• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit - Penentuan Persentase Kehilangan Minyak (Losis) CPO yang Terdapat pada Ampas (Fieber) di PTP. Nusantara IV (Persero)Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit - Penentuan Persentase Kehilangan Minyak (Losis) CPO yang Terdapat pada Ampas (Fieber) di PTP. Nusantara IV (Persero)Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Menurut hunger (1924) pada tahun 1869 pemerintahan kolonial belanda

mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 di

Musim Hulu.

Kemudian menjelang akhir tahun 1948 perkebunan asing,Pada tahun 1911

kelapa sawit dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan di sungai

Liput (Aceh) dan Pulau Raja (asahan) oleh Adrien Hallet yang merupakan warga negara Belgia.Pada masa penjajahan belanda pertumbuhan perkebunan besar

kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan

perekonomian pemerintahan belanda.Pada masa penduduk jepang 1942,

pemerintah penduduk meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya di

kirim ke jepang sebagai bahan mentah industri perang, kemudian semua terhenti

karna terjadi serangan sekutu pada tahun 1943.

Hampir memperoleh perkebunan mereka masing-masing dan menjadi

milik mereka kembali.Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai

Belanda di ambil oleh Pemerintahan Indonesia.Namun milik perusahaan Inggris

Prancis, Belgia dan Amerika di kembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir

Desember 1967.

Pada masa pemerintahan Orde Lama perkebunansawit menurun karena

tidak ada peremajaan dan rehabilitasi pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun

(2)

minyak sawit nomor satu terbesar sejak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia

hingga sekarang ini.

Pada masa pemerintahan Orde Baru telah mulai membangun kembali

perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran dengan mengadakan peremajaan

dan penanaman baru.Selanjutnya pemerintahan telah bertekad pula menbangun

perkebunan kelapa sawit dengan mengembangkan melalui berbagai pola.

Sejak tahun 1975 muncul berbagi pola pengembangan kelapa sawit seperti

pola Unit Pelaksanaan Proyek (UPY) dan Proyek Pengnbangan Perkebunan

Rakyat Sumatera Utara (P3RSU).Kemudian Proyek NES/PIRBUN sejak

1977/1978, antar lain PIR lokal, PIR Khusus, PIR berbantuan. Selanjutnya sejak

tahun1986 muncul lagi PIR TRANS. Dan sejak 1984 berdasarkan surat keputusan

menteri pertanian No. 853/1984, pengembangan perkebunan besar kelapa sawit

dilakikan dengan pola PIR.Kemudian sejak 1986 INPRES nomor 1 tahun 1986

telah ditetapkan bahwa pengembangan perkebunan dengan pola PIR harus

(3)

Tabel 2.1.Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Varietas Deskripsi

Dura - Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm.

- Tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung.

- Daging buah relatif tipis antara 35-50%.

- Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

- Dalam persilangan varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.

Pisifera - Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada.

- Daging buahnya tebal, sedangkan daging bijinya sangat tipis.

- Jenis pisifera tidak diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain dan dalam persilangan dipakai sebagai pohon jantan.

Tenera - Mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera.

- Tempurung tipis dengan ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm.

- Terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. - Daging buah tebal antara 60-96%.

- Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada dura, tetapi relatif kecil.

Marcocarya - Tempurung yang sangat tebalsekitar 5 mm. - Daging buahnya sangat tipis.

(4)

2.2.Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak dalam bentuk umum tidak berbeda trigliseridanya, hanya yang

berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut minyak jika berwujud cair pada suhu

kamar dan lemak jika berwujud padat pada suhu kamar.Titik leleh minyak dan

lemak tergantung pada strukturnya, biasanya meningkat dengan bertambahnya

jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan rangkap atom karbon juga berpengaruh,

dimana semakin banyak ikatan rangkap atom karbon lemak akan semakin cair di

dalam suhu kamar.Sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti

asam stearat dan palmitat berwujud padat. Semua jenis lemak tersusun oleh asam

– asam lemak yang terikat oleh gliserol. Di bawah ini adalah struktur umum kimia

minyak dan lemak.

