• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum perempuan memilih pasangan nikah dalam pandangan imam abu hanifah dan imam syafi'i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hukum perempuan memilih pasangan nikah dalam pandangan imam abu hanifah dan imam syafi'i"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh SUK.RON NIM. 0043119162

イセ@

---·

セMQ@

I

pゥZrゥGIuZStjikGENゥBゥN|セ@

1

HIN S\'Aflff

,J/\i(Alffl\

ャMᄋMMMセセᄋMMセMセMMMMセセMセセMセセNj@

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM

FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM

UIN SY ARIF HIDAYATULLAH

(2)

DAN IMAM SYAFI'I

SKRIP SI

Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai

Gelar Smjana Hukum Islmn

Oleh:

SUKRON NIM: 0043119162

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. Hj. Chuzaimah Tahi<lo Yanggo, M.A,

NIP: 150 165 267

JURUSAN PERBANDINGAN MAZI-IAB 1-IUKUM PROGRAlVI STUD I PERBANDINGAN MAZI-IAB FIQIH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SY ARIF I-IIDA Y ATULLAI-1

(3)

munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada

tanggal 23 Nopember 2005. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada jurusan Perbandingan Mazhab Hukum.

Jakarta, 23 Nopember 2005 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum

Prof. Dr. Hasanudin AF, M.A NIP. 150 050 917

Panitia Ujian Skripsi

Prof. Dr. Hasanudin AF, M.A

NIP. 150 050 917

Penguji I

p・ョォイセェゥii@

l J\

セ@

Syahrul A'dham, M.Ag

NIP. 150 299 473

Prof. Dr. Huzaem h Tahido Yanggo, M.A

(4)

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada hadirat Allah yang sampai

pada saat ini masih berkenan memberikankesempatan kepacla kita semua khususnya

kepacla penulis m1tuk memperbaiki amal-amaJ yang telah diperbuat, penulis juga

bersyulrnr karena penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam

semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, Sahabat-sahabatnya dan

kepada semua pengikutnya smnpai akhir zan1an.

Penulis merasa balmgia karena telah dapat menyelesaikm1 studi dan

penyelesaian skripsi ini, dengan kata lain penulis tela11 selesai meraih strata satu di

uョゥカᄋセイウゥエ。ウ@ Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jalcarta. Tentunya kesuksesan yang

penulis raih ini tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Bapak Rektor UIN Syarif Hidayatulla11 Jakarta yaitu bapak Prof. Dr.

Azyumardi Azra, M.A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak pimpinan Fakultas Sym·i'a11 dan Hukmn llIN Sym·if Hidayatulla11

(5)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengau tulus telah memberikau arahan

dan nasihat kepada penulis selaum penulis menempuh studi

4. Dosen Pembimbing Prof. Dr. Chuzaimah Tahidoh Yanggo, M.A. yaug dengau

ketulusannya beliau memberikau bimbingan dau arahan sehingga kesulitan

dalam penyelesaian skripsi ini dapat diatasi dengau baik.

5. Ayah dan Ibtmda tercinta (I-I. Mustajab dan Hj. Zaitun), pa111an tercinta

(Drs. Mujahidin, M.A dan Drs. Hazam, M.A.), kakak tercinta (Shalihah,

Nurlailal1, Syafi'ah, Taufik, Rukoyah), yang selalu membimbing dan juga

kepada selurul1 fa111ili yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang

dengan semangat dan keikhlasanya telal1 memberikan dorongan dan motivasi

baik lahir maupun batin kepada penulis, sehingga penulis selalu terpacu dala111

menempuh dan menyelesaikan kuliah di Uil\f Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Tentw1ya penulis tidak akan lupa mengucapkan terima kasih kepada Sinot

yang selalu membantu dan menemani penulis dalam penyelesaian skripsi ini,

hnmanawan-immanawati IMMAN Cab. Jakarta, Sugawan-sugawati KMSGD,

Ang-yayu I-IIMA-CITA, Didin, Didi, Dewi, Indah, Rukoyah, Echo Cassual,

Achew, Achu Vj. Daniel, Bob dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan

disini satu persatu, yang telah membantu penulis memberikan dorongan dan

(6)

dapat balasan yang berlipat ganda Amin.

Oktober-9-2005 M Ramadan-5-1426 H

(7)

DAFTARISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... I A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Metode dan Teknik Penulisan ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II DASAR-DASAR UMUM PERNIKAHAN DALAM PERSPEKTIF HU KUM ISLAM ... I 0 A. Pengertian Pemikahan ... 10

B. Dasar Hukum Pemikahan ... 13

C. Syarat dan Rukun Pernikahan ... 17

D. Tujuan dan Hikmah Pernikahan ... 23

BAB III P AND AN GAN IMAM ABU HANIFAH DAN IMAM SYAFI'I TERHADAP PEREMPUAN MEMILIH PASANGAN NIKAH ... 29

A. Menurut Pandanga:n Imam Abu Hanifah ... 29

I. Biografi Imam Abu Hanifah ... 29

(8)

B. Menurut Pandangan Iman1 Syafi'i ... 46

I. Biografi Imam Syafi'i ... 46

2. Metode Ijtihad Imam Syafi'i ... 51

3. Pendapat Imam Syafi'i Tentang Perempuan Memilih Pasangan Nikah ... 53

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH DAN IMAM SYAFI'I TENTANG PEREMPUAN MEMILIH P ASANGAN NIKAH ... 58

A. Persamaan Pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i Tentang Perempuan Memilih Pasangan Nikah ... 58

B. Perbedaan Pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i Tentang Perempuan Memilih Pasangan Nikah ... 59

C. Analisis Mengenai Persamaan dan Perbedaan Pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i Tentang Perempuan Memilih Pasangan Nikah ... 60

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran-Saran ... 71

(9)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pandangan Islam pemikahan itu bukanlah hanya urnsan perdata

semata, bukan pula sekedar nrnsan keluarga dan masalah budaya, tetapi masalah

dan peristiwa agama, oleh karena pemikahan itu dilalrnkan untuk memenuhi

sunah Allah dan sunah Nabi dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan

petunjuk Nabi.1

Pernikahm1 dalmn Islmn merupakan akad (ikatm1) yang diberkahi lliltara

seorm1g laki-laki dm1 seorllilg perempum1 ym1g menyebabkan keduanya halal

bergaul dan mulai menempuh safari kehidupm1 pm1jm1g yang diwarnai saling

mencintai, saling toleransi, tolong menolong dan saling berkasih sayang.

Masing-masing menemukan sakinah, ketentrmnm1, kesejuka11, kemnllilan dan nikmatnya

hidup. Ik:atan syar'i yang Juhur m1tm·a Jaki-laki dan perempuan yang di dalmnnya

tersebm· embun mawaddah ( cinta k:asih), kelembutan, kesejukm1, ketentramm1,

kepercayalli1, saling pengertia11, welas ralunat, dan berhamburan darinya semerbak

kasih sayang serta kebahagiaan. Semua kenikmatlli1 ini dilukisklli1 denglli1 indah

oleh al-Qur'an, yaitu:

(10)

;;J ,;; ... .P,, > ,, ... J t _,. J ,, J , , ,.. 0 , , .

セ@

01

.:.;..:,3 ;:;;

セ@ セZL@

Ql

1:,.;_,<:..;i i;.1:,j1 セ|@

::r.

r-s::i

Jf,:.

0l

.;IJ

::r.:,

セ@ ,. ,,. ,, ,,. ,, ,. ,,.... ,,

,, ;)>,. ,,..,, ... ,,

0)'µ

rJ..il

セP@

RNu[セ@

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untulanu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderw1g dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian it11 benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (QS. Ar-Rum/30: 21)2

Agama Islam mengisyaratkan "nikah" sebagai satu-satunya bentuk hidup

secara berpasangan yang dibenarkan, yang kemudian dianjurkan untuk

dikembangkan dalam pembentuk keluarga.3 Melalui lembaga "nikah", kebutuhan

naluriah yang pokok dari manusia (yang menghamskan dan mendorong adanya

hub1111gan antara pria dan perempuau) tersalurkau secara terhormat sekaligus

memenuhi panggilau watak kemasyaralcatau dari kehidupau mauusia itu sendiri

dan pauggilau moral yang ditegakan oleh agama. Sementara itu, kesejahteraau

keluarga pun alrnn terWl\iud secara simultan, jika dapat dihayati dengan baik

makna dau nilai yang ada dibalik "nikah" itu. 4

Dalam al-Qur'au diisyaratkau bahwa hidup berpasang-pasangan hidup

berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, tennasuk manusia

sebagaimana firman-Nya dalam surat az-Zariyat ayat 49:

,,. "' ... J ,,, ... 0... 'I>' J

PIセ\Z@ jゥセ@ セIェ@ (;1;,.

•:?-

JS'

::r.:,

,

,

,

"Dari segala sesuatu kami ciptakau berpasang··pasangan supaya kamu mengingat akan kebesarau Allah SWT". (QS. Az-Zariyat'5 l :49).

