• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Persentase Kehilangan Minyak (Losis) CPO yang Terdapat pada Ampas (Fieber) di PTP. Nusantara IV (Persero)Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Persentase Kehilangan Minyak (Losis) CPO yang Terdapat pada Ampas (Fieber) di PTP. Nusantara IV (Persero)Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN

MINYAK(LOSIS)CPOYANG TERDAPAT PADA AMPAS

(FIEBER)DI PTP.NUSANTARA IV (PERSERO)

UNIT KEBUN PABATU

TEBING TINGGI

TUGAS AKHIR

WIDYA MUSTIKA SARI

112401092

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

2

PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK

(LOSIS)CPO YANG TERDAPAT PADA AMPAS

(FIEBER)DI PTP.NUSANTAR IV (PERSERO)

UNIT KEBUN PABATU

TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat memperoleh ahli

madya

WIDYA MUSTIKA SARI

112401092

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

(3)

3

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK (Losis) CPO

YANGTERDAPATPADA AMPAS (Fieber) Di PTP.N IV (Persero) Unit PABATU

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : WIDYA MUSTIKA SARI Nomor Induk Mahasiswa : 112401092

Program studi : DIII KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juli 2014

Diketahui/Disetujui oleh Program Studi D3 Kimia

Ketua Pembimbing

Dra.Emma Zaidar Nst,M,si

(4)

4

PERNYATAAN

PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK (LOSIS)CPO

YANGTERDAPAT PADA AMPAS (FIEBER) DI PTP.NUSANTARA IV

(PERSERO) UNIT KEBUN PABATUTEBING TINGGI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali

beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2014

WIDYA MUSTIKA SARI 112401092

ii

(5)

5

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat dan

rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul“Penentuan persentase kehillangan minyak (losis) CPO yang terdapat

pada ampas (fieber) di PTP.NIV (Persero) Unit Pabatu”dengan tepat waktu. Tidak

lupa juga penulis panjatkan shalawat dan salam atas junjungan nabi kita

Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju

jalan yang terang benderang.

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi D3 Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan

bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Dengan penuh kerendahan hati

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Dra.Herlince Sihotang, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

sabar dan teliti memberikan pengarahan dan bimbing kepada penulis.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S, selak Ketua Departemen Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si, selaku Ketua Program Studi D3 Kimia

Industri FMIPA USU.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

khususnya Program Studi D3 Kimia yang telah mendidik penulis.

5. Bapak Ujang selaku kepala laboratorium, bapak Alfi Nursyahrin selaku

Asisten pengolahan dan seluruh Staf dan karyawan PTP.Nusantara IV

(Persero) Unit Pabatu.

6. Keluarga tercinta, ayahanda M.Syahril dan ibunda Elyana Sari yang telah

membesarkan dan melimpahkan banyak kasih sayang kepada penulis.

Serta abang - abang penulis M.syarial Putra, Dian Syuhadadan kakak

penulis Delyana Sari, dan adik penulis M.Aldawiyang telah memberikan

dorongan baik moral maupun material.

(6)

6

7. Teman-teman Praktek Kerja Lapangan penulis Ahmad Ridhoan Siregar,

Anrul Yusuf Nasution, dan Elfrida Syami Siregar yang sama - sama

berjuang selama 1 bulan.

8. Kepada sahabat penulis Ismail Dhani Sidik Harahap,Rika Haryati, Rahella

Azmi, Renny Amandadan banyak lagi yang memberikan semangat,

dukungan serta doa kepada penulis.

9. Teman-teman Mahasiswa/i Kimia angkatan 2011. Tercinta yang telah

memberikan bantuan, dorongan, motivasi serta bersama-sama berjuang

dari awal hingga akhir perkuliahan.

10. Alumni Kimia yang telah memberi dukungan, motivasi dan doa kepada

penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan kesalahan tugas akhir ini

karena keterbatasan kemampuan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tugas akhir ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2014 Penulis

iv

(7)

7

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa penentuan kehilangan minyak (Losis)pada Ampas (fieber), terhadap rendemen CPO (Crude Palm Oil) di PTP.Nusantara IV (persero) unit kebun Pabatu. Kehilangan minyak tersebut dipengaruhi oleh tekanan pressan dan waktu perebusan serta kondisi buah. Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada ampas adalah 3,42%. Sehingga tidak melebihi Persentase standart norma dari kehilangan minyak kelapa sawit pada ampas adalah ≤ 4,00%.

(8)

8

DETERMINATION OF THE PERCENTAGE OF OIL LOSS (LOSSES) CPO CONTAINED IN THE PULP (FIEBER) DI PTP.NUSANTARA IV

(PERSERO) UNIT KEBUN PABATUTEBING TINGGI

ABSTRACT

Determination has been carried out analysis of oil loss (Losses)dregs(fieber), have great influence on the yield of CPO (Crude Palm Oil). The oil Loss is affected by pressan oil and when boiling time condition fruit. percentage loss palm oil is found on the ground 3,42%. So as not exceed the Percentage of the standard norm of losing the dregs of palm oil is ≤ 4,00%.

vi

(9)

9

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 2 1.3.Tujuan 3 1.4.Manfaat 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit 4 2.2.Minyak dan Lemak 7 2.3.Minyak Kelapa Sawit 10

2.3.1.Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit 10 2.3.2.Komposisi Minyak Kelapa Sawit 11 2.4. Stasiun Kempa (Pressing Stasion) 12 2.4.1. Ketel Adukan (Digester) 13 2.4.2. Kempa (Pressan) 14 2.4.3. Talang Minyak Mentah 16 2.4.4. Tangki Penangkap Pasir 17

BAB 3. Metodologi Percobaan

3.1.Alat 18

3.2.Bahan 18 3.3. Prosedur Percobaan 18

BAB 4 Hasil dan Pembahasan

4.1. Data Hasil Pengamatan 20

4.2.Perhitungan 20 4.3. Pembahasan 21

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

(10)

10

5.2. Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 24

viii

(11)

11

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Gambar

2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan tempurung 6 dan Daging Buah

2.2. Komposisi Asam Lemak 11 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit 11 2.5. Standar Operasional (SOP) digester 14

2.6. Standart Operasional prosedur (SOP) pressan 15 4.1. Data Analisis Kadar Kehilangan Minyak 19

(12)

12

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar

2.1. Senyawa Trigliserida 7 2.2. Asam Palmitat dan Asam Oleat 9

x

(13)

13

DAFTAR LAMPIRN

Nomor Judul Halaman Lamp

(14)

7

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa penentuan kehilangan minyak (Losis)pada Ampas (fieber), terhadap rendemen CPO (Crude Palm Oil) di PTP.Nusantara IV (persero) unit kebun Pabatu. Kehilangan minyak tersebut dipengaruhi oleh tekanan pressan dan waktu perebusan serta kondisi buah. Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada ampas adalah 3,42%. Sehingga tidak melebihi Persentase standart norma dari kehilangan minyak kelapa sawit pada ampas adalah ≤ 4,00%.

v

(15)

8

DETERMINATION OF THE PERCENTAGE OF OIL LOSS (LOSSES) CPO CONTAINED IN THE PULP (FIEBER) DI PTP.NUSANTARA IV

(PERSERO) UNIT KEBUN PABATUTEBING TINGGI

ABSTRACT

Determination has been carried out analysis of oil loss (Losses)dregs(fieber), have great influence on the yield of CPO (Crude Palm Oil). The oil Loss is affected by pressan oil and when boiling time condition fruit. percentage loss palm oil is found on the ground 3,42%. So as not exceed the Percentage of the standard norm of losing the dregs of palm oil is ≤ 4,00%.

(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeisguinensis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil

minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati

(biodiesel).Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit.Untuk meningkatkan

produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, dan

rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi.

Proses produksi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimulai dengan mengolah

bahan baku sampai menjadi produk, yang bahan bakunya adalah Tandan Buah

Segar (TBS) kelapa sawit. Pengolahan (TBS) kelapa sawit di pabrik bertujuan

untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut

cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai pengangkutan TBS

atau brondolan dari tempat pengangkutan hasil sampai dihasilkan minyak sawit

dan hasil-hasil samping lainnya seperti inti sawit (kernel).

Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang

dihadapi antara lain rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas

kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS), sementara potensi

produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS.

Perkebunan Pabatu merupakan salah satu unit PTP.Nusantara IV (Persero)

Medan Sumatera Utara yang menghasilkan minyak sawit kasar (CPO) dan inti

sawit (PKO). Pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak kasar (CPO) dan inti

sawit (PKO) terdiri dari beberapa proses pengolahan seperti : penimbangan,

(17)

2

perebusan, Pembantingan, pengempaan, pemurnian, dan pengutipan inti. Dalam

setiap proses pengolahan buah kelapa sawit menginginkan agar kehilangan

minyak (oil Losis) dapat ditekan sekecil mungkin. Hal ini akan dapat dicapai

apabila proses pengolahan berjalan lancar dan ditunjang dengan cara kondisi

pengoperasian yang tepat serta pemahaman terhadap sifat-sifat buah kelapa sawit

yang diolah.(Risza,S.1994).

Pada proses pengempaan, buah kelapa sawit yang sudah di aduk dari

digester akan masuk kedalam proses pengempaan daging buah dan biji akan

terpisah menjadi ampas dan biji. Untuk memperkecil persentase kehilangan

minyak (losis) pada ampas dan biji pecah dalam proses ini.sehingga minyak kasar

keluar dari daging buah dan keluar melalui saringan lalu ditampung di BakRow

Oil, serabut di angkat ke Cake Breaker Conveyordan biji di bawa ke pabrik biji

Depericarper.(Mangoensoekarjo,S.2008).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menganalisa kehilangan minyak (losis)

pada ampas (Fiber) di stasiun Pengempaan PTP.Nusantara IV (Persero) Unit

Kebun Pabatu.

1.2 Permasalahan

Adapun pembatasan masalah tersebut adalah bagaimana persentase

kehilangan minyak (losis) pada ampas (Fiber)di stasiun Pengempaan

(18)

3

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui persentase kehilangan minyak (losis) pada ampas

(Fiber) di stasiun Pengempaan PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu.

1.4 Manfaat

Dari hasil analisa yang diperoleh kehilangan minyak pada ampas (Fieber)

tidak melebihi norma kehilangan minyakuntuk menghasilkan rendemen (hasil

olah pabrik) minyak CPO sesuai dengan standart mutu.

(19)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Menurut hunger (1924) pada tahun 1869 pemerintahan kolonial belanda

mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 di

Musim Hulu.

Kemudian menjelang akhir tahun 1948 perkebunan asing,Pada tahun 1911

kelapa sawit dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan di sungai

Liput (Aceh) dan Pulau Raja (asahan) oleh Adrien Hallet yang merupakan warga

negara Belgia.Pada masa penjajahan belanda pertumbuhan perkebunan besar

kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan

perekonomian pemerintahan belanda.Pada masa penduduk jepang 1942,

pemerintah penduduk meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya di

kirim ke jepang sebagai bahan mentah industri perang, kemudian semua terhenti

karna terjadi serangan sekutu pada tahun 1943.

Hampir memperoleh perkebunan mereka masing-masing dan menjadi

milik mereka kembali.Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai

Belanda di ambil oleh Pemerintahan Indonesia.Namun milik perusahaan Inggris

Prancis, Belgia dan Amerika di kembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir

Desember 1967.

Pada masa pemerintahan Orde Lama perkebunansawit menurun karena

tidak ada peremajaan dan rehabilitasi pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun

(20)

5

minyak sawit nomor satu terbesar sejak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia

hingga sekarang ini.

Pada masa pemerintahan Orde Baru telah mulai membangun kembali

perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran dengan mengadakan peremajaan

dan penanaman baru.Selanjutnya pemerintahan telah bertekad pula menbangun

perkebunan kelapa sawit dengan mengembangkan melalui berbagai pola.

Sejak tahun 1975 muncul berbagi pola pengembangan kelapa sawit seperti

pola Unit Pelaksanaan Proyek (UPY) dan Proyek Pengnbangan Perkebunan

Rakyat Sumatera Utara (P3RSU).Kemudian Proyek NES/PIRBUN sejak

1977/1978, antar lain PIR lokal, PIR Khusus, PIR berbantuan. Selanjutnya sejak

tahun1986 muncul lagi PIR TRANS. Dan sejak 1984 berdasarkan surat keputusan

menteri pertanian No. 853/1984, pengembangan perkebunan besar kelapa sawit

dilakikan dengan pola PIR.Kemudian sejak 1986 INPRES nomor 1 tahun 1986

telah ditetapkan bahwa pengembangan perkebunan dengan pola PIR harus

dikaitkan dengan program transmigrasi.(Risza,S.1994).

(21)

6

Tabel 2.1.Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Varietas Deskripsi

Dura - Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm.

- Tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung.

- Daging buah relatif tipis antara 35-50%.

- Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

- Dalam persilangan varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.

Pisifera - Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada.

- Daging buahnya tebal, sedangkan daging bijinya sangat tipis.

- Jenis pisifera tidak diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain dan dalam persilangan dipakai sebagai pohon jantan.

Tenera - Mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera.

- Tempurung tipis dengan ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm.

- Terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. - Daging buah tebal antara 60-96%.

- Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada dura, tetapi relatif kecil.

Marcocarya - Tempurung yang sangat tebalsekitar 5 mm. - Daging buahnya sangat tipis.

(22)

7

2.2.Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak dalam bentuk umum tidak berbeda trigliseridanya, hanya yang

berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut minyak jika berwujud cair pada suhu

kamar dan lemak jika berwujud padat pada suhu kamar.Titik leleh minyak dan

lemak tergantung pada strukturnya, biasanya meningkat dengan bertambahnya

jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan rangkap atom karbon juga berpengaruh,

dimana semakin banyak ikatan rangkap atom karbon lemak akan semakin cair di

dalam suhu kamar.Sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti

asam stearat dan palmitat berwujud padat. Semua jenis lemak tersusun oleh asam

– asam lemak yang terikat oleh gliserol. Di bawah ini adalah struktur umum kimia

minyak dan lemak.

Gambar 2.1 Senyawa Trigliserida

Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak,

yang disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan

tidak bercabang. Lemak dan minyak seringkali diberi nama devirat asam-asam

lemak. Misalnya, tristearat dari gliserol diberi nama tristearin, dan tripalmitat dari

gliserol, dan tripalmitat dari gliserol,disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat

juga diberi nama dengan cara yang biasa di pakai untuk penamaan suatu ester:

sebagai contoh, gliseril tristearat dan gliseril tripalmitat.

(23)

8

Reaksi hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh dan

dapat mengandung ikatan – ikatan rangkap. Konfigurasi disekitar ikatan rangkap

apa saja dalam asam lemak alamiah adalah C18 suatu konfigurasi yang

menyebabkan titik leleh yang rendah.(Fesenden,1986).

Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida

atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan.Asam ini adalah asam

karboksilat dengan rumus umum:

R- C - OH O

asam karboksilat

Dimana, R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan

terdiri atas 4 atau sampai 24 buah atom karbon.Rantai karbon yang jenuh adalah

rantai karbon yang tidak mengandung ikatan rangkap yang disebut rantai karbon

tidak jenuh.Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon

genap.Makin panjang rantai karbon makin tinggi titik leleh dari asam

lemak.Apabila dibandingkan dengan asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh

mempunyai titik lebur lebih mudah.Asam lemak apabila larut dalam air, kelarutan

(24)

9

Asam lemak jenuh penyusun fraksi padat terdiri dari, asam miristat (1%),

asam palmitat (45%), dan asam stearat(4,5%), Sedangkan asam lemak tidak jenuh

penyusun fraksi cair terdiri dari,asam oleat (39%) dan asam linoleat (10%).( Tim

Penulis,1997).

Gambar 2.2 (a) asam palmitat (b) asam oleat

Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam sawit yaitu asam

palmitat C16 (jenuh) dan asam oleat C18 (tidak jenuh). Beberapa komposisi asam

lemak yang umum dapat dilihat pada Table 2.2 adalah:

Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak

Komponen Jumlah (%)

Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat.Hal ini karena

minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom

karbon lebih dari C18.Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang

dikandung.Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang

merupakan bahan vitamin. (Iyung Pahan,2007).

(25)

10

2.3.Minyak Kelapa Sawit

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan

minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis). Kelapa sawit di kenal terdiri dari

empat macam tipe atau varietas kelapa sawit berdasarkan ketebalan tempurung

dan daging buah, yaitu dura, pisifera, tenera, dan macrocarya.

Minyak kelapa sawit mengandung beberapa asam lemak yaitu asam

organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari

hewan atau tumbuhan.Ada beberapa asam lemak yaitu asam kaprilat, asam

kaporat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat dan

asam linoleat.

Minyak sawit tersusun dari unsur-unsur C, H dan O. minyak inti sawit

terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang.

2.3.1 Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang

bermutu baik. Ada beberapa Faktor yang menentukan standar mutu adalah

kandungan air ,kotoran, asam lemak bebas, warna, bilangan peroksida dan daya

pemucatan. Faktor lainya adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining

loss, plasticity, spreadability, sifat transparan, kandungan berat dan bilangan

penyabunan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan dari sifat pohon

induk penanganan pada masa panen, atau selama pemprosesan dan pengangkutan

TBS (Tandan Buah Sawit).(Tim Penulis,P.S.1997).

Standar mutu Special Prime Bleach ( SPB ),dibandingkan dengan mutu

(26)

11

Tabel 2.3. Mutu Minyak Sawit

Kandungan SPB Ordinary

Asam lemak bebas

Sumber : Ketaren, S,1986

2.3.2.Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Komposisi kimia minyak kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% persikrap

dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak sekitar 34-40%.

Minyak Kelapa Sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang

tetap. Rata - rata komposisi asamlemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada

Tabel 2.4berikut ini:

Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa sawit (%) (CPO)

Minyak Inti Sawit (%) (PKO) Sumber : Ketaren, S,1986

(27)

12

2.4.Stasiun Kempa (Pressing Station)

Stasiun pressan kempa merupakan stasiun yang berfungsi untuk memisahanatau

mengeluarkan minyak dari buah dengan cara mengpress massa brondolan yang

keluar dari digester. Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengaruhi

efisiensi memisahan/mengeluarkan minyak.

2.4.1.Ketel Adukan (Digester)

Ketel adukan adalah alat untuk melumatkan berondolan, sehingga daging buah

terpisah dari biji.Ketel pengaduk ini terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak

(volume 3,2-3,5 m³) yang didalamnya terpasang pisau-pisau pengaduk (strirring

arms). Jumlah pisau ada 6 tingkat yang terdiri dari 5 tingkat pisau pengaduk dan 1

tingkat pisau lempar atau buang yang berada pada bagian bawah.pisau-pisau

diikatkan pada as/poros dan digerakkan oleh electromotor. Pisau aduk digunakan

untuk mengaduk/melumatkan brondolan dan pisau bagian bawah (disamping

melumat/mengaduk). Juga dipakai untuk pendorong massa keluar dari ketel

adukan menuju pressan.tekanan arus pada digester 22 kw.

Terjadinya pelumatan brondolan adalah akibat putaran/gesekan pisau dan

dari brondolan itu sendiri. Oleh karena itu semakin banyak isian digester maka

semakin lama waktu tinggal di digester (semakin lama diaduk) dan semakin

menyempurnakan hasil adukan.Penyambungan panjang pisau tanpa

memperhatikan luas penampang pisau adalah kurang efektif dalam menghasilkan

adukan yang sempurna.

Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas sekitar 90-98°C,

yang diberikan dengan caramenginjeksikan pemanasan mantel (jacket).Jarak

(28)

13

brondolan yang lolos tidak teraduk walaupun berada di dinding digester. Bagian

dalam terletak di antara pisau-pisau digester, dipasang siku penahan sebanyak 20

buah agar proses pengadukan lebih sempurna.

Pada corong digester menuju pressan dipasang pintu yang biasa

dibuka-tutup untuk menahan brondolan dilumatkan dahulu sebelum dipress.Corong

digester tidak berpintu mengakibatkan brondolan tidak di aduk langsung di press,

hal ini yang mengakibatkan peningkatan kehilangan minyak dalam ampas press.

Pada bagian bawah digester dipasang, bottom wearing plat yang berlubang

sebanyak ±1.200 buah dan berdiameter 5mm, disesuaikan dengan desain pabrik.

Lubang-lubang ini gunanya untuk mengalirkan minyak pada berlangsungnya

proses pengadukkan sehingga masa tidak terlalu basah proses pengadukkan dan

pengepressan menjadi lebih efektif. jenis minyak yang mengalir tanpa

pengepressan ini belum terjadi emulsi dan lebih mudah untuk di pisahkan. oleh

karena itu minyak dari digester mutlak harus dialirkan untuk menghindarkan

pembentukkan emulsi.

Pelumatan di lakukan dengan cara:

1. Buah masak (brondolan) dari conveyor pembagi dimasukkan dalam ketel

adukan, setelah ketel adukan dijalankan terlebih dahulu.

2. Isian digester harus tetap penuh dan pintu digester menuju pressan pada awal

pengisian brondolan ke digester harus tertutup.

3. Setelah pengadukan ±15 menit, pintu digester baru dibuka.

(29)

14

Beberapa standart perasional (SOP) digester dapat dilihat pada Tabel 2.5berikut

ini:

Tabel 2.5.Standart Operasional (SOP) Digester

No Standart Operasional Prosedur (SOP) digester

1 Isian selama beroperasi ¾ penuh.

2 Minyak mengalir dari bottom plate ke talang (mengalir menuju sand trap).

3 Pisau pengaduk digester tidak aus (jarak ujung pisau dengan dinding maksimum15 mm).

4 Dipasang pipa injeksi steam di bottom plate dengan temperature 90 - 98°C.

5 Pembersihan pemeriksaan bagian luar/dalam digester setiap minggu. Sumber PTPN IV, 2010

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam digester adalahPelumatan atau

pemanasan buah harus baik, berarti daging buah dengan sempurna lepas dari biji,

kelihatan dan lumatan harus homogen, Pisau-pisau pengaduk harus pada kondisi

baik, jika aus harus segera diganti, Lubang-lubang bottom wearing plat tidak

tumpat dan hal ini ditunjukanadanya aliran minyak dari bottom plat ke talang

minyak (oil gutter).

2.4.1.Kempa(pressan)

Kempa (pressan) adalah alatuntuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari

serat-serat daging buah kelapa sawit (pericrap).Alat ini terdiri dari sebuah silinder

(press cylinder)yang berlubang-lubang ±22.000 dan didalamnya terdapat dua buah

ulir(screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan arus kempa 30kwdiatur oleh

dua buah konus (cones) berada pada bagian ujung pengempa, alat ini dapat

digerakkan maju-mundur secara hidrolik. Massa yang keluar dari ketel adukan

(30)

15

lubang silinder pressdan main screw ditampung dalam talang minyak (oil gutter).

Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada oil gutterdilakukan

dan penambahan/pengenceran air panas dari hot water tank dengan temperatur 90

- 95°C. Digunakan air panas untuk membantu malembutkan brondolan sebelum

proses pengepressan.

Beberapa standart perasional (SOP) pressan dapat dilihat pada Tabel 2.6berikut

ini:

Tabel 2.6. Standart Operasional prosedur (SOP) pressan

NO Standart Operasional prosedur (SOP) pressan

1 Jarak screw press dengan silinder press 5 mm.

2 Pergantianscrew dan silinder press sesuai dengan life time.

3 Kandungan minyak dalam ampas press 3,90% minyak terikut biji 9,80% dan persentase biji utuh + inti pecah 46% thd contoh.

4 Kapasitas olah 10-12 ton TBS / jam.

5 Oli gear box, speed reducer, v-belt dan minyak sebelum dioperasikan. Sumber PTPN IV, 2010

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pressan adalah Ampas kempa (press

cake) harus keluar merata disekitar konus, Pada akhir pengoperasian ataupun bila

terjadi gangguan, sehingga screw press harus berhenti untuk waktu yang lama,

maka screw press harus dikosongkan. Tekanan hidrolik yang terlalu tinggi

mengakibatkan kadar inti pecah dan kerugian inti bertambah, dan bila tekanan

hidrolik terlalu rendah mengakibatkan cake basah, losis minyak pada ampas dan

biji bertambah, pemisahan ampas dan biji tidak sempurna dalam proses di cake

breaker conveyor dan bahan bakar ampas kering yang dapat menyebabkan

pembakaran di boiler tidak sempurna.

(31)

16

Bila kehilangan minyak dalam ampas (fiber) melebihi norma

kemungkinanpenyebabnya adalah:

1. Pada waktu proses perebusan tidak sempurna (kurang masak buah).

2. Pada waktu proses digester kurangnya pelembutan brondolan.

3. Pada waktu proses pengadukkan tidak sempurna temperatur adukan <95°C,

isian digester <¾ bagian, pisau aduk aus, dan aliran minyak kasar dari bottom

plat tidak lancar.

4. Ularan screw press sudah aus.

5. Corong digester yang tidak berpintu mengakibatkan brondolan tidak diaduk

merata pada awal olah tetapi langsung dipressan.

2.4.2.Talang Minyak Mentah

Talang minyak mentah adalah alat penampung minyak hasil dari screw press

untuk di alirkan ke tangki penangkap pasir (sand trap). Besar air suplesi

(Pengencer) sebanyak 18 - 20%. Pemberian air pengencer di maksudkan untuk

memperlancarkan penyaringan kotoran di vibrating screen dan memudahkan

(32)

17

2.4.3.Tangki Penangkap Pasir

Alat ini merupakan tangki yang berfungsi untuk mengendapkan pasir dari minyak

kasar yang berasal dari Oil gutter (talang minyak mentah).minyak kasar yang

setelah keluar dari tangki Sand trap di alirkan di Bak RO (Raw Oil Tank) melalui

getar (vibrating screen). Untuk memudahkan proses pengendapan pasir atau

kotoran.

1. Di lakukkan spui sehingga semua pasir dan kotoran-kotoran terbuang keluar.

2. Periksa kebocoran pada tangki.

3. Periksa kebersihan saluran pembuangan.(PTPN.IV.2010)

(33)

18

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Merek

1. Neraca Analitik 4 Desimal Sortarius

2. Oven Fisher Scient

3. Labu Ekstraksi Eyela

4. Alat Sokletasi

5. Kondensor Eyela

6. Timbel

7. Cawan penguap

8. Hot Plate

9. Temperatur

3.2 Bahan

1. Ampas Tandan Buah Sawit

2. Air

3. n-heksana

4. Kapas

3.3 Prosedur Percobaan

1. Di timbang ampas 200 gram.

2. Di masukkan diatas cawan penguap yang sudah diketahui beratnya.

(34)

19

4. Di keluarkan ampas dari oven dan didinginkan dalam ruangan terbuka selama

15 menit, kemudian ampas dimasukkan kedalam timbel dan ditutup dengan

kapas.

5. Di masukkan kedalam alat soklet dan diekstraksi selam 5 jam dengan pelarut

n-heksana sebanyak 250 ml.

6. Di pisahkan sampel dari n-heksana dengan cara penguapan (sampai seluruh

n-heksana menguap).

7. Di dinginkan labu yang berisi minyak hasil ekstraksi di dalam ruangan

terbuka selama 15 menit.

8. Ditimbang dan dihitung untuk mengetahui kadar minyak pada ampas.

(35)

20

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Data dan hasil perhitungan kadar Kehilangan Minyak pada ampas adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.1. Data Analisis Kadar Kehilangan Minyak

Tanggal

Dari data yang diperoleh, dapat dihitung kadar minyak dalam pressan yang

dinyatakan sebagai contoh pada tanggal 17/02/2014

Diketahui :Berat Contoh Basah : 23,9981

Berat Contoh Kering : 16,3217

Berat Minyak : 0,8207

Ditanya : % Kehilangan Minyak ?

(36)

21

Untuk sampel berikutnya dilakukan perhitungan yang sama seperti 4.1 dan 4.2

yang diatas.

4.3. Pembahasan

Dari uraian diatas,dengan memvariasikan berat sampel pada proses pengempaan,

dapat diketahui bagaimana penentuan persentase kehilangan minyak yang terdapat

pada ampas. Berdasarkan data yang dianalisa dari tanggal 17 Februari 2014

sampai 21Februari 2014 di PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu

Tebing Tinggi, % kehilangan minyak yang diproleh dari ampas 3,42%, Sehingga

tidak melebihi norma standart yang telah ditentukan 4,00 %.

(37)

22

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari percobaan yang di dapat persentase kehilangan minyak yang terdapat dalam

ampas tandan buah sawit pada proses pressan yang dilakukan di PTP.Nusantara

IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi, dapat disimpulkan bahwa

penentuan persentase kehilangan minyak CPO (Crude Palm Oil) yang

terdapatpada ampas adalah 3,42 % dimana hasil tersebut sesuai dengan standar

pabrik yaitu ≤ 4,00 %.

5.2.Saran

1. Tandan buah sawit yang akan diolah diusahakan tingkat kematangannya sesuai

dengan kriteria pengolahan, agar pada proses awal mendapat hasil yang lebih

baik.

2. Diharapkan untuk lebih memperhatikan kondisi penggunaan alat dan kerja

alat.karena hal-hal seperti tekanan pengempaan pada waktu pemasukan buah

kedalam digester, dan kondisi buah kelapa sawit itu sendiri yang dapat

(38)

23

DAFTAR PUSTAKA

Fesenden, J. R. 1986. KimiaOrganik. Inggris. Penerbit Erlangga.

Ketaren,S. 1986. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI - Press.

Mangoensoekarjo, S. 2003, Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada,

University Press, Yogyakarta.

Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu

hingga Hilir.Jakarta : Penebar swadaya.

PTPN IV.2010.Standar Prosedur Operasi (Sop) Pengolahan Kelapa

Sawit.Medan-Sumatera Utara-Indonesia.

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Konisius.

Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan

Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Gambar

Tabel 2.1.Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah
Gambar 2.1 Senyawa Trigliserida
Gambar 2.2 (a) asam palmitat (b) asam oleat
Tabel 2.3. Mutu Minyak Sawit
+2

Referensi

Dokumen terkait

Persentase Kehilangan minyak kelapa sawit pada proses pengepresan yang didapat dari data dalah rata-rata 6,28-6,32 %. Persentase kehilangan minyak

Judul : ANALISIS PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK SAWIT YANG TERDAPAT PADA BIJI BUAH KELAPA SAWIT YANG TELAH DIPRESS DI PTPN II PAGAR MERBAU.. Kategori :

Kehilangan minyak kelapa sawit yang terlalu tinggi pada air kondensat dapat mempengaruhi hasil akhir pengolahan kelapa sawit, sehingga perlu dilakukan analisis kehilangan

Alhamdulillahirobbil Alamin segala puji hanya bagi Allah SWT yang senantiasa mencurahkan Rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan

Alhamdulillahirobbil Alamin segala puji hanya bagi Allah SWT yang senantiasa mencurahkan Rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan

Mutu dan hasil rendemen olah sangat dipengaruhi oleh mutu tandan dan mutu panen.Sortasi TBS sebagai alat untuk menilai mutu panen yang dilaksanakan setiap kebun yang mengolah buah

Telah dilakukan analisis Persentase Kehilangan Minyak Pada Sludge Separator Dalam Stasiun Klarifikasi Minyak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei.. Analisis persentase

Persentase kehilangan minyak kelapa sawit pada proses pengepresan pada ampas press yang didapat dari serat yaitu 2,82 - 3,62 % dimana nilai tersebut diambil