang
ditentukan dalam Islam itu bersumber dari Allah swt. Dan dipraktikkan oleh
Rasulullah saw. Sebagaimana yang diterangkan dalam kitab Akhlaq Libanin bahwa Rasulullah di utus ke dunia untuk menyempurnakan akhlaq dan dengan akhlaq pula
manusia akan memperoleh kebahagian dunia dan akhirat serta dicintai oleh manusia
lain dan juga Allah swt.15
Kita ketahui semakin maju peradaban dan kebudayaan manusia maka akan
semakin banyak pula kreasi dan hasil daya cipta manusia dalam berbagai bentuk
kreasi dan daya cipta itu dikembangkan untuk membantu memenuhi segala
kebutuhan manusia baik lahir maupun batin. Maka diciptakanlah alat–alat pertanian,
perindustrian, mesin–mesin dan sebagainya, yang hingga saat ini masih terus
disempurnakan. Disisi lain, ada pihak yang menikmati hasil karya cipta barang/benda
tersebut, umumnya saat ini mereka disebut konsumen, pengguna atau pemakai.
14
Drs. Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern (Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2002) h, 2.
15
Selanjutnya terjadilah proses saling memenuhi kebutuhan yang disebut perdagangan,
perniagaan, atau bisnis.16
Kata bisnis dalam Al–Qur’an biasanya yang digunakan al- tijarah, al–ba’i, tadayantum, dan isytara. Tetapi seringkali kata yang digunakan yaitu al–tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berasal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang. Menurut ar–Raghib al–Asfahani dalam al–Mufradat fi gharib al–Qur’an, at–tijarah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan.17 Demikian pula menurut Ibnu Arabi, yang dikutip ar–Raghib, fulanun tajirun bi kadza, berarti seseorang yang mahir dan cakap yang mengetahui arah dan tujuan yang diupayakan dalam usahanya.18
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, bisnis di artikan sebagai usaha dagang, usaha
komersial di dunia perdagangan, dan bidang usaha. Skinner (1992), mendefinisikan
bisnis sebagai pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau
memberi manfaat. Adapun dalam pandangan Straub dan Attner (1994), bisnis tak lain
adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan
barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit.19
Bisnis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan usaha individu yang terorganisir untuk
16
Pamoentjak, K.ST dan Ichsan, Achmad, Seluk – Beluk dan Teknik perniagaan, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1981), cet. Ke- 21 h.1
17
Drs. Muhammad dan R. Lukman Fauroni, Visi al – Qur’an : tentang Etika dan Bisnis, h.30.
18
Ibid. h,. 30
19
23
menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.20
Adapun bisnis Islami dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas), kepemilikan hartanya
(barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan
pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram). Islam mengkombinasikan
nilai–nilai spiritual dan material dalam kesatuan yang seimbang dengan tujuan
menjadikan manusia hidup bahagia di dunia dan di akhirat.21 Dari uraian di atas, di
ini dapatlah kita mendefinisikan etika bisnis Islam sebagai seperangkat nilai tentang
baik, buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip–prinsip
moralitas dan juga al–qur’an dan hadits yang telah di contohkan oleh Rasulullah saw.
Adapun menurut Prof. Dr. Amin Suma SH, MM. yang dimaksud etika bisnis Islam
ialah konsep tentang usaha ekonomi khususnya perdagangan dari sudut pandang baik
dan buruk serta benar dan salah menurut standar akhlak Islam.22 Oleh karena itu
dalam ekonomi Islam yang berlandasan ketuhanan, maka tujuan akhir penciptaannya
adalah ridho Allah swt dengan memegang syariat Islam dalam segala aktivitasnya
20
Buchari Alma, Penghantar Bisnis (Bandung : Alfabeta, 1998), h.21
21
Drs. Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h.3
22
begitu pula dalam aktivitas ekonomi yang tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai etika
ke Islaman.23
Oleh karena itu agar mendapatkan suatu cakrawala yang luas dan mendalam akan
dipaparkan aksioma-aksioma etika bisnis yang harus melandasi suatu bisnis yang
berperspektif al–Qur’an yaitu :
1. Kesatuan
Kesatuan di sini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep
tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam
bidang ekonomi, politik, sosial, menjadi suatu “homogeneous whole” atau keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan
yang menyeluruh. Dari konsepsi ini, maka Islam menawarkan keterpaduan agama,
ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka
etika dan ekonomi atau etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal,
membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam yang homogen
yang tidak mengenal kekusutan dan keterputusan.