2 Dr. Moh. Ali Hasyimi, Kepribadian Wanita Mus/imah Menurut al-Qur'an dan al-Hadis

(Jakarta : Akademika Pressindo, 1997) h. 125

3 K.H. Ali Yafie,

Menggagas Fiqih Sosial (Bandung: Mizan 1995) h. 256

(11)

13

Dalam surat Yasin ayat 36 dinyatakan :

,. ,. ,. J ,,. ,. 0 ,. Nセj@ ,. 0 ,. "' ,,

Pセ@ 'J セZLセiセZL@ セセGQQ@

:-

;:;

セ@

L+lS'

(1)j'11

セ@ セセQ@ Pセ@

"Maha snci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semnanya, baik apa yang ditnmbnhkan dari bnmi dan dari diri mereka manpnn apa yang tidak mereka ketahni''. (QS. Yasin/36:36).

Dari makhluk yang diciptakan oleh Allah swt berpasang-pasangan inilah

Allah swt menciptakan manusia menjadi berkembang biak dan berlangsung dari

generasi kegenerasi berikntnya sebagaimana tercantum dalam surat an-Nisa

ayat I:

セ@ "' ,, ,. o,, J ,.,,. "' J " >,,. ,, r

'JG.-) セ@ セZL@ セIェ@ セ@ セI@

0:1>-1)

セZZLN@ セ@

:,,..u1

セセ@

1:,..;1

セlGNQQ@ セ@ セ@

,, ,.. ,, " ,, " ,. ,.

, , . . , , , , " " ' / Q , . µ " ' " J , , ,,

セセ@ セ@

0ts'

..i.11

Pセ@ イ「Mセ@

'11:, :';

0:,i.c.s

セセ|@

..'.ill 1_,11:,

.I..'...;_:,

1:;.:

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tnhanmu yang telah menciptakan kamn dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan dari kednanya Allah mengembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak". (QS. An-Nisal4:1).

Hal inipun disebutkan dalam snrat an-Nahl ayat 72:

,. J 0 ' ,, 0 ,,,.

0)'.,£;

セ[LL@ セQ@

::::)

Pセェ[@

セwャ[Gi@

"Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kanrn sendiri dan menjadikan bagimn dari isteri-isteri kamu itu anak dan cucu-cucu ... ". (QS. An-Nahl/16:72).

Islam mengatur manusia dalam hidup be1jodoh-jodohan itu melalui

jenjang perkawinan yang ketentnanya dirumuskan dalam wujnd atnran-aturan

yang disebnt hukum perkawinan dalam. 5

5

(12)

Untuk kebaikan dalam kehidupan berumah tangga, kesejahteraan dan

kesenanganya, seyogyanya perempuan memilih dan mempertimbangkan laki-laki

yang akan menjadi suaminya, sehingga ia dapat menentukan apakah laki-laki itu

cocok atau tidak menjadi suaminya.

Ada beberapa motivasi yang mendorong seorang laki-laki memilih

seorang perempuan untuk pasangan hidupnya dalam perkawinan dan demikian

pula dorongan seorang perempuan untuk memilih laki-laki menjadi pasangan

hidupnya. Yang pokok diantaranya adalah: karena kecantikan seorang wanita atau

kegagahan seorang laki-laki karena kekayaanya; karena kebangsawanannya dan

karena keberagamaannya. Diantara alasan yang banyak itu, maka yang paling

utama dijadikan motivasi adalah karena keberagamaannya. 6

Yang dimaksud dengan keberagamaan di sini adalah komitmen

keagamaannya atau kesungguhannya dalam menjalankan ajaran agamanya. Ini

clijadikan pilihan utama karena itulah yang langgeng. kekayaan suatu ketika dapat

lenyap dan kecantikan suatu ketika dapat puclar demikian pula kedudukan, suatu

ketika akan hilang. 7

Seperti cl al am hadis N abi:

A::K4

°G:,f

セQ@ セQZQ[⦅ZLNZjLセ@

TェセS@

セ」セZL@

セセZL@

セセセMZゥセ⦅ZオQ@

セ@

"Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda: "seorang perempuan (boleh) dinikahi karena empat ha!: karena hartanya, karena

6

Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih (Jakarta : Prenada Media 2003 ) h. 81

7

Ibid. h. 82

(13)

kedua tanganmu". (HR. Abu Dawud).

Dalam hal ini -perempuan memilih pasangan nikah- terjadi perbedaan

pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi' i. Perbedaan pendapat

dalan1 masalah tersebut disebabkan berlainan pandangan terhadap keadaan wadah

hukum (perempuan) umpamanya: Gadis, janda, dewasa, dan tidak dewasa.

Empat macam masalah tersebut tidak lepas dari hukum khiyar bagi

wanita. Ketentuan hukum bagi tiap-tiap masalah tersebut juga tidak terlepas dari

perbedaan pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i

keadaan-keadaan tersebut pun perlu diperhatikan karena ia membawa perbedaan

pandangan terhadap perubahan hukum.

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, meman.g menarik untuk dikaji,

Karena terjadi perbedaan pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i

dalam masalah hukum khiyar bagi perempuan atau perempuan memilih pasangan

nika11. Untuk itu, inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengkaji pendapat

Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i tentang perempuan memilih pasangan

nikah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Bila ditinjau dari segi topik atau judul skripsi ini, maka kajian Skripsi ini

merupakan kajian disiplin ilmu fiqh yang membahas tentang hukum munakahat.

Objek pembahasan fiqh munakahat sangat luas, seperti. nikah, talak, nrju' dan

(14)

dibatasi. Penulis dalam hal ini hanya akan menjelaskan tentang perempuan

memilih pasangan nikah dalam pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i.

Perempuan, dalan1 khiyar atau memilih pasangan nikah terjadi perbedaan

pandangan atau pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i.

Perbedaan pendapat dalam masalal1 tersebut disebabkan berlainan pandangan

terhadap keadaan wadah hukum (perempuan) di antaranya: gadis, janda, dewasa

dan tidak dewasa.

Bertitik tolak dari pemmsalahan di atas, masalah pokok yang ingin

dijawab oleh kesimpulan akhir skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

I. Bagaimana pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i tentang masalah

perempuan memilih pasangan nikal1 yang mencakup kriteria empat masalah

tersebut diatas.

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan pandangan Imam Abu I-Ianifal1 dan Imam

Syafi'i tentang masalah perempuan memilih pasangan nikal1.

C. Tujuan Pcnclitian

Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua macam :

I. Tujuan umnm

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pendapat lman1 Abu

Hanifah dan Imam Syafi'i tentang masalah perempuan memilih pasangan

(15)

a. Sebagai salah satu persyaratan dalan1 menyelesaikan program strata satu.

b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjanah Hukum Islam

pada fakultas syari' ah dan hukum.

c. Untuk mengetahui bagaimana pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam

Syafi'i tentang perempuan memilih pasangan nikah.

D. Metode dan Telrnik Pennlisan

Pembahasan dalam tulisan ini didasarkan pada penelitian kepustakaan

(library research), penelitian yang berdasarkan pada sumber-sumber tertulis.

Sedangkan metodologi yang digunakan dalam penulisan ini sendiri adalah

metode analitis laitis, Tegasnya, penelitian diawali dengan mencari dan

mengumpulkan bahan-bahan bacaan (literatur) yang berhubungan dengan

penyusunan Skripsi, lalu dilakukan pemahaman dan analisis secara kritis dan

mendalan1 untuk kemudian mengambil kesimpulan dan. menuangkannya dalam

Skripsi ini.

Sedangkan teknik penulisan SkTipsi ini adalah meng,gunakan buku Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang ditulis oleh tim Penyusun dari

(16)

rinci dijelaskan mengenai persamaan dan perbedaan antara Imam Abu Hanifah

dan Imam Syafi' i tentang perempuan memilih pasangan nikah, dan analisis

mengenai persamaan dan perbedaan antara pendapat Imam Abu Hanifa11 dan

Imam Syafi'i tentang perempuan memilih pasangan nikah.

Bab V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran. Kemudian

(17)

Dalam sistematika penulisan Skripsi ini, dibagi menjadi lima bab dan

masing-masing bab memiliki sub pokok-pokok bahasan:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari lima sub judul. Dalam bab ini antara lain

dibicarakan tentang Jatar belakang masalah kenapa penulis mengambil penelitian

dengan topik diatas. Selain itu, dibicarakan pula tentang pembatasan dan

perumusan masalah, tttjuan penelitian, metode dan tek:nik penulisan yang

dipergunak:an dalam penulisan skripsi ini dan yang terakhir tentang sistematika

penulisan.

Bab II Dasar-Dasar Umum Pemik:ahan Dalan1 Perspektif Hukum Islam.

Dalam bab ini secara rinci dibicarakan tentang pengmtian pemikahan, dasar

hukum pemikahan, rukun dan syarat sahnya pemikahan, hikmah dan tujuan

pemikahan.

Bab III Pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i terhadap

perempuan memilih pasangan nikah. Dalam bab ini secara rinci dijelaskan tentang

pandangan Imam Abu Hanifah yang meliputi biografi Imam Abu Hanifah,

metode ijtihad Imam Abu Hanifah dan Pendapat Imam Abu Hanifah tentang

perempuan memilih pasangan nik:ah. Selaajutnya menurnt pandangan Imam

Syafi'i yang meliputi biografi Imam Syafi'i, metode ijtihad Imam Syafi'i dan

pendapat Imam Syafi'i tentang perempuan memilih pasar1gan nikah.

