ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING
(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
FRIDA AURORA PRAHARTARI NIM: 109082000164
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Pribadi
Nama : Frida Aurora Prahartari
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Juni 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Pepaya Gg. Pahala No. 41 RT 012
RW 05 Jagakarsa Jakarta Selatan 12620
Agama : Islam
No.Telp/Hp : 0217864852/085710535417
E-mail : miss_catfish@yahoo.co.id
Pendidikan Formal
S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta : 2009 - 2013
SMAN 38 Jakarta : 2006 - 2009
SMPN 166 Jakarta : 2003 - 2006
SDN 06 Jagakarsa Jakarta Selatan : 1997 - 2003
TK Harapan Utama Jakarta : 1996 - 1997
Pendidikan Non-Formal
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Brevet AB IAI, Des 2012 - Apr 2013
Pendidikan Musik (Biola) Bina Vokalia Pranadjaya, 2005-2008
Lembaga Bahasa Inggris BBC Pondok Labu, 2001-2004
Pengalaman Organisasi
BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai anggota Div. Forum Akuntansi, 2010-2011
Anggota Foreign Language Association UIN Jakarta, 2009 – 2012
Anggota Tae Kwon Do SMAN 38 Jakarta, 2006-2008
vii
Pengalaman Kepanitiaan Panitia Propesa UIN 2011
Panitia FLAT Orientation (FLO) 2010
Seminar dan Workshop
Pelatihan Sekolah Pasar Modal - Basic Training of Fundamental & Technical Analysis, 2012
Seminar Umum: Bongkar Skandal Century Menuju Indonesia Tanpa Korupsi 2012
Seminar oleh Dirjen Pajak: Potret Perpajakan Indonesia Menuju Sistem Perpajakan yang Transparan, 2011
Seminar oleh International Islamic Youth: Unity in Diversity, 2010
Seminar Nasional: Peran Asuransi dalam Era Globalisasi, 2010
Pelatihan Manajemen Kualitas Diri, 2010
Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK, 2009
Think Acct 2009, “To Be Happy In Community Of Accounting”, 2009
Latar Belakang Keluarga
Ayah : Pramudjito
viii
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF THE DETERMINANT FACTORS THAT AFFECT AUDITOR SWITCHING
The purpose of this research is to examine the effect of change in management, audit opinion, client size, and change in audit fee on the auditor switching. This research used the sample of real estate and property industries which listed in Indonesian Stock Exchange during 2006-2012 period. The number of real estate and property industries sampled in this study were 14 companies with 6 years observation. Based on purposive sampling method, sample consist of 84 financial statements in this research. Hypothesis in this research are tested by logistic regression analytical method.
Data analysis show that client size has significantly effect on auditor switching with negative direction. Otherwise, change in management, audit opinion, and change in audit fee do not have significantly effect on the auditor switching.
ix
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, dan perubahan fee audit terhadap auditor switching. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2012. Jumlah perusahaan real estate dan properti yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 14 perusahaan dengan pengamatan selama 6 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 84 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan klien berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap auditor switching. Sedangkan pergantian manajemen, opini audit, dan perubahan fee audit tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching.
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Sumber Ilmu Pengetahuan, Sumber Cahaya yang mampu menerangi jalan menuju kepada kebenaran, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang tiada henti hingga detik ini sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan teladan, beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1. Kedua orangtuaku tercinta yang tidak hentinya melantunkan doa, mencurahkan kasih sayang, semangat, dukungan, dan perhatian yang tidak sedikitpun berongga kepada penulis. Terimakasih atas doa, saran, didikan serta nasehatnya sehinggan membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Kakak-kakakku Dian Aurora Pramawati, Pratiwi Wahyu Hidayati, dan Pratitis
Wahyu Kusuma Anggraeni yang selalu mendoakan, memberikan inspirasi, dan dukungan untuk kesuksesan penulis. Terutama untuk Mbak Rora, terimakasih untuk saran dan motivasinya, semoga kita menjadi anak yang dapat membanggakan kedua orangtua di dunia dan akhirat kelak.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu, saran, dan bimbingan yang telah Ibu berikan selama ini.
5. Pak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian dan kesabaran, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan Lyta, Aya, Una, Nabila, Asad, Heru, Fauzi Raziz, Tege, Dellia, Aris, Eva, Arci, Tsaurah, Fahmi, serta teman-teman yang masih bergulat dengan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih banyak atas doa dan dukungannya. Ayo wisuda bareng.
9. Teman seangkatan Fadlun Usman, Via, Nila, Niday, Imma, Dinda, Destia, Isil, serta Erna dan Fauzi yang memberikan bantuan, masukan dan doa kepada penulis. Terimakasih atas dukungannya.
10.Ka Ipul, Ka Ocid, Heri, Ka Ardi, dan Ka Anna, yang telah memberikan bantuan, saran dan masukannya kepada penulis. Terimakasih atas doa dan dukungannya.
11.Teman-teman angkatan 2009 akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas semua persahabatan, doa, dan motivasinya.
12.Lyna dan Retno, teman-teman sejak mengenal rok abu-abu, terimakasih atas doa dan dukungannya.
