• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan The Global Fund Dalam Penanggulangan Penyakit Tubberculosis (TB) Di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan (2007-2009)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan The Global Fund Dalam Penanggulangan Penyakit Tubberculosis (TB) Di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan (2007-2009)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Organisasi internasional merupakan sebagai suatu struktur formal dan

berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan antar anggota-anggota

(pemerintah dan non pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan

untuk mengejar kepentingan bersama para anggotanya. Lebih lanjut, upaya

mendifisikan suatu organisasi internasional harus melihat tujuan yang ingin dicapai,

institusi-institusi yang ada, suatu proses perkiraan peraturan-peraturan yang dibuat

pemerintah terhadap hubungan antara suatu negara dengan aktor-aktor non negara.

Keberhasilan suatu organisasi internasional dapat dilihat dari kebijakan dan

cara untuk mengimplementasikannya. Keberhasilan di bidang ini tergantung dari

sikap otonomi organisasi dan kepercayaan anggota atas kepemimpinan politis

organisasi tersebut, tetapi yang paling penting adalah persepsi dari pemerintah negara

anggota tentang seberapa jauh bantuan maupun kebijakan yang dikembangkan oleh

organisasi yang akan sesuai dengan kepentingan nasional mereka. Oleh sebab itu

anggota dapat mendorong ataupun menghalangi perkembangan bantuan ataupun

kebijakan yang dilakukan oleh organisasi sesuai dengan penilaian mereka dengan

mempertimbangkan untung dan ruginya bagi kepentingan nasional negara tersebut.

Bila pengembangan bantuan dan kebijakan tertentu oleh organisasi

(2)

 

memiliki semacam otonomi yang meningkat dan mengatur dengan kuat masalah

kebijakan yang spesifik dan fungsional, maka perumusan kebijakan tersebut akan

dapat berjalan tanpa campur tangan yang spesifik dari negara anggota, dan

keberhasilan implementasinya akan bergantung dari seberapa baik bantuan maupun

kebijakan tersebut dapat diterima oleh negara yang bersangkutan. Selanjutnya,

tanggapan dari negara anggota atas isu yang menjadi tujuan dari bantuan maupun

kebijakan organisasi adalah variabel yang signifikan bagi pengembangan

keberhasilan hasil kinerja. Hal ini khususnya dalam kasus dimana implementasi

kebijakan membutuhkan tindakan dari anggota organisasi.

  Dari pemaparan di atas mengenai organisasi yang terdapat dalam judul yaitu

The Global Fund. Dengan diawali pada bulan April 2001, di pertemuan konverensi

tingkat tinggi Organization of African Unity (OAU) tentang HIV/AIDS, tuberkulosis

(TB) dan penyakit infeksi lainnya di Abuja-Nigeria lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa

dengan sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan meminta tambahan USD 10 miliar per

tahun untuk memerangi HIV/AIDS dan pembentukan The Global Fund (GF-ATM)

untuk memobilisasi sumber daya tersebut. “Arti kata dari ATM dalam singkatan

GF-ATM adalah AIDS, tuberkulosis dan malaria”. (http://www.satuportal.net/content/

sistem-pendanaan-global-fund-rumit, diakses pada Minggu, 11-4-2010).

Dari hal diatas tersebut menyebabkan konseptualisasi dan pengembangan

The Global Fund sebagai sebuah organisasi yang tujuan inti adalah untuk

meningkatkan dan cepat mencairkan sumber daya untuk membiayai upaya kegiatan

(3)

 

terpengaruh oleh HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria. Dan masyarakat sipil

menganggap ini sebagai kesempatan untuk segera mengamankan akses kebutuhan

pengobatan dan perawatan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Sehingga tumbuh

momentum, untuk mendorong The Global Fund menjadi berbeda dari inisiatif PBB

sebelumnya untuk lebih ramping, dalam artian tidak terlalu birokratis dan yang paling

penting berdasarkan keterlibatan pemangku kepentingan yang sama dari setiap sektor.

(http://www.theglobalfund.org/en/civilsociety/, diakses pada Selasa, 16-3-2010).

Konseptualisasi untuk pembentukan The Global Fund oleh Kofi Annan di

Abuja-Nigeria seperti pada pemapara di atas, akhirnya terlaksana setelah kurang lebih

setahun kemudian. Pada tahun 2002 The Global Fund terbentuk, dan The Global

Fund yang telah terbentuk ini, telah menjadi sumber utama pembiayaan untuk

program-program dalam memerangi AIDS, tuberkulosis dan malaria, dengan

menyetujui pendanaan sebesar USD 19.3 miliar di 144 negara. Memberikan

seperempat dari seluruh pembiayaan internasional untuk AIDS secara global, dua

pertiga untuk tuberkulosis dan kemudian tiga perempat untuk malaria.

Pendanaan The Global Fund ini, memungkinkan negara untuk memperkuat

sistem kesehatan misalnya, membuat perbaikan infrastruktur dan memberikan

pelatihan bagi mereka yang memberikan layanan. Dan The Global Fund tetap

berkomitmen untuk bekerja dalam kemitraan, untuk meningkatkan perjuangan

melawan ke tiga penyakit dan untuk mewujudkan visi sebuah dunia yang bebas dari

beban AIDS, TB dan malaria. (http://www.theglobalfund.org/en/about/?lang=en,

(4)

 

paragraph sebelumnya, yaitu tentang The Global Fund yang telah mendonori 144

negara untuk ke tiga penyakit tersebut. The Global Fund, memiliki sumber

penghasilan terbesar dari kontribusi sektor publik. Dimana sejak pengoperasian The

Global Fund, 50 negara-negara donor telah menjanjikan USD 20,3 milliar sampai

dengan tahun 2015. (http://www.the globalfund.org/en/donors/?lang=en, diakses pada

Jumat, 23-3-2010).

Berikut ini adalah daftar donor The Global Fund publik yang secara finansial

memberikan kontribusi ke The Global Fund dalam siklus pengisian 2008-2010, yaitu

Australia, Belgium, Canada, China, Denmark, European Commission, Finland,

France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, India, Ireland, Italy, Japan, Korea

Selatan, Kuwait, Latvia, Liechtenstein, Luxembourg, Netherlands, Norway, Poland,

Portugal, Romania, Russia, Saudi Arabia, Singapore, Slovenia, South Africa,

Spanyol, Swedia, Swiss, Thailand, England, Amerika Serikat.

Publik donor lainnya yang sebelumnya telah memberikan kontribusi

finansial untuk The Global Fund adalah sebagai berikut : Andorra, Austria, Barbados,

Brazil, Brunei Darussalam, Burkina Faso, Kamerun, Meksiko, Monako, Selandia

Baru, Nigeria, Uganda dan Zimbabwe. (http://www.theglobalfund.org/en/donors/list/,

diakses pada Jumat, 23-3-2010).

Dan dalam cara berkerjanya The Global Fund memiliki prinsip-prinsip, ini

sepenuhnya dijelaskan dalam kerangka dokumen, yaitu :

1. Beroperasi sebagai alat keuangan, bukan merupakan wujud pelaksana, yaitu tujuan

(5)

 

untuk memerangi AIDS, TB dan malaria. The Global Fund tidak melaksanakan

program pemberantasan terhadap ketiga penyakit tersebut secara langsung, tetapi

hanya mengandalkan pada jaringan kemitraan yang luas dengan organisasi

pembangunan lainnya di lapangan untuk memasok pengetahuan lokal dan bantuan

teknis yang diperlukan.

2. Menyediakan dan memanfaatkan sumber keuangan tambahan. The Global Fund

dituntut dengan meningkatkan uang dalam jumlah besar yang tidak menggantikan

atau mengurangi sumber-sumber lain untuk memerangi AIDS, tuberkulosis (TB),

dan malaria. Ini merupakan kesenjangan dalam upaya negara untuk memerangi

ketiga penyakit dan memperkuat sistem kesehatan dasar dengan pembiayaan

kegiatan-kegiatan yang melengkapi dan berusaha untuk menggunakan dana sendiri

untuk merangsang investasi lebih lanjut baik dengan donor dan penerima.

3. Mendukung program-program dan kegiatan-kegiatan yang berkembang dari

rencana nasional dan prioritas nasional. The Global Fund yang inovatif,

merupakan contoh program keuangan yang dikembangkan oleh negara-negara

penerima itu sendiri sesuai dengan rencana strategis nasional dan prioritas

kesehatan mereka. Syaratnya, bahwa semua bidang masyarakat dengan

kepentingan dalam kesehatan masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan,

termasuk masyarakat sipil dan sektor swasta, dan memastikan program atau

kegiatan yang kuat dan yang meliputi banyak hal.

