• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan International Fund For Agricultural Development (IFAD) Melalui Program Empowerment and Agricultural Development (READ) Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Sulawesi Tengah - Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan International Fund For Agricultural Development (IFAD) Melalui Program Empowerment and Agricultural Development (READ) Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Sulawesi Tengah - Indonesia"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana S1 Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Randy Isnadi 44305014

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

(2)

iv

Syukur alhamdullilah kepada Allah S.W.T karena dengan segala kuasa dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Internasional Fund For Agricultural Development (IFAD) melalui program Rural Empowerment And Agricultural Development (READ) Dalam Meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah - Indonesia, dengan segala kesadaran serta kekurangannya yang semata-mata oleh keterbatasan penulis. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang sarjana pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. J. M. Papasi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia beserta seluruh jajaran staf.

2. Ibu Dr. Hj. Aelina Surya, selaku Dosen Pengajar dan juga Pembantu Rektor III.

(3)

v

pikiran untuk membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, semoga ibu dan keluarga selalu dalam lindungan Allah S.W.T Amien.

5. Bapak Budi Mulyana S.IP., Ibu Dewi Triwahyuni S.IP., M.Si., serta Ibu Sylvia Octa Putri S.IP selaku Staf Dosen Pengajar Jurusan Hubungan Internasional.

6. Dwi Endah Susanti, S.E., selaku Sekretaris Jurusan Hubungan Internasional yang telah membantu dalam segala urusan akademik. 7. Kepada Papah, Mamah, Nesya, dan Andry yang telah memberikan

kasih sayang, doa, dan dukungan serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat berjalan sesuai dengan yang penulis harapkan penulis belum bisa memberikan apa-apa buat papah dan mamah, dengan skripsi ini mudah-mudahan penulis bisa buat papah dan mamah tersenyum.

(4)

vi

pengalaman seru dalam membuat skripsi ini. serta teman-teman angkatan 2002, 2003, 2004, 2005, 2006. (special thank buat Ira Merdekawati), dan buat teman-teman angkatan 2007 & 2008 yang belum tertulis di sini terima kasih atas dukungannya. Special thank juga buat Shinta Rista Dewi yang sempat hadir dalam kehidupan penulis dan juga telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima Kasih juga kepada semua keluarga besar Karsoedi Soemadinata (Papah) & keluarga besar Nasution (Mamah) buat semua doa dan dukungannya. Terima kasih juga buat Ua Rida, Ua Mita. Saudaraku Eca & Rena yang sudah memberikan tempat tinggal yang begitu nyaman kepada penulis selama menempuh perkuliahan di bandung.

(5)

vii

terima kasih buat doa dan dukungan dari kalian semua semoga Allah S.W.T membalas kebaikan kalian, Amin.

Bandung, Juli 2009

(6)

ii

Development (READ) Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan Di Sulawesi Tengah – Indonesia. Bandung. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia Bandung, 2009.

Kawasan pedesaan di Sulawesi Tengah yang terletak di dataran tinggi akibat kostur lahannya yang berbukit-bukit dan tidak adanya akses dan pelayanan bagi petani, merupakan salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah, selain itu adanya peluang perbaikan mata pencaharian dan peningkatan pendapatan yang cukup signifikan, baik dari usaha pertanian maupun usaha non pertanian. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang IFAD dalam menyusun sebuah program pemberdayaan pedesaan dan pembangunan pertanian di Sulawesi Tengah.

Program READ, merupakan sebuah konsep dan inovasi yang dirancang oleh IFAD untuk memperbaiki mata pencaharian meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di pedesaan. Berdasarkan masalah tersebut, dirumuskan masalah sebagai berikut : “Sejauhmana peranan IFAD melalui program READ terhadap peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah?”.

Sebagai acuan terhadap masalah penelitian, dikemukakan teori-teori Hubungan Internasional, Pluralisme, Kerjasama Internasional, Organisasi Internasional, Peranan dan Pendapatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis analitis, yaitu mengumpulkan data dengan cara melihat sejarah latar belakang permasalahannya untuk kemudian dikembangkan dalam proses penelitian, maka hipotesis yang diambil sebagai berikut: IFAD berperan dalam membantu meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah melalui program READ dengan menerapkan empat komponen yang terdiri dari pemberdayaan masyarakat, pengembangan usaha pertanian budidaya dan non-budidaya, prasarana pedesaan, dan program pengelolaan dan analisis kebijakan.

Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa IFAD telah berperan pada kurun waktu 2007-2008 dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi tengah, meskipun tidak terlalu signifikan. Program READ sangat membantu masyarakat desa khususnya para petani-petani dalam mendistribusikan hasil sawah mereka dengan membuatkan dan memperbaiki akses jalan masuk agar para petani dapat dengan mudah mendistribusikan barang, sehinnga para petani mendapatkan upah dari hasil penjualan mereka.

(7)

iii

Central Sulawesi – Indonesia. Bandung. Study Program of International Relation, Faculty of Social Sciences and Politic Science, Universitas Komputer Indonesia Bandung, 2009.

Rural area in Central Sulawesi situated on high land has hilly contour and lacks of access and service for farmers, the factors inhibiting economic growth of rural community in Central Sulawesi. On the other side, there are some opportunities of promoting livelihoods and increasing income significantly, both from farm and non-farm. These are among the backgrounds of International Fund for Agricultural Development (IFAD) organization in developing a rural empowerment and agricultural development (READ) program in Central Sulawesi.

The program is a concept and innovation IFAD designed to promote livelihood in increasing poor community income in rural. Based on the above, a problem was formulated as follows: “To the extent of which the role of IFAD through READ on the increase of rural community income in Central Sulawesi?”

As a reference to the research problem, the theories on International Relation, Pluralism, International Cooperation, International Organization, Role and Income were presented. The method used in this research was historical-analytical method, that is to collect data by looking at the history of problem background and then developed into a research process. Then the hypothesis proposed was: If the contribution of IFAD through Rural Empowerment and Agricultural Development (READ) program can be realized optimally and consistently by applying the four components of the program consisting of community empowerment, cultural and non-cultural agricultural enterprise development, rural infrastructure, and policy program and analysis, then they would increase rural community income in central Sulawesi.

Based on the data obtained it could be concluded that READ program in the time period of 2007-2008 has brought slightly increase in rural community income in Central Sulawesi, though it was not very significant. The READ program was very helpful for rural community particularly farmers in distributing their wet field proceeds by constructing and improving road access so that the farmers can easily distribute goods, hence the farmers gain wage from selling their products

(8)

i

PROGRAM STUDI : HUBUNGAN INTERNASIONAL

JUDUL SKRIPSI : PERANAN INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (IFAD)

MELALUI PROGRAM RURAL EMPOWERMENT AND AGRICULTURAL DEVELOPMENT (READ) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PEDESAAN DI SULAWESI TENGAH - INDONESIA

Disahkan :

Bandung, 18 Agustus 2009

Menyetujui : Pembimbing

NIP. 4127.35.32.00 Yesi Marince, S.IP.,M.Si.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ketua Program Studi dan Ilmu Politik UNIKOM Ilmu Hubungan Internasional

Prof. Dr. J.M. Papasi

(9)

Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Randy Isnadi

NIM : 44305014

Judul Skripsi : Peranan International Fund For Agricultural Development (IFAD) Melalui Program Rural Empowerment and Agricultural Development (READ) Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Sulawesi Tengah - Indonesia

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi adalah hasil penelitian saya sendiri. Adapun refernsi atau kutipan (baik kutipan langsung maupun tidak langsung) dari hasil karya ilmiah orang lain, tiap-tiap satunya telah saya sebutkan sumbernya sesuai etika ilmiah. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti meniru (plagiat) dan terbukti karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya, saya bersedia menerima sanksi penangguhan gelar kesarjanaan dan menerima sanksi dari lembaga yang berwenang.

Bandung, 18 Agustus 2009 Yang membuat pernyataan,

NIM. 44305014 Randy Isnadi

(10)
(11)

ix

2.2 Paradigma pluralis... 2.3 Kerjasama Internasional... 2.4 Organisasi Internasional... 2.4.1 Inter-Governmental Organization (IGO’s)...... 2.4.2 Peranan Organisasi Internasional... 2.5 Konsep Pendapatan... 2.5.1 Peningkatan Pendapatan...

BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum International Fund For Agricultural Development

(12)

x

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Pelaksanaan Program READ di Sulawesi Tengah...…... 4.1.1 Komponen A Community Empowerment (Pemberdayaan Masyarakat).... 4.1.1.1 Sub-Komponen A.1 Pegadaan Fasilitator Desa...……... 4.1.1.2aSub-Komponen A.2 Pengambilan Keputusan Dan Perencanaan

Tingkat Desa ………...……... 4.1.1.2.1 Penguatan Perencanaan Desa... 4.1.1.2.2 Perlibatan Kelompok Miskin (Including Interest Of The Poor) 4.1.1.2.3 Peningkatan Pelayanan Aparat Pemerintah (Sector Up-Reach)

4.1.1.3 Sub-Kopmponen A.3 Pengelolaan Sumber Ekonomi

(13)

xi

Komersial... 4.1.1.3.3 Peningkatan Kelompok Miskin dan Marginal Dalam

aaaaaaaaaaaaaaaaaaa Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi...

4.1.2 Komponen B Farm And Off-Farm Enterprise Development

(14)

xii

4.2.1 Komponen A Community Empowerment (Pemberdayaan

Masyarakat)………...…... 4.2.1.1 Penyediaan Tenaga Ahli dan Konsultan ... 4.2.1.2 Pelaksanaan Lokakarya atau Seminar Kepada Aparat Pemerintah

Sebagai Fasilitator Desa... 4.2.1.3 Pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat mengenai program READ dan cara pengelolaan sumber daya alam... 4.2.1.4 Peningkatan Kelompok Miskin dan Marginal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi.. ... 4.2.2 Komponen B Farm And Off-Farm Enterprise Development

(Pengembangan Usaha Pertanian Budidaya Dan Non- Budidaya)...

(15)

xiii

Kemiskinan... 4.3 Peranan IFAD Melalui Program READ Dalam Meningkatkan

Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Sulawesi Tengah...

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA... 135 LAMPIRAN... 140

125

128

(16)

1 1.1Latar Belakang Penelitian

Pembangunan ekonomi di Indonesia masih menghadapi kenyataan bahwa masih luasnya kemiskinan terutama di pedesaan. Kemiskinan berkaitan erat dengan rendahnya pendapatan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup pokoknya. Pada umumnya di negara berkembang masalah pendapatan yang rendah dan kemiskinan merupakan masalah utama dalam pembangunan ekonomi. Dengan demikian dalam tujuan pembangunan ekonomi kedua hal tersebut selalu dinyatakan bersamaan sehingga menjadi satu kalimat yaitu peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Dalam upaya meningkatkan pendapatan nasional maka persoalan pendapatan perkapita dari distribusi pendapatan merupakan dimensi yang perlu mendapat perhatian terutama untuk melihat tingkat pendapatan dan pembagian pendapatan di antara warga masyarakatnya yaitu siapa mendapat berapa dan siapa yang beruntung. Aspek ini semakin menarik, terutama dikaitkan dengan masih besarnya rakyat miskin di Indonesia terutama di wilayah pedesaan. Berbicara perihal kemiskinan, maka secara implisit langsung maupun tidak langsung telah membicarakan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk. (Suhardjo, 1997:69-86).

(17)

garis kemiskinan, padahal sebelum terjadinya krisis tersebut jumlah penduduk miskin di Indonesia terus berkurang. Sebelum krisis ekonomi (tahun 1996) jumlah penduduk miskin berjumlah 22,5 jtua jiwa. Akibat krisis ekonomi yang berkelanjutan, sampai dengan akhir 1998, jumlah penduduk miskin telah menjadi 49,5 juta jiwa (24,2 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Namun seiring dengan membaiknya ekonomi jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. Pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat sebear 38,4 juta jiwa dan diantaranya sekitar 65,36 persen tinggal di pedesaan. Pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin tercatat 37,3 juta (17,4 persen). Dibanding tahun 2002 jumlah tersebut menurun sekitar 2,86 persen (BPS, 2003:575-589).

Masyarakat miskin di Indonesia sebagian besar terdapat di daerah pedesaan yang sebagian besar mata pencaharian mereka bergerak disektor pertanian. Sektor pertanian merupakan pusat kemiskinan di Indonesia ada tiga faktor penyebab utamanya antara lain satu, tingkat produktifitas yang rendah disebabkan oleh jumlah pekerja di sektor pertanian sudah terlalu banyak, sedangkan lahan dan teknologi sangat terbatas serta tingkat pendidikan para petani yang rata-rata sangat rendah. Dua, daya saing dalam komoditi pertanian terhadap hasil industri semakin lemah. Tiga, tingkat diversifikasi usaha disektor pertanian ke jenis-jenis komoditi non-food yang memiliki prospek pasar (terutama ekspor) dengan harga yang lebih baik masih sangat terbatas. (http://matakuliah.com/2007/ 09/kemiskinan.pdf, [diakses 21 Maret 2009]).

(18)

timbal balik dengan kemiskinan, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat. Oleh karena itu, suatu wilayah yang tingkat produktivitasnya rendah dapat mengakibatkan masyarakatnya miskin. Demikian pula sebaliknya, ketidakmampuan masyarakat mengelola sumberdaya mengakibatkan wilayah itu miskin. (Sarasutha dan Noor, 1994:181-182).

(19)

Salah satu organisasi internasional yang mempunyai tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan ialah International Fund For Agricultural Development (IFAD). Organisasi ini berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak khusus di sektor pertanian. Organisai ini terbentuk dari sebuah keputusan pada Konfrensi Pangan Dunia (World Food Conference) yang di selenggarakan pada tahun 1974. Dari hasil konferensi tersebut, menyatakan bahwa sebagian besar penduduk miskin di negara-negara berkembang berpusat di daerah pedesaan. IFAD dibentuk untuk memobilisasi dana dalam program-program yang dapat menghapuskan kemiskinan pedesaan karena organisasi ini mempunyai sebuah mandat yang sangat spesifik, yaitu memerangi kelaparan dan kemiskinan di pedesaan di negara-negara berkembang.

(20)

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan sebuah paket target pembangunan yang menjadi tujuan bersama seluruh anggota United Nations UN untuk menjadikan dunia ini lebih baik bagi semua orang. (MDGs) tersebut merupakan hasil kesepakatan antar kepala negara anggota UN di dalam forum WSSD (World Summit for Sustainable Development) di Johannesburg, Afrika Selatan, pada tahun 2002. Perumusan MDGs merupakan tindak-lanjut dari UN Millenium Declaration yang dihasilkan pada World Summit di New York pada tahun 2000. Tujuan-tujuan pembangunan di dalam MDGs tersebut dikelompokkan ke dalam 8 (delapan) tujuan besar (goals), yaitu Pertama, Menghilangkan kemiskinan ekstrim dan kelaparan. Kedua, Mencapai pendidikan dasar secara universal. Ketiga, Meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan. Keempat, Menurunkan kematian bayi. Kelima, Meningkatkan kesehatan ibu. Keenam, Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit yang lain. Ketujuh, Menjamin keberlanjutan lingkungan. Kedelapan, menjalin kerjasama global untuk pembangunan. Upaya pencapaian IFAD di agenda Millenium Development Goals (MDGs) saat ini adalah, memberatas kemiskinan dan kelaparan di tahun 2015. (United Nation, 2008: 56)

(21)

salah satu latar belakang Organisasi International Fund For Agricultural Development (IFAD) dalam menyusun sebuah program pemberdayaan pedesaan dan pembangunan pertanian di Sulawesi Tengah. Program Rural Empowerment And Agricultural Development (READ), merupakan sebuah konsep dan inovasi yang dirancang oleh IFAD untuk memperbaiki mata pencaharian meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di pedesaan secara bertahap khusus Untuk 48.500 rumah tangga di 150 desa dengan total 220.000 orang di lima kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah yaitu, kabupaten Banggai, Boutong, Parigi Moutong, Poso,danToli. [diakses 6 Februari 2009]).

