• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kehilangan Minyak Berdasarkan Perbedaan Tekanan Pada Ampas Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PKS Rambutan PTPN III Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kehilangan Minyak Berdasarkan Perbedaan Tekanan Pada Ampas Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PKS Rambutan PTPN III Tebing Tinggi"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

TEKANAN PADA AMPAS SCREW PRESS DENGAN METODE

EKSTRAKSI SOKLETASI DI PKS RAMBUTAN

PTPNIII TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

YOHANA TETTY GULTOM 082401033

PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA KEHILANGAN MINYAK BERDASARKAN PERBEDAAN

TEKANAN PADA AMPAS SCREW PRESS DENGAN METODE

EKSTRAKSI SOKLETASIDI PKS RAMBUTAN

PTPN III TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

YOHANA TETTY GULTOM 082401033

PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KEHILANGAN MINYAK

BERDASARKAN PERBEDAAN TEKANAN PADA AMPAS SCREW PRESS DENGAN METODE

EKSTRAKSI SOKLETASI DI PKS RAMBUTAN PTPN III TEBING TINGGI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : YOHANA TETTY GULTOM

Nomor Induk Mahasiswa : 082401033

Program Studi : D3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juni 2011

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua Pembimbing

(4)

PERNYATAAN

ANALISA KEHILANGAN MINYAK BERDASARKAN PERBEDAAN TEKANAN PADA AMPAS SCREW PRESS DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PKS

RAMBUTAN PTPN III TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas segala pertolongan dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.

Dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Dosen Pembimbing dan Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia yang telah banyak memberi bimbingan dan panduan kepada saya sehingga saya dapat menyempurnakan karya ilmiah ini.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada ayanda M.Gultom dan ibunda L.Tampubolon, semoga semua jerih payah ayanda dan ibunda tidak sia-sia serta adikku tersayang Rio dan Andi dan semua keluarga yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil selama menuntut ilmu sampai terselesaikannya karya ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman se-PKL : Elisa, Nurvela, dan Okio dan semua anak Kimia Analis stambuk 2008. Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada Pdt. Tumpak Damanik, M.Min yang telah banyak berdoa buat saya dan semua anggota P3MI Medan Selatan serta semua teman-teman yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penyelesaian karya ilmiah ini.

(6)

ABSTRAK

(7)

ANALYSIS LOSSES BASED ON DIFFERENT PRESSURE FOR SCREW

PRESS WITH METODS EXTRACT IN PKS RAMBUTAN PTPN III TEBING

TINGGI

ABSTRACT

The product crude palm oil have possible efficient high when percentage oil losses low, so that cost the product to press low. Percentace losses not to be exist,because very secret for to go against losses. The oil losses can be known with method extraction and material dissolved n-heksan which be worked in laboratory. For percentage of oil losses gained from screw press after avegelying is 4,32% with pressure 30-40 kg/cm2, where as the norm adopted by factory is 3,5-5,00% with pressure 30-40 kg/cm2. So,the oil losses in under normal threshold,it means the factory can be said to be in good condition.

(8)

2.4 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit 10

2.4.1 Penerimaan Buah (fruit reception) 11

2.4.2 Rebusan (strerilizer) 12

2.4.3 Penebahan ( Thresher) 12

2.4.4 Pengadukan (Digester) dan Pengempaan (Presser) 14

2.4.4.1 Pengadukan (digester) 14

2.4.4.2 Pengempaan (Presser) 15

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi

Pada Ampas Pressan 18

2.6 Proses Pengambilan Hasil Minyak Kelapa Sawit 20

2.7 Metode Pengolahan Minyak 22

2.7.1 Rendering 22

(9)

Bab 3 Bahan dan Metode

25

3.1 Alat 25

3.2 Bahan 25

3.3 Prosedur Percobaan 26

Bab 4 Data dan Pembahasan

27

4.1 Data 27

4.2 Perhitungan 29

4.3 Pembahasan 32

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

33

5.1 Kesimpulan 33

5.2 Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34

(10)

Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak

Inti Kelapa Sawit 10

Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Kadar Minyak (%) dan Kadar Air (%)

pada Ampas Screw Press 27

Tabel 4.2.1 Data Hasil Penentuan Rata-Rata Kadar Minyak (%) 30 Tabel 4.2.2 Data Hasil Penentuan Rata-Rata Kadar Air (%) 31

