• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ALELOPATI EKSTRAK AIR DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara L.) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN KECAMBAH CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI ALELOPATI EKSTRAK AIR DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara L.) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN KECAMBAH CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI ALELOPATI EKSTRAK AIR DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara L.) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN

KECAMBAH CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

Oleh

Dini Ambarwaty Subowo

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak air daun tembelekan (Lantana camara L) mempengaruhi pertumbuhan kecambah cabai merah (Capsicum annuum L). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai November 2016 di Laboratorium Botani, Ruang Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Variabel dalam penelitian ini adalah daya kecambah, panjang tunas, berat segar, berat kering, kadar air relatif, kandungan klorofil total kecambah cabai merah. Penelitian dilaksanakan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor utama ekstrak air daun tembelekan yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi 0% v/v (kontrol), 25% v/v, 50% v/v, 75% v/v, dan 100% v/v. Analisis ragam dan uji BNT dilakukan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air daun tembelekan berkorelasi kuadratik dengan panjang tunas (y = - 0,05x + 11,152 R2 = 0,9816), berat segar akar (y = -8E-05x2 klorofil a. Penurunan panjang tunas dan berat segar terjadi pada konsentrasi 100% v/v, sedangkan penurunan kandungan klorofil total terjadi pada konsentrasi 75-100% v/v. Disimpulkan bahwa ekstrak air daun tembelekan bersifat alelopati terhadap kecambah cabai merah yaitu menghambat pertumbuhan kecambah cabai merah namun memiliki sensitivitas pada variabel tertentu.

(2)

STUDI ALELOPATI EKSTRAK AIR DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara L.) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN KECAMBAH

CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

(Skripsi)

Oleh

Dini Ambarwaty Subowo

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

STUDI ALELOPATI EKSTRAK AIR DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara L.) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN

KECAMBAH CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

Oleh

Dini Ambarwaty Subowo

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak air daun tembelekan (Lantana camara L) mempengaruhi pertumbuhan kecambah cabai merah (Capsicum annuum L). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai November 2016 di Laboratorium Botani, Ruang Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Variabel dalam penelitian ini adalah daya kecambah, panjang tunas, berat segar, berat kering, kadar air relatif, kandungan klorofil total kecambah cabai merah. Penelitian dilaksanakan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor utama ekstrak air daun tembelekan yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi 0% v/v (kontrol), 25% v/v, 50% v/v, 75% v/v, dan 100% v/v. Analisis ragam dan uji BNT dilakukan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air daun tembelekan berkorelasi kuadratik dengan panjang tunas (y = - 0,05x + 11,152 R2 = 0,9816), berat segar akar (y = -8E-05x2 klorofil a. Penurunan panjang tunas dan berat segar terjadi pada konsentrasi 100% v/v, sedangkan penurunan kandungan klorofil total terjadi pada konsentrasi 75-100% v/v. Disimpulkan bahwa ekstrak air daun tembelekan bersifat alelopati terhadap kecambah cabai merah yaitu menghambat pertumbuhan kecambah cabai merah namun memiliki sensitivitas pada variabel tertentu.

(4)

STUDI ALELOPATI EKSTRAK AIR DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara L.) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN

KECAMBAH CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

Oleh

Dini Ambarwaty Subowo

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Penmgetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara, Provinsi Lampung pada tanggal 18 Desember 1994, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Ir. Agus Subowo dan Ibu Alin Subowo.

Penulis mulai menempuh pendidikan pertamanya di Taman Kanak-Kanak Methodis Imanuel pada tahun 2000. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar Xaverius 3 Way Halim Permai, Bandar Lampung. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung pada tahun 2008. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah

Menengah Atas 9 Bandar Lampung.

(8)

(HIMBIO) FMIPA Unila sebagai anggota Bidang Sains dan Teknologi 2014-2015

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada bulan Januari-Maret 2016 di pekon Way Petai, Kec Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Bulan Juli-Agustus 2016 penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di PT. Perkebunan

Nusantara VII Distrik Bunga Mayang dengan judul “Keberhasilan Sterilisasi

(9)

Kupersembahkan karya kecilku ini:

Kepada mama dan papaku tersayang yang telah

memberikan segalanya untukku, kalian adalah

orang tua terbaik di dunia

Kakak dan adikku yang memberikan dukungan,

semangat, dan bantuannya untukku

Bapak dan ibu dosen yang telah membimbing dan

memberikan nasihat yang baik selama ini

Sahabat dan teman terbaikku atas kebersamaan,

pengertian, hiburan, dan bantuan selama ini

(10)

“Jadilah seperti karang dan

mutiara di bawah laut yang kuat

dihantam ombak dan

kerjakanlan hal yang bermanfaat

untuk diri sendiri dan orang

lain, karena hidup hanyalah

sekali. Ingat hanya pada Tuhan

Yang Maha Esa apapun dan di

manapun kita berada kepada

(11)

iii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya, shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Alelopati Ekstrak Air Daun

Tembelekan (Lantana camaraL.) terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Cabai Merah (Capsicum annuumL.)tepat pada waktunya. Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Bapak Ir, Zulkifli, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan, saran, dan kritik selama pembuatan skripsi ini.

2. Ibu Dra.Tundjung Tripeni Handayani, M.S, selaku pembimbing II yang telah memberikan perhatian, pengertian, bimbingan, dukungan serta nasihat yang baik kepada penulis.

3. Ibu Dra. Martha Lulus Lande, M.P, selaku pembahas yang telah memberikan masukan, kritik, dan sarannya. Terima kasih atas pengertiannya, walaupun beliau sakit,beliau selalu berusaha untuk bisa menghadiri seminar usul, hasil, dan kompre penulis.

4. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran, pengertian, nasihat, dan bimbingan selama penulis menyelesaikan studi.

