• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN FIELD LAB KOMUNIKASI INFORMASI E

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAPORAN FIELD LAB KOMUNIKASI INFORMASI E"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN FIELD LAB

KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

KELOMPOK XI

ALEXANDER N. S. W. G0013016

ALIM NUR ROHMAN G0013020

BERTINA SURYA ARYANI G0013060

DWITIA AYU ISWARI MADE G0013078

GHANI ABDURAHIM G0013100 JEA AYU YOGATAMA G0013124

JUNIVERS D. E. I. KAIBA G0013126

LISYE ELSINA KARENI G0013138

LUCIA ANINDYA W.K. G0013140

NADYA RAHMA INDARTI G0013168

NISRINA AMALIA ROHIMAH G0013178

SABRINA DAMARA LUVI G0013208

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas Jaten II

Bidang Kegiatan : Field Lab

Pelaksana :

a. Nama :

Alexander N S W G0013016 Junivers D E I Kaiba G0013126 Alim Nur Rohman G0013020 Lisye Elsina Kareni G0013138 Bertina Surya Aryani G0013060 Lucia Anindya W K G0013140 Dwitia Ayu Iswari M G0013078 Nadya Rahma Indarti G0013168 Ghani Abdurahim G0013100 Nisrina Amalia R G0013178 Jea Ayu Yogatama G0013124 Sabrina Damara Luvi G0013208

b. Jurusan : Kedokteran c. Fakultas : Kedokteran

d. Universitas : Universitas Sebelas Maret Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Jaten II Waktu Pelaksanaan : Rabu, 7 Oktober 2015

Rabu, 28 Oktober 2015

Rabu, 4 November 2015

Karanganyar, 4 November 2015 Mengetahui,

Kepala Puskesmas Jaten II Instruktur Lapangan

Canda , dr Khairunnas dr

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Cover... i

Lembar Pengesahan... ii

Daftar Isi... iii

Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Pembelajaran... 2

Bab II. Kegiatan yang Dilakukan A. Kegiatan Hari Pertama... 3

B. Kegiatan Hari Kedua... 3

C. Kegiatan Hari Ketiga... 5

Bab III. Pembahasan A. Pembahasan Hari Pertama... 6

B. Pembahasan Hari Kedua... 6

C. Pembahasan Hari Ketiga... 9

Bab IV. Penutup A. Kesimpulan... 10

B. Saran... 10

Daftar Pustaka... 11

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang buruk. Selain itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta pendidikan hygiene dapat menekan angka kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-penyakit lainnya sebanyak 26%.

Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.

Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-35% terhadap derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

(5)

masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka :

1. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain 2. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan 3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan

4. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat

Namun, secara nasional penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik pada tahun 2011 hanya 55% dan diharapkan mencapai 70% pada tahun 2014.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan KIE PHBS. Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa:

1. Mampu menjelaskan tentang dasar pelaksanaan KIE PHBS di masing-masing wilayah kerja Puskesmas masing-masing-masing-masing kelompok mahasiswa.

2. Mampu menjelaskan indikator penilaian PHBS dalam tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum.

3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang memiliki bayi dan balita.

(6)

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan yang kami lakukan di Puskesmas Jaten II, Karanganyar untuk topik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diadakan selama tiga hari, yaitu pada hari Rabu tanggal 7 Oktober 2015, 28 Oktober 2015, dan 4 November 2015. Kegiatan tersebut berupa pengarahan dari Instruktur lapangan mengenai kegiatan yang akan kami lakukan di lapangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan lapangan dan presentasi laporan kegiatan.

A. Kegiatan Hari Pertama : 7 Oktober 2015

Pada pertemuan pertama, kami mendapat pengarahan dari Instruktur lapangan (dr. Khairunnas) di Puskesmas Jaten II. Pengarahan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan lapangan di daerah Banaran, Jaten. Kegiatan yang kami lakukan adalah penilaian kriteria PHBS dengan menggunakan indikator PHBS tatanan rumah tangga di Provinsi Jawa Tengah. Data PHBS dikumpulkan dengan cara wawancara langsung terhadap warga dan pengamatan langsung keadaan rumah warga.

(7)

NO

. INDIKATOR YA(Sesuai indikator) TIDAK I KIA DAN GIZI

1 Persalinan oleh Nakes 16 1

2 K4 16 1

3 ASI Eksklusif 12 5

4 Penimbangan Balita 14 3

5 Gizi 12 5

II KESLING

6 Air Bersih 14 3

7 Jamban Sehat 16 1

8 Sampah 11 6

9 Lantai Rumah 11 6

III GAYA HIDUP

10 Aktifitas Fisik 13 4

11 Tidak Merokok 9 8

12 Cuci Tangan 15 2

13 Kesehatan Gigi dan Mulut 14 3

14 Tidak Miras / Narkoba 11 6

IV UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

15 Dana Sehat 7 10

16 PSN 11 6

Tabel 1. Hasil Penilaian PHBS Tatanan Rumah Tangga di Dusun Banaran

Sekitar pukul 12.00, kami berkumpul kembali di posyandu., kemudian kami kembali ke puskesmas untuk membahas kegiatan yang akan kami lakukan di pertemuan berikutnya.

B. Kegiatan Hari Kedua : 28 Oktober 2015

(8)

hari kedua kami berhasil mengumpulkan 32 data. Berikut merupakan hasil perolehan data penilaian PHBS tatanan rumah tangga pada daerah Sroyo, Jaten :

NO

. INDIKATOR

YA

(Sesuai indikator)

TIDA K I KIA DAN GIZI

1 Persalinan oleh Nakes 26 6

2 K4 27 5

3 ASI Eksklusif 21 11

4 Penimbangan Balita 26 6

5 Gizi 29 3

II KESLING

6 Air Bersih 28 4

7 Jamban Sehat 29 3

8 Sampah 30 2

9 Lantai Rumah 27 5

III GAYA HIDUP

10 Aktifitas Fisik 15 17

11 Tidak Merokok 11 21

12 Cuci Tangan 29 3

13 Kesehatan Gigi dan Mulut 31 1

14 Tidak Miras / Narkoba 25 7

IV UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

15 Dana Sehat 17 15

16 PSN 26 6

Tabel 2. Hasil Penilaian PHBS Tatanan Rumah Tangga di Dusun Sroyo

Pukul 11.00, kami kembali ke posyandu. Setelah berpamitan dengan bidan desa dan ibu-ibu kader, kami kembali ke Puskesmas Jaten II untuk bertemu dengan Kepala Puskesmas.

Di Puskesmas kami mendapatkan pengarahan menganai kegiatan lapangan tiga yaitu presentasi hasil. Setelah melakukan tanya jawab seputar PHBS dengan Kepala Puskesmas (dr. Ratna Candrasari, M.Kes) kami izin untuk kembali ke kampus.

(9)

Pada pertemuan ketiga, yaitu tanggal 4 November 2015, kami melakukan presentasi hasil kegiatan lapangan 1 dan 2 di Puskesmas Jaten II. Presentasi tersebut dihadiri oleh dr. Ratna Candrasari, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Jaten II, dan dr. Khairunnas selaku Instruktur lapangan. Kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan laporan kelompok 11 kepada Kepala Puskesmas dan Instruktur yang telah membimbing kegiatan field lab di Puskesmas Jaten II, Karanganyar.

BAB III PEMBAHASAN

Hasil survey 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga di 49 rumah Dusun Banaran dan Sroyo, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

A. RT/Dusun : Banaran Puskesmas : Jaten II Kabupaten : Karanganyar

Tahun : 2015

No Nama Kepala

Keluarga Jumlah Skor Kriteria PHBS

1 Bp Gino 12 Sehat Utama

2 Bp Sadiyo 12 Sehat Utama

3 Bp Tamto 12 Sehat Utama

4 Bp Suradi 15 Sehat Utama

5 Bp Yudho 11 Sehat Utama

6 Bp Sumardi 12 Sehat Utama

7 Bp Suhasno 12 Sehat Utama

(10)