Islam menempatkan integritas sebagai nilai tertinggi yang memandu seluruh
perilakunya. Islam juga menilai perlunya kemampuan, kompetensi dan kualifikasi
tertentu untuk melaksanakan suatu kewajiban. Dalam konteks prinsip tauhid yang
bertujuan untuk mencari ridho Allah swt. dan cara-caranya yang tidak bertentangan
23
25
dengan syari’at Islam.24 Akan logis kiranya jika manusia berperilaku baik dengan
mematuhi segala ketentuan-Nya, hal itu harus ditunjukkan manusia sebagai khalifah
dibumi ini. Dan hal itu pulalah yang harus tercermin dalam sifat-sifat terpuji Allah
swt. yang terkandung dalam Asmaul Husna seperti sifat, ihsan, bijak, rahman, adil dan lainnya yang patut ditiru oleh manusia dalam mengelola bisnisnya, dalam
pandangan seorang muslim sifat-sifat Allah swt. itu adalah standar etika dalam
berperilaku.25
2. Kesetimbangan ( Keadilan)
Kesetimbangan atau keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam
yang berhubungan dengan keseluruhan harmonis pada alam semesta. Hukum dan
tatanan yang kita lihat pada alam semesta mencerminkan kesetimbangan yang
harmonis. Tatanan ini pula yang dikenal dengan sunatullah. Definisi adil menurut Islam adalah “tidak menzhalimi dan tidak dizhalimi” atau dengan kata lain
bahwasannya setiap orang mendapatkan haknya dan tidak mengambil bagian orang
lain.26 Adapun konsep keadilan dalam bisnis adalah mengharuskan setiap orang
mendapatkan haknya dan tidak mengambil hak atau bagian orang lain.27 Perilaku
24
Yusuf Qardhawi, Peran Nialai dan Moral dalam Perekonomian Islam, ( Jakarta : Rabbani Press,2001), h.25
25
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), cet.ke-2, h. 22
26
Muh. Syafi’I Antonio, Bank Syariah Teori dan Praktek (Jakarta : Gema Insani Press. 2001) cet. Ke-1 h.15
27
kesetimbangan dan keadilan dalam bisnis secara tegas dijelaskan dalam konteks
perbendaharaan bisnis (klasik) agar pengusaha muslim menyempurnakan takaran bila
menakar dan menimbang dengan neraca yang benar, karena hal itu merupakan
perilaku yang terbaik dan membawa akibat yang terbaik pula. Pelaku bisnis harus
berbuat adil, dilarang berlaku zhalim atau perbuatan merugikan orang lain seperti :
mengurangi timbangan, takaran dan ukuran. Sebagimana firman Allah swt. dalam
surat al-Anam ayat 152 yang berbunyi sebagai berikut :
ﺎ و
اﻮ ﺮْ
لﺎ
ْا
ﺎ إ
ﺎ
ه
ْ أ
ﻰ
ْ
ﺪﺷأ
اﻮ ْوأو
ْﻜْا
ناﺰ ْاو
ْ ْﺎ
ﺎ
ﻜ
ﺎ ْ
ﺎ إ
ﺎﻬ ْ و
اذإو
ْ ْ
اﻮ ﺪْ ﺎ
ْﻮ و
نﺎآ
اذ
ﻰ ْﺮ
ﺪْﻬ و
ا
ْوأ
اﻮ
ْ ﻜ ذ
ْ آﺎ و
ْ ﻜ
نوﺮآﺬ
Artinya : Dan jaganlah kamu hampiri harta anak yatim, kecuali dengan jalan yang terbaik, hingga ia sampai dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan keadilan. Tiadalah kami berati diri, melaikan sekedar tenaganya, dan apabila kamu berkata hendaklah berlaku adil, walaupun terhadap karib-karibmu sendiri, dan tepatilah janji Allah. Demikianlah Allah berwasiat kepadamu, mudah-mudahan kamu mendapat peringatan. (Q.S. al-Anam : 152)
Berbuat curang dalam berbisnis sangat dibenci Allah swt. Bahkan curang dalam
berbisnis justru pertanda kehancuran terhadap bisnis itu sendiri. Islam mengarahkan
dan mengajarkan manusia untuk hidup secara seimbang/adil. Baik terhadap diri
sendiri/individu, maupun dengan sesama (sosial). Dalam ayat Al–Qur’an, Allah swt.