(22)

Februari 2008. Turunnya pengangguran ini karena terbukanya lapangan kerja di sektor informal secara luas sehingga membuka kemungkinan untuk

mengurangi1jumlah1penduduk1miskin.1

(23)

Non-Budidaya, komponen ini dimaksudkan untuk menyediakan akses pada teknologi dan keterampilan manajemen yang bergerak sebagai pemasok barang dan jasa bagi petani miskin. Prasarana Pedesaan, komponen ini akan membiayai berbagai prasarana pedesaan yang di butuhkan para masyarakat pedesaan untuk akses pertanian mereka. Pengelolaan Proyek Dan Analisis Kebijakan, komponen ini mendukung pengelolaan dan koordinasi program READ melalui struktur pemerintahan yang ada. [diakses 6 Februari 2009]).

(24)

Sumber lain yang menjelaskan mengenai kerjasama dalam READ dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 51/Permentan/OT.160/6/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Program Pemberdayaan Pedesaan dan Pembangunan Pertanian di Sulawesi Tengah (Rural Empowerment and Agriculture Development Programme/READ Programme in Central Sulawesi). (Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 51/Permentan/OT.160/6/2007).

Program READ direncanakan akan direalisasikan pada tahun 2007-2011 dengan total dana sebesar US$ 28,33 juta. Dana tersebut terdiri dari US$ 21,08 juta dari loan IFAD, grant IFAD sebesar US$ 9,5 juta, pemerintah pusat sebesar US$ 1,3 juta. Pemerintah provinsi US$ 0,9 juta, pemerintah kabupaten/kota sebesar US$ 1,27 juta. (http://www.ifad.org/gbdocs/eb/88/e/EB-2006-88-R-18-Rev-1.pdf, [diakses 21 Maret 2009]).

Program READ awalnya direncanakan akan berjalan pada tahun 2007-2011. Dalam proses implementasi program terdapat kendala finansial, sehingga terjadi penundaan pelaksanaan program. Perencanaan pelaksanaan program ditunda menjadi tahun 2009-2014. (wawancara dengan Ir. Sri Damayanti, Med.,Mphil. READ Programme Manager).

(25)

Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian di tingkat kota dan kabupaten Provinsi Sulawesi Tengah. Program READ yang di selenggarakan di Sulawesi tengah, selain fokus pada pembangunan pedesaan dan pertanian, program ini juga turut berperan dalam memperbaiki infrastruktur pedesaan di Sulawesi tengah seperti, penyedian lahan bagi para petani miskin, pembangunan saluran irigasi, fasilitas air bersih, dan jalan akses desa serta jalan usaha tani. Minimnya infrakstruktur di provinsi ini, merupakan salah satu faktor yang menghambat pembangunan pedesaan dan pertanian di Sulawesi tengah, karena para petani tidak dapat menjual hasil taninya dan membuat terhanbatnya aktifitas-aktifitas pertanian lainnya, oleh karena itu IFAD melalui program READ ini berupaya menerapakan inovasi-inovasinya dalam perbaikan infrastruktur pedesaan di Sulawesi tengah, sehingga masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah, khusnya para petani dapat dengan mudah mengakses hasil taninya keluar desa dan mendapatkan hasil dari hasilzpertaniannyaztersebut,zzsehinngazparazpetanizdapat1memenuhi1kebutuhan rumah1tanggal1mereka.1(http://www.deptan.go.id/bpsdm/read/READ%20Progra

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengambil judul penelitian.

(26)

Penelitian ini dibuat berdasarkan beberapa mata kuliah Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Yaitu:

1. Organisasi dan Administrasi Internasional membahas sejauhmana peran suatu aktor ilmu hubungan internasional terutama aktor non-negara dalam menciptakan suatu pola interaksi global.

2. Isu-isu Global mata kuliah ini membahas tentang isu-isu apa saja yang menjadi wacana internasional atau perbincangan masyarakat dunia, seperti isu lingkungan hidup, terorisme, Pangan, gender dan demokrasi.

3. Studi Ekonomi Politik Negara Berkembang melihat permasalahan yang terjadi di negara berkembang, terutama pada sektor pertanian yang merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat pedesaan di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah IFAD melalui program READ dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah? 2. Bagaimana perencanaan program READ dalam meningkatkan

pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah?

(27)

1.3Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini berupaya untuk menentukan batas-batas permasalahannya dengan jelas yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup permasalahan. Sebagai variabel Independent (Bebas), penelitian ini akan memusatkan pada peranan International Fund For Agricultural Development (IFAD) dilihat dari perencanaan program Rural Empowerment And Agricultural Development (READ). Sedangkan untuk variabel Dependent (Terikat) yang dipilih adalah dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Sulawesi Tengah.

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka penulis membatasi rentang waktu penelitian pada proses awal penandatanganan program READ pada tahun 2007-2008, dengan melihat perencanaan pelaksanaan program pada tahun 2009-2014.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka diajukan perumusan masalah sebagai berikut:

(28)

1.5Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan yang dilakukan hendaknya memiliki suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui langkah-langkah program READ dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.

2. Untuk mengetahui prospek program READ dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.

3. Untuk mengetahui peranan IFAD melalui program READ dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.

1.5.2 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih jauh bagi penulis mengenai kondisi pertanian dan peningkatan mata pencaharian masyarakat pedesaan di Indonesia khususnya di Sulawesi Tengah.

(29)

3. Sebagai sumbangan ilmiah terhadap perkembangan ilmu Hubungan Internasional dan menambah wawasan mengenai kondisi pertanian dan peningkatan mata pencaharian masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.

4. Untuk mengetahui peranan International Fund For Agricultural Development (IFAD) melalui program READ dalam membantu pemerintah indonesia dalam upaya meningkatkan mata pencaharian masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah.

5. Sebagai syarat bagi penulis dalam menyelesaikan studi ilmu Hubungan Internasional (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Komputer Indonesia.

1.6 Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Definisi Operasional. 1.6.1 Kerangka Pemikiran.

Agar penelitian memenuhi kaidah-kaidah keilmuan, perlu diangkat teori-teori dan konsep-konsep yang dapat menjadi landasan, teori-teoritis bagi penelitian yang dilakukan. Teori-teori serta konsep-konsep yang diajukan, menurut penulis relevan dengan masalah yang menjadi objek penelitian ini, selain itu teori dan konsep tersebut menjadi landasan bagi pembangunan hipotesis yang akan diajukan untuk kemudian diuji, keberlakuannya melalui penelitian ini.

(30)

yang tidak dan akan teranalisis melalui kebijakan luar negeri dimana proses-proses internasional antar bangsa terjadi dan dapat dilaksanakan Trygve Mathisen mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul “Methodology In Study On Internasional Relation” yang meyebutkan bahwa Hubungan Internasional mempunyai arti:

“Meliputi semua aspek internasional dari kehidupan sosial manusia, dalam arti semua tingkah laku manusia yang terjadi atau yang berasal dari suatu negara dan dapat mempegaruhi tingkah laku manusia di negara lain” (Mathisen,1984:11)

Sedangkan menurut K.J Holsti dalam bukunya “Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis” mendefinisikan Hubungan Internasional sebagai:

“Hubungan internasional akan berkaitan erat dengan segala bentuk interaksi diantara masyarakat, negara baik yang dilakukan pemerintah maupun warga negaranya. Pengkajian Hubungan Internasional yang meliputi segala segi hubungan diantara berbagai negara di dunia meliputi kajian terhadap Lembaga Perdagangan Internasional, Palang Merah Internasional, Pariwisata, Transportasi, Komunikasi serta perkebangan nilai-nilai dan etika internasional” (Holsti,1992:27)

Selain konsep diatas, terdapat pendapat Hubungan Internasional menurut kaum pluralisme bahwa hubungan internasional didasarkan pada empat asumsi yaitu:

Empat asumsi Paradigma Pluralis, yaitu:

(31)

2. Negara bukanlah aktor Unitarian, melainkan ada aktor-aktor lainnya yaitu individu-individu, kelompok kepentingan dan para birokrat. Dalam hal ini dalam pengambilan keputusan atau kebijakan suatu negara, tidak semata-mata absolut berdasarkan kepentingan negara tersebut, namun juga dalam pembuatan kebijakan atau keputusan dapat juga dipengaruhi oleh individu-indivu, kelompok kepentingan dan para birokrat. Hal tersebut terjadi karena suatu kebijakan yang diambil oleh suatu negara mewakili masyarakatnya.

