ABSTRAC
ANALYSE PORTOFOLIO INVESMENT AT SHARE, GOLD, AND CERTIFICATE BANK of INDONESIA YEAR 2004-2008
By Desi Aryani
There are a lot of monetary asset choice able to be made invesment choice. Writer research at some asset, that is share, gold, and Certificate Bank of Indonesia (SBI). Share represent one of the invesment alternative owning larger advantage and
Target of this research is to know share risk and return, gold, and SBI. Besides also to know best proportion to yield efficient portofolio between share, gold and SBI, that is portofolio offering maximum expected return at certain risk storey level, or offer minimum risk at storey level of certain expected return. Raised hypothesis at this
research is portofolio between share, gold and SBI will lessen risk storey level at certain rate of return.
ABSTRAK
ANALISIS PORTOFOLIO INVESTASI PADA SAHAM, EMAS, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA TAHUN 2004-2008
Oleh :
Desi Aryani
Terdapat banyak sekali pilihan aktiva keuangan yang dapat dijadikan pilihan
investasi. Penulis melakukan penelitian pada beberapa aktiva, yaitu saham, emas,
dan Sertifikat Bank Indonesia. Saham merupakan salah satu alternative investasi
yang memiliki tingkat keuntungan dan kerugian yang lebih besar dari pada media
investasi lainnya. Pergerakan harga saham yang cepat dan tidak stabil
menyebabkan risiko yang dihadapi investor lebih tinggi dari media investasi
lainnya. Sedangkan emas adalah jenis investasi yang nilainya stabil, likuid, dan
aman secara riil. Harga emas yang mengalami kenaikan yang signifikan
menyebabkan emas layak menjadi salah satu pilihan investasi. Sedangkan
Sertifikat Bank Indonesia merupakan aktiva bebas risiko namun return yang diperoleh lebih kecil. Sikap investor pada umumnya selalu berusaha untuk
menghindari risiko. Strategi yang umumnya dipakai oleh investor untuk
meminimalisir risiko adalah melakukan portofolio, yaitu investor tidak hanya
melakukan investasi pada satu jenis aktiva saja tetapi melakukan kombinasi pada
antara saham, emas dan SBI dapat mengurangi risiko pada tingkat pengembalian
tertentu dan berapakah proporsi kombinasi terbaik yang akan menghasilkan
portofolio efisien antara saham, emas, dan SBI.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui return dan risiko saham, emas, dan SBI. Selain itu juga untuk mengetahui proporsi terbaik yang akan menghasilkan
portofolio efisien antara saham, emas dan SBI, yaitu portofolio yang menawarkan
expected return maksimum pada tingkat risiko tertentu, atau menawarkan risiko minimum pada tingkat expected return tertentu. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah portofolio antara saham, amas dan SBI akan mengurangi
tingkat risiko pada tingkat pengembalian tertentu.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa pembentukan portofolio
efisien aktiva berisiko antara saham dan emas yang memberikan expected return
tertinggi yaitu dengan proporsi 95 % pada saham dan 5 % pada emas. Expected return portofolio yang dihasilkan sebesar 1,293 % dengan tingkat risiko sebesar 6,980 %. Investor dengan memasukkan aktiva bebas risiko maka diperoleh return
dan risiko portofolio baru. Berdasarkan hasil perhitungan, pada proporsi 95 %
dana diinvestasikan pada aktiva berisiko dan 5 % pada aktiva bebas risiko
(Sertifikat Bank Indonesia) diperoleh return portofolio baru sebesar 1,267 % dengan tingkat risiko lebih kecil dari risiko sebelumnya yaitu sebesar 6,631 %.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana.
Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor
pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah
efisien dan cenderung melakukan investasi tanpa melakukan analisis terlebih
dahulu, sehingga sering mengalami kerugian atau memperoleh keuntungan biasa.
Sedangkan investor aktif melakukan pertimbangan atau analisis sebelum
melakukan investasi.
Sikap investor terhadap risiko dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
pengambil risiko (risk seeker), penghindar risiko (risk averter) dan acuh terhadap risiko (indefferent). (Weston dan Copeland,1995:427). Namun secara umum investor selalu berusaha untuk menghindari risiko, oleh karena itu perlu dicari
pemecahan masalah agar investor dapat meminimalisir risiko dengan tingkat
return tertentu.
adalah searah dan linier, artinya makin besar risk yang harus ditanggung para investor maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan.
Investor memerlukan sebuah pemecahan masalah, agar mereka dapat menekan
risiko sekecil mungkin dengan tingkat pengembalian tertentu. Strategi yang
umumnya dipakai oleh investor adalah melakukan portofolio, yaitu investor tidak
hanya melakukan investasi pada satu jenis aktiva saja tetapi melakukan kombinasi
investasi pada berbagai jenis aktiva baik yang berisiko maupun yang tidak
berisiko.
Investor dalam menentukan pilihan kombinasi investasinya tentu akan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai informasi yang
berhubungan dengan investasi yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil
pengembalian yang optimal. Pendekatan yang umum digunakan dalam
membentuk dan mengelola portofolio adalah pendekatan yang ditemukan oleh
Markowitz. Teorinya yang dikenal dengan teori diversifikasi, maka investasi pada
beberapa aset dapat meminimumkan risiko yang ada.
Model Markowitz menggunakan kombinasi aktiva-aktiva yang berisiko, dengan
menggunakan metode ini sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil
dari +1 akan mengurangi risiko portofolio. Semakin banyak sekuritas yang
Terdapat banyak sekali pilihan aktiva keuangan yang dapat dijadikan pilihan
investasi. Investor dalam memilih investasi yang akan dilakukan haruslah teliti,
karena selain mengharapkan keuntungan (return) tetapi juga harus memperhatikan tingkat risiko yang akan selalu menyertainya. Pada umumnya semakin tinggi
tingkat keuntungan (return) yang diharapkan maka akan semakin tinggi pula risiko yang harus dihadapinya.
Penulis dalam penelitian ini akan melakukan kombinasi pada beberapa aktiva
yaitu saham, emas dan Sertifikat Bank Indonesia. Saham merupakan salah satu
alternative investasi yang memiliki tingkat keuntungan dan kerugian yang lebih
besar dari pada media investasi lainnya dalam jangka panjang. Investor yang
menginvestasikan dana pada saham, berharap mendapatkan keuntungan dari
adanya capital gain dan deviden.
Investor membeli saham suatu perusahaan dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan di kemudian hari sesuai dengan jumlah yang diharapkannya, untuk
meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya dibandingkan saat-saat sebelumnya.
Kekayaan yang dimiliki diharapkan dapat berkembang terus-menerus. Namun
semakin besar tingkat pengembalian saham yang ada maka semakin besar pula
tingkat risiko yang harus ditanggung oleh para investor.
Para investor dapat melakukan investasi dengan membeli saham yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat banyak sekali saham-saham yang
mengalami perubahan yang cepat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham di
pasar modal di Indonesia. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham
biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. IHSG dapat dijadikan sebagai
indikator yang mencerminkan keadaan pasar modal di Indonesia. Selain itu IHSG
juga sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio dan memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. Berikut data pertumbuhan IHSG dan jumlah
saham yang diperdagangkan tahun 2004-2008 :
Tabel 1.1 Pertumbuhan IHSG dan Jumlah Saham Yang Diperdagangkan Tahun 2004-2008
Tahun IHSG Pertumbuhan
(%) Jumlah saham
Pertumbuhan (%)
2004 1045.44 - 656.447.198.554 -
2005 1162.64 16,24 712.985.123.204 8,61
2006 1805.52 55,30 924.488.804.314 29,66
2007 2745.83 52,08 1.128.173.554.108 22,03
2008 1355.41 -50,64 1.374.411.626.346 21,83
Rata-rata 18,25 20,53
Sumber : www.idx.co.id, data diolah.
Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (IHSG) dalam
beberapa tahun terakhir cukup signifikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
18,25 %. Tabel 1.1 dapat kita dilihat bahwa IHSG cendrung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, hanya pada tahun 2008 IHSG mengalami
penurunan karena terkena dampak krisis global. Namun jumlah saham yang
dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 20,53 %. Berikut ini
juga disajikan data perdagangan saham yang ada di BEI pada tahun 2004-2008 :
Tabel 1.2 Data Perdagangan Saham Di BEI Tahun 2004-2008
Tahun Volume
Perdagangan Nilai (Rp. M)
Frekuensi Perdagangan (X)
2004 411.768.340.217 247.006,9 3.723.950
2005 401.868.034.588 406.006,3 4.011.916
2006 436.935.587.228 445.708,1 4.805.001
2007 1.039.541.453.055 1.050.154,30 11.861.328
2008 787.775.846.423 1.064.526,2 13.416.702
Sumber : www.idx.co.id, data diolah.
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa volume perdagangan saham di BEI mengalami
peningkatan, hanya pada tahun 2008 mengalami penurunan. Kenaikan volume
perdagangan diikuti pula dengan kenaikan nilai dan frekuensi perdagangan saham.
Semakin meningkatnya IHSG yang diikuti dengan peningkatan nilai saham yang
diperdagangkan menunjukkan bahwa kinerja pasar modal Indonesia semakin
membaik. Hal ini menandakan bahwa investasi pada pasar saham memberikan
prospek keuntungan yang besar bagi para investor sehingga saham layak dijadikan
sebagai pilihan investasi, karena alasan tersebut penulis memilih investasi pada
saham untuk diteliti.
Investor selain menginvestasikan dananya pada aset financial seperti saham, juga
salah satu aset berharga yang dapat dijadikan alternative investasi yang
menguntungkan. Emas adalah jenis investasi yang nilainya stabil, likuid, dan
aman secara riil serta dapat dikelola sendiri. Selain itu masyarakat Indonesia juga
sudah terbiasa menginvestasikan dananya pada emas yang memiliki harga yang
cendrung stabil atau bahkan terus meningkat.
Emas banyak digunakan sebagai standard keuangan di banyak negara dan juga
sebagai perhiasan dan cadangan devisa suatu negara. Sampai saat ini emas
merupakan alat pembayaran yang paling utama di dunia. Emas mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya, dengan demikian emas dapat
dijadikan alternative investasi yang cukup menjanjikan bagi para investor. Berikut
ini disajikan perkembangan harga emas tahun 2004-2008.
Tabel 1.3 Pertumbuhan Harga Emas dan Volume Pedagangan Tahun 2004-2008
Tahun Harga Emas/grm
Pertumbuhan (%)
Volume Perdagangan
Pertumbuhan (%)
2004 131.108 - 332,1 -
2005 161.155 22,92 320,7 -3,4327
2006 190.640 18,30 677,7 111,319
2007 235.980 23,78 890,4 31,38557
2008 230.762 -2,21 1115,3 25,25831
Rata-rata 15,69641 41,13254
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa harga emas selalu mengalami peningkatan yang
signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2007,
hanya saja pada tahun 2008 harga emas mengalami penurunan sebesar 2, 21 %
yang disebabkan oleh krisis global. Namun penurunan yang terjadi tidak terlalu
besar. Selain itu dari tabel 1.3 dapat kita lihat juga bahwa perkembangan volume
perdagangan emas yang ada di Indonesia juga terus mengalami peningkatan, hal
ini karena Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tambang emas,
sehingga emas merupakan salah satu aktiva yang cukup menjanjikan untuk
dijadikan sebagai salah satu pilihan investasi. Berdasarkan alasan tersebut penulis
memilih emas untuk diteliti sebagai pilihan investasi yang cukup menguntungkan.
Tujuan dari investasi yang dilakukan investor adalah mendapatkan return
maksimal dengan dengan tingkat risiko yang kecil. Ketidakpastian keadaan
ekonomi, seperti terjadinya krisis global pada tahun 2008 yang dapat mengganggu
stabilitas perekonomian seperti berdampaknya pada keadaan pasar modal
Indonesia. Untuk mengurangi risiko tersebut para investor dapat melakukan
investasi portofolio pada aktiva bebas risiko seperti dengan melakukan investasi
pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
SBI merupakan aktiva bebas risiko yang mempunyai ekspektasi tertentu dengan
varian return yang sama dengan nol. Apabila investor melakukan investasi pada aktiva bebas risiko maka dana yang dimiliki investor akan aman, sehingga bila
dana yang diinvestasikan pada saham mengalami kerugian, investor dapat
dari melakukan investasi pada SBI maka investor memperoleh return pasti dari tingkat suku bunga. Berikut ini disajikan perkembangan tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia pada tahun 2004-2008 :
Tabel 1.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI Tahun 2004 - 2008 Tahun Bulan Suku Bunga SBI
2004 Jan 8.24 %
Feb 7.77 %
Mar 7.42 %
Apr 7.34 %
May 7.32 %
Jun 7.33 %
Jul 7.37 %
Aug 7.37 %
Sep 7.38 %
Oct 7.40 %
Nov 7.42 %
Dec 7.43 %
2005 Jan 7.42 %
Feb 7.42 %
Mar 7.43 %
Apr 7.53 %
May 7.81 %
Jun 7.98 %
Jul 8.44 %
Aug 8.50 %
Sep 10.00 %
Oct 11.00 %
Nov 12.25 %
Dec 12.75 %
2006 Jan 12.74 %
Feb 12.74 %
Mar 12.73 %
Apr 12.73 %
May 12.74 %
Jun 12.50 %
Jul 12.50 %
Aug 12.25 %
Sep 11.25 %
Oct 11.25 %
Lanjutan Tabel 1.4
Dec 10.25 %
2007 Jan 9.75 %
Feb 9.25 %
Mar 9.00 %
Apr 9.00 %
May 9.00 %
Jun 8.75 %
Jul 8.50 %
Aug 8.25 %
Sep 8.25 %
Oct 8.25 %
Nov 8.25 %
Dec 8.25 %
2008 Jan 8.00 %
Feb 7.94 %
Mar 7.96 %
Apr 7.97 %
May 8.21 %
Jun 8.35 %
Jul 8.77 %
Aug 9.24 %
Sep 9.36 %
Oct 10.39 %
Nov 11.14 %
Dec 10.99 %
Sumber : www.bi.go.id, data diolah
Tabel 1.4 menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI mengalami fluktuasi.
Tingkat suku bunga SBI tertinggi sebesar 12.75 % dan terendah sebesar 7.33%.