memerintahkan manusia untuk berbuat adil.28 Sesuai dengan firman Allah swt. dalam
surat al-Maidah ayat 8 yang berbunyi sebagai berikut :
28
27
ﺎ
ﺎﻬ أ
ﺬ ا
اﻮ
اﻮ ﻮآ
اﻮ
ءاﺪﻬﺷ
ْ ْﺎ
ﺎ و
ْ ﻜ ﺮْﺠ
ن ﺷ
مْﻮ
ﻰ
ﺎ أ
اﻮ ﺪْ
اﻮ ﺪْ ا
ﻮه
بﺮْ أ
ىﻮْ
اﻮ او
ا
نإ
ا
ﺮ ﺧ
ﺎ
نﻮ ْ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat dngan taqwa dan takutlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Maidah : 8)
Al-Qur’an telah memerintahkan penganutnya untuk mengambil keputusan
dengan berpegang pada kesamaan derajat, keutuhan, dan keterbukaan. Maka,
keadilan adalah ideal untuk diterapkan dalam hubungan dengan sesama.29
Relevansinya terhadap pemanfaatan sumber daya, maka seyogianya diarahkan untuk
kesejahteraan manusia supaya ikut merasakan manfaatnya secara adil.
3. Kehendak Bebas
Kehendak bebas merupakan kontribusi Islam yang paling orisinal dalam filsafat
sosial tentang konsep manusia “ bebas”. Hanya Tuhan yang bebas, namun dalam
batas–batas skema penciptaan-Nya manusia juga secara relatif mempunyai
kebebasan. Manusia sebagai khalifah di muka bumi sampai batas–batas tertentu
mempunyai kehendak bebas untuk mengarahkan kehidupannya kepada tujuan
pencapaian kesucian diri. Manusia dianugerahi kehendak bebas untuk membimbing
kehidupannya sebagai khalifah. Berdasarkan kehendak bebas ini, dalam bisnis.
manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjia termasuk menepati
29
atau mengingkarinya. Seorang muslim yang percaya pada kehendak Allah swt, akan
memuliakan semua janji yang dibuatnya. Segaimana firman Allah swt. dalam surat
al-Maidah ayat 1 yang berbunyi :
ﺎ
ﺎﻬ أ
ﺬ ا
اﻮ
اﻮ ْوأ
دﻮ ْﺎ
ْ أ
ْ ﻜ
ﺔ ﻬ
مﺎ ْﺄْا
ﺎ إ
ﺎ
ﻰ ْ
ْ ﻜْ
ﺮْ
ﺪْ ا
ْ ْأو
مﺮ
نإ
ا
ﻜْ
ﺎ
ﺪ ﺮ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, tepatilah segala janjimu. Telah dihalalkan bagimu (memakan) hewan ternak (unta, sapi, kerbau, dan kambing), kecuali barang yang dibacakan kepadamu, tiada dihalalkan memburu binatang, sedang kamu tengah ihram (mengerjakan haji). Sesungguhnya Allah menetapkan apa-apa yang dikehendakinya. (Q.S. al-Maidah : 1)
Ia merupakan bagian kolektif dari masyarakat dan mengakui bahwa Allah
meliputi kehidupan individual dan sosial. Islam sangat memberikan keleluasaan
terhadap manusia untuk menggunakan segala potensi dan sumber daya yang dimiliki.