3. Menentang asumsi realis yang menyatakan negara sebagai aktor rasional, dimana pluralis menganggap pengambilan keputusan oleh suatu negara tidak selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional, akan tetapi demi kepentingan-kepentingan tertentu.

(32)

tersebut dapat mempengaruhi keberadaan sumber daya alam yang berkaitan dengan isu ketahanan nasional suatu negara. (Viotti dan Kauppi, 1990:215).

Dalam pandangan kaum pluralis permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh suatu negara tidak hanya dapat diselesaikan oleh actor negara saja, tetapi aktor non-negara pun bisa berperan dalam mengatasi permasalahan dalam suatu negara tersebut. IFAD sebagai salah satu organisasi internasional yang mempunyai tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang, mempunyai peran melalui program-program yang dirancangnya dalam mengatasi permasalahan- permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan.

(33)

Wiriatmadja dalam bukunya "Pengantar Hubungan Internasional“ menyatakan bahwa:

"Hubungan Internasional mencakup semua hubungan antar bangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia, dan kekuatan, tekanan, proses, yang menentukan cara hidup, cara berpikir dan cara bertindak manusia“ (Wiriatmadja, 1967: 33-34).

Organisasi internasional diartikan sebagai ikatan formal yang melampaui batas-batas wilayah nasional yang ditetapkan untuk membentuk suatu mesin kelembagaan agar dapat memudahkan kerjasama di antara pihak yang terkait dalam berbagai bidang. Organisasi internasional sebagai aktor internasional dianggap memberikan keuntungan terhadap negara, di mana ia berperan aktif di dalamnya

Leroy Bennet dalam buku “International Organization”, Principle and Issue” mengungkapkan bahwa:

“Fungsi utama dari organisasi internasional adalah untuk memberikan makna dari kerjasama yang dilakukan antara negara-negara dalam satu area, di mana kerjasama tersebut memberikan keuntungan untuk negara-negara yang terlibat di dalamnya (Bennet, 1995: 3).

Selain itu, organisasi internasional juga harus berfungsi bagi negara-negara anggotanya. Menurut Bennet dalam buku “International Organization, Principle and Issue” fungsi organisasi internasional adalah:

1. Menyediakan sarana kerjasama antarnegara, yang mana kerjasama tersebut menyediakan manfaat bagi semua anggotanya.

(34)

Kerjasama internasional menurut pendapat Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya “Organisasi Internasional” memberikan pengertian kerjasama sebagai berikut:

“Kerjasama dalam masyarakat internasional merupakan suatu keharusan sebagai terdapatnya hubungan interdependensia dan bertambah kompleknya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional. Kerjasama internasional terjadi karena nasional Understanding dimana mempunyai corak dan tujuan yang sama keinginan yang didukung untuk kondisi internsional yang sama, keinginan yang didukung untuk kondisi internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama itu didasari oleh kepentingan bersama diantara negara-negara namun kepentingan itu tidak identik” (1983:20)

Sedangkan menurut Daniel F. Chiver dalam bukunya “Organizing of Peace” organisasi internasional adalah:

“Pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-negara, pada umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat yang timbale balik dan dijentawahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan secara berkala” (1993:367)

Pada kenyataanya menunjukan, bahwa tidak ada satu pun negara yang dapat hidup sendiri tanpa mengadakan suatu hubungan kerjasama dengan negara kebutuhan nasionalnya, menurut Koesnadi Kartasasmita, dalam bukunya “Administrasi Internasional” bahwa:

“Kerjasama dalam masyarakat internasional merupakan suatu keharusan sebagai dari adanya interdependensi dan bertambah kompleknya kehidupan dalam masyarakat internasional” (1987:20)

(35)

terdiri dari negara-negara individual, dan dalam beberapa aspek, aktor ini mempunyai wewenang diatas negara-negara anggotanya. Ada beberapa tipe dari aktor supranasional ini, yaitu, organisasi universal dengan tujuan umur, organisasi regional, aliansi, dan rezim.

Sedangkan aktor Transnasional terdiri dari Inter-Governmental Organization (IGO’s), dan Non-Governmental Organization (NGO’s). Aktor ini mempunyai beberapa tugas atau fungsi khusus, dan mereka beroperasi melintasi batas negara, serta mempunyai orientasi untuk tidak terikat pada pandangan atau kepentingan suatu anggota.

Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya “Sosiologi Suatu Pengantar” menyatakan bahwa:

“Pada kenyataanya aktor negara tidak selalu dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, karena keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Karena itulah, muncul suatu bentuk kerjasama internasional yang bukan saja untuk memenuhi kepentingan, akan tetapi juga untuk menggabungkan kompetensi yang terbatas. Sehingga tujuannya dapat tercapai. (1997:79) Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial. Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan.

(36)

yang hendak dicapai. Kerjasama diawali dengan kesepakatan dan yang paling mudah apabila tidak mengandung banyak resiko.

Kerjasama yang dilakukan oleh IFAD dengan negara-negara berkembang, dapat digunakan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan negaranya. IFAD, sangat diharapkan dalam membantu pembangunan pertanian di negara-negara berkembang, melalui bantuan teknis dan administratifnya. Peranan menurut K.J Holsti yang diterjemahkan Wawan Juanda dalam bukunya “Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis’ yaitu :

“Konsep peranan bisa dianggap definisi yang dikemukakan oleh para pengambil keputusan terhadap bentuk-bentuk umum, keputusan, aturan, dan fungsi negara dalam suatu atau beberapa masalah internasional. Peranan juga mereflesikan kecenderungan pokok, kekhawatiran, serta sikap terhadap lingkungan eksternal dan variable sistematik geografi dan ekonomi” (1992:159)

Secara umum peranan dapat dilihat sebagai tugas atau kewajiban atas suatu posisi sekaligus hak atas suatu posisi, peranan memiliki sifat saling tergantung (Perwita&Yani, 2001; 30). Adapun definisi lain dari peranan menurut Soekamto dimana peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam bermasyarakat sebagai organisasi (1990: 269).

Sedangkan dalam pengertian lain konsep peranan dikemukakan sebagai berikut:

(37)

Kehadiran IFAD sebagai salah satu organisasi yang memberikan bantuan yang cukup besar sangat besar artinya bagi masyarakat pedesaan di Sulawesi tengah khususnya dan bagi pemerintah Indonesia kehadirannya tersebut meringankan pemerintah Indonesia dalam proses pembangunan pertananian dan peningkatan mata pencaharian terutama dari segi pendapatan. Apa yang dilakukan oleh IFAD dalam proses tersebut mempertegas peranan dari sebuah organisasi internasional seperti yang dikemukakan oleh T. May Rudy dalam buku “Organisasi dan Administrasi Internasional” yakni :

1. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota).

2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan.

3. Sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan (antara lain kegiatan sosial kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, pemugaran monumen bersejarah, peace keeping operation dan lain-lain (1998: 27).

(38)

keuangan dan program pengurangan kemiskinan mengenai betapa pentingnya pembangunan pertanian bagi masyarakat pedesaan di masa yang akan datang.

Menurut Soekamto Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam bermasyarakat sebagai organisasi (Soekamto, 1990:269).

Sedangkan Holsti dalam bukunya ”Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis” mengemukakan konsep peranan sebagai berikut :

”Konsep peranan bisa dianggap sebagai definisi yang dikemukakan oleh para pengambil keputusan terhadap bentuk-bentuk umum berupa keputusan, komitmen, aturan, dan tindakan yang sesuai dengan negara dalam suatu masalah atau berbagai masalah internasional (Holsti, 1987:159).

IFAD menilai bahwa penyebab kemiskinan bagi masyarakat pedesaan dikarenakan institusi-institusi di pedesaan kurang tanggap dalam menagani permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat pedesaan, kemiskinan di pedesaan juga disebabkan oleh kurangnya akses bagi para petani dalam menyalurkan dan mendistribusikan hasil pertanian mereka ke pasar, sehingga mereka tidak dapat menghasilkan pendapatan dari hasil pertaniannya. Oleh karena itu IFAD dalam programnya selalu berusaha untuk membenahi prasarana-prasarana yang ada di pedesaan termasuk membenahi institusi-institusi pedesaan dan akses layanan pasar, sehingga masyarakat pedesaan dapat meningkatkan pendapatan mereka.

