1 1.1 Latar Belakang Penelitian
Organisasi internasional merupakan sebagai suatu struktur formal dan
berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan antar anggota-anggota
(pemerintah dan non pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan
untuk mengejar kepentingan bersama para anggotanya. Lebih lanjut, upaya
mendifisikan suatu organisasi internasional harus melihat tujuan yang ingin dicapai,
institusi-institusi yang ada, suatu proses perkiraan peraturan-peraturan yang dibuat
pemerintah terhadap hubungan antara suatu negara dengan aktor-aktor non negara.
Keberhasilan suatu organisasi internasional dapat dilihat dari kebijakan dan
cara untuk mengimplementasikannya. Keberhasilan di bidang ini tergantung dari
sikap otonomi organisasi dan kepercayaan anggota atas kepemimpinan politis
organisasi tersebut, tetapi yang paling penting adalah persepsi dari pemerintah negara
anggota tentang seberapa jauh bantuan maupun kebijakan yang dikembangkan oleh
organisasi yang akan sesuai dengan kepentingan nasional mereka. Oleh sebab itu
anggota dapat mendorong ataupun menghalangi perkembangan bantuan ataupun
kebijakan yang dilakukan oleh organisasi sesuai dengan penilaian mereka dengan
mempertimbangkan untung dan ruginya bagi kepentingan nasional negara tersebut.
Bila pengembangan bantuan dan kebijakan tertentu oleh organisasi
memiliki semacam otonomi yang meningkat dan mengatur dengan kuat masalah
kebijakan yang spesifik dan fungsional, maka perumusan kebijakan tersebut akan
dapat berjalan tanpa campur tangan yang spesifik dari negara anggota, dan
keberhasilan implementasinya akan bergantung dari seberapa baik bantuan maupun
kebijakan tersebut dapat diterima oleh negara yang bersangkutan. Selanjutnya,
tanggapan dari negara anggota atas isu yang menjadi tujuan dari bantuan maupun
kebijakan organisasi adalah variabel yang signifikan bagi pengembangan
keberhasilan hasil kinerja. Hal ini khususnya dalam kasus dimana implementasi
kebijakan membutuhkan tindakan dari anggota organisasi.
Dari pemaparan di atas mengenai organisasi yang terdapat dalam judul yaitu
The Global Fund. Dengan diawali pada bulan April 2001, di pertemuan konverensi
tingkat tinggi Organization of African Unity (OAU) tentang HIV/AIDS, tuberkulosis
(TB) dan penyakit infeksi lainnya di Abuja-Nigeria lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa
dengan sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan meminta tambahan USD 10 miliar per
tahun untuk memerangi HIV/AIDS dan pembentukan The Global Fund (GF-ATM)
untuk memobilisasi sumber daya tersebut. “Arti kata dari ATM dalam singkatan
GF-ATM adalah AIDS, tuberkulosis dan malaria”. (http://www.satuportal.net/content/
sistem-pendanaan-global-fund-rumit, diakses pada Minggu, 11-4-2010).
Dari hal diatas tersebut menyebabkan konseptualisasi dan pengembangan
The Global Fund sebagai sebuah organisasi yang tujuan inti adalah untuk
meningkatkan dan cepat mencairkan sumber daya untuk membiayai upaya kegiatan
terpengaruh oleh HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria. Dan masyarakat sipil
menganggap ini sebagai kesempatan untuk segera mengamankan akses kebutuhan
pengobatan dan perawatan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Sehingga tumbuh
momentum, untuk mendorong The Global Fund menjadi berbeda dari inisiatif PBB
sebelumnya untuk lebih ramping, dalam artian tidak terlalu birokratis dan yang paling
penting berdasarkan keterlibatan pemangku kepentingan yang sama dari setiap sektor.
(http://www.theglobalfund.org/en/civilsociety/, diakses pada Selasa, 16-3-2010).
Konseptualisasi untuk pembentukan The Global Fund oleh Kofi Annan di
Abuja-Nigeria seperti pada pemapara di atas, akhirnya terlaksana setelah kurang lebih
setahun kemudian. Pada tahun 2002 The Global Fund terbentuk, dan The Global
Fund yang telah terbentuk ini, telah menjadi sumber utama pembiayaan untuk
program-program dalam memerangi AIDS, tuberkulosis dan malaria, dengan
menyetujui pendanaan sebesar USD 19.3 miliar di 144 negara. Memberikan
seperempat dari seluruh pembiayaan internasional untuk AIDS secara global, dua
pertiga untuk tuberkulosis dan kemudian tiga perempat untuk malaria.
Pendanaan The Global Fund ini, memungkinkan negara untuk memperkuat
sistem kesehatan misalnya, membuat perbaikan infrastruktur dan memberikan
pelatihan bagi mereka yang memberikan layanan. Dan The Global Fund tetap
berkomitmen untuk bekerja dalam kemitraan, untuk meningkatkan perjuangan
melawan ke tiga penyakit dan untuk mewujudkan visi sebuah dunia yang bebas dari
beban AIDS, TB dan malaria. (http://www.theglobalfund.org/en/about/?lang=en,
paragraph sebelumnya, yaitu tentang The Global Fund yang telah mendonori 144
negara untuk ke tiga penyakit tersebut. The Global Fund, memiliki sumber
penghasilan terbesar dari kontribusi sektor publik. Dimana sejak pengoperasian The
Global Fund, 50 negara-negara donor telah menjanjikan USD 20,3 milliar sampai
dengan tahun 2015. (http://www.the globalfund.org/en/donors/?lang=en, diakses pada
Jumat, 23-3-2010).
Berikut ini adalah daftar donor The Global Fund publik yang secara finansial
memberikan kontribusi ke The Global Fund dalam siklus pengisian 2008-2010, yaitu
Australia, Belgium, Canada, China, Denmark, European Commission, Finland,
France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, India, Ireland, Italy, Japan, Korea
Selatan, Kuwait, Latvia, Liechtenstein, Luxembourg, Netherlands, Norway, Poland,
Portugal, Romania, Russia, Saudi Arabia, Singapore, Slovenia, South Africa,
Spanyol, Swedia, Swiss, Thailand, England, Amerika Serikat.
Publik donor lainnya yang sebelumnya telah memberikan kontribusi
finansial untuk The Global Fund adalah sebagai berikut : Andorra, Austria, Barbados,
Brazil, Brunei Darussalam, Burkina Faso, Kamerun, Meksiko, Monako, Selandia
Baru, Nigeria, Uganda dan Zimbabwe. (http://www.theglobalfund.org/en/donors/list/,
diakses pada Jumat, 23-3-2010).
Dan dalam cara berkerjanya The Global Fund memiliki prinsip-prinsip, ini
sepenuhnya dijelaskan dalam kerangka dokumen, yaitu :
1. Beroperasi sebagai alat keuangan, bukan merupakan wujud pelaksana, yaitu tujuan
untuk memerangi AIDS, TB dan malaria. The Global Fund tidak melaksanakan
program pemberantasan terhadap ketiga penyakit tersebut secara langsung, tetapi
hanya mengandalkan pada jaringan kemitraan yang luas dengan organisasi
pembangunan lainnya di lapangan untuk memasok pengetahuan lokal dan bantuan
teknis yang diperlukan.
2. Menyediakan dan memanfaatkan sumber keuangan tambahan. The Global Fund
dituntut dengan meningkatkan uang dalam jumlah besar yang tidak menggantikan
atau mengurangi sumber-sumber lain untuk memerangi AIDS, tuberkulosis (TB),
dan malaria. Ini merupakan kesenjangan dalam upaya negara untuk memerangi
ketiga penyakit dan memperkuat sistem kesehatan dasar dengan pembiayaan
kegiatan-kegiatan yang melengkapi dan berusaha untuk menggunakan dana sendiri
untuk merangsang investasi lebih lanjut baik dengan donor dan penerima.
3. Mendukung program-program dan kegiatan-kegiatan yang berkembang dari
rencana nasional dan prioritas nasional. The Global Fund yang inovatif,
merupakan contoh program keuangan yang dikembangkan oleh negara-negara
penerima itu sendiri sesuai dengan rencana strategis nasional dan prioritas
kesehatan mereka. Syaratnya, bahwa semua bidang masyarakat dengan
kepentingan dalam kesehatan masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan,
termasuk masyarakat sipil dan sektor swasta, dan memastikan program atau
kegiatan yang kuat dan yang meliputi banyak hal.
