• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh gaya belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh gaya belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian Ex Post facto SMPN 1 Surade, Sukabumi

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Teti Widiyanti

NIM: 104017000567

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

iv

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun umatnya dari zaman

jahiliah menuju zaman yang terang benderang.

Disusunnya Skripsi sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta guna mencapai gelar sarjana Pendidikan matematika. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai atas bantuan banyak pihak dan sekali lagi atas

rahmat dariNya,oleh karena itu penulis banyak mengucapkan syukur dan terimakasih

kepda Allah yang telah memperpanjang tangan Nya melalui pihak-pihak yang telah

membantu penulis baik secara moril maupun materil.ucapan terimakasih

sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.

2. Ketua jurusan Pendidikan Matematika Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd.

3. Dosen pembimbing skripsi I Bapak Dr. Kadir, M.Pd, Pembimbing II Bapak Mulyono,

M.Pd atas segala ilmu dan inspirasi dalam mengembangkan pola fikir penulis.

4. Dosen pembimbing akademik Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd atas segala arahan

dan nasehat.

5. Para dosen dan staf jurusan Pendidikan Matematika UIN Jakarta atas segala ilmu dan

pengetahuan kematematikaan sehingga penulis dapat sedikit tahu bagaimana cara

belajar.

6. Bapak Juwaeni Ridwan Efendi, S.Pd, Kepala SMPN 1 Surade, Sukabumi, terimakasih

atas kesempatan yang diberikan untuk penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ust. Muzammil MF, Al-+DIL]K GDQ 8PPL 1DELODK GL 0D¶KDG 1XUXO +LNPDK \DQJ

telah memberikan penulis banyak ilmu dan pengalaman dari sebuah keberkahan Al-4XU¶DQ 7HULPDNDVLK DWDV VHJDOD PRWLYDVL \DQJ WHODK GLEHULNan selama penulis

menghafal Al-4XU¶DQ VHPRJD SHQXOLV GDSDW PHQ\HOHVDLNDQ MX] VHEDJDLPDQD

(8)

v

warohmah \DQJ WHODK $OODK DQXJUDKNDQ NHSDGD NLWD PDODLNDW NHFLO ³$WKLIDK $]NLD 5DPDGKDQ´VHPRJDPHQMDGLDQDN\DQJVHKDWVKROHKDKGDQFHUGDVDPLLLQ

9. Ibunda Darsinah (alm), Ayahanda Muchtar Efendi, Ibu Hj. Shopiah S.Ag. Bapak H.

Moh.Ulum, A.Md. dan saudara-saudara ku, Kak Ramlan,Kak Ida, Lina (makasi ya de

dah bantu menjaga Thifa selama proses bimbingan,OKDPNDNDN,SDU1X¶PDQ 7HK

Euis bersama peri kecilnya Alfath, Putri dan Tsaqib serta keluarga semuanya yang WLGDNGDSDW3HQXOLVVHEXWNDQVDWXSHUVDWX7HULPDNDVLKDWDVVHPXDGR¶DNDVLKVD\DQJ

dan motivasi,Semoga Allah selalu melimpahkan Rohman dan RohimNya kepada

Kita,Amiin.

10. Sahabat- sahabatku di Matematika angkatan 2004 terutama Yusmaini, Qori, Siti

Mustasyrifah, Ayu, dan Andri. Terima kasih atas motivasinya.

11. Sahabat-sahabatku di Surade, Siti Quraesin, Rika, Rosita dan Yuliani, Terimakasih DWDVGR¶DGDQPRWLYDVLQ\DVHPRJD$OODKVHODOXPHOLPSDKNDQ kasih sayangnya kepada

kita. Amiin.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak GDSDW SHQXOLV VHEXWNDQ VDWX SHUVDWX SHQXOLV KDQ\D GDSDW PHPRKRQ GDQ EHUGR¶D

semoga segala kebaikan dan ketulusan mereka semua menjadi amal shaleh dan dibalas

oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda. Amiin

Penulis beerharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Jakarta, April 2011

(9)

vi

KATA PENGANTAR««««««««««««««««««««« iv

DAFTAR ISI««««««««««««««««««««««««« vi

DAFTAR TABEL««««««««««««««««««««««« viii

DAFTAR GAMBAR««««««««««««««««««««« ix

DAFTAR LAMPIRAN «««««««««««««««««««« x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... ... 6

D. Rumusan Masalah... ... 6

E. Tujuan Penelitian... ... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika «««««« 8 1. Pengertian Masalah....««««««««««««««« 8

2. Pengertian Pemecahan Masalah««««««««««« 10

a. Berpikir... «««« 10

b. Pemecahan Masalah...«««« 12

3. Pengertian Matematika ...««««««««««««« 20

4. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah...«««««... 22

5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika««««.... 25

B. Gaya Belajar... 26

1. Pengertian Gaya Belajar««««««««««««... 26

2. Jenis-Jenis Gaya Belajar ...««««««««««..« 28

a. Gaya Belajar Visual... 29

1. Pengertian Gaya Belajar Visual... 29

(10)

3. Macam-macam Gaya Belajar Visual... 30

b. Gaya Belajar Auditorial... 31

1. Pengertian Gaya Belajar Auditorial... 31

2. Ciri-Ciri Gaya Belajar Auditorial... 32

3. Macam-macam Gaya Belajar Auditorial... 32

c. Gaya Belajar Kinestetik... 33

1. Pengertian Gaya Belajar Kinestetik... 33

2. Ciri-Ciri Gaya Belajar Kinestetik... 34

3. Macam-macam Gaya Belajar Kinestetik... 34

C. Hasil Penelitian yang Relevan ««««««««««««« 35 D. Hipotesis Penelitian..««««««««««««««««« 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ««««««««««««« 38 B. Populasi dan Sampel Penelitian....«««..««««««««. 38

C. Metode Penelitian «««««««««««««««« 39 D. Teknik Pengumpulan Data«««««««««««««« 40

E. Instrumen Penelitian «««««««««..««««««« 41

F. Teknik Analisis Data «««««««««««««««« 44 G. Hipotesis Statistik... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data «««««««««««««««««« 49 B. Pengujian Persyaratan Analisis««««««««««««« 55 1. Uji Normalitas «««««««««..«««««««« 55

2. Uji Homogenitas ««««««««««.««««««« 56 C. Pengujian Hipotesis... «««««««« 57

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...««««««««««« 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ««««««««««««««..«««««« 62

B. Saran ««««««««««««««««.««««« 62

DAFTAR PUSTAKA««««««««««««««««««««« 64

(11)

viii

Tabel 2.2 Contoh Pemecahan Masalah Matematika ... 24

Tabel 2.3 Faktor yang Menyebabkan Siswa Aktif dan Pasif ... 25

Tabel 3.1 Rekapitulasi Gaya Belajar Siswa Kelas VIII ... 39

Tabel 3.2 Cara Perhitungan Uji-Barlett ... 46

Tabel 3.3 Cara Perhitungan Uji-ANAVA ... 47

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemecaan Masalah Matematika .. 49

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual ... 51

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang memiliki Gaya Belajar Auditorial ... 52