Berdasarkan tabel 1.4 juga dapat dilihat pada tahun 2008 saat terjadi krisis global
dan pasar modal Indonesia melemah, tingkat suku bunga SBI justru mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan alasan tersebut penulis memilih
menggabungkan Sertifikat Bank Indonesia ke dalam pilihan investasi. Investor
dengan memasukkan SBI diharapkan dapat mengurangi tingkat risiko yang akan
Gambar 1.1 Perbandingan IHSG dan Harga Emas Tahun 2004-2008
Sumber : www.yahoofinance.com, www.kitco.com, data diolah
Gambar 1.2 Perbandingan IHSG dan Tingkat Suku Bunga SBI Tahun 2004-2008
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pergerakan IHSG lebih tidak stabil
dibandingkan dengan harga emas. IHSG mengalami kenaikan dan penurunan
yang lebih drastis, seperti pada tahun 2008 saat terjadi krisis global IHSG
mengalami penurunan yang cukup tajam, sedangkan pada saat yang sama harga
emas cendrung stabil. Hal ini menandakan bahwa emas merupakan pilihan
investasi yang cukup aman karena tidak terlalu dipengaruhi oleh situasi
perekonomian yang kurang stabil. Penurunan IHSG yang cukup tajam dapat
meningkatkan risiko kerugian yang dihadapi investor. Berinvestasi di saham
memang memberikan keuntungan yang cukup besar, namun hal diimbangi dengan
tingkat risiko yang tinggi pula karena harga saham yang selalu berubah-ubah
dengan cepat. Hal ini berbeda dengan harga emas terus mengalami kenaikan yang
cukup signifikan dari tahun ke tahun dan jarang mengalami penurunan.
Gambar 1.2 juga dapat kita lihat bahwa tingkat suku bunga SBI pada tahun 2008
juga mengalami peningkatan yang berlawanan dengan terjadinya penurunan
IHSG. Pada saat pasar saham mengalami penurunan, investor dapat memilih
menanamkan dananya pada SBI untuk memperoleh return yang lebih maksimal. Sertifikat Bank Indonesia merupakan aktiva bebas risiko, namun return yang diperoleh investor lebih kecil. Tujuan investor adalah memaksimalkan return
yang diharapkan pada tingkat risiko tertentu, dengan memasukkan Sertifikat Bank
Indonesia sebagai pilihan investasi diharapkan dapat mengurangi risiko yang akan
Table 1.5 Return dan Risiko Saham, Emas dan Sertifikat Bank Indonesia Tahun 2004-2008
Aktiva
Return Risiko
Tertinggi Terendah Rata-rata Tertinggi Terendah Rata-rata
Saham 13.63 % -31.42 % 1,29 % 152.16 % 0.045 % 7,32 %
Emas 8,64 % -7,72 % 1,27 % 80,90 % 0,001 % 4,10 %
SBI 12,75 % 7,33 % 0,77 % 0 % 0 % 0 %
Sumber : lampiran 1-3
Tabel 1.5 dapat kita lihat bahwa saham memiliki return sebesar 1,29 % lebih besar dari return emas yaitu sebesar 1,27 % dan return SBI yang sebesar 0,77%. Dengan demikian investasi pada saham lebih menguntungkan dibandingkan
dengan investasi pada aktiva lain karena memiliki expected return lebih tinggi dari aktiva lainnya. Meskipun investasi di pasar modal menjanjikan tingkat return
yang lebih tinggi, namun kita perlu ingat bahwa semakin besar return, maka tingkat risiko yang dihadapinya akan semakin besar pula. Oleh karena itulah
disamping memperhitungkan return, kita juga harus memperhatikan hubungan antara return dengan risiko dalam menentukan pilihan investasi.
Tabel 1.5 menunjukkan bahwa saham memiliki tingkat risiko sebesar 7,32 %
lebih besar dari tingkat risiko emas yang sebesar 4,10 %, sedangkan Sertifikat
Bank Indonesia merupakan aktiva bebas risiko yang memiliki tingkat risiko sama
dengan nol. Risiko dalam investasi saham memang jauh lebih tinggi dari
dibandingkan investasi pada aktiva lainnya, namun saham juga memiliki potensi
lainnya. Hal ini dikarenakan semakin besar risiko yang harus ditanggung para
investor maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan oleh investor. Berdasarkan alasan tersebut maka penulis memilih saham, emas dan Sertifikat
Bank Indonesia untuk diteliti.
Melihat uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai analisis portofolio antara saham, emas dan SBI dengan memilih judul :
“Analisis Portofolio Investasi Pada Saham, Emas, dan Sertifikat Bank
Indonesia Tahun 2004-2008”.
1.2Permasalahan
Investasi pada umumnya berkaitan dengan aktivitas menginvestasikan sejumlah
dana pada aset riil (tanah, emas, mesin, atau bangunan) maupun pada aset
finansial (deposito, saham, ataupun obligasi). Terdapat banyak sekali pilihan
aktiva keuangan yang dapat dijadikan pilihan investasi. Investor dalam memilih
investasi yang akan dilakukan haruslah teliti, karena selain mengharapkan
keuntungan (return) tetapi juga harus memperhatikan tingkat risiko yang akan selalu menyertainya. Pada umumnya semakin tinggi tingkat keuntungan (return) yang diharapkan maka akan semakin tinggi pula risiko yang harus dihadapinya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan investor untuk mengurangi risiko adalah
dengan melakukan portofolio (kombinasi) dengan beberapa aktiva baik yang
dapat dijadikan alternative investasi adalah saham dan emas, sedangkan aktiva
bebas risiko salah satunya adalah investasi pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Analisis portofolio dimaksudkan untuk mencari kombinasi investasi aset yang
efisien, yaitu portofolio yang dipilih dari berbagai alternative kombinasi aset yang
menawarkan tingkat pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu atau
kombinasi saham yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan tingkat
pengembalian tertentu. Namun di dalam membentuk portofolio akan timbul suatu
masalah yaitu terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk
dari kombinasi aktiva yang ada. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak
terbatas.
Memperhatikan uraian yang telah disajikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah portofolio antara saham, emas dan Sertifikat Bank Indonesia dapat
mengurangi risiko pada tingkat pengemballian tertentu ?
2. Berapakah proporsi kombinasi terbaik yang akan menghasilkan portofolio
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui risiko dan tingkat pengembalian saham, emas, dan SBI.
2. Menentukan proporsi terbaik untuk menghasilkan portofolio efisien antara
saham, emas dan SBI dengan menggunakan motode Markowitz.
3. Untuk mengetahui apakah risiko portofolio lebih baik (lebih kecil)
daripada tidak dilakukan portofolio.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak manajemen, pemegang
saham perusahaan, investor dalam mengambil keputusan investasi.
2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya tentang risiko dan tingkat
pengembalian serta analisis portofolio dengan menggunakan metode
1.4Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan pada bagan di bawah ini :
Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran
Investasi portofolio
Saham Sertifikat Bank
Indonesia
Return Risiko Suku Bunga SBI) Return (Tingkat
Portofolio Efisien
INVESTOR Emas
Return Risiko
Portofolio Aktiva berisiko
Aktiva Berisiko
Investor dalam melakukan investasi portofolio aktiva yang mengandung risiko
maupun pada aktiva bebas risiko memperhitungkan besarnya risiko dan tingkat
pengembalian. Aktifitas saham perusahaan di dalam pasar modal dapat digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan. Perubahan harga saham merupakan salah
satu komponen utama dalam perhitungan tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) yang dijadikan alat untuk mengukur prestasi perusahaan.