4. Beroperasi secara seimbang dalam hal diberbagai wilayah, penyakit dan
kegiatan-
kegiatan pembiayaan dari negara-negara dengan pendapatan rendah dan beban
penyakit yang tinggi, meskipun juga akan mempertimbangkan program atau
kegiatan-kegiatan dari negara-negara untuk pendapatan yang lebih tinggi, setelah
memastikan bahwa uang yang mana yang akan paling dibutuhkan untuk
membantu.
5. Mengejar untuk terpadu dan pendekatan yang seimbang untuk pencegahan dan
pengobatan, dalam kategori ini The Global Fund mengambil pendekatan yang
meliputi banyak hal untuk AIDS, tuberkulosis (TB) dan malaria, baik mendanai
pencegahan dan pengobatan yang ditentukan berdasarkan kebutuhan lokal.
6. meevaluasi proposal melalui proses tinjauan yang independen, dalam hal ini
penggunaan The Global Fund dari independen Technical Review Panel
memastikan bahwa sumber daya yang terbatas diinvestasikan dalam
kegiatan-kegiatan yang dapat diandalkan secara teknis untuk memerangi ketiga penyakit
tersebut dengan peluang kesuksesan terbesar. Panel ialah mencakup ahli penyakit,
serta ahli di bidang pembangunan yang mampu menilai bagaimana yang diusulkan
untuk melengkapi kegiatan-kegiatan kesehatan yang sedang berlangsung dan
upaya penanggulangan kemiskinan di tingkat negara.
7. Beroperasi dengan transparansi dan dalam keadaan yang dapat ditanggung
jawabkan, dalam hal ini The Global Fund menyelenggarakan penerima
bertanggung jawab untuk standar yang ketat, bagi yang memerlukan kegiatan
(http://www.theglobalfund.org/en/how/?lang=en#1, diakses pada Selasa,
16-3-2010).
Dari pemaparan di atas yang sebagian besar telah menjelaskan tentang The
Global Fund, pada paragraf ini kita beralih pada hubungan kerjasama The Global
Fund dengan Indonesia, yang dimana dimulainya bantuan pertama ialah sejak tahun
2003. Sejak itu Departemen Kesehatan mendapat bantuan dana dari The Global Fund
sebesar empat triliun rupiah, dan menempatkan Indonesia kedalam sepuluh negara
utama penerima bantuan dari The Global Fund. (http://www.kabarindonesia.com
/berita.php?pil=3&jd=Global+Fund+Kembali+Kucurkan+Bantuan+Bagi+Indonesia&
dn=20070825041919, diakses pada Kamis, 11-3-2010).
Dimana sebelum bantuan dana masuk ke Indonesia, Subdit P2PL dari
Departemen Kesehatan terlebih dahulu mengajukan proposal ke Country
Coordinating Mechanism (CCM) dan CCM menyeleksinya untuk melihat siapa yang memenuhi syarat untuk mendapatkan dana, CCM kemudian mengajukan proposal
permintaan dana ke The Globla Fund. (data diperoleh melalui email dari ccm
Indonesia, pada Sabtu, 3-4-2010).
Kemudian jika disetujui, The Global Fund menandatangani perjanjian
bantuan dengan Principal Recipient (PR) untuk terima dana hibah sesuai dengan
pelaksanaan program AIDS, tuberkulosis, dan malaria, tentunya sesuai dengan yang
tertera dalam proposal di propinsi dan daerah mana saja serata sasaran untuk
yaitu Pengendalian Penyakit (PP) dan Penyehatan Lingkungan (PL). sedangkan
Subdit ialah bagian dari struktur organisasi Direktorat Jendral di Departemen
Kesehatan. Kemudian setelah PR menerima pembiayaan The Global Fund secara
langsung, dan bisa menggunakannya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pencegahan, perawatan dan pengobatan secara sendiri. Perlu diketahui juga, bahwa
untuk pelaksanaan program, PR dapat memilih Sub Recipient (SR) yaitu seperti dinas
kesehatan propinsi atau organisasi lain, yang menyediakan layanan penanggulangan
ke tiga penyakit tersebut dan setelah dipilih, memang SR harus ajukan proposal untuk
nyatakan apa saja yang mampu dilaksanakan olehnya. Gunanya SR ialah untuk
membantu PR menjalankan program dan kegiatan.Kemudian SR juga dapat memilih
Sub-sub Recipient (SSR) lagi, untuk bantu SR dalam melakukan program dan juga
kegiatannya, tentunnya dengan prosedur proposal yang sama. SSR disini yaitu bisa
dikatakan seperti Dinas Kesehatan Kota.(data dari email ccm gfatm Indonesia).
Kembali ke CCM, di tingkat negara CCM adalah kemitraan yang terdiri dari
semua kunci pembantu keuangan dalam menanggapi suatu negara terhadap ke tiga
penyakit. CCM tidak menangani pembiayaan yang diberikan oleh The Global Fund
itu sendiri, tapi bertanggung jawab untuk mengajukan proposal ke The Global Fund,
menominasikan perusahaan bertanggung jawab untuk mengelola dana, hibah dan
mengawasi pelaksanaannya. (http://www.theglobalfund.org/en/structures/?lang=en,
diakses pada Jumat, 26-3-2010).
Anggota Country Coordinating Mechanism (CCM), terdiri dari wakil-wakil
bilateral, organisasi non pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan-perusahaan
swasta dan orang yang hidup dengan penyakit. (http://www.theglobalfund.org
/en/ccm/?lang=en, diakses pada Sabtu, 10-4-2010).
Sehubungan dengan bantuan dana yang dikucurkan untuk menanggulangi
penyakit HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria untuk Indonesia. Maka bantuan dana
tersebut juga digunakan untuk membantu dalam pengupayaan kegiatan
menanggulangi tuberkulosis di Kota Banjarmasin dengan menggunakan program
berstrategikan Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Program strategi
DOTS ini, terdiri dari lima komponen kunci, yaitu komitmen dari semua kalangan
dalam kasus tuberkulosis, pemeriksaan dahak yang terjamin mutunya pada waktu
diagnosa tersangka pasien dan pengobatan pasien, pengobatan jangka pendek yang
standar bagi semua kasus tuberkulosis dengan tatalaksana yang tepat termasuk
pengawasan langsung pengobatan, jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) secara cuma-cuma, dan yang terakhir, sistem pencatatan serta pelaporan yang
mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien tuberkulosis. (data :
Dinas Kesehatan Banjarmasin).
Program strategi DOTS di atas digunakan untuk menurunkan angka pasien
penyakit tuberkulosis, yang dimana memang sejak tahun 2007-2009 angka setiap
tahun penyakit tuberkulosis ini, cukup membuat kekhawatiran di Banjarmasin. Hal
ini memiliki bukti nyata, yaitu dalam tiga tahun di tahun 2007-2009, rata-rata korban
yang mengidap positif tuberkulosis per tahunnya, seperti pada tahun 2007 yang telah
2008, rata-rata penemuan TB positif yang telah dicatat dan dilaporkan sebanyak 594
penderita TB. Dan pada tahun 2009, rata-rata penemuan TB positif di Banjarmasin
yang telah dilaporkan, tercatat sebanyak 573 kasus penderita TB Positif. Dimana
yang telah diketahui tercatat 332-nya dari penderita penyakit TB di Banjarmasin
tersebut masih berusia produktif. Usia produktif disini ialah kisaran usia antara dua
puluh hingga empat puluh tahun. Sementara berdasarkan jenis kelamin, di tahun 2009
ini sebanyak 199 orang ialah penderita berjenis kelamin lelaki dan sebanyak 133
orang lainnya ialah penderita berjenis kelamin perempuan. (data : Dinas Kesehatan
Banjarmasin).
Dari pemaparan hal-hal di atas, berikut adalah alasan ketertarikan penulis
untuk meneliti tema utama wacana penulisan ini :
1. Peneliti ingin mengetahui bagaimana suatu organisasi internasional dapat
berperan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat kota Banjarmasin.
2. Peneliti ingin melihat lebih jauh permasalah yang menyangkut penyakit
tuberkulosis di kota Banjarmasin ini.