4. Beroperasi secara seimbang dalam hal diberbagai wilayah, penyakit dan

(6)

kegiatan- 

kegiatan pembiayaan dari negara-negara dengan pendapatan rendah dan beban

penyakit yang tinggi, meskipun juga akan mempertimbangkan program atau

kegiatan-kegiatan dari negara-negara untuk pendapatan yang lebih tinggi, setelah

memastikan bahwa uang yang mana yang akan paling dibutuhkan untuk

membantu.

5. Mengejar untuk terpadu dan pendekatan yang seimbang untuk pencegahan dan

pengobatan, dalam kategori ini The Global Fund mengambil pendekatan yang

meliputi banyak hal untuk AIDS, tuberkulosis (TB) dan malaria, baik mendanai

pencegahan dan pengobatan yang ditentukan berdasarkan kebutuhan lokal.

6. meevaluasi proposal melalui proses tinjauan yang independen, dalam hal ini

penggunaan The Global Fund dari independen Technical Review Panel

memastikan bahwa sumber daya yang terbatas diinvestasikan dalam

kegiatan-kegiatan yang dapat diandalkan secara teknis untuk memerangi ketiga penyakit

tersebut dengan peluang kesuksesan terbesar. Panel ialah mencakup ahli penyakit,

serta ahli di bidang pembangunan yang mampu menilai bagaimana yang diusulkan

untuk melengkapi kegiatan-kegiatan kesehatan yang sedang berlangsung dan

upaya penanggulangan kemiskinan di tingkat negara.

7. Beroperasi dengan transparansi dan dalam keadaan yang dapat ditanggung

jawabkan, dalam hal ini The Global Fund menyelenggarakan penerima

bertanggung jawab untuk standar yang ketat, bagi yang memerlukan kegiatan

(7)

 

(http://www.theglobalfund.org/en/how/?lang=en#1, diakses pada Selasa,

16-3-2010).

Dari pemaparan di atas yang sebagian besar telah menjelaskan tentang The

Global Fund, pada paragraf ini kita beralih pada hubungan kerjasama The Global

Fund dengan Indonesia, yang dimana dimulainya bantuan pertama ialah sejak tahun

2003. Sejak itu Departemen Kesehatan mendapat bantuan dana dari The Global Fund

sebesar empat triliun rupiah, dan menempatkan Indonesia kedalam sepuluh negara

utama penerima bantuan dari The Global Fund. (http://www.kabarindonesia.com

/berita.php?pil=3&jd=Global+Fund+Kembali+Kucurkan+Bantuan+Bagi+Indonesia&

dn=20070825041919, diakses pada Kamis, 11-3-2010).

Dimana sebelum bantuan dana masuk ke Indonesia, Subdit P2PL dari

Departemen Kesehatan terlebih dahulu mengajukan proposal ke Country

Coordinating Mechanism (CCM) dan CCM menyeleksinya untuk melihat siapa yang memenuhi syarat untuk mendapatkan dana, CCM kemudian mengajukan proposal

permintaan dana ke The Globla Fund. (data diperoleh melalui email dari ccm

Indonesia, pada Sabtu, 3-4-2010).

Kemudian jika disetujui, The Global Fund menandatangani perjanjian

bantuan dengan Principal Recipient (PR) untuk terima dana hibah sesuai dengan

pelaksanaan program AIDS, tuberkulosis, dan malaria, tentunya sesuai dengan yang

tertera dalam proposal di propinsi dan daerah mana saja serata sasaran untuk

(8)

 

yaitu Pengendalian Penyakit (PP) dan Penyehatan Lingkungan (PL). sedangkan

Subdit ialah bagian dari struktur organisasi Direktorat Jendral di Departemen

Kesehatan. Kemudian setelah PR menerima pembiayaan The Global Fund secara

langsung, dan bisa menggunakannya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

pencegahan, perawatan dan pengobatan secara sendiri. Perlu diketahui juga, bahwa

untuk pelaksanaan program, PR dapat memilih Sub Recipient (SR) yaitu seperti dinas

kesehatan propinsi atau organisasi lain, yang menyediakan layanan penanggulangan

ke tiga penyakit tersebut dan setelah dipilih, memang SR harus ajukan proposal untuk

nyatakan apa saja yang mampu dilaksanakan olehnya. Gunanya SR ialah untuk

membantu PR menjalankan program dan kegiatan.Kemudian SR juga dapat memilih

Sub-sub Recipient (SSR) lagi, untuk bantu SR dalam melakukan program dan juga

kegiatannya, tentunnya dengan prosedur proposal yang sama. SSR disini yaitu bisa

dikatakan seperti Dinas Kesehatan Kota.(data dari email ccm gfatm Indonesia).

Kembali ke CCM, di tingkat negara CCM adalah kemitraan yang terdiri dari

semua kunci pembantu keuangan dalam menanggapi suatu negara terhadap ke tiga

penyakit. CCM tidak menangani pembiayaan yang diberikan oleh The Global Fund

itu sendiri, tapi bertanggung jawab untuk mengajukan proposal ke The Global Fund,

menominasikan perusahaan bertanggung jawab untuk mengelola dana, hibah dan

mengawasi pelaksanaannya. (http://www.theglobalfund.org/en/structures/?lang=en,

diakses pada Jumat, 26-3-2010).

Anggota Country Coordinating Mechanism (CCM), terdiri dari wakil-wakil

(9)

 

bilateral, organisasi non pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan-perusahaan

swasta dan orang yang hidup dengan penyakit. (http://www.theglobalfund.org

/en/ccm/?lang=en, diakses pada Sabtu, 10-4-2010).

Sehubungan dengan bantuan dana yang dikucurkan untuk menanggulangi

penyakit HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria untuk Indonesia. Maka bantuan dana

tersebut juga digunakan untuk membantu dalam pengupayaan kegiatan

menanggulangi tuberkulosis di Kota Banjarmasin dengan menggunakan program

berstrategikan Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Program strategi

DOTS ini, terdiri dari lima komponen kunci, yaitu komitmen dari semua kalangan

dalam kasus tuberkulosis, pemeriksaan dahak yang terjamin mutunya pada waktu

diagnosa tersangka pasien dan pengobatan pasien, pengobatan jangka pendek yang

standar bagi semua kasus tuberkulosis dengan tatalaksana yang tepat termasuk

pengawasan langsung pengobatan, jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) secara cuma-cuma, dan yang terakhir, sistem pencatatan serta pelaporan yang

mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien tuberkulosis. (data :

Dinas Kesehatan Banjarmasin).

Program strategi DOTS di atas digunakan untuk menurunkan angka pasien

penyakit tuberkulosis, yang dimana memang sejak tahun 2007-2009 angka setiap

tahun penyakit tuberkulosis ini, cukup membuat kekhawatiran di Banjarmasin. Hal

ini memiliki bukti nyata, yaitu dalam tiga tahun di tahun 2007-2009, rata-rata korban

yang mengidap positif tuberkulosis per tahunnya, seperti pada tahun 2007 yang telah

(10)

 

2008, rata-rata penemuan TB positif yang telah dicatat dan dilaporkan sebanyak 594

penderita TB. Dan pada tahun 2009, rata-rata penemuan TB positif di Banjarmasin

yang telah dilaporkan, tercatat sebanyak 573 kasus penderita TB Positif. Dimana

yang telah diketahui tercatat 332-nya dari penderita penyakit TB di Banjarmasin

tersebut masih berusia produktif. Usia produktif disini ialah kisaran usia antara dua

puluh hingga empat puluh tahun. Sementara berdasarkan jenis kelamin, di tahun 2009

ini sebanyak 199 orang ialah penderita berjenis kelamin lelaki dan sebanyak 133

orang lainnya ialah penderita berjenis kelamin perempuan. (data : Dinas Kesehatan

Banjarmasin).

Dari pemaparan hal-hal di atas, berikut adalah alasan ketertarikan penulis

untuk meneliti tema utama wacana penulisan ini :

1. Peneliti ingin mengetahui bagaimana suatu organisasi internasional dapat

berperan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh

masyarakat kota Banjarmasin.

2. Peneliti ingin melihat lebih jauh permasalah yang menyangkut penyakit

tuberkulosis di kota Banjarmasin ini.