Bab IV Persamaan dan perbedaan pendapat Imam Abu Hanifah dan

(18)

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengertian Pernikahan

Mahmud Yunus dalam kamusnya mengatakan bahwa nikah itu dari kata

"nakaha" HセI@ "yankihu" Hセ@ ) "nakhan" ( セ@ ) " "nikahan" (G-\5:; ) yang

. . . I

artmya mengaw1111.

Imam al-Kahlani dalan1 kitabnya Subul al-Salam mengatakan bahwa

pernikahan berasal dari kata nikah

Cc

\5:;) yang menurut bahasa artinya

berkumpul, saling memasukan dan digunakan untuk mii bersetubuh (wathi).

2:1,)i

セ@

J:.::'{)

LGNyiセ|Iセ|@

:

;_;.j

CiS:J\

"Nikah menurut bahasa adalah berkumpul, saling memasukan dan dipakai

dalam pengertian bersetubuh".

Pemikahan menurut Islam merupakan akad (ikatan) yang diberkahi antara

seorang lald-laki dm1 perempuan yang menyebabkan keduanya halal bergaul dan

mulai menempuh safari kehidupan panjang yang diwarnai saling mencintai, saling

1

• Mahmud Yunus, Kamus arab Indonesia, (Jakarta: Yayasa11 Penyelenggara Penterjemah

Tafsir al-Qw"'an, 1973), cet. ke- 1 h. 467.

2

• Muhamad bin Ismail al-Kahlani, Subulus al-Salam, (Beirut: Dar al-Fikr t.th), juz IIJ, h. 109

(19)

menemukan sakinah, ketentraman, kesejukan, keamanan dan nikmatnya hidup.3

Selanjutnya Imam empat mazhab memberikan pengertian tentang

pernikahan sebagai berikut:

1. Imam Abu Hanifah

41::>0 セ@ セBGッjIッャ@ ..-,jj Jo.)>':..- -'{ } ,/::t1I

セ@ '.""-" セ@ セ@ ..WO.

""''!_

c

l.A.;J

"Nikah adalah suatu aqad dengan tujuan memiliki kesenangan secara sengaja".

2. Imam Malik bin Anas

5 _,., ,- ,,_ J ,ii D / ,, "'

_,, '" ' "'· ·'L 1::-0

.. 1 1::._1 :'.u.;;. セlG@ is:JI

セQWGMGNイNGᆱM^G[セ@

__

er-:

;C _

"Nikah adalah suatu aqad untuk menghalalkan kesenangan Gima') dengan perempuan yang bukan muhrim dengan sighat nikah".

3. Imam Syafi'i

"Nikah adalah suatu aqad yang mengandung pemilikan "wath'i" dengan menggunakan kata menikahkan atau mengawinkan atau kata lain yang menjadi sinonimnya".

4. Imam Ahmad ibn Hanbal

3. Dr. Moh. Ali Hasyimi, Kepribadian Wanita Muslimah Menurut al-Qur'an dan al-Hadis,

(Jakarta: Akademika Pressindo, 1997) h. 125 4 Abdul Rahman al-Jaziri,

a/-Fiqh 'ala Mazhabil Arba 'ah, (Mishr: Maktabah al-Tijarah) 1979, Juz 4, h. 2

5

Ibid, h. 3

6

Ibid

7

(20)

"Nikah adalah suatu aqad dengan menggunakan lafadz nikah atau kawin untuk manfaat (menikmati) kesenangan".

Dari beberapa pengertian yang di berikan oleh Imam empat mazhab diatas

dapat disimpulkan bahwa nikah adalah aqad antara laki-laki dan perempuan untuk

saling memiliki, bersenang-senang dan hubungan suami istri dalam rangka

membentuk keluarga atau rumah tangga dengan menggunakan kata-kata

menikahkan atau mengawinkan atau dengan kata lain yang semakna dengan

kedua kata tersebut.

Pemikahan dalam Islam sebagai ikatan yang sangat kuat atau Mitsqan

Ghalizan. Di samping itu pemikahan tidak dapat lepas dari unsur mentaati

perintah Alla11 dan melalcsanakanya adalah ibadah. Ikatan pemikahan sebagai

rnitsqan ghalizan dan mentaati perintah Allah bertujuan untuk membina dan

membentuk terwujudnya hubungan ikatan lahir bathin antara laki-laki dan

perempuan sebagai suami istri dalam kehidupan keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan syari' at Islam. 8 Firman Allah swt :

" ,,. " ,.. J ,, 0 ,, _,,. J. 0 / ,.. J. 2 ,,

• l1).i:. |N[セ@ セ@

0J;.\j

セ@

Jl

[LMMセ[@ セ|@

:u:,

セjセ|ェ@ セZL@

,, ,,. ,, "' ,..

"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercan1pur) dengan yang Jain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu pe1janjian y;mg kuat" (QS. An-Nisa/ 4 :21).

8

(21)

B. Dasar Hukum Pernikahan

Dasar hukum pernikahan banyak disebutkan dalam Qur'an dan al-Hadis, diantaranya firman Allah swt :

,,. J ...

!<,,.

"

J "' ,,. 0 ,,. ,,. J 0 J ,,0 セエ@

0 Jfa-.i,

!'""'

セi@ : o ·:'.-' 0 セ@ J! セl[ャャ[Gi@

"Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenismu sendiri dan menjadikan bagi kamu itu anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki yang baik-baik maka mengapalcah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Alla11" (QS. An-Nahl / 16 :72).

Dan dari hadis Nabi saw meuyebutkan :

\-=!..

J.\ oljJ)

セ@ セ@

セBN@

j.:;;

rJ

セ@ セ@

cセi@

"Nika11 adalal1 sunal1ku (agamamu), maka barang siapa mencintai akan agamaku, maka hendaklah menjalankanya menurut sunahku". (Riwayat Ibn Maj ah).

Di Indonesia, umumnya masyaralcat memandang bahwa hukum asal melakukan pernikahan ialah mubah, ha! ini banyak dipengaruhi pendapat Ulama Syafi'iyyah. Sedang menurut Ulama Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah hukum melangsungkan pernikahan itu sunat. Ulama Dhahiriyah menetapkan wajib bagi orang muslim untuk melakukan pernikahan seumur hidupnya sekali.

Terlepas dari pendapat Imam mazhab, berdasar nash-nash, baik al-Qur'an maupun Hadis sangat menganjurkan kaum muslimin yang mampu untuk melangsungkan pernikahan. Namun demikian, kalau dilihat dari segi kondisi

9

(22)

orang yang melaksanakan serta tujuan malaksanakanya, maka melakukan

pernikahan itu dapat dikenakan hukum wajib, sunah, haram, makruh dan mubah.

I. Wajib

Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untnk nikah

dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya tidak nikah

maka hukum melakukan pemikahan bagi orang tersebm: adalah wajib.1

°

Karena

Islam memperingatkan bahwa dengan nikah Allah akan memberikan kepadanya

penghidupan yang berkecnkupan, menghilangkan kcsnkaran-kesukaTan dan

diberikanya kekuatan, yang mampn mengatasi kemiskinan sebagaimana firman

Allah swt:

,; "' ,, ,;} } <> } } " } ..-q '/[

セセ@

0::

ill1 :,

セ@

:"S

ol'.;> 1)

セ@

Pセ@ セcセI@

;,.s-

Zセ@

0::

セャGNNLャャI@

セ@

セH|jQ@

QセQZL@

" 1;;. • "

WI'

セcZZZj@ J

"Dan kawinlah bujang-bujang kamu dan budak laki-Jaki dan perempuan yang telah patut nikah, jika mereka itu muslim maka nanti Allah berikan kecnkupan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas kanmia-Nya dan Maha tahu". (QS. an-Nm /24: 32).

Hal ini pun didasarkan pada pemikiran hukum bahwa setiap nmslim wajib

menjaga diri untuk tidak berbuat yang terlarang. Jika penjagaan diri itu harus

dengan melakukan pernikahan, sedang menjaga diri itu wajib maka hukum

melakukan pernikahan itupun wajib sesuai dengan kaidah

(23)

"Sesuatu yang waj ib tidak sempurna kecuali denganya, maka sesuatu itu

hukumnya wajib juga".11

2.Sunah

Adapun bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan

untuk melangsungkan pernikahan tetapi kalau tidak nikah tidak dikhawatirkan

akan berbuat zina maka hukum malakukan pernikahan bagi orang tersebut adalah

sunah.12 Alasan menetapkan lmkum sunah itu ialah dari anjuran al-Qur'an dalam

surat an-Nur ayat 32 :

.... "' ,, ,,) J 0 J ) ,. J ..-Q ....