3. Permasalahan penyakit tuberkulosis di kota Banjarmasin membutuhkan perhatian
dari semua kalangan karena jika tidak dicegah untuk lebih lanjutnya, bukan tidak
mungkin untuk menyebar luas keseluruh Indonesia ataupun negara lain,
mengingat bahwa penyakit tuberkulosis ini ialah salah satu penyakit menular
yang setiap satu penderitanya, bisa menularkan 10 hingga 15 orang dan jika
Dari pemaparan di atas, maka peneliti mengajukan judul penelitian sebagai
berikut :
“Peranan TheGlobal Fund Dalam Penanggulangan Penyakit Tuberculosis (TB) di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (2007-2009)”
Penelitian ini ditunjang berdasarkan beberapa mata kuliah pada jurusan
Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Komputer
Indonesia, yaitu :
1. Pengantar Hubungan Internasional, karna pada mata kuliah ini diperkenalkan
tentang studi ilmu hubungan internasional sebagai suatu bidang studi
pembelajaran, sejarah perkembangan, serta para aktor yang terlibat di dalamnya.
2. Organisasi dan Administrasi Internasional, karena melalui mata kuliah ini dapat
membantu menjelaskan fungsi organisasi sebagai salah satu bentuk kerjasama
internasional, peran dan karakter organisasi internasional.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dapat diartikan sebagai suatu tahap awal dari suatu
pengusahaan masalah dimana objek dalam jalinan situasi tertentu dapat kita kenali
sebagai suatu masalah. (Suriasumantri, 1998 : 265). Berdasarkan definisi tersebut
maka peneliti dapat mengidetifikasi masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Mekanisme Pendanaan The Global Fund?
2. Program apakah yang disponsori oleh The Global Fund untuk menanggulangi
2. Apakah kendala yang dihadapi The Global Fund dalam menujang kegiatan
program untuk menanggulangi penurunan penyakit tuberkulosis (TB) di Kota
Banjarmasin?
3. Kegiatan-kegiatan apakah yang disponsori oleh The Global Fund dalam program
untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis (TB) di kota Banjarmasin?
4. Bagaimana keberhasilan The Global Fund setelah mensponsori program di kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk menanggulangi pengidap tuberkulosis
(TB)?
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah berupaya untuk menentukan batas-batas permasalahan
dengan jelas yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor mana saja
yang termasuk dalam ruang lingkup permasalahan dan faktor mana saja yang tidak
termasuk dalam ruang lingkup permasalahan. (Suriasumantri, 1998 : 311).
Dalam penelitan ini akan memfokuskan pada peran The Global Fund
terhadap upaya kegiatan yang telah disponsori untuk menanggulangai penyakit
tuberkulosis (TB) di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, namun tidak mengenai
tentang nominal data dana yang disalurkan. Masalah dibatasi dari tahun 2007-2009
karena peneiliti melihat adanya hubungan kerjasama antara The Global Fund dengan
subdit PP&PL Departemen Kesehatan, kemudian mereka berkerjasama dengan
dinas-dinas kesehatan di Indonesia termasuk di Banjarmasin dalam rangka untuk
Banjarmasin. Namun pada tahun 2007 dipertengahan bulan maret hingga awal tahun
2008, The Global Fund hanya memberikan bantuan untuk pengadaan obat
tuberkulosis saja karena adanya dugaan dana yang belum bisa dipertanggung
jawabkan kepada The Global Fund. (http://aids-ina.org/modules.php?name=
AvantGo&file=print&sid=145, diaakses pada 10-4-2010).
1.4 Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah upaya untuk menyatakan secara tersirat
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang kita cari jawabannya atau pernyataan yang
lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti
berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. (Suriasumantri, 1998 : 312).
Maka perumusan masalah penelitian ini mempunyai rumusan pernyataan
penelitian sebagai berikut :
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah untuk :
1. Mengetahui mekanisme pendanaan The Global Fund.
2. Mengetahui program yang disponsori oleh The Global Fund untuk
menanggulangi masalah tuberkulosis (TB) di Banjarmasin.
3. Mengetahui kendala yang dihadapi The Global Fund dalam menujang kegiatan
program untuk menanggulangi penurunan penyakit tuberkulosis (TB) di Kota
Banjarmasin.
4. Mengetahui kegiaatan-kegiatan yang disponsori oleh The Global Fund dalam
program untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis (TB) di kota Banjarmasin.
5. Mengetahui keberhasilan The Global Fund setelah mensponsori program di kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk menanggulangi pengidap tuberkulosis
(TB).
1.5.2 Kegunaan Penelitian 1.5.2.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan tambahan informasi
dan pembelajaran bagi para penstudi masalah-masalah internasional. Khususnya yang
terkait dengan topik penelitian yang dibahas kali ini, dan juga dapat dapat berguna
bagi peneliti sendiri untuk menambah informasi dan pengetahuan ilmu hubungan
1.5.2.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan nilai guna, serta
memberi masukan, menggugah para peneliti dan penstudi hubungan internasional
khususnya yang tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang peranan The Global
Fund dalam upaya menanggulangi penyakit tuberculosis (TB) di Kota Banjarmasin,
Kalimantan Selatan.
1.6 Kerangka Pemikiran, Hipotesis, dan Definisi Oprasional 1.6.1 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran, merupakan alur-alur pemikiran yang logis dalam
membangun suatu kerangka berfikir yang mampu membuahkan kesimpulan berupa
hipotesis, yang berarti dalam menghadapi permasalahan yang diajukan maka
digunakan teoti-teori ilmiah sebagai alat yang berupa pendekatan-pendekatan yang
membantu kita dalam menemukan pemecahan masalah. (Suriasumantri, 1998 :
313-316).
Hubungan internasional, apakah pemerintah, kelompok, individu, tidaklah
bersifat acak tetapi bersifat terorganisir. Suatu bentuk dari hubungan internasional
tersebut itu adalah institusi yaitu bentuk kolektif atau struktur dasar dari suatu
organisasi sosial yang dibentuk atas dasar hukum atau tradisi manusia yang dapat
berupa pertukaran, perdagangan, diplomasi, konferensi, atau organisasi internasional.
Hubungan internasional mengandung arti suatu hubungan strategi diplomatik
bermacam-macam seperti, pada isu perang dan perdamaian, serta konflik dan kerja
sama. Adapun pengertian lain tentang hubungan internasional ini adalah tentang
transaksi lintas batas dari semua jenis politik, ekonomi dan sosial, dan ilmu hubungan
internasional juga mempelajari negosiasi perdagangan atau oprasi dari institusi atau
lembaga non-state. Hubungan internasional adalah sebuah ilmu yang juga
mempelajari sebab dan akibat dari hubungan antar suatu negara. Adanya hubungan
antar negara dapat disebabkan oleh adanya perbedaan sumber daya antara negara
yang berbeda. Hubungan atau kerjasama juga dapat terjadi akibat saling
ketergantungan (interdepensi) untuk dapat saling memenuhi kebutuhan antara suatu
negara dengan negara lain. (Perwita & Yani, 2005 : 4).
Salah satu kajian utama dalam studi hubungan internasional adalah
organisasi internasional yang juga merupakan salah satu aktor dalam hubungan
internasional. Sebelumnya Chester I. Barnard berpendapat bahwa organisasi adalah
suatu sistem kerjasama, berikut ialah pernyataannya :
“Organisasi adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas kerjasama dari dua orang atau lebih suatu yang tidak berujud atau dan tidak bersifat pribadi, dan sebagian besar mengenai hal hubungan-hubungan”. (Barnard 1938 : 75 dalam Sutarto 2006 : 22).
Pengertian Barnard di atas diambil karena ia menjelaskan dasarnya
organisasi dibuat dengan tersistem dan untuk berkerjasama walau pada tahun 1939
masih dikalangan manusia saja. Kemudian kembali kepada organisasi internasional
itu sendiri yang merupakan salah satu topik pembahasan dalam penulisan ini, tujuan
“Pada awalnya organisasi internasional didirikan dengan tujuan untuk dapat mempertahankan peraturan-peraturan agar dapat berjalan dengan tertib dalam ranka mencapai tujuan bersama dan sebagai wadah hubungan antar bangsa dan negara agar kepentingan masing-masing negara dapat terjamin dalam konteks hubungan internasional”. (Bannet, 1997 : 2-4).
Seiring dengan perkembangan zaman, dimana masalah dan aktor dalam
hubungan internasional mulai bertambah dan semakin kompleks, maka fokus
pembahasan tidak lagi berpusat pada negara sebagai kekuatan wujud politik dunia.
Isu-isu yang yang melibatkan perilaku para aktor non-negara, baik yang
berada di luar batas negara seperti organisaasi internasional, dalam buku
International Organizations: An Alternative Structure, John T. Rourke, menurutnya :
“(1) organisasi internasional merupakan sebagai community of humankind
(komunitas manusia) , (2) big-power peacekeeping (kekuatan besar penjaga perdamaian), dan (3) kooperasi yang pragmatis”. (Rourke, 2005 : 191).