3. Permasalahan penyakit tuberkulosis di kota Banjarmasin membutuhkan perhatian

dari semua kalangan karena jika tidak dicegah untuk lebih lanjutnya, bukan tidak

mungkin untuk menyebar luas keseluruh Indonesia ataupun negara lain,

mengingat bahwa penyakit tuberkulosis ini ialah salah satu penyakit menular

yang setiap satu penderitanya, bisa menularkan 10 hingga 15 orang dan jika

(11)

 

Dari pemaparan di atas, maka peneliti mengajukan judul penelitian sebagai

berikut :

“Peranan TheGlobal Fund Dalam Penanggulangan Penyakit Tuberculosis (TB) di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (2007-2009)”

Penelitian ini ditunjang berdasarkan beberapa mata kuliah pada jurusan

Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Komputer

Indonesia, yaitu :

1. Pengantar Hubungan Internasional, karna pada mata kuliah ini diperkenalkan

tentang studi ilmu hubungan internasional sebagai suatu bidang studi

pembelajaran, sejarah perkembangan, serta para aktor yang terlibat di dalamnya.

2. Organisasi dan Administrasi Internasional, karena melalui mata kuliah ini dapat

membantu menjelaskan fungsi organisasi sebagai salah satu bentuk kerjasama

internasional, peran dan karakter organisasi internasional.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dapat diartikan sebagai suatu tahap awal dari suatu

pengusahaan masalah dimana objek dalam jalinan situasi tertentu dapat kita kenali

sebagai suatu masalah. (Suriasumantri, 1998 : 265). Berdasarkan definisi tersebut

maka peneliti dapat mengidetifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Mekanisme Pendanaan The Global Fund?

2. Program apakah yang disponsori oleh The Global Fund untuk menanggulangi

(12)

 

2. Apakah kendala yang dihadapi The Global Fund dalam menujang kegiatan

program untuk menanggulangi penurunan penyakit tuberkulosis (TB) di Kota

Banjarmasin?

3. Kegiatan-kegiatan apakah yang disponsori oleh The Global Fund dalam program

untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis (TB) di kota Banjarmasin?

4. Bagaimana keberhasilan The Global Fund setelah mensponsori program di kota

Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk menanggulangi pengidap tuberkulosis

(TB)?

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah berupaya untuk menentukan batas-batas permasalahan

dengan jelas yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor mana saja

yang termasuk dalam ruang lingkup permasalahan dan faktor mana saja yang tidak

termasuk dalam ruang lingkup permasalahan. (Suriasumantri, 1998 : 311).

Dalam penelitan ini akan memfokuskan pada peran The Global Fund

terhadap upaya kegiatan yang telah disponsori untuk menanggulangai penyakit

tuberkulosis (TB) di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, namun tidak mengenai

tentang nominal data dana yang disalurkan. Masalah dibatasi dari tahun 2007-2009

karena peneiliti melihat adanya hubungan kerjasama antara The Global Fund dengan

subdit PP&PL Departemen Kesehatan, kemudian mereka berkerjasama dengan

dinas-dinas kesehatan di Indonesia termasuk di Banjarmasin dalam rangka untuk

(13)

 

Banjarmasin. Namun pada tahun 2007 dipertengahan bulan maret hingga awal tahun

2008, The Global Fund hanya memberikan bantuan untuk pengadaan obat

tuberkulosis saja karena adanya dugaan dana yang belum bisa dipertanggung

jawabkan kepada The Global Fund. (http://aids-ina.org/modules.php?name=

AvantGo&file=print&sid=145, diaakses pada 10-4-2010).

1.4 Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah upaya untuk menyatakan secara tersirat

pertanyaan-pertanyaan apa saja yang kita cari jawabannya atau pernyataan yang

lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti

berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. (Suriasumantri, 1998 : 312).

Maka perumusan masalah penelitian ini mempunyai rumusan pernyataan

penelitian sebagai berikut :

(14)

  1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk :

1. Mengetahui mekanisme pendanaan The Global Fund.

2. Mengetahui program yang disponsori oleh The Global Fund untuk

menanggulangi masalah tuberkulosis (TB) di Banjarmasin.

3. Mengetahui kendala yang dihadapi The Global Fund dalam menujang kegiatan

program untuk menanggulangi penurunan penyakit tuberkulosis (TB) di Kota

Banjarmasin.

4. Mengetahui kegiaatan-kegiatan yang disponsori oleh The Global Fund dalam

program untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis (TB) di kota Banjarmasin.

5. Mengetahui keberhasilan The Global Fund setelah mensponsori program di kota

Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk menanggulangi pengidap tuberkulosis

(TB).

1.5.2 Kegunaan Penelitian 1.5.2.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan tambahan informasi

dan pembelajaran bagi para penstudi masalah-masalah internasional. Khususnya yang

terkait dengan topik penelitian yang dibahas kali ini, dan juga dapat dapat berguna

bagi peneliti sendiri untuk menambah informasi dan pengetahuan ilmu hubungan

(15)

  1.5.2.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan nilai guna, serta

memberi masukan, menggugah para peneliti dan penstudi hubungan internasional

khususnya yang tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang peranan The Global

Fund dalam upaya menanggulangi penyakit tuberculosis (TB) di Kota Banjarmasin,

Kalimantan Selatan.

1.6 Kerangka Pemikiran, Hipotesis, dan Definisi Oprasional 1.6.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran, merupakan alur-alur pemikiran yang logis dalam

membangun suatu kerangka berfikir yang mampu membuahkan kesimpulan berupa

hipotesis, yang berarti dalam menghadapi permasalahan yang diajukan maka

digunakan teoti-teori ilmiah sebagai alat yang berupa pendekatan-pendekatan yang

membantu kita dalam menemukan pemecahan masalah. (Suriasumantri, 1998 :

313-316).

Hubungan internasional, apakah pemerintah, kelompok, individu, tidaklah

bersifat acak tetapi bersifat terorganisir. Suatu bentuk dari hubungan internasional

tersebut itu adalah institusi yaitu bentuk kolektif atau struktur dasar dari suatu

organisasi sosial yang dibentuk atas dasar hukum atau tradisi manusia yang dapat

berupa pertukaran, perdagangan, diplomasi, konferensi, atau organisasi internasional.

Hubungan internasional mengandung arti suatu hubungan strategi diplomatik

(16)

 

bermacam-macam seperti, pada isu perang dan perdamaian, serta konflik dan kerja

sama. Adapun pengertian lain tentang hubungan internasional ini adalah tentang

transaksi lintas batas dari semua jenis politik, ekonomi dan sosial, dan ilmu hubungan

internasional juga mempelajari negosiasi perdagangan atau oprasi dari institusi atau

lembaga non-state. Hubungan internasional adalah sebuah ilmu yang juga

mempelajari sebab dan akibat dari hubungan antar suatu negara. Adanya hubungan

antar negara dapat disebabkan oleh adanya perbedaan sumber daya antara negara

yang berbeda. Hubungan atau kerjasama juga dapat terjadi akibat saling

ketergantungan (interdepensi) untuk dapat saling memenuhi kebutuhan antara suatu

negara dengan negara lain. (Perwita & Yani, 2005 : 4).

Salah satu kajian utama dalam studi hubungan internasional adalah

organisasi internasional yang juga merupakan salah satu aktor dalam hubungan

internasional. Sebelumnya Chester I. Barnard berpendapat bahwa organisasi adalah

suatu sistem kerjasama, berikut ialah pernyataannya :

“Organisasi adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas kerjasama dari dua orang atau lebih suatu yang tidak berujud atau dan tidak bersifat pribadi, dan sebagian besar mengenai hal hubungan-hubungan”. (Barnard 1938 : 75 dalam Sutarto 2006 : 22).

Pengertian Barnard di atas diambil karena ia menjelaskan dasarnya

organisasi dibuat dengan tersistem dan untuk berkerjasama walau pada tahun 1939

masih dikalangan manusia saja. Kemudian kembali kepada organisasi internasional

itu sendiri yang merupakan salah satu topik pembahasan dalam penulisan ini, tujuan

(17)

 

“Pada awalnya organisasi internasional didirikan dengan tujuan untuk dapat mempertahankan peraturan-peraturan agar dapat berjalan dengan tertib dalam ranka mencapai tujuan bersama dan sebagai wadah hubungan antar bangsa dan negara agar kepentingan masing-masing negara dapat terjamin dalam konteks hubungan internasional”. (Bannet, 1997 : 2-4).

Seiring dengan perkembangan zaman, dimana masalah dan aktor dalam

hubungan internasional mulai bertambah dan semakin kompleks, maka fokus

pembahasan tidak lagi berpusat pada negara sebagai kekuatan wujud politik dunia.

