• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui pendekatan kontekstual pada konsep sumber daya alam di MI Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui pendekatan kontekstual pada konsep sumber daya alam di MI Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

PADA KONSEP SUMBER DAYA ALAM

DI MI. TERPADU RAUDLATUL ULUM BEDAHAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ray Fitayah

NIM 1811018300101

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan yang terbaik bagi sedgenap manusia, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnyayang selalu menjaga kemurnian teladan-Nya.

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini.

Dalam pembuatan dan pennulisan skripsi ini, tidak lepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari selama pembuatan dan penulisan skripsi ini banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik yang bersifat materil maupun moril. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bpk. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.– Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bpk. Dr. Fauzan, MA. – Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd. – Dosen pembimbing yang senantiasa dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bpk, Mahruddin, M.Pd. – Kepala MI. Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan,

Terima kasih atas atas kerjasama dan fasilitas yang disediakan demi kelancaran penelitian ini.

5. Kedua orang tua, suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam menyusun skripsi ini.

(6)

v

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amiin.

(7)

vi

ABSTRAK

Ray Fitayah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Konsep Sumber Daya Alam di MI. Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan”, skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual di kelas III MI. Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan Kecamatan Sawangan Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Indikator ketercapaian yaitu apabila > 85% siswa mencapai KKM yakni 78. Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II menunjukan bahwa penggunaan Pendekatan Kontekstual mampu meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam dikelas III MI. Hasil penelitian pada siklus I siswa yang mencapai KKM sebanyak 76% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 96%. Sedangkan hasil Observasi Kegiatan guru dalam menerapkan Pendekatan Kontekstual juga mengalami peningkatan disetiap siklus, yakni pada siklus I sebesar 71,4% dan siklus II sebesar 95,8%. Demikian pula pada hasil Observasi siswa, mengalami peningkatan disetiap siklus yakni pada siklus I sebesar 65% dan pada siklus II sebesar 88,4%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam dikelas III MI. Terpadu Raudlatul Ulum Sawangan Kota Depok.

(8)

vii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 3

C. Pembatasan fokus penelitian ... 4

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus Yang di Teliti ... 6

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 19

C. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

(9)

viii

C. Subjek Penelitian ... 25

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 25

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 26

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan ... 29

G. Data dan Sumber Data ... 30

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

I. Teknik Pengumpulan Data ... 31

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 32

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 33

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 34

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 35

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 61

C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 62

D. Pembahasan ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(10)

ix

Tabel 4.2 Persentase Ketercapaian KKM Siklus I ... 40

Tabel 4.3 Rekapitulasi Persentasi Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I (pertemuan ke-1) ... 41

Tabel 4.4 Rekapitulasi Persentasi Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I (pertemuan ke-2) ... 41

Tabel 4.5 Observasi Siswa Siklus I (pertemuan ke-1) ... 42

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus I (pertemuan ke-1) ... 43

Tabel 4.7 Hasil Observasi Siswa Siklus I (pertemuan ke-2) ... 43

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus I (pertemuan ke-2) ... 44

Tabel 4.9 Catatan Lapangan Siklus I (pertemuan ke-1) ... 45

Tabel 4.10 Catatan Lapangan Siklus I (pertemuan ke-2) ... 46

Tabel 4.11 Data Hasil Belajar Siklus II ... 52

Tabel 4.12 Persentase Ketercapaian KKM Siklus II ... 53

Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II (pertemuan ke-1) ... 54

Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II (pertemuan ke-2) ... 55

Tabel 4.15 Observasi Siswa Siklus II (pertemuan ke-1) ... 55

Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus II (pertemuan ke-1) ... 56

(11)
[image:11.595.108.515.109.587.2]

x

Tabel 4.18 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus II

(pertemuan ke-2) ... 57

Tabel 4.19 Catatan Lapangan Siklus II (pertemuan ke-1) ... 58

Tabel 4.20 Catatan Lapangan Siklus II (pertemuan ke-2) ... 59

Tabel 4.21 Kategori Skor Nilai Hasil Belajar Siswa ... 62

Tabel 4.22 Data Nilai Pre-test dan Pos-test Siklus I dan Siklus II ... 62

Tabel 4.23 Rekapitulasi Ketercapaian KKM ... 64

Tabel 4.24 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I dan Siklus II ... 64

(12)
[image:12.595.112.515.196.580.2]

xi

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Siklus I (pertemuan ke-1)... 71 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Siklus I (pertemuan ke-2)... 77 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Siklus II (pertemuan ke-1)... 82 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Siklus II (pertemuan ke-1)... 87 Lampiran 5 Instrumen (Lembar Observasi Kegiatan Guru)

Siklus I (pertemuan ke-1)... 93 Lampiran 6 Instrumen (Lembar Observasi Kegiatan Guru)

Siklus I (pertemuan ke-2)... 95 Lampiran 7 Instrumen (Lembar Observasi Kegiatan Guru)

Siklus II (pertemuan ke-1)... 97 Lampiran 8 Instrumen (Lembar Observasi Kegiatan Guru)

Siklus II (pertemuan ke-2)... 99 Lampiran 9 Instrumen (Lembar Observasi Siswa)

Siklus I (pertemuan ke-1)... 101 Lampiran 10 Instrumen (Lembar Observasi Siswa)

Siklus I (pertemuan ke-2)... 102 Lampiran 11 Instrumen (Lembar Observasi Siswa)

Siklus II (pertemuan ke-1)... 103 Lampiran 12 Instrumen (Lembar Observasi Siswa)

(14)

xiii

Lampiran 18 Soal Evaluasi Siklus II ... 118

Lampiran 19 Data hasil belajar IPA UTS Genap TP. 2013/2014 ... 120

Lampiran 20 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ... 121

Lampiran 21 Surat Permohonan izin Penelitian ... 124

Lampiran 22 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 125

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) merupakan salah satu pelaksana proses pendidikan. Pada jenjang Sekolah Dasar pendidikan bertujuan untuk mengembangkan sikap dan memberi kemampuan dasar untuk hidup dalam bermasyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikaan tingkat menengah.