Total pengembalian dari investasi saham (return) adalah jumlah pendapatan yang berasal dari jumlah kenaikan atau penurunan harga (capital gain or capital loss) ditambah dengan pendapatan dividen. Komponen tingkat pengembalian diperoleh
dari kenaikan atau penurunan harga saham. Harga yang terus meningkat akan
memperbesar tingkat pengembalian investor, dan bagi perusahaan harga yang
tinggi akan memperbesar modal karena agio sahamnya meningkat.
Risiko (risk) suatu perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian (return) saham tersebut harus tinggi pula dan sebaliknya bila risiko (risk) suatu saham rendah maka tingkat pengembalian (return) saham tersebut rendah pula. Investor perlu membaca peluang dan ancaman sebelum memutuskan investasinya dengan
mempertimbangkan risiko dengan return yang diharapkan.
Analisis portofolio dapat ditentukan dengan menggunakan metode Markowitz.,
dengan menggunakan metode ini sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi
lebih kecil dari +1 akan mengurangi risiko portofolio. Semakin banyak sekuritas
adanya aktiva bebas risiko seperti pada Sertifikat Bank Indonesia, investor
mempunyai pilihan untuk memasukkan aktiva ini pada portofolionya. Suatu
aktiva bebas risiko mempunyai ekspektasi return tertentu dengan varian return
sama dengan nol.
Analisis portofolio dimaksudkan untuk mencari kombinasi investasi aset yang
efisien, yaitu portofolio yang dipilih dari berbagai alternative kombinasi aset yang
menawarkan tingkat pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu atau
kombinasi aset yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan tingkat
pengembalian tertentu. Namun di dalam membentuk portofolio akan timbul suatu
masalah yaitu terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk
dari kombinasi aktiva yang ada. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak
terbatas.
1.5Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan kerangka pemikiran yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka penulis mengambil hipotesis sebagai berikut :
”Portofolio antara saham, emas dan Sertifikat Bank Indonesi akan
1.6Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah :
1. Study ini menganalisis portofolio ke tiga aset yaitu saham, emas, dan
Sertifikat Bank Indonesia.
2. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG sebagai
indikator pergerakan pasar modal setiap periode perbulan selama periode
2004-2008 di Bursa Efek Indonesia.
3. Harga emas yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga emas perbulan
pada periode 2004-2008.
4. Tingkat pengembalian SBI diambil dari tingkat suku bunga Sertifikat Bank
II. LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Teori
Konsumsi dan investasi merupakan kegiatan yang berkaitan. Penundaan konsumsi
sekarang dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa mendatang.
Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang
efisisien untuk mengubah satu unit konsumsi yang ditunda untuk dihasilkan
menjadi lebih dari satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi
dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di
dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. (Jogiyanto, 2003 ; 5).
Istilah investasi pada umumnya berkaitan dengan aktivitas menginvestasikan
sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin, atau bangunan) maupun pada
aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi). Skripsi ini membahas investasi
yang berkaitan pada pengelolaan beberapa aktiva yaitu saham, emas, dan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor. Investor pada umumnya
investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi,
lembaga penyimpanan dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dana
pensiun, maupun perusahaan investasi.
2.2 Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor membuat keputusan
investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk
mengambil keputusan tersebut dilakukan langkah-langkah;
a. Menentukan kebijakan investasi
Di sini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan
dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan
investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya
adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tetapi menyadari bahwa
ada kemungkinan untuk menderita rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan
baik dalam keuntungan maupun risiko.
b. Analisis Sekuritas
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk
mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat mendeteksi
sekuritas-sekuritas tersebut.
c. Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut identifikasi
akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak
sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan
sekuritas dipengaruhi antara lain: preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status
pajak dan sebagainya.
d. Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan
maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang telah dimiliki.
Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak sesuai dengan preferensi
risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas
yang membentuk portofolio tersebut.
e. Evaluasi Kinerja
Dalam tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang
diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau portofolio yang
memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari potofolio
lainnya (Husnan, 200: 49).
2.3 Tipe-Tipe Investasi Keuangan
Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi
tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung
aktiva-aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara
lainnya. Sebaliknya investasi tidak langsung dengan membeli aktiva keuangan
dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva keuangan dari
2.3.1 Investasi Langsung
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang
dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat
diperjualbelikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan biasanya
diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan di
bank atau sertifikat deposito.
Macam-macam investasi langsung dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan
- Tabungan
- Deposito
2. Investasi yang dapat diperjualbelikan
a. Investasi langsung di pasar uang
- T-bill
- Deposito yang dapat dinegosiasi
b. Investasi langsung di pasar modal
- Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities). - Saham-saham (equity securities)
c. Investasi langsung di pasar turunan
- Opsi
2.3.2 Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat berharga dari
perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang
menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan
menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam
portofolionya. Perusahaan investasi dapat diklasifikasikan sebagai unit investment trust, closed-end investment companies, dan open-end investment companies.
2.4 Pasar Modal
2.4.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang
memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana
tersebut. Menurut Suad Husnan, secara formal pasar modal dapat
didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. (Husnan, 1994 :3)
Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus
bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual
dapat menjual dan membeli surat berharga dengan cepat. Pasar modal
dikatakan efisien jika harga dari surat berharga mencerminkan nilai
2.4.2 Peranan Pasar Modal
Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat
bertemu antara penjual dan pembeli dengan risiko untung rugi. Pasar modal
sangat bermanfaat bagi para investor dan dunia usaha pada umumnya. Pasar
modal berperan sebagai sumber dana yang bersifat jangka panjang,
alternative investasi, wahana untuk melakukan restrukturisasi permodalan
perusahaan, dan media untuk melakukan divestasi. Pasar modal juga
mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan
dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif
terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkan
dananya ke individu lain yang lebih produktif.
Manfaat pasar modal bagi para investor adalah memberikan kesempatan
atau hak kepada masyarakat untuk memiliki perusahaan yang sehat dan
mempunyai prospek yang baik di masa depan, dan merupakan alternative
investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa
diperhitungkan. Sedangkan manfaat pasar modal bagi dunia usaha adalah
membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha serta memberikan akses
kontrol sosial bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya, mendorong
pemanfaatan manjemen profesional dalam pengelolaan perusahaan, wahana
untuk melakukan investasi dalam jangka pendek (likuiditas) maupun jangka
Jenis pasar modal ada dua macam yaitu :
a. Pasar perdana (primary market)
Pasar perdana adalah pasar di mana untuk pertama kalinya efek di tawarkan
kepada para investor melalui agen penjual. Pada saham perdana ini harga
saham adalah tetap, pembelian saham tidak dikenakan komisi, pemesanan
dilakukan melalui agen penjual, jangka waktu terbatas dan hanya untuk
saham.
b. Pasar sekunder (secondary market)
Pasar sekunder adalah pasar untuk memperjualbelikan efek yang telah
diterbitkan. Di pasar sekunder ini harga saham berfluktuatif sesuai dengan
kekuatan pasar, pembelian maupun penjualan dikenakan komisi, pemesanan
dilakukan melalui anggota bursa dan jangka waktu tidak terbatas.pasar
sekunder dilakukan di Bursa Efek.
2.5 Saham
Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut. Saham sebagai sekuitas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi
bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Hal
ini berbeda dengan obligasi, saham tidak memilki jangka waktu jatuh tempo
Pada dasarnya saham terbagi atas dua jenis, yaitu :
1. Saham biasa (common stock)
Saham biasa (common stock), merupakan saham yang paling dikenal
masyarakat dan paling banyak digunakan untuk penarik dana dari masyarakat.
Pemilik saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka
menanggung risiko, mendapat keuntungan, mempunyai hak suara dalam
RUPS dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Semakin banyak
prosentase saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki
untuk mengontrol operasional perusahaan.
Keuntungan saham biasa :
1. Mendapatkan dividen jika perusahaan memperoleh keuntungan.
2. Mempunyai hak suara untuk setiap satu saham dengan satu suara dalam
hal pemilihan dewan direksi perusahaan, pengembalian keputusan
manajemen, dan pengembangan perusahaan.
3. Mempunyai hak atas bonus yang dapat berupa saham gratis (saham bonus)
dan rights jika perusahaan melakukan rights issue.
4. Mendapatkan keuntungan dari penjualan saham jika harga jualnya lebih
tinggi daripada harga pembeliannya.
Kerugian saham biasa :
1. Mendapatkan prioritas terakhir atas kekayaan jika perusahaan yang
2. Apabila perusahaan penerbit saham (emiten)mengalami kerugian, harga
sahamnya dilantai bursa (pasar modal) akan jatuh dan apabila dijual
kemungkinan merugi (capital loss) dan jika perusahaan mengalami kerugian tidak ada pembagian dividen.
2. Saham preferen (preferent stocks)
Saham preferen (preferent stocks), saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan
pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Tetapi juga bisa tidak
mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Pemilik saham
preferen mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran deviden dibandingkan
saham biasa. Bila perusahaan dilikuidasi, pemegang saham preferen akan
mendapatkan pembayaran dari sisa aset perusahaan terlebih dahulu sebelum
pemegang saham biasa dan sebagai imbal balik dari hal tersebut, biasanya
pemegang saham preferen memiliki suara yang terbatas. Penilaian saham
preferen ini sederhana karena saham preferen tidak memiliki nilai jatuh tempo.
Keuntungan saham prioritas :
1. Didahulukan dalam pembagian dividen jika perusahaan mengalami
keuntungan.
2. Saham prioritas dapat ditawarkan dalam berbagai cara seperti :
Cumulative Preference Share
Yaitu dividen yang tidak dibagikan pada akhir tahun harus dibagikan
Participating Preference Share
Yaitu pemilik saham memperoleh prioritas atas keuntungan
perusahaan. Setelah pemilik saham prioritas biasa memperoleh
dividen, pemilik saham prioritas berhak pula memperoleh tambahan
pembayaran dari keuntungan perusahaan yang masih tersisa.
3. Saham prioritas jenis biasa sering pula memperoleh dividen lebih besar
daripada dividen yang diterima pemegang saham biasa.
4. Jika perusahaan dilikuidasi, pemilik saham prioritas akan menerima lebih
dahulu uang yang mereka investasikan sebelum pemilik saham biasa
memperoleh pengembalian modalnya.
Kerugian saham prioritas :
1. Meskipun mendapatkan hak prioritas (istimewa) namun setelah
kewajiban-kewajiban perusahaan dilunasi, saham prioritas hanya diprioritaskan
sebelum saham biasa.
2. Saham prioritas terkadang diterbitkan karena pada perusahaan terjadi
kekurangan dana atau memerlukan dana murah dalam waktu yang relatif
lebih singkat.
3. Kemungkinan terjadi kolusi antara emiten dan penjamin emisi untuk
memperoleh dana murah dan investor yang kurang berpengalaman,
sehingga saham yang dimiliki akan turun nilai atau harganya di lantai
Return investasi dalam bentuk kepemilikan saham berupa :
1. Capital gain, merupakan return positif yang berasal dari selisih antara harga jual yang lebih tinggi daripada haga pada saat pertama kali membelinya.
Apabila harga jualnya lebih rendah daripada harga pada saat pertama kali
membeli, maka return-nya negatif atau sering disebut capital loss.
2. Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan setelah melalui
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
.
2.5.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama yang
menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal. Umumnya semua
indeks harga saham gabungan (composite) di berbagai negara menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia.
IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai
indikator pergerakan harga saham di BEI. Indeks ini mencakup pergerakan
harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari
Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982.
Indeks Harga Saham Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau gambaran kinerja suatu bursa diantaranya, yaitu:
1. Sebagai indikator trend pasar.
2. Sebagai indikator tingkat keuntungan.
3. Sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio.
2.6 Investasi Pada Emas
Emas memiliki manfaat fungsional sebagai alat investasi. Emas adalah jenis
investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil serta dapat dikelola
sendiri. Emas dalam sejarah perkembangan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal
sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas acapkali diidentikan dengan sesuatu
yang nomor satu, prestisius, dan elegan. Hal ini dikarenakan emas adalah Logam
Mulia. Disebut logam mulia karena dalam keadaan murni-dalam udara biasa-emas
tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain akan tahan karat. Emas banyak
digunakan sebagai standard keuangan di banyak negara dan juga sebagai
perhiasan dan cadangan devisa suatu negara. Dan sampai saat ini emas merupakan
alat pembayaran yang paling utama di dunia.
Emas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Emas
dipersepsikan bernilai di seluruh dunia. Emas mempunyai suplai terbatas dan
permintaan yang tidak terbatas, sehingga harga emas semakin hari semakin naik.
Semakin terbuka informasi secara global, maka secara global, individu dan
lembaga akan mencari nilai dan nilai itu ada pada Emas. Emas banyak dipilih
sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik.
Sangat jarang sekali harga emas turun. Selain itu emas adalah alat yang dapat
digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Inilah
alasan utama investasi Emas, dengan demikian emas sangat layak menjadi salah
Investasi emas bisa dalam berbagai bentuk yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Balok Emas (gold bullion) : emas dalam bentuk logam mulia (ingot). Untuk membeli balok emas perlu disertai sertifikat yang dikeluarkan oleh PT
(Persero) Aneka Tambang Unit Logam Mulia.
2. Perhiasan Emas (gold jewelery) : merupakan cara yang populer untuk membeli emas. Tetapi sebenarnya bukan cara terbaik untuk investasi dalam
emas, karena biasanya adanya biaya pengrajin, mark up penjualan, dan faktor lainnya.
3. Keping Emas (gold coins): kepingan dengan nilai kleksi kecil atau tidak ada sama sekali (non-numismatic), karena nilainya terutama ditentukan oleh
kandungan emasnya. Kandungan emas dari keping ini diukur dalam troy ounce (satu troy ounce mengandung kira-kira 31 gram).
4. Sertifikat Emas (gold certificates) : menunjukkan kepemilikan atas suatu kuantitas emas tertentu yang disimpan di brankas bank (bank vault).
Kebaikan sertifikat emas : investor tidak perlu mengkhawatirkan keamanan
dari penyimpanan sendiri emas secara fisik dan pembelian sertifikat ems
bisa meringankan pajak penjualan dibandingkan pembelian balok atau
keping emas.
Kelebihan berinvestasi pada emas yaitu :
1. Anti-krisis dan inflasi
Emas bisa dibilang sebagai investasi yang anti krisis dan inflasi. Dalam
kondisi inflasi, harga emas akan melonjak karena bisa dibilang emas adalah
cermin sempurna dari nilai barang di pasaran. Jika harga barang-barang naik,
maka emas juga naik dengan setara. Dalam kondisi rupiah yang melemah,
emas juga akan naik.