セセセi[N@

セケ@

.1);

QIセ@

0\

セc|I@

HNMUGZセ@

セ@ セャセiI@

セ@

セlL[|jQ@

Qセ|ェ@

セ@ Niセ@ ' (

ilii'

r-;-C:J

)

"Dan kawinlah bujang-bujang kamu dan budak laki-laki dan perempuan yang telah patut nikah, jika mereka itu muslim maka nanti Allah berikan kecukupan kepada mereka dengan karunianya. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya dan Maha tahu". (QS.an-Nur /24 : 32).

3. Haram

Seseorang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai

kemampuan se1ia tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban

dalam rumah tangga sehingga apabila ュ・ャ。ョァウオョヲセ」。ョ@ pernikahan akan

terlantarlah dirinya dan istrinya maka hukum malakukan pernikahan bagi orang

11 Abdul Hamid Hakim,

Mabadi Awwaliyah, (Jakarta: Sa'adiyah Putra) h. 41

12

(24)

tersebut adalah haram.13 Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 195 melarang

orang melakukan hal yang akan mendatangkan kerusakan.

,, J " ,,. J. ; Jo J. ,,.

....

セーャ@ jセ@ セ]Tgセ@

lyit

tr; ...

" ... Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam

kebinasaau ... "(QS. al-Baqara11/2:195).

Termasuk hukumnya haram juga pernikahan bila seseorang nikah dengan

maksud untuk menelantarkan orang lain, masalah perernpuan yang dinikahi itu

tidak diurus, hanya agar perempuan itu tidak dapat nikah dengan orang lain.14

4.Mubah

Dan dimubahkan bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk

melakukan nikah, tetapi apabila tidak melalcukan nikah tidak khawatir akan

berbuat zina dan apabila melalrnkanya juga tidak akan menelantarkan istri.15

5. Makruh

Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan nikah juga

cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidalc

memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak nikah, hanya saja

orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat untu1c dapat memenahi kewajiban

suami istri yang baik.16

13

Ibid h. 20

14

Ibid h. 21

15

Ibid h. 21

16

(25)

sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami.

C. Syarat dan Rukun Pernikahan

46

1. Pengertian Syarat dan Rulmn

Syarat dan rukun dalam Islam merupakan dua ha! yang tidak dapat di

pisahkan antara satu dan yang lainya, karena kebanyakan dari setiap aktifitas

Ibadah yang ada dalam agama Islam senantiasa ada yang nan1anya syarat dan

rukun, sehlngga bisa dibedakan dai-i penge1iian keduanya.

Abdurrahman Ghazali dalam bukunya Fiqh lvfunakahat menyatakan

bahwa syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah tidalmya suatu

pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk daiam rangkaian pekerjaan

itu.17 Tetapi lebih mudahnya syarat itu adalah suatu ha! yang harus ada dan

terpenuhi sebelum melakukan suatu perbuatan (ibadah) dilaksanakan, seperti

dalam shalat, misalnya wudlu merupakan suatu perbuatan yang dilakukan

sebelum shalat atau dalam pernikahan, calon pengantin laki-laki dan perempuan

harus beragama Islam.

Sedangkan rukun ialah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan

tidaknya suatu peke1jaan (ibadah), dan sesuatu itu ter:masuk dalam rangkaian

17

(26)

pekerjaan itu.18 Atau lebih mudahuya rukun itu adalah suatu hal yang harus ada

atau terpenuhi pada saat perbuatan (ibadah) dilaksanakan, seperti dalam shalat,

membaca surat al-Fatihah itu merupakan suatu perbuatan yang dilakukan pada

saat shalat berlangsung atau sepe1ii dalan1 pemikahan harus adanya calon

pengantin laki-laki dan perempuan saat aqad pemikahan berlangsung.

2. Syarat Nikah

Syarat-syarat pernikahan merupakan dasar bagianya pemikahan. Jika

syarat-syarat terpenuhi maim pernikal1anya adalah sah, dan menimbulkan adanya

segala kewajiban dan hak-hak pernikahan. Syarat-syarat pemikahan diantaranya:

a. Syarat bagi mempelai laki-laki

1 ). Beragama Islam

2). Terang lald-lakinya (bukan banci)

3). Tidak dipal<sa (dengan kemauan sendiri)

4 ). Tidak beristri lebih dari empat

5). Bukan mahramnya bakal istri

6). Tidal( mempunyai istri yang haram dimadu dengan bakal istrinya

7). Mengetahui bakal istrinya tidak haram dinikahi

8). Tidak dalam haji dan urnral1

b. Syarat bagi calon mempelai perempuan

I). Beragama Islam

(27)

3). Bukan mahram bakal suami

4). Behun pernah disumpah li'an

5). Jelas orangnya

6). Telah memberi izin kepada wali menikahkanya

7). Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah oleh bakal suaminya.19

c. Syarat bagi wali nikah

I). Laki-lald

2). Dewasa

3). Mempunyai hak pemikalmn

4 ). Tidak terdapat halangan perwalian20

d. Syarat bagi saksi nilmh

I). Minimal dua orang laki-lald

2). Dapat mengerti mal<Sud aqad nikah

3). Hadir dalam ijab qabul

4 ). Beragan1a Islam

5). Hams dewasa

6). Hams merdeka

7). Hams adil21

19

Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, (Jakarta: PT. Dian Katya) 1986. h. 32

20

Ahmad Rafiq, Hukwn !slam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 1998, h. 71 21

(28)

e. Syarat ijab qobul

1 ). Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

2). Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai laki-laki

3). Antara ijab dan qobul bersambungan

4). Orang yang berkaitan dengan ijab qobul tidak dalam haji dan umrah

5). Majlis tempat berkumpul para pihak dihadiri minimal empat orang saat itu

6). Antara ijab dan qobul jelas maksudnya

Di dalan1 Islan1 suatu pernikahan hams ada y<mg mendampingi calon

mempelai perempuan yaitu seorang wali dan dua orang saksi, karena wali dan dua

orang saksi tennasuk dalan1 rukun pernikahan yang hams ada selain calon

mempelai laki-laki dan perempuan. Adapun mengenai wali dan saksi akan penulis

terangkan dibawah ini.

Perwalian dalam pernikahan adalah suatu kekuasaan atau wewenang atas

segolongan manusia, yang dilimpahkan kepada orang yang sempuma, karena

kekurangan tertentu pada orang yang dikuasainya itu, demi kemashlahatanya. 22

Sepe1ti sabda Rasulullah saw :

,, ,, セ@ ,,. ,, } ,,

Jt;

セ@ .&1 セセ@ セQ@

J ,;:;

セQ@

J

•;°fl

セQ@

J

RS

Hセj「@

y.I

ッャjjIセj[@

セ[@ 」エUP⦅セ@

Artinya : Dari Abu Burdah ra, dari Abi Musa ra,, dari ayalmya ra, beliau

berkata: "Rasulullah saw bersabda: tidak ada pernikahan kecuali dengan seorang wali". (HR. Abu Dawud).

22

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakmta: Lentera) 2001, Cet ke-7 h.309

(29)

セ@

セ@

1);.;,J

0f

0

IセA@

セZ_}Q@

セ@ Iセ@

0::

[セZLヲ@

セAエNsェャ@

QIセ@

u

1_;1;

セAQ@

Qt;

セ@

!Ji1i'..

"Wahai orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang-orang-orang mukmin, inginkan kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)". (QS. an-Nisa /4 : 144).

Menumt pendapat Imam Syafi'i, Maliki, dan Hanbali, jika perempuan

yang baligh dan berakal sehat itu masih gadis, maka hak mengawinkan dirinya

ada pada wali, akan tetapi jika ia janda maka ha! itu ada pada keduanya; wali

tidak boleh mengawinkan wanita janda itu tanpa persettrjuanya. 24

Al- Quran mengisyaratkan ha! ini dengan finnan-Nya yang ditujnkan

kepada para wali :

;.

s

セ[@

1y;,1:; 1;1

セQZLェヲ@

ZZ[NNNLセ@

0f

J,

)',a:;

u.;

#I

fa.

;u1

(.

!i;fi.,

1;fj

... J

.

);:Jt;

.

"Janganlah kamu (hai para wali) menghalangi mereka (wanita yang telah dicerai) untuk kawin (lagi) dengan bakal suaminya, jika terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara yang makmf .... (QS. Al-Baqarah /2:232).

Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah yang telah baligh clan berakal

sehat boleh memilih sendiri hak mengawinkan, baik ia perawan atau janda. 25

Di Indonesia yang dipakai kebanyakan ialah fikih Imam Syafi'i, jadi

berdasarkan pendapat Iman1 Syafi'i malca yang berhak sebagai wali secara

24

Muhammad jawad Mughniyah, op cit., h. 345

25

(30)

bernrutan adalah bapak, kakek, saudara laki-laki sebapak seibu, saudara laki-laki

sebapak saja, saudara laki-laki dari bapak (paman) dan anak laki-laki dari paman.

Apabila urutan wali tersebut berhalangan, maka wali dapat dilakukan oleh

wali hakim.