(12)

iv

6. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. selaku koordinator seminar hasil. 7. Penulis mengucapkan rasa terimakasih untuk ibu Dra. Yulianty, M.Si.

Kepala laboratorium Botani.

Terimakasih juga saya ucapkan kepada bapak Hambali, bapak Tris dilaboratorium Botani 1 yang telah membantu dalam peminjaman alat dan semua keperluan penelitian.

8. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.

9. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dan selaku Pembimbing Akademik.

10. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas ilmu yang sudah diberikan selama penulis melaksanakan studi di Jurusan Biologi.

11. Teman-teman seperjuangan selama penelitian Ade Silvinia, Gia Kerlin, Karlisa Anggraeni, Oktarina Husaini, dan Rizka Devi Anggita yang selalu mendukung serta menilai tulisan saya, terimakasih atas bantuan kalian semua.Terkhusus untuk Herta Maniara Manullang terima kasih yang sudah meluangkan waktunya untuk membantu dan menemani penulis dalam melaksanakan penelitian.

(13)

v

13. Teman terdekat Balqis Ananda Putri, Meri Jayanti, Wiwit Nurkhasanah atas kebersamaan, keceriaan, kesabaran, pelajaran, motivasi, dan dukungan kepada penulis selama ini.

14. Teman-teman Biologi angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas kebersamaan, dukungan, motivasi, dan semangat untuk penulis. 15. Kakak tingkat 2011,2012 terutama Mbak Try Larasati dan Mbak Meri Yuliani

yang sudah membantu dan adik-adik tingkat 2014,2015.

16. Keluarga besar KKN Way Petai di Lampung Barat dan kelompok KKN Mbak Heni, Intan, Cindi, Bang Ade, Machfud, dan Dicky untuk kebersamaan, pengalaman, dan pembelajaran.

17. Keluarga besar PTPN VII Distrik Bunga Mayang, terima kasih atas ilmu 18. Almamater tercinta.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini dan masih dibutuhkan kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 16 Januari 2017 Penulis

(14)

vi DAFTAR ISI

Halaman

COVER ... ABSTRAK ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP ...

PERSEMBAHAN ... i

MOTTO ... ii

SANWACANA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Tanaman Cabai Merah ... 6

(15)

vii

C. Morfologi Tanaman Cabai Merah... 7

1. Daun ... 7

2. Bunga ... 8

3. Buah ... 8

4. Biji ... 9

D. Klasifikasi Tumbuhan Tembelekan ... 9

E. Morfologi Tumbuhan Tembelekan ... 9

1. Daun ... 9

2. Batang ... 10

3. Akar ... 10

4. Bunga ... 10

5. Buah ... 11

F. Efek Alelopati Daun Tembelekan ... 12

G. Alelopati ... 14

H. Senyawa Kimia ... 15

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ... 18

B. Alat dan Bahan ... 18

C. Rancangan Percobaan ... 19

D. Variabel dan Parameter ... 20

E. Cara Kerja ... 21

1. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Air Daun Tembelekan ... 21

2. Studi Perkecambahan Benih ... 21

3. Studi Pertumbuhan Kecambah ... 23

4. Pengamatan ... 23

4.1.Panjang Tunas ... 23

4.2.Berat Segar (Akar, Tunas, Total) ... 23

4.3.Berat Kering (Akar, Tunas, Total) ... 23

4.4.Penentuan Rasio Tunas Akar ... 24

4.5.Kadar Air Relatif ... 24

4.6.Kandungan Klorofil ... 24

F. Analisis Data ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 26

1. Daya Kecambah ... 26

2. Panjang Tunas ... 27

3. Berat Segar Akar ... 30

4. Berat Segar Tunas ... 32

5. Berat Segar Total ... 33

(16)

viii

7. Rasio Tunas Akar ... 37

8. Kadar Air Relatif ... 38

9. Kandungan Klorofil a ... 40

10. Kandungan Klorofil b ... 41

11. Kandungan Klorofil Total ... 44

B. Pembahasan ... 46

V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(17)

ix DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Notasi perlakuan dan ulangan ... 19

Tabel 2. Pembuatan larutan stok ekstrak air daun tembelekan ... 21

Tabel 3. Rata-rata jumlah benih cabai merah yang berkecambah ... 26

Tabel 4. Rata-rata panjang tunas kecambah cabai merah ... 28

Tabel 5. Perbedaan nilai tengah panjang tunas kecambah cabai merah antar perlakuan dan kontrol ... 28

Tabel 6. Rata-rata berat segar akar kecambah cabai merah ... 30

Tabel 7. Perbedaan nilai tengah berat segar akar antar perlakuan dan kontrol ... 30

Tabel 8. Rata-rata berat segar tunas kecambah cabai merah ... 32

Tabel 9. Rata-rata berat segar total kecambah cabai merah ... 34

Tabel 10. Perbedaan nilai tengah berat segar total antar perlakuan dan kontrol ... 34

Tabel 11. Rata-rata berat kering total kecambah cabai merah ... 36

Tabel 12. Rata-rata rasio tunas akar kecambah cabai merah ... 37

Tabel 13. Rata-rata kadar air relatif kecambah cabai merah ... 39

Tabel 14. Rata-rata kandungan klorofil a kecambah cabai merah ... 40

(18)

x

Tabel 16. Perbedaan nilai tengah kandungan klorofil b antar perlakuan dan kontrol... 42 Tabel 17. Rata-rata kandungan klorofil total daun kecambah cabai merah 44 Tabel 18. Perbedaan nilai tengah kandungan klorofil total antar

perlakuan dan kontrol ... 45 Tabel 19. Efek ekstrak air daun tembelekan terhadap pertumbuhan tanaman

cabai merah ... 47 Tabel 20. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien

keragaman ... 58 Tabel 21. Treatment Different∑ biji cabai merah yang berkecambah ... 58 Tabel 22. Analisis ragam hasil uji Levene∑ biji cabai merah yang

berkecambah ... 58 Tabel 23. Analisis ragam single factor∑ biji cabai merah yang

berkecambah... 59 Tabel 24. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien

keragaman ... 60 Tabel 25. Treatment Different panjang tunas kecambah cabai merah ... 60 Tabel 26. Analisis ragam hasil uji Levene panjang tunas kecambah cabai

merah ... 60 Tabel 27. Analisis ragam single factor panjang tunas kecambah cabai

merah ... 61 Tabel 28. Hasil uji BNT rata-rata panjang tunas kecambah cabai merah .. 61 Tabel 29. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien

keragaman ... 62 Tabel 30. Treatment Different berat segar akar kecambah cabai merah .... 62 Tabel 31. Analisis ragam hasil uji Levene berat segar akar kecambah

cabai merah ... 62 Tabel 32. Analisis ragam single factor berat segar akar kecambah cabai

