• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alternatif strategi pengelolaan Taman Wisata Alam kawah Kamojang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Alternatif strategi pengelolaan Taman Wisata Alam kawah Kamojang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

ALTERNATIF STRATEGI PENGELOLAAN

TAMAN WISATA ALAM KAWAH KAMOJANG

KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT

POPPY OKTADIYANI

E 34101006

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

RINGKASAN

Poppy Oktadiyani. E 34101006. Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. dan Ir. Arzyana Sunkar, MSc.

Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Kamojang merupakan salah satu TWA yang berlokasi di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Di dalam kawasan TWA Kawah Kamojang ada penggunaan kawasan oleh pihak lain, yaitu Pertamina Area Panas Bumi Eksplorasi dan Produksi (EP) Kamojang dan penggunaan kawasan di sekitar TWA Kawah Kamojang, yaitu PT. Indonesia Power. Permasalahan yang ada diantaranya adalah banyaknya stakeholder yang mengelola dan menggunakan kawasan, informasi mengenai sumberdaya alam terutama flora, fauna dan geologi yang terdapat di TWA Kawah Kamojang belum banyak diketahui masyarakat luas dan pendapatan TWA Kawah Kamojang yang selama ini relatif kecil, padahal untuk pengembangan kawasan wisata alam memerlukan biaya yang tidak sedikit. Agar TWA Kawah Kamojang dapat mencapai tujuan yang diinginkan, berdasarkan permasalahan yang ada, penggunaan kawasan oleh pihak lain dan belum adanya sistem penilaian obyek dan daya tarik wisata untuk kawasan konservasi, maka perlu disusun suatu strategi yang tepat untuk pengelolaannya yang selama ini belum ada Rencana Pengelolaan TWA Kawah Kamojang secara tertulis. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menyusun alternatif strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang berdasarkan potensi TWA, pengelolaan, potensi pasar wisata dan penggunaan kawasan oleh pihak lain.

Penelitian dilaksanakan di TWA Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat, selama dua bulan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2005. Bahan-bahan yang diperlukan yaitu kuesioner, panduan wawancara dan peta lokasi TWA Kawah Kamojang. Alat-alat yang digunakan yaitu kamera, binokuler,

Geografis Position System (GPS) dan alat tulis. Data dan informasi yang dikumpulkan yaitu kondisi umum, potensi TWA, pengelolaan, perawatan dan pelayanan, kebijakan, potensi pasar wisata, pengunjung dan penggunaan kawasan oleh pihak lain. Metode pengambilan data melalui studi pustaka dan survei pendahuluan, wawancara dan penelaahan lapang. Analisis data menggunakan skoring modifikasi Pedoman Analisis Daerah Operasi Daya Tarik Wisata Alam Tahun 2003 dari Dirjen PHKA dan analisis SWOT.

(3)

Kamojang) dan pengguna kawasan di sekitar TWA Kawah Kamojang (PT. Indonesia Power) cukup mendukung terhadap pengembangan TWA Kawah Kamojang.

Strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang berdasarkan analisis SWOT adalah dalam bentuk diversifikasi pengelolaan yang berinti pada kolaborasi pengelolaan. Strategi meliputi perlindungan aspek ekologis, identifikasi flora, fauna dan geologi, sistem pergantian pimpinan, pengembangan sumberdaya manusia, sistem pendanaan, pengembangan kegiatan wisata, pembuatan paket wisata, pengaturan pengunjung, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, promosi dan pemasaran serta komunikasi dan koordinasi antar

(4)

ALTERNATIF STRATEGI PENGELOLAAN

TAMAN WISATA ALAM KAWAH KAMOJANG

KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT

POPPY OKTADIYANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(5)

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS.

131 124 017

Anggota

Ir. Arzyana Sunkar, MSc.

132 133 962

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS.

131 430 799

Tanggal Lulus : Judul

Skripsi

: Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah

Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat

Nama : Poppy Oktadiyani

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat meyelesaikan karya ilmiah

yang berjudul “Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah

Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

Dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. dan Ir. Arzyana Sunkar, MSc. selaku

dosen pembimbing atas segala bimbingan dan pengarahannya.

2. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc. dan Ir. Kasno, MS. sebagai dosen

penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Departemen Manajemen Hutan.

3. BKSDA Jawa Barat II dan Perum Perhutani KPH Bandung Selatan atas

ijin, fasilitas dan bantuannya selama penelitian berlangsung.

4. Keluarga tercinta : Papap, Mimih dan Eva atas segala kasih sayangnya.

5. Teman-teman Lab. Rekreasi Alam : Tri, Ayu, Siam, Bety, Novita, Erick

dan Bapak Iteng atas inspirasi dan dukungannya.

6. Mba Eva, Mba Resti dan Mba Yun atas masukan dan dukungannya.

7. Teman-teman Lab. SDAF : Aji, Ambang dan Arin atas bantuan pemetaan.

8. Dini, Ichey, Nanang, Andi, Ade, Ari, Aie, Eka, Galuh dan Inggar atas

dukungan, bantuan, dan waktunya.

9. Rekan-rekan seperjuangan KSH ’38 atas segala cerita dan kenangannya.

10.“Kemuning 25 Crew” : Iar, Ayu, Maya, Ima, Bellen, Nawang, Nia dan

Fitri atas kebersamaannya.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah

diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh

dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan oleh

penulis. Akirnya semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan. Bogor, Januari 2006

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 15 Oktober 1982,

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Yoyo

Wartoyo, S.Pd dan Euis Komariah. Pendidikan formal penulis

dimulai pada tahun 1988 di TK Merpati Ciamis. Pada tahun 1989

melanjutkan ke SD Negeri IX Ciamis dan lulus pada tahun 1995.

Penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Ciamis dan lulus pada tahun 1998.

Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMU Negeri 1 Ciamis dan lulus pada tahun

2001. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis aktif di

Kelompok Pemerhati Burung (KPB) Prenjak Himpunan Mahasiswa Konservasi

Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA).

Penulis pernah mengikuti magang di Taman Nasional Gunung

Halimun-Salak (TNGHS) pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis mengikuti kegiatan

Surili HIMAKOVA di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan

Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H). Praktek Pengenalan Hutan

dilaksanakan di BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Barat dan BKPH Gunung

Slamet Barat, KPH Banyumas Timur. Praktek Pengelolaan Hutan dilakukan di

KPH Ngawi. Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) dilaksanakan di Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) pada tahun 2005. Pada tahun yang sama

menjadi volunteer dalam acara Asia Europe Environment Forum.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Wisata Alam ... 3

B. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pariwisata ... 3

C. Kebijakan Pembangunan dan Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam C.1. Kebijakan Pembangunan Taman Wisata Alam ... 6

C.2. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam ... 7

D. Wisata Alam ... 10

E. Kegiatan Wisata Alam ... 10

F. Potensi Pasar Wisata ... 10

G. SWOT ... 11

III. KONDISI UMUM A.Sejarah Kawasan ... 13

B.Kondisi Fisik B.1. Letak ... 14

B.2. Tanah, Geologi dan Topografi ... 14

B.3. Iklim ... 15

C. Kondisi Biologi C.1. Flora ... 15

C.1.1. Vegetasi Hutan Alam ... 15

C.1.2. Vegetasi Hutan Tanaman ... 16

C.2. Fauna ... 16

D. Masyarakat Sekitar Taman Wisata Alam Kawah Kamojang D.1. Kependudukan ... 16

D.1.1. Kepadatan Penduduk ... 16

D.1.2. Pendidikan ... 16

D.2. Ekonomi ... 17

D.2.1. Mata Pencaharian ... 17

D.3. Budaya ... 18

(9)

B.1. Bahan ... 19

B.2. Alat ... 19

C. Metode C.1. Kategori Data ... 19

C.2. Parameter dan Variabel ... 20

C.3. Prosedur Kerja Penelitian ... 25

D. Metode Pengambilan Data D.1. Studi Pustaka dan Survei Pendahuluan ... 25

D.2. Wawancara ... 26

D.3. Pengamatan/Penelaahan Lapang ... 28

E. Metode Analisis Data E.1. Metode Skoring ... 30

E.2. Analisis Deskriptif dan Analisis SWOT ... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Taman Wisata Alam Kawah Kamojang A.1. Daya Tarik ... 34

