• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Bakat Kepemimpinan Siswa Melalui Kegiatan OSIS di Pondok Pesantren Darunnajah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Bakat Kepemimpinan Siswa Melalui Kegiatan OSIS di Pondok Pesantren Darunnajah"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

RUDI HARTONO 108018200055

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2104.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyelanggaran OSIS serta berbagai kegiatannya yang menunjang pengembangan bakat kepemimpinan siswa di Pondok Pesantren Darunnajah. Dasar pemikiran dari penelitian ini diantaranya berkenaan dengan terjadinya krisis kepemimpinan dalam dunia pendidikan yang belum mampu dikembangkan secara baik, sehingga tujuan pendidikan belum tercapai. Salah satu penyebabnya adalah lembaga pendidikan (sekolah) belum mempunyai pemahaman dan perhatian yang baik terkait dengan pengembangan bakat dan minat peserta didik, khususnya dalam kegiatan OSIS (ektsrakurikuler). Sekolah dalam hal ini hanya terfokus pada pengembangan kognisi peserta didik atau berorientasi nilai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yakni mendeskripsikan tentang fenomena-fenomena yang ada. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumen. Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan sekretaris pondok pesantren, staff biro pengasuhan santri, pembina OSIS serta ketua OSIS di Pondok Pesantren Darunnajah.

Hasil penelitian menunjukan: Pertama, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di Pondok Pesantren Darunnajah disebut dengan Organisasi Santri Darunnajah (OSDN), pada dasarnya OSDN tidaklah jauh berbeda dengan OSIS pada umumnya namun memiliki fungsi yang lebih luas dibandingkan OSIS. Kedua,

OSDN merupakan motor penggerak seluruh kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah, dimana OSDN merupakan perwakilan pimpinan pondok pesantren dan asatidz didalam mendidik santri dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Ketiga, OSDN merupakan sarana santri dalam mengembangkan bakat kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan yang ada di OSDN, diantaranya yang paling menonjol adalah: muhadoroh, pramuka, kepanitiaan berbagai acara, serta kepengurusan di asrama. Keempat, Pondok Pesantren Darunnajah di dalam menjalankan proses pendidikannya berlandaskan pada panca jiwa pondok pesantren, yaitu: jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa kesanggupan mandiri, jiwa ukhuwah islamiyah, dan jiwa bebas.

(6)

ii

Program, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta in 2104.

This study aimed to describe execution OSIS well as a variety of activities that support the development of leadership talent of students at boarding Darunnajah. The rationale for this study including with regard to the crisis of leadership in the world of education has not been able to be developed as well, so that the educational goals have not been achieved. One reason is the educational institutions (schools) do not have a good understanding and attention associated with the development of the talents and interests of learners, particularly in activities OSIS (ektsrakurikuler). Schools in this case only focused on the development of cognition or value-oriented learners.

The method used in this research is descriptive qualitative, which describe phenomena that exist. The data collection techniques using interviews, observation and documents. In this study, researchers conducted interviews with the secretary of the boarding school, agency staff nurture students, student council adviser and student council president at boarding Darunnajah.

The results showed: First, the Student Organization (OSIS) in Pondok Pesantren Darunnajah called the Students Organisation Darunnajah (OSDN), basically OSDN is not much different from the student council at large but has a broader function than the council. Second, OSDN is the driving force of all activities in Pondok Pesantren Darunnajah, where OSDN is representative boarding school and asatidz leader in educating students from start to wake up to sleep again. Third, OSDN a means students in developing leadership talent through a variety of activities in OSDN, among the most prominent are: muhadoroh, scouts, committees of various events, as well as the management at the hostel. Fourth, Pondok Pesantren Darunnajah in running the education process is based on the five souls boarding schools, namely: the soul of sincerity, simplicity of life, the ability of independent spirit, soul ukhuwah Islamiyah, and a free spirit.

(7)
(8)
(9)
(10)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : KAJIAN TEORI TENTANG KEPEMIMPINAN A. Bakat Kepemimpinan ... 10

B. Strategi Pengembangan Bakat Kepemimpinan ... 21

C. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) ... 26

D. Kerangka Berfikir ... 35

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

B. Metode Penelitian ... 37

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Sumber Data ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data... 40

BAB IV : BAKAT KEPEMIMPINAN SISWA PADA OSIS PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH A. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Darunnajah ... 42

(11)

vi

A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66

(12)

vii

(13)

1

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, melainkan selalu berinteraksi antar sesama serta dengan lingkungannya. Adanya interaksi yang terjadi mempermudah manusia di dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh makanan umpamanya manusia membutuhkan banyak manusia lain di dalam proses penciptaan makanan tersebut, mulai dari petani, pegawai, maupun pedagang, karena tidak semua pekerjaan itu dapat dilakukannya seorang diri.

(14)

menetapkan suatu kebijakan dapat diterima, baik oleh masyarakat luas maupun di dalam organisasi yang dipimpinnya.1

Pada hakikatya setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Manusia sebagai pemimpin minimal harus dapat memimpin dirinya sendiri. Sebagaimaana hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh al-Bukhori dari Abdullah ibn Umar, menyatakan:

“Ketahuilah, bahwa kamu sekalian adalah sebagai pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung jawab terhadap pimpinannya (rakyatnya), Maka sebagai Amir (pemimpin) yang memimpin manusia yang banyak adalah sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas pimpinannya (rakyatnya), dan seorang suami (lelaki) adalah sebagai pemimpin bagi keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap mereka. Seorang isteri (wanita) adalah sebagai pemimpin di rumah suaminya serta terhadap anak-anaknya yang ia bertanggung jawab terhadap mereka. Dan seorang hamba (budak) adalah sebagai pemimpin dalam menjaga harta tuannya dan ia bertanggung jawab terhadap tuannya. Ketahuilah, kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian bertanggung jawab terhadap

pimpinannya.”(H.R Muslim)2

Sampai saat ini Indonesia mengalami krisis multidimensi. Krisis tersebut mendera berbagai bidang kehidupan mulai dari ekonomi, politik, budaya, sains, kesehatan dan kemanusiaan. Salah satu yang paling nyata dihadapi adalah krisis

1Prof. Dr. H. Verithzal Rivai, M. B. A dan Ir. H. Arviyan Arifin, Islamic Leadership

Membangun Super Leadership Melalui Spiritual, Kecerdasan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009) h.8

(15)

kepemimpinan. Masyarakat mengalami kegamangan didalam memilih pemimpin yang tepat untuk memimpin negeri tercinta ini.

Dalam kenyataan sehari-hari, masih banyak keputusan ataupun tindakan para pemimpin dari semua tingkat, mulai dari desa, kabupaten, propinsi, maupun nasional yang belum mencerminkan sikap pemimpin yang baik bahkan mendapatkan tanggapan yang negatif dari masyarakat. Hal itu menunjukan bahwa para pemimpin di semua tingkatan belum memenuhi harapan masyarakat.

Hasil jajak pendapat Kompas yang diselenggarakan pada tanggal 3 September 2012. Mengungkapkan pandangan 686 responden di 12 kota besar Indonesia tentang ketiadaan sosok pemimpin yang dianggap mampu mengatasi persoalan bangsa. Dari 10 responden, enam di antaranya tidak bisa menyebutkan nama tokoh pemimpin di masa kini yang dinilainya akan mampu menyelesaikan persoalan bangsa. Secara khusus, bahkan, sepertiga bagian responden menyatakandengan lugas, tidak ada satu pun sosok yang bisa memimpin bangsa melewati berbagai hambatan saat ini ataupun di masa depan3.