(19)

xi

Tabel 33. Hasil uji BNT rata-rata berat segar akar kecambah cabai merah 64 Tabel 34. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien ..

keragaman ... 65 Tabel 35. Treatment Different berat segar tunas kecambah cabai merah .. 65 Tabel 36. Analisis ragam hasil uji Levene berat segar tunas kecambah cabai

merah ... 65 Tabel 37. Analisis ragam single factor berat segar tunas kecambah cabai

merah ... 66 Tabel 38. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien .

keragaman ... 67 Tabel 39. Treatment Different berat segar total kecambah cabai merah ... 67 Tabel 40. Analisis ragam hasil uji Levene berat segar total kecambah

cabai merah ... 67 Tabel 41. Analisis ragam single factor berat segar total kecambah cabai

merah ... 68 Tabel 42. Hasil uji BNT rata-rata berat segar total kecambah cabai merah 69 Tabel 43. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien

keragaman ... 70 Tabel 44. Treatment Different berat kering total kecambah cabai merah .. 70 Tabel 45. Analisis ragam hasil uji Levene berat kering total kecambah

cabai merah ... 70 Tabel 46. Analisis ragam single factor berat kering total kecambah cabai

merah ... 71 Tabel 47. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien ..

keragaman ... 72 Tabel 48. Treatment Different rasio tunas akar kecambah cabai merah .... 72 Tabel 49. Analisis ragam uji Levene rasio tunas akar kecambah cabai

(20)

xii

Tabel 50. Analisis ragam single factor rasio tunas akar kecambah cabai

merah ... 73 Tabel 51. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien ..

keragaman ... 74 Tabel 52. Treatment Different kadar air relatif pada kecambah cabai merah 74 Tabel 53. Analisis ragam hasil uji Levene kadar air relatif pada kecambah

cabai merah ... 74 Tabel 54. Analisis ragam single factor kadar air relatif pada kecambah cabai

merah ... 75 Tabel 55. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien

keragaman ... 76 Tabel 56. Treatment Different kandungan klorofil a pada daun kecambah

cabai merah ... 76 Tabel 57. Analisis ragam hasil uji Levene kandungan klorofil a pada daun

kecambah cabai merah... 76 Tabel 58. Analisis ragam single factor kandungan klorofil a pada daun

kecambah cabai merah... 77 Tabel 59. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien

keragaman ... 78 Tabel 60. Treatment Different kandungan klorofil b pada daun kecambah

cabai merah ... 78 Tabel 61. Analisis ragam hasil uji Levene kandungan klorofil b pada daun

kecambah cabai merah... 78 Tabel 62. Analisis ragam single factor kandungan klorofil b pada daun

kecambah cabai merah ... 79 Tabel 63. Hasil uji BNT rata-rata kandungan klorofil b terlarut pada daun

kecambah cabai merah... 80 Tabel 64. Rata-rata, standar deviasi, ragam, standar error, dan koefisien

(21)

xiii

Tabel 65. Treatment Different kandungan klorofil total terlarut pada daun

kecambah cabai merah ... 81 Tabel 66. Analisis hasil uji Levene kandungan klorofil total kecambah cabai

merah ... 81 Tabel 67. Analisis ragam single factor kandungan klorofil total kecambah

cabai merah ... 82 Tabel 68. Hasil uji BNT rata-rata kandungan klorofil total pada daun

(22)

xiv DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Morfologi buah cabai merah ... 8 Gambar 2. Morfologi bunga dan daun tembelekan ... 11 Gambar 3. Morfologi buah tembelekan ... 11 Gambar 4. Struktur kimia golongan flavonoids ... 16 Gambar 5. Susunan satuan percobaan setelah pengacakan ... 20 Gambar 6. Tata letak benih cabai yang dikecambahkan pada cawan ... 22 Gambar 7. Diagram jumlah benih cabai merah yang berkecambah dengan

ekstrak air daun tembelekan ... 27 Gambar 8. Kurva hubungan antara konsentrasi ekstrak air daun tembelekan

dengan panjang tunas kecambah cabai merah ... 29 Gambar 9. Kurva hubungan antara konsentrasi ekstrak air daun tembelekan

dengan berat segar akar kecambah cabai merah ... 31 Gambar 10. Diagram berat segar tunas kecambah cabai merah dan ekstrak

air daun tembelekan ... 33 Gambar 11. Kurva hubungan antara konsentrasi ekstrak air daun

tembelekan dengan berat segar kecambah cabai merah ... 35 Gambar 12. Diagram berat kering total kecambah cabai merah dan ekstrak

air daun tembelekan ... 36 Gambar 13. Diagram rasio tunas akar kecambah cabai merah dan

(23)

xv

Gambar 14. Diagram kadar air relatif kecambah cabai merah dan

ekstrak air daun tembelekan ... 39 Gambar 15. Diagram kandungan klorofil a daun kecambah cabai merah

dan ekstrak air daun tembelekan ... 41 Gambar 16. Kurva hubungan antara konsentrasi ekstrak air daun tembelekan

dengan kandungan klorofil b daun kecambah cabai merah ... 43 Gambar 17. Kurva hubungan antara konsentrasi ekstrak air daun tembelekan

(24)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Lantana camara merupakan tanaman perdu yang banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini merupakan gulma yang memiliki senyawa alelokimia. Di India, Lantana camara merupakan tumbuhan hijau (evergreen plant) yang banyak dijumpai, dan secara tradisional telah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan hal ini didukung oleh banyak data ilmiah (Reddy, 2013). Alelokimia ini dihasilkan oleh sebuah fenomena yang disebut alelopati.

(25)

2

dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino non protein, sulfida serta nukleosida. Menurut Yi et al. (2005) spesies Lantana camara L. memproduksi senyawa alelopati yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman, salah satunya trans -β caryophyllene.

Salah satu contoh tanaman yang dapat dihambat pertumbuhan dan

perkecambahannya adalah krokot kuda. Penelitian yang telah dilakukan oleh S. Jawahar dan K.Suseendran (2015) menunjukkan bahwa ekstrak air daun

Lantana camara menghambat perkecambahan biji dan pertumbuhan bibit tumbuhan krokot kuda (Trianthema portulacastrum). Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan cabai merah. Cabai merah merupakan bahan kebutuhan pangan yang digunakan untuk memasak oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Maka tidak heran, jika cabai merah sangat digemari karena memilki rasa pedas dan dapat merangsang selera makan. Sebagai sayuran, cabai merah selain memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai ekonomi tinggi (Harpenas dan Dermawan, 2011).

(26)

3

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak air daun

tembelekan mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan kecambah cabai merah.

C. Manfaat Penelitian

Dari sudut fisiologi tumbuhan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pemahaman karakteristik alelopati ekstrak air daun tembelekan terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah. Dari sudut agronomi hasil

penelitian diharapkan memberi kontribusi bagi pengelolaan gulma di kawasan pertanian.

D. Kerangka Pemikiran

Alelopati adalah suatu peristiwa dimana terjadi bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia. Senyawa ini disebut senyawa alelokimia. Alelopati terjadi ketika organisme hidup menghasilkan senyawa bioaktif dan senyawa ini memasuki lingkungan dan menghasilkan efek langsung atau tidak langsung pada

pertumbuhan dan perkembangan dari spesies yang sama atau lainnya (Seigler, 1996).

(27)

4

terpenoid ini dilepaskan oleh tanaman ke lingkungan melalui daun dan aerial part lainnya, emisi volatile, eksudasi akar, dan dekomposisi material tanaman. Penelitian yang telah dilakukan oleh Yi et al., 2005 menunjukkan bahwa spesies Lantana camara L. memproduksi senyawa alelopati yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman enceng gondok. Pada penelitian ini yang dihambat adalah pertumbuhan dan perkembangan tanaman enceng gondok. Ekstrak air daun tembelekan diketahui mengandung trans -β caryophyllene

(21,42%), sabinene (1,13%), α -humulene ( 9,97%), dan bicyclogermacrene

(5,77%). Pada penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan cabai merah.

Untuk mengetahui bagaimana karakteristik alelopati ekstrak air daun tembelekan terhadap tanaman pertanian maka peneliti mengevaluasi pertumbuhan tanaman cabai merah di gelas plastik yang diberi perlakuan ekstrak air daun tembelekan. Parameter pertumbuhan yang dipelajari adalah: daya kecambah, berat segar akar, berat segar tunas, berat segar kecambah, berat kering kecambah, kadar air relatif kecambah, rasio tunas akar, dan kandungan klorofil a,b, dan total.

E. Hipotesis

Ekstrak air daun tembelekan memberikan pengaruh terhadap variabel perkecambahan dan pertumbuhan kecambah cabai merah

H0: μ0=μ1

(28)

5

Keterangan:

μ0= variabel perkecambahan dan pertumbuhan kecambah kontrol

(29)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Tanaman Cabai Merah

Tanaman cabai (Capsicum annuum L) berasal dari dunia tropika dan

subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Pedagang Spanyol dan Portugis berperan dalam penyebaran cabai ke suluruh dunia termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia (Dermawan dan Asep Harpenas, 2010).

B. Klasifikasi Tanaman Cabai Merah

Klasifikasi taksonomi tumbuhan cabai merah menurut United State of

(30)

7

Regnum : Plantae

Subdivisi : Tracheobionta Divisi : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Subclassis : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L.

C. Morfologi Tanaman Cabai Merah

Tanaman cabai merah termasuk tanaman semusim yang tergolong ke dalam suku Solonaceae. Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya mencapai 1,5 – 2 m dan lebar tajuk tanaman dapat mencapai 1,2 m.

1. Daun

(31)

8

2. Bunga

Bunga cabai merah memiliki bentuk yang sama dengan famili Solanaceae lainnya. Berbentuk terompet atau campanulate. Cabai merah memiliki bunga berwarna putih bersih dan termasuk ke dalam bunga sempurna (Tindall, 1983).

3. Buah

Buah cabai merupakan buah sejati tunggal, terdiri dari satu bunga dan satu bakal buah. Buah ini terdiri atas bagian tangkai buah, kelopak daun dan buah. Bagian buah terdiri atas kulit buah berwarna hijau apabila masih dalam keadaan muda dan berwarna merah apabila sudah tua/masak. Permukaan buah rata dan licin, dan yang telah masak berwarna merah kilat. Buah menggantung terletak di percabangan/sekitar ketiak daun (Nawangsih dkk, 2001).

Morfologi buah cabai merah disajikan pada Gambar 1.

(32)

9

4. Biji

Bijinya berwarna kuning kecoklatan dengan bentuk bulat pipih seperti ginjal yang berukuran kecil (Sunaryono, 2003).

D. Klasifikasi Tumbuhan Tembelekan

Klasifikasi taksonomi tumbuhan tembelekan ( Lantana camara L.) menurut Mishra A (2014) adalah sebagai berikut:

Regnum : Plantae

Subdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Subclassis : Asteridae Ordo : Lamiales Famili : Verbenaceae Genus : Lantana

Spesies : Lantana camara L.

E. Morfologi Tumbuhan Tembelekan

1. Daun

(33)

10

kasar dan berambut banyak, sedangkan permukaan bagian bawah daunnya berambut jarang. Tepian daunnya bergerigi halus dengan pertulangan daun menyirip. Jika daun tembelekan diremas, akan mengeluarkan aroma yang sangat menyengat.

2. Batang

Tembelekan merupakan tanaman perdu. Pohonnya bisa tumbuh sampai dengan ketinggian 1700 m di atas permukaan laut dan bisa berdiri tegak hingga setinggi 4 m. Batangnya berkayu, persegi mempunyai cabang yang banyak. Sedangkan rantingnya sedikit berduri dan berambut.

3. Akar

Sistem perakaran tunggang dimana akar lembaga terus tumbuh menjadi akar utama pada tumbuhan ini. Memiliki cabang, dimana cabangnya memiliki serabut akar yang halus dan jauh lebih kecil. Terdapat bulu-bulu akar yang tumbuh dari akar pokok. Akar ini berfungsi untuk mencari air atau untuk memperluas bidang penyerapan dan untuk memperkuat berdirinya batang Lantana camara.

4. Bunga

(34)

11

sekitar 2,5 cm. Pembungaan terjadi antara Agustus dan Maret, atau sepanjang tahun jika kelembaban dan cahaya yang memadai tersedia. Morfologi bunga dan daun tembelekan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Morfologi bunga dan daun tembelekan (Naeem et al., 2009)

5. Buah

Bentuk buah sperikal dan merupakan buah jenis beri yang berair. Tangkai buah nya juga berambut. Warna buahnya akan berubah dari warna hijau ke warna hitam ketika sudah matang (Mishra A, 2014). Morfologi buah tembelekan ditunjukkan pada Gambar 3.

(35)

12

F. Efek Alelopati Daun Tembelekan (Lantana camara L.)

Efek alelopati Lantana camara terhadap perkecambahan dan perilaku pertumbuhan sejumlah 6 tanaman pertanian di Bangladesh telah dilaporkan oleh Ahmed, et al. pada tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak air daun Lantana camara yang berbeda menyebabkan efek penghambatan yang signifikan tehadap perkecambahan, pemanjangan tunas dan akar, dan perkembangan akar lateral tanaman reseptor. Bioassay juga menunjukkan bahwa efek penghambatan adalah proporsional dengan konsentrasi ekstrak dan konsentrasi yang lebih tinggi memiliki efek penghambatan yang lebih kuat sedangkan konsentrasi yang lebih rendah menunjukkan efek stimulasi yang lebih kuat pada penelitian sebelumnya. Efek penghambatan sangat nyata pada perkembangan akar dan akar lateral daripada tunas dan perkecambahan.

Perubahan- perubahan dalam level fenolik, flavonoid, dan proantosianidin dengan posisi daun telah dipelajari pada ranting-ranting Lantana camara oleh Bhakta dan Deepak Ganjewala pada tahun 2009. Daun pada posisi yang berbeda(dari pucuk ke pangkal pada ranting mewakili peningkatan gradient dalam umur daun, apikal menjadi daun yang paling muda. Studi menunjukkan bahwa berat segar, berat kering, dan luas daun meningkat dengan cepat dari posisi 1 sampai 5, sementara peningkatan yang tajam dalam level

(36)

13

kecil. Studi menunjukkan bahwa ekstrak yang berasal dari daun dari posisi 1 sampai 3 menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dari daun posisi 4 sampai 5.

Evaluasi efek alelopati Lantana camara terhadap regenerasi Pogonatum aloides dalam media kultur telah dilaporkan oleh Choyal dan Sanjay Kumar Sharma pada tahun 2011. Persentase regenerasi tumbuhan tersebut menurun dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak Lantana camara. Ekstrak daun yang didapatkan menunjukkan efek penghambatan maksimum begitu pula pada ekstrak batang dan akar.

El Kenany and Salama M. El Darier (2013) melaporkan efek alelopati daun lantana camara. Mereka telah meneliti efek ekstrak air panas dan dingin daun

Lantana camara terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman Phalaris minor dan Sorghum bicolor. Bioassay menunjukkan bahwa efek

(37)

14

G. Allelopati

Allelopati merupakan produk sekunder dari proses metabolisme tanaman (Haddadchi dan Gervani, 2009). Allelopati dapat dijumpai pada hampir semua jenis tanaman dan dalam banyak jaringan seperti daun, batang, bunga, buah, biji maupun akar (Putnam, 1988). Alellopati yang dapat menghambat pertumbuhan dari beberapa spesies tanaman pada konsentrasi tertentu kemungkinan dapat merangsang pertumbuhan tanaman dari spesies yang sama atau berbeda pada konsentrasi yang berbeda (Narwal, 1996). Allelopati dapat mempengaruhi proses respirasi, fotosintesis, aktivasi enzim, kadar hormon, ketersediaan mineral, pembelahan sel, dan permeabilitas dinding dan membran sel (Chou 1999; Reigosa et al, 1999).

Menurut Sastroutomo (1990) bahwa mekanisme alelopati antara lain

menghambat aktivitas enzim, bahkan menurut Fitter dan Hay (1991) bahwa alelopati dapat menyebabkan terjadinya degradasi enzim dari dinding sel, sehingga aktivitas enzim menjadi terhambat atau mungkin menjadi tidak berfungsi. Hambatan fungsi enzim A amylase dan B amylase pada degradasi karbohidrat, enzim protease pada degradasi protein, enzim lipase pada degradasi lipida dalam benih menyebabkan energi tumbuh yang dihasilkan selama proses perkecambahan menjadi sangat sedikit dan lambat, sehingga proses perkecambahan menurun yang dicerminkan pada penurunan persentase perkecambahan dan meningkatnya lama waktu untuk berkecambah.

(38)

15

kemampuan penyerapan air dan unsur hara terlarut (Sastroutomo, 1990). Penurunan permiabilitas sel akibat alelopati menjadikan sel tidak elastis sehingga menghambat lalu lintas air dan hara terlarut melewati membran sel. Devlin dan F.H. Witham (1983) menyebutkan bahwa permiabilitas sel yang menurun menyebabkan hambatan lewatnya air dan hara terlarut. Hambatan tersebut terjadi pada saat proses penyerapan unsur hara yaitu masuknya air dan hara terlarut ke sel akar maupun transportasi unsur hara dan hasil fotosintesis diantara sel-sel jaringan pengangkut dalam tanaman. Hambatan penyerapan unsur hara menyebabkan jumlah dan macam unsur terserap sedikit, yang selanjutnya mengakibatkan hambatan penyusunan senyawa, reaksi tertentu maupun proses fisiologi tanaman. Hambatan penyerapan unsur, seperti N, S, P, Fe, Mg dan Mn mengakibatkan hambatan penyusunan senyawa protein dan klorofil.

H. Senyawa Kimia

Tumbuhan tembelekan memiliki karakteristik senyawa kimia khusus yang bersifat racun yaitu triterpenoid dan lantaden A (Umiati,2010). Berdasarkan pemeriksan secara fitokimia pada tumbuhan ini juga ditemukan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan kuinon (Sopyan, 1996). Daun tembelekan mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut memiliki daya anti bakteri, antiinflmasi, dan

antifungisida. Senyawa yang paling banyak terkandung dalam daun tembelekan adalah flavonoid. Hal ini dibuktikan dari hasil metode

(39)

16

Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder, kemungkinan

keberadaanya dalam daun dipengaruhi adanya proses fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid (Markham, 1988). Berdasarkan derajat oksidasi dan kejenuhan yang terdapat pada cincin C-heterosiklik, flavonoid dapat menjadi beberapa kelompok yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur kimia golongan flavonoids (Sumber: Grotewold, 2006). Auksin berperan dalam berbagai respon fisiologi dan perkembangan, meliputi regulasi laju pemanjangan organ, fototropisme, dan grafitopisme. Hormon ini juga membantu respon stres tanaman melalui keterlibatannya dalam

(40)

17

polaritas basipetal pada batang dan polaritas yang lebih kompleks pada akar. Transport polar auksin dikontrol oleh beberapa jenis protein, diantaranya

carrier auxin influx and efflux, yang memompa auksin ke dalam dan ke luar tumbuhan. Pada tahun 1960 diketahui bahwa cincin B-monohidroksi flavonoid terlibat dalam degradasi asam indol asetat (IAA), sedangkan cincin

(41)

18

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Oktober sampai November 2016.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beaker glass, Erlenmeyer, gelas ukur, pipet volume, tabung reaksi dan raknya, corong, mortar dan penggerus, pipet tetes, cawan petri, neraca digital, penggaris, sentrifus, pisau, spektrofotometer UV, oven, dan blender

(42)

19

C. Rancangan Percobaan

Percobaan dilaksanakan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor utama adalah ekstrak air daun tembelekan dengan 5 taraf konsentrasi: 0% v/v(kontrol), 25% v/v, 50% v/v, 75% v/v, dan 100% v/v. Setiap perlakuan diulang 5 kali. Jumlah satuan percobaan adalah 25. Notasi perlakuan dan ulangan ditunjukkan pada (Tabel 1).

Tabel 1. Notasi perlakuan dan ulangan

Ulangan Konsentrasi ekstrak air daun Lantana camara (%v/v)

0 25 50 75 100

1 K0U1 K1U1 K2U1 K3U1 K4U1

2 K0U2 K1U2 K2U2 K3U2 K4U2

3 K0U3 K1U3 K2U3 K3U3 K4U3

4 K0U4 K1U4 K2U4 K3U4 K4U4

(43)

20

Susunan satuan percobaan setelah pengacakan dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 5. Susunan satuan percobaan setelah pengacakan Keterangan

K0-K4 : Konsentrasi ekstrak air daun Lantana camara L.

U1-U5 : Ulangan

D. Variabel dan Parameter

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak air daun tembelekan (Lantana camara), sedangkan variabel tidak bebas adalah panjang tunas, berat segar akar, berat segar tunas, berat segar kecambah, berat kering kecambah, kandungan air relative kecambah, rasio tunas akar, serta kandungan klorofil a,b, total. Parameter dalam penelitian ini adalah

nilai tengah (μ) semua variable tidak bebas.

K3U5 K4U2 K1U4 K0U2 K2U1

K0U1 K2U2 K3U3 K1U3 K0U5

K1U2 K0U3 K2U3 K4U5 K3U4

K2U4 K1U1 K4U3 K3U1 K0U4

(44)

21

E. Cara Kerja

1. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Air Daun Lantana camara

500 gram daun tembelekan diblender sampai halus kemudian

ditambahkan 500 ml aquades. Selanjutnya, ekstrak dituang ke dalam Erlenmeyer dan dibiarkan selama 24 jam. Ekstrak disaring ke dalam Erlenmeyer dengan kain kassa sehingga diperoleh larutan stok ekstrak air daun tembelekan dengan konsentrasi 100% v/v.

Untuk memperoleh konsentrasi ekstrak air daun tembelekan perlakuan dilakukan pengenceran sebagai berikut:

Tabel 2. Pembuatan larutan stok ekstrak air daun tembelekan Konsentrasi (%

2. Studi Perkecambahan Benih

Seleksi benih dilakukan dengan merendam benih dalam akuades selama 10 menit. Benih cabai merah yang mengapung dan sampah dibuang, sedangkan benih yang tenggelam diambil untuk

(45)

22

dalam 5 konsentrasi ekstrak air daun tembelekan yaitu 0% v/v, 25% v/v, 50% v/v, 75% v/v, dan 100% v/v selama 24 jam. Benih cabai yang telah direndam dalam ekstrak air daun tembelekan dikecambahkan dalam 5 cawan petri yang telah dilapisi dengan kapas dan dibasahi dengan akuades. Jumlah benih yang digunakan adalah sebanyak 500 butir benih cabai merah, dan 100 butir benih cabai merah pada masing-masing cawan petri 0% v/v , 25% v/v, 50% v/v, 75% v/v, dan 100% v/v.

Gambar 6. Tata letak benih cabai yang dikecambahkan pada cawan petri

(46)

23

3. Studi Pertumbuhan Kecambah

Berdasarkan satuan percobaan maka jumlah gelas plastik yang digunakan sebagai wadah penanaman benih yang telah berkecambah adalah sebanyak 25 buah. Gelas plastik dilabel dengan notasi

perlakuan dan ulangan. Benih yang telah berkecambah dipindahkan ke dalam gelas plastik yang telah dilapisi kapas; 2 kecambah setiap gelas plastik. Kapas dibasahi dengan ekstrak air daun tembelekan sebanyak 10 mL. Pengamatan variable pertumbuhan kecambah dilakukan 7 hari setelah penanaman.

4. Pengamatan

4.1Panjang Tunas

Pengukuran panjang tunas dilakukan 7 hari setelah periode pertumbuhan dan diukur dari pangkal batang sampai ujung daun dengan penggaris dan dinyatakan dalam sentimeter (cm).

4.2Berat Segar (Akar, Tunas dan Total )

Akar dipisahkan dari batang dan daun. Akar dan batang ditimbang dengan neraca digital dan dinyatakan dalam milligram (mg).

4.3Berat Kering (Akar, Tunas dan Total)

(47)

24

Kemudian kecambah yang sudah kering ditimbang dengan neraca digital dan dinyatakan dalam milligram.

4.4Penentuan Rasio Tunas Akar

Menurut Yuliana, dkk. (2013) rasio tunas akar ditentukan berdasarkan rumus:

4.5Kadar Air Relatif

Kadar air relatif ditentukan dengan rumus menurut Yamasaki dan Dillenburg L. R., (1999).

Kadar air relatif = 100% Keterangan :

= Berat segar tanaman = Berat kering tanaman

4.6Kandungan Klorofil

(48)

25

dinyatakan dalam miligram per gram jaringan dan dihitung berdasarkan persamaan berikut :

Chla = 13.36.A665 - 5.19.A649 (

Chlb = 27.43.A649 – 8.12.A665 (

Chltotal = 5.24.A665 – 22.24.A649

Keterangan : Chla = Klorofil a Chlb = Klorofil b

A665 = Absorbansi panjang gelombang 649 nm A649 = Absorbansi panjang gelombang 665 nm V = Volume etanol

W = Berat daun

F. Analisis Data

Homogenitas ragam ditentukan berdasarkan uji Levene. Data pertumbuhan kecambah cabai merah dianalisis ragam pada taraf nyata 5%. Jika

(49)

53

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ekstrak air daun tembelekan dengan konsentrasi 100% v/v menurunkan panjang tunas dan berat segar kecambah cabai merah.

2. Tidak ada efek ekstrak air daun tembelekan terhadap daya kecambah, berat kering, kadar air relatif, rasio tunas akar, dan kandungan klorofil a.

3. Ada efek ekstrak air daun tembelekan terhadap kandungan klorofil b dan kandungan klorofil total.

B. Saran

(50)

54

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1994. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman.. PT. Agro Media. Jakarta. Ahmed, R, Moh. Belal-Uddin, Moh. Abu Sayed Arfin Khan, Sharif Ahmed

Mukul, dan Moh. Kamal Hossain. 2007. Allelopathic Effects of Lantana camara on Germination and Growth Behavior of Some Agricultural Crops in Bangladesh. Journal of Forestry Research. 18 (4): 301-304. Andersen, Ø.M. and Markham, K. R. 2006. Flavonoids : Chemistry,

Biochemistry, and Application. CRC Press. Francis. Hal: 422. Bhakta D and Deepak Ganjewala. 2009. Effect of Leaf Positions on Total

Phenolics, Flavonoids and Proantho-cyanidins Content and Antioxidant Activities in Lantana Camara (L). J. Sci. Res. 1 (2), 363-369.

Chou, C.H. 1999. Roles of Allelopathy In Plant Biodiversity and Suistanable Agriculture. Critical Reviews in Plant Science. 18: 609-636.

Choyal, R and Sanjay Kumar Sharma. 2011. Evaluation of Allelopathic effects of

Lantana camara(Linn) on regeneration of Pogonatum aloides in culture media. Asian Journal of Plant Science and Research. 1 (3):41-48. Dermawan, R dan Asep Harpenas. 2010. Budi Daya Cabai Besar. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Devlin, R. M. dan F. H. Witham. 1983.Plant Physiology 4 th. Ed. PWS Pub. USA. 577p.

El Kenany and Salama M. El Darier. 2013. Suppression effects of Lantana camaraL. aqueous extracts on germination efficiency of Phalaris minor

Retz. and Sorghum bicolor L. (Moench). Journal of Taibah University for Science. 7: 64-71.

FitterA.H. dan Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Universitas. Gajah Mada, Yogyakarta.

Grotewold, E. 2006. The Science of Flavonoids. The Ohio State University Columbus, Ohio. USA. Hal: 2.

(51)

55

63-74.

Harpenas, A dan R. Dermawan. 2011. Budidaya Cabai Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hidayah, R. L. 2015. Pengaruh Ekstrak Alelokimia Daun Tembelekan (Lantana camara) terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Pacar Air (Impatiens balsamina).[Tugas Akhir]. Institut Teknologi Surabaya.

Hidayati, Nur Annis, Shanti Listyawati, dan Ahmad Dwi Setyawan. 2008. Chemical constituents and antiinflammatory test of ethanolic extracts of

Lantana camara L. on white male rats (Rattus norvegicus L.). J.Biotek. 5 (1): 10-17.

ISTA. 2006. Internasional rules for seed Testing. The International Seed Testing Association (ISTA), Bassersdorf, CH-Switzerland.

Jawahar, S and K.Suseendran. 2016. Allelopathic Effects Of Lantana

Camara Aqueous Extract On Seed Germination And Seedling Growth Of Trianthema Portulacastrum. International Research Journal Of

Chemistry (IRJC).

Klepper, B. 1991. Root-Shoot Relationship : Plant Root the Hidden Leaf. Marcell Dekker Inc. New York.

Markham, K. R.. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. [Editor] Padmawinata, K. ITB. Bandung.

Miazek, K. 2002. Chlorophyll Extraction From Harvested Plant Material. Supervisor. Prof. Dr. Ha. Inz. Stainslaw Lekadowicz.

Mishra, A. 2014.Allelopathic Properties Of Lantana Camara:A Review Article.

International Journal of Innovative Research and Review ISSN: 2347 – 4424 Vol. 2 (4).

Moenandir, J. 1998. Persaingan Tanaman Budidaya Dengan Gulma. Rajawali Press. Jakarta.

Naeem S, Bunker DE, Hector A, Loreau M, Perrings C. 2009. Biodiversity, ecosystem functioning and human wellbeing:an ecological and economic perspective. Oxford University Press.

Narwal, SS. 1996. Suggested Methodology for Allelopathy Laboratory Bioassays. Allelopathy. Field Observation and Methodology. 255-266 p.

Natural Resources and Conservation Service, USDA. 2016. Taksonomi Klasifikasi Tanaman Cabai Merah. Diperoleh dari

(52)

56

Diakses pada tanggal 20 September 2016 pukul 13.05 wib.

Nawangsih, A.A., H. Purwanto, dan W. Agung. 2001. Budidaya Cabai Hot Beauty. Cetakan kedelapan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nurochman, Pian Sopyan. 1996. Uji Antibakteri dan Penelusuran Senyawa Aktif Tumbuhan Saliara (Lantana camara L.). J.F. FMIPA UNPAD.

Prabowo, B. 2011. Statistik Tanaman Sayuran Dan Buah Semusim Indonesia. Jakarta.

Putnam, AR. 1988. Allelopathy Problems and Opportunies in Weed Management. M.A Alteri and M. Liebman, cds. Weed Management in Agroecosystem: Ecological Approaches. Boca Raton. FL: CRC Press. 77-88 p.

Rajesus. 2008. Storred Product Pest Problem and Research Needs in the Philipines. Processing of Biotrop Symposium on Pest of Stored Product. 12(1) :15-32 Bogor.

Reddy, NM. 2013. Lantana Camara Linn. Chemical Constituents and Medicinal Properties. Sch. Acad. J. Pharm. 2(6):445-448.

Reigosa, M.J, Sanchez, M, dan Gonzales, M. 1999. Ecophysiological Approach in Allelopathy. Critical Reviews in Plant Science. 18: 577-608.

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Seigler, D.S. 1996. Chemistry and mechanisms of allelopathic interactions.

Agronomy Journal 88:876885.

Sharma, O.P., H.Paul and S.Mallar and R. K.Dawra. 1988. A review of the noxious plant Lantana camara. Toxicon 26: 975-987.

Sunaryono, Hendro H. 2003.Budidaya Cabai Merah. Sinar Baru Algesindo.Cetakan ke-V. Bandung.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Tindall, H. D. 1983.Vegetables In The Tropics.The Macmillan Press. London. Umiati. 2010. Efektivitas Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara )

dan Paitan (Eupatorium inulifoklium ) sebagai Pengendalian Hama Spodoptera litura.[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Wardana, Moch. Hafi. 2014. Budidaya Tanaman Cabai Merah di UPTD

Gambar

Gambar 1. Morfologi buah cabai merah  (Wardana, 2014)
Gambar 2. Morfologi bunga dan daun tembelekan (Naeem et al., 2009)
Gambar 4. Struktur kimia golongan flavonoids (Sumber: Grotewold, 2006).
Tabel 1. Notasi perlakuan dan ulangan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa penelitian di atas, peneliti ingin melalui pembelajaran aktif tipe learning tournament dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode

%HUGDVDUNDQ KDVLO DQDOLVD NHODLNDQ XVDKD SHQDQJNDSDQ MDULQJ VHPELODQJ PHQJJXQDNDQ WXDVDQ GDSDW GLNDWDNDQ EDKZD XVDKD SHQDQJNDSDQ DODW WDQJNDS MDULQJ VHPELODQJ PHQJJXQDNDQ WXDVDQ GL

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi sifat kimia, seperti pH, kandungan bakteri asam laktat, dan kadar laktosa dalam yogurt yang difermentasi dengan ragi

Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues antara lain fluktuasi hormonal, faktor psikologis dan kepribadian, adanya riwayat depresi sebelumnya,

Perjuangan Fatayat NU tidak terbatas pada sekedar memperjua- ngkan kesetaraan gender , namun juga lebih melihat realita sosial dan fenomena yang dialami oleh

When the Doctor and Romana entered the Great Recreation Hall a moment later, they found Hardin struggling desperately to force open the door of the generator. Silent and unmoving

3 Banyak dari wajib pajak yang masih lalai dalam melaporkan kewajiban perpajakan salah satunya yaitu laporan SPT Tahunan dengan berbagai macam alasan ada yang menunda