9 Bp Warto 14 Sehat Utama

10 Bp Samidi 15 Sehat Utama

11 Bp Harjono 11 Sehat Utama

12 Bp Purwanto 15 Sehat Utama

13 Bp Sulasno 8 Sehat Madya

14 Bp Budi 12 Sehat Utama

15 Bp Heri 12 Sehat Utama

16 Bp Suparlan 10 Sehat Utama

17 Bp Budibatio 9 Sehat Madya

Tabel 3. Penggolongan Kriteria PHBS Tatanan Keluarga di Dusun Banaran

NAKE

Grafik Penilaian PHBS di Dusun Banaran

INDIKATOR

(11)

Dari hasil survey tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat di dusun Banaran rata-rata sudah cukup mengerti terhadap pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan sudah menerapkan dengan baik, tetapi masih ada kriteria yang masih dirasa kurang atau belum tercapai maksimal dalam penilaian PHBS ini, diantaranya yang akan kami bahas adalah,

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

 Anggota rumah tangga melakukan PSN (Pemberantasan Sarang

Nyamuk) dengan gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) minimal seminggu sekali. Namun data yang diambil dari 17 rumah yang tersebar di Dusun Banaran menunjukkan 11 rumah yang anggota rumah tangganya telah menerapkan PSN meliputi menguras bak mandi atau tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas (kalengbekas, dll) minimal 2 seminggu sekali.

 PSN DBD bertujuan membina peran serta masyarakat dalam

pemberantasan penyakit DBD, terutama memberantas jentik nyamuk penularnya, sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah. Pelaksaan PSN yang tidak rutin dapat menjadi predisposisi timbulnya DBD, karena kebiasaan nyamuk Aedes Aegypti hinggap di tempat yang gelap, lembab, tempat tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk tempat tidur, kloset, kamar mandi dan lain-lain sehingga mudah menularkan virus Dengue.

 Faktor yang menghambat masyarakat dalam Pemberantasan

Sarang Nyamuk, antara lain faktor kesibukan. Masyarakat yang bekerja cenderung tidak melaksanakan tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Selain itu kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya PSN juga dapat menjadi alasan rendahnya pelaksanaan PSN.

2. Sampah

(12)

 Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari

sumber hasil aktivitas manusia maupun alam. Selain kotor, tidak sedap dipandang mata, sampah juga mengundang kuman penyakit. Oleh karena itu sampah harus dibuang di tempat sampah dan dibedakan sesuai jenisnya

 Data yang diambil dari 17 rumah yang tersebar di Dusun Banaran

menunjukkan 11 rumah warga telah menyediakan tempat sampah yang cukup bersih di dalam rumahnya dan membuang sampah pada tempatnya. Sehingga di dalam rumahnya sudah tidak ada sampah yang berserakan. Warga juga teratur membuang sampah yang telah terkumpul di rumahnya ke tempat penampungan sampah yang ada di dekat rumahnya. Beberapa warga juga ada yang membuang sampah yang telah terkumpul ke pekarangannya kemudian membakarnya.

 Tetapi ada 6 rumah yang belum bisa dikatakan baik dalam

pengelolaan sampah rumah tangganya, seperti masih tercecernya sampah di sekitar tempat sampah, menumpuknya sampah yang tidak kunjung dibuang ke luar rumah, dll. Alasan utamanya adalah masih kurangnya kesadaran dalam diri masing-masing anggota rumah akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. 3. Lantai Kedap Air

 Anggota rumah tanga memiliki lantai rumah dan kamar mandi

yang kedap air karena lantai berupa beton yang tahan air atau telah menggunakan ubin. Data yang diambil dari 17 rumah yang tersebar di Dusun Banaran menunjukkan 11 rumah yang telah memiliki lantai kedap air dan terdapat 6 rumah yang lantai rumah dan kamar mandinya masih berupa tanah sehingga belum kedap air.