Pada jenjang Sekolah Dasar salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai siswa adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif, yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pada pembelajaran IPA, pengetahuan yang diberikan guru dikembangkan untuk disesuaikan dengan lingkungan, disesuaikan dengan perkembangan ilmu yang sedang terjadi dan dipergunakan untuk menyeleseikan masalah keseharian.1

Dalam proses pembelajaran IPA guru sangat mempunyai peran penting sebagai Organisator pertumbuhan pengalaman siswa. Guru harus dapat merancang pembelajaran yang tidak semata menyentuh aspek kognitif, tatapi juga dapat mengembangkan keterampilan dan sikap siswa.2 Guru hanya memberi tangga yang membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga tersebut.3Secara umum tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri

1

Suyono dan Haryanto. Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) h. 17 2

Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana Media Group, 2011) h. 32 3

(16)

siswa, dan sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

Namun pada prakteknya, proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) guru sebagai satu-satunya sumber informasi, kegiatan siswa dalam proses pembelajaran hanya sebagai objek belajar bukan sebagai subjek belajar yang hanya mendengarkan penjelasan guru, kemudian mencatat pelajaran. Metode yang digunakan hanya ceramah untuk semua jenis materi yang akan disampaikan. Situasi seperti ini menyebabkan siswa cepat merasa jenuh dan apa yang disampaikan guru sulit difahami secara optimal yang menyebabkan hasil belajar IPA menjadi rendah.

Dari hasil pengamatan awal, peneliti mendapatkan informasi bahwa kegiatan pembelajaran IPA di MI Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan kurang menarik dan membosankan. Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar aspek kognitif siswa pada pelajaran IPA di MI. Terpadu Raudlatul ulum masih dibawah KKM yang ditentukan yaitu 78.4 Ada beberapa hal yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan seperti guru tidak menggali pengetahuan awal siswa, Pembelajaran hanya bersifat informatif dan transfer pengetahuan, Kegiatan pembelajaran hanya dilakukan diruang kelas dan belum menggunakan sumber belajar lain, Penggunaan metode, pendekatan atau model pembelajaran yang kurang tepat, Siswa tidak pernah mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, Siswa sulit memahami materi karena penjelasan yang terlalu abstrak.

Untuk memperbaiki hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran IPA kelas III semester 2 pada konsep Sumber daya alam dapat di sampaikan dengan pendekatan Kontekstual. Pendekatan Kontekstual merupakan suatu pendekatan yang membantu guru mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Pembelajaran ini memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas, dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, serta sebagai anggota masyarakat. Melalui semua

4

(17)

3

proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual siswa dapat lebih memahami materi yang disampaiakan karena siswa mencari, menemukan dan mengkonstruk sendiri pengetahuan mereka.

Menurut peneliti, Konsep sumber daya alam sangat cocok jika disampaikan menggunakan pendekatan Kontekstual. Karena anak-anak usia Sekolah Dasar memiliki karakteristik yang senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok senang merasakan sesuatu secara langsung.5 Dalam proses pembelajaran Kontekstual mengacu pada karakteristik-karakteristik tersebut, dengan Kontekstual proses pembelajaran tidak selalu diruang kelas, kegiatan siswa tidak selalu duduk tetapi banyak bergerak, bekerja dalam kelompok, merasakan dan mendapatkan informasi berupa pengetahuan yang mereka cari dan termukan sendiri. Pembelajaran tidak lagi hanya berpusat pada guru, akan tetapi siswa diajak untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui kegiatan observasi, pemodelan, kerja kelompok, mengajukan pertanyaan dan penemuan. Proses pembelajaran akan terasa menyenangkan dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri materi yang sedang dipelajari. Dengan mengalami sendiri materi pelajaran yang dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, diharapkan penguasaan materi pelajaran akan optimal dan hasil belajar IPA siswa meningkat.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Konsep Sumber Daya Alam di MI. Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan” .

B.

Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat didefinisikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Guru tidak menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep. 2. Pembelajaran hanya bersifat informatif dan transfer pengetahuan.

5

(18)

3. Kegiatan pembelajaran hanya dilakukan diruang kelas dan belum menggunakan sumber belajar lain.

4. Penggunaan metode, pendekatan atau model pembelajaran yang kurang tepat.

5. Siswa tidak pernah mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

6. Siswa sulit memahami materi karena penjelasan yang terlalu abstrak. 7. Hasil belajar aspek kognitif siswa pada pelajaran IPA masih dibawah

KKM yang ditentukan yaitu 78

C.

Pembatasan dan Fokus Penelitian

Untuk memperjelas dan memberikan arah yang tepat dalam pembahasan skripsi, maka peneliti berusaha memberikan batasan sesuai judul, yakni sebagai berikut :

1. Hasil Belajar yang akan diukur adalah hasil belajar ranah kognitif jenjang C1-C3.

2. Untuk mengatasi masalah hasil belajar yang belum mencapai KKM diterapkan Pendekatan Kontekstual dalam proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Konstruktivisme (Constructivisme) b) Inkuiri (Inquiry)

c) Bertanya (Questioning)

d) Masyarakat Belajar (Learning Comunity) e) Pemodelan (Modeling)

f) Refleksi (Reflection)

(19)

5

D. Perumusan Masalah Penelitian

Setelah membatasi masalah, maka peneliti merumuskan permasalahannya

adalah “Apakah penerapan pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas III MI.Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan pada konsep sumber

daya alam?”