(39)

faktor lain juga turut menentukan antara lain produktifitas dan kesuburan tanah, jenis komoditi yang diusahakan serta tingkat penerapan teknologi pertanaian

Menurut Rachman dan Hadimuslihat definisi pendapatan ialah:

“keragaman sumberdaya mempengaruhi struktur pendapatan rumah tangga pedesaan. Sumber pendapatan rumah tangga di suatu lokasi erat kaitannya. (Rachman & Hadimuslihat, 1989:2)

Sedangkan menurut Adnyana et, al. Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan yaitu:

“Sektor pertanian dan non-pertanian. Struktur dan besarnya pendapatan dari sektor pertanian berasal dari usahatani/ternak dan berburuh tani. Sedangkan dari sektor nonpertanian berasal dari usaha nonpertanian, profesional, buruh non pertanianzdanzpekerjaanzlainnya dizsektorznon pertanian.z(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/(13)%20socasupadirozanype ngel%20rt(1). pdf, [diakses 20 April 2009])

(40)

kebijakan yang semuanya itu merupakan langka-langkah dari IFAD guna meningkatkan pendapatan dan mata pencaharian rumah tangga mereka.

Dengan demikian peranan IFAD memang sangat dibutuhkan oleh Indonesia dalam menangulangi kemiskinan dan meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan yang saat ini sedang berjalan. Sebagai Organisasi Internasional, IFAD sangat aktif memberikan bantuan terhadap negara-negara berkembang dalam mengatasi permasalahan yang ada khususnya mengenai pertanian dan peningkatan mata pencaharian dan pendapatan masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang.

1.6.2 Hipotesis

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut diatas, maka hipotesis didalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“IFAD berperan dalam membantu meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah melalui program READ dengan menerapkan empat komponen yang terdiri dari pemberdayaan masyarakat, pengembangan usaha pertanian budidaya dan non-budidaya, prasarana pedesaan, dan program pengelolaan dan analisis kebijakan”.

1.6.3 Definisi Operasional

Sesuai dengan judul yang penulis ambil yaitu: Peranan International

(41)

beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan judul tersebut, diantaranya yaitu:

1. International Fund For Agricultural Development (IFAD) adalah sebuah organisasi internasional dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak dalam bidang pertanian di negara-negara berkembang.

2. Rural Empowerment and Agricultural Development (READ) merupakan sebuah konsep program bantuan untuk meningkatkan pendapatan dan mengangkat kondisi kehidupan keluarga miskin di propinsi Sulawesi Tengah.

3. Pengembangan pendapatan masyarakat pedesaan dalam program READ di Sulawesi Tengah melalui empat komponen yang terdiri dari: a. Pemberdayaan masyarakat

b. Pengembangan usaha pertanian budidaya dan non-budidaya c. Prasarana pedesaan

d. Pengelolaan program dan analisis kebijakan

1.7 Metodelogi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data. 1.7.1 Metodologi Penelitian.

(42)

berhubungan dengan masalah yang diselidiki, yang dibutuhkan sebagai solusi atas masalah tersebut (Silalahi, 1999: 6). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis analitis, yaitu prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang. Dengan kata lain, metode historis analitis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Untuk menggambarkan gejala-gejala yang terjadi pada masa lalu sebagai suatu rangkaian peristiwa yang berdiri sendiri, terbatas dalam kurun waktu tertentu di masa lalu.

2. Menggambarkan gejala-gejala masa lalu sebagai sebab suatu keadaan atau kejadian pada masa sekarang sebagai akibat. Data masa lalu itu dipergunakan sebagai informasi untuk menjelaskan kejadian atau keadaan masa sekarang sebagai rangkaian yang tidak terputus atau saling berhubungan satu dengan yang lain (Zulnaidi, 2007: 14).

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

(43)

terkait, buku-buku teks, dan dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian dan sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh para ahli, serta penggunaan jasa internet melalui website yang berhubungan dengan penelitian yang di teliti, sehingga mendapatkan data-data tertulis yang dapat di dokumentasikan.

1.8 Waktu dan Lokasi Penelitian. 1.8.1 Waktu Penelitian.

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Februari 2009 sampai dengan Juli 2009, yang dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 1

Tabel Kegiatan Penelitian (Februari 2009 – Agustus 2009) No Kegiatan

Waktu Penelitian Tahun 2009

Feb Mar Aprl Mei Jun Jul 1 Pengajuan Judul

2 Usulan Penelitian 3 Seminar Usulan

Penelitian 4 Bimbingan

5 Pengumpulan Data 6 Sidang

1.8.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di beberapa lokasi, yaitu:

1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung. 2. Perpustakaan Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

(44)

4. Departemen Pertanian Republik Indonesia Indonesia, Jakarta.

1.9 Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini dibagi atas lima bab, dimana setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang disesuaikan dengan keperluan penelitian, secara sistematis penulisan ini ditulis sebagai berikut;

BAB I, Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi penelitian, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian.

BAB II, Tinjauan Pustaka, merupakan hasil telusuran tentang kepusatakaan yang mengupas topik penelitan yang sama, hal ini merupakan bukti pendukung bahwa topik atau materi yang diteliti memang suatu permasalahan yang penting, sebagaimana ditunjukan oleh kepustakaan yang dirujuk, seperti dalam teori Hubungan Internasional, Paradigma Pluralis, Kerjasama Internasional, Organisasi Internasional, Inter-Govermental Organization (IGO), International Fund For Agricultural Development (IFAD), Teori Peranan, Teori Pendapatan, dan Teori Peningkatan Pendapatan.

(45)

BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bagian hasil, dilaporkan data-data yang diperoleh dalam langkah-langkah IFAD melalui program READ di Sulawesi Tengah dan menjelaskan prospek dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan setelah direalisasikan program READ.

(46)

31 2.1 Hubungan International

Istilah Hubungan Internasional secara umum dapat didefinisikan bahwa hubungan internasional itu mengacu terhadap hubungan yang terjadi antar pemerintah di dunia yang merupakan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Berkaitan erat dengan aktor-aktor lain seperti Organisasi Internasional, korporasi internasional dan individu-individu dengan struktur sosial yang lain mencakup ekonomi, kebudayaan dan politik domestik serta pengaruh-pengaruh geografis maupun historisnya (Goldstein, 1999: 3).

Hubungan internasional dilakukan oleh aktor-aktor internasional, seperti individu, nation-state, maupun organisasi internasional yang sifatnya lintas batas. Menurut Rosenau, terdapat lima aktor hubungan internasional, yaitu:

1. Individu-individu tertentu

2. Kelompok-kelompok dan organisasi swasta 3. Seluruh negara bangsa beserta pemerintahannya 4. Organisasi internasional

5 Seluruh wilayah geografis dan pengelompokkan-pengelompokkan politik utama dunia, seperti dunia ketiga (Rosenau, 1976: 5).

(47)

Luasnya cakupan studi hubungan internasional menyebabkan hubungan internasional sebagai studi yang berdiri sendiri membutuhkan pendekatan yang bersifat interdisipliner. Menurut Columbis dan Wolfe, studi hubungan internasional mencakup kajian ilmu politik, ekonomi, hukum, sosiologi, antropologi, serta ilmu pengetahuan alam seperti fisika, kimia, cybernetic (Columbis dan Wolfe, 1999: 21).

(48)

Pada awal perkembangannya, Shcwarzenberger mengatakan bahwa ilmu hubungan internasional adalah:

“Bagian dari sosiologi yang khusus mempelajari masyarakat internasional (sociology of international relations). Jadi, ilmu hubungan internasional dalam arti umum tidak hanya mencakup unsur politik saja, tetapi juga mencakup unsur-unsur ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, perpindahan penduduk (imigrasi dan emigrasi), pariwisata, olimpiade (olahraga) atau pertukaran budaya (cultural exchange)” (Shcwarzenberger, 1964: 8).

