• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biodiversity of superfamily papilionoidea butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung Bulusaraung National Park, Maros Regency, South Sulawesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Biodiversity of superfamily papilionoidea butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung Bulusaraung National Park, Maros Regency, South Sulawesi"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

BIODIVERSITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI

PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI TAMAN NASIONAL

BANTIMURUNG-BULUSARAUNG, KABUPATEN MAROS,

SULAWESI SELATAN

ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Biodiversitas Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2012

(3)

ABSTRACT

ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH. Biodiversity of Superfamily Papilionoidea Butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung-Bulusaraung National Park, Maros Regency, South Sulawesi. Supervised by TRI ATMOWIDI and DJUNIJANTI PEGGIE.

Bantimurung-Bulusaraung National Park is one of national parks in Indonesia which has high diversity of butterflies. Increasing number of tourists and local butterfly collectors have caused changes of the butterfly habitat and may decrease butterfly population in the park. Aim of the research was to study the diversity of the papilionoid butterflies in Bantimurung-Bulusaraung National Park based on different habitats. The observations were done by scan sampling method in the morning and afternoon at three locations i.e., Pattunuang Nature Reserve, Leang-leang Nature Reserve, and Bantimurung National Park. Results showed that 144 spesies and 6.802 individual of butterflies were found at the areas within 7 weeks of observation. At Leang-leang Nature Reserve, Pattunuang Nature Reserve and Bantimurung National Park were found 113 spesies (2.024 individu), 101 spesies (1.828 individu) and 98 spesies (2.950 individu) of butterflies, respectively.The diversity of butterflies was higher in the national parks (H’ > 3). Pattunuang Nature Reserve has higher value (H’ = 4,06) than Bantimurung National Park (H’ = 3,97) and Leang-leang Nature Reserve (H’ = 3,87). Sorensen similarity index (CN) showed that three research locations were different community structures because there were several different dominant species at each location. Statistically, wind speed gave more significant effect on the number of individuals butterfly than other climate parameters.

(4)

RINGKASAN

ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH. Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) Di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJUNIJANTI PEGGIE.

Ordo Lepidoptera terbagi dalam 47 superfamili dan 124 famili. Superfamili Papilionoidea merupakan salah satu superfamili dari ordo Lepidoptera. Kupu-kupu termasuk dalam subordo Glossata yang terbagi dalam dua superfamili, yaitu superfamili Hesperioidea mempunyai satu famili, yaitu famili Hesperiidae. Sedangkan, superfamili Papilionoidea mempunyai 5 famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Riodinidae, dan Lycaenidae. Superfamili Papilionoidea terdiri atas semua kupu-kupu, kecuali skippers yang termasuk dalam superfamili Hesperioidea. Superfamili Papilionoidea merupakan kelompok yang paling banyak diteliti, meliputi pola warna sayap dan distribusinya.

Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) merupakan taman nasional yang memiliki luas ± 43.750 ha, terletak di wilayah administratif Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini menjadi taman nasional didasarkan atas pertimbangan bahwa kawasan tersebut merupakan ekosistem karst yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan jenis-jenis flora dan fauna endemik, unik, dan langka. TN Babul merupakan salah satu taman nasional yang terkenal dengan keragaman kupu-kupu, sehingga diberi julukan sebagai Kingdom of Butterflies. Taman nasional ini merupakan habitat bagi banyak spesies kupu-kupu, termasuk yang langka dan endemik, di antaranya Graphium androcles dan Papilio blumei.

Pengamatan kupu-kupu dilakukan pada bulan Januari - April 2011 di Cagar Alam Leang-leang, Cagar Alam Pattunuang, dan Taman Wisata Bantimurung. Masing-masing lokasi dilakukan pengamatan selama 15 hari. Pengamatan dilakukan pada pagi hari (08.00-12.00 WITA) dan siang hingga sore hari (pukul 13.00-16.00 WITA). Pengamatan dan pengambilan kupu-kupu dilakukan dengan melakukan survei di sepanjang jalur yang telah ada, menggunakan metode scan sampling. Pengamatan kupu-kupu mencakup jumlah spesies dan individunya. Kupu-kupu yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung di lapangan, ditangkap dengan jaring serangga dan dimasukkan ke dalam kertas papilot untuk keperluan identifikasi di laboratorium. Faktor lingkungan diukur selama pengamatan kupu-kupu. Kelembaban dan suhu udara diukur dengan thermohygrometer, kecepatan angin dengan anemometer, dan intensitas cahaya dengan luxmeter. Data curah hujan didapatkan dari BMG. Selama pengamatan kupu-kupu juga dicatat tumbuhan yang berbunga.

(5)

dengan biplot menggunakan PCA (Principal Component Analysis), dengan program R 2.10.0.

Berdasarkan identifikasi dan perhitungan sampel kupu-kupu di tiga lokasi, ditemukan 144 spesies dari 6.802 individu kupu-kupu yang tergolong dalam 5 famili. Lima famili tersebut adalah Papilionidae (21 spesies), Pieridae (15 spesies), Nymphalidae (65 spesies), Riodinidae (1 spesies) dan Lycaenidae (42 spesies). Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan 113 spesies dari 2.024 individu kupu-kupu. Spesies kupu-kupu terbanyak adalah Catopsilia pomona (317 individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Aoa affinis. Di Cagar Alam Pattunuang ditemukan 101 spesies dari 1.828 individu kupu-kupu. Kupu-kupu yang terbanyak adalah Faunis menado (125 individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Papilio blumei. Di Taman Wisata Bantimurung ditemukan 98 spesies dari 2.950 individu. Spesies kupu-kupu yang terbanyak adalah Lexias aeetes (329 individu) dan yang paling sedikit (2 individu) adalah Graphium rhesus.

Keanekaragaman kupu-kupu di Cagar Alam Pattunuang (H’ = 4.06) lebih tinggi dibandingkan dengan Cagar Alam Leang-leang (H’ = 3,89) dan Taman Wisata Bantimurung (H’ = 3,97). Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh jumlah spesies dan individu yang terdapat dalam komunitas tersebut. Kesamaan kupu-kupu di Cagar Alam Pattunuang dan Cagar Alam Leang-leang mempunyai kesamaan kupu-kupu paling tinggi (CS = 0,81) dan antara Cagar Alam Leang-leang dan Taman Wisata Bantimurung merupakan nilai terendah (CS = 0,71).

Keragaman spesies kupu-kupu yang ditemukan tiap bulan bervariasi. Pada bulan April, spesies kupu-kupu ditemukan rendah. Jumlah individu kupu-kupu di Taman Wisata Bantimurung tertinggi di bulan Januari. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan suhu yang optimum dan curah hujan yang rendah.

Analisis korelasi Pearson antara parameter lingkungan dengan individu kupu-kupu pada tiap-tiap lokasi penelitian, menunjukkan bahwa kecepatan angin memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,04) terhadap jumlah individu kupu-kupu. Sedangkan, parameter lingkungan lainnya, yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,10, p = 0,22, p = 0,29, dan p = 0,47).

(6)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB

(7)

BIODIVERSITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI

PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI TAMAN NASIONAL

BANTIMURUNG-BULUSARAUNG, KABUPATEN MAROS,

SULAWESI SELATAN

ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) Di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

Nama : Astrid Sri Wahyuni Sumah NRP : G352090081

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Tri Atmowidi, M. Si Djunijanti Peggie, M. Sc., Ph. D.

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Biosains Hewan

Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. Dahrul Syah, M. Sc., Agr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2011 ialah Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Armowidi, M. Si. dan Djunijanti Peggie, M. Sc., Ph. D., selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Purnama Hidayat, M. Sc., selaku penguji. Ungkapan terima kasih kepada teknisi di Laboratorium Entomologi, LIPI, yang telah banyak membantu penulis dalam identifikasi spesimen. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ali Mutahar yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu (Arsyad Sumah dan Sri Suryani), kakak (Rahmat Adri N. Sumah), adik (Aditya T. Sumah), Ali Alamsyah K. (pujaan hati), dan Mega Sari A. (sahabat) yang telah memberikan dorongan semangat, doa dan kasih sayang kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 15 Desember 1985 dari ayah, Arsyad Sumah dan ibu, Sri Suryani. Penulis merupakan putri tunggal dari tiga bersaudara.