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar melalui pendekatan Kontekstual di kelas III MI. Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pelaku pendidikan yaitu :

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh penerapan pendekatan Kontekstual dalam proses pembelajaran.

2. Memberikan informasi mengenai peningkatan hasil belajar IPA pada konsep Sumber Daya Alam menggunakan pendekatan Kontekstual. 3. Memberikan informasi dan masukan dalam pemilihan pendekatan yang

tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar.

(20)

6

A.

Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti

1. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit dan tidak datang denga tiba-tiba. Pengetahuan terus berkembang dan bertambah melalui suatu proses. Pengetahuan itu bukan kumpulan atau seperangkat fakta, konsep, teori, atau kaidah yang siap diambil, diingat, dan dihafalkan.

Pembelajaran akan lebih baik dan bermakna dapat ditempuh oleh guru, dengan cara mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, mendorong siswa menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan siswa, dan prosesnya secara alamiah. Pembelajaran seperti ini, berarti pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)1

Pandangan piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan terbentuk dalam kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajarn, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengnetahuan yang diperoleh dari pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan seperti itu akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.2

CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya. Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, termotivasi untuk senantiasa

1

Enjah Takari R, Pembelajaran IPA dengan SAVI dan kontekstual (sumedang: Genesindo,2008) h. 36

2

(21)

7

belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut terwujud, ketika peserta didik menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara menggapainya.3

Pendekatan CTL adalah pendekatan Pembelajaran yang menerapkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi dunia nyata siswa, yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengalaman yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka.4

Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.5

Pendekatan kontekstual (CTL) menurut Nurhadi adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagia anggota keluarga dan masyarakat.6

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.

3

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2010) h. 103 4

Zulfiani, dkk, Op. cit. h. 97 5

Rusman, Op. cit. h. 190 6

(22)

Karakteristik Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan Kontekstual sebagai berikut:

1) Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2) Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya

3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan atau penyempurnaan strategi.7

7

(23)

9

Pendekatan pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

memiliki 7 komponen, yaitu :

1. Konstruktivisme (Constructivisme)

Konstrukktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut. 8

Priyatni (2002:2) menyebutkan bahwa pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

2. Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Maka guru bukan hanya mempersiapkan materi yang harus dihafal namun merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep dan fakta yang harus difahaminya.9

3. Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya merupakan keahlian dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan

8

Ibid., h. 264 9

(24)

pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahuinya, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.

Konsep ini berhubungan dengan kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan sebagai wujud pengetahuan yang dimiliki. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.

4. Masyarakat Belajar ( Learning Community )

Konsep dalam masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh melalui sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok.10

5. Pemodelan ( Modeling )

Dalam sebuah pembelajaran selalu ada sebuah model yang mudah ditiru, model itu bisa berupa mengoperasikan sesuatu, cara mengukur, cara belajar, menguji bahan kimia, cara menguji zat makanan dsb.11 Model merupakan acuan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran kontekstual. Konsep ini berhubungan dengan kegiatan mendemonstrasikan suatu materi pelajaran agar siswa dapat mencontoh atau agar dapat ditiru, belajar atau melakukan dengan model yang diberikan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model, siswa juga dapat berperan aktif dalam mencoba menghasilkan model.

6. Refleksi ( Refliction )

Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam pembelajaran kontruktivisme. Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa yang telah dipelajari. Proses telaah terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman yang

10

Ibid., h. 267 11

(25)

11

dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari siswa, dan memotivasi munculnya ide-ide baru. Refleksi berarti melihat kembali suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman dengan tujuan untuk mengidentifikasi hal yang telah diketahui, dan hal yang belum diketahui. Realisasinya adalah pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu.

Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari, atau berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Pada tahap refleksi ini, siswa mengendapkan atau menyimpan hal-hal yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan dan revisi atau perbaikan dari pengetahuan sebelumnya.12

7. Penilaian nyata ( Aunthectic Assessment )

Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian ditekankan pada proses pembelajarannya, maka data dan informasi yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajarannya.

Penilaian yang sebenarnya merupakan tindakan menilai kompetensi siswa secara nyata dengan menggunakan berbagai alat dan berbagai teknik tes, portofolio, lembar observasi, unjuk kerja, dan sebagainya. Prosedur penilaian yang menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa secara nyata. Penilaian yang sebenarnya ditekankan pada pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agara mamapu mempelajari sesuatu, bukan hanya memperoleh informasi pada akhir periode. Kemajuan belajar siswa dinilai bukan hanya yang berkaitan dengan nilai tetapi lebih pada proses belajarnya.

12

(26)

2. Konsep Belajar dan Hasil Belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata hanya mengumpulkan dan menghafal fakta-fakta, melakukan latihan yang berhubungan dengan materi pembelajaran. sesungguhnya belajar merupakan sebuah proses yang pada akhirnya akan memperoleh perubahan baik dalam segi pengetahuan maupun sikap. Pakar psikologi belajar mengatakan bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. 13

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sedangkan hasil belajar menurut Gagne meliputi lima kemampuan yang diharapkan dalam sebuah pembelajaran yakni: (1). Keterampilan Intelektual; (2). Strategi Kognitif; (3). Informasi Verbal; (4) Sikap; (5). Keterampilan motorik.14

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pembelajaran amat bergantung pada proses pembelajaran yang dialami oleh siswa baik dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan

13

Muhibbin syah.Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,1999) h. 61 14

(27)

13

penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

Olehkarena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manisfestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan itu mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai peserta didik.

Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluesan, kedalaman, kerumitan, dan harus digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.15

Menurut Benyamin S.Bloom, dkk. Hasil belajar dapat dikelompokan kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang konkrit sampai hal-hal yang abstrak.16 Adapu rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :

a. Domain kognitif

1) Pengetahuan (Knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.