Isu-isu yang yang melibatkan perilaku para aktor non-negara, baik yang

berada di luar batas negara seperti organisaasi internasional, dalam buku

International Organizations: An Alternative Structure, John T. Rourke, menurutnya :

“(1) organisasi internasional merupakan sebagai community of humankind

(komunitas manusia) , (2) big-power peacekeeping (kekuatan besar penjaga perdamaian), dan (3) kooperasi yang pragmatis”. (Rourke, 2005 : 191).

Sedangkan menurut Clive Archer dalam bukunya International

Organizations, organisasi internasional berasal dari dua kata yaitu organisasi dan

internasional. Kata internasional diartikan dalam beberapa makna :

“Pertama, intergovermental yang berarti interstate atau hubungan antara wakil resmi dari negara-negara berdaulat. Kedua, aktivitas antara individu-individu dan kelompok-kelompok di negara lain serta juga termasuk hubungan intergovermental yang disebut dengan hubungan transnasional.

Ketiga, hubungan antara suatu cabang pemerintahan disuatu negara (seperti : departeman pertahanan) dengan suatu cabang pemerintahan di suatu negara lain (seperti : badan pertahana atau badan intelegen) dimana hubungan tersebut tidak melalui jalur kebijakan luar negeri disebut transgovernmental.

(18)

 

Organisasi internasional merupakan bentuk interaksi diantara pihak-pihak

dalam negara ataupun non-negara dalam mengurus suatu masalah tertentu yang

bersifat melembaga karena adanya asas, tujuan, pengurus, dan anggota.

Adapun fungsi dari organisasi internasional menurut Peter Toma dan Robert

F. Gorman, yaitu meliputi :

1. Saluran untuk kontak diplomatic secara berkesinambungan. 2. Pencegahan dan pengendalian konflik antar-negara anggota.

3. Fasilitas bagi interaksi ekonomi antar-negara anggota. (Toma dan Gorman dalam Rudy, 2003 : 29-30).

Karakterristik dari suatu organisasi internasional yaitu organisasi untuk

melaksanakan fungsi yang berkelanjutan, keanggotaannya bersifat sukarela dari

perserta yang memenuhi syarat, merupakan instrumen dasar yang menyatakan tujuan,

struktur, dan metode oprasional, merupakan badan pertemuan konsultatif yang

bersifat luas, dan adanya sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administratif,

penelitian, dan informasi secara keseluruhan.

Organisasi internasional disamping berfungsi melaksanakan kehendak

negara-negara anggota yang dituangkan dalam suatu perjanjian internasional, juga

sebaliknya dapat mempengaruhi sikap negara-negara anggotanya dalam menanggapi

suatu isu-isu tertentu.

Peranan organisasi internasional menurut Clive Archer dapat dibagi kedalam

tiga kategori, yaitu :

(19)

 

2. Sebagai Arena. organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-anggotanya yang membahas dan membicarakan masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah dalam negerinya, ataupun mengakat masalah dalam negeri orang lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional.

3. Sebagai aktor independent. organisasi internasional dapat membantu keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi. ( Archer dalam Perwita & Yani, 2005 : 95).

Dua kategori utama organisasi internasional menurut Leroy A. Bannet,

yaitu:

1. “Organisasi antar pemerintahan (Inter-Governmental Organization / IGO), anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintahan negara-negara”.

2. “Organisasi non-pemerintahan (Non-Governmental Organization / NGO), terdiri dari kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan, kebudayaan, bantuan teknik dan ekonomi”.

Karakteristik umum yang terdapat dalam kedua jenis lembaga internasional

tersebut meliputi :

1. “Organisasi permanen untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu”.

2. “Keanggotaannya bersifat sukarelawan”.

3. “Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur, dan metode pelaksanaan”.

4. “Badan penasihat yang representatif atau mewakili”.

5. “Sekretariat permanen yang menjalankan fungsi administratif, penelitian, dan informasi”. (Bennet dalam Perwita dan Yani, 2005 : 93-94).

Keterlibatan The Global Fund dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis

(20)

 

konsep hubungan internasional dan organisasi internasional seperti di atas. Hal ini

dikarenakan bahwa The Global Fund adalah salah satu organisasi internasional yang

merupakan wadah dalam melakukan hubungan kerjasama internasional dan sarana

untuk mendapatkan kepentingan nasional pemerintah Indonesia.

Kemudian dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, pemerintah

banyak dibantu oleh organisasi-organisasi swasta (NGO), seperti yang dilakukan juga

oleh TheGlobal Fund dalam membantu pemerintah Indonesia untuk penanggulangan

ke tiga penyakit yang termasuk dalam programnya. Bantuan The Global Fund yang

menjadi perhatian penulis ditujukan pada peran apa yang diberikan oleh The Global

Fund dalam kurun waktu dari 2007 hingga 2009 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan

untuk penaggulangan tuberkulosis.

Selanjutnya organisasi internasional di sini mewakili suatu bentuk institusi

yang mengacu pada sistem formal yang terdiri dari aturan dan tujuan, suatu alat

administrasi yang rasional. Dan ditambah pula dengan memiliki bentuk organisasi

formal secara teknis maupun materi yang berupa konstitusi, bagiannya, peralatan,

lambang, staf, susunan dalam organisasinya, administrasi dan sebagainya.

Kemudian dalam hal ini, mengenai status organisasi The Global Fund,

adalah merupakan organisasi internasional non pemerintah (International Non

Governmental Organizations / I-NGOs), karena The Global Fund tidak dibentuk oleh

pemerintahan manapun, maka dari itu bukan merupakan suatu organisasi pemerintah

(21)

 

The Global Fund, yang merupakan organsasi keuangan internasional yang

independent dan non-profit ini, berkantor pusat di Jenewa, Swiss, yang bergerak

dibidang ekonomi dan kemanusiaan untuk pendanaan pengupayaan kesehatan

terhadap tiga penyakit yaitu HIV/AIDS, tuberkulosis (TB), dan Malaria. Pendanaan

The Global Fund didanai dari lima puluh negara di dunia. (http://www.theglobal

fund.org/en/donors/? lang=en diakses pada jumat, 23-3-2010).

Sedangkan tuberkulosis (TB), merupakan penyakit yang menular yang dapat

mematikan disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium Tuberculosis) yang ditularkan

melalui penghirupan udara dan ditandai oleh batuk, demam, sesak napas, penurunan

berat badan, dan munculnya bahan-bahan peradangan di paru-paru. tuberkulosis

biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mempengaruhi sistem saraf pusat,

sistem sirkulasi, sistem pencernaan, tulang, sendi, dan bahkan kulit. (http://www.

infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=57, diakses pada Kamis, 19-3-2010).

1.6.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan

penelitian yang diajukan, yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka

pemikiran yang dikembangkan, (Suriasumantri, 1998 : 128).

Berdasarkan paparan permasalahan dan pemikiran-pemikiran di atas,

(22)

 

The Global Fund berperan dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis (TB)

di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, (2007-2009) dengan mensponsori kegiatan-kegiatan dalam program DOTS guna menekan penurunan angka pengidap tuberkulosis, kota Banjarmasin”.

1.6.3 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan serangkaian prosedur yang mengambarkan

kegiatan yang harus dilakukan kalau kita hendak mengetahui eksistensi empiris atau

derajat eksistensi empiris suatu konsep, (Mas’oed, 1994 : 100). Untuk memahami

lebih lanjut terhadap penelitian ini, maka akan dipaparkan definisi oprasional dari tiap

variabelnya.

1. The Global Fund, merupakan badan organsasi keuangan internasional yang

non-profit, berkantor pusat di Jenewa, Swiss, yang bergerak dibidang

ekonomi dan kemanusiaan untuk pendanaan pengupayaan kesehatan AIDS,

TB dan malaria.

2. Tuberkulosis (TB), merupakan penyakit yang menular yang dapat

mematikan disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium Tuberculosis) yang

ditularkan melalui penghirupan udara dan ditandai oleh batuk, demam, sesak

napas, penurunan berat badan, dan munculnya bahan-bahan peradangan di

paru-paru. tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat juga

(23)

 

tulang, sendi, dan bahkan kulit. (http://www.infeksi.com/articles.php?lng

=in&pg=57, diakses pada Kamis, 19-3-2010).

3. Menanggulanginya, di Indonesia dilakuakan dengan strategi penyembuhan

tuberkulosis jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal

dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse

Chemotherapy). Dalam strategi ini ada tiga tahapan yang bisa dikatakan

penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan

pengawasan langsung oleh orang yang dipercaya sebagai pengawas minum

obat (PMO). (data dari Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Kalimantan

Selatan).

1.7 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.7.1 Metode Penelitian

Metode penelitian bertujuan untuk suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Dalam arti luas, metode

penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk

menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk

digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut, (Silalahi, 2006 : 11).