Jajak pendapat tersebut setidaknya memberikan gambaran tentang krisis kepemimpinan yang terjadi di Indonesia. Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang dapat diandalkan, dipercaya, dan dapat mengaktualisasikan perubahan-perubahan yang konstruktif.

Memang tidak bisa dipungkiri era keterbukaan yang mulai bergulir sejak masa reformasi pada tahun 1998, menyebabkan perubahan tatanan demokrasi di Indonesia. Masyarakat Indonesia, yang sebelumnya tidak berani berbicara, setelah adanya reformasi menjadi berani berbicara. Hanya sayangnya, era keterbukaan itu menjadi seolah-olah terbuka semuanya dan rakyat bebas berbicara, sehingga ada permasalahan sedikit cenderung terjadi unjuk rasa.

Di samping itu, pendidikan merupakan faktor penting yang sangat menentukan bagi manusia untuk dapat membangun kehidupan yang lebih baik. HJ. Zurinal Wahdi Sayuti mengungkapkan “Pendidikan adalah usaha sadar dan

3BI Purwanti dan Yohan Wahyu, Bayangan Krisis Kepemimpinan, 3 september 2012

(16)

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secar aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.4Sebuah peradaban yang maju sangat bergantung pada pendidikan yang

dijalankan. Keberhasilan suatu pendidikan bukan hanya diukur dengan materi dan kecanggihan teknologi, tetapi juga keluhuran moral dan kematangan sikap. Pendidikan di Indonesia saat ini semakin dituntut untuk menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas, yang dapat mengembangkan potensi dirinya dalam usaha menyesuaikan dan mengikuti perkembangan zaman agar mereka tumbuh sebagai warga negara yang yang berbudi luhur, berkarakter dan berakhlak mulia dengan iman dan takwa, serta memiliki kecerdasan, kecakapan dan kemauan untuk bekerja keras.

Sekolah merupakan sarana yang dirancang untuk melaksanankan pendidikan. Semakin maju masyarakat, semakin penting pula peranan sekolah didalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi perkembangan zaman. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa serta memberdayakan para siswa sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang tercantum di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.5

4HJ. Zurinal, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan pengantar dan dasar-dasar pelaksanaan

pendidikan, (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 11

(17)

Menurut Dewey, tujuan pendidikan itu adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga berfungsi secara individual dan berfungsi sebagai anggota masyarakat melalui penyelenggaran pendidikan dan pengajaran yang bersifat aktif, ilmiah, dan memasyarakat serta berdasarkan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan jiwa, pengetahuan, rasa tanggung jawab, keterampilan, kemauan, dan kehalusan budi pekerti.6

Tujuan pendidikan sesungguhya tidak hanya didapat melalui proses belajar mengajar di dalam kelas, akan tetapi tujuan pendidikan itu dapat didapat juga melalui keterlibatan siswa di dalam sebuah organisasi. Kegiatan organisasi merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, minat, dan bakat mereka melalui kegiatan yang diselenggarakan di sekolah.

Di dalam organisasi siswa mendapatkan berbagai pengetahuan yang tidak didapatnya dalam proses belajar mengajar di dalam ruang kelas. Di dalam organisasi siswa dapat belajar bagaimana mereka bisa bertanggung jawab, komitmen atas sebuah amanat, memiliki relasi sosial, mengenal realita secara langsung, serta memperoleh berbagai keterampilan tambahan sebagai modal hidup. Dalam berorganisasi siswa diharapkan mampu untuk mengelola dirinya, baik emosi, sikap, pikiran, kepemimpinan, kepekaan sosial, maupun pengembangan bakat yang dimilikinya.

OSIS merupakan satu-satunya organisasi kesiswaan yang ada di lingkungan sekolah sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Kependidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah berbentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah7dan merupakan organisasi resmi di sekolah.

OSIS merupakan wahana yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan potensi, kebutuhan, minat dan bakat yang dimilikinya. Tujuan didirikannya OSIS adalah untuk

6M. Sukarjo,Landasan Pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 14

(18)

melatih siswa dalam berorganisasi dengan baik dan menjalankan berbagai kegiatan sekolah yang berhubungan dengan siswa. Namun sayangnya OSIS hanya dijadikan formalitas belaka, kurangnya partisipasi siswa didalam kegiatan OSIS banyak disebabkan karena banyak siswa yang belum menyadari pentingnya berorganisasi, dan keikutsertaan di dalam OSIS hanya ikut-ikutan teman. Serta kurangnya perhatian dan dukungan sekolah dalam berbagai kegiatan OSIS dikarenakan yang menjadi perhatian utamanya adalah kelulusan nilai UAN siswa.

Namun tidak seluruh lembaga pendidikan mengabaikan pentingnya berorganisasi bagi siswa. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Darunnajah. Di pondok pesantren ini siswa diberikan porsi yang luas didalam kegiatan berorganisasi. Organisasi siswa di Pondok Pesantren Darunnajah memiliki peranan yang penting di dalam menggerakkan kehidupan santri di pondok pesantren. Dengan pola pendidikan asrama, organisasi siswa dituntut untuk dapat mengelola kehidupan santri serta menghindarkan para santri dari perilaku menyimpang yang melanggar norma dan nilai yang ada di pondok pesantren.

Pondok Pesantren Darunnajah merupakan pengembangan dari Madrasah Islamiyah yang didirikan pada tahun 1942 oleh K.H. Abdul Manaf di Petunduhan Palmerah Jakarta Pusat. Dengan didukung oleh lingkungan yang asri, Visi Pondok Pesantren Darunnajah mencetak manusia yang muttafaqoh fiddin untuk menjadi kader pemimpin ummat/bangsa, selalu mengupayakan terciptanya pendidikan santri yang memiliki jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah dan kebebasan berprilaku atas dasar Al-Quran dan Sunnah Rosulullah SAW untuk meningkatkan taqwa kepada Allah SWT.8

Pondok Pesantren ini menampung siswa-siswa “santri” dari tingkat MTs/SMP hingga Aliyah/SMA. Dalam bahasa Arab, siswa disebut

“thalib” dan siswi “thalibat”. Jumlah seluruh thalib dan thalibat yang terdapat di Darunnajah pusat, yaitu yang terletak di Jakarta Selatan adalah sekitar 1400 santri, jumlah tersebut terus mengalami pertambahan dikarenakan jumlah pelajar yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Santri-santri Darunnajah berasal dari berbagai daerah yang berbeda di

(19)

seluruh Indonesia. Ada yang berasal dari Papua, Irian Jaya, Maluku, Sulawesi, Bali, NTT, NTB, Kalimantan, Jawa, Sumatera bahkan juga terdapat beberapa santri yang berasal dari USA, Malaysia, dan Timor Leste. Darunnajah sangat dipercaya oleh para wali murid sebagai pondok pesantren yang bukan hanya mengemban pendidikan agama melainkan menyeimbangi dengan kebutuhan hidup duniawi. Berbagai aktivitas pendukung tersebut adalah ekstrakulikuler tahfiz Al-Qur’an, tilawah Al -Qur’an, tapak suci, pramuka, marching band, klub tata boga, Bahasa Arab dan Inggris, pidato, renang, badminton, sepak bola, rugbi, futsal, paskibra, kaligrafi, jurnalistik dan masih banyak lainnya.9

Sebagai salah satu pesantren modern, Pondok Pesantren Darunnajah telah menghasilkan ribuan lulusan yang tersebar di seluruh penjuru negeri dan berhasil di bidangnya masing-masing.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul “Pengembangan Bakat Kepemimpinan Siswa Melalui Kegiatan OSIS di Pondok PesantrenDarunnajah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah penelitian diantaranya berkenaan dengan terjadinya krisis kepemimpinan dalam dunia pendidikan yang belum mampu dikembangkan secara baik, sehingga tujuan pendidikan belum tercapai. Salah satu penyebabnya adalah lembaga pendidikan (sekolah) belum mempunyai pemahaman dan perhatian yang baik terkait dengan pengembangan bakat dan minat peserta didik, khususunya dalam kegiatan OSIS (ektsrakurikuler). Sekolah dalam hal ini hanya terfokus pada pengembangan kognisi peserta didik atau berorientasi nilai.