Tentang saksi dalam pemikahan, menurut Imam Syafi'i harus ada dua

orang saksi yang beragama Islam, sudah dewasa (baligh), berakal, dapat melihat

dan mendengar, adil dan mengerti tujuan pemikahan. Menurut Imam Syafi'i adil

adalah orang yang tidak berdosa besar dan kecil yang keji (suka mencuri, suka

perilaku tidak sopan dan sebagainya). Pendapat ulama lainya, yang dimaksud

dengan adil adalah orang yang takwa dan berpegang teguh kepada adab syara'

artinya yang taat ibadahnya dan menjauhi maksiat.26

3. Rukun Nikah

Rukun nikah merupakan suatu hal yang harus dipenuhi pada saat

melangsungkan pemikahan, diantaranya ialah:

a. Adanya calon suan1i

b. Adanya calon istri

c. Adanya wali nikah

d. Adanya dua orang saksi

e. !jab dan qabul atau akad nikah27

h. 18 26

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: Bandar Maju) 1990. h. 88

27

(31)

orang Islam di Indonesia yang ingin melaksanakan pemikahan secara resmi

(tercatat) di kantor Urusan Agan1a (KUA).

D. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

l. Tujuan Pernikahan

Tujuan pemikahan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk

agama dalam rangka mendirikan keuarga yang harmonis, sejahtera dan balmgia.

Harmonis dalam rangka menggm1al(an hak dan kewajihan anggota keluarga;

seja11tera artinya terciptanya ketenangan lahir dan bathin disebabkan terpenuhinya

keperluan hidup lahir dan bathlnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih

sayang antar anggota keluarga. Sedangkan tujuan pernikahan pada mnumnya

adalah untulc memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir bathin menuju

kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.

Manusia diciptalcan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu

mendapat pemenuhan. Dalan1 pada itu manusia diciptakan oleh Allah SWT U11tuk

mengabdikan dirinya kepada Khalik penciptanya dengan segala aktifitas

hidupnya. Pemenuhan naluri manusiawi manusia yang antara lain keperluan

biologisnya termasulc aktifitas hidup agar manusia menuruti tujuru1 kejadianya,

Allah SWT mengatur hidup mrumsia dengru1 aturan pernikahru1.

Jadi aturan pernikahan menurut Islam merupakan tuntutan agama yang

perlu mendapat perhatian, sehingga tujuru1 melangsungkru1 pernika11an pun

(32)

ada dua tujuan orang melangsungkan pemikahan ialah rnemenuhi nalurinya dan

.1.. • k 28

mememu11 petunJU agama.

Mengenai naluri manusia seperti tersebut pada ayat 14 surat Ali Imran:

J'.d..li:,

Z|セォL@

セGNNオQ@

0-:

セセVZZゥZ|Q@

セXォL@

セャェ@

:Lll

セᄋ@ セャェVGGQQ@

セ@

セセ@

:Jj

NセMwQ@

:-.;.;-

セセ[iゥゥZL@

t;:U1

セゥ[[jQ@

LG

RLQセセ@

セZ[jゥZL@

イセuQZL@

ZセセjQ@

"Di jadikan indah pada (pandangan) manusia kccintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lab tempat kembali yang baik (surga)".(QS. Ali Imran: 3/14)

Dari ayat ini jelas bahwa manusia mempunyai kecendrungan terhadap

cinta perempuan, cinta anak keturunan dan cinta harta kekayaan. Dalam pada itu

manusia mempunyai fitrah mengenal kepada Tuhan sebagaimana tersebut pada

surat ar-Rum ayat 30:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".

28

(33)

berikut:

a. Mendapatkan dan Melangsnngkan Ketnrunan29

Keturunan merupakan sambungan dan penyambung cita-cita, yang apabila

terjadi suatu pemikahan maka akan terbentuklah sebua11 keluarga yang di dalam

keluarga akan dilahirkan ketmunan-keturunan yang akan menjadi generasi

penerus para orang tua sehingga generasi tersebut akan melahirkan generasi lagi

ym1g akan membentuk suatu umat, yaitu umat Nabi Muhammad saw.

Firman Allah dalam surat al-Furqan ayat 74:

"Dm1 orm1g-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami., mmgerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kmni imam bagi orang-orang yang bertakwa".

b. Memennhi Hajat Manusia

Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwat dan menumpahkan

kasih sayang dan sudah menjadi kodrat manusia dan iradat dari Allah menjadikan

makhluknya hidup berjodoh-jodoh.

Firman Allah dalam surat yaasin ayat 36:

.

PjZゥセ[@

u

セS@

セᄋ@ セL@

i;f

0-:3

Z[LセuQ@

'-

t

セ@ エjゥセ@

c_133Ui

js[LN\N_セG@

Pセ@

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasm1gan-pasm1gan semuanya, baik dari apa ym1g ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dm·i apa yang tidak mereka ketahui".

29

(34)

c. Memennhi Panggilan Agama

Memenuhi panggilan agama untuk memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan. Pernikahan itu sendiri adalah untuk memenuhi panggilan agama.

t_

lb.::.'.::;

セQZ^L@

\\;' ::4

セ@

Ji1

J_,.,,)

Jli

=

Ji1

,? )

, )""-'-'

.:r-1 Ji1

J.,>-

c.r-" ,, ,, ,, ,, ,, ,, ..-o ,, 0 .J ,, ,,. ,, ,, ,, o,- ,,,, 0 )

b,. ::.J ;Ji.; 0

'-11., ,.:W :1,,;'. '.'.I 0

. , , ',11 セG@

0

\ ' '_'ti'· ·1 ;Gi.;' BNZGQセ[@ l'.JI 'C.

< . セ@ ,

r

r-'-' セ@ , - c;---'

r

i f ) ALGNZNセ@ セI@ セオーウN@ , (.Jr--" < . !'"""''"'"'."

r. (

セセI@

Dari Abdullah lbn Mas'ud ra berkata: Rasulullah saw berkata: "Wahai generasi muda, barang siapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukan pandangan dan memelihara kemaluan dan barang siapa yang tidak mampu hendaknya berpuasa sebab ia dapat rnengendalikanya".(Muttafaq alaih).

d. Menumbnhkan Kesungguhan untuk Bertanggnng Jawab

Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima

kewajiban juga bersungguh-sungguh untuk mernperoleh harta kekayaan yang

halal sehingga bersemangat untuk mencari rizki sebagai bekal hidup untuk diri

dan kekel uargaan.

e. Membersihkan Keturunan31

Yang dimaksudkan membersihkan keturunan adalah agar umat ini ada

yang men gurus dan bertanggung tanggung jawab, karena anak tersebut jelas

asal-usulnya baik itu status anak, oleh karenanya Islam mengharamkan zina dan tidak

mensyari'atkan poliandri, serta menutup segala pintu yang mungkin melahirkan

30 Ibn Hajar al-Asqalani,

Bu!ughu! !vfaram, (Indonesia: Daru Ikhya) h. 200

31

(35)

dilahirkan akan terhorrnat derajatnya.

2. Hikmah Pernikahan

Sungguh arnat jelas bahwa di balik sesuatu pasti ada hikrnahnya. Dalarn

pernikahan misalnya hikrnah yang paling mudah adalah pernikalmn yang terjadi

pada pada makhluk hidup, baik turnbuhan , binatang, rnaupun manusia adalah

untuk keberlangsungan hidup dan perkernbangbilalcan rnakhluk yang

bersangkutan, karena jika pernikahan tidak te1jadi pada rnalchluk hidup maka

dapat dipastikan bahwa keberlangsungan dan perkernbangan kehidupan di dunia

ini tidak akan berlangsung lama dan hilang begitu saja tanpa rneninggalkan bekas

ataupun generasi yang rnelaitjutkanya. Oleh karenai1ya Alla11 menjadikan Adan1

menjadi khalifah dirnuka bw11i ini, sehingga anak-analmya dapat berkembang

biak meramaikai1 dan memakmurkan bmni yang luas ini, al-Qm'an

rnengisyaratkan dalai11 firman Allah swt:

" "' ,.. " J ",,. "' } J «'

\JG,.J セ@ セI@ セIェ@ セ@ セj@ [セQェ@ セ@

::i..

セ@ セ[jji@

;s::)

lyZI セgi@ セ|Lャ@

,,. ,, ,, " ,.. " ,,. ,..

J ,, ,.. ,.. "' "' ,,.,, ,.. },.. "' "' J,.. " ,..

セI@

0\5' '-UI Pセ@ セgNNセuャェ@ セ@ 0)oLl \L^セi@ '-UI l_,.i'lj ᄋセIiセ@
(36)

Hikmah lain yang dapat diambil dari sebuah pernikahan adalah bahwa

pernikahan mempakan jalan terbaik untulc membuat anak-anak menjadi mulia,

memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab

yang oleh Islam sangat diperhatikan.

Dengan adanya pernikahan naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh

saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan tumbuh perasaan

nyaman, cinta dan sayang merupakan sifat baik yang menyempurnakan

kemanusiaan seseorang, menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung

jawab anak-anak dalam mencari nafkah demi keluarga yang tengah dipimpinya.