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif

analitis yaitu, suatu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan dan

situasi secara sistematis, factual, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,

(24)

 

antar obyek-obyek yang diteliti. Disebut jenis penelitian deskriptif analitis karena

bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai upaya The Global Fund dalam

menanggulangi penyakit tuberculosis di Kota Banjarmasin dalam kurun waktu

2007-2010.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis berusaha mengumpulkan data yang

diperlukan untuk melakukan penelitian dengan mencari bahan-bahan kepustakaan

dalam bentuk buku, situs internet, jurnal, dan sumber-sumber lainnya. Sebagai sebuah

penelitian yang bersifat kualitatif, yakni menganalisa data-data yang tersedia

kemudian melakukan penguraian dan penafsiran, maka dalam hal ini diperlukan

kejelian untuk memililih dan memisahkan data, untuk selanjutnya disajikan secara

deskriptif analistis.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.8.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan teknik studi kepustakaan ini dilaksanakan dan akan

dilaksanakan di beberapa tempat, yaitu :

1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Jl. Dipati Ukur No. 112-116 - Bandung.

2. Perpustakaan FISIP Universitas Padjajaran (UNPAD)

(25)

  3. Kantor PR GFATM Komponen TB

Jl. Percetakan Negara No 29, Gedung B Lt.4, Jakarta. Dinas Kesehatan

4. Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Banjarmasin

Jl. Pramuka Komplek Tirta Dhrama (PDAM) Km.6, Banjarmasin

5. Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan

Jl. Belitung Darat No. 118, Banjarmasin.

1.8.2 Waktu Penelitian

Lama waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2010, maka diperkirakan

penelitian ini dapat selesai bulan Agustus 2010, dalam kurun waktu delapan bulan :

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Tahun 2010

Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agst

1. Pra Riset

2. Pengajuan Judul

3. Usulan Penelitian

4. Seminar U.P

5. Bimbingan

6. Pengumpulan Data

(26)

  1.9 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan penelitian ini akan disusun dalam lima bab, dimana

setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan

penelitian. Sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

• Bab I (Pendahuluan)

Berisi pendahuluan yang di dalamnya terdiri dari, latar belakang penelitian,

identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran

dan hipotesis serta definisi operasional, metode penelitian dan teknik

pengumpulan data, serta lokasi dan waktu penelitian.

• Bab II (Tinjauan Pustaka)

Dalam bab ini berisi tinjauan pustaka yang di dalamnya berisi uraian dan

penjelasan teori-teori serta konsep-konsep dalam studi hubugan internasional

yang memiliki kerterkaitan dalam penelitian ini.

• Bab III (Obyek Penelitian)

Dalam bab ini akan menggambarkan tentang keadaan umum obyek

penelitian atau dengan kata lain akan memaparkan variable-variabel yang

ada dalam penelitian ini. Objek Penelitian ini menyangkut masalah variabel

bebas dan variabel terikat, yang dalam hal ini akan membahas tentang

bantuan yang diberikan oleh The Global Fund dalam menaggulangi penyakit

(27)

 

waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Bab IV (Hasil Penelitian dan

Pembahasan).

• Bab IV

Pada bab kali ini akan menguraikan dari hasil penelitian dan pembahasan,

yang merupakan kajian menganalisis dan membahas obyek penelitian (bab

III), yang berdasarkan tinjauan pustaka bab II dalam usaha untuk pengujian

hipotesis yang telah diajukan sebelumnya.

• Bab V (Kesimpulan dan Saran)

Berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab

sebelumnya, sementara saran-saran yang direkomendasikan diharapkan

dapat memberikan masukan dalam rangka untuk lebih memahami

tindakan-tindakan yang dilakukan aktor dalam hubungan internasional, dalam hal ini

(28)

  28  2.1 Hubungan Internasional

Hubungan internasional atau dalam bahasa Inggrisnya disebut International

Relation, yang berasal dari kata inter yang berarti antar, nation berarti bangsa, dan

relation berarti hubungan, yang dapat mengandung arti juga suatu hubungan strategi

diplomatik antar negara, dan fokus karakteristik dari hubungan internasional dapat

dikatakan bermacam-macam seperti, pada isu perang dan perdamaian, serta konflik

dan kerjasama.

Adapun pengertian lain tentang hubungan internasional ini adalah tentang

transaksi lintas batas dari semua jenis politik, ekonomi dan sosial, dan ilmu hubungan

internasional juga mempelajari negosiasi perdagangan atau oprasi dari institusi atau

lembaga non-state. Hubungan internasional adalah sebuah ilmu yang juga

mempelajari sebab dan akibat dari hubungan antar suatu negara (Perwita & Yani,

2005 : 4). Adanya hubungan antar negara dapat disebabkan oleh adanya perbedaan

sumber daya antara negara yang berbeda. Hubungan atau kerjasama juga dapat terjadi

akibat saling ketergantungan (interdepensi) untuk dapat saling memenuhi kebutuhan

antara suatu negara dengan negara lain.

Ilmu hubungan internasional juga merupakan ilmu dengan kajian

(29)

konsep, dan pendekatan dari bidang ilmu-ilmu lain dalam mengembangkan

kajiannya. Sepanjang menyangkut aspek internasional, hubungan atau interaksi yang

melintasi batas negara adalah bidang hubungan internasional dengan kemungkinan

berkaitan dengan ekonomi, hukum, komunikasi, politik, dan lainya. Demikian juga

untuk menelaah hubungan internasional dapat meminjam dan menyerap

konsep-konsep sosiologi, psikologi, bahkan matematika (konsep-konsep probabilitas), untuk

diterapkan dalam kajian hubungan internasional (Rudy, 1993 : 3).

Menurut Holsti dalam bukunya “Politik Internasional : Suatu Kerangka

Analisis” :

“Hubungan Internasional dapat mengacu pada semua bentuk interaksi antar anggota masyarakat yang berlainan, baik yang disponsori pemerintah maupun tidak. Hubungan Internasional akan meliputi analisa kebijakan luar negeri atau proses politik antar bangsa, tetapi dengan memperhatikan seluruh segi hubungan itu” (Holsti, 1987 : 29).

Menurut aliran tradisionalais dalam buku “Pengantar Hubungan

Internasional Keadilan dan Power” menyatakan bahwa hubungan internasional

adalah, studi mengenai pola-pola aksi dan reaksi di antara negara-negara berdaulat

yang diwakili oleh elit-elit pemerintahan (Couloumbis, 1999 : 24).

Menurut Stanley Hoffman dalam bukunya “Contemporary Theory in

International Relation”, Hubungan Internasional adalah, studi sistematis mengenai

fenomena yang bisa diamati yang mencoba menemukan variabel-variabel dasar untuk

menjelaskan perilaku dan untuk mengungkapkan karakteristik tipe-tipe hubungan

(30)

Hubungan Internasional juga menurut Mas’oed dapat didefenisikan sebagai

berikut, yaitu :

“Studi tentang interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintahan, kesatuan sub-nasional seperti birokrasi dan pemerintahan domestik serta individu-individu. Tujuan dasar studi Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku internasional yaitu perilaku para aktor negara maupun aktor non-negara, didalam arena transaksi internasional. Perilaku ini bisa berwujud kerjasama, pembentukan aliansi, perang, konflik serta interaksi dalam organisasi internasional” (Mas’oed, 1994 : 28).

2.2 Kerjasama Internasional

Kerjasama merupakan serangkaian hubungan yang tidak didasari oleh

kekerasan atau paksaan dan disahkan secara hukum, seperti pada organisasi

internasional. Kerjasama terjadi karena adanya penyesuaian perilaku oleh para aktor

sebagai respon dan antisipasi terhadap pilihan-pilihan yang diambil oleh aktor lain.

Kerjasama dapat dijalankan dalam suatu proses perundingan yang secara nyata

diadakan. Namun apabila masing-masing pihak telah saling mengetahui, perundingan

tidak perlu lagi dilakukan (Dougherty&Pflatzgraff, 1997: 418).

Menurut Drs. Teuku May Rudi, S.H., M.IR., M.Sc. dalam bukunya, Teori,

Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional, kerjasama internasional dapat

(31)

"Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur yang jelas dan lengkap serta diharapkan akan diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda” (Rudy, 1993: 3).