(12)

DAFTAR ISI

Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan... Biodiversitas Kupu-kupu... Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan... PEMBAHASAN

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jadwal pengamatan data kupu-kupu di tiga lokasi penelitian... 27 2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian………… 33 3 Indeks kesamaan Sorensen kupu-kupu di tiga lokasi penelitian………….. 39 4 Tumbuhan pakan larva kupu-kupu yang ditemukan di tiga lokasi

penelitian... 43 5 Rata-rata intensitas cahaya (IC), kecepatan angin (KA), suhu,

kelembaban (RH), dan curah hujan (CH) selama pengamatan kupu-kupu

di tiga lokasi penelitian……… 49

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bagan alur penelitian…….………..…. 19 2 Lokasi penelitian kupu-kupu di TN Babul, Kab. Maros: Cagar Alam

Pattunuang (1), Cagar Alam Leang-leang (2), dan Taman Wisata Bantimurung (3)...……… 27 3 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: Cagar Alam Pattunuang

(a), Cagar Alam Leang-leang (b), Taman Wisata Bantimurung (c)….. 32 4 Spesies kupu-kupu tiap famili yang paling sering ditemukan di tiga

lokasi penelitian: Graphium agamemnon (famili Papilionidae) (a), Graphium anthedon (famili Papilionidae) (b), Catopsilia pomona (famili Pieridae) (c), Eurema tominia (famili Pieridae) (d), Lexias

aeetes (famili Nymphalidae) (e), Faunis menado (famili

Nymphalidae) (f), Abisara echerius (famili Riodinidae) (g), Jamides aratus (famili Lycaenidae) (h), dan Jamides fractilinea (famili Lycaenidae) (i)………...……… 38 5 Jumlah spesies yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: Cagar alam

Leang-leang (A), Cagar Alam Pattunuang (B), Taman Wisata Bantimurung (C)……… 39 6 Jumlah spesies (a) dan jumlah individu (b) kupu-kupu pada tiap

bulan pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan pada setiap bar………... 40 7 Jumlah spesies (a) dan jumlah individu (b) pada pengamatan pagi

hari dan siang hari di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan pada setiap bar………... 41 8 Kurva akumulasi jumlah spesies kupu-kupu berdasarkan jumlah hari

pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung……….. 42 9 Tumbuhan berbunga yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: (a)

Clerodendrum sp. (Verbenaceae), (b) Hibiscus sp. (Malvaceae), (c) Hibiscus rosa-sinensis (Malvaceae), (d) Ixora sp. (Rubiaceae), (e) Bauhinia purpurea (Caesalpiniaceae), (f) Impatiens balsamina (Balsaminaceae), (g) Lantana camara (Verbenaceae), (h) Cassia alata (Caesalpiniaceae), (i) Jatropha sp. (Euphorbiaceae), (j) dan (k)

Justiciasp. (Acanthaceae)……….. 48

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peta wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi

Selatan………... 67

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pulau Sulawesi merupakan kumpulan dari beberapa pulau yang terpisah dan bersatu sejak awal jaman tersier (sekitar 50 juta tahun yang lalu). Secara tidak langsung, kupu-kupu di Pulau Sulawesi merupakan kumpulan kupu-kupu yang berasal dari pulau-pulau yang bersatu. Pembentukan Pulau Sulawesi merupakan bagian dari evolusi geologi. Dengan demikian evolusi ekologi merupakan faktor utama dalam penyebaran kupu-kupu. Saat ini tercatat sebanyak 557 spesies dari ordo Lepidoptera di Pulau Sulawesi dan sekitarnya dan 353 spesies diantaranya ditemukan di Sulawesi Selatan. Tingkat endemisitas spesies kupu-kupu di Pulau Sulawesi mencapai 40%. Tingkat endemisitas ini lebih tinggi dibanding pulau-pulau lainnya di Indonesia, kecuali Papua yang mencapai 46% (Vane-Wright & de Jong 2003).

Pulau Sulawesi merupakan pulau yang terletak pada bagian tengah dari Kepulauan Nusantara. Batas wilayah pulau ini, yaitu bagian barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan yang dipisahkan oleh Selat Makassar; Bagian utara berbatasan dengan Kepulauan Filipina yang dipisahkan oleh Laut Sulawesi; Bagian timur berbatasan dengan Kepulauan Maluku yang dipisahkan oleh Laut Banda; Bagian selatan berbatasan dengan Kepulauan Timor yang dipisahkan oleh Laut Flores. Whitten (2009) berpendapat bahwa posisi Pulau Sulawesi yang terletak di tengah Kepulauan Nusantara, dapat menerima fauna yang bermigrasi lebih banyak dari segala penjuru. Pada kenyataannya, hanya sedikit spesies fauna pendatang, sedangkan spesies fauna yang khas lebih banyak di Pulau Sulawesi, termasuk di dalamnya adalah serangga.

(17)

dilihat diantaranya pada berbagai spesies kupu-kupu. Kupu-kupu di Pulau Sulawesi memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dengan spesies kupu-kupu dari daerah lainnya di dunia (Whitten 2009).

Taman nasional merupakan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah pusat dari pengaruh perkembangan manusia dan polusi. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, taman nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Pemerintah Indonesia menetapkan beberapa wilayah di Indonesia sebagai kawasan konservasi. Salah satu di antaranya adalah kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. TN Babul merupakan taman nasional yang memiliki luas ± 43.750 ha, terletak di wilayah administratif Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Taman nasional ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004. Kawasan ini menjadi taman nasional didasarkan atas pertimbangan, yaitu berupa ekosistem karst yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan spesies-spesies flora dan fauna endemik, unik, dan langka (Departemen Kehutanan 2008a).

(18)

Keragaman kupu-kupu yang tinggi di kawasan ini telah banyak dilaporkan. Alfred Russel Wallace (1890) melaporkan terdapat 256 spesies kupu-kupu dalam kawasan Bantimurung (Departemen Kehutanan 2008a). Mattimu et al. (1987) juga melaporkan terdapat 103 spesies kupu-kupu yang ditemukan di hutan wisata Bantimurung. Noerdjito dan Amir (1992) menemukan 64 spesies kupu-kupu di sekitar kawasan taman nasional. Departemen Kehutanan (2008b) melaporkan sebanyak 82 spesies kupu-kupu di sekitar kawasan TN Babul.

Pengukuran cepat tentang perubahan suatu habitat, salah satunya dapat diketahui dari salah satu hewan yang menjadi indikator di kawasan tersebut (Kerr et al. 2000). Beberapa serangga telah digunakan sebagai indikator dalam ekosistem, terutama kupu-kupu. Kupu-kupu sensitif terhadap perubahan dalam suatu kawasan (Bonebrakel & Sorto 2009). Kupu-kupu sering menjadi indikator dalam ekosistem yang sehat dan mewakili keanekaragaman hayati secara keseluruhan.

Saat ini, tekanan terhadap keberadaan kupu-kupu di TN Babul sangat tinggi. Tekanan ini berupa perubahan ekologi pada habitat akibat pembangunan, jumlah pengunjung yang meningkat, dan penangkapan yang berlebihan untuk kepentingan koleksi pribadi maupun komoditas perdagangan. Dengan demikian, penelitian tentang komunitas kupu-kupu di TN Babul perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari biodiversitas kupu-kupu superfamili Papilionoidea di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan informasi terbaru tentang keragaman jenis dan penyebaran kupu-kupu

yang dapat digunakan dalam usaha konservasi kupu-kupu dan habitatnya.

2. Mendapatkan data tentang keragaman kupu-kupu yang dapat digunakan untuk

pengelolaan kawasan dan keanekaragaman hayati di Taman Nasional

(19)

Bagan Alur Penelitian

Bagan alur penelitian adalah sebagai berikut (Gambar 1) :

Gambar 1 Bagan alur penelitian Faktor biotik :

Host plant

 Tanaman penghasil nektar

 Musuh alami

 Kolektor

 Kerusakan habitat

Taman Nasional

Bantimurung-Bulusaraung

Faktor lingkungan :  Kelembaban  Intensitas Cahaya  Suhu

 Kecepatan angin  Curah Hujan Biodiversitas Kupu-kupu

Analisis Data

Rekomendasi :

 Departemen Kehutanan, khususnya Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung  Masyarakat

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Biodiversitas

Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan ekosistem. Biodiversitas spesies mencakup tumbuhan, hewan, cendawan, bakteri, dan mikroorganisme yang lain. Diversitas ekosistem atau diversitas biogeografi berkaitan dengan variasi dalam wilayah biogeografi, bentang alam (landscape) dan habitat (Yamamoto et al. 2007). Diversitas ini tidak hanya berlaku untuk spesies, tapi juga dalam hubungan antara spesies dengan lingkungannya (biotipe) dalam suatu ekosistem. Dalam setiap ekosistem, organisme saling berinteraksi tidak hanya dengan sesama organisme, tetapi juga dengan faktor abiotik yang berada didalamnya (Prugh et al. 2008).