Demikian juga kemerdekaan manusia, karena Islam sangat memberikan kelonggaran
dalam berkreasi, melakukan transaksi atau melaksanakan kegiatan bisnis/investasi.
Kebebasan individu dalam melaksakan semua kegiatannya adalah hal yang mutlak
selama itu tidak melanggar aturan dalam Islam. Bagi para pelaku bisnis, kebebasan
dalam menciptakan mekanisme pasar memang diharuskan dalam Islam dengan syarat
sebagai berikut :30
a. Tidak ada distorsi yaitu proses penzaliman.
b. Tidak ada MAGHRIB (maysir, gharar, dan riba).
4. Pertanggungjawaban
30
29
Dalam dunia bisnis, pertanggungjawaban dilakukan kepada dua sisi yakni sisi
vertikal (kepada Allah swt). Seorang Muslim harus meyakini bahwa Allah selalu
mengamati semua perilakunya dan dia akan mempertanggungjawabkan semua
tingkah lakunya kepada Allah nanti di hari akhirat baik tingkah laku yang kecil
ataupun yang besar.31 Sisi horizontal kepada masyarakat luas/para konsumen dan
sebagainya. Tanggungjawab dalam bisnis harus ditampilkan secara transparan
(keterbukaan), kejujuran, pelayanan yang optimal dan berbuat yang terbaik dalam
segala urusan.
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia
karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Tanggung
jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan perilaku manusia.
Bahkan merupakan kekuatan dinamis individu untuk mempertahankan kualitas
kesetimbangan dalam masyarakat.
Tanggungjawab bisnis ditampilkan dalam transparansi, egaliter (seseorang yang
percaya bahwa semua orang sederajat), kejujuran, pelayanan yang optimal dan
berbuat terbaik dalam segala usaha. 32Dalam bidang ekonomi dan bisnis, aksioma ini
dijabarkan menjadi suatu pola perilaku tertentu. Karena manusia telah menyerahkan
suatu tanggung jawab yang tegas untuk memperbaik kualitas lingkungan ekonomi
dan sosial, maka perilaku konsumsi seseorang tidak sepenuhnya bergantung kepada
31
Sofyan Syafri Harahap, Auditing Dalam perspektif Islam, (Jakarta : Pustaka Quantum, 2008), h. 25
32
penghasilannya sendiri ia juga harus menyadari tingkat penghasilan dan konsumsi
berbagai anggota masyarakat yang lain. Konsepsi tamggung jawab dalam Islam
mempunyai sifat berlapis ganda dan terfokus baik pada tingkat mikro (individual)
maupun tingkat makro (organisasi dan sosial), yang kedua–duanya harus dilakukan
secara bersama.
5. Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran
Kebenaran adalah nilai yang dianjurkan dan tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku
yang benar, yang meliputi, proses akad (transaksi), proses mencari atau memperoleh
komoditas, proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau
menetapkan margin keuntungan (laba). Kebajikan adalah sikap ihsan, beneviolence
yang merupakan tindakan yang memberi keuntungan bagi orang lain. Dalam
pandangan Islam sikap ini sangat dianjurkan.