xii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan, maupun kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 Juni 2013
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Lembar Pengesahan Skripsi ... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v
Daftar Riwayat Hidup ... vi
Abstract ... viii
Abstrak ... ix
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi ... xiii
Daftar Tabel ... xvii
Daftar Gambar ... xviii
Daftar Lampiran... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 12
1. Tujuan Penelitian... 12
2. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
xiv
1. Teori Agensi ... 14
2. Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 ... 16
3. Auditor Switching ... 17
4. Pergantian Manajemen ... 20
5. Opini Audit ... 22
6. Ukuran Perusahaan Klien ... 27
7. Perubahan Fee Audit ... 28
B. Penelitian Sebelumnya... 30
C. Kerangka Berpikir ... 35
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 37
1. Pergantian Manajemen dengan Auditor Switching ... 37
2. Opini Audit dengan Auditor Switching ... 38
3. Ukuran Perusahaan Klien dengan Auditor Switching ... 39
4. Perubahan Fee Audit dengan Auditor Switching ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 43
B. Metode Penentuan Sampel ... 43
C. Metode Pengumpulan Data ... 44
D. Metode Analisis Data ... 44
1. Definisi Regresi Logistik ... 45
2. Tahapan Regresi Logistik ... 46
a. Statistik Deskriptif ... 46
xv
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 51
1. Variabel Dependen ... 51
2. Variabel Independen ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Sekilas Gambaran Umum Objek penelitian ... 57
1. Deskripsi Objek Penelitian ... 57
2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 59
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 60
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 60
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 62
a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 62
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square) ... 64
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 65
d. Hasil Uji Multikolinieritas ... 66
e. Hasil Matriks Klasifikasi ... 66
f. Hasil Uji Regresi Logistik ... 67
1) Pengaruh Pergantian Manajemen (CEO) terhadap Auditor Switching (CHANGES) ... 69
2) Pengaruh Opini Audit (OPINI) terhadap Auditor Switching (CHANGES) ...70
xvi
4) Pengaruh Perubahan Fee Audit (FEE) terhadap Auditor
Switching (CHANGES) ... 73
BAB V PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Implikasi ... 77
C. Keterbatasan ... 79
D. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
xvii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Kasus ... 8
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 31
3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya ... 54
4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ... 58
4.2 Sampel Penelitian ... 59
4.3 Statistik Deskriptif ... 61
4.4 Menilai Keseluruhan Model ... 63
4.5 Koefisien Determinasi ... 65
4.6 Menguji Kelayakan Model Regresi ... 65
4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ... 66
4.8 Matriks Klasifikasi ... 67
4.9 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ... 68
xviii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Sampel………... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan adalah alat utama untuk menginformasikan informasi
keuangan perusahaan kepada pihak luar suatu badan usaha. Laporan ini menampilkan
sejarah, kejadian, maupun peristiwa dalam perusahaan yang dikuantifikasi dalam
nilai moneter. Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan dan sebagai pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya oleh para pemegang
saham.
Perusahaan yang terkena kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan
tahunan merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria berikut, yaitu
merupakan bentuk usaha, melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus,
bertujuan mencari untung/laba, diselenggarakan oleh perseorangan atau badan, serta
didirikan dan berkedudukan di wilayah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1998 menyebutkan bahwa laporan keuangan
2 yang merupakan perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan
pengerahan dana masyarakat, perseroan mengeluarkan surat pengakuan utang, serta
memiliki jumlah aktiva paling sedikit Rp 50.000.000.000. Pelaporan keuangan ini
diperkuat dengan adanya Pasal 66 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia
No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang mengsyaratkan
keharusan bagi perseroan yang bidang usahanya berkaitan dengan pengerahan dana
masyarakat, mengeluarkan surat pengakuan hutang, atau merupakan perseroan
terbatas terbuka, untuk menyerahkan perhitungan tahunan perseroan kepada akuntan
publik untuk diperiksa, sebelum perhitungan tahunan tersebut disetujui oleh Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Perusahaan dengan kriteria yang disebutkan diatas
wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan yang
disampaikan berupa laporan posisi keuangan perusahaan, laporan laba rugi, laporan
perubahan modal, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.
Informasi keuangan yang asimetris atau informasi keuangan yang salah
berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar pihak manajemen perusahaan
dengan pihak pengguna laporan keuangan yang berasal dari luar perusahaan. Audit
yang dilakukan oleh pihak ketiga yang independen (KAP) terhadap laporan keuangan
dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan seperti yang dilaporkan oleh pihak
manajemen serta dapat meningkatkan kualitas informasi keuangan tersebut sehingga
3 Menurut Boynton (2008:19), auditor independen di Amerika biasa disebut
dengan Certified Public Accountant (CPA) bertindak sebagai praktisi perseorangan
ataupun anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing professional
kepada klien. Menurut Agoes (2004), akuntan publik adalah akuntan yang memiliki
izin dari menteri keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan
praktik akuntan publik. Sedangkan menurut penulis, akuntan publik adalah badan
ataupun perseorangan yang telah mendapat izin dari menteri keuangan Republik
Indonesia untuk memberikan assurance services dan jasa atestasi terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan, serta dapat memberikan jasa non-atestasi seperti jasa
kompilasi, jasa konsultasi, dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi
dan keuangan.
Pentingnya peran akuntan publik membuat kebutuhan akan jasa dari akuntan
publik semakin banyak dibutuhkan, terlebih lagi dengan berkembangnya perusahaan
publik. Meningkatnya kebutuhan jasa audit berpengaruh terhadap perkembangan
profesi akuntan publik di Indonesia. Bertambahnya jumlah kantor akuntan publik
(untuk selanjutnya disebut KAP) yang beroperasi dapat menimbulkan persaingan
antara KAP yang satu dengan lainnya, sehingga memungkinkan perusahaan untuk
berpindah dari satu KAP ke KAP lain (Damayanti dan sudarma, 2007:2).
Masa perikatan audit yang lama menyebabkan perusahaan merasa nyaman
dengan hubungan yang terjalin selama ini antara auditor (KAP) dengan pihak
4 emosional dan mengancam independensinya. Giri (2010:5) juga menyatakan bahwa
hubungan dalam waktu yang lama antara auditor dan klien akan menyebabkan
kualitas dan kompetensi kerja auditor cenderung menurun dari waktu ke waktu.
Hubungan yang semakin dekat antara auditor dan manajemen dapat menyebabkan
auditor lebih mempercayai klien dalam mengaudit sehingga menurunkan kualitas
auditnya. Disamping itu, dengan adanya hubungan yang semakin dekat tersebut
membuat auditor lebih mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan manajemen
daripada dengan kepentingan publik.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor mengalami peran konflik yang
substansial karena mereka harus menjaga profesionalisme dan pada saat yang sama
mempertimbangkan harapan manajer. Mautz dan Sharaf (1961) dalam Nasser, et al.
(2006) percaya bahwa hubungan yang panjang bisa menyebabkan auditor memiliki
kecenderungan kehilangan independensinya. Auditor yang memiliki hubungan yang
lama dengan klien diyakini akan membawa konsekuensi ketergantungan tinggi atau
ikatan ekonomik yang kuat antara auditor terhadap klien. Semakin tinggi keterikatan
auditor secara ekonomik dengan klien, makin tinggi kemungkinan auditor
membiarkan klien untuk memilih metode akuntansi yang ekstrim.
