• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karaktiristik Pengeringan Coklat dengan Mesin Pengering Energi Surya Metode Thin Layer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karaktiristik Pengeringan Coklat dengan Mesin Pengering Energi Surya Metode Thin Layer"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT

DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA

METODE PENGERINGAN

THIN LAYER

SKRIPSI

Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

DAVID TAMBUNAN NIM. 05 0401 066

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lakukan pengujian karakteristik pengeringan coklat

dengan menggunakan mesin pengering energi surya

dengan metode thin layer

-Data lain dapat diperoleh dari hasil :

-Tulus Burhanuddin Sitorus, ST, MT

AGENDA : / TS / 2010

DITERIMA TGL :

(3)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Sub. Program Studi : Konversi Energi

Bidang Tugas : Mesin Konversi Energi

Judul Tugas : Karaktiristik Pengeringan Coklat dengan Mesin Pengering

Energi Surya Metode Thin Layer

Diberikan tanggal : 01-09-2010 Selesai Tgl : 02– 07 -2011

Dosen Pembimbing : Tulus Burhanuddin Nama Mhs : David Tambunan Sitorus. ST, MT NIM :050401066

No Tanggal KEGIATAN ASISTENSI

BIMBINGAN

Tanda Tangan Dosen Pembimbing

1 05-09-10 Survey alat dan bahan

2 19-10-10 Persiapan alat pengering

3 24-11-10 Ass Bab I, lanjut Bab II

4 07-12-10 Ass Bab II, lanjut Bab III

5 14-01-11 Ass Bab III, observasi karakteristik

cuaca

6 20-01-11 Pengukuran dan Pengambilan data

7 20-04-11 Ass Bab IV

8 01-04-11 Perhitungan Kalor Radiasi Matahari

9 02-05-11 Neraca kalor dan karakteristik

(4)

ABSTRAK

Proses pengeringan terhadap 500 gram coklat, pada penelitian ini

mempergunakan sebuah mesin pengering tenaga surya. Jumlah kadar air yang

dikandung coklat sebanyak 60%. Pada pengeringan ini diharapkan, agar kadar air coklat

turun. Dimana kadar air yang diinginkan setelah mengalami pengeringan adalah 17%.

Jika kadar air coklat telah mencapai 17%, maka coklat dinyatakan telah kering.

Dalam penelitian ini jenis pengeringan yang dipakai adalah pengeringan lapis

tipis (thin layer), dengan pengeringan buatan (mesin) dan pengeringan alami. Dengan

bantuan HOBO Micro Station dalam mengukur karakteristik cuaca, seluruh data yang

diperoleh nantinya akan dianalisa demi mendapatkan karakteristik pengeringan coklat.

(5)

DAFTAR ISI

2.5 Sistem Energi Matahari ... 12

2.6 Pemilihan Bahan ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1 Pengujian ... 16

3.2 Bahan dan Alat Uji ... 17

3.3 Prosedur Penelitian ... 27

BAB IV HASIL DAN ANALISA ... 29

4.1 Karakteristik Cuaca ... 29

(6)

4.3 Analisa Pengeringan Produk ... 37

4.3.1 Analisa Pengeringan Sample I ... 39

4.3.2 Analisa Pengeringan Samplel II ... 40

4.3.3 Analisa Pengeringan Sample III ... 41

4.4 Neraca Kalor Harian ... 44

4.4.1 Neraca Kalor Sample I ... 43

4.4.2 Neraca Kalor Sample II ... 46

4.4.3 Neraca Kalor Sample III ... 48

4.5 Efisiensi Pengeringan ... 51

4.5.1 Efisiensi Sample I ... 51

4.5.2 Efisiensi Sample II ... 51

4.5.3 Efisiensi Sample III ... 52

4.6 Karakteristik Pengeringan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

(7)

DAFTAR NOTASI

SIMBOL KETERANGAN SATUAN

A Luas Penampang m2

Luas Penampang Rak Pengeringan m2

Luas Penampang Rak Pengeringan Alami m2

Luas Penampang Rak Pengeringan Buatan m2

I Intensitas radiasi W/m2

Q Kalor Joule

Kalor Radiasi Joule

Kalor Pengeringan produk Joule

Kalor Pengeringan produk untuk sampel I Joule

Kalor Pengeringan produk untuk sampel II Joule

Kalor Pengeringan produk untuk sampel III Joule

Kalor Pengeringan produk untuk sampel IV Joule

T0 Temperatur awal 0C

Tmax Temperatur maksimum 0C

Temperatur tengah 0C

Cp Kalor spesifik (jenis) kJ/kg 0C

Efisiensi Pengeringan total %

Efisiensi Pengeringan untuk Spesimen I %

Efisiensi Pengeringan untuk Spesimen II %

(8)

Efisiensi Pengeringan untuk Spesimen IV %

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konduktivitas termal bahan isolasi ... 14

Tabel 2.2 Konduktivitas termal penghantar panas ... 15

Tabel 3.1 Spesifikasi temperatur dan kelembaban relatif ... 22

Tabel 4.1 Karakteristik cuaca pada tanggal 4 April 2011 ... 33

Tabel 4.2 Q Radiasi Harian ... 35

Tabel 4.3 Penurunan Massa Produk ... 37

Tabel 4.4 Penurunan Massa Produk Sample I ... 39

Tabel 4.5 Penurunan Massa Produk Sample II ... 40

Tabel 4.6 Penurunan Massa Produk Sample II ... 41

Tabel 4.7 Temperatur Harian Sample I ... 43

Tabel 4.8 Pengaruh Suhu terhadap Sample I ... 44

Tabel 4.9 Kalor Pengeringan Sample I ... 45

Tabel 4.10 Temperatur Harian sample II ... 46

Tabel 4.11 Pengaruh Suhu terhadap sample II ... 46

Tabel 4.12 Kalor Pengeringan Sample II ... 47

Tabel 4.13 Temperatur Harian Sample III ... 48

Tabel 4.14 Pengaruh Suhu Terhadap Sample III ... 49

Tabel 4.15 Kalor Pengeringan Sample III ... 50

Tabel 4.16 Moisture Ratio Sample I ... 54

Tabel 4.17 Moisture Ratio Sample II ... 58

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Mesin Pengering dengan bantuan penghisap udara ... 8

Gambar 2.2 Mesin pengering sederhana ... 9

Gambar 2.3 Mesin Pengering sistem drum dryer ... 10

Gambar 2.4 Mesin pengering dengan menggunakan energi listrik ... 11

Gambar 2.5 Skema mesin pengering dengan energi surya ... 17

Gambar 3.1 Coklat ... 21

Gambar 3.2 Mesin pengering ... 22

Gambar 3.3 Mesin Pengering dan Dimensi Bagian – bagiannya ... 23

Gambar 3.4 Thermometer ... 24

Gambar 3.5a HOBO Data Logger ... 25

Gambar 3.5b HOBO Smart Sensor ... 26

Gambar 3.6 Sensor Piranometer Silikon ... 27

Gambar 3.7 Sensor Temperatur/kelembaban relatif ... 28

Gambar 3.8 Perisai Solar Radiasi ... 29

Gambar 3.9 Sensor Kecepatan udara ... 30

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Intensitas Radiasi pada hari Senin 4 April 2011 ... 29

Grafik 4.2 Temperatur pada hari Senin 4 April 2011 ... 30

Grafik 4.3 Kelembaban Relatif pada hari Senin 4 April 2011 ... 31

Grafik 4.4 Kecepatan Udara pada hari Senin 4 April 2011 ... 32

Grafik 4.5 Intensitas Radiasi Rata-rata Harian ... 36

Grafik 4.6 Penurunan Massa Produk untuk Sample I ... 39

Grafik 4.7 Penurunan Massa Produk untuk Sample II ... 40

Grafik 4.8 Penurunan Massa Produk untuk Sample III ... 42

Grafik 4.9 Kalor Pengeringan Sample I ... 45

Grafik 4.10 Kalor Pengeringan Sample II ... 48

Grafik 4.11 Kalor Pengeringan Sample III ... 50

Grafik 4.12 Derajat kelembaban (MR) spesimen I ... 57

Grafik 4.13 Derajat kelembaban (MR) spesimen II ... 61

(12)
(13)

ABSTRAK

Proses pengeringan terhadap 500 gram coklat, pada penelitian ini

mempergunakan sebuah mesin pengering tenaga surya. Jumlah kadar air yang

dikandung coklat sebanyak 60%. Pada pengeringan ini diharapkan, agar kadar air coklat

turun. Dimana kadar air yang diinginkan setelah mengalami pengeringan adalah 17%.

