Oleh SUK.RON NIM. 0043119162
イセ@
---·
セMQ@I
pゥZrゥGIuZStjikGENゥBゥN|セ@1
HIN S\'Aflff
,J/\i(Alffl\
ャMᄋMMMセセᄋMMセMセMMMMセセMセセMセセNj@
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM
FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM
UIN SY ARIF HIDAYATULLAH
DAN IMAM SYAFI'I
SKRIP SI
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai
Gelar Smjana Hukum Islmn
Oleh:
SUKRON NIM: 0043119162
Di Bawah Bimbingan
,¥
Prof. Dr. Hj. Chuzaimah Tahi<lo Yanggo, M.A,
NIP: 150 165 267
JURUSAN PERBANDINGAN MAZI-IAB 1-IUKUM PROGRAlVI STUD I PERBANDINGAN MAZI-IAB FIQIH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SY ARIF I-IIDA Y ATULLAI-1
munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada
tanggal 23 Nopember 2005. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada jurusan Perbandingan Mazhab Hukum.
Jakarta, 23 Nopember 2005 Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum
Prof. Dr. Hasanudin AF, M.A NIP. 150 050 917
Panitia Ujian Skripsi
Prof. Dr. Hasanudin AF, M.A
NIP. 150 050 917
Penguji I
p・ョォイセェゥii@
l J\
セ@
Syahrul A'dham, M.Ag
NIP. 150 299 473
Prof. Dr. Huzaem h Tahido Yanggo, M.A
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada hadirat Allah yang sampai
pada saat ini masih berkenan memberikankesempatan kepacla kita semua khususnya
kepacla penulis m1tuk memperbaiki amal-amaJ yang telah diperbuat, penulis juga
bersyulrnr karena penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, Sahabat-sahabatnya dan
kepada semua pengikutnya smnpai akhir zan1an.
Penulis merasa balmgia karena telah dapat menyelesaikm1 studi dan
penyelesaian skripsi ini, dengan kata lain penulis tela11 selesai meraih strata satu di
uョゥカᄋセイウゥエ。ウ@ Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jalcarta. Tentunya kesuksesan yang
penulis raih ini tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Rektor UIN Syarif Hidayatulla11 Jakarta yaitu bapak Prof. Dr.
Azyumardi Azra, M.A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak pimpinan Fakultas Sym·i'a11 dan Hukmn llIN Sym·if Hidayatulla11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengau tulus telah memberikau arahan
dan nasihat kepada penulis selaum penulis menempuh studi
4. Dosen Pembimbing Prof. Dr. Chuzaimah Tahidoh Yanggo, M.A. yaug dengau
ketulusannya beliau memberikau bimbingan dau arahan sehingga kesulitan
dalam penyelesaian skripsi ini dapat diatasi dengau baik.
5. Ayah dan Ibtmda tercinta (I-I. Mustajab dan Hj. Zaitun), pa111an tercinta
(Drs. Mujahidin, M.A dan Drs. Hazam, M.A.), kakak tercinta (Shalihah,
Nurlailal1, Syafi'ah, Taufik, Rukoyah), yang selalu membimbing dan juga
kepada selurul1 fa111ili yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang
dengan semangat dan keikhlasanya telal1 memberikan dorongan dan motivasi
baik lahir maupun batin kepada penulis, sehingga penulis selalu terpacu dala111
menempuh dan menyelesaikan kuliah di Uil\f Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Tentw1ya penulis tidak akan lupa mengucapkan terima kasih kepada Sinot
yang selalu membantu dan menemani penulis dalam penyelesaian skripsi ini,
hnmanawan-immanawati IMMAN Cab. Jakarta, Sugawan-sugawati KMSGD,
Ang-yayu I-IIMA-CITA, Didin, Didi, Dewi, Indah, Rukoyah, Echo Cassual,
Achew, Achu Vj. Daniel, Bob dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
disini satu persatu, yang telah membantu penulis memberikan dorongan dan
dapat balasan yang berlipat ganda Amin.
Oktober-9-2005 M Ramadan-5-1426 H
DAFTARISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... I A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Metode dan Teknik Penulisan ... 7
E. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II DASAR-DASAR UMUM PERNIKAHAN DALAM PERSPEKTIF HU KUM ISLAM ... I 0 A. Pengertian Pemikahan ... 10
B. Dasar Hukum Pemikahan ... 13
C. Syarat dan Rukun Pernikahan ... 17
D. Tujuan dan Hikmah Pernikahan ... 23
BAB III P AND AN GAN IMAM ABU HANIFAH DAN IMAM SYAFI'I TERHADAP PEREMPUAN MEMILIH PASANGAN NIKAH ... 29
A. Menurut Pandanga:n Imam Abu Hanifah ... 29
I. Biografi Imam Abu Hanifah ... 29
B. Menurut Pandangan Iman1 Syafi'i ... 46
I. Biografi Imam Syafi'i ... 46
2. Metode Ijtihad Imam Syafi'i ... 51
3. Pendapat Imam Syafi'i Tentang Perempuan Memilih Pasangan Nikah ... 53
BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH DAN IMAM SYAFI'I TENTANG PEREMPUAN MEMILIH P ASANGAN NIKAH ... 58
A. Persamaan Pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i Tentang Perempuan Memilih Pasangan Nikah ... 58
B. Perbedaan Pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i Tentang Perempuan Memilih Pasangan Nikah ... 59
C. Analisis Mengenai Persamaan dan Perbedaan Pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i Tentang Perempuan Memilih Pasangan Nikah ... 60
BAB V PENUTUP ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran-Saran ... 71
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pandangan Islam pemikahan itu bukanlah hanya urnsan perdata
semata, bukan pula sekedar nrnsan keluarga dan masalah budaya, tetapi masalah
dan peristiwa agama, oleh karena pemikahan itu dilalrnkan untuk memenuhi
sunah Allah dan sunah Nabi dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan
petunjuk Nabi.1
Pernikahm1 dalmn Islmn merupakan akad (ikatm1) yang diberkahi lliltara
seorm1g laki-laki dm1 seorllilg perempum1 ym1g menyebabkan keduanya halal
bergaul dan mulai menempuh safari kehidupm1 pm1jm1g yang diwarnai saling
mencintai, saling toleransi, tolong menolong dan saling berkasih sayang.
Masing-masing menemukan sakinah, ketentrmnm1, kesejuka11, kemnllilan dan nikmatnya
hidup. Ik:atan syar'i yang Juhur m1tm·a Jaki-laki dan perempuan yang di dalmnnya
tersebm· embun mawaddah ( cinta k:asih), kelembutan, kesejukm1, ketentramm1,
kepercayalli1, saling pengertia11, welas ralunat, dan berhamburan darinya semerbak
kasih sayang serta kebahagiaan. Semua kenikmatlli1 ini dilukisklli1 denglli1 indah
oleh al-Qur'an, yaitu:
;;J ,;; ... .P,, > ,, ... J t _,. J ,, J , , ,.. 0 , , .
セ@
01
.:.;..:,3 ;:;;
セ@ セZL@Ql
1:,.;_,<:..;i i;.1:,j1 セ|@::r.
r-s::i
Jf,:.
0l
.;IJ
::r.:,
セ@ ,. ,,. ,, ,,. ,, ,. ,,.... ,,
,, ;)>,. ,,..,, ... ,,
0)'µ
rJ..il
セP@
RNu[セ@
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untulanu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderw1g dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian it11 benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (QS. Ar-Rum/30: 21)2
Agama Islam mengisyaratkan "nikah" sebagai satu-satunya bentuk hidup
secara berpasangan yang dibenarkan, yang kemudian dianjurkan untuk
dikembangkan dalam pembentuk keluarga.3 Melalui lembaga "nikah", kebutuhan
naluriah yang pokok dari manusia (yang menghamskan dan mendorong adanya
hub1111gan antara pria dan perempuau) tersalurkau secara terhormat sekaligus
memenuhi panggilau watak kemasyaralcatau dari kehidupau mauusia itu sendiri
dan pauggilau moral yang ditegakan oleh agama. Sementara itu, kesejahteraau
keluarga pun alrnn terWl\iud secara simultan, jika dapat dihayati dengan baik
makna dau nilai yang ada dibalik "nikah" itu. 4
Dalam al-Qur'au diisyaratkau bahwa hidup berpasang-pasangan hidup
berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, tennasuk manusia
sebagaimana firman-Nya dalam surat az-Zariyat ayat 49:
,,. "' ... J ,,, ... 0... 'I>' J
PIセ\Z@ jゥセ@ セIェ@ (;1;,.
•:?-
JS'
::r.:,
,
,
,"Dari segala sesuatu kami ciptakau berpasang··pasangan supaya kamu mengingat akan kebesarau Allah SWT". (QS. Az-Zariyat'5 l :49).