Dari pemahaman teori di atas, kerjasama bisa dikategorikan dapat

berlangsung dalam berbagai konteks yang berbeda. Dan K.J. Holsti mengutarakan

dalam buku Politik Internasional : Suatu Kerangka Teoritis, tentang adanya beberapa

alasan mengapa negara melakukan kerjasama, antara lain, yaitu :

1. Demi meningkatkan kesejahteraan ekonominya, dimana melalui kerjasama dengan negara lainnya, negara tersebut dapat mengurangi biaya yang harus ditanggung dalam memproduksi suatu produk kebutuhan bagi rakyatnya karena keterbatasan yang dimiliki negara tersebut.

2. Untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya.

3. Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama.

4. Dalam rangka mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan individual negara yang memberi dampak terhadap negara lain (Holsti, 1995: 362-363).

Kemudian ada beberapa faktor-faktor yang mendorong sehingga dapat

terjadinya suatu kerjasama internasional, yaitu :

1. Kemajuan dalam bidang teknologi, yang menyebabkan semakin mudahnya hubungan yang dapat dilakukan negara, sehingga meningkatkan ketergantungan satu dengan yang lainnya.

2. Kemajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan bangsa dan negara. Kesejahteraan suatu negara dapat mempengaruhi kesejahteraan negara lainnya di dunia.

(32)

4. Adanya kesadaran dan keinginan untuk berorganisasi. Salah satu metode kerjasama internasional dilandasi atas dasar bahwa dengan berorganisasi akan memudahkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi (Kartasasmita, 1997: 22).

Dari ke empat faktor yang mendorong adanya suatu kerjasama internasional,

pihak The Global Fund sebenarnya telah memiliki keinginan untuk berorganisasi

yaitu dalam ini melalui kerjasama internasional, yang memang di landasi atas dasar

untuk memudahkan dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang pada hal

ini adalah dibidang kesehatan seperti pada program mereka yang memerangi penyakit

AIDS, tuberkulosis, dan malaria, khususnya untuk mereka yang masih

berkategorikan negara berkembang.

Sehingga pada akhirnya, Kerjasama yang terbentuk akan mengarah pada

terciptanya interdependensi, dimana organisasi internasional ialah sebagai suatu

wadah kerjasama yang memainkan peran penting dengan kapasistasnya sebagai aktor

non negara.

2.3 Organisasi Internasional

Organisasi Internasional atau Internasional Organization adalah suatu ikatan

formal melampaui batas wilayah nasional yang menetapkan untuk membentuk mesin

kelembagaan agar memudahkan kerjasama di antara mereka dalam bidang keamanan,

ekonomi dan sosial, serta bidang lainnya. Organisasi internasional moderen, mulai

muncul lebih dari satu abad yang lalu di negara barat, yang berkembang di abad

(33)

dikenal antara lain, organisasi publik antara dua negara atau lebih, serta organisasi

swasta yang lebih dikenal dengan organisasi non pemerintahan (NGO) (Kamus

Hubungan Internasional, 1999 : 271).

Pengertian organisasi internasional, secara sederhana juga dapat

didefinisikan sebagai :

“Any cooperative arrangement instituted among state, usually by a basic agreement, to perform some mutually advantageous functions inplemented trough periodic meetings and staff activities”.

(Pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-negara, umumnya berlandaskan fungsi-fungsi yang member manfaat timbal-balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala) (Cheever dan Haviland Jr, 1967 : 6 dalam Rudy, 2009 : 2-3).

Seperti menurut pengertian sederhana di atas yang dapat di bagikan kedalam

suatu unsur, organisasi internasional mencakup adanya tiga unsur, yaitu :

1. Keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama.

2. Adanya pertemuan-pertemuan secara berkala.

3. Adanya staf yang berkerja sebagai pegawai sipil internasional.

Dari ketiga unsur-unsur diatas, perkembangan pesat dalam bentuk serta pola

kerjasama melalui organisasi internasional, makin menonjolkan peran organisasi

internasional yang bukan melibatkan negara berserta pemerintahan saja. Namun

negara tetap merupakan aktor yang paling dominan di dalam bentuk-bentuk

kerjasama internasional, akan tetapi perlu juga diakui adanya eksistensi

(34)

Dengan demikian, organisasi internasional, akan lebih lengkap dan

menyeluruh jika didefinisikan sebagai berikut :

“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda” (Rudy, 2009 : 3).

Jika dilihat dari pertumbuhannya, organisasi-organisasi internasional tumbuh

karena adanya kebutuhan dan kepentingan masyarakat antara bangsa untuk adanya

wadah serta alat untuk melaksanakan kerjasama internasional. Sarana untuk

mengkoordinasikan kerjasama antara negara dan antara bangsa ke arah pencapaian

tujuan yang sama dan perlu di usahakan secara bersama-sama.

L. Leonard dalam International Organization dalam buku T. May Rudy,

telah mengemukakan pendapatnya bahwa :

“Souvereign states recognized the need for more sustained methods of collaboration on numerous problem. State established internationals organizations to meet these specific needs”.

(Negara-negara berdaulat menyadari perlunya pengembangan cara atau metode kerjasama berkesinambungan yang lebih baik mengenai penanggulangan berbagai masalah. Negara-negara membentuk organisasi internasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut) (Rudy, 2009 : 4).

2.3.1 Klasifikasi Organisasi Internasional

Organisasi internasional dapat diklasifikasikan berdasarkan keanggotaan,

(35)

keanggotaannya dapat dibagi lagi berdasarkan tipe keanggotaan dan jangkauan

keanggotaan. Bila menyangkut tipe keanggotaan, organisasi internasional dapat

dibedakan menjadi organisasi internasional dengan wakil pemerintahan

negara-negara sebagai anggota atau International Govermental Organizations (IGOs), serta

organisasi internasional yang anggotanya bukan mewakili pemerintah atau

International Non-Govermental Organizations (INGOs).

Mirip dengan pemaparan tentang penggolongan organisasi internasional di

atas, namun Teuku May Rudy menyatakan secara terinci penggolongan organisasi

internasional menurut kegiatan administrasi, yaitu sebagai berikut :

1. Organisasi internasional antar pemerintahan (Inter Govermental

Organization) yang sering lazim disingkat menjadi IGO.

Anggota-anggotanya adalah pemerintah, atau wakil instansi yang mewakili

pemerintahan suatu negara secara resmi. Kegiatan administrasinya

diatur berlandaskan hukum publik.

2. Organisasi Internasional Non Pemerintah (Non Governmental

Organization) yang sering juga lazim disingkat dengan peristilahan

NGO, atau INGO (International Non Governmental Organization).

Kegiatan administrasinya biasanya diatur berlandaskan pada hukum

perdata (Rudy, 2009 : 5).

Dari pemaparan tentang penggolongan organisasi internasional

disebelumnya, organisasi internasional The Global Fund yang menjadi topik

(36)

karakteristik NGO yang bersifat internasional, sehingga dapat disebut sebagai INGO

(International Non Governmental Organization).

Kemudian menurut Teuku May Rudy pun, ia menyatakan bahwa dalam

penggolongan atau klasifikasi dapat dilihat juga dari segi ruang lingkup, fungsi dan

lain sebagainya. Ada bermacam-macam penggolongan organisasi internasional, suatu

organisasi internasional dapat sekaligus masuk ke dalam lebih dari satu macam

kategori, bergantung kepada segi yang ditinjau dalam menggolongkannya.

Kemudian disebutkan secara terinci, penggolongan organisasi internasional

ada bermacam-macam, tinjauan ini didasarkan pada :

1. Ruang Lingkup (Wilayah) kegiatan dan keanggotaan

A. Organisasi Internasional Global.

Wilayah kegiatan adalah global dan keanggotaan terbuka dalam ruang

lingkup diberbagai penjuru dunia.

B. Organisasi Internasional Regional.

Wilayah kegiatan adalah regional, dan keanggotaan hanya diberikan bagi

negara-negara pada kawasan tertentu saja.

Bila dilihat dari segi penggolongan ruang lingkup dan keanggotaan di atas,

organisasi The Global Fund bisa di kategorikan termasuk kedalam organisasi

internasional global karena dalam wilayah kegiatannya organisasi ini mencakup

global dan keanggotaannya terbuka dalam ruang lingkup diberbagai penjuru dunia.

2. Tujuan dan Luas Bidang Kegiatan Organisasi

(37)

Tujuan organisasi serta bidang kegiatannya bersifat luas dan umum, bukan

hanya menyangkut bidang-bidang tertentu saja.

B. Organisasi Internasional Global Khusus (menyangkut hal khusus).

Tujuan organisasi serta kegiatannya adalah khusus pada bidang tertentu atau

menyangkut hal tertentu saja (Rudy, 2009 : 5-7).

