• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi penentuan Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Konservasi Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi penentuan Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Konservasi Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

RAHMAT DARMAWAN. The Study of Economic Benefit Value Assessment of Case Conservation Area in Tangkuban Parahu Nature Recreation Park (NRP), Bandung Baratat dan Subang Districts, West Java Province. Supervised by HARIADI KARTODIHARDJO

The forest provides benefit in the form of tangible forest products such as wood and rattan, and also in-tangible forest products among others, water flow control and natural recreation. The forest conservation is a forest area with certain characteristics that has a main function of preserving the diversity of plants, animals and its ecosystems.

As explained above that forest resources are not the only production forests, among others, the conservation areas that its economic value is not widely known, where most of it is area has no market value. The nature recreation park of Tangkuban Parahu Mount is one of the conservation area which has an interesting tourist attraction. Therefore the study aims to assess the economic benefit value of the nature recreation park Tangkuban Parahu mountain.

The method that used to assess the economic benefits value of the nature recreation park of Tangkuban Parahu mountain is travel cost method. The data was collected by conducting interviews with 100 selected visitors.

The result of study obtained that at the optimum level of ticket prices (Rp. 71.500), the economic benefits value of Mt. Tangkuban Parahu is 65,389,367,111 Rupiahs per year, which reflects if the tourist attraction value is supported by the availability of facilities and infrastructure in the tourist area and the consumer surplus as much as 29.454.488.235/year rupiahs. This matter indicates that the visitors paid for travel on marginal rates (below average price).

If the optimum ticket price (Rp 71.500) was imposed, it must be complemented by increasing of management system and good service management, also improving infrastructure facilities adjust with the needs of visitors in order to increase the satisfaction of visitors by still taking into aspects of environmental sustainability.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sumberdaya alam merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumberdaya alam hutan sebagai salah satu anugerah Tuhan Yang Maha Esa mempunyai peranan penting bagi kebutuhan masyarakat, karena hutan memberi manfaat baik berupa produk hasil hutan yang nyata (tangible) seperti kayu dan rotan, maupun produk hasil hutan yang tidak nyata (intangible) antara lain pengaturan tata air dan wisata alam (Darusmanet al1982).

Peranan hasil hutan kayu sebagai sumber penerimaan devisa sangat penting. Sedangkan hasil hutan non-kayu yang mempunyai peranan cukup penting adalah rotan. Seperti telah diuraikan diatas bahwa sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, antara lain kawasan konservasi yang nilai ekonominya masih belum banyak diketahui, dimana sebagian besar dari kawasan ini tidak memiliki nilai pasar (Dausmanet al1982).

Dalam menghadapi tekanan berbagai pihak, terutama dari masyarakat internasional terhadap pengurangan pengambilan kayu hutan tropika, pemerintah sudah seharusnya segera mengantisipasinya melalui perubahan kegiatan pemanfaatan hutan dengan mempelajari dan menyusun konsep pengambilan manfaat intangible dari hutan, sehingga peranan ekonomi kehutanan tidak menurun bahkan mungkin bertambah besar dan beragam. Potensi manfaat ekonomi kawasan konservasi terutama yang intangible ini harus dinilai dan dikembangkan, agar optimasi pemanfaatan sumberdaya hutan yang memiliki manfaat majemuk tersebut dapat tercapai, dan berarti pula perkembangan ekonomi kehutanan tidak hanya tergantung pada kayu. Adanya pengembangan pemanfaatan kawasan konservasi ini akan dapat meningkatkan peranan ekonomi kehutanan terhadap penerimaan devisa (Darusmanet al1982).

(3)

2

ex-situ. Saat ini terdapat kecenderungan semakin besarnya minat masyarakat baik global, regional, maupun nasional untuk dapat mengkonsumsi barang dan jasa yang bersifat alami, contohnya yaitu dengan melakukan kegiatan wisata alam. (Darusmanet al1982)

Wisata alam merupakan pemanfaatan waktu luang dengan melakukan kegiatan perjalanan untuk kegiatan yang menyenangkan di areal yang alamiah dengan unsur flora fauna dan lingkungan. Fenomena ini berkembang sejalan dengan terus meningkatnya kesadaran dan penghargaan masyarakat terhadap alam dan lingkungan sebagai unsur penyangga kehidupan. Kecenderungan tersebut mengindikasikan bahwa pengembangan obyek-obyek wisata sekarang ini harus lebih menekankan pada pemanfaatan dan pendayagunaan sektor pariwisata dari kawasan konservasi.

1.2. Tujuan Penelitian:

1. Untuk mengetahui karakteristik pengunjung di Taman Wisata Alam Tangkuban.

2. Untuk menduga persamaan permintaan rekreasi dengan metode biaya perjalanan.

3. Membuat kurva permintaan manfaat rekreasi berdasarkan persamaan permintaan rekreasi dengan metode biaya perjalanan

4. Menduga nilai ekonomi Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu, berdasarkan metode biaya perjalanan.

1.2. Manfaat Penelitian

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taman Wisata Alam

Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan ekosistemnya Taman Wisata adalah pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Menurut Daryadi et al. (2003), di Indonesia kawasan hutan yang dapat berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis lingkungan adalah Kawasan Pelastarian Alam/KPA (Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya), Kawasan Suaka Alam/KSA (Suakamargasatwa dan Taman Buru). Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Sesuai dengan fungsinya, Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk:

1. Pariwisata alam dan rekreasi

2. Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut).

3. Pendidikan

4. Kegiatan penunjang budaya

2.2. Rekreasi Alam

(5)

4

Rekreasi alam tersebut dengan berbagai bentuk seperti jalan kaki, berkemah, berburu, memancing, menikmati pemandangan dan lain-lain. Setiap individu dapat mengembangkan kemampuannya. Selanjutnya dikatakan bahwa rekreasi alam atau wisata alam merupakan salah satu bagian dari kebutuhan hidup manusia yang khas, dipenuhi untuk memberikan keseimbangan, ketenangan dan gairah hidup.

Menurut Duerret al. (1979), keseluruhan pengalaman rekreasi alam dibagi kedalam lima fase yang penting dan saling berhubungan, yaitu fase perencanaan, fase perjalanan dari rumah menuju tempat rekreasi, fase aktivitas ditempat rekreasi, fase perjalanan pulang dari tempat rekreasi ke rumah dan fase relokasi.

2.3. Manfaat Rekreasi Alam

Rekreasi alam merupakan salah satu manfaat intangible dari sumberdaya alam, secara ekonomi tidak berbeda dengan komoditi kayu atau hasil tangible

lainnya, dimana permasalahan-permasalahannya sejak awal muncul karena adanya kelangkaan (scarcity). Kesulitan yang menantang dalam ekonomi wisata alam adalah dalam hal penilaian (valuation) dari biaya dan manfaatnya (Darusman 1987).

Brockmann dan Merriem (1979) menyatakan bahwa rekreasi sering memberikan perubahan bagi orang yang melaksanakannya berupa hiburan dan pemulihan (mengembalikan daya kreasi) untuk bekerja kembali. Sedangkan manfaat rekreasi menurut Clawson dan Knetsch (1966) adalah menambah pengalaman seseorang yang berhubungan dengan emosi dan inspirasi yang didapatkan setelah melakukan kegiatan rekreasi, seseorang bisa segar kembali, lebih bergairah serta lebih bersemangat sehingga lebih produktif dari sebelumnya.

2.4. Permintaan Rekreasi

(6)

tertentu. Demand dapat diartikan pula sebagai sejumlah barang atau jasa yang diminta dengan harga tertentu.

Dalam bidang kepariwisataan pengertian demand tidak semudah pengertian demand terhadap barang manufaktur biasa. Hal ini disebabkan produksi industri lainnya. Demand dalam kepariwisataan pada dasarnya dibagi atas dua bagian besar, yaitu :

1. Potential demand, yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan pariwisata karena memiliki cukup banyak uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum mempunyai waktu senggang untuk bepergian sebagai wisatawan.

2. Actual demand, yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan pariwisata ke suatu tempat tujuan wisata tertentu.

Menurut Barry (2001), kurva demand dipengaruhi oleh populasi penduduk, pendapatan, jasa transportasi dan kelangkaan serta daya dukung areal. Banyak sekali barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam yang bukan merupakan privat goods melainkan public goods, yaitu barang atau jasa yang dikonsumsi oleh seseorang tetapi tidak mengurangi jumlah yang seharusnya dikonsumsi oleh orang lain.

Permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan-kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai.

