• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX-STAGE METHODE (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX-STAGE METHODE (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN

THE SIX-STAGE METHODE

(SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG

ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

Winarto

1)

, Agnes Sri Harti

2)

, Atiek Murharyati

3)

1)

Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

2)

Dosen Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

3)

Dosen Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Belajar menginterpretasi EKG bagi perawat sangat penting, khususnya perawat di ruang

intensif karena perawat merupakan mitra dokter yang perlu saling berkolaborasi dalam

bekerja melayani pasien

. The

six stage methode

(SSM) adalah suatu metode pembelajaran

alternative untuk pendidik, di dalam mengenalkan aritmia jantung dengan menggunakan

gambaran lead EKG. Methode yang diteliti diharapkan efektif untuk mengajari

interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara metode

pembelajaran SSM dengan diskriptif terhadap hasil interpretasi EKG aritmia mahasiswa

perawat.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

true eksperiment

dengan

rancangan

post test only control group design.

Hasil rata-rata hasil belajar EKG pada kelompok SSM adalah 6,73 dan kelompok

diskriptif adalah 6,47. Hasil uji statistik didapat nilai t hitung= 0,947 dengan

p-value

sebesar

0,352 sehingga di terima pada taraf signifikansi 5% (

p

>0,05), artinya tidak ada perbedaan

yang bermakna pengetahuan antara hasil belajar menggunakan metode SSM dengan

metode diskriptif, kedua metode sama efektifnya digunakan dalam metode pembelajaran

interpretasi EKG aritmia terhadap mahasiswa keperawatan.

Kata Kunci : EKG, Methode pembelajaran SSM, Diskriptif, Aritmia.

Daftar Pustaka: 18 (2005-2014)

PENDAHULUAN

Jantung adalah organ berongga,

berotot, yang terletak di tengah toraks,

dan menempati rongga antara paru dan

diafragma. Beratnya sekitar 300 gram

(10,6 oz) meskipun berat dan ukuranya

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,

berat badan, beratnya latihan, aktifitas

fisik, dan penyakit jantung. Kerja

pemompaan jantung dijalankan oleh

kontraksi dan relaksasi ritmik dinding

otot (Adipranoto, 2006).

Gangguan irama jantung atau

aritmia merupakan komplikasi yang

sering terjadi pada infark miokardium.

Aritmia atau disritmia adalah perubahan

(2)

pada frekuensi dan irama jantung yang

disebabkan oleh konduksi elektrolit

abnormal atau otomatis (Doengoes,

2009). Aritmia dapat diidentifikasi

melalui gelombang elektrokardiogram

(EKG). Aritmia dinamakan berdasarkan

pada tempat dan asal impuls dan

mekanisme hantaran yang terlibat.

Aritmia

timbul

akibat

perubahan

elektrofisiologi

sel-sel

miokardium.

Perubahan

elektrofisiologi

ini

bermanifestasi

sebagai

perubahan

bentuk potensial aksi yaitu rekaman

grafik aktivitas listrik sel (Price, 2005).

Gangguan irama jantung tidak hanya

terbatas pada iregularitas denyut jantung

tapi juga termasuk gangguan kecepatan

denyut dan konduksi (Hanafi, 2006).

Pemeriksaan aritmia jantung salah

satunya

dengan

menggunakan

perekaman

elektrokardiografi.

Elektrokardiogram (EKG) merupakan

sebuah

instrument

medis

yang

digunakan

sebagai

alat

untuk

memperoleh informasi seputar kerja

jantung manusia. Mekanisme kerja

sederhana dari alat ini adalah mengukur

potensial listrik sebagai fungsi waktu

yang dihasilkan oleh jantung. Potensial

listrik tersebut dihasilkan oleh beberapa

sel pemicu denyut jantung yang dapat

merubah sistem kelistrikan jantung.

Perbedaan potensial tersebut kemudian

divisualisasikan sebagai sinyal pada

layar monitor atau pada kertas perekam.

Sinyal ini sering digunakan oleh dokter

untuk mendeteksi kondisi jantung

seorang pasien (Pratanu, 2006).

Belajar menginterpretasi EKG

bagi perawat sangat penting, khususnya

perawat di ruang intensif karena

perawat merupakan mitra dokter yang

perlu

saling

berkolaborasi

dalam

bekerja

melayani

pasien.