Sementara itu, terdapat sarjana hubungan internasional yaitu menurut Hoffman yang justru memperkecil ruang lingkup ilmu hubungan internasional, yaitu:

“Ilmu hubungan internasional merupakan subjek akademis dalam memperhatikan hubungan politik antar negara, dimana selain negara ada juga pelaku internasional, transnasional atau supranasional lainnya seperti organisasi nasional” (Hoffman, 1960: 6).

Hubungan internasional mencakup pengkajian terhadap politik luar negeri dan politik internasional, jugs meliputi segala segi hubungan di antara berbagai negara di dunia. Hubungan internasional berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi dan interaksi lainnya di antara aktor-aktor negara dan aktor-aktor non- negara. Hubungan internasional didefinisikan sebagai studi tentang interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintah, kesatuan sub-nasional seperti birokrasi dan pemerintah domestik serta individu-individu.

Mc Clelland mendefinisikan “Hubungan Internasional” sebagai:

(49)

Sedangkan menurut Holsti “Hubungan Internasional” ialah:

“Hubungan internasional mengacu pada semua bentuk interaksi antara anggota masyarakat yang berlainan baik yang disponsori pemerintah maupun tidak. Studi hubungan internasional dapat mencakup analisa kebijakan luar negeri, perdagangan internasional, Palang Merah Internasional, transportasi, komunikasi, turisme dan perkembangan etika internasional (Holsti, 1988 : 29).

Hubungan internasional pada saat sekarang ini semakin kompleks keberadaannya dimana interaksi tidak hanya terjadi antar negara saja melainkan juga aktor-aktor lain di luar negara (seperti organisasi internasional, Multi National Corporation’s, kelompok teroris dan organisasi lingkungan yang semuanya merupakan bagian dari politik dunia) yang juga mempunyai peranan penting dan berpengaruh dalam hubungan internasional.

Dalam studi hubungan internasional terdapat berbagai pemikiran diantaranya yaitu liberalisme. Liberalisme adalah pemikiran politik, ekonomi, teori sosial dan filosofi yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia dan meyakini kebebasan individu dan peningkatan kehidupan manusia. Secara politik, liberalisme diterjemahkan sebagai keterbatasan peran pemerintah (Steans, 2001: 48).

(50)

Uni Eropa. Selanjutnya aktor hubungan internasional seperti MNC’s yakni perusahaan asing dari suatu negara yang memiliki anak-anak perusahaan di negara lain, lembaga internasional maupun regional juga dapat dikatakan berpengaruh (influental) (Steans, 2001: 57-59).

Pluralisme mengandung serangkaian asumsi yang berbeda, diantaranya, non-state actor adalah kesatuan penting dalam hubungan internasional yang tidak dapat dihindarkan. Organisasi internasional misalnya, dapat menjadi aktor dengan hak yang dimilikinya. Organisasi internasional merupakan suatu arena dimana di dalamnya terdapat negara-negara berdaulat yang bersaing. Aktor non-governmental lainnya seperti organisasi lingkungan dan MNC’s juga memegang peranan yang penting dimana dapat berhubungan dengan peningkatan interdependensi dalam ekonomi dunia. Bagi pluralisme negara bukanlah aktor utama dan menolak dugaan bahwa politik internasional didominasi oleh isu keamanan dan militer. Agenda hubungan luar negeri telah meluas ke isu-isu lain seperti ekonomi dan sosial (Heywood, 2001: 4).

2.2 Paradigma Pluralis

(51)

Pluralis merupakan salah satu perspektif yang berkembang pesat. Kaum pluralis memandang Hubungan Internasional tidak hanya terbatas pada hubungan antar negara saja, tetapi juga merupakan hubungan antar individu dan kelompok kepentingan dimana negara tidak selalu sebagai aktor utama dan aktor tunggal.

Empat asumsi Paradigma Pluralis, yaitu:

1. Aktor-aktor non-negara adalah entitas penting dalam Hubungan Internasional yang tidak dapat diabaikan, contohnya Organisasi Internasional baik yang pemerintahan maupun non-pemerintahan, aktor transnasional, kelompok-kelompok bahkan individu.

2. Negara bukanlah aktor Unitarian, melainkan ada aktor-aktor lainnya yaitu individu-individu, kelompok kepentingan dan para birokrat. Dalam hal ini dalam pengambilan keputusan atau kebijakan suatu negara, tidak semata-mata absolut berdasarkan kepentingan negara tersebut, namun juga dalam pembuatan kebijakan atau keputusan dapat juga dipengaruhi oleh individu-indivu, kelompok kepentingan dan para birokrat. Hal tersebut terjadi karena suatu kebijakan yang diambil oleh suatu negara mewakili masyarakatnya.

3. Menentang asumsi realis yang menyatakan negara sebagai aktor rasional, dimana pluralis menganggap pengambilan keputusan oleh suatu negara tidak selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional, akan tetapi demi kepentingan-kepentingan tertentu.

(52)

militer. Agenda Politik Luar Negeri saat ini sudah berkembang dan militer bukanlah satu-satunya hal yang paling utama, tetapi ada hal-hal utama lain didalam Hubungan Internasional seperti ekonomi dan sosial. Contoh perhatian dari pluralis adalah dalam bidang perdagangan, keuangan, dan isu energi sehingga bagaimana hal-hal tersebut dapat menjadi perhatian utama dalam agenda politik internasional. Hal lain yang mempengaruhi dunia internasional menurut kaum pluralis adalah bagaimana mengatasi permasalahan populasi dunia di bagian negara-negara dunia ketiga. Masalah populasi tersebut dapat mempengaruhi keberadaan sumber daya alam yang berkaitan dengan isu ketahanan nasional suatu negara. (Viotti dan Kauppi, 1990:215).

2.3Kerjasama International

Konsep mengenai kerjasama disampaikan oleh Cooley, dimana kerjasama tersebut terjadi dan timbul apabila:

“Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan-kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna” (Cooley, 1930:176).

(53)

“Perangkat hubungan yang tidak didasarkan pada unsur paksaan dan kekerasan. Kerjasama dapat muncul akibat adanya komitmen individu dan negara untuk mendapatkan kesejahteraan kolektif”(Douherty & Graff, 1997:418).

Namun demikian kesejahteraan kolektif tersebut tidak dapat dicapai hanya dengan kerjasama kolektif antara individu dan negara saja namun diperlukan kerjasama yang lebih luas seperti kerjasama internasional.

Kerjasama internasional menurut Coplin dan Marbun:

“Kerjasama yang awalnya terbentuk dari satu alasan dimana negara ingin melakukan interaksi rutin yang baru dan lebih baik bagi tujuan bersama. Interaksi-interaksi ini sebagai aktifitas pemecahan masalah secara kolektif, yang berlangsung baik secara bilateral maupun secara multilateral (Coplin & Marbun, 2003:282).

Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negaranya sendiri.

Isu utama dari kerjasama internasional menurut Douherty dan Graff, yaitu: “Berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi dari kepentinagn tindakan yang unilateral dan kompetitif. Kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan pertahanan keamanan. Berbagai masalah tersebut telah membawa negara-negara di dunia untuk membentuk suatu kerjasama internasional” (Douherty & Graff, 1997:419). Menurut Koesnadi Kartasasmita dalam “Organisasi dan Administrasi Internasional”, menjelaskan pengertian kerjasama internasional yang dapat dipahami sebagai:

(54)

tujuan sama, keinginan yang didukung oleh kondisi internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama itu didasari oleh kepentingan bersama diantara Negara-negara, namun kepentingan itu tidak identik (Kartasasmita, 1997: 20)”

Tujuan dari Kerjasama Internasional adalah untuk memenuhi kepentingan negara-negara tertentu. Tujuan dari kerjasama internasional dikonsepsikan secara jelas oleh Plano dan Olton, yaitu:

“Untuk memenuhi kepentingan negara-negara tertentu dan untuk menggabungkan kompetensi-kompetensi yang ada sehingga tujuan yang diinginkan bersama dapat tercapai. Kerjasama itu kemudian diformulasikan ke dalam sebuah wadah yang dinamakan organisasi internasional. . Organisasi internasional merupakan sebuah alat yang memudahkan setiap anggotanya untuk menjalin kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya” (Plano dan Olton, 1979:271).