Semangat bekerja akan tumbuh karena dorongan tanggimg jawab dan memikul

k ewaJ! anya. ""b 32

(37)

A. Menurut Pandangan Imam Abu Hanifan

1. Biografi Imam Abu Hanifan

Imam Abu Hanifah nama aslinya adalah Nu'man bin Tsabit bin Zautha, ia

dilahirkan di kota Kufah pada tahun 80 Hijriyah (699 Masehi). Ayahnya

ketunman bangsa Persi (Kabul, Afghanistan), tetapi pada waktn beliau dilahirkan

ayahnya sudah pindah ke Kufah. Dengan demikian Imam .Abu Hanifah bukan

ketnnman Arab asli tetapi keturunan bangsa 'Ajami (selain bangsa Arab). 1

Pada masa kecil beliau menghafal al-Qur'an, ウ・ーQセイエゥ@ dilakukan anak-anak

pada masa itu. Kemudian berguru pada Imam 'Ashim seorang Imam Qira'at

Sab 'ah. Keluarganya adalah keluarga pedagang, oleh karena itu tidak

mengherankan kalau kemudian beliau menjadi pedagang. 2

Imam Abu Hanifah berguru kepada Imam Amir bin Syarbil asy-Sya'bi

yang wafat pada tahun 104 H. beliau sangat memperhatikan Imam Abu Hanifah

karena kecerdasan otaknya. Banyak nasehat-nasehat yang di berikan oleh beliau

kepada Imam Abu Hanifah, diantaranya adalah agar Imam Abu Hanifah rajin

1 Munawar Khalil, Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab, (Jakrta: Bulan Bintang), h. 19

(38)

belajar ilmu pengetabuan dan mengambil tempat belajar yang tertentu di

majlis-majlis Ulama, para cerdik pandai yang kenan1aan di kala itn.

Nasehat itu diperhatikan dan dilaksanakan oleh Imam Abu Hanifab

dengan sungguh-sungguh, beliau rajin menuntut peng•etabuan yang berkaitan

dengan keagamaan, banyak mendatangi para cerdik pandai dan para ulama

sehingga beliau banyak ilmunya.

Di antara guru-guru beliau yang terkenal adalah asy-Sya'abi dan Hanmmd

bin Abu Sulaiman di Knfab, Hasan Basri di Basrah, Atha bin Abi Rabab di

Mekkah, Sulaiman dan Salim di Madinab. 3

Selain itn masih banyak orang yang pernal1 menjadi gum beliau di

antaranya adalah Imam Muhamad al-Baqir, Imam Adi bin Tsabit, Imam

Abdurrabman bin Harmaz, Imam Alm bin Dinar, Imam 'Ashim bin Najwad,

Imam Salamah bin Kuhail, Imam Mansur bin Mu'tamir, Imam Syu'ban bin

Hajjaj, Imam Qattadab, Imam Rabiah bin Abi Abdi Rahman.4

Imam Abu Hanifab adalab seorang ularna yang mempunyai kepandaian

yang sangat tinggi dalam mempergunakan ilmu rnantiq dan menetapkan hukurn

syara' dengan qiyas dan istihsan. Beliau juga terkenal sebagai seorang yang

hati-hati dalam menerima sesuatu Hadis. 5 Hal itu dikarenakan seluruh masa hidup

beliau dipergunakan untuk belajar dan mengajar. Sehingga bila beliau sedang

3

TM. Hasbi Ash-Shiddiqie, Pengantar I/mu Fiqih, (Semarang: Pustaka Rizki Putra) 1997.

h. 116 4

Munawar Khalil, op cit., h. 23 5

(39)

dikelilingi murid-muridnya tampak sebagai sebuah mata air yang tidak

kering-keringnya dari hari ke hari.

Pada masa-masa berakhimya kekuasaan Bani Umayah, Yazid bin Umar

bin Hubarah, Amir di Kufah yang memihak kepada Khalifah Marwan bin

Muhamad, Khalifah keturunan Bani Umayah meminta kepada Imam Abu Hanifah

untuk duduk menjabat sebagai Qadhi. Akan tetapi permintaan itu ditolak beliau,

oleh karena itu beliau dituduh tidak setia lagi terhadap Bani Umayah, beliau

ditangkap dan dihukum dera.

Nasib itu terulang pula oleh beliau pada masa pemerintahan Abbasiyal1,

yaitu pada masa pemerintahan Abu Ja'far al-Mansur (754-775 M), yang memerintah sesudah Abu Abbas as-Saffah, Imam Abu Hanifah menolak pula

jabatan Qadhi yang ditawarkan itu kemudian aldbat penolakan itu beliau

ditangkap, dihulcum, dipenjara dan beliau wafat dalam keadaan menderita di

dalam penjara karena perbuatan si kejam dan si ganas dan dikala itu beliau bernsia

70 tahun.6

Adapun murid-muridnya yang mengembangkan pemikiran Imam Abu

Hanifah yang temiasyhur adalah Abu YusufYa'kub bin Ibral1im (lahir pada tahun

113 H dan wafat pada tahun 183 H), Zufar bin Huzail bin Qais al-Kufi (lahir pada tahun 110 H dan wafat pada tahun 157 H), Imam Muhan1ad bin Hasan

(40)

Syaibani (lahir tahun 132 H dan wafat tahun 189 H), Zufar bin Huzail wafat tahun

158 H dan Hasan bin Ziyad al-Lu'lui al-Kufi Maulana Anshar tidak diketahui

kelahiranya wafat pada tahun 204 H. 7

Adapun kitab yang dihubungkan dengan Imam Abu Hanifah adalah Fiqh

al-Akbar, al- 'Alim wa al-Muta 'alim dan Musnad. Adapun buku-buku lainya

banyak dikarang oleh para muridnya, menurnt para ularna Hanafiyah membagi

masalah-masalah fiqh kepada tiga bagian yaitu yang pertama Masailul Ushul

yang kedua Masailul al-Nawadir dan yang ketiga al-Fatawa wa al- Waqi 'at.8

Imam Muhamad bin Hasan menghimpun Masailul Ushul itu dalam enan1

kitab antara lain: Pertama, Kitab al-Mabshut. Kedua, Kitab Jami'ush

al-Shaghir. Ketiga, Kitab as-Sairu al-Kabir. Keempat, Ki1ab As-Sairu al-Shaghir,

Kelima Ki tab Jami 'u al-Kabir dan keenam Kitab az-Ziyadat.

Sedangkan Masailu al-Nawadir adnlah yang diriwayatkan oleh Iman1 Abu

Hanifah dan para sahabat beliau dari kitab lain seperti Kitab Haruniyat dan

Jwjaniyyat dan Kaisaniyyat bagi Imam Muhammad bin Hasan dan Kitab

Mujarrad bagi Imam Hasan bin Ziyad.

Adapun dinamakan al-Fatwa wa al-Waqi'at ialah masalah-masalah

keagamaan yang dari istimbathnya para ulama Mujtahid Madzhab Hanafi yang

datang.

7

Muahamad Abu Zahra, Abu Hanifah Hayatuhu Wa 'Aruhu Wa Fiqhuhu, (Mesir: Dar al-Fikr al-Arabi, t.t) h. 208.220. 221

(41)

berkembang ke negara-negara Islam bagian timur. Hal ini berkat Imam Abu

Yusuf yang menjadi Hakim Agung di Baghdad dan berkat duktmgan-dukungan

Khalifah Bani Abbas terhadap madzhab tersebut.9

Pada saat sekarang ini Madzhab Hanafi adalah merupakan madzhab resmi

di Mesir, Syam, Rum dan Irak dan madzhab ini pula yang dianut sebagian besar

penduduk Hindustan (Afghanistan, Turkistan, India) dan Tiongkok.10

Demikian sekilas tentang Biografi Imam Abu Hanifah di dalam sejarah,

hal ini diambil suatu kesimpulan bahwa pemikiran Imam Abu Hanifah mulai

tersebar di samping berkat beliau juga murid-muridnya, kemudian berkembang

dan banyak pengikutnya sehingga menjadi sebuah madzhab Hanafi. Dengan

demildan madzhab Hanafi cepat tersiar di kalangan masyarakat bahkan dikota

Mesir madzhab Hanafi dijadikan sandaran para Qadhi dalam menentukan hukum.

2. Metode Ijtihad Imam Abu Hanifah

Metode ijtihad yang digunakan oleh Iman1 Abu Hanifah terdapat dalam

bukunya Hasbi ash-Shidiqi mengutip kitab al-Khatib al-Baghdadi dalam tarikhnya

menerangkan bahwa dasar-dasar ijtihad Imam Abu Hanifah sebagai berikut :

セオャ@ セセ@

セ@ セ|ᄚヲ@

ci

rL _,

セ@

Jii1

セセi@

セェNZセ@

セヲG@

;i

GN[セ|ᄚセ@

ci

セi@ セセ\[@

Qj;,_\

u:,

セ@

:-

:

t : ; エ⦅セQZL@

:-

:.,.

:;

:i:,;

QJ;:.i

BMAセゥ@ jセ@

:.:.,J;:.i

.&1

jZ[セ@

;.t.,

o}

u_,·

,,. ,,. ,. ---- ,,. ... ,,. ,,. ,,. ,,.