3) Penerapan (aplication) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tat cara ataupun metode prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit.

15

Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009 ) h. 26 16

(28)

4) Analisis (analysis) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan sustu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya.

5) Sintetis (syntesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme.

6) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.

b. Domain Afektif (affective domain)

Yaitu internalisasi sikap yang menunjuk kearah ke arah batiniah dan terjadi dan bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk dan menentukan tingkah laku. Jenjang kemampuannya adalah :

1) Kemampuan menerima (receiving)

2) Kemampuan menanggapi/menjawab (responding) 3) Menilai (valuing)

4) Organisasi (organization)17

c. Domain Psikomotor (psychomotordomain)

Yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit.18

Pengukuran,Penilaian (Assesmen) dan Evaluasi

Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik profesional tergantung pada pemahamannya terhadap penilaian pendidikan dan kemampuannya bekerja efektif

17

Ibid, h. 22 18

(29)

15

dalam penilaian hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor sesuai karakteristik mata pelajaran.19

Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu.20 Menurut Subiyanto pengukuran adalah pengenaan angka-angka pada performansi atau sifat untuk dapat menyatakan kualitas atau kuantitas. Sedangkan menurut Zainul & Nasution (2001) pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek, tertentu berdasarkan formulasi atau aturan yang jelas.21

Penilaian (assesmen) adalah proses pengumpul dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (BSNP,2006:4).22 Sedangkan menurut Zainul & Nasution Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes maupun non tes. Penilaian (Assesmen) adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa (Depdikbud,1994).23 Sebagaimana telah diatur dalam UU RI No.14 Tahun 2005 pasal 64 ayat (1) bahwa Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.24

Evaluasi menurut Goba dan Lincoln adalah suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangan (Evaluation). Sesuatu yang dipertimbangan itu berupa orang, benda, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu.25 Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dua atau lebih

19

Jejen Musfah. Op. cit. h. 40 20

Ibid, h. 4 21

Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta, Lembaga Penelitian UIN, 2002)h. 73 22

Musfah. loc. cit 23

Zainal Arifin. Op. cit. 24

Tatang Syafrudin, Landasan Pendidikan (Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009) h. 241

25

(30)
[image:30.595.108.539.171.688.2]

alternatif yang paling diinginkan.26 Evaluasi bukan hanya berkaitan dengan nilai tetapi juga arti atau makna. Jadi evaluasi adalah suatu proses untuk menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi nilai dan arti.27

Gambar 2.1. Keterkaitan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes.28

26

Zulfiani. Op. cit. h. 74 27

Zainal Arifin. Op. cit. h. 8

Evaluasi

Penilaian

Wawancara Pengamatan

Bentuk Objektif Bentuk

Uraian

Tes Pengukuran

Non tes Non pengukuran

(31)

17

3. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA

a. Hakikat IPA

Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam dan kompleks sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena Ilmu Pengetahuan berkembang menjadi dua bagian yaitu natural science (Ilmu Pengetahuan Alam = IPA) dan social science ( Ilmu Pengetahuan Sosial = IPS). Meskipun demikian penggunaan istilah sciece masih tetap digunakan sebagai Ilmu Pengetahuan Alam, yang di Indonesiakan menjadi Sains.29

Menurut Davis dalam bukunya On the scientific methods yang dikutip oleh chalmers menyatakan menyatakan bahwa sains sebagai suatu struktur yang dibangun dari fakta-fakta. 30

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’

berasal dari Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu.31

Merujuk pengertian IPA, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi 4 unsur utama yaitu :

1. Sikap : Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. IPA bersifat open ended.

2. Proses : Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan , evaluasi pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

3. Produk : Berupa fakta, prinsip, teori dan hukum.

4. Aplikasi : Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

28

Ibid, h. 9

29

I made Alit Mariana. Wandy Praginda.,M.si. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA, (Jakarta: DIRJEN PMPTK,2009) h. 14

30

Ibid, h. 15 31

(32)

b. Hakikat Pendidikan IPA

Pada hakikatnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam pemahaman tentang pentingnya mempelajari alam sehingga akan membawa manusia pada kehidupan yang bermakna dan bermartabat. Dengan mempelajari alam dapat menjadikan manusia atau peserta didik berfikir secara positif dan memberikan dampak yang baik, misalnya peserta didik menjadi melek teknologi dan ramah lingkungan sebagai elaborasi dan literasi sains, manakala mereka mempelajari alam melalui proses pendidikan yang tepat sehingga terlihat manfaatnya bagi peserta didik itu sendiri baik efek pembelajaran maupun efek ringan.

Pendidikan IPA adalah suatu upaya atau proses untuk membelajarkan siswa untuk memahami hakikat IPA : produk, proses, dan mengembangkan sikap ilmiah serta sadar akan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat untuk pengembangan sikap dan tindakan berupa aplikasi IPA yang positif.32

Pendidikan sains seharusnya bukan saja berguna bagi anak dalam kehidupannya, melainkan juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan kehidupannya yang akan datang.33

Pada saat ini kita saksikan pesatnya perkembangan IPA dan Teknologi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik melek IPA dan teknologi, mampu berfikir logis, kritis, kreatif serta dapat berargumentasi secara benar. Agar siswa menyukai pembelajaran IPA maka pembelajaran IPA harus dikemas secara menarik, efisien, dan efektif.

4.