Sedangkan menurut Clive Archer dalam bukunya International
Organizations, organisasi internasional berasal dari dua kata yaitu organisasi dan
internasional. Kata internasional diartikan dalam beberapa makna :
“Pertama, intergovermental yang berarti interstate atau hubungan antara wakil resmi dari negara-negara berdaulat. Kedua, aktivitas antara individu-individu dan kelompok-kelompok di negara lain serta juga termasuk hubungan intergovermental yang disebut dengan hubungan transnasional.
Ketiga, hubungan antara suatu cabang pemerintahan disuatu negara (seperti : departeman pertahanan) dengan suatu cabang pemerintahan di suatu negara lain (seperti : badan pertahana atau badan intelegen) dimana hubungan tersebut tidak melalui jalur kebijakan luar negeri disebut transgovernmental.
Organisasi internasional merupakan bentuk interaksi diantara pihak-pihak
dalam negara ataupun non-negara dalam mengurus suatu masalah tertentu yang
bersifat melembaga karena adanya asas, tujuan, pengurus, dan anggota.
Adapun fungsi dari organisasi internasional menurut Peter Toma dan Robert
F. Gorman, yaitu meliputi :
1. Saluran untuk kontak diplomatic secara berkesinambungan. 2. Pencegahan dan pengendalian konflik antar-negara anggota.
3. Fasilitas bagi interaksi ekonomi antar-negara anggota. (Toma dan Gorman dalam Rudy, 2003 : 29-30).
Karakterristik dari suatu organisasi internasional yaitu organisasi untuk
melaksanakan fungsi yang berkelanjutan, keanggotaannya bersifat sukarela dari
perserta yang memenuhi syarat, merupakan instrumen dasar yang menyatakan tujuan,
struktur, dan metode oprasional, merupakan badan pertemuan konsultatif yang
bersifat luas, dan adanya sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administratif,
penelitian, dan informasi secara keseluruhan.
Organisasi internasional disamping berfungsi melaksanakan kehendak
negara-negara anggota yang dituangkan dalam suatu perjanjian internasional, juga
sebaliknya dapat mempengaruhi sikap negara-negara anggotanya dalam menanggapi
suatu isu-isu tertentu.
Peranan organisasi internasional menurut Clive Archer dapat dibagi kedalam
tiga kategori, yaitu :
2. Sebagai Arena. organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-anggotanya yang membahas dan membicarakan masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah dalam negerinya, ataupun mengakat masalah dalam negeri orang lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional.
3. Sebagai aktor independent. organisasi internasional dapat membantu keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi. ( Archer dalam Perwita & Yani, 2005 : 95).
Dua kategori utama organisasi internasional menurut Leroy A. Bannet,
yaitu:
1. “Organisasi antar pemerintahan (Inter-Governmental Organization / IGO), anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintahan negara-negara”.
2. “Organisasi non-pemerintahan (Non-Governmental Organization / NGO), terdiri dari kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan, kebudayaan, bantuan teknik dan ekonomi”.
Karakteristik umum yang terdapat dalam kedua jenis lembaga internasional
tersebut meliputi :
1. “Organisasi permanen untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu”.
2. “Keanggotaannya bersifat sukarelawan”.
3. “Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur, dan metode pelaksanaan”.
4. “Badan penasihat yang representatif atau mewakili”.
5. “Sekretariat permanen yang menjalankan fungsi administratif, penelitian, dan informasi”. (Bennet dalam Perwita dan Yani, 2005 : 93-94).
Keterlibatan The Global Fund dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis
konsep hubungan internasional dan organisasi internasional seperti di atas. Hal ini
dikarenakan bahwa The Global Fund adalah salah satu organisasi internasional yang
merupakan wadah dalam melakukan hubungan kerjasama internasional dan sarana
untuk mendapatkan kepentingan nasional pemerintah Indonesia.
Kemudian dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, pemerintah
banyak dibantu oleh organisasi-organisasi swasta (NGO), seperti yang dilakukan juga
oleh TheGlobal Fund dalam membantu pemerintah Indonesia untuk penanggulangan
ke tiga penyakit yang termasuk dalam programnya. Bantuan The Global Fund yang
menjadi perhatian penulis ditujukan pada peran apa yang diberikan oleh The Global
Fund dalam kurun waktu dari 2007 hingga 2009 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan
untuk penaggulangan tuberkulosis.
Selanjutnya organisasi internasional di sini mewakili suatu bentuk institusi
yang mengacu pada sistem formal yang terdiri dari aturan dan tujuan, suatu alat
administrasi yang rasional. Dan ditambah pula dengan memiliki bentuk organisasi
formal secara teknis maupun materi yang berupa konstitusi, bagiannya, peralatan,
lambang, staf, susunan dalam organisasinya, administrasi dan sebagainya.
Kemudian dalam hal ini, mengenai status organisasi The Global Fund,
adalah merupakan organisasi internasional non pemerintah (International Non
Governmental Organizations / I-NGOs), karena The Global Fund tidak dibentuk oleh
pemerintahan manapun, maka dari itu bukan merupakan suatu organisasi pemerintah
The Global Fund, yang merupakan organsasi keuangan internasional yang
independent dan non-profit ini, berkantor pusat di Jenewa, Swiss, yang bergerak
dibidang ekonomi dan kemanusiaan untuk pendanaan pengupayaan kesehatan
terhadap tiga penyakit yaitu HIV/AIDS, tuberkulosis (TB), dan Malaria. Pendanaan
The Global Fund didanai dari lima puluh negara di dunia. (http://www.theglobal
fund.org/en/donors/? lang=en diakses pada jumat, 23-3-2010).
Sedangkan tuberkulosis (TB), merupakan penyakit yang menular yang dapat
mematikan disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium Tuberculosis) yang ditularkan
melalui penghirupan udara dan ditandai oleh batuk, demam, sesak napas, penurunan
berat badan, dan munculnya bahan-bahan peradangan di paru-paru. tuberkulosis
biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mempengaruhi sistem saraf pusat,
sistem sirkulasi, sistem pencernaan, tulang, sendi, dan bahkan kulit. (http://www.
infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=57, diakses pada Kamis, 19-3-2010).
1.6.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan
penelitian yang diajukan, yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
pemikiran yang dikembangkan, (Suriasumantri, 1998 : 128).
Berdasarkan paparan permasalahan dan pemikiran-pemikiran di atas,
“The Global Fund berperan dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis (TB)
di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, (2007-2009) dengan mensponsori kegiatan-kegiatan dalam program DOTS guna menekan penurunan angka pengidap tuberkulosis, kota Banjarmasin”.
1.6.3 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan serangkaian prosedur yang mengambarkan
kegiatan yang harus dilakukan kalau kita hendak mengetahui eksistensi empiris atau
derajat eksistensi empiris suatu konsep, (Mas’oed, 1994 : 100). Untuk memahami
lebih lanjut terhadap penelitian ini, maka akan dipaparkan definisi oprasional dari tiap
variabelnya.
1. The Global Fund, merupakan badan organsasi keuangan internasional yang
non-profit, berkantor pusat di Jenewa, Swiss, yang bergerak dibidang
ekonomi dan kemanusiaan untuk pendanaan pengupayaan kesehatan AIDS,
TB dan malaria.
2. Tuberkulosis (TB), merupakan penyakit yang menular yang dapat
mematikan disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium Tuberculosis) yang
ditularkan melalui penghirupan udara dan ditandai oleh batuk, demam, sesak
napas, penurunan berat badan, dan munculnya bahan-bahan peradangan di
paru-paru. tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat juga
tulang, sendi, dan bahkan kulit. (http://www.infeksi.com/articles.php?lng
=in&pg=57, diakses pada Kamis, 19-3-2010).
3. Menanggulanginya, di Indonesia dilakuakan dengan strategi penyembuhan
tuberkulosis jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal
dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse
Chemotherapy). Dalam strategi ini ada tiga tahapan yang bisa dikatakan
penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan
pengawasan langsung oleh orang yang dipercaya sebagai pengawas minum
obat (PMO). (data dari Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Kalimantan
Selatan).
1.7 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.7.1 Metode Penelitian
Metode penelitian bertujuan untuk suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Dalam arti luas, metode
penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk
menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk
digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut, (Silalahi, 2006 : 11).