9

Ibid

(42)

"Saya mengambil kitab Allah, maka apabila tidak didapatkan di dalamnya, maka sunah Rasulullah saw. Jika tidak saya ketemukan dalam kitab Allah dan sunah Rasulullah, niscaya saya ambil pendapat sahabat-sahabatnya, saya ambil pendapat yang kehendaki dan saya tinggalkan penclapat yang ticlak saya kehendaki dan saya tidak keluar dari pendapat mereka, adapun apabila urusan itu sudah sampai kepada Ibrahim asy-Sya'bi, ibnu Sirin, al-Hasan, Atha, Said dan Imam Abu Hanifah menyebutkan beberapa orang lagi, maka mereka ih1 orang yang telah berijtihad, karena itu sayapun berijtihad sebagaimana mereka berijtihad".

Di dalam kitab "Abu Hanifah Hayatuhu Waasruhu Adauhu Wqfquhuhu"

Imam Muhammad Abu Zahrah bahwa pegangan Imam Abu Hanifa11 dalam

berijtihad sebagai berikut:

,, ,, ,. ,, ,, 0 ,, J 0 ;;>'JI ,. ,. ... ,.. ,, ,,,.

セI@

セ@

1j.:1 ;:" .. \

セI@

y81

セilセ@

セ@

)Di)

セセi@

0-: //)

セセ@

_\;.\

セ@

セi@

rUS-,, 0 ,. " ,. ,,. ,. 0 ,. "" J ,..

" , 0

' "\:;lo ᄋLセャI|@ 1::.. \",o :.. 0

. ' . ' WJ\" '" \;\,; WJ\ JS; '

0

lJ\ ", 0

"°'\ セ@

セ@

r

v ,.. ,, ,. cs"" セ@ ,. J' -,,

i'.::"'

,, J' ,, -,, '-" .r' セ@ !'"".JY ,, ..

;;> " o ,.. ,, ,.. Jo J •. ,, ..- ,.. ,, ,.

セセi@

セIGN[ZZjゥ@

セセ|@

J'."J;

cits")

PセQ@

セセ@

セ@

J;

C-)

セ@ セ@

tJ

Q[セ@

セ@

,, ,.. ,... 0 ,. "' J ,, " ,, "' J ,.. ,,. ,,

c-)

;;;:,1

セQ@

セセセQ@

J;

セヲャ@

?

セg@

セHセQ@

rl,

セ@ セ@

セ@ Zセ[@ セ@ セ@

Fl'..\.;

QRセQ@

"Pendirian Abu Hanifah ialal1 mengambil yang kepercayaan clan lari dari keburukan, memperhatikan muamalah-muamalah manusia dan apa yang telah mendatangkan mashlahat bagi urusan mereka, ia menjalankan urusm1 atas qiyas. Apabila qiyas tidak baik dilakukan, ia melakukan ata:;: istihsm1, selan1a dapat dilakukanya. Apabila ia tidak dapat melakukan, iaptm kembali kepada urf masyarakat clan mengm11alkan Hadits yang terkenal di ijma' ulama. Kemudian ia mengqiyaskan sesuatu kepada Hadits itu selama qiyas masih dapat dilakukan. Kemudian ia kembali kepada istihsan, mana diantaranya yang lebih tepat kemudian kembalilah ia kepadanya."

u TM. Hasbi Ash-Shiddiqie, Pokok-pokok Pegangan Imam M.azhab, (Semarang: Pustaka Rizki Putra) 1997 h. 142-143

(43)

berikut:

a. Dasar hukum Islam menurut Imam Abu Hanifah adalah al-Qur'an, hadis

dan fatwa-fatwa sahabat.

b. Apabila menetapkan hukum syara' yang tidak ditetapkan dalalahnya

secara qath'I dari al-Qur'an atau Hadis, Imam Abu Hanifah selalu

menggunakan ra'yu. Ia sangat selektif dalam menerima Hadis. Imam Abu

Hanifah memperhatikan mu'amalah manusia, adat istiadat serta 'urf.

Beliau berpegang kepada qiyas dan apabila tidakbisa ditetapkan

berdasarkan qiyas, beliau berpegang kepada istihsan selama hal itu dapat

dilakukan. Jika tdak, maka beliau berpegang kepada 'urf.13

Dalan1 menetapkan hukum, Abu Hanifah dipengaruhi oleh perkembangan

hukum di Kufah, yang terletak dari Madinah sebagai kota tempat tinggal

Rasulullal1 SAW. Yang banyak mengetahui hadics. Di kufal1 kurang

perbendaharaan hadis. Disamping itu, Kufal1 sebagai kota yang erada di tengah

kebudayaan Persia, kondisi masyarakatnya telah mencapai tingkat peradaban

cukup tinggi. Oleh sebab itu banyak muncul problema kemasyaralrntan yang

memerlukan penetapan hukumnya, karena problema itu belum pernah te1jadi di

zaman nabi atau zanian sahabat dan tabi'in, maka untk menghadapinya

13

(44)

memerlukan ijtihad atau ra'yi. Hal inilah penyebab pcrbedaan perkembangan

pemikiran hukum di Kufah (Irak) dengan Madinah (Hijaz).14

3. Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Perempuan Memilih Pasangan

Nikah.

a. Gadis Dewasa dan Berakal (al-Bikr al-Baligh al-"Aqilah)

Dr. Mahmud Ali al-Sarthawi dalam kitabnya Syarkhu Qanun al-Akhwal

al-Syakhshiyah dalam bah al-Wilayah 'ala al-Bila· al-Balighah al- 'aqilah

mengatakan bahwa Imam Abu Hanifah, menurut lahir riwayat berpendapat bahwa

bapak tidak berhak mamaksa anak gadisnya yang sudah dewasa dan berakal untuk

menikah dan harus minta izin darinya, malrn jika bapak menikahkan anak

gadisnya yang sudah dewasa dan berakal dengan tanpa izinya maka menyalahi

sunah dan akad nikah tergantung pada kerelaanya.15

Jadi menurut Imam Abu Hanifal1 bahwa sudah menjadi hak kepada gadis

dewasa dan berakal mengenai dhinya dan menafikan urusan orang lain mengenai

yang berhubungan dengan nikalmya dan menurut umumnya mencakup apa yang

berhubungan dengan memilih pasangan nikalmya.

Adapun perempuan gadis, karena melihat dari segi ia tidak jinak dengan

orang laki-laki dan biasanya malu menegaskan kerelaanya, lebih-lebih langsung

mengenai aqad, malrn syara' mencukupkan dengan sesuatu yang menunjukan

14

Ibid. h. 99-100 15

(45)

mencabut hak mencampnri langsung mengenai aqad yang telah ada. 16 Yang

demikian itu selama gadis sudah dewasa dan berakal maka hak sepenuhnya ada

ditangan sang gadis mengenai yang berhubungan dengan nikahnya dan menurut

umumnya mencakup apa yang berhubungan dengan memilih pasangan nikahnya.

Sejumlah argumen dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah antara Jain ayat

al-Qur'an:

,,. ,,. ,,. "' ,,.,,. ,,. ;ll.- 0 ,.

.... :?-

k.jj

セセ@

,_;...

jZセ@

0::

セ@ セ[@ lli

4..il1

Pセ@

Artinya : "Kemudian jika si suami menceraikannya (sesudah cerai yang kedua) maim perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia nikah dengan suami yang lain .... " (QS. Al-Baqarah ayat 230)

0 ,,. ,, ,,. 0,,.,,. } ,,,,. ,, ,,. ,,. ,,. ,. ,,. "' ""'" ,,

..

ᄋセ@ jGN[NZjセ@

;.

G セ[@

IY,1)

Q[セ@ セャェェゥ@ セ@

0\ :;.

µ

lli セNエ[LNャ@ セ@

.L'...JI

セ@ 「セェ@

Artinya : "Apabila kamu menceraikan istri-istrimu Ialu habis iddahnya, maka janganlah kamu menghalangi mereka kawin Jagi dengan bakal suaminya apabila terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara yang ma'ruf'. (QS. Al-Baqarah 232)

·

Gセᄋ@

l\.,

セ@

'·•( · •.I:;

L:,.j 0 HGッ|セ@ • (' ゥャャセZ|ZNN⦅{セ@

fr

l'.U

.... J )r-'"'. セ@ c,I ,_,.- • イMMセ@

c

=

セ@ if"" ;, ....

,.. ,,. ,..,, ,.. ,, ,,.

Artinya : "Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka tiada dosa bagimu membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut." (QS. Al-Baqarah ayat 234).

Menurut Imam Abu Hanifah, ayat-ayat diatas menunjukan bahwa pelaku

nikah adalah perempuan sendiri. Jadi bukan walinya dan apa yang ia kerjakan

pada dilinya menurut yang makruf adalah keluar dari padanya dan terjadi

akibat-16

(46)

akibat dari padanya tanpa tergantung pada izin wali dan tidak dengan

pelaksanaanya oleh wali. Hal ini juga di tegaskan oleh hadis Nabi antara lain:

" • ,.. ·"' ,.. ,.. ,.. "' ,.. A, "' ' ,, "' ,.. ,, '

セj@

セ@ セ@

J_;-1 :.

:+

Ju

fL)

セ@

.\ill lSl.'.,o :ill\

jェGNNLセ@

01

セq[@

.).