Konsep Sumber Daya Alam

Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Tanpa

32

I made Alit Mariana, op. cit., h. 28 33

(33)

19

udara dan air misalnya, manusia tidak dapat hidup. Demikian pula sumber daya alam yang lain seperti hutan, ikan dan lainnya merupakan sumber daya yang tidak saja mencukupi kebutuhan hidup manusia, namun juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumber daya alam yang tidak baik akan berdampak buruk. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumber daya alam adalah bagaimana mengelola sumber daya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

Sumber Daya alam adalah bahan-bahan yang berasal dari alam yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.34

Dalam literatur ekonomi sumber daya, pengertian atau konsep sumber daya didefinisikan cukup beragam. Ensiklopedia Webster yang dikutip oleh Fauzi pada tahun 2004, misalnya mendefinisikan sumber daya antara lain sebagai : (1) kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu, (2) sumber persediaan, penunjang atau bantuan, (3) sarana yang dihasilkan oleh kemampuan atau pemikiran seseorang.35

Pada konsep Sumber daya alam di kelas III siswa dikenalkan tentang pengertian, jenis dan cara memelihara sumber daya alam

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Elviani Setyaningrum, 2011. Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Melalui Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Fisika

siswa. Menyimpulkan bahwa pendekatan contextual teaching and learning (CTL) melalui metode eksperimen berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar fisikasiswa yang menggunakan pendekatan contextual teaching and

34

Haryanto, Sains KTSP kelas III ,( Jakarta, Erlangga2007) h. 144 35

(34)

learning melalui metode eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang tidak menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (metode demonstrasi).36

Romelah, 2013. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Lingkungan Sehat Dan Merawat Tanaman. Menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep lingkungan sehat dan merawat tanaman. Rata- rata pencapaian hasil belajar pada setiap siklusnya yaitu 72,36 dengan ketuntasan siklus I 67 % menjadi 89,36 dengan ketuntasan siklus II 90%. 37

Rohani, 2014. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep energi gerak siswa kelas 1 di MI. Muhammadiyah 2 kukusan Depok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus 1 nilai rata-rata hasil belajar siswa 66,13 (61,29%) dan masih ada 19 dari 31 siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar dengan nilai rata-rata 85,32 (87,16%) diatas KKM. Dan hasil observasi proses pembelajaran dengan pendekatan CTL ini menjadikan siswa lebih aktif dan berani untuk bertanya jika ada materi yang belum dimengerti.38

Fathi Maulawi, 2014. Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 Pada Sistem Pernafasan Manusia. Menyimpulkan bahwa pendekatan CTL berpengaruh secara segnifikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem pernafasan manusia. Yang

36

Romelah, Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Lingkungan Sehat Dan Merawat Tanaman. 2013. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah) 37

Romelah, Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Lingkungan Sehat Dan Merawat Tanaman. 2013. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah) 38

(35)

21

ditujukan dari hasil perhitungan uji hipotesis melalui uji-t pada taraf segnifikan 0,05, dimana fhitung >ttabel yaitu 3.388 > 1,99. 39

Rohati, 2014. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan CTL Di Mi. Miftahul Huda Muhammadiyah Cinangka Sawangan Depok. Menyimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di Mi. Miftahul Huda Muhammadiyah Cinangka Sawangan Depok dibuktikan dengan meningkatnya hasil rata-rata hasil belajar siswa dari 62,8 pada pretest menjadi 82,8 setelah dilaksanakan tindakan. Sedangkan untuk tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai KKM meningkat dari 36 % pada pretest menjadi 72% setelah dilaksanakan tindakan. 40

Indah Puspitasari, 2014. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terfhadap Keterampilkal Generik Sains Siswa Pada Konsep Pengukuran. Meyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang segnifikan pada pendekatan kontekstual terfhadap keterampilan generik sains siswa pada konsep pengukuran. Pengaruh ini terlihat pada peningkatan persentase hasil postest aspek membangun konsep karena aspek ini meningkat secara signifikan. Pada hasil uji t taraf signifikan 95% diperoleh bahwa t hitung > t tabel 2,01 > 2,00, hipotesis (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.41

Ahmad Gojali, Pendekatan CTL Pada Pembelajaran Konsep Sistem Organ Manusia Berbasis Nilai-nilai Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Positif Siswa. Memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL pada pembelajaran konsep sistem organ manusia berbasis nilai-nilai sains dapat meningkatkan penguasaan konsep dan sikap positif siswa. Dapat dilihat pada skor sikap positif sebelum tindakan dengan setelah dilakukan tindakan.42

39

Fathi Maulawi, Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 Pada Sistem Pernafasan Manusia. 2014. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah) 40

Rohati, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan CTL Di Mi. Miftahul Huda Muhammadiyah Cinangka Sawangan Depok. 2014. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah) 41

Indah Puspitasari, Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terfhadap Keterampilkal Generik Sains Siswa Pada Konsep Pengukuran. 2014. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah)

42

(36)

C.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori hasil penelitian diatas, dapat ditarik kesimpulan dan sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis tindakan yang dirumuskan sebagai berikut :

(37)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Raudlatul Ulum Jl.

H. Sulaiman No. 9 Desa bedahan Kecamatan Sawangan Kota Depok.

2. Waktu Penelitian pada Bulan Mei di Semester Genap Tahun Pelajaran

2013/2014 minggu ke 1 tanggal 01 Mei 2014 s.d minggu ke 4 tanggal 30 Mei

2014.

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

dalam bahasa Inggris dikenal dengan Classroom Action Research (CAR). PTK ini

merupakan penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan tujuan

untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu atau kualitas proses dan hasil belajar.

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan observer.

PTK ini dilakukan dalam 2 siklus, pada setiap siklus terdapat 2 kali pertemuan.

Banyak model yang dapat diterapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

pada pelaksanaan PTK ini peneliti menggunakan model yang dikemukakan oleh

Kemmis & Mc Taggart, yang menggambarkan adanya 4 langkah yaitu (1)

perencanaan (2) pelaksanaan (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Untuk lebih

(38)
[image:38.595.79.540.174.602.2]

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN

Gambar 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Tagart.

Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah

langkah ke -4, lalu kembali ke-1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya berbeda,

langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secara bersamaan jika pelaksana dan pengamat

berbeda. Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas

seperti digambarkan dalam bagan, melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan ( perencanaan )

Peneliti merencanakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki, meningkatkan, atau merubah perilaku dan sikap peserta didik.

Tahap perencanaan dilakukan setelah guru menentukan konsep-konsep yang

akan diajarkan,guru bukan hanya harus menguasai tentang ilmu pengetahuan

Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II

Pengamatan

Pelaksanaan

Refleksi

(39)

25

yang akan diajarkan tetapi juga harus menentukan dan menyesuaikan

pendekatan dan metode pembelajaran yang akan digunakan.1

Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan,

atau perubahan yang di inginkan dalam proses pembelajaran yang

diselenggarakan.

Tahap 3 : Pengamatan

Mengamati dampak dari tindakan yang dilaksanakan pada peserta didik.

Tahap 4 : Refleksi

Peneliti melakukan pengkajian, melihat dan mempertimbangkan atas hasil

atau dampak tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan kriteria ini, peneliti

bersama-sama guru dapat melakukan revisi / perbaikan terhadap rencana awal.

C.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III di MIT. Raudlatul Ulum.

Berjumlah 25 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Pada

tahun 2013/2014.

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peniliti dalam penelitian ini adalah sebagai wali kelas sekaligus

peneliti, yang menjadi observer adalah guru pendamping pada kelas yang sama

yakni pada kelas III, yang mencatat,merencanakan, pelaksana, pengumpul data

serta pengolah data dan menganalisa yang dilakukan siswa selama proses

pembelajaran IPA berlangsung dengan menggunakan pendekatan kontekstual,

sehingga menjadi sebuah pelaporan hasil penelitian.

1

(40)

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus

diawali dengan perencanaan, penerapan tindakan dan observasi serta diakhiri

dengan refleksi.

1. Persiapan Penelitian

Sebelum memulai penelitian dilakukan beberapa hal, yaitu :

a. Obsevasi awal terhadap PBM yang dilakukan oleh guru dikelas dan

mengadakan wawancara terstruktur kepada guru dan siswa terkait

proses pembelajaran meliputi pendekatan, metode dan strategi

pembelajaran serta hasil belajar.

b. Menganalisis hasil wawancara untuk memokuskan permasalahan yang

akan diteliti.

c. Mendiskusikan rancangan PTK berdasarkan fokus permasalahan yang

akan diteliti dengan pembimbing dan teman sejawat.

d. Memilih dan menentukan topik pelajaran IPA kelas III yang akan

digunakan untuk Penelitian Tidndakan Kelas.

e. Pemberian informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan dalam

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual kepada observer.

f. Menentukan waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

2. Tindakan Siklus I

a. Perencanaan

1) Menentukan materi pelajaran Mengenal Sumber daya alam

2) Merancang strategi dan skenario pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

3) Menentukan indikator-indikator keberhasilan yang akan dicapai

(indikator keberhasilan intervensi tindakan)

4) Menyusun instrumen penelitian (tes dan non tes), lembar observasi

(41)

27

5) Menyiapkan bahan ajar, alat dan media pembelajaran. Melakukan

kegiatan pembelajaran pada siklus I sebanyak 2 kali pertemuan.

6) Melakukan evaluasi

b. Tindakan (Pre-test)

1) Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran dan

kompetensi yang diharapkan pada konsep sumber daya alam

2) Menggali pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan

diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan eksplorasi dan tes tertulis

(Pre-test) pada konsep sumber daya alam.

3) Memberikan motivasi kepada siswa

4) Menjelaskan pokok-pokok materi pembelajaran.

5) Membimbing siswa memenuhi pencapaian kompetensi yang dituju

dengan dikorelasikan pada kehidupan sehari-hari.

c. Pengamatan (Pos-Test)

1) Mengamati aktivitas dan tingkah laku siswa selama proses

pembelajaran mengenal sumberdaya alam dengan menceklis

indikator-indikator pada lembar observasi selama PBM

berlangsung.

2) Pos-test dilakukan menggunakan tes objektif, untuk mengetahui

tingkat pemahaman konsep.

d. Refleksi

Lembar observasi dan kuesioner tanggapan siswa yang dikumpulkan

selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil

analisis ini peneliti dan observer melakukan refleksi. Merenungkan atau

mengingat dan menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas,

mengapa itu terjadi dan bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan mebuat

(42)

dalam tindakan. Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi peneliti

dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya.

Refleksi I dilakukan oleh peneliti dan observer untuk mengkaji dan

menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan jalan

mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh

maupun kekurangan-kenurangan atau hambatan-hambatan yang masih

dihadapi. Informasi-informasi yang diperoleh digunakan untuk

memperbaiki rencana tindakan pada siklus II.

3. Tindakan Siklus II

1) Perencanaan

a. Menentukan materi pelajaran Mengenal Sumber daya alam

b. Merancang strategi dan skenario pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual dalam bentuk rencana pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), hasil perbaikan dari siklus I.

c. Menyusun instrumen penelitian (tes dan non tes), lembar observasi

dan kuisioner tanggapan siswa terhadap PBM.

d. Menentukan fokus observasi pada PBM perbaikan dari siklus I.

e. Menyiapkan bahan ajar, alat dan media pembelajaran. Melakukan

kegiatan pembelajaran pada siklus I sebanyak 2 kali pertemuan.

f. Melakukan evaluasi

2) Tindakan (Pre-test)

a. Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran dan

kompetensi yang diharapkan pada konsep sumber daya alam

b. Menggali pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan

diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan eksplorasi dan tes tertulis

(Pre-test) pada konsep sumber daya alam.

c. Memberikan motivasi kepada siswa

(43)

29

e. Membimbing siswa memenuhi pencapaian kompetensi yang dituju

dengan dikorelasikan pada kehidupan sehari-hari.

