PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK (LOSSES)
CPO YANG TERDAPAT PADA TANDAN KOSONG
DI PTP.NUSANTARA IV (PERSERO)
UNIT KEBUN PABATU
TEBING TINGGI
TUGAS AKHIR
ANRUL YUSUF NASUTION
112401002
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK (LOSSES)
CPO YANG TERDAPAT PADA TANDAN KOSONG
DI PTP.NUSANTARA IV (PERSERO)
UNIT KEBUN PABATU
TEBING TINGGI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat memperoleh ahli madya
ANRUL YUSUF NASUTION
112401002
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Penentuan Persentase Kehilangan Minyak(Losses) CPO Yang Terdapat Pada Tandan KosongDi PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi
Kategori : TugasAkhir
Nama : Anrul Yusuf Nasution Nomor Induk Mahasiswa : 112401002
Program studi : D-3 Kimia Industri Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika DanIlmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan,10 Mei 2014
DisetujuiOleh
Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing,
Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, MS Dr. Yuniarti Yusak, MS
NIP. 195408301985032001 NIP.194901271980022001
PERNYATAAN
PENENTUAN PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK (LOSSES)CPO YANG TERDAPAT PADA TANDAN KOSONG
DI PTP.NUSANTARA IV (PERSERO) UNIT KEBUN PABATU
TEBING TINGGI
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing - masing disebutkan sumbernya.
Medan, 10Mei 2014
PENGHARGAAN
Alhamdulillahirobbil Alamin segala puji hanya bagi Allah SWT yang senantiasa mencurahkan Rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Penentuan persentase kehillangan minyak (losses) CPO yang terdapat pada tandan kosong di PTP.Nusantara IV (Persero) unit kebun pabatu Tebing Tinggi guna melengkapi tugas sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan program studi D-3 Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya dan teristimewa kepadaKedua orang tua penulisayahanda Diris Nasution dan ibunda Salamah Nasution yang telah membesarkan dan melimpahkan banyak kasih sayang kepada penulis. Serta abang - abang penulisAfrizal Yusuf Nasution, Hairil Yusuf Nasution, Khoirul Yusuf Nasution, dan kakak penulis Derliani Nasution, dan adik - adik penulis Arliani Nasution dan Yuni Andriani Nasutionyang telah memberikan dorongan baik moral maupun material.
Selain itu Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:
1. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia Industri FMIPA USU.
3. Ibu Dr, Yuniarti Yusak, MS selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan teliti memberikan pengarahan dan bimbing kepada penulis.
4. Bapak Ujang selaku kepala laboratorium, bapak Alfi Nursyahrin selaku Asisten pengolahan dan seluruh Stap dan karyawan PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu,Tebing Tinggi
5. Teman - teman PKL penulis: Ahmad Ridhoan, Widya Mustika Sari, dan Elfrida Syami Siregar yang sama - sama berjuang selama PKL
6. Kepada sahabat penulisKiki, Arif, Aziz, Adit, Firman, Irham dan IMAKIN 0’11 yang telah banyak membantu penulis untuk mengerjakan karya ilmiah ini.
7. Kepada Sakinah Pulungan yang banyak membantu penulis dan memberikan motivasi mulai dari awal sampai selesainya tugas akhir ini.
ABSTRAK
Tandan kosong dari buah kelapa sawit yang digunakan untuk pengolahan CPO (Crude
Palm Oil) masih mengandung minyak karena pengaruh penumpukan buah pada Auto Feeder dan kecepatan putaran Threser.Analisa minyak yang terjadi dilakukan dengan
PERSENTAGE DETERMINATION OF CPO LOSSESWHICH CONTAINED IN EMPTY BUNCHES
AT PTPN IV (PERSERO) PABATU LAND UNITS
TEBING TINGGI
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR SINGKATAN ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 1
1.2Permasalahan 2
1.3Pembatasan Masalah 2
1.4Tujuan 3
1.5Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan 28
3.1.1 Alat 28
3.1.2 Bahan 28
3.2 Prosedur Penelitian 28
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan 30
4.2 Perhitungan 30
4.3 Pembahasan 31
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 32
5.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
Tabel 2.5.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
Dan Minyak Inti Kelapa Sawit. 24
DAFTAR SINGKATAN
SOP = Standar Operasi Prosedur. TBS = Tandan Buah Sawit.
TKKS = Tandan Kosong Kelapa Sawit. RPM = Rotation Per Menit.
EBC = Empty Bunch Conveyor. COT = Crude Oil Tank.
CST = Continuous Settling Tank.