A.1.1. Sumberdaya Alam yang Menonjol ... 36

A.1.2. Keunikan Sumberdaya Alam ... 39

A.1.3. Kepekaan Sumberdaya Alam ... 41

A.1.4. Jenis Kegiatan Wisata ... 42

A.1.5. Ruang Gerak Pengunjung ... 43

A.1.6. Kebersihan Kawasan ... 44

A.1.7. Keamanan Kawasan ... 45

A.2. Kadar Hubungan ... 47

A.2.1. Hubungan Lokal ... 47

A.2.2. Hubungan Nasional ... 50

A.3. Keadaan Penginapan ... 50

A.4. Sarana dan Prasarana ... 52

A.5. Sarana dan Prasarana Penunjang ... 57

A.6. Ketersediaan Air Bersih ... 59

A.7. Hubungan dengan Obyek Wisata Lain di Sekitar TWA Kawah Kamojang ... 60

B. Pengelolaan, Perawatan dan Pelayanan B.1. Pengelolaan ... 64

B.1.1. Struktur Organisasi ... 64

B.1.2. Kemantapan Organisasi ... 65

B.1.3. Personal ... 68

B.1.4. Kegiatan Pokok ... 69

B.1.5. Sikap Masyarakat ... 69

B.1.6. Permasalahan Pengelolaan ... 71

B.2. Perawatan ... 76

B.3. Pelayanan ... 77

C. Kebijakan Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang C.1. Kebijakan BKSDA Jawa Barat II ... 77

(10)

PT. Indonesia Power ... 78

C.4. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung ... 79

C.5. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut ... 81

D. Potensi Pasar ... 82

E. Pengunjung Taman Wisata Alam Kawah Kamojang E.1. Keadaan Pengunjung ... 84

E.2. Karakteristik Pengunjung ... 85

E.3. Motif Pengunjung ... 86

E.4. Penilaian Pengunjung terhadap Pelayanan ... 87

E.5. Penilaian Pengunjung terhadap Keberadaan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power ... 87

E.6. Harapan dan Saran Pengunjung ... 89

F. Penggunaan Kawasan oleh Pihak Lain F.1. Surat Ijin Pinjam Pakai Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang ... 94

F.2. Kondisi Kawasan ... 96

F.3. Dampak terhadap Lingkungan ... 96

G. Analisis Pendekatan SWOT ... 99

H. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kamojang ... 104

H.1. Inti Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang ... 105

H.2.Unsur-unsur Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang ... 107

H.2.1 Perlindungan Aspek Ekologis ... 107

H.2.2. Identifikasi Flora, Fauna dan Geologi ... 109

H.2.3. Sistem Pergantian Pimpinan ... 109

H.2.4. Pengembangan Sumberdaya Manusia ... 110

H.2.5. Sistem Pendanaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang . 111 H.2.6. Pengembangan Kegiatan Wisata ... 112

H.2.7. Pembuatan Paket Wisata ... 113

H.2.8. Pengaturan Pengunjung ... 113

H.2.9. Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ... 114

H.2.10. Promosi dan Pemasaran ... 116

H.2.11. Komunikasi dan Koordinasi Antar Stakeholder ... 117

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 122

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan

Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004... 16

Tabel 2. Persentase tingkat pendidikan Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004... 17

Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004... 17

Tabel 4. Agama yang dianut masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Tahun 2004 ... 18

Tabel 5. Kondisi umum ... 20

Tabel 6. Potensi TWA Kawah Kamojang ... 21

Tabel 7. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan ... 23

Tabel 8. Kebijakan ... 24

Tabel 9. Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang ... 24

Tabel 10. Pengunjung TWA Kawah Kamojang ... 24

Tabel 11. Penggunaan kawasan oleh pihak lain ... 25

Tabel 12. Matrik SWOT ... 32

Tabel 13. Penilaian kriteria daya tarik TWA Kawah Kamojang ... 34

Tabel 14. Daya tarik TWA Kawah Kamojang ... 35

Tabel 15. Penilaian kriteria kadar hubungan TWA Kawah Kamojang ... 47

Tabel 16. Jumlah kendaraan umum menurut jenis kendaraan di Kabupaten Garut Tahun 2004 ... 49

(12)

Tabel 18. Frekuensi kendaraan umum dari berbagai asal pengunjung TWA Kawah Kamojang di Kabupaten Bandung menuju

TWA Kawah Kamojang ... 49

Tabel 19. Penilaian kriteria penginapan radius 15 km dari arah TWA Kawah Kamojang ... 52

Tabel 20. Fasilitas dan tarif penginapan dalam radius 15 km dari TWA Kawah Kamojang ... 52

Tabel 21. Penilaian kriteria sarana dan prasarana TWA Kawah Kamojang ... 52

Tabel 22. Kondisi sarana dan prasarana pengelolaan Perum Perhutani ... 53

Tabel 23. Kondisi sarana dan prasarana pengelolaan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang ... 53

Tabel 24. Penilaian sarana dan prasarana penunjang TWA Kawah Kamojang . 57 Tabel 25. Penilaian kriteria ketersediaan air bersih... 59

Tabel 26. Penilaian kriteria hubungan dengan obyek wisata lain ... 60

Tabel 27. Obyek wisata sejenis dengan obyek wisata TWA Kawah Kamojang dalam radius 50 km... 61

Tabel 28. Obyek wisata tidak sejenis dengan obyek wisata TWA Kawah Kamojang dalam radius 50 km... 62

Tabel 29. Penilaian kriteria Pengelolaan, perawatan dan pelayanan TWA Kawah Kamojang ... 63

Tabel 30. Rencana pendapatan dan realisasi pendapatan dari tahun 2000 sampai tahun 2005 ... 66

Tabel 31. Tarif masuk kawasan TWA Kawah Kamojang... 67

Tabel 32. Tarif pungutan masuk kawasan konservasi... 67

Tabel 33. Asal pengunjung hasil kuesioner pengunjung ... 82

Tabel 34. Jumlah penduduk asal pengunjung TWA Kawah Kamojang ... 83

Tabel 35. Jarak, waktu perjalanan dan biaya perjalanan daerah asal pengunjung TWA Kawah Kamojang ... 84

(13)

Tabel 37. Karakteristik pengunjung TWA Kawah Kamojang ... 86

Tabel 38. Motif pengunjung TWA Kawah Kamojang... 87

Tabel 39. Pelayanan pengelola terhadap pengunjung TWA Kawah Kamojang 87

Tabel 40. Penilaian pengunjung terhadap keberadaan Pertamina

Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power ... 88

Tabel 41. Harapan dan saran pengunjung TWA Kawah Kamojang ... 90

Tabel 42. Matrik SWOT TWA Kawah Kamojang... 100

Tabel 43. Matrik SWOT pengelolaan wisata alam

TWA Kawah Kamojang ... 102

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan alir proses analisis strategi pengelola

TWA Kawah Kamojang ... 33

Gambar 2. Jenis-jenis flora yang ditemukan di TWA Kawah Kamojang ... 37

Gambar 3. Hutan tanaman di TWA Kawah Kamojang ... 38

Gambar 4. Kawah-kawah di TWA Kawah Kamojang ... 40

Gambar 5. Variasi kenampakan manifestasi panas bumi di TWA Kawah Kamojang ... 41

Gambar 6. Jenis kegiatan wisata di TWA Kawah Kamojang ... 43

Gambar 7. Tempat sampah yang masih terbatas ... 45

Gambar 8. Bentuk vandalisme pada batu dekat Kawah Hujan ... 45

Gambar 9. Tanggul pohon bekas penebangan liar di belakang pos tiket TWA Kawah Kamojang ... 46

Gambar 10. Kondisi jalan menuju TWA Kawah Kamojang ... 48

Gambar 11. Guest house TWA Kawah Kamojang ... 52

Gambar 12. Sarana dan prasarana yang dikelola oleh Perum Perhutani ... 55

Gambar 13. Sarana dan prasarana yang dikelola oleh Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang ... 56

Gambar 14. Pangkalan angkutan pedesaan (angdes) Kamojang... 58

Gambar 15. Penggunaan air bersih di Bumi Perkemahan Kamojang ... 60

Gambar 16. Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang ... 64

Gambar 17. Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang menurut Rencana Karya Lima Tahun (RKLT) Tahap II ... 64

Gambar 18. Pencinta wisata Karang Taruna Kamojang sedang bekerja bakti di Bumi Perkemahan Kamojang ... 70

(15)