Proses

pembelajaran terdapat interaksi antara

pendidik dengan peserta didik. Pendidik

mempunyai

peran

penting

saat

berlangsungnya pembelajaran. Tugas

pendidik tidak hanya mentransfer ilmu

pengetahuan, tidak menjadikan peserta

didik sebagai objek pembelajaran

melainkan

sebagai

subyek

pembelajaran, sehingga siswa tidak

pasif

dan

dapat

mengembangkan

pengetahuan sesuai dengan bidang studi

yang dipelajari. Oleh karena itu,

pendidik harus memahami materi yang

akan disampaikan kepada peserta didik

serta

dapat

memilih

metode

pembelajaran

yang

tepat

untuk

menyampaikan

suatu

materi

(Surakhman, 2004).

Hasil

penelitian

lain

menyebutkan

seluruh

hasil

menunjukkan

bahwa

metode

pembelajaran enam langkah (

the

six-stage method

/ SSM) sama efektifnya

dengan metode pembelajaran diskriptif.

(3)

Penelitian ini menunjukkan bahwa

dalam

setiap

group,

bradiaritmia

teridentifikasi dengan tepat oleh lebih

banyak mahasiswa dari pada takiaritmia.

Tidak

terdapat

perbedaan

yang

signifikan diantara dua metode mengajar

yang terlihat dalam interpretasi aritmia

jantung spesifik mana pun (Dimitrios,

2013).

Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Dimitrios (2013) adalah terletak

pada sampel, tempat dan uji analisis

yang dipakai. Penelitian sebelumnya

sampel yang dipakai adalah mahasiswa

keperawatan satu kelas dari institusi

perguruan tinggi yang sama, dan ada

beberapa mahasiswa yang sudah pernah

bekerja,

sedangkan

sampel

pada

penelitian ini adalah mahasiswa DIII

Keperawatan dari beberapa perguruan

tinggi yang praktek di ruang Intensive

Cardio Vascular Care Unit (ICVCU)

RSUD

Dr.

Moewardi

Surakarta

(RSDM) yang semuanya belum pernah

bekerja. Tempat penelitian sebelumnya

ada di luar negeri sedangkan tempat

penelitian ini ada di ruang ICVCU

RSUD

Dr.

Moewardi

Surakarta.

Analisis

penelitian

sebelumnya

menggunakan analisis hasil rata-rata

(mean)

sedangkan

penelitian

ini

menggunakan nilai alpha.

Penelitian

dengan

variabel

metode SSM dan metode diskriptif

belum pernah ada di Indonesia. Peneliti

belum

pernah

melakukan

metode

pembelajaran

the six stage method

(SSM)

selama

menjadi

Clinical

Instructor

(CI). Peneliti dan CI yang

lain juga belum tahu metode yang

efektif

dalam

memberikan

pembelajaran interpretasi EKG aritmia

kepada mahasiswa keperawatan.

Berdasarkan

hasil

studi

pendahuluan di ruang Intensive Cardio

Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD

Dr. Moewardi Surakarta terhadap 5

mahasiswa

DIII

Keperawatan,

didapatkan bahwa belum semuanya

bisa

menginterpretasikan

EKG.

Mahasiswa DIII Keperawatan yang

praktik di ruang intensif khususnya

ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi

Surakarta

mempunyai

target

kompetensi

mampu

melakukan

perekaman

EKG

12

Lead

dan

menginterpretasikan hasil perekaman

EKG strip, sehingga CI (

Clinical

Instructor)

perlu metode pembelajaran

yang tepat untuk mentrasfer ilmunya

kepada mahasiswa DIII Keperawatan

yang praktek di ruang ICVCU RSUD

Dr. Moewardi Surakarta.

Berdasarkan

uraian

tersebut

maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul perbandingan

(4)

metode pembelajaran

the six stage

method

(SSM) dengan diskriptif tentang

hasil interpretasi EKG aritmia pada

mahasiswa keperawatan.