 Rumah dengan lantai yang tidak kedap air kerap kali menjadi

(13)

Selain itu, lantai dari tanah cenderung lembab pada musim hujan karena dapat menyerap air hujan sehingga rentan menjadi sarang mikroorganisme untuk tumbuh dan dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh sebab itu, perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010). Air bekas pakai dan air kotor lainnya juga dapat meresap kembali apabila lantai belum kedap air sehingga meningkatkan resiko tumbuhnya bakteri pada lantai karena kotoran dan kuman dari air kotor berkumpul disana. Lantai yang lembab dan kotor juga merupakan habitat beberapa serangga yang kerap kali menjadi media perantara penyakit seperti lalat dan kecoa. Jenis penyakit yang berhubungan dengan sanitasi dan kelembaban yang kurang baik antara lain sakit perut, diare, sakit kulit, sakit mata, kecacingan, demam berdarah, malaria, kaki gajah (filariasis), dan lain-lain.

 Alasan utama masyarakat di Dusun Banaran tidak memiliki lantai

yang kedap air adalah karena keterbatasan ekonomi. Beberapa warga tidak memiliki dana yang cukup untuk menggunakan ubin atau sekedar membuat lantai dari semen. Hal ini terlihat dari kondisi rumah warga yang hanya terdiri dari 1-2 ruangan kecil tempat seluruh anggota keluarga tinggal. Rumah dengan lantai tidak kedap air di dusun ini juga cenderung tidak memiliki jamban dan tidak memiliki dapur dan tempat sampah yang terjaga kebersihannya. Minimalisnya fasilitas yang tersedia pada setiap rumah dikarenakan keterbatasan ekonomi yang juga menjadi alasan lantai rumah yang masih berupa tanah yang tidak kedap air.

B. RT/ Dusun : Sroyo Puskesmas : Jaten II Kabupaten : Karanganyar

(14)

No Nama KepalaKeluarga Jumlah Skor Kriteria PHBS

1 BpYono 12 Sehat Utama

2 BpSamidi 13 Sehat Utama

3 BpSugianto 13 Sehat Utama

4 BpTugimin 15 Sehat Utama

5 BpSugianto 14 Sehat Utama

6 BpJatiyanto 13 Sehat Utama

7 Bp Mono 13 Sehat Utama

8 BpHario 13 Sehat Utama

9 BpNgadino 14 Sehat Utama

10 BpSarwono 14 Sehat Utama

11 BpMulyono 11 Sehat Utama

12 Bp Sukarno 12 Sehat Utama

13 Bp Tri Untung 14 Sehat Utama

14 Bp Sukarno 11 Sehat Utama

15 BpAris 14 Sehat Utama

16 BpSugino 14 Sehat Utama

17 BpKasidi 14 Sehat Utama

18 Bp Alfred 15 Sehat Utama

19 BpTugimin 10 Sehat Madya

20 Bp Torso 12 Sehat Utama

21 BpSuroso 10 Sehat Madya

22 BpKiswanto 7 Sehat Madya

23 BpTukiyo 11 Sehat Utama

24 BpWiji 4 Sehat Pratama

25 BpPardi 10 Sehat Madya

26 BpAgung 16 Sehat Paripurna

27 BpSeidi 15 Sehat Utama

28 Bp Tri 16 Sehat Paripurna

29 BpSumandi 13 Sehat Utama

30 BpSutarno 13 Sehat Utama

31 BpAgus 13 Sehat Utama

32 BpWakimin 8 Sehat Madya

(15)

NAKE

Grafik Penilaian PHBS di Dusun Sroyo

INDIKATOR

Grafik 1. Grafik Penilaian PHBS Tatanan Rumah Tangga di Dusun Sroyo

Berdasarkan rekapitulasi hasil survey PHBS di Dusun Sroyo, terdapat 3 kriteria terendah yaitu:

1. Aktitas Fisik

 Aktifitas fisik/berolahraga terukur minimal 30 menit/hari, dan

(16)

 Seseorang yang malas melakukan aktifitas fisik merupakan faktor

risiko untuk penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes dan dapat menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan. Menurut Depkes RI,7 manfaat aktivitas fisik bagi kesehatan jauh lebih besar daripada risikonya terjadi cederanya, aktivitas fisik yang teratur dapat membantu mencegah penyakit jantung dan stroke dengan memperkuat otot jantung, menurunkan tekanan darah, meningkatkan High Density Liporprotein (kolesterol baik) dalam darah dan menurunkan Low Density Lipoprotein (kolesterol jahat), meningkatkan alran darah, dan menngkatkan kapasitas kerja jantung.