Menurut Sihite (2001), faktor-faktor yang mempengaruhidemandadalah : 1. Pendapatan

2. Harga yang harus dibayar

3. Kualitas produk yang ditawarkan

4. Hubungan politik antar daerah atau Negara 5. Hubungan ekonomi antar daerah atau Negara 6. Hubungan sosial budaya antar daerah atau Negara 7. Perubahan cuaca atau iklim

8. Hari-hari libur

(7)

6

10. Teknologi transportasi

2.5. Rekreasi Alam Sebagai Komoditi Ekonomi

Menurut Duerret al.(1987) dalam Ibrahim (2006) seperti halnya hasil hutan lainnya pemanfaatan rekreasi alam memerlukan input tenaga kerja, modal dan kegiatan pengusahaan. Dua hal penting yang membedakan rekreasi alam dengan hasil hutan lainnya adalah:

1. Kesempatan rekreasi tidak tahan lama artinya kesempatan rekreasi yang keuntungannya tidak diambil sekarang tidak dapat diambil kembali pada waktu mendatang.

2. Rekreasi harus dijual di tempat, artinya konsumen yang harus datang ke tempat rekreasi.

Rekreasi alam juga berperan dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu Negara, mempengaruhi ekonomi setempat dan secara nyata dapat turut meningkatkan kesejahteraan (Duerret al.1979).

2.6. Metode Biaya Perjalanan

Salah satu metode yang digunakan di negara-negara maju adalah menggunakan kesediaan membayar dari para konsumen melalui biaya perjalanan. Metode ini banyak digunakan karena para pemakai objek wisata tidak mau membayar karcis dan mereka beranggapan bahwa potensi sumberdaya alam tersebut adalah milik umum (public good). Akibatnya pendugaan yang diperoleh dari hasil penjualan karcis masuk tidak dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan nilai manfaat objek rekreasi karena pendapatan yang diperoleh belum menggambarkan nilai kesediaan membayar dari konsumen yang sebenarnya (Clawson & Knetsch 1975) dalam Sudarmalik (1995).

(8)

Selanjutnya Clawson dan Knetsch (1975), memberikan asumsi bahwa jumlah pengunjung yang datang ke suatu objek wisata akan mempunyai reaksi yang sama terhadap perubahan harga tiket masuk seperti reaksi-reaksi mereka terhadap perubahan biaya perjalanan. Dengan konsep ini maka metode biaya perjalanan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menilai manfaat rekreasi dari suatu objek wisata.

2.7. Regresi Linear Sederhana

Secara umum, model merupakan penyederhanaan dan abstraksi dari keadaan alam yang sesungguhnya. Keadaan alam yang diteliti biasanya amat rumit dan kemampuan kita menelitinya secara keseluruhan amat terbatas, karena itu kita perlu menyederhanakannya sesuai dengan kemampuan akal kita menghadapinya. Model yang dibicarakan disini akan selalu berbentuk fungsi dan regresi merupakan alat yang ampuh dalam pembentukannya. Dalam Regresi Linear sederhana terdapat satu apa yang sering disebut peubah bebas, namakan x, dan satu peubah tak bebas yang bergantung pada x, namakan y. (Sembiring 1995)

Menurut Alfian Lans (2003) Analisis Regresi diartikan sebagai suatu analisis tentang ketergantungan suatu variabel kepada variabel lain (yaitu variabel bebas) dalam rangka membuat estimasi atau prediksi dari nilai rata-rata variabel tergantung dengan diketahuinya variabel bebas. Koefisien Korelasi KK merupakan indeks bilangan yang digunakan untuk menunjukkan ukuran keeratan hubungan antar peubah. Nilai KK berkisar antara 0 (tidak ada korelasi) sampai 1 (korelasi sempurna). Koefisien determinasi (R2) memiliki makna sebagai ukuran kemampuan peubah penduga dalam menjelaskan variasi dari peubah responnya.

2.8. Surplus Konsumen

(9)

8

setiap konsumen kepada semua pemakaian dari sesuatu barang dapat ditaksir dengan dua cara yaitu:

1. Penilaian yang diberikan oleh konsumen kepada unit secara berturut-turut dapat dijumlahkan.

2. Bertanya kepada konsumen berapa dia akan bersedia membayar untuk memakai jumlah yang dimaksud jika alternatifnya sudah tidak memiliki barang tersebut.

(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dimulai bulan Juni hingga bulan Juli 2010.

3.2. Metode Penelitian

Metode penentuan nilai manfaat ekonomi kawasan konservasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) dengan tahapan sebagai berikut:

1. Jumlah pengunjung tahun 2010

Data yang diperlukan untuk dapat mengetahui jumlah pengunjung tahun 2010 diatas adalah:

a. Data statistik jumlah pengunjung Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu periode tahun 2010

b. Jumlah pengunjung berdasarkan derah asal pengunjung c. Jumlah penduduk berdasarkan daerah asal pengunjung 2. Kurva permintaan pengunjung

Untuk melakukan perkiraan kurva permintaan pengunjung maka perlu menentukan terlebih dahulu beberapa hal yaitu:

a. Tempat tinggal dari daerah asal mana b. Besar biaya perjalanan yang dikeluarkan 3. Metode Pengumpulan Data

a. Studi literatur

Mengumpulkan data sekunder tentang karakteristik objek penelitian, jumlah pengunjung periode tahun 2010, dan jumlah penduduk.

b. Observasi

(11)

10

c. Wawancara

Melakukan tanya jawab dengan pengunjung terpilih (responden) yang dibantu dengan lembar pertanyaan.

4. Metode Pengambilan Contoh

Contoh diambil berdasarkan cara sebagai berikut :

Pengambilan sampel (responden) dalam penelitian ini dilakukan secara non-acak (non-probability sampling) yaitu semua objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk di pilih sebagai responden (Juanda 2007) dalam Susilowati (2009). Pengambilan sampel yang dipilih pada penelitian ini dilakukan secarapurposive atau judgement sampling, dimana responden yang dipilih sesuai dengan keadaan yang dikehendaki. Keadaan yang dimaksud adalah pengunjung Taman Wisata Alam dengan umur di atas 15 tahun yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Objek penelitian sendiri adalah para pengunjung yang melakukan rekreasi di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu.

Penentuan jumlah sampel dihitung menggunakan rumus Slovin (Sevilla 1993) sebagai berikut :

n = N

1 + Ne

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi (pengunjung tahun 2010 sebanyak 102796 orang pengunjung)

E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)

Berdasarkan rumus di atas, maka diambil responden sejumlah 100 orang yang keseluruhannya merupakan wisatawan domestik dengan syarat dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden dengan menjawab keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner.

3.3 Pengolahan Data dan Analisis

(12)

Karakteristik pengunjung disajikan secara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Karakteristik objek wisata disajikan secara dskriptif.

2. Pendugaan Persamaan Permintaan Rekreasi

Dari data kunjungan periode tahun 2010, kemudian dapat dihitung tingkat kunjungan untuk masing-masing daerah asal berdasarkan persentase berkunjung untuk masing-masing daerah asal melalui pengamatan. Jumlah pengunjung dari masing-masing daerah asal dapat dihitung dengan rumus :

= ×

Dimana :

Ki = Jumlah pengunjung dari setiap daerah asal pengunjung (orang/tahun)

ki = Persentase pengunjung dari setiap daerah asal pengunjung menurut hasil survey (orang)

Y = Jumlah seluruh kunjungan periode tahun penelitian (tahun 2010) ki didapat dengan menghitung banyaknya pengunjung yang berasal dari daerah asal i berdasarkan hasil wawancara pada saat penelitian. Kemudian dibuat persentasenya dan jumlah banyaknya pengunjung yang dijadikan sebagai contoh untuk masing-masing daerah asal didasarkan atas persentase tersebut.

Berdasarkan sebaran daerah asal dan banyaknya jumlah penduduk tiap daerah asal dapat diduga besarnya jumlah pengunjung per 1000 penduduk pada daerah asal yang bersangkutan.

Laju kunjungan per 1000 penduduk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

= × 1000

Dimana :

Ki = laju kunjungan per 1000 penduduk dari daerah asal i

Ki = jumlah pengunjung dari setiap daerah asal pengunjung (orang /tahun)

(13)

12

Biaya perjalanan rata-rata merupakan rata-rata biaya konsumsi, dokumentasi. Transportasi dn biaya-biaya lain yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan rekreasi.