OT = Oil Tank.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran
ABSTRAK
Tandan kosong dari buah kelapa sawit yang digunakan untuk pengolahan CPO (Crude
Palm Oil) masih mengandung minyak karena pengaruh penumpukan buah pada Auto Feeder dan kecepatan putaran Threser.Analisa minyak yang terjadi dilakukan dengan
PERSENTAGE DETERMINATION OF CPO LOSSESWHICH CONTAINED IN EMPTY BUNCHES
AT PTPN IV (PERSERO) PABATU LAND UNITS
TEBING TINGGI
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di eraglobalisasi ini perkembangan sektor industri sangat pesat dengan adanya
peningkatan kebutuhan penduduk.termasuk perkebunan kelapa sawit yang dapat
dikategorikan sebagai hutan (karna berfungsi sebagai ekologis hutan), selain itu
perkebunan kelapa sawit juga memiliki perakaran yang massif (padat), berlapis serta
permukaan tanahnya mengandung banyak bahan organik seperti pelepah daun dan
batang yang berfungsi sebagai bagian dari konservasi tanah(Tim Penulis GAPKI.2013).
Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman agroindustri yang dapat
menghasilkan minyak goreng.Dimana minyak kelapa sawit ini merupakan barang ekspor
sebagai bahan yang dapat menggantikan minyak kelapa dan saat ini perkembangan
produksi minyak kelapa sawit sangat cepat meluas di Indonesia. Dalam perekonomian
Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena
komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu minyak
kelapa sawit juga merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai
diseluruh dunia. Sehingga komoditas kelapa sawit ini mampu menciptakan
Kelapa sawit yang diolah disuatu industri menghasilkan minyak sawit, inti sawit,
cangkang, serat, dan tandan kosong. Dalam proses pengolahan pemisahan antara
brondolan dengan tandan kosong sering terjadi tingginya kehilangan minyak pada
tandan koosong kelapa sawit(Naibaho,P.1996).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menambil judul :
Penentuan Persentase Kehilangan Minyak( Losses )CPO Yang Terdapat Pada Tandan
Kosong DI PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu, Tebing Tinggi.
1.2 Permasalahan
Pada Stasiun Penebah (pembanting) ini, tandan buah segar di proses sedemikian
rupa hingga mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adapun perlakuan yang
terdapat pada stasiun ini yaitu berupa proses pemisahan antara brondolan buah sawit
dengan tandan kosong untuk pengepresan minyak sawit.
Dari uraian diatas timbul permasalahan berapa besar jumlah persentase
kehilangan minyak (Loses) CPO yang terdapat pada tandan kosong di PTP.Nusantara
IV (Persero) Unit Kebun Pabatu, Tebing Tinggi.
1.3 Pembatasan masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dibatasi pada penentuan
1.4 Tujuan
Adapun tujuan tugs akhir ini untuk mengetahui besarnya persentase kehilangan
minyak yang diproleh dari hasil ekstraksi tandan kosong.
1.5 Manfaat
Memberikan petunjuk agar dapat mengetahui perbandingan persentase losis
minyak pada tandan kosong sehingga tidak melebihi norma kehilangan minyak untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit
Menurut hunger (1924) pada tahun 1869 pemerintahan kolonial belanda
mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 di musi
Hulu.
Bapak kelahiran industri kelapa sawit di Indonesia adalah seorang yang
berkebangsaan dari Negara Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911
membudidayakan kelapa sawit secara komersial dalam bentuk perkebunan di Sungai
Liput (Aceh) dan Pulo Raja (Asahan).
Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah
berjalan dengan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian
pemerintahan Belanda. Pada masa penduduk Jepang 1942, pemerintah pendudukan
meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya di kirim ke Jepang sebagai bahan
mentah industri perang, kemudian semua terhenti karna terjadi serangan sekutu pada
tahun 1943.
Pada tahun 1947 pemerintahan Belanda merebut kembali dua per tiga dari
perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran (Stoler,1985). Kemudian menjelang akhir
tahun 1948 maskapai maskapai dari perkebunan asing hampir memproleh perkebunan
Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda di ambil oleh
Pemerintahan Indonesia. Namun milik perusahaan Inggris , Prancis, Belgia dan Amerika
di kembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir Desember 1967.
Pada masa pemerintahan Orde Lama relatif perkebunan sawit sangat terlantar
karena tidak ada peremajaan dan rehabilitasi pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun
drastis dan kedudukan Indonesia di pasaran Internasional sebagai pemasokan minyak
sawit nomor satu terbesar sejak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia hingga sekarang
ini.
Pada masa pemerintahan Orde Baru telah mulai membangun kembali
perkebunan kelapa sawit secara besar - besaran dengan mengadakan peremajaan dan
penanaman baru.Selanjutnya pemerintahan telah bertekad pula membangun perkebunan
kelapa sawit dengan mengembangkan melalui berbagai pola.