(11)

Lampiran 1 Angka Kerja Pengolahan Mutu Minyak Sawit dan

Kernel Sawit 36

Lampiran 2 Bagan Pengolahan Kelapa Sawit PKS Rambutan

PTPN III Tebing Tinggi 38

(12)

ABSTRAK

(13)

ANALYSIS LOSSES BASED ON DIFFERENT PRESSURE FOR SCREW

PRESS WITH METODS EXTRACT IN PKS RAMBUTAN PTPN III TEBING

TINGGI

ABSTRACT

The product crude palm oil have possible efficient high when percentage oil losses low, so that cost the product to press low. Percentace losses not to be exist,because very secret for to go against losses. The oil losses can be known with method extraction and material dissolved n-heksan which be worked in laboratory. For percentage of oil losses gained from screw press after avegelying is 4,32% with pressure 30-40 kg/cm2, where as the norm adopted by factory is 3,5-5,00% with pressure 30-40 kg/cm2. So,the oil losses in under normal threshold,it means the factory can be said to be in good condition.

(14)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan tanaman kelapa sawit selalu disertai dengan pembangunan pabrik,yang berbeda halnya dengan pengolahan hasil komoditi lainnya yang dapat dilakukan secara manual atau tradisional. Hal ini disebabkan minyak sawit mudah mengalami perubahan kimia dan fisika selama minyak dalam tandan dan pengolahan. Oleh sebab itu pengembangan kelapa sawit tanpa disertai dengan pengembangan pabrik adalah merupakan usaha sia-sia. Tanaman kelapa sawit menghasilkan tandan yang mengandung minyak 25% dan inti sawit 7%. Tandan tersebut harus mendapat perlakuan fisika dan mekanik dalam pabrik sehingga diperoleh minyak dan inti.

Kondisi pertumbuhan kelapa sawit memiliki produksi buah yang rendah, dikarenakan pohonnya tumbuh berdesak-desakan dan saling bersaing untuk mendapatkan cahaya matahari,air,unsur hara dan ruang hidup. Penduduk memanfaatkan buah kelapa sawit sebagai sumber minyak nabati dan vitamin A. Buah kelapa sawit dipanen dan diolah dengan peralatan sederhana menjadi minyak kelapa sawit.Dengan cara ini rendeman maupun mutu minyak yang diperoleh juga sangat rendah. (Semangun,S.M.H,2003)

(15)

ini masih belum bisa ditiadakan,karena sangat sulit untuk mencegah kehilangan minyak tersebut. (Syamsulbahri , 1996)

Pada proses pengolahan kelapa sawit terdapat banyak kendala yang mempengaruhi kapasitas dari minyak sawit yang dihasilkan. Kapasitas dari minyak sawit yang diperoleh tidak maksimal dikarenakan tingginya persentase kehilangan minyak yang terjadi pada proses pengempaan yang dilihat dari segi mekanisnya. Tingginya tingkat kehilangan minyak selama produksi mempengaruhi jumlah CPO yang akan dihasilkan sebagai proses akhir pada PKS Rambutan PTPN III Tebing Tinggi. Dalam hal ini jumlah kehilangan minyak pada pabrik kelapa sawit merupakan salah satu indikator untuk menentukan efisiensi pada tahap ekstraksi minyak, dimana untuk mengetahui kehilangan minyak yang terjadi pada proses ini maka dilakukan analisa kandungan minyak terhadap sisa pengolahan yakni dengan menggunakan metode sokletasi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kehilangan minyak dan untuk itu perlu diambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, dalam hal ini dilakukan pengamatan dengan tujuan mengetahui perbandingan tekanan yang diberikan pada screw press dengan minyak dan biji pecah yang dihasilkan pada proses ini,sehingga diperoleh tekanan yang paling efisien.

(16)

proses pengolahan ini. Oleh karenanya diperlukan tekanan yang paling sesuai untuk proses pengepressan ini agar hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal dan menguntungkan.

1.2 Permasalahan

Salah satu faktor yang terpenting untuk memperkecil kehilangan minyak adalah efisiensi pada tekanan pressan. Jika tekanan yang diberikan tinggi maka akan memperkecil kehilangan minyak yang terjadi pada ampas pressan dan mengakibatkan tingginya jumlah biji pecah yang dihasilkan. Jika tekanan rendah maka kehilangan minyak pada ampas pressan akan semakin besar. Kesesuaian tekanan pressan diperlukan untuk memperoleh hasil yang paling optimal dan menguntungkan. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis ingin mengadakan pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui “Analisa Kehilangan Minyak Berdasarkan Perbedaan Tekanan Pada Ampas Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PKS Rambutan PTPN III Tebing Tinggi”.