Biaya perjalanan dihitung dengan rumus :

BP = Tr + D + (Kr-KH) + Tp + KM Dimana :

BP = Biaya Perjalanan (Rp/hari orang kunjungan) Tr = Biaya Transportasi (Rp/orang)

D = Biaya Dokumentasi (Rp/orang)

Kr = Biaya Konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) Kh = Biaya konsumsi harian (Rp/orang/hari)

Tp = Biaya parkir (Rp/kendaraan) KM = Karcis Masuk

Sedangkan biaya perjalanan rata-rata dari tiap daerah asal adalah :

= BPij

ni

Dimana :

BPRi = Biaya perjalanan rata-rata dari daerah asal I (Rp/hari orang kunjungan)

Bpij = Biaya perjalanan pengunjung ke j dari daerah asal pengunjung (Rp/hari orang kunjungan)

Ni = jumlah pengunjung sebagai responden dari daerah asal pengunjung (orang kunjungan/bulan)

Setelah data diperoleh dilakukan analisis regresi antara variable biaya perjalanan rata-rata (X) dengan laju kunjungan per 1000 penduduk (Y). Model regresi yang dipakai adalah persamaan regresi linear sederhana yaitu :

= + .

Dimana :

Yi = Laju kunjungan per 1000 penduduk dari daerah asal pengunjung Xi = Biaya perjalanan rata-rata dari daerah asal pengunjung (Rp/hari

(14)

b = Slope

Selanjutnya persamaan regresi yang telah diuji digunakan dalam perhitungan simulasi harga karcis. Persamaan regresi penduga kurva permintaan dengan penambahan harga karcis masuk sebagai biaya adalah :

= + ( + )

Dimana :

Yi = Laju kunjungan per 1000 penduduk daerah asal pengunjung Xi = Biaya perjalanan rata-rata dari daerah asal pengunjung (Rp/hari

orang kunjungan) a = konstanta

b = slope

KM = Harga karcis Masuk

Harga karcis di simulasikan ke persamaan diatas. Harga karcis masuk ditetapkan mulai dari Rp 0,00 sampai pada harga karcis tertentu dimana kunjungan per 1000 penduduk daerah asal pengunjung mencapai nol (Yi = 0).

Nilai dari simulasi harga karcis kemudian dikalikan dengan jumlah penduduk tiap daerah asal yang kemudian dibagi dengan 1000 sehingga diperoleh tingkat kunjungan dari berbagai daerah asal pada harga karcis yang berbeda.

(15)

14

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung

Tangkuban Parahu

Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan Wisata Gunung Tangkuban Parahu pertama kali ditangani oleh perkumpulan swata Belanda Vereneeging Bandoeng Vooruit. Pada tahun 1927 perkumpulan ini membuat jalan dari kaki gunung menuju kawah. Berdasarkan Besluit Direktur Van Landbouw,Nyverheid en Handel No. 1377?B Sub E tanggal 13 Februari 1927 komplek hutan Gunung Tangkuban Parahu seluas 1.660 ha ditetapkan sebagai hutan tutupan (BBKSDA 2009).

Pada tahun 1950, perkumpulan swasta Belanda Vereneeging Bandoeng Vooruit berubah nama menjadi Perhimpunan Bandung Permai, dan pada 1974 berubah nama lagi menjadi Yayasan Bandung Permai. Sejak saat itu Yayasan Bandung Permai mengusahakan sebagian dari kawasan hutan tutupan Gunung Tangkuban Parahu sebagai objek wisata. Untuk optimalisasi dan pengembangan pengusahaan wisata kawasan hutan tutupan Gunung Tangkuban Parahu, Yayasan Bandung Permai bekerja sama dengan PT. Sari Ekspres membentuk PT. Permai Sari pada tahun 1974 (BBKSDA 2009).

(16)

Pada Tahun 1990 terbit Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.284 Tahun 1990 tentang Penyesuaian status pengelolaan menjadi pengusahaan dan tidak berlakunya S.K. Dirjen Kehutanan No. 133 Tahun 1980 oleh Perhutani. Pada Tahun 2002 terbit Surat keputusan Direksi PT. Perhutani No. 006 tahun 2002 tentang penyerahan pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu kepada PT. PALAWI dan Cagar Alam ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. Pada Tahun 2007 terbit Surat keputusan Menteri Kehutanan No.206 Tahun 2007 tentang Penyerahan Pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu dan Cagar Alam kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. Pada tahun 2009 pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu diserahkan kepada PT. Graha Rani Putra Persada selama 30 tahun melalui Surat Keputusan No. 306/Menhut-II/2009 tentang Konsesi Pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu (BBKSDA 2009).

4.2. Letak, Luas Dan Aksesibilitas

Secara geografis, kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu terletak antara 6040 -6050 Lintang Selatan dan 107030 107040 Bujur Timur. Secara administrasi pemerintahan, TWA Gunung Tangkuban Parahu temasuk dalam Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat (Handhadari 2005 dalam Nugrahaeni 2009).

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.528/Kpts/Um/9/1974 tanggal 3 september 1974, luas TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah 370 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Cagar Alam Gunung Tangkuban Parahu;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung dan Perkebunan PTPN VIII Ciater; dan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Lindung.

Lokasi TWA gunung Tangkuban Parahu dapat dicapai melalui 3 rute, yaitu dari Kota Bandung, Subang dan Cimahi. Ketiga rute tersebut adalah :

(17)

16

kendaraan umum dan pribadi. Rute ini merupakan rute utama yang biasa digunakan oleh pengunjung terutama dari arah Jakarta.

2. Rute dari arah Barat Daya, melalui Cimahi Cisarua Parongpong TWA Gunung Tangkuban Parahu dengan jarak kurang lebih 29 km yang dapat dicapai dengan angkutan umum dan pribadi. Rute ini merupakan rute utama bagi pengunjung yang berasal dari Cimahi.

3. Rute dari arah Utara, melalui Subang Ciater TWA Gunung Tangkuban Parahu dengan jarak kurang lebih 31 km yang dapat dicapai dengan kendaraan umum dan pribadi. Rute ini merupakan rute utama digunakan oleh pengunjung yang berasal dari Subang dan Purwakarta.

4.3. Iklim dan Hidrologi

Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu berdasarkan klasifikasi Scmhidt Ferguson mempunyai iklim Tipe B dengan curah hujan berkisar antara 2000 3000 mm per tahun. Temperatur udara dikawasan ini berkisar antara 150C 290C dan kelembaban udara rata-rata 45% - 97% (Handhadari 2005 dalam Nugrahaeni 2009).

Sumber mata air di kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu berasal dari Mata Air Cikahuripan.

4.4. Daya Tarik Wisata

Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu merupakan kawasan yang memiliki beberapa daya tarik wisata. Daya Tarik tersebut dapat dilihat dari beberapa nilai yaitu nilai estetika, nilai biologis, nilai historis dan nilai pengetahuan.

(18)

Gambar 1 Kawah Ratu.

Gambar 2 Kawah Domas. Gambar 3 Kawah Upas.

Sumber : dokumentasi pribadi, 2010

2. Nilai Biologis dan Pengetahuan, berupa keanekaragaman flora dan fauna pada tipe hutan hujuan tropis yang berada pada ketinggian kurang dari 1500 m yang merupakan sumberdaya alam hayati dan sumber ilmu pengetahuan.

(19)

18

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Karakteristik Pengunjung di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu

5.1.1. Daerah Asal Pengunjung

Sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu merupakan penngunjung nusantara (BBKSDA, 2009). Distribusi asal pengunjung nusantara berdasarkan hasil wawancara secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Daerah asal pengunjung Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu.

Asal Daerah Jumlah Kunjungan Setiap Daerah Persentase

Bandung 40 40%

Bekasi 1 1%

Bogor 4 4% Depok 4 4% Jakarta 31 31%

Karawang 3 3%

Kota Cimahi 3 3% Purwakarta 2 2%

Subang 9 9%

Sukabumi 2 2% Sumedang 1 1%

Total 100 100%

Sumber : Data primer diolah, 2010

(20)

di bandingkan pengunjung dari Bandung dan Jakarta yaitu 9%, hal ini disebabkan karena mereka sudah sering berkunjung, sehingga mereka lebih memilih untuk berkunjung ke objek wisata lain.

5.1.2. Jenis Kelamin

Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbandingan jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh perbedaan jumlahnya, persentase untuk pengunjung laki-laki yaitu 54% dan persentase pengunjung perempuan yaitu 46%.

Gambar 4 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin.

Sumber : Data primer diolah, 2010.