Sejak tahun 1975 muncul berbagi pola pengembangan kelapa sawit seperti pola
Unit Pelaksanaan Proyek (UPY) dan Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat
Sumatera Utara(P3RSU).Kemudian Proyek NES/PIRBUN sejak 1977/1978, antara lain
PIR lokal, PIR Khusus, PIR berbantuan. Selanjutnya sejak tahun1986 muncul lagi PIR
TRANS. Dan sejak 1984 berdasarkan surat keputusan menteri pertanian No. 853/1984,
pengembangan perkebunan besar kelapa sawit dilakukan dengan pola PIR.Kemudian
sejak 1986 INPRES nomor 1 tahun 1986 telah ditetapkan bahwa pengembangan
perkebunan dengan pola PIR harus dikaitkan dengan program transmigrasi
Areal kelapa sawit Indonesia meningkat pesat, khususnya pada saat ini. Kalau
dulu perkebunan kelapa sawit hanya terbatas di Sumatera, sekarang terdapat
perkebunan-perkebunan yang luas di Kalimantan, Sulawesi,dan Irian Jaya. Kebun
kelapa sawit harus diremajakan setiap 25 tahun.Dengan demikian dikebun-kebun lama
dewasa ini terdapat tanaman generasi ke-2 atau ke-3. Tampak bahwa dari generasi
kegenerasi intensitas penyakit akar makin meningkat(Semangun,H.2008).
2.2. Varietas dari Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.Varietas-varietas
itu dapat dibedakan berdasarkan tebal dari tempurung dan daging buah, atau berdasarkan
warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa
varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu
menghasilkan produksi yang baik dibandingkan dengan varietas lain.
2.2.1 Berdasarkan Ketebalan Cangkang Dan Daging Buah Kelapa Sawit 2.2.1.1 Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 - 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada
bagian luar tempurung. Daging buah relatip tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35 - 50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan
2.2.1.2 Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal.Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging
biji sangat tipis. Jenis pesifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis
yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina
gugur pada fase dini.Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai induk jantan.
Penyerbukan silang antara pisifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.
2.2.1.3 Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura
dan pisifera.Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat
ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 - 4 mm, dan terdapat
lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara
60 – 90%.Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak daripada dura, tetapi
ukurannya relative lebih kecil.
2.2.1.4 Macro carya
2.2.1.5 Diwikka – wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging
buah.Diwikka - wakka dapat dibedakan menjadi diwikka-wakka dura, diwikka-wakka
pisifera dan diwikka - wakka tenera.Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir
ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia(Tim Penulis PS, 1997).
2.2.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah Kelapa Sawit 2.2.2.1 Nigrescens
Buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah
menjadi jingga kehitam - hitaman pada waktu matang.Tipe buah nigrescens hampir
dominan ditemukan pada varietas tenera yang ditanam secara komersial di Indonesia.
2.2.2.2 Virescens
Pada waktu muda, buah virescens berwarna hijau dan ketika matang warnanya
berubah menjadi jingga kemerahan, tetapai ujungnya tetap kehijau - hijauan.
2.2.2.3 Albescens
Pada waktu muda, buah albescens berwarna keputih - putihan, sedangkan setelah
matang berubah menjadi kekuning - kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam -
2.3 Panen
Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen
sesuai kriteria matang panen, Mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun
tandan dan brondolannya ditempat pengumpulan hasil.
Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang
dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak
paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan
Asam Lemak Bebas atau Free Fatty acid (ALB atau FFA).Hal itu tentu akan banyak
merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah
menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Lagi pula,buah yang terlalu
masak lebih mudah terangsang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah
yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB nya rendah.
Sebaiknya pemanenan dilakukan terhadap semua tandan buah yang telah matang.
Berdasarkan tinggi tanaman, Ada 3 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan
kelapa sawit di Indonesia
1. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan dengan cara panen
jongkok dengan alat dodos.
2. Untuk tanaman yang tingginya 5-10 m digunakan dengan cara berdiri
dan mengunakan alat kampak siam.
