• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden Tahun 2009"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Per

Dia

ran dan Fu Penyeleng ajukan Gun Kesarjan Dosen FAKUL U ungsi Komi ggaraan Pe Jes na Memenu naan PadaF n Pembimb DEPART LTAS ILM UNIVERSI isi Pemiliha emilihan Um OLEH ssy Jujur Si

0709060 uhi Salah S Fakultas Ilm

bing : Dra.

TEMEN IL MU SOSIAL ITAS SUM MEDA 2014

an Umum K mum Presi

H:

ihombing 059

Satu Syarat mu Sosial D

Evi Novida

LMU POLI L DAN ILM MATERA U AN 4 Kota Meda idenTahun t Mempero Dan IlmuPo

a Ginting, M

(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Jessy Jujur Sihombing (070906059)

PERAN DAN FUNGSI KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA MEDAN DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2009

ABSTRAK

Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah peran sentral Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara pemilihan umum. Penelitian ini menitik beratkan bagaimana suksesnya penyelenggaraan pemilihan umum Presiden itu tergantung kinerja Komisi Pemilihan Umum. Dalam hal ini terkhusus, penyelenggaran pemilihan umum presiden di daerah dapat berlangsung sukses itu dikarenakan peran dan fungsi yang sangat sentral dari Komisi Pemilihan Umum Daerah. Penelitian ini menitikberatkan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan sebagai fondasi suksesnya penyelenggaraan pemilihan umum presiden di kota Medan. Hal yang menjadi bahan kajian penelitian adalah pelaksanaan dan sinergitas Komisi Pemilihan Umum Kota Medan beserta unsur-unsur yang terlibat dalam tahapan ataupun persiapan serta penyelenggaraan pemilihan umum presiden di Kota Medan Tahun 2009.

Dalam penelitan ini, peneliti tertarik untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana peran dan fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan sebagai pelaksana dan penyelenggara Pemilihan Umum Presiden di Kota Medan Tahun 2009. Bagaimana sebenarnya pencapaian tugas Komisi Pemilihan Umum sebagai pelaksana pemilihan umum presiden seperti yang diamanatkan dalam undang-undang dengan implementasi di lapangan. Kemudian, bagaimana hubungan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan dengan kelompok-kelompok penyelenggara pemilu dibawahnya baik di kecamatan, kelurahan, ataupun desa/ lingkungan.

Teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut adalah Teori Peran, Teori Sistem Organisasi dan Teori Fungsi. Adapun metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan studi kepustakaan serta wawancara.

(3)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Jessy Jujur Sihombing (070906059)

ROLEANDFUNCTION

OFELECTIONCOMMISSIONCITYFIELDINPRESIDENTIALELECTION OF 2009

ABSTRACT

The background to this study is the central role as the organizer of the National Election Commissionelections. This researchfocuseshowthe success of theelectiondepends onthe performance ofthe President oftheNational Election Commission. In this case particularly in view, organizing the presidential elections can take placein the areaof successwas due tothe roleandfunction of thevery central of Regional Election Commission. This study focuses Election Commissionasthe foundation ofthe success of thefielda presidential electioninthe cityof Medan. Itisthe subject ofstudyandresearchisthe implementation of theNational Election Commissionsynergyof Medanand the elementsinvolved in the preparation and implementation phases or presidentialelectionsinthe city of Medanin 2009.

Inthis research, researchers are interestedto knowandanalyzethe roleandfunctions ofthe GeneralElection Commissionof Medanasthe sponsoring organizationpresidential electioninthe city of Medanin 2009. Howthe actualachievement ofthe National Election Commissiondutiesasexecutor ofthe presidentialelectionsas mandatedin the lawlegislationtoimplementation in the field. Then, how the Election Commission of Medan with groups organizing elections under iteither inthe district, or village.

The theory used in analyzing these issues is Role Theory, Organizational Systems Theory and Function Theory. There search methodology used is descriptive analysis of literature studyand interviews.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan Nya, sehingga dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Dalam Pemilihan Umum Presiden Tahun 2009”

Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan penulis terhadap Komisi Pemilihan Umum kota Medan. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah peran sentral Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara pemilihan umum. Penelitian ini menitik beratkan bagaimana suksesnya penyelenggaraan pemilihan umum Presiden itu tergantung kinerja Komisi pemilihan Umum.

(5)

Umum Kota Medan beserta unsur-unsur yang terlibat dalam tahapan ataupun persiapan serta penyelenggaraan pemilihan umum presiden di kota Medan. Dalam penelitan ini, peneliti tertarik untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana peran dan fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan sebagai pelaksana dan penyelenggara pemilihan umum presiden di kota Medan. Bagaimana sebenarnya pencapaian tugas Komisi Pemilihan Umum sebagai pelaksana pemilihan umum presiden seperti yang diamanatkan dalam undang-undang dengan implementasi di lapangan.

Dalam skripsi ini penulis mencoba meneliti dengan menggunakan dan Metode Library Research atau Studi Kepustakaan, yaitu studi yang di lakukan dengan cara melakukan pengumpulan buku-buku, makalah, jurnal, ataupun literature yang berhubungan dengan penelitian ini. Serta ditambahkan wawancara langsung dengan beberapa anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Medan untuk menguatkan data dan kebenaran pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden pada Tahun 2009. Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginnya serta ucapan terima kasih:

(6)

2. Kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen S-1 Ilmu Politik, Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Kepada Bapak Dra. Evi Novida Ginting, M.SP selaku Dosen Pembimbing, yang sudah banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan penghargaan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Kepada Bapak/Ibu Dosen Departemen Ilmu Politik S-1 Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan..

5. Kepada saudari Emma Sari Dalimunthe, S.E yang telah banyak membantu penulis dalam urusan perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai

6. Kepada Orang Tua Penulis yaitu, Bapak D. Sihombing dan Ibu R. Silalahi yang telah banyak memberikan bantuan baik materil maupun moril serta doa yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada teman-teman penulis di Departemen Ilmu Politik stambuk 2007, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Oleh karena itu dengan kerendahan hati mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun intelektualitas untuk perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2014

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...i

ABSTRACT………ii

HALAMAN PERSETUJUAN……….iii

LEMBAR PERSEMSEMBAHAN………..iv

KATA PENGANTAR………v

DAFTAR ISI………...viii

1. BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang Masalah……….1

1.2. Perumusan Masalah………...5

1.3. Tujuan Penelitian……….……….5

1.4. Signifikansi Penelitian………..6

1.5. Kerangka Teori…..………6

1.5.1. Teori Peran……….7

1.5.2. Teori Organisasi………15

1.5.3. Teori Fungsi………..18

1.5.4. Pemilihan Umum………..19

1.6. Pembatasan Masalah………...………21

1.7. Metode Penelitian………22

1.7.1 Jenis Penelitian………...22

1.7.2. Lokasi Penelitian………...23

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data………23

(9)

1.8. Sistematika Penulisan………..24

2. BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN………..26

2.1. Gambaran Umum Kota Medan………...26

2.1.1. Letak Geografis……….26

2.1.2. Komposisi Penduduk………27

2.1.3. Latar Belakang Historis ………28

2.2. Sejarah Pembentukan Komisi pemilihan Umum Kota Medan………...34

2.3. Visi Dan Misi………..36

2.3.1. Visi………...36

2.3.2. Misi………..37

2.4. Struktur Organisasi……….37

2.4.1. Susunan Badan Penyelenggara Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2009………37

3. BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA………40

3.1. Proses Rekruitmen PPK, PPS, dan KPPS………...40

3.2. Pendaftaran Penduduk dan Pendaftaran Pemilu………..63

3.3. Sosialisasi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden………66

3.4. Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden………...69

3.5. Pengadaan dan Distribusi LogistikPemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden………...71

3.6. Pemungutan dan Penghitungan Suara……….73

3.6.1. Pembuatan TPS Dan Daftar Distribusi Administrasi Kelengkapan Pemungutan Dan Penghitungan Suara………73

(10)