5.1.3. Umur

Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu yang dipilih sebagai responden bervariasi mulai dari 15 tahun sampai dengan 54 tahun. Sebaran kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran kelompok umur pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu

Umur Jumlah Persentase

15 19 40 40%

20 24 14 14%

25 29 21 21%

30 34 8 8%

35 39 11 11%

40 44 4 4%

>44 2 2%

Total 100 100%

Sumber : Data primer diolah, 2010

Pada Tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu berasal kelompok umur 15 19 tahun yaitu 40% serta

54%

46% Laki-laki

(21)

20

kelompok umur 25 29 tahun yaitu 21%. Hal ini disebabkan karena pengunjung yang berada pada kelompok umur 15 19 tahun dan kelompok umur 25 29 tahun mempunyai kondisi fisik yang lebih baik jika dibandingkan dengan responden yang lebih tua, hal tersebut dapat dilihat pada pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu yang berasal dari kelompok umur >44 tahun yaitu 2%.

5.1.4. Pekerjaan

Sebagian besar pengunjung yang datang ke TWA Gunung Tangkuban Parahu berprofesi sebagai pelajar yaitu 38%, karena kegiatan rekreasi alam di TWA Gunung Tangkuban Parahu dilakukan untuk mengisi waktu liburan. Selain pelajar, pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu juga banyak yang berprofesi sebagai pegawai swasta yaitu 31%, banyaknya pengunjung yang berprofesi dari sektor swasta ini dikarenakan mereka ingin berekreasi ke tempat yang alami sebagai upaya untuk melepaskan kejenuhan. Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik pengunjung berdasakna pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

Ibu Rumah Tangga 2 2%

Mahasiswa 10 10%

Pelajar 38 38%

Pegawai Negeri Sipil 5 5%

Swasta 31 31%

Wiraswasta 14 14%

Total 100 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2010.

5.1.5. Pendapatan

Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan keluarga yang diperoleh dari suami dan istri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja perbulannya. Sedangkan responden yang berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa, pendapatan perbulannya adalah uang saku perbulannya.

(22)

4 di atas pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu di dominasi pengunjung dengan tingkat pendapatan < Rp 1.000.000 yaitu 49% dan pengunjung dengan tingkat pendapatan antara Rp 1.000.0000 Rp 3.000.000 yaitu 43%. Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan

Sumber : Data primer diolah, 2010

5.2. Pengembangan Manajemen Pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Perahu

Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berkunjung ke TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah daya tarik wisatanya, Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu merupakan kawasan yang memiliki beberapa daya tarik wisata. Daya Tarik tersebut dapat dilihat dari beberapa nilai yaitu nilai estetika, nilai biologis, nilai historis.

4. Nilai Estetika, berupa lansekap hutan pegunungan dan gunung yang sering nampak berkabut, keindahan kawah seperti Kawah Ratu, Kawah Upas dan Kawah Domas serta sumber air panas di Kawah Domas.

5. Nilai Biologis dan Pengetahuan, berupa keanekaragaman flora dan fauna pada tipe hutan hujuan tropis yang berada pada ketinggian kurang dari 1500 m yang merupakan sumberdaya alam hayati dan sumber ilmu pengetahuan.

6. Nilai Historis, berupa legeda mengenai asal-usul Gunung Tangkuban Parahu. Oleh karena itu hal utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan kunjungan adalah dengan memelihara keaslian dan kelestarian lingkungan kawasan TWA gunung Tangkuban Parahu.

Selain menjaga keaslian dan daya tarik wisata, kualitas pelayanan dan kelengkapan sarana prasarana wisata di TWA Gunung Tangkuban Parahu merupakan hal yang mempengaruhi kepuasan pengunjung. Beberapa sarana

Pendapatan Jumlah Persentase

< Rp 1.000.000 49 49%

Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000 43 43% Rp 3.000.000 - Rp 5.000.000 5 5%

> Rp 5.000.000 3 3%

(23)

22

prasarana wisata yang perlu ditambah diantaranya yaitu perlu menyediakan kegiatan pada tempat-tempat yang menarik untuk mencegah berkumpulnya pengunjung di suatu tempat.

5.2.1. Fungsi Permintaan Rekreasi dan Kurva Permintaan Berdasarkan Fungsi Permintaan Rekreasi

Data yang diperlukan dalam menentukan pendugaan fungsi permintaan rekreasi adalah mencakup: daerah asal pengunjung, jumlah penduduk setiap daerah asal, jumlah kunjungan masing-masing daerah asal, serta biaya perjalanan dari setiap daerah asal.

Untuk menentukan jumlah kunjungan pada tahun penelitian maka dilakukan studi literatur. Berdasarkan data Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat diketahui bahwa jumlah pengunjung ke TWA Gunung Tangkuban Parahu selama periode tahun 2010 yaitu 1027926 orang.

Tabel 5 Jumlah kunjungan per 1000 penduduk daerah setiap daerah asal

Asal Daerah Jumlah Kunjungan Setiap Daerah (orang) % Prediksi Jumlah Pengunjung (orang)* Jumlah Penduduk (orang)** kunjungan per 1000 penduduk (orang)

Bandung 40 40% 411170 5506176 75

Bekasi 1 1% 10279 4204530 2

Bogor 4 4% 41117 5278318 8

Depok 4 4% 41117 1430829 29

Jakarta 31 31% 318657 9146200 35

Karawang 3 3% 30838 2112433 15

Kota Cimahi 3 3% 30838 532114 58 Purwakarta 2 2% 20559 809962 25

Subang 9 9% 92513 1476418 63

Sukabumi 2 2% 20559 2582820 8

Sumedang 1 1% 10279 1134288 9

Total 100 100% 1027926 34214088 326

Sumber : *)Didasarkan pada data pengunjung tahun 2010 sebanyak 1027926 orang pengunjung.

**) Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2009.

(24)

Purwakarta, Subang, Sukabumi, dan Sumedang. Dari hasil perhitungan kunjungan per 1000 penduduk per tahun untuk masing-masing daerah asal diperoleh hasil yang tersaji pada Tabel 5.

Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa tingkat kunjungan tertinggi per 1000 penduduk yaitu pengunjung yang berasal dari daerah Bandung yaitu 75 orang. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi penduduk Bandung yang melakukan rekreasi ke TWA Gunung Tangkuban Parau cukup besar.

Setelah jumlah pengunjung pada tahun penelitian diketahui dan kunjungan per 1000 penduduk per tahun untuk setiap daerah asal diperoleh, maka ditentukan rata-rata biaya perjalanan pengunjung pada setiap daerah asal. Biaya perjalanan rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan pengunjung selama melakukan perjalanan rekreasi tersebut. Oleh karena itu, Penentuan biaya perjalanan tidak hanya didasarkan pada harga tiket masuk saja, tetapi juga termasuk semua biaya yang dikeluarkan pengunjung selama berwisata di TWA Gunung Tangkuban Parahu. Biaya Perjalanan yang dikeluarkan pengunjung meliputi biaya transportasi pergi-pulang, biaya dokumentasi, biaya konsumsi selama rekreasi, biaya parkir serta karcis masuk.

Tabel 6 Rata-rata total biaya perjalanan setiap daerah asal

Asal Daerah Rata-Rata Biaya Perjalanan

(Rp/orang)

Bandung 57875

Bekasi 272000

Bogor 271750

Depok 245250

Jakarta 206613

Karawang 157333

Kota Cimahi 37667

Purwakarta 73500

Subang 56556

Sukabumi 157250

Sumedang 180000

Total 1715793

Sumber : Data primer diolah, 2010

(25)

24

37.667(Kota Cimahi) sampai Rp 272.000(Bekasi). Rendahnya pengeluaran pengunjung yang berasal dari Kota Cimahi disebabkan oleh letaknya yang cukup dekat dengan TWA Gunung Tangkuban Parahu sehingga tidak memerlukan banyak biaya.

Untuk menentukan fungsi permintaan rekreasi maka dilakukan analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

= 63.2 0.000214

Hasil persamaan regresi di atas memperlihatkan bahwa koefisien variabel biaya rata-rata perjalanan (X) adalah minus 0.000214. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya rata-rata perjalanan sebesar satu satuan (Rp. 1) akan menurunkan permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) sebanyak 0.000214.