3. Ubtuk tanaman yang tingginya diatas 10 m dengan alat arit
Pengolahan bahan kelapa sawit dimaksud untuk memperoleh minyak kelapa
sawit (CPO) dan inti kelapa sawit dari biji (nut). Pada prinsipnya proses pengolahan
TBS menjadi CPO diperlukan pengolahan. Proses pengolahan buah kelapa sawit yang
ada di PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi dapat dilihat dari
daftar lampiran. Pengolahan ini dibagi dalam beberapa stasiun yaitu:
1. Stasiun Penerimaan Buah
2. Stasiun Loading Ramp
3. Stasiun Rebusan (Sterilizzer)
4. Stasiun Penebah (Threser)
5. Stasiun Kempa (Pressings Station)
6. Stasiun Klarifikasi (Pemurnian Minyak)
2.4.1 StasiunPenerimaan Buah (Fruit Reception) 2.4.1.1 Jembatan Timbang (Weight Bridge)
Timbangan berfungsi sebagai tempat atau penimbangan TBS yang dibawa
kepabrik dan hasil produksi pabrik (minyak/inti sawit) serta penimbangan barang lain
yang terkait dengan aktivitas kebun. Data hasil penimbangan TBS dapat juga
dimanfaatkan sebagai alat kontrol untuk evaluasi capaian rendeman dan kapasitas olah
pabrik.Kapasitas timbangan di pabrik kelapa sawit PTP.Nusantara IV (Persero) Unit
2.4.1.2 Sortasi TBS
Sortasi TBS dilakukan di LoadingRamp. Mutu dan hasil rendemen olah sangat
dipengaruhi oleh mutu tandan dan mutu panen.Sortasi TBS sebagai alat untuk menilai
mutu panen yang dilaksanakan setiap kebun yang mengolah buah di pabrik dengan
menentukan samua trukyang dianggap mewakili setiap afdeling kebun.Untuk
pengiriman TBS dan pihak ke III, maka sortasi dilakukan terhadap semua truk.Sebelum
dibongkar, diambil sekitar 40 brondolan, untuk mengetahui apakah buah termasuk jenis
dura atau tenera.Untuk TBS dan pihak ke III, buah yang ditolak adalah buah mentah
(fraksi 00 dan 0), buah dura (bila komposisinya> 15%), dan buah yang beratnya <10
kg.Sortasi buah dilaksanakan sesuai dengan kriteria panen yang terdiri atas beberapa
fraksi.
2.4.2 Stasiun Loading Ramp
Loading Rampadalah tempat untuk melakukan sortasi dan penampungan TBS
sementara menunggu proses pengolahan. Setelah ditimbang,TBS dipindahkan ke
loading rampsebagai tempat penimbunan sementara sebelum tandan buah dimasukkan
ke dalam lori rebusan. Untuk mengetahui mutu TBS yang akan diolah perlu dilakukan
sortasi di loading rampharus dilakukan karena mutu TBS yang akan diolah merupakan
2.4.2.1 Lori
Lori adalah alat yang digunakan untuk menampung/membawa buah dari loading
ramp ke perebusan untuk direbus. Berat rata rata isian setiap lori adalah 2,5 ton TBS.
Jumlah kebutuhan lori disetiap pabrik kelapa sawit tergantung pada besarnya kapasitas
olah per jam pada pks berkapasitas olah 30 ton tbs/jam diperlukan 66 unit lori.Tandan
buah dituang pada tiap-tiap sekat dan diatur dan pintu kepintu lainnya dengan isi sesuai
dengan kapasitas.
2.4.2.2Alat Penarik (Capstand)
Capstandadalah alat penarik lori keluar dan masuk sterilizer (Rebesan) yang
menggunakan gearbox/elektromotor. Sebelum capstand dijalankan, bollard harus dalam
keadaan bersih dan kering untuk menghindari terjadinya tali slip waktu digunakan.
Bollard capstanddijalankan untuk menarik lori dengan melilitkan tali secara teratur dan
tidak bertindih.Bollard dapat digunakan secara sekaligus dua buah (kiri dan kanan)
apabila dijumpai beban berat dengan menghindarkan gesekan tali pada
frame.Permukaan bollard harus rata dan tidak rusak karena aus.
2.4.2.3 Transfer Carriage
Transfer carriagemerupakan suatu alat pemindah lori yang telah berisi TBS dari
jalur rel loading ramp ke jalur rel rebusan yang posisinya berada dibelakang
unit dan hanya mampu memindahkantiga unit loriyang masing-masing loriberatnya ±
2,5ton.
2.4.2.4Jaringan Rel (Rail Track)
Relmerupakan jalur tempat loriberjalan, rel harus rata dan tidak naik turun, tidak
bengkok dan jarak rel kiri dan kanan harus tetap yaitu sekitar 60 cm.
2.4.3 Stasiun Rebusan (Sterilizing Station) 2.4.3.1 Lori Rebusan (Boogies and cages)
Lori rebusan adalah alat yang digunakan untuk mengangkut media atau tempat
perebusan buah. Lori rebusan diisi penuh dan merata sebanyak ± 2,5ton TBS lori.
Jika isi dan lori ton tadi terlalu penuh maka akan mengakibatkan:
1. Kerugian minyak pada air kondensat rebusan.
2. Buah terjatuh dalam rebusan.
3. Penyumbatan saringan pipa-pipa kondensat.
4. Kerugian waktu karena buah yang jatuh berada jauh dalam rebusan sehingga
harus menunggu perebusan tersebut dingin untuk membersihkan lori yang jatuh.