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif
analitis yaitu, suatu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan dan
situasi secara sistematis, factual, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,
antar obyek-obyek yang diteliti. Disebut jenis penelitian deskriptif analitis karena
bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai upaya The Global Fund dalam
menanggulangi penyakit tuberculosis di Kota Banjarmasin dalam kurun waktu
2007-2010.
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis berusaha mengumpulkan data yang
diperlukan untuk melakukan penelitian dengan mencari bahan-bahan kepustakaan
dalam bentuk buku, situs internet, jurnal, dan sumber-sumber lainnya. Sebagai sebuah
penelitian yang bersifat kualitatif, yakni menganalisa data-data yang tersedia
kemudian melakukan penguraian dan penafsiran, maka dalam hal ini diperlukan
kejelian untuk memililih dan memisahkan data, untuk selanjutnya disajikan secara
deskriptif analistis.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.8.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dan teknik studi kepustakaan ini dilaksanakan dan akan
dilaksanakan di beberapa tempat, yaitu :
1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
Jl. Dipati Ukur No. 112-116 - Bandung.
2. Perpustakaan FISIP Universitas Padjajaran (UNPAD)
3. Kantor PR GFATM Komponen TB
Jl. Percetakan Negara No 29, Gedung B Lt.4, Jakarta. Dinas Kesehatan
4. Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Banjarmasin
Jl. Pramuka Komplek Tirta Dhrama (PDAM) Km.6, Banjarmasin
5. Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan
Jl. Belitung Darat No. 118, Banjarmasin.
1.8.2 Waktu Penelitian
Lama waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2010, maka diperkirakan
penelitian ini dapat selesai bulan Agustus 2010, dalam kurun waktu delapan bulan :
No. Kegiatan
Waktu Penelitian
Tahun 2010
Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agst
1. Pra Riset
2. Pengajuan Judul
3. Usulan Penelitian
4. Seminar U.P
5. Bimbingan
6. Pengumpulan Data
1.9 Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan penelitian ini akan disusun dalam lima bab, dimana
setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian. Sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
• Bab I (Pendahuluan)
Berisi pendahuluan yang di dalamnya terdiri dari, latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran
dan hipotesis serta definisi operasional, metode penelitian dan teknik
pengumpulan data, serta lokasi dan waktu penelitian.
• Bab II (Tinjauan Pustaka)
Dalam bab ini berisi tinjauan pustaka yang di dalamnya berisi uraian dan
penjelasan teori-teori serta konsep-konsep dalam studi hubugan internasional
yang memiliki kerterkaitan dalam penelitian ini.
• Bab III (Obyek Penelitian)
Dalam bab ini akan menggambarkan tentang keadaan umum obyek
penelitian atau dengan kata lain akan memaparkan variable-variabel yang
ada dalam penelitian ini. Objek Penelitian ini menyangkut masalah variabel
bebas dan variabel terikat, yang dalam hal ini akan membahas tentang
bantuan yang diberikan oleh The Global Fund dalam menaggulangi penyakit
waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Bab IV (Hasil Penelitian dan
Pembahasan).
• Bab IV
Pada bab kali ini akan menguraikan dari hasil penelitian dan pembahasan,
yang merupakan kajian menganalisis dan membahas obyek penelitian (bab
III), yang berdasarkan tinjauan pustaka bab II dalam usaha untuk pengujian
hipotesis yang telah diajukan sebelumnya.
• Bab V (Kesimpulan dan Saran)
Berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab
sebelumnya, sementara saran-saran yang direkomendasikan diharapkan
dapat memberikan masukan dalam rangka untuk lebih memahami
tindakan-tindakan yang dilakukan aktor dalam hubungan internasional, dalam hal ini
28 2.1 Hubungan Internasional
Hubungan internasional atau dalam bahasa Inggrisnya disebut International
Relation, yang berasal dari kata inter yang berarti antar, nation berarti bangsa, dan
relation berarti hubungan, yang dapat mengandung arti juga suatu hubungan strategi
diplomatik antar negara, dan fokus karakteristik dari hubungan internasional dapat
dikatakan bermacam-macam seperti, pada isu perang dan perdamaian, serta konflik
dan kerjasama.
Adapun pengertian lain tentang hubungan internasional ini adalah tentang
transaksi lintas batas dari semua jenis politik, ekonomi dan sosial, dan ilmu hubungan
internasional juga mempelajari negosiasi perdagangan atau oprasi dari institusi atau
lembaga non-state. Hubungan internasional adalah sebuah ilmu yang juga
mempelajari sebab dan akibat dari hubungan antar suatu negara (Perwita & Yani,
2005 : 4). Adanya hubungan antar negara dapat disebabkan oleh adanya perbedaan
sumber daya antara negara yang berbeda. Hubungan atau kerjasama juga dapat terjadi
akibat saling ketergantungan (interdepensi) untuk dapat saling memenuhi kebutuhan
antara suatu negara dengan negara lain.
Ilmu hubungan internasional juga merupakan ilmu dengan kajian
konsep, dan pendekatan dari bidang ilmu-ilmu lain dalam mengembangkan
kajiannya. Sepanjang menyangkut aspek internasional, hubungan atau interaksi yang
melintasi batas negara adalah bidang hubungan internasional dengan kemungkinan
berkaitan dengan ekonomi, hukum, komunikasi, politik, dan lainya. Demikian juga
untuk menelaah hubungan internasional dapat meminjam dan menyerap
konsep-konsep sosiologi, psikologi, bahkan matematika (konsep-konsep probabilitas), untuk
diterapkan dalam kajian hubungan internasional (Rudy, 1993 : 3).
Menurut Holsti dalam bukunya “Politik Internasional : Suatu Kerangka
Analisis” :
“Hubungan Internasional dapat mengacu pada semua bentuk interaksi antar anggota masyarakat yang berlainan, baik yang disponsori pemerintah maupun tidak. Hubungan Internasional akan meliputi analisa kebijakan luar negeri atau proses politik antar bangsa, tetapi dengan memperhatikan seluruh segi hubungan itu” (Holsti, 1987 : 29).
Menurut aliran tradisionalais dalam buku “Pengantar Hubungan
Internasional Keadilan dan Power” menyatakan bahwa hubungan internasional
adalah, studi mengenai pola-pola aksi dan reaksi di antara negara-negara berdaulat
yang diwakili oleh elit-elit pemerintahan (Couloumbis, 1999 : 24).
Menurut Stanley Hoffman dalam bukunya “Contemporary Theory in
International Relation”, Hubungan Internasional adalah, studi sistematis mengenai
fenomena yang bisa diamati yang mencoba menemukan variabel-variabel dasar untuk
menjelaskan perilaku dan untuk mengungkapkan karakteristik tipe-tipe hubungan
Hubungan Internasional juga menurut Mas’oed dapat didefenisikan sebagai
berikut, yaitu :
“Studi tentang interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintahan, kesatuan sub-nasional seperti birokrasi dan pemerintahan domestik serta individu-individu. Tujuan dasar studi Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku internasional yaitu perilaku para aktor negara maupun aktor non-negara, didalam arena transaksi internasional. Perilaku ini bisa berwujud kerjasama, pembentukan aliansi, perang, konflik serta interaksi dalam organisasi internasional” (Mas’oed, 1994 : 28).
2.2 Kerjasama Internasional
Kerjasama merupakan serangkaian hubungan yang tidak didasari oleh
kekerasan atau paksaan dan disahkan secara hukum, seperti pada organisasi
internasional. Kerjasama terjadi karena adanya penyesuaian perilaku oleh para aktor
sebagai respon dan antisipasi terhadap pilihan-pilihan yang diambil oleh aktor lain.
Kerjasama dapat dijalankan dalam suatu proses perundingan yang secara nyata
diadakan. Namun apabila masing-masing pihak telah saling mengetahui, perundingan
tidak perlu lagi dilakukan (Dougherty&Pflatzgraff, 1997: 418).
Menurut Drs. Teuku May Rudi, S.H., M.IR., M.Sc. dalam bukunya, Teori,
Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional, kerjasama internasional dapat
"Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur yang jelas dan lengkap serta diharapkan akan diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda” (Rudy, 1993: 3).