Tabel4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik ... 54

Tabel 4.5 Uji Normalitas Kelompok Siswa Yang Memiliki Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik ... 56

Tabel 4.6 Persiapan Barlett ... 56

Tabel 4.7 Uji Homogenitas kelompok Siswa Yang Memiliki Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik ... 57

Tabel 4.8 Perhitungan ANAVA (Uji-F) ... 57

(12)

ix

Gambar 2.2 Contoh Kesenjangan dalam Merubah Bentuk ... 16

Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman Belajar Menurut Edgar Dale ... 27

Gambar 3.1 Grafik Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang

memiliki Gaya Belajar Visual ... 51

Gambar 3.2 Grafik Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang

memiliki Gaya Belajar Auditorial ... 53

Gambar 3.3 Grafik Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang

[image:12.595.116.522.82.469.2]
(13)

x

Lampiran 2 Angket Gaya Belajar Siswa ... 67

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pemecamahan Masalah

Matematika ... 69

Lampiran 4 Uji Coba Instrumen Kemampuan Pemecamahan Masalah

Matematika ... 71

Lampiran 5 Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen Kemampuan Pemecamahan

Masalah Matematika ... 75

Lampiran 6 Uji Validitas Instrumen Kemampuan Pemecamahan Masalah

Matematika ... 79

Lampiran 7 Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Kemampuan

Pemecamahan Masalah Matematika ... 80

Lampiran 8 Uji Reliabilitas Instrumen Kemampuan Pemecamahan Masalah

Matematika ... 81

Lampiran 9 Uji Indeks Kesukaran Instrumen Kemampuan Pemecamahan

Masalah Matematika ... 82

Lampiran 10 Rekapitulasi Uji Indeks Kesukaran Instrumen Kemampuan

Pemecamahan Masalah Matematika ... 83

Lampiran 11 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Valid ... 84

Lampiran 12 Instrumen Kemampuan Pemecaan Masalah Matematika ... 85

Lampiran 13 Kunci Jawaban Instrumen Kemampuan Pemecaan Masalah

Matematika ... 89

Lampiran 14 Hasil Angket Gaya Belajar Siswa ... 93

Lampiran 15 Matrik Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

yang memiliki Gaya Belajar Visual ... 101

Lampiran 16 Tabel Distribusi Frekuensi Siswa yang memiliki Gaya Belajar

(14)

xi

Lampiran 19 Matrik Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik ... 107

Lampiran 20 Tabel Distribusi Frekuensi Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik ... 109

Lampiran 21 Tabel Uji Normalitas Siswa yang memiliki Gaya Belajar Visual . 110 Lampiran 22 Tabel Uji Normalitas Siswa yang memiliki Gaya Belajar Auditorial ... 111

Lampiran 23 Tabel Uji Normalitas Siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik ... 112

Lampiran 24 Perhitungan Uji Homogenitas... 113

Lampiran 24 Tabel Persiapan ANAVA Satu Jalan ... 114

Lampiran 25 Perhitungan ANAVA dan Uji-t (Dunnet) ... 116

Lampiran 26 Tabel Harga Kritik dari r Product-Moment ... 117

Lampiran 27 Tabel Nilai Kritis untuk Uji Liliefors ... 118

Lampiran 28 Tabel Harga Kritik X2 ... 119

Lampiran 29 Tabel Harga Kritik untuk F ... 120

Lampiran 30 Tabel Harga Kritik untuk t ... 121

Lampiran 31 Surat Pengajuan Judul Skripsi ... 122

Lampiran 32 Surat Perubahan Judul Skripsi ... 123

Lampiran 33 Surat Bimbingan Skripsi... 124

Lampiran 34 Surat Izin Penelitian ... 125

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pemecahan masalah atau Problem solving merupakan bagian dari

kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran

maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman

menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk

diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini

aspek-aspek kemampuan matematik penting seperti penerapan aturan pada

masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematik,

dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik. Namun demikian kenyataan

di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pemecahan masalah dalam proses

pembelajaran matematika belum dijadikan sebagai kegiatan utama. Padahal, di

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang kegiatan tersebut dapat

dikatakan merupakan inti dari kegiatan pembelajaran matematika di sekolah. 6HODLQ LWX 6XU\DGL GNN GDODP VXUYH\Q\D WHQWDQJ ³Current situation on

mathematics and science education in BandXQJ´ yang disponsori oleh JICA,

antara lain menemukan bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu kegiatan

matematik yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di semua

tingkatan mulai dari Sekolah Dasar sampai SMU. Akan tetapi, hal tersebut masih

dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam matematika baik bagi siswa

dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.1

Sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Matematika Sekolah bahwa

tujuan diberikannya matematika antara lain agar siswa mampu menghadapi

perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak

1http://www. karmawati-yusuf.blogspot.com/2009/01/tugas-problem-solving.html

(16)

atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Hal

ini, jelas merupakan tuntutan sangat tinggi yang tidak mungkin bisa dicapai

melalui hapalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses

pembelajaran biasa. Untuk menjawab tuntutan tujuan yang demikian tinggi, maka

perlu dikembangkan materi serta proses pembelajarannya yang sesuai.

Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne (1970), bahwa keterampilan

intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Hal

ini dapat difahami sebab pemecahan masalah merupakan tipe belajar paling tinggi

dari delapan tipe yang dikemukakan Gagne, yaitu: signal learning,

stimulus-response learning, chaining, verbal association, discrimination learning, consept

learning, rule learning, dan problem solving.2

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber

daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola,

baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai bila pebelajar

dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang

baik. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya

bahan ajar yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya,

sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Selain itu juga gaya belajar atau

learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku

psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar

merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP

dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4). Gaya belajar mengacu pada cara belajar

yang lebih disukai pebelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang

berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar

belakang sosio kultural, dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991: 168).

Keanekaragaman Gaya belajar mahasiswa perlu diketahui pada awal

2http://www. karmawati-yusuf.blogspot.com/2009/01/tugas-problem-solving.htm

(17)

permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal

ini akan memudahkan bagi pebelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk

mengajar dalam proses pembelajaran. Pebelajar akan dapat belajar dengan baik

dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut

memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan

tepat dan meningkatkan kemampuan intelegensinya (Kolb 1984 ).3

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20

tahun 2003, yaitu :

³ 3HQGLGLNDQ PHUXSDNDQ XVDKD VDGDU GDQ WHUHQFDQD XQWXN PHZXMXGNDQ

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya, Pendidikan Nasional bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman,

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung MDZDE´ 4

Karena hal tersebut kita dapat mengetahui bahwa untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa salah satunya yaitu dengan

mengetaui gaya belajar.

Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan

antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai

dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari

hal-hal baru. Dalam hal-hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan

kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam

dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan

perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan

dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola

pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.

4Christiana Demaja W. Sahertian, S.PAK, M.Pd, Pengaruh penggunaan bahan ajar dan Gaya belajar terhadap hasil belajar.

(18)

Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks

yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya

sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan

rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama

lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus

dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan.

Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola

dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3

(tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan

kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak

berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar

tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain.

Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah

satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan

yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran.

Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai

dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi "pintar"

sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif mungkin tidak

diperlukan lagi.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sain (IPTEKS) sangat

pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut, arus informasi datang

dari berbagai penjuru dunia secara cepat dan melimpah ruah.

Untuk tampil unggul pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini,

kita perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi,

kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan

kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir

seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena

matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya

sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir

(19)

Kemampuan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan baik dalam

permasalahan matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata

merupakan kemampuan Daya Matematis (mathematical power). Oleh karena itu

bagaimana pembelajaran matematika dilaksanakan sehingga dapat menumbuh

kembangkan daya matematis siswa. Sehingga dengan gaya belajar atau cara

belajar, mereka mengetahui cara belajar mereka sendiri dan siswa memiliki

kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan

matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata. Oleh alasan tersebut

penulis memilih judul: Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka identifikasi mengenai

masalah penelitian ini yaitu :

1. Apakah kemampuan penalaran berpengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika?

2. Apakah kemampuan berpikir kritis berpengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika?

3. Apakah pengetahuan dasar matematika berpengaruh kepada kemampuan

pemecahan masalah matematika?

4. Apakah kreativitas berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika?

5. Apakah gaya belajar berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika?

6. Apakah kemampuan numerik berpengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika?

7. Apakah kemampuan analogi berpengaruh terhadap kemampuan

(20)

C. BATASAN MASALAH

Secara konseptual agar lebih paham penelitian ini perlu dibatasi:

1. Gaya belajar, yang dimaksud gaya belajar pada batasan masalah ini adalah

gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika, yang dimaksud kemampuan

pemecahan masalah matematika pada batasan masalah ini adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah

matematika kelas VIII yang mencakup materi lingkaran dan bangun ruang.

D. RUMUSAN MASALAH

Penelitian ini akan diteliti mengenai pengaruh gaya belajar siswa terhadap

kemampuan pemecahan masalah. Secara umum rumusan masalahnya adalah : ³$SDNDK terdapat pengaruh gaya belajar terhadap kemampuan pemecahan PDVDODK"´

Secara khusus rumusan masalahnya adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika

antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan siswa yang memiliki

gaya belajar auditorial?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan siswa yang memiliki gaya

belajar kinestetik?

3. Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan maslah matematika antara

siswa yang memiliki gaya belajar auditorial dengan siswa yang memiliki gaya

belajar kinestetik?

E. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empiris tentang :

Pengaruh gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) terhadap kemampuan

(21)

E. MANFAAT PENELITIAN

Kegunaan/manfaat penelitian yang dapat diperoleh mengenai pengaruh gaya

belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah adalah :

1. Bagi siswa : Agar dapat mengetahui gaya belajar apa yang mereka miliki dan

bagaimana menyesuaikan dengan kebiasaan yang sering dilakukan siswa

dalam keseharian.

2. Bagi guru : Agar dapat mengetahui gaya belajar siswa dan menyesuaikan

metode apa yang cocok dengan gaya belajar siswa pada saat saat proses

belajar mengajar.

3. Bagi orang tua : Agar dapat mengetahui gaya belajar dan mengarahkan cara

belajarnya sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa.

4. Bagi sekolah : Sebagai data untuk pemetaan gaya belajar siswa dan untuk

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Konsep Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

1. Pengertian Masalah

Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir

setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu dicari jalan

keluarnya. Psikologi kognitif memusatkan perhatiannya kepada

masalah-masalah yang memiliki tingkat kesulitan sedang. Alasannya agar dapat

dipelajari proses-proses kognisi yang terlibat dalam pencarian pemecahan

masalah yang benar.

Masalah seringkali disebut orang sebagai kesulitan, hambatan, gangguan,

ketidak puasan atau kesenjangan. Secara umum dan hampir semua ahli

psikologi kognitif seperti Anderson (1980), Evans (1991), Hayes (1978), dan

Ellis dan Hunt (1993) sepakat bahwa masalah adalah suatu kesenjangan antara

situasi yang akan datang atau tujuan yang diinginkan (Problem is a gap or

discrapancy between present state and future state or desired goal). Keadaan

sekarang sering juga disebut original state, sedangkan keadaan yang diharapkan

sering juga disebut final state. Jadi, suatu masalah muncul apabila ada halangan

atau hambatan memisahkan antara present state dengan goal state. 1

a. Jenis-jenis masalah

1. Berdasarkan pengetahuan seseorang, masala digolongkan menjadi: a. Masalah yang jelas dan tidak jelas

Berdasarkan tingkat pengetahuan seseorang mengenai masalah yang

sedang dihadapi Evans membagi masalah menjadi empat macam, yaitu:

1. masalah-masalah yang situasi sekarang maupun situasi yang diinginkan

keduanya diketahui.

2. Masalah yang hanya diketahui pada situasi sekarang, tetapi situasi yang

diinginkan tidak diketahui.

1 Suharnan. Psikologi Kognitif, Surabaya: Srikandi, 2005.hal.282-283

(23)

3. Masalah yang situasi yang diinginkan diketahui, tetapi situasi sekarang

tidak diketahui.

4. Masalah-masalah yang situasi sekarang maupun situasi yang

diinginkan, keduanya tidak diketahui.

Jenis masalah yang pertama merupakan masalah yang mudah

dipecahkan (structured problem), jenis masalah yang kedua dan ketiga

termasuk kategori masalah yang memiliki tingkat kesulitan sedang dan

jenis masalah yang keempat adalah masalah-masalah yang sangat

kompleks atau sulit untuk dipecahkan (unstructured problem).

2. Berdasarkan proses-proses kognitif,

Berdasarkan proses kognitif, masalah digolongkan menjadi tiga,

diantaranya:

a.Inducing Structured Problem

Jenis masalah ini meminta seseorang untuk menemukan pola

yang akan menghubungkan elemen-elemen masalah, antara satu

elemen dengan elemen yang lainnya.

b. Tranformation Problem.

Jenis masalah ini meminta seseorang untuk memanipulasi atau

mengubah objek-objek dan simbol-simbol menurut aturan tertentu

agar diperoleh suatu pemecahan.

c.Arrangment Problem

Jenis masalah ini meminta seseorang untuk menyusun atau

mengatur ulang elemen-elemen suatu tugas agar diperoleh

pemecahan.

Kebanyakan aktivitas pemecahan masalah atau

pembentukan konsep melibatkan proses berpikir. Aktivitas pemecahan

masalah juga melibatkan proses-proses pembetukan konsep dan

(24)

2. Konsep Pemecahan Masalah a. berpikir

Berpikir dapat didefinisikan sebagai proses menghasilkan repsentasi

mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi

secara kompleks antara atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi,

penalaran, amjinasi, dan pemecahan masalah. Contoh, pada waktu seseorang

membaca buku, informasi diterima melalui beberapa tahapan, mulai dari proses

sensori sampai dengan ingatan. Informasi ini kemudian ditransformasikan

sehingga menghasilkan apa yang disebutintisari sebagai informasi baru, dan hal

ini pula sebagai pengetahuan baru bagi orang itu.2

Menurut Syaiful Sagala berpikir berarti meletakan hubungan antar bagian

pengetahuan yang diperoleh manusia. Berpikir sebagai menentukan

hubungan-hubungan secara bermakna antara aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan.