Adapun hasil dari uji korelasi dan analisis varian antara permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) dengan parameter biaya perjalanan rata-rata (X), menunjukan bahwa pengaruh biaya perjalanan (X) terhadap kunjungan per 1000 penduduk (Y) nyata pada selang kepercayaan 95% (F hitung = 11.690 > F tabel = 4.965), ini menunjukkan bahwa persamaan ini dapat digunakan untuk menduga permintaan rekreasi. Nilai koefisien determinasi dari persamaan di atas yaitu (R2= 0.565). Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel biaya rata-rata perjalanan (X) terhadap permintaan rekreasi (Y) sebesar 56.5%, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Untuk menduga kurva permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu dilakukan dengan mensimulasikan beberapa harga karcis. Simulasi dilakukan mulai dari harga karcis sebesar nol rupiah sampai harga tertentu sehingga diperoleh tingkat kunjungan mencapai nol, artinya tidak ada lagi pengunjung yang bersedia datang karena harga tiket yang diberlakukan dinilai terlalu mahal seperti terlihat dalam lampiran 3. Persamaan penduga kurva permintaan yang digunakan dalam perhitungan adalah :

= 63.2 0.000214( + )

Keterangan :

(26)

Xi = Biaya perjalanan rata-rata dari daerah asal i (Rp/hari orang kunjungan) KM = Harga tiket masuk (Rp/orang)

Selanjutnya untuk menghitung banyaknya pengunjung pada berbagai tingkat harga karcis dari setiap daerah asal, maka nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan pada lampiran 3 dikalikan jumlah penduduk masing-masing daerah asal kemudian dibagi 1000 lalu hasil dari perhitungan setiap harga karcis dijumlahkan, hasil perhitungan disajikan pada lampiran 4.

Kemudian dapat ditentukan kurva permintaan manfaat rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

Gambar 5 Kurva Permintaan Rekreasi TWA Gunung Tangkuban Perahu.

Untuk menduga nilai manfaat ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu didasarkan atas analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

= 63.2 0.000214

Perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA gunung Tangkuban Parahu secara lengkap dapat dilihat di lampiran 5. Adapun ringkasan hasil perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu disajikan pada Tabel 7.

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000

Harga Karcis

(27)

26

Tabel 7 Ringkasan hasil perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA Tangkuban Parahu

Nilai Rata-rata Nilai Manfaat Ekonomi (Rp/tahun)

Kesediaan membayar 65389367111

Nilai Yang dibayarkan 35934878876

Surplus Konsumen 29454488235

Sumber : Data primer diolah, 2010

Tabel 7 diatas merupakan hasil dari simulasi harga karcis masuk ke TWA Gunung Tangkuban Parahu dimana berdasarkan hasil analisis harga karcis optimum dapat diketahui bahwa harga karcis optimum yaitu Rp 71.500. Pada tingkat harga karcis Rp 71.500 dapat diketahui kesediaan membayar pengunjung yaitu Rp 65.389.367.111 per tahun, serta nilai aktual yang dibayarkan yaitu Rp 35.934.878.876 per tahun, sehingga diperoleh surplus konsumen Rp 29.454.488.235. Sedangkan selisih pendapatan antara harga tiket masuk yang berlaku sekarang dengan harga tiket masuk optimum adalah Rp. 23.524.073.665. Harga Karcis optimum ini dapat dijadikan strategi pengelolaan untuk mengendalikan jumlah pengunjung agar tidak melebihi daya dukung TWA Gunung Tangkuban Parahu. Daya Dukung adalah kemampuan suatu wilayah dalam hal ini TWA Gunung Tangkuban Parahu untuk menerima jumlah pengunjung dimana pengunjung merasa puas atau dengan kata lain jumlah pengunjung maksimal dimana pengunjung merasa puas. Jika harga karcis optimum (Rp 71.500) ini diberlakukan maka harus diimbangi dengan peningkatan sistem pengelolaan manajemen serta pelayanan yang baik serta peningkatan sarana fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung agar kepuasan yang dirasakan pengunjung bertambah dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Penerapan Harga karcis optimum (Rp 71.500) juga harus mempertimbangkan fluktuasi jumlah kunjungan yang berkaitan dengan diberlakukannya harga karcis optimum tersebut.

(28)

pengunjung, hal ini menunjukkan adanya peningkatan apresiasi pengunjung terhadap TWA Gunung Tangkuban Parahu.

(29)

28

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Proporsi pengunjung domestik terbesar berasal dari Bandung yaitu 40% dan Jakarta 31%. Perbandingan jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh perbedaan jumlahnya, persentase untuk pengunjung laki-laki yaitu 54% dan persentase pengunjung perempuan yaitu 46%. Sebagian besar pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu berasal kelompok umur 15 19 tahun yaitu 40%. Sebagian besar pengunjung yang datang ke TWA Gunung Tangkuban Parahu berprofesi sebagai pelajar yaitu 38%. Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu di dominasi pengunjung dengan tingkat pendapatan < Rp 1.000.000 yaitu 49%.

2. Analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut:

= 63.2 0.000214 . Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya rata-rata perjalanan sebesar satu satuan (Rp. 100000) akan menurunkan permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) sebanyak 21,4 dengan R2= 0.565 dan nyata pada selang kepercayaan 95%

3. Surplus konsumen berbanding terbalik dengan peningkatan harga tiket masuk, surplus konsumen akan maksimum ketika harga tiket masuk sama dengan nol yang berarti tidak ada penerimaan pendapatan bagi pihak pengelola. Agar pengelola mendapatkan penerimaan dan pengunjung tetap mendapatkan surplus konsumen maka ditetapkan harga tiket optimum, yaitu Rp 71.500 per orang atau naik sebesar Rp 58.500 dari harga sekarang yaitu Rp 13.000 per orang.

(30)

menunjukkan bahwa pengunjung membayar biaya perjalanan pada harga marjinalnya (di bawah harga rata-rata).

6.2. Saran

(31)

STUDI PENENTUAN NILAI MANFAAT EKONOMI

KAWASAN KONSERVASI

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

STUDI PENENTUAN NILAI MANFAAT EKONOMI

KAWASAN KONSERVASI

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

STUDI PENENTUAN NILAI MANFAAT EKONOMI

KAWASAN KONSERVASI

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(32)

[✠✡ ☛✡ ☞✌✍. ✎ ✏✑✒ ✓ ✔✕ ✖✕ ✗✡ ✘✕✖ W☞✙ ✚✛✚ ✠✜ ✚✌. ✢✣✤✙ ✚✛✕✚✡ ✢✣✡☞✜ ✚☞✘✚✡ ✠✥✜ ☞ ✦ ✣✥✕✛✚✡ ✚✡✓ ✔☛✧ ☛✤

✠✜ ★☞✚✡ L. ✩ ✪ ✪✫ ✓E✖☛✡ ☛ ✌✣✛✤☞✖ ✚✬✭✣☛ ✤☞✘✚✡✠✮✜ ☞✖ ✚✙☞ J☞✜ ☞✘✗. L✢✫✯. J✚✖ ✚✤✛✚

[✔✔ ✦✯D✠ ✍ ✔ ✚✜ ✚☞ ✔✣✙✚✤ ✦ ☛✡✙✣✤✰ ✚✙ ☞✯✕✌✱ ✣✤ D✚y✚✠✜ ✚✌ J✚✲✚ ✔✚✤✚✛. ✩ ✪ ✪✏ ✓ ✠✡ ✚✜ ☞✙ ☞✙ ✦ ✣✮ ✕ ✚✙ ✚✡ ✢✣✡✧✕ ✡ ✳✕ ✡ ✧ W☞✙ ✚✛✚✠✜ ✚✌✭✚✌✚✡W☞✙ ✚✛✚✠✜ ✚✌ G✕✡ ✕✡✧✭✚✡✧✖✕✱✚✡ ✢✚✤✚✥ ✕. ✔✚✡✘ ✕✡✧

✴✜ ✚✲✙ ☛✡ ✵, ✦✡ ✣✛✙ ✶✥ JL. ✎ ✏✷ ✷✓ Economic of Outdoor Recreation. J☛✥✡ H☛✮ ✖ ☞✡ ✙ ✢✤✣✙ ✙. ✔✚✜ ✛☞✌☛ ✤✣.