Dari pemahaman teori di atas, kerjasama bisa dikategorikan dapat
berlangsung dalam berbagai konteks yang berbeda. Dan K.J. Holsti mengutarakan
dalam buku Politik Internasional : Suatu Kerangka Teoritis, tentang adanya beberapa
alasan mengapa negara melakukan kerjasama, antara lain, yaitu :
1. Demi meningkatkan kesejahteraan ekonominya, dimana melalui kerjasama dengan negara lainnya, negara tersebut dapat mengurangi biaya yang harus ditanggung dalam memproduksi suatu produk kebutuhan bagi rakyatnya karena keterbatasan yang dimiliki negara tersebut.
2. Untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya.
3. Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama.
4. Dalam rangka mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan individual negara yang memberi dampak terhadap negara lain (Holsti, 1995: 362-363).
Kemudian ada beberapa faktor-faktor yang mendorong sehingga dapat
terjadinya suatu kerjasama internasional, yaitu :
1. Kemajuan dalam bidang teknologi, yang menyebabkan semakin mudahnya hubungan yang dapat dilakukan negara, sehingga meningkatkan ketergantungan satu dengan yang lainnya.
2. Kemajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan bangsa dan negara. Kesejahteraan suatu negara dapat mempengaruhi kesejahteraan negara lainnya di dunia.
4. Adanya kesadaran dan keinginan untuk berorganisasi. Salah satu metode kerjasama internasional dilandasi atas dasar bahwa dengan berorganisasi akan memudahkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi (Kartasasmita, 1997: 22).
Dari ke empat faktor yang mendorong adanya suatu kerjasama internasional,
pihak The Global Fund sebenarnya telah memiliki keinginan untuk berorganisasi
yaitu dalam ini melalui kerjasama internasional, yang memang di landasi atas dasar
untuk memudahkan dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang pada hal
ini adalah dibidang kesehatan seperti pada program mereka yang memerangi penyakit
AIDS, tuberkulosis, dan malaria, khususnya untuk mereka yang masih
berkategorikan negara berkembang.
Sehingga pada akhirnya, Kerjasama yang terbentuk akan mengarah pada
terciptanya interdependensi, dimana organisasi internasional ialah sebagai suatu
wadah kerjasama yang memainkan peran penting dengan kapasistasnya sebagai aktor
non negara.
2.3 Organisasi Internasional
Organisasi Internasional atau Internasional Organization adalah suatu ikatan
formal melampaui batas wilayah nasional yang menetapkan untuk membentuk mesin
kelembagaan agar memudahkan kerjasama di antara mereka dalam bidang keamanan,
ekonomi dan sosial, serta bidang lainnya. Organisasi internasional moderen, mulai
muncul lebih dari satu abad yang lalu di negara barat, yang berkembang di abad
dikenal antara lain, organisasi publik antara dua negara atau lebih, serta organisasi
swasta yang lebih dikenal dengan organisasi non pemerintahan (NGO) (Kamus
Hubungan Internasional, 1999 : 271).
Pengertian organisasi internasional, secara sederhana juga dapat
didefinisikan sebagai :
“Any cooperative arrangement instituted among state, usually by a basic agreement, to perform some mutually advantageous functions inplemented trough periodic meetings and staff activities”.
(Pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-negara, umumnya berlandaskan fungsi-fungsi yang member manfaat timbal-balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala) (Cheever dan Haviland Jr, 1967 : 6 dalam Rudy, 2009 : 2-3).
Seperti menurut pengertian sederhana di atas yang dapat di bagikan kedalam
suatu unsur, organisasi internasional mencakup adanya tiga unsur, yaitu :
1. Keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama.
2. Adanya pertemuan-pertemuan secara berkala.
3. Adanya staf yang berkerja sebagai pegawai sipil internasional.
Dari ketiga unsur-unsur diatas, perkembangan pesat dalam bentuk serta pola
kerjasama melalui organisasi internasional, makin menonjolkan peran organisasi
internasional yang bukan melibatkan negara berserta pemerintahan saja. Namun
negara tetap merupakan aktor yang paling dominan di dalam bentuk-bentuk
kerjasama internasional, akan tetapi perlu juga diakui adanya eksistensi
Dengan demikian, organisasi internasional, akan lebih lengkap dan
menyeluruh jika didefinisikan sebagai berikut :
“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda” (Rudy, 2009 : 3).
Jika dilihat dari pertumbuhannya, organisasi-organisasi internasional tumbuh
karena adanya kebutuhan dan kepentingan masyarakat antara bangsa untuk adanya
wadah serta alat untuk melaksanakan kerjasama internasional. Sarana untuk
mengkoordinasikan kerjasama antara negara dan antara bangsa ke arah pencapaian
tujuan yang sama dan perlu di usahakan secara bersama-sama.
L. Leonard dalam International Organization dalam buku T. May Rudy,
telah mengemukakan pendapatnya bahwa :
“Souvereign states recognized the need for more sustained methods of collaboration on numerous problem. State established internationals organizations to meet these specific needs”.
(Negara-negara berdaulat menyadari perlunya pengembangan cara atau metode kerjasama berkesinambungan yang lebih baik mengenai penanggulangan berbagai masalah. Negara-negara membentuk organisasi internasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut) (Rudy, 2009 : 4).
2.3.1 Klasifikasi Organisasi Internasional
Organisasi internasional dapat diklasifikasikan berdasarkan keanggotaan,
keanggotaannya dapat dibagi lagi berdasarkan tipe keanggotaan dan jangkauan
keanggotaan. Bila menyangkut tipe keanggotaan, organisasi internasional dapat
dibedakan menjadi organisasi internasional dengan wakil pemerintahan
negara-negara sebagai anggota atau International Govermental Organizations (IGOs), serta
organisasi internasional yang anggotanya bukan mewakili pemerintah atau
International Non-Govermental Organizations (INGOs).
Mirip dengan pemaparan tentang penggolongan organisasi internasional di
atas, namun Teuku May Rudy menyatakan secara terinci penggolongan organisasi
internasional menurut kegiatan administrasi, yaitu sebagai berikut :
1. Organisasi internasional antar pemerintahan (Inter Govermental
Organization) yang sering lazim disingkat menjadi IGO.
Anggota-anggotanya adalah pemerintah, atau wakil instansi yang mewakili
pemerintahan suatu negara secara resmi. Kegiatan administrasinya
diatur berlandaskan hukum publik.
2. Organisasi Internasional Non Pemerintah (Non Governmental
Organization) yang sering juga lazim disingkat dengan peristilahan
NGO, atau INGO (International Non Governmental Organization).
Kegiatan administrasinya biasanya diatur berlandaskan pada hukum
perdata (Rudy, 2009 : 5).
Dari pemaparan tentang penggolongan organisasi internasional
disebelumnya, organisasi internasional The Global Fund yang menjadi topik
karakteristik NGO yang bersifat internasional, sehingga dapat disebut sebagai INGO
(International Non Governmental Organization).
Kemudian menurut Teuku May Rudy pun, ia menyatakan bahwa dalam
penggolongan atau klasifikasi dapat dilihat juga dari segi ruang lingkup, fungsi dan
lain sebagainya. Ada bermacam-macam penggolongan organisasi internasional, suatu
organisasi internasional dapat sekaligus masuk ke dalam lebih dari satu macam
kategori, bergantung kepada segi yang ditinjau dalam menggolongkannya.
Kemudian disebutkan secara terinci, penggolongan organisasi internasional
ada bermacam-macam, tinjauan ini didasarkan pada :
1. Ruang Lingkup (Wilayah) kegiatan dan keanggotaan
A. Organisasi Internasional Global.
Wilayah kegiatan adalah global dan keanggotaan terbuka dalam ruang
lingkup diberbagai penjuru dunia.
B. Organisasi Internasional Regional.
Wilayah kegiatan adalah regional, dan keanggotaan hanya diberikan bagi
negara-negara pada kawasan tertentu saja.
Bila dilihat dari segi penggolongan ruang lingkup dan keanggotaan di atas,
organisasi The Global Fund bisa di kategorikan termasuk kedalam organisasi
internasional global karena dalam wilayah kegiatannya organisasi ini mencakup
global dan keanggotaannya terbuka dalam ruang lingkup diberbagai penjuru dunia.
2. Tujuan dan Luas Bidang Kegiatan Organisasi
Tujuan organisasi serta bidang kegiatannya bersifat luas dan umum, bukan
hanya menyangkut bidang-bidang tertentu saja.
B. Organisasi Internasional Global Khusus (menyangkut hal khusus).
Tujuan organisasi serta kegiatannya adalah khusus pada bidang tertentu atau
menyangkut hal tertentu saja (Rudy, 2009 : 5-7).