Sedangkan bentuk aktivitas berpikir melakukan tingkah laku simbolis, karena

seluruh aktivitas ini berhubungan dengan atau mengenai penggantian hal-hal

yang konkret. Berpikir merupakan proses dinamis yang menempuh tiga langkah

berpikir yaitu (1) pembentukan pengertianyaitu melalui proses mendeskripsikan

ciri-ciri objek yang sejenis mengklasifikasi ciri-ciri yang sama, mengabstraksi

dengan menyisihkan, membuang dan menganggap ciri-ciri yang hakiki;(2)

Pembentukan pendapat yaitu meletakan hubungan antara dua pengertian atau

lebih yang hubungan itu dapat dirumuskan secara verbal berupa penadapat

menolak, kalimat menerima atau mengiyakan, dan pendapat asumtif yaitu

mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal; dan (3)

Pembentukan keputusan yaitu penarikan kesimpulan sebagai hasil pekerjaan

akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang

sudah ada.3

Dengan menerapkan atau dengan adanya mata pelajaran akademik seperti

matematika, bahasa Inggris dan sejarah kedalam tugas-tugas yang berhubungan

dengan dunia nyata dan kedalam masalah yang dialami, siswa sedikit demi

2 Suharman. Psikologi Kognitif, Surabaya: Srikandi, 2005.hal.280

(25)

sedikit akan membangkitkan kebiasaan berpikir dengan baik, berpikiran

terbuka, mendengarkan orang lain dengan tulus, berpikir sebelum bertindak,

mendasari kesimpulan dengan bukti kuat dan melatih imajinasi.

Berpikir dengan tingkatan yang lebih tinggi mendidik baik berpikir kritis

maupun kreatif. Sebagian besar orang tua dan pendidik setuju bahwa dalam

masyarakat modern saat ini anak-anak harus menguasai keterampilan berpikir

dalam tingkatan yang lebih tinggi. Kemampuan berpikir dengan jelas dan

imajinatif dari ide-ide konvensional, memberi anak-anak muda sebuah rute

yang jelas ditengah carutmarut pemikiran pada zaman teknologi saat ini.

Dengan anak muda melihat iklan ditelivisi yang mengacaukan logika untuk

memanipulasi sentimen publik, mendengarkan debat politik yang berubah

menjadi adu mulut, membaca editorial koran yang berat sebelah, dan melacak

situs-situs internet hanya untuk meneukan hal-hal yang dikotori oleh prasangka

dan logika yang lemah. Mereka harus dapat membedakan antara alasan yang

baik & buruk dan membedakan kebenaran & kebohongan.4

Hal ini mengantarkan seseorang yang berpikir untuk memecahkan

masalah, sehingga tampak bagaimana seseorang dalam kemapuan pemecahan

masalah.

1. Komponen dasar dalam berpikir

Proses berpikir secara normal menurut Mayer meliputi tiga komponen

pokok sebagai berikut :5

1. Berpikir adalah aktifitas kognitif yang terjadi didalam mental atau pikiran

seseorang, tidak tampak, tetapi dapat disimpulkan berdasarkan prilaku

yang tampak. Contoh, seorang pemain catur memperlihatkan proses

berpikirnya melalui gerakan-gerakan atau langkah-langkah yang dilakukan

diatas papan catur.

2. Berpikir adalah suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi

pengetahuan didalam sistem kognitif pengetahuan yang pernah dimiliki

(tersimpan didalam ingatan) digabungkan dengan informasi sekarang

(26)

sehingga merubah pengetahuan seseorang mengenai situasi yang sedang

dihadapi.

3. Aktifitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah.

Seperti seorang pemain catur, setiap langkah yang dilakukannya diarahkan

untuk memenangkan suatu permainan.

b. Pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan

metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti.

Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif

untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Untuk itu,

kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip dan

generalisasi serta insight (tilikan awal) amat diperlukan. Dalam hal ini hampir

semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah,

khususnya eksakta, seperti matematika dan IPA sangat diamjurkan

menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada pemecahan

masalah.6

Setiap pemecahan masalah memerlukan taraf berpikir paling tinggi dan

paling sukar. Untuk mengetahui jenis latihan dan tugas yang dapat mendorong

melakukan kerja pikir sampai taraf tertentu. Taraf-taraf berpikir itu merupakan

hasil penemuan dan penelitian yang dilakukan oleh para psikolog dalam

masalah belajar, mereka juga telah menyusun suatu sistem klasifkasinya, yang

disebut taksonomi.7 Ada beberapa contoh taraf berpikir yaitu:

6 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.hal.123

(27)
[image:27.595.114.525.95.494.2]

Tabel 2.1 Contoh Taraf Berpikir

Untuk menjadi seorang pemecah masalah yang baik, siswa membutuhkan

banyak kesempatan untuk menciptakan dan memecahkan masalah dalam bidang

matematika dan dalam konteks kehidupan nyata menurut Sumarno (Mumun

Syaban, 2008), aktifitas-aktifitas yang tercakup dalam kegiatan pemecahan

masalah meliputi: mengidentifikasikan unsur yang diketahui, ditanyakan serta

kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah situasi sehari-hari dan

matematika, Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah

(masalah sejenis dan baru) dalam atau luar matematika, menjelaskan/

menginterpretasikan hasil sesuai masalah asal, menyusun model matematika

dan menyelesaikannya untuk masalah nyata dan menggunakan matematika

secara bermakna.

1. Tahapan pemecahan masalah

Menurut Evans (Suharnan, 2005) Pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau

cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan kondisi sekarang (present set)

menuju kepada situasi yang diharapkan (future state dan desired goal). Ada

beberapa langkah atau tahapan yang penting yang harus ditempuh seseorang

guna memecahkan suatu masalah. (1) Pemahaman masalah. (2) Penemuan

berbagai hipotesis mengenai cara pemecahan dan memilih salah satu diantara Taraf Nama Taraf Berpkir Kerja pikir yang diajarkan

5

4

3

2

1

-Evaluasi

-Analisa dan sintesa

-Aplikasi

-Komprehensi

-Pengetahuan

-Berpikir kreatif atau berpikir untuk

memecahkan masalah.

-Berpikir menguraikan dan menggabungkan

-Berpikir menerapkan

-Berpikir dalam konsep dan belajar pengertian

(28)

hipotesis-hipotesis itu. (3) Menguji hipotesis yang dipilih itu dengan

mengevaluasi hasil-hasilnya.8

Glass dan Holyoak (Suharnan, 2005) mengusulkan proses atau alur

pemecahan masalah secara lebih rinci, sehingga mencakup empat langkah

[image:28.595.88.542.98.562.2]

sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Garis besar langkah-langkah pemecahan masalah.

Jika gagal

Jika gagal jika berhasil

Jika gagal

Menurut Polya (Mumun Syaban, 2008), untuk memecahkan suatu masalah

ada empat langkah yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Memahami masalah, kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah:

a) Apa data yang diketahui.

b) Apa yang tidak diketahui (ditanyakan)

c) Apakah informasi cukup.

d) Kondisi (syarat) apa yang mesti dipenuhi.