Diversitas spesies dan diversitas ekosistem tidak hanya ditentukan oleh jumlah spesies (species richness), tetapi juga ditentukan oleh kelimpahan relatif individu (relative abundance) yang mengacu pada kemerataan individu suatu spesies dalam suatu ekosistem. Hubungan yang positif diantara diversitas spesies tanaman, konsumen, tanaman inang, dan herbivora merupakan salah satu contoh bentuk interaksi. Kelimpahan sumber makanan juga merupakan faktor penting dalam interaksi diantara herbivora (Yamamoto et al. 2007).

Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

(21)

sedangkan hampir semua ngengat memiliki antena seperti bulu burung atau seperti sisir.

Tubuh kupu-kupu mempunyai bagian-bagian yang sama dengan serangga yang lain. Kupu-kupu memiliki dinding tubuh yang disebut integumen, yang berfungsi sebagai kerangka luar (eksoskeleton). Tubuh kupu-kupu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat dua antena yang panjang yang di bagian ujungnya membesar. Antena ini berfungsi sebagai organ peraba dan perasa. Pada bagian kepala juga terdapat mata majemuk sepasang, dan probosis yang berfungsi sebagai penghisap cairan.

Pada bagian thoraks terdapat dua pasang sayap yang menempel pada segmen kedua dan ketiga. Kupu-kupu memiliki karakteristik yang khusus pada sayap, yaitu sisik. Sisik ini mengandung pigmen melanin yang memberikan warna hitam dan coklat. Warna biru, hijau, merah, dan warna lainnya pada sayap, biasanya tidak dibentuk oleh pigmen tetapi dari struktur sisik pada sayap. Warna struktur ini merupakan hasil dari pantulan cahaya pada sisik yang saling bertumpukan oleh kristal fototonik alami (Vukusic et al. 2000; Ro et al. 2006). Bentuk, ukuran, warna, dan venasi sayap merupakan bagian paling penting dalam identifikasi kupu-kupu.

Pada umumnya kupu-kupu dapat ditemukan di hampir setiap habitat. Perbedaan habitat dapat menyebabkan perbedaan spesies kupu-kupu yang hidup di dalamnya. Kupu-kupu mudah diperoleh di kebun, sepanjang jalan kecil, tempat terbuka, aliran-aliran sungai, hutan, atau pegunungan. Komponen penting bagi kehidupan kupu-kupu adalah tersedianya tanaman inang sebagai sumber makanan. Jika tidak tersedia sumber makanan atau sumber makan sedikit, maka terjadi perpindahan kupu-kupu ke daerah yang baru yang mempunyai sumber daya lebih banyak (Departemen Kehutanan 2008b).

(22)

Kupu-kupu menghisap nektar dan air dengan probosisnya. Energi dari gula yang terdapat dalam nektar, sodium, dan mineral lainnya, merupakan hal yang penting untuk kepentingan reproduksinya. Beberapa kupu-kupu memerlukan sodium lebih banyak dibandingkan nektar. Kupu-kupu mendapatkan sodium dalam garam dan terkadang mendapatkan dari keringat manusia (Freerk et al. 2005).

Di alam keragaman spesies kupu-kupu dapat menurun yang disebabkan oleh adanya musuh alami. Seluruh tahap perkembangan kupu-kupu rentan diserang oleh musuh alami, seperti pemangsa (predator), parasitoid dan manusia. Larva dan kupu-kupu dewasa dimangsa oleh burung (Brower & Calvert 1985; Fink & Brower 1981; Devries 2003), dan tikus (Brower et al. 1985; Wiklund et al. 2008). Burung merupakan salah satu predator utama kupu-kupu di alam yang mengenali pola warna sayap kupu-kupu sebagai penanda mangsanya (Langham 2006; Olofsson et al. 2010). Telur kupu-kupu dimangsa oleh serangga lainnya, seperti kumbang lembing (lady beetle) (Koch et al. 2005; Koch et al. 2006), semut (Matthew & Daniels 2011), dan lalat (Gripenberg et al. 2011).

Parasitoid menyerang kupu-kupu pada tahap telur, larva dan pupa (Lugojia et al. 2001; Koch et al. 2005; Anton et al. 2007).Pada umumnya, parasitoid lebih banyak ditemukan pada telur dan larva instar 1 kupu-kupu (Nouhuys & Via 1999; Castelo et al. 2009). Lalat Lespesia archippivora (famili Tachinidae) merupakan salah satu parasitoid pada larva kupu-kupu (Oberhauser et al. 2007). Larva parasitoid hidup dalam tubuh inang dan jumlah parasitoid sekitar 10% dari total jumlah serangga di dunia yang telah teridentifikasi (Eggleton & Belshaw 1992). Beberapa tabuhan parasitoid menggunakan sinyal feromon yang dikeluarkan oleh kupu-kupu jantan saat kawin (mating) untuk mendeteksi keberadaan inang (Fatourus et al. 2003; Huigens et al. 2009; Huigens et al. 2011). Parasitoid Ichneumon eumerus (Hymenoptera: Ichneumonidae) menyerang pupa Maculinea rebeli (subfamili Lycaenidae) (Hochberg et al. 1998). Parasitoid Neotypus melanocephalus (Hymenoptera: Ichneumonidae) menyerang larva Maculinea nausithous (subfamili Lycaenidae) (Anton et al. 2007) dan Maculinea teleius (subfamili Lycaenidae) (Tartally 2005).

(23)

Mekanisme pertahanan diri tersebut, meliputi kamuflase dan perlindungan kimiawi yang didapatkan dari makanannya (Nishida 2002).

Taksonomi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

Kristensen (2007) membagi ordo Lepidoptera menjadi 47 superfamili dan 124 famili. Superfamili Papilionoidea merupakan salah satu superfamili dari ordo Lepidoptera. Kupu-kupu termasuk dalam subordo Glossata yang terbagi dalam dua superfamili, yaitu Hesperioidea dan Papilionoidea. Hesperioidea hanya terbagi dalam satu famili, yaitu famili Hesperiidae, sedangkan superfamili Papilionoidea terbagi dalam 5 famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Riodinidae, dan Lycaenidae (Vane-Wright & de Jong 2003; Ayberk & Akkuzu (2007). Superfamili Papilionoidea merupakan kelompok yang paling banyak diteliti. Namun, pengetahuan biologi superfamili ini masih belum lengkap (Gutirrez et al. 2004).

Deskripsi lima famili yang termasuk superfamili Papilionoidea adalah sebagai berikut (Vane-Wright & de Jong 2003):

Famili Papilionidae. Kupu-kupu famili ini memiliki ukuran tubuh yang besar dengan panjang sayap lebih dari 50 mm, berwarna cerah, pada sayap belakang terdapat “ekor”. Saat ini, sedikitnya terdapat 550 spesies kupu-kupu yang tersebar di seluruh dunia, kecuali Antartika. Keragaman tertinggi kupu-kupu ini terdapat di Asia Timur dan Asia Tenggara, karena daerah ini masih cukup baik (Reed & Sperling 2006).

(24)

Famili Lycaenidae. Kupu-kupu dalam famili ini memiliki ukuran tubuh kecil sampai sedang, panjang sayap lebih dari 20 mm, sayap lemah dan mudah rusak. Famili Lycaenidae merupakan kelompok famili terbesar kedua dengan sekitar 6000 spesies diseluruh dunia. Kupu-kupu ini dikenal dengan nama kupu-kupu ”gossamer-winged” dan the blues hairstreaks (Fiedler 1996). Kupu-kupu dari famili ini telah teridentifikasi sekitar 40% dari seluruh spesies kupu-kupu yang telah diidentifikasi (Venkatesha 2005). Famili ini terbagi menjadi beberapa subfamili, diantaranya Polyommatinae dan Lycaeninae yang umumnya memiliki warna biru pada bagian atas dan pinggir sayap dan biasanya dibatasi oleh warna hitam. Subfamili lainnya dalam famili Lycaenidae adalah Theclinae, Miletinae, Lipteninae, Liphyrinae, Curetinae, dan Poritiinae. Beberapa peneliti masih memasukkan famili Riodinidae ke dalam famili Lycaenidae (Hall & Harvey 2002).