セiセ@

: ;

17 > ·" セ@ " "

<r1'"-'

ッャjjIᄋャセセ@

TUセGNj@

/\£.J

セiI@

"Perempuan janda lebih berhak atas dirinya dari pada walinya. Perempuan gadis di minta izinya dan izinya adalah diamnya". (HR. Muslim).

Meskipun konteks ayat al-Qur'an maupun Hadis nabi tersebut teijadi pada

kasus janda, tetapi pendapat ini mengemukakan argumen analogi (qiyas). Yaitu

bahwa gadis dewasa dan berakal (al-Balighah al- 'aqilah) sebenamya sama

dengan janda. Kesan1aanya terletak pada sisi kesewasaanya. Jadi bukan pada

status gadis atau jandanya. Kedewasaanya seseorang memugkinkan dirinya untuk

menyampaikan secara eksplisit tentang sesuatu yang ada didalam hati atau

pikiranya. Ia juga dapat mengerjakan sesuatu secara terbuka tidak malu-malu.

Oleh karena ha! ini, malca gadis dewasa dapat di samakan dengan perempuan

janda.18

Pada sisi lain, pendapat ini mengatakan bahwa gadis dewasa dianggap

memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum yang

berhubungan dengan tradsaksi-tradsalcsi keuangan, seperti perdagangan dan

sebagainya. Ini merupakan pandangan yang disepalcati para ulama. Oleh karena

17

Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram (Indonesia: Daru Ihya). H. 205

18

(47)

dengan urusan pribadinya. Khususnya me:ngenai nikahnya dan memilih

pasangan nikahnya.

Hadis lain dari Ibnu Abbas:

,;..-- ,, ,,,, :J> ,,. A <1> セ@ ; ,, 0 " <1>.- A ,,

01 GNNZLセ@ ...\.;

rx-:,

セ@ .ill\ セ@ セ|@ jZLNGNNNセ@

::..ii

1:,..<; セO[[LN@ 01

t.t.

.ill\ セセ@

'/'y,.

セ|@

.;

20

(> Jb y.I ,1JJ) (.

f

" .. )

セ@

セQ@

j,,,

:s?I

オLセZ[Lェ@

i;.

/2" セI@

ゥNpMセェ@

U.t{i

"Dari Ibnu Abbas ra, bahwa seorang gadis datang kepada Rasulullah menerangkan bahwa ayahnya telah menikahkanya sedang di tidak setuju; maka Rasulullah saw memberikan kepadanya hak khiyar (memilih).(HR. Abu Dawud)

Hadis Ibnu Abbas ini jelas menunjukan bahwa rasul menerima pengaduan

seorang gadis yang dinikahkan oleh ayahnya tanpa persetujuanya, pemberian hak

khiyar oleh rasul kepada gadis tersebut dan penolakan ra.sul terhadap pernikahan

yang dilakukan oleh ayah si gadis adalah tegas dikarenakan tidak adanya

persetujuan dari gadis tesebut. Dengan kata lain, gadis itu tidak suka pada

laki-laki pilihan ayahnya.21 Hadis ini menunjukan bahwa ayah tidak sah. menikahkan

gadisnya tanpa persetujuanya (izinya). Dan menunjukan bahwa hak khiyar

(memilih) pasangan nikah ada sepenuhnya ada ditangan si gadis.

Pemikiran lain yang menjadi pertimbangan pendapat ini adalah tujuan

pernikahan. Tujuan pernikahan memiliki dua sisi. Primer dan sekunder. Tujuan

19

Ibid. h. 84-85

20

Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dawud, (Bairut: Dar Ibn Khazm) l 997 h. 398 21

(48)

primer (utama) dari sebuah pernikahan adalah hubugan seksual dan kemandirian.

Sedangkan tujuan sekunder adalah hubungan kekerabatan atau kekeluargaan.

Tujuan primer adalah menjadi hak perempuan sendiri, sedangkan tujuan sekunder

bisa melibatkan hubungan perempuan itu dengan keluarganya. 22

Dan nikah yang dimaksudkan oleh Iman1 Abu Hanifah dan golongan

Hanafiah dengan kata mereka "Bahwa perempuan itu bertindak mengenai haknya

sejati, sedang dia berwenang karena dia berakal dan dapat membedakan." Oleh

karena itu ia mempunyai hak bertindak mengenai harta dan memilih suami, dan

diminta wali menikahkanya hanya untuk tidak dikatakan kepadanya tidak punya

malu.23

Atas dasar itu semu14 maka hak untuk memilih pasangan nikah dan

melakukan pernikahan merupakan hak pribadi gadis dcwasa. Pernikahan yang

dilakukan oleh wali yakni yang ijabnya diucapkan okh wali dinyatakan sah,

manakala telah mendapatkan persetujuan dar:i calon mempelai perempuan

tersebut. Bahkan pernikahan yang dilakukan oleh wali ini menurut pendapat ini,

di pandang sunah, baik dan berpahala.

b. Gadis belmn dewasa (al-Bikr al-Shaghirah)

Menurut Imam Abu Hanifah, wali boleh menikal1kan anak gadisnya yang

belun1 dewasa (al-Biler al-Shaghirah) walaupun tidak rela atau tanpa izinya.

Tetapi dengan syarat harus se-kufu' (laki-laki yang sebanding dalam kedudukan,

22 KH. Husein Muhamad, Loe cit

(49)

mitsil (rnahaT yang diukur dengan mahar yang pemah diterima oleh keluarga

terdekat, dengan rnengingat status sosial)24 Jadi menurut Imam Abu Hanifah

permpuan gadis yang masih kecil tidak mempunyai hak untuk memilih

pasangannya karena perempuan tersebut belurn dewasa. Belum dewasa menurut

Imam Abu Hanifah adalah apabila perempuan tersebut belum baligh.

Sejumlah argumen yang dikernukakan antara lain :mrat at-talak ayat 4

'c:;_,J))

セ@

,,

rJ

JWI)

,. ,.

セHセゥャャセセ@

,,

セBN⦅LQ@

,, ,,

01

セ」NNN[@

,, ,.

セBG@ セQ@

,. ,,. ,,

0--

,,.

セ@

,.

JWI)

,.

1;,.;

0

;.f

セ@

j

F

Ji1

セ@

:;)

セNN[N@

セ@

0f

セヲ@

JC.DI

,,,. ,, ,, ,.

"Dan mereka yang telah putus haidnya dari istri-istrimu kalau karnu ragu, maka iddah mereka adalah tiga bulan. Demikian juga rnereka yang tidak haid dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandunganya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah menjadikan baginya kemudahan dalam. urusan ". (QS at-Talak: 65/4).

Ayat ini menjelaskan bahwa iddah perempuan yang sudah putus darah

haidnya dan perempuan yang belum haid adalah tiga bulan.

Memnut pendapat ini, gadis yang masih kecil (belum dewasa) temasuk

dalam golongan perempuan yang belum liaid.

Adanya iddah menunjukan adanya talak yang didahului oleh

persetubuhan, adanya talak memmjukan adanya alrnd nikah dan hal ini

menunjukan sahnya akad nikah gadis yang belum haid karena ia masih kecil.25

Juga Hadis "Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Bnld1ari dan Muslim :

24

Dr.Mahmud Ali al-Sarthawi, Op cit., h. 84 25

(50)

,,. ,, ,,, " セ@ :;> ,,. ;, ,,

cjN[MセH⦅L@

セ@

セ@

8;

セj@

セjy@

rL)

9P

.:iii

セ@

セi@

01

セ@

.:iii

セセセ@

セv[NZ[N@

26 ,, ,

(>J>y.I olJ_;) 1:

0

セ@ [セ@

セ[j@

セ@

2

8;

セj@

9"

"Dari 'Aisyah ra bahwa Rasulullah saw menikahinya dikala ia dalam usia enam tahun dan ia diserahkan kepada rasul ketika berusia

Referensi

Dokumen terkait

Sudiadnyana, Eka, Yudha dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Dengan adanya pembelian barang yang tinggi sehingga harus adanya pengendalian internal yang baik di dalam Hotel Shangri-La Surabaya khususnya dalam siklus

Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan mengeksplor tanggapan mengenai praktik kartu kredit syariah dalam hal ini aplikasi iB Hasanah Card dari berbagai sudut

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi bubuk batang kecombrang bagian dalam (K) tidak berpengaruh nyata terhadap total mikroba, sedangkan lama

teaching English implemented by the teacher in SMP Unggulan Nawakartika. A micro ethnography is a research between the teacher’s actions and students’. actions in the class

Dari hasil uji polinominal orthogonal (Ilustrasi 1) dapat dilihat bahwa semakin besar dosis vitamin E yang diberikan motilitas sper- matozoa semakin tinggi, dengan persamaan

Rata-rata pemahaman konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep pada Gambar 1 dan 2, Secara keseluruhan pada pokok bahasan Kingdom Plantae dan Kingdom Animalia

dilakukan penelaahan lebih lanjut oleh staff 15 Komisi Yudisial 2016/SET.KY/VI/2012 25 Juni 2012 Usulan Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial tentang