Jika kadar air coklat telah mencapai 17%, maka coklat dinyatakan telah kering.

Dalam penelitian ini jenis pengeringan yang dipakai adalah pengeringan lapis

tipis (thin layer), dengan pengeringan buatan (mesin) dan pengeringan alami. Dengan

bantuan HOBO Micro Station dalam mengukur karakteristik cuaca, seluruh data yang

diperoleh nantinya akan dianalisa demi mendapatkan karakteristik pengeringan coklat.

Kata kunci : Energi surya, mesin pengering, karakteristik.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Sinar matahari adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang memancarkan

energi yang disebut dengan energi surya, ke permukaan bumi secara terus menerus.

Energi ini mempunyai sifat antara lain tidak bersifat polutan, tidak dapat habis

(terbarukan) dan juga gratis. Bumi menerima daya radiasi surya sekitar 108 PW

(1PW=1015W), atau dalam 1 tahun total energi surya yang sampai di permukaan bumi

sekitar 3.400.000 EJ (1EJ=1018J) ( Lit.1 hal 9 ) . Hanya diperlukan 2 jam radiasi sinar

surya untuk memenuhi kebutuhan energi dunia selama satu tahun sebesar 474 EJ ( Lit.1

hal 20 ). Tetapi, potensi energi yang sangat besar ini belum dimanfatkan secara optimal

dan masih terbuang begitu saja. Suatu studi menyebutkan energi surya yang sudah

dimanfaatkan sebesar 5 GW melalui sel surya dan 88 GW melalui pemanas air. Jumlah

ini tidak ada artinya dibandingkan dengan radiasi yang diterima bumi ( lit.1 hal 20 )

Sebagai negara yang terletak di daerah katulistiwa, yaitu pada 60 LU – 110 LS

dan 950 BT – 1410 BT, dan dengan memperhatikan peredaran matahari dalam setahun

yang berada pada daerah 23,50 LU dan 23,50 LS akan mengakibatka

cukup tinggi (antara 26º C - 35º C) dan bila saat cuaca cerah akan disinari matahari

selama 6 –7 jam dalam sehari ( lit.6 ). Bagian barat Indonesia mendapat rata-rata radiasi

sebesar 4,5 KWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 10% dan bagian timur 5,1

kWH/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 9% ( lit.7 ). Sifat radiasi matahari yang di

peroleh di daerah ini dapat dikatakan lebih kecil perubahannya terhadap rata-rata tiap

tahunnya. Dilain pihak, pancaran radiasi ini sifatnya periodik setiap hari dan setiap

tahunnya secara terus menerus.

Ada dua cara memanfaatkan energi surya yang berlimpah ini, yaitu dengan sel

surya dan surya termal. Teknologi dengan sel surya tergolong efisien dan bersih, tetapi

memerlukan peralatan yang cukup mahal. Sementara, teknologi surya termal adalah

mengumpulkan radiasi surya dalam bentuk panas. Cara ini umumnya tidak

membutuhkan peralatan yang rumit dan relatif lebih mudah untuk dilakukan. Secara

global pemanfaatan energi surya termal masih jauh lebih banyak dibanding sel surya.

Fakta ini menunjukkan bahwa tersedia energi surya yang cukup besar dan dapat

(15)

Industri pengering, termasuk pengeringan produk pertanian adalah termasuk

salah satu proses produksi yang banyak menggunakan energi. Studi di beberapa negara

menunjukkan bahwa persentasi konsumsi energi nasional untuk pengeringan relatif

cukup besar. Menurut studi negara-negara seperti USA, Kanada, Perancis, Inggris

mengkonsumsi sekitar 10-15% dari energi nasionalnya untuk pengeringan ( lit.7 ).

Jerman dan Denmark bahkan lebih besar yaitu sekitar 20-25%. Meskipun belum ada

studi yang melaporkannya, diperkirakan Indonesia dan negara-negara lainnya,

menggunakan konsumsi energi nasionalnya untuk pengeringan pada kisaran 5-25% (

lit.6 ). Secara global, data tahun 2007 menyatakan 86,4% konsumsi energi dunia

dipasok oleh sumber energi berbasis fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara (

lit.5 ). Pembakaran sumber energi berbasis fosil ini setara dengan pelepasan 21,3

gigaton karbon dioksida ke alam, tetapi alam dengan bantuan hutan hanya mampu

menyerap setengah dari jumlah ini. Oleh karena itu akan ada penambahan karbon

dioksida sekitar 10,6 gigaton pertahun ( lit.7 ). Jika tidak ada langkah konkrit, ini akan

meningkat terus di tahun-tahun mendatang seiring dengan meningkatnya kebutuhan

energi dunia. Gas inilah salah satu yang akan menyebabkan pemanasan global, dan jika

lajunya tidak dikurangi akan membahayakan kelangsungan hidup bumi sebagai planet

yang bisa dihuni umat manusia dan mahluk hidup lainnya. Fakta-fakta ini menunjukkan

bahwa proses pengeringan termasuk salah satu penyumbang pelepasan karbon dioksida

ke alam yang relatif besar.

Untuk mengurangi pemakaian energi berbasis fosil yang akan menyebabkan

pemanasan global, salah satunya adalah pemanfaatan energi sinar matahari.

Pemanfaatan energi sinar matahari dapat digunakan pada mesin pengering, seperti

mesin pengering coklat. Pengolahan pasca panen hasil pertanian atau perkebunan

mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang sekaligus

juga merupakan sumber pemasukan devisa negara yang cukup besar. Dengan

penerapan sistem energi sinar matahari pada teknologi ini, diharapkan akan

mempercepat proses pengeringan coklat.

Selain untuk mempercepat pengeringan, juga dapat menjaga mutu dan kwalitas

(16)

1.2. Tujuan.

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menentukan karakteristik pengeringan coklat yang memanfaatkan

energi surya sebagai sumber energinya.

2. Membandingkan data pengujian hasil pengeringan alami dengan

pengeringan buatan.

1.3. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari pengujian ini adalah untuk membantu proses pengeringan

coklat agar lebih cepat, sekaligus menjaga mutu coklat tersebut.

1.4. Batasan Masalah.

Dalam penulisan skripsi ini, akan dibahas tentang pengujian pengeringan dengan

mesin pengering dimana hasil dari pengujian dengan mesin pengering akan

dibandingkan dengan pengujian langsung dibawah sinar matahari guna mendapatkan

efisiensi mesin pengering coklat.

1.5 Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan adalah: Studi literature yaitu

mengumpulkan berbagai informasi dan data dari buku teks, internet dan makalah -

makalah yang berhubungan dengan mesin pengering dan coklat.

1.6 Sistematika Penulisan.

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami tulisan ini, maka dilakukan

pembagian atas bab berdasarkan isinya. Tulisan ini akan disusun dalam beberapa bab

yaitu : Bab I berisi tentang Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan

tentang mesin pengering serta spesimen yang diuji yakni coklat, Bab III Metodologi Penelitian berisikan tentang langkah – langkah pada saat pengujian, Bab V Hasil dan

Analisa berisikan tentang hasil pengujian yang telah dilakukan, Bab VI Kesimpulan dan

(17)
(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan.

Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari

semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses

pengeringan ditemukan di Jericho dan berumur sekitar 4000 tahun. Metode ini

merupakan metode yang sederhana, aman dan mudah. Dan dibandingkan dengan

metode lain, metode ini memiliki daya tahan yang lama dan tidak memerlukan

perlakuan khusus saat penyimpanan.

Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas

dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang ada yang dapat

menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam

suatu bahan maka semakin cepat pembusukan oleh mikroorganisme. Dengan demikian

bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu yang lebih lama dan kandungan

nutrisinya masih ada. Akan tetapi misalnya pada ikan asin, dilakukan penggaraman

terlebih dahulu baru pengeringan. Ini dilakukan agar spora yang meningkatkan kadar air

dapat dimatikan.

Contoh makanan yang biasa diawetkan dengan menggunakan metode

pengeringan adalah buah kering. Buah kering adalah buah yang akan dikeringkan baik

sengaja maupun tidak sengaja. Misalnya kismis dan kurma.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengeringan antara lain: suhu, kecepatan

aliran udara pengeringan, kelembaban udara, arah aliran udara, ukuran bahan dan kadar

(19)

2.2 Mesin pengering.

Mesin pengering adalah alat yang digunakan untuk mempercepat proses

pengeringan suatu produk. Dimana proses pengeringan itu sangat penting bagi

pengolahan hasil pertanian. Tujuan dari pengeringan hasil pertanian adalah agar produk

dapat disimpan lebih lama, mempertahankan daya fisiologik biji-bijian/benih, agar

pemanenan dapat dilakukan lebih awal dan mendapatkan kwalitas yang lebih baik.

Mesin pengering banyak bentuknya dan sumber energi yang dipakai oleh mesin

pengering itu juga berbagai macam. Ada yang menggunakan sinar matahari dan panas

buatan, dimana satu sama lain memiliki keunggulan dan kekurangan. Beberapa contoh

mesin pengering yang telah dibuat :

1. Mesin pengering dengan bantuan penghisap udara.

udara

Gambar 2.1 Mesin pengering dengan bantuan penghisap udara.

Mesin pengering ini mempunyai blower untuk menghisap udara yang nantinya

digunakan sebagai fluida yang akan mengeringkan. Dimana dengan menggunakan

blower, udara yang masuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah fluida yang

masuk kedalam kolektor dapat berjalan dengan konstan. Dibagian atas pengering di

buat van hisap yang akan membantu memperlancar sirkulasi udara dan mempercepat

pengeringan. Tetapi untuk menggerakkan blower tersebut dibutuhkan energi lain dan

(20)

2. Mesin pengering sederhana.

Gambar 2.2. Mesin pengering sederhana.

Mesin pengering ini sangat sederhana, dimana proses aliran udara yang masuk

kedalam kolektor berdasarkan kecepatan udara sekitar. Walaupun perawatan dan

pembuatannya murah tetapi dapat membantu mempercepat proses pengeringan.

(21)

3. Mesin pengering sistim drum dryer.

Gambar 2.3 Mesin pengering sistim drum dryer.

Keterangan gambar :

A = Pengeluaran uap.

B = Pemasukan produk.

C = Silinder/drum yang dipanaskan dengan uap.

D = Pengeluaran produk.

E = Pisau kikis.

Pengering ini biasa digunakan untuk mengeringkan bahan yang berbentuk

larutan, bubur maupu pasta. Bagian utama dari alat ini adalah silinder logam yang

berputar dan bagian dalamnya berlubang. Sebagai media pemanas digunakan cairan

atau uap air kemudian dialirkan kedalam silinder. Untuk proses pengeringan, bahan

yang ingin di keringkan berupa larutan atau bubur disemprotkan pada silinder yang

(22)

Kemudian waktu silinder berputar bahan yang akan di keringkan ikut terbawa

pada permukaan silinder yang bersuhu tinggi sehingga bahan mengering. Bahan yang

kering akan dikeluarkan oleh pisau kikis yang jaraknya telah diatur terhadap silinder,

kemudian akan jatuh lewat saluran keluar.

( Sumber : lit. 10 )

4. Mesin pengering memakai energi listrik.

Gambar 2.4 Mesin pengering memakai energi listrik.

Keterangan gambar :

a = Rangka pengering.

b = Dinding penutup.

c = Tempat elemen panas.

d = Tempat kipas penghembus.

e = Penyangga rak.

f = Rak pengering.

g = Pentilasi udara.

(23)

Cara kerja dari mesin pengering ini tidak begitu rumit. Arus mengalir menuju

elemen panas dan thermostat. Kemudian thermostat akan mengatur, thermostat akan

berfungsi sebagai saklar otomatis bila panas melebihi temperatur yang ditentukan. Arus

AC kemudian akan terhubung dengan lampu yang berfungsi sebagai indikator

thermostat, jika lampu hidup maka thermostat terhubung dan begitu sebaliknya. Arus

pada elemen pemanas akan mengubah energi listrik menjadi panas atau kalor. Panas ini

akan dihembuskan oleh kipas menuju ruang pengering yang akan digunakan untuk

menguapkan kandungan air yang ada pada produk. Apabila suhu dalam ruangan

pengering sudah sesuai dengan yang diinginkan, maka ventilasi dapat dibuka dengan

tujuan uap air dapat keluar dan digantikan dengan udara dari ruang pemanas. Cara ini

dilakukan secara terus menerus hingga produk benar-benar menjadi kering.

( Sumber : lit. 10 )

2.3 Kolektor.

Kolektor surya merupakan suatu alat yang dapat menghasilkan energi panas

dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari sebagai sumber energi utama. Ketika

cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor surya, sebagian cahaya akan

dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan sebagian besarnya akan diserap dan

dikonversi menjadi energi panas, lalu panas tersebut dipindahkan kepada fluida yang

bersirkulasi di dalam kolektor surya untuk kemudian dimanfaatkan guna berbagai

aplikasi.

Kolektor surya pada umumnya memiliki komponen-komponen utama, yaitu :

1) Cover, berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi menuju lingkungan.

2) Absorber, berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya matahari.

3) Kanal, berfungsi sebagai saluran transmisi fluida kerja.

4) Isolator, berfungsi meminimalisasi kehilangan panas secara konduksi dari absorber

menuju lingkungan.

(24)

Terdapat tiga jenis kolektor surya yang diklasifikasikan ke dalam Solar Thermal

Collector System dan juga memiliki korelasi dengan pengklasifikasian kolektor surya

berdasarkan dimensi dan geometri dari proses penerimaan yang dimilikinya yaitu :

1. Kolektor Plat Datar (Flat-Plate Collectors).

Keuntungan utama dari sebuah kolektor surya plat datar adalah memanfaatkan

kedua komponen radiasi matahari yaitu melalui sorotan langsung dan sebaran,

tidak memerlukan tracking matahari dan juga karena desainnya yang sederhana,

hanya sedikit memerlukan perawatan dan biaya pembuatan yang murah. Tipe ini

dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada temperatur di

bawah 100°C.

( Sumber : lit. 11 )

2) Kolektor terkonsentrasi (Concentrating Collectors).

Jenis ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada

temperature antara 100° – 400°C. Kolektor surya jenis ini mampu memfokuskan

energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver, sehingga dapat meningkatkan

kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber.

( Sumber : lit. 11 )

3) Kolektor tabung terevakuasi (Evacuated Tube Collectors).

Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan dua jenis kolektor surya sebelumnya. Keistimewaannya

terletak pada efisiensi transfer panasnya yang tinggi tetapi faktor kehilangan

panasnya yang relatif rendah.

( Sumber : lit. 11 )

Kolektor yang dipilih dalam perancangan ini adalah Kolektor plat datar, karena

tingkat kesulitan pembuatan yang rendah namun memiliki efisiensi yang cukup baik dan

(25)

2.4 Coklat

Coklat dihasilkan dari kakao ( theobroma cacao ) yang diperkirakan tumbuh

didaerah Amazon utara sampai Amerika tengah. Pada awalnya coklat digunakan untuk

membuat minuman saja karena sel putih pada coklat memiliki sumber gula yang tinggi

untuk minuman beralkohol.