Kejujuran adalah sikap jujur dalam semua proses bisnis yang dilakukan tanpa
adanya penipuan sedikitpun. Sikap ini dalam khazanah Islam dapat dimaknai dengan
amanah. Dari sikap kebenaran, kebajikan (sukarela) dan kejujuran demikian maka
suatu bisnis secara otomatis akan melahirkan persaudaraan. Persaudaraan, kemitraan
antara pihak yang berkepentingan dalam bisnis yang saling menguntungkan, tanpa
adanya kerugian dan penyesalan sedikitpun. Bukan melahirkan situasi dan kondisi
permusuhan dan perselisihan yang diwarnai dengan kecurangan. Dengan demikian
kebenaran, kebajikan, dan kejujuran dalam semua proses bisnis akan dilakukan pula
31
tidak dilakukan dengan cara–cara yang mengandung kebatilan, kerusakan, dan
kezaliman, sebaliknya harus dilakukan dengan kesadaran dan sukarela. Sebagaimana
firman Allah swt. dalam surat an-Nisa ayat 29 yang berbunyi :
ﺎ
ﺎﻬ أ
ﺬ ا
اﻮ
ﺎ
اﻮ آْﺄ
ْ ﻜ اﻮْ أ
ْ ﻜ ْ
ﺎ ْﺎ
ﺎ إ
ْنأ
نﻮﻜ
ةرﺎﺠ
ْ
ضاﺮ
ْ ﻜْ
ﺎ و
اﻮ ْ
ْ ﻜ ْأ
نإ
ا
نﺎآ
ْ ﻜ
ﺎ ر
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Janganlah kamu bunuh dirimu (saudaramu). Sesungguhnya Allah penyayang kepadamu.” (Q.S. an-Nisa : 29)
2. Dasar Hukum Etika Bisnis dalam Islam
Setiap manusia memerlukan harta untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya
karena manusia akan selalu berusaha untuk memperoleh harta kekayaan tersebut
salah satunya dengan bekerja, dan bagian bekerja adalah dengan berbisnis. Dalam
mencari rizki dengan bekerja, Islam sangat memperhatikan aspek kehalalan dan
kebaikan (halalan thoyyibah) baik dari sisi perolehanya maupun dari sisi
pembelanjaannya.
Sehingga bisnis yang Islami dapat diartikan sebagai serangkaian aktifitas bisnis
dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan
hartanya (barang dan jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan
dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).33
Etika dalam bisnis Islam mengacu pada dua sumber utama, yaitu AL-Qur’an dan
sunnah Nabi. Dua sumber ini merupakan sumber dari segala sumber yang ada. Yang
33
membimbing dan mengarahkan semua perilaku individu/kelompok dalam
menjalankan ibadah, perbuatan atau aktifitas umat Islam. Maka etika bisnis dalam
Islam menyangkut norma dan tuntutan/ajaran yang menyangkut sistem kehidupan
individu dan atau institusi masyarakat dalam menjalankan kegitan usaha atau bisnis,
dimana selalu mengikuti aturan yang ditetapkan dalam Islam sebagaiman yang tertera
pada dua sumber tersebut.
Islam, atau syariat, yang bersumber dari Al–Qur’an dan teladan Nabi Muhammad
saw, mengatur semua aspek kehidupan, etika, dan sosial dan meliputi perkara–
perkara pidana maupun perdata. Syariat bersifat komprehensif, mencakup seluruh
aktivitas manusia, menentukan hubungan manusia dengan Tuhan dan dengan sesama
manusia.34 Dan aktifitas bisnis menurut Islam harus dipandang sebagai suatu karya
atau kerja manusia dalam menjalankan kegiatan “produksi.” Dan Islam telah secara
jelas menganjurkan umatnya untuk berusaha mencari rizki dimuka bumi ini sebagai
bekal hidupnya didunia dalam rangka menopang ibadahnya kepada Allah swt. Segala
sumber daya alam yang tersedia didunia terdiri atas tanah yang subur dengan segala