3.7. Penetapan Jumlah Suara Masing-Masing Calon Presiden dan Calon wakil

Presiden………..76

4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………..77

4.1. Kesimpulan………..77

4.2. Saran………79

(11)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Jessy Jujur Sihombing (070906059)

PERAN DAN FUNGSI KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA MEDAN DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2009

ABSTRAK

Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah peran sentral Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara pemilihan umum. Penelitian ini menitik beratkan bagaimana suksesnya penyelenggaraan pemilihan umum Presiden itu tergantung kinerja Komisi Pemilihan Umum. Dalam hal ini terkhusus, penyelenggaran pemilihan umum presiden di daerah dapat berlangsung sukses itu dikarenakan peran dan fungsi yang sangat sentral dari Komisi Pemilihan Umum Daerah. Penelitian ini menitikberatkan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan sebagai fondasi suksesnya penyelenggaraan pemilihan umum presiden di kota Medan. Hal yang menjadi bahan kajian penelitian adalah pelaksanaan dan sinergitas Komisi Pemilihan Umum Kota Medan beserta unsur-unsur yang terlibat dalam tahapan ataupun persiapan serta penyelenggaraan pemilihan umum presiden di Kota Medan Tahun 2009.

Dalam penelitan ini, peneliti tertarik untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana peran dan fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan sebagai pelaksana dan penyelenggara Pemilihan Umum Presiden di Kota Medan Tahun 2009. Bagaimana sebenarnya pencapaian tugas Komisi Pemilihan Umum sebagai pelaksana pemilihan umum presiden seperti yang diamanatkan dalam undang-undang dengan implementasi di lapangan. Kemudian, bagaimana hubungan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan dengan kelompok-kelompok penyelenggara pemilu dibawahnya baik di kecamatan, kelurahan, ataupun desa/ lingkungan.

Teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut adalah Teori Peran, Teori Sistem Organisasi dan Teori Fungsi. Adapun metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan studi kepustakaan serta wawancara.

(12)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Jessy Jujur Sihombing (070906059)

ROLEANDFUNCTION

OFELECTIONCOMMISSIONCITYFIELDINPRESIDENTIALELECTION OF 2009

ABSTRACT

The background to this study is the central role as the organizer of the National Election Commissionelections. This researchfocuseshowthe success of theelectiondepends onthe performance ofthe President oftheNational Election Commission. In this case particularly in view, organizing the presidential elections can take placein the areaof successwas due tothe roleandfunction of thevery central of Regional Election Commission. This study focuses Election Commissionasthe foundation ofthe success of thefielda presidential electioninthe cityof Medan. Itisthe subject ofstudyandresearchisthe implementation of theNational Election Commissionsynergyof Medanand the elementsinvolved in the preparation and implementation phases or presidentialelectionsinthe city of Medanin 2009.

Inthis research, researchers are interestedto knowandanalyzethe roleandfunctions ofthe GeneralElection Commissionof Medanasthe sponsoring organizationpresidential electioninthe city of Medanin 2009. Howthe actualachievement ofthe National Election Commissiondutiesasexecutor ofthe presidentialelectionsas mandatedin the lawlegislationtoimplementation in the field. Then, how the Election Commission of Medan with groups organizing elections under iteither inthe district, or village.

The theory used in analyzing these issues is Role Theory, Organizational Systems Theory and Function Theory. There search methodology used is descriptive analysis of literature studyand interviews.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasca berakhirnya era pemerintahan orde baru tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi dalam banyak segi tatanan ketatanegaraan. Salah satunya adalah reformasi dalam bidang politik dan pemerintahan. Hal ini ditandai dengan dibukanya kran berdemokrasi bagi warga Negara untuk memilih presiden secara langsung. Pemilihan umum presiden Indonesia secara langsung pertama sekali diselanggarakan pada tahun 2004. Sebelumnya, pemilihan presiden dilaksanakan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Tujuan dilaksanakannya pemilihan umum presiden secara langsung adalah untuk mewujudkan kedaulatan negara di tangan rakyat.

(14)

yang memenuhi syarat tersebut, maka diadakan pemilu putaran kedua. Putaran kedua menghendaki pasangan capres-cawapres yang beroleh suara terbanyak otomatis terpilih selaku presiden dan wakil presiden Republik Indonesia.

Pemilihan Umum Presiden tahun 2009 memiliki keistimewaan karena untuk pertama sekali pemilihan umum presiden hanya dilaksanakan dalam satu putaran. Pemilihan Presiden tahun 2009 diikuti oleh tiga pasangan calon, yaitu :

Sumber : diolah dari situs KPU1

Pada 18 Agustus 2009 Komisi Pemilihan Umum menetapkan hasil rekapitulasi perolehan suara nasional Pemilihan Presiden 2009 yang telah diselenggarakan pada 8 Juli 2009 yang dimenangkan oleh pasangan calon SBY-Boediono dalam satu putaran langsung dengan memperoleh suara 60,80%. Hasil Pilpres 2009 berdasarkan penetapan tersebut adalah sebagai berikut :

1

www.kpu.go.id/dmdocuments/saku_k.pdf diakses tanggal 22 Februari 2014 Pukul 11.00 WIB No. Nama Pas ang an Calon Partai Politik Peng us ul

1 M eg awati Su karn o p u tri - Prabo wo Su b ian to

PDIP, Partai Gerin d ra, PNI M arhaen is me, Partai Buru h , Partai M erd eka, Partai Kedau latan , PSI d an PPNUI

2 Su s ilo Bamb an g Yu d h o y o no - Bo ed io n o

Partai Demo krat, PKS, PA N, PPP, PKB, PBB, PDS, PKPB, PBR, PPRN, PKPI, PDP, PPPI, Partai Rep u b likaN, Partai Patrio t, PM B, PPI, Partai Pelo p o r, PKDI, PIS, Partai PIB d an Partai PDI

3 M u h ammad Ju s u f Kalla - W iran to Partai Go lkar d an Partai Han u ra

No. Nama Pasangan Calon Perolehan

Suara Persentase 1 Megawati Sukarnoputri -

Prabowo Subianto 32,548,105 26.79% 2 Susilo Bambang Yudhoyono -

Boediono 73,874,562 60.80%

3 Muhammad Jusuf Kalla -

Wiranto 15,081,814 12.41%

121,504,481

(15)

Sumber : diolah dari situs KPU2

Keberhasilan penyelenggaraan pemilu presiden tahun 2009 tidak bisa dilepaskan dari peran Komisi Pemilihan Umum. Keberadaan Komisi Pemilihan Umum adalah berdasarkan undang-undang no. 23 tahun 2003 tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Berdasarkan undang-undang tersebut, pada pasal 9 ayat 1 dinyatakan bahwa Pemilu Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum.

Untuk menghadapi pelaksanaan Pemilihan Umum 2009, image Komisi Pemilihan Umum harus diubah sehingga Komisi Pemilihan Umum dapat berfungsi secara efektif dan mampu memfasilitasi pelaksanaan Pemilu yang jujur dan adil. Terlaksananya pemilu yang jujur dan adil tersebut merupakan faktor penting bagi terpilihnya wakil rakyat yang lebih berkualitas, dan mampu menyuarakan aspirasi rakyat. Tepat tiga tahun setelah berakhirnya penyelenggaraan Pemilu 2004, muncul pemikiran di kalangan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk meningkatkan kualitas pemilihan umum, salah satunya kualitas penyelenggara Pemilu. Sebagai penyelenggara Pemilu, Komisi Pemilihan Umum dituntut independen dan non-partisan. Untuk itu atas usul insiatif DPR-RI menyusun dan bersama pemerintah mensahkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu.