Dalam entitas atau perusahaan go public, manajemen memiliki peranan
penting dalam memilih KAP yang akan mengaudit perusahaan tersebut. Pihak
manajemen ingin mempengaruhi keputusan pemilihan auditor untuk kepentingan
5 pergantian manajemen, manajemen yang baru akan memilih auditor yang dapat
mengakomodasi pilihan mereka dalam kebijakan akuntansi (Schwartz dan Menon,
1985 dalam Chadegani et al., 2011:161).
Krishnan dan Ye (2005) dalam Damayanti dan Sudarma (2007:6) menyatakan
bahwa penunjukan KAP oleh perusahaan, yang diwakili oleh pemegang saham,
berhubungan dengan total fees yang mereka bayarkan. Untuk KAP yang berukuran
besar, seperti KAP yang berafiliasi dengan big four, besarnya fee audit yang
ditetapkan tentunya menyesuaikan dengan nama besar serta image dari KAP tersebut.
Banyak ditemukan perusahaan yang melakukan perpindahan KAP, baik dari KAP
yang berafiliasi dengan the big four ke KAP yang tidak berafiliasi dengan the big four
dan sebaliknya. Pergantian kelas KAP ini dirasa perlu dilakukan oleh perusahaan
karena dapat memperkecil fee audit. Perusahaan dapat menyesuaikan KAP yang
dipilih dengan fee audit yang dapat dibayar oleh perusahaan pada KAP tersebut.
Timbulnya kajian mengenai masalah pergantian auditor ini berawal dari
terbongkarnya kasus enron ke ranah publik pada Desember 2001, dimana KAP nya
yang merupakan salah satu dari anggota KAP big five saat itu yakni Arthur Andersen
gagal mempertahankan independensinya dalam mengaudit kliennya, Enron. Akibat
dari kasus ini, lahirlah The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002 sebagai solusi dari
skandal perusahaan besar yang terjadi di Amerika. Di Indonesia, PT. Kimia Farma
Tbk. sempat tidak mendapatkan kepercayaan dari para pemegang sahamnya sendiri
6 oleh KAP Hans Tuanakotta dn Mustofa. The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002
merupakan pesan yang digunakan oleh banyak negara untuk memperbaiki struktur
pengawasan terhadap KAP dengan menerapkan rotasi KAP maupun auditor.
Menindaklanjuti The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002, Pemerintah
Indonesia, melalui Menteri Keuangan (KMK 423/KMK.06/2002 dan KMK
359/KMK.06/2003), mengharuskan perusahaan mengganti auditor yang telah
mendapat penugasan audit lima tahun berturut-turut. Perusahaan harus telah
menggantinya setelah tahun buku 2003 jika sebelumnya belum mengganti auditor
selama lima tahun (belakangan, tahun 2008 batasan itu dirubah menjadi enam tahun,
PMK 17/PMK.01/2008). Konkretnya, jika sebuah perusahaan telah menunjuk satu
auditor yang sama sejak tahun 1999, maka pada tahun 2004 mereka harus mengganti
auditornya dengan auditor yang lain. Menurut (Prastiwi dan Wilsya, 2009), manfaat
lain adanya rotasi KAP adalah meningkatkan lingkungan kompetitif audit akibat
meningkatnya kebutuhan akan jasa audit pada perusahaan-perusahaan go public
maupun yang non-go public, dan mengurangi biaya audit. Perusahaan mempunyai
banyak pilihan KAP mana yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, juga adanya
pilihan biaya audit (mencari KAP dengan audit fee yang lebih murah). Selain
memiliki manfaat, rotasi KAP juga memiliki beberapa kelemahan (Petty dan
Cuganesan, 1996 dalam Prastiwi dan Wilsya, 2009:63), yaitu (1) Hubungan baik
antara auditor dan klien berakhir secara “premature” akibat adanya pergantian auditor
7 audit fees, (4) Rotasi KAP yang berakibat pada meningkatnya persaingan diantara
KAP dapat juga mengakibatkan solidaritas profesional yang rendah. Keadaan posisi
keuangan mungkin juga menjadi faktor dalam proses pergantian auditor.
Hubungan berakhir secara premature yang disebabkan adanya kewajiban
untuk mengganti auditor setelah jangka waktu tertentu berarti klien harus mencari
KAP lain yang sesuai dengan kebijakan akuntansi dan manajemen perusahaan. Klien
juga dapat kehilangan kualitas kerja dengan mengganti auditornya karena KAP baru
belum tentu memahami entitas bisnis dengan lebih baik dibanding dengan KAP yang
lama. Disamping itu, pergantian auditor akan membuat perusahaan mengeluarkan
biaya awal audit (start fee audit) yang lebih besar untuk pelaksanaan jasa audit dari
KAP baru. Rotasi KAP juga akan menyebabkan solidaritas profesional antar KAP
rendah yang disebabkan oleh tingkat persaingan yang tinggi untuk mendapatkan
8 Berikut merupakan kasus-kasus perusahaan yang memiliki hubungan yang
panjang dengan auditornya yang disajikan pada tabel 1.1 ini:
Tabel 1.1 Kasus
No. Nama Perusahaan Kasus
1 Enron Corporation Diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen selama 16 tahun sejak 1985, yang menyebabkan tidak independensinya Kantor Akuntan Publik tersebut karena Arthur juga menyediakan jasa non-audit bagi Enron. Banyak pihak berpendapat bahwa hal ini disebabkan akibat adanya hubungan kerja yang panjang antara KAP dan klien yang memungkinkan menciptakan suatu resiko excessive familiarity (berlebihnya keakraban) yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan independensi KAP.
2 PT BAT Indonesia PT BAT Indonesia hanya memiliki satu auditor yaitu kantor akuntan yang sama dengan yang berafiliasi ke PWC (Price Waterhouse Coopers) sekarang ini, walaupun KAP tersebut telah berganti nama beberapa kali sejak tahun 1979 hingga 2004. Artinya, selama 25 tahun mereka tidak pernah mengganti auditor.