Jika disimpulkan dari segi pemaparan tujuan dan luas bidang kegiatan

organisasi diatas, organisasi The Global Fund termasuk kedalam organisasi

internasional global khusus, karena tujuan organisasi ini hanyalah fokus kepada ke

tiga penyakit saja diseluruh negara yang telah berkerjasama dengannya, khususnya di

negara-negara berkembang. Ketiga penyakit tersebut ialah AIDS, tubercolusis dan

malaria. Mengenai kegiatannya, The Global Fund hanyalah khusus memberikan dana

ketika pengajuan proposal dari negara yang ingin menerima bantuannya di sahkan

oleh The Global Fund itu sendiri.

2.3.2 Fungsi Organisasi Internasional

Dalam mencapai tujuannya, organisasi internasional harus menjalankan

fungsinya dengan baik, sehingga tujuan tersebut tidak menyimpang dari yang telah

ditetapkan. Selain untuk mencapai tujuannya, organisasi internasional juga harus

memiliki fungsi terhadap anggota-anggotannya.

Leroy Bennet dalam buku International Organization, Principle and Issue,

(38)

“Suatu organisasi internasional harus menjadi sarana kerjasama antarnegara, yang mana kerjasama tersebut mampu memberikan manfaat atau fungsi bagi semua anggotannya. Selain itu, organisasi internasional harus mampu menyediakan berbagai saluran komunikasi antar pemerintah, agar wilayah akomodasi dapat dieksplorasi dengan mudah, terutama ketika muncul suatu masalah” (Bennet, 1995 : 9).

Sedangkan menurut Teuku May Rudy, dalam buku Administrasi dan

Organisasi Internasional, mengatakan bahwa fungsi organisasi internasional adalah

sebagai berikut :

1. Tempat himpunan bagi negara-negara anggota bila organisasi internasional itu IGO (antara negara atau pemerintahan) dan bagi kelompok masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat apabila organisasi internasional tersebut masuk ke dalam kategori INGO (non

pemerintah).

2. Untuk menyusun atau merumuskan agenda bersama (yang menyangkut kepentingan semua anggota) dan memprakarsai berlangsungnya perundingan untuk menghasilkan perjanjian-perjanjian internasional.

3. Untuk menyusun dan menghasilkan kesepakatan mengenai atura atau norma atau juga mengenai rajim-rejim internasional.

4. Persediaan sarularan untuk berkomunikasi di antara sesama anggota dan adakalanya merintis akses komunikasi bersama dengan non anggotanya (bisa dengan negara lain yang bukan anggota dan bisa dengan organisasi internasional lainnya).

5. Penyebarluasan informasi yang bisa dimanfaatkan sesama anggota (Rudy, 2009 : 27-28).

Kemudian menurut Archer, secara umum mendefinisikan fungsi organisasi

(39)

1. Artikulasi dan agregasi

Organisasi internasional berfungsi sebagai instrument bagi negara untuk mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingannya, serta dapat mengartikulasikan kepentingannya sendiri. Organisasi internasional menjadi salah satu bentuk kontak institusionalisme antara partisipan aktif dalam sistem internasional, yaitu sebagai forum diskusi dan negosiasi.

2. Norma

Organisasi internasional sebagai aktor, forum dan instrument yang memberikan kontribusi yang berarti bagi aktivitas-aktivitas normatif dari sistem politik internasional. Misalnya dalam penetapan nilai-nilai atau prinsip-prinsip non-diskriminasi.

3. Rekrutmen

Organisasi internasional menunjang fungsi penting untuk menarik atau merekrut partisipan dalam sistem politik internasional.

4. Sosialisasi

Sosialisasi berarti upaya sistematis untuk mentransfer nilai-nilai kepada seluruh anggota sistem. Proses sosialisasi pada level internasional berlangsung pada tingkat nasional yang secara langsung mempengaruhi individu-individu atau kelompok-kelompok di dalam sejumlah negara dan di antaranya negara-negara yang bertindak pada lingkungan internasional atau di antara wakil mereka di dalam organisasi. Dengan demikian, organisasi internasional memberikan kontribusi bagi penerimaan dan peningkatan nilai kerjasama.

5. Pembuat Peraturan

Sistem internasional tidak mempunyai pemerintahan dunia, oleh karena itu, pembuatan keputusan internasional biasanya didasarkan pada praktek masa lalu, perjanjian ad hoc, atau oleh organisasi internasional.

6. Pelaksana Peraturan

(40)

7. Pengesah Peraturan

Organisasi internasional bertugas untuk mengesahkan aturan-aturan dalam system internasional. Fungsi ajudikasi dilaksanakan oleh lembaga kehakiman, namun fungsi ini tidak dilengkapi dengan lembaga yang memadai dan tidak dibekali oleh sifat yang memaksa sehingga hanya terlihat jelas bila ada pihak-pihak negara yang bertikai.

8. Informasi

Organisasi internasional melakukan pencarian, pengumpulan, pengolahan dan penyebaran informasi.

9. Oprasional

Organisasi internasional menjalankan sejumlah fungsi operasional di banyak hal yang sama halnya seperti dalam pemerintahan. Fungsi pelaksanaan yang dilakukan organisasi internasional terlihat pada apa yang dilakukan oleh UNHCR yang membantu pengungsi, World Bank

yang menyediakan dana, UNICEF yang melakukan perlindungan terhadap anak-anak, dan lain sebagainya. (Archer, 1983 : 69-78).

2.3.3 Teori dan Peranan Organisasi Internasional 2.3.3.1 Teori Peranan

Menurut T. Coser dan Anthony Rosenberg dengan bukunya berjudul ”An

Introduction to Internatioanl Politics” menggambarkan definisi peranan yakni :

”Sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-norma, harapan, larangan, tanggung jawab) dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan, membimbing, dan mendukung fungsinya dalam organisasi” (Coser dan Rosenberg, 1976 : 232-255).

Sedangkan menurut Kantaprawira, peranan juga dapat dikatakan sebagai

prilaku yang diharapkan dari seseorang atau struktur tertentu yang menduduki suatu

(41)

Adapula menurut Mochtar Mas’oed, bahwa suatu arti dari peranan (role)

adalah sebagai berikut :

”Perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi”. Ini adalah perilaku yang dilekatkan pada posisi tersebut, diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi tersebut” (Mas’oed, 1989 : 44).

Menurut Levinson dalam Soekanto, dalam pemaparannya peranan dapat

mencakup tiga hal, yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Levinson dalam Soekanto, 2001 : 269).

2.3.3.2 Peranan Organisasi Internasional

Semua organisasi internasional memiliki struktur organisasi untuk mencapai

tujuannya. Apabila struktur-struktur tersebut telah menjalankan fungsinya, maka

organisasi tersebut telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian, peranan

dapat dianggap sebagai fungsi baru dalam rangka pengejaran tujuan-tujuan

kemasyarakatan.

Dengan adanya peranan organisasi internasional yang sejajar dengan negara,

organisasi internasional dapat melakukan dan memiliki sejumlah peranan penting,

(42)

1. Menyediakan sarana kerjasama diantara negara-negara dalam berbagai bidang, dimana kerjasama tersebut memberikan keuntungan bagi sebagian besar ataupun keseluruhan anggotannya. Selain sebagai tempat dimana keputusan tentang kerjasama dibuat juga menyediakan perangkat administratif untuk menerjemahkan keputusan tersebut menjadi tindakan.

2. Menyediakan berbagai jalur komunikasi antar pemerintah negara-negara, sehingga dapat dieksplorasi dan akan mempermudah aksesnya apabila timbul masalah (Bennet, 1995 : 3).

Selain itu, peranan organisasi internasional ditujukan pada kontribusi

organisasi di dalam peraturan yang lebih luas selain dari pada pemecah masalah.

Peranan organisasi internasional dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Organisasi internasional sebagai legitimasi kolektif bagi aktivitas-aktivitas organisasi dan atau anggota secara individual.

2. Organisasi internasional sebagai penentu agenda internasional.

3. Organisasi internasional sebagai wadah atau instrument bagi koalisi antar anggota atau koordinasi kebijakan antar pemerintah (Bennet, 1995 : 8).

Sedangkan di dalam Perwita & Yani, menyatakan bahwa peran organisasi

internasional adalah sebagai berikut :

1. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota).

2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan.