9Ardini Fitri Pratiwi dalam

(20)

Dari sini menimbulkan beberapa masalah yang diidentifikasi sebagai berikut:

1. Terjadinya krisis kepemimpinan di Indonesia disebabkan karena tujuan pendidikan belum dicapai dengan optimal.

2. Masih belum berkembangnya minat, bakat, dan kreatifitas siswa disebabkan karena keberadaan OSIS dan kegiatan ekstrakulikuler di sekolah hanya sebatas formalitas dan pengisi waktu luang.

3. Minimnya partisipasi siswa didalam mengikuti kegiatan OSIS disebabkan karena siswa lebih menyukai aktifitas di luar sekolah. 4. Minimnya dukungan sekolah didalam mengembangkan minat, bakat,

dan kratifitas siswa disebabkan karena sekolah lebih berorientasi pada pengembangan aspek akademis siswa demi mengejar nilai UN.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian dan efisiensi waktu, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:

1. Peyelenggaraan OSIS di Pondok Pesantren Darunnajah.

2. Kegiatan OSIS di Pondok Pesantren Darunnajah yang mendukung pengembangan bakat kepemimpinan siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana pengembangan bakat kepemimpinan siswa melalui kegiatan OSIS di Pondok Pesantren Darunnajah?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(21)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai guna maupun manfaat bagi pihak-pihak terkait, baik secara praktis maupun teoritis.

1. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan berbagai kebijakan terkait kegiatan siswa dalam organisasi siswa intra sekolah guna mengembangkan minat, bakat, dan potensi siswa.

2. Teoritis

(22)

10

A. Bakat Kepemimpinan

Setiap anak yang dilahirkan dipercaya memiliki bakat masing-masing. Namun, bakat yang terdapat dalam setiap anak tidak bisa langsung terlihat begitu saja, sehingga setiap orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Peran serta orang tua dalam memahami bakat anak tentu akan lebih mempermudah dalam mengarahkan dan mengembangkan bakat anak. Sebelum mengetahui bagaimana pengembangan bakat kepemimpinan, tentu harus diketahui terlebih dahulu pengertian tentang bakat. Menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A. “setiap manusia di samping memiliki persamaan dengan manusia lainnya, juga memiliki perbedaan dalam tingkat kemampuan intelektual, bakat, minat, hobi, dan lainnya. Demikian pula perbedaan tingkat usia pada seseorang menyebabkan perbedaan ciri-ciri kejiwaannya”1.

Nyatalah bahwa setiap anak yang dilahirkan memiliki bakat yang berbeda antara satu dengan lainnya. Pada umumnya bakat anak dapat diketahui orang

1Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A.,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada

(23)

tuanya dengan memperhatikan tingkah laku dan kegiatan anaknya sejak dari kecil. Biasanya anak yang memiliki bakat dalam suatu bidang dia akan gemar melakukan atau membicarakan bidang tersebut.

1. Pengertian Bakat

Menurut S. C. Utami Munandar, “Bakat (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud”.2 Sedangkan menurut Conny

Semiawan, “Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang “inherent”

dalam diri seseorang, dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otak. Secara genetis struktur otak memang sudah terbentuk sejak lahir, tetapi berfungsinya otak itu sangat ditentukan oleh cara lingkungan berinteraksi dengan anak manusia itu”.3

Marland (James J. Gallagher, 1985) mengemukakan bahwa anak berbakat

(gipted or talented child) adalah “anak yang memiliki kemampuan tinggi dalam

aspek (a) intelektual umum, (b) bakat akademik khusus, (c) kreativitas atau berfikir produktif, (d) kepemimpinan, (e) seni pentas atau seni rupa. Secara singkat, ke lima kemampuan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut.

a. Kemampuan umum yang tinggi, yaitu kecerdasan (IQ) individu yang berada pada posisi di atas rata-rata.

b. Bakat akademik khusus, yaitu kemampuan individu dalam bidang-bidang tertentu, seperti bahasa dan matematika.

c. Kreatif dan berfikir produktif, yaitu kemampuan untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru dengan memadukan elemen-elemen yang biasanya dianggap sebagai suatu yang terpisah-pisah atau tidak sejenis, dan kemampuan mengembangkan pengertian baru yang mengandung nilai-nilai sosial.

d. Kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau kelompok untuk mengambil suatu keputusan, menetapkan tindakan bersama, atau mencapai tujuan tertentu. Anak yang memiliki kemampuan dalam bidang kepemimpinan memiliki

2Sc Utami Munandar,Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah(Jakarta: PT

Gramedia, 1999) h. 17

3Conny semiawan,Persfektif Pendidikan Anak Berbakat(Jakarta: PT Grasindo, 1997)

(24)

kharakteristik : rasa percaya diri, tanggung jawab, kerjasama, dan kemampuan beradaptasi dengan situasi-situasi baru.

e. Kemampuan dalam bidang seni, yaitu memiliki bakat khusus dalam bidang seni rupa, musik, tari, drama, lukis, atau bidang-bidang terkait lainnya”.4

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu yang dibawa sejak ia lahir. Karena bakat masih berupa potensi maka bakat masih perlu dilatih dan dikembangkan agar berguna dikehidupannya kelak. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda ada yang lebih menonjol pada aspek intelektual, seni, ataupun kepemimpinan. Maka dari itu kita perlu mengetahui ciri-ciri dari anak berbakat.

Untuk mengetahui dan mengenal anak berbakat, kita perlu mengetahui ciri-ciri dari anak berbakat dan diantara ciri-ciri anak berbakat sebagaimana yang diungkapkan oleh Sc Utami Munandar adalah sebagai berikut:

a. Membaca pada usia lebih muda.

b. Membaca lebih cepat dan lebih banyak. c. Memiliki perbendaharaan kata yang luas. d. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.

e. Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”. f. Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri.

g. Menunjukan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal. h. Memberi jawaban-jawaban yang baik.

i. Dapat memberikan banyak gagasan. j. Luwes dalam berfikir.

k. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan. l. Mempunyai pengamatan yang tajam.

m. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati.

n. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.

o. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.

4Tim Pengembang Ilmu Pendidikan,Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian IV:

(25)

p. Cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab-akibat). q. Berperilaku terarah kepada tujuan.

r. Mempunyai daya imajinasi yang kuat. s. Mempunyai banyak kegemaran (hobi). t. Mempunyai daya ingat yang kuat. u. Tidak cepat puas dengan prestasi.

v. Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi). w. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.5

Setiap anak ternyata memiliki bakat, potensi diri, keunikan dan kelebihan masing-masing yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dan keunikan anak ini sudah dimiliki semenjak anak tersebut dilahirkan. Namun banyak dari mereka yang tidak mengetahui dan menyadari bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Anak berbakat sesungguhnya sudah dapat diketahui atau diidentifikasi mulai sedini mungkin melalui ciri-ciri keberbakatan sebagaimana yang diungkapkan oleh Sc Utami Munandar di atas. Maka dari itu, peran orang tua dan guru amatlah penting guna membantu anak mengetahui bakat dan kelebihan yang dimilikinya agar dapat dikembangkan dan dilatih sehingga berguna dikehidupannya kelak.

2. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan biasanya selalu berkaitan dengan sebuah organisasi baik itu perusahaan, rumah tangga, dan sebagainya. Bahkan anak muda sering disebut-sebut sebagai pemimpin masa depan. Istilah kepemimpinan sendiri menyangkut seluruh kehidupan manusia, oleh karenanya banyak ahli yang memberikan pengertian kepemimpinan. “Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil sari interaksi otomatis di antara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin.”6

5Sc Utami Munandar,Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah(Jakarta: PT

Gramedia, 1999) h.31

6DR. Kartini Kartono,Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal

(26)

Persoalan kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik. Berbagai literatur tentang kepemimpinan senantiasa memberikan penjelasan bagaimana menjadi pemimpin yang baik, sikap dan gaya yang sesuai dengan situasi kepemimpinan, dan syarat-syarat pemimpin yang baik. Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh faktor kepemimpinan. Suatu ungkapan yang mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahkan suatu ungkapan yang mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting. Demikian juga pemimpin dimanapun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya.

Keberhasilan maupun kegagalan dari suatu organisasi, apakah perusahaan, lembaga pemerintah, rumah sakit, sekolah, ataupun organisasi sosial lainnya, akan selalu dikaitkan dengan pemimpin dari organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain, kepemimpinan merupakan unsur kunci dalam menentukan efektivitas maupun tingkat produktifitas suatu organisasi.

Kepemimpinan menurut Siagian adalah “kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya”. Blancard Hersey mengemukakan, “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”. Menurut Anoraga kepemimpinan adalah “kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin itu”.7

Menurut George R. Terry, “Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara

7Edy Sutrisno,Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet Ke-1

(27)

sukarela”. Robert Tannenbaum, Irving R, Weschler, dan Fred Messarik mendefenisikan kepemimpinan sebagai “Pengaruh antar pribadi yang dilakukan

dalam suatu situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi, pada pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu”. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel mengemukakan bahwa “Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang-orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama”.8

Kepemimpinan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang lain bertindak, sehingga kemampuan seorang manajer dapat diukur dari kemampuannya dalam menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja.9

Dalam Al-Quran Allah SWT telah menjelaskan bahwa manusia diciptakan kemuka bumi ini untuk senantiasa menyembah kepada robb-Nya, sebagaimana Allah SWT berfirman:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S Ad-dzariyat: 56)

Pada ayat tersebut Allah SWT memberikan gambaran kepada manusia sebagai hamba, pengikut atau bawahan yang wajib taat kepada Allah SWT.

Pada ayat lain Allah SWT berfirman:

َو

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.

8Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard,Manajemen Perilaku Organisasi:

pendayagunaan sumber Daya Manusia,Penerjemah: Agus Dharma, (Jakarta: Erlangga, 1982), Cet. Ke-4 h. 98

(28)

”Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di

bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji

Engkau dan mensucikan Engkau? ”Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku

mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S Al-Baqarah: 30)

Menurut M. Quraish Shihab, di dalam bukunya Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an:

“ . . . kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah di sini dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia dan memberikan penghormatan.”10

Kata khalifah sendiri dapat diartikan sebagai pemimpin, sebagaimana yang diungkapkan M. Quraish Shihab “imam dan khalifah adalah dua istilah yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk pemimpin. Kata imam terambil dari kata

amma-ya’ummu, yang berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Kata khalifah

berakar dari katakhalafayang pada mulanya berarti di belakang.”11Kata khalifah

juga digunakan sebagai gelar yang diberikan untuk pemimpin umat islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Sedangkan manusia secara umum merupakan khalifah Allah di muka bumi untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya.

Beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam adalah sebagai berikut:

a. Setia, pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah SWT.

10M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Vol 1

(Jakarta: Lentera Hati, 2002). h. 172.

11M. Quraish Shihab,Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Quran, (Bandung:

(29)

b. Terikat pada tujuan, seorang pemimpin ketika diberi amanah sebagai pemimpin dalam melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan islam yang lebih luas.

c. Menjunjung tinggi Syariah dan Akhlak Islam peraturan Islam, seorang pemimpin yang baik bilamana ia merasa terikat dengan peraturan Islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia tidak menyimpang dari syariah. Waktu ia melaksanakan tugasnya ia harus patuh terhadap adab-adab Islam, khususnya ketika ia berhadapan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tidak sepaham.

d. Memegang teguh amanah, seorang pemimpin ketika menerima kekuasaan menganggap sebagai amanah dari allah swt yang disertai oleh tanggung jawab. Al-quran memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah SWT dan selalu menunjukkan sikap baik kepada orang yang dipimpinnya.

e. Tidak sombong, menyadari bahwa diri kita ini adalah kecil, karena yang besar dan Maha besar hanya Allah Subhanahuwata’ala, sehingga hanya allah-lah yang boleh sombong. Sehingga kerendahan hati dalam memipin merupakan salah satu ciri kepemimpinan yang patut dikembangkan.

f. Disiplin, konsisten dan konsekuen, merupakan ciri kepemimpinan dalam Islam dalam segala tindakan, perbuatan seorang pemimpin. Sebagai perwujudan seorang pemimpin yang profesional akan memegang teguh terhadap janji, ucapan dan perbuatan yang dilakukan, karena ia menyadari bahwa Allah mengetahui semua yang ia lakukan bagaimanapun ia berusaha untuk menyembunyikannya.12

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwasanya kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseoreng untuk dapat mengarahkan, mempengaruhi, dan menggerakan orang lain (anggota) serta seluruh sumberdaya demi tercapainya tujuan bersama. Seorang pemimpin harus memiliki perilaku yang baik serta kematangan emosi dikarenakan perilaku pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap anggota kelompoknya. Dalam hal ini

12Veithzal Rivai, Kiat Memimpin dalam Abad ke-21,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

(30)

islam memiliki pandangan tersendiri terkait gambaran seorang pemimpin yang ideal, dalam islam pemimpin yang baik adalah yang memiliki sifat setia, jujur, tidak sombong, memegang teguh syariah, memiliki tujuan, amanah dan disiplin.

3. Pengertian Bakat Kepemimpinan

Dari berbagai penjelasan mengenai bakat dan kepemimpinan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa bakat kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemempuan bawaan atau potensi yang dimiliki seseorang yang masih perlu dikembangkan didalam mempengaruhi orang lain demi tercapainya tujuan bersama. Karena bakat masih bersifat potensial, seseorang yang memiliki bakat belum tentu menjadi pemimpin yang baik jika tidak memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan sejak dini serta didikung fasilitas dan motifasi yang tinggi. Dan sudah menjadi tugas dari orang tua dan sekolah untuk dapat membantu siswa didalam mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.

Guna mengidentifikasi keberbakatan kepemimpinan siswa dapat diketahui melalui enam kategori kepemimpinan sebagaimana dikemukakan oleh Stodgil yang dikutip Conny Semiawan, sebagai berikut:

a. Kemampuan b. Hasil belajar c. Tanggung jawab d. Partisipasi e. Status f. Situasi13

Keenam kategori kepemimpinan tersebut dapat diamati dalam kegiatan ekstrakulikuler dan dalam keikutseraan siswa didalam organisasi. Organisasi merupakan wadah dimana siswa mengembangkan bakat yang dimilikinya. Di dalam organisasi siswa dapat belajar bagaimana mereka bisa bertanggung jawab, komitmen atas sebuah amanat, memiliki relasi sosial, mengenal realita secara

13Conny Semiawan,Perspektif Pendidikan Anak Berbakat,(Jakarta: PT Grasindo, 1997)

(31)

langsung, serta memperoleh berbagai keterampilan tambahan sebagai modal hidup. Dalam berorganisasi siswa diharapkan mampu untuk mengelola dirinya, baik emosi, sikap, pikiran, kepemimpinan, kepekaan sosial, maupun pengembangan bakat yang dimilikinya.