Gambar 20. Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang ... 88

Gambar 21. PT. Indonesia Power... 88

Gambar 22. Sarana dan prasarana pengadaan pengguna kawasan pihak lain .... 89

Gambar 23. Papan aturan di TWA Kawah Kamojang ... 91

Gambar 24. Kondisi jalur wisata TWA Kawah Kamojang... 92

Gambar 25. Papan petunjuk arah TWA Kawah Kamojang ... 93

Gambar 26. Papan peringatan Pertamina di Sumur KMJ-66 ... 96

Gambar 27. Strategi Pengelolaan TWA Kawah Kamojang ... 105

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kriteria Penilaian Potensi TWA Kawah Kamojang,

Pengelolaan, Perawatan dan Pelayanan ... 124

Lampiran 2. Jenis tumbuhan tingkat tinggi di TWA Kawah KAmojang... 130

Lampiran 3. Jenis tumbuhan bawah (herba) di TWA Kawah Kamojang ... 131

Lampiran 4. Jenis tumbuhan epifit di TWA Kawah Kamojang ... 132

Lampiran 5. Jenis liana di TWA Kawah Kamojang ... 132

Lampiran 6. Jenis burung di TWA Kawah Kamojang ... 132

Lampiran 7. Jenis mamalia di TWA Kawah Kamojang ... 134

Lampiran 8. Jenis primata di TWA Kawah Kamojang ... 134

Lampiran 9. Jenis reptil di TWA Kawah Kamojang... 135

Lampiran 10. Jenis amfibi di TWA Kawah Kamojang ... 135

Lampiran 11. Panduan wawancara 11.1. Panduan wawancara dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung/Pemerintah Daerah Kabupaten Garut (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Garut)... 136

11.2.Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan TWA Kawah Kamojang (Perum Perhutani KPH Bandung Selatan dan BKSDA Jawa Barat II ... 136

11.3. Panduan wawancara dengan pihak pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT Indonesia Power ... 136

11.4. Panduan wawancara dengan tokoh masyarakat dan masyarakat... 137

11.5. Panduan wawancara dengan pengunjung ... 137

Lampiran 12. Kuisioner untuk para pengunjung ... 138

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keputusan Dirjen PHPA No. 129/Kpts/DJ-IV/1996, menyatakan bahwa

Taman Wisata Alam (TWA) berfungsi sebagai kawasan yang terutama

dimanfaatkan sebagai kepentingan wisata alam, kawasan perlindungan sistem

penyangga kehidupan dan kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa

dan keunikan alam. Kemudian dikatakan pula bahwa dalam upaya pencapaian

tujuan pengelolaan kawasan TWA ditata ke dalam blok perlindungan dan blok

pemanfaatan sesuai dengan potensinya. Sarana dan prasarana pengelolaan,

penelitian, pendidikan, dan wisata alam dapat dibangun di blok pemanfaatan yang

dalam pembangunannya harus memperhatikan arsitektur daerah setempat.

Taman Wisata Alam Kawah Kamojang merupakan salah satu TWA yang

berlokasi di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Ditetapkan berdasarkan

surat keputusan Menteri Pertanian No. 110/Kpts-II/1990. Pengelolaan kawasan

oleh BKSDA Jawa Barat II, pengusahaan wisata alam oleh Perum Perhutani KPH

Bandung Selatan dan pengelolaan Bumi Perkemahan Kamojang oleh Kelompok

Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang. Penggunaan kawasan oleh pihak lain,

yaitu Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan penggunaan di sekitar TWA

Kawah Kamojang, yaitu PT. Indonesia Power.

Pengelolaan wisata alam di kawasan konservasi dengan pelibatan beberapa

stakeholder dapat menimbulkan berbagai masalah. Permasalahan yang ada

diantaranya adalah banyaknya stakeholder yang mengelola dan menggunakan

kawasan, informasi mengenai sumberdaya alam terutama flora, fauna dan geologi

yang terdapat di dalam TWA Kawah Kamojang belum banyak diketahui oleh

masyarakat luas dan pendapatan TWA Kawah Kamojang yang selama ini relatif

kecil, padahal untuk pengembangan kawasan wisata alam memerlukan biaya yang

tidak sedikit.

Agar TWA Kawah Kamojang dapat mencapai tujuan yang diinginkan,

berdasarkan permasalahan yang ada, penggunaan kawasan oleh pihak lain dan

belum adanya sistem penilaian obyek dan daya tarik wisata khusus untuk kawasan

(18)

yang selama ini belum ada Rencana Pengelolaan TWA Kawah Kamojang secara

tertulis.

Strategi pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA) adalah usaha untuk

meningkatkan keberadaan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan

wisata alam, penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan

kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun alternatif strategi

pengelolaan TWA Kawah Kamojang berdasarkan potensi TWA Kawah

Kamojang, pengelolaan, potensi pasar wisata dan penggunaan kawasan oleh pihak

lain.

C. Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan bagi Perum Perhutani/KPH Bandung Selatan dan Balai

Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Barat II dalam mengelola TWA

Kawah Kamojang.

2. Memberikan informasi kepada pihak pengelola pengguna kawasan oleh pihak

lain, yaitu Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT. Indonesia Power

dan masyarakat yang berminat untuk berpartisipasi dalam pengembangan dan

pemanfaatan obyek wisata TWA Kawah Kamojang.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Wisata Alam (TWA)

Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama

dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (PHKA, 2003a). Sedangkan

menurut PHPA (1996), fungsi TWA adalah sebagai kawasan perlindungan sistem

penyangga kehidupan dan sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis

tumbuhan, satwa dan keunikan alam.

PHPA (1995) menyatakan, TWA dalam penyelenggaraannnya harus

didasarkan atas kelestarian dan merupakan usaha konservasi terhadap flora, fauna

serta ekosistemnya. Kehadiran pengunjung yang diharapkan sebagai sumber

pendapatan devisa dalam usaha pengembangan obyek wisata alam, perlu

perhatian dan pengelolaan yang baik dan benar. Hal ini demi terselenggarannya

obyek-obyek alamiah secara lestari dan tidak mengalami gangguan dan

kerusakan.

B. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pariwisata

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan

Pasal 5, pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan cara

mengusahakan, mengelola dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyek dan

daya tarik wisata. Pasal 6, pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan

dengan memperhatikan : a) kemampuan untuk mendorong peningkatan

perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya, b) nilai-nilai agama,

adat-istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, c)

kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup dan d) kelangsungan usaha

pariwisata itu sendiri (PHKA, 2003a).

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja,

meningkatkan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor

produktivitas lainnya (Pendit, 1999). Sedangkan menurut Robert McIntosh dan

(20)

dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan

rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani

wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainnya.

Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

alam, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam. Di dalamnya juga

menyangkut usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut (PHKA, 2003a).

Kebijaksanaan kepariwisataan dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu

yang mempengaruhi kehidupan kepariwisataan itu sendiri. Segala persoalan

ditimbulkan oleh adanya sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari

seseorang yang merasa asing oleh sebab keadaannya sendiri dipindahkan dari

keadaan sehari-harinya yang biasa di rumahnya sendiri ke tempat baru, di mana

kemudian kebutuhan-kebutuhan lain yang menyangkut paut peraturan dan

tindakan politik pemerintah dalam bidang pariwisata (Pendit, 1999).

Selain perhatian-perhatian pemerintah terhadap promosi dan

pengembangan pariwisata secara sistematis, sebagaimana tercermin dalam

pembentukan atau pengakuan terhadap Organisasi Pariwisata Nasional, perlu juga

perhatian ulang mengarahkan pariwisata ke dalam pengawasan dan kebijaksanaan

negara tanpa menghambat inisiatif swasta. Semua itu jika dilihat pentingnya

pariwisata dan sudut pandang ekonomi, sosial, budaya dan politik (Wahab, 1989).

Ruang lingkup kegiatan pemerintah dalam kepariwisataan dewasa ini

bervariasi menurut kepentingan keterlibatan negara dalam kepariwisataan dan

kondisi yang terjadi dalam negara itu (sistem politik, ekonomi,

perundang-undangan, perkembangan sosial ekonomi, tingkat perkembangan pariwisata,

tingkat kematangan badan usaha swasta serta kemampuan keuangan). Intervensi

negara dalam bidang pariwisata condong harus diperluas dan ditambahkan terus

dengan harapan utama untuk merumuskan dan merencanakan pertumbuhan

pariwisata dan membuka jalan untuk mencapai tujuan-tujuan utama dari kebijakan

pariwisata (Wahab, 1989).