3 PT Aqua Golden Mississippi
Tahun 1989-2001 (13 tahun) Aqua diaudit oleh KAP Utomo dan KAP Prasetio Utomo dimana kedua KAP ini merupakan KAP yang sama. Tahun 2002 mereka pindah ke KAP Prasetio, Sarwoko, dan Sanjaya. KAP ini adalah kelanjutan dari KAP Prasetio Utomo yang bubar dan menggabungkan diri ke KAP Sarwoko dan Sanjaya. Sebagian orang berpendapat bahwa KAP yang baru ini (yang berafiliasi ke Ernst & Young) adalah kelanjutan dari KAP yang pertama (Arthur Andersen). Sehingga, bisa dikatakan bahwa selama 14 tahun PT Aqua diaudit oleh satu KAP.
9 Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Chadegani, et.al., (2011)
yang menguji 6 faktor (opini audit, kualitas audit, perubahan fee audit, pergantian
manajemen, financial distress, dan ukuran perusahaan klien) yang dianggap
berpengaruh terhadap auditor switching di Tehran Stock Exchange, dan hasilnya
menunjukkan bahwa hanya kualitas audit yang berpengaruh secara signifikan
terhadap auditor switching.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiarini dan Sudarno (2012) menggunakan
variabel ukuran KAP, kesulitan keuangan perusahaan, kepemilikan oleh publik,
pergantian manajemen, serta pergantian komite audit terhadap auditor switching.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap
auditor switching dan pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap auditor
switching.
Penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi dan Wilsya (2009:62) menyatakan
bahwa tipe KAP dan pertumbuhan perusahaan (yang diukur dengan total asset)
berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan pergantian KAP. Sedangkan
ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (yang diukur dengan perubahan sales,
perubahan MVE dan perubahan income) dan masalah keuangan tidak berpengaruh
signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor di
Indonesia. Kecenderungan untuk melakukan auditor switching telah ditemukan
10 Penelitian Divianto (2011) menguji ukuran KAP dan opini auditor terhadap
auditor switching. Penelitian ini memberikan bukti bahwa opini audit berpengaruh
terhadap auditor switching, sedangkan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap
auditor switching.
Penelitan yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007) menguji
pengaruh pergantian manajemen perusahaan, opini akuntan, fee audit, kesulitan
keuangan perusahaan, ukuran KAP, dan persentase perubahan ROA sebagai variabel
independen, terhadap perusahaan go public di Indonesia berpindah KAP sebagai
variabel dependennya. Penelitian ini membuktikan bahwa fee audit memiliki
pengaruh positif terhadap auditor switching dan ukuran KAP memiliki pengaruh
negatif terhadap auditor switching di Indonesia.
Dalam penelitian Nasser, et al,. (2006), ukuran klien serta financial distress
berpengaruh secara signifikan terhadap audit switching. Beberapa penelitian yang
dilakukan menemukan bahwa perusahaan kecil yang lebih sering menerima opini
wajar dengan pengecualian (qualified) dibanding dengan perusahaan besar cenderung
untuk melakukan pergantian auditor (Gul et al., 1992; Krishnan et al., 1996 dalam
Chadegani et al., 2011:162). Karena hasil yang berbeda-beda tersebut, peneliti akan
menguji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching pada
perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sebenarnya faktor apa saja yang mempengaruhi mempengaruhi auditor switching di
11 Disamping itu, auditor switching masih sangat menarik untuk diteliti karena
banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan
auditor switching. Faktor tersebut dapat berasal dari klien ataupun dari auditor.
Faktor penyebab pergantian auditor yang berasal dari klien, seperti adanya pergantian
manajemen, initial public offering, kondisi keuangan perusahaan, dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang berasal dari auditor seperti fee audit, opini audit yang
diberikan, kualitas audit, dan sebagainya.
Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya terutama pada
penelitian yang dilakukan oleh Chadegani et.al (2011) dan Divianto (2011).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan 4 variabel independen serta 1 variabel dependen,
dimana variabel dependen merupakan auditor switching, sedangkan variabel
independennya berupa pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan
klien, serta perubahan fee audit, dimana variabel penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Divianto (2011) dimana penelitian ini menambah
jumlah variabel seperti pergantian manajemen, ukuran perusahaan klien, serta
perubahan fee audit.
2. Penelitian ini dilakukan di Indonesia, sedangkan pada penelitian Chadegani et.al
12 3. Penelitian ini mengambil sampel tahun penelitian yang lebih baru, yaitu dengan
menggunakan laporan keuangan dari tahun 2006-2012, sedangkan penelitian
Chadegani et al., (2011) mengambil sampel dari tahun 2003-2007.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Apakah pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, dan perubahan
fee audit berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penulis
melakukan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh
pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan, dan perubahan fee audit
terhadap auditor switching.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta berguna bagi
berbagai pihak, antara lain:
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan akuntansi
khususnya dalam bidang auditing dengan memberikan bukti empiris mengenai
13 perubahan fee audit terhadap auditor switching. Disamping itu, penelitian ini
diharapkan dapat memperkuat temuan-temuan dari penelitian sebelumnya.
b. Bagi Auditor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktik bagi
auditor dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan klien
melakukan auditor switching serta sebagai referensi agar auditor dapat selalu
menjaga profesionalitas serta independensinya saat melakukan hubungan kerja
dengan klien.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan penulis mengenai pengaruh pergantian manajemen, opini audit,
ukuran perusahaan klien, serta perubahan fee audit terhadap auditor switching
sebagai kajian dalam bidang akuntansi, khususnya auditing.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang
akan datang serta dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan
penelitian terkait dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil 1. Teori Agensi
Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal)
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa, kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.
Penyebab timbulnya masalah agensi ini yaitu adanya konflik kepentingan antara
principal dan agent, akibat tidak bertemunya tujuan yang sejalan diantara mereka.
Pada saat pemegang saham (principal) menunjuk manajer (agent) sebagai
pengelola dan pengambil keputusan bagi perusahaan, pada saat itulah muncul
hubungan keagenan antara pemegang saham dengan manajer. Manajer
mengemban tanggung jawab moral untuk mengoptimalkan kepentingan
pemegang saham (principal). Namun, di sisi lain manajer juga memiliki tujuan
untuk memaksimumkan kesejahteraan dan kepentingannya sehingga terdapat
kemungkinan agent tidak selalu bertindak untuk kepentingan terbaik principal
(Jensen dan Meckling, 1976:5).