2 Dr. Moh. Ali Hasyimi, Kepribadian Wanita Mus/imah Menurut al-Qur'an dan al-Hadis
(Jakarta : Akademika Pressindo, 1997) h. 125
3 K.H. Ali Yafie,
Menggagas Fiqih Sosial (Bandung: Mizan 1995) h. 256
13
Dalam surat Yasin ayat 36 dinyatakan :
,. ,. ,. J ,,. ,. 0 ,. Nセj@ ,. 0 ,. "' ,,
Pセ@ 'J セZLセiセZL@ セセGQQ@
:-
;:;
セ@L+lS'
(1)j'11
セ@ セセQ@ Pセ@"Maha snci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semnanya, baik apa yang ditnmbnhkan dari bnmi dan dari diri mereka manpnn apa yang tidak mereka ketahni''. (QS. Yasin/36:36).
Dari makhluk yang diciptakan oleh Allah swt berpasang-pasangan inilah
Allah swt menciptakan manusia menjadi berkembang biak dan berlangsung dari
generasi kegenerasi berikntnya sebagaimana tercantum dalam surat an-Nisa
ayat I:
セ@ "' ,, ,. o,, J ,.,,. "' J " >,,. ,, r
'JG.-) セ@ セZL@ セIェ@ セ@ セI@
0:1>-1)
セZZLN@ セ@:,,..u1
セセ@1:,..;1
セlGNQQ@ セ@ セ@,, ,.. ,, " ,, " ,. ,.
, , . . , , , , " " ' / Q , . µ " ' " J , , ,,
セセ@ セ@
0ts'
..i.11
Pセ@ イ「Mセ@'11:, :';
0:,i.c.s
セセ|@..'.ill 1_,11:,
.I..'...;_:,
1:;.:
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tnhanmu yang telah menciptakan kamn dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan dari kednanya Allah mengembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak". (QS. An-Nisal4:1).
Hal inipun disebutkan dalam snrat an-Nahl ayat 72:
,. J 0 ' ,, 0 ,,,.
0)'.,£;
セ[LL@ セQ@
::::)Pセェ[@
セwャ[Gi@
"Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kanrn sendiri dan menjadikan bagimn dari isteri-isteri kamu itu anak dan cucu-cucu ... ". (QS. An-Nahl/16:72).
Islam mengatur manusia dalam hidup be1jodoh-jodohan itu melalui
jenjang perkawinan yang ketentnanya dirumuskan dalam wujnd atnran-aturan
yang disebnt hukum perkawinan dalam. 5
5
Untuk kebaikan dalam kehidupan berumah tangga, kesejahteraan dan
kesenanganya, seyogyanya perempuan memilih dan mempertimbangkan laki-laki
yang akan menjadi suaminya, sehingga ia dapat menentukan apakah laki-laki itu
cocok atau tidak menjadi suaminya.
Ada beberapa motivasi yang mendorong seorang laki-laki memilih
seorang perempuan untuk pasangan hidupnya dalam perkawinan dan demikian
pula dorongan seorang perempuan untuk memilih laki-laki menjadi pasangan
hidupnya. Yang pokok diantaranya adalah: karena kecantikan seorang wanita atau
kegagahan seorang laki-laki karena kekayaanya; karena kebangsawanannya dan
karena keberagamaannya. Diantara alasan yang banyak itu, maka yang paling
utama dijadikan motivasi adalah karena keberagamaannya. 6
Yang dimaksud dengan keberagamaan di sini adalah komitmen
keagamaannya atau kesungguhannya dalam menjalankan ajaran agamanya. Ini
clijadikan pilihan utama karena itulah yang langgeng. kekayaan suatu ketika dapat
lenyap dan kecantikan suatu ketika dapat puclar demikian pula kedudukan, suatu
ketika akan hilang. 7
Seperti cl al am hadis N abi:
A::K4
°G:,f
P
セQ@ セQZQ[⦅ZLNZjLセ@
TェセS@
セ」セZL@
セセZL@
セセセMZゥセ⦅ZオQ@
セ@
"Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda: "seorang perempuan (boleh) dinikahi karena empat ha!: karena hartanya, karena
6
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih (Jakarta : Prenada Media 2003 ) h. 81
7
Ibid. h. 82
kedua tanganmu". (HR. Abu Dawud).
Dalam hal ini -perempuan memilih pasangan nikah- terjadi perbedaan
pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi' i. Perbedaan pendapat
dalan1 masalah tersebut disebabkan berlainan pandangan terhadap keadaan wadah
hukum (perempuan) umpamanya: Gadis, janda, dewasa, dan tidak dewasa.
Empat macam masalah tersebut tidak lepas dari hukum khiyar bagi
wanita. Ketentuan hukum bagi tiap-tiap masalah tersebut juga tidak terlepas dari
perbedaan pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i
keadaan-keadaan tersebut pun perlu diperhatikan karena ia membawa perbedaan
pandangan terhadap perubahan hukum.
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, meman.g menarik untuk dikaji,
Karena terjadi perbedaan pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i
dalam masalah hukum khiyar bagi perempuan atau perempuan memilih pasangan
nika11. Untuk itu, inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengkaji pendapat
Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i tentang perempuan memilih pasangan
nikah.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Bila ditinjau dari segi topik atau judul skripsi ini, maka kajian Skripsi ini
merupakan kajian disiplin ilmu fiqh yang membahas tentang hukum munakahat.
Objek pembahasan fiqh munakahat sangat luas, seperti. nikah, talak, nrju' dan
dibatasi. Penulis dalam hal ini hanya akan menjelaskan tentang perempuan
memilih pasangan nikah dalam pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i.
Perempuan, dalan1 khiyar atau memilih pasangan nikah terjadi perbedaan
pandangan atau pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i.
Perbedaan pendapat dalam masalal1 tersebut disebabkan berlainan pandangan
terhadap keadaan wadah hukum (perempuan) di antaranya: gadis, janda, dewasa
dan tidak dewasa.
Bertitik tolak dari pemmsalahan di atas, masalah pokok yang ingin
dijawab oleh kesimpulan akhir skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
I. Bagaimana pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i tentang masalah
perempuan memilih pasangan nikal1 yang mencakup kriteria empat masalah
tersebut diatas.
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan pandangan Imam Abu I-Ianifal1 dan Imam
Syafi'i tentang masalah perempuan memilih pasangan nikal1.
C. Tujuan Pcnclitian
Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua macam :
I. Tujuan umnm
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pendapat lman1 Abu
Hanifah dan Imam Syafi'i tentang masalah perempuan memilih pasangan
a. Sebagai salah satu persyaratan dalan1 menyelesaikan program strata satu.
b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjanah Hukum Islam
pada fakultas syari' ah dan hukum.
c. Untuk mengetahui bagaimana pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam
Syafi'i tentang perempuan memilih pasangan nikah.
D. Metode dan Telrnik Pennlisan
Pembahasan dalam tulisan ini didasarkan pada penelitian kepustakaan
(library research), penelitian yang berdasarkan pada sumber-sumber tertulis.
Sedangkan metodologi yang digunakan dalam penulisan ini sendiri adalah
metode analitis laitis, Tegasnya, penelitian diawali dengan mencari dan
mengumpulkan bahan-bahan bacaan (literatur) yang berhubungan dengan
penyusunan Skripsi, lalu dilakukan pemahaman dan analisis secara kritis dan
mendalan1 untuk kemudian mengambil kesimpulan dan. menuangkannya dalam
Skripsi ini.
Sedangkan teknik penulisan SkTipsi ini adalah meng,gunakan buku Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang ditulis oleh tim Penyusun dari
rinci dijelaskan mengenai persamaan dan perbedaan antara Imam Abu Hanifah
dan Imam Syafi' i tentang perempuan memilih pasangan nikah, dan analisis
mengenai persamaan dan perbedaan antara pendapat Imam Abu Hanifa11 dan
Imam Syafi'i tentang perempuan memilih pasangan nikah.
Bab V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran. Kemudian
Dalam sistematika penulisan Skripsi ini, dibagi menjadi lima bab dan
masing-masing bab memiliki sub pokok-pokok bahasan:
Bab I Pendahuluan, terdiri dari lima sub judul. Dalam bab ini antara lain
dibicarakan tentang Jatar belakang masalah kenapa penulis mengambil penelitian
dengan topik diatas. Selain itu, dibicarakan pula tentang pembatasan dan
perumusan masalah, tttjuan penelitian, metode dan tek:nik penulisan yang
dipergunak:an dalam penulisan skripsi ini dan yang terakhir tentang sistematika
penulisan.
Bab II Dasar-Dasar Umum Pemik:ahan Dalan1 Perspektif Hukum Islam.
Dalam bab ini secara rinci dibicarakan tentang pengmtian pemikahan, dasar
hukum pemikahan, rukun dan syarat sahnya pemikahan, hikmah dan tujuan
pemikahan.
Bab III Pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i terhadap
perempuan memilih pasangan nikah. Dalam bab ini secara rinci dijelaskan tentang
pandangan Imam Abu Hanifah yang meliputi biografi Imam Abu Hanifah,
metode ijtihad Imam Abu Hanifah dan Pendapat Imam Abu Hanifah tentang
perempuan memilih pasangan nik:ah. Selaajutnya menurnt pandangan Imam
Syafi'i yang meliputi biografi Imam Syafi'i, metode ijtihad Imam Syafi'i dan
pendapat Imam Syafi'i tentang perempuan memilih pasar1gan nikah.
Bab IV Persamaan dan perbedaan pendapat Imam Abu Hanifah dan
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengertian Pernikahan
Mahmud Yunus dalam kamusnya mengatakan bahwa nikah itu dari kata
"nakaha" HセI@ "yankihu" Hセ@ ) "nakhan" ( セ@ ) " "nikahan" (G-\5:; ) yang
. . . I
artmya mengaw1111.
Imam al-Kahlani dalan1 kitabnya Subul al-Salam mengatakan bahwa
pernikahan berasal dari kata nikah
Cc
\5:;) yang menurut bahasa artinyaberkumpul, saling memasukan dan digunakan untuk mii bersetubuh (wathi).
2:1,)i
セ@
J:.::'{)
LGNyiセ|Iセ|@
:
;_;.j
CiS:J\
"Nikah menurut bahasa adalah berkumpul, saling memasukan dan dipakai
dalam pengertian bersetubuh".
Pemikahan menurut Islam merupakan akad (ikatan) yang diberkahi antara
seorang lald-laki dm1 perempuan yang menyebabkan keduanya halal bergaul dan
mulai menempuh safari kehidupan panjang yang diwarnai saling mencintai, saling
1
• Mahmud Yunus, Kamus arab Indonesia, (Jakarta: Yayasa11 Penyelenggara Penterjemah
Tafsir al-Qw"'an, 1973), cet. ke- 1 h. 467.
2
• Muhamad bin Ismail al-Kahlani, Subulus al-Salam, (Beirut: Dar al-Fikr t.th), juz IIJ, h. 109
menemukan sakinah, ketentraman, kesejukan, keamanan dan nikmatnya hidup.3
Selanjutnya Imam empat mazhab memberikan pengertian tentang
pernikahan sebagai berikut:
1. Imam Abu Hanifah
41::>0 セ@ セBGッjIッャ@ ..-,jj Jo.)>':..- -'{ } ,/::t1I
セ@ '.""-" セ@ セ@ ..WO.
""''!_
c
l.A.;J"Nikah adalah suatu aqad dengan tujuan memiliki kesenangan secara sengaja".
2. Imam Malik bin Anas
5 _,., ,- ,,_ J ,ii D / ,, "'
_,, '" ' "'· ·'L 1::-0
.. 1 1::._1 :'.u.;;. セlG@ is:JI
セQWGMGNイNGᆱM^G[セ@
__
er-:
;C _
"Nikah adalah suatu aqad untuk menghalalkan kesenangan Gima') dengan perempuan yang bukan muhrim dengan sighat nikah".
3. Imam Syafi'i
"Nikah adalah suatu aqad yang mengandung pemilikan "wath'i" dengan menggunakan kata menikahkan atau mengawinkan atau kata lain yang menjadi sinonimnya".
4. Imam Ahmad ibn Hanbal
3. Dr. Moh. Ali Hasyimi, Kepribadian Wanita Muslimah Menurut al-Qur'an dan al-Hadis,
(Jakarta: Akademika Pressindo, 1997) h. 125 4 Abdul Rahman al-Jaziri,
a/-Fiqh 'ala Mazhabil Arba 'ah, (Mishr: Maktabah al-Tijarah) 1979, Juz 4, h. 2
5
Ibid, h. 3
6
Ibid
7
"Nikah adalah suatu aqad dengan menggunakan lafadz nikah atau kawin untuk manfaat (menikmati) kesenangan".
Dari beberapa pengertian yang di berikan oleh Imam empat mazhab diatas
dapat disimpulkan bahwa nikah adalah aqad antara laki-laki dan perempuan untuk
saling memiliki, bersenang-senang dan hubungan suami istri dalam rangka
membentuk keluarga atau rumah tangga dengan menggunakan kata-kata
menikahkan atau mengawinkan atau dengan kata lain yang semakna dengan
kedua kata tersebut.
Pemikahan dalam Islam sebagai ikatan yang sangat kuat atau Mitsqan
Ghalizan. Di samping itu pemikahan tidak dapat lepas dari unsur mentaati
perintah Alla11 dan melalcsanakanya adalah ibadah. Ikatan pemikahan sebagai
rnitsqan ghalizan dan mentaati perintah Allah bertujuan untuk membina dan
membentuk terwujudnya hubungan ikatan lahir bathin antara laki-laki dan
perempuan sebagai suami istri dalam kehidupan keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan syari' at Islam. 8 Firman Allah swt :
" ,,. " ,.. J ,, 0 ,, _,,. J. 0 / ,.. J. 2 ,,
• l1).i:. |N[セ@ セ@
0J;.\j
セ@Jl
[LMMセ[@ セ|@:u:,
セjセ|ェ@ セZL@,, ,,. ,, "' ,..
"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercan1pur) dengan yang Jain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu pe1janjian y;mg kuat" (QS. An-Nisa/ 4 :21).
8
B. Dasar Hukum Pernikahan
Dasar hukum pernikahan banyak disebutkan dalam Qur'an dan al-Hadis, diantaranya firman Allah swt :
,,. J ...
!<,,.
"
J "' ,,. 0 ,,. ,,. J 0 J ,,0 セエ@0 Jfa-.i,
!'""'
セi@ : o ·:'.-' 0 セ@ J! セl[ャャ[Gi@"Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenismu sendiri dan menjadikan bagi kamu itu anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki yang baik-baik maka mengapalcah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Alla11" (QS. An-Nahl / 16 :72).
Dan dari hadis Nabi saw meuyebutkan :
\-=!..
J.\ oljJ)セ@ セ@
セBN@
j.:;;
rJ
セ@ セ@
cセi@
"Nika11 adalal1 sunal1ku (agamamu), maka barang siapa mencintai akan agamaku, maka hendaklah menjalankanya menurut sunahku". (Riwayat Ibn Maj ah).
Di Indonesia, umumnya masyaralcat memandang bahwa hukum asal melakukan pernikahan ialah mubah, ha! ini banyak dipengaruhi pendapat Ulama Syafi'iyyah. Sedang menurut Ulama Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah hukum melangsungkan pernikahan itu sunat. Ulama Dhahiriyah menetapkan wajib bagi orang muslim untuk melakukan pernikahan seumur hidupnya sekali.
Terlepas dari pendapat Imam mazhab, berdasar nash-nash, baik al-Qur'an maupun Hadis sangat menganjurkan kaum muslimin yang mampu untuk melangsungkan pernikahan. Namun demikian, kalau dilihat dari segi kondisi
9
orang yang melaksanakan serta tujuan malaksanakanya, maka melakukan
pernikahan itu dapat dikenakan hukum wajib, sunah, haram, makruh dan mubah.
I. Wajib
Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untnk nikah
dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya tidak nikah
maka hukum melakukan pemikahan bagi orang tersebm: adalah wajib.1
°
KarenaIslam memperingatkan bahwa dengan nikah Allah akan memberikan kepadanya
penghidupan yang berkecnkupan, menghilangkan kcsnkaran-kesukaTan dan
diberikanya kekuatan, yang mampn mengatasi kemiskinan sebagaimana firman
Allah swt:
,; "' ,, ,;} } <> } } " } ..-q '/[
セセ@
0::
ill1 :,セ@
:"S
ol'.;> 1)セ@
Pセ@ セcセI@
;,.s-
Zセ@
0::
セャGNNLャャI@
セ@
セH|jQ@
QセQZL@
" 1;;. • "
WI'
セcZZZj@ J
"Dan kawinlah bujang-bujang kamu dan budak laki-Jaki dan perempuan yang telah patut nikah, jika mereka itu muslim maka nanti Allah berikan kecnkupan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas kanmia-Nya dan Maha tahu". (QS. an-Nm /24: 32).
Hal ini pun didasarkan pada pemikiran hukum bahwa setiap nmslim wajib
menjaga diri untuk tidak berbuat yang terlarang. Jika penjagaan diri itu harus
dengan melakukan pernikahan, sedang menjaga diri itu wajib maka hukum
melakukan pernikahan itupun wajib sesuai dengan kaidah
"Sesuatu yang waj ib tidak sempurna kecuali denganya, maka sesuatu itu
hukumnya wajib juga".11
2.Sunah
Adapun bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan
untuk melangsungkan pernikahan tetapi kalau tidak nikah tidak dikhawatirkan
akan berbuat zina maka hukum malakukan pernikahan bagi orang tersebut adalah
sunah.12 Alasan menetapkan lmkum sunah itu ialah dari anjuran al-Qur'an dalam
surat an-Nur ayat 32 :
.... "' ,, ,,) J 0 J ) ,. J ..-Q ....
セセセi[N@
セケ@
.1);
QIセ@
0\
セc|I@
HNMUGZセ@
セ@ セャセiI@
セ@
セlL[|jQ@
Qセ|ェ@
セ@ Niセ@ ' (
ilii'
r-;-C:J
)
"Dan kawinlah bujang-bujang kamu dan budak laki-laki dan perempuan yang telah patut nikah, jika mereka itu muslim maka nanti Allah berikan kecukupan kepada mereka dengan karunianya. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya dan Maha tahu". (QS.an-Nur /24 : 32).
3. Haram
Seseorang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai
kemampuan se1ia tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban
dalam rumah tangga sehingga apabila ュ・ャ。ョァウオョヲセ」。ョ@ pernikahan akan
terlantarlah dirinya dan istrinya maka hukum malakukan pernikahan bagi orang
11 Abdul Hamid Hakim,
Mabadi Awwaliyah, (Jakarta: Sa'adiyah Putra) h. 41
12
tersebut adalah haram.13 Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 195 melarang
orang melakukan hal yang akan mendatangkan kerusakan.
,, J " ,,. J. ; Jo J. ,,.
....
セーャ@ jセ@ セ]Tgセ@lyit
tr; ...
" ... Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam
kebinasaau ... "(QS. al-Baqara11/2:195).
Termasuk hukumnya haram juga pernikahan bila seseorang nikah dengan
maksud untuk menelantarkan orang lain, masalah perernpuan yang dinikahi itu
tidak diurus, hanya agar perempuan itu tidak dapat nikah dengan orang lain.14
4.Mubah
Dan dimubahkan bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan nikah, tetapi apabila tidak melalcukan nikah tidak khawatir akan
berbuat zina dan apabila melalrnkanya juga tidak akan menelantarkan istri.15
5. Makruh
Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan nikah juga
cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidalc
memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak nikah, hanya saja
orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat untu1c dapat memenahi kewajiban
suami istri yang baik.16
13
Ibid h. 20
14
Ibid h. 21
15
Ibid h. 21
16
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami.
C. Syarat dan Rukun Pernikahan
46
1. Pengertian Syarat dan Rulmn
Syarat dan rukun dalam Islam merupakan dua ha! yang tidak dapat di
pisahkan antara satu dan yang lainya, karena kebanyakan dari setiap aktifitas
Ibadah yang ada dalam agama Islam senantiasa ada yang nan1anya syarat dan
rukun, sehlngga bisa dibedakan dai-i penge1iian keduanya.
Abdurrahman Ghazali dalam bukunya Fiqh lvfunakahat menyatakan
bahwa syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah tidalmya suatu
pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk daiam rangkaian pekerjaan
itu.17 Tetapi lebih mudahnya syarat itu adalah suatu ha! yang harus ada dan
terpenuhi sebelum melakukan suatu perbuatan (ibadah) dilaksanakan, seperti
dalam shalat, misalnya wudlu merupakan suatu perbuatan yang dilakukan
sebelum shalat atau dalam pernikahan, calon pengantin laki-laki dan perempuan
harus beragama Islam.
Sedangkan rukun ialah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan
tidaknya suatu peke1jaan (ibadah), dan sesuatu itu ter:masuk dalam rangkaian
17
pekerjaan itu.18 Atau lebih mudahuya rukun itu adalah suatu hal yang harus ada
atau terpenuhi pada saat perbuatan (ibadah) dilaksanakan, seperti dalam shalat,
membaca surat al-Fatihah itu merupakan suatu perbuatan yang dilakukan pada
saat shalat berlangsung atau sepe1ii dalan1 pemikahan harus adanya calon
pengantin laki-laki dan perempuan saat aqad pemikahan berlangsung.
2. Syarat Nikah
Syarat-syarat pernikahan merupakan dasar bagianya pemikahan. Jika
syarat-syarat terpenuhi maim pernikal1anya adalah sah, dan menimbulkan adanya
segala kewajiban dan hak-hak pernikahan. Syarat-syarat pemikahan diantaranya:
a. Syarat bagi mempelai laki-laki
1 ). Beragama Islam
2). Terang lald-lakinya (bukan banci)
3). Tidak dipal<sa (dengan kemauan sendiri)
4 ). Tidak beristri lebih dari empat
5). Bukan mahramnya bakal istri
6). Tidal( mempunyai istri yang haram dimadu dengan bakal istrinya
7). Mengetahui bakal istrinya tidak haram dinikahi
8). Tidak dalam haji dan urnral1
b. Syarat bagi calon mempelai perempuan
I). Beragama Islam
3). Bukan mahram bakal suami
4). Behun pernah disumpah li'an
5). Jelas orangnya
6). Telah memberi izin kepada wali menikahkanya
7). Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah oleh bakal suaminya.19
c. Syarat bagi wali nikah
I). Laki-lald
2). Dewasa
3). Mempunyai hak pemikalmn
4 ). Tidak terdapat halangan perwalian20
d. Syarat bagi saksi nilmh
I). Minimal dua orang laki-lald
2). Dapat mengerti mal<Sud aqad nikah
3). Hadir dalam ijab qabul
4 ). Beragan1a Islam
5). Hams dewasa
6). Hams merdeka
7). Hams adil21
19
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, (Jakarta: PT. Dian Katya) 1986. h. 32
20
Ahmad Rafiq, Hukwn !slam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 1998, h. 71 21
e. Syarat ijab qobul
1 ). Adanya pernyataan mengawinkan dari wali
2). Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai laki-laki
3). Antara ijab dan qobul bersambungan
4). Orang yang berkaitan dengan ijab qobul tidak dalam haji dan umrah
5). Majlis tempat berkumpul para pihak dihadiri minimal empat orang saat itu
6). Antara ijab dan qobul jelas maksudnya
Di dalan1 Islan1 suatu pernikahan hams ada y<mg mendampingi calon
mempelai perempuan yaitu seorang wali dan dua orang saksi, karena wali dan dua
orang saksi tennasuk dalan1 rukun pernikahan yang hams ada selain calon
mempelai laki-laki dan perempuan. Adapun mengenai wali dan saksi akan penulis
terangkan dibawah ini.
Perwalian dalam pernikahan adalah suatu kekuasaan atau wewenang atas
segolongan manusia, yang dilimpahkan kepada orang yang sempuma, karena
kekurangan tertentu pada orang yang dikuasainya itu, demi kemashlahatanya. 22
Sepe1ti sabda Rasulullah saw :
,, ,, セ@ ,,. ,, } ,,
Jt;
セ@ .&1 セセ@ セQ@J ,;:;
セQ@J
•;°fl
セQ@J
RS
Hセj「@
y.IッャjjIセj[@
セ[@ 」エUP⦅セ@
Artinya : Dari Abu Burdah ra, dari Abi Musa ra,, dari ayalmya ra, beliau
berkata: "Rasulullah saw bersabda: tidak ada pernikahan kecuali dengan seorang wali". (HR. Abu Dawud).
22
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakmta: Lentera) 2001, Cet ke-7 h.309
セ@
セ@
1);.;,J
0f
0
IセA@
セZ_}Q@
セ@ Iセ@
0::
[セZLヲ@
セAエNsェャ@
QIセ@
u
1_;1;
セAQ@
Qt;
セ@
!Ji1i'..
"Wahai orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang-orang-orang mukmin, inginkan kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)". (QS. an-Nisa /4 : 144).
Menumt pendapat Imam Syafi'i, Maliki, dan Hanbali, jika perempuan
yang baligh dan berakal sehat itu masih gadis, maka hak mengawinkan dirinya
ada pada wali, akan tetapi jika ia janda maka ha! itu ada pada keduanya; wali
tidak boleh mengawinkan wanita janda itu tanpa persettrjuanya. 24
Al- Quran mengisyaratkan ha! ini dengan finnan-Nya yang ditujnkan
kepada para wali :
;.
s
セ[@
1y;,1:; 1;1
セQZLェヲ@
ZZ[NNNLセ@
0f
J,
)',a:;
u.;#I
fa.
;u1
(.
!i;fi.,
1;fj
... J
.
);:Jt;
.
"Janganlah kamu (hai para wali) menghalangi mereka (wanita yang telah dicerai) untuk kawin (lagi) dengan bakal suaminya, jika terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara yang makmf .... (QS. Al-Baqarah /2:232).Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah yang telah baligh clan berakal
sehat boleh memilih sendiri hak mengawinkan, baik ia perawan atau janda. 25
Di Indonesia yang dipakai kebanyakan ialah fikih Imam Syafi'i, jadi
berdasarkan pendapat Iman1 Syafi'i malca yang berhak sebagai wali secara
24
Muhammad jawad Mughniyah, op cit., h. 345
25
bernrutan adalah bapak, kakek, saudara laki-laki sebapak seibu, saudara laki-laki
sebapak saja, saudara laki-laki dari bapak (paman) dan anak laki-laki dari paman.