3) Pengamatan (Pos-Test)

a. Mengamati aktivitas dan tingkah laku siswa selama proses

pembelajaran mengenal sumberdaya alam dengan menceklis

indikator-indikator pada lembar observasi selama PBM

berlangsung.

b. Pos-test dilakukan menggunakan tes objektif, untuk mengetahui

tingkat pemahaman konsep.

4) Refleksi

Lembar observasi dan kuesioner tanggapan siswa yang dikumpulkan

selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil

analisis ini peneliti dan observer melakukan refleksi. Merenungkan atau

mengingat dan menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas,

mengapa itu terjadi dan bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan mebuat

peneliti menyadari tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya

dalam tindakan. Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi peneliti

dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya.

Refleksi II dilakukan oleh peneliti dan observer untuk mengkaji dan

menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus II dengan jalan

mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh

maupun kekurangan-kenurangan atau hambatan-hambatan yang masih

dihadapi. Informasi-informasi yang diperoleh digunakan untuk

memperbaiki rencana tindakan pada siklus selanjutnya jika diperlukan.

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan

PBM yang dilakukan melalui pendekatan kontekstual pada bahan ajar

Sumber Daya Alam ini mendeskripsikan upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

(44)

1) Adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas III dengan menggunakan

pendekatan Kontekstual di MI. Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan.

2) >85 % siswa pencapaian KKM yang telah ditetapkan yakni 78

G.

Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Adapun

Data kuantitatif diambil dari :

 Hasil belajar siswa : data berupa tes objektif pilihan ganda yang diberikan

pada saat sebelum PBM (pre-test) maupun setelah PBM (pos-test).

Data Kualitatif diambil dari :

 Instrument : berupa data hasil observasi PBM berlangsung pada

masing-masing siklus, melalui lembar observasi siswa, lembar observasi kinerja

guru.

H.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian tindakan

kelas ini yaitu :

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat Standar

Kompetensi,Kompetensi Dasar, indikator, Materi, Metode Pembelajaran,

Langkah-langkah pembelajaran, Penilaian serta Evaluasi.

2. Bahan ajar, berupa Buku pegangan guru dan lembar Kerja Siswa.

3. Instrumen test hasil pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan 50 soal untuk siklus I dan siklus II, kemudian di

uji coba pada soal siklus I yang valid sebanyak 15 soal sednagkan pada siklus

II sebanyak 13 soal. Peneliti kemudian mengkonstrusi soal dengan menambah

pada instruksi soal pada soal pada siklus II sehingga soal menjadi genap 15.

(45)

31

I.

Teknik Pengumpulan Data

1. Data penelitian berupa tes objektif, dikumpulkan sesudah intervensi tindakan

(postest) untuk masing-masing siklus. Jumlah butir soal pada masing-masing

siklus sebanyak 15 butir soal. Jumlah butir soal tersebut sesuai dengan hasil

uji coba soal yang valid yang telah diujikan ke-kelas IV.

2. Observasi

Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang

dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar.2 Observasi

dilaksanakan untuk mengetahui Proses Pembelajaran dikelas.

Observasi yang digunakan adalah :

a. Lembar observasi guru pada PBM

Lembar observasi ini diisi oleh observer selama PBM berlangsung dan

dikumpulkan setelah intervensi tindakan selesai setiap siklusnya

digunakan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran IPA dengan

pendekatan kontekstual perjalan dengan baik, serta untuk mengetahui

kekurangan dalam PBM.

b. Lembar observasi aktifitas belajar IPA siswa

Lembar observasi ini digunakan peneliti untuk mengamati keaktifan,

kedisiplinan dan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas ketika PBM

berlangsung.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang

berupa catatan lapangan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen, rapat, agenda dan sebagainya.3

Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam

observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa LK, daftar

nilai anak, angket. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai

kegiatan kelompok anak dan suasana kelas ketika aktivitas belajar

berlangsung digunakan dokumentasi foto.

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( Yogyakarta, 2010) h. 265.

3

(46)

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Teknik kepercayaan pada data hasil penelitian menggunakan statistik

deskripstik. Untuk memperolehdata valid, yaitu objektif, dapat dipercaya, dan

handal dalam penelitian ini digunakan teknik tringulasi dan saturasi, yaitu :

1. Menggali data dari sumber yang sama denganmenggunakan cara berbeda.

Dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa

dengan observasi siswa dan memeriksa catatan sisawa.

2. Menggali dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi tentang

pemahaman siswa yang dilakukan dengan memeriksa tes siswa, mengadakan

wawancara dengan guru dan melihat hasil observasi siswa.

3. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang

kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.

4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang telah terkumpul.

Dalam pengumpulan data diperlukan instrument yang reliable, maka perlu

mendeskripsikan validitas dan reliabilitas.

a) Validitas menunjukan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam menjalankan

fungsi ukurannya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan

butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu

variable.

Adapun rumus person dengan angka kasar sebagai berikut :

rxy =

N

Ʃ

XY

(

Ʃ

X) (

Ʃ

Y)

{N

Ʃ

X

2

(

Ʃ

X)

2

} {

N

Ʃ

Y

2

(

Ʃ

Y)

2

}

Keterangan :

r

xy : koefisien

x : skor item

y: skor total

(47)

33

b) Karena peneliti memiliki instrumen dengan jumlah butir pertanyaan ganjil,

yakni 15 butir soal pada setiap siklus, maka peneliti dalam menguji

reliabilitas digunakan uji konsistensi internal dengan menggunakan rumus

K-R20 Sebagai berikut :

r

11 = k Vt -

Ʃ

pq

k-1

V

t

Dimana :

r

11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan

Vt = varians total

p = proporsi subjek yang menjawab betul (skor 1)

N

q = proporsi subjek yang menjawab salah (skor 0)

(q = 1 – p)4

K.