Perubahan penting dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, meliputi pengaturan mengenai lembaga penyelenggara

2

(16)

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang sebelumnya diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan kemudian disempurnakan dalam 1 (satu) undang-undang secara lebih komprehensif. Dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur mengenai Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum kabupaten/ kota sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum yang permanen dan Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) sebagai lembaga pengawas Pemilu. Komisi Pemilihan Umum dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta dalam hal penyelenggaraan seluruh tahapan pemilihan umum dan tugas lainnya.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu juga mengatur kedudukan panitia pemilihan yang meliputi PPK, PPS, KPPS dan PPLN serta KPPSLN yang merupakan penyelenggara Pemilihan Umum yang bersifat ad hoc. Panitia tersebut mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan semua tahapan penyelenggaraan pemilihan umum dalam rangka mengawal terwujudnya pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

(17)

Komisi Pemilihan Umum Kota Medan sebagai objek penelitian karena kota Medan adalah barometer perkembangan situasi dan kondisi di Provinsi Sumatera Utara.

Keberhasilan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009 di Kota Medan tidak terlepas dari peran serta organisasi peserta Pemilu, instansi terkait dan masyarakat Kota Medan. Pelaksanaan Pemungutan Suara pada tanggal 8 Juli 2009 yang diselenggarakan oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) sebanyak 3.277 TPS secara serentak di Kota Medan dan dihadiri oleh saksi-saksi dari pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden dan dipantau oleh Pemantau Pemilu dimana pelaksanaan tersebut berjalan secara Jujur Adil, Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Bagaimana Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan dalam Pemilihan Presiden Tahun 2009?

1.2 Perumusan Masalah

Dalam rancangan penelitian ini, penulis perlu menegaskan dan merumuskan masalah yang akan diteliti dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan yang menjadi perumusan masalah adalah:

(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran dan fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan dalam pemilihan umum Presiden tahun 2009.

1.4. Signifikansi Penelitian

Signifikansi dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kajian ilmu politik.

2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media untuk mengasah kemampuan membuat karya ilmiah dan juga menambah pengetahuan dalam menganalisis bagaimana proses undang - undang dapat dilahirkan.

3. Bagi FISIP USU, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi yang dapat memperkaya bahan penelitian dalam bidang ilmu politik.

1.5. Kerangka Teori

(19)

kerangka teori sebagai landasan berfikir, untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.3 Selanjutnya Singarimbun menyebutkan bahwa :

“Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep dan kontruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep, ringkasnya teori adalah hubungan satu konsep dengan konsep lainnya untuk menjelaskan gejala tertentu”. 4

1.5.1 Teori Peran

Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.5 Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam status, kedudukan dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama, penjelasan historis. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu,

3

Hadari Namawi, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press,1987,hal. 40. 4

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, hal. 37. 5

(20)

seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut. Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa dimesjid, surau/ mushola, dirumah, dan sebagainya.6

Jadi, dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian peran guru adalah perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang disandangnya. Dalam kaitannya dengan peran, tidak semuanya mampu untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurang berhasilan dalam menjalankan perannya. Ada beberapa faktor yang menentukan kekurang berhasilan ini. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam kegagalan peran, disensus peran dan konflik peran. Kegagalan peran terjadi ketika seseorang enggan atau tidak melanjutkan peran individu yang harus dimainkannya. Implikasinya, tentu saja mengecewakan terhadap mitra perannya. Orang yang telah mengecewakan mitra perannya akan kehilangan kepercayaan untuk menjalankan perannya secara maksimal,

6

(21)

termasuk peran lain, dengan mitra yang berbeda pula, sehingga stigma negatif akan melekat pada dirinya.

Teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial (misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang-orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksikan, dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan posisi sosial dan faktor-faktor lain. Teater adalah metafora yang sering digunakan untuk mendeskripsikan teori peran. Meski kata 'peran' sudah ada di berbagai bahasa Eropa selama beberapa abad, sebagai suatu konsep sosiologis, istilah ini baru muncul sekitar tahun 1920-an dan 1930-an. Istilah ini semakin menonjol dalam kajian sosiologi melalui karya teoretis Mead, Moreno, dan Linton. Dua konsep Mead, yaitu pikiran dan diri sendiri, adalah pendahulu teori peran.7 Tergantung sudut pandang umum terhadap tradisi teoretis, ada serangkaian ‘jenis’ dalam teori peran. Teori ini menempatkan persoalan-persoalan berikut mengenai perilaku sosial:

1. Pembagian buruh dalam masyarakat membentuk interaksi di antara posisi khusus heterogen yang disebut peran,

7

(22)

2. Peran sosial mencakup bentuk perilaku ‘wajar’ dan ‘diizinkan’, dibantu oleh norma sosial, yang umum diketahui dan karena itu mampu menentukan harapan,

3. Peran ditempati oleh individu yang disebut ‘aktor’,

4. Ketika individu menyetujui sebuah peran sosial (yaitu ketika mereka menganggap peran tersebut ‘sah’ dan ‘konstruktif’), mereka akan memikul beban untuk menghukum siapapun yang melanggar norma-norma peran, 5. Kondisi yang berubah dapat mengakibatkan suatu peran sosial dianggap

kedaluwarsa atau tidak sah, yang dalam hal ini tekanan sosial berkemungkinan untuk memimpin perubahan peran, dan

6. Antisipasi hadiah dan hukuman, serta kepuasan bertindak dengan cara prososial, menjadi sebab para agen patuh terhadap persyaratan peran.

(23)

untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:8

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Merton dalam Raho mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set).9 Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Wirutomo (1981 : 99-101)10 mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang

8

Soerjono Soekanto, , Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, Rajawali Pers Jakarta, 2009hal. 212 9

Cohen Bruce J, Sosiologi Suatu Pengantar, penerbit Rineka Cipta, 2007, hal, 67. 10

(24)

dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yang lain. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Dalam pandangan David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola peranan yang saling berhubungan.

Teori peranan menegaskan bahwa perilaku politik adalah perilaku dalam menjalankan peranan politik. Teori ini berasumsi bahwa sebagian besar perilaku politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap peranan yang kebetulan di pegang aktor politik. Seseorang yang menduduki posisi tertentu diharapkan atau diduga berperilaku tertentu pula. Harapan ataupun dugaan itulah yang membentuk peranan.11 Konsep peranan ini pada dasarnya berhubungan dan harus dibedakan dengan konsep posisi sosial. Posisi ini merupakan elemen organisasi, letak dalam ruang sosial, kategori keanggotaan organisasi. Sedangkan peranan adalah aspek fisiologis organisasi yang meliputi fungsi, adaptasi, dan proses.