D✚✤✕ ✙ ✌✚✡ D et a✜. ✎ ✏✑✩. ✯ ✛✕✘☞ ✢✣✡ ✣✡ ✛✕✚✡ N☞✜ ✚☞ E✖☛✡ ☛ ✌☞ ✦ ✚✲✚✙ ✚✡ ✦ ☛✡ ✙ ✣✤✰✚✙☞ D✚✡ ✢✤☛ ✙✮ ✣✖ ✮ ✣✡✧✣✌ ✱✚✡✧✚✡ ✡y✚. F✚✖✕ ✜ ✛✚✙ ✦ ✣✥✕✛✚✡ ✚✡ ✗✡✙✛☞✛✕✛ ✢✣✤✛✚✡ ☞✚✡ ✔☛✧ ☛✤. ✭☞✘✚✖✘ ☞✛✣✤✱ ☞✛✖✚✡✓

D✚✤✕ ✙ ✌✚✡ D. ✎✏✑ ✒ ✓ E✖ ☛✡☛✌ ☞ ✦ ✣✥✕✛✚✡ ✚✡. F✚✖✕ ✜ ✛✚✙ ✦ ✣✥✕✛✚✡ ✚✡ ✗✡✙✛☞✛✕✛ ✢✣✤✛✚✡ ☞✚✡ ✔☛✧ ☛✤. ✭☞✘✚✖✘☞✛✣✤✱ ☞✛✖✚✡ ✓

D✚✤y✚✘ ☞ L et al. ✎ ✏✑ ✪ ✓ ✸✣✡✶✚✡ ✚ ✢✣✡✧✣✜ ☛✜ ✚✚✡ ✘ ✚✡ ✢✣✤✚✡✶✚✡ ✧ ✚✡ ✦ ✚✲✚✙ ✚✡ ✭✚✌ ✚✡ W☞✙ ✚✛✚ G✕ ✡✕ ✡ ✧ ✯ ✣✜ ☛ ✖ ✴☞✜ ✚✶✚✮✹ J✚✲✚ ✭ ✣✡ ✧ ✚✥. D☞✤✣✖ ✛☛✤ ✚✛ ✢✣✤✜ ☞✡ ✘✕ ✡✧✚✡ ✘✚✡ ✢✣✡✧✚✲✣✛✚✡✠✜ ✚✌. ✔ ☛ ✧☛ ✤

D✚✤y✚✘ ☞ Let al. ✩ ✪ ✪✩✓✦ ☛✡ ✙ ✣✤✰✚✙☞ L✚✡ ✙ ✖ ✚✮. ✗✡ ✘ ☛✡ ✣✙ ☞✚ Z☛☛✜ ☛ ✧☞✢✚✤ ✖ ✙✠ ✙ ✙ ☛ ✶☞✚✛☞☛✡ D✣✮✚✤✛✣✌ ✚✡ ✢✣✡ ✘ ☞✘☞✖✚✡ ✘✚✡ ✦ ✣✱✕ ✘✚y✚✚✡✹ ✎✏✑ ✫ ✓ ✦ ✚✌✕ ✙ ✔✚✥✚✙✚ ✗✡ ✘ ☛✡ ✣✙ ☞✚ ✗✗.

D✣✮✚✤✛✣✌ ✣✡ ✢✣✡ ✘ ☞✘ ☞✖ ✚✡ ✘✚✡ ✦ ✣✱✕✘✚y✚✚✡. J✚✖✚✤✛✚. ✭☞✘ ✚✖ ✘ ☞✮✣✤✘✚✧✚✡✧✖ ✚✡ ✙ ✣✶✚✤✚✕ ✌✕ ✌

(33)

D✻✼✽✽ ✾✿ ❀ ❁✽ ❂❃❄ ❂❅❆ ❃✼❆ ✿ G✻❄❄✼❆ ❇✼ ✽ ❈, ❉ ❊❋ ❊● Forest Resources Management

Decision-Making Principle and Cases. W. ❍. ■❅ ✻❆ ❏✼✽ ❃❀ ❑ ▲▼❅❆y-◆❁ ❂❖❅ ❏✼❖▼❁❂❅. L❑❆❏❑❆ ✾❑✽ ❑❆❄ ❑●

H✻P❃◗❁▲ ❂❏❄ ❘❘, J❅ ▲✼ ❃ DE, ❘✼ ❂❃❄✼✽ ❙❚● ❉❊❯❋● L❂❆❈❱✻❆❈❅❆ ■❂❃❄✼ ▲ ❙❖❅ ▲❂ ❏❅❆ ◆✼ ▲❇❅❆❈✻❆ ❅❆ ❲ ◆✼ ❏❑ ▲❅❆ ◆✼❆❂❖❅ ❂❅❆ E❱❑❆❑ ▲❂❃ (❳✼❱❃ ❑ ❁❅ ❏ ❂▼✽ ❑❨❑✿ ■ ◆✼❆ ❄✼✽❨✼ ▲❅ ❁❩. G❅ ❏❨❅ ❁❘❅ ❏❅ U❆ ❂❬✼✽ ❃ ❂❄y ◆✽ ✼ ❃❃. Y❑❈y❅❱❅✽❄❅.

❭❇ ✽❅ ❁ ❂▲ Y. ❪❫❫ ❴● ■❄ ✻ ❏❂◆✼✽▲❂❆❄❅❅❆❘❅❆P❅❅❄❳✼❱✽✼ ❅ ❃❂ D❂◆✻ ❃❅❄❵❑❆❃✼✽❬❅ ❃ ❂✾ ✻▲❇✻❁❅❆ ❵✼❇✻❆ ❳❅y❅ ❍❑ ❈❑✽. ■❱✽❂▼ ❃ ❂. D✼▼❅✽❄✼ ▲✼❆ ❘❅❆ ❅❨✼ ▲✼❆ H✻❄❅❆● F❅❱✻❖❄❅ ❃ ❵✼ ❁ ✻❄❅❆ ❅❆● ❭❆ ❃❄ ❂❄ ✻❄◆✼✽ ❄❅❆ ❂❅❆❍❑❈❑✽.❍ ❑ ❈❑✽

J✻❅❆ ❏❅❍. ❪❫ ❫❋ ● ❘✼❄ ❑❏ ❑❖❑ ❈❂ ◆✼❆ ✼❖❂❄❂❅❆❛❱❑❆❑▲ ❂❏❅❆❍❂❃❆❂❃. ❭◆❍◆✽✼ ❃ ❃. ❍❑ ❈❑✽. L❂▼❃✼y ❳G, ■❄✼ ❂❆✼✽ ◆ ❜● ❏❅❆ ◆✻✽❬❂❃ DD. ❉ ❊❯❋ ● ❵✻❖❂❅ ❁ ◆✼❆❈❅❆❄❅✽ E❱❑❆❑▲ ❂ ❘❂❱✽ ❑●

J✻✽ ✻❃❅❆ ❭❖▲✻-❂❖▲ ✻■❑ ❃ ❂❅❖ E❱❑❆ ❑ ▲❂◆✼✽ ❄❅❆ ❂❅❆❭◆❍. ❍❑❈ ❑✽. ✾❂❏❅❱❏ ❂❄✼✽❇ ❂❄❱❅❆. N✻ ❈✽❅ ❁❅✼❆❂ ❙● ❪❫❫❊● N❂❖❅ ❂ E❱❑❆ ❑ ▲❂ ❵❅❝❅ ❃❅ ❆ ✾❅▲❅❆ W❂❃❅❄❅ ❙❖❅▲ G✻❆ ✻❆ ❈

✾❅❆❈❱✻❇ ❅❆◆❅✽❅ ❁✻. ✾✼ ❃ ❂❃. ◆✽ ❑❈✽❅ ▲■❄ ✻❏ ❂❘❅ ❈❂❃❄✼✽❭❖▲✻L❂❆❈❱✻❆❈❅❆ ●◆✽❑❈✽❅ ▲ ◆❅ ❃◗❅■❅✽❨❅❆ ❅. U❆❂❬✼✽❃❂❄❅ ❃◆❅ ❏❨❅ ❏❨❅✽❅❆ ●❍❅❆❏✻❆ ❈

■✼ ▲❇ ❂✽ ❂❆❈❳❵●❉❊❊❞● ❙❆ ❅❖❂❃ ❂❃❳✼ ❈✽ ✼ ❃❂. ❭❆❃❄ ❂❄ ✻❄✾✼❱❆❑❖❑ ❈❂❍ ❅❆ ❏ ✻❆❈. ❍❅❆❏✻❆ ❈

(34)

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

E14052548

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(35)

ABSTRACT

RAHMAT DARMAWAN. The Study of Economic Benefit Value Assessment of Case Conservation Area in Tangkuban Parahu Nature Recreation Park (NRP), Bandung Baratat dan Subang Districts, West Java Province. Supervised by HARIADI KARTODIHARDJO

The forest provides benefit in the form of tangible forest products such as wood and rattan, and also in-tangible forest products among others, water flow control and natural recreation. The forest conservation is a forest area with certain characteristics that has a main function of preserving the diversity of plants, animals and its ecosystems.

As explained above that forest resources are not the only production forests, among others, the conservation areas that its economic value is not widely known, where most of it is area has no market value. The nature recreation park of Tangkuban Parahu Mount is one of the conservation area which has an interesting tourist attraction. Therefore the study aims to assess the economic benefit value of the nature recreation park Tangkuban Parahu mountain.