Analisis Data dan Interpretasi Data

Sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kembali

kelengkapan data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada

semua data yang terkumpul. Analisis data atau informasi yang terekam selama

obresvasi dan monitoring dapat berupa kualitatif atau kuantitatif. Untuk

menganallisis setiap indikator aktifitas belajar digunakan teknik analisis deskriftif

dengan rumus sebagai berikut :

P = f x 100 %

N

Ket.

P = angka persentase

f = frekwensi yang sedang dicari

N = banyaknya individu

4

(48)

Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data yang

diperoleh dari berbagai sumber, membaca data kemudian mengadakan

rekapitulasi data dan menyimpulkannya.

L.

Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah penelitian ini berakhir peneliti menyadari bahwa Penelitian

Tindakan Kelas ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar pelajaran IPA

dengan pendekatan Kontekstual pada siswa kelas III MI. Terpadu Raudlatul

Ulum. Masih banyak faktor-faktor yang belum diketahui, untuk itu perlu adanya

penelitian lebih lanjut. Setelah perencanaan tindakan dilakukan maka untuk

pengembangan tindak lanjut yang dilakukan yaitu evaluasi. Tujuan yang

diharapkan dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang sesuai dengan

dengan indikator ketercapaian yakni <85% hasil belajar IPA siswa mencapai

KKM yakni 78 menggunakan tahapan-tahapan dalam pendekatan Kontekstual.

Kemudian jika hasilnya belum mencapai tujuan yang di inginkan maka

evaluasi ini digunakan untuk melakukan refleksi kembali. Refleksi dilakukan

peneliti yaitu evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan. Hasil observasi dalam

monitoring dianalisis secara deskriftif untuk menggambarkan hasil observasi yang

berupa proses dan hasil tindakan. Hasil observasi juga digunkan untuk evaluasi

terhadap prosedur, apakah yang terjadi sudah sesuai dengan skenario

pembelajaran, apakah terjadi penyimpangan dan apakah hasilnya sudah

(49)

35

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data

I.

Pelaksanaan Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus I dimulai dengan mengidentifikasikan permasalahan yang terdapat disekolah. Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan diantaranya rendahnya hasil belajar IPA pada kelas III karena kurangnya motivasi belajar siswa, minimnya penggunaan media dan penggunaan metode yang kurang tepat.

Dilihat dari permasalahan yang ada maka peneliti menyusun metode pembelajaran yang diharapkan dapat memperbaiki dan menyelesaikan masalah pada mata pelajaran IPA dikelas III.

1. Menelaah kurikulum untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang akan disampaikan dengan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara penuh dan pembelajaran dengan pengalaman langsung. 2. Mempersiapkan strategi dan skenario pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual dalam bentuk RPP.

3. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa tes objektif (Pre-test dan pos-(Pre-test) lembar observasi kinerja guru, lembar observasi komponen siswa dan kuesioner tanggapan siswa tentang PBM yang diikutinya.

(50)

2) Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan ke-1

1. Melakukan absensi dan memberikan motivasi kepada siswa

2. Memberika penjelasan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak dicapai pada konsep Sumber daya alam.

3. Menggali pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan eksplorasi dan tes tertulis (Pre-test).

4. Pembagian kelompok siswa secara acak menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok maksimal terdiri dari 5 orang siswa. 5. Menjelaskan proses pembelajaran yang akan dilakukan adalah:

a) Setiap kelompok mengambil lembar pengamatan

b) Setiap kelompok mengikuti kegiatan observasi kebelakang sekolah. Setiap kelompok mencatat pada lembar pengamatan apa saja yang ditemukan dibelakang sekolah baik berupa benda, hewan, tumbuhan atau yang lain.

c) Setelah pengamatan selesai siswa kembali kekelas dan tetap berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.

d) Guru mengarahkan dan menggali kembali pengetahuan siswa tentang sumber daya alam kemudian setiap kelompok mendiskusikan hasil temuan mereka dan digolongkan kedalam jenis sumber daya alam (Hayati atau Nonhayati).

e) Ketika siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing masing guru mengamati keaktifan setiap siswa dan menegur siswa yang hanya diam dan hanya mendengarkan dan meminta siswa lain agar memberikan tugas kepada siswa yang cenderung pasif.

(51)

37

a) Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk membacakan hasil penemuan yang sudah didiskusikan.

b) Setelah kelompok yang mempresentasikan hasil temuannya kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya.

Gambar

Tabel  4.18
Gambar  3.1  Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Tegart....  24
Gambar 2.1. Keterkaitan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes.28
Gambar 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Tagart.
+7

Referensi

Dokumen terkait

menemukan hubungan antara konsentrasi zat-zat pereaksi dan produk reaksi ketika reaksi mencapai kesetimbangan dinamis, yaitu perbandingan hasil kali konsentrasi produk

school, regarding “the silent Chinese learners”. This did not catch my attention until I was asked to reflect on what I had not noticed before by Fiona English, a lecturer of

Penulisan Ilmiah ini membahas tentang proses pembuatan perancangan villa dengan memakai animasi yang terbagi menjadi empat tahap, yang pertama membuat bentuk perancangan villa

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Sistem berbasis pengetahuan yang menggunakan pengetahuan manusia untuk memecahkan masalah. Bagian utama dari

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

Pada praktikum sensor dan robotik minggu ke 1, dalam mengoperasikan robot untuk pergerakan sederhana dapat dilakukan dengan Teach Pendant yang telah

[r]