Berdasarkan latar belakang dan

judul

penelitian

di

atas

penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

apakah ada perbedaan hasil belajar

interpretasi

EKG

aritmia

pada

mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau

dari penggunaan metode pembelajaran

the six stage method

(SSM)

dengan

diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

Tujuan umum penelitian ini

adalah untuk membandingkan metode

pembelajaran

the six stage method

(SSM) dengan diskriptif tentang hasil

interpretasi EKG aritmia mahasiswa

DIII Keperawatan di ruang ICVCU

RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Sedangkan

tujuan

secara

khususnya adalah:

a.

Mendiskripsikan

hasil

belajar

interpretasi

EKG

aritmia

mahasiswa

DIII

Keperawatan

menggunakan

metode

pembelalajaran

the

six

stage

method

(SSM) di ruang ICVCU

RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

b.

Mendiskripsikan

hasil

belajar

interpretasi

EKG

aritmia

mahasiswa

DIII

Keperawatan

menggunakan

metode

pembelalajaran diskriptif di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

c.

Menganalisis

perbedaan

hasil

belajar interpretasi EKG aritmia

pada mahasiswa DIII Keperawatan

ditinjau dari penggunaan metode

pembelajaran

the six stage method

(SSM)

dengan diskriptif di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

METODE PENELITIAN

Desain

penelitian

adalah

rancangan

yang

mencerminkan

langkah-langkah teknis dan operasional

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Jenis

penelitian

ini

adalah

penelitian

kuantitatif,

berdasarkan

tujuan

penelitian, rancangan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

true

eksperiment

dengan rancangan

post test

only control group design

(Nursalam,

2008).

Penelitian ini dilakukan pada

mahasiswa DIII Keperawatan di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta

yang beralamat di Jalan Kolonel

Soetarto nomor 132 Surakarta pada

bulan Maret - April 2015. Penelitian ini

dilakukan

pada

mahasiswa

DIII

Keperawatan dari beberapa perguruan

tinggi yang praktek di ruang ICVCU

(5)

RSUD

Dr.

Moewardi

Surakarta

(RSDM).

Populasi dalam penelitian ini

adalah mahasiswa perawat DIII dari

beberapa perguruan tinggi yang praktek

di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi

Surakarta (RSDM). Jumlah populasi

rata-rata perbulan sebanyak 30 orang,

diperoleh dari 362 mahasiswa (jumlah

total mahasiswa perawat DIII dalam satu

tahun) : 12 (bulan) = 30,16, yaitu

rata-rata mahasiswa dalam satu bulan (Diklat

RSUD

Dr.

Moewardi,

2014),

sehubungan dengan keterbatasan waktu

dalam penelitian ini, maka peneliti

menggunakan populasi dalam hitungan

bulan.

Sampel dalam penelitian ini

adalah 30 mahasiswa.

Apabila telah dilakukan analisis

univariat,

hasilnya

akan

diketahui

karakteristik

atau

distribusi

setiap

variabel, dan dapat dilanjutkan dengan

analisis bivariate, adalah analisis yang

dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga ada perbedaan. Analisa bivariat

dimaksudkan untuk mengetahui apakah

ada perbedaan hasil belajar interpretasi

EKG aritmia ditinjau dari penggunaan

metode pembelajaran SSM dengan

diskriptif. Untuk mengetahui perbedaan

tersebut diuji dengan menggunakan

teknik

uji

beda

dengan

uji

t

(Sastroasmoro, 2006), dengan tingkat

kemaknaan 95% dan taraf signifikansi

p<0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

1.

Jenis Kelamin

Tabel 1

Distribusi jenis kelamin responden

Berdasarkan tabel 1. di atas,

diketahui bahwa kelompok SSM

laki-laki 7 orang (46,7%) dan

perempuan 8 orang (53,3%) dan

kelompok diskriptif laki-laki 5 orang

(33,3%) dan perempuan 10 orang

(66,7%).

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kelompok SSM laki-laki 7

orang (46,7%) dan perempuan 8

orang (53,3%) sedangkan kelompok

diskriptif laki-laki 5 orang (33,3%)

dan perempuan 10 orang (66,7%).