Jika disimpulkan dari segi pemaparan tujuan dan luas bidang kegiatan
organisasi diatas, organisasi The Global Fund termasuk kedalam organisasi
internasional global khusus, karena tujuan organisasi ini hanyalah fokus kepada ke
tiga penyakit saja diseluruh negara yang telah berkerjasama dengannya, khususnya di
negara-negara berkembang. Ketiga penyakit tersebut ialah AIDS, tubercolusis dan
malaria. Mengenai kegiatannya, The Global Fund hanyalah khusus memberikan dana
ketika pengajuan proposal dari negara yang ingin menerima bantuannya di sahkan
oleh The Global Fund itu sendiri.
2.3.2 Fungsi Organisasi Internasional
Dalam mencapai tujuannya, organisasi internasional harus menjalankan
fungsinya dengan baik, sehingga tujuan tersebut tidak menyimpang dari yang telah
ditetapkan. Selain untuk mencapai tujuannya, organisasi internasional juga harus
memiliki fungsi terhadap anggota-anggotannya.
Leroy Bennet dalam buku International Organization, Principle and Issue,
“Suatu organisasi internasional harus menjadi sarana kerjasama antarnegara, yang mana kerjasama tersebut mampu memberikan manfaat atau fungsi bagi semua anggotannya. Selain itu, organisasi internasional harus mampu menyediakan berbagai saluran komunikasi antar pemerintah, agar wilayah akomodasi dapat dieksplorasi dengan mudah, terutama ketika muncul suatu masalah” (Bennet, 1995 : 9).
Sedangkan menurut Teuku May Rudy, dalam buku Administrasi dan
Organisasi Internasional, mengatakan bahwa fungsi organisasi internasional adalah
sebagai berikut :
1. Tempat himpunan bagi negara-negara anggota bila organisasi internasional itu IGO (antara negara atau pemerintahan) dan bagi kelompok masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat apabila organisasi internasional tersebut masuk ke dalam kategori INGO (non
pemerintah).
2. Untuk menyusun atau merumuskan agenda bersama (yang menyangkut kepentingan semua anggota) dan memprakarsai berlangsungnya perundingan untuk menghasilkan perjanjian-perjanjian internasional.
3. Untuk menyusun dan menghasilkan kesepakatan mengenai atura atau norma atau juga mengenai rajim-rejim internasional.
4. Persediaan sarularan untuk berkomunikasi di antara sesama anggota dan adakalanya merintis akses komunikasi bersama dengan non anggotanya (bisa dengan negara lain yang bukan anggota dan bisa dengan organisasi internasional lainnya).
5. Penyebarluasan informasi yang bisa dimanfaatkan sesama anggota (Rudy, 2009 : 27-28).
Kemudian menurut Archer, secara umum mendefinisikan fungsi organisasi
1. Artikulasi dan agregasi
Organisasi internasional berfungsi sebagai instrument bagi negara untuk mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingannya, serta dapat mengartikulasikan kepentingannya sendiri. Organisasi internasional menjadi salah satu bentuk kontak institusionalisme antara partisipan aktif dalam sistem internasional, yaitu sebagai forum diskusi dan negosiasi.
2. Norma
Organisasi internasional sebagai aktor, forum dan instrument yang memberikan kontribusi yang berarti bagi aktivitas-aktivitas normatif dari sistem politik internasional. Misalnya dalam penetapan nilai-nilai atau prinsip-prinsip non-diskriminasi.
3. Rekrutmen
Organisasi internasional menunjang fungsi penting untuk menarik atau merekrut partisipan dalam sistem politik internasional.
4. Sosialisasi
Sosialisasi berarti upaya sistematis untuk mentransfer nilai-nilai kepada seluruh anggota sistem. Proses sosialisasi pada level internasional berlangsung pada tingkat nasional yang secara langsung mempengaruhi individu-individu atau kelompok-kelompok di dalam sejumlah negara dan di antaranya negara-negara yang bertindak pada lingkungan internasional atau di antara wakil mereka di dalam organisasi. Dengan demikian, organisasi internasional memberikan kontribusi bagi penerimaan dan peningkatan nilai kerjasama.
5. Pembuat Peraturan
Sistem internasional tidak mempunyai pemerintahan dunia, oleh karena itu, pembuatan keputusan internasional biasanya didasarkan pada praktek masa lalu, perjanjian ad hoc, atau oleh organisasi internasional.
6. Pelaksana Peraturan
7. Pengesah Peraturan
Organisasi internasional bertugas untuk mengesahkan aturan-aturan dalam system internasional. Fungsi ajudikasi dilaksanakan oleh lembaga kehakiman, namun fungsi ini tidak dilengkapi dengan lembaga yang memadai dan tidak dibekali oleh sifat yang memaksa sehingga hanya terlihat jelas bila ada pihak-pihak negara yang bertikai.
8. Informasi
Organisasi internasional melakukan pencarian, pengumpulan, pengolahan dan penyebaran informasi.
9. Oprasional
Organisasi internasional menjalankan sejumlah fungsi operasional di banyak hal yang sama halnya seperti dalam pemerintahan. Fungsi pelaksanaan yang dilakukan organisasi internasional terlihat pada apa yang dilakukan oleh UNHCR yang membantu pengungsi, World Bank
yang menyediakan dana, UNICEF yang melakukan perlindungan terhadap anak-anak, dan lain sebagainya. (Archer, 1983 : 69-78).
2.3.3 Teori dan Peranan Organisasi Internasional 2.3.3.1 Teori Peranan
Menurut T. Coser dan Anthony Rosenberg dengan bukunya berjudul ”An
Introduction to Internatioanl Politics” menggambarkan definisi peranan yakni :
”Sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-norma, harapan, larangan, tanggung jawab) dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan, membimbing, dan mendukung fungsinya dalam organisasi” (Coser dan Rosenberg, 1976 : 232-255).
Sedangkan menurut Kantaprawira, peranan juga dapat dikatakan sebagai
prilaku yang diharapkan dari seseorang atau struktur tertentu yang menduduki suatu
Adapula menurut Mochtar Mas’oed, bahwa suatu arti dari peranan (role)
adalah sebagai berikut :
”Perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi”. Ini adalah perilaku yang dilekatkan pada posisi tersebut, diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi tersebut” (Mas’oed, 1989 : 44).
Menurut Levinson dalam Soekanto, dalam pemaparannya peranan dapat
mencakup tiga hal, yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Levinson dalam Soekanto, 2001 : 269).
2.3.3.2 Peranan Organisasi Internasional
Semua organisasi internasional memiliki struktur organisasi untuk mencapai
tujuannya. Apabila struktur-struktur tersebut telah menjalankan fungsinya, maka
organisasi tersebut telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian, peranan
dapat dianggap sebagai fungsi baru dalam rangka pengejaran tujuan-tujuan
kemasyarakatan.
Dengan adanya peranan organisasi internasional yang sejajar dengan negara,
organisasi internasional dapat melakukan dan memiliki sejumlah peranan penting,
1. Menyediakan sarana kerjasama diantara negara-negara dalam berbagai bidang, dimana kerjasama tersebut memberikan keuntungan bagi sebagian besar ataupun keseluruhan anggotannya. Selain sebagai tempat dimana keputusan tentang kerjasama dibuat juga menyediakan perangkat administratif untuk menerjemahkan keputusan tersebut menjadi tindakan.
2. Menyediakan berbagai jalur komunikasi antar pemerintah negara-negara, sehingga dapat dieksplorasi dan akan mempermudah aksesnya apabila timbul masalah (Bennet, 1995 : 3).
Selain itu, peranan organisasi internasional ditujukan pada kontribusi
organisasi di dalam peraturan yang lebih luas selain dari pada pemecah masalah.
Peranan organisasi internasional dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Organisasi internasional sebagai legitimasi kolektif bagi aktivitas-aktivitas organisasi dan atau anggota secara individual.
2. Organisasi internasional sebagai penentu agenda internasional.
3. Organisasi internasional sebagai wadah atau instrument bagi koalisi antar anggota atau koordinasi kebijakan antar pemerintah (Bennet, 1995 : 8).
Sedangkan di dalam Perwita & Yani, menyatakan bahwa peran organisasi
internasional adalah sebagai berikut :
1. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota).
2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan.