Famili Riodinidae. Famili Riodinidae merupakan kupu-kupu yang paling unik di antara famili lainnya. Famili ini tersebar dalam wilayah biogeografi yang sempit, terutama di Neotropik Amerika. Di wilayah lain, famili ini mempunyai jumlah spesies yang terbatas. Jumlah spesies dalam famili ini diperkirakan sekitar 1.500 spesies (Vane-Wright 2003) dan 20% diantaranya masuk dalam jumlah kupu-kupu yang telah diidentifikasi(Hall 2002). Kupu-kupu ini memiliki ukuran tubuh kecil hingga menengah dengan ukuran sayap sekitar 12-60 mm. Kupu-kupu ini memiliki warna perak metalik atau keemasan pada permukaan bawah sayap yang bervariasi, sehingga kupu-kupu ini dikenal dengan metalmarks butterflies (Hall 2004).

(25)

dunia, kecuali Antartika. Kupu-kupu ini berukuran sedang hingga besar dengan panjang sayap lebih dari 25 mm (Wahlberg et al. 2003).

Peranan Kupu-kupu

(26)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2011 di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Lampiran 1). Preservasi dan identifikasi spesimen dilakukan di Laboratorium Perilaku dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB, Bogor dan Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera, GPS (Global Positioning System), kotak spesimen, jaring serangga, kertas papilot, papan perentang, oven, anemometer, luxmeter, thermohygrometer, pinset serangga, jarum pentul, desikator, jarum serangga (insect pin), gunting, balok penusuk (pinning block), kertas kalkir dan buku identifikasi. Sedangkan, bahan-bahan adalah kapur barus dan silika gel.

Metode

Pengamatan Biodiversitas Kupu-kupu

Penentuan stasiun penelitian di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung didasarkan pada pengamatan langsung di lapangan untuk menentukan tiga habitat yang berbeda, yaitu Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung (Gambar 2).

(27)

laboratorium. Faktor lingkungan diukur selama pengamatan kupu-kupu. Kelembaban dan suhu udara diukur dengan thermohygrometer, kecepatan angin dengan anemometer, dan intensitas cahaya dengan luxmeter. Data curah hujan didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Selama pengamatan kupu-kupu juga dicatat tumbuhan yang berbunga.

Tabel 1 Jadwal pengamatan kupu-kupu di tiga lokasi penelitian pada Januari-April 2011

Minggu Cagar Alam Pattunuang Cagar Alam Leang-leang

Gambar 2 Lokasi penelitian kupu-kupu di TN Babul, Kab. Maros: Cagar Alam Pattunuang (1), Cagar Alam Leang-leang (2), dan Taman Wisata Bantimurung (3).

2

3

(28)

Preservasi dan Identifikasi Kupu-kupu

Preservasi kupu-kupu dilakukan dengan menggunakan metode standar (Triplehorn & Johnson 2005). Spesimen yang telah diambil dari lapangan, dimasukkan ke dalam desikator untuk melembabkan. Setelah itu, spesimen dikeluarkan dari kertas papilot, kemudian ditusuk pada bagian thoraks menggunakan jarum serangga (insect pin) dengan posisi spesimen tegak lurus dengan jarum serangga. Spesimen yang telah ditusuk dengan jarum, dimasukkan dalam balok penusuk (pinning block) untuk diatur posisi tinggi rendahnya spesimen pada jarum. Selanjutnya, posisi sayap kiri dan kanan disejajarkan dengan papan perentang. Spesimen yang telah berada pada papan perentang, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 370 C sekitar 2 minggu sampai spesimen kering. Setelah kering, spesimen dikeluarkan, dilepas dari papan perentang untuk dimasukkan ke dalam kotak spesimen atau lemari penyimpanan yang telah dimasukkan kapur barus. Spesimen yang ditangkap untuk keperluan identifikasi, didepositkan sebanyak 130 individu kupu-kupu di Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong dan 20 individu kupu-kupu di Laboratorium Perilaku dan Ekologi Hewan, IPB. Kupu-kupu yang telah dipreservasi, kemudian diidentifikasi berdasarkan pola warna sayap, berdasarkan Yata (1981), Morishita (1981), Aoki et al. (1982), Tsukada (1985), D’Abrera (1986), Seki et al. (1991), Tsukada (1991), dan Vane-Wright & de Jong (2003).

Analisis Data

Keanekaragaman spesies kupu-kupu dianalisis dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener (Magguran 1988):

Keterangan: H’ = Indeks Shannon-Wiener

ni = Jumlah individu untuk spesies ke-i N = Jumlah total individu

(29)

Berdasarkan Brower (1990) indeks keanekaragaman Shannon-Wiener bertoleransi antara 0 - ~ dengan kriteria sebagai berikut:

Jika H’ < 2 : keanekaragaman individu rendah, kestabilan habitat rendah. Jika 2 < H’ < 3 : keanekaragaman individu sedang, kestabilan habitat sedang. Jika H’ > 3 : keanekaragaman individu tinggi, penyebaran jumlah individu tinggi dan kestabilan habitat tinggi.

Kesamaan kupu-kupu antar lokasi pengamatan dianalisis dengan menggunakan indeks similaritas Sorensen kualitatif (Magguran 1988):

Cs = b a

j  2

Keterangan: Cs = Indeks similaritas Sorensen

j = Jumlah spesies yang ditemukan pada habitat A dan B a = Jumlah spesies habitat A

b = Jumlah spesies habitat B

(30)

HASIL

Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan

Kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) memiliki luas ± 43.750 Ha yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis kawasan ini terletak antara 119° 34’ 17” – 119° 55’ 13” Bujur Timur dan antara 4° 42’ 49” – 5° 06’ 42” Lintang Selatan. Secara kewilayahan, batas-batas TN Babul adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Barru, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep.

Deskripsi tiga lokasi pengamatan keragaman kupu-kupu di kawasan TN Babul sebagai berikut:

a. Cagar Alam Pattunuang

Cagar Alam Pattunuang (Gambar 3a) merupakan cagar alam yang berbatasan langsung dengan jalan raya dengan tebing karst yang terjal dan licin. Secara geografis, cagar alam ini berada pada koordinat 5o01’54.31” LS dan 119o45’35.16” BT. Cagar alam ini memiliki hutan sekunder dan aliran sungai yang selalu mengalir tiap tahun. Di bagian atas cagar alam, terdapat tiga rumah penduduk dan terdapat Gua Pengantin. Gua ini selalu dijadikan tempat perkemahan oleh mahasiswa. Tumbuhan yang berbunga yang ditemukan di lokasi ini pada saat pengamatan kupu-kupu adalah Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Arenga pinnata (Palmae), Lantana camara (Verbenaceae), Hibiscus sp. (Malvaceae), Tectona grandis (Verbenaceae), Ficus sp. (Moraceae) dan tumbuhan benalu.

b. Cagar Alam Leang-leang

(31)

yang berbatasan langsung dengan persawahan. Kawasan ini memiliki daerah karst yang cukup terjal yang berada di bawah kaki Gunung Bulusaraung, dengan tanah yang datar dan bergelombang. Di kawasan ini ditemukan berbagai tumbuhan perdu dengan bunga sebagai habitat kupu-kupu dan terdapat aliran sungai yang selalu mengalir tiap tahun. Tumbuhan yang sedang berbunga pada saat pengamatan kupu-kupu adalah Lantana camara (Verbenaceae), Psidium guajava (Myrtaceae), Annona muricata (Annonaceae), Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Citrus sp. (Rutaceae), Tectona grandis (Verbenaceae) dan Ficus sp. (Moraceae).

c. Taman Wisata Bantimurung

(32)

Gambar 3 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: Cagar Alam Pattunuang (a), Cagar Alam Leang-leang (b), Taman Wisata Bantimurung (c).

Biodiversitas Kupu-kupu

Di tiga lokasi pengamatan ditemukan 144 spesies dari 6.802 individu kupu-kupu yang tergolong dalam 5 famili (Tabel 2). Lima famili tersebut ialah Papilionidae (21 spesies), Pieridae (15 spesies), Nymphalidae (65 spesies), Riodinidae (1 spesies), dan Lycaenidae (42 spesies). Di Cagar Alam Leang-leang, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Catopsilia pomona (317 individu). Di Cagar Alam Pattunuang, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Faunis menado (125 individu). Di Taman Wisata Bantimurung, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Lexias aeetes (329 individu). Spesies kupu-kupu yang paling banyak ditemukan di tiga lokasi penelitian ialah Catopsilia pomona (Gambar 4).

Jumlah spesies dan individu kupu-kupu yang ditemukan berbeda pada tiap lokasi penelitian. Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan paling banyak (113 spesies). Berdasarkan pengamatan, di Cagar Alam Leang-leang banyak ditemukan tumbuhan pakan larva kupu-kupu, antara lain tumbuhan dalam famili Rutaceae sebagai pakan larva Papilio ascalaphus dan tumbuhan Cassia sp. sebagai pakan

a

b

(33)

larva Catopsilia pomona. Penyebaran spesies kupu-kupu yang ditemukan dalam penelitian ini tertera dalam Lampiran 2.