2. Berbentuk fisik
Bagi sebagian orang, rasanya kurang nyaman berinvestasi dalam bentuk aset
kertas seperti saham, reksadana, sukuk dan sebagainya. Investasi akan lebih
aman (dari risiko penipuan) kalau barangnya sendiri berwujud seperti tanah,
properti, ternak atau emas. Selain berbentuk fisik sehingga merasa aman, emas
juga bisa dibentuk dengan menarik dan berkilau, sehingga cocok untuk
dijadikan perhiasan. Sambil berhias, juga investasi, begitu kilah para ibu yang
mengumpulkan emas di pergelangan tangan, leher, dan jari-jemarinya. Tidak
salah juga sih investasi dalam bentuk emas perhiasan, namun hasilnya tidak
seoptimal emas murni atau koin Dinar.
3. Dapat digadaikan/dijadikan jaminan
Karena sifat fisiknya yang tidak aus, emas bisa dijadikan sebagai jaminan
gadai yang sangat baik. Hanya dalam waktu 15 menit, isi kantong bisa
Kekurangan berinvestasi pada emas yaitu :
1. Tidak praktis
Di satu sisi, investasi emas dalam bentuk fisik digemari sebagian masyarakat
yang merasa lebih aman dengan melihat investasi berwujud. Namun di sisi
lain, investasi dalam fisik emas juga cukup merepotkan. Untuk membeli dan
menjual emas, kita harus betul-betul membawa fisik emasnya. Tidak bisa
menggunakan transaksi elektronik seperti halnya investasi pada perbankan
atau pasar modal.
2. Penyimpanan & pengamanan
Sampai saat ini, belum ada rekening emas di perbankan. ETF berbasis emas
juga belum ada di Indonesia. Perdagangan komoditi emas memang sudah ada,
tapi belum sesuai syariah. Maka pilihan satu-satunya masih harus transaksi
fisik. Ini artinya, kita harus menyiapkan media penyimpanan dan pengamanan
bagi emas tersebut. Sebagai solusinya, brangkas di rumah bisa jadi pilihan,
tapi safe deposit box di bank juga sebetulnya tidak terlalu mahal dibandingkan dengan harga sekeping emas.
3. Dana macet
Kalau investasi emas dengan cara menyimpan emas, maka itu sama saja
dengan menyimpan dalam dana macet. Memang betul harganya bisa naik dan
kita mendapatkan keuntungan, tapi kalau terlalu banyak menyimpan dana
macet seperti itu membuat ekonomi menjadi kurang bergerak karena emasnya
diam saja tidak produktif. Tidak seperti deposito atau saham yang uangnya
Melihat kelebihan dan kekurangannya, maka investasi dalam bentuk emas sangat
cocok untuk menjaga nilai aset di masa depan atau sebagai cadangan dalam
menghadapi krisis dan inflasi. Ini artinya, emas selayaknya menjadi dana
cadangan dalam portofolio dan jumlahnya tidak lebih dari 5 %-10 % dari total aset
kita. Emas juga cocok untuk investasi berbasis mata uang asing seperti haji,
umroh dan pendidikan luar negeri, maka menyimpan emas lebih dari sekedar
cadangan diperbolehkan untuk keperluan tadi. Karena sifatnya yang berbentuk
fisik dan tidak produktif, maka salah satu strategi dalam berinvestasi emas adalah
dengan memanfaatkan jasa perbankan yaitu rahn (gadai emas) dan/atau (SDB)
safe deposit box. SDB untuk menyimpan emas cadangan, dan rahn digunakan untuk memproduktifkan emas agar tidak diam saja menunggu harganya naik.
2.7 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan
sistem diskonto/bunga. SBI merupakan suatu aktiva bebas risiko sehingga
mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return yang sama dengan nol. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk
mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat
menyerap kelebihan uang primer yang beredar.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh
menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan
target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode
tertentu.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen investasi jangka pendek
(kurang dari satu tahun) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, yang fungsi
utamanya adalah untuk menjaga stabilitas moneter Indonesia. Dengan
menerbitkan SBI (yang dilakukan melalui mekanisme lelang), maka BI dapat
menyerap likuiditas (uang yang beredar di masyarakat), sehingga nilai tukar
rupiah dapat dikendalikan. Biasanya pembeli SBI itu mayoritas adalah kalangan
investor asing dan korporasi, seperti dana pensiun, aset management, asuransi, dan lain-lain.
2.8 Tingkat Pengembalian (Return)
Return adalah hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi para investor untuk melakukan investasi dan
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi
yang dilakukannya.
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan
memberikan keuntungan (atau kerugian) bagi investor, dengan kata lain dapat
diartikan sebagai perubahan harga aktiva.
Return dapat berupa return realisasi (realized return) atau return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return
realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang. Sedangkan return ekspektasi (expected return) adalah
return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang.
Untuk menghitung tingkat pengembalian (return) pasar saham menggunakan persamaan sebagai berikut :
IHSGit– IHSGit-1
Ri = + Dt X 100% IHSGit - 1
Keterangan :
Ri = Return saham
IHSGit = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t
IHSGit-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1
Asumsi yang digunakan untuk menghitung return adalah :
1. Dividen dianggap tidak ada (nol) yang dihitung adalah capital gain
2. Right Issue, Warrant, dan Convertible Bond tidak dihitung 3. Transaction Cost tidak dihitung
4. Risiko yang diamati hanya risiko pasar (risiko sistematis dan risiko
unsystematic dianggap variabel unobserved (eit)
5. Return diperoleh dari perkembangan harga dengan pola Buy, Hold and Sell
6. Data yang digunakan untuk harga saham adalah Indeks Harga Saham
Gabungan penutupan (closing price) pada 2004-2008
Sedangkan return emas dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Pit– Pit-1
Ri = X 100 % Pit - 1
Keterangan :
Ri = Return emas
Pit = Harga emas pada periode t
Pit-1 = Harga emas pada periode t-1
2.9 Risiko (Risk)
Risiko adalah ketidakpastian. “High gain, high risk” adalah istilah yang ada
dalam dunia investasi, khususnya investasi saham. Risiko bagi investor adalah
suatu hal yang amat penting dan sangat berguna untuk menghindari dari adanya
kesalahan dalam melaksanakan keputusan suatu investasi dalam situasi
ketidakpastian. Risiko dalam investasi saham memang jauh lebih tinggi dari
dibandingkan tabungan, namun saham juga memiliki potensi keuntungan atau
tingkat pengembalian yang lebih besar.
Ada tiga jenis sikap investor terhadap risiko, yaitu :
1. Kelompok yang senang menghadapi risiko (risk seeker).
Kelompok pengambil risiko ini adalah mereka yang senang menghadapi
risiko. Bila dihadapkan pada dua pilihan, yaitu investasi yang kurang atau
yang lebih mengandung risiko dengan perkiraan jumlah hasil pengembalian
yang sama, seorang risk seeker akan lebih suka memilih jenis investasi yang lebih mengandung risiko.
2. Investor yang anti risiko (risk averter).
Kelompok anti ini adalah yang lebih cendrung menghindari risiko. Jika
dihadapkan pada pilihan di atas maka risk averter lebih cendrung memilih investasi yang kurang mengandung risiko.