The method that used to assess the economic benefits value of the nature recreation park of Tangkuban Parahu mountain is travel cost method. The data was collected by conducting interviews with 100 selected visitors.

The result of study obtained that at the optimum level of ticket prices (Rp. 71.500), the economic benefits value of Mt. Tangkuban Parahu is 65,389,367,111 Rupiahs per year, which reflects if the tourist attraction value is supported by the availability of facilities and infrastructure in the tourist area and the consumer surplus as much as 29.454.488.235/year rupiahs. This matter indicates that the visitors paid for travel on marginal rates (below average price).

If the optimum ticket price (Rp 71.500) was imposed, it must be complemented by increasing of management system and good service management, also improving infrastructure facilities adjust with the needs of visitors in order to increase the satisfaction of visitors by still taking into aspects of environmental sustainability.

(36)

RAHMAT DARMAWAN. Studi Penentuan Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Konservasi Kasus di Taman Wisata Alam gunung Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Baratat dan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh HARIADI KARTODIHARDJO

❢utan memberi manfaat baik berupa produk hasil hutan yang nyata (❣❤✐ ❥❦❧ ♠♥) seperti kayu dan rotan, maupun produk hasil hutan yang tidak nyata (❦✐ ❣ ❤✐❥❦❧♠♥) antara lain pengaturan tata air dan wisata alam. ❢utan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

♦eperti telah diuraikan diatas bahwa sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, antara lain kawasan konservasi yang nilai ekonominya masih belum banyak diketahui, dimana sebagian besar dari kawasan ini tidak memiliki nilai pasar. Taman ♣isata Alam qunung Tangkuban Parahu merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki daya tarik wisata yang menarik. Oleh karena itu penelitian bertujuan untuk menduga nilai manfaat ekonomi dari Taman ♣isata Alam gunung Tangkuban Parahu.

Metode yang digunakan untuk menduga nilai manfaat ekonomi Taman ♣isata Alam gunung Tangkuban Parahu adalah metode biaya perjalanan (❣r❤s♥♠ t✉✈❣ ✇♥❣ ① ✉②). Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan 100 pengunjung terpilih.

③ari hasil penelitian diperoleh bahwa pada tingkat harga karcis optimum (Rp 71.500)④ilai Manfaat ⑤⑥ ⑦⑧ ⑦⑨i T♣A qunung Tangkuban Parahu adalah Rp 65.389.367.111 per tahun yang menggambarkan nilai daya tarik wisata yang didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana wisata di kawasan wisata tersebut. ♦erta surplus konsumen sebesar Rp 29.454.488.235/tahun. ❢al tersebut menunjukkan bahwa pengunjung membayar biaya perjalanan pada harga marjinalnya (di bawah harga rata-rata).

⑩ika harga karcis optimum (Rp 71.500) diberlakukan maka harus diimbangi dengan peningkatan sistem pengelolaan manajemen serta pelayanan yang baik serta peningkatan sarana fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung agar kepuasan yang dirasakan pengunjung bertambah dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

(37)

STUDI PENENTUAN NILAI MANFAAT EKONOMI

KAWASAN KONSERVASI

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subag, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

STUDI PENENTUAN NILAI MANFAAT EKONOMI

KAWASAN KONSERVASI

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subag, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

STUDI PENENTUAN NILAI MANFAAT EKONOMI

KAWASAN KONSERVASI

Kasus di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu

Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subag, Jawa Barat

RAHMAT DARMAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(38)

❶udul Penelitian :❷tudi penentuan ❸ilai Manfaat ❹ ❺❻ ❼❻ ❽i Kawasan Konservasi

Kasus di Taman ❾isata Alam Tangkuban Perahu Kabupaten

❿andung ❿arat, Provinsi ❶awa ❿arat ❸ama Mahasiswa : Rahmat ➀armawan

❸omor Pokok : ❹➁➂ ➃➄ ➅➄➂ ➆

➀epartemen : Manajemen ➇utan

Menyetujui, ➀osen Pembimbing

Prof. ➀r.Ir. ➇ariadi Kartodihardjo, M❷ ❸IP. 19580424 198303 1 005

Mengetahui,

Ketua ➀epartemen Manajemen ➇utan

➀r. Ir. ➀idik ❷uharjito, M❷. ❸IP. 19630401 199403 1 001

(39)

PERNYATAAN

➉engan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ➊tudi Penentuan ➋ilai Manfaat ➌➍ ➎➏ ➎➐i Kawasan Konservasi Kasus di Taman ➑isata Alam ➒unung Tangkuban Parahu Kabupaten ➓andung ➓arat dan Kabupaten ➊ubang, ➔awa ➓arat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. ➊umber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ➉aftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

➓ogor, ➊eptember 2011

(40)

Penulis dilahirkan di ➜andung, Provinsi ➝awa ➜arat pada tanggal 4 April 1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan ➜apak Agus ➞umardi dan Ibu Oom Rukmini. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis dimulai dari ➞➟➠ 1 ➡euwidulang yang diselesaikan tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke ➞➡TP➠ 1 Majalaya Kabupaten ➜andung dan diselesaikan pada tahun 2002. Pada Tahun 2002 Penulis melanjutkan ke ➞MA ➠egeri 1 Rancaekek Kabupaten ➜andung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian ➜ogor melalui jalur ➢ndangan ➞eleksi Masuk IP➜ (➢➞MI) dan selama setahun menjalankan program Tingkat Persiapan ➜ersama (TP➜). Pada tahun 2006 penulis lulus seleksi sebagai mahasiswa di ➟epartemen Manajemen ➤utan, ➥akultas Kehutanan.

➞elama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi, Anggota Komisi ➟isiplin Orientasi Mahasiswa ➜aru ➥akultas Kehutanan tahun 2008, Anggota Komisi ➟isiplin ➟iklatsar Rimbawan Pecinta Alam (RIMPA➡A) ➥akultas Kehutanan IP➜ 2008, Anggota ➜iro ➡ogistik Rimbawan Pecinta Alam (RIMPA➡A) ➥akultas Kehutanan IP➜ 2008.

Pada tahun 2007 penulis mengikuti Praktek Pengenalan ➦ ➧➨ ➩➫stem ➤utan (PP➦ ➤) yang di laksanakan di ➭ilacap dan ➜aturraden, Provinsi ➝awa tengah. Kemudian tahun 2008, mengikuti Praktek Pengelolaan ➤utan (PP➤) di ➤utan Pendidikan ➯unung ➲alat (➤P➯➲), Kabupaten ➞ukabumi, Provinsi ➝awa ➜arat. Pada bulan ➝uli sampai ➞eptember 2009 penulis melaksanakan Praktek Kerja ➡apang (PK➡) di PT. Inhutani II ➢nit ➢saha Kalimantan ➞elatan, Pulau ➡aut Provinsi Kalimantan ➞elatan.

(41)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak . Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ayahanda tercinta Agus ➸umardi dan Ibunda tercinta Oom Rukmini, Kakak satu-satunya Rony ➺oviansyah, ➸.Pd dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, kasih sayang, serta dukungan moril dan materil dalam penyusunan skripsi ini.

2. Prof. ➻r. Ir. ➼ariadi Kartodihardjo, M➸ untuk bimbingan, arahan, saran, nasehat serta kesabaran dalam penyusunan skripsi.

3. ➻r. Ir. ➽ramasto ➺ugroho, M➸ sebagai ketua sidang serta ➻r. Ir. Agus Priyono Kartono sebagai dosen penguji dari ➻epartemen Konservasi ➸umberdaya ➼utan dan ➾kowisata.

4. ➽alai ➽esar Konservasi ➸umber ➻aya Alam ➚awa ➽arat yang telah memberikan ijin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian serta memperoleh data selama penelitian.

5. ➸eluruh staf dan pegawai PT. ➪raha Rani Putra Persada untuk keramahan selama melaksanakan penelitian.

6. ➸eluruh staf dan pegawai Tata ➶saha ➻epartemen Manajemen ➼utan untuk segala kebaikan dalam mengurus administrasi yang diperlukan.

7. ➸ahabat-sahabat terbaikku ➼andyan Atyanto Putro, ➻odi Permana, Aswin Rahadian yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

8. ➸ahabat di Rimpala ➽ramas Arista, Ivan, kang M.Tigana, kang ➸eptian, adik-adik R-➹II, R-➹III, R-I➘, serta R-➹➘ untuk persaudaraan, gelak tawa, canda dan semua yang telah kalian berikan.