H2C - O - C - R1

HC - O - C - R2

H2C - O - C - R3 O

O

O

trigliserida

Gambar 2.1 Senyawa Trigliserida

Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak,

yang disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan

tidak bercabang. Lemak dan minyak seringkali diberi nama devirat asam-asam

lemak. Misalnya, tristearat dari gliserol diberi nama tristearin, dan tripalmitat dari

gliserol, dan tripalmitat dari gliserol,disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat

juga diberi nama dengan cara yang biasa di pakai untuk penamaan suatu ester:

(5)

CH2O2(CH2)16CH3

Reaksi hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh dan

dapat mengandung ikatan – ikatan rangkap. Konfigurasi disekitar ikatan rangkap

apa saja dalam asam lemak alamiah adalah C18 suatu konfigurasi yang

menyebabkan titik leleh yang rendah.(Fesenden,1986).

Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida

atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan.Asam ini adalah asam

karboksilat dengan rumus umum:

R- C - OH

O

asam karboksilat

Dimana, R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan

terdiri atas 4 atau sampai 24 buah atom karbon.Rantai karbon yang jenuh adalah

rantai karbon yang tidak mengandung ikatan rangkap yang disebut rantai karbon

tidak jenuh.Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon

genap.Makin panjang rantai karbon makin tinggi titik leleh dari asam

lemak.Apabila dibandingkan dengan asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh

mempunyai titik lebur lebih mudah.Asam lemak apabila larut dalam air, kelarutan

(6)

Asam lemak jenuh penyusun fraksi padat terdiri dari, asam miristat (1%),

asam palmitat (45%), dan asam stearat(4,5%), Sedangkan asam lemak tidak jenuh

penyusun fraksi cair terdiri dari,asam oleat (39%) dan asam linoleat (10%).( Tim

Penulis,1997).

Gambar 2.2 (a) asam palmitat (b) asam oleat

Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam sawit yaitu asam

palmitat C16 (jenuh) dan asam oleat C18 (tidak jenuh). Beberapa komposisi asam

lemak yang umum dapat dilihat pada Table 2.2 adalah:

Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak

Komponen Jumlah (%)

Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat.Hal ini karena

minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom

karbon lebih dari C18.Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang

dikandung.Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang

(7)

2.3.Minyak Kelapa Sawit

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan

minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis). Kelapa sawit di kenal terdiri dari empat macam tipe atau varietas kelapa sawit berdasarkan ketebalan tempurung

dan daging buah, yaitu dura, pisifera, tenera, dan macrocarya.

Minyak kelapa sawit mengandung beberapa asam lemak yaitu asam

organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari

hewan atau tumbuhan.Ada beberapa asam lemak yaitu asam kaprilat, asam

kaporat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat dan

asam linoleat.

Minyak sawit tersusun dari unsur-unsur C, H dan O. minyak inti sawit

terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang.

2.3.1 Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang

bermutu baik. Ada beberapa Faktor yang menentukan standar mutu adalah

kandungan air ,kotoran, asam lemak bebas, warna, bilangan peroksida dan daya

pemucatan. Faktor lainya adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining

loss, plasticity, spreadability, sifat transparan, kandungan berat dan bilangan

penyabunan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan dari sifat pohon

induk penanganan pada masa panen, atau selama pemprosesan dan pengangkutan

TBS (Tandan Buah Sawit).(Tim Penulis,P.S.1997).

Standar mutu Special Prime Bleach ( SPB ),dibandingkan dengan mutu

(8)

Tabel 2.3. Mutu Minyak Sawit

Kandungan SPB Ordinary

Asam lemak bebas

Sumber : Ketaren, S,1986

2.3.2.Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Komposisi kimia minyak kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% persikrap

dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak sekitar 34-40%.

Minyak Kelapa Sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang

tetap. Rata - rata komposisi asamlemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada

Tabel 2.4berikut ini:

Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa sawit

(%) (CPO)

Minyak Inti Sawit (%) (PKO)

(9)

2.4.Stasiun Kempa (Pressing Station)

Stasiun pressan kempa merupakan stasiun yang berfungsi untuk memisahanatau

mengeluarkan minyak dari buah dengan cara mengpress massa brondolan yang

keluar dari digester. Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengaruhi

efisiensi memisahan/mengeluarkan minyak.