Fungsi lain yang penting dari negara dalam pariwisata yaitu mengawasi

standar dan kualitas jasa-jasa wisata baik melalui Organisasi Pariwisata Nasional

maupun departemen-departemen yang lain. Perluasan pengawasan adalah

(21)

ketentuan-ketentuan hukum, agar berbagai badan usaha pariwisata baik milik

negara, swasta dan asing, dapat melihat dengan jelas tempat mereka berada dan

memperbaiki kebijakan-kebijakan mereka sebagaimana mestinya. Suatu kebijakan

yang moderat, mantap, jelas, dan tegas sangat didambakan di seantero negara

pariwisata, tanpa memandang sistem ekonomi dan politiknya yang

bermacam-macam (Wahab, 1989).

Manajemen pariwisata tidak terbatas pada kawasan, obyek, dan daya tarik

wisatanya saja, tetapi juga para wisatawan dan berbagai unsur penunjangnya.

Nuansa pariwisata perlu sekali diciptakan, agar dapat meningkatkan gairah dan

suasana kegiatan pariwisata, hingga mudah untuk melaksanakan manajemennya

(Darsoprajitno, 2002).

Pengusahaan pariwisata alam bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan

gejala keunikan dan keindahan alam yang terdapat dalam zona pemanfaatan

taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Pengusahaan

pariwisata alam berupa usaha sarana pariwisata alam. Jenis-jenis usaha sarana

pariwisata alam meliputi usaha akomodasi, makanan dan minuman, sarana wisata

tirta, angkutan wisata, cinderamata, dan sarana wisata budaya (PHKA, 2003a).

Pengembangan ekowisata di Indonesia mempunyai kendala dan

kelemahan dalam hal pendanaan dan sumberdaya manusia. Mengatasi

permasalahan pengembangan ekowisata dibutuhkan suatu kerjasama dan

kemitraan yang bersifat lintas sektoral, baik di tingkat lokal, nasional, dan

internasional. Banyaknya negara yang terlibat dalam pengembangan ekowisata

dibutuhkan suatu bentuk kemitraan yang bersifat sinergis, saling menguntungkan,

tidak bersifat eksploitatif, adil dan transparan (Sudarto, 1999).

Guna membantu industri pariwisata, negara dapat mengambil berbagai

langkah mulai dari memantapkan suatu situasi yang layak bagi investasi swasta

sampai pada pengeluaran ketentuan-ketentuan yang menjamin kestabilan

ekonomi, dan secara aktif mempersiapkan para investor dalam pariwisata dengan

subsidi-subsidi yang luar biasa. Stabilitas ekonomi merupakan persyaratan pokok

untuk mendorong para investor dalam pariwisata. Persiapan suatu rencana

pengembangan pariwisata adalah indikasi baik tentang kesediaan negara untuk

(22)

C. Kebijakan Pembangunan dan Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam C.1. Kebijakan Pembangunan Taman Wisata Alam

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan

Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, taman wisata alam dapat

dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan

pengembangan, pendidikan dan kegiatan penunjang budidaya (PHKA, 2003a).

Menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 687/Kpts-II/1989 tentang

Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman

Wisata Laut Pasal 11, dalam pembangunan sarana dan prasarana pengusahaan

obyek wisata alam serta pengelolaannnya, pemegang ijin wajib mendasarkan pada

Rencana Karya Pengusahaan (Perum Perhutani, 1994).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang

Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman

Hutan Raya dan Taman Wisata Alam Pasal 4, usaha sarana pariwisata alam

diselenggarakan dengan persyaratan sebagai berikut : a) luas kawasan yang

dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam

maksimum 10 % dari luas zona pemanfaatan, b) bentuk bangunan bergaya

arsitektur budaya setempat dan c) tidak mengubah bentang alam yang ada

(PHKA, 2003a).

Mackinnon et al. (1990), mengatakan bahwa dalam pembangunan

kawasan yang dilindungi, tiap negara memiliki pertimbangan kebijaksanaan yang

khas tersendiri. Ada kawasan yang ditetapkan terutama bagi kepentingan

penelitian ilmiah atau pengawetan suatu ekosistem atau spesies yang terancam

punah. Kawasan lain melayani kombinasi berbagai tujuan termasuk rekreasi dan

perlindungan nilai-nilai budaya.

Dasar-dasar kebijaksanaan dalam pembangunan TWA menurut PHPA

(1995), menyatakan bahwa dalam mewujudkan pembangunan TWA sebagai

kekayaan alam untuk dimanfaatkan guna kepentingan dan kebijaksanaan rakyat

semaksimal mungkin, atas dasar pelestarian alamnya. Obyek wisata alam tersebut

dengan keunikan dan keindahan alamnya baik flora maupun faunanya serta

kondisi alam sendiri, dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat dalam hal

(23)

Pengembangan integrasi dan koordinasi dapat dilakukan melalui,

koordinasi dengan lintas sektoral sejak penyusunan rencana pengelolaan sampai

pada tahap pelaksanaan pengelolaan kawasan dan pengembangannya.

Bersama-sama organisasi pemerintah dan non-pemerintah, baik dalam maupun luar negeri,

dan masyarakat mengembangkan suatu sistem kemitraan dalam upaya

pengelolaan maupun pengembangan TWA. Pembinaan daerah penyangga dititik

beratkan pada pengikutsertakan secara aktif masyarakat sekitar dalam

pengembangan wisata alam di kawasan tersebut (PHPA, 1996).

C.2. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA)

Strategi menurut Andrews (1980) dan Chaffe (1985) dalam Rangkuti

(2000) adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti stakeholders debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima

keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan

oleh perusahaan.

Tujuan utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat

secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat

mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal (Rangkuti, 2000). Adapun tujuan

pengelolaan menurut PHPA (1996) adalah terjaminnya kelestarian kondisi

lingkungan kawasan TWA, terjaminnya potensi kawasan TWA dan optimalnya

pemanfaatan TWA untuk wisata alam, penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan,

menunjang budidaya, budaya, bagi kesejahteraan masyarakat. Begitu pula

menurut Jubenville et al. (1987), pengelolaan di kawasan yang digunakan sebagai tempat rekreasi dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan ketersediaan

sumberdaya rekreasi, pengelolaan pengunjung dan pelayanan.

Pengelolaan rekreasi alam merupakan suatu sistem terbuka yang secara

langsung dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di luar sistem, organisasi dan

batas hukumnya. Menejemen rekreasi alam di dalamnya terdapat tiga input utama,

yaitu pengunjung, sumberdaya alam dan pengelolanya. Sumberdaya alam

merupakan media di mana kegiatan rekreasi tersebut dilaksanakan dan harus

(24)

mengkoordinasikan kegiatan dengan pelayanan dan sumberdaya yang ada dengan

kebutuhan para pengunjung (Jubnville et al, 1987).

Pengelolaan suatu obyek wisata alam merupakan bagian strategi

pelindungan alam. Tujuan pengelolaannya harus sejalan dengan tujuan

pengelolaan suatu kawasan konservasi. Hal ini berarti, bahwa pengelolaan harus

dilandasi peraturan ketat perihal konservasi. Asas inilah yang kurang diperhatikan

di banyak obyek wisata alam Indonesia khususnya yang berlokasi di luar kawasan

konservasi yang dikelola oleh Departemen Konservasi (Ko, 2001).

Menurut Riyanto (2004a), tujuan pengelolaan Kawasan Suaka Alam

(KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah mengusahakan terwujudnya

kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga

dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu

kehidupan manusia. Sedangkan pengelolaan kawasan dilakukan sesuai dengan

fungsi kawasan, yaitu :

a. Sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.

b. Sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau satwa

beserta ekosistemnya.

c. Untuk pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Kawasan wisata alam berdasarkan PHPA (1996) dalam upaya pencapaian

tujuan pengelolaan, kawasan TWA ditata ke dalam blok perlindungan dan blok

pemanfaatan sesuai dengan potensinya. Blok perlindungan dapat dilakukan

kegiatan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta wisata

terbatas, dibangun sarana dan prasarana untuk kegiatan monitoring dan tidak

dilakukan kegiatan yang bersifat merubah bentang alam. Blok pemanfaatan dapat

dilakukan kegiatan pemanfaatan kawasan dan potensinya, pengusahaan wisata

alam, kegiatan penangkaran, dibangun sarana dan prasarana pengelolaan.

