1
PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN
MINYAK(LOSIS)CPOYANG TERDAPAT PADA AMPAS
(FIEBER)DI PTP.NUSANTARA IV (PERSERO)
UNIT KEBUN PABATU
TEBING TINGGI
TUGAS AKHIR
WIDYA MUSTIKA SARI
112401092
PROGRAM STUDI D3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2
PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK
(LOSIS)CPO YANG TERDAPAT PADA AMPAS
(FIEBER)DI PTP.NUSANTAR IV (PERSERO)
UNIT KEBUN PABATU
TEBING TINGGI
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat memperoleh ahli
madya
WIDYA MUSTIKA SARI
112401092
PROGRAM STUDI D3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
3
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK (Losis) CPO
YANGTERDAPATPADA AMPAS (Fieber) Di PTP.N IV (Persero) Unit PABATU
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : WIDYA MUSTIKA SARI Nomor Induk Mahasiswa : 112401092
Program studi : DIII KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Juli 2014
Diketahui/Disetujui oleh Program Studi D3 Kimia
Ketua Pembimbing
Dra.Emma Zaidar Nst,M,si
4
PERNYATAAN
PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK (LOSIS)CPO
YANGTERDAPAT PADA AMPAS (FIEBER) DI PTP.NUSANTARA IV
(PERSERO) UNIT KEBUN PABATUTEBING TINGGI
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2014
WIDYA MUSTIKA SARI 112401092
ii
5
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul“Penentuan persentase kehillangan minyak (losis) CPO yang terdapat
pada ampas (fieber) di PTP.NIV (Persero) Unit Pabatu”dengan tepat waktu. Tidak
lupa juga penulis panjatkan shalawat dan salam atas junjungan nabi kita
Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju
jalan yang terang benderang.
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi D3 Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Dengan penuh kerendahan hati
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Dra.Herlince Sihotang, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
sabar dan teliti memberikan pengarahan dan bimbing kepada penulis.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S, selak Ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si, selaku Ketua Program Studi D3 Kimia
Industri FMIPA USU.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
khususnya Program Studi D3 Kimia yang telah mendidik penulis.
5. Bapak Ujang selaku kepala laboratorium, bapak Alfi Nursyahrin selaku
Asisten pengolahan dan seluruh Staf dan karyawan PTP.Nusantara IV
(Persero) Unit Pabatu.
6. Keluarga tercinta, ayahanda M.Syahril dan ibunda Elyana Sari yang telah
membesarkan dan melimpahkan banyak kasih sayang kepada penulis.
Serta abang - abang penulis M.syarial Putra, Dian Syuhadadan kakak
penulis Delyana Sari, dan adik penulis M.Aldawiyang telah memberikan
dorongan baik moral maupun material.
6
7. Teman-teman Praktek Kerja Lapangan penulis Ahmad Ridhoan Siregar,
Anrul Yusuf Nasution, dan Elfrida Syami Siregar yang sama - sama
berjuang selama 1 bulan.
8. Kepada sahabat penulis Ismail Dhani Sidik Harahap,Rika Haryati, Rahella
Azmi, Renny Amandadan banyak lagi yang memberikan semangat,
dukungan serta doa kepada penulis.
9. Teman-teman Mahasiswa/i Kimia angkatan 2011. Tercinta yang telah
memberikan bantuan, dorongan, motivasi serta bersama-sama berjuang
dari awal hingga akhir perkuliahan.
10. Alumni Kimia yang telah memberi dukungan, motivasi dan doa kepada
penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan kesalahan tugas akhir ini
karena keterbatasan kemampuan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2014 Penulis
iv
7
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa penentuan kehilangan minyak (Losis)pada Ampas (fieber), terhadap rendemen CPO (Crude Palm Oil) di PTP.Nusantara IV (persero) unit kebun Pabatu. Kehilangan minyak tersebut dipengaruhi oleh tekanan pressan dan waktu perebusan serta kondisi buah. Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada ampas adalah 3,42%. Sehingga tidak melebihi Persentase standart norma dari kehilangan minyak kelapa sawit pada ampas adalah ≤ 4,00%.