Biji coklat kaya akan alkoloid – alkoloid seperti teobromin, fenetilamina dan

anandamida yang memiliki efeksiolagis yang dibutuhkan oleh tubuh guna menghasilkan

kadar gula tubuh. Menurut ilmuwan coklat yang dikomsumsi secara teratur dapat

menurunkan tekanan darah. Warna buah coklat sangat beragam, tetapi pada dasarnya

hanya ada dua macam warna. Buah yang mudanya berwarna hijau atau hijau agak putih

jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda

berwarna merah setelah masak akan berwarna jingga (orange). Buah akan masak

setelah berumur enam bulan. Standarisasi air coklat setelah pengeringan adalah 11 – 17

% ( sum: Literatur 3 )

Pengeringan dapat dilakukan dengan pengeringan alami dan pengeringan

buatan.

- Untuk pengeringan alami: lidah buaya langsung dijemur dibawah sinar matahari

atau penjemuran di atas lantai, tikar anyaman dan lain sebagainya.

- Untuk pengeringan buatan: Dengan menggunakan mesin pengering untuk

menghemat tenaga manusia dan mempercepat proses pengeringan, terutama pada

saat musim hujan.

2.5 Sistem Energi Matahari.

Seperti dijelaskan sebelumnya, penerapan sistem energi matahari ini adalah

untuk mempercepat waktu proses pengeringan dari pengeringan yang biasa dilakukan

yaitu dengan penjemuran langsung.

Sistem pengeringan dengan energi matahari seperti yang akan diterapkan pada

percobaan ini merupakan sistem tidak langsung ( Indirect type dryer ) dimana

pengumpulan energi matahari dilakukan di tempat terpisah diluar bagian pengeringan,

kemudian dihubungkan ke tempat pengeringan melalui suatu fluida yang berfungsi

(26)

Pengumpulan energi surya dan pentransferan energi panas pada fluida kerja

dilakukan melalui suatu alat yang disebut kolektor matahari (solar collector).

Gambar 2.5 Skema sistem pengering dengan energi surya.

Pada sistem yang dirancang hanya menggunakan udara lingkungan dan pemanasan

hanya dilakukan pada siang hari oleh kolektor surya, maka tidak digunakan elemen

pemanas listrik. Diharapkan dengan bantuan kolektor surya dapat diperoleh temperatur

pengering diatas 40 0C dengan asumsi waktu penggunaan 7 jam/hari.

2.6 Pemilihan Bahan.

Berbagai macam material yang tersedia dapat dipilih berbagai bahan dalam

proses pembuatan alat. Dalam pembuatan alat sistem pemindahan panas yang

dibutuhkan tergantung dari tujuan sistem tersebut, bila panas akan ditahan dalam satu

sistem maka bahan yang akan dipilih adalah material yang memiliki konduktivitas yang

kecil atau isolator. Sedangkan bila sistem yang diinginkan dapat memindahkan panas

(27)

konduktivitas thermal yang besar.Pemilihan bahan material, juga harus ditinjau dari

berbagai aspek yaitu :

1. Aspek Teknik

Aspek teknik dalam pemilihan bahan material diperlukan untuk menganalisa

karakteristik bahan, konduktivitas termal dan suhu operasi serta kekuatan bahan yang

digunakan. Alasan-alasan teknis dalam pemilihan bahan sangat penting digunakan

dalam perancangan agar dapat dicapai kondisi kerja alat yang baik.

2. Aspek Ekonomi

Pemilihan bahan harus dilakukan dengan meninjau nilai ekonominya. Pemilihan

bahan yang murah sangatlah perlu agar harga peralatan yang direncanakan akan mampu

dijangkau oleh daya beli para petani.

Pertimbangan antara dua aspek diatas akan memberi hasil guna yang baik dan

bermanfaat dalam pertimbangan perancangan.

Nilai konduktivitas termal untuk beberapa jenis bahan yang dapat digunakan

sebagai isolator panas yaitu material yang memiliki nilai konduktivitas termal yang

kecil dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Konduktivitas termal bahan isolasi.

Material Densitas

Serat, papan isolasi 240 0,048

Kapuk 24 0,035

Serbuk gergaji 64 0,059

Serutan kayu 140 0,059

Semen 1500 0,029

(28)

Bahan yang digunakan sebagai penghantar panas yang baik biasanya terbuat dari

logam. Nilai konduktivitas termal bahan logam dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 Konduktivitas termal penghantar panas.

Material Densitas

Kg / m3

Konduktivitas

W / m K

Aluminium 2,7 204

Timbal 11,3 35

Besi 7,897 73

Tembaga 8,9 386

Perunggu 8,6 83

Nikel 8,9, 90

Perak 10,254 419

(29)
(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pengujian.

Berdasarkan ketebalan tumpukan/lapisan bahan yang dikeringkan oleh alat

pengering maka jenis pengeringan dapat dibedakan atas dua jenis yakni deep bad dan

thin layer. Pada pengujian ini penguji melakukan pengering dengan metode thin layer

dimana spesimen dikeringkan secara serentak dan merata (tidak ditumpukkan)

Tahap-tahap pengujian :

1.Tahap observasi.

Pada tahap ini dilakukan peninjauan terhadap bahan uji dan beberapa parameter

pada kondisi sekitar (karakteristik cuaca), serta hal lain yang berhubungan dengan

pengujian.

2.Tahap pengumpulan data.

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dikumpulkan dengan cara dilakukan

pengukuran - pengukuran. Antara lain, mengukur massa spesimen dengan neraca

digital, mengukur kadar air spesimen (Lab. Kimia), mengukur temperatur udara,

kecepatan angin, dan kelembapan udara dengan HOBO Microstation.

3.Tahap pengolahan data.

Data yang diperoleh diolah untuk mencari efisiensi mesin pengering.

4.Tahap pengambilan kesimpulan.

Dari hasil pengolahan data dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai mesin

(31)

3.2. Bahan Dan Alat Uji.

1. Bahan.

Bahan yang dipergunakan dalam proses pengeringan ini adalah coklat yang

berkadar air 60% yang akan dikeringkan untuk mencapai kadar air 17% merupakan

standar kering coklat. Adapun tujuan pengeringan untuk menghasilkan kualitas coklat

yang baik.

Gambar 3.1 Coklat.

2. Alat pengujian.

Dalam penelitian ini digunakan alat untuk mengambil data pengujian. Alat yang

digunakan adalah :

1.Mesin pengering.

Alat pengering ini dibuat berdasarkan hasil rancangan terlebih dahulu.

Alat pengering dibuat bertujuan untuk mempercepat pengeringan produk

(32)

Gambar 3.2 Mesin pengering. Gambar 3.3 Skema Mesin Pengering

Pada kolektor surya/absorber terjadi proses absorsi, dimana panas (radiasi) dari cahaya matahari di serap dan dialirkan menuju bak pengering. Di dalam bak pengering terdapat tray-tray tembus udara yang berfungsi sebagai rak tempat produk dikeringkan. Udara panas akan mengalir secara konveksi melewati tray-tray tersebut. Dengan adanya

perbedaan temperatur pada chimney dengan ruang pengering, maka udara panas akan

mengalir menuju chimney untuk menyesuaikan temperatur dengan udara sekitar dan

otomatis aliran udara tersebut akan membawa uap-uap air dari produk, sehingga dengan

(33)

2Thermometer

Untukmelakukanpengukuran temperature yang terjadi di dalam alat

pengering dan plat absorber digunakan alat pengukur temperature, yaitu thermometer.