4. Pendekatan tentang Teori Munculnya Pemimpin

Sondang P. Siagian mengungkapkan bahwa hingga saat ini terjadi perdebatan yang sifatnya perennial tentang asal usul seorang pemimpin yang efektif, baik di kalangan ilmuan yang mendalami masalah-masalah kepemimpinan maupun di kalangan para praktisi, terdapat dua kubu dalam perdebatan tersebut :

a. Di satu pihak ada yang berpendapat bahwa “pemimpin dilahirkan” (leaders are borned). Pandangan ini berkisar pada pendapat bahwa seorang hanya akan menjadi pimpinan yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan.

b. Di kubu lain terdapat orang-orang yang berpendapat bahwa “pemimpin dibentuk dan ditempa” (leaders are made). Pandangan ini berkisar pada pendapat yang mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan yang luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan.14

Menurut Kartini Kartono, tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin ialah: 1) teori genetis, 2) teori sosial, 3) teori ekologis.15 Masing-masing teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Teori Genetis

14Prof. Dr. Sondang P. Siagian. M.P.A.,Teori dan Praktek Kepemimpinan,(Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2003) h.9

15DR. Kartini Kartono,Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal

(32)

Teori ini berpendapat bahwa seseorang yang menjadi pemimpin karena ia memang dilahirkan sebagai pemimpin. Ia dilahirkan dengan bakat alami yang luar biasa hingga mampu menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi seperti apapun. Dalam pandangan teori ini tidak semua orang dapat menjadi pemimpin, hanya orang-orang yang dilahirkan dengan bakat alami yang luar bisa saja yang mampu menjadi pemimpin.

b. Teori Sosial

Teori ini berpendapat bahwa setiap orang mampu menjadi pemimpin apabila disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak dilahirkan begitu saja. Setiap orang bisa menjadi pemimpin asal diberi kesempatan dan pembinaan untuk menjadi pemimpin. Dalam pandangan teori ini ssetiap orang mampu menjadi pemimpin kalau lingkungan, waktu, dan keadaaan memungkinkan ia menjadi pemimpin walaupun ia tidak memiliki bakat alami sebagai pemimpin.

c. Teori Ekologis

Teori ini merupakan perpaduan dari dua teori diatas, teori ini berpendapat bahwa seseorang mampu menjadi pemimpin apabila ia memiliki bakat dan bakat tersebut perlu dibina supaya berkembang. Kemungkinan pengembangan bakat ini bergantung pada lingkungan, waktu, dan keadaan.

(33)

manusia tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan bakat atau potensi yang dapat dikembangkan, tentuanya dengan system yang tepat.

B. Strategi Pengembangan Bakat Kepemimpinan

Dalam KBBI, Pengembangan berasal dari kata “kembang” yang

mempunyai arti proses, cara, perbuatan mengembangkan.16Sedangkan pengertian

pengembangan secara etimologi yaitu membina dan meningkatkan kualitas.17

Dan menurut Wexley dan Yukl, sebagaimana dikutip oleh Mangkunegara, pengembangan merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.18

Dari beberapa pengertian diatas dapat difahami bahwa pengembangan merupakan usaha yang diselenggarakan guna meningkatkan kualitas diri seseorang agar dapat sesuai dengan kebutuhan dimasa kini ataupun masa yang akan datang. Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan dari setiap anggota organisasi perlu ditingkatkan agar dapat mengahadapi berbagai permasalahan yang ada. Sebagai contoh saja, dahulu kita menggunakan mesin tik didalam mengerjakan tugas, namun kini komputer lebih banyak digunakan orang dikarenakan lebih efektif dan efesien didalam mengerjakan tugas.

Begitu juga dengan bakat kepemimpinan yang merupakan potensi yang dimiliki seseorang juga perlu dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya dengan usaha yang diselenggarakan secara sistematis agar dapat berguna bagi kehidupannya kelak. Amat disayangkan bila bakat yang merupakan berkah yang telah diberikan oleh sang pencipta disia-siakan begitu saja.

16Depdiknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet ke-3,

h.538.

17Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safe’i,Pengembangan Masyarakat Islam dari

Ideologi, Strategi sampai Tradisi(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h.29.

18A.A.Anwar Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan(Bandung:

(34)

Menurut Reni Akbar Hawadi yang dikutip oleh Dra. Desmita, M. Si, bahwa : “Perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Di dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian”.19 Bakat

merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap individu yang dibawa semenjak lahir, dan potensi tersebut akan terus berkembang dan berguna bagi setiap individu dikehidupannya kelak apabila dikembangkan dengan baik. Sudah menjadi tugas dari orang tua dan sekolah untuk dapat membantu siswa didalam mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.

Namun perkembangan potensi dari setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bakat seseorang menurut Enung Fatimah adalah sebagai berikut :

a. Anak itu sendiri, misalnya, anak itu kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan bakatnya.

b. Lingkungan anak, misalnya, orang tua kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang dibutuhkan anak, atau ekonominya cukup tinggi, tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anaknya.20

Dipandang perlu kiranya untuk memelihara perkembangan bakat anak, berikut beberapa langkah pemeliharaan terhadap anak berbakat:

a. Memperkaya

Langkah ini didasarkan kepada pemberian kurikulum tambahan daripada kurikulum biasanya, yang mana kurikulum ini diharapkan dapat mengembangkan bakat dan kemampuan anak.

19Desmita,Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009) h. 4

20Dra. Enung Fatimah, M.M.,Psikologi Perkembangan(Bandung: CV Pustaka Setia,

(35)

b. Mempercepat

Maksudnya adalah toleransi yang diberikan kepada murid untuk mempelajari materi-materi pelajaran khusus di kelas tertentu dalam jangka waktu yang lebih pendek daripada biasanya.

c. Mengumpulkan

Sebaiknya anak-anak berbakat dikumpulkan dalam suatu sekolah khusus, kelas khusus, atau kelompok khusus seperti memasukannya ke dalam beberapa kelompok belajar, atau club.21

Meskipun hanya keberbakatan intelektual yang baru diakomodir, Model layanan pendidikan lain perlu dikembangkan oleh pemerintah guna memfasilitasi berbagai macam bidang keberbakatan, seperti berikut ini:

a. Akselerasi bidang studi, yang digunakan untuk satu mata pelajaran yang menonjol dan sangat dikuasai siswa.

b. Mentorship yang melayani siswa tanpa melihat jumlah siswa yang mampu mengikuti akselerasi. Meskipun hanya ada satu siswa, siswa harus tetap dilayani dengan metode mentorship atau self paced instruction.

c. Sistem kredit yang menggunakan pelayanan akselerasi dengan sistem kredit.

d. Pengayaan materi pada mata pelajaran tertentu merupakan pull out program untuk mata pelajaran tertentu, yang dilakukan hanya pada hari tertentu sehingga anak berbakat masih bisa tetap bersama dalam kelas dengan anak-anak lainnya.

e. Kelas super Saturday merupakan pelayanan belajar yang pengayaan materi dilakukan setiap hari sabtu dalam berbagai bidang di luar mata pelajaran sekolah, seperti astronomi, psikologi, dan kelautan. Kerjasama dengan pihak dari berbagai disiplin dapat membantu memfasilitasi berbagai jenis keberbakatan.

21Amal Abdussalam Al-Khalili,Mengembangkan Kreativitas Anak,(Jakarta: Pustaka

(36)

f. Pendirian pusat keberbakatan digunakan untuk mewadahi dan memberikan pelayanan terhadap anak berbakat kesenian, kebudayaan, olah raga dan lain-lain.

g. Spesifikasi bagi guru pengajar gifted yang penting untuk menjaga kualitas layanan pendidikan anak berbakat. Dengan demikian guru, dipacu untuk terus belajar bahkan sampai gelar strata 3 (doktor).22

Jadi dapat disimpulkan bahwa meskipun bakat adalah suatu berkah yang dibawa seseorang dari lahir, bakat tersebut tidak memberi manfaat besar baginya selama anak yang bersangkutan tidak menghendaki bakat tersebut. Dalam hal ini diperlukan bimbingan, dan dorongan atau dukungan dari lingkungan. Disinilah pentingnya peran dari orang tua maupun dari guru di sekolah didalam memberikan bimbingan dan dorongan kepada anak untuk dapat mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Salah satu wadah untuk mengembangkan bakat kepemimpinan anak di sekolah adalah dengan partisipasinya didalam kegiatan berorganisasi.

Istilah organisasi telah amat populer di telinga kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa menemukan organisasi dengan lingkup yang kecil. Dalam keluarga pun sebenarnya ada aktifitas organisasi yang tidak disadari. Menurut Yusron Razak, ”organisasi adalah koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab.23 Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, “Organisasi ialah aktivitas-aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam mencapai maksud-maksud dan tujuan-tujuan pendidikan”.24

22Prof. Dr. Reni Akbar Hawadi, Menguatkan Bakat Anak(Jakarta: PT Grasindo, 2010) h.

50

23Yusron Razak,Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif

Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), h. 119

24Ngalim Purwanto,Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

(37)

Ada beberapa alasan mengapa manusia berkelompok dan berorganisasi. Menurut Robbins sebagaimana dikutip oleh Siswanto, bahwa alasan manusia berkelompok adalah:

a. Rasa aman, yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Dengan berkelompok dan berorganisasi kebutuhan tersebut akan terpenuhi. Jika seseorang tidak bersosialisasi maka akan merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Harga diri, dengan berkelompok dan masuk dalam organisasi akan memunculkan harga diri seseorang. Perasaan itu muncul karena dalam interaksi dengan kelompok terdapat saling ketergantungan. c. Afiliasi, setiap manusia memiliki kecendrungan untuk berafiliasi. d. Status, manusia memiliki sifat dasar ingin dipuji, diperhatikan, dan

diakui keberadaannya. Dengan berorganisasi kebutuhan tersebut akan diperolehnya.

e. Kekuatan, manusia memiliki kemampuan yang terbatas. Kekurangan dan kelemahan yang dimiliki dapat ditutupi jika mendapat dukungan dari orang lain.

f. Pencapaian tujuan, melalui organisasi tujuan akan cepat tercapai karena diproses secara bersama-sama.25

Amitai Etziomi seperti yang dikutip oleh Miftah Toha, mengemukakan konsepsi organisasi sebagai pengelompokkan orang-orang yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok semacam ini mempunyai karakteristik antara lain:

a. Mempunyai pembagian kerja, kekuasaan, dan pertanggung jawaban yang dikomunikasikan. Pembagian ini tidaklah dilakukan secara acak (random) melainkan sengaja direncanakan untuk meningkatkan usaha mencapai tujuan tertentu.

b. Adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang dapat dipergunakan untuk mengendalikan usaha-usaha organisasi yang telah direncanakan dan yang dapat diarahkan untuk mencapai tujuan. Pusat kekuasaan ini juga harus dapat dipergunakan untuk menilai kembali secara ajeg pelaksanaan organisasi, dan menyempurnakan struktur yang dianggap perlu untuk meningkatkan efisiensi.

25Siswanto, dan Agus Sucipto,Teori & Perilaku Organisasi,(Malang: UIN MALANG

(38)

c. Adanya usaha pergantian kepegawaian, misalnya seseorang yang cara kerjanya tidak memuaskan dapat dipindah dan diganti oleh orang lain. Dalam organisasi juga dapat dilakukan usaha memadukan kembali kegiatan kepegawaian dengan cara pemindahan atau promosi.26

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan wadah berkumpulnya sekumpulan orang demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Organisasi memiliki struktur dan pembagian kerja sehingga mempermudah masing-masing anggota organisasi didalam menjalankan tugasnya. Ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang pasti akan berinteraksi dengan yang lain. Dengan bekerja sama dengan yang lain maka pekerjaan akan terasa lebih ringan. Selain itu pekerjaan atau tugas akan lebih cepat terselesaikan dibandingkan hanya bekerja seorang diri.

C. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan organisasi murid yang resmi diakui dan diselenggarakan di sekolah dengan tujuan untuk melatih kepemimpinan murid serta memberikan wahana bagi murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan kokurikuler yang sesuai. 27 Di dalam organisasi siswa mendapatkan berbagai pengetahuan yang tidak didapatnya dalam proses belajar mengajar di dalam ruang kelas. Di dalam organisasi siswa dapat belajar bagaimana mereka bisa bertanggung jawab, komitmen atas sebuah amanat, memiliki relasi sosial, mengenal realita secara langsung, serta memperoleh berbagai keterampilan tambahan sebagai modal hidup. Dalam berorganisasi siswa diharapkan mampu untuk mengelola dirinya, baik emosi, sikap, pikiran, kepemimpinan, kepekaan sosial, maupun pengembangan bakat yang dimilikinya.

26Miftah Toha,Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali

Pers,2007), h. 115-116.

(39)

1. Pengertian

OSIS merupakan satu-satunya organisasi kesiswaan yang ada di lingkungan sekolah dimulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Kependidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan BAB III, pasal 4, ayat 1 bahwa “organisasi kesiswaan di sekolah berbentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah.”28 Masing-masing kata

memiliki arti:

a. Organisasi

Organisasi adalah kelompok kerjasama antar pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi yang dimaksud adalah para siswa yang dibentuk dalam usaha mencapai tujuaan, yaitu terwujudnya pembinaan kesiswaan.

b. Siswa

Siswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu SMP dan SMA.

c. Intra

Intra adalah terletak di dalam dan di lingkungan. OSIS adalah suatu organisasi siswa yang ada di dalam lingkungan sekolah yang bersangkutan. Keberadaan OSIS di suatu sekolah tidak ada kaitan dengan OSIS yang ada di sekolah lain.

d. Sekolah

Sekolah adalah suatu pendidikan tempat penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Yang dimaksud berjenjang dan berkesinambungan adalah bertingkat-tingkat dan berurutan, misalnya KB, TK, SD, SMP, SMA, PT. seorang siswa tidak dibenarkan begitu lulus SD kemudian

28Peraturan Menteri Kependidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008

(40)

meloncat ke jenjang SMA, ia juga harus ke jenjang berikutnya yaitu SMP baru kemudian SMA dan seterusnya.29

Sedangkan Wahyosumidjo dalam bukunya mengatakan bahwa “OSIS merupakan satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah untuk mencapai atau sebagai salah satu jalur tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. OSIS bersifat intra sekolah, artinya OSIS sebagai organisasi pada suatu sekolah tidak ada hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain, tidak menjadi bagian dari organisasi lain yang ada di luar sekolah.”30

Dari berbagai penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa OSIS merupakan satu-satunya organisasi resmi yang diakui dan diselenggarakan guna menyokong tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Dan OSIS tidak memiliki hubungan dengan organisasi lain di luar sekolah maupun dengan OSIS dari sekolah lain.

OSIS sebagai suatu organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menumbuhkan dan mengembangkan berbagai macam kemampuan, seperti: managerial, leadership, komunikasi, kematangan berpikir, dan nilai-nilai kepribadian.

b. Menumbuhkan dan mengembangkan karier siswa. c. Mengembangkan berbagai disiplin ilmu.

d. Menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai sosial budaya. e. Tempat untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan. f. Wadah/sarana untuk mencapai tujuan pembinaan siswa.31

Pembelajaran di kelas yang didapat oleh siswa tentunya harus dipraktekkan dalam kehidupan keseharian, melalui kegiatan OSIS dapat membantu siswa untuk mengaplikasikan materi ataupun teori-teori dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu melalui kegiatan OSIS siswa mendapatkan berbagai keterampilan yang menjadi modal untuk terjun di kehidupan masyarakat.

29F. Rudi Dwiwibaawa dan Theo Riyanto,Siap Jadi Pemimpin? Latihan Dasar

Kepemimpinan,(Yogyakarta: Kanisius, 2008), h.26

30Wahjosumidjo,Kepemimpinan Kepala Sekolah(Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya), (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005), h. 244

(41)

Dengan demikian melalui kegiatan-kegiatan OSIS, potensi siswa dapat dikembangkan dan dapat membentuk karakter kepemimpinan siswa, karena dalam melaksanakan suatu kegiatan menuntut siswa untuk menjalin kerjasama yang baik dan setiap kegiatan tentunya akan ditunjuk seorang untuk menjadi ketua/pemimpin, maka dari kegiatan tersebut siswa akan terlatih dengan natural karakter kepemimpinannya.

OSIS sebagai suatu organisasi memiliki struktur kepengurusan yang jelas, dimana setiap organisasi akan berjalan dengan baik dengan adanya struktur yang baik. Stephen Robbins menyatakan, “Struktur Organisasi adalah menetapkan cara

tugas pekerjaan dibagi, dikelompokan, dan dikoordinasi secara formal”. 32

Susunan kepengurusan dan jumlah keanggotaan pembina OSIS disesuaikan dengan keadaan dan keperluan sekolah yang bersangkutan. Sedangkan perwakilan kelas terdiri dari wakil-wakil kelas, setiap kelas diwakili oleh 2 orang siswa. Pengurus OSIS terdiri dari :

a. Seorang ketua dan dua orang wakil ketua:

b. Seorang sekertaris dan dua orang wakil sekertaris; c. Seorang bendahara dan seorang wakil bendahara; d. Delapan orang ketua seksi yaitu:

1) Seksi ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) Seksi kehidupan berbangsa dan bernegara;

3) Seksi pendidikan pendahuluan bela negara; 4) Seksi kepribadian dan budi pekerti luhur;

5) Seksi organisasi pendidikan politik dan kepemimpinan; 6) Seksi keterampilan dan kewiraswastaan;

7) Seksi kesegaran jasmani dan daya kreasi; 8) Seksi persepsi, apresiasi dan kreasi seni.33

32Stephen P. Robbins,Perilaku Organisasi, Terj. Hadyana dan Benyamin Molan, jilid II,

(Jakarta: PT Prenhallindo, 2002), h.132

33Wahjosumidjo,Kepemimpinan Kepala Sekolah(Tinjauan Teoritik dan

(42)

Contoh kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah melalui OSIS adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran 1) Diskusi, temu karya, seminar dan lain-lain.

2) Penelitian. 3) Karya wisata.

4) Penulisan karangan untuk berbagai media. 5) Percobaan-percobaan akademis di luar kelas. b. Kegiatan pengembangan keterampilan berdasar hobi

1) Latihan kepemimpinan.

8) Pengumpulan benda-benda bekas (perangko, binatang, dan lain-lain).

c. Kegiatan-kegiatan pengembangan sikap 1) Pengumpulan dana social.

2) Peringatan hari-hari besar nasional, keagamaan. 3) Membantu masyarakat yang kena musibah.34

OSIS merupakan organisasi yang memiliki struktur dan kegiatan yang sisematis. Dengan adanya struktur dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh OSIS para pengurus serta peserta kegiatan akan memiliki berbagai pengalaman berorganisasi yang tidak didapatkannya di ruang kelas. Hal ini menjadi nilai tambah bagi para pengurus OSIS, pengalaman-pengalaman berorganisasi ini di antaranya ialah:

a. Pengalaman memimpin.

Ini khususnya bagi anggota pengurus, yang duduk sebagai ketua organisasi maupun ketua-ketua seksi.

b. Pengalaman bekerja sama.

(43)

Seluruh pengurus, dan juga anggota, untuk melaksanakan program-program harus saling bekerja sama.

c. Hidup demokratis.

Dalam organisasi tidak bisa seseorang memaksakan kehendaknya begitu saja kepada orang lain, anggota organisasi tersebut. Semua anggota mempunyai hak dan kedudukan yang sama.

d. Berjiwa toleransi.

Anggota dari suatu organisasi bisa mempunyai pendapat dan pandangan yang berbeda-beda. Setiap anggota harus rela menerima keberadaan itu, dan berusaha memadukannya menjadi suatu yang berguna

e. Pengalaman mengendalikan organisasi.

Pengalaman ini meliputi pengalaman bagaimana merencanakan program-program kegiatan. Bagaimana mengorganisasi kegiatan-kegiatan. Bagaimana memilih orang-orang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan. Bagaimana menggerakkan dan mengarahkan orang-orang. Bagaimana menilai dan mengukur keberhasilan dari suatu kegiatan.35

Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS sebagai satu-satunya organisasi resmi yang ada di sekolah memiliki peranan penting dalam mengembangkan bakat kepemimpinan siswa, dapat dilihat dari struktur kepengurusan seta kegiatan yang ada di OSIS akan membantu dan merangsang pengembangan segala potensi yang dimiliki oleh siswa utamanya bakat kepemimpinannya. Dengan dinamika yang ada di OSIS, siswa akan belajar mengungkapkan pendapat, bertoleransi terhadap pendapat yang tidak sesuai bagi dirinya, bahkan berselisih pendapat, serta belajar bekerjasama dengan teman sebayanya yang berada di dalam kepengurusan OSIS.

35TIM Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan IKIP MALANG,Administrasi

(44)

2. Tujuan OSIS

Dalam suatu organisasi tujuan merupakan hal utama. Seperti pengertiannya bahwa organisasi adalah suatu wadah dimana orang berkumpul dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Tujuan merupakan pernyataan terkait keadaan yang diinginkan di mana organisasi bermaksud mewujudkannya dimasa yang akan datang.

Adapun tujuan OSIS menurut Drs. Piet A. Sahertian sebagai berikut: a. Mampu siapkan siswa kader penerus perjuangan bangsa dan

pembangunan nasional dengan memberi bekal keterampilan, kepemimpinan, keseragaman jasmani, daya kreasi, patriotisme, kepribadian dan kepribadian dan budi luhur.

b. Melibatkan siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta pelaksanaan pembangunan nasional.

c. Membina siswa berorganisasi untuk pengembangan kepemimpinan.36

Sedangkan tujuan OSIS menurut Mulyono dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki jiwa pancasila, kepribadian luhur, moral yang tinggi, berkecakapan serta memiliki pengetahuan yang siap diamalkan.

b. Mempersiapkan persatuan dan kesatuan agar menjadi warga yang mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, tanah air dan bangsanya. c. Menggalang persatuan dan kesatuan siswa yang kokoh dan akrab di

sekolah dalam satu wadah OSIS.

d. Menghindarkan siswa dari pengaruh-pengaruh yang tidak sehat dan mencegah siswa dijadikan sasaran perebutan pengaruh serta kepentingan suatu golongan (dalam usaha peningkatan ketahanan sekolah).37

36Drs. Piet A. Sahertian,Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah,

(Surabaya: Usaha Nasional, 1994) h. 131.

37Mulyono,Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz

(45)

Hal tersebut diatas selaras dengan tujuan pembinaan kesiswaan yang tercantum pada peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 39 tahun 2008 bab I pasal 1 sebagai berikut :

a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas;

b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan;

c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian potensi unggulan sesuai bakat dan minat;

d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani(civil society).38

Dapat disimpulkan bahwa OSIS dengan berbagai macam kegiatan yang dimilikinya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik guna membentuk manusia seutuhnya sebagaimana tujuan pendidikan nasiolnal. Jikalau dicermati lebih spesifik lagi tujuan dari OSIS adalah sarana latihan bagi siswa untuk menjadi pemimpin dimana hal tersebut tidak didapat siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Fungsi OSIS

Salah satu ciri pokok suatu organisasi ialah memiliki berbagai macam fungsi. Demikian pula OSIS sebagai suatu organisasi memiliki pula beberapa fungsi dalam mencapai tujuan. Sebagai salah satu jalur dari pembinaan kesiswaan, fungsi OSIS adalah:

38Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008

(46)

a. Sebagai Wadah

Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan satu-satunya wadah kegiatan para siswa di sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan sekolah. b. Sebagai Motivator

Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan dan semangat para siswa untuk melakukan kegiatan berrsama dalam mencapai tujuan bersama.

c. Sebagai Preventif

Apabila fungsi yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat menggerakan sumber daya yang ada dan secara eksternal OSIS dapat mengadaptasikan diri dengan lingkungan, seperti menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian secara preventif OSIS ikut mengamankan sekolah dari ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Fungsi preventif OSIS akan terwujud apabila fungsi OSIS sebagai pendorong lebih dahulu dapat diwujudkan.39

OSIS memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembinaan kesiswaan di suatu sekolah karena kegiatan-kegiatan yang diprogramkan dalam OSIS meliputi seluruh bidang pembinaan siswa sejalan dengan tujuan pendidikan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam OSIS dapat menjadi penguat bahkan pelengkap program kurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah sehingga hasil pendidikan menjadi lebih optimal. Bahkan apabila kegiatan di OSIS dikelola dengan sebaik-baiknya dengan sentuhan cerdas dari para guru yang mendapat tugas sebagai pembina organisasi akan terbangun pula keadaan harmonis tatanan kehidupan siswa yang menimbulkan kecintaan siswa pada sekolah.

39SMA Negeri 1 Baleendah 2006-2007

(47)
(48)

36

Penelitian ini dilaksanakan di Podok Pesantren Darunnajah yang beralamat di Jalan Ulujami Raya No.86 Pesanggrahan Jakarta Selatan 12250 pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

Tabel 1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Waktu/Bulan

Jan Feb

Mar-Jan Feb

Mar-Agst

Okt-Nov Des 1 Observasi Awal

Tempat Penelitian 2 Pengajuan Proposal 3 Seminar Proposal 4 Bimbingan Skripsi

Bab 1-3

5 Mengurus Surat Ijin Penelitian

6 Pelaksanaan Penelitian Mengolah Data 6 Bimbingan Skripsi

Bab 4-5

(49)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif, yang nantinya akan menghasilkan data-data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang yang berperilaku yang dapat diamati yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1

Dengan demikian penulis akan menggambarkan informasi secara lengkap dan komperhensif serta menganalisisnya secara mendalam untuk menemukan makna yang terkandung di dalam keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.2

Jenis penelitian yang dipilih peneliti yaitu studi kasus dengan menghimpun dan menganalisis data tentang penyelengaraan dan kegiatan OSIS di Pondok Pesantren Daarunnajah yang menunjang pengembangan bakat kepemimpinan siswa, penyelengaraan dan kegiatan OSIS di Pondok Pesantren Daarunnajah yang menunjang pengembangan bakat kepemimpinan siswa akan dihimpun untuk kemudian dianalisis.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dapat ditemukan dengan cara memilih Informan untuk dijadikan “Key Informan” di dalam pengambilan data di lapangan.3Dengan demikian, subjek penelitian merupakan sumber informasi dalam mencari data dan masukan-masukan dalam mengungkapkan masalah penelitian, adapun informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi

1Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2009, h. 4-5

2Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2010, h. 3

3Sukardi,Penelitian Subyek Penelitian(Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP

(50)

dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.4

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah pengurus Pondok Pesantren Darunnajah, dan pengurus Organisasi Siswa Intra sekolah di Pondok Pesantren Darunnajah. Pemilihan atau pengambilan informan sebagai subyek penelitian adalah secara purposive dan informan yang terpilih sebagai subjek penelitian sekaligus diperlakukan sebagai sampel.

2. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah fenomena yang menjadi topic dari penelitian ini yaitu tentang bentuk-bentuk kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah serta kegitan yang berpengaruh terhadap pengembangan bakat kepemimpinan siswa di pondok pesantren darunnnajah.

D. Sumber Data

Sumber data penelitian ini terdiri dari 2 macam, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan pembiana dan ketua OSIS di Pondok Pesantren Darunnajah, biro pengasuhan santri serta sekretaris pimpinan pondok pesantren.

2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari dokumen atau catatan yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Daarunnajah.

4Lexy J. Moleong.,Metode Penelitian Kualitatif(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

Gambar

Tabel 1 : Jadwal Penelitian  .......................................................................
Tabel 1Jadwal Penelitian
Tabel 2Jadwal Kegiatan Harian
Tabel 3Jadwal Kegiatan Mingguan

Referensi

Dokumen terkait

mana guru merupakan orang tua kedua bagi siswa, maka dengan kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya, guru pembina telah memberikan pengarahan dan motivasi yang cukup kepada

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN “ Pengembangan Karakter Utama Rasul dalam Proses Belajar Mengajar dan Kehidupan Sehari-hari Siswa di SMA Al-Rifa’ie Pondok

Berkenaan dengan berbicara atau pidato kemampuan berbahasa aspek berbicaralah yang paling sulit dikuasai. Kesulitan tersebut meliputi penguasaan kebahasaan,

Setelah kegiatan pengabdian dilaksanakan, dengan merujuk kepada proses selama presentasi materi berlangsung, sesi tanya jawab, dan juga hasil analisa angket, dapat

2007 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsana wiyah ,Jakarta: PT.Binatama Raya.. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik

permasalahan. Teknik wawancara ini dilakukan oleh seorang pewawancara dengan mewawancarai satu orang secara tatap muka. Dalam penelitian ini, proses analisis data

Sesuai dengan tujuan penelitian yang pertama yaitu untuk mendapatkan infor-masi tentang disposisi matematis awal siswa pada materi barisan dan deret aritmatika

Pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneurship atau kewirausahaan yang tangguh mempunyai kreativitas dan inovasi yang tinggi, ketajaman intuisi dan kemampuan analitikal yang dapat