2.4.1.Ketel Adukan (Digester)

Ketel adukan adalah alat untuk melumatkan berondolan, sehingga daging buah

terpisah dari biji.Ketel pengaduk ini terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak

(volume 3,2-3,5 m³) yang didalamnya terpasang pisau-pisau pengaduk (strirring arms). Jumlah pisau ada 6 tingkat yang terdiri dari 5 tingkat pisau pengaduk dan 1 tingkat pisau lempar atau buang yang berada pada bagian bawah.pisau-pisau

diikatkan pada as/poros dan digerakkan oleh electromotor. Pisau aduk digunakan

untuk mengaduk/melumatkan brondolan dan pisau bagian bawah (disamping

melumat/mengaduk). Juga dipakai untuk pendorong massa keluar dari ketel

adukan menuju pressan.tekanan arus pada digester 22 kw.

Terjadinya pelumatan brondolan adalah akibat putaran/gesekan pisau dan

dari brondolan itu sendiri. Oleh karena itu semakin banyak isian digester maka

semakin lama waktu tinggal di digester (semakin lama diaduk) dan semakin

menyempurnakan hasil adukan.Penyambungan panjang pisau tanpa

memperhatikan luas penampang pisau adalah kurang efektif dalam menghasilkan

adukan yang sempurna.

Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas sekitar 90-98°C,

(10)

brondolan yang lolos tidak teraduk walaupun berada di dinding digester. Bagian

dalam terletak di antara pisau-pisau digester, dipasang siku penahan sebanyak 20

buah agar proses pengadukan lebih sempurna.

Pada corong digester menuju pressan dipasang pintu yang biasa

dibuka-tutup untuk menahan brondolan dilumatkan dahulu sebelum dipress.Corong

digester tidak berpintu mengakibatkan brondolan tidak di aduk langsung di press,

hal ini yang mengakibatkan peningkatan kehilangan minyak dalam ampas press.

Pada bagian bawah digester dipasang, bottom wearing plat yang berlubang

sebanyak ±1.200 buah dan berdiameter 5mm, disesuaikan dengan desain pabrik.

Lubang-lubang ini gunanya untuk mengalirkan minyak pada berlangsungnya

proses pengadukkan sehingga masa tidak terlalu basah proses pengadukkan dan

pengepressan menjadi lebih efektif. jenis minyak yang mengalir tanpa

pengepressan ini belum terjadi emulsi dan lebih mudah untuk di pisahkan. oleh

karena itu minyak dari digester mutlak harus dialirkan untuk menghindarkan

pembentukkan emulsi.

Pelumatan di lakukan dengan cara:

1. Buah masak (brondolan) dari conveyor pembagi dimasukkan dalam ketel adukan, setelah ketel adukan dijalankan terlebih dahulu.

2. Isian digester harus tetap penuh dan pintu digester menuju pressan pada awal

pengisian brondolan ke digester harus tertutup.

(11)

Beberapa standart perasional (SOP) digester dapat dilihat pada Tabel 2.5berikut

ini:

Tabel 2.5.Standart Operasional (SOP) Digester

No Standart Operasional Prosedur (SOP) digester

1 Isian selama beroperasi ¾ penuh.

2 Minyak mengalir dari bottom plate ke talang (mengalir menuju sand trap).

3 Pisau pengaduk digester tidak aus (jarak ujung pisau dengan dinding maksimum15 mm).

4 Dipasang pipa injeksi steam di bottom plate dengan temperature 90 - 98°C.

5 Pembersihan pemeriksaan bagian luar/dalam digester setiap minggu. Sumber PTPN IV, 2010

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam digester adalahPelumatan atau pemanasan buah harus baik, berarti daging buah dengan sempurna lepas dari biji,

kelihatan dan lumatan harus homogen, Pisau-pisau pengaduk harus pada kondisi

baik, jika aus harus segera diganti, Lubang-lubang bottom wearing plat tidak tumpat dan hal ini ditunjukanadanya aliran minyak dari bottom plat ke talang

minyak (oil gutter).

2.4.1.Kempa(pressan)

Kempa (pressan) adalah alatuntuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari serat-serat daging buah kelapa sawit (pericrap).Alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder)yang berlubang-lubang ±22.000 dan didalamnya terdapat dua buah ulir(screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan arus kempa 30kwdiatur oleh dua buah konus (cones) berada pada bagian ujung pengempa, alat ini dapat digerakkan maju-mundur secara hidrolik. Massa yang keluar dari ketel adukan

(12)

lubang silinder pressdan main screw ditampung dalam talang minyak (oil gutter). Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada oil gutterdilakukan

dan penambahan/pengenceran air panas dari hot water tank dengan temperatur 90

- 95°C. Digunakan air panas untuk membantu malembutkan brondolan sebelum

proses pengepressan.

Beberapa standart perasional (SOP) pressan dapat dilihat pada Tabel 2.6berikut

ini:

Tabel 2.6. Standart Operasional prosedur (SOP) pressan

NO Standart Operasional prosedur (SOP) pressan

1 Jarak screw press dengan silinder press 5 mm.

2 Pergantianscrew dan silinder press sesuai dengan life time.

3 Kandungan minyak dalam ampas press 3,90% minyak terikut biji 9,80% dan persentase biji utuh + inti pecah 46% thd contoh.

4 Kapasitas olah 10-12 ton TBS / jam.

5 Oli gear box, speed reducer, v-belt dan minyak sebelum dioperasikan. Sumber PTPN IV, 2010

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pressan adalah Ampas kempa (press cake) harus keluar merata disekitar konus, Pada akhir pengoperasian ataupun bila terjadi gangguan, sehingga screw press harus berhenti untuk waktu yang lama,

maka screw press harus dikosongkan. Tekanan hidrolik yang terlalu tinggi

mengakibatkan kadar inti pecah dan kerugian inti bertambah, dan bila tekanan

hidrolik terlalu rendah mengakibatkan cake basah, losis minyak pada ampas dan

biji bertambah, pemisahan ampas dan biji tidak sempurna dalam proses di cake

breaker conveyor dan bahan bakar ampas kering yang dapat menyebabkan

(13)

Bila kehilangan minyak dalam ampas (fiber) melebihi norma kemungkinanpenyebabnya adalah:

1. Pada waktu proses perebusan tidak sempurna (kurang masak buah). 2. Pada waktu proses digester kurangnya pelembutan brondolan.

3. Pada waktu proses pengadukkan tidak sempurna temperatur adukan <95°C,

isian digester <¾ bagian, pisau aduk aus, dan aliran minyak kasar dari bottom

plat tidak lancar.

4. Ularan screw press sudah aus.

5. Corong digester yang tidak berpintu mengakibatkan brondolan tidak diaduk

merata pada awal olah tetapi langsung dipressan.

2.4.2.Talang Minyak Mentah

Talang minyak mentah adalah alat penampung minyak hasil dari screw press

untuk di alirkan ke tangki penangkap pasir (sand trap). Besar air suplesi (Pengencer) sebanyak 18 - 20%. Pemberian air pengencer di maksudkan untuk memperlancarkan penyaringan kotoran di vibrating screen dan memudahkan

(14)

2.4.3.Tangki Penangkap Pasir

Alat ini merupakan tangki yang berfungsi untuk mengendapkan pasir dari minyak

kasar yang berasal dari Oil gutter (talang minyak mentah).minyak kasar yang setelah keluar dari tangki Sand trap di alirkan di Bak RO (Raw Oil Tank) melalui getar (vibrating screen). Untuk memudahkan proses pengendapan pasir atau kotoran.

1. Di lakukkan spui sehingga semua pasir dan kotoran-kotoran terbuang keluar.

2. Periksa kebocoran pada tangki.

Gambar

Tabel 2.1.Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan
Gambar 2.1 Senyawa Trigliserida
Gambar 2.2 (a) asam palmitat (b) asam oleat
Tabel 2.3. Mutu Minyak Sawit

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara diunduh dari http://repository.usu.ac.id/ pada januari 2017.. Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian

• Perbedaan antara jumlah kepentingan nonpengendali disesuaikan dan nilai wajar imbalan yang diterima dari penjualan kepemilikan pada IDKM sebesar Rp966.436.687 (Catatan

Microsoft Project® 2003 PERT Chart View.. Microsoft Project® 2003

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian konsisten dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan

m em pert anggungjaw abkan secara jelas keberadaan sebagian milik para det eni ant ara lain berupa uang, dan barang2 lainnya yang t elah disebut para det eni dalam

Keluaran Tersedianya laporan keuangan bulanan dan triwulan 1 Dokumen Hasil Meningkatnya kualitas laporan keuangan bulanan.

Untuk kajian QSAR dalam penelitian ini digunakan analisis regresi multilinear dengan data log (1/IC 50 ) sebagai variabel tidak bebas, sedangkan data muatan bersih atom pada

Pada penulisan ilmiah ini akan diterapkan sebuah sistem jaringan area lokal yang diatur oleh kebijakan yang dibuat yang disesuaikan dengan keperluan mengkondisikan lingkungan kerja