5. Kerugian steam.
6. Kerugian alat-alat.
2.4.3.2 Rebusan (Sterillizer)
Ketel rebusan adalah bejana uap yang digunakan untuk merebus buah
Tujuan perebusan antara yaitu :
1. Mematikan enzim-enzim untuk mencegah berlanjutnya proses kenaikan asam
lemak bebas (ALB),
2. Mengurangi kadar air dalam buah.
3. Memudahkan berondolan lepas dan tandan.
4. Melunakkan daging buah agar lumat dalam digester.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses perebusan dengan tekanan 2,8
- 3 Kg/cm2 dan temperatur 135 - 140°C dengan lama perebusan antara 85 -90 menit serta
siklus perebusan 105 menit.
Sistem perebusan yang ada saat ini di PKS PTPN IV (Persero) kebun pabatu
adalah sistem tiga puncak (triple peak).Triple peakadalah jumlah puncak yang terbentuk
selama proses perebusan.Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukan dan jumlah
pembukaan atau penutupan dan uap masuk atau keluar selama perebusan berlangsung
yang diatur secara manual dan otomatis.
1. Holding time 40-5 0 menit.
2. Tekanan 2,8-3,0 kg/cm2, (sesual kondisi buah).
3. Sikius merebus kecil 100 menit.
4. Tidak ada kebocoran steam.
5. Air kondensat tidak menggenang.
2.4.4 Stasiun Penebah TBS (Threser) 2.4.4.1 Alat Pengangkat (Hoisting Crane)
Hoisting Craneberfungsi untuk mengangkat lori berisi buah dan menuangkan
kedalam auto feederserta menurunkan lori kosong ke posisi diatas rel menuju loading
ramp.
2.4.4.2 Auto Feeder
Auto Feeder adalah tempat penampungan buah masak hasil tuangan hoisting
crane Yang dapat mengatur pemasukan buah ke dalam alat penebah (Trheser) secara
otomatis.
2.4.4.3 Penebah (Threser)
Threser adalah alat yang digunakan untuk melepas dan memisahkan buah dan
tandan. Melalui kisi kisi brondolan jatuh ke conveyor(Bottom Fruit Conveyor) dan
tandan terdorong keluar ke conveyor tandan kosong (Empty Bunch Conveyor) menuju
hopper.
2.4.4.4 Conveyor Tandan Kosong
Alat ini digunakan untuk membawa tandan kosong dari threser ke penampungan
2.4.4.5 Timba Buah(Fruit Elevator)
Fruit Elevator atau timba buah adalah alat untuk mengangkut buah/brondolan
dari bottom cross conveyor (ularan silang bawah) ke top cross conveyor (ularan Silang
atas), kemudian dibawa ke distribution conveyor (ularan Pembagi).
2.4.5 Stasiun Kempa (Pressing Station) 2.4.5.1 Ketel Adukan (Digester)
Ketel adukan adalah alat untuk melumatkan berondolan, sehingga daging buah
terpisah dari biji.Ketel adukan ini terdiri dan tabung silinder yang berdiri tegak yang
didalamnya terpasang pisau-pisau pengaduk (strirring arms).Jumlah pisau ada 6 tingkat
yang terdiri dari 5 tingkat pisau pengaduk dan 1 tingkat pisau lempar yang berada pada
bagian bawah.
Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas sekitar 90 - 95°C,yang
diberikan dengan caramenginjeksikanpemanasan mantel (jacket).Jarak pisau dengan
dindingdigestermaksimum 15 mm.Pelumatan dilakukan dengan cara memasukkan buah
masak atau berondolan keconveyor pembagi ke dalam ketel adukan, pengisian harus
penuh dan pintu digester harus tertutup, setelah pengadukan berjalan ± 15 baru pintu
dibuka ± ¾.
2.4.5.2 Pengempa (Press)
Pengempa digunakan untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging
berlubang-pengempa, yang dapat digerakkan maju-mundur secara hidrolik. Massa yang keluar dan
ketel adukan melalui feeder screwbagi kempa yang memakainya (sebagai minyak
keluar) masuk dalam main screwuntuk di kempa lebih lanjut.
Minyak yang keluar dan feed screwdan main screwditampung dalam talang
minyak (oil gutter).Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada feeder
screwdilakukan injeksi dan penambahan air panas.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Ampas kempa (Press Cake)harus keluar merata disekitar konus.
2. Tekanan hidrolik path akumulator 30 - 40 kg.
3. Pada akhir pengoperasian ataupun bila terjadi gangguan, sehingga screw
pressharus berhenti untuk waktu yang lama, maka Screw Pressharus
dikosongkan.
2.4.6 Stasiun Klarifikasi
Pada stasiun ini minyak kasar diproses sedemikian rupa hingga mencapai hasil
yang lebih murni yang sesuai atau yang diharapkan. Adapun perlakuan yang terdapat
pada stasiun ini yaitu:
1. Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank).