11

(25)

Peranan juga diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-norma, harapan, larangan, tanggung jawab) dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan, membimbing, dan mendukung fungsinya dalam organisasi. Peranan tersebut selain ditentukan oleh pelaku peran tersebut juga ditentukan oleh harapan pihak lain, termasuk juga kemampuan, keahlian, serta kepekaan pelaku peran tersebut terhadap tuntutan dan situasi yang mendorong dijalankannya peranan. Peranan juga bersifat dinamis, di mana dia akan menyesuaikan diri terhadap kedudukan yang lebih banyak agar kedudukannya dapat diakui oleh masyarakat.12

Peranan dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peranan tersebut, sang pelaku peran baik itu individu maupun organisasi akan berperilaku sesuai dengan harapan orang atau lingkungannya. Dalam hal ini peranan menjalankan konsep melayani untuk menghubungkan harapan-harapan yang terpola dari orang lain atau lingkungan dengan hubungan dan pola yang menyusun struktur sosial. Peranan juga dapat diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-norma, harapan, tabu, tanggung jawab, dan lainnya), di mana di dalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan, membimbing, dan mendukung fungsinya dalam organisasi.13 Jadi peranan dapat dikatakan sebagai pelaksanaan dari fungsi-fungsi oleh struktur-struktur tertentu. Peranan ini tergantung juga pada posisi atau kedudukan struktur itu dan harapan

12

Op.cit., Soerjono Soekamto, hal 221. 13

(26)

lingkungan sekitar terhadap struktur tadi. Peranan juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi serta kemampuan dari aktor tersebut,14 Lagi menurut Dougherty & Pritchard dalam Bauer15, teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan (h. 143). Lebih lanjut, Dougherty & Pritchard dalam Bauer 16 mengemukakan bahwa relevansi suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para penilai dan pengamat (biasanya supervisor dan kepala sekolah) terhadap produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan struktur organisasi juga terbukti mempengaruhi peran dan persepsi peran atau role perception .17 Ditinjau dari perilaku organisasi, peran ini merupakan salah satu komponen dari sistem sosial organisasi, selain norma dan budaya organisasi. Di sini secara umum peran dapat didefinisikan sebagai “expectations about appropriate behavior in a job position (leader, subordinate)”. Ada dua jenis perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan, yaitu (1) role perception, yaitu persepsi seseorang mengenai cara orang itu diharapkan berperilaku; atau dengan kata lain adalah pemahaman atau kesadaran mengenai pola perilaku atau fungsi yang diharapkan dari orang tersebut, dan (2) role expectation, yaitu cara orang lain menerima perilaku seseorang dalam situasi tertentu. Dengan peran yang dimainkan seseorang dalam organisasi, akan terbentuk suatu komponen penting

14

Ibid., diakses pada tanggal 11 Desember 2013 pukul 22.00. 15

Bauer, Jeffrey C, Role Ambiguity and Role Clarity: A Comparison of Attitudes in Germany and the United States. Dissertation, University of Cincinnati – Clermont, 2003m hal. 55.

16

Ibid., hal. 56 17

(27)

dalam hal identitas dan kemampuan orang itu untuk bekerja. Dalam hal ini, suatu organisasi harus memastikan bahwa peran-peran tersebut telah didefinisikan

dengan jelas.

Scott et al. dalam Kanfer18 menyebutkan lima aspek penting dari peran, yaitu:

1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan harapannya, bukan individunya.

2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) yaitu, perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.

3. Peran itu sulit dikendalikan (role clarity dan role ambiguity)

4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa perubahan perilaku utama.

5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama - seseorang yang melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.

1.5.2. Teori Organisasi

Teori Organisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi, Salah satu kajian teori organisasi, diantaranya membahas tentang bagaimana sebuah organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan misi organisasi tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun lingkungan kerja

18

(28)

organisasi tersebut. Menurut Lubis dah Husein (1987) bahwa teori organisasi itu adalah sekumpulan ilmu pengetahuan yang membecarakan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu.19

Dalam pembahasan mengenai teori organisasi, mencakup masalah teori-teori organisasi yang pernah ada dan berlaku beserta sejarah dan perkembangannya hingga sekarang. Yaitu meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik dan teori organisasi modern.20

1. Teori Organisasi Klasik (Teori Tradisional)

Teori klasik (classical theory) berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai tahun 1800 (abad 19). Secara umum digambarkan oelh para teoritisi klasik sebagai sangat desentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta memberikan petunjuk mekanistik struktural yang kaku tidak mengandung kreativitas.

a) Teori Birokrasi

Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism”. Kata birokrasi mula-mula berasal dari kata legal-rasional. Organisasi itu legal, karena wewenangnya berasal dari seperangkat aturan prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas, dan organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.

19

http://www.anneahira.com/teori-organisasi.htm diakses pada tanggal 11 Desember 2013 pukul 22.30. 20

(29)

b) Teori Administrasi

Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reily dari Amerika. Henry Fayol industrialis dari Perancis, pada tahun 1841-1925 mengemukakan dan membahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi adalah :

 Pembagian kerja (Division Of Work)

 Wewenang dan tanggung jawab (Authorityand Responsibility)

 Disiplin (Discipline)

 Kesatuan perintah (Unity Of Command)

 Kesatuan pengarahan (Unity Of Direction)

 Mendahulukan kepentingan umum daraipada pribadi

 Balas jasa (Remuneration Of Personnel)

 Sentralisasi (Centralization)

 Rantai scalar (Scalar Chain)

 Aturan (Oreder)

 Keadilan (Equity)

 Kelanggengan Personalia (Stability Of Tenure Of Personnel)

Inisiatif (Initiative)

(30)

c) Manajemen Ilmiah

Manajemen ilmiah (scientific management) dikembangkan mulai tahun 1900 oleh Frederick Winslow Taylor. Ada 2 pendapat tentang manajemen ilmiah. Pendapat pertama mengatakan manajemen ilmiah adalah penerapan metode ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah-masalah organisasi. Pendapat kedua mengatakan manajemen ilmiah adalah seperangkat mekanisme atau teknik “a bag of tricks” untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi.

2. Teori Neo Klasik (Teori Hubungan atau Manusiawi)

Teori neoklasik secara sederhana sebagai teori/ aliran hubungan manusiawi (The human relation movement). Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Anggapan teori ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya atas dasar anggapan ini maka teori neoklasik mendifinisikan ‘suatu organisasi’ sebagai sekelompok orang dengan tujuan bersama.

3. Teori Organisasi Modern

(31)

1.5.3. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan periiaku individu tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatar-belakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :

 Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila obyek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya, orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar sudah 'menjadi kebutuhannya.

 Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya, dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya, orang dapat menghindari penyakit demam berdarah, karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.

(32)

stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut (dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang merasa sakit kepala, maka secara cepat, tanpa berfikir lama, ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan kemudian meminumnya, atau tindakan-tindakan lain.

 Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan layar di mana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

Teori fungsi ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.

1.5.4. Pemilihan Umum

(33)

wakil legislatif dan eksekutif baik ditingkat pusat ataupun daerah. Wakil-wakil rakyat ini bertugas untuk menjalankan kedaulatan rakyat yang telah diserahkan kepada mereka.

Di Indonesia sendiri, pelaksanaan Pemilu pertama kali dilakukan pada tahun 1955. Dalam perjalanan sejarah pelaksanaan Pemilu di Indonesia, Pemilu tahun 1955 ini dinilai yang paling demokratis karena memiliki jumlah peserta yang paling banyak dibandingkan dengan pemilu- pemilu lainnya. Memasuki masa Orde Baru ada penurunan terhadap jumlah peserta Pemilu.Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pada saat itu yang melakukan fusi terhadap partai- partai pada Orde Lama. Dalam pemerintahan Orde Baru tercatat hanya ada 3 kompetitor dalam pemilu yaitu Partai Persatuan Pembangunan (fusi partai- partai Islam) dan Partai Demokrasi Indonesia (fusi partai- partai nasionalis dan Kristen). Banyak kalangan menilai bahwa era pemerintahan ini merupakan era pemerintahan yang anti demokrasi karena mengekang kebebasan individu dan kelompok.

Gulingnya rezim otoriter Orde Baru yang digantikan oleh Era Reformasi membawa semangat baru bagi pembangunan demokrasi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan diambilnya kebijakan-kebijakan yang menyokong tonggak demokrasi di Indonesia. Salah satu buktinya adalah dengan adanya pembatasan masa kekuasaan presiden dua periode yang bertujuan untuk menghindari kekuasaan yang otoriter, yakni hanya 2 periode saja.21 Selain itu kebebasan untuk

21

(34)

mendirikan organisasi-organisasi politik menjadi sebuah pelepas dahaga akan kehidupan demokrasi yang telah di rampas oleh rezim militer orde baru. Kehidupan terus tumbuh di era reformasi sekalipun terkadang terjadi pasang surut dalam perjalanannya.