 Kondisi geografis daerah Sroyo yang dipenuhi dengan pabrik dan

perusahan sehingga sebagian besar masyarakat di Dusun Sroyo berprofesi sebagai pegawai pabrik atau buruh pabrik. Hal ini yang menjadi faktor masyarakat Sroyo tidak sempat melakukan aktifitas fisik seperti jalan kaki maupun olahraga.

2. Jaminan Pelayanan kesehatan

 Anggota rumah tangga menjadi peserta jaminan pelayanan

kesehatan

 Jaminan pelayanan kesehatan maupun dana sehat merupakan

program pemerintah yang biasanya pelaksanaannya dipegang oleh institusi, misalnya BPJS. Menjadi peserta jaminan pelayanan kesehatan mengurangi masyarakat menanggung biaya kesehatan dari kantong sendiri, dalam jumlah yang sulit diprediksi, dan kadang kadang memerlukan biaya yang sangat besar

 Data yang diambil dari 32 rumah di Dusun Sroyo, menunjukkan

hanya 17 rumah yang anggota rumah tangganya memiliki jaminan kesehatan. Rata-rata masyarakat di dusun Sroyo berprofesi

(17)

tangga sudah berusia lanjut, dan kurang terpapar informasi mengenai Jaminan Kesehatan.

3. Tidak Merokok

 Anggota rumah tangga Dusun Sroyo telah menerapkan kebiasaan

tidak merokok. Namun dari data yang diambil hanya 11 rumah yang anggota keluarganya tidak merokok dari total 32 rumah.  Merokok dapat menyebabkan terjadinya banyak penyakit

dikarenakan banyaknya bahan kimia berbahaya yang menyusun rokok. Penyakit yang bisa ditimbulkan akibat merokok antara lain adalah kanker paru – paru, bronchitis, jantung koroner, hipertensi, diabetes, dan impotensi. Rokok tidak hanya merugikan para perokok aktif saja tetapi ikut merugikan perokok pasif yang hanya menghirup asap rokoknya saja.

 Alasan utama masyarakat di Dusun Sroyo merokok adalah untuk

Gambar

Tabel 1. Hasil Penilaian PHBS Tatanan Rumah Tangga di Dusun Banaran
Tabel 2. Hasil Penilaian PHBS Tatanan Rumah Tangga di Dusun Sroyo
Grafik Penilaian PHBS di Dusun Banaran
Tabel 3. Penggolongan Kriteria PHBS Tatanan Keluarga di Dusun Sroyo
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lahir hidup (Live birth) menurut WHO dan David Lucas, 1995 : 35 adalah peristiwa keluarnya atau terpisahnya suatu hasil konsepsi dari rahim ibunya, tanpa memperdulikan lama

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh kesenangan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan pada Salon Agung di Kabupaten Gianyar Tahun 2013,

kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel. komunikasi yang diujicobakan dan juga sebagai kisi-kisi

Pesantren kilat bertujuan memberikan pengetahuan sedini mungkin mengenai konsep halal sehingga memungkinkan akan menimbulkan kesadaran anak untuk mengkonsumsi produk

Yaitu untuk menjawab tantangan eks- ternal untuk bisa mengikuti perlombaan Musa- baqah Qiraatul Kutub (MQK). Sekali lagi, sebuah penelitian membuktikan bahwa tradisi

Setiap usaha pasti akan memiliki resiko yang harus ditanggung oleh pelaksana usaha, termasuk juga industri permen susu. Resiko yang dihadapi dalam industri permen susu ini

[r]