ANALISIS PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK SAWIT
YANG TERDAPAT PADA BIJI BUAH KELAPA SAWIT YANG
TELAH DIPRESS
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II
PAGAR MERBAU
TUGAS AKHIR
ZULQARNAIN ALBAASITH
082409060
PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011 ANALISIS PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK SAWIT
YANG TERDAPAT PADA BIJI BUAH KELAPA SAWIT YANG
TELAH DIPRESS
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II
PAGAR MERBAU
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
ZULQARNAIN ALBAASITH
082409060
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ANALISIS PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK SAWIT YANG TERDAPAT PADA BIJI BUAH KELAPA SAWIT YANG TELAH DIPRESS DI PTPN II PAGAR MERBAU
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : ZULQARNAIN ALBAASITH Nomor Induk Mahasiswa : 082409060
Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dra. Emma Zaidar Nst., M.Si Drs. Johanes H Simorangkir, MSi NIP . 195512181987012001 NIP . 195307141980031004
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
ANALISIS PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK SAWIT YANG TERDAPAT PADA BIJI BUAH KELAPA SAWIT YANG TELAH DIPRESS DI PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA II PAGAR MERBAU
TUGAS AKHIR
Saya mengaku bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2011
PENGHARGAAN
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta kasih sayang-Nya kepada kita semua. Shalawat beriring salam tak lupa kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk meraih gelar ahli madya pada program studi Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Penulis sangat gembira dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik karena dukungan berbagai pihak terutama orang-orang terdekat penulis yang dengan ikhlas membantu dan memberikan solusi serta saran untuk penulis.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Bapak Drs. Johanes H Simorangkir , M.Sc., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS., selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan. 5. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si., selaku Ketua Program Studi Diploma III Kimia
Industri FMIPA USU.
6. Bapak Darlan Sembiring, ST., selaku assisten laboratorium yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama melakukan kerja praktek.
7. Kepada seluruh karyawan Laboratorium PKS di PT. Perkebunan Nusantara II Pagar Merbau yang telah member dorongan dan semangat selama penulis melakukan kerja praktek.
8. Kepada pengurus IMAKIN dan anggotanya
Kamandanu, Adik-adik saya Sarah Belzona, Abdul Rochim dan keluarga besar di Medan yang telah memberikan dukungan moral maupun material
Penulis tidak dapat membalas kebaikan mereka semua, hanya do’a yang penulis panjatkan kepada ALLAH SWT. Semoga mereka semua bahagia di dunia dan di akhirat. Amin ya Robbal Alamin.
ABSTRAK
Kehilangan minyak pada biji kelapa sawit yang telah dipress dapat menambah angka
kerugian suatu Pabrik Kelapa Sawit serta mempengaruhi standar mutu yang telah
ditetapkan suatu pabrik, karena itu dilakukan percobaan dan analisa persentase
kehilangan minyak pada biji kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit PTPN II. Metode
yang digunakan adalah mengekstraksi biji dengan n-heksan sebagai pelarut dengan
teknik sokletasi dan fungsinya adalah untuk mengambil minyak yang terdapat pada
biji kelapa sawit. Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada biji
press adalah 0,5725 – 0,6075 % dimana hasil tersebut sesuai dengan standar pabrik
THE ANALYSIS OF LOSS OIL PALM PERCENTAGE ON PALM OIL SEEDS THAT HAVE BEEN PRESSED IN PTPN II PAGAR MERBAU
ABSTRACT
The loss of oil palm on seed that have been pressed can increase the rate of costs of a
Palm Oil Mill, and affecting the quality standards that have been established by a
factory, based upon that we do experiments and analysis of the percentage loss in seed
oil palm in Palm Oil Mill PTPN II. The method we used is to extract the seeds with
n-hexane as a solvent with soxhletation technique and its function is to take the oil
contained in the seed of palm oil. Percentage loss found in the seed that have been
press is 0.5725 to 0.6075%, where the results of conformity with standard factory is ≤
DAFTAR ISI 2.2. Jenis-jenis Produk Kelapa Sawit 7 2.3. Minyak Kelapa Sawit 8 2.4. Tandan Buah Segar (TBS) 10 2.4.1. Fraksi TBS dan mutu panen 10 2.5. Pengolahan Kelapa Sawit 12 2.6. Proses Pengambilan Hasil Minyak Kelapa Sawit 19 2.6.1 Dengan Sentrifugasi 19 2.6.2 Dengan Screw Press 20 2.6.3 Dengan Menggunakan Bahan Pelarut 21 Bab 3 Metodologi Percobaan 22
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A : Standar Persentase (%) Kehilangan Minyak untuk
Minyak Sawit dan Inti Sawit 31 Lampiran B : Lampiran B : Gambar alat soklet yang digunakan
ABSTRAK
Kehilangan minyak pada biji kelapa sawit yang telah dipress dapat menambah angka
kerugian suatu Pabrik Kelapa Sawit serta mempengaruhi standar mutu yang telah