Tabel 2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian Famili

Subfamili Spesies

Jumlah Individu

Leang-leang Pattunuang Bantimurung Papilionidae

Papilioninae

Chilasa veiovis Hewitson, 1865 1

Graphium agamemnon Fruhstorfer, 1903 68 38 23

Graphium androcles Boisduval, 1836 4 8 3

Graphium anthedon Felder & Felder, 1865 56 39 76

Graphium deucalion Boisduval, 1836 2 2 6

Graphium encelades Boisduval, 1836 2 2

Graphium eurypylus Felder & Felder, 1865 12

Graphium meyeri Hopffer, 1874 45 37 97

Graphium rhesus Fruhstorfer, 1902 1 2

Lamproptera meges Tsukada & Nishiyama, 1980 30 34 106

Pachliopta polyphontes Boisduval, 1836 2 8 10

Papilio ascalaphus Boisduval, 1836 20 33 33

Papilio blumei Röber, 1897 3 1

Papilio fuscus Wallace, 1865 1 26

Papilio gigon Felder & Felder, 1864 54 34 41

Papilio peranthus Rothschild, 1896 13 4 13

Papilio polytes Oberthür, 1879 1 6

Papilio sataspes Felder & Felder, 1864 23 22 24

Troides haliphron Boisduval, 1836 6 4

Troides helena Felder & Felder, 1864 8 9

Troides hypolitus Rothschild, 1895 6 4

Pieridae Pierinae

Aoa affinis Vollenhoven, 1865 1 29 38

Appias hombroni Lucas, 1852 13

Appias lyncida Felder & Felder, 1865 2 4

Appias paulina Hopffer, 1874 6 12

Appias zarinda Boisduval, 1836 9 12 13

Cepora celebensis Rothschild, 1892 15 17 66

Cepora timnatha Fruhstorfer, 1902 4 3

Hebomoia glaucippe Wallace, 1863 41 30 46

Pareronia tritaea Fruhstorfer, 1910 49 31 39

Saletara panda Holland, 1891 7 5

Coliadinae

Catopsilia pomona Butler, 1869 317 121 114

(34)

Lanjutan Tabel 2

leang Pattunuang Bantimurung

Eurema celebensis Wallace, 1867 13 24 21

Eurema tominia Vollenhoven, 1865 72 33 52

Gandaca butyrosa Fruhstorfer, 1910 22 6

Nymphalidae Danainae

Danaus genutia Felder & Felder, 1865 16 1

Euploea algae Felder & Felder, 1865 15 13 14

Euploea eleusina Felder, 1859 3

Euploea eupator Hewitson, 1858 10 8 5

Euploea hewitsonii Felder & Felder, 1865 5 2 9

Euploea redtenbacheri Felder & Felder, 1865 11

Euploea sylvester Felder & Felder, 1865 6 3 8

Euploea westwoodi Felder & Felder, 1865 37 50 15

Idea blanchardi Fruhstorfer, 1903 4 3 114

Ideopsis juventa Butler, 1869 34 22 54

Ideopsis vitrea Fruhstorfer, 1910 7 10 10

Tirumala choaspes Butler, 1886 32 8 27

Nymphalinae

Hypolimnas anomala Fruhstorfer, 1912 5 11

Hypolimnas bolina Linnaeus, 1758 8 7 19

Hypolimnas diomea diomea Hewitson, 1861 2 2

Hypolimnas diomea fraterna Wallace, 1869 4

Junonia almana Fruhstorfer, 1906 5

Junonia atlites Fruhstorfer, 1912 74 9 7

Junonia hedonia Felder & Felder, 1867 115 60 34

Rhinopalpa polynice Felder & Felder, 1867 8 4

Symbrenthia lilaea Tsukada & Nishiyama, 1985 7 21

Yoma sabina Tsukada, 1985 30 7 27

Charaxinae

Charaxes affinis Butler, 1865 15 13 42

Charaxes nitebis Hewitson, 1862 4 7 10

Charaxes solon Butler, 1869 8

Polyura cognata Tsukada, 1991 2 3 3

Cyrestinae

Chersonesia rahria Rothschild, 1892 3 23 33

Cyrestis strigata Felder & Felder, 1867 6 37 80

Cyrestis thyonneus Staudinger, 1896 16 18 17

Limenitidinae

Bassorona labotes Hewitson, 1864 22

Dophla evelina Rothschild, 1892 5 28

Euthalia sp. Hübner, 1819* 3 3 3

(35)

Lanjutan Tabel 2

leang Pattunuang Bantimurung

Lasippa neriphus Fruhstorfer, 1899 38 19 57

Lexias aeetes Butler, 1870 2 80 329

Moduza libnites Moore, 1881 7 10 15

Moduza lycone Fruhstorfer, 1913 3

Moduza lymire Hewitson, 1859 44 16 56

Pantoporia antara Fruhstorfer, 1913 8 3 6

Parthenos sylvia Hopffer, 1874 6 14 18

Phaedyma daria Rothschild, 1892 58 16 22

Tacola eulimene Butler, 1866 22 1 38

Heliconiinae

Cethosia myrina Fruhstorfer, 1912 14 6 27

Cirrochroa semiramis Felder & Felder, 1867 5 36 26

Cirrochroa thule Felder & Felder, 1860 7 14

Cupha maeonides Hewitson, 1859 4 14 45

Phalanta alcippe Wallace, 1869 91 136

Terinos taxiles Fruhstorfer, 1906 17 57 17

Vindula dejone Butler, 1883 12 10

Vindula erota Eliot, 1956 101 56 147

Biblidinae

Ariadne celebensis Holland, 1891 15

Satyrinae

Amathusia phidippus Fruhstorfer, 1763 4 9 25

Amathusia virgata Butler, 1870 3

Bletogona mycalesis Felder & Felder, 1867 16

Discophora bambusae Holland, 1891 7 6 4

Elymnias hicetas Fruhstorfer, 1899 3

Elymnias mimalon Hewitson, 1862 4

Faunis menado Hewitson, 1862 29 125 136

Lohora decipiens Martin, 1929 7 27 51

Melanitis leda Martin, 1929 15 41 8

Melanitis phedima Fruhstorfer, 1908 24

Mycalesis horsfieldi Fruhstorfer, 1911 16 20

Mycalesis janardana Fruhstorfer, 1908 5 8

Orsotriaena jopas Fruhstorfer, 1911 17

Ypthima kalelonda Rothschild, 1892 19 37

Riodinidae

(36)

Lanjutan Tabel 2

Curetis tagalica Felder & Felder, 1865 5

Polyommatinae

Acytolepis puspa Röber, 1886 12 3 2

Anthene lycaenina Felder, 1868 3 6 8

Anthene vilosa Snellen, 1878 23 6 10

Caleta caleta Hewitson, 1876 6

Caleta decidia Fruhstorfer, 1922 1

Caleta roxus Fruhstorfer, 1922 1

Castalius rosimon Fruhstorfer, 1922 12 12

Catopyrops ancyra Röber, 1886 6

Catopyrops rita Eliot, 1956 1

Discolampa ilissus` Felder, 1859 5

Euchrysops cnejus Fabricius, 1798 6

Jamides alecto Snellen, 1878 1 6

Jamides aratus de Nicéville, 1899 11 29

Jamides celeno Ribbe, 1926 8

Jamides cyta Fruhstorfer, 1916 1

Jamides festivus Röber, 1886 5 8 5

Jamides fractilinea Tite, 1960 29 16 26

Jamides philatus Snellen, 1878 9

Nacaduba pactolus Fruhstorfer, 1916 3

Megisba malaya Moore, 1884 7 1 16

Pithecops corvus Fruhstorfer, 1919 8 6

Prosotas ella Toxopeus, 1930 14 7 5

Prosotas dubiosa Piepers & Snellen, 1918 15

Prosotas nora Felder, 1860 7 2

Psychonotis piepersii Snellen, 1878 22 12

Theclinae

Arhopala acetes Hewitson, 1862 6

Arhopala alitaeus Hewitson, 1862 6

Arhopala araxes Felder & Felder, 1865 4 3

Arhopala hercules Hewitson, 1862 1

Arhopala irregularis Bethune-Baker, 1903 2 6

Dacalana anysiades Röber, 1887 3 2

Flos apidanus Staudinger, 1889 10

Hypolycaena erylus Fruhstorfer, 1912 7

Hypolycaena sipylus Fruhstorfer, 1912 5 9 8

Hypolycaena xenia Grose Smith, 1895 9

Pratapa icetoides Moore, 1881 19

Rapala manea Hewitson, 1863 1

(37)

Lanjutan Tabel 2 Famili

Subfamili Spesies

Jumlah Individu

Leang-leang Pattunuang Bantimurung

Sinthusa verena Moore, 1884 6

Tajuria mantra Felder & Felder, 1865 2

Jumlah individu 2024 1828 2950

Jumlah spesies 113 101 98

H’ 3,89 4,06 3,97

(38)

Gambar 4 Spesies kupu-kupu tiap famili yang paling sering ditemukan di tiga lokasi penelitian (sisi kiri = permukaan sayap bawah, sisi kanan = permukaan sayap atas): Graphium agamemnon (a), Graphium anthedon (Papilionidae) (b), Catopsilia pomona (c), Eurema tominia (Pieridae) (d), Lexias aeetes (e), Idea blanchardi (Nymphalidae) (f), Abisara echerius (Riodinidae) (g), Jamides aratus (h), dan Jamides fractilinea (Lycaenidae) (i).