Apabila urutan wali tersebut berhalangan, maka wali dapat dilakukan oleh
wali hakim.
Tentang saksi dalam pemikahan, menurut Imam Syafi'i harus ada dua
orang saksi yang beragama Islam, sudah dewasa (baligh), berakal, dapat melihat
dan mendengar, adil dan mengerti tujuan pemikahan. Menurut Imam Syafi'i adil
adalah orang yang tidak berdosa besar dan kecil yang keji (suka mencuri, suka
perilaku tidak sopan dan sebagainya). Pendapat ulama lainya, yang dimaksud
dengan adil adalah orang yang takwa dan berpegang teguh kepada adab syara'
artinya yang taat ibadahnya dan menjauhi maksiat.26
3. Rukun Nikah
Rukun nikah merupakan suatu hal yang harus dipenuhi pada saat
melangsungkan pemikahan, diantaranya ialah:
a. Adanya calon suan1i
b. Adanya calon istri
c. Adanya wali nikah
d. Adanya dua orang saksi
e. !jab dan qabul atau akad nikah27
h. 18 26
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: Bandar Maju) 1990. h. 88
27
orang Islam di Indonesia yang ingin melaksanakan pemikahan secara resmi
(tercatat) di kantor Urusan Agan1a (KUA).
D. Tujuan dan Hikmah Pernikahan
l. Tujuan Pernikahan
Tujuan pemikahan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk
agama dalam rangka mendirikan keuarga yang harmonis, sejahtera dan balmgia.
Harmonis dalam rangka menggm1al(an hak dan kewajihan anggota keluarga;
seja11tera artinya terciptanya ketenangan lahir dan bathin disebabkan terpenuhinya
keperluan hidup lahir dan bathlnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih
sayang antar anggota keluarga. Sedangkan tujuan pernikahan pada mnumnya
adalah untulc memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir bathin menuju
kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Manusia diciptalcan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu
mendapat pemenuhan. Dalan1 pada itu manusia diciptakan oleh Allah SWT U11tuk
mengabdikan dirinya kepada Khalik penciptanya dengan segala aktifitas
hidupnya. Pemenuhan naluri manusiawi manusia yang antara lain keperluan
biologisnya termasulc aktifitas hidup agar manusia menuruti tujuru1 kejadianya,
Allah SWT mengatur hidup mrumsia dengru1 aturan pernikahru1.
Jadi aturan pernikahan menurut Islam merupakan tuntutan agama yang
perlu mendapat perhatian, sehingga tujuru1 melangsungkru1 pernika11an pun
ada dua tujuan orang melangsungkan pemikahan ialah rnemenuhi nalurinya dan
.1.. • k 28
mememu11 petunJU agama.
Mengenai naluri manusia seperti tersebut pada ayat 14 surat Ali Imran:
J'.d..li:,
Z|セォL@
セGNNオQ@
0-:
セセVZZゥZ|Q@
セXォL@
セャェ@
:Lll
セᄋ@ セャェVGGQQ@
セ@
セセ@
:Jj
NセMwQ@
:-.;.;-
セセ[iゥゥZL@
t;:U1
セゥ[[jQ@
LG
RLQセセ@
セZ[jゥZL@
イセuQZL@
ZセセjQ@
"Di jadikan indah pada (pandangan) manusia kccintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lab tempat kembali yang baik (surga)".(QS. Ali Imran: 3/14)
Dari ayat ini jelas bahwa manusia mempunyai kecendrungan terhadap
cinta perempuan, cinta anak keturunan dan cinta harta kekayaan. Dalam pada itu
manusia mempunyai fitrah mengenal kepada Tuhan sebagaimana tersebut pada
surat ar-Rum ayat 30:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
28
berikut:
a. Mendapatkan dan Melangsnngkan Ketnrunan29
Keturunan merupakan sambungan dan penyambung cita-cita, yang apabila
terjadi suatu pemikahan maka akan terbentuklah sebua11 keluarga yang di dalam
keluarga akan dilahirkan ketmunan-keturunan yang akan menjadi generasi
penerus para orang tua sehingga generasi tersebut akan melahirkan generasi lagi
ym1g akan membentuk suatu umat, yaitu umat Nabi Muhammad saw.
Firman Allah dalam surat al-Furqan ayat 74:
"Dm1 orm1g-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami., mmgerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kmni imam bagi orang-orang yang bertakwa".
b. Memennhi Hajat Manusia
Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwat dan menumpahkan
kasih sayang dan sudah menjadi kodrat manusia dan iradat dari Allah menjadikan
makhluknya hidup berjodoh-jodoh.
Firman Allah dalam surat yaasin ayat 36:
.
PjZゥセ[@
u
セS@
セᄋ@ セL@
i;f
0-:3
Z[LセuQ@
'-
t
セ@ エjゥセ@
c_133Ui
js[LN\N_セG@
Pセ@
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasm1gan-pasm1gan semuanya, baik dari apa ym1g ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dm·i apa yang tidak mereka ketahui".
29
c. Memennhi Panggilan Agama
Memenuhi panggilan agama untuk memelihara diri dari kejahatan dan
kerusakan. Pernikahan itu sendiri adalah untuk memenuhi panggilan agama.
t_
lb.::.'.::;
セQZ^L@\\;' ::4
セ@Ji1
J_,.,,)
Jli
=
Ji1
,? )
, )""-'-'
.:r-1 Ji1
J.,>-c.r-" ,, ,, ,, ,, ,, ,, ..-o ,, 0 .J ,, ,,. ,, ,, ,, o,- ,,,, 0 )
b,. ::.J ;Ji.; 0
'-11., ,.:W :1,,;'. '.'.I 0
. , , ',11 セG@
0
\ ' '_'ti'· ·1 ;Gi.;' BNZGQセ[@ l'.JI 'C.
< . セ@ ,
r
r-'-' セ@ , - c;---'r
i f ) ALGNZNセ@ セI@ セオーウN@ , (.Jr--" < . !'"""''"'"'."r. (
セセI@
Dari Abdullah lbn Mas'ud ra berkata: Rasulullah saw berkata: "Wahai generasi muda, barang siapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukan pandangan dan memelihara kemaluan dan barang siapa yang tidak mampu hendaknya berpuasa sebab ia dapat rnengendalikanya".(Muttafaq alaih).
d. Menumbnhkan Kesungguhan untuk Bertanggnng Jawab
Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima
kewajiban juga bersungguh-sungguh untuk mernperoleh harta kekayaan yang
halal sehingga bersemangat untuk mencari rizki sebagai bekal hidup untuk diri
dan kekel uargaan.
e. Membersihkan Keturunan31
Yang dimaksudkan membersihkan keturunan adalah agar umat ini ada
yang men gurus dan bertanggung tanggung jawab, karena anak tersebut jelas
asal-usulnya baik itu status anak, oleh karenanya Islam mengharamkan zina dan tidak
mensyari'atkan poliandri, serta menutup segala pintu yang mungkin melahirkan
30 Ibn Hajar al-Asqalani,
Bu!ughu! !vfaram, (Indonesia: Daru Ikhya) h. 200
31
dilahirkan akan terhorrnat derajatnya.
2. Hikmah Pernikahan
Sungguh arnat jelas bahwa di balik sesuatu pasti ada hikrnahnya. Dalarn
pernikahan misalnya hikrnah yang paling mudah adalah pernikalmn yang terjadi
pada pada makhluk hidup, baik turnbuhan , binatang, rnaupun manusia adalah
untuk keberlangsungan hidup dan perkernbangbilalcan rnakhluk yang
bersangkutan, karena jika pernikahan tidak te1jadi pada rnalchluk hidup maka
dapat dipastikan bahwa keberlangsungan dan perkernbangan kehidupan di dunia
ini tidak akan berlangsung lama dan hilang begitu saja tanpa rneninggalkan bekas
ataupun generasi yang rnelaitjutkanya. Oleh karenai1ya Alla11 menjadikan Adan1
menjadi khalifah dirnuka bw11i ini, sehingga anak-analmya dapat berkembang
biak meramaikai1 dan memakmurkan bmni yang luas ini, al-Qm'an
rnengisyaratkan dalai11 firman Allah swt:
" "' ,.. " J ",,. "' } J «'
\JG,.J セ@ セI@ セIェ@ セ@ セj@ [セQェ@ セ@
::i..
セ@ セ[jji@;s::)
lyZI セgi@ セ|Lャ@,,. ,, ,, " ,.. " ,,. ,..
J ,, ,.. ,.. "' "' ,,.,, ,.. },.. "' "' J,.. " ,..
セI@
r¥
0\5' '-UI Pセ@ セgNNセuャェ@ セ@ 0)oLl \L^セi@ '-UI l_,.i'lj ᄋセIiセ@Hikmah lain yang dapat diambil dari sebuah pernikahan adalah bahwa
pernikahan mempakan jalan terbaik untulc membuat anak-anak menjadi mulia,
memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab
yang oleh Islam sangat diperhatikan.
Dengan adanya pernikahan naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh
saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan tumbuh perasaan
nyaman, cinta dan sayang merupakan sifat baik yang menyempurnakan
kemanusiaan seseorang, menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung
jawab anak-anak dalam mencari nafkah demi keluarga yang tengah dipimpinya.
Semangat bekerja akan tumbuh karena dorongan tanggimg jawab dan memikul
k ewaJ! anya. ""b 32
A. Menurut Pandangan Imam Abu Hanifan
1. Biografi Imam Abu Hanifan
Imam Abu Hanifah nama aslinya adalah Nu'man bin Tsabit bin Zautha, ia
dilahirkan di kota Kufah pada tahun 80 Hijriyah (699 Masehi). Ayahnya
ketunman bangsa Persi (Kabul, Afghanistan), tetapi pada waktn beliau dilahirkan
ayahnya sudah pindah ke Kufah. Dengan demikian Imam .Abu Hanifah bukan
ketnnman Arab asli tetapi keturunan bangsa 'Ajami (selain bangsa Arab). 1
Pada masa kecil beliau menghafal al-Qur'an, ウ・ーQセイエゥ@ dilakukan anak-anak
pada masa itu. Kemudian berguru pada Imam 'Ashim seorang Imam Qira'at
Sab 'ah. Keluarganya adalah keluarga pedagang, oleh karena itu tidak
mengherankan kalau kemudian beliau menjadi pedagang. 2
Imam Abu Hanifah berguru kepada Imam Amir bin Syarbil asy-Sya'bi
yang wafat pada tahun 104 H. beliau sangat memperhatikan Imam Abu Hanifah
karena kecerdasan otaknya. Banyak nasehat-nasehat yang di berikan oleh beliau
kepada Imam Abu Hanifah, diantaranya adalah agar Imam Abu Hanifah rajin
1 Munawar Khalil, Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab, (Jakrta: Bulan Bintang), h. 19
belajar ilmu pengetabuan dan mengambil tempat belajar yang tertentu di
majlis-majlis Ulama, para cerdik pandai yang kenan1aan di kala itn.
Nasehat itu diperhatikan dan dilaksanakan oleh Imam Abu Hanifab
dengan sungguh-sungguh, beliau rajin menuntut peng•etabuan yang berkaitan
dengan keagamaan, banyak mendatangi para cerdik pandai dan para ulama
sehingga beliau banyak ilmunya.
Di antara guru-guru beliau yang terkenal adalah asy-Sya'abi dan Hanmmd
bin Abu Sulaiman di Knfab, Hasan Basri di Basrah, Atha bin Abi Rabab di
Mekkah, Sulaiman dan Salim di Madinab. 3
Selain itn masih banyak orang yang pernal1 menjadi gum beliau di
antaranya adalah Imam Muhamad al-Baqir, Imam Adi bin Tsabit, Imam
Abdurrabman bin Harmaz, Imam Alm bin Dinar, Imam 'Ashim bin Najwad,
Imam Salamah bin Kuhail, Imam Mansur bin Mu'tamir, Imam Syu'ban bin
Hajjaj, Imam Qattadab, Imam Rabiah bin Abi Abdi Rahman.4
Imam Abu Hanifab adalab seorang ularna yang mempunyai kepandaian
yang sangat tinggi dalam mempergunakan ilmu rnantiq dan menetapkan hukurn
syara' dengan qiyas dan istihsan. Beliau juga terkenal sebagai seorang yang
hati-hati dalam menerima sesuatu Hadis. 5 Hal itu dikarenakan seluruh masa hidup
beliau dipergunakan untuk belajar dan mengajar. Sehingga bila beliau sedang
3
TM. Hasbi Ash-Shiddiqie, Pengantar I/mu Fiqih, (Semarang: Pustaka Rizki Putra) 1997.
h. 116 4
Munawar Khalil, op cit., h. 23 5
dikelilingi murid-muridnya tampak sebagai sebuah mata air yang tidak
kering-keringnya dari hari ke hari.
Pada masa-masa berakhimya kekuasaan Bani Umayah, Yazid bin Umar
bin Hubarah, Amir di Kufah yang memihak kepada Khalifah Marwan bin
Muhamad, Khalifah keturunan Bani Umayah meminta kepada Imam Abu Hanifah
untuk duduk menjabat sebagai Qadhi. Akan tetapi permintaan itu ditolak beliau,
oleh karena itu beliau dituduh tidak setia lagi terhadap Bani Umayah, beliau
ditangkap dan dihukum dera.
Nasib itu terulang pula oleh beliau pada masa pemerintahan Abbasiyal1,
yaitu pada masa pemerintahan Abu Ja'far al-Mansur (754-775 M), yang memerintah sesudah Abu Abbas as-Saffah, Imam Abu Hanifah menolak pula
jabatan Qadhi yang ditawarkan itu kemudian aldbat penolakan itu beliau
ditangkap, dihulcum, dipenjara dan beliau wafat dalam keadaan menderita di
dalam penjara karena perbuatan si kejam dan si ganas dan dikala itu beliau bernsia
70 tahun.6
Adapun murid-muridnya yang mengembangkan pemikiran Imam Abu
Hanifah yang temiasyhur adalah Abu YusufYa'kub bin Ibral1im (lahir pada tahun
113 H dan wafat pada tahun 183 H), Zufar bin Huzail bin Qais al-Kufi (lahir pada tahun 110 H dan wafat pada tahun 157 H), Imam Muhan1ad bin Hasan
Syaibani (lahir tahun 132 H dan wafat tahun 189 H), Zufar bin Huzail wafat tahun
158 H dan Hasan bin Ziyad al-Lu'lui al-Kufi Maulana Anshar tidak diketahui
kelahiranya wafat pada tahun 204 H. 7
Adapun kitab yang dihubungkan dengan Imam Abu Hanifah adalah Fiqh
al-Akbar, al- 'Alim wa al-Muta 'alim dan Musnad. Adapun buku-buku lainya
banyak dikarang oleh para muridnya, menurnt para ularna Hanafiyah membagi
masalah-masalah fiqh kepada tiga bagian yaitu yang pertama Masailul Ushul
yang kedua Masailul al-Nawadir dan yang ketiga al-Fatawa wa al- Waqi 'at.8
Imam Muhamad bin Hasan menghimpun Masailul Ushul itu dalam enan1
kitab antara lain: Pertama, Kitab al-Mabshut. Kedua, Kitab Jami'ush
al-Shaghir. Ketiga, Kitab as-Sairu al-Kabir. Keempat, Ki1ab As-Sairu al-Shaghir,
Kelima Ki tab Jami 'u al-Kabir dan keenam Kitab az-Ziyadat.
Sedangkan Masailu al-Nawadir adnlah yang diriwayatkan oleh Iman1 Abu
Hanifah dan para sahabat beliau dari kitab lain seperti Kitab Haruniyat dan
Jwjaniyyat dan Kaisaniyyat bagi Imam Muhammad bin Hasan dan Kitab
Mujarrad bagi Imam Hasan bin Ziyad.
Adapun dinamakan al-Fatwa wa al-Waqi'at ialah masalah-masalah
keagamaan yang dari istimbathnya para ulama Mujtahid Madzhab Hanafi yang
datang.
7
Muahamad Abu Zahra, Abu Hanifah Hayatuhu Wa 'Aruhu Wa Fiqhuhu, (Mesir: Dar al-Fikr al-Arabi, t.t) h. 208.220. 221
berkembang ke negara-negara Islam bagian timur. Hal ini berkat Imam Abu
Yusuf yang menjadi Hakim Agung di Baghdad dan berkat duktmgan-dukungan
Khalifah Bani Abbas terhadap madzhab tersebut.9
Pada saat sekarang ini Madzhab Hanafi adalah merupakan madzhab resmi
di Mesir, Syam, Rum dan Irak dan madzhab ini pula yang dianut sebagian besar
penduduk Hindustan (Afghanistan, Turkistan, India) dan Tiongkok.10
Demikian sekilas tentang Biografi Imam Abu Hanifah di dalam sejarah,
hal ini diambil suatu kesimpulan bahwa pemikiran Imam Abu Hanifah mulai
tersebar di samping berkat beliau juga murid-muridnya, kemudian berkembang
dan banyak pengikutnya sehingga menjadi sebuah madzhab Hanafi. Dengan
demildan madzhab Hanafi cepat tersiar di kalangan masyarakat bahkan dikota
Mesir madzhab Hanafi dijadikan sandaran para Qadhi dalam menentukan hukum.