Manajer sebagai pihak yang mengelola perusahaan, dimana ia memiliki
informasi internal yang lebih banyak mengenai keadaan serta prospek perusahaan
di masa yang akan datang dibandingkan dengan informasi yang dimiliki oleh
15 pemegang saham. Ketidakmampuan atau keenggsanan manajemen untuk
mengoptimalkan kepentingan pemegang saham menimbulkan apa yang disebut
dengan masalah keagenan (agency problem). Jensen (1986) menyatakan bahwa
masalah keagenan timbul karena orang cenderung untuk mementingkan dirinya
sendiri serta munculnya konflik ketika beberapa kepentingan bertemu dalam suatu
aktivitas bersama.
Manajer (agent) yang memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan pemegang saham (principal) harus mengungkapkan informasi akuntansi
yang memaparkan keadaan perusahaan melalui laporan keuangan. Permasalahan
akan muncul saat informasi yang diterima pihak yang berkepentingan tidak sama
dengan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Keadaan ini dikenal sebagai
asimetri informasi yang terjadi karena agent lebih unggul dalam mengetahui dan
memahami informasi dibanding dengan principal. Principal menginginkan
pengembalian secepatnya serta menguntungkan atas investasi yang telah
dilakukannya terhadap perusahaan. Sedangkan agent memiliki tujuan untuk
memperoleh kesempatan menerima bonus dan insentif yang lebih besar atas
pencapaian kinerjanya.
Penilaian prestasi agent dinilai oleh principal berdasarkan kemampuan
agent memperbesar keuntungan yang akan dibagikan pada pembagian dividen.
Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka agent dianggap
16 karena itu, agent berusaha untuk memenuhi tuntutan principal untuk memperoleh
insentif yang memadai. Jika tidak dilakukan pengawasan yang cukup, agent bisa
melakukan berbagai cara sehingga seolah-olah target perusahaan tercapai. Agent
dapat melakukan perubahan-perubahan di beberapa kondisi perusahaan untuk
membuat laba yang seolah-olah naik, padahal pada kenyataannya perusahaan
merugi ataupun mengalami penurunan laba.
Bukti teoritis mengenai pergantian auditor didasarkan pada teori agensi.
(Sulistiarini dan Sudarno, 2012:2). Baik principal maupun agent ingin
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya serta ingin terhindar dari resiko yang
mungkin terjadi dalam perusahaan. Dalam teori agensi, auditor independen
berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principal) yang berbeda
kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi
yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manajer.
Teori ini digunakan sebagai dasar hipotesis pertama dan ketiga dimana pergantian
manajemen dan ukuran perusahaan klien dapat mempengaruhi keputusan
perusahaan untuk melakukan auditor switching.
2. Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008
Di Indonesia, peraturan mengenai rotasi KAP telah diterapkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan. Pasal 4 ayat 1 dan 2 UU Nomor 5 tahun 2011
tentang akuntan publik menyebutkan bahwa pemberian jasa audit oleh Akuntan
17 buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu. Ketentuan
mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Dimulai dengan KMK No.423/KMK.06/2002 yang kemudian
diamandemen menjadi KMK No.359/KMK.06/2003. Aturan tersebut
disempurnakan dengan dikeluarkannya PMK No.17/PMK.01/2008. Dalam pasal 3
ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan tahun 2008 disebutkan bahwa pemberian jasa
audit umum dalam suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun
berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun buku
berturut-turut pada satu klien yang sama. Disamping itu, dalam pasal 3 ayat 2 dan
3 diatur bahwa akuntan publik dan kantor akuntan dapat menerima kembali
penugasan audit setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien
yang seperti yang disebutkan di atas.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
359/KMK.06/2003 dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” merupakan dasar yang
digunakan dalam penelitian karena periode waktu penelitian ini adalah tahun
2006-2012.
3. Auditor Switching
Auditor switching merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan
18 Berdasarkan bukti teoritis, dengan adanya rotasi auditor mengakibatkan masa
perikatan audit (audit tenure) yang lebih pendek dan perusahaan akan melakukan
perpindahan auditor (Nasser et al, 2006:4). Dalam menerima suatu perikatan,
seorang auditor memiliki tanggung jawab profesional terhadap masyarakat, klien,
dan anggota profesi akuntan publik lainnya. Oleh karena itu, keputusan untuk
menerima klien audit baru atau melanjutkan hubungan dengan klien yang telah
ada tidak boleh dianggap remeh.
Auditor perlu memperhatikan dengan cermat setiap penugasan audit
terutama audit atas klien baru. Klien baru ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
(1) klien yang sama sekali belum pernah diaudit dan (2) klien pindahan dari KAP
lain. Auditor harus memahami terlebih dahulu latar belakang serta
informasi-informasi yang berhubungan dengan entitas bisnis klien untuk memperoleh
pemahaman yang memadai sebelum menandatangani kontrak penugasan audit.
Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Keuangan
No.423/KMK.06/2002 yang diubah menjadi Keputusan Menteri Keuangan
No.359/KMK.06/2003 mengharuskan agar perusahaan mengganti KAP yang telah
mendapat penugasan audit selama lima tahun berturut-turut. Perusahaan yang
mengganti KAP-nya yang sudah mengaudit selama lima tahun tidak akan
menimbulkan pertanyaan karena perpindahan auditor bersifat mandatory.
Peraturan tersebut diperbarui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan
19 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun
buku berturu-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk tiga tahun
buku berturut-turut.
Pergantian auditor secara wajib dengan secara sukarela bisa dibedakan
atasdasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor.
Jikapergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada
sisiklien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib, perhatian utama beralih
kepada auditor (Febrianto, 2009). Perhatian pada sisi klien seperti kesulitan
keuangan perusahaan, manajemen yang gagal, perubahan kepemilikan/ownership,
initial public offering, ukuran perusahaan klien, dan sebagainya. Perhatian dari
sisi auditor seperti fee audit, kualitas audit, opini audit, dan sebagainya.
Perusahaan yang mengganti auditor akan mengeluarkan biaya yang
seharusnya tidak perlu dikeluarkan apabila dia tetap menggunakan auditor yang
sama. Contohnya, auditor yang baru ditugaskan atas perusahaan klien, hal
pertama yang harus dilakukan adalah memahami lingkungan kerja klien dan
menentukan resiko audit. Bagi auditor yang sama sekali belum mengerti dengan
keadaan tersebut, maka auditor akan memerlukan biaya awal (start-up) yang lebih
tinggi, yang akhirnya dapat menaikkan fee audit. Selain itu, auditor yang
menjalankan tugasnya ditahun awal terbukti memiliki kemungkinan kekeliruan
20 Akibat lain dari adanya rotasi auditor yang terlalu sering adalah dari sisi
klien, yaitu auditor yang melaksanakan tugas audit di perusahaan klien di tahun
pertama sedikit banyak akan mengganggu kenyamanan kerja karyawan, dengan
bertanya semua persoalan tentang perusahaan yang seharusnya tidak dilakukan
apabila auditor tidak berganti. American Institute of Certified Public Accountans
(AICPA) menyatakan bahwa kelemahan dari rotasi auditor adalah bahwa
pengetahuan yang diperoleh selama meningkatkan kualitas pekerjaan audit akan
sia-sia dengan pengangkatan auditor baru, dengan kata lain kualitas audit akan
menurun.
Klien mengganti auditornya ketika tidak ada aturan yang mengharuskan
pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal yaitu auditor
mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun di antara
keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi
dan ke auditor mana klien tersebut akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut
adalahkarena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi
klienakan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.
4. Pergantian Manajemen
Teori yang berkaitan dengan pergantian manajemen adalah teori agensi
yang dikemukakan oleh Anthony dan Govindarajan (2002), yang menyatakan
bahwa hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (principle) menyewa pihak
21 mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.
Hubungan antara auditor dengan klien merupakan hubungan timbal balik, dimana
klien menyewa jasa auditor untuk mengaudit laporan keuangannya sehingga
laporan tersebut dapat diandalkan dan relevan sehingga dapat menarik investor,
sedangkan auditor harus secara professional dalam mengaudit laporan keuangan
klien serta mengungkapkan secara transparan dan objektif. Jika manajemen
menilai auditor tidak kompeten dalam melaksanakan tugasnya, tentu akan
membuat manajemen berpikir untuk melakukan auditor switching.
Pergantian manajemen dalam suatu perusahaan memungkinkan manajer
yang baru untuk memilih auditor yang memiliki hubungan baik dengan
perusahaan ataupun memilih auditor yang dapat menghormati pilihan-pilihan serta
kebijakan akuntansi mereka (Schwartz dan Menon, 1985, dalam Chadegani et.al,
2011:161). Menurut Damayanti dan Sudarma (2007:9), pergantian manajemen
merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat disebabkan karena
keputusan rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan
sendiri. Adanya manajemen yang baru mungkin juga diikuti oleh perubahan
kebijakan dalam bidang akutansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Disini manajer
yang baru membutuhkan auditor yang mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan
22
5. Opini Audit
Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam
proses audit atapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan
informasi utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang
apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Pemberian opini
audit dilakukan oleh auditor melalui beberapa tahap proses audit sehingga auditor
dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan terhadap laporan
kuangan klien yang telah diaudit.
Berdasarkan standar profesional akuntan publik seksi 508, pendapat
auditor dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu :
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified)
Pendapat ini dikeluarkan auditor jika tidak adanya pembatasan
terhadap auditor dalam lingkup audit dan tidak ada pengecualian yang
signifikan mengenai kewajaran, tidak menemukan adanya kesalahan material
atau penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
serta penerapan standar akutansi keuangan dalam laporan keuangan disertai
dengan pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit
tipe ini merupakan laporan yang paling diharapkan dan dibutuhkan oleh semua
pihak, baik oleh klien maupun oleh pihak-pihak berkepentingan lainnya.
Arens et. al., (2004:27) menyatakan bahwa terdapat beberapa kondisi
23 dianggap menyajikan secara wajar kepada posisi keuangan dan hasil suatu
organisasi agar sesuai dengan standar akuntansi keuangan yaitu:
1) Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun
laporan keuangan,
2) Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah
cukup dijelaskan,
3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan
dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan
standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Pendapat wajar tanpa pengecualian ini dikeluarkan jika semua laporan
keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, serta catatan atas laporan keuangan) telah lengkap diberikan dan tidak ada
keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau
modifikasi kata-kata dalam laporan audit. Dengan mengeluarkan pendapat
wajar tanpa pengecualian (unqualified), auditor menyatakan bahwa laporan
keuangan klien disajikan secara wajar dalam semua hal material sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Paragraph)
Suatu paragraf penjelas dalam laporan audit diberikan oleh auditor
24 tersebut, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian
atas laporan keuangan. Keadaan yang menjadi penyebab utama
ditambahkannya suatu kalimat penjelas atau modifikasi kata-kata dalam
laporan audit baku adalah:
1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum,
2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas,
3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan,
4) Penekanan atas suatu hal,
5) Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya,
6) Pendapat wajar sebagian didasarkan pada laporan audit yang melibatkan
auditor lain.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas diberikan
ketika auditor merasa perlu memberikan informasi tambahan mengenai
laporan keuangan yang disajikan klien. Meskipun suatu proses audit telah
dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan serta laporan keuangan telah
disajikan secara wajar, jika auditor merasa perlu untuk memberikan informasi
tambahan, maka dikeluarkanlah pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
25
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified)
Ada beberapa kondisi yang mengharuskan seorang auditor memberikan
pendapat wajar dengan pengecualian, diantaranya yaitu:
1) Klien membatasi ruang lingkup audit,
2) Kondisi-kondisi yang ada diluar kekuasaan klien ataupun auditor
menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting,
3) Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan,
4) Ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi keuangan yang
digunakan dalam menyusun laporan keuangan.
Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan memang
telah disajikan secara wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material
atau terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum pada
saat penyiapan laporan keuangan. Dengan adanya kondisi-kondisi tersebut,
auditor dapat mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified).
d. Pendapat tidak Wajar (Adverse)
Pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa
pengecualian. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan
klien tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Hal ini disebabkan karena laporan
26 Selain itu, pendapat tidak wajar disebabkan karena ruang lingkup auditor
dibatasi sehingga bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya
tidak dapat dikumpulkan. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh
auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali
tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi
keuangan untuk pengambilan keputusan.
e. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer)
Jika auditor tidak memberikan pendapat atas objek audit, maka laporan ini
disebut laporan tanpa pendapat (disclaimer). Hal ini disebabkan beberapa kondisi,
yaitu adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya,
kemudian karena auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam
aspek kinerja, maka kondisi ini dapat menyebabkan auditor untuk memberikan
opini disclaimer.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat
tidak wajar adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor
mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan
auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer) karena ia tidak
cukup memperoleh bukti atau kurang memiliki pengetahuan mengenai kewajaran
laporan keuangan auditan atau karena adanya ketidaktercapaian kata sepakat
27
6. Ukuran Perusahaan Klien
Variabel ini menunjukkan besar kecilnya perusahaan klien. Ukuran
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, nilai pasar saham,
nilai penjualan, dan lain-lain. Umumnya, perusahaan dikategorikan menjadi tiga
kelompok berdasarkan total aset perusahaan, yaitu perusahaan besar, perusahaan
menengah, dan perusahaan kecil. Menurut Machfoedz (1994) dalam Febrianty
(2011:297) mengemukakan bahwa penentuan perusahaan ini didasarkan pada
total aset perusahaan. Berikut disajikan kategori ukuran perusahaan:
a. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih
besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan
lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp
1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih
besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar/tahun.
c. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil
28 Selain itu, ukuran perusahaan yang didasarkan pada total aset diatur
dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa:
“Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah total
aset tidak lebih dari 100 milyar rupiah”. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini
dilihat berdasarkan besarnya total aset yang dimiliki perusahaan karena nilai
aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan
penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan ini dihitung
dengan menggunakan logaritma natural (Ln) dari total aktiva. Semakin besar total
aset yang dimiliki perusahaan, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
7. Perubahan Fee Audit
Fee audit adalah honorarium atau upah yang dibebankan oleh akuntan
publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik
terhadap laporan keuangan. Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
dalam penerimaan penugasan audit. Besarnya fee anggota dapat bervariasi
tergantung oleh risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP
yang bersangkutan, dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak
diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat
merusak citra profesi. Masyarakat pada umumnya cenderung mengasosiasikan
29 Menurut Halim (2008:36), ada beberapa cara dalam penentuan atau
penetapan fee audit antara lain: (1) per diem basis, (2) flat atau kontrak basis dan
(3) maksimum fee basis. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Per diem basis
Pada cara ini fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan
oleh tim auditor. Pertama kali audit fee per jam ditentukan, kemudian
dikalikan dengan jumlah waktu atau jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee
audit per jam untuk tiap tingkatan staf tertentu dapat berbeda-beda.
b. Flat atau Kontrak basis
Pada cara ini audit fee dihitung sekaligus secara borongan tanpa
memperhatikan waktu audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan
terselesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian.
c. Maksimum fee basis
Cara ini menggunakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama kali
tentukan tarif per jam, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu
tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak
mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam atau waktu kerja.
Seorang auditor tentunya bekerja untuk memperoleh penghasilan yang
memadai. Oleh sebab itu, penentuan fee audit harus disepakati bersama baik oleh
klien maupun auditor tersebut. Pengurangan fee audit telah diidentifikasi dalam
30 Eichenseher dan Shields (1983) dalam Chadegani et.al (2011:163) menemukan
bahwa fee audit dan hubungan kerja yang baik merupakan dua faktor penting
yang dapat mempengaruhi keputusan pemilihan auditor yang dilakukan
perusahaan. Perusahaan tentunya dihadapkan dengan persoalan-persoalan baru
yang muncul setiap waktu yang dapat memicu kenaikan dalam fee audit.
Ketika fee audit melampaui batas toleransi yang ditetapkan perusahaan,
perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran fee audit yang lebih rendah
meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka gunakan untuk
mengaudit laporan keuangan perusahaan. Saat manajer merasa tidak nyaman
dengan fee audit yang mereka bayarkan, mereka akan mencoba untuk melakukan
auditor switching sehingga dapat menemukan penawaran yang lebih baik dengan
fee audit yang mereka tawarkan.
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini
31
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Pergantian Manajemen (X1), Opini Audit (X2), Ukuran Perusahaan Klien (X3), Perubahan Fee Audit (X4), Auditor Swtiching (Y)
No Judul & Peneliti Metodologi Hasil X1 X2 X3 X4 Y
32 Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul & Peneliti Metodologi Hasil X1 X2 X3 X4 Y
3 Analisis Pengaruh Opini Audit Going Concern dan Pergantian Manajemen pada Auditor Switching
(Nur Wahyuningsih dan I Ketut Suryanawa, 2012)
35
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
penting. Faktor-faktor tersebut yaitu pergantian manajemen, opini audit, ukuran
perusahaan klien, dan perubahan fee audit yang dianggap dapat mempengaruhi
perusahaan dalam melakukan auditor switching. Penelitian ini menguji pengaruh
pergantian manajemen (X1), opini audit (X2), ukuran perusahaan klien (X3), serta
perubahan fee audit (X4) terhadap auditor switching (Y).
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, gambaran menyeluruh
penelitian ini yang mengangkat tentang pengaruh yang terjadi pada pergantian KAP
36
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Independen Variabel Dependen
Pergantian Manajemen
Auditor Switching Ukuran Perusahaan Klien
Opini Audit
Perubahan Fee Audit
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching”
Adanya tingkat kedekatan antara auditor dengan klien yang menyebabkan skandal akuntansi yang dilakukan oleh Akuntan Publik.
Dikeluarkannya The Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang pembatasan praktik jasa akuntan
publik yang diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik
Basis Teori
Metode Analisis: Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
37
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. Pergantian Manajemen dengan Auditor Switching
Pergantian manajemen perusahaan terjadi jika perusahaan mengubah
jajaran dewan direksinya. Damayanti dan Sudarma (2007:9) menyatakan bahwa
pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat
disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti
karena kemauan sendiri. Apabila perusahaan mengubah dewan direksi, baik
direktur maupun komisaris akan menimbulkan adanya perubahan dalam
kebijakan perusahaan. Setiap manajemen memiliki gaya kepemimpinan dan
tujuan masing-masing. Jadi, jika terdapat pergantian manajemen secara langsung
atau tidak langsung mendorong auditor switch karena manajemen perusahaan
yang baru cenderung akan mencari KAP yang sesuai dengan kebijakan-kebijakan
manajemen.
Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu
memiliki sifat self interest, maka pihak agen lebih cenderung memilih KAP yang
sesuai dengan keinginan agen. Schwartz dan Menon (1985) dalam Chadegani
et.al. (2011:161), serta Wahyuningsih dan Suryanawa (2012:7) menyatakan
bahwa perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti
KAP-nya karena manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan
38 Berdasar statistik tersebut bahwa ketika terjadi pergantian CEO di dalam
perusahaan, maka pihak CEO cenderung memilih KAP yang sesuai dengan
keinginannya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zadeh dan Roohi
(2010), Wijayani dan Januarti (2011), Wahyuningsih dan Suryanawa (2012),
Sulistiarini dan Sudarno (2012) menemukan bukti bahwa pergantian manajemen
berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007) serta Chadegani et al.,
(2011) tidak menemukan pengaruh yang signikan antara pergantian manajemen
dengan auditor switching. Berdasarkan hasil yang berbeda-beda tersebut, maka
dirumuskan hipotesa sebagai berikut:
Ha1: Pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap auditor switching.
2. Opini Audit dengan Auditor Switching
Setelah mengaudit laporan keuangan klien, auditor memberikan opininya
terhadap laporan keuangan tersebut. Opini yang diberikan oleh auditor dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pihak yang
berkepentingan, misalnya investor. Investor akan merasa lebih yakin untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki opini WTP pada laporan
keuangan.
Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak
dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin
39 (Tandirerung, 2006 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007:5). Manajemen akan
memberhentikan auditornya atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas
laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih
lunak/more pliable (Carcello dan Neal, 2003 dalam Damayanti dan Sudarma,
2007:5). Divianto (2011) mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan
cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan
keuangannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa klien yang mendapat opini audit yang tidak diharapkan atas laporan keuangannya akan cenderung mengganti KAP.
Hal ini didukung oleh penelitian Chow dan Rice (1982), Hudaib dan
Cooke (2005) dan Divianto (2011) menemukan bukti empiris bahwa opini audit
meningkatkan tingkat auditor switching, sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Chadegani, Mohamed, dan Jari (2011) menemukan bahwa opini audit tidak
berpengaruh secara signifikan pada perusahaan go public di Malaysia. Dengan
adanya hasil penelitian yang beragam tersebut, maka dirumuskan hipotesa sebagai
berikut:
Ha2: Opini audit berpengaruh positif terhadap auditor switching.
3. Ukuran Perusahaan Klien dengan Auditor Switching
Ukuran perusahaan klien merupakan suatu skala di mana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang dihubungan dengan keadaan
keuangan perusahaan. Perusahaan yang besar dipercayai dapat menyelesaikan
kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil
40 total aset. Francis et al. (1988), Naaser et al. (2006), serta Suparlan dan Andayani
(2010) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh
signifikan terhadap pemilihan kantor akuntan publik. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Chadegani, Mohamed, dan Jari (2011) menemukan bahwa ukuran
perusahaan klien tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.
Sinason et al., (2001:4) mengemukakan bahwa perusahaan besar mungkin
memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru. Kenaikan biaya
(baik langsung dan tidak langsung) dapat menyebabkan peningkatan hubungan
auditor-klien, sehingga meningkatkan penguasaan auditor. Klien juga dikenai
biaya awal saat terlibat auditor baru. Misalnya, personil klien banyak
menghabiskan waktu dengan auditor baru untuk memberikan informasi mengenai
bisnis klien. Hal itu menimbulkan biaya tidak langsung ketika membina
hubungan baru dengan auditor baru.
Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan
peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan
KAP yang dapat mengurangi agency cost dan ancaman kepentingan pribadi
auditor (Hudaib dan Cooke, 2005:8). Hal ini berarti, klien besar memiliki
kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor dibandingkan klien yang
kecil. Berdasarkan penemuan tersebut, dapat dirumuskan hipotesa sebagai
berikut:
41
4. Perubahan Fee Audit dengan Auditor Switching
Pengurangan fee audit telah diidentifikasi dalam penelitian-penelitian
sebelumnya sebagai alasan utama dalam auditor switching. Menurut Eichenseher
dan Shields (1983) dalam Chadegani et al. (2011:163), fee audit dan hubungan
kerja yang baik merupakan dua faktor penting yang dapat mempengaruhi
keputusan pemilihan auditor yang dilakukan perusahaan. Perusahaan tentunya
dihadapkan dengan persoalan-persoalan baru yang muncul setiap waktu yang
dapat memicu kenaikan dalam fee audit. Ketika fee audit melampaui batas
toleransi yang ditetapkan perusahaan, perusahaan akan mencari auditor dengan
penawaran fee audit yang lebih rendah meskipun mereka harus melepas auditor
yang biasa mereka gunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Saat
manajer merasa tidak nyaman dengan fee audit yang mereka bayarkan, mereka
akan mencoba untuk melakukan auditor switching sehingga dapat menemukan
penawaran yang lebih baik dengan fee audit yang mereka tawarkan.
Auditor menetapkan fee audit yang sesuai dan wajar dengan
mempertimbangkan tugas yang akan dikerjakan, apakah dalam pelaksanaannya
membutuhkan biaya yang tinggi, tingkat kesulitan, serta waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan proses auditnya. Tinggi rendahnya fee audit yang ditetapkan
menggambarkan image kantor akuntan publik di masyarakat dan apakah auditor
professional dalam bidangnya. Dorongan untuk melakukan auditor switching
42 KAP terhadap suatu perusahaan sehingga tidak tercapainya kesepakatan antara
perusahaan klien dengan KAP mengenai besarnya fee audit yang akan diterima
oleh auditor tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Chadegani, Mohamed, dan Jari (2011)
menemukan bahwa perubahan fee audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
auditor switching di Malaysia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Calderon dan Ofobike (2008), Damayanti dan Sudarma (2007), Zadeh dan Roohi
(2010), Wijayanti (2010) memperoleh bukti bahwa fee audit berpengaruh secara
signifikan terhadap auditor switching. Oleh karena itu, dapat dirumuskan hipotesa
sebagai berikut: