• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan Wisata Gunung Tangkuban Parahu pertama kali ditangani oleh perkumpulan swata Belanda Vereneeging Bandoeng Vooruit. Pada tahun 1927 perkumpulan ini membuat jalan dari kaki gunung menuju kawah. Berdasarkan Besluit Direktur Van Landbouw, Nyverheid en Handel No. 1377?B Sub E tanggal 13 Februari 1927 komplek hutan Gunung Tangkuban Parahu seluas 1.660 ha ditetapkan sebagai hutan tutupan (BBKSDA 2009).

Pada tahun 1950, perkumpulan swasta Belanda Vereneeging Bandoeng

Vooruit berubah nama menjadi Perhimpunan Bandung Permai, dan pada 1974

berubah nama lagi menjadi Yayasan Bandung Permai. Sejak saat itu Yayasan Bandung Permai mengusahakan sebagian dari kawasan hutan tutupan Gunung Tangkuban Parahu sebagai objek wisata. Untuk optimalisasi dan pengembangan pengusahaan wisata kawasan hutan tutupan Gunung Tangkuban Parahu, Yayasan Bandung Permai bekerja sama dengan PT. Sari Ekspres membentuk PT. Permai Sari pada tahun 1974 (BBKSDA 2009).

Pada tahun yang sama, kompleks hutan tutupan Gunung Tangkuban Parahu ditunjuk sebagai Taman Wisata Alam seluas 370 ha dan Cagar Alam seluas 1.290 ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.528/Kpts/Um/9/1974 tanggal 3 September 1974. Sebagai upaya meningkatkan pengembangan fungsi kawasan Taman Wisata Alam Kawah Gunung Tangkuban Parahu, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 133/Kpts/DJ/I/1980 tanggal 14 Juli 1980, pengelolaan kawasan hutan wisata ini diserahkan kepada Perum Perhutani. Pada tahun 1989 terbit Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 687/Kpts-II/1989 tanggal 15 Nopember 1989 tentang Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut yang kemudian dilakukan penyesuaian penyerahan pengelolaan menjadi Hak Pengeusahaan Hutan Wisata (BBKSDA 2009).

(2)

Pada Tahun 1990 terbit Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.284 Tahun 1990 tentang Penyesuaian status pengelolaan menjadi pengusahaan dan tidak berlakunya S.K. Dirjen Kehutanan No. 133 Tahun 1980 oleh Perhutani. Pada Tahun 2002 terbit Surat keputusan Direksi PT. Perhutani No. 006 tahun 2002 tentang penyerahan pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu kepada PT. PALAWI dan Cagar Alam ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. Pada Tahun 2007 terbit Surat keputusan Menteri Kehutanan No.206 Tahun 2007 tentang Penyerahan Pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu dan Cagar Alam kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. Pada tahun 2009 pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu diserahkan kepada PT. Graha Rani Putra Persada selama 30 tahun melalui Surat Keputusan No. 306/Menhut-II/2009 tentang Konsesi Pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu (BBKSDA 2009). 4.2. Letak, Luas Dan Aksesibilitas

Secara geografis, kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu terletak antara 6040’-6050’ Lintang Selatan dan 107030’–107040’ Bujur Timur. Secara administrasi pemerintahan, TWA Gunung Tangkuban Parahu temasuk dalam Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat (Handhadari 2005 dalam Nugrahaeni 2009).

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.528/Kpts/Um/9/1974 tanggal 3 september 1974, luas TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah 370 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Cagar Alam Gunung Tangkuban Parahu;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung dan Perkebunan PTPN VIII Ciater; dan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Lindung.

Lokasi TWA gunung Tangkuban Parahu dapat dicapai melalui 3 rute, yaitu dari Kota Bandung, Subang dan Cimahi. Ketiga rute tersebut adalah :

1. Rute dari arah Selatan, melalui Bandung – Lembang – Cikole – TWA Gunung Tangkuban Parahu dengan jarak kurang lebih 29 km yang dapat dicapai dengan

(3)

kendaraan umum dan pribadi. Rute ini merupakan rute utama yang biasa digunakan oleh pengunjung terutama dari arah Jakarta.

2. Rute dari arah Barat Daya, melalui Cimahi–Cisarua–Parongpong–TWA Gunung Tangkuban Parahu dengan jarak kurang lebih 29 km yang dapat dicapai dengan angkutan umum dan pribadi. Rute ini merupakan rute utama bagi pengunjung yang berasal dari Cimahi.

3. Rute dari arah Utara, melalui Subang – Ciater – TWA Gunung Tangkuban Parahu dengan jarak kurang lebih 31 km yang dapat dicapai dengan kendaraan umum dan pribadi. Rute ini merupakan rute utama digunakan oleh pengunjung yang berasal dari Subang dan Purwakarta.

4.3. Iklim dan Hidrologi

Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu berdasarkan klasifikasi Scmhidt Ferguson mempunyai iklim Tipe B dengan curah hujan berkisar antara 2000–3000 mm per tahun. Temperatur udara dikawasan ini berkisar antara 150C–290C dan kelembaban udara rata-rata 45% - 97% (Handhadari 2005 dalam Nugrahaeni 2009).

Sumber mata air di kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu berasal dari Mata Air Cikahuripan.

4.4. Daya Tarik Wisata

Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu merupakan kawasan yang memiliki beberapa daya tarik wisata. Daya Tarik tersebut dapat dilihat dari beberapa nilai yaitu nilai estetika, nilai biologis, nilai historis dan nilai pengetahuan.

1. Nilai Estetika, berupa lanskap hutan pegunungan dan gunung yang sering nampak berkabut, keindahan kawah seperti Kawah Ratu, Kawah Upas dan Kawah Domas serta sumber air panas di Kawah Domas.

(4)

Gambar 1 Kawah Ratu.

Gambar 2 Kawah Domas. Gambar 3 Kawah Upas.

Sumber : dokumentasi pribadi, 2010

2. Nilai Biologis dan Pengetahuan, berupa keanekaragaman flora dan fauna pada tipe hutan hujuan tropis yang berada pada ketinggian kurang dari 1500 m yang merupakan sumberdaya alam hayati dan sumber ilmu pengetahuan.

(5)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Karakteristik Pengunjung di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu

5.1.1. Daerah Asal Pengunjung

Sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu merupakan penngunjung nusantara (BBKSDA, 2009). Distribusi asal pengunjung nusantara berdasarkan hasil wawancara secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Daerah asal pengunjung Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu.

Asal Daerah Jumlah Kunjungan Setiap Daerah Persentase Bandung 40 40% Bekasi 1 1% Bogor 4 4% Depok 4 4% Jakarta 31 31% Karawang 3 3% Kota Cimahi 3 3% Purwakarta 2 2% Subang 9 9% Sukabumi 2 2% Sumedang 1 1% Total 100 100%

Sumber : Data primer diolah, 2010

Pada Tabel 1 terlihat bahwa proporsi pengunjung nusantara terbesar berasal dari Bandung yaitu 40% dan Jakarta 31%. Hal ini disebabkan karena di kota besar seperti Bandung dan Jakarta kondisinya sudah sangat padat dan minimnya objek pemandangan alam yang khas dan alami sehingga memilih berekreasi di TWA Gunung Tangkuban Parahu untuk menikmati udara segar dan pemandangan alam yang khas sebagai upaya untuk melepaskan kejenuhan dari aktivitas sehari-hari. Pengunjung yang berasal dari Subang yang merupakan letak sebagian besar Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu lebih sedikit jika

(6)

di bandingkan pengunjung dari Bandung dan Jakarta yaitu 9%, hal ini disebabkan karena mereka sudah sering berkunjung, sehingga mereka lebih memilih untuk berkunjung ke objek wisata lain.

5.1.2. Jenis Kelamin

Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbandingan jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh perbedaan jumlahnya, persentase untuk pengunjung laki-laki yaitu 54% dan persentase pengunjung perempuan yaitu 46%.

Gambar 4 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin.

Sumber : Data primer diolah, 2010.