2. Metode Ijtihad Imam Abu Hanifah
Metode ijtihad yang digunakan oleh Iman1 Abu Hanifah terdapat dalam
bukunya Hasbi ash-Shidiqi mengutip kitab al-Khatib al-Baghdadi dalam tarikhnya
menerangkan bahwa dasar-dasar ijtihad Imam Abu Hanifah sebagai berikut :
セオャ@ セセ@
セ@ セ|ᄚヲ@
ci
rL _,
セ@
Jii1セセi@
セェNZセ@
セヲG@
;i
GN[セ|ᄚセ@
ci
セi@ セセ\[@
Qj;,_\
u:,
セ@:-
:
t : ; エ⦅セQZL@:-
:.,.
:;
:i:,;
QJ;:.i
BMAセゥ@ jセ@:.:.,J;:.i
.&1
jZ[セ@;.t.,
o}u_,·
,,. ,,. ,. ---- ,,. ... ,,. ,,. ,,. ,,.
9
Ibid
"Saya mengambil kitab Allah, maka apabila tidak didapatkan di dalamnya, maka sunah Rasulullah saw. Jika tidak saya ketemukan dalam kitab Allah dan sunah Rasulullah, niscaya saya ambil pendapat sahabat-sahabatnya, saya ambil pendapat yang kehendaki dan saya tinggalkan penclapat yang ticlak saya kehendaki dan saya tidak keluar dari pendapat mereka, adapun apabila urusan itu sudah sampai kepada Ibrahim asy-Sya'bi, ibnu Sirin, al-Hasan, Atha, Said dan Imam Abu Hanifah menyebutkan beberapa orang lagi, maka mereka ih1 orang yang telah berijtihad, karena itu sayapun berijtihad sebagaimana mereka berijtihad".
Di dalam kitab "Abu Hanifah Hayatuhu Waasruhu Adauhu Wqfquhuhu"
Imam Muhammad Abu Zahrah bahwa pegangan Imam Abu Hanifa11 dalam
berijtihad sebagai berikut:
,, ,, ,. ,, ,, 0 ,, J 0 ;;>'JI ,. ,. ... ,.. ,, ,,,.
セI@
セ@
1j.:1 ;:" .. \セI@
y81セilセ@
セ@
)Di)
セセi@
0-: //)
セセ@
_\;.\
セ@
セi@
rUS-,, 0 ,. " ,. ,,. ,. 0 ,. "" J ,..
" , 0
' "\:;lo ᄋLセャI|@ 1::.. \",o :.. 0
. ' . ' WJ\" '" \;\,; WJ\ JS; '
0
lJ\ ", 0
'°
"°'\ セ@セ@
r
v ,.. ,, ,. cs"" セ@ ,. J' -,,i'.::"'
,, J' ,, -,, '-" .r' セ@ !'"".JY ,, ..;;> " o ,.. ,, ,.. Jo J •. ,, ..- ,.. ,, ,.
セセi@
セIGN[ZZjゥ@
セセ|@
J'."J;
cits")PセQ@
セセ@
セ@
J;
C-)
セ@ セ@
tJ
Q[セ@
セ@
,, ,.. ,... 0 ,. "' J ,, " ,, "' J ,.. ,,. ,,
c-)
;;;:,1
セQ@
セセセQ@
J;
セヲャ@
?
セg@
セHセQ@
rl,
セ@ セ@
セ@ Zセ[@ セ@ セ@
Fl'..\.;QRセQ@
"Pendirian Abu Hanifah ialal1 mengambil yang kepercayaan clan lari dari keburukan, memperhatikan muamalah-muamalah manusia dan apa yang telah mendatangkan mashlahat bagi urusan mereka, ia menjalankan urusm1 atas qiyas. Apabila qiyas tidak baik dilakukan, ia melakukan ata:;: istihsm1, selan1a dapat dilakukanya. Apabila ia tidak dapat melakukan, iaptm kembali kepada urf masyarakat clan mengm11alkan Hadits yang terkenal di ijma' ulama. Kemudian ia mengqiyaskan sesuatu kepada Hadits itu selama qiyas masih dapat dilakukan. Kemudian ia kembali kepada istihsan, mana diantaranya yang lebih tepat kemudian kembalilah ia kepadanya."
u TM. Hasbi Ash-Shiddiqie, Pokok-pokok Pegangan Imam M.azhab, (Semarang: Pustaka Rizki Putra) 1997 h. 142-143
berikut:
a. Dasar hukum Islam menurut Imam Abu Hanifah adalah al-Qur'an, hadis
dan fatwa-fatwa sahabat.
b. Apabila menetapkan hukum syara' yang tidak ditetapkan dalalahnya
secara qath'I dari al-Qur'an atau Hadis, Imam Abu Hanifah selalu
menggunakan ra'yu. Ia sangat selektif dalam menerima Hadis. Imam Abu
Hanifah memperhatikan mu'amalah manusia, adat istiadat serta 'urf.
Beliau berpegang kepada qiyas dan apabila tidakbisa ditetapkan
berdasarkan qiyas, beliau berpegang kepada istihsan selama hal itu dapat
dilakukan. Jika tdak, maka beliau berpegang kepada 'urf.13
Dalan1 menetapkan hukum, Abu Hanifah dipengaruhi oleh perkembangan
hukum di Kufah, yang terletak dari Madinah sebagai kota tempat tinggal
Rasulullal1 SAW. Yang banyak mengetahui hadics. Di kufal1 kurang
perbendaharaan hadis. Disamping itu, Kufal1 sebagai kota yang erada di tengah
kebudayaan Persia, kondisi masyarakatnya telah mencapai tingkat peradaban
cukup tinggi. Oleh sebab itu banyak muncul problema kemasyaralrntan yang
memerlukan penetapan hukumnya, karena problema itu belum pernah te1jadi di
zaman nabi atau zanian sahabat dan tabi'in, maka untk menghadapinya
13
memerlukan ijtihad atau ra'yi. Hal inilah penyebab pcrbedaan perkembangan
pemikiran hukum di Kufah (Irak) dengan Madinah (Hijaz).14
3. Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Perempuan Memilih Pasangan
Nikah.
a. Gadis Dewasa dan Berakal (al-Bikr al-Baligh al-"Aqilah)
Dr. Mahmud Ali al-Sarthawi dalam kitabnya Syarkhu Qanun al-Akhwal
al-Syakhshiyah dalam bah al-Wilayah 'ala al-Bila· al-Balighah al- 'aqilah
mengatakan bahwa Imam Abu Hanifah, menurut lahir riwayat berpendapat bahwa
bapak tidak berhak mamaksa anak gadisnya yang sudah dewasa dan berakal untuk
menikah dan harus minta izin darinya, malrn jika bapak menikahkan anak
gadisnya yang sudah dewasa dan berakal dengan tanpa izinya maka menyalahi
sunah dan akad nikah tergantung pada kerelaanya.15
Jadi menurut Imam Abu Hanifal1 bahwa sudah menjadi hak kepada gadis
dewasa dan berakal mengenai dhinya dan menafikan urusan orang lain mengenai
yang berhubungan dengan nikalmya dan menurut umumnya mencakup apa yang
berhubungan dengan memilih pasangan nikalmya.
Adapun perempuan gadis, karena melihat dari segi ia tidak jinak dengan
orang laki-laki dan biasanya malu menegaskan kerelaanya, lebih-lebih langsung
mengenai aqad, malrn syara' mencukupkan dengan sesuatu yang menunjukan
14
Ibid. h. 99-100 15
mencabut hak mencampnri langsung mengenai aqad yang telah ada. 16 Yang
demikian itu selama gadis sudah dewasa dan berakal maka hak sepenuhnya ada
ditangan sang gadis mengenai yang berhubungan dengan nikahnya dan menurut
umumnya mencakup apa yang berhubungan dengan memilih pasangan nikahnya.
Sejumlah argumen dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah antara Jain ayat
al-Qur'an:
,,. ,,. ,,. "' ,,.,,. ,,. ;ll.- 0 ,.
.... :?-
k.jj
セセ@,_;...
jZセ@0::
セ@ セ[@ lli4..il1
Pセ@Artinya : "Kemudian jika si suami menceraikannya (sesudah cerai yang kedua) maim perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia nikah dengan suami yang lain .... " (QS. Al-Baqarah ayat 230)
0 ,,. ,, ,,. 0,,.,,. } ,,,,. ,, ,,. ,,. ,,. ,. ,,. "' ""'" ,,
..
ᄋセ@ jGN[NZjセ@;.
G セ[@IY,1)
Q[セ@ セャェェゥ@ セ@0\ :;.
µ
lli セNエ[LNャ@ セ@.L'...JI
セ@ 「セェ@Artinya : "Apabila kamu menceraikan istri-istrimu Ialu habis iddahnya, maka janganlah kamu menghalangi mereka kawin Jagi dengan bakal suaminya apabila terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara yang ma'ruf'. (QS. Al-Baqarah 232)
·
Gセᄋ@l\.,
セ@'·•( · •.I:;
L:,.j 0 HGッ|セ@ • (' ゥャャセZ|ZNN⦅{セ@fr
l'.U.... J )r-'"'. セ@ c,I ,_,.- • イMMセ@
c
=
セ@ if"" ;, ....,.. ,,. ,..,, ,.. ,, ,,.