(17)

Kehilangan minyak selama proses pengolahan minyak kelapa sawit suatu hal yang tidak dapat dihindarkan.Dalam hal ini, penulis hanya membatasi permasalahan pada kehilangan minyak di stasiun pressan yang disebabkan oleh faktor tekanan. Hal ini dilihat dengan diketahuinya persentase kehilangan minyak yang terikut pada ampas pressan. Penentuan angka kehilangan minyak yang standar diperhitungkan hanya dengan tekanan tanpa memperhitungkan kadar biji pecah yang dihasilkan.

1.4 Tujuan

Untuk mempelajari serta menganalisa persentase kehilangan minyak (losses) didalam ampas pressan dengan metode ekstraksi sokletasi.

1.5 Manfaat

Sebagai petunjuk dalam mengatasi atau menanggulangi permasalahan yang menyebabkan kehilangan minyak pada ampas screw press guna memperoleh efisiensi pemisahan minyak sawit dan mutu produksi yang jauh lebih baik.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit barasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit dihutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1912.(Fauzi, 2004)

(19)

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal empat varietas kelapa sawit, yaitu:

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50 %. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis,bahkan hamper tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada

(20)

fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan – perkebunan saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96 %. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

4. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya sangat tipis sekali.

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 – 24 %, sedangkan pada varietas Dura antar 16 -18 %. Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.(Tim Penulis ,1997)

(21)

Sebagai minyak dan lemak,minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah

jingga karena kandungan karotenoida 500-700 ppm (terutama β-karotena 54,4%), berkonsentrasi setengah padat pada suhu kamar,dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah,bau dan rasanya cukup enak.

Reaksi terbentuknya minyak sawit adalah sebagai berikut:

H H

H C OH HOOCR1 H C OOCR1

H C OH + HOOCR2 H C OOCR2 + 3H2O

H C OH HOOCR3 H C OOCR3

H H

Gliserol Asam lemak Trigliserida Air

(22)

Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak yang membentuk trigliserida dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan.

Minyak sawit tersusun dari unsure-unsur C,H, dan O.Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat

terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%), dan asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). Komposisi tersebut ternyata agak berbeda jika dibandingkan dengan minyak inti sawit dan minyak kelapa.(Tim Penulis,1997)

Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam lemak / Simbol Minyak kelapa sawit (%) Minyak inti sawit (%) Asam Lemak Jenuh

(23)

2.4 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Stasiun press pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS) umumnya terdiri dari Stasiun utama yang berfungsi sebagai berikut:

1. Penerimaan buah (fruit reception ) 2. Rebusan (sterilizer)

3. Penebahan ( thresher )

4. Pengadukan ( digester ) dan pengempaan ( presser ) 5. Pemurnian ( clarifier )

6. Pemisahan biji dan kernel

2.4.1 Penerimaan Buah ( fruit reception )

Sebelum diolah di PKS ,tandan buah segar (TBS) yang diterima dari kebun pertama sekali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp).

1. Jembatan timbang

(24)

2. Penampungan buah ( loading ramp )

TBS yang ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang langsung dari truk. Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan TBS yang masuk ke dalam pabrik. Karena itu perlu diadakan sortasi. (Iyung Pahan , 2006 )

2.4.2 Rebusan ( sterilizer )

Lori-lori yang berisi TBS dikirim ke stasiun perebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan menggunakan motor listrik menuju sterilizer. Setiap ketel dapat diisi dengan 10 lori, dengan kapasitas 2,5 ton per lori. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135o C dan tekanan 20-28 kg / cm2 selama 80-90 menit. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya , perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. Proses perebusan mampunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memudahkan buah lepas dari tandan pada penebahan 2. Menurunkan kadar air daging buah

3. Memperbaiki proses penjernihan minyak

4. Merenggangkan buah inti dengan cangkang untuk memudahkan pemecahan biji pada mesin pemecah

(25)

2.4.3 Penebahan ( thresher )

Penebahan adalah untuk melepaskan buah dari kelopak dari tandan yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat yang berbentuk terombol mendatar yang sedikit miring dengan kisi-kisi yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran berondolan. Terompol berputar dengan putaran sedemikian sehingga tandan akan mengalami gaya dengan putaran sentrifugal yang cukup untuk mengangkatnya sampai titik tertinggi pada terombol, biasanya kecepatan putaran 22 rpm. Tandan setelah terjatuh kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung terombol.