ditetapkan suatu pabrik, karena itu dilakukan percobaan dan analisa persentase
kehilangan minyak pada biji kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit PTPN II. Metode
yang digunakan adalah mengekstraksi biji dengan n-heksan sebagai pelarut dengan
teknik sokletasi dan fungsinya adalah untuk mengambil minyak yang terdapat pada
biji kelapa sawit. Persentase kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada biji
press adalah 0,5725 – 0,6075 % dimana hasil tersebut sesuai dengan standar pabrik
THE ANALYSIS OF LOSS OIL PALM PERCENTAGE ON PALM OIL SEEDS THAT HAVE BEEN PRESSED IN PTPN II PAGAR MERBAU
ABSTRACT
The loss of oil palm on seed that have been pressed can increase the rate of costs of a
Palm Oil Mill, and affecting the quality standards that have been established by a
factory, based upon that we do experiments and analysis of the percentage loss in seed
oil palm in Palm Oil Mill PTPN II. The method we used is to extract the seeds with
n-hexane as a solvent with soxhletation technique and its function is to take the oil
contained in the seed of palm oil. Percentage loss found in the seed that have been
press is 0.5725 to 0.6075%, where the results of conformity with standard factory is ≤
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan
dan peningkatan pendapatan kosmetik bruto. Jumlah penduduk di negara-kawasan
Timur-Jauh sekitar 3,2 milyar atau 50% dari penduduk dunia. Di daerah inilah. tingkat
pertumbuhan ekonomi padasaat ini hingga tahun 2010 merupakan yang paling tinggi.
Selain itu, konsumsi minyak per kapita penduduk di kawasan Asia Timur pada Asia
Tenggara juga masih jauh di bawah rata-rata penggunaaan minyak nabati dan lemak
per kapita per tahun penduduk dunia.
Minyak Kelapa Sawit (MKS) merupakan komoditas yang mempunyai nilai
strategis karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan. Sementara,
minyak makan merupakan salah satu dari 9 kebutuhan pokok bangsa Indonesia.
Permintaan akan minyak makan di dalam negeri yang kuat merupakan indikasi
pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa.
Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh
minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan
memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari
TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) ke pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit dan
hasil-hasil sampingnya.
Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan TBS di pabrik, yaitu :
1. Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah
Untuk mendapatkan minyak sawit dari pengelolahan daging buah dilakukan
pengambilan minyak, yang didahului dengan perebusan, pelumatan pada digester dan
padaakhirnya proses pengempaan (pemerasan).
Pengempa dipakai untuk memeras minyak kasar (crude oil) dari daging
fcericarp). Alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang-lubang
4m di dalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa diatur oleh dua buah conus yang berada pada bagian ujung pengempa
yang dapat digerakkan maju mundur secara hidrolik. Massa yang kehiar dari ketel
melalui feed screw bagian kempa yang memakainya (sebahagian minyak keluar) masuk dalam "Main screw " untuk dikempa lebih lanjut. Minyak yang keluar dari feed srew dan main screw ditampung dalam talang minyak (oil gutter) untuk memperaiudah pemisahan dan pengaliran minyak pada feed screw dilakukan injeksi uap dan penambahan air panas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengepresan ini antara lain:
-Ampas kempa (press cake) harus keluar merata di sekitar conus. -Tekanan hidrolik pada akumulator 50-60 kg/cm2
-Pada akhir pengoperasian ataupun terjadi gangguan / kerusakan sehingga screw press
harus berhenti untuk waktu yang lama, screw press harus dikosongkan.
− Tekanan kempa terlalu tinggi, mengakibatkan: kadar inti pecah bertambah dan
inti bertambah
− Tekanan kempa terlalu rendah mengakibatkan : "cake" basah, kerugian
minyak pada ampas dan biji bertambah," pemisahan ampas dan biji tidak
sempurna dan proses, pengolahan biji mengalami kesulitan, bahan bakar
Dengan alasan yang dimaksud di atas untuk mempermudah pemisahan dapat
dilakukan dengan penambahan air panas. Oleh karena alasan inilah penulis tertarik
untuk mengkaji persentase lossis minyak pada biji. Untuk itu penulis mengambil
judul : ANALISIS PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK SAWIT YANG
TERDAPAT PADA BIJI BUAH KELAPA SAWIT YANG TELAH DIPRESS DI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II PAGAR MERBAU.
1.2. Permasalahan
Yang menjadi pokok permasalahan dalam hal ini adalah berapa persentase
kehilangan minyak sawit yang terdapat pada serat biji buah kelapa sawit yang telah
dipress di PT. Perkebunan Nusantara II Pagar Merbau dan apakah persentase
kehilangan minyak tersebut sesuai dengan standar mutu perusahaan.
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui berapa besarnya persentase kehilangan minyak sawit yang
terdapat pada biji buah kelapa sawit yang telah press.