8
DETERMINATION OF THE PERCENTAGE OF OIL LOSS (LOSSES) CPO CONTAINED IN THE PULP (FIEBER) DI PTP.NUSANTARA IV
(PERSERO) UNIT KEBUN PABATUTEBING TINGGI
ABSTRACT
Determination has been carried out analysis of oil loss (Losses)dregs(fieber), have great influence on the yield of CPO (Crude Palm Oil). The oil Loss is affected by pressan oil and when boiling time condition fruit. percentage loss palm oil is found on the ground 3,42%. So as not exceed the Percentage of the standard norm of losing the dregs of palm oil is ≤ 4,00%.
vi
9
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Permasalahan 2 1.3.Tujuan 3 1.4.Manfaat 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit 4 2.2.Minyak dan Lemak 7 2.3.Minyak Kelapa Sawit 10
2.3.1.Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit 10 2.3.2.Komposisi Minyak Kelapa Sawit 11 2.4. Stasiun Kempa (Pressing Stasion) 12 2.4.1. Ketel Adukan (Digester) 13 2.4.2. Kempa (Pressan) 14 2.4.3. Talang Minyak Mentah 16 2.4.4. Tangki Penangkap Pasir 17
BAB 3. Metodologi Percobaan
3.1.Alat 18
3.2.Bahan 18 3.3. Prosedur Percobaan 18
BAB 4 Hasil dan Pembahasan
4.1. Data Hasil Pengamatan 20
4.2.Perhitungan 20 4.3. Pembahasan 21
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
10
5.2. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
viii
11
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Gambar
2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan tempurung 6 dan Daging Buah
2.2. Komposisi Asam Lemak 11 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit 11 2.5. Standar Operasional (SOP) digester 14
2.6. Standart Operasional prosedur (SOP) pressan 15 4.1. Data Analisis Kadar Kehilangan Minyak 19
12
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar
2.1. Senyawa Trigliserida 7 2.2. Asam Palmitat dan Asam Oleat 9
x
13
DAFTAR LAMPIRN
Nomor Judul Halaman Lamp
7
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa penentuan kehilangan minyak (Losis)pada Ampas (fieber), terhadap rendemen CPO (Crude Palm Oil) di PTP.Nusantara IV (persero) unit kebun Pabatu. Kehilangan minyak tersebut dipengaruhi oleh tekanan pressan dan waktu perebusan serta kondisi buah. Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada ampas adalah 3,42%. Sehingga tidak melebihi Persentase standart norma dari kehilangan minyak kelapa sawit pada ampas adalah ≤ 4,00%.
v
8
DETERMINATION OF THE PERCENTAGE OF OIL LOSS (LOSSES) CPO CONTAINED IN THE PULP (FIEBER) DI PTP.NUSANTARA IV
(PERSERO) UNIT KEBUN PABATUTEBING TINGGI
ABSTRACT
Determination has been carried out analysis of oil loss (Losses)dregs(fieber), have great influence on the yield of CPO (Crude Palm Oil). The oil Loss is affected by pressan oil and when boiling time condition fruit. percentage loss palm oil is found on the ground 3,42%. So as not exceed the Percentage of the standard norm of losing the dregs of palm oil is ≤ 4,00%.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeisguinensis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil
minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati
(biodiesel).Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit.Untuk meningkatkan
produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, dan
rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi.
Proses produksi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimulai dengan mengolah
bahan baku sampai menjadi produk, yang bahan bakunya adalah Tandan Buah
Segar (TBS) kelapa sawit. Pengolahan (TBS) kelapa sawit di pabrik bertujuan
untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut
cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai pengangkutan TBS
atau brondolan dari tempat pengangkutan hasil sampai dihasilkan minyak sawit
dan hasil-hasil samping lainnya seperti inti sawit (kernel).
Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang
dihadapi antara lain rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas
kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS), sementara potensi
produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS.
Perkebunan Pabatu merupakan salah satu unit PTP.Nusantara IV (Persero)
Medan Sumatera Utara yang menghasilkan minyak sawit kasar (CPO) dan inti
sawit (PKO). Pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak kasar (CPO) dan inti
sawit (PKO) terdiri dari beberapa proses pengolahan seperti : penimbangan,
2
perebusan, Pembantingan, pengempaan, pemurnian, dan pengutipan inti. Dalam
setiap proses pengolahan buah kelapa sawit menginginkan agar kehilangan
minyak (oil Losis) dapat ditekan sekecil mungkin. Hal ini akan dapat dicapai
apabila proses pengolahan berjalan lancar dan ditunjang dengan cara kondisi
pengoperasian yang tepat serta pemahaman terhadap sifat-sifat buah kelapa sawit
yang diolah.(Risza,S.1994).