3. Investor yang acuh (indifference) terhadap risiko.
Walaupun sudah jelas ada pihak yang menyenangi risiko atau acuh terhadap
risiko, namun secara akal sehat dan pengamatan telah menunjukkan bahwa para
manajer, investor maupun pemilik perusahaan akan cendrung untuk menghindari
risiko, hal ini dikarenakan adanya teori utilitas. Untuk investor yang risk averter, bentuk kurva fungsi utilitasnya adalah melengkung dengan peningkatan yang
semakin berkurang. Untuk mereka yang risk neutral, bentuk kurvanya berupa garis lurus. Sedangkan yang risk seeker bentuk kurvanya melengkung dengan peningkatan yang semakin naik. (Suad Husnan, 1994:115).
Utility
Risk seeker Risk neutral
[image:44.595.124.328.333.460.2]Risk averter
Gambar 2.1 Fungsi Utilitas Berbagai Preferensi Risiko Investor.
Untuk menghitung risiko yang dikaitkan dengan return investasi dapat dilakukan dengan menghitung varian dan standar deviasi yang bersangkutan. Varian dan
standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas,
yang menunjukkan seberapa besar penyebaran variable random di antara
rata-ratanya, semakin besar penyebarannya, maka semakin besar varian dan standar
Menghitung varian dan standar deviasi, melalui persamaan sebagai berikut :
n
Varian (σ2) =
Σ
(Rit – Ri)2t=1
n - 1
Standar Deviasi =
σ
= √
σ
2Keterangan :
Rit = Return aset periode t Ri = Rata-rata return aset n = Jumlah data
2.10 Konsep Portofolio
Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik
berupa aset rill maupun aset finansial yang dimiliki oleh investor. Hakikat
pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi
yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi yang
berkolerasi negatif.
Analisis portofolio dimaksudkan untuk mencari kombinasi investasi aset yang
efisien, yaitu portofolio yang dipilih dari berbagai alternative kombinasi aset yang
menawarkan tingkat pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu atau
kombinasi aset yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan tingkat
Pendekatan yang umum digunakan dalam membentuk dan mengelola portofolio
aset adalah pendekatan yang ditemukan oleh Markowitz. Dengan teorinya yang
dikenal dengan teori diversifikasi, maka investasi dapat meminimumkan risiko
yang ada. Portofolio ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelemahan utamanya
adalah portofolio ini hanya berguna dalam meminimumkan risiko dan
mempertahankan nilai investasi secara nominal dan tidak secara riil. Artinya daya
beli dari uang yang diinvestasikan belum tentu sama setelah jangka waktu
tertentu. Di sisi lain, kelebihan portofolio ini adalah mudah dibentuk agar sesuai
dengan karakteristik investasi yang diinginkan dan tujuan yang ingin dicapai.
Hakekatnya pembentukan portofolio adalah mengalokasikan dana pada berbagai
alternative investasi, sehingga risiko investasi secara keseluruhan akan dapat
dikurangi. Di dalam membentuk portofolio akan timbul suatu masalah yaitu
terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari
kombinasi aktiva yang ada. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak
terbatas. Dengan asumsi bahwa semua investor tidak menyukai risiko (risk averter), maka investor akan memilih portofolio efisien dari sejumlah portofolio yang :
1. Menawarkan expected return maksimum untuk berbagai tingkat risiko, atau 2. Menawarkan risiko minimum untuk berbagai tingkat expected return.
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio tidak lain
merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan
masing-masing aset yang membentuk portofolio. Untuk menghitung return
portofolio digunakan persamaan sebagai berikut :
n
Rp =
Σ
(Wi . Ri)t=1
Keterangan :
Rp = return yang diharapkan portofolio
Wi = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset i
Ri = return investasi yang diharapkan aset i
Sedangkan untuk mengitung risiko dari portofolio aset berisiko dapat digunakan
persamaan sebagai berikut :
σ
p2 = W12 .σ
12 + W22 .σ
22 + 2 (W1 . W2 .ρ
.
σ
1 .σ
2)Keterangan :
σ
p2 = risiko portofolioW1 = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 1
W2 = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 2
ρ
= koefisien korelasi aset 1 dan 2σ
1 = risiko pada aset 12.11.1 Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua
variable relatif terhadap masing-masing deviasinya. Nilai koefisien korelasi
berkisar antara +1 sampai dengan -1. nilai koefisien korelasi +1
menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai koefisien korelasi 0
menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan
korelasi negatif sempurna.
Korelasi positif berarti jika variable yang satu naik maka variable yang lain
akan ikut naik. Sedangkan korelasi negatif berarti jika salah satu variable
naik maka variable yang lain akan turun. Nilai dari koefisien korelasi dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
ρ
= n
Σ
xy –Σ
xΣ
y
√
[ nΣ
x2– (Σ
x )2 ] [nΣ
y2– (Σ
y )2 ]Di mana :
2.11 Analisis Portofolio Dengan Adanya Aktiva Bebas Risiko
Semua kombinasi antara suatu kesempatan investasi yang berisiko dengan
investasi yang bebas risiko selalu akan menunjukkan persamaan garis lurus.
E(RA)
A
E(RA)
Rf
[image:49.595.117.316.191.325.2]
σ
Aσ
pGambar 2.2 : Risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan ketika dibentuk
portofolio dengan aktiva yang bebas risiko.
Setelah ada kesempatan investasi yang bebas risiko maka akan tinggal hanya satu
portofolio yang efisien. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan sebagai
aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return yang sama dengan nol. Karena variannya (deviasi standar) sama dengan nol, kovarian
antara aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko yang lain akan menjadi nol dan
untuk varian aktiva bebas risiko (
σBR
) yang sama dengan nol, maka kovarianantara aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko (
σ
Bri) adalah juga sama dengannol.
Dengan adanya aktiva bebas risiko, investor memiliki pilihan untuk memasukkan
aktiva ini ke dalam portofolionya. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan
yang sama dengan nol. Besarnya return ekspektasi untuk portofolio baru hasil kombinasi aktiva berisiko dengan aktiva bebas risiko dihitung dengan formula :
E(Rp) = WBR . R BR + (1 - WBR) . E(Rs)
Sedangkan risiko dari portofolio gabungan aktiva bebas risiko dengan aktiva
berisiko dapat dihitung dengan menggunakan formula :
σ
p2 = (1 - WBR)2 .σ
s2Keterangan :
σ
p2 = Risiko portofolioRBR = Return aktiva bebas risiko
WBR = Proporsi dana yang diinvestasikan pada aktiva bebas risiko
E(RS) = Return aktiva berisiko
σ
s=
Risiko aktiva berisiko2.12 Tinjauan Empiris
Telah banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai investasi portofolio. Salah
satu tinjauan empiris yang pernah dilakukan oleh Wagner dan Lau (1971) dapat
digunakan untuk menjelaskan pengaruh suatu diversifikasi. Kedua ahli ini
membentuk portofolio dengan menggunakan satu sampai 20 surat berharga di
NYSE yang dipilih secara acak, dengan setiap surat berharga diberi bobot yang
sama. Semakin besar jumlah surat berharga dalam portofolio, deviasi standar dari
Iwan Hartono melakukan penelitian pembentukan portofolio investasi saham
dengan menggunakan medel indeks tunggal pada tahun 1999. Ia menyimpulkan
bahwa pada periode 1995-1997 pembentukan portofolio optimal dengan
menggunakan model indeks tunggal akan memberikan return sebesar 6,319 % dengan risiko sebesar 0,23 % lebih tinggi dari return pasar yaitu sebesar 0,13 % dengan risiko sebesar 0,70 %.