kandungan yang ada didalamnya seperti : air, barang tambang, mineral, batu bara, gas
bumi dan sebagainya semata-mata Allah swt ciptakan supaya manusia mengelola dan
memanfatkannya demi mencapai kesejahteraan lahir batin. Hal ini sejalan dengan
firman Allah yang berbunyi :
34
33
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setekepada-Nya-lah) dibangkitkan. (Q.S : Al –Mulk : 15)
Surat al-Anam ayat 152 yang berbunyi sebagai berikut :
ﺎ و
اﻮ ﺮْ
لﺎ
ْا
ﺎ إ
ﺎ
ه
ْ أ
ﻰ
ْ
ﺪﺷأ
اﻮ ْوأو
ْﻜْا
ناﺰ ْاو
ْ ْﺎ
ﺎ
ﻜ
ﺎ ْ
ﺎ إ
ﺎﻬ ْ و
اذإو
ْ ْ
اﻮ ﺪْ ﺎ
ْﻮ و
نﺎآ
اذ
ﻰ ْﺮ
ﺪْﻬ و
ا
ْوأ
اﻮ
ْ ﻜ ذ
ْ آﺎ و
ْ ﻜ
نوﺮآﺬ
Artinya : Dan jaganlah kamu hampiri harta anak yatim, kecuali dengan jalan yang terbaik, hingga ia sampai dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan keadilan. Tiadalah kami berati diri, melaikan sekedar tenaganya, dan apabila kamu berkata hendaklah berlaku adil, walaupun terhadap karib-karibmu sendiri, dan tepatilah janji Allah. Demikianlah Allah berwasiat kepadamu, mudah-mudahan kamu mendapat peringatan. (Q.S. al-Anam : 152)
Surat al-Maidah ayat 8 yang berbunyi sebagai berikut :
ﺎ
ﺎﻬ أ
ﺬ ا
اﻮ
اﻮ ﻮآ
اﻮ
ءاﺪﻬﺷ
ْ ْﺎ
ﺎ و
ْ ﻜ ﺮْﺠ
ن ﺷ
مْﻮ
ﻰ
ﺎ أ
اﻮ ﺪْ
اﻮ ﺪْ ا
ﻮه
بﺮْ أ
ىﻮْ
اﻮ او
ا
نإ
ا
ﺮ ﺧ
ﺎ
نﻮ ْ
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat dengan taqwa dan takutlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Maidah : 8)
Surat al-Maidah ayat 1 yang berbunyi :
ﺎ
ﺎﻬ أ
ﺬ ا
اﻮ
اﻮ ْوأ
دﻮ ْﺎ
ْ أ
ْ ﻜ
ﺔ ﻬ
مﺎ ْﺄْا
ﺎ إ
ﺎ
ﻰ ْ
ْ ﻜْ
ﺮْ
ﺪْ ا
ْ ْأو
مﺮ
نإ
ا
ﻜْ
ﺎ
ﺪ ﺮ
Surat al-Maidah ayat 48 yang berbunyi :
☺
☺
☺
☺
⌧
☯
⌧
☺
☺
Artinya : “Kami telah menurunkan kitab kepada engkau (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran yang membenarkan kitab yang dihadapkannya serta mengawasinya, sebab itu hukumlah antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau turut hawa nafsu mereka, (dan berpaling) dari kebenaran yang telah datang kepada engkau. Kami adakan untuk tiap-tiap umat diantara kamu satu syariat (peraturan) dan satu jalan. Kalau Allah menghendaki, niscaya ia jadikan kamu umat yang satu, tetapi ia hendak mencobai kamu tentang apa yang diberikannya kepadamu, sebab itu berlomba-lombalah kamu (memperbuat) kebaikan. Kepada Allah tempat kembalimu sekalian, lalu Allah mengabarkan kepadamu, tentang apa-apa yang telah kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah : 48)
Surat an-Nisa ayat 29 yang berbunyi :
ﺎ
ﺎﻬ أ
ﺬ ا
اﻮ
ﺎ
اﻮ آْﺄ
ْ ﻜ اﻮْ أ
ْ ﻜ ْ
ﺎ ْﺎ
ﺎ إ
ْنأ
نﻮﻜ
ةرﺎﺠ
ْ
ضاﺮ
ْ ﻜْ
ﺎ و
اﻮ ْ
ْ ﻜ ْأ
نإ
ا
نﺎآ
ْ ﻜ
ﺎ ر
35
Dalam berbisnis, Islam memberikan pedoman berupa norma-norma/etika untuk
menjalankan bisnis agar para pelaku bisnis benar-benar konsisten dan memiliki rasa
responsibility yang tinggi. Maka dengan adanya norma-norma/etika spiritual yang tinggi iman dan akhlaq yang mulia tersebut, merupakan “kekayaan” yang tidak akan
habis dan sebagai “pusaka” yang tidak akan pernah sirna.35
3. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dalam Islam
Harus diakui, Nabi Muhammad saw. telah menerapkan bisnis modern dalam
menjalankan bisnisnya. Jauh sebelum para pakar ekonomi dan manajemen Barat
mengangkat prinsip manajemen sebagai satu disiplin ilmu khusus, Nabi Muhammad