Pada proses pengempaan, buah kelapa sawit yang sudah di aduk dari
digester akan masuk kedalam proses pengempaan daging buah dan biji akan
terpisah menjadi ampas dan biji. Untuk memperkecil persentase kehilangan
minyak (losis) pada ampas dan biji pecah dalam proses ini.sehingga minyak kasar
keluar dari daging buah dan keluar melalui saringan lalu ditampung di BakRow
Oil, serabut di angkat ke Cake Breaker Conveyordan biji di bawa ke pabrik biji
Depericarper.(Mangoensoekarjo,S.2008).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menganalisa kehilangan minyak (losis)
pada ampas (Fiber) di stasiun Pengempaan PTP.Nusantara IV (Persero) Unit
Kebun Pabatu.
1.2 Permasalahan
Adapun pembatasan masalah tersebut adalah bagaimana persentase
kehilangan minyak (losis) pada ampas (Fiber)di stasiun Pengempaan
3
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui persentase kehilangan minyak (losis) pada ampas
(Fiber) di stasiun Pengempaan PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu.
1.4 Manfaat
Dari hasil analisa yang diperoleh kehilangan minyak pada ampas (Fieber)
tidak melebihi norma kehilangan minyakuntuk menghasilkan rendemen (hasil
olah pabrik) minyak CPO sesuai dengan standart mutu.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit
Menurut hunger (1924) pada tahun 1869 pemerintahan kolonial belanda
mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 di
Musim Hulu.
Kemudian menjelang akhir tahun 1948 perkebunan asing,Pada tahun 1911
kelapa sawit dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan di sungai
Liput (Aceh) dan Pulau Raja (asahan) oleh Adrien Hallet yang merupakan warga
negara Belgia.Pada masa penjajahan belanda pertumbuhan perkebunan besar
kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan
perekonomian pemerintahan belanda.Pada masa penduduk jepang 1942,
pemerintah penduduk meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya di
kirim ke jepang sebagai bahan mentah industri perang, kemudian semua terhenti
karna terjadi serangan sekutu pada tahun 1943.
Hampir memperoleh perkebunan mereka masing-masing dan menjadi
milik mereka kembali.Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai
Belanda di ambil oleh Pemerintahan Indonesia.Namun milik perusahaan Inggris
Prancis, Belgia dan Amerika di kembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir
Desember 1967.
Pada masa pemerintahan Orde Lama perkebunansawit menurun karena
tidak ada peremajaan dan rehabilitasi pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun
5
minyak sawit nomor satu terbesar sejak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia
hingga sekarang ini.
Pada masa pemerintahan Orde Baru telah mulai membangun kembali
perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran dengan mengadakan peremajaan
dan penanaman baru.Selanjutnya pemerintahan telah bertekad pula menbangun
perkebunan kelapa sawit dengan mengembangkan melalui berbagai pola.
Sejak tahun 1975 muncul berbagi pola pengembangan kelapa sawit seperti
pola Unit Pelaksanaan Proyek (UPY) dan Proyek Pengnbangan Perkebunan
Rakyat Sumatera Utara (P3RSU).Kemudian Proyek NES/PIRBUN sejak
1977/1978, antar lain PIR lokal, PIR Khusus, PIR berbantuan. Selanjutnya sejak
tahun1986 muncul lagi PIR TRANS. Dan sejak 1984 berdasarkan surat keputusan
menteri pertanian No. 853/1984, pengembangan perkebunan besar kelapa sawit
dilakikan dengan pola PIR.Kemudian sejak 1986 INPRES nomor 1 tahun 1986
telah ditetapkan bahwa pengembangan perkebunan dengan pola PIR harus
dikaitkan dengan program transmigrasi.(Risza,S.1994).
6
Tabel 2.1.Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah
Varietas Deskripsi
Dura - Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm.
- Tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung.
- Daging buah relatif tipis antara 35-50%.
- Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
- Dalam persilangan varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.
Pisifera - Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada.
- Daging buahnya tebal, sedangkan daging bijinya sangat tipis.
- Jenis pisifera tidak diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain dan dalam persilangan dipakai sebagai pohon jantan.
Tenera - Mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera.
- Tempurung tipis dengan ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm.
- Terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. - Daging buah tebal antara 60-96%.
- Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada dura, tetapi relatif kecil.
Marcocarya - Tempurung yang sangat tebalsekitar 5 mm. - Daging buahnya sangat tipis.
7
2.2.Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak dalam bentuk umum tidak berbeda trigliseridanya, hanya yang
berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut minyak jika berwujud cair pada suhu
kamar dan lemak jika berwujud padat pada suhu kamar.Titik leleh minyak dan
lemak tergantung pada strukturnya, biasanya meningkat dengan bertambahnya
jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan rangkap atom karbon juga berpengaruh,
dimana semakin banyak ikatan rangkap atom karbon lemak akan semakin cair di
dalam suhu kamar.Sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti
asam stearat dan palmitat berwujud padat. Semua jenis lemak tersusun oleh asam
– asam lemak yang terikat oleh gliserol. Di bawah ini adalah struktur umum kimia
minyak dan lemak.
Gambar 2.1 Senyawa Trigliserida
Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak,
yang disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan
tidak bercabang. Lemak dan minyak seringkali diberi nama devirat asam-asam
lemak. Misalnya, tristearat dari gliserol diberi nama tristearin, dan tripalmitat dari
gliserol, dan tripalmitat dari gliserol,disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat
juga diberi nama dengan cara yang biasa di pakai untuk penamaan suatu ester:
sebagai contoh, gliseril tristearat dan gliseril tripalmitat.
8
Reaksi hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh dan
dapat mengandung ikatan – ikatan rangkap. Konfigurasi disekitar ikatan rangkap
apa saja dalam asam lemak alamiah adalah C18 suatu konfigurasi yang
menyebabkan titik leleh yang rendah.(Fesenden,1986).
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida
atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan.Asam ini adalah asam
karboksilat dengan rumus umum:
R- C - OH O
asam karboksilat
Dimana, R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan
terdiri atas 4 atau sampai 24 buah atom karbon.Rantai karbon yang jenuh adalah
rantai karbon yang tidak mengandung ikatan rangkap yang disebut rantai karbon
tidak jenuh.Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon
genap.Makin panjang rantai karbon makin tinggi titik leleh dari asam
lemak.Apabila dibandingkan dengan asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh
mempunyai titik lebur lebih mudah.Asam lemak apabila larut dalam air, kelarutan
9
Asam lemak jenuh penyusun fraksi padat terdiri dari, asam miristat (1%),
asam palmitat (45%), dan asam stearat(4,5%), Sedangkan asam lemak tidak jenuh
penyusun fraksi cair terdiri dari,asam oleat (39%) dan asam linoleat (10%).( Tim
Penulis,1997).
Gambar 2.2 (a) asam palmitat (b) asam oleat
Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam sawit yaitu asam
palmitat C16 (jenuh) dan asam oleat C18 (tidak jenuh). Beberapa komposisi asam
lemak yang umum dapat dilihat pada Table 2.2 adalah:
Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak
Komponen Jumlah (%)
Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat.Hal ini karena
minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom
karbon lebih dari C18.Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang
dikandung.Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang
merupakan bahan vitamin. (Iyung Pahan,2007).
10
2.3.Minyak Kelapa Sawit
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan
minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis). Kelapa sawit di kenal terdiri dari
empat macam tipe atau varietas kelapa sawit berdasarkan ketebalan tempurung
dan daging buah, yaitu dura, pisifera, tenera, dan macrocarya.
Minyak kelapa sawit mengandung beberapa asam lemak yaitu asam
organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari
hewan atau tumbuhan.Ada beberapa asam lemak yaitu asam kaprilat, asam
kaporat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat dan
asam linoleat.
Minyak sawit tersusun dari unsur-unsur C, H dan O. minyak inti sawit
terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang.
2.3.1 Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit
Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Ada beberapa Faktor yang menentukan standar mutu adalah
kandungan air ,kotoran, asam lemak bebas, warna, bilangan peroksida dan daya
pemucatan. Faktor lainya adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining
loss, plasticity, spreadability, sifat transparan, kandungan berat dan bilangan
penyabunan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan dari sifat pohon
induk penanganan pada masa panen, atau selama pemprosesan dan pengangkutan
TBS (Tandan Buah Sawit).(Tim Penulis,P.S.1997).
Standar mutu Special Prime Bleach ( SPB ),dibandingkan dengan mutu
11
Tabel 2.3. Mutu Minyak Sawit
Kandungan SPB Ordinary
Asam lemak bebas
Sumber : Ketaren, S,1986
2.3.2.Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Komposisi kimia minyak kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% persikrap
dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak sekitar 34-40%.
Minyak Kelapa Sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang
tetap. Rata - rata komposisi asamlemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada
Tabel 2.4berikut ini:
Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa sawit (%) (CPO)
Minyak Inti Sawit (%) (PKO) Sumber : Ketaren, S,1986
12
2.4.Stasiun Kempa (Pressing Station)
Stasiun pressan kempa merupakan stasiun yang berfungsi untuk memisahanatau
mengeluarkan minyak dari buah dengan cara mengpress massa brondolan yang
keluar dari digester. Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengaruhi
efisiensi memisahan/mengeluarkan minyak.
2.4.1.Ketel Adukan (Digester)
Ketel adukan adalah alat untuk melumatkan berondolan, sehingga daging buah
terpisah dari biji.Ketel pengaduk ini terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak
(volume 3,2-3,5 m³) yang didalamnya terpasang pisau-pisau pengaduk (strirring
arms). Jumlah pisau ada 6 tingkat yang terdiri dari 5 tingkat pisau pengaduk dan 1
tingkat pisau lempar atau buang yang berada pada bagian bawah.pisau-pisau
diikatkan pada as/poros dan digerakkan oleh electromotor. Pisau aduk digunakan
untuk mengaduk/melumatkan brondolan dan pisau bagian bawah (disamping
melumat/mengaduk). Juga dipakai untuk pendorong massa keluar dari ketel
adukan menuju pressan.tekanan arus pada digester 22 kw.
Terjadinya pelumatan brondolan adalah akibat putaran/gesekan pisau dan
dari brondolan itu sendiri. Oleh karena itu semakin banyak isian digester maka
semakin lama waktu tinggal di digester (semakin lama diaduk) dan semakin
menyempurnakan hasil adukan.Penyambungan panjang pisau tanpa
memperhatikan luas penampang pisau adalah kurang efektif dalam menghasilkan
adukan yang sempurna.
Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas sekitar 90-98°C,
yang diberikan dengan caramenginjeksikan pemanasan mantel (jacket).Jarak
13
brondolan yang lolos tidak teraduk walaupun berada di dinding digester. Bagian
dalam terletak di antara pisau-pisau digester, dipasang siku penahan sebanyak 20
buah agar proses pengadukan lebih sempurna.
Pada corong digester menuju pressan dipasang pintu yang biasa
dibuka-tutup untuk menahan brondolan dilumatkan dahulu sebelum dipress.Corong
digester tidak berpintu mengakibatkan brondolan tidak di aduk langsung di press,
hal ini yang mengakibatkan peningkatan kehilangan minyak dalam ampas press.
Pada bagian bawah digester dipasang, bottom wearing plat yang berlubang
sebanyak ±1.200 buah dan berdiameter 5mm, disesuaikan dengan desain pabrik.
Lubang-lubang ini gunanya untuk mengalirkan minyak pada berlangsungnya
proses pengadukkan sehingga masa tidak terlalu basah proses pengadukkan dan
pengepressan menjadi lebih efektif. jenis minyak yang mengalir tanpa
pengepressan ini belum terjadi emulsi dan lebih mudah untuk di pisahkan. oleh
karena itu minyak dari digester mutlak harus dialirkan untuk menghindarkan
pembentukkan emulsi.
Pelumatan di lakukan dengan cara:
1. Buah masak (brondolan) dari conveyor pembagi dimasukkan dalam ketel
adukan, setelah ketel adukan dijalankan terlebih dahulu.
2. Isian digester harus tetap penuh dan pintu digester menuju pressan pada awal
pengisian brondolan ke digester harus tertutup.
3. Setelah pengadukan ±15 menit, pintu digester baru dibuka.
14
Beberapa standart perasional (SOP) digester dapat dilihat pada Tabel 2.5berikut
ini:
Tabel 2.5.Standart Operasional (SOP) Digester
No Standart Operasional Prosedur (SOP) digester
1 Isian selama beroperasi ¾ penuh.
2 Minyak mengalir dari bottom plate ke talang (mengalir menuju sand trap).
3 Pisau pengaduk digester tidak aus (jarak ujung pisau dengan dinding maksimum15 mm).
4 Dipasang pipa injeksi steam di bottom plate dengan temperature 90 - 98°C.
5 Pembersihan pemeriksaan bagian luar/dalam digester setiap minggu. Sumber PTPN IV, 2010
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam digester adalahPelumatan atau
pemanasan buah harus baik, berarti daging buah dengan sempurna lepas dari biji,
kelihatan dan lumatan harus homogen, Pisau-pisau pengaduk harus pada kondisi
baik, jika aus harus segera diganti, Lubang-lubang bottom wearing plat tidak
tumpat dan hal ini ditunjukanadanya aliran minyak dari bottom plat ke talang
minyak (oil gutter).
2.4.1.Kempa(pressan)
Kempa (pressan) adalah alatuntuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari
serat-serat daging buah kelapa sawit (pericrap).Alat ini terdiri dari sebuah silinder
(press cylinder)yang berlubang-lubang ±22.000 dan didalamnya terdapat dua buah
ulir(screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan arus kempa 30kwdiatur oleh
dua buah konus (cones) berada pada bagian ujung pengempa, alat ini dapat
digerakkan maju-mundur secara hidrolik. Massa yang keluar dari ketel adukan
15
lubang silinder pressdan main screw ditampung dalam talang minyak (oil gutter).
Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada oil gutterdilakukan
dan penambahan/pengenceran air panas dari hot water tank dengan temperatur 90
- 95°C. Digunakan air panas untuk membantu malembutkan brondolan sebelum
proses pengepressan.
Beberapa standart perasional (SOP) pressan dapat dilihat pada Tabel 2.6berikut
ini:
Tabel 2.6. Standart Operasional prosedur (SOP) pressan
NO Standart Operasional prosedur (SOP) pressan
1 Jarak screw press dengan silinder press 5 mm.
2 Pergantianscrew dan silinder press sesuai dengan life time.
3 Kandungan minyak dalam ampas press 3,90% minyak terikut biji 9,80% dan persentase biji utuh + inti pecah 46% thd contoh.
4 Kapasitas olah 10-12 ton TBS / jam.
5 Oli gear box, speed reducer, v-belt dan minyak sebelum dioperasikan. Sumber PTPN IV, 2010
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pressan adalah Ampas kempa (press
cake) harus keluar merata disekitar konus, Pada akhir pengoperasian ataupun bila
terjadi gangguan, sehingga screw press harus berhenti untuk waktu yang lama,
maka screw press harus dikosongkan. Tekanan hidrolik yang terlalu tinggi
mengakibatkan kadar inti pecah dan kerugian inti bertambah, dan bila tekanan
hidrolik terlalu rendah mengakibatkan cake basah, losis minyak pada ampas dan
biji bertambah, pemisahan ampas dan biji tidak sempurna dalam proses di cake
breaker conveyor dan bahan bakar ampas kering yang dapat menyebabkan
pembakaran di boiler tidak sempurna.
16
Bila kehilangan minyak dalam ampas (fiber) melebihi norma
kemungkinanpenyebabnya adalah:
1. Pada waktu proses perebusan tidak sempurna (kurang masak buah).
2. Pada waktu proses digester kurangnya pelembutan brondolan.
3. Pada waktu proses pengadukkan tidak sempurna temperatur adukan <95°C,
isian digester <¾ bagian, pisau aduk aus, dan aliran minyak kasar dari bottom
plat tidak lancar.
4. Ularan screw press sudah aus.
5. Corong digester yang tidak berpintu mengakibatkan brondolan tidak diaduk
merata pada awal olah tetapi langsung dipressan.
2.4.2.Talang Minyak Mentah
Talang minyak mentah adalah alat penampung minyak hasil dari screw press
untuk di alirkan ke tangki penangkap pasir (sand trap). Besar air suplesi
(Pengencer) sebanyak 18 - 20%. Pemberian air pengencer di maksudkan untuk
memperlancarkan penyaringan kotoran di vibrating screen dan memudahkan
17
2.4.3.Tangki Penangkap Pasir
Alat ini merupakan tangki yang berfungsi untuk mengendapkan pasir dari minyak
kasar yang berasal dari Oil gutter (talang minyak mentah).minyak kasar yang
setelah keluar dari tangki Sand trap di alirkan di Bak RO (Raw Oil Tank) melalui
getar (vibrating screen). Untuk memudahkan proses pengendapan pasir atau
kotoran.
1. Di lakukkan spui sehingga semua pasir dan kotoran-kotoran terbuang keluar.
2. Periksa kebocoran pada tangki.
3. Periksa kebersihan saluran pembuangan.(PTPN.IV.2010)
18
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Merek
1. Neraca Analitik 4 Desimal Sortarius
2. Oven Fisher Scient
3. Labu Ekstraksi Eyela
4. Alat Sokletasi
5. Kondensor Eyela
6. Timbel
7. Cawan penguap
8. Hot Plate
9. Temperatur
3.2 Bahan
1. Ampas Tandan Buah Sawit
2. Air
3. n-heksana
4. Kapas
3.3 Prosedur Percobaan
1. Di timbang ampas 200 gram.
2. Di masukkan diatas cawan penguap yang sudah diketahui beratnya.
19
4. Di keluarkan ampas dari oven dan didinginkan dalam ruangan terbuka selama
15 menit, kemudian ampas dimasukkan kedalam timbel dan ditutup dengan
kapas.
5. Di masukkan kedalam alat soklet dan diekstraksi selam 5 jam dengan pelarut
n-heksana sebanyak 250 ml.
6. Di pisahkan sampel dari n-heksana dengan cara penguapan (sampai seluruh
n-heksana menguap).
7. Di dinginkan labu yang berisi minyak hasil ekstraksi di dalam ruangan
terbuka selama 15 menit.
8. Ditimbang dan dihitung untuk mengetahui kadar minyak pada ampas.
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Data dan hasil perhitungan kadar Kehilangan Minyak pada ampas adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.1. Data Analisis Kadar Kehilangan Minyak
Tanggal
Dari data yang diperoleh, dapat dihitung kadar minyak dalam pressan yang
dinyatakan sebagai contoh pada tanggal 17/02/2014
Diketahui :Berat Contoh Basah : 23,9981
Berat Contoh Kering : 16,3217
Berat Minyak : 0,8207
Ditanya : % Kehilangan Minyak ?
21
Untuk sampel berikutnya dilakukan perhitungan yang sama seperti 4.1 dan 4.2
yang diatas.
4.3. Pembahasan
Dari uraian diatas,dengan memvariasikan berat sampel pada proses pengempaan,
dapat diketahui bagaimana penentuan persentase kehilangan minyak yang terdapat
pada ampas. Berdasarkan data yang dianalisa dari tanggal 17 Februari 2014
sampai 21Februari 2014 di PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu
Tebing Tinggi, % kehilangan minyak yang diproleh dari ampas 3,42%, Sehingga
tidak melebihi norma standart yang telah ditentukan 4,00 %.
22
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang di dapat persentase kehilangan minyak yang terdapat dalam
ampas tandan buah sawit pada proses pressan yang dilakukan di PTP.Nusantara
IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi, dapat disimpulkan bahwa
penentuan persentase kehilangan minyak CPO (Crude Palm Oil) yang
terdapatpada ampas adalah 3,42 % dimana hasil tersebut sesuai dengan standar
pabrik yaitu ≤ 4,00 %.
5.2.Saran
1. Tandan buah sawit yang akan diolah diusahakan tingkat kematangannya sesuai
dengan kriteria pengolahan, agar pada proses awal mendapat hasil yang lebih
baik.
2. Diharapkan untuk lebih memperhatikan kondisi penggunaan alat dan kerja
alat.karena hal-hal seperti tekanan pengempaan pada waktu pemasukan buah
kedalam digester, dan kondisi buah kelapa sawit itu sendiri yang dapat
23
DAFTAR PUSTAKA
Fesenden, J. R. 1986. KimiaOrganik. Inggris. Penerbit Erlangga.
Ketaren,S. 1986. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI - Press.
Mangoensoekarjo, S. 2003, Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada,
University Press, Yogyakarta.
Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir.Jakarta : Penebar swadaya.
PTPN IV.2010.Standar Prosedur Operasi (Sop) Pengolahan Kelapa
Sawit.Medan-Sumatera Utara-Indonesia.
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Konisius.
Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan
Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.