Artinya : "Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka tiada dosa bagimu membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut." (QS. Al-Baqarah ayat 234).
Menurut Imam Abu Hanifah, ayat-ayat diatas menunjukan bahwa pelaku
nikah adalah perempuan sendiri. Jadi bukan walinya dan apa yang ia kerjakan
pada dilinya menurut yang makruf adalah keluar dari padanya dan terjadi
akibat-16
akibat dari padanya tanpa tergantung pada izin wali dan tidak dengan
pelaksanaanya oleh wali. Hal ini juga di tegaskan oleh hadis Nabi antara lain:
" • ,.. ·"' ,.. ,.. ,.. "' ,.. A, "' ' ,, "' ,.. ,, '
セj@
セ@ セ@
J_;-1 :.:+
Ju
fL)
セ@
.\ill lSl.'.,o :ill\jェGNNLセ@
01セq[@
.).
セiセ@
: ;17 > ·" セ@ " "
<r1'"-'
ッャjjIᄋャセセ@
TUセGNj@
/\£.J
セiI@
"Perempuan janda lebih berhak atas dirinya dari pada walinya. Perempuan gadis di minta izinya dan izinya adalah diamnya". (HR. Muslim).
Meskipun konteks ayat al-Qur'an maupun Hadis nabi tersebut teijadi pada
kasus janda, tetapi pendapat ini mengemukakan argumen analogi (qiyas). Yaitu
bahwa gadis dewasa dan berakal (al-Balighah al- 'aqilah) sebenamya sama
dengan janda. Kesan1aanya terletak pada sisi kesewasaanya. Jadi bukan pada
status gadis atau jandanya. Kedewasaanya seseorang memugkinkan dirinya untuk
menyampaikan secara eksplisit tentang sesuatu yang ada didalam hati atau
pikiranya. Ia juga dapat mengerjakan sesuatu secara terbuka tidak malu-malu.
Oleh karena ha! ini, malca gadis dewasa dapat di samakan dengan perempuan
janda.18
Pada sisi lain, pendapat ini mengatakan bahwa gadis dewasa dianggap
memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum yang
berhubungan dengan tradsaksi-tradsalcsi keuangan, seperti perdagangan dan
sebagainya. Ini merupakan pandangan yang disepalcati para ulama. Oleh karena
17
Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram (Indonesia: Daru Ihya). H. 205
18
dengan urusan pribadinya. Khususnya me:ngenai nikahnya dan memilih
pasangan nikahnya.
Hadis lain dari Ibnu Abbas:
,;..-- ,, ,,,, :J> ,,. A <1> セ@ ; ,, 0 " <1>.- A ,,
01 GNNZLセ@ ...\.;
rx-:,
セ@ .ill\ セ@ セ|@ jZLNGNNNセ@::..ii
1:,..<; セO[[LN@ 01t.t.
.ill\ セセ@'/'y,.
セ|@.;
20
(> Jb y.I ,1JJ) (.
f
" .. )
セ@
セQ@
j,,,
:s?I
オLセZ[Lェ@
i;.
/2" セI@
ゥNpMセェ@
U.t{i
"Dari Ibnu Abbas ra, bahwa seorang gadis datang kepada Rasulullah menerangkan bahwa ayahnya telah menikahkanya sedang di tidak setuju; maka Rasulullah saw memberikan kepadanya hak khiyar (memilih).(HR. Abu Dawud)
Hadis Ibnu Abbas ini jelas menunjukan bahwa rasul menerima pengaduan
seorang gadis yang dinikahkan oleh ayahnya tanpa persetujuanya, pemberian hak
khiyar oleh rasul kepada gadis tersebut dan penolakan ra.sul terhadap pernikahan
yang dilakukan oleh ayah si gadis adalah tegas dikarenakan tidak adanya
persetujuan dari gadis tesebut. Dengan kata lain, gadis itu tidak suka pada
laki-laki pilihan ayahnya.21 Hadis ini menunjukan bahwa ayah tidak sah. menikahkan
gadisnya tanpa persetujuanya (izinya). Dan menunjukan bahwa hak khiyar
(memilih) pasangan nikah ada sepenuhnya ada ditangan si gadis.
Pemikiran lain yang menjadi pertimbangan pendapat ini adalah tujuan
pernikahan. Tujuan pernikahan memiliki dua sisi. Primer dan sekunder. Tujuan
19
Ibid. h. 84-85
20
Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dawud, (Bairut: Dar Ibn Khazm) l 997 h. 398 21
primer (utama) dari sebuah pernikahan adalah hubugan seksual dan kemandirian.
Sedangkan tujuan sekunder adalah hubungan kekerabatan atau kekeluargaan.
Tujuan primer adalah menjadi hak perempuan sendiri, sedangkan tujuan sekunder
bisa melibatkan hubungan perempuan itu dengan keluarganya. 22
Dan nikah yang dimaksudkan oleh Iman1 Abu Hanifah dan golongan
Hanafiah dengan kata mereka "Bahwa perempuan itu bertindak mengenai haknya
sejati, sedang dia berwenang karena dia berakal dan dapat membedakan." Oleh
karena itu ia mempunyai hak bertindak mengenai harta dan memilih suami, dan
diminta wali menikahkanya hanya untuk tidak dikatakan kepadanya tidak punya
malu.23
Atas dasar itu semu14 maka hak untuk memilih pasangan nikah dan
melakukan pernikahan merupakan hak pribadi gadis dcwasa. Pernikahan yang
dilakukan oleh wali yakni yang ijabnya diucapkan okh wali dinyatakan sah,
manakala telah mendapatkan persetujuan dar:i calon mempelai perempuan
tersebut. Bahkan pernikahan yang dilakukan oleh wali ini menurut pendapat ini,
di pandang sunah, baik dan berpahala.
b. Gadis belmn dewasa (al-Bikr al-Shaghirah)
Menurut Imam Abu Hanifah, wali boleh menikal1kan anak gadisnya yang
belun1 dewasa (al-Biler al-Shaghirah) walaupun tidak rela atau tanpa izinya.
Tetapi dengan syarat harus se-kufu' (laki-laki yang sebanding dalam kedudukan,
22 KH. Husein Muhamad, Loe cit
mitsil (rnahaT yang diukur dengan mahar yang pemah diterima oleh keluarga
terdekat, dengan rnengingat status sosial)24 Jadi menurut Imam Abu Hanifah
permpuan gadis yang masih kecil tidak mempunyai hak untuk memilih
pasangannya karena perempuan tersebut belurn dewasa. Belum dewasa menurut
Imam Abu Hanifah adalah apabila perempuan tersebut belum baligh.
Sejumlah argumen yang dikernukakan antara lain :mrat at-talak ayat 4
'c:;_,J))
セ@
,,rJ
JWI)
,. ,.セHセゥャャセセ@
,,セBN⦅LQ@
,, ,,01
セ」NNN[@
,, ,.セBG@ セQ@
,. ,,. ,,0--
,,.セ@
,.JWI)
,.1;,.;
0;.f
セ@
j
F
Ji1
セ@
:;)
セNN[N@
セ@
0f
セヲ@
JC.DI
,,,. ,, ,, ,.
"Dan mereka yang telah putus haidnya dari istri-istrimu kalau karnu ragu, maka iddah mereka adalah tiga bulan. Demikian juga rnereka yang tidak haid dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandunganya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah menjadikan baginya kemudahan dalam. urusan ". (QS at-Talak: 65/4).
Ayat ini menjelaskan bahwa iddah perempuan yang sudah putus darah
haidnya dan perempuan yang belum haid adalah tiga bulan.
Memnut pendapat ini, gadis yang masih kecil (belum dewasa) temasuk
dalam golongan perempuan yang belum liaid.
Adanya iddah menunjukan adanya talak yang didahului oleh
persetubuhan, adanya talak memmjukan adanya alrnd nikah dan hal ini
menunjukan sahnya akad nikah gadis yang belum haid karena ia masih kecil.25
Juga Hadis "Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Bnld1ari dan Muslim :
24
Dr.Mahmud Ali al-Sarthawi, Op cit., h. 84 25
,,. ,, ,,, " セ@ :;> ,,. ;, ,,
cjN[MセH⦅L@
セ@
セ@
8;
セj@
セjy@
rL)
9P
.:iii
セ@
セi@
01セ@
.:iii
セセセ@
セv[NZ[N@
26 ,, ,
(>J>y.I olJ_;) 1:
0
セ@ [セ@
セ[j@
セ@
2
8;
セj@
9"
"Dari 'Aisyah ra bahwa Rasulullah saw menikahinya dikala ia dalam usia enam tahun dan ia diserahkan kepada rasul ketika berusia