saw. adalah pembisnis yang memiliki gelar al-amin justru sudah lebih dulu
mengimplementasikan nilai–nilai manejemen dalam kehidupan dan praktek
bisnisnya. Rasulullah saw telah dengan sangat baik mengelola proses transaksi, dan
hubungan bisnis dengan seluruh elemen bisnis serta pihak–pihak yang terlihat
didalamnya. Dasar–dasar etika dan manajemen bisnis itu, lalu mendapat legitimasi
keagamaan setelah nabi Muhammad saw diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Prinsip-prinsip etika bisnis yang diwariskan semakin mendapat pembenaran akademis di
penghujung abad ke- 20 atau awal abad ke- 21. Prinsip bisnis modern, seperti
costumer satisfaction (tujuan pelanggan dan kepuasan konsumen), service excellence
(pelayanan yang unggul), kompetensi, efisiesi, transparansi, persaingan yang sehat
35
dan kompetitif. Semuanya itu telah menjadi gambaran pribadi, etika bisnis
Muhammad saw ketika Beliau masih muda.36
Dengan merujuk pada ayat al–Qur’an dan al-Hadits serta contoh nyata dari
teladan Rasulullah saw., sebagai landasan operasional, dapat kita ketahui
prinsip-prinsip dan rambu-rambu etika bisnis yang harus diimplementasikan serta diamalkan
oleh kita semua dalam kehidupan sehari–hari. Terutama bagi para pelaku bisnis yang
menjadi lahan penghidupan. yaitu:
a. Prinsip Otonom
Hak otonom ini adalah hak kebebasan untuk mencapai keinginan.37 Seorang
pebisnis haruslah mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggap baik untuk dilakukan dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dengan segala risiko ataupun akibat
yang timbul bagi dirinya, perusahaannya dan juga bagi orang lain.
Pebisnis yang otonom adalah pebisnis yang sadar akan kewajibannya dalam dunia
bisnis untuk dapat bertindak otonom diperlukan adanya kebebasan untuk mengambil
keputusan dan bertindak sesuai dengan keputusan tersebut. Keputusan yang diambil
jika tidak dilanjutkan dengan implementasinya akan menjadi bumerang tersendiri
36
M. Nadratuzzaman Hosen, dkk, Khutbah Jum’at Ekonomi Syari’ah, ( Jakarta : PKES, 2008), h.10
37
37
bagi keberlangsungan bisnisnya. Dalam hal ini adalah kepercayaan relasi maupun
konsumen akan berkurang.38
b. Prinsip Kejujuran
Kejujuran merupakan syarat yang fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah
saw sangat menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Banyak ayat Al–Qur’an
memerintahkan kita dengan tegas untuk berbuat jujur dalam segala hal, termasuk juga
dalam berbisnis. Sebagian dari bentuk kejujuran adalah seorang pengusaha senantiasa
terbuka dan transparan dalam jual–belinya. Tidak hanya menampakkan yang baik
seraya menyembuyikan cacat atau bagian yang buruk dari barang–barang yan
diperdagangkan.39
Dapat dimengerti betapa besar pahala yang dijanjikan oleh Allah swt. Untuk para
pengusaha yang jujur karena memang hanya dengan jujurnya para pengusaha dunia
usaha akan maju dan berkembang dengan baik. 40Memang memiliki sifat jujur sangat
sulit dan berat. Terlebih lagi di masa kini, ketika kehidupan materialistis relatif lebih
mendominasi.sehingga dalam dunia bisnis pada umumnya mumgkin sulit untuk
mendapatkan kejujuran yang sebenarnya.