Berdasarkan analisis dengan indeks similaritas Sorensen, Cagar Alam Pattunuang dan Cagar Alam Leang-leang mempunyai kesamaan paling tinggi (CS = 0,81) dan antara Cagar Alam Leang-leang dan Taman Wisata Bantimurung paling rendah (CS = 0,71) (Tabel 3). Hal ini dapat dilihat dari komposisi spesiesnya. Sebanyak 113 spesies kupu-kupu yang terdapat di Cagar Alam leang, 20 spesies di antaranya hanya ditemukan di Cagar Alam Leang-leang, 18 spesies ditemukan di Cagar Alam Pattunuang, dan 8 spesies dapat ditemukan di Taman Wisata Bantimurung. Sebanyak 101 spesies kupu-kupu di Cagar Alam Pattunuang, 8 spesies di antaranya hanya ditemukan di Cagar Alam Pattunuang, 18 spesies ditemukan di Cagar Alam Leang-leang, dan 8 spesies

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

1 cm

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(39)

dapat ditemukan Taman Wisata Bantimurung. Sebanyak 98 spesies di Taman Wisata Bantimurung, 15 spesies di antaranya hanya ditemukan di Taman Wisata Bantimurung, 8 spesies ditemukan di Cagar Alam Leang-leang, dan 8 spesies ditemukan di Cagar Alam Pattunuang. (Gambar 5). Berdasarkan Magurran (1988), nilai indeks Sorensen yang kurang dari 1 (Cs ≤ 1) menunjukkan bahwa ketiga struktur komunitas tersebut tidak sama dan terdapat spesies yang dominan pada ketiga lokasi tersebut.

Tabel 3. Indeks kesamaan Sorensen kupu-kupu di tiga lokasi penelitian

Lokasi Pattunuang Leang-leang Bantimurung

Pattunuang

(40)

ini kemungkinan berhubungan dengan suhu pada bulan tersebut yang optimum dengan curah hujan yang rendah (27,3oC, CH = 10,9 mm).

Gambar 6 Jumlah spesies (a) dan jumlah individu (b) kupu-kupu pada tiap bulan pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan pada setiap bar.

Berdasarkan waktu pengamatan, jumlah spesies yang ditemukan pada pagi hari (08.00-12.00 WITA) lebih tinggi dibandingkan pada siang hari (13.00-16.00 WITA) (Gambar 7). Famili Nymphalidae dan Pieridae merupakan famili yang memiliki jumlah spesies yang banyak ditemukan di pagi hari. Spesies kupu-kupu

(41)

dari famili ini berperan sebagai polinator dan umumnya aktif di pagi hari. Beberapa spesies kupu-kupu dapat ditemukan pada berbagai kondisi lingkungan.

Gambar 7 Jumlah spesies (a) dan jumlah individu kupu-kupu (b) pada pengamatan pagi hari dan siang hari di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan pada setiap bar.

Pengamatan dilakukan selama 45 hari yang terbagi dalam tiga lokasi penelitian (masing-masing 15 hari). Grafik akumulasi jumlah spesies kupu-kupu yang ditemukan menunjukkan kurva masih terus meningkat dan belum mencapai

(42)

titik stasioner (Gambar 8). Jika dilakukan penambahan hari pengamatan kemungkinan terjadi penambahan jumlah spesies.

Gambar 8 Kurva akumulasi jumlah spesies kupu-kupu berdasarkan jumlah hari pengamatan diCagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung.

Keberadaan kupu-kupu dalam suatu habitat dipengaruhi oleh ketersediaan tumbuhan pakan larva. Beberapa tumbuhan pakan larva ditemukan di tiga lokasi penelitian (Tabel 4). Tumbuhan berbunga yang ditemukan di tiga lokasi penelitian adalah Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Arenga pinnata (Palmae), Lantana camara, Clerodendrum sp. dan Tectona grandis (Verbenaceae), Hibiscus sp. (Malvaceae), Ficus sp. (Moraceae), Psidium guajava (Myrtaceae), Annona muricata (Annonaceae), Citrus sp. (Rutaceae), Bauhinia purpurea dan Cassia alata (Caesalpiniaceae), Ixora sp. (Rubiaceae), Impatiens balsamina (Balsaminaceae), Justicia sp. (Acanthaceae), dan Jatropha sp. (Euphorbiaceae) (Gambar 9). Selama pengamatan, tumbuhan Lantana camara (Verbenaceae), Arenga pinnata (Palmae) dan Ficus sp. (Moraceae) merupakan tumbuhan berbunga yang paling sering dikunjungi oleh kupu-kupu.

(43)

Tabel 4 Spesies kupu-kupu dan tumbuhan pakan larva yang ditemukan di tiga lokasi penelitian

No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva

1. Troides haliphron Aristolochia sp. (Aristolochiaceae)

2. Troides helena Aristolochia sp. (Aristolochiaceae)

3. Troides hypolitus Aristolochia sp. (Aristolochiaceae)

4. Pachliopta polyphontes Aristolochia sp. (Aristolochiaceae)

5. Chilasa veiovis Cinnamomum sp., Cryptocarya sp.

(Lauraceae)

6. Papilio ascalaphus Citrus sp. (Rutaceae)

7. Papilio blumei Euodia sp., Toddalia sp. (Rutaceae)

8. Papilio fuscus Citrus sp., Euodia sp. (Rutaceae), Morinda

citrifolia (Rubiaceae)

9. Papilio gigon Citrus sp., Euodia sp. (Rutaceae)

10. Papilio peranthus Micromelum sp. (Rutaceae)

11. Papilio polytes Citrus sp., Micromelum sp., Euodia sp.

(Rutaceae)

12. Papilio sataspes Euodia sp., Micromelum sp., Toddalia sp.

(Rutaceae)

13. Graphium agamemnon Annona muricata (Annonaceae)

14. Graphium androcles -

15. Graphium anthedon Cinnamomum sp. (Lauraceae)

16. Graphium deucalion -

17. Graphium encelades -

18. Graphium eurypylus Annona sp., Pseuduvaria sp., Desmos sp.,

Melodorum sp. (Annonaceae)

19. Graphium meyeri -

20. Graphium rhesus -

21. Lamproptera meges Illigera sp. (Hernandiaceae)

22. Hebomoia glaucippe Brassica sp. (Brassicaceae), Capparis sp.,

Crateva sp. (Capparaceae)

23. Pareronia tritaea Capparis sp. (Capparaceae)

24. Appias hombroni -

25. Appias lyncida Capparis sp., Crateva sp. (Capparaceae)

26. Appias paulina Capparis sp. (Capparaceae), Drypetes sp.,

(44)

Lanjutan Tabel 4

No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva

32. Gandaca butyrosa Monocarpia sp., Mitrephora sp.

(Annonaceae)

33. Eurema celebensis -

34. Eurema tominia -

35. Catopsilia pomona Cassia sp. (Caesalpiniaceae)

36. Catopsilia scylla Cassia sp. (Caesalpiniaceae)

37. Euploea algae Ficus sp., Streblus sp. (Moraceae)

38. Euploea eleusina Streblus asper (Moraceae)

39. Euploea eupator Ficus sp. (Moraceae)

40. Euploea hewitsonii Ficus sp. (Moraceae)

41. Euploea redtenbacheri Ficus sp. (Moraceae)

42. Euploea sylvester Ficus sp. (Moraceae)

43. Euploea westwoodi Ficus sp. (Moraceae)

44. Tirumala choaspes -

45. Danaus genutia Asclepias sp. (Asclepiadaceae)

46. Ideopsis juventa Cynanchum sp. (Apocynaceae)

47. Ideopsis vitrea

Cardiopteris moluccana (Cardiopteridaceae)