Salah satu produk reformasi yang membawa pencerahan bagi iklim demokrasi adalah dengan diselenggarakannya pemilihan kepala pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah secara langsung. Sebelumnya pemimpin pemerintahan pusat dan daerah hanya dilakukan oleh lembaga perwakilan (dewan perwakilan rakyat) saja, namun sejak tahun 2004 pemilihan umum dilaksanakan secara langsung.

(35)

Mayoritas/Pluralitas dengan varian Two Round System (Sistem Dua Putaran).Putaran pertama seluruh pasangan (capres-cawapres) yang ada bertarung untuk memperoleh mayoritas 50% plus 1. Jika di dalam putaran pertama ada di antara pasangan capres-cawapres yang beroleh suara > 50% dengan sedikitnya 20% suara di setiap dari setengah jumlah provinsi yang ada di Indonesia, maka pasangan tersebut otomatis menang. Namun, jika tidak ada satu pun pasangan yang memenuhi syarat tersebut, maka diadakan pemilu putaran kedua. Putaran kedua menghendaki pasangan capres-cawapres yang beroleh suara terbanyak otomatis terpilih selaku presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Sistem pemilihan presiden tersebut diatas tetap dipertahankan dan digunakan untuk pemilihan presiden tahun 2009.

1.6. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti perlu untuk memberi batasan identifikasi masalah dalam meneliti Peran dan fungsi sentral KPU dalam pemilihan umum di Indonesia. Batasan masalah diperlukan untuk lebih menspesifikkan lagi ruang lingkup permasalahan penelitian.

Adapun pun yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Yang menjadi pokok permasalahan adalah Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan sebagai penyelenggara pemilu.

(36)

1.7. Metode Penelitian

Kajian ilmu sosial terhadap satu fenomena sosial sudah tentu membutuhkan kecermatan. Sebagai suatu ilmu tentang metode atau tata cara kerja, maka metodologi adalah pengetahuan tentang tata cara mengkonstruksi bentuk dan instrument penelitian. Konstruksi teknik dan istumen yang baik dan benar akan mampu menghimpun data secara obyektif, lengkap dan dapat dianalisa untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Antonius Birowo, metodologi akan mengkaji tentang proses penelitian yaitu bagaimana peneliti berusaha menjelaskan apa yang diyakini dapat diketahui dari masalah penelitian yang akan dilakukan.22

1.7.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggunakan pendekatan analisis yaitu suatu metode dalam meneliti satu objek, kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa yang terjadi di masa sekarang. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta interpretasi yang tepat yang digunakan untuk mempelajari masalah- masalah yang ada dalam masyarakat dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta hubungan- hubungan kegiatan, sikap- sikap, pandangan dan proses yang sedang berlangsung juga suatu pengaruh- pengaruh dari suatu fenomena.23

22

Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Yogyakarta : Gintanyali, 2004, hal. 71-72.

23

(37)

1.7.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Komisi Pemilihan Umum Kota Medan, yang terletak di Jl. Kejaksaan No.37, Medan – Sumatera Utara.

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi, keterangan- keterangan atau fakta- fakta yang diperlukan, maka penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Library Research atau Studi Kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan buku- buku, makalah, jurnal, ataupun literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Metode Penelitian Lapangan ( Field Research), yaitu dengan cara datang langsung ke lokasi penelitian untuk menghimpun data- data yang diperlukan dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber terkait.

1.7.4. Teknik Analisa Data

(38)

mengutamakan penghayatan dan berusaha memahami suatu peristiwa dalam situasi tertentu menurut pandangan peneliti.24Untuk analisis data kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung berwujud kasus- kasus sehingga tidak dapat disusun dalam bentuk angka- angka.

1.8. Sistematika Penelitian

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri kedalam 4 (empat) bab, yakni:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian, dan Sistematika penelitian.

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai profil Komisi Pemilihan Umum yaitu: Sejarah lahirnya Komisi Pemilihan Umum, Struktural lembaga Komisi Pemilihan Umum, serta keanggotaan Komisi Pemilihan Umum.

BAB III : ANALISIS DATA

24

(39)

Bab ini nantinya berisikan tentang penyajian data dan fakta yang diperoleh dari undang-undang, buku-buku, wawancara, dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis data dan fakta tersebut.

BAB IV : PENUTUP

(40)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1Gambaran Umum Kota Medan 2.1.1 Letak Geografis

Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional.25 Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C. Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan. Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

25

(41)
[image:41.595.141.449.161.710.2]

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas (Km²) Presentase(%)

1. Medan Tuntungan 20,68 7,80

2. Medan Selayang 12,81 4,83

3. Medan Johor 14,58 5,50

4. Medan Amplas 11,19 4,22

5. Medan Denai 9,05 3,41

6. Medan Tembung 7,99 3,01

7. Medan Kota 5,27 1,99

8. Medan Area 5,52 2,08

9. Medan Baru 5,84 2,20

10. Medan Polonia 9,01 3,40

11. Medan Maimun 2,98 1,13

12. Medan Sunggal 15,44 5,83

13. Medan Helvetia 13,16 4,97

14. Medan Barat 6,82 2,57

15. Medan Petisah 5,33 2,01

16. Medan Timur 7,76 2,93

17. Medan Perjuangan 4,09 1,54

18. Medan Deli 20,84 7,86

19. Medan Labuhan 36,67 13,83

(42)

21. Medan Belawan 26,25 9,90

Jumlah 265,10 100

2.1.2. Komposisi Penduduk

Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti : Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagai. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu suku dengan yang lain.

2.1.3 Latar Belakang Historis

(43)

Sungai Deli dan Sungai Babura dan termasuk wilayah XII Kuta Hamparan Perak.26

Hadirnya perkebunan tembakau di wilayah Sumatera Timur telah membawa perubahan yang signifikan baik dari segi ekonomi, sosial, dan demografi. Keuntungan yang didapat dari perkebunan tembakau begitu besar sehingga mempengaruhi perkembangan perekonomian di Sumatera Timur. Keuntungan itu tidak hanya dirasakan oleh pihak pengusaha perkebunan saja tetapi juga dirasakan oleh pihak sultan dan raja-raja yang berkuasa di Sumatera Timur. Keuntungan yang didapat berkat hadirnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur telah mengangkat kondisi sosial-ekonomi pihak penguasa Sumatera Timur. Sebelum kedatangan

Belanda, para raja hidup dalam keadaan melarat. Setelah kedatangan Belanda, gaya hidup pihak penguasa Sumatera Timur pun berubah. Mereka tidak melewatkan sedikt waktu pun untuk mengadakan pesta-pesta mewah untuk menyambut tamu-tamu Eropa. Selain itu, banyak orang dari luar wilayah Sumatera Timur datang ke wilayah ini untuk mencari nafkah sehingga mempengaruhi demografi Sumtera Timur pada saat itu. Seiring dengan perkembangan perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pihak pengusaha perkebunan mulai memperkerjakan kuli-kuli Cina. Awalnya pihak pengusaha mempekerjakan penduduk asli, yaitu Batak dan Melayu, tetapi karena mereka

26Tengku Luckman Sinar. Bangun dan Runtuhya Kerajaan Melayu Di Sumatera

(44)

cenderung malas bekerja maka pihak pengusaha tidak mempekerjakan penduduk asli lagi. Namun pada akhirnya pihak pengusaha pihak pengusaha mendatangkan kuli-kuli yang berasal dari Jawa dan India dengan sistem kontrak.Dengan demikian komposisi penduduk wilayah Sumatera Timur tidak hanya didiami oleh penduduk asli tetapi juga didami oleh suku-suku pendatang, seperti Jawa, Cina, India, dan suku Batak Toba yang datang ke Sumatera Timur untuk mencari nafkah.

Pada tahun 1887, Kesultanan Deli dipindahkan dari Labuhan ke Kota Medan. Bersamaan dengan itu, Kota Medan dijadikan sebagai Ibukota Karesidenan Sumatera Timur dengan luas wilayah 90.000 km². Dengan dijadikannya Medan sebagai ibukota Karesidenan Sumatera Timur, maka Medan menjadi pusat perekonomian Sumatera Timur. Di Kota medan juga dibuka kantor Chartered Bank pada tahun 1888 yang disusul oleh dibukanya kantor Nederlandsche Handel Maatschaappij pada tahun 1892.Perkembangan perekonomian yang begitu pesat menyebabkan dibukanya Belawan sebagai pelabuhan internasional

(45)

Kampung Aur dan Kampung Keling yang dikepalai oleh wakil Kepala Kampung.27

Pada tahun 1918 status Medan beralih dari status ibukota Karesidenan Sumatera Timur menjadi status Gementee (Kotapraja) tetapi kota Maksum dan Sungai Kera tidak termasuk ke dalam wilayah Kotapraja. Kedua wilayah itu tetap berada dalam kekuasaan Sultan Deli.. Walikota Kotapraja Medan pada saat itu adalah Baron Daniel Mackay.Selain itu, muncul pula tempat pemukiman baru yang letaknya terpisah dari penduduk pribumi dan berdiam secara eksklusif. Tempat pemukiman itu ditujukan untuk orang-orang Eropa dan orang-orang Cina. Bahkan di kalangan penduduk pribumi ada juga yang membentuk kelompoknya sendiri seperti kampung Mandailing. Pada masa itu penduduk Medan berjumlah 43.826 jiwa. Hal ini disebabkan penduduk pribumi telah bercampur-baur dengan pendatang asing, seperti orang Eropa, orang Cina, dan orang Asia lainnya.

Selanjutnya, Medan mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari segi ekonomi dan pemerintahan. Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan menjadi kota otonom yang berada di bawah pengawasan Gubernur Sumatera. Hal ini sesuai dengan ketetapan Gubernur No.103 padatanggal 17 Mei 1946 mengenai pembentukan 15 kota otonom. Ketika Negara Sumatera Timur(NST) terbentuk Medan dijadikan Stadsgemente.28

27Tengku Luckman Sinar, SH. Sejarah Medan Tempo Doeloe, (Medan :

Perwira,1991) hal. 58

(46)

Seiring dengan terbentuknya Propinsi Sumetara Utara maka pemerintahan Negara Sumatera Timur pun dihapuskan. Propinsi Sumatera Utara yang telah terbentuk itu meliputi wilayah Karesidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli dengan Medan sebagai puSat pemerintahannya.Tetapi pembentukan propinsi Sumatera Utara menuai protes dari kalangan masyarakat Aceh yang menginginkan wilayah Aceh menjadi satu propinsi yang otonom dan tetap tunduk pada pemerintah pusat. Setelah melaui perundingan, maka pada tahun 1956 Aceh tidak lagi menjadi bagian dari Propinsi Sumatera Utara. Dengan demikian, terjadi perubahan jumlah Daerah Otonom tingkat II, yaitu 10 Kabupaten, 3 Kota besar termasuk Kota Medan, dan 3 kota kecil lainnya. Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU ditetapkan bahwa sejak 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali lipat dengan mengambil wilayah Kabupaten Deli dan Serdang.. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan nomor 2 tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan, yaitu: Kecamatan Medan, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat, dan Kecamatan Medan Baru. Empat kecamatan tersebut memiliki 59 Kepenghuluan.

(47)

persetujuan dari Mendagri pada tahun 1986, Kelurahan yang ada di Kotamadya Medan ditambah menjadi 144 Kelurahan. Sebelas Kecamatan yang ada di Kotamadya Medan pada saat itu adalah:

1. Kecamatan Medan Kota dengan 26 Kelurahan

2. Kecamatan Medan Timur dengan 18 Kelurahan

3. Kecamatan Medan Barat dengan 13 Kelurahan

4. Kecamatan Medan Baru dengan 18 Kelurahan

5. Kecamatan Medan Deli dengan 6 Kelurahan

6. Kecamatan Medan Labuhan dengan 7 Kelurahan

7. Kecamatan Medan Johor dengan 11 Kelurahan

8. Kecamatan Medan Sunggal dengan 14 Kelurahan

9. Kecamatan Medan Tuntungan dengan 11 Kelurahan

10. Kecamatan Medan Denai dengan 14 Kelurahan

11. Kecamatan Medan Belawan dengan 6 Kelurahan

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan)

(48)

Daerah Tingat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kesembilanbelas Kecamatan itu adalah:

1. Kecamatan Medan Tuntungan dengan 9 Kelurahan

2. Kecamatan Medan Johor dengan 6 Kelurahan

3. Kecamatan Medan Amplas dengan 8 Kelurahan

4. Kecamatan Medan Denai dengan 5 Kelurahan

5. Kecamatan Medan Tembung dengan 7 Kelurahan

6. Kecamatan Medan Kota dengan 12 Kelurahan

7. Kecamatan Medan Area dengan 12 Kelurahan

8. Kecamatan Medan Baru dengan 6 Kelurahan

9. Kecamatan Medan Polonia dengan 5 Kelurahan

10. Kecamatan Medan Maimun dengan 6 Kelurahan

11. Kecamatan Medan Selayang dengan 6 Kelurahan

12. Kecamatan Medan Sunggal dengan 6 Kelurahan

13. Kecamatan Medan Helvetia dengan 7 Kelurahan

14. Kecamatan Medan Petisah dengan 7 Kelurahan

(49)

16. Kecamatan Medan Timur dengan 18 Kelurahan

17. Kecamatan Medan Deli dengan 6 Kelurahan

18. Kecamatan Medan Labuhan dengan 7 Kelurahan

19. Kecamatan Medan Belawan dengan 6 Kelurahan

(Sumber Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Kemudian dua wilayah di Kotamadya Medan dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1992 tentang pembentukan Kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut, Kecamtan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21 Kecamatan. Dua Kecamatan yang mengalami pemekarantersebut adalah Kecamatan Medan Marelan dengan 4 Kelurahan dan Kecamatan Medan Perjuangan

dengan 9 Kelurahan.

2.2. Sejarah Pembentukan KPU Medan

(50)

Mengingat Pemilihan Umum merupakan salah satu program Nasional yang harus dilaksanakan setiap 5 ( lima ) tahun sekali secara kontinue, maka diperlukan Institusi yang mempunyai wewenang secara khusus untuk menangani Pemilu agar dapat berjalan sesuai dengan amanat konstitusi. Institusi tersebut bersifat tetap, nasional dan mandiri.

Atas dasar pemikiran tersebut diatas, maka Pemerintah menyusun langkah-langkah mempersiapkan pembentukan Badan Penyelenggara Pemilu mulai dari Pusat hingga Kabupaten /Kota. Implikasi langkah persiapan Pemerintah tersebut adalah :

1. Menerbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 70 Tahun 2001 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 67 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tatakerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 81 tahun 2000

3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tatakerja Perwakilan Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum di Provinsi, Kabupaten/Kota.

(51)

tanggal 9 Oktober 2002, Perwakilan Sekretariat Umum KPU Kota Medan telah terbentuk bersama dengan 30 ( tiga puluh ) Perwakilan Sekretariat Umum KPU Provinsi dan 288 ( dua ratus delapan puluh delapan ) Perwakilan Sekretariat Umum KPU Kabupaten serta 88 ( delapan puluh delapan ) Perwakilan Sekretariat Umum KPU Kota diseluruh Indonesia.

Dengan diundangkannya Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentangPemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka struktur organisasi Perwakilan Sekretariat KPU di Provinsi dan Kabupaten/Kota mengalami perubahan nomenklatur menjadi Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. Perubahan nomenklatur dan struktural organisasi tersebut dituangkan dalam Keputusan KPU Nomor 677 Tahun 2003.

2.3. Visi dan Misi 2.3.1. Visi

Komisi Pemilihan Umum menjadi Penyelenggara Pemilihan Umum yang mandiri, nonpartisan, tidak memihak, transparan dan profesional, berdasarkan asas-asas Pemilihan Umum Demokratis, dengan melibatkan partisipasi rakyat seluas – luasnya, sehingga hasilnya dipercaya masyarakat.

2.3.2 Misi

(52)

Presiden serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pejabat – pejabat publik lain yang ditentukan Undang-Undang.

b) Meningkatkan pemahaman tentang hak dan kewajiban politik rakyat Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil akuntabel, edukatif dan beradab.

c) Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan setara serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

d) Melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan Pemilihan Umum untuk meningkatkan kualitas Pemilihan Umum berikutnya.

2.4. Struktur Organisasi

2.4.1 Susunan Badan Penyelenggara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden kota Medan tahun 2009.

a. KPU Kota Medan

Komisi Pemilihan Umum Kota Medan terdiri dari : Ketua : Dra. Evi Novida Ginting, MSP

(53)

Pandapotan Tamba, SH, M.Hum Yenni Chairiah Rambe, SH

b. Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 22 tahun 2008 tentang perubahan Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 6 tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kab/Kota. Susunan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kota Medan :

Chairil, SH : Sekretaris

Drs. Karnomen Purba : Kasubbag Teknis Penyelenggara Ismail Tanjung, SH : Kasubbag Umum

Maskuri Siregar, SH : Kasubbag Hukum dan Humas Drs. M. Ridwan : Kasubbag Program

(54)

STRUKTUR ORGANISASI

SEKRETARIAT KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA MEDAN

SEKRETARIS

CHAIRIL,SH

SUBBAGIANPROGRAM

Drs.M.RIDWAN

SUBBAGIANTEKNIS

Drs.KARNOMENPURBA

SUBBAGIANUMUM

ISMAILTANJUNG,SH

SUBBAGIANHUKUM&HUBUNGAN

MASYARAKAT

MASKURI SIREGAR, SH

Bagian Program mempunyai tugas :

- Menyiapkan penyusunan

rencana, program, anggaran bersama dengan Subbagian Umum, pengumpulan dan

Bagian Teknis Penyelenggaraan mempunyai tugas :

- Menyiapkan pelaksanaan teknis penyelenggaraan pemilihan umum dan proses administrasi dan verifikasi pergantian antar

Bagian Hukum & Hubungan Masyarakat mempunyai tugas :

- Melaksanakan inventarisasi, pengkajian, penyuluhan, bantuan, kerjasama antar lembaga dan penyelesaian sengketa hukum,

Bagian Umum mempunyai tugas :

- Melaksanakan pengelolaan

(55)

BAB III

ANALISA DAN PENYAJIAN DATA

PERAN DAN FUNGSI KPU MEDAN DALAM PEMILU PRESIDEN TAHUN 2009

3.1Proses Rekruitmen Ppk, Pps Dan Kpps

Dalam rangka memperlancar dan membantu Komisi Pemilihan Umum Kota Medan dalam mensukseskan tahapan Pemilihan Umum tahun 2009 KPU Kota Medan membentuk Badan Penyelenggara Pemilu dibawahnya yang disebut dengan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

(56)

Umum Kota Medan membentuk Badan Penyelenggara Pemilu dibawahnya yang disebut dengan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 tahun 2009 tentang Tahapan, Program dan Jadwal dan lampirannya jo berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 7 tahun 2008 tentang Tata Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), Panitia Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009. Selanjutnya Komisi Pemilihan Umum mengeluarkan Surat Edaran Nomor 77/15/I/2009 tanggal 14 Januari 2009 tentang Pembentukan dan Pengangkatan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Sekretaris PPK, Staf Sekretariat PPK, Panitia Pemungutan Suara (PPS), Sekretaris PPS, dan Staf Sekretariat PPS. Menindaklanjuti surat edaran Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Kota Medan mengeluarkan surat nomor 270/1780/XII/KPU-MDN/2008 tanggal 11 Desember tentang Kinerja Evaluasi Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) dalam rangka Pemilihan Umum tahun 2009.

(57)

calon anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS).

[image:57.595.106.521.390.728.2]

Selanjutnya Berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Nomor 16/KPU-MDN/2009 tentang Pengangkatan Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Se-Kota Medan Dalam Rangka Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009, maka dibentuklah anggota Panitia Pemilihan Kecamatan. Adapun nama-nama Panitia Pemilihan Kecamatan se-Kota Medan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Nama-Nama Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) se-Kota Medan

NO KECAMATAN No. NAMA JABATAN

1 MEDAN AMPLAS

1 NOVIANDY KETUA

2 IRSAN DAENG MALEWA ANGGOTA

3 ZAINAL ARIFIN NASUTION ANGGOTA

4 LAMHOT TOGATOROP ANGGOTA

5 TRIA KUSFADILLA ANGGOTA

2 MEDAN AREA

1 HENDRA WIGUNA KETUA

2 ISMET NOER ANGGOTA

3 IBNU HASYIM ANGGOTA

4 SUWARDI ANGGOTA

5 H. ZULKIFLI NASUTION ANGGOTA

3 MEDAN KOTA

1 SURYA DARMA KETUA

2 Ir. HARIS RICARDO ANGGOTA

3 AYU FITRIANI HASIBUAN, ANGGOTA 4 M. DAVIS TAMPUBOLON, SE ANGGOTA

5 ZUL KHAIDIR ANGGOTA

4 MEDAN DENAI 1 MAWARDI LUBIS KETUA

(58)

3 M. PANDAPOTAN RITONGA ANGGOTA

4 SYAFRIL ANGGOTA

5 HAITAMI LUBIS, S.Ag. S.Pd.I ANGGOTA

5. MEDAN JOHOR

1. L. MARSUDI BUDI UTOMO KETUA 2. NINING TARMIAH, S.Sos ANGGOTA 3. ERWINSYAH HASIBUAN, ST ANGGOTA 4. M. FAHMI SIREGAR, SH ANGGOTA 5. M. SOFYAN AZIZ, SH ANGGOTA

6 MEDAN SELAYANG

1 DAUD SURBAKTI KETUA

2 ANTON TAMPUBOLON ANGGOTA

3 MURHATTA, BA ANGGOTA

4 IRA WATI ANGGOTA

5 HENI RISMAWATI SIMBOLON ANGGOTA

7 MEDAN BARU

1 MHD. JAHARI SITEPU, SH KETUA

2 RELA PERANGIN-ANGIN ANGGOTA

3 SIMSON S. BRAHMANA, SH ANGGOTA

4 DARMA JAYA ANGGOTA

5 IRIANI ANGGOTA

8 MEDAN TUNTUNGAN

1 DEBY CHANDRA KETUA

2 RUSMIADI, SP ANGGOTA

3 MUHIBBUDIN ANGGOTA

4 Drs. ALEXANDER TARIGAN ANGGOTA

5 MORIVA GINTING ANGGOTA

9 MEDAN MAIMUN

1 H. IZA USMAN, SH KETUA

2 H. ABDUL HAY, BA ANGGOTA

3 M. ARIF BILLAH SYAHPUTRA ANGGOTA

4 MARAGAHON HARAHAP ANGGOTA

(59)

10 MEDAN POLONIA

1 PETRUS PURBA KETUA

2 IRWAN SYAHRI ANGGOTA

3 HAMZAH FAUZI ANGGOTA

4 ISMANTO ANGGOTA

5 KUSMIAH ANGGOTA

11 MEDAN SUNGGAL

1 H. HERTIN, SPd KETUA

2 IMELDA ANGGOTA

3 M. IDRIS TOFAN ANGGOTA

4 SUPRIANTO ANGGOTA

5 ENDRO TRI MULYONO, SH ANGGOTA

12 MEDAN PETISAH

1 ABDULLAH HUSEIN KETUA

2 DANI BASSE ANGGOTA

3 H. MUKHTAR EFENDI LUBIS ANGGOTA

4 NANANG SANTOSO ANGGOTA

5 DINA HERAWATI ANGGOTA

13 MEDAN HELVETIA

1 JULIANDAR KETUA

2 ZULHAM ANGGOTA

3 RIO BAMBANG SAPUTRA ANGGOTA 4 RAHMAH EFENDI HARAHAP ANGGOTA

5 LITA ANGGOTA

14 MEDAN BARAT

1 SUHARIADI, SE KETUA

2 JUFRI C. SEBAYANG ANGGOTA

3 FATMA SETIAWAN ANGGOTA

4 ADE KARTIKA HARAHAP ANGGOTA

5 M. AULIA ALQAF ANGGOTA

15 MEDAN TIMUR

1 Ir. MARASATI ARITONANG KETUA

(60)

3 ABDURROZZAG HASIBUAN, ANGGOTA

4 ZAINUDDIN ANGGOTA

5 MUHAMMAD FADHIL ANGGOTA

16

MEDAN PERJUANGAN

1 Drs. ANWAR DAUD KETUA

2 MUHAMMAD KHAIDIR ANGGOTA

3 SUHERI ANGGOTA

4 MUHAMMAD NUR ANGGOTA

5 ERWIN SITUMORANG ANGGOTA

17 MEDAN TEMBUNG

1 ZULKIFLI, S.Sos KETUA

2 MISDARIATI ANGGOTA

3 Drs. JALALUDDIN, SH ANGGOTA

4 M. FAISAL, SE ANGGOTA

5 MELLY HERLINA ANGGOTA

18 MEDAN MARELAN

1 ACHMAD SODRI KETUA

2 ERWIN ANGGOTA

3 DIAH PRAMUNING TYAS ANGGOTA

4 BARINGIN SIREGAR, S.Ag ANGGOTA

5 JAMALUDDIN DAIM ANGGOTA

19 MEDAN DELI

1 Drs. PONIRAN, SE KETUA

2 HENNI SYAFARIDA ANGGOTA

3 HENDRA ANGGOTA

4 SURYANI DALIMUNTHE ANGGOTA

5 ROSEVELT EFENDI ANGGOTA

20 MEDAN LABUHAN

1 Drs. JASA FADILAH GINTING KETUA

2 SAMSUDDIN PANE ANGGOTA

(61)

5 FADLY BOY ANGGOTA

21 MEDAN BELAWAN

1 JOHARI AYAT, SH KETUA

2 NURAHASANAH ANGGOTA

3 ARMAN ANGGOTA

4 M. FADILLAH RAMBE, AMKL ANGGOTA

5 SUFRIZAL LUBIS ANGGOTA

[image:61.595.105.522.108.251.2]

Selanjutnya dilakukan pembentukan Panitia Pemungutan Suara (PPS) yang didasarkan pada Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Nomor: 17/KPU-MDN/2009 tentang Pengangkatan Anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) se Kota Medan dalam Rangka Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Umum Presiden/Wakil Presiden Tahun 2009. Berikut adalah nama-nama Panitia Pemungutan Suara (PPS) se-Kota Medan:

Tabel 3.2

Panitia Pemungutan Suara Medan Amplas

N NO NAMA JABATAN

1 HARJOSARI I 1 IRWAN KETUA

2 JALALUDDIN MUNTHE ANGGOTA

3 RISMANTO HUTABARAT ANGGOTA

2 HARJOSARI II

1 M. SUTANGGANG, SE KETUA

2 SUYANTO ANGGOTA

3 NUR'ANI KUSUMAWATI ANGGOTA

3 SITI REJO II 1 ABRAHAM TOBERANTON KETUA

2 KALAMUDDIN SIREGAR ANGGOTA

3 INDRA KESUMA ANGGOTA

4 SITI REJO III 1 SIDOMULYONO KETUA

2 RUDI SUANGKUPON ANGGOTA

3 ERWINSYAH ANGGOTA

5 AMPLAS 1 URPAN HARAHAP KETUA

2 SRI HANDAYANI ANGGOTA

3 ENNY YUSNITA P ANGGOTA

6 TIMBANG 1 DARMANSYAHDUHA KETUA

(62)

DELI 3 TANJUNG AMAL TAMBA, SP ANGGOTA 7 BANGUN

MULIA

1 PETRUS SITEPU KETUA

2 SOPIAN AHMAD BON ANGGOTA

[image:62.595.112.517.112.175.2]

3 JOTAM GINTING ANGGOTA

Tabel 3.3

Panitia Pemungutan Suara Medan Kota

NO KELURAHAN NO. NAMA JABATAN

1 SUDIREJO I

1 DEDI SUPRIADI

2 ZIADAH NASUTION

3 SAMUEL RUDI SASTRO NABABAN

2 SITI REJO I

1 MASPRIADI

2 DONI DELIANSYAH PUTRA

3 NURDIYAH, S.Pd

3 SUDIREJO II

1 BAHRI PASARIBU, SH

2 ROSPITA MARPAUNG

3 HOTMARTUA HARAHAP

4

TELADAN TIMUR

1 Ir. ANASRUL FAHRI

2 HISAR SILITONGA

3 SYAFRIL HARIYANTO SIPAHUTAR, S.Sos

5

TELADAN BARAT

1 H. MASLY YATIM KETUA

2 SAIDI DALKIT NASUTION, SH ANGGOTA

3 M. TAUFAN SITUMORANG, SH ANGGOTA

6 PASAR

1 PARDAMEAN SIMBOLON KETUA

(63)

MERAH 3 BAMBANG SOEGENG ANGGOTA

7 MESJID

1 PARJAN 2 ZULKIFLI 3 SUGIONO

8

KOTA MATSUM III

1 ROSULSIREGAR

2 BENGARAN FELIX PANGGABEAN 3 JASMAWATI

9 SEI RENGAS I

1 H. SUROSO

2 GUSNAR HASIBUAN 3 SURYADI

10 PASAR BARU

1 MUNJAYIN 2 SUNARTI 3 INDRA MAWAN

11 PUSAT PASAR

1 CHAIRUDDIN SIREGAR KETUA

2 HENDRIKPARDEDE ANGGOTA

3 SE

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji Normalitas data digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal dan tidak, dapat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Penetapan Lokasi Kampanye dan Lokasi yang Dilarang

Dari penelitian ini ingin menjelaskan tentang model konseling karir yang diberikan oleh konselor dari pihak liponsos dalam melakukan pembinaan pelatihan keterampilan

Tiang Ayu dirikan sehingga secara gaib dan hubungan kehidupan nyata dapat dilaksanakan, tetapi dengan syarat dari Putri Silu, yaitu ketika Kutai menjadi kaya raya, makmur,

Pada bab ini terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan, dan manfaat perancangan data warehouse pada departemen radiologi rumah sakit, serta metode yang

Lapangan Sepak Bola Gede Bage yang akan di analisis yaitu analisis mengenai material yang digunakan dalam sistem drainase bawah permukaan pada lapangan sepak

Begitu juga terdapat deiksis waktu pada kutipan (2) yaitu kemarin adalah kata yang menyatakan jarak satu hari sesudah saat tuturan atau penutur bertutur tersebut

Isolat jamur dengan kode J1, J2, dan J3 dapat menggunakan minyak bumi sebagai sumber karbon dan energi, karena pada medium SMSS agar yang mengandung minyak bumi 2%, jamur tersebut