c. Prinsip saling menguntungkan
38
Ibid, h.78-79
39
M. Nadratuzzaman Hosen, dkk, Khutbah Jum’at Ekonomi Syari’ah, h.29
40
Prinsip ini berhubungan dengan dunia persaingan bisnis yang harus menghasilkan
suatu win win situation.41 Prinsip ini menuntut hal yang sama, yaitu agar semua pihak
berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Prinsip ini sangatlah
mengakomodasikan hakikat dan tujuan bisnis. Pengusaha sebagai pebisnis ingin
mendapatkan laba dan pembeli sebagai konsumen juga ingin mendapatkan barang
ataupun jasa yang memuaskan dan menguntungkan dalam bentuk harga dan kualitas
produk. Disisi lain bisnis haruslah dilakukan dan dijalankan sedemikian rupa agar
masing-masing pihak yang melakukan transaksi sama-sama meraih keuntungan.
d. Prinsip integrasi moral
Pembisnis haruslah selalu menjaga nama baik perusahaannya dalam setiap
melakukan hubungan bisnis. Ada sebuah imperative (kepentingan) moral yang
berlaku bagi sendirinya untuk berbisnis sedemikian rupa agar dipercaya tetap paling
unggul dan tetap yang terbaik dalam kualitas dan kuantitas.
e. Amanah dan Memenuhi Janji
Allah swt. dan Rasul-nya memerintahkan kepada setiap muslim untuk
menunaikan amanah. Allah swt. Memerintahkan agar selalu menunaikan amanah
dalam segala bentuknya, baik amanat perorangan maupun amanat perusahaan, amanat
rakyat dan umat, seperti yang dipikul oleh seorang pemimpin Islam. Seorang manajer
perusahaan adalah pemegang amanat dari pemegang sahamnya, yang wajib
mengelola perusahaan dengan baik, sehingga menguntungkan pemegang saham dan
41
39
memuaskan konsumennya. Sebaliknya orang-orang yang menyalahgunakan amanat
(berkhianat) adalah berdosa di sisi Allah swt. Dan dapat dihukum didunia dan akhirat.
Ajaran Islam mengharuskan seorang pembisnis muslim mempunyai hati yang
tanggap, dengan menjaga dan memenuhi hak–hak Allah swt serta manusia, dan
menjaga muamalahnya dari unsur yang melampaui batas atau khianat. Seorang
pembisnis muslim adalah sosok yang dapat dipercaya, sehingga ia tidak menzholimi
kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sifat ini juga merupakan syarat untuk meraih
kesuksesan dunia dan akhirat. Memiliki sifat amanah dan menepati janji merupakan
ciri sekaligus juga bukti dari keimanan yang dimiliki, dan dengan demikian,
insyaAllah akan mengeluarkan orang dari kemunafikan.42
f. Harus Halal dan Saling Ridho
Tidak diragukan lagi, ajaran Islam yang suci mengharuskan umatnya untuk
berperilaku halal, dan meninggalkan yang haram dalam seluruh aspek kehidupan,
mulai dari cara memperoleh rizki, mengkonsumsi dan memanfaatkannya.
Dengan demikian, barang atau produk atau jasa yang diperdagangkan juga
haruslah yang halal, jangan yang haram. Memperdagangkan atau melakukan transaksi
yang haram, misalnya babi, khamar, dan lain–lain. Kegiatan bisnis dan perdagangan
harus dijalankan atas dasar suka sama suka, saling meridhoi. Tidak boleh dengan
paksaan, tipu daya, kezaliman, menguntungkan satu pihak