1.4. Manfaat
Dengan dilakukannya analisa pada biji buah kelapa sawit yang telah dipress
maka dapat diketahui besarnya persentase kehilangan minyak sawit yang terdapat
pada serat biji buah kelapa sawit yang telah dipress tersebut dan cara mengatasi
kehilangan minyak sawit yang terdapat pada biji buah kelapa sawit yang telah dipress
tersebut agar persentase kehilangan minyak tersebut dapat dikurangi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit ( Elaeis Guinensis Jack ), berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di
hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataanya tanaman kelapa sawit
hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua
Nugini.
Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, Indonesia merupakan salah satu
produsen utama minyak kelapa sawit.
Kelapa sawit pertama kali di perkenalkan di Indonesia oleh pemerintah
kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat jenis bibit kelapa sawit yang
dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun Raya Bogor. Tanaman
kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1912.
(Fauzi.,dkk, 2004)
2.1.1. Klasifikasi Kelapa Sawit
Kelapa sawit ( Elaeis Guinensis Jacq ) dalam klasifikasi botanis dapat
diuraikan sebagai berikut:
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Ordo : Palmeles
Tanaman kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian
sampai 20 m. tanaman ini berumah satu atau Monoecious, yang artinya bunga jantan
dan bunga betina terdapat pada tandan bunga betina. Masing – masing tandan terletak
terpisah dan keluar dari ketiak pelepah. (Djoehana.., 1991)
2.1.2. Jenis – jenis Kelapa Sawit
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa jenis kelapa
sawit diantaranya Dura, Pisifera, Tenera, dan Macro Carya.
1. Dura
- Tempurung tebal (2-8 mm)
- Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung.
- Daging buah relative tipis, yaitu 35-50 % terhadap buah
- Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah
- Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina
2. Pisifera
- Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hamper tidak ada
- Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura
- Daging biji sangat tipis
- tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan jenis lain dan dipakai
3. Tenera
- Hasil dari persilangan Dura dengan Pisifera
- Tempurung tipis (0,5-4 mm)
- Terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung
- Daging buah sangat tebal (60-96 % dari buah)
- Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relative lebih kecil
4. Marco Carya
- tempur ung tebal sekitar (5 mm)
- Daging buah sangat tipis
(Risza , 1994)
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan
jumlah rendemen minyak kelapa sawit yang dikandungnya. Rendemen minyak paling
tinggi terdapat pada jenis tenera yaitu mencapai 22-24 %, sedangkan pada jenis Dura
hanya 16-18%.
Berdasarkan warna kulit buah, beberapa jenis kelapa sawit di antaranya jenis
Nigrescens, Virescens, dan Albescens.
Tabel: 2.1.2 Jenis kelapa sawit berdasarkan warna kulitnya
Jenis Warna buah muda Warna buah masak
Nigrescens Ungu kehitaman Jingga kehitam-hitaman
Virescens Hijau Jingga kemerahan, tetapi
ujung buah tetap hijau
Albescens Keputih-putihan Kekuning-kuningan dan
Jenis unggul kelapa sawit dihasilkan dari persilangan bibit unggul, yang
dimana berdasarka prinsip reproduksi . Misalnya dalam proses persilangan antara
Dura dan Pisifera. Hasil persilangan tersebut telah terbukti memiliki kualitas dan
kuantitas yang lebih baik dibandingkan dengan jenis lain. (Tim Penulis.PS, 1997)
2.2. Jenis-jenis Produk Kelapa Sawit
Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak yang berasal dari daging buah
karp) berwarna merah ,minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar crude
palm oil (CPO). Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti minyak % tidak
berwarna, dikenal sebagai palm kernel oil (PKO).
Keunggulan minyak sawit selain tersusun dari asam lemak tidak jenuh dan
asam lemak jenuh, juga mengandung beta karoten atau pro-vitamin A yang sangat
diperlukan dalam proses metabolisme dalam tubuh manusia dan sebagai antioksidan,
dan pro-vitamin D (tokoferol dan tokotrienol), selain berperan dalam metabolisme dan
untuk kesehatan.
Produk kelapa sawit dapat dikelompokkan dalam: Bahan makanan (oleofood,
oleoomakanan), Bahan nonmakanan (oleochemical, oleokimia), dan Bahan kosmetika
dan farmasi (cosmetics & pharmacy).
Minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit yang digunakan sebagai bahan
pangan diperoleh melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenasi. Pada umumnya
CPO sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein (cair) dan fraksi
stearin (padat).
Beberapa kandungan penting yang terdapat dalam minyak kelapa sawit dapat
Tabel: 2.1.3 Analisis gizi minyak kelapa sawit
Zat makanan Minyak kelapa sawit
Kalori (kal) 900
Air (g) 0
Vitamin A (SI) 60.000
Lemak (g) 100
2.3. Minyak Kelapa Sawit
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palma yang dapat menghasilkan
minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack). Minyak kelapa sawit dapat juga
dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm
kernel oil). Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit yang baik
yaitu mempunyai kadar air kurang dari 0,1 % dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01
% kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang 2% atau kurang),
bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna
pucat). (Ketaren,1986)
Table: 2.3.1 komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
No Asam lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)
1 Asam kaplirat - 3 - 4
2 Asam kaproat - 3 - 7
3 Asam laurat - 46 – 52
5 Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9
6 Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5
7 Asam oleat 39 – 45 13 – 19
8 Asam linoleat 7 - 11 0,5 - 2
Sifat fisika-kimia kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor, kelarutan dalam
pelarut organic, titik asap, polymorphism dan lain- lain. Warna minyak kelapa sawit
ditentukan oleh adanya pigmen yang terdapat didalamnya kelapa sawit, karena asam –
asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan
adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak kelapa sawit.