(43)

Dan menurut Clive Archer dan ada lagi penyimpulan kata-kata oleh Perwita

dan Yani tentang doktrinnya Archer, bahwa peranan organisasi internasional dapat

dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu :

1. Sebagai instrumen.

Bila dikategorikan dalam NGO yang bersifat internasional (INGO), peranan organisasi internasional yang dikatakan sebagai intrumen biasanya terdapat dalam INGO yang merupakan kelompok-kelompok dagang, organisasi bisnis, ataupun partai politik. Untuk menggambarkan organisasi internasional sebagai instrumen bagi anggotanya tidak berarti bahwa setiap keputusan yang diambil bertujuan untuk memenuhi keinginan setiap anggotanya. Suatu instrumen menunjukkan tujuannya bila memperlihatkan kegunaannya dalam periode waktu tertentu bagi mereka yang memanfaatkan jasanya. Kepuasan anggota lain tidak dapat dikurangi bila anggota lain memanfaatkan organisasi itu yang mana organisasi tersebut tidak digunakan sebagai senjata bagi mereka (Archer, 1983 : 136).

2. Sebagai arena.

Arena yang dimaksud disini ialah bersifat netral, artinya bahwa arena dalam organisasi internasional dapat dipakai sebagai tempat bersandiwara, sirkus atau pertengkaran. Organisasi internasional juga menyediakan kesempatan bagi para anggotanya untuk lebih meningkatkan pandangan atau opininya dalam suatu forum publik dimana hal seperti itu tidak dapat diperoleh dalam diplomasi bilateral (Archer, 1983 : 141).

Organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah-masalah dalam negerinya, ataupun masalah dalam negeri negara lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional ( Archer dalam Perwita dan Yani, 2005 : 95).

3. Sebagai aktor independen.

(44)

Adapun pendapat dari Teuku May Rudy tentang peranan organisasi

internasional yang memang disetiap organisasi internasional tentunya dibentuk untuk

melaksanakan peran-peran sesuai dengan tujuan pendirian organisasi internasional

tersebut oleh para anggotanya. Berikut adalah peran organsasi internasional menurut

Rudy, yaitu :

1. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota).

2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan.

3. Adakalanya bertindak sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan (antara lain kegiatan sosial kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkuangan hidup, pemugaran monument bersejarah, operasi menjaga perdamaian dan lain-lain) (Rudy, 2009 : 27).

2.4 Organisasi Non Pemerintah (Non Governmental Organization)

Organisasi non-pemerintah dapat bersifat organisasi internasional yang

disebut International Non-Govermental Organization (INGO) dan dapat pula hanya

bersifat intra-nasional yang disebut Non-Govermental Organization (NGO) saja.

Perbedaannya hanya pada keanggotaan organisasi, mitra kerjasama serta ruang

lingkup kegiatan organisasinya.

Pengertian NGO menurut Plano dan Olton yang tertuang di dalam bukunya

“Kamus Hubungan Internasional” yaitu, suatu organisasi internasional privat yang

berfungsi sebagai mekasnisme bagi kerjasama diantara kelompok swasta nasional

dalam ihwal urusan internasional, terutama dalam bidang ekonomi, sosial ,

(45)

Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) diberi kuasa untuk membuat aturan yang memadai

dalam bertukar pendapat dengan NGO dalam ihwal yang terpaut dengan

kepentingannya. NGO juga dikenal sebagai asosiasi lintas nasional.

Selain itu NGO dapat pula bersifat internasional (INGO) dengan ruang

lingkup terbatas secara regional saja. Unsur atau syarat yang sudah pasti bagi INGO,

adalah bersifat non pemerintah, atau bahwa yang dilibatkan dalam pembentukan,

keanggotaan dan dalam kegiatan organisasi adalah bukan pemerintah masing-masing

negara. Selain itu, adapula syarat-syarat lainnya yang tidak kalah penting dan tidak

boleh diabaikan (Rudy, 2009 : 19).

Kriteria persyaratan bagi organisasi internasional non pemerintah atau yang

sering disebut INGO, menurut “The Union of International Association”, adalah

sebagai berikut :

1. Tujuan organisasi harus sepenuhnya bersifat/berciri internasional, dengan menegaskan keterlibatan organisasi lebih daripada sekedar hubungan bilateral (antara dua negara), atau sekurang-kurangnya mencakup kegiatan organisasi pada tiga negara.

2. Keanggotaannya harus terbuka, mencakup individu-individu serta kelompok-kelompok di wilayah/negara yang termasuk ruang lingkup organisasi itu, dengan sekurang-kurangnya mencakup individu atau kelompok dari tiga negara.

3. Anggaran Dasar organisasi harus mengandung ketentuan mengenai pemilihan/pergantian pimpinan dan pengurus secara berkala/periodik, dengan tatacara pemilihan yang disusun sedemikian rupa guna menghindari pengisisn jabatan-jabatan dan pengendalian organisasi hanya oleh orang-orang dari suatu negara saja.

(46)

2.4.1 Sejarah Perkembangan INGO

Bila dilihat dari sejarah terbentuknya INGO, yang mulai dikenal pada tahun

1846. Tercatat sebagai INGO pertama, dalam berbagai literatur adalah World’s

Evangelical Alliance (Penghimpunan Penginjil Sedunia). Kemudian, menyusullah

terbentuknya berbagai INGO lainnya sejak pertengahan abad sembilan belas (sekitar

tahun 1860).

Lalu setelah usainya perang dunia I dan II, makin banyak INGO terbentuk.

Menurut catatan dari “Yearbook of International Organization” pada tahun

1962-1963, telah menyebutkan bahwa ada 1500 INGO pada saat itu. Dari 1500 INGO yang

ada pada saat itu, yang dimana warga dan kelompok-kelompok dari negara adidaya

yang berpartisipasi hanya dalam 192 INGO saja. Hal ini disebabkan karena masih

adanya pertikaian antar negara dan juga perbedaan ideologi serta kepentingan, yang

cukup berperan dalam menghambat keberhasilan yang ingin dicapai melalui INGO

tersebut.

Tetapi tidak dapat dipungkiri juga, bahwa sebenarnya dan sepenuhnya INGO

juga memang telah berusaha berbuat banyak dan cukup bermanfaat dalam

menanggulangi berbagai masalah umat manusia serta juga termasuk lingkungan

hidup bagi umat manusianya itu sendiri. Akan tetapi, perkembangan serta usaha

(47)

2.4.2 Tipe Kegiatan NGO

Dalam mencermati suatu tipe-tipe kegiatan NGO, pada dasarnya kegiatannya

dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe, yaitu aktivitas NGO yang sifatnya opersional

dan NGO yang yang bergerak di bidang kampanye atau “operational and

campaigning NGOs”. Dan biasanya, sebuah NGO operational harus memobilisasi

resources, dalam bentuk financial donations, materials atau volunteer labor demi

keberlangsungan program dan proyek yang mereka jalani. Kemudian proses dalam

hal ini, biasanya membutuhkan organisasi yang kompleks. Bentuk-bentuk usaha yang

dilakukan untuk mendapatkan sumberdaya guna menjalankan tujuan organisasinya,

biasanya dapat melalui charity shops, sukarelawan, atau staffed by volonteers, sewa

dan jual beli barang dari donator.

Kemudian pada kegiatan finansial, dapat diperoleh dari hibah atau grants

atau kontrak, dari pemerintah, yayasan atau perusahaan. Dan semua hal itu

membutuhkan waktu dan keahlian dalam perencanaan, persiapan aplikasi,

penganggaran keuangan dan pelaporan. Bagian found-raising events dibutuhkan

keterampilan dalam advertasi, hubungan dengan media dan memotivasi para

pendukungnya. Kecuali dari itu, NGO operasional perlu memiliki kantor pusat yang

efisien dalam birokrasi dan staf opersional dalam bidangnya.

Lalu jika dilihat pada tipe yang kedua adalah “Campaigning NGOs” atau

NGO yang bergerak dalam mengkampanyekan isu tertentu. Pada umumnya memiliki

kesamaan dengan NGO opersional, namun NGO untuk program kampanye memiliki

(48)

membuat atractifitas yang mengandung unsur publisitas tinggi dan tidak concern

untuk menggalakan pengumpulan dana. Beberapa tipe lainnya seperti NGO yang

bergerak dibidang penelitian. Institusi penelitian memiliki bentuk khusus dari

program operasional, yang tujuan utamanya adalah meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman (Suherman, 2003 : 201).

Selain itu menurut De Sousa Santos, ada kelompok-kelompok tipe NGO

yang bisa dilihat dari kegiatan dan jaringannya, yaitu :

1. Relief and welfare agencies

2. Technical innovation organization

3. Public service contractors

4. Popular develovment agencies

5. Grassroots develov

Gambar

Aliran Dana Tabel 4.1 The Global Fund di Banjarmasin
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Persentase Angka Konversi Penderita Baru Tuberkulosis BTA (+) di Kota
Tabel 4.4
+2

Referensi

Dokumen terkait