Menurut PHPA (1996), prinsip pengelolaan TWA, yaitu :

1. Pendayagunaan potensi TWA (tumbuhan, satwa, ekosistem, dan daya tarik

obyek wisata) untuk kegiatan wisata alam, penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, penyedia plasma nutfah untuk budidaya, diupayakan tidak

(25)

2. Dalam upaya pencapaian tujuan pengelolaan kawasan TWA ditata ke dalam

blok perlindungan dan blok pemanfaatan sesuai dengan fungsinya.

Menurut PHPA (1996), pengelolaan potensi kawasan TWA, meliputi

inventarisasi dan identifikasi potensi kawasan serta penanganan hasil-hasil

melalui sistem database, pengembangan sistem pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan kondisi dan potensinya, pembinaaan habitat, pembinaan populasi

tumbuhan dan satwa, rehabilitasi kawasan, penyediaan plasma nutfah untuk

menunjang kegiatan budidaya, pengkayaan dan penangkaran jenis untuk

kepentingan penelitian. Sedangkan pengelolaan wisata alamnya meliputi

inventarisasi dan identifikasi obyek dan daya tarik wisata alam; inventarisasi,

identifikasi dan analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat, kecenderungan

pasar (pengunjung), kebijaksanaan sektor kepariwisataan daerah, dan ketersediaan

sarana dan prasarana pendukung yang berada di sekitar kawasan; peningkatan

peran serta masyarakat sekitar kawasan dalam kesempatan dan peluang usaha dan

kerja peningkatan kesejahteraan; penjagaan keunikan dan keindahan alam serta

mutu kondisi lingkungan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; pemasaran

obyek wisata alam dan pengusahaannya.

Tata laksana pengelolaan yang mengacu pada kualitas dan kuantitas

obyek, biasanya lebih menyakinkan dan hasilnya lebih mantap. Jika

pengelolaannya baik dan benar, kemungkinan timbulnya dampak negatif dapat

dengan mudah diperhitungkan (Darsoprajitno, 2002).

Perencanaan pengelolaan adalah suatu rencana bersifat umum dalam

rangka pengelolaan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata

Alam yang disusun oleh menteri. Rencana karya pengusahaan pariwisata dalam

kawasan yang bersangkutan, yang dibuat oleh pengusaha pariwisata alam yang

didasarkan pada rencana pengelolaan alam hayati dan ekosistemnya (PHKA,

2003a).

Menurut PHKA (2003b), kriteria yang dipakai untuk menilai daerah

operasi obyek dan daya tarik wisata alam adalah daya tarik (potensi kawasan),

potensi pasar, kadar hubungan, kondisi lingkungan, pengelolaan dan pelayanan,

(26)

hubungan dengan obyek wisata lain, keamanan, daya dukung, pengaturan

pengunjung, pemasaran dan pangsa pasar.

D. Wisata Alam

Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati

pada keunikan dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan raya dan,

taman wisata alam (PHKA, 2003a). Begitu pula menurut Yoeti (2000), wisata

alam adalah kegiatan perjalanan sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara

sukarela serta bersifat sementara, untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan

alam. Sedangkan menurut Suwantoro (2002), wisata alam adalah bentuk kegiatan

wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Dan

menurut Rahardjo (2005), wisata alam adalah wisata yang didasarkan pada

kunjungan ke kawasan alami.

E. Kegiatan Wisata Alam

Kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan pariwisata pendidikan,

penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam obyek wisata

(Suwantoro, 2002). Hal serupa diungkapkan oleh Persatuan Peminat dan Ahli

Kehutanan (1987), kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan wisata,

pendidikan, penelitian, kebudayaan, serta cinta alam yang dilakukan di dalam

obyek wisata alam. Kegiatan-kegiatan wisata alam yang boleh dilakukan di taman

nasional dan hutan wisata adalah rekreasi biasa, berkemah, mendaki, berenang,

snorkeling, menyelam, berselancar air dan angin, penelusuran gua serta penelitian. Menurut PHPA (1996), kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi

diarahkan pada upaya pendayagunaan potensi obyek wisata alam dengan tetap

memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan

pelestarian alam.

F. Potensi Pasar Wisata

Pasar wisata menurut Soekadijo (2000), adalah daerah sumber wisatawan.

(27)

berupa bentuk dan harga perjalanan wisata yang dikehendaki oleh pasar.

Sedangkan menurut Wahab et al. (1997), pasar wisata adalah permintaan yang nyata atau yang masih potensial akan sesuatu produk wisata tertentu yang

didasarkan pada sesuatu motivasi perjalanan. Pasar wisata maksudnya adalah

mereka yang melakukan perjalanan atau bepergian ke suatu daerah tertentu

(negara atau kawasan) untuk memenuhi suatu kebutuhan yang mendorong untuk

bepergian atau menetapkan untuk bepergian sebagai suatu masalah pokok.

Pasar wisata dapat ditemukan dengan menggunakan indikator pasar yang

pertama, jauh-dekatnya letak suatu daerah dari daerah yang lain menunjukkan

bahwa daerah itu mudah atau sulit dikembangkan menjadi daerah sumber

wisatawan atau pasar wisata bagi daerah yang lain. Dekat dan jauh tidak diukur

dengan jarak, akan tetapi harus diukur berdasarkan kenyamanan (comfort), waktu dan biaya (rate) yang diperlukan untuk perjalanan dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Kedua, untuk daerah-daerah yang sedikit banyak telah mendapat

kunjungan wisata. Ketiga, dapat dilihat adanya transferabilitas yang menunjukan

bahwa daerah yang satu dapat berinteraksi dengan daerah yang lain (Soekadijo,

2000).

Menurut PHKA (2003b), unsur-unsur potensi pasar meliputi jumlah

penduduk per propinsi dimana obyek berada dibandingkan dengan kepadatan

penduduk. Selain itu tingkat kebutuhan wisata yang meliputi tingkat pendaptan

per kapita, tingkat kesejahteraan, tingkat kejenuhan, kesempatan dan perilaku

berwisata.

G. SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi beberapa faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2000). Begitu juga menurut Rahardjo (2005), SWOT adalah sebuah

(28)

Strength atau kekuatan adalah kondisi, karakter, ciri, sumberdaya dan lain-lain yang bernilai positif. Kekuatan juga bisa dimaknai sebagai hal-hal positif dari

dalam. Weakness atau kelemahan adalah kondisi yang menyangkut aspek-aspek negatif atau kelemahan dari dalam. Opportunities atau peluang kondisi di luar yang menyangkut aspek-aspek positif. Peluang juga menggambarkan suatu

keadaan dimana kalau tidak dimanfaatkan maka akan merasa rugi. Threat atau ancaman adalah kondisi di luar yang menyangkut aspek-aspek negatif dan akan

mempengaruhi. Ancaman ini dapat berupa perilaku orang luar, kebijakan politik

pemerintah, konflik politik dan sebagainya (Rahardjo, 2005).

SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan

Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang

(opportinities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2000).

Selanjutnya Rangkuti (2000), menyatakan alat yang dipakai untuk

menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini

dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan

alternatif strategi .

Beranekaragam faktor harus diperhitungkan dalam analisis yang bersifat

strategis, sehingga terpilihnya suatu alternatif tertentu yang diyakini merupakan

keputusan yang paling tepat. Para pakar sependapat bahwa instrumen untuk

menilai berbagai faktor yang layak diperhitungkan yakni analisis SWOT dan

(29)

III. KONDISI UMUM

A. Sejarah Kawasan

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dan masyarakat,

Kamojang merupakan nama lain dari Kampung Pangkalan. Pangkalan dapat

diartikan sebuah tempat untuk berkumpul. Pada masa pemerintahan Belanda,

kawasan ini dipergunakan oleh orang-orang Belanda sebagai tempat berkumpul

untuk beristirahat mencari ketenangan dan juga tempat melakukan berbagai

penelitian. Pada masa perang kemerdekaan, kawasan ini merupakan basis

pertahanan oleh para pemberontak Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia

(TII). Sedangkan menurut kuncen TWA Kawah Kamojang, Kamojang berasal

dari kata mojang cantik. Ceritanya, di kawasan ini pernah hidup seorang

perempuan yang cantiknya begitu kesohor di tatar Sunda.

Sejak dibukanya kawasan ini pada masa pemerintahan penjajahan Belanda

hingga era tahun 1970-an, kawasan ini merupakan tempat persinggahan dan

bermalam bagi orang yang melakukan perjalanan dari Bandung dan sekitarnya

menuju Garut, begitu pula sebaliknya.