Gambar3.4Thermometer

3Hobo Micro Station

HOBO Micro Station adalah sebuah alat pencatat data dari 3 sensor

pencatatmicroclimates multi channel (Intensitas radiasi matahari, kecepatan,

angin, dan Kelembaban relatif). Mikro station ini menggunakan sebuah jaringan

yang terhubung dengan beberapa sensor pintar yang berfungsi untuk melakukan

pengukuran. Terdiri dari Sebuah data logger yang terhubung dengan perangkat

komputer dan beberapa sensor yang dipasang pada sebuah penyangga.

(34)

Gambar 3.6bHobo Micro Station smart sensor

Dengan spesifikasi :

- Skala Pengoperasian : -200 – 500C dengan baterai alkalin

-400 – 700C dengan baterai litium

- Input Sensor : 3 buah sensor pintar multi channel

monitoring

- Ukuran : 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm

- Berat : 0,36 kg

- Memori : 512K Penyimpanan data nonvolatile flash.

- Interval Pengukuran : 1 detik – 18 jam (tergantung pengguna)

- Akurasi waktu : `0 sampai 2 detik untuk titik data pertama

dan ±5 detik untuk setiap minggu pada

suhu 25oC.

(35)

Keempat sensor yang dipasang pada HOBO Micro Station untuk melakukan

pengukuran yaitu :

a. Sensor Piranometer Silikon

Smart sensor ini didesain untuk beroperasi bersama Stasiun Pencatat Cuaca HOBO.

Sensor ini berfungsi sebagai sensor cahaya yang digunakan untuk mengukur intensitas

radiasi pada penelitian ini. Sensor ini memiliki penghubung modular yang membuatnya

mudah untuk dipasangkan pada stasiun mikro. Seluruh parameter kalibrasi telah tersedia

di dalamnya, yang mengirimkan informasi secara otomatis ke dalam pencatat (logger)

tanpa perlu melakukan pemrograman, kalibrasi, atau pengesetan lebih lanjut.

Gambar 3.6. Sensor piranometersilikon

Denganspesifikasi :

- Cakupanpengukuran : 0 – 1280 W/m2

- Ketepatan : ±10W/m2 atau ± 5%, yang bekerja sangat

baik pada kondisi terik.

- Ketepatan Angular : koreksikosinus 0 – 80 derajat dari posisi

vertical, kesalahan azimut ≤ ±2% pada 45

derajat dari vertical, rotasi 360 derajat.

- Resolusi : 1,25 W/m2

- Kalibrasi : tersedia kalibrasi pabrikan

- Cakupan suhu pengoperasian : -40 sampai +70oC

(36)

Pada lingkungan : Tahan terhadap air

- Ukuran : tinggi 4,1 cm x 3,2 diameter

- Berat : 120 g (4 oz)

( Sumber Lit. 12)

b. Sensor Temperatur/KelembabanRelatif

Sensor ini didesain untuk dioperasikan bersama pembaca data stasiun mikro

HOBO, yang berfungsi untuk mengukur temperature dan tingkat kelembaban relatif.

Gambar 3.7. Sensor Temperatur dan Tingkat kelembaban relatif

Dengan spesifikasi seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Spesifikasi sensor temperatur dan Tingkat kelembaban relatif

Spesifikasi Temperatur Kelembaban Relatif

Cakupanpengukuran -40 sampai +70oC 0 – 100% kelembaban

Ketepatan 0.2oC di atas 0 sampai

Cakupan suhu pengoperasian -40 sampai +70oC

Ketahanan Lingkungan Tahan air

(37)

c. Perisai Solar Radiasi

Didesain untuk dioperasikan bersama stasiun mikro HOBO, yang berfungsi

sebagai perisai solar radiasi.

Gambar 3.8.Solar Radiation Shield

Dengan spesifikasi :

- Respon waktu : 2,5 kali lebih cepat dibanding RS1

- Ketahanan terhadap angin : Telah diuji dengan angin buatan sampai

pada 129 Km/jam

- Material : perisai : ASA styrene

Penyangga :glass-filled nylon

- Temperatur : -40 sampai +70oC

- Berat : 113 g

- Diameter : 102 mm

(38)

d. Sensor KecepatanUdara

Berfungsi untuk mengukur kecepatan udara.

Gambar 3.9. Sensor kecepatan udara

Dengan spesifikasi :

Padalingkungan : Tahan terhadap air

- Ukuran : 19,0 x 8,1 cm

- Berat : 300 g (4 oz)

( Sumber Lit. 12 )

2. Timbangan Digital

Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat produk yang akan

dikeringkan. Alat ini digunakan pada saat produk sebelum dikeringkan dan sesudah

dikeringkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengurangan berat

produk setelah mengalami proses pengeringan dengan alat pengering. Timbangan

Digital yang dipakai adalah merk FEJ tipe 5000A dengan Kapasitas pengukuran

timbangan ini adalah 5kg dengan resolusi1 gram, yang memiliki beberapa fitur

sepertiAuto calibration, auto zero tracking, g/oz/ct/dwt convertion, yang dapat

(39)

Gambar 3.10. Timbangan Digital

Spesifikasi timbangan digital :

• Timbangan Digital yang dipakai adalah merk FEJ tipe 5000A dengan

kapasitas pengukuran timbangan 5 kg dengan resolusi 1 gram.

• Memiliki beberapa fitur seperti Auto calibration, auto zero tracking,

g/oz/ct/dwtconvertion

• Beroperasi padas uhu -10-60 ºC

4.3. Prosedur Penelitian.

Pengujian dilakukan untuk mengetahui laju pengeringan lidah buaya, yang

dibuat dalam konsep derajat kelembaban atau moisture ratio.

Prosedur penelitian dibagi dalam empat tahap yaitu :

1. Pengujian terhadap mesin pengering tanpa menggunakan produk.

2. Observasi pada beberapa parameter kondisi sekitar dengan menggunakan HOBO

Micro Station.

3. Pengeringan dengan menggunakan mesin pengering.

4. Pengeringan langsung di bawah sinar matahari.

Adapun langkah – langkah pengujian yang dilakukan untuk memperoleh data

(40)

1. Pengujian terhadap mesin pengering tanpa menggunakan produk yang akan di

keringkan adalah sebagai berikut :

1. Mengukur temperatur sekitar.

2. Mengukur temperatur plat absorber pada titik yang telah ditentukan.

3. Mengukur temperatur kolektor.

4. Mengukur temperatur ruang kolektor pada tray 1.

5. Mengukur temperatur ruang kolektor pada tray 2.

6. Mengukur temperatur ruang kolektor pada tray 3.

7. Mengukur temperatur ruang kolektor pada tray 4.

8. Melakukan prosedur No 1-7 tiap 1 jam sekali, mulai dari waktu yang ditentukan

hingga waktu yang ditentukan.

9. Mencatat data.

2. Observasi pada beberapa parameter kondisi sekitar dengan menggunakan HOBO

Micro Stationdilakukan untuk mengukur beberapa parameter untuk melihat kondisi

di sekitar tempat yang akan dipakai untuk melakukan penelitian, seperti tingkat

Intensitas Radiasi, Suhu, Kelembaban Relatif, serta Kecepatan udara. Pengukuran

dilakukan selama lima hari, dan dilakukan pencatatan data.

3. Pengeringan dengan menggunakan mesin pengering.

1. Melakukan pengukuran berat coklat basah dengan berat 500 g agar diletakkan

pada tray 1 untuk selanjutnya dilakukan proses pengeringan di dalam mesin

pengering.

2. Memasukkan coklat kedalam bak pengering.

3. Mengukur temperatur ruang kolektor.

4. Prosedur 1-3 dilakukan setiap 30 menit mulai dari waktu yang ditentukan

5. Mencatat data.

4. Pengeringan di bawah sinar matahari langsung.

1. Melakukan pengukuran berat coklat basah dengan berat 500 g agar diletakkan

langsung di bawah sinar matahari.