Bau dan Flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat
kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh
persenyawaan beta-ionone. (ketaren,1986). Titik cair minyak kelapa sawit berada dalam kisaran suhu 21 – 29 o C, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa
macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda – beda.
Table: 2.3.2 Beberapa sifat fisis dan kimia minyak kelapa sawit
No Sifat fisis dan kimia Nilai
1 Titik Cair 21 - 29
2 Berat jenisn 15 o C 0,859 - 0,870
3 Indeks Bias 40 o C 36,0 – 37,5
4 Bilangan Penyabunan 224 - 229
5 Bilangan Iod 14,5 – 19,0
2.4. Tandan Buah Segar (TBS)
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umurnya
2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses
pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah
akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan
minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan
lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Pelaksanaan pemanenan tidak secara sembarangan. Perlu memperhatikan
beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan
rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik.
Kriteria matang panen merupakan indeks yang dapat membantu pemanen agar
memotong buah pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak
bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA) minimal. (Fauzi,2004)
2.4.1. Fraksi TBS dan mutu panen
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan dipabrik sangat dipengaruhi
perlakukan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah
kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah kepabrik.
Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti
penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh
Table: 2.4.1 Hasil Rendemen dan ALB Akibat lamanya TBS diangkut kepabrik
Lama menginap (hari) Rendemen minyak terhadap buah (%) ALB (%)
0 50,44 3,90
1 50,60 5,01
2 50,73 6,09
3 48,66 6,90
Beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi- fraksi TBS
tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak kelapa sawit
yang dihasilkan. Ada lima fraksi TBS . Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat
kematangan yang baik adalah jika tandan – tandan yang dipanen berada pada fraksi
1,2, dan 3 (Fauzi,2004)
Table: 2.4.2 Beberapa Tingkat Fraksi TBS
Fraksi Jumlah Brondolan Tingkat Kematangan
00 Tidak, ada buah berwarna hitam Sangat mentah
0 1 -12,5 % buah luar membrondol mentah
1 12,5-25 % buah luar membrondol Kurang matang
2 25-50 % buah luar membrondol Matang I
3 50-75 % buah luar membrondol Matang II
4 75-100 % buah luar membrondol Kelewat matang I
5 Buah dalam juga membrondol, ada buah
yang busuk
2.5. Pengolahan Kelapa Sawit
Tahap – tahap pengolahan TBS menjadi CPO adalah sebagai berikut:
1. Penimbangan
Tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dari lapangan diangkut ke pabrik
dengan menggunakan truk, dan ditimbang diatas timbangan untuk mengetahui jumlah
TBS yang diterima oleh pabrik, kemudian buah kelapa sawit dipindahkan ke loading
ramp.
2. Penimbunan (Loading Ramp)
Setelah truk buah kelapa sawit ditimbang, kemudian buah kelapa sawit
dipindahkan ke loading ramp sebagi tempat penimbunan sementara. Pada kesempatan
ini lebih kurang 5 % dari jumlah truk buah kelapa sawit disortir untuk penilaian mutu
TBS yang akan diolah. Selanjutnya buah kelapa sawit di pindahkan kedalam rebusan
yang berkapasitas 2,50 – 2,75 ton.(Fauzi,2004)
3. Perebusan (Sterilizer)
Lori – lori yang sudah berisi TBS dimasukkan kedalam ketel rebusan yang
berkapasitas 8 lori per unit (25 – 75 ton TBS) dengan bantuan capstand. Kemudian
pintu sterilizer ditutup rapat dan dikunci. TBS dipanaskan dengan uap aur yang
bertekanan 2,0 – 2,8 Kg/ Cm2
tujuan dari perebusan ini adalah :
1. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau Free Fatty
acid (FFA).
2. Mempermudah melepasnya buah kelapa sawit dari tandan secara
manual
4. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit
Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar
diperoleh hasil yang optimal. Perebusan dilakukan pada tekanan uap 2,8 Kg/Cm2 dan
waktu antara 80-90 menit merupakan yang paling optimal karena menghasilkan
minyak dan inti yang memuaskan. Selain itu, pada proses perebusan juga perlu
dilakukan pengurusan udara agar udara bias keluar dan digantikan oleh uap air sebagai
media perebusan. Perebusan dilakukan pada saat tekanan mencapai puncak pertama
pada tekanan sekitar 2,3 bar, pada puncak kedua dengan tekanna sekitar 2,5 bar dan
uap dimasukan hingga mencapai tekanan sekitar 2,8 bar.