5.1.3. Umur

Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu yang dipilih sebagai responden bervariasi mulai dari 15 tahun sampai dengan 54 tahun. Sebaran kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran kelompok umur pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu

Umur Jumlah Persentase

15 – 19 40 40% 20 – 24 14 14% 25 – 29 21 21% 30 – 34 8 8% 35 – 39 11 11% 40 – 44 4 4% >44 2 2% Total 100 100%

Sumber : Data primer diolah, 2010

Pada Tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu berasal kelompok umur 15 – 19 tahun yaitu 40% serta

54%

46% Laki-laki Perempuan

(7)

kelompok umur 25 – 29 tahun yaitu 21%. Hal ini disebabkan karena pengunjung yang berada pada kelompok umur 15 – 19 tahun dan kelompok umur 25 – 29 tahun mempunyai kondisi fisik yang lebih baik jika dibandingkan dengan responden yang lebih tua, hal tersebut dapat dilihat pada pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu yang berasal dari kelompok umur >44 tahun yaitu 2%.

5.1.4. Pekerjaan

Sebagian besar pengunjung yang datang ke TWA Gunung Tangkuban Parahu berprofesi sebagai pelajar yaitu 38%, karena kegiatan rekreasi alam di TWA Gunung Tangkuban Parahu dilakukan untuk mengisi waktu liburan. Selain pelajar, pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu juga banyak yang berprofesi sebagai pegawai swasta yaitu 31%, banyaknya pengunjung yang berprofesi dari sektor swasta ini dikarenakan mereka ingin berekreasi ke tempat yang alami sebagai upaya untuk melepaskan kejenuhan. Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik pengunjung berdasakna pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

Ibu Rumah Tangga 2 2%

Mahasiswa 10 10%

Pelajar 38 38%

Pegawai Negeri Sipil 5 5%

Swasta 31 31%

Wiraswasta 14 14%

Total 100 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2010.

5.1.5. Pendapatan

Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan keluarga yang diperoleh dari suami dan istri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja perbulannya. Sedangkan responden yang berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa, pendapatan perbulannya adalah uang saku perbulannya.

Apabila dilihat dari tingkat pendapatan, pendapatan pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu perbulannya beragam, mulai dari < Rp 1.000.000 hingga > Rp 5.000.000 perbulannya. Hal ini menunjukkan bahwa TWA Gunung Tangkuban Parahu terjangkau oleh semua kalangan, namun jika dilihat dari Tabel

(8)

4 di atas pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu di dominasi pengunjung dengan tingkat pendapatan < Rp 1.000.000 yaitu 49% dan pengunjung dengan tingkat pendapatan antara Rp 1.000.0000 – Rp 3.000.000 yaitu 43%. Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan

Sumber : Data primer diolah, 2010

5.2. Pengembangan Manajemen Pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Perahu

Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berkunjung ke TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah daya tarik wisatanya, Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu merupakan kawasan yang memiliki beberapa daya tarik wisata. Daya Tarik tersebut dapat dilihat dari beberapa nilai yaitu nilai estetika, nilai biologis, nilai historis.

4. Nilai Estetika, berupa lansekap hutan pegunungan dan gunung yang sering nampak berkabut, keindahan kawah seperti Kawah Ratu, Kawah Upas dan Kawah Domas serta sumber air panas di Kawah Domas.

5. Nilai Biologis dan Pengetahuan, berupa keanekaragaman flora dan fauna pada tipe hutan hujuan tropis yang berada pada ketinggian kurang dari 1500 m yang merupakan sumberdaya alam hayati dan sumber ilmu pengetahuan.

6. Nilai Historis, berupa legeda mengenai asal-usul Gunung Tangkuban Parahu. Oleh karena itu hal utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan kunjungan adalah dengan memelihara keaslian dan kelestarian lingkungan kawasan TWA gunung Tangkuban Parahu.

Selain menjaga keaslian dan daya tarik wisata, kualitas pelayanan dan kelengkapan sarana prasarana wisata di TWA Gunung Tangkuban Parahu merupakan hal yang mempengaruhi kepuasan pengunjung. Beberapa sarana

Pendapatan Jumlah Persentase

< Rp 1.000.000 49 49%

Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000 43 43%

Rp 3.000.000 - Rp 5.000.000 5 5%

> Rp 5.000.000 3 3%

(9)

prasarana wisata yang perlu ditambah diantaranya yaitu perlu menyediakan kegiatan pada tempat-tempat yang menarik untuk mencegah berkumpulnya pengunjung di suatu tempat.

5.2.1. Fungsi Permintaan Rekreasi dan Kurva Permintaan Berdasarkan Fungsi Permintaan Rekreasi

Data yang diperlukan dalam menentukan pendugaan fungsi permintaan rekreasi adalah mencakup: daerah asal pengunjung, jumlah penduduk setiap daerah asal, jumlah kunjungan masing-masing daerah asal, serta biaya perjalanan dari setiap daerah asal.

Untuk menentukan jumlah kunjungan pada tahun penelitian maka dilakukan studi literatur. Berdasarkan data Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat diketahui bahwa jumlah pengunjung ke TWA Gunung Tangkuban Parahu selama periode tahun 2010 yaitu 1027926 orang.

Tabel 5 Jumlah kunjungan per 1000 penduduk daerah setiap daerah asal Asal Daerah Jumlah Kunjungan Setiap Daerah (orang) % Prediksi Jumlah Pengunjung (orang)* Jumlah Penduduk (orang)** kunjungan per 1000 penduduk (orang) Bandung 40 40% 411170 5506176 75 Bekasi 1 1% 10279 4204530 2 Bogor 4 4% 41117 5278318 8 Depok 4 4% 41117 1430829 29 Jakarta 31 31% 318657 9146200 35 Karawang 3 3% 30838 2112433 15 Kota Cimahi 3 3% 30838 532114 58 Purwakarta 2 2% 20559 809962 25 Subang 9 9% 92513 1476418 63 Sukabumi 2 2% 20559 2582820 8 Sumedang 1 1% 10279 1134288 9 Total 100 100% 1027926 34214088 326

Sumber : *)Didasarkan pada data pengunjung tahun 2010 sebanyak 1027926 orang pengunjung. **) Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2009.

Setelah jumlah pengunjung pada tahun penelitian diperoleh, maka pengunjung dikelompokkan ke dalam beberapa daerah asal pengunjung berdasarkan hasil survei serta jumlah kunjungan per 1000 dari setiap daerah asal. Berdasarkan hasil survei, daerah asal pengunjung dibagi menjadi 11 daerah asal, yaitu Bandung, Bekasi, Bogor, Depok, Jakarta, Karawang, Kota Cimahi,

(10)

Purwakarta, Subang, Sukabumi, dan Sumedang. Dari hasil perhitungan kunjungan per 1000 penduduk per tahun untuk masing-masing daerah asal diperoleh hasil yang tersaji pada Tabel 5.

Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa tingkat kunjungan tertinggi per 1000 penduduk yaitu pengunjung yang berasal dari daerah Bandung yaitu 75 orang. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi penduduk Bandung yang melakukan rekreasi ke TWA Gunung Tangkuban Parau cukup besar.

Setelah jumlah pengunjung pada tahun penelitian diketahui dan kunjungan per 1000 penduduk per tahun untuk setiap daerah asal diperoleh, maka ditentukan rata-rata biaya perjalanan pengunjung pada setiap daerah asal. Biaya perjalanan rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan pengunjung selama melakukan perjalanan rekreasi tersebut. Oleh karena itu, Penentuan biaya perjalanan tidak hanya didasarkan pada harga tiket masuk saja, tetapi juga termasuk semua biaya yang dikeluarkan pengunjung selama berwisata di TWA Gunung Tangkuban Parahu. Biaya Perjalanan yang dikeluarkan pengunjung meliputi biaya transportasi pergi-pulang, biaya dokumentasi, biaya konsumsi selama rekreasi, biaya parkir serta karcis masuk.

Tabel 6 Rata-rata total biaya perjalanan setiap daerah asal

Asal Daerah Rata-Rata Biaya Perjalanan(Rp/orang)

Bandung 57875 Bekasi 272000 Bogor 271750 Depok 245250 Jakarta 206613 Karawang 157333 Kota Cimahi 37667 Purwakarta 73500 Subang 56556 Sukabumi 157250 Sumedang 180000 Total 1715793

Sumber : Data primer diolah, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa rata-rata biaya perjalanan pengunjung per orang pada masing-masing daerah asal bervariasi mulai dari Rp

(11)

37.667(Kota Cimahi) sampai Rp 272.000(Bekasi). Rendahnya pengeluaran pengunjung yang berasal dari Kota Cimahi disebabkan oleh letaknya yang cukup dekat dengan TWA Gunung Tangkuban Parahu sehingga tidak memerlukan banyak biaya.

Untuk menentukan fungsi permintaan rekreasi maka dilakukan analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

= 63.2 − 0.000214

Hasil persamaan regresi di atas memperlihatkan bahwa koefisien variabel biaya rata-rata perjalanan (X) adalah minus 0.000214. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya rata-rata perjalanan sebesar satu satuan (Rp. 1) akan menurunkan permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) sebanyak 0.000214.

Adapun hasil dari uji korelasi dan analisis varian antara permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) dengan parameter biaya perjalanan rata-rata (X), menunjukan bahwa pengaruh biaya perjalanan (X) terhadap kunjungan per 1000 penduduk (Y) nyata pada selang kepercayaan 95% (F hitung = 11.690 > F tabel = 4.965), ini menunjukkan bahwa persamaan ini dapat digunakan untuk menduga permintaan rekreasi. Nilai koefisien determinasi dari persamaan di atas yaitu (R2= 0.565). Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel biaya rata-rata perjalanan (X) terhadap permintaan rekreasi (Y) sebesar 56.5%, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Untuk menduga kurva permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu dilakukan dengan mensimulasikan beberapa harga karcis. Simulasi dilakukan mulai dari harga karcis sebesar nol rupiah sampai harga tertentu sehingga diperoleh tingkat kunjungan mencapai nol, artinya tidak ada lagi pengunjung yang bersedia datang karena harga tiket yang diberlakukan dinilai terlalu mahal seperti terlihat dalam lampiran 3. Persamaan penduga kurva permintaan yang digunakan dalam perhitungan adalah :

= 63.2 − 0.000214( + ) Keterangan :

(12)

Xi = Biaya perjalanan rata-rata dari daerah asal i (Rp/hari orang kunjungan) KM = Harga tiket masuk (Rp/orang)

Selanjutnya untuk menghitung banyaknya pengunjung pada berbagai tingkat harga karcis dari setiap daerah asal, maka nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan pada lampiran 3 dikalikan jumlah penduduk masing-masing daerah asal kemudian dibagi 1000 lalu hasil dari perhitungan setiap harga karcis dijumlahkan, hasil perhitungan disajikan pada lampiran 4.

Kemudian dapat ditentukan kurva permintaan manfaat rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

Gambar 5 Kurva Permintaan Rekreasi TWA Gunung Tangkuban Perahu.

Untuk menduga nilai manfaat ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu didasarkan atas analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

= 63.2 − 0.000214

Perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA gunung Tangkuban Parahu secara lengkap dapat dilihat di lampiran 5. Adapun ringkasan hasil perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu disajikan pada Tabel 7.

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 Harga Karcis Jumlah Pengunjung

(13)

Tabel 7 Ringkasan hasil perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA Tangkuban Parahu

Nilai Rata-rata Nilai Manfaat Ekonomi (Rp/tahun)

Kesediaan membayar 65389367111

Nilai Yang dibayarkan 35934878876

Surplus Konsumen 29454488235

Sumber : Data primer diolah, 2010

Tabel 7 diatas merupakan hasil dari simulasi harga karcis masuk ke TWA Gunung Tangkuban Parahu dimana berdasarkan hasil analisis harga karcis optimum dapat diketahui bahwa harga karcis optimum yaitu Rp 71.500. Pada tingkat harga karcis Rp 71.500 dapat diketahui kesediaan membayar pengunjung yaitu Rp 65.389.367.111 per tahun, serta nilai aktual yang dibayarkan yaitu Rp 35.934.878.876 per tahun, sehingga diperoleh surplus konsumen Rp 29.454.488.235. Sedangkan selisih pendapatan antara harga tiket masuk yang berlaku sekarang dengan harga tiket masuk optimum adalah Rp. 23.524.073.665. Harga Karcis optimum ini dapat dijadikan strategi pengelolaan untuk mengendalikan jumlah pengunjung agar tidak melebihi daya dukung TWA Gunung Tangkuban Parahu. Daya Dukung adalah kemampuan suatu wilayah dalam hal ini TWA Gunung Tangkuban Parahu untuk menerima jumlah pengunjung dimana pengunjung merasa puas atau dengan kata lain jumlah pengunjung maksimal dimana pengunjung merasa puas. Jika harga karcis optimum (Rp 71.500) ini diberlakukan maka harus diimbangi dengan peningkatan sistem pengelolaan manajemen serta pelayanan yang baik serta peningkatan sarana fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung agar kepuasan yang dirasakan pengunjung bertambah dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Penerapan Harga karcis optimum (Rp 71.500) juga harus mempertimbangkan fluktuasi jumlah kunjungan yang berkaitan dengan diberlakukannya harga karcis optimum tersebut.

Menurut penelitian Nugrahaeini (2009) nilai ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah sebesar Rp 35.375.559.819 per tahun, jika dibandingkan dengan hasil perhitungan pada tahun 2010 terdapat peningkatan nilai ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu yaitu sebesar Rp 65.389.367.111 per tahun. Peningkatan nilai ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu menunjukkan adanya peningkatan keinginan membayar (willingness to pay) dari

(14)

pengunjung, hal ini menunjukkan adanya peningkatan apresiasi pengunjung terhadap TWA Gunung Tangkuban Parahu.

Nilai wisata alam suatu kawasan dapat pula menggambarkan manfaat kawasan tersebut bagi masyarakat sekitarnya. Kegiatan wisata di suatu kawasan akan menciptakan eksternalitas positif berupa peningkatan pendapatan masyarakat di sekitarnya. Begitu pula dengan adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu yang secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan.

Gambar

Gambar 1 Kawah Ratu.
Tabel 5 Jumlah kunjungan per 1000 penduduk daerah setiap daerah asal Asal Daerah Jumlah Kunjungan Setiap Daerah (orang) % PrediksiJumlah Pengunjung(orang)* Jumlah Penduduk(orang)** kunjungan perpenduduk1000(orang) Bandung 40 40% 411170 5506176 75 Bekasi 1
Tabel 6 Rata-rata total biaya perjalanan setiap daerah asal
Gambar 5  Kurva Permintaan Rekreasi TWA Gunung Tangkuban Perahu.

Referensi

Dokumen terkait

Asal mula terbentuk Kampung Adat Dukuh yaitu dari kedatangan Syekh Abdul Jalil, seorang ulama yang sebelumnya mengabdi kepada kerajaan Sumedang Larang, tetapi

Lokasi program Pohon Asuh dan Pohon Adopsi ini terletak di Petak 1, Kelompok Hutan Hambalang Barat, Bagian Hutan Mega Mendung, RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor dengan

Aksesibilitas ke area inti relatif lebih sulit karena harus melalui sungai kecil, tidak selebar dan sedalam Sungai Siak, atau melalui jalan darat dengan kondisi jalan

Pada tabel, maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian yang ada di Kelurahan Gunung Sulah yang terbagi menurut pekerjaannya, yaitu penduduk

Selain itu jalan tersebut juga dimanfaatkan pengunjung KHDTK Cikampek dari luar daerah untuk sekedar menikmati alam hutan KHDTK Cikampek (Pusprohut Litbang 2010).. 4.4.3 Rumah

Pada tahun 1997 PT Nityasa Idola melakukan pengulangan kegiatan uji tanaman areal seluas 200 hektar yang terletak di Desa Malosa dan Sukamulya, Kecamatan

Pemandangan alam di sekitar kawah yang cukup indah dengan air danau berwarna putih kehijauan dan batu kapur putih yang mengitari danau tersebut.. Di sebelah

Area produksi panas bumi kamojang yang memiliki luas daerah potensial sebesar 21 Km 2 meliputi kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang.. Untuk