48. Idea blanchardi Parsonsia sp. (Apocynaceae)

49. Hypolimnas anomala Claoxylon sp. (Euphorbiaceae), Pipturus sp.,

Villebrunea sp. (Urticaceae)

50. Hypolimnas bolina Justicia sp., Ruellia sp. (Acanthaceae), Ficus

sp. (Moraceae)

51. Hypolimnas diomea diomea Elatostema lineolatum (Urticaceae)

52. Hypolimnas diomea fraternal Elatostema lineolatum (Urticaceae)

53. Yoma sabina Ruellia sp. (Acanthaceae)

54. Rhinopalpa polynice Dendrocnide sp., Poikilospermum sp.

(Urticaceae)

55. Junonia almana Acanthus sp., Barleria sp. (Acanthaceae)

56. Junonia atlites Justicia sp., Barleria sp. (Acanthaceae)

57. Junonia hedonia Ruellia sp. (Acanthaceae), Sida sp.

(Malvaceae)

58. Symbrenthia lilaea Boehmeria sp., Debregeasia sp., Girardinia

sp. (Urticaceae)

59. Charaxes affinis Manihot sp. (Euphorbiaceae), Persea

americana (Lauraceae)

60. Charaxes nitebis -

61. Charaxes solon

Acacia sp., Pithecellobium sp. (Mimosaceae)

62. Polyura cognata Annona sp. (Annonaceae), Caesalpinia sp.,

Cassia sp. (Caesalpiniaceae)

(45)

Lanjutan Tabel 4

No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva

64. Cyrestis thyonneus -

65. Chersonesia rahria Ficus sp. (Moraceae)

66. Pantoporia antara Acacia sp. (Mimosaceae)

67. Lexias aeetes Arenga pinnata (Palmae)

68. Phaedyma daria

Desmodium sp., Mucuna sp. (Papilionaceae)

69. Parthenos sylvia Passiflora sp. (Passifloraceae)

70. Tacola eulimene -

71. Moduza libnites Mussaenda sp. (Rubiaceae)

72. Moduza lycone Mussaenda sp. (Rubiaceae)

73. Moduza lymire Mussaenda sp. (Rubiaceae)

74. Lamasia lyncides -

75. Lasippa neriphus -

76. Euthalia sp. Scurrula sp. (Loranthaceae)

77. Dophla evelina Anacardium sp. (Anacardiaceae), Antidesma

sp. (Euphorbiaceae)

78. Bassorona labotes -

79. Cethosia myrina Adenia sp., Passiflora sp. (Passifloraceae)

80. Vindula dejone Adenia sp., Passiflora sp. (Passifloraceae)

81. Vindula erota Adenia sp., Passiflora sp. (Passifloraceae)

82. Cirrochroa semiramis Flacourtia sp., Hydnocarpus sp.

(Flacourtiaceae)

83. Cirrochroa thule Flacourtia sp., Hydnocarpus sp.

(Flacourtiaceae)

84. Cupha maeonides Erioglossum sp., Lepisanthes sp.

(Sapindaceae)

85. Terinos taxiles Rinorea sp. (Violaceae)

86. Phalanta alcippe Flacourtia sp., Hydnocarpus sp.

(Flacourtiaceae), Salix sp. (Salicaceae)

91. Melanitis phedima Oryza sp., Zea sp. (Gramineae)

92. Ypthima kalelonda Digitaria sp., Imperata sp. (Gramineae)

93. Mycalesis horsfieldi Oryza sp., Saccharum sp. (Gramineae)

94. Mycalesis janardana Digitaria sp., Paspalum sp. (Gramineae)

95. Orsotriaena jopas Gramineae

96. Elymnias hicetas Areca sp., Arenga sp., Cocos sp. (Palmae)

(46)

Lanjutan Tabel 4

No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva

98. Discophora bambusae Bambusa sp. (Bambusaceae)

99. Faunis menado Arenga pinnata (Palmae)

100. Amathusia phidippus Cocos sp. (Palmae), Musa sp. (Musaceae) 101. Amathusia virgata -

102. Abisara echerius Ardisia sp., Embelia sp. (Myrsinaceae) 103. Allotinus (paragerydus) unicolor -

104. Curetis tagalica Millettia atropurpurea (Mimosaceae) 105. Jamides alecto Curcuma sp. (Zingiberaceae)

106. Jamides aratus -

107. Jamides celeno Delonix sp. (Caesalpiniaceae)

108. Jamides cyta Eugenia sp., Syzygium sp. (Myrtaceae) 109. Jamides festivus -

110. Jamides fractilinea - 111. Jamides philatus -

112. Prosotas ella -

113. Prosotas dubiosa Acacia sp. (Mimosaceae), Macadamia sp. (Proteaceae), Litchi sp. (Sapindaceae) 114. Prosotas nora Acacia sp., Mimosa sp. (Mimosaceae),

Allophylus sp. (Sapindaceae) 115. Catopyrops ancyra Caesalpinia sp. (Caesalpiniaceae) 116. Catopyrops rita -

117. Anthene lycaenina Buchanania sp. (Anacardiaceae), Caesalpinia sp. (Caesalpiniaceae)

118. Anthene vilosa -

119. Caleta caleta Ziziphus sp. (Rhamnaceae)

120. Caleta decidia -

121. Caleta roxus -

122. Castalius rosimon Paliurus sp., Ziziphus sp. (Rhamnaceae) 123. Acytolepis puspa Cycas sp. (Cycadaceae), Calliandra sp.

(Mimosaceae) 124. Nacaduba pactolus Mimosaceae

125. Megisba malaya Macaranga sp. (Euphorbiaceae), Allophylus sp. (Sapindaceae)

126. Pithecops corvus Desmodium sp. (Papilionaceae), Gardenia sp. (Rubiaceae)

127. Psychonotis piepersii Alphitonia sp. (Rhamnaceae) 128. Discolampa ilissus` Ziziphus sp. (Rhamnaceae)

129. Euchrysops cnejus Cycas sp. (Cycadaceae), Acacia sp. (Mimosaceae)

(47)

Lanjutan Tabel 4

No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva

132. Arhopala araxes - 133. Arhopala hercules - 134. Arhopala irregularis -

135. Hypolycaena erylus Ceiba sp. (Bombacaceae) 136. Hypolycaena sipylus Eugenia sp. (Myrtaceae) 137. Hypolycaena xenia -

138. Sinthusa verena Rubus sp. (Rosaceae)

139. Flos apidanus Lagerstroemia sp. (Lythraceae), Eugenia sp., Syzygium sp. (Myrtaceae)

140. Rapala manea Mangifera sp. (Anacardiaceae), Acacia sp. (Mimosaceae)

141. Tajuria mantra Dendrophthoe sp., Scurrula sp. (Loranthaceae)

142. Pratapa icetoides -

143. Remelana jangala Durio sp. (Bombacaceae), Euphorbiaceae, Myrtaceae3

(48)

Gambar 9 Tumbuhan berbunga yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: Clerodendrum sp. (Verbenaceae) (a), Hibiscus sp. (Malvaceae) (b), Hibiscus rosa-sinensis (Malvaceae) (c), Ixora sp. (Rubiaceae) (d), Bauhinia purpurea (Caesalpiniaceae) (e), Impatiens balsamina (Balsaminaceae) (f), Lantana camara (Verbenaceae) (g), Cassia alata (Caesalpiniaceae) (h), Jatropha sp. (Euphorbiaceae) (i), Justicia sp. (Acanthaceae) (j).

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(49)

Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan

Hasil pengukuran data lingkungan, menunjukkan rata-rata intensitas cahaya dan kelembaban maksimum (IC = 403 lux, rH = 76,4%) terjadi di Taman Wisata Bantimurung. Suhu udara maksimum (28,3oC) terjadi di Cagar Alam Pattunuang. Curah hujan maksimum (CH = 14,7 mm) terjadi di Cagar Alam Leang-leang (Tabel 5).

Tabel 5 Rata-rata intensitas cahaya (IC), kecepatan angin (KA), suhu, kelembaban (rH) dan curah hujan (CH) selama pengamatan kupu-kupu di tiga lokasi penelitian

Berdasarkan analisis korelasi Pearson, kecepatan angin berpengaruh nyata (p = 0,04) terhadap jumlah individu kupu-kupu (Tabel 6). Sedangkan, parameter lingkungan lainnya, yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,10, p = 0,22, p = 0,29, dan p = 0,47) terhadap jumlah individu kupu-kupu.