8 Suharman. Psikologi Kognitif, Surabaya: Srikandi, 2005.hal.289

3. Mencoba merumuskan kembali pokok permasalahan

4.Dilaksanakan dan

dievaluasi hasil-hasilnya 2.Merencanakan

pemecahan yang paling mungkin 1. Membentuk

representasi masalah

Kembali pada langkah tiga setelah berhenti sejenak

(29)

e) Menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih

oprasional (dapat dipecahkan).

2. Merencanakan pemecahannya, kegiatan yang dapat dilakukan dalam langkah

ini adalah:

a) Mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah

diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan

dipecahkan.

b) Mencari pola atau aturan.

c) Menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur).

3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana, kegiatan yang dapat dilakukan pada

langkah ini adalah: menjalankan prosedur yang telah dibuat pada langkah

sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian.

4. Memeriksa kembali prosedur hasil penyelesaian, kegiatan yang dapat

dilakukan pada langkah ini adalah:

a) Menganalisis dan mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil

yang diperoleh benar.

b) Apakah ada prosedur lain yang lebih efektif.

c) Apakah prosedur yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah yang sejenis.

d) Apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa cara atau

tahapan pemecahan masalah adalah:

1. Pemahaman masalah (Problem Understanding)

Agar dapat diperoleh suatu pemecahan yang benar, seseorang harus

terlebih dahulu memahami dan mengenali gambaran pokok persoalan secara

jelas. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengerti permasalahan

berbeda-beda bagi setiap orang. Perberbeda-bedaan ini sangat tergantung pada hakikat

permasalahan terutama dalam penampakannya, informasi disekitar persoalan,

(30)

2. Representasi Mental

Representasi masalah menunjuk pada prosesmempersepsi dan

menginterpretasi pokok persoalan. Aktifitas ini akan menghasilkan sejumlah

identifikasi yang meliputi: (1) Apa yang menjadi permasalahan

sesungguhnya, (2) Apa yang menjadi kriteria pemecahan, (3)

Keterbatasan-keterbatasan tertentu, (4) Berbagai macam alternatif bagi pemecahan

masalah.

3. Ruang Masalah (Problem Space)

Ruang masalah juga sangat menentukan tingkat kemudahan atau

kesulitan seseorang untuk mencari mencari pemecahannya. Sebagai

pegangan bahwa makin luas ruang suatu masalah maka makin sulit mencari

jalan keluar atau pemecahannya.

4. Kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang diinginkan

Jarak kesenjangan antara keadaan yang sedang dihadapi sekarang

(present state) dengan keadaan yang diinginkan (desired goal) juga

mempengaruhi tingkat kemudahan atau kesulitan dalam memecahkan

masalah. Contoh, mengubah bentuk setengah lingkaran menjadi setengah

sebuah lingkaran (penuh) akan lebih mudah daripada mengubah bentuk

segitiga menjadi lingkaran, sebab dari setengah lingkaran kebentuk lingkaran

penuh memiliki perbedaan (kesenjangan) yang lebih sedikit daripada bentuk

[image:30.595.182.502.569.735.2]

segitiga kelingkaran. Sebagaimana pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.2Contoh Kesenjangan Dalam Merubah Bentuk

(31)

2. Metode Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dianggap suatu proses mencari atau

menemukan jalan yang menjembatani antara keadaan yang sedang

dihadapi dengan keadaan yang diinginkan. Jadi ruang masalah (problem

Space) sebagai jurang atau kesenjangan sangat menentukan tingkat

kemudahan atau kesulitan pencarian pemecahan.

Pada dasarnya tata cara, prosedur atau strategi yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah ada dua macam; Algoritmik dan

heuristik. Algoritmik adalah suatu prangkat aturan atau tata cara yang

dapat menjamin pemecahan suatu masalah. Heuristik ialah suatu perangkat

yang menggunakan hukum kedekatan, sehingga tidak menjamin perolehan

pemecahan meskipun kemungkinan besar dapat berhasil. Strategi

algoritmik bersifat deterministik, sementara heuristik bersifat probabilistik.

Contoh, seseorang ingin mencari nomor telpon temennya dibuku daftar

nama pelanggan telpon. Jika menggunakan cara algoritmik, maka orang

harus mencari pada buku daftar nama pelanggan telpon; dimulai dari

nomor urut perrtama, kedua dan seterusnya sampai ia menemukan nama

orang yang dicari, baru kemudian mencatat nomor telpon yang

dimaksudkan. Cara ini memang dapat menjamin diketemukan nomor

telpon tersebut secara pasti. Sebaliknya, jika digunakan cara heuristik,

maka orang dapat langsung mencari nama yang dimaksudkan hanya dalam

wilayah tertentu saja (misalnya, wilayah Surabaya Utara atau Jakarta

Pusat). Hal ini tidak dimulai dari daftar paling awal tetapi dapat langsung

memeriksa pada daftar nama yang memiliki huruf depan sama. Jika sudah

ditemukan nama orang yang dicari, baru kemudian dilanjutkan dengan

mencatat nomor telponnya.9

a. Penemuan dengan strategi Acak (Algoritmik)

Penemuan secara acak adalah cara yang dianggap paling primitif.

Strategi ini dijalankan tanpa pengetahuan khusus yang dapat membimbing

(32)

seseorang kearah pemecahan masalah. Cara ini boleh dikatakan trial and

eror secara buta, karena disamping semua jalan atau cara dicoba, juga

dapat dicari pencarian dua kali atau lebih pada jalan atau cara yang sama .

Hal ini juga disebut cara penemuan acak tidak sistematis (unsystematic

random research), yaitu setiap jalan yang pernah ditempuh dicatat,

sehingga tidak akan terjadi pengulangan pada cara yang sama yang

dianggap tidak berhasil, cara acak sistematis,40% lebih efisien daripada

cara acak tidak sistematis.

Metode penemuan secara acak hanya efisien pada ruang masalah

(problem space) yang sempit.

b. Penemuan Melalui Strategi Heuristik

Hayes (Suharnan,2005)Pendekatan heuristic dapat didefinisikan

sebagai proses penggunaan pengetahuan seseorang untuk mengidentifikasi

sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan dianggap menjanjikan

bagi penemuan pemecahan suatu masalah.10

a. Proximity Methods

Seseorang menempuh jalan atau cara yang dipersepsi lebih

mendekati tujuan yang diingkan.

b. Analogy

Analogi merupakan cara yang sering digunakan orang, terutama

hal ini sangat berguna bagi masalah yang relative baru. Analogi dapat

dilakukan dengan cara membandingkan pola masalah yang tengah

dihadapi dengan pola masalah serupa yang pernah dialami baik oleh

orang bersangkutan atau orang lain.

c. Maching

Cara ini hampir sama dengan metode kedekatan. Seseorang

memahami situasi yang tengah dihadapi dengan tujuan yang

(33)

diinginkan. Lalu ia membandingkangkan dengan pengetahuan yang

ada diingatannya.

d. Generate-Test Method

Dasar pemikiran penggunaan cara ini adalah bahwa pemecahan

masalah membutuhkan dua tahapan proses. Pertama, satu cara atau

strategi pemecahan yang paling memungkinkan dicari atau dihasilkan.

Kedua, selanjutnya gagasan pemecahan yang dihasilkan itu lalu diuji

apakah dapat berjalan dengan baik atau efektif.

e. Mean-End Analysys

Strategi ini adalah orang yang menghadapi masalah mencoba

membagi permasalahan menjadi bagian-bagian tertentu dari

permasalahan tersebut. Jadi jika mengahadapi masalah yang cukup

besar atau kompleks, orang dapat membagi menjadi

persoalan-persoalan yang lebih kecil. Strategi ini memfokuskan perhatian

seseorang pada pada perbedaan antara keadaan yang tengah dihadapi

dengan keadaan yang diinginkan.

f. Backward Search

Strategi ini dilakukan dengan cara berjalan mundur. Maksudnya

meminta orang memulai pada tujuan yang diinginkan (goal state) dan

bergerak mundur kebelakang menuju pada keadaan yang dihadapi

semula (original state).

g. Forward Search

Strategi berjalan kedepan, sebagai kebalikan dari astrategi berjalan

mundur. Seseorang memulai dari kenyataan yang dihadapi, kemudian

secara bertahap bergerak menuju pada tujuan akhir yang diinginkan.

3. Konsep Matematika

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh smua siswa

dari SD sampai SMA bahkan juga perguruan tinggi.

Menurut Johnson dan Myklebust (Mulyono Abdurahman, 2003),

(34)

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan

fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.11

Menurut Paling (Mulyono Abdurahman, 2003) matematika adalah

suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi

manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan

tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung

dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri

dalam melihat dan mengunakan hubungan-hubungan.12

Menurut Sri Anitah dkk, berikut ini disajikan beberapa pengertian

matematika:13

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir.

2. Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran letak.

3. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan

hubungan-hubungannya.

4. Matematika berkenaan dengan ide-ide , struktur-struktur dan

hubungan-hubungan yang diatur menurut hubungan-hubungan yang logis.

5. Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang

didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi diterima generalisasi yang

didasarkan kepada pembuktian secara deduktif.

6. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari

unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma atau postulat akhirnya kedalil

atau teorema.

7. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak

dan terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

11 Mulyono Abdurahman. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta: Rineka Cipta,2003. Hal. 252.

12 Mulyono Abdurahman. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta: Rineka Cipta,2003. Hal. 252.

(35)

Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah ilmu pengetahuan eksak yang berupa simbol yang diatur dengan

ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang bersifat logis.

Mulyono Abdurahman mengungkapkan, menurut Cockroft matematika

perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segi

kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika

yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas;

(4)dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara;(5)

Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan keadaan keruangan;

dan (6) Memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang

menantang. Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika

kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan

sehari-hari. Menurut Liebeck ada dua macam hasil belajar matematika

siswa, yaitu perhitungan matematis (mathematic calculation) dan penalaran

matematis (mathematics reasoning). Berdasarkan hasil matematika tersebut

Lerner mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika

mencakup tiga elemen, (1) Konsep; (2) Keterampilan; (3) Pemecahan

masalah.14

a. Karakteristik matematika

Karakteristik atau ciri-ciri khusus dalam pengertian matematika adalah:

1. Memiliki objek kajian abstrak.

2. Bertumpu pada kesepakatan.

3. Berpola pikir deduktif.

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti.

5. Memperhatikan semesta pembicaraan (universal).

6. Konsisten dalam sistemnya.

4. Konsep Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Disekolah Pada hakikatnya pendidikan dalam kontek pembangunan nasional mempunyai fungsi, yaitu (1) pemersatu bangsa; (2) penyamaan kesempatan, dan

(36)

(3) Pengembangan potensi diri. Standar nasional pendidikan memuat kriteria

minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan

jalur pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan

karakteristik dan kehasan programnya. Pakar-pakar memberikan pengertian

kurikulum sebagai berikut:15

1. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran.

Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan

dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan

2. Kurikulum sebai rencana pembelajaran

Suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan

siswa. Dengan program ini siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai

dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.

3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar

Salah satu bagian dari tujuan umum Standar Kompetensi dan

Kemampuan Dasar yaitu mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut:16

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

15Lalu Muhammad Fauzi. Pendekatan Problem Solving Matematika Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). , http://www.ulfiyahanin.blogspot.com/2009/01/Pendekatan-Problem -Solving-Matematika.html.

(37)

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Mempunyai sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan maslah.

Dari penjelasan diatas dilihat dari Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran

(KTSP) bahwa pada seluruh komponen baik Standar Isi, Standar Kompeetensi

Kompetensi Dasar telah dijabarkan dengan jelas bahwa pendekatan yang

digunakan pada matematika adalah pemecahan masalah (Problem Solving).

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang

sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa

dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan kemampuan dan

keterampilan yang sudah dimilikinya untuk diterapkan dalam pemecahan

masalah.

Disadari atau tidak setiap hari kita harus menyelesaikan berbagai masalah.

Dalam penyelesaian suatu masalah, kita seringkali dihadapkan pada suatu hal

yang pelik dan kadang-kadang pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan

segera. Tugas utama guru adalah untuk membantu siswa dalam menyelesaikan

berbagai masalah dengan spektrum yang luas yaitu membantu mereka untuk

dapat memahami makna kata-kata atau istilah yang muncul dalam suatu

masalah sehingga kemampuannya dalam memahami konteks bisa terus

(38)
[image:38.595.109.520.92.416.2]

Tabel 2.2 Contoh Pemecahan Masalah Matematika

Soal pada kolom tengah sudah menunjukan kejelasan tentang apa

yang diperbuat siswa, yaitu mengurangkan atau membilang. Sedangkan soal

pada kolom paling kanan menuntut siswa untuk menemukan terlebih dahulu

logika ataupun cara penyelesaian.

Pengolahan materi seperti itu mungkin lebih didasarkan pada pandangan

filsafat terhadap matematika sebagai kegiatan manusia ketika menghadapi

masalah, sehingga dalam pembelajarannya siswa didorong untuk berpikir

sendiri, menemukan sendiri, dan berani/terbiasa mengungkapkan pendapat.

Sedangkan pengolahan materi yang lebih mengembangkan aspek material

lebih didasarkan pada pandangan matematika sebagai alat sehingga dalam

pembelajarannya siswa diberitahu tentang bahan kajian matematika (rumus

dan sebagainya), dijelaskan bagaimana menggunakannya, kemudian dilatih

untuk menggunakannya. Pandangan pertama menyebabkan siswa pasif,

sedangkan yang kedua menyebabkan siswa aktif dalam belajarnya. Keadaan

tersebut digambarkan secara diagramatik sebagai berikut:17

17 Ujang Sukandi. Kurikulum Beerbasis Kompetensi (matematika).

Pecahan

2/3 ± 1/4=....

3/4 ± 1/3=....

2/3 3/4 ?

Berapa bagian yang dihitamkan berikut?

Berapa bagian yang dihitamkan berikut?

(39)
[image:39.595.118.517.126.500.2]

Tabel 2.3 Faktor Yang Menyebabkan Siswa Aktif dan Pasif

Pandangan Suasana belajar Kondisi siswa Aspek kemampuan Matematika sebagai alat x Menerima informasi x Mengerjakan latihan Pasif x Material Matematika sebagai kegiatan manusia x Menyelidiki x Menemukan x Memecahkan

Aktif

x Material x Formal

5. Konsep Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika a. Pengertian kemampuan

Kemampuan berasal dari kata mampu, yang artinya bisa melakukan

sesuatu, atau sanggup melakukan sesuatu. Sedangkan kemampuan adalah

kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu.18

b. Pengertian pemecahan masalah

Pemecahan masalah yaitu suatu proses mencari atau menemukan jalan

yang menjembatani keadaan yang sedang dihadapi dengan keadaan yang

diinginkan.19 Atau suatu proses mencari atau menemukan jalan untuk

menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi.

c. Pengertian matematika

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap

masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi,

menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan

pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan

dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan mengunakan

hubungan-hubungan.20

Dari semua pengertian yang sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan

bahwa pengertian kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kecakapan

18 Amran Y S Chaniago. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: CV Pustaka setia).hal. 376.

19 Suharnan. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi, 2005.hal.307

(40)

dalam menemukan suatu jalan dalam memahami suatu masalah yang dihadapi

dengan menggunakan hubungan-hubungan yang logis untuk menemukan suatu

jawaban.

B.

Gaya Belajar

*D\D EHODMDU DWDX ³learning style´ VLVZD \DLWX FDUD EHUHDNVL GHQJDQ

menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses

belajar.21Gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan

berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi.22

Sejak tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali

dan mengkategorikan cara manusia belajar, cara memasukan informasi kedalam

otak. Secara garis besar, ada tujuh cara pendekatan yang umum dikenal dengan

kerangka referensi yang berbeda, dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda

dengan variasinya masing-masing.23

Ketujuh cara belajar itu adalah:

1. Pendekatan berdasarkan pada pemprosesan informasi;menentukan cara

yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi yang baru.

Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey & Mumford,

Gregorc, Butler, Mc Charthy.

2. Pendekatan berdasarkan kepribadian; Menentukan tipe karakter yang

berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs, Laurence,

Keirsey & Bates, Symon & Byram, Singer-loomis, Grey-Wheelright,

Holland, Geering.

3. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; Menentukan tingkat

ketergantungan terhadap indra tertentu. Pendekatan ini dikembangkan oleh

Bandler & Grinder, Messick.

21 Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara,2008.hal.103

22 Adi .W Gunawan. Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan Accelarated Learning, Jakarta:2006.hal.139

(41)

4. Pendekatan berdasarkan lingkungan; Menentukan respons yang berbeda

terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional. Pendekatan ini

dikembangkan oleh Witkin, Elison, Canfield.

5. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; Menentukan cara yang

berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini

dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs,

Merril.

6. Pendekatan berdasarkan kepada kecerdasan; Menentukan bakat yang

berbeda.Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner, Handy.

7. Pendekatan berdasarkan pada wilayah otak; Menentukan dominasi relative

dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan. Pendekatan

ini di kembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, Herman.

Gaya belajar menurut Edgar dale, dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman Belajar Menurut Edgar Dale

Menurut Edgar Dale pembelajaran lebih mengutamakankeaktifan

peran serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca

indranya baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan

pengecapan, sehingga pada modus berbuat yaitu katakan dan lakukan.

Dari berbagai pendekatan yang ada, yang paling populer dan sering

(42)

1. Pendekatan berdasarkan preferensi sensori: visual, auditori dan kinestetik.

Dari hasil survey diketahui bahwa terdapat 29% orang visual, 34%

auditori dan 37% kinestetik.

2. Profil kecerdasan, dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurut

Gardner, manusia mempunyai delapan kecerdasan yaitu:linguistic, logika

matematika, interpersonal, intra personal, musik, naturalis, spasial dan

kinestetik.

3. Preferensi kognitif, dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc membagi

kemampuan mental menjadi empat kategori yaitu konkret-sekuensial,

abstrak-sekuensial, konkret acak dan abstrak acak.

Menurut kesimpulan S. Nasution, gaya belajar adalah cara yang

konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau

informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah.24

Para peneliti menemukan berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat

digolongkan menurut kategori-kategori tertentu.25

Mereka berkesimpulan bahwa:

1. Tiap murid belajar menurut cara sendiri, yang disebut gaya belajar. Guru

juga mempunyai gaya belajar masing-masing.

2. Kita dapat menemukan gaya belajar dengan instrumen tertentu.

3. Kesesuaian gaya belajar dan gaya mengajar mempertinggi efektifitas

belajar.

Gaya belajar adalah bagaimana cara kita memasukan informasi

kedalam otak melalui lima pancaindra. Gaya belajar dibagi menjadi lima,

yaitu:

1. Visual (penglihatan)

2. Auditori (pendengaran)

3. Tactile/kinestetik (perabaan/gerakan)

24 Alisuf Sabri. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007. Hal. 93

25 Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara,2008.hal.103

(43)

4. Olfactori (penciuman)

5. Gustatori (pengecapan)

Dalam belajar, idealnya kita harus dapat menggunakan kelima gaya

belajar tersebut, namun pada kenyataannya situasi tidak memungkinkan untuk

melakukan hal ini. Dari kelima gaya belajar diatas ada gaya belajar yang

paling sering dominan dan yang paling sering digunakan, yaitu:

1. Gaya belajar visual (penglihatan)

2. Gaya belajar auditori (pendengaran)

3. Gaya belajar tactile/kinestetik (perabaan/gerak)

Gorden dryden dan Jeannete Vos mengungkapkan bahwa Lynn

Obrien, direktur Specifik Diagnostic Studies Inc, di Rockville Maryland,

menemukan bahwa pelajar sekolah dasar dan menengah paling baik belajar

ketika mereka terlibat dan bergerak, sementara orang dewasa lebih suka

belajar secara visual (melihat). Namun kebanyakan orang mengkombinasikan

ketiga gaya itu dengan berbagai cara, kita semua belajar yang paling baik dan

cepat ketika kita menghubungkan berbagai kemampuan hebat otak.26

Dari sifat-sifat tersebut ada tiga hal terpenting dalam belajar, yaitu:

1. Bagaimana menyimpan dan mengambil informasi dengan cepat,

menyeluruh dan efisien.

2. Bagaimana menggunakannya untuk menyelesaikan masalah.

3. Bagaimana menggunakannya untuk menciptakan ide.

1. gaya belajar visual (penglihatan).

a. Pengertian Gaya Belajar Visual (penglihatan)

Gaya belajar visual (penglihatan), yaitu gaya belajar dimana seseorang

belajar yang paling baik ketika mereka melihat gambar yang mereka pelajari,

sebagian kecil mereka berorientasi pada teks tercetak dan dapat belajar melalui

membaca. Anak yang memiliki gaya belajar visual lebih cenderung pada

kecerdasan visual bagus/lebih dominan dibandingkan kecerdasan yang lainnya.

(44)

Inteligensi visual meliputi kumpulan kemampuan yang saling terkait ,

termasuk perbedaan visual, pengenalan visual, proyeksi, gambaran mental,

pertimbangan ruang, manipulasi gambar dalam atau gambaran eksternal, setiap

atau semua yang dapat diekspresikan.27

b. Ciri-ciri Gaya Belajar Visual (penglihatan)

Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai

dengan cirri-ciri prilaku sebagai berikut:28

1. Rapih dan teratur.

2. Berbicara dengan cepat.

3. Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik.

4. teliti dan rinci.

5. mementingkan penampilan.

6. lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar.

7. Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual.

8. Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik.

9. Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

ketika seang belajar.

10. Sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu sering kali ia minta

instruksi secara tertulis)

11. Merupakan pembaca yang tepat dan tekun.

12. Lebih suka membaca daripada dibacakan.

13. Dalam memberikan respon terhadap sesuatu, ia selalu bersikap

waspada, membutuhkan penjelasan memenyeluruh tentang tujuandan

berbagai hal yang berkaitan.

14. Jika sedang berbicara ditelpon ia suka membuat coret-coretan tanpa

arti selama berbicara.

15. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

27 Linda Campbel, dkk. Metode Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press,2006.hal.108

(45)

16. 6HULQJPHQMDZDESHUWDQ\DDQVHFDUDVLQJNDW´\D´DWDX³WLGDN´

17. Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/

berceramah.

18. Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) dari pada musik.

19. Sering kali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai

menuliskan dalam kata-kata.

c. Macam-macam Gaya Belajar Visual (penglihatan)

Gaya belajar visual terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Gaya belajar visual eksternal, yaitu gaya belajar yang menggunakan materi

atau media informasi yang berada diluar tubuh kita. Media informasi ini

harus berupa media yang kita lihat.29

Diantara media informasinya, yaitu:

ƒ Buku/majalah ƒ Grafik, diagram

ƒ Peta pikiran (mind mapping)

ƒ OHP

ƒ Komputer

ƒ Poster

ƒ Flow chart

ƒ Hightlighting (memberikan warna yang dianggap penting)

ƒ Model/peralatan

2. Gaya belajar visual internal, yaitu gaya belajar yang menggunakan

imajinasi sebagai sumber informasi. Penggunaan imajinasi dalam proses

belajar sama baiknya degan mengunakan media lain yang diluar tubuh.30

2. Gaya Belajar Auditorial

a. Pengertian gaya belajar auditori (pendengaran)

Secara umum, orang auditori belajar dengan menggunakan

pendengaran mereka dan cenderung interpenden. Mereka juga banyak

[image:45.595.135.519.92.612.2]
(46)

menggunakan kecerdasan interpersonal. Saat belajar mereka lebih suka

lingkungan yang tenang. Mereka bicara sedikit agak lambat daripada orang

visual dan banyak menggunakan kata yang berhubungan dengan pendengaran. 0LVDOQ\D ³FHULWD LQL WHUGHQJDU VDQJDW PHQDULN´ ³LQL PDVLK NXUDQJWHUGHQJDU MHODV´³NHGHQJDUDQQ\DFDUDDQGDWLGDNEHQDU´31

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar auditori

adalah gaya belajar dimana seseorang belajar yang paling baik ketika mereka

mendengar yang mereka pelajari.

a. ciri-ciri gaya belajar auditori (pendengaran)

Individu yang memiliki kemampuan belajar auditori yang baik ditandai

dengan cirri-ciri:32

1. Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja.

2. Mudah terganggu oleh keributan.

3. Lebih senang mendengarkan (dibacakan) dari pada membacakan.

4. Jika membaca maka lebih senang dengan suara keras.

5. Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara.

6. Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu tetapi sangat pandai dalam

bercerita.

7. Berbicara dengan irama yang terpola dengan baik.

8. Berbicara dengan sangat fasih.

9. Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya.

10. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

daripada apa yang dilihat.

11. Senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar.

12. Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang

berhubungan dengan visualisasi.

13. Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras dari pada

menuliskannya.

(47)

14. Lebih suka humor atau gurauan lisan dari pada membaca buku

humor/komik.

c. Macam-macam gaya belajar auditori (pendengaran)

Gaya belajar auditori dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Auditori eksternal yaitu belajar dengan cara mengeluarkan suara.

Beberapa caranya yaitu:

x Membaca dengan suara keras.

x Sesi Tanya jawab

x Rekaman ceramah/kuliah.

x Diskusi dengan teman

x Belajar dengan mendengarkan atau menyampaikan informasi.

x Kuliah

x Role play

x Musik

x Kerja kelompok

2. Auditori internal yaitu gaya belajar dimana siswa membutuhkan waktu

tenang untuk memikirkan materi yang akan dipelajari. Selain itu perlu

merenungkan hal apa saja yang telah diketahui dan hal apa saja yang

kiranya belum mereka ketahui mengenai materi apa saja yang akan

mereka pelajari.

3. Gaya Belajar Kinestetik (gerak)

a. Pengertian gaya belajar kinestetik (gerak)

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara terlibat,

bergerak, mengalami dan mencoba-coba. Cara belajar seperti ini dirugikan

dalam system pendidikan saat ini. Hal ini disebabkan karena pelajar

kinestetik perlu bergerak, namun dikelas anak harus duduk diam dan

mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Para pelajar kinestetik

belajar dengan melalui gerakan, mereka perlu bergerak untuk memasukan

(48)

menyentuh atau memanipulasi objek atau model/alat, dan cenderung field

dependent.

Field dependent adalah cara seseorang berpikir yang dipengaruhioleh

lingkungan atau bergantung pada lingkungan. Ciri-ciri field dependent:

1. Sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sangat bergantung pada pendidikan

sewaktu kecil.

2. Dididik untuk selalu memperhatikan orang.

3. Mengingat hal-hal dalam konteks sosial.

4. Bicara lambat agar bias di

Gambar

Gambar 2.1 Garis Besar Langkah-Langkah Pemecahan Masalah .....................  14
Tabel 2.1 Contoh Taraf Berpikir
Gambar 2.1 Garis besar langkah-langkah pemecahan masalah.
Gambar 2.2Contoh Kesenjangan Dalam Merubah Bentuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, beberapa mahasiswa Polstat STIS dan anggota pecinta alam Polstat STIS “GPA CHEBBY” yang tergerak hatinya bermaksud untuk mendirikan suatu unit

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga Tugas Akhir ini dengan judul “ ANALISIS PENGARUH CARA PENGADUKAN BETON DENGAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kuasa-Nya telah memberikan kekuatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan

Berdasarkan data tanah Standart Penetration Test (SPT), gedung hotel Amaris Madiun termasuk dalam klasifikasi situs tanah sedang (SD) dan dihitung dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sumber panas yang digunakan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap daya tetas telur, tidak berbedanya nyatanya daya

Dalam studi ini, pengujian aktivitas enzim saluran pencernaan pada larva ikan betok dilakukan, dimulai sejak larva menetas (D0) sampai ikan berumur 30 hari (D30) menggunakan

Proses perencanaan pembangunan JLLB ini telah melalui tahapan sesuai dengan aturan yang ada yakni berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2014

SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA DARI SETIAP KECAMATAN DI TINGKAT KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD PROVINSI TAHUN