2. Mengukur temperatur daerah sekitar pengujian.

3. Prosedur 1-2 dilakukan setiap 30 menit mulai dari waktu yang ditentukan

(41)
(42)

BAB IV

Hasil dan Analisa

4.1. Karakteristik Cuaca

Sistem pengeringan dengan energi matahari seperti yang akan diterapkan pada

percobaan ini, baik sistem pengeringan alami langsung di bawah sinar matahari,

maupun sistem pengeringan buatan dengan menggunakan mesin pengering, sangat

dipengaruhi oleh karakteristik cuaca pada saat pengambilan data. Berikut ini adalah

grafik perubahan beberapa karakteristik cuaca yang di ambil pada salah satu hari

pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan HOBO Micro Station.

Di bawah ini ditunjukkan beberapa karakteristik cuaca pada hari Senin 4 April

2011:

a. Intensitas Radiasi (W/m2) – Waktu (t)

Grafik 4.1 Intensitas Radiasi pada hari Senin 4 April 2011

Grafik 4.1. menunjukkan besarnya intensitas radiasi matahari mulai jam 09.00 –

15.00 Wib selama pengujian. Pada gambar diatas menunjukkan bahwa besarnya

(43)

b. Suhu (T0 C) - Waktu (t)

Grafik 4.2 Temperatur pada hari Senin 4 April 2011

Temperatur merupakan salah satu dari bagian sensor yang terdapat pada Hobo

Mikrostation. Pengujian awal spesimen ini dimulai pada pukul 09.00 Wib dimana suhu

awal penelitian berkisar28 o C. Pada pengujian ini temperatur pada luar mesin

dibandingkan dengan temperatur dalam mesin guna mendapatkan derajat kelembaban

spesimen (MR). Berdasarkan data grafik 4.2. diatas ditunjukkan bahwa temperatur

(44)

c. Kelembaban Relatif (%) - Waktu (t)

Grafik 4.3 Kelembaban Relatif pada hari Senin 4 April 2011

Selain intensitas radiasi matahari dan temperatur udara terdapat pula sensor

untuk kelembababn relatif pada Hobo Mikrostation.Kelembaban relatif udara tertinggi

pada percobaan tanggal 04 April 2011 ini berada pada kisaran 83% pada pukul 09.00

Wib. Kelembaban relatif ini berbanding terbalik dengan temperatur udara. Semakin

tinggi nilai kelembabab relatif udara maka semakin kecil temperatur udaranya begitu

(45)

d. Kecepatan Udara (m/s) - Waktu (t)

Grafik 4.4 Kecepatan Udara pada Hari Senin 4 April 2011

Sensor berikutnya yang terdapat pada Hobo Mikrostation adalah kecepatan

udara. Kecepatan udara relatif berubah ubah setiap waktunya, pada penelitian ini

kecepatan udara tertinggi berada pada kisaran 3m/s pukul 16.00 Wib. Pengukuran

dilakukan dengan interfal 20 menit setiap pengukuran. Hal ini dilakukan mulai pukul

(46)

Berikut ini adalah tabel pencatatan data beberapa karakterikstik cuaca dengan

menggunakan HOBO Micro Station dengan interval 20 menit pada Hari Senin 4 April

2011 :

Tabel 4.1 Karakteristik Cuaca Pada Tanggal 4 April 2011

(47)

Pada tabel di atas hanya di tunjukkan data yang lebih ringkas yakni dengan

mengambil satu hari percobaan saja untuk ditampilkan dalam grafik, yaitu pada tanggal

04 April. Interval pengambilan data yaitu 20 menit. Pengambilan data untuk

karakteristik cuaca dengan menggunakan HOBO Micro Station dilakukan selama 7 jam

dalam satu hari dengan interval 30 detik, yang dapat dilihat lebih lengkap pada bagian

lampiran.

4.2. Karakteristik Intensitas Radiasi

Dalam sub bab ini akan di bahas lebih lanjut mengenai intensitas radiasi harian

hingga totalnya. Intensitas radiasi mendapat perhatian khusus dalam penelitian ini

karena parameter inilah yang berhubungan langsung dalam memanaskan produk yang

akan dikeringkan.

Intensitas Kalor Radiasi harian dapat dihitung dengan persamaan :

……….(4.1)

Dengan :

=

Kalor Radiasi (Joule)

I = Intensitas Radiasi (W/m2)

t = Waktu (detik)

Dengan menggunakan persamaan (4.1) di atas dan hasil pengukuran HOBO

Micro Station pada hari Rabu 30 Maret, maka di dapat :

= 9806490 J/m2

(48)

Dengan cara hitung yang sama maka didapatkan pada pengeringan

selama 23 hari, seperti pada tabel berikut :

(49)

Intensitas Harian ditunjukkan pada grafik berikut ini :

Grafik 4.9 Intensitas Radiasi Harian

Penguji melakukan 23 hari pengambilan data, dengan rincian sebagai berikut :

1. Hari 1 – 8 : Merup akan tahap observasi lapangan

Pada tahap ini, pengukuran hanya dilakukan pada 4

karakterisktik cuaca selama 5 hari. Pengeringan spesimen

belum dilakukan.

2. Hari 8 – 23 : Merupakan tahap penelitian yang dilakukan selama 18

hari.

Dari grafik 4.9. diatas Intensitas Radiasi Matahari tertinggi ditunjukkan pada

hari ke-3 dan intensitas terendah pada hari ke-23. Hal ini disebabkan perubahan

(50)

4.3. Analisa Pengeringan Produk

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap pengurangan berat produk

yang dikeringkan dengan pengeringan buatan (mesin). Pengukuran dilakukan pada

setiap 30 menit dalam 7 jam pengambilan data dalam 1 hari penelitian.

Hasil pengukuran penurunan MassaProduk pada Hari Selasa 5 April 2011

ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3. Penurunan Massa Produk

Waktu Spesimen I (gr) Spesimen II (gr)

I : Produk yang dikeringkan dengan menggunakan mesin pengering

(51)

4.3.1 Analisa Pengeringan Sample I

Dengan cara yang sama telah dilakukan pengukuran penurunan massa produk

untuk 5 hari penelitian mulai tanggal 5 April sampai 10 April 2011 seperti taqbel

berikut :

Tabel 4.4. Penurunan Massa Produk sample I

Pengujian Spesimen I (gr) Spesimen II (gr)

1 114 113

2 54 50

3 15 13

4 8 6

5 1 1

Pengukuran penurunan massa produk untuk sample I selama 5 hari penelitian dapat

dilihat pada grafik penurunan massa berikut :

Grafik 4.6. Penurunan Massa Produk untuk Sample I

Berdasarkan grafik 4.6. diatas, terdapat perbedaan massa produk pada spesimen

I dan spesimen II. Pada spesimen I dengan meggunakan mesin pengering cenderung

lebih tinggi dari pada spesimen II yang dikeringkan langsung di bawah sinar matahari,

hal tersebut disebabkan pengaruh suhu lingkungan sekitar dan perubahan cuaca yang

(52)

4.3.2 Analisa pengeringan Sampel II

. Dengan cara pengukuran yang sama telah dilakukan pengukuran penurunan massa

produk untuk 5 hari penelitian mulai tanggal 11 April sampai 15 April 2011 seperti

pada table berikut :

Tabel 4.5. Penurunan Massa Produk sample II

Pengujian Spesimen I (gr) Spesimen II (gr)

1 100 98

2 68 60

3 20 13

4 10 6

5 1 1

Berikut adalah grafik penurunan untuk sample II

(53)

4.3.3. Analisa pengeringan sample III

Pengukuran tehadap penggurangan massa produk yang dikeringkan dengan

pengeringan buatan(mesin) serta pengeringan alami. Berdasarkan pengujian sebelumnya

diharapkan pengeringan pada sample III lebih baik dari pengeringan sebelumnya.

Berikut data hasil penurunan massa produk yang diperoleh pada pengeringan sample 3.

Tabel 4.6. Penurunan Massa Produk Sample III

Pengujian Spesimen I (gr) Spesimen II (gr)

1 50 45

2 94 88

3 34 30

4 30 20

5 1 1

Berikut adalah grafik penurunan untuk sample III.