9. ➸ahabat-sahabat M➺➼42 ➽uyung, Oktora, Kobul, ➽ejo, ➴oki, Aceng, Moji, dan seluruh rekan-rekan T➼➼, K➸➼➾ dan ➸ilvikultur yang selalu memberi dukungan kepada penulis.

(42)

➷yukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah➷➬T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-➮ya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menyelesaikan penelitian serta menyusun karya ilmiah yang berjudul ➱Studi

Penentuan Nilai Manfaat Ekonomi Kawasan Konservasi Kasus di Taman

Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Barat dan

Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat . Karya Ilmiah ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan di ✃akultas Kehutanan Institut Pertanian ❐ogor.

❒alam penulisan karya ilmiah ini membahas tentang ➮ilai ❮❰Ï ÐÏmi Kawasan Konservasi di Taman ➬isata Alam Ñunung Tangkuban Parahu Kabupaten ❐andung ❐arat dan Kabupaten ➷ubang Provinsi Òawa ❐arat. Óasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya berguna sebagai bahan masukan bagi pengelola Taman ➬isata Alam Tangkuban Perahu untuk merumuskan alokasi sumberdaya alam dan alokasi dana pembangunan yang optimum. ❒iharapkan pula hasil pendugaan penerimaan pada berbagai tingkat harga karcis yang dikenakan pada pengunjung, dapat dijadikan dasar perencanaan bagi pengelolaan dan pembangunan Taman ➬isata Alam Tangkuban Perahu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis juga menyadari karya ini masih jauh dari sempurna.➷egala kritikan dan saran penulis terima dengan senang hati. ➷emoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

❐ogor, ➷eptember 2011

(43)

i

ÚÛÜ ÝÛÞ ßà ß

áâ ãâ äâ å

æçèé çêë ìë í íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí î

æçèé çêé çïð ñíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí îîî

æçèé çêò çó ï çêíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí îô

æçèé çêñçó õ ë êçöíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ô

ï çïëõð ö æçá÷ñ÷çö

øíøíùúûúüýþÿ ú ú✁ ✂íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ø

øí✄í☎✆✝✆ ú✁✞þ ✁þÿîûîú✁í íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✄

øí✟í✠ú✁✡ úúû✞þ ✁þÿîûîú✁íí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✄

ï çïë ëéëö☛ç÷çöõ ÷ìé ç☞ç

✄íøí☎ú✌ú✁✍ î✎úûú✏ÿ ú✌ ííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✟

✄í✄í✑þ üþ ú✎ î✏ÿ ú✌ íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✟

✄í✟í✠ú✁✡úúû✑þ üþ ú✎ î✏ÿ ú✌ííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✒

✄í✒í✞þ ü✌ î✁ ûúú✁✑þ üþ ú✎ îíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✒

✄í✓í✑þ üþ ú✎ î✏ÿ ú✌✔þ✕ ú ✂úî✖✗✌✗ ✘îûî✙ ✗ ✁✗✌îííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✚

✄í✚í✠þ û✗ ✘þýîú✛ú✞þ ü✝ úÿ ú✁ ú✁íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✚

✄í✜í✑þ ✂ üþ✎ îùî✁þ úü✔þ ✘þ ü✢ ú✁úíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✜

✄í✣í✔✆ ü✤ÿ✆✎✖✗✁✎✆✌þ ✁íí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✜

ï çïë ëëó ðé✥æ✥ñ✥òëõð öð ñ ë é ë çö

✟íøíù✗ ú✎ î✘ú✁✍ú û✆✞þ ✁þÿîûîú✁ííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✦

✟í✄í✠þ û✗ ✘þ✞þ ✁þÿîûîú✁íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí ííí ✦

✟í✟í✞þ ✁✂✗ ÿ ú✢ ú✁✧úûú✘ú ✁✏✁ úÿî✎ î✎í íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííø★

ï çïë✩☞ ✥ö æëìë÷ó÷ó

✒íøí✔þ✝ úüú✢✘ú✁✔ ûúû✆✎ ✖ ú✪ ú✎ú✁☎✍✏✫✆✁✆✁ ✂☎ ú✁✂ ✆✕ú✁✞úüú✢✆í íííí íííø✒

✒í✄íùþ ûú ✬ ù✆ú✎✘ú✁✏ ✎þ✎ î✕îÿîûú✎ íí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííø✓

✒í✟í✭ ÿî✌✧ú✁✮î✘ü✗ÿ✗✂îíííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííø✚

✒í✒í✧ú✛ú☎ úüî ✍ î✎úûúííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííí íííø✚

ï çï✩õð ó ï çá çìçö

✓íøí✖úüú ûþüî✎ûî ✞þ ✁ ✂✆✁✝✆✁✂✧î☎✍✏✫✆✁✆✁✂☎ú✁ ✂ ✆✕ú✁✞úüú✢✆íííí íííø✣

(44)

✯✰✱ ✰✲✰✳ ✴✵ ✶✷✸✴ ✹✺✻ ✶✵✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✱ ✼

✯✰✱ ✰✽✰ ✾✻✿❀✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✱ ✼

✯✰✱ ✰❁✰❂✴❃✴❀❄✺✺✵✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲ ❅

✯✰✱ ✰ ✯✰ ❂✴✵ ❆ ✺❇ ✺❈✺✵✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲ ❅

✯✰✲✰❂✴✵ ❉✴ ✻❊ ✺✵ ❉ ✺✵❋ ✺✵✺❄✴ ✻✴✵❂✴✵ ❉✴ ✹● ✹✺✺✵❍■ ❏❑✿✵✿✵❉❍ ✺✵ ❉❃✿❊ ✺✵ ❂ ✺❀✺▲ ✿✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲✱ ✯✰✽✰ ▼✿✵❉ ✷ ✶❂✴❀✻✶✵❈✺✺✵◆✴❃❀✴ ✺✷ ✶❆ ✺✵✸✿❀ ❖✺❂✴❀✻ ✶✵ ❈✺✺✵ ◆✴❃❀✴ ✺✷✶

P✴❀❆ ✺✷✺❀❃ ✺✵▼✿✵ ❉ ✷ ✶❂✴❀✻✶✵❈✺✺✵◆✴❃❀✴ ✺✷ ✶ ✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲✲

◗❘ ◗❙❚❯ ❱❲❚ ❳ ❨❩❬❘❭❪❘❭❲❘ ❫❘❭

❴✰✱✰ ✸✴ ✷✶✻❇✿✹✺✵ ✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲ ❵

❴✰✲✰❛ ✺❀✺✵✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✲ ❵

❪❘❜❝❘ ❫❨❩❲❝❘❯ ❘✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✰ ✰✰✰✽❅

(45)

iii

❞❡❢ ❣❡❤ ❣❡✐ ❥❦

❧♠ ♥♠ ♦♠ ♣ qrst✉✈✇ ①rt②r ③r ④r✉⑤t⑥ ⑦⑧⑥ ⑨⑧⑥ ⑦ qr⑩r⑥ ❶❷④r❸r❹✉r⑩❺⑧ ⑥ ⑧⑥ ⑦qr⑥ ⑦ ❻⑧sr⑥

❼r②r ③⑧✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✈❽ qrst✉❾✇ ❿tsr② r⑥❻t✉➀⑩⑤➀❻⑧⑩ ⑧②⑧t⑥ ⑦⑧ ⑥⑨⑧ ⑥⑦ qr⑩r⑥❶❷④r❸r❹✉r⑩❺⑧⑥ ⑧⑥ ⑦

qr⑥ ⑦❻ ⑧s r⑥❼r② r ③⑧ ✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✈➁ qrst✉➂✇ ➃r②r❻❸t②❷④❸❷❻ ⑤t⑥ ⑦⑧⑥ ⑨⑧⑥ ⑦st② ➄r ④r②❻r⑥⑤t❻t②⑨rr⑥✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇❾➅

qrst✉➆✇ ➃r②r❻❸t②❷④❸❷❻ ⑤t⑥ ⑦⑧⑥ ⑨⑧⑥ ⑦st② ➄r ④r②❻r⑥❸❷⑥ ⑦❻r❸⑤t⑥➄ r⑤r❸r⑥✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇✇ ✇✇✇❾✈

qrst✉➇✇ ➈⑧⑩✉r

Gambar

Gambar 1 Kawah Ratu.
Tabel 3  Karakteristik pengunjung berdasakna pekerjaan
Tabel 4  Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan
Tabel 5 Jumlah kunjungan per 1000 penduduk daerah setiap daerah asal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan segmentasi pada kawasan ini merupakan penetapan tarif masuk untuk setiap atraksi wisata yang ada, sehingga tidak semua pengunjung dapat masuk secara