Terombol biasanya dilengkapi dengan talang pengumpan yang mengumpankan buah secara teratur kedalam teromol. Keranjang rebusan yang berisi tandan rebus diangkat dengan keran pengangkat dan dituangkan isinya ke atas talang pengumpan. Yang penting penebah menerimanya dalam jumlah yang konstan dan teratur sesuai dengan kapasitas olah.

(26)

minyak sebagai minyak yang terisap dalam tangki tandan kosong seminimalnya. Dalam hubungan ini juga tidak boleh tandan rebus yang dituang dari lori rebusan ke atas tulang pengumpan dilakukan sekaligus lebih dari satu keranjang.

Pada penebahan yang sempurna tidak ada buah yang masih melekat pada tandan kosong (kecuali kalau akibat tandan kurang rebus). Penebah sekaligus bertindak sebagai pengumpan ke dalam bejana peremas. Muatan bejana peremas harus dijaga konstan dan tetap penuh. Oleh karena itu kapasitas dan jam kerja penebahan diatur seimbang dengan kapasitas pengempan. (Ponten .M. Naibaho,1998)

2.4.4 Pengadukan (digester) dan pengempaan (presser)

2.4.4.1 Pengadukan (digester)

(27)

Tujuan utama dari proses digester yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian sekecil-kecilnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengadukan sebagai berikut:

1. Pelumatan buah harus berjalan baik,berarti daging buah lepas dari bijinya secara sempurna

2. Hasil adukan tidak boleh terlalu lumat seperti bubur 3. Serat-serat buah harus masih jelas kelihatan

4. Minyak yang terbentuk pada ketel adukan harus dikeluarkan

5. Temperatur massa buah diupayakan lebih rendah dari 90 oC dan tidak boleh sampai mendidih

6. Ketel adukan sedikitnya berisi ¾ adukan tetapi tidak boleh terlalu penuh, karena pengadukan akan menjadi tidak maksimal.

7. Waktu pelumatan dalam digester diupayakan selama 20-25 menit. (Sunarko ,2006)

2.4.4.2 Pengempaan (presser)

(28)

Pada pabrik kelapa sawit ,umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan

tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang diseluruh permukaanya. Dengan demikian, maka minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage ,sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cone. (Iyung

Pahan ,2006)

(29)

lagi,karena angka perbandingan biji dengan bagian serabut jauh lebih tinggi,sehingga kemungkinan biji bersinggungan satu sama lain dalam kempa menjadi

lebih besar. Dengan demikian minyak yang terperangkap diantara celah biji-biji,sehingga tidak terperas keluar dari kempa akan lebih banyak. ( Soepadiyo Mangoensoekarjo ,2003)

Fungsi screw press adalah:

1. Memeras cairan yang terdapat dari bahan buah dan memisahkannya dari inti serta serabut buah

2. Melumatkan kembali buah yang belum sempat dilumatkan di dalam digester ( alat pelumat), agar pengambilan minyak berjalan sempurna pada adonan diberi air panas dengan jumlah tertentu.

3. Cairan yang keluar dari pressan mengandung bahan-bahan : minyak , air , serabut halus , bubur daging buah , lumpur tanah , pasir halus dan pasir kasar.

Dengan demikian masih banyak bahan yang bukan minyak yang terkandung dalam bahan-bahan yang keluar dari alat kempaan sehingga perlu dimurnikan lebih lanjut dalam proses klarifikasi. Pengambilan cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di

Screw Press terjadi:

1. Silinder Press tersumbat akibat jarang dikosongkan 2. Air panas yang diberikan pada adonan tidak cukup 3. Tekanan screw press dibawah ketentuan

4. Buah yang tidak matang direbus 5. Screw press telah aus

(30)

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi Pada Ampas Pressan

Pokok permasalahan dalam hal kehilangan minyak yang terikut dalam ampas pressan adalah faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu penyebabnya adalah tekanan screw press yang dipergunakan pada pengepressan yang sesuai agar kehilangan minyak dapat ditekan sedikit mungkin.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kehilangan minyak pada stasiun pengepresan adalah:

1. Pemanenan buah yang terlalu dini (buah masih mentah)

Semakin tua umur dari tanaman kelapa sawit, maka ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Umur tanaman kelapa sawit yang baik untuk dipanen adalah pada saat tanaman tersebut mencapai umur 2,5-3 tahun dengan melihat jumlah berondolan yang jatuh atau rontok. Oleh karena itu, jika pemanenan buah terlalu dini dilakukan, maka minyak diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit akan menghasilkan jumlah yang sangat sedikit, sebab buah masih mentah dan lumpur yang dihasilkannya dari pengolahan tersebut akan bertambah banyak.

2. Penggunaan steam yang tidak sesuai pada proses perebusan

(31)

peresapan minyak pada celah-celah serabut meningkat akibat kurangnya kadar air pada serat serabut sehingga minyak akan sulit dikeluarkan pada proses pengepressan.

3. Penggunaan tekanan yang tidak tepat

a. Bila tekanan screw press terlalu rendah akan mengakibatkan : - Ampas masih basah

- Kehilangan minyak pada ampas bertambah

- Pemisahan ampas pada biji tidak sempurna sehingga proses pengolahan biji akan mengalami kesulitan

- Bahan bakar ampas masih basah, sehingga pembakaran dalam boiler tidak sempurna b. Bila tekanan screw press terlalu tinggi akan mengakibatkan :

- Kadar biji yang pecah akan bertambah - Kehilangan minyak dalam biji akan naik - Hasil produksi akan meningkat

- Daya kerja screw press menjadi lambat

4. Alat screw press yang telah haus

(32)

5. Alat pengatur tekanan yang tidak standart lagi

Pemakaian alat pengukur tekanan yang tidak standar lagi pada stasiun pengempaan akan menyebabkan pemerasan minyak menjadi tidak optimal karena tekanan dapat berubah-ubah setiap waktu dan bila tidak dikontrol secara nyata, maka kehilangan minyak dalam ampas press akan meningkat.

2.6 Proses Pengambilan Hasil Minyak Kelapa Sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi yang bertujuan untuk mengambil minyak dari massa adukan. ada beberapa cara dan alat yang digunakan dalam proses ektraksi minyak, yaitu seperti berikut:

a. Dengan sentrifugasi

Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan kedalam tabung, lalu diputar. Dengan adanya gaya sentrifugasi, maka minyak akan keluar melalui lubang-lubang pada dinding tabung. (Tim Penulis PS , 1997)

(33)

Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur secara elektris, dan tergantung dari volume bahan yang akan dipress. Cara ini mempunyai kelemahan

yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan menyebabkan banyak biji yang pecah. (Tim Penulis PS , 1997)

c. Dengan menggunakan bahan pelarut

Cara ini lebih sering dipakai dalam ekstraksi minyak biji-bijian,termasuk minyak inti sawit. Sedangkan ekstraksi minyak sawit dari daging buah, belum umum digunakan

dengan cara ini karena kurang efisien. Pada dasarnya,ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambah pelarut tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel yang lain. ( Tim Penulis PS ,1997)

Proses pengambilan minyak kelapa sawit dengan bahan pelarut disebut juga mengekstrak,yang merupakan mengeluarkan sesuatu zat dari campuran zat dengan jalan penambahan bahan ekstraksi tepat pada waktunya. Hanya zat yang akan diekstrak yang dapat larut dalam bahan ekstraksi. Zat yang lain dari campuran,praktis boleh dikatakan tak dapat larut di dalamnya.

(34)

sawit,n-heksan juga dapat diperoleh kembali dari ekstraksi seluruhnya tanpa penguraian , hanya dengan jalan penguapan, biaya yang rendah dan juga aman digunakan.

2.7 Metode Pengolahan Minyak

Salah satu metode yang digunakan dalam proses pengolahan minyak adalah ekstraksi. Dimana ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak dari bahan yang diduga mengandung minyak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam yaitu :

1. Rendering

2. Ekstraksi dengan pelarut

2.7.1 Rendering

(35)

Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu: a. Wet Rendering

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur tinggi serta tekanan 40 – 60 psi.

b. Dry Rendering

Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam serta alat pengaduk. Bahan dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanasi sambil diaduk, pemanasan dilakukan pada suhu 105 oC. Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.

2.7.2 Ekstraksi dengan Pelarut

a. Ekstraksi dengan alat soklet

(36)

b. Ekstraksi dengan alat goldfisch

Ekstraksi dengan alat goldfisch sangat praktis dan mudah pemakaiannya. Bahan sampel yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam timbel dan dipasang dalam tabung penyangga yang pada bagian bawahnya berlubang. Bahan pelarut yang digunakan ditempatkan dalam beaker glass dibawah tabung penyangga. Bila beaker glass dipanaskan uap pelarut akan naik dan didinginkan oleh kondensor sehingga akan mengembun dan menetes pada sampel demikian terus menerus sehingga bahan akan dibasahi oleh pelarut dan minyak akan terekstraksi dan selanjutnya akan tertampung kedalam beaker glass kembali.

(37)

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Alat

- Plastik

- Timbangan analitik Sartorius - Timbel

- Cawan petridish

- Labu alas Pyrex

- Kertas saring Whatman - Oven

- Desikator - Kapas - Soklet - Kondensor - Tang penjepit

(38)

3.3 Prosedur Percobaan

1. Sampel diambil dari screw press dengan menggunakan plastik dan ditimbang sebanyak 1 kg,lalu dipisahkan biji utuh,biji pecah,dan cangkang

2. Cawan petridish kosong dan bersih ditimbang dengan neraca analitik lalu dimasukkan ampas press sebanyak 10 gr

3. Dimasukkan kedalam oven yang suhunya 105 oC – 110 oC selama 3 jam untuk menghilangkan kadar airnya.

4. Dikeluarkan sample dari oven dengan memakai tang jepit dan didinginkan dalam desikator selama 20 menit kemudian ditimbang kembali

5. Dibungkus sample dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam timble lalu ditutup dengan kapas,setelah itu timble dimasukkan kedalam alat soklet yang telah dilengkapi dengan labu alas,dimana sudah diketahui berat kosongnya.

(39)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Kadar Minyak (%) dan Kadar Air (%) pada Ampas Screw Press

Tekanan C1 C2 C 3 C4 B1

20 19,5549 8,9819 10,573 14,9819 5,7433

25 29,5147 18,5637 10,9510 24,8297 6,266

30 23,4341 13,1454 10,2887 19,0793 5,9339

35 23,3447 13,1892 10,1555 19,1165 5,9273

40 19,1347 9,0554 10,0793 15,0095 5,9541

(40)

B2 B3 B4 K1 (%) K2 (%)

115,6392 115,0793 0,5599 5,29 43,25

100,8033 100,2420 0,5613 5,12 42,78

100,7851 100,3204 0,4647 4,51 42,32

100,7095 100,2527 0,4568 4,49 41,63

109,1179 108,7115 0,4064 4,03 40,92

88,3907 88,1347 0,2560 2,49 40,63

Ket :

C1 = Cawan tambah sampel

C2 = Cawan kosong

C3 = Berat sampel

C4 = Berat sampel setelah dioven

B1 = Berat sampel kering

B2 = Berat labu tambah minyak setelah diekstraksi

B3 = Berat labu kosong

B4 = Berat minyak hasil ekstraksi

K1 = Kadar minyak

(41)

4.2 Perhitungan

Dari setiap prosedur kerja yang dilakukan di laboratorium , maka kadar minyak dalam ampas screw press dapat dihitung yang dinyatakan dalam persen berat.

% (w/w) =

Sebagai contoh perhitungan kehilangan minyak dalam serat

- Cawan tambah sampel = 19,5549 g

- Cawan kosong = 8,9819 g

- Berat sampel = cawan tambah sampel – cawan kosong

= 19,5549 g - 8,9819 g = 10,573 g

- Berat sampel setelah dioven = 14,9819 g

- Berat sampel kering = 5,7433 g

- Berat labu tambah minyak setelah diekstraksi = 115,6392 g

- Berat labu kosong = 115,0793 g

- Berat minyak hasil ekstraksi

= berat labu tambah minyak setelah diekstraksi- berat labu kosong

(42)

=

Tabel 4.2.1 Data Hasil Penentuan Rata-Rata Kadar Minyak (%)

(43)

Standart Deviasi (Simpangan Baku )

Jadi rata-rata kadar minyak dapat ditulis : 4,32 ± 1,007%

Tabel 4.2.2 Data Hasil Penentuan Rata-rata Kadar Air (%)

(44)

Rata-rata (X) =

Standart Deviasi (Simpangan Baku)

SD =

Jadi rata-rata kadar air dapat ditulis : 41,92 ± 1,04%

4.3 Pembahasan

(45)

mengupayakan digester haruslah pada suhu 90-100oC, temperature air pengencer 90-100oC dan sebaiknya benar-benar sudah matang.

(46)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisa data yang diperoleh maka kehilangan minyak pada ampas screw press adalah 4,32% dengan tekanan 30-40 kg/cm2 sementara norma yang ditetapkan pada pabrik adalah 3,5-5,00% dengan tekanan 30-40 kg/cm2. Sehingga kesimpulannya adalah pabrik kelapa sawit dalam keadaan baik dan layak tetap beroperasi.

5.2 Saran

1.Tandan Buah Segar (TBS) yang akan diolah diusahakan tingkat kematangannya sesuai dengan criteria pengolahan agar pada proses awal mendapat proses yang baik.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi,Y. 2004. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Cetakan 14. Jakarta : Penebar Swadaya.

Karim,A. 2001.Metoda Kualitatif Pengolahan Kelapa Sawit dan Program Peringatan,Program Perawatan pada Pabrik Kelapa Sawit dengan Bantuan Komputer.

Ketaren,S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi I. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Mangoensoekarjo,S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Naibaho,P.M. 1998 . Azas dan Metode Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Pengolahan Kelapa Sawit.

Pahan,I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit .Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya. Semangun, S.M.H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Sunarko. 2006 . Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka.

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam-Tanaman Perkebunan Tahunan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

(48)
(49)

Lampiran I

Angka Kerja Pengolahan Mutu Minyak Sawit dan Kernel Sawit

No Uraian Satuan Norma

Lossis Minyak (Terhadap Contoh) Katekoppen (USB)

Kadar buah dalam janjangan kosong (USF) Kadar minyak dalam air rebusan

Kadar minyak dalam janjangan kosong Kadar minyak dalam ampas press Kadar minyak dalam biji press Kadar minyak dalam air buangan decanter/sludge separator

Kadar minyak dalam buangan fatt-fit Total Lossis Minyak terhadap TBS

Lossis Inti (Terhadap Contoh) Kadar inti pada Tandan Kosong Kadar inti pada LTDS I/II

Kadar inti pada H.Cyclon/C.Bath Kadar inti pada Wet Shell

Total Lossis Inti terhadap TBS

Penilikan Pabrik di Ripple Mill Biji utuh

Biji pecah

Efisiensi ripple mill Kadar kotoran Wet Kernel Kadar kotoran Dry Kernel

Gambar

Tabel  2.3 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit
Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Kadar Minyak (%) dan Kadar Air (%) pada Ampas
Tabel 4.2.1 Data Hasil Penentuan Rata-Rata Kadar Minyak (%)
Tabel 4.2.2 Data Hasil Penentuan Rata-rata Kadar Air (%)

Referensi

Dokumen terkait

Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada ampas adalah 3,42%.. Sehingga tidak melebihi Persentase standart norma dari kehilangan minyak kelapa sawit pada

Telah dilakukan analisa kehilangan minyak pada serat hasil pengepresan kelapa sawit dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi, dimana hasil yang diperoleh pada serat

Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm

Untuk memberikan masukan serta pemahaman tentang pengaruh penambahan air pengencer terhadap jumlah kehilangan minyak dalam ampas press pada stasiun pengepresan dan

Kehilangan minyak kelapa sawit di unit rebusan yang terdapat pada air kondensat dan kolam fat fit, dapat mempengaruhi kuantitas hasil akhir, sehingga perlu dilakukan

Telah dilakukan pengamatan pengaruh proses pengepresan terhadap persentase kehilangan minyak kelapa sawit pada ampas press PKS Dolok Ilir. Oleh karena pengepresan

Persentase kehilangan minyak kelapa sawit pada proses pengepresan pada ampas press yang didapat dari serat yaitu 2,82 - 3,62 % dimana nilai tersebut diambil

Ampas press adalah hasil dari pengolahan alat screw press yang terpisah dari kernel (biji) yang masih melekat, dengan kemampuan tekanan screw pres yang stabil akan tetapi dalam