Ismalia melakukan penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Portofolio
Untuk Saham LQ45 Periode Febuari 2004-Juli 2006 Dengan Model Indeks
Tunggal Di Bursa Efek Jakarta. Ia menyimpulkan bahwa saham-saham yang
dikategorikan masuk LQ45 periode Febuari 2004-Juli 2006 sebanyak 10 saham
yang dapat membentuk portofolio optimal dengan expected return 0,047749828 dan risiko sebesar 0,033205604.
Yuyun Istavitri dan Andi M. Parewangi melakukan penelitian mengenai
perkembangan pasar modal Indonesia. Melalui pengukuran kemampuan
pengelolan dana investasi oleh para pelaku di pasar modal ia menyimpulkan
bahwa terdapat kontribusi positif dan signifikan atas kebijakan alokasi aset pasif
yang telah ditentukan dan tertuang dalam prospectus masing-masing reksadana.
Penelitian ini menunjukkan peran positif dan signifikan dari strategi pemilihan
III. METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Study ini menganalisis portofolio ke tiga aset yaitu saham, emas, dan
Sertifikat Bank Indonesia.
2. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG sebagai
indikator pergerakan pasar modal setiap periode perbulan selama periode
2004-2008 di Bursa Efek Indonesia.
3. Harga emas yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga emas perbulan
pada periode 2004-2008.
4. Tingkat pengembalian SBI diambil dari tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia periode 2004-2008.
3.2 Jenis Dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
dikeluarkan dari lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan membaca
atau mempelajari berbagai macam literatur dan tulisan ilmiah dan buku-buku
lain yang berhubungan dengan tulisan ini.
2. Penelitian Lapangan
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengamati dan mengadakan
penelitian di Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia dan website
untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
3.4 Alat Analisis
3.4.1 Analisis Kualitatif
Analisis ini dilakukan dengan menganalisis permasalahan yang ada dan
mencari jalan keluarnya dengan menggunakan pendekatan teoritis yang
3.4.2 Analisis Kuantitatif
3.4.2.1 Upaya untuk menganalisis besarnya return dan risiko aset tahun 2004-2008 dengan menggunakan harga di waktu lalu.
Langkah-langkah dalam mencari risiko aset adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pengembalian (return) adalah harga suatu periode t dikurang harga saham periode t-1 ditambah dengan periode t (dalam analisis ini
deviden dianggap = 0) dibagi harga periode t (harga saham yang
digunakan adalah harga saham penutupan (closing price).
Mencari return saham digunakan metode Holding Periode Return Model (HPRM) dengan pola Buy, Hold and sell, yaitu:
Return :
IHSGit– IHSGit-1
Ri = + Dt X 100% IHSGit-1
Keterangan :
Ri = Return
IHSGit = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t
IHSGit-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1
Asumsi yang digunakan untuk menghitung return saham adalah : 1. Dividen dianggap tidak ada (nol) yang dihitung adalah capital gain
2. Right Issue, Warrant, dan Convertible Bond tidak dihitung 3. Transaction Cost tidak dihitung
4. Risiko yang diamati hanya risiko pasar (risiko sistematis dan risiko
unsystematic dianggap variabel unobserved (eit)
5. Return diperoleh dari perkembangan harga dengan pola Buy, Hold and
Sell
6. Data yang digunakan untuk harga saham adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (closing price) pada 2004-2008
Sedangkan return emas dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Pit– Pit-1
Ri = X 100% Pit-1
Keterangan :
Ri = Return
Pit = Harga emas pada periode t
Pit-1 = Harga emas pada periode t-1
Sedangkan return aset bebas risiko pada Sertifikat Bank Indonesia diambil dari Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia selama periode
2. Tingkat risiko (risk) adalah naik turunnya nilai return saham atau deviasi (penyebaran) masing-masing nilai return saham. Risiko ditunjukkan melalui standar deviasi dan varian, Menghitung standar
deviasi, dan varian melalui persamaan sebagai berikut :
n Varian (σ2
) =
Σ
(Rit – Ri)2t=1
n - 1
Standar Deviasi =σ = √ σ2
Keterangan :
Rit = Return periode t Ri = Rata-rata return n = Jumlah data
3.2.2.2 Analisis Portofolio Dengan Menggunakan Model Markowitz
Untuk menghitung return portofolio gabungan aset berisiko digunakan persamaan :
n
Rp = Σ (Wi . Ri)
t=1
Keterangan :
Rp = return yang diharapkan portofolio
Wi = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset i
Untuk mengitung risiko dari portofolio aset berisiko dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
σ
p2 = W12 .σ
12 + W22 .σ
22 + 2 (W1 . W2 .ρ
.
σ
1 .σ
2)Keterangan :
σ
p2 = Risiko portofolioW1 = Proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 1
W2 = Proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 2
ρ
= Koefisien korelasi aset 1 dan 2σ
1= Risiko pada aset 1
σ
2 = Risiko pada aset 2Nilai dari koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
ρ
= n
Σ
xy –Σ
xΣ
y
√
[ nΣ
x2– (Σ
x )2 ] [nΣ
y2– (Σ
y )2 ]Di mana :
3.2.2.3 Analisis portofolio dengan adanya aktiva bebas resiko
Besarnya return ekspektasi untuk portofolio baru hasil kombinasi aktiva berisiko dengan aktiva bebas risiko dihitung dengan formula :
E(Rp) = WBR . R BR + (1 - WBR) . E(Rs)
Sedangkan risiko dari portofolio gabungan aktiva bebas risiko dengan aktiva
berisiko dapat dihitung dengan menggunakan formula :
σ
p2 = (1 - WBR)2 .σ
s2Keterangan :
σ
p2 = Risiko portofolioWBR = Proporsi dana yang diinvestasikan pada aktiva bebas risiko
σ
s=
Risiko aktiva berisikoIV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas)
Investor dalam membentuk portofolio diperlukan perhitungan return ekspektasi dari masing-masing aktiva untuk dimasukkan dalam portofolio. Berikut ini
[image:61.595.115.398.372.466.2]disajikan hasil dari perhitungan expected return aset.
Tabel 4.1 Expected Return Aset
NO Aset Expected Return
1. Saham 1,29 %
2. Emas 1,27 %
3. Sertifikat Bank Indonesia 0,77 %
Sumber : Lampiran 1-3
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa saham memiliki expected return sebesar 1,29 % lebih besar dari expected return emas yaitu sebesar 1,27 % dan expected return
SBI sebesar 0,77%. Dengan demikian investasi pada saham lebih menguntungkan
dibandingkan dengan investasi pada aktiva lain karena memiliki expected return
lebih tinggi dari aktiva lainnya. Meskipun investasi di pasar modal menjanjikan
tingkat return yang lebih tinggi, namun kita perlu ingat bahwa semakin besar
Untuk menghitung risiko yang dikaitkan dengan return investasi dapat dilakukan dengan menghitung varian dan standar deviasi yang bersangkutan. Varian dan
standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas,
yang menunjukkan seber