Dan menurut Clive Archer dan ada lagi penyimpulan kata-kata oleh Perwita
dan Yani tentang doktrinnya Archer, bahwa peranan organisasi internasional dapat
dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu :
1. Sebagai instrumen.
Bila dikategorikan dalam NGO yang bersifat internasional (INGO), peranan organisasi internasional yang dikatakan sebagai intrumen biasanya terdapat dalam INGO yang merupakan kelompok-kelompok dagang, organisasi bisnis, ataupun partai politik. Untuk menggambarkan organisasi internasional sebagai instrumen bagi anggotanya tidak berarti bahwa setiap keputusan yang diambil bertujuan untuk memenuhi keinginan setiap anggotanya. Suatu instrumen menunjukkan tujuannya bila memperlihatkan kegunaannya dalam periode waktu tertentu bagi mereka yang memanfaatkan jasanya. Kepuasan anggota lain tidak dapat dikurangi bila anggota lain memanfaatkan organisasi itu yang mana organisasi tersebut tidak digunakan sebagai senjata bagi mereka (Archer, 1983 : 136).
2. Sebagai arena.
Arena yang dimaksud disini ialah bersifat netral, artinya bahwa arena dalam organisasi internasional dapat dipakai sebagai tempat bersandiwara, sirkus atau pertengkaran. Organisasi internasional juga menyediakan kesempatan bagi para anggotanya untuk lebih meningkatkan pandangan atau opininya dalam suatu forum publik dimana hal seperti itu tidak dapat diperoleh dalam diplomasi bilateral (Archer, 1983 : 141).
Organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah-masalah dalam negerinya, ataupun masalah dalam negeri negara lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional ( Archer dalam Perwita dan Yani, 2005 : 95).
3. Sebagai aktor independen.
Adapun pendapat dari Teuku May Rudy tentang peranan organisasi
internasional yang memang disetiap organisasi internasional tentunya dibentuk untuk
melaksanakan peran-peran sesuai dengan tujuan pendirian organisasi internasional
tersebut oleh para anggotanya. Berikut adalah peran organsasi internasional menurut
Rudy, yaitu :
1. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota).
2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan.
3. Adakalanya bertindak sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan (antara lain kegiatan sosial kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkuangan hidup, pemugaran monument bersejarah, operasi menjaga perdamaian dan lain-lain) (Rudy, 2009 : 27).
2.4 Organisasi Non Pemerintah (Non Governmental Organization)
Organisasi non-pemerintah dapat bersifat organisasi internasional yang
disebut International Non-Govermental Organization (INGO) dan dapat pula hanya
bersifat intra-nasional yang disebut Non-Govermental Organization (NGO) saja.
Perbedaannya hanya pada keanggotaan organisasi, mitra kerjasama serta ruang
lingkup kegiatan organisasinya.
Pengertian NGO menurut Plano dan Olton yang tertuang di dalam bukunya
“Kamus Hubungan Internasional” yaitu, suatu organisasi internasional privat yang
berfungsi sebagai mekasnisme bagi kerjasama diantara kelompok swasta nasional
dalam ihwal urusan internasional, terutama dalam bidang ekonomi, sosial ,
Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) diberi kuasa untuk membuat aturan yang memadai
dalam bertukar pendapat dengan NGO dalam ihwal yang terpaut dengan
kepentingannya. NGO juga dikenal sebagai asosiasi lintas nasional.
Selain itu NGO dapat pula bersifat internasional (INGO) dengan ruang
lingkup terbatas secara regional saja. Unsur atau syarat yang sudah pasti bagi INGO,
adalah bersifat non pemerintah, atau bahwa yang dilibatkan dalam pembentukan,
keanggotaan dan dalam kegiatan organisasi adalah bukan pemerintah masing-masing
negara. Selain itu, adapula syarat-syarat lainnya yang tidak kalah penting dan tidak
boleh diabaikan (Rudy, 2009 : 19).
Kriteria persyaratan bagi organisasi internasional non pemerintah atau yang
sering disebut INGO, menurut “The Union of International Association”, adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan organisasi harus sepenuhnya bersifat/berciri internasional, dengan menegaskan keterlibatan organisasi lebih daripada sekedar hubungan bilateral (antara dua negara), atau sekurang-kurangnya mencakup kegiatan organisasi pada tiga negara.
2. Keanggotaannya harus terbuka, mencakup individu-individu serta kelompok-kelompok di wilayah/negara yang termasuk ruang lingkup organisasi itu, dengan sekurang-kurangnya mencakup individu atau kelompok dari tiga negara.
3. Anggaran Dasar organisasi harus mengandung ketentuan mengenai pemilihan/pergantian pimpinan dan pengurus secara berkala/periodik, dengan tatacara pemilihan yang disusun sedemikian rupa guna menghindari pengisisn jabatan-jabatan dan pengendalian organisasi hanya oleh orang-orang dari suatu negara saja.
2.4.1 Sejarah Perkembangan INGO
Bila dilihat dari sejarah terbentuknya INGO, yang mulai dikenal pada tahun
1846. Tercatat sebagai INGO pertama, dalam berbagai literatur adalah World’s
Evangelical Alliance (Penghimpunan Penginjil Sedunia). Kemudian, menyusullah
terbentuknya berbagai INGO lainnya sejak pertengahan abad sembilan belas (sekitar
tahun 1860).
Lalu setelah usainya perang dunia I dan II, makin banyak INGO terbentuk.
Menurut catatan dari “Yearbook of International Organization” pada tahun
1962-1963, telah menyebutkan bahwa ada 1500 INGO pada saat itu. Dari 1500 INGO yang
ada pada saat itu, yang dimana warga dan kelompok-kelompok dari negara adidaya
yang berpartisipasi hanya dalam 192 INGO saja. Hal ini disebabkan karena masih
adanya pertikaian antar negara dan juga perbedaan ideologi serta kepentingan, yang
cukup berperan dalam menghambat keberhasilan yang ingin dicapai melalui INGO
tersebut.
Tetapi tidak dapat dipungkiri juga, bahwa sebenarnya dan sepenuhnya INGO
juga memang telah berusaha berbuat banyak dan cukup bermanfaat dalam
menanggulangi berbagai masalah umat manusia serta juga termasuk lingkungan
hidup bagi umat manusianya itu sendiri. Akan tetapi, perkembangan serta usaha
2.4.2 Tipe Kegiatan NGO
Dalam mencermati suatu tipe-tipe kegiatan NGO, pada dasarnya kegiatannya
dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe, yaitu aktivitas NGO yang sifatnya opersional
dan NGO yang yang bergerak di bidang kampanye atau “operational and
campaigning NGOs”. Dan biasanya, sebuah NGO operational harus memobilisasi
resources, dalam bentuk financial donations, materials atau volunteer labor demi
keberlangsungan program dan proyek yang mereka jalani. Kemudian proses dalam
hal ini, biasanya membutuhkan organisasi yang kompleks. Bentuk-bentuk usaha yang
dilakukan untuk mendapatkan sumberdaya guna menjalankan tujuan organisasinya,
biasanya dapat melalui charity shops, sukarelawan, atau staffed by volonteers, sewa
dan jual beli barang dari donator.
Kemudian pada kegiatan finansial, dapat diperoleh dari hibah atau grants
atau kontrak, dari pemerintah, yayasan atau perusahaan. Dan semua hal itu
membutuhkan waktu dan keahlian dalam perencanaan, persiapan aplikasi,
penganggaran keuangan dan pelaporan. Bagian found-raising events dibutuhkan
keterampilan dalam advertasi, hubungan dengan media dan memotivasi para
pendukungnya. Kecuali dari itu, NGO operasional perlu memiliki kantor pusat yang
efisien dalam birokrasi dan staf opersional dalam bidangnya.
Lalu jika dilihat pada tipe yang kedua adalah “Campaigning NGOs” atau
NGO yang bergerak dalam mengkampanyekan isu tertentu. Pada umumnya memiliki
kesamaan dengan NGO opersional, namun NGO untuk program kampanye memiliki
membuat atractifitas yang mengandung unsur publisitas tinggi dan tidak concern
untuk menggalakan pengumpulan dana. Beberapa tipe lainnya seperti NGO yang
bergerak dibidang penelitian. Institusi penelitian memiliki bentuk khusus dari
program operasional, yang tujuan utamanya adalah meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman (Suherman, 2003 : 201).
Selain itu menurut De Sousa Santos, ada kelompok-kelompok tipe NGO
yang bisa dilihat dari kegiatan dan jaringannya, yaitu :
1. Relief and welfare agencies
2. Technical innovation organization
3. Public service contractors
4. Popular develovment agencies
5. Grassroots develov