4. Stasiun pemipilan (strepper)
TBS berikut lori yang telah direbuskan dikirim ke bagian pemipilan dan
dituangkan kea lat pemipil (thresher). Proses pemipilan, dimana TBS dibanting dan
menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.
5. Stasiun pemecahan (digester)
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian
pengadukan / pemecahan (digester) alat yang dilakukan untuk pengadukan pemecahan
berupa sebuah tangkai vertical yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah
dibagian dalamnya.
6. Pengempaan (Pressing)
Kempa yang telah populer digunakan ialah kempa ulir (Screw Press). Kempa ini
berfungsi ganda yakni merajang buah yang belum dilumatkan pada digester dan
memeras minyak, sehingga cake bebas minyak. Kempa ini berfungsi ganda yakni
merajang buah yang belum dilumatkan pada digester dan memeras minyak. Untuk
mengefisiensikan proses ekstraksi minyak di dalam screw press diberikan air panas
(Madona Jaya Steel) screw Press tipe ini ada dua unit dengan kapasitas sekitar 15
ton/jam dan kecepatan 12 rpm, l.AJU (universal) screw press tipe ini memiliki
kapasitas 15 ton/jam dengan kecepatan 12 rpm, STORK screw press tipe ini memiliki
kapasitas 10 ton/jam dengan kecepatan 14.4rpm. line ini memiliki feed screw yang
berfungsi untuk menyaring minyak.
Pengaturan tckanan pressan dilakukan secara hati-hati, karena
perlakuan yang salah dapat menyebabkan persentase kehilangan minyak yang tinggi
atau persentase biji pecah yang tinggi. Tekanan yang terlalu bervariasi akan
mengakibatkan pengaruh negatif terhadap proses pengempaan dan alat kempa.
Pengaturan yang dilakukan pada elektromotor dan cone yang terpisah tidak dapat
mempertahankan tekanan yang stabil. Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan
adalah memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan
masuk ke dalam screw press yang diimbagi dengan tekanan stabil maka ekstraksi
minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah,
kemudian menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw
press maka jumlah biji pecah semakin tinggi, dan fungsi yang terakhir adalah
memperpanjang umur teknis.
Pengaturan tekanan presan dilakukan hati-hati. karena perlakuan yang salah dapat
menyebabkan persentase kehilangan minyak yang tinggi atau persentase biji pecah yang
tinggi.(Ponten.M.Naibaho, 2001)
Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa
sebingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya. Untuk ini umumnya telah ' kempa ulir
ganda, Karena kempa ulir adalah yang paling sesuai untuk buah Tenera. Di dalam
suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi berkerja dua dengan arah putar
menekan massa ampas kempa yang akan keluar. Tekanannya dapat diatur secara
optimalnya. Pengaturan posisi konus dapat dilakukan berdasarkan tekanan dalam
kempa atau berdasarkan pemakaian tenaga listrik. Dinding silinder secara
terus-menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga kedalam massa disemprotkan uap.
Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi
tekanan kempa makin rendah kadar minyak ampas kempa, tetapi makin banyak biji
yang pecah dalam kempa. Oleh karena itupilihan tekanan kempa adalah kompromi
antara kedua hal tersebut. Untuk buah Tenera kompromi tersebut tercapai pada tingkat
kehilangan minyak 7,5% terhadap zat kering. Untuk buah Dura kehilangan ini akan
lebih tinggi lagi, karena angka perbandingan biji dengan bagian serabut jauh lebih
tinggi, sehingga kemungkinan biji bersinggungan satu sama lain dalam kempa
menjadi lebih besar. Dengan demikian minyak yang terperangkap celah biji-biji,
sehingga tidak terperas keluar dari kempa, akan lebih banyak. Selain itu gaya yang
diberikan hanya akan terserap oleh biji-biji saja.
Serabut hampir tidak menerima gaya kempa, sehingga minyak yang tersisa
serabut karena tidak terperas habis akan lebih banyak pula. Menurut kempa ulir cocok
untuk TBS yang mempunyai perbandingan biji dengan daging buah sebesar 25:75
atau lebih.
Korelasi antara kehilangan minyak dalam ampas kempa dan persentasi biji
terhadap jumlah biji tergantung pada banyak faktor. Untuk kempa tertentu atau bentuk
rancangan ulir tertentu) akan diperoleh persentasi biji pecah tertentu untuk kehilangan
Sehubungan dengan ini terdapat hubungan yang jelas antara komposisi ampas
kempa, gaya atau torque (posisi konus), kehilangan minyak dalam serabut, tebal cangkang dan persentasi biji pecah.
Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:
1. Pada torque konstan, jumlah biji pecah bertambah menurut persentasi biji dalam ampas kempa.
2. Pada komposisi buah konstan kehilangan minyak dalam serabut berkurang
menurut pertambahan torque, dan pada waktu sama jumlah biji pecah meningkat.
3. Pada torque konstan jumlah biji pecah bertambah menurut persentasi inti terhadap biji ( cangkang lebih tipis).
4. Pada pengumpanan yang kurang sehingga kapasitas terlalu rendah dibandingkan
dengan putaran ulir (memperbesar slip dari ampas), biji pecah akan meningkat.
Ada beberapa tipe kempa ulir, namun prinsip kerjanya adalah sama, dengan
kapasitas normal 10 atau 15 ton TBS/jam. Bahkan ada kempa yang mampu berkerja
pada kapasitas yang berubah-ubah antara 6-20 ton TBS/jam tergantung pada keadaan,
dengan mengatur putaran sumbu utamanya. (Soepadiyo Mangoensoekarjo, 2003)
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian
pengadukan/ pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan/
pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan
pencacah di bagian dalamnya. Lengan-lengan pencacah ini diputar oleh motor listrik
yang dipasang di bagian atas dari alat pencacah (digester). Putaran lengan-lengan
pengaduk berkisar 25-26 rpm. Tujuan utama proses digesting yaitu mempersiapkan
dipisahkan dari daging buah dengan kerugian sekecil-kecilnya.
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah
digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat
pengempaan yang berada persis di bagian bawah digester. Pada Pabrik Kelapa Sawit,
umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak
dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak
bubur buah, sedangkan dari arah berlawanan tertahan oleh sliding cone.
Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut
press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang di seluruh permukaannya. Dengan
demikian, minyak dari bubur buah yang didesak ini akan keluar melalui celah antara g
cone dan press cage.
Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam
screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dillution) sehingga massa bubur
buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan
dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan
sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Jumlah penambahan air berkisar 10-15%
dari berat TBS yang diolah dengan temperatur air sekitar 90°C. Proses pengempaan
akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% air, dan 8% zat
padat.
Alat pengempaan yang biasa digunakan di lingkungan Pabrik Kelapa Sawit
perkebunan besar berupa screw press dengan kapasitas olah 15-17 ton TBS per unit
dengan putaran screw 11-12 rpm. Lubang-lubang dinding press cage dibatasi
sliding cone dan screw press cage dibatasi maksimum 6 mm agar kehilangan minyak
yang terbawa oleh ampas bisa serendah mungkin. (Iyung Pahan, 2001)
Fungsi screw press adalah:
1. Memeras cairan yang terdapat dari bahan buah dan memisahkannya dari inti
serta serabut buah.
2. Melumatkan kembali buah yang belum sempat dilumatkan di dalam digester (alat pelumat), agar pengambilan minyak berjalan sempurna pada adonan diberi
air panas dengan jumlah tertentu.
3. Cairan yang keluar dari presan mengandung bahan-bahan: minyak. air. serabut halus,
bubur daging buah, lumpur tanah, pasir halus dan pasir kasar
Dengan demikian masih banyak bahan yang bukan minyak yang terkandung dalam
bahan-bahan yang keluar dari alat kempaan sehingga perlu dimurnikan lebih bnjut dalam
proses klarifikasi. Pengambilan cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di Screw Press
terjadi:
1. Silinder Press tersumbat akibat jarang dikosongkan.
2. Air panas yang diberikan pada adonan tidak cukup.
3. Tekanan screw press dibawah ketentuan.
4. Buah yang tidak matang direbus.
5. Screw press telah aus. (Abdul Karim.B, 2001)
7. Stasiun Pemurnian (Clarifier)
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih
berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel
Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut
difraksinasi lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan ke dalam
tangki minyak sawit kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui fraksinasi bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah. Proses penjernihan dilakukan untuk
menurunkan kandungan air di dalam minyak. Minyak sawit ini dapat ditampung
dalam tangki-tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami pengolahan
lebih laniut sampai dihasilkan minyak savsit murni. Sedangkan sisa hasil olahan yang
berupa lumpur. masih dapat dimanfaatkan dengan proses daur uiang untuk diarnbil
minyak sawitnya. (Tim Penulis, 1997)
Walaupun dilakukan pemisahan minyak semaksimal mungkin tetapi pada sisa
lumpur dan air yang dialirkan ke kolam limbah tersebut. masih saja ada minyak yang
terikut. Minyak yang ikut ke kolam limbah ini dihitung sebagai kerugian (losses).
Minyak dan inti sawit yang diperoleh dari pemisahan belum siap dipasarkan.
karena belum memiliki spesifikasi kadar air dan kadar kotoran yang ditentukan.
Minyak sawit masih harus melalui pemurnian dan pengeringan, dan inti sawit melalui
pengeringan dan pemilihan kotoran. ( Abdul Karim, 2001)
2.6. Proses Pengambilan Hasil Minyak Kelapa Sawit
Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu dilakukan
pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah
selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi yang bertujuan untuk mengambil minyak
dari massa adukan. Ada beberapa cara dan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi
minyak, yaitu seperti berikut.
2.6.1 Dengan Sentrifugasi
Alat yang dipakai berupa baja silindris yang berlubang-lubang pada bagian
Dengan adanya gaya sentrifusi, maka minyak akan keluar melalui lubang-lubang pada dinding
tabung.
2.6.2 Dengan Screw Press
Prinsip proses pengambilan hasil minyak dengan cara ini adalah menekan
bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga
minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat
diatur secara elektris, dan tergantung dari volume bahan yang akan dipress. Cara ini
mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan menyebabkan
banyak biji yang pecah. (Tim Penulis.Ps, 1997)
Cara kerja screw press adalah :
-Berdasarkan gaya berat massa adukan dari tangki remasan akan turun melalui corong
penyalur yang dihubungkan dengan kempa ulir. Setelah massa adukan masuk kedalam
Cylinder Kempa yang tetap disorong ulir keluar tetapi tertahan oleh conus dibagian
ujung yang dikendalikan oleh pompa Hydraulik dengan tekanan 60 kg/cm s.d 80
kg/cm2
-Akibat gerakan ulir yang membawa massa ditahan oleh conus di ujung, maka minyak
akan keluar lebih dahulu kebagian bawah yang ditompang pada talang Sand Trap
Tank
-Setelah minyak habis dikempa sampai ke ujung ulir maka serabut dan campuran biji
yang masih basah jatuh ke cake breaker conveyor yang memakai mantel uap.
-Jumlah air panas pada suhu 95°C yang dimasukkan mengencerkan massa didalam
2.6.3 Dengan Menggunakan Bahan Pelarut
Cara ini lebih sering dipakai dalam proses pengambilan minyak biji-bijian,
termasuk minyak inti sawit. Sedangkan proses pengambilan minyak sawit dari daging
buah, belum umum digunakan dengan cara ini karena kurang efisien. Pada dasarnya,
ekstraksi dengan cara inilah adalah dengan menambah pelarut tertentu pada lumatan
daging buah semakin minyak akan terpisah dari partikel yang lain. (Tim Penulis.PS,
1997)
Proses pengambilan minyak kelapa sawit dengan bahan pelarut disebut juga
mengekstrak, yang merupakan mencabut (mengeluarkan) sesuatu zat dari campuran
zat dengan jalan penambahan bahan ekstraksi tepat pada waktunya. Hanya zat yang
akan diekstrak yang dapat larut dalam bahan ekstraksi. Zat yang lain dari campuran,
praktis boleh dikatakan tak dapat larut di dalamnya.
Bahan-bahan pelarut yang terkenal adalah: etanol, aseton, dietil-eter,
butil-asetat, heksan, bensen, toluen, ksilen, zat arang belerang, zat arang tetraklor,
di-klhor-etilen, tri-klhor-etilen dan sebagainya. Dan bahan pelarut yang digunakan di PTPN III
adalah n-heksan. N-heksan dipakai karena merupakan pelarut yang sesuai untuk
mengeluarkan minyak sawit, n-heksan juga dapat diperoleh kembali dari ekstrak
seluruhnya tanpa penguraian, hanya dengan jalan penguapan, biaya yang rendah dan
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
a. Cawan Petridis Steriplan
b. Neraca analitis Perisca & Sartorius
c. Oven listrik Memmert
d. Hot plate Best Tech & Gerhard
e. Desikator Perth
f. Labu alas Pyrex
g. Alat soklet Scot Duran
h. Cawan aluminium
3.2. Bahan
a. Biji buah kelapa sawit hasil press
b. N-Heksan
c. Kapas
d. Extraction timble
3.3. Prosedur a. Kadar air
− Cawan aluminium ditimbang terlebih dahulu dengan neraca Perisca dan
Sartorius
− Biji buah kelapa sawit hasil press dimasukkan ke dalam cawan aluminium lalu
− Setelah ditimbang dimasukkan ke dalam oven listrik selama ± 4 jam dengan
tempratur 105°C untuk dipanaskan
− Setelah itu dimasukkan ke dalam desikator untuk didinginkan selama ± 15
menit
− Biji buah kelapa sawit hasil press yang telah kering ditimbang
b. Sokletasi
− Labu alas kosong 250 ml ditimbang, lalu dimasukkan pelarut N-Hexan ± 150
ml
− Biji buah kelapa sawit hasil press yang telah kering dimasukkan kedalam
timbel dan ditutup dengan kapas.
− Disokletasi selama ± 4 jam, minyak yang terdapat pada biji buah kelapa sawit
hasil press terlarut bersama N-Heksan
− N-Heksan yang mengandung minyak diuapkan kembali dan sebagian minyak
tinggal di labu alas
− Labu alas yang berisi minyak dipanaskan dalam oven selama ± 15 menit
− Setelah itu didinginkan dalam desikator selama ± 15 menit
− Labu alas yang berisi minyak ditimbang,
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data
Tabel 1. Persentase minyak dalam serat biji buah kelapa sawit hasil press
3 78,3971 0,4860 0,62
4 77,8623 0,4282 0,55
Rata-rata 0,5975
4.2. Perhitungan
Berat minyak setelah ekstraksi
% kehilangan minyak = x 100 %
Berat biji buah kelapa sawit hasil press
Tanggal 10 Januari 2011
Sampel 1
0,4435
% kehilangan minyak = x 100 %
77,8112
14/01/2011 1 77,4894 0,4494 0,58
2 74,8280 0,4639 0,61
3 75,8370 0,4474 0,59
4 76,1767 0,4418 0,57
Rata-rata 0,5875
15/01/2011 1 75,8392 0,4398 0,58
2 77,9238 0,4675 0,60
3 76,3898 0,4812 0,63
4 74,0374 0,4590 0,62
Untuk sampel berikutnya dilakukan perhitungan yang sama sehingga dihasilkan data
Untuk hari berikutnya dilakukan perhitungan yang sama sehingga dihasilkan data
pada table 1.
Rata-rata keseluruhan : Jumlah rata-rata persentase perhari
6
Rata-rata keseluruhan : 0,5900 + 0,5925 + 0,5725 + 0,5975 + 0,5875 + 0,6075
6
= 0,59125 %
4.3. Pembahasan
Persentase kehilangan minyak kelapa sawit pada biji kelapa sawit di stasiun
press disebabkan beberapa factor yaitu jenis kempa yang digunakan, tekanan kerja
screw press dan air pengencer. Untuk mengetahui apakah lossis dari biji sawit yang
telah dipress sesuai dengan standar pabrik yang telah ditetapkan maka dilakukan
analisis dengan cara mengekstraksi biji menggunakan n-heksan sebagai pelarut
dengan teknik sokletasi dan fungsinya adalah untuk mengambil minyak yang terdapat
pada biji kelapa sawit. Percobaan dilakukan selama enam hari pada saat pabrik sedang
beroperasi, dalam satu hari dilakukan empat percobaan yang berbeda tetapi dengan
dirata-ratakan. Rata-rata lossis minyak kelapa sawit yang diperoleh pada hari pertama
sampai hari keenam yaitu :
1. 0,5900 %
2. 0,5925 %
3. 0,5725 %
4. 0,5975 %
5. 0,5875 %
6. 0,6075 %
Rata-rata keseluruhan adalah 0,59125 %. Persentase kehilangan minyak sawit tersebut
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari analisa yang didapat disimpulkan bahwa persentase kehilangan minyak
sawit yang terdapat dalam ampas press di PT. Perkebunan Nusantara II Pagar Merbau
adalah 0,5725 – 0,6075 % dimana hasil tersebut sesuai dengan standar pabrik yaitu ≤
0,6 %.
5.2. Saran
Persentase kehilangan minyak pada biji press di PT. Perkebunan Nusantara II
Pagar Merbau masih dalam jangkauan standar pabrik tetapi terkadang berubah karena
faktor tekanan, dan air pengencernya serta alatnya. Oleh sebab itu harus tekanan pada
screw press harus diperhatikan sesuai dengan prosedur yang ada dan air pengencer
diberikan lebih banyak agar lossis minyak lebih kecil.
Untuk pengerjaan selanjutnya pada analisa lossis biji press dari stasiun
pengepresan adalah dilakukan ekstraksi dengan waktu yang lebih lama dan sampel
yang lebih banyak dan teracak, agar analisis perhitungan kehilangan minyak dalam
DAFTAR PUSTAKA
Bergeyk,V,K. 1981. Teknologi Proses. Jilid II. Jakarta: Penerbit Bharata Karya Aksara.
Djoehana. S., 1991. Budidaya Kelapa Sawit . Yogyakarta: Kanisius.
Fauzi,Y.2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Cetakan 14. Jakarta: Penebar Swadaya Karim, A. 2001. Metoda Kualitatif Pengolahan Kelapa Sawit dan Program
Peringatan, Program Perawatan pada Pabrik Kelapa Sawit dengan Bantuan Komputer.
Ketaren,S.1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi I. Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (Ul-Press).
Mangoensoekarjo,S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Naibaho,P.M. 2001. Azas dan Metode Pengolahan Kelapa Sawit.fusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Pahan,I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan 1. Jakarta : Penebar Swadaya.
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Konisius
Siagian,J.M. 1999. Manajemen Pabrik Kelapa Sawit, Teknik dan Pengolahan. Medan: Pendidikan Ahli Usaha Perkebunan.
Lampiran A. Standar Persentase (%) Kehilangan Minyak untuk Minyak Sawit dan Inti Sawit
Minyak Sawit
No Material
% Contoh % Material Balance % TBS
Norma Norma Norma
1 Tandan kosong 2,21 22,57 0,47
2 Biji 0,60 11,00 0,07
3 Ampas 6,00 12,50 0,75
4 Sludge akhir 0,60 60,00 0,36
TOTAL 1,65
Inti Sawit
No Material
% Contoh % Material Balance % TBS
Norma Norma Norma
1 Ampas 2,40 12,50 0,25
2 LTDS I 4,00 4,00 0,16
3 CKC Claybath 7,00 2,70 0,19