Pada masa pemerintahan Belanda, sekitar tahun 1926-1928 oleh Belanda

telah dilakukan penyelidikan yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber panas

bumi di Kamojang. Pada masa itu telah dilakukan eksplorasi dengan pemboran

lima sumur pemboran dangkal dengan kedalaman antara 66 m sampai dengan 128

m, karena situasi pada saat itu tidak memungkinkan maka usaha untuk

mengembangkan panas bumi di Kamojang dihentikan (Pertamina, 2003).

Sedangkan menurut hasil analisis dokumen surat keputusan, kronologis

pengelolaan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor

170/Kpts/Um/3/1979 tanggal 13 Maret 1979, Kelompok Hutan Kawah Kamojang

ditunjuk sebagai Cagar Alam Kawah Kamojang seluas 7.500 Ha dan TWA

Kawah Kamojang seluas 500 Ha. Berdasarkan hasil pengukuran dan penataan

batas tahun 1982 yang tertuang dalam Berita Acara Tata Batas tanggal 7 Agustus

(30)

CA Kawah Kamojang dan TWA Kawah Kamojang seluas 8.286 Ha (CA : 7.805

Ha dan TWA : 481 Ha) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

110/Kpts-II/1990 tanggal 14 Maret 1990. Berdasarkan Keputusan Menteri

Kahutanan nomor 433/Kpts-II/1994 tanggal 5 Agustus 1994 menetapkan lahan

kompensasi seluas 12,196 Ha menjadi bagian CA sehingga luas CA Kawah

Kamojang menjadi 7.817,196 Ha dan luas TWA Kawah Kamojang 481 Ha.

Ijin pengusahaan wisata alam di TWA Kawah Kamojang diberikan kepada

Perum Perhutani Unit II Jawa Barat dan Banten (KPH Bandung Selatan),

berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 284/Kpts-II/1990 tanggal 4

Juni 1990 (Perum Perhutani, 1994).

B. Kondisi Fisik B.1. Letak

Taman Wisata Alam Kawah Kamojang berdasarkan Peta Lokasi TWA

Kawah Kamojang skala 1 : 25.000 dan Perum Perhutani (1997), berada pada

koordinat 07000’12’’ – 07006’57’’ Lintang Selatan (LS) dan 107031’35’’ –

107053’50’’ Bujur Timur (BT). Menurut administrasi pemerintahan, kawasan

konservasi TWA Kawah Kamojang terletak dalam dua wilayah, yaitu Desa

Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Desa Randukurung,

Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Berdasarkan Peta Propinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat skala 1 : 1.000.000 dan BKSDA Jawa Barat II (2003),

batas-batas kawasan TWA Kawah Kamojang adalah :

• Sebelah Utara : Kecamatan Paseh dan Ibun, Kabupaten Bandung

• Sebelah Barat : Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung

• Sebelah Timur : Kecamatan Leles dan Tarogong, Kabupaten Garut

• Sebelah Selatan : Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut

B.2. Tanah, Geologi dan Topografi

Jenis tanah di kawasan TWA Kawah Kamojang berdasarkan Peta Tanah

(31)

terdiri dari jenis tanah andosol yang berasal dari bahan batuan induk, basis dan

intermedia dengan fisiografi gunung berapi. Geologi kawasan TWA Kawah

Kamojang berdasarkan Peta Geologi TWA Kawah Kamojang dan Perum

Perhutani (1997), seluruhnya terdiri dari batuan kuarter hasil gunung api yang tak

teruraikan. Berdasarkan Peta Topografi TWA Kawah Kamojang skala 1 : 25.000

dan Perum Perhutani (1997), TWA Kamojang memiliki topografi lapang

sebagaian besar berbukit dengan lereng lapang terjal, pada beberapa tempat

terdapat areal dengan kelerengan lapangan datar, landai sampai bergelombang.

Daerah yang memiliki topografi yang datar terletak di blok pangkalan yang

merupakan areal pemukiman dan pusat pengelolaan TWA Kawah Kamojang.

TWA Kawah Kamojang berada pada ketinggian antara 1.400 – 1.800 meter di

atas permukaan laut (mdpl).

B.3. Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, daerah TWA Kawah

Kamojang termasuk ke dalam tipe iklim D dengan curah hujan rata-rata 2.400 mm

per tahun atau rata-rata curah hujan harian 213 mm per hari. Musim hujan

berlangsung antara bulan September sampai bulan Maret dan musim kemarau

antara bulan April sampai bulan Agustus. Temperatur udara sepanjang tahun

cukup rendah yaitu antara 8,4 0C – 24,9 0C dan temperatur udara rata-rata 16,7 0C

dengan kelembaban udara rata-rata tahunan relatif tinggi yaitu 87 % (BMG, 2004

dalam BKSDA Jawa Barat II dan IPB, 2005).

C. Kondisi Biologi C.1. Flora

TWA Kawah kamojang termasuk formasi hutan hujan tropika (tropical

rain forest) tipe hutan pegunungan (mountana forest) dan merupakan hutan campuran. Terdapat dua kelompok tipe vegetasi, yaitu vegetasi hutan alam dan

(32)

C.1.1. Vegetasi Hutan Alam

Jenis flora di kawasan TWA Kawah Kamojang didominasi oleh jenis

Pasang (Quercus javanica), Saninten (Castanopsis argentea), Jamuju

(Podocarpus imbricatus), Kihujan (Engelhardtia spicata), Kitebe (Sloanea sigun) dan Kitambaga (Eugenia cumini), Kiara (Ficus glabela), Kibeureum (Viburnum sambucinum), Cangkuang (Pandanus sp.) dan Paku-pakuan (Dyplazzium sp.) (BKSDA Jawa Barat II, 2003).

C.1.2. Vegetasi Hutan Tanaman

Hutan tanaman di kawasan TWA Kawah Kamojang seluas 10,5 Ha. Jenis

hutan tanaman ini yaitu jenis Rasamala (Altingia excelsa) yang ditanam tahun 1942 dan hutan tanaman Pinus (Pinus merkusii) yang ditanam tahun 1969 (Perum Perhutani, 2004).

C.2. Fauna

Jenis satwa yang ada di TWA Kawah Kamojang, meliputi Macan tutul

(Panthera pardus), Musang (Paradoxurus hermaproditus), Trenggiling (Manis javanica), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypithecus auratus) dan Kutilang (Pycnonotus aurigaster) (BKSDA Jawa Barat II, 2003).

D. Masyarakat Sekitar Taman Wisata Alam Kawah Kamojang D.1. Kependudukan

D.1.1. Kepadatan Penduduk

Berdasarkan tabel luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan

penduduk, terlihat bahwa Kecamatan Samarang memiliki kepadatan penduduk

yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Ibun. Pertumbuhan penduduk

dan kepadatan penduduk tersebut disebabkan oleh relatif besarnya pendatang

karena di Kecamatan Samarang lebih berpotensi untuk berbagai mata

(33)

Tabel 1. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kecamatan

Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut

Tahun 2004

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

1 Ibun 54,5653 68.104 1.248,12

2 Samarang 5,9710 65.201 10.919,61

Jumlah 60,5363 133.305 12.167,73

Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)

D.1.2. Pendidikan

Lulusan Sekolah Dasar (SD) atau pendidikan sederajatnya merupakan

lulusan yang paling dominan dalam masyarakat sekitar TWA Kawah Kamojang,

baik di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dengan persentase 70,3% maupun

di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut dengan persentase 61,15 %. Hal ini

terjadi karena masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat disamping untuk

melanjutkan sekolah ke jenjang lanjutan harus ke luar kecamatan.

Tabel 2. Persentase tingkat pendidikan Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan

Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Tahun 2004

No Tingkat Pendidikan Kecamatan Ibun (%) Kecamatan Samarang (%)

1 SD/MI 70,33 61,15

2 SLTP/MTs 25,37 26,02

3 SMU/MA 4,30 12,83

4 PT - -

Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)

D.2. Ekonomi

D.2.1. Mata Pencaharian

Masyarakat di sekitar TWA Kawah Kamojang rata-rata mata pencaharian

sebagai petani, buruh swasta, pedagang, buruh tani dan Pegawai Negeri Sipil

(PNS). Dilihat dari jenis mata pencahariannya bertani merupakan mata

pencaharian utama. Sifat dari mata pekerjaan mereka ada yang sepanjang tahun

(34)

pedagang, dokter dan TNI/POLRI. Sedangkan untuk pekerjaan musiman, seperti

petani, buruh tani dan buruh swasta. Khusus untuk masyarakat Desa Laksana,

Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung banyak pekerja musiman dengan sistem

kontrak. Hal ini disebabkan karena adanya Pertamina Area Panas Bumi EP

Kamojang dan PT. Indonesia Power yang merekrut tenaga kerja masyarakat

sekitar untuk kegiatan musiman seperti pembersihan mesin-mesin, supir untuk

kegiatan pemboran panas bumi dan tenaga pemboran panas bumi.

Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan

Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Tahun 2004

No Mata Pencaharian Kecamatan Ibun (Orang) Kecamatan Samarang (Orang)

1 Petani 3.281 4.117

2 Buruh tani 1.284 1.682

3 Buruh swasta 3.894 42

4 Pegawai Negeri Sipil 241 586

5 Pengrajin 146 31

6 Pedagang 1.363 2.439

7 Peternak 128 2

8 Nelayan - -

9 Montir 34 7

10 Dokter - 2

11 Guru swasta 15 6

12 Penjahit 16 9

13 Supir 53 42

14 TNI/POLRI 6 237

15 Pertukangan 73 -

16 Pertambangan - -

17 Pensiunan - -

Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)

D.3. Budaya

Adat istiadat masyarakat di sekitar TWA Kawah Kamojang pada

umumnya sama dengan masyarakat Suku Sunda lainnya di Jawa Barat. Di

Kamojang tidak ada kesenian, upacara adat dan kerajinan yang khas. Hubungan

(35)

hidupnya kelembagaan gotong royong, terutama dalam pekerjaan kerja bakti

dalam pembangunan sarana ibadah (mesjid dan langgar), membangun rumah

penduduk, kantor desa, membuat saluran air serta jalan desa. Pola hidup

sehari-hari mereka juga masih kuat dipengaruhi oleh norma agama Islam karena

mayoritas beragama Islam.

Agama yang dianut oleh masyarakat sekitar TWA Kawah Kamojang

adalah Islam (100%), baik di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung maupun di

Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut (Tabel 4).

Tabel 4. Agama yang dianut masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung

dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004

Jumlah Pemeluk Agama (Jiwa) No Agama

Kecamatan Ibun Kecamatan Samarang

1 Islam 68.104 65.201

2 Protestan - -

3 Katolik - -

4 Hindu - -

5 Budha - -

6 Konghucu - -

7 Lainnya - -

(36)

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Kawah Kamojang

Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat, selama dua bulan, yaitu dari bulan Juli

sampai bulan Agustus 2005.

B. Bahan dan Alat B.1. Bahan

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kuesioner, panduan

wawancara (Pemerintah Daerah Garut/Pemerintah Daerah Bandung, pengelola

TWA Kawah Kamojang, pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang

serta PT. Indonesia Power, tokoh masyarakat, masyarakat dan pengunjung) dan

peta lokasi TWA Kawah Kamojang.

B.2. Alat

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kamera, binokuler,

Geografis Position System (GPS) tipe Magellan GPS 4000 XL dan alat tulis menulis.

C. Metode

C.1. Kategori Data

Data dan informasi yang dikumpulkan (Tabel 5 – Tabel 11). Data dan

informasi tersebut dapat dikelompokan menjadi tujuh kategori, yaitu :

1. Kondisi umum, meliputi sejarah kawasan, kondisi fisik, kondisi biologi

serta sosial, ekonomi dan budaya masyarakat (Tabel 5).

2. Potensi TWA Kawah Kamojang, meliputi daya tarik, kadar hubungan,

keadaan penginapan, sarana dan prasarana, sarana dan prasarana

penunjang, tersedianya air bersih dan hubungan dengan obyek wisata lain

di sekitar kawasan (Tabel 6).

3. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan, meliputi struktur organisasi,

kemantapan organisasi, personal, kegiatan pokok, perawatan sarana dan

(37)

4. Kebijakan, meliputi kebijakan dari BKSDA Jawa Barat II, Perum

Perhutani KPH Bandung Selatan, Pertamina Area Panas Bumi EP

Kamojang, PT. Indonesia Power, Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung

dan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut (Tabel 8).

5. Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang, meliputi daerah asal

pengunjung, jumlah penduduk dan lokasi (jarak, waktu perjalanan dan

biaya perjalanan ) (Tabel 9).

6. Pengunjung, meliputi keadaan pengunjung, karakteristik pengunjung,

motif pengunjung, penilaian pengunjung serta harapan dan saran (Tabel

10).

7. Penggunaan kawasan oleh pihak lain, meliputi administrasi, kondisi

kawasan dan dampak terhadap lingkungan (Tabel 11).

C.2. Parameter dan Variabel

Kategori data tersebut dapat disajikan melalui beberapa parameter dan

lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang saling berhubungan antar variabel dengan

sumber informasi dan teknik pengambilan data.

Tabel 5. Kondisi umum

Parameter Variabel Komplek

Variabel Spesifik Sumber Teknik Sejarah

(38)

Kelembaban

Tabel 6. Potensi Taman Wisata Alam

Parameter Variabel Komplek

Variabel Spesifik Sumber Teknik Daya tarik Sumberdaya alam

yang menonjol

Gejala alam (kawah)

Bentuk

Nilai ilmu pengetahuan Nilai pengobatan Nilai kepercayaan

Jenis kegiatan

Luas (Ha)

(39)

Keamanan kawasan

Penebangan liar Perambahan Kebakaran

Gangguan terhadap flora dan fauna

Transportasi Kondisi jalan

Frekuensi kendaraan umum

Jarak

Jumlah kendaraan umum Waktu tempuh pusat belanja dan toko cinderamata)

Ketersediaan

Jenis (kantor pos, telepon umum, Puskesmas, jalan, jembatan, areal parkir, jaringan listrik dan jaringan air minum)

(40)

Hubungan

Tabel 7. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan

Parameter Variabel Komplek Variabel Spesifik Sumber Teknik Pengelolaan Struktur organisasi

Kemantapan

Hubungan tata kerja

Status pengelolaan Dana anggaran Sumber dana

Rencana dan realisasi pendapatan

Instansi yang mengurus Jenis

Perawatan Sarana dan prasarana Pelayanan Mutu pelayanan Bentuk pelayanan

Kemampuan petugas

Tabel 8. Kebijakan

Parameter Variabel Komplek Variabel Spesifik

Sumber Teknik Kebijakan Kebijakan dari :

BKSDA Jawa Barat II

Perum Perhutani KPH Bandung Selatan

Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang

PT. Indonesia Power

(41)

Pemerintah Daerah Kabupaten Garut (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan)

Tabel 9. Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang

Parameter Variabel Komplek

Variabel Spesifik Sumber Teknik Potensi

Tabel 10. Pengunjung TWA Kawah Kamojang

Parameter Variabel Komplek Variabel Spesifik Sumber Teknik Pengunjung Keadaan pengunjung

Karakteristik pengunjung

Motif pengunjung

Penilaian pengunjung

Harapan dan saran pengunjung

Obyek yang disukai Kegiatan rekreasi yang disukai

Pelayanan

Keberadaan pengguna kawasan oleh pihak lain

Tabel 11. Penggunaan kawasan oleh pihak lain

Parameter Variabel Komplek

Variabel Spesifik Sumber Teknik Administrasi Surat perjanjian

pinjam pakai

Jenis Ketentuan Kewajiban

Dokumen Analisis data

Kondisi kawasan

Sarana fisik dan bangunan

Perkantoran Perumahan

Perhubungan (jalan) Penggunaan lahan

Lapang Penelahan lapang

Dampak terhadap

Luas kawasan TWA

(42)

lingkungan Flora

Fauna

Hidrologi

Tanah

Gangguan terhadap flora Perubahan struktur dan komposisi jenis

Gangguan terhadap fauna

Perubahan struktur dan komposisi jenis

C.3. Prosedur Kerja Penelitian

1. Studi pustaka dan survei pendahuluan.

2. Pengambilan data diperoleh melalui penelaahan lapang, analisis data dan

wawancara dengan pemerintah daerah, pengelola kawasan TWA Kawah

Kamojang, pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT.

Indonesia Power, tokoh masyarakat, masyarakat dan pengunjung.

Pengisian kuesioner dilakukan juga kepada pengunjung.