2.4 Organisasi Internasional

Sebagai bentuk dari kerjasama internasional dalam wujud organisasi internasional telah banyak dilakukan untuk berbagai macam kepentingan dalam berbagai macam kepentingan dalam berbagai aspek kehidupan. Disamping itu, pengertian tentang organisasi tidak hanya menyangkut kepada segi strukturnya saja, akan tetapi juga pada segi fungsinya. Berdasarkan kepada hal tersebut diatas, dapatlah dikatakan bahwa oerganisasi internasional itu tumbuh dari kehidupan sosial manusia didalam masyarakat internasional.

(55)

Secara umum organisasi internasional itu adalah suatu organisasi yang ada di lingkungan masyarakat internasional. Organisasi internasional terbentuk karena adanya suatu kepentingan yang sama dari berbagai negara atau bangsa, maka organisasi internasuinal itu merupakan salah satu wujud dari kerjasama internasional, hal ini didahului oleh adanya kepentingan-kepentingan yang sama yang dilahirkan oleh adanya hubungan yang menjadi pokok dari terbentuknya organisasi internasional, sehingga negara-negara yang membentuk organisasi internasional, sehingga negara-negara yang membentuk organisasi internasional dapat merasakan bahwa tujuan-tujuan nasional dengan segala permasalahan didunia yang sangat kompleks, baik itu masalah-masalah ekonomi, budaya, sosial maupun masalah politik dan lain-lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Wayan Parthiana dalam bukunya “Organisasi Internasional”, yang mendefinisikan mengenai organisasi internasional sebagai berikut :

“Suatu organisasi atau perkumpulan yang didirikan oleh atau yang anggota-anggotanya terdiri dari negara-negara atau badan-badan non pemerintahan yang didasarkan pada suatu perjanjian untuk mencapai suatu tujuan”. (1987:1)

(56)

Adapun definisi dari organisasi internasional menurut Jack.L.Plano dan Roy Olton yang diterjemahkan oleh Wawan Juanda dalam bukunya “Kamus Hubungan Internasional”, adalah sebagai berikut :

“Organisasi internasional merupakan suatu struktur atau lembaga yang resmi melintasi batas negara yang berfungsi sebagai salah satu mekanisme yang menunjukan kerjasama diantara negara-negara dalam bidang keamanan, ekonomi, sosial, atau lainnya yang berhubungan”. (1987:52) Istilah organisasi internasional lebih banyak digunakan dari pada World Organization karena itu definisi yang dikemukakan Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya “Organisasi Internasional”, berikut ini dapat memberikan gambaran mengenai hal tersebut :

“Organisasi Internasional mempunyai pengertian yang luas, tidak hanya meliputi kegiatan negara dalam masyarakat dunia, disamping itu, pengertian organisasi internasional tidak hanya menyangkut kepada segi strukturnya saja akan tetapi pada fungsinya. Dalam arti statis, organisasi internasional merupakan wadah dari kegiatan Administrasi Internasional yang meliputi berbagai bidang kehidupan sosial masyarakat internasional tidak terdapat organisasi tertinggi seperti halnya sebagai organisasi masyarakat dalam masyarakat internasional”. (1998:20)

Selanjutnya Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya “Administrasi Internasional”, mengemukakan bahwa berdasrkan pada sifatnya maka organisasi internasional mempunyai sifat rangkap adapun sikap tersebut adalah sebagai berikut :

(57)

2. Sebagai proses adalah suatu proses kearah terbentuknya suatu World Government dan terdapat suatu proses untuk mengubah national state system yang berlaku dan menggantikan system yang baru (1988:46). Selanjutnya Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya “Administrasi Internasional” mengemukakan bahwa organisasi internasional dalam arti luas mempunyai dua macam arti, yaitu sebagai berikut :

1. Organisasi Internasional Publik, merupakan organisasi antar negara yang tumbuh didasarkan pada perjanjian multilateral dengan persyaratan dan tujuan tertentu, organisasi ini dibentuk untuk memenuhi kebutuhan negara dalam masyarakat internasional, bertambah banyaknya organisasi internasional public ini disebabkan bertambah menigkatnya interdependensi dalam masyarakat internasional.

2. Organisasi Internasional Privat, merupakan organisasi yang tidak terbentuk oleh pemerintahan atau negara dan keanggotaanya terbuka untuk individu-individu dan golongan yang mempunyai kepentingan internasional. (1998:50)

(58)

1. Obyektif, meliputi :

a. Kenyataan dari banyak negara atau bangsa. b. Ada hubungan antar negara atau bangsa. 2. Subyektif, meliputi :

a. Adanya masalah antar negara atau bangsa. b. Adanya kebutuhan atau upaya.

Berdasarkan uraian diatas, maka organisasi internasional dapatlah dikatakan tumbuh, karena adanya kebutuhan dan kepentingan masyarakat antar bangsa dan negara untuk adanya wadah serta alat untuk melaksanakan kerjasama internasional. Sarana untuk mengkoordinasi kerjasama antar negara atau bangsa kearah pencapaian tujuan yang sama dan perlu diusahakan secara bersama-sama, salah satunya adalah melalui organisasi internasional.

2.4.1 Inter-Governmental Organization (IGO)

Konsep dan praktek dasar yang melandasi IGO moderen melibatkan diplomasi, perjanjian, konferensi, aturan-aturan dan hukum perang, pengaturan penggunaan kekuatan, penyelesaian sengketa secara damai, pembangunan hukum internasional, kerjasama ekonomi internasional, kerjasama sosial internasional, hubungan budaya, perjalanan lintas negara, komunikasi global, gerakan perdamaian, pembentukan federasi dan liga, administrasi internasional, keamanan kolektif, dan gerakan pemerintahan dunia (Bennet, 1995: 9).

(59)

1. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya bersifat umum

Organisasi ini memiliki ruang lingkup global dan melakukan berbagai fungsi, seperti keamanan, sosial-ekonomi, perlindungan hak asasi manusia, pertukaran kebudayaan, dan lain sebagainya. Contohnya adalah PBB.

2. Organisasi yang keanggotaannya umum tetapi tujuannya terbatas

Organisasi ini dikenal juga sebagai organisasi fungsional karena diabdikan untuk satu fungsi spesifik. Contohnya International Labour Organization (ILO), World Health Organization (WHO), United Nations on AIDS (UNAIDS), International Fund For Agricultural Development (IFAD) dan lain sebagainya.

3. Organisasi yang keanggotaannya terbatas tetapi tujuannya umum Organisasi seperti ini biasanya adalah organisasi yang bersifat regional yang fungsi dan tanggung jawab keamanan, politik dan sosial-ekonominya berskala luas. Contohnya adalah Uni Eropa, Organisasi Negara-negara Amerika (OAS), Uni Afrika, dan lain sebagainya. 4. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya terbatas

(60)

2.4.2 Peranan Organisasi Internasional

Peranan merupakan aspek dinamis. Apabila seseorang atau suatu kelompok melaksanakan hak dan kewajibannnya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Dari konsep peranan tersebut muncullah istilah peran. Peran menurut Perwita dan Yani adalah “Seperangkat tingkat yang di harapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Berbeda dengan peranan yang sifatnya mengkristal, peran bersifat insidental” (Perwita dan Yani, 2005:29).

Semua organisasi internasional memiliki struktur organisasi untuk mencapai tujuannya. Apabila struktur-struktur tersebut telah menjalankan fungsinya, maka organisasi tersebut telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian, peranan dapat dianggap sebagai fungsi baru dalam rangka pengejaran tujuan-tujuan kemasyarakatan.

Peranan (role) dapat di artikan sebagai “Perilaku yang di harapkan dari seseorang yang mempunyai status” (Horton & L. Hunt, 1987:132). Peranan juga dapat dilihat sebagai:

“Tugas atau kewajiban atas suatu posisi sekaligus juga hak atas suatu posisi. Peranan memiliki sifat saling tergantung dan berhubungan dengan harapan. Harapan-harapan ini tidak terbatas hanya pada aksi (action), tetapi juga termasuk harapan mengenai motivasi (motivation), kepercayaan (beliefs), perasaan (feelings), sikap (attitudes) dan nilai-nilai (values)” (Perwita & Yani, 2005:30)

(61)

“Konsep peranan bisa dianggap definisi yang dikemukakan oleh para pengambil keputusan terhadap bentuk-bentuk umum, keputusan, aturan dan fungsi negara dalam suatu atau beberapa masalah internasional. Peranan juga merefleksikan kecenderungan pokok, kekhawatiran serta sikap terhadap lingkungan eksternal dan variabel sistematik geografi dan ekonomi” (Holsti, 1992:159).

Namun dalam hal ini, Clive archer mendefinisikan peranan dalam konteks organisasi internasional yang dilihat dari bagaimana peranan organisasi internasional tersebut di dunia internasional, yang terdiri dari 3 poin penting, yaitu:

1. Instrumen (alat), organisasi internasional digunakan sebagi alat bagi anggotanya untuk mencapai kepentingannya

2. Arena (forum), organisasi internasional dalam hal ini menyediakan tempat untuk rapat, berkumpul, berdebat, kerjasama atau aling berbeda pendapat bagi anggotanya

3. Aktor, organisasi internasional adalah actor yang independent dimana ia mampu bertindak tanpa dipengaruhi kekuatan luar dan mampu mempengaruhi arah-arah kejadian di dunia, selain itu dilihat dari adanya fakta bahwa manusia mengidentifikasi diri dan kepentingannya melalui organisasi bukan lagi melalui Negara bangsa (Archer, 1983:130-136).

2.5 Konsep Pendapatan

(62)

permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat pedesaan, kemiskinan di pedesaan juga disebabkan oleh kurangnya akses bagi para petani dalam menyalurkan dan mendistribusikan hasil pertanian mereka ke pasar, sehingga mereka tidak dapat menghasilkan pendapatan dari hasil taninya. Oleh karena itu IFAD dalam programnya selalu berusaha untuk membenahi prasarana-prasarana yang ada di pedesaan termasuk membenahi institusi-institusi pedesaan dan akses layanan pasar, sehingga masyarakat pedesaan dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Perbedaan antara masyarakat kota dan desa terlihat dari segi mata pencaharian. Masyarakat pedesaan berada di sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris, kehidupan perekonomian masyarakat pedesaan tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian. Sedangkan masyarakat kota berada di sektor ekonomi sekunder yang meliputi bidang industri. Kegiatan di desa ialah mengolah lahan untuk memperoleh bahan-bahan mentah baik pangan maupun sandang untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Sedangkan Kegiatan di kota ialah mengolah bahan-bahan mentah yang berasal dari desa menjadi bahan-bahan setengah jadi sehingga berwujud bahan jadi dan bisa dikonsumsikan.

(63)

Menurut Rachman dan Hadimuslihat pendapatan ialah keragaman sumberdaya mempengaruhi struktur pendapatan rumah tangga pedesaan. Sumber pendapatan rumah tangga di suatu lokasi erat kaitannya. (Rachman & Hadimuslihat, 1989:2)

Sedangkan menurut Adnyana et, al. Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan yaitu:

“sektor pertanian dan non-pertanian. Struktur dan besarnya pendapatan dari sektor pertanian berasal dari usahatani/ternak dan berburuh tani. Sedangkan dari sektor nonpertanian berasal dari usaha nonpertanian, profesional, buruh nonpertanian dan pekerjaan lainnya di sektor nonpertanian.

(64)

Dengan demikian peranan IFAD memang sangat dibutuhkan oleh Indonesia dalam menangulangi kemiskinan dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat pedesaan yang saat ini sedang berjalan. Sebagai Organisasi Internasional, IFAD sangat aktif memberikan bantuan terhadap negara-negara berkembang dalam mengatasi permasalahan yang ada khususnya mengenai pertanian dan peningkatan mata pencaharian masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang.

2.5.1Peningkatan Pendapatan

Tujuan akhir program pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup anggota masyarakat melalui peningkatan pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut kerap digunakan sebagai indikator tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu komunitas. Namun, bila dilihat lebih jauh peningkatan pendapatan tersebut belum menjamin perbaikan kesejahteraan anggota masyarakat luas karena tingkat pendapatan yang bervariasi antar rumah tangga sesuai dengan tingkat penguasaan sumberdaya dan kemampuan mengelolanya. Dengan perkataan lain bahwa peningkatan pendapatan suatu komunitas tidak selalu diikuti perbaikan distribusi di antara anggotanya

(65)

dikatakan bahwa distribusi pendapatan cenderung membaik pada kasus pertumbuhan ekonomi yang terjadi sebagai akibat peningkatan pendapatan secara signifikan pada sektor tradisonal (traditonal sector enrichment). Sebaliknya distribusi pendapatan semakin memburuk karena peningkatan pendapatan sektor modern (Field, 1979:2).

(66)

51

3.1 Gambaran Umum International Fund For Agricultural Development (IFAD)

3.1.1 Sejarah Terbentuknya IFAD

International Fund For Agricultural Developmet (IFAD) merupakan organisasi internasional dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang didirikan pada bulan Desember 1977, berkantor pusat di Roma, Italia. Pembentukan IFAD merupakan tindak lanjut atas salah satu hasil utama dari Konfrensi Pangan Dunia (World Food Conference) yang diselenggarakan pada tahun 1974. Konfrensi tersebut diselenggarakan sebagai respon terhadap krisis pangan pada awal 1970-an terutama yang melanda negara-negara di Afrika. Konfrensi memutuskan bahwa “Dana International untuk pembangunan peretanian, utamanya untuk produksi pangan di negara-negara berkembang”.

(67)

Tidak seperti lembaga keuangan internasional lainnya, yang memiliki berbagai tujuan, IFAD memiliki mandat yang sangat spesifik, yaitu untuk memerangi kelaparan dan kemiskinan pedesaan di negara-negara berkembang.

Dalam kerangka strategic Framework for IFAD 2002-2006, IFAD akan melanjutkan kinerjanya dalam enabling the rural poor to evercome their poverty, melalui pengembangan pembangunan sosial, kesamaan gender, peningkatan pendapatan, peningkatan status gizi, pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan dan good governance. [diakses 6 Februari 2009]).

3.1.2 Program-Program IFAD Di Indonesia

Indonesia bergabung dengan IFAD pada tanggal 27 september 1978. Dalam setiap program-program yang dirancang oleh IFAD di Indonesia, IFAD selalu di bantu oleh Departement Pertanaian dan Dinas Pertanian di tingkat kota/kabupaten. Sejak tahun 1978 hingga tahun 2004, Indonesia telah menerima bantuan program IFAD sebanyak 13 proyek. Dari total tersebut dua proyek yang saat ini masih berjalan sedangkan sisanya sudah selesai. Dua proyek yang berjalan yang pertama ialah Participatory Integrated Development In Rainfed Areas (PIDRA), tujuannya ialah:

(68)

b) Meningkatkan kegiatan konservasi dan pelestarian sumberdaya alam serta lingkungan.

c) Terwujudnya sistem pertanian yang berkelanjutan dalam usaha tani kelompok dan meningkatkan partisipasi wanita dalam kegiatan pembangunan.

d) Mewujudkan ketahanana pangan di pedesaan.

Proyek PIDRA dibiayai dari loan IFAD dengan dana sebesar U$$ 23.570.225 untuk delapan tahun. Dalam pelaksanaanya dibagi dalam phase I (2001-2005) dan phase II (2005-2009). Sasaran kegiatan, terbentuknya 5000 Kelompok Mandiri (KM) pada 500 desa ditiga provinsi yaitu, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tengara Timur (NTT). Sedangkan yang kedua ialah program Rural Empowerment And Agricultural Development (READ), yang sasaran program ini ialah meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di lima kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah yaitu kabupaten, Banggai, Buol, Parigi Moutong, Poso, dan Toli-toli. Program ini berlangsung selama enam tahun dari tahun 2006-2011. (Profile keanggotaan Indonesia pada lembaga/organisasi internasional, Departement Pertanian, 2005: 67-73)]

3.1.3 Tujuan Organisasi IFAD

Gambar

Tabel 1 Tabel Kegiatan Penelitian (Februari 2009 – Agustus 2009)
Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+2

Referensi

Dokumen terkait