2. Saringan Getar (Vibrating Screen).
3. Bak RO atau Crude Oil Tank.
4. Continuous Settling Tan (CST).
7. Vacum Dryer.
8. Tangki Timbun.
9. Brus Stainer.
13. Pre Cleaner.
14. Balance Tank.
15. Sentrifusi Sludge (Sludge Separator).
13. Fat pit.
2.4.6.1 Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank)
Tangki pemisah pasir berfungsi untuk pengendapan pasir dari minyak kasar yang
berasal dari oil gutter (talang minyak mentah).
2.4.6.2 Saringan Getar (Vibrating Screen)
Vibrating Screen berfungsi untuk memisahkan massa padatan berupa ampas
yang terikut minyak kasar. Massa ampas yang disaring dikembalikan ke timba buah
untuk diproses kembali sedangkan cairan minyaknya ditampung pada tangki minyak
kasar.
2.4.6.3 Bak RO atau Crude Oil Tank
Bak RO atau Tangki Crude Oil adalah tangki penampung crude oil atau minyak
kasar yang dilengkapi pipa pemanas steam coil (temperatur 95°C). Fungsi Tangki Bak
2.4.6.4 Continuous Settling Tank (CST)
Continuous Settling Tank (CST) adalah tangki berkapasitas 70 ton/90 ton/120 ton
yang difungsikan untuk memisahkan (mengutip minyak) dengan sludge dalam
temperatur yang tinggi dan kondisi cairan yang tenang sehingga terjadi pengandapan.
Sistem pemisahan minyak dan sludge terjadi karena adanya perbedaan berat jenis.sludge
yang mempunyai berat jenis lebih besar mengandap ke bawah, sedangkan minyak yang
berat jenisnya lebih keil akan naik ke atas.
2.4.6.5 Oil Tank
Oil Tank adalah tangki penempung minyak sementara hasil pemisahan minyak di
CST, sebelum diproses di oil purifier dan vacum dryer.Pada tangki ini minyak dipanasi
sebelum diolah lebih lanjut pada sentrifius minyak atau oil purifier.
2.4.6.6 Sentrifusi Minyak (Oil Purfier)
Oil Purifier adalah alat yang berfungsi untuk memurnikan atau memisahkan air
dan kotoran yang masih ada dalam minyak. Minyak dari oil tank yang di alirkan ke
oilpurifier masih mengandung air dan kotoran , tetapi sudah lebih kecil dari minyak
yang masuk ke oil tank akibat proses pemanasan dan pengandapan.
2.4.6.7Pengeringan Minyak ( Vacum Dryer)
Vacuum Dryerberfungsi untuk memisahkan air yang masih terkandung dalam
2.4.6.8Tangki Timbun
Tangki timbun adalah suatu alat dengan berbagai kapasitas yang berfungsi untuk
menampung produksi minyak hasil olahan pabrik sebelum dikirim ke pembeli.
Disamping itu fungsi tangki timbun adalah :
- Menjaga kualitas CPO tetap standart
- Sebagai fasilitas yang efisien dan cepat untuk pengiriman CPO.
2.4.6.9 Saringan Berputar (Brush Strainer)
Saringan ini dipakai untuk memisahkan serabut yang masih ada di dalam Sludge
Separator.Alat ini terdiri dan tabung silinder yang berlubang-lubang halus dengan
sikat-sikat yang berputar bersama poros di tengah silinder tersebut. Cairannya telah tersaring
keluar dan bagian atas untuk menuju ke dalam desander, sedangkan serabut/sampah
dibuang dan bagian bawah.
2.4.6.10 Pre Cleaner
Minyak keluar darisaringan berputar masih mengandung pasir untuk membuang
pasir itu digunakan sludge pre cleaner.Alat ini pada bagian atasnya berbentuk silinder
dan bagian bawahnya berbentuk konus yang terbuat dan bahan keramik.Di bawah konus
terdapat tabunng pengendapan pasir.Cairan ini dipompakan pada bagian samping atas,
Sehingga cairan berputar dalam tabung dan konusnya yang mengakibatkan timbulnya
gaya sentripugal. Gaya ini menyebabkan pasir turun ke bawah dengan cepat untuk
2.4.6.11 Balance Tank
Balance Tankadalah tangki penampungminyak yang dipompakan dari BakRO
sebelum dimasukkan ke CST.berfungsi untuk mengurangi tekanan cairan yang
dipompakan ke CST sehingga cairan di CST dalam kondisi tenang.
2.4.6.12 Sludge Tank
Sludge Tank adalah tangki penempung sementarasludge dari hasil pemishan
CST sebelum diolah ke sludge separator. Sludge tank ini berbentuk silinder yang bagian
bawahnya berbentuk krucut yang dilengkapi kran untuk spui endapan
(kotoran).pemanasan dalam tangki ini dilakukan dengan system steam coil dan
temperatur cairan dalam tangki 95-100°C.
2.4.6.13 Sludge Separator
Sludge Separator adalah alat untuk memisahkan minyak dari sludge dengan
gayasentrifugal yang ditimbulkan dari putaran 5.000 rpm. Minyak yang berat jenisnya
lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar. Minyak hasil pengutipan
dikirim ke bottom tank kemudian dipompakan ke CST. Sedangkan cairan yang
mempunyai berat jenis lebih berat dibandingkan minyak terdorong kebagian dinding
2.4.6.13 Fat pit
Minyak hasil penyepian darisludge tank, minyak tumpah - tumpahan dan dari
bekas cucian distasiun klarifikasi ditampung dalam bak - bak penampung.Minyak hasil
kumpulan dipanaskan dengansteam injeksi, sehingga minyak yang tertampung di kirim
ke Bak RO. Sedangkansludge dari bak fat pit dialirkan ke deoling pond. Minyak hasil
pemisahan dikirim kembali ke pabrik untuk diproses, sedangkan cairan sludge dialirkan
kembali ke bak limbah(PTPN IV.2010).
2.5 Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit merupakan hasil jadi dari pengolahan kelapa sawit yang berupa
minyak kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit atau minyaknya Palm Kernel
Oil (PKO), minyak sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan terutama dalam
pembuatan margarine, Shortening, atau minyak goreng atau lemak - lemak dalam
pembuatan roti dan kue. Untuk minyak goreng dapat digunakan 100 % minyak sawit,
misalnya dalam pengorengan.
Sebagai minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida, yaitu
senyawa gliserol dengan dengan asam lemak.Minyak sawit termasuk golongan minyak
asam Oleat- Linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan
karotenoida (terutama-βkaroten)(Mangoensoekarjo,S.2003).
Buah sawit berukuran kecil antara 12 -18 gr/ butir yang duduk pada bulir. Setiap
bulir terdiri dari 10 - 18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Beberapa
24 - 30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya
belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah.
Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit
yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada
kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika
- kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah
penyerbukan. Dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah
jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi adalah
pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Minyak yang mula - mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang
mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah
terjadi pembentukan trigiserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Minyak yang
terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong -
kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, Untuk melindungi minyak dari
oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman tersebut membentuk
senyawa kimia pelindung yaitu karoten ( Naibaho,M.P. 1996 ).
Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan dengan minyak goreng lain, Antara lain mengandung karoten dan
tokoferol sebagai sumber vitamin E, Selain itu keunggulan lainnya adalah karena
kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat
dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah
2.5.1 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 % perikrap dan 20 % buah yang
dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikrap sekitar 34 - 40 %. Minyak kelapa
sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang tetap.Rata - rata
komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.5.1Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti KelapaSawit
Asam Lemak Minyak Kelapa sawit
(%)
Minyak Inti Sawit
(%)
Asam kaprilat – 3 – 4
Asam kaproat – 3 – 7
Asam laurat – 46 – 52
Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17
Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9
Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5
Asam oleat 39 – 45 13 – 19
Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2
2.5.2 Mutu Minyak Kelapa Sawit
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak
yang bermutu baik.Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu :
kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan
bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan
kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan
logam berat dan bilangan penyabunan.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan
kadar kotoran lebih kecil dai 0,01 %, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin
(kurang lebih 2 % ), bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning,
(harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau(Ketaren,S.1986).
2.6 Limbah Padat Kelapa Sawit
Limbah padat industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat
proses pengolahan kelapa sawit. Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit
adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Tempurung sawit termasuk juga limbah
padat hasil pengolahan kelapa sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas pada
komposisinya. Komponen terbesar lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa,
Tabel 2.6 komposisi kimiawi Tandan Kosong Kelapa Sawit
Sumber : Fauzi,Y.Kelapa Sawit (2002)
Limbah padat PKS merupakan bahan organik yang mengandung hara yang
diperlukan oleh tanaman, Oleh karena itu aplikasi limbah padat tersebut merupakan
usaha daur ulang sebagian hara (Nutrient Recycling) yang terikut melalui panen Tandan
Buah Segar (TBS) kelapa sawit, sehingga akan mengurangi biaya pemupukan yang
tergolong sangat tinggi untuk budidaya tanaman kelapa sawit.
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) adalah salah satu limbah yang dihasilkan
oleh Pabrik Kelapa Sawit yang tersedia dalam jumlah besar dan berkesinambungan
sepanjang tahun. Sampai saat ini TKKS dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
seperti bahan energi alternatif,mulsa dan kompos (Nainggolan,H.2011).
Tandan buah sawit yang diolah di pabrik akan menghasilkan minyak sawit atau
CPO (Crude Palm Oil), inti sawit, cangkang, serat tandan kosong. Dalam proses
pengolahan di proleh libah padat kelapa sawit berupa tandan kosong, serat dan
tempurung. Limbah padat tandan kosong kadang - kadang mengandung buah tidak lepas
dari tandan dan juga mengan dung minyak diantara celah - celah ulir bagian dalam.
Threser yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit dan kehilangan
minyakpun sering terjadi.
Tabel 2.6.1 Rendemen Limbah Padat Kelapa Sawit
Jenis Persentase Terhadap TBS Hasil Proses
Basah Kering
Tandan Kosong 21 – 23 10 – 12 Bantingan
Serat 8 – 11 5 – 8 Screw Press
Tempurung 5 4 Shell Separator
BAB 3
3.2 Prosedur Penelitian
- Di ambil tandan kosong dari elevator tandan kosong (Empty Bunch Conveyor)
secukupnya.
- Di masukkan ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 130⁰C.
- Di keluarkan tandan kosong dari oven dan didinginkan selama 15 menit
kemudian tandan kosong dimasukkan kedalam timbel dan ditutup dengan kapas.
- Di masukkan kedalam soklet dan diekstraksi selam 5 jam, Setelah ekstraksi
selesai tandan kosong dipisahkan dari N-heksan dengan cara penguapan (sampai
N-heksan menguap).
- Di dinginkan labu yang berisi minyak tersebut selama 30 menit.
- Di timbang untuk mengetahui kadar minyaknya.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Data dan hasil perhitungan kadar Kehilangan Minyak pada tandan kosong adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Data Analisis Kadar Kehilangan Minyak
Tanggal
Sebagai contoh pada tanggal 17/02/2014
Dik : Berat Contoh Basah : 20,1045
Dit : % Kehilangan Minyak ?
Jawab :
% Kehilangan Minyak= Berat Minyak
Berat Sampel x 100 %
= 0,4707
20,1045 x 100 %
= 2,34 %
Untuk sampel berikutnya dilakukan perhitungan yang sama seperti yang diatas.
4.3Pembahasan
Dari uraian diatas,dengan memvariasikan berat sampel yang dianalisa dari tanggal 17
Februari 2014 sampai 21Februari 2014 di PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun
Pabatu Tebing Tinggi, % kehilangan minyak yang diproleh dari tandan kosong adalah
2,30 - 2,34 %. Kehilangan minyak tersebut dipengaruhi oleh penumpukan buah pada
Auto Feederdan kecepatan putaran Threser,Sehingga buah tidak terbanting sempurna
dan mengakibatkan kehilangan minyak. Untuk mengatasi kehilangan minyak tersebut
dilakukan dengan cara mengatur pemasukan buah pada Auto Feeder dan Mengatur
kecepatan putaran Threser. Sehingga kehilangan minyak pada tandan kosong tidak
melebihi standart norma yaitu 3,0 %. Maka mutu sampel yang diuji telah memenuhi
sfesifikasi dari pabrikdan tidak mempengaruhi Rendemen (hasil olah pabrik).Hal ini
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pada Proses penebahan buah (pembantingan) diThreser sangat berhubungan dengan
kehilangan minyak pada tandan kosong. Dalam hal ini, apabila penampungan buah pada
Auto Feeder dan kecepatan putaran pada Threser tidak sesuai dengan standart
prosedurnya maka kehilangan minyak akan tinggi.
Dari analisa tandan kosong yang dilakukan di PTP.Nusantara IV (Persero) Unit
Kebun Pabatu Tebing Tinggi, dapat disimpulkan bahwa penentuan persentase
kehilangan minyak CPO (Crude Palm Oil) yang terdapatpada tandan kosong adalah
2,30-2,34 % dimana hasil tersebut sesuai dengan standar pabrik yaitu ≤ 3,00 %.
5.2. Saran
Diharapkan untuk lebih memperhatikan kondisi penggunaan alat dan kerja alat itu
sendiri.karna hal-hal seperti penumpukan buah pada Auto Feder dan kecepatan
putaranpada Threser yang adapat mempengaruhi kehilangan minyak pada tandan
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi,Y.2002. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ketaren,S. 1986. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI - Press.
Mangoensoekarjo,S, 2003, Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit, Gadjah Mada, University Press, Yogyakarta.
Nainggolan, H.2011. Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan Dan AirGambut
Menjadi Air Bersih. Medan: USU Press.
Naibaho, M.P. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Konisius.
Semangun, H.2008, PenyakitPenyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pahan, I.2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
PTPN IV.2010. Standar Prosedur Operasi (SOP) Pengolahan Kelapa Sawit.
Tim Penulis GAPKI. 2013. Indonesia Dan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Isu
Lingkungan Global.
Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Alur Proses Pemisahan Tandan Kosong Dengan Brondolan Buah Sawit di Stasiun
Penebah
Buah Dari Sterillizer
Hoisting Crane
Auto Feeder
Threse
Brondolan Buah Sawit Tandan Kosong
Conveyor Tandan Kosong Fruit Elevator
Hopper Digester