3. Analisis terhadap data yang diperoleh melalui skoring, deskriptif dan

SWOT.

4. Pembuatan rencana strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang.

D. Metode Pengambilan Data

D.1. Studi Pustaka dan Survei Pendahuluan

Metode ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi

umum lokasi penelitian. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara

mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah buku-buku, majalah-majalah,

brosur-brosur, dokumen-dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian (Singarimbun

dan Effendi, 1995).

Data yang diperoleh melalui studi pustaka diverifikasi di lapangan. Data

ini diperoleh dari kantor-kantor yang berhubungan dengan penelitian seperti

Perum Perhutani KPH Bandung Selatan, Balai Konservasi Sumberdaya Alam

(BKSDA) Jawa Barat II, Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT.

Indonesia Power, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan

(43)

Kabupaten Garut, Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut

serta pustaka-pustaka yang menunjang penelitian ini.

D.2. Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul

data dengan responden. Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung melalui

wawancara terpandu dan penyebaran kuesioner kepada pengunjung. Wawancara

langsung secara terpandu dan penyebaran kuesioner dilakukan kepada :

• Pemerintah Daerah (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Bandung dan Kabupaten Garut)

Data yang dikumpulkan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yaitu,

kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai pariwisata alam (Lampiran 11).

• Pengelola Kawasan TWA Kawah Kamojang (Perum Perhutani KPH

Bandung Selatan dan BKSDA Jawa Barat II)

Data yang dikumpulkan meliputi kondisi biologi kawasan (flora dan

fauna), luasan gerak pengunjung di TWA Kawah Kamojang, keamanan

kawasan, asal daerah pengunjung, ketersediaan air bersih (ketercukupan,

lokasi sumber air, kemudahan mengalirkannya), pengelolaan (status

pengelolaan, dana anggaran, sumber dana dan sistem pergantian pimpinan,

jumlah petugas, status petugas, tingkat pendidikan petugas dan kegiatan

pokok), perawatan sarana dan prasarana (jenis dan frekuensi) serta

pelayanan (bentuk pelayanan dan kemampuan petugas) dan

kebijakan-kebijakan pengelolaan yang berlaku serta kebijakan-kebijakan pinjam pakai lahan

(Lampiran 11).

• Pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia

Power

Data yang dikumpulkan meliputi kebijakan dalam peranannya terhadap

kegiatan pengelolaan dan pengembangan TWA Kawah Kamojang.

(Lampiran 11).

• Tokoh masyarakat dan masyarakat

Wawancara tersebut dilaksanakan melalui wawancara terpandu kepada

(44)

masyarakat yang dipilih untuk kegiatan wawancara ± 30 orang dengan

ketentuan dilakukan pada masyarakat yang mempunyai kontribusi terbesar

pada kawasan TWA Kawah Kamojang. Pengambilan data dilakukan

dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan menggunakan

pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara

tersebut dilakukan untuk mengetahui sejarah kawasan, sikap masyarakat

atau dukungan masyarakat terhadap kegiatan dan pengelolaan wisata di

TWA Kawah Kamojang, jenis dan sifat mata pencaharian dan kebudayaan

(adat-istiadat, kesenian, upacara adat dan kerajinan khas daerah setempat)

dan saran serta harapan (Lampiran 11).

• Pengunjung

Wawancara terhadap pengunjung dilakukan dengan cara wawancara

terpandu (Lampiran 11) dan penyebaran kuesioner di lokasi obyek wisata

(Lampiran 12). Wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui

karakteristik pengunjung (umur, jenis kelamin, asal, pendidikan dan

pekerjaan), motif pengunjung (tujuan, obyek yang disukai dan kegiatan

rekreasi yang disukai), penilaian pengunjung terhadap pelayanan dan

keberadaan pengguna kawasan oleh pihak lain, harapan dan saran

pengunjung, kepekaan sumberdaya alam, jarak dari tempat tinggal ke

TWA Kawah Kamojang, waktu yang diperlukan untuk mencapai lokasi

dan biaya perjalanan menuju lokasi. Teknik pengambilan contoh dilakukan

dengan menggunakan metode purposive sampling. Ukuran sample yang

dibutuhkan ditetapkan dengan menggunakan formula yang dikembangkan

oleh Slovin (1990) dalam Sugiarto dan Kusmayadi (2000), yaitu :

Keterangan :

n = ukuran sample yang dibutuhkan

N = ukuran populasi pada waktu tertentu, dan

e = batas ketelitian (margin error) N

n = 1+N(e)2

14.097

(45)

Besarnya ukuran populasi (N) digunakan data jumlah pengunjung TWA Kawah Kamojang satu tahun sebelumnya, sedangkan besarnya prosentase

batas ketelitian karena kesalahan (e) yang digunakan adalah 10% karena untuk mempermudah dalam penghitungan dan hasil yang didapat

mendekatan angka bulat.

D.3. Pengamatan/penelaahan lapang

• Kondisi biologi

Komponen yang diamati (Tabel 5). Kondisi biologi diamati di lapangan

dan dilengkapi dari dokumen yang sudah ada serta wawancara dengan

pengelola dan masyarakat.

• Daya tarik

Komponen daya tarik yang diamati (Tabel 6). Daya tarik dapat diamati

langsung di lapangan yang meliputi sumberdaya alam yang menonjol,

keunikan, kepekaan sumberdaya alam, jenis kegiatan yang dapat

dilakukan, ruang gerak, kebersihan lokasi dan keamanan kawasan.

• Kadar hubungan

Komponen dari kadar hubungan yang diamati (Tabel 6). Keadaan jalannya

dinilai dari penelaahan lapang. Jumlah kendaraan di sekitar obyek dapat

diperoleh dari data statistik BPS Kabupaten Bandung dan Kabupaten

Garut serta informasi pihak Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan

Kabupaten Garut. Frekuensi kendaraan yang menuju TWA Kawah

Kamojang diperoleh dari pengamatan di lapangan dan ditunjang oleh

informasi dokumen dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan

Kabupaten Garut.

• Keadaan penginapan

Komponen yang diamati (Tabel 6), yaitu jumlah penginapan dan kamar

dalam radius 15 km dari TWA Kawah Kamojang.

• Sarana dan prasarana

Komponen yang diamati (Tabel 6), meliputi jenis, jumlah, kondisi dan

pihak yang mengadakannya. Sarana dan prasarana ini hanya yang berada

(46)

• Sarana dan prasarana penunjang

Komponen yang diamati (Tabel 6). Sarana dan prasarana penunjang dapat

diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dalam radius 2 km dari

TWA Kawah Kamojang dan pengunjung dengan informasi dari

masyarakat dan petugas di lapangan.

• Ketersediaan air bersih

Komponen yang diamati (Tabel 6). Ketersediaan air bersih dapat diamati

di lapangan dengan melihat ketersediaan, kemudahan untuk

mendapatkannya dari sumber air dan kelayakan dikonsumsi.

• Hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar kawasan

Komponen yang diamati (Tabel 6). Hubungan dengan obyek wisata lain

dipilah menjadi obyek sejenis dan tidak sejenis dari radius 50 km dari

TWA Kawah Kamojang. Informasi ini dapat dilihat langsung ke lokasi

dengan tambahan informasi dari dokumen.

• Pengelolan, perawatan dan pelayanan

Komponen yang diamati (Tabel 7). Keadaan pengelolaan tersebut

diperoleh dari diskusi dengan pihak pengelola. Mutu pelayanan dan

kemampuan bahasa petugas dapat dilihat langsung pada waktu petugas

melayani pengunjung. Sarana dan prasarana pelayanan dapat dilihat

langsung di lapangan dan informasi dari petugas di lapangan. Sikap

masyarakat dapat dilihat langsung di lapangan dan melalui wawancara.

• Potensi pasar

Komponen potensi pasar yang diamati (Tabel 9). Potensi pasar dilihat

terlebih dahulu dari daerah asal pengunjung dari data pengunjung hasil

kuesioner dan wawancara pengelola. Dari daerah asal pengunjung tersebut

dilakukan pengamatan lapang untuk mengetahui waktu dan biaya

perjalanan yang dibutuhkan untuk mencapai TWA Kawah Kamojang. Hal

ini dilengkapi dengan data dari dokumen Badan Pusat Statistik (BPS)

Gambar

Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan
Tabel 6. Potensi Taman Wisata Alam
Tabel 7. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan
Tabel 9. Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang
+7

Referensi

Dokumen terkait