Hasil

pengumpulan

data

tersebut dapat diketahui bahwa

kebanyakan

responden

adalah

berjenis kelamin perempuan. Hal ini

dapat

dilihat

dari

sejarah

perkembangan keperawatan dengan

adanya perjuangan seorang Florence

Nightingale

yang

menerapkan

(6)

dunia keperawatan identik dengan

perempuan, namun demikian kondisi

sekarang sudah banyak laki-laki yang

menjadi

perawat,

walaupun

kenyataannya proporsi perempuan

masih lebih banyak dari pada

laki-laki (Asmadi, 2008).

2.

Umur

Tabel 2

Distribusi Umur responden

Berdasarkan tabel 2 di atas,

nampak bahwa semua responden

baik kelompok SSM atau kelompok

diskriptif berumur 19-22 tahun, yaitu

umur 19 tahun sebanyak 1 responden

(6,7%) dan yang berumur 20 tahun

sebanyak 6 responden (40,0%),

berumur 21 tahun sebanyak 7

responden

(46,7%)

dan

yang

berumur 22 tahun sebanyak 1

responden (6,7%).

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa

semua

responden

baik

kelompok SSM atau kelompok

diskriptif berumur 19 tahun sampai

dengan 22 tahun, yaitu umur 19

tahun sebanyak 1 responden (6,7%)

dan yang berumur 20 tahun sebanyak

6 responden (40,0%), berumur 21

tahun sebanyak 7 responden (46,7%)

dan

yang

berumur

22

tahun

sebanyak 1 responden (6,7%).

Hasil di atas menunjukkan

bahwa usia responden antara 19

tahun sampai dengan 22 tahun, hal

ini karena usia-usia tersebutlah yang

masih mempunyai minat untuk

melanjutkan kuliah ke jenjang yang

lebih tinggi. Umur merupakan salah

satu faktor yang dapat menentukan

kematangan seseorang baik dalam

berfikir, bertindak, maupun belajar.

Kematangan

dalam

berfikir

seseorang juga dapat mempengaruhi

baik pengetahuan, sikap maupun

praktek seseorang, karena tahapan

kehidupan

yang

telah

dijalani

seseorang dapat memberikan suatu

pengalaman yang tidak mudah untuk

dilupakan (Azwar, 2006). Seiring

bertambahnya umur seseorang akan

terjadi perubahan pada fisik dan

mental

(psikologis).

Aspek

psikologis, taraf berpikir seseorang

semakin

matang

dan

dewasa

(Mubarak et al, 2007).

Berdasarkan

beberapa

paparan teori di atas diartikan bahwa

apabila responden mempunyai umur

lebih tua diharapkan akan lebih

matang dalam berpikir maupun

dalam bertindak.

(7)

1.

Distribusi

frekuensi

nilai

interpretasi EKG kelompok SSM

Tabel 3

Distribusi nilai interpretasi

EKG responden

Distribusi nilai interpretasi

EKG responden didapatkan data

bahwa pada kelompok responden

SSM memiliki tingkat kemampuan

interpretasi EKG dalam kategori

cukup yaitu terdapat 14 responden

(93,3%) dan hanya 1 responden

(6,7%) dalam kategori kurang serta

tidak ada yang mampu melakukan

interpretasi dalam kategori baik.

2.

Distribusi

frekuensi

nilai

interpretasi

EKG

kelompok

diskriptif

Tabel 4

Distribusi nilai interpretasi EKG

responden

Distribusi nilai interpretasi

EKG responden didapatkan data

bahwa

kelompok

responden

diskriptif

memiliki

tingkat

kemampuan

interpretasi

EKG

dalam

kategori

cukup

yaitu

terdapat 13 responden (86,7%) dan

hanya 2 responden (13,3%) dalam

kategori kurang serta tidak ada

yang

mampu

melakukan

interpretasi dalam kategori baik.

3.

Uji tendensi sentral responden

Tabel 5

Uji tendensi sentral responden

Tabel

di

atas

dapat

diketahui bahwa responden SSM

memiliki skor minimal 5 dan skor

maksimal 8 dengan mean 6,80,

median 7,0 serta standar deviasi

0,775, sedangkan pada kelompok

diskriptif memiliki skor minimal 5

dan skor maksimal 7 dengan mean

6,47, median 7,0 serta standar

deviasi 0,743.

4.

Uji normalitas data

Tabel 6

Uji normalitas data penelitian

Hasil

pengujian

(8)

bahwa

nilai

kolmogorov

smirnov

pada

kedua

data

memiliki nilai

p-value

lebih

besar dari tingkat signifikansi

5% (p<0,05), sehingga semua

data berdistribusi normal.

Hasil

penelitian

menunjukkan

sebagian

besar

responden baik kelompok SSM

ataupun

kelompok

diskriptif

mempunyai hasil interpretasi EKG

dalam kategori cukup, yaitu pada

kelompok

SSM

sebanyak

14

responden (93,3%) dalam kategori

cukup, sedangkan pada kelompok

diskriptif terdapat 13 responden

(86,7%) dalam kategori cukup atau

skor responden antara 6-8. Hal ini

mengacu

pada

teori

yang

disampaikan oleh Arikunto (2010)

bahwa penggolongan nilai tingkat

pengetahuan

atau

kemampuan

seseorang adalah a). Baik apabila

skor 76% - 100% dari total alat

ukur, b). Cukup apabila skor 56% -

75% dari total alat ukur dan c).

Kurang apabila skor < 55% dari

total alat ukur.

Hasil

penelitian

ini

menunjukkan bahwa responden

memiliki

tingkat

kemampuan

interpretasi EKG dalam kategori

cukup. Penulis dalam hal ini

berpendapat karena mahasiswa

DIII Keperawatan yang menjadi

sampel masih semester 6 sehingga

belum lulus dan bekerja, dan juga

belum pernah mendapat pelatihan

kardiologi dasar, pelatihan advance

live support (ALS), pelatihan baca

EKG

atau

pelatihan-pelatihan

jantung lainnya. Pada hakikatnya

pengetahuan bisa didapat dari

proses

pembelajaran

ataupun

pengalaman,

sehingga

dengan

adanya

proses

belajar

yang

terstruktur dan secara intensif akan

mendapatkan

hasil

yang

memuaskan.

Pembelajaran

merupakan

proses kegiatan belajar mengajar

yang

juga

berperan

dalam

menentukan keberhasilan belajar

siswa, dari proses pembelajaran itu

akan terjadi sebuah kegiatan timbal

balik antara guru dengan siswa

untuk mencapai tujuan yang lebih

baik. Untuk melakukan sebuah

proses

pembelajaran,

terlebih

dahulu harus dipahami pengertian

dari kata pembelajaran (Dimitrios,

et al, 2013).

Menurut pendapat Bafadal

(2005),

pembelajaran

dapat

diartikan sebagai “segala u

saha

atau proses belajar mengajar dalam

rangka terciptanya proses belajar

(9)

mengajar yang efektif dan efisien”.

Sejalan dengan itu, Jogiyanto

(2007) juga berpendapat bahwa

pembelajaran dapat didefinisikan

sebagai suatu proses yang mana

suatu kegiatan berasal atau berubah

lewat reaksi suatu situasi yang

dihadapi

dan

karakteristik-karakteristik

dari

perubahan

aktivitas

tersebut

tidak

dapat

dijelaskan

berdasarkan

kecenderungan-kecenderungan

reaksi

asli,

kematangan

atau

perubahan-perubahan sementara.

Analisis Bivariat

Tabel 7

Uji beda metode SSM dengan

metode diskriptif

Hasil

uji

t

sebagaimana

ditampilkan pada tabel 4.7 tersebut

nampak bahwa nilai rata-rata hasil

belajar EKG pada kelompok SSM

adalah 6,73 dan kelompok diskriptif

adalah 6,47. Hasil uji statistik didapat

nilai t hitung = 0,947 dengan p-value

sebesar 0,352 sehingga diterima pada

taraf signifikansi 5% (P>0,05), artinya

tidak ada perbedaan yang bermakna

pengetahuan

antara

hasil

belajar

menggunakan metode SSM dengan

metode diskriptif.

Perbandingan

hasil

belajar

metode SSM dengan diskriptif. Hasil

uji t nampak bahwa nilai rata-rata hasil

belajar EKG pada kelompok SSM

adalah 6,73 dan kelompok diskriptif

adalah 6,47. Hasil uji statistik didapat

nilai t hitung= 0,947 dengan p-value

sebesar 0,352 sehingga diterima pada

taraf signifikansi 5% (p>0,05), artinya

tidak ada perbedaan yang bermakna

pengetahuan

antara

hasil

belajar

menggunakan metode SSM dengan

metode diskriptif.

Hasil

penelitian

ini

sangat

mendukung dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Dimitrios, et al,

(2013).

Metode

dasar

pilihan

pengajaran keterampilan interpretasi

irama jantung kepada para tenaga

kesehatan ahli yang belum mengikuti

pelatihan EKG telah menjadi strategi

mengajar dan deskriptif tradisional.

Sebaliknya, SSM dianggap efektif dan

efisien dan oleh karenanya digunakan

dalam kursus advance live support

(ALS) (Dimitrios, et al, 2013).

Hasil

dari

penelitian

ini

membuktikan hipotesis utama peneliti

bahwa SSM sama efektifnya dalam

memberikan pengetahuan keterampilan

interpretasi irama jantung dan dapat

dibandingkan dengan metode mengajar

(10)

deskriptif. Hal ini dapat dijelaskan oleh

fakta bahwa SSM mencapai keakuratan

diagnostik dengan membimbing para

mahasiswa pada identifikasi irama yang

aman melalui analisis irama sistematik.

SSM juga mendorong pengajaran yang

lebih

interaktif,

hasilnya

adalah

pembelajaran yang berkembang dan

meningkatkan

ingatan

pengetahuan

(Dimitrios, et al, 2013). Lebih dari itu,

dalam penelitian ini para mahasiswa

yang diberi instruksi dengan metode

mengajar baik menggunakan metode

SSM maupun deskriptif memiliki nilai

rata-rata yang imbang yakni 6,80 dan

6,47.

Keakuratan interpretasi irama

jantung meningkat dengan pelatihan

jangka

panjang

dan

intervensi

pendidikan intermiten, namun penelitian

ini telah menunjukkan bahwa mengajar

aritmia jantung dapat dicapai dengan

perintah tunggal. Nilai penampilan para

mahasiswa sama-sama dalam kategori

cukup dengan nilai rata-rata yang

hampir sama dari kedua metode. Hasil

ini menunjukkan bahwa terdapat cara

untuk mengajar para mahasiswa yang

tidak terbiasa dengan prinsip dasar

EKG, keterampilan interpretasi aritmia

umum dengan sesi instruksional jangka

pendek. Metode SSM dapat digunakan

sebagai pengenalan terhadap analisa

irama

yang

terstruktur,

namun

pengajaran

tambahan

perlu

untuk

memberi

kesempatan

pada

para

mahasiswa untuk mengalami kemajuan

dari

pendekatan

sederhana

dan

deskripsi

irama

akurat

kepada

identifikasi yang lebih detail terhadap

setiap irama (Dimitrios, et al, 2013).

Pelatihan advance live support

(ALS) dan keterampilan interpretasi

irama jantung dan pengetahuan yang

didapatkan

melalui

intervensi

pendidikan tunggal menurun dalam

setidaknya tiga sampai enam bulan

sehingga

penggunaan

intervensi

edukasional yang sering mungkin

diperlukan.

Dalam

penelitian

ini,

penurunan

keterampilan

para

mahasiswa diobservasi setelah satu

bulan, menggaris bawahi kebutuhan

untuk mengidentifikasi cara untuk

menjaga keterampilan selama sebelum

dan

setelah

lulus

pendidikan

(Dimitrios, et al, 2013).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari

data

tersebut

dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

hasil belajar interpretasi EKG aritmia

pada mahasiswa DIII Keperawatan

ditinjau

dari

penggunaan

metode

pembelajaran the six stage method

(SSM) dengan diskriptif di ruang

(11)

ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas,

peneliti memberikan beberapa saran

sebagai berikut :

1.

Bagi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan menjadi

pertimbangan bagi Rumah Sakit

khususnya para pembimbing klinik

bahwa dalam memberi bimbingan

yang terkait interpretasi EKG aritmia

pada

mahasiswa

perawat

dapat

menggunakan metode SSM atau

diskriptif.

2.

Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat

menambah

khasanah

keilmuan

tentang metode pembelajaran yang

efektif dalam melakukan interpretasi

EKG

aritmia

pada

mahasiswa

perawat.

3.

Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat

menjadi referensi peneliti berikutnya

supaya melakukan penelitian pada

tenaga keperawatan yang sudah

bekerja dengan melakuakn pre tes

terlebih dahulu serta melakukan post

tes ulang supaya hasilnya lebih valid

dan memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Adipranoto, W. 2006.

Buku Ajar

Kardivaskuler.

Jakarta : FKUI.

Arikunto, S. 2010,

Prosedur penelitian

suatu pendekatan prakti.

Jakarta :

Rineka Cipta.

Asmadi.

2008.

Konsep

Dasar

Keperawatan

. Jakarta : EGC.

Azwar, S. 2005.

Reliabilitas dan

Validitas.

Yogyakarta : Pustaka

Belajar.

Bafadal.

2005.

Buku

Manajemen

Pembelajaran

. Jakarta : Kencana.

Dimitrios P, Varvaroussis, et al. 2013.

Comparison of Two Teaching

Methods for Cardiac Arrrhytmia

Interpretation Among Nursing

Student

. Jurnal Resuscitation 85

(2014). 260-265.

Doengoes, Marilyn E. 2009.

Rencana

Asuhan

Keperawatan

.Ed

3.

Jakarta : EGC.

Hanafi, B.T. 2006.

Angina Pektoris Tak

Stabil

, Dalam Sudoyo AW,

Setiohadi B, dkk. 2006.

Ilmu

Penyakit Dalam edisi ke

4.

Jakarta

:

Departemen

Ilmu

Penyakit

Dalam

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Indonesia.

Jogiyanto. 2007.

Strategi Pembelajaran

Aktif

. Jogjakarta : CTSD.

Mubarak. 2007.

Buku Ajar Kebutuhan

Dasar

Manusia

Teori

dan

Aplikasi Dalam Praktik

. Jakarta :

EGC.

Munawar, M dan Sutandar, H. 2006.

Buku Ajar Kardiologi

. Jakarta :

EGC.

(12)

Notoatmodjo, S. 2010.

Metodologi

penelitian kesehatan.

Jakarta :

Rineka Cipta.

Nursalam,

2008.

Konsep

Dan

Penerapan Metodelogi Penelitian

Ilmu Keperawatan,

edisi 2. Jakarta

: Salemba Medika.

Pratanu,

S.

2006.

Kursus

Elektrokardiografi Edisi Revisi

.

Surabaya

:

Karya

Pembina

Swajaya.

Price,

Sylvia

Anderson.

2005.

Patofisologi

Konsep

Klinis

Proses-Proses Penyakit

. Jakarta :

EGC.

Rustaman,

N.

2011.

Pokok-Pokok

Pengajaran dan Kurikulum 2004

.

Jakarta : Depdikbud.

Surakhman, Winarno. 2004.

Pengantar

Penelitian Ilmiah

. Bandung :

Tarsito.

Winkel. 2009.

Psikologi Pengajaran

.

Yogyakarta : media Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

SIMPULAN Analisis wacana kritis ala Teun Van Dijk pada Telaga Ngebel menghasilkan analisis teks yang mewacanakan ular sebagai akibat perbuatan melanggar adat,

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif laini. Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji

dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan cara lain. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar. Suryabrata 18 , ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi

Pada karya tulis ini, dibahas aplikasi spesifik bluetooth, antara lain servis-servis apa saja yang disediakan oleh teknologi bluetooth; cara kerja bluetooth yaitu

Mahasiswa dapat mengenali bentuk dan morfologi sel dan koloni mikroorganisme Dapat memindahkan biakan dari satu media ke media lain secara aseptis. Mampu melakukan pengamatan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sifat listrik dan mekanik yang terbaik dari sintesis piezoelectric barium titanate dengan metode sol-gel sehingga dapat

Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat infestasi larva dengan jumlah yang sama per tanaman pada tiga fase pertumbuhan tanaman jagung menyebabkan kehilangan hasil yang tidak

dan air dapat terjadi pada kebanakan obat-obat simpatolitik. Diuretik sering diresepkan sebagai bagian dari regimen obat, dan kehilangan elektrolit serta ketidakseimbangan