Grafik 4.8 Penurunan Massa Produk untuk Sample III

Pada spesimen III ini penurunan sinar radiasi matahari sangat drastis, menyebabkan

penurunan massa produk tidak stabil. Grafik 4.8 diatas menunjukkan betapa besarnya

pengaruh cuaca dalam melakukan pengujian ini. Hal tersebut sangat berpengaruh pada

(54)

4.4 Neraca kalor harian

Perhitungan panas untuk pengeringan dapat dihitung dengan persamman berikut ini:

………..(4.2)

dikeringkan dominan terdiri dari air.

=

= Perubahan Massa Harian ( grsm)

= Kalor Penguapan air pada Suhu Tengah

dimana:

T =

dengan asumsi : 1 . untuk pengeringan alami

=

udara

2 . untuk pengeringa buatan = ruangan

pengeringan , sehingga dapat diketahui suhu aksimum awal

(55)

4.4.1.Neraca kalor harian sample 1

Dari hasil pengujian bab sebelumnya maka dapat diperoleh neraca kalor untuk

sample I.

Data temperatur hasil pengujian pada sample I ditunjukkan pada sample berikut :

Tabel 4.7. Temperatur Harian pengujian Sample I

Tanggal (April 2011)

Spesimen I Spesimen II

T

max

T

max

Dengan menggunakan hasil data pengukuran table diatas maka dapat dihitung nilai

perubahan suhu , suhu tengah (T) dan kalor penguapan (kU) pada setiap suhu

tengah, seperti diperlihatkan table berikut :

Tabel 4.8. Perubahan suhu, suhu tengah dan kalor penguapan

Tanggal (April 2011)

Spesimen I Spesimen II

(56)

Dengan menggunakan persamman (4.2) diatas maka kalor pengeringan pada hari selasa

5 April dapat dihitung sebagai berikut :

1. untuk spesimen I

Dengan menggunakan persamaan diatas maka kalor pengeringan pada 5 hari

pengukuran dapat dihitung seperti yang diperlihatkan pada table berikut :

Tabel 4.9. Kalor pengeringan Sample 1

(57)

Q pengeringan harian selama 5 hari pengukuran ditunjukkan pada grafik berikut :

Grafik 4.8 Kalor Pengeringan Harian untuk Sample I

4.4.1. Neraca Kalor Harian Sample II

Dengan cara yang sama maka dapat dihitung kalor harian untuk sample II. Data

temperature hasil pengujian pada sample II ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Temperatur Harian Sample II

Tanggal (April 2011)

Spesimen I Spesimen II

T

max

T

max

Dengan menggunakan hasil data pengukuran table diatas maka dapat dihitung nilai

perubahan suhu , suhu tengah (T) dan kalor penguapan (kU) pada setiap suhu

(58)

Tabel 4.11. Perubahan suhu, suhu tengah dan kalor penguapan

Dengan menggunakan persamman (4.2) diatas maka kalor pengeringan pada hari

selasa 5 April dapat dihitung sebagai berikut :

1. untuk spesimen 1

Dengan menggunakan persamaan diatas maka kalor pengeringan pada 5 hari

pengukuran dapat dihitung seperti yang diperlihatkan pada table berikut : Tanggal

(April 2011)

Spesimen I Spesimen II

(59)

Tabel 4.12. Kalor pengeringan Sample II

Pengujian

(kj) (kj)

1 256,2 246,9

2 165,4 151,5

3 68,1 38,9

4 35,9 19,3

5 17,7 7,9

Q pengeringan harian selama 5 hari pengukuran dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 4.9 Kalor Pengeringan Harian Produk untuk Sample II

Grafik 4.9. diatas menunjukkan besarnya kalor pengeringan untuk spesimen I dan II.

Semakin tinggi intensitas radiasi matahari maka semakin besar kalor pengeringanya

(60)

4.4.1 Neraca Kalor Pengeringan Sample III

Data temperature hasil pengujian pada sample III ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.13 Temperatur Harian Sample III

Tanggal (April 2011)

Spesimen I Spesimen II

T

max

T

max

Dengan menggunakan hasil data pengukuran table diatas maka dapat dihitung nilai

perubahan suhu , suhu tengah (T) dan kalor penguapan (kU) pada setiap suhu

tengah, seperti diperlihatkan table berikut :

Tabel 4.14. Perubahan suhu, suhu tengah dan kalor penguapan

Tanggal (April 2011)

Spesimen I Spesimen II

(61)

Dengan menggunakan persamman (4.2) diatas maka kalor pengeringan pada hari selasa

14 April dapat dihitung sebagai berikut :

1. untuk spesimen I

= ( 0,5 kg. 4,179 oC . 12 oC ) + ( 0,05 kg . 2421 )

= 146,1kj

2. untuk spesimen II

= ( 0,5 kg. 4,179 oC . 2,3oC ) + ( 0,045 kg . 2428,1 )

= 114 kj

Dengan menggunakan persamaan diatas maka kalor pengeringan pada 5 hari

pengukuran dapat dihitung seperti yang diperlihatkan pada table berikut :

Tabel 4.15. Kalor pengeringan Sample III

Pengujian (kj) (kj)

1 146,1 114

2 244,2 223,1

3 94 77,7

4 86 54,2

(62)

Q pengeringan harian selama 5 hari pengukuran dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 4.10 Kalor Pengeringan Harian Produk untuk Sample III

Pada pengeringan Sample III ini sinar radiasi matahari cenderung mengalami perubahan

yang berkala. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan grafik 4.10. diatas, dimana pada

hari ke-2 penjemuran intensitas radiasi matahari tinggi sehingga memperbesar kalor

pengeringan hariannya. Pada spesimen I mencapai 244,2 gram dan spesimen II

mencapai 223,1 gram.

4.5 Efisiensi pengeringan

Efisiensi pengeringan dapt dihitung dengan membandingkan total kalor pengeringan

dengan total kalor radiasi selama 18 hari pengukuran.

……….. (4.3)

(63)

Dengan :

= Efisiensi pengeringan

= Kalor Pengeringan setiap Spesimen

= Kalor Radiasi Alami

= Luas rak yang digunakan pada Pengeringan Spesimen

Dengan menggunakan persamman (4.3) diatas dapat dihitung efisiensi

pengeringan untuk semua sample.

4.5.1. Efisiensi Pengeringan untuk sample I 4.5.2.

Berdasarkan tabel (4.7) maka diperoleh efisiensi pengeringan untuk sample I sebagai

berikut

x 100%

x 100%

4.5.1. Efisiensi Pengeringan untuk sample II

Dengan metode yang sama dapat diperoleh efisiensi pengeringan pada sample II

sesuai tabel (4.10) sebagai berikut :

x 100%

x 100%

(64)

4.5.1. Efisiensi Pengeringan untuk sample III

Dari tabel (4.12) diperoleh efisiensi pengeringan pada sample III sebagai berikut :

x 100%

x 100%

Sehingga total efisiensi pengeringan yang diperoleh dapat dihitunga dengan

menjumlahkantotal pengeringan pada setiap sample percobaan pada mesin pengering

coklat sebagai berikut :

x 100%

x 100%

(65)

4.

6 Karakteristik Pengeringan

Karakteristik pengeringan sample untuk setiap interval pengambilan data dapat

dibuat dalam bentuk Moisture Ratio atau derajat kelembaban spesimen. Derajat

kelembaban ini didapat dengan membandingkan selisi massaspesimen dengan massa

spesimen pada batas kering dengan selisi massa spesimen awal dengan massa spesimen

pada batas keringnya.

MR =

………. (4.4)

Dengan

MR = Derajat Kelembaban Spesimen

m = Massa Pengeringan Spesimen

= Massa Akhir Pengeringan pada Batas Kering

= Massa Awal Spesimen

Dengan perhitungan yang sama, maka didapat hasil perhitungan MR untuk setiap 30

(66)

4.6.2. Karakteristik Sample I

Berdasarkan data hasil pengujian yang diperoleh penguji maka dapat ditentukan derajat

kelembaban pada sample I seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.16 Moisture Ratio (MR) pada sample I

(67)
(68)

1. Derajat kelembaban untuk sample I diperlihatkan pada grafik berikut :

Grafik 4.11 Derajat Kelembaban Sample I

Dari grafik diatas ditunjukkan derajat kelembaban pada spesimen I. Dimana perubahan

grafik terjadi dikarenakan massa spesimen pada saat pengeringan dikurangi massa

spesimen akhir pengeringan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui batas kering dari

coklat pada sample I.

Moisture Ratio atau derajat kelembaban untuk sample I dapat dihitung dengan rumus :

Dengan :

MRspes1 = - 0,309 ln(x) + 1,2733

MRspes2 = - 0,312 ln(x) + 1,2394

(69)

4.6.3 Derajat Kelembaban Sample II

Berdasarkan data hasil pengujian yang diperoleh penguji maka dapat ditentukan derajat

kelembaban pada sample II seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.17 Moisture Ratio (MR) pada sample II

(70)
(71)

16.00 302 313 0,005025 0,005319

18 April 2011 09.00 302 313 0,005025 0,005319

09.30 301 313 0 0,005319

10.00 301 312 0 0

10.30 301 312 0 0

11.00 301 312 0 0

11.30 301 312 0 0

12.00 301 312 0 0

12.30 301 312 0 0

13.00 301 312 0 0

13.30 301 312 0 0

14.00 301 312 0 0

14.30 301 312 0 0

15.00 301 312 0 0

15.30 301 312 0 0

(72)

Dengan cara yang sama maka diperoleh data untuk sample II sebagai berikut :

Grafik 4. 12 Derajat Kelembaban (MR) Sample II

Pengaruh cuaca yang buruk dapat memperlama proses pengeringan pada coklat.

Baik itu pengerigan yang dilakukan didalam mesin pengering maupun pengeringan

langsung dibawah sinar matahari. Hal ini dapat kita lihat pada grafik sample II ini.

Grafik kedua sample diatas hampir mendekati, ini disebabkan laju pengeringan pada

setiap sample hampir sama pula.

Moisture Ratio atau derajat kelembaban untuk sample II dapat dihitung dengan rumus :

Dengan :

MRspes1 = - 0,317 ln(x) + 1,2749

MRspes2 = - 0,321 ln(x) + 1,2819

(73)
(74)
(75)

Derajat kelembaban sample III diperlihatkan pada grafik berikut :

Grafik 4.12. Derajat Kelembaban (MR) untuk Spesimen III

Pada sample III ini merupakan spesimen yang memiliki tingkat efisiensi

tertinggi selama melakukan percobaan. Hal tersebut terlihat pada grafik kelembaban

sample III diatas bila dibandingkan dengan grafik sample II. Hal ini disebabkan faktor

cuaca yag tidak medukung, sehingga laju kembaban sample ini tinggi

Moisture Ratio atau derajat kelembaban untuk sample III dapat dihitung dengan rumus :

Dengan :

MRspes1 = - 0,349 ln(x) + 1,4226

MRspes2 = - 0,356 ln(x) + 1,4246

(76)
(77)

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

V.1Kesimpulan

1. Faktor cuaca sangat mempengaruhi dalam melakukan pengujian pengeringan coklat dengan metode thin layer ini, sehingga dapat mempengaruhi nilai dari efisiensi mesin yang dikehendaki.

2. Nilai efisiensi yang diperoleh pada pengujian coklat dengan menggunakan metode

thin layer ini adalah sebesar 66,7%

3. Adapun karakteristik pengeringan coklat yang dilakukan secara alami maupun

dengan menggunakan Mesin Pengering diperoleh :

• Pada Sample I

Hasil pegeringan dengan Mesin Pengering MRspes1 = - 0,309 ln(x) + 1,2733

(78)

V.2. Saran

1.Perlunya melakukan penelitian dengan menggunakan metode lainnya sehingga dapat

membandingkan nilai efisiensi mesinnya.

2. Untuk mendapatkan data yang akurat, perlu diperhatikan alat ukur yang akan

digunakan dan harus memenuhi standarisasi yang ada.

3. Perlunya melakukan pengujian secara berulang untuk mendapatkan hasil data yang

lebih akurat.

4. Untuk meningkatkan kinerja alat pengering yang lebih baik lagi agar dapat bekerja

dengan baik, perlu usaha pengembangan terhadap alat pengering ini. Seperti

(79)
(80)

DAFTAR PUSTAKA

1. M. Pons and J.J. Guilleminot, Design of an experimental solar-powered,

solid-adsorption ice maker, Transactions of the ASME, Journal of Solar Energy

Engineering 108 (1986) 332-337.

2. J.P.Holman, Perpindahan Kalor, Ahli bahasa Ir.E. Jasjfi M.Sc., Penerbit Eelangga,

1994.

3. Department of Mechanical Engineering, Sathyabama University, Chennai, 600 119,

India

4. Institute for Energy Studies, College of Engineering, Anna University, Chennai, 600

025, India

5. School of Manufacturing Engineering, University of Ontario Institute of

Technology, 2000 Simcoe Street North,Oshawa, ON L1H 7K4, Canada

6. Department of Mechanical Engineering, KFUPM, Dhahran 31261, Saudi Arabia

7. A. Esper and W. MiihlbauerInstitute for Agricultural Engineeringin the Tropics and

Subtropics, Hohenheim University, Stuttgart, Germany

8. Physics Department, Faculty of Science, Tanta University, Tanta, Egypt

9. Auliya Burhanuddin,1993. karakteristik kolektor surya plat datar dengan variasi

jarak penutup dan sudut kemiringan kolektor, UNS

10.Yusuf Suryo Utomo, Mamat, Sugiyatno, 1994. Pengujian kolektor tipe

matriks,P3FT –LIPI

11.Sugiatno, Yusuf Suryo Utomo, Mamat, 1995. Analisa kinerja kolektor energi surya

untuk pengering coklat tipe plat aliran udara di atas absorber, P3FT-LIPI.

12.: http/www.jut3x.multiply.com/journal/item/5/metode_pengeringan

13.: http/www.blogspot.energy.com/recovery/solar-php/solar_thermal_energy

14.: http/www.wikypedya.com/green_energy/explo/ste

Gambar

Gambar 3.1 Coklat.
Gambar 3.2 Mesin pengering.               Gambar 3.3 Skema Mesin Pengering
Gambar 3.5aHobo Micro Station data logger.
Gambar 3.6bHobo Micro Station smart sensor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerbit jurnal yang diharapkan mampu memuat artikel-artikel berkualitas, dibaca oleh kalangan akademisi yang luas, dan disitasi oleh para penulis ilmiah, berupaya untuk

Dalam rangka mewujudkan  penyelenggaraan pemerintahan yang berhasil dan  bebas  dari  KKN  melalui  media  Pelaporan  Akuntabilitas  Kinerja  Instansi 

Campuran kulit kopi dgn dedak di siram dengan inokulan cair secara merata dengan perbandingan 1 galon inokulan : 250 kg

Fenomena ini diperoleh dengan membuat variasi tegangan listrik yang diberikan kepada piranti LED sehingga piranti tersebut memiliki prospe untuk menjadi piranti alternatif

Kajian mendapati kebanyakan guru berpendapat bahawa mereka merupakan guru sains yang kreatif dan memahami apa itu kreativiti. Berdasarkan penjelasan yang diberi

Hal  yang  berhubungan  erat  dengan  kasus  penyelundupan  yaitu  masalah  prosedur  penyitaan  yang  dapat  dilakukan  oleh  aparat  penegak  hukum  pada 

Total APBN (Juta)

Pada penelitian ini, pati umbi Genus Metroxxlen, Sp akan dimasukkan pengkuat ZnO untuk menghasilkan bioplastik dalam usaha memperbaiki kelemahan dari sifat mekanis