Tabel 6 Nilai korelasi Pearson dan persamaan garis regresi antara jumlah individu kupu-kupu dengan parameter lingkungan di tiga lokasi penelitian

Parameter lingkungan

(50)

Berdasarkan hasil analisis PCA (Gambar 10), besar kecilnya pengaruh parameter lingkungan terhadap jumlah spesies dan individu ditunjukkan dengan besar kecilnya sudut yang dibentuk. Jika sudut yang dibentuk mendekati 90o, maka parameter lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah spesies dan individu.

Gambar 10 Biplot hasil analisis PCA antara parameter lingkungan dengan jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian. Ket: SP: spesies, Ind: individu, SH: suhu, CH: curah hujan, rH: kelembaban, IC: intensitas cahaya, KA: kecepatan angin.

IC

(51)

PEMBAHASAN

Biodiversitas Kupu-kupu

Sebanyak 144 spesies dari 6.802 individu kupu-kupu yang tergolong dalam 5 famili ditemukan di tiga lokasi dalam penelitian. Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan 113 spesies dari 2.024 individu kupu-kupu. Spesies kupu-kupu terbanyak yang ditemukan adalah Catopsilia pomona (317 individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Papilio fuscus, Papilio polytes, Aoa affinis, Jamides alecto, Catopyrops rita, Caleta roxus, Caleta decidia dan Rapala manea. Di Cagar Alam Pattunuang ditemukan 101 spesies dari 1.828 individu kupu-kupu. Spesies kupu-kupu yang terbanyak ditemukan adalah Faunis menado (125 individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Papilio blumei, Chilasa veiovis, Graphium rhesus, Tacola eulimene, Jamides cyta, Megisba malaya dan Arhopala hercules. Di Taman Wisata Bantimurung ditemukan 98 spesies dari 2.950 individu. Spesies kupu-kupu yang terbanyak ditemukan adalah Lexias aeetes (329 individu) dan spesies kupu-kupu yang paling sedikit dan hanya ditemukan sebanyak 2 individu selama pengamatan adalah Graphium rhesus dan Acytolepis puspa.

(52)

Quang Vu 2011). Kupu-kupu dilaporkan tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang lama pada habitat yang terganggu (Kunte 2001; Lori & Banks 2004; Saikia et al. 2009).

Spesies kupu-kupu dari TN Babul menunjukkan beberapa perbedaan bentuk morfologi, terutama pada bagian sayap dan bentuk tubuh dibandingkan dengan kupu-kupu diluar Sulawesi. Kupu-kupu Appias zarinda, salah satu kupu-kupu khas Pulau Sulawesi, mempunyai sayap panjang dan bersudut tajam. Bentuk sayap depan Appias nero, salah satu kupu-kupu yang ditemukan di Pulau Jawa, lebih pendek dan bersudut tumpul, sesuai dengan sketsa yang dibuat oleh Whitten (2009). Kupu-kupu Hebomoia glaucippe dari Pulau Sulawesi cenderung memiliki tubuh lebih besar dan bulat, bila dibandingkan dengan kupu-kupu Hebomoia glaucippe yang berasal dari luar Pulau Sulawesi.

Biodiversitas kupu-kupu yang ditemukan pada tiap bulan pengamatan tergolong tinggi. Jumlah spesies kupu-kupu meningkat dengan bertambahnya waktu pengamatan. Penulis masih sering menemukan spesies kupu-kupu yang jarang terlihat, terutama spesies yang terbang tinggi. Pada bulan April, spesies kupu-kupu mulai menurun dan teramati kupu-kupu mulai meletakkan telur. Penulis juga menemukan larva kupu-kupu Graphium agamemnon yang berumur 3 hari di daun pohon sirsak (Annona muricata). Berdasarkan Boovanno et al. (2000) dan Naewboonnien (2008), kupu-kupu bereproduksi pada saat bulan-bulan tertentu dengan kondisi lingkungan optimum dan berkaitan dengan tumbuhan sebagai pakan larva. Selain itu, keragaman spesies kupu-kupu dipengaruhi juga oleh musim. Keragaman kupu-kupu lebih tinggi ditemukan di akhir musim hujan (Rizal 2007; Pozo et al. 2008).

(53)

kepala putik (Athuri et al. 2004; Triplehorn & Johnson 2005). Volume nektar bunga yang lebih tinggi di pagi hari juga berpengaruh terhadap jumlah spesies

kupu-kupu. Waktu aktif kupu-kupu untuk terbang mencari nektar adalah di pagi hingga sore hari (Braby 2000). Kupu-kupu spesialis sangat selektif memilih tumbuhan penghasil nektar (Bakowski & Boron 2005), yang berkaitan dengan bentuk dan panjang probosis (Davies 1988; Hickman et al. 2007).

Selain mencari nektar, beberapa kupu-kupu juga menghisap air dan makanan lain yang mengandung mineral, seperti buah busuk, bangkai, urine, dan kotoran hewan. Kupu-kupu jantan menyukai urine sebagai sumber mineral (Mastrigt & Rosariyanto 2005). Beberapa spesies kupu-kupu dapat ditemukan berkerumun di sekitar genangan air untuk menghisap air yang mengandung mineral (Stokes et al. 1991).

Saat pengamatan kupu-kupu, beberapa spesies kupu-kupu teramati dimangsa oleh pemangsa (predator), yaitu cecak terbang (Draco volans) dari famili Agamidae. Selain cecak terbang, diamati juga burung, dan laba-laba yang sedang memangsa larva kupu-kupu. Burung Icterus abeillei dan Pheucticus melanocephalus merupakan pemangsa utama kupu-kupu Danaus sp. di Meksiko (Fink & Brower 1981). Selain vertebrata, serangga juga dapat berperan sebagai pemangsa kupu-kupu. Harmonia axyridis (Coleoptera: Coccinellidae) dilaporkan memakan telur Danaus plexippus (L.) (Koch et al. 2006).

Pertahanan diri yang dilakukan oleh kupu-kupu terhadap pemangsa, diantaranya adalah memiliki pola khusus pada sayap atau berkamuflase yang dapat mengecoh pemangsa. Bicyclus anynana dan Lopinga achine (subfamili Satyrinae) memiliki bintik mata (eyespots) pada sayap yang dapat hilang pada musim-musim tertentu atau memantulkan sinar UV yang dapat mengecoh burung (Lyytinen et al. 2003; Olofsson et al. 2010). Perpaduan antara bintik mata (eyespots) dan suara yang dihasilkan oleh sayap merupakan pertahanan yang efektif pada kupu-kupu Inachis io (famili Nymphalidae) terhadap pemangsanya, yaitu burung Parus major (Vallin et al. 2005).

(54)

merupakan endoparasitoid pada larva dan pupa Bassaris gonerilla (famili Nymphalidae) (Barron et al. 2004). Larva dan pupa Pieris brassicae (famili Pieridae) di Iran dilaporkan terparasit oleh 10 spesies dari ordo Hymenoptera dan ordo Diptera (Razmi et al. 2011). Parasitoid Trichogramma brassicae (Huigens et al. 2009) dan Cotesia glomerata (Benson et al. 2003; Tanaka et al. 2007) memarasit telur Pieris brassicae (famili Pieridae) yang baru diletakkan oleh induk betina sesaat setelah kawin. Parasitoid Cotesia rubecula dan Cotesia plutellae

(Hymenoptera: Braconidae) memarasit larva Pieris rapae (L.) dan Plutella

xylostella (L.) (famili Plutellidae) (Cameron & Walker 1997). Sturmia bella Meig.

(Diptera: Tachinidae) merupakan parasit pada Aglais urticae (L.) (famili Nymphalidae) (Gripenberg et al. 2011).

Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan

Berdasarkan korelasi Pearson, kecepatan angin berpengaruh nyata (r = 0,99, p = 0,04) terhadap jumlah individu kupu-kupu (Tabel 4). Parameter lingkungan lainnya yang diukur, yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembaban, dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,10, p = 0,22, p = 0,29, dan p = 0,47) terhadap jumlah spesies dan individu kupu-kupu. Boggs et al. (2005) melaporkan bahwa kecepatan angin dapat mempengaruhi jarak terbang kupu-kupu dalam bermigrasi atau mencari makan. Severns (2008) juga melaporkan bahwa kecepatan angin mempengaruhi aktivitas terbang kupu-kupu.

Gambar

Gambar 1 Bagan alur penelitian
Tabel 1 Jadwal pengamatan kupu-kupu di tiga lokasi penelitian pada Januari-April
Gambar 3 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: Cagar Alam Pattunuang (a),
Tabel 2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait