• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.2. Jenis Kelamin

Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbandingan jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh perbedaan jumlahnya, persentase untuk pengunjung laki-laki yaitu 54% dan persentase pengunjung perempuan yaitu 46%.

Gambar 4 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin.

Sumber : Data primer diolah, 2010. 5.1.3. Umur

Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu yang dipilih sebagai responden bervariasi mulai dari 15 tahun sampai dengan 54 tahun. Sebaran kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran kelompok umur pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu

Umur Jumlah Persentase

15 19 40 40% 20 24 14 14% 25 29 21 21% 30 34 8 8% 35 39 11 11% 40 44 4 4% >44 2 2% Total 100 100%

Sumber : Data primer diolah, 2010

Pada Tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu berasal kelompok umur 15 19 tahun yaitu 40% serta

54%

46% Laki-laki

20

kelompok umur 25 29 tahun yaitu 21%. Hal ini disebabkan karena pengunjung yang berada pada kelompok umur 15 19 tahun dan kelompok umur 25 29 tahun mempunyai kondisi fisik yang lebih baik jika dibandingkan dengan responden yang lebih tua, hal tersebut dapat dilihat pada pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu yang berasal dari kelompok umur >44 tahun yaitu 2%.

5.1.4. Pekerjaan

Sebagian besar pengunjung yang datang ke TWA Gunung Tangkuban Parahu berprofesi sebagai pelajar yaitu 38%, karena kegiatan rekreasi alam di TWA Gunung Tangkuban Parahu dilakukan untuk mengisi waktu liburan. Selain pelajar, pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu juga banyak yang berprofesi sebagai pegawai swasta yaitu 31%, banyaknya pengunjung yang berprofesi dari sektor swasta ini dikarenakan mereka ingin berekreasi ke tempat yang alami sebagai upaya untuk melepaskan kejenuhan. Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik pengunjung berdasakna pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

Ibu Rumah Tangga 2 2%

Mahasiswa 10 10%

Pelajar 38 38%

Pegawai Negeri Sipil 5 5%

Swasta 31 31%

Wiraswasta 14 14%

Total 100 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2010. 5.1.5. Pendapatan

Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan keluarga yang diperoleh dari suami dan istri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja perbulannya. Sedangkan responden yang berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa, pendapatan perbulannya adalah uang saku perbulannya.

Apabila dilihat dari tingkat pendapatan, pendapatan pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu perbulannya beragam, mulai dari < Rp 1.000.000 hingga > Rp 5.000.000 perbulannya. Hal ini menunjukkan bahwa TWA Gunung Tangkuban Parahu terjangkau oleh semua kalangan, namun jika dilihat dari Tabel

4 di atas pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu di dominasi pengunjung dengan tingkat pendapatan < Rp 1.000.000 yaitu 49% dan pengunjung dengan tingkat pendapatan antara Rp 1.000.0000 Rp 3.000.000 yaitu 43%. Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendapatan

Sumber : Data primer diolah, 2010

5.2. Pengembangan Manajemen Pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Perahu

Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berkunjung ke TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah daya tarik wisatanya, Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu merupakan kawasan yang memiliki beberapa daya tarik wisata. Daya Tarik tersebut dapat dilihat dari beberapa nilai yaitu nilai estetika, nilai biologis, nilai historis.

4. Nilai Estetika, berupa lansekap hutan pegunungan dan gunung yang sering nampak berkabut, keindahan kawah seperti Kawah Ratu, Kawah Upas dan Kawah Domas serta sumber air panas di Kawah Domas.

5. Nilai Biologis dan Pengetahuan, berupa keanekaragaman flora dan fauna pada tipe hutan hujuan tropis yang berada pada ketinggian kurang dari 1500 m yang merupakan sumberdaya alam hayati dan sumber ilmu pengetahuan.

6. Nilai Historis, berupa legeda mengenai asal-usul Gunung Tangkuban Parahu. Oleh karena itu hal utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan kunjungan adalah dengan memelihara keaslian dan kelestarian lingkungan kawasan TWA gunung Tangkuban Parahu.

Selain menjaga keaslian dan daya tarik wisata, kualitas pelayanan dan kelengkapan sarana prasarana wisata di TWA Gunung Tangkuban Parahu merupakan hal yang mempengaruhi kepuasan pengunjung. Beberapa sarana

Pendapatan Jumlah Persentase

< Rp 1.000.000 49 49%

Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000 43 43% Rp 3.000.000 - Rp 5.000.000 5 5%

> Rp 5.000.000 3 3%

22

prasarana wisata yang perlu ditambah diantaranya yaitu perlu menyediakan kegiatan pada tempat-tempat yang menarik untuk mencegah berkumpulnya pengunjung di suatu tempat.

5.2.1. Fungsi Permintaan Rekreasi dan Kurva Permintaan Berdasarkan Fungsi Permintaan Rekreasi

Data yang diperlukan dalam menentukan pendugaan fungsi permintaan rekreasi adalah mencakup: daerah asal pengunjung, jumlah penduduk setiap daerah asal, jumlah kunjungan masing-masing daerah asal, serta biaya perjalanan dari setiap daerah asal.

Untuk menentukan jumlah kunjungan pada tahun penelitian maka dilakukan studi literatur. Berdasarkan data Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat diketahui bahwa jumlah pengunjung ke TWA Gunung Tangkuban Parahu selama periode tahun 2010 yaitu 1027926 orang.

Tabel 5 Jumlah kunjungan per 1000 penduduk daerah setiap daerah asal

Asal Daerah Jumlah Kunjungan Setiap Daerah (orang) % Prediksi Jumlah Pengunjung (orang)* Jumlah Penduduk (orang)** kunjungan per 1000 penduduk (orang) Bandung 40 40% 411170 5506176 75 Bekasi 1 1% 10279 4204530 2 Bogor 4 4% 41117 5278318 8 Depok 4 4% 41117 1430829 29 Jakarta 31 31% 318657 9146200 35 Karawang 3 3% 30838 2112433 15 Kota Cimahi 3 3% 30838 532114 58 Purwakarta 2 2% 20559 809962 25 Subang 9 9% 92513 1476418 63 Sukabumi 2 2% 20559 2582820 8 Sumedang 1 1% 10279 1134288 9 Total 100 100% 1027926 34214088 326

Sumber : *)Didasarkan pada data pengunjung tahun 2010 sebanyak 1027926 orang pengunjung. **) Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2009.

Setelah jumlah pengunjung pada tahun penelitian diperoleh, maka pengunjung dikelompokkan ke dalam beberapa daerah asal pengunjung berdasarkan hasil survei serta jumlah kunjungan per 1000 dari setiap daerah asal. Berdasarkan hasil survei, daerah asal pengunjung dibagi menjadi 11 daerah asal, yaitu Bandung, Bekasi, Bogor, Depok, Jakarta, Karawang, Kota Cimahi,

Purwakarta, Subang, Sukabumi, dan Sumedang. Dari hasil perhitungan kunjungan per 1000 penduduk per tahun untuk masing-masing daerah asal diperoleh hasil yang tersaji pada Tabel 5.

Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa tingkat kunjungan tertinggi per 1000 penduduk yaitu pengunjung yang berasal dari daerah Bandung yaitu 75 orang. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi penduduk Bandung yang melakukan rekreasi ke TWA Gunung Tangkuban Parau cukup besar.

Setelah jumlah pengunjung pada tahun penelitian diketahui dan kunjungan per 1000 penduduk per tahun untuk setiap daerah asal diperoleh, maka ditentukan rata-rata biaya perjalanan pengunjung pada setiap daerah asal. Biaya perjalanan rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan pengunjung selama melakukan perjalanan rekreasi tersebut. Oleh karena itu, Penentuan biaya perjalanan tidak hanya didasarkan pada harga tiket masuk saja, tetapi juga termasuk semua biaya yang dikeluarkan pengunjung selama berwisata di TWA Gunung Tangkuban Parahu. Biaya Perjalanan yang dikeluarkan pengunjung meliputi biaya transportasi pergi- pulang, biaya dokumentasi, biaya konsumsi selama rekreasi, biaya parkir serta karcis masuk.

Tabel 6 Rata-rata total biaya perjalanan setiap daerah asal

Asal Daerah Rata-Rata Biaya Perjalanan

(Rp/orang) Bandung 57875 Bekasi 272000 Bogor 271750 Depok 245250 Jakarta 206613 Karawang 157333 Kota Cimahi 37667 Purwakarta 73500 Subang 56556 Sukabumi 157250 Sumedang 180000 Total 1715793

Sumber : Data primer diolah, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa rata-rata biaya perjalanan pengunjung per orang pada masing-masing daerah asal bervariasi mulai dari Rp

24

37.667(Kota Cimahi) sampai Rp 272.000(Bekasi). Rendahnya pengeluaran pengunjung yang berasal dari Kota Cimahi disebabkan oleh letaknya yang cukup dekat dengan TWA Gunung Tangkuban Parahu sehingga tidak memerlukan banyak biaya.

Untuk menentukan fungsi permintaan rekreasi maka dilakukan analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

= 63.2 0.000214

Hasil persamaan regresi di atas memperlihatkan bahwa koefisien variabel biaya rata-rata perjalanan (X) adalah minus 0.000214. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya rata-rata perjalanan sebesar satu satuan (Rp. 1) akan menurunkan permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) sebanyak 0.000214.

Adapun hasil dari uji korelasi dan analisis varian antara permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) dengan parameter biaya perjalanan rata-rata (X), menunjukan bahwa pengaruh biaya perjalanan (X) terhadap kunjungan per 1000 penduduk (Y) nyata pada selang kepercayaan 95% (F hitung = 11.690 > F tabel = 4.965), ini menunjukkan bahwa persamaan ini dapat digunakan untuk menduga permintaan rekreasi. Nilai koefisien determinasi dari persamaan di atas yaitu (R2= 0.565). Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel biaya rata-rata perjalanan (X) terhadap permintaan rekreasi (Y) sebesar 56.5%, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Untuk menduga kurva permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu dilakukan dengan mensimulasikan beberapa harga karcis. Simulasi dilakukan mulai dari harga karcis sebesar nol rupiah sampai harga tertentu sehingga diperoleh tingkat kunjungan mencapai nol, artinya tidak ada lagi pengunjung yang bersedia datang karena harga tiket yang diberlakukan dinilai terlalu mahal seperti terlihat dalam lampiran 3. Persamaan penduga kurva permintaan yang digunakan dalam perhitungan adalah :

= 63.2 0.000214( + )

Keterangan :

Xi = Biaya perjalanan rata-rata dari daerah asal i (Rp/hari orang kunjungan) KM = Harga tiket masuk (Rp/orang)

Selanjutnya untuk menghitung banyaknya pengunjung pada berbagai tingkat harga karcis dari setiap daerah asal, maka nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan pada lampiran 3 dikalikan jumlah penduduk masing-masing daerah asal kemudian dibagi 1000 lalu hasil dari perhitungan setiap harga karcis dijumlahkan, hasil perhitungan disajikan pada lampiran 4.

Kemudian dapat ditentukan kurva permintaan manfaat rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

Gambar 5 Kurva Permintaan Rekreasi TWA Gunung Tangkuban Perahu.

Untuk menduga nilai manfaat ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu didasarkan atas analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut :

= 63.2 0.000214

Perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA gunung Tangkuban Parahu secara lengkap dapat dilihat di lampiran 5. Adapun ringkasan hasil perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu disajikan pada Tabel 7.

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 Harga Karcis Jumlah Pengunjung

26

Tabel 7 Ringkasan hasil perhitungan nilai manfaat ekonomi TWA Tangkuban Parahu

Nilai Rata-rata Nilai Manfaat Ekonomi (Rp/tahun)

Kesediaan membayar 65389367111

Nilai Yang dibayarkan 35934878876

Surplus Konsumen 29454488235

Sumber : Data primer diolah, 2010

Tabel 7 diatas merupakan hasil dari simulasi harga karcis masuk ke TWA Gunung Tangkuban Parahu dimana berdasarkan hasil analisis harga karcis optimum dapat diketahui bahwa harga karcis optimum yaitu Rp 71.500. Pada tingkat harga karcis Rp 71.500 dapat diketahui kesediaan membayar pengunjung yaitu Rp 65.389.367.111 per tahun, serta nilai aktual yang dibayarkan yaitu Rp 35.934.878.876 per tahun, sehingga diperoleh surplus konsumen Rp 29.454.488.235. Sedangkan selisih pendapatan antara harga tiket masuk yang berlaku sekarang dengan harga tiket masuk optimum adalah Rp. 23.524.073.665. Harga Karcis optimum ini dapat dijadikan strategi pengelolaan untuk mengendalikan jumlah pengunjung agar tidak melebihi daya dukung TWA Gunung Tangkuban Parahu. Daya Dukung adalah kemampuan suatu wilayah dalam hal ini TWA Gunung Tangkuban Parahu untuk menerima jumlah pengunjung dimana pengunjung merasa puas atau dengan kata lain jumlah pengunjung maksimal dimana pengunjung merasa puas. Jika harga karcis optimum (Rp 71.500) ini diberlakukan maka harus diimbangi dengan peningkatan sistem pengelolaan manajemen serta pelayanan yang baik serta peningkatan sarana fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung agar kepuasan yang dirasakan pengunjung bertambah dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Penerapan Harga karcis optimum (Rp 71.500) juga harus mempertimbangkan fluktuasi jumlah kunjungan yang berkaitan dengan diberlakukannya harga karcis optimum tersebut.

Menurut penelitian Nugrahaeini (2009) nilai ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah sebesar Rp 35.375.559.819 per tahun, jika dibandingkan dengan hasil perhitungan pada tahun 2010 terdapat peningkatan nilai ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu yaitu sebesar Rp 65.389.367.111 per tahun. Peningkatan nilai ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu menunjukkan adanya peningkatan keinginan membayar (willingness to pay) dari

pengunjung, hal ini menunjukkan adanya peningkatan apresiasi pengunjung terhadap TWA Gunung Tangkuban Parahu.

Nilai wisata alam suatu kawasan dapat pula menggambarkan manfaat kawasan tersebut bagi masyarakat sekitarnya. Kegiatan wisata di suatu kawasan akan menciptakan eksternalitas positif berupa peningkatan pendapatan masyarakat di sekitarnya. Begitu pula dengan adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu yang secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan.

28

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Proporsi pengunjung domestik terbesar berasal dari Bandung yaitu 40% dan Jakarta 31%. Perbandingan jumlah pengunjung laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh perbedaan jumlahnya, persentase untuk pengunjung laki-laki yaitu 54% dan persentase pengunjung perempuan yaitu 46%. Sebagian besar pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu berasal kelompok umur 15 19 tahun yaitu 40%. Sebagian besar pengunjung yang datang ke TWA Gunung Tangkuban Parahu berprofesi sebagai pelajar yaitu 38%. Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu di dominasi pengunjung dengan tingkat pendapatan < Rp 1.000.000 yaitu 49%.

2. Analisis regresi sederhana antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) dengan rata-rata biaya perjalanan (X) diperoleh persamaan permintaan rekreasi TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai berikut:

= 63.2 0.000214 . Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya rata-rata perjalanan sebesar satu satuan (Rp. 100000) akan menurunkan permintaan rekreasi/jumlah kunjungan (Y) sebanyak 21,4 dengan R2= 0.565 dan nyata pada selang kepercayaan 95%

3. Surplus konsumen berbanding terbalik dengan peningkatan harga tiket masuk, surplus konsumen akan maksimum ketika harga tiket masuk sama dengan nol yang berarti tidak ada penerimaan pendapatan bagi pihak pengelola. Agar pengelola mendapatkan penerimaan dan pengunjung tetap mendapatkan surplus konsumen maka ditetapkan harga tiket optimum, yaitu Rp 71.500 per orang atau naik sebesar Rp 58.500 dari harga sekarang yaitu Rp 13.000 per orang.

4. Nilai Manfaat Ekonomi TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah Rp 65.389.367.111 per tahun yang menggambarkan nilai daya tarik wisata yang didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana wisata yang didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana wisata di kawasan wisata tersebut. Serta surplus konsumen sebesar Rp 29.454.488.235/tahun. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pengunjung membayar biaya perjalanan pada harga marjinalnya (di bawah harga rata-rata).

6.2. Saran

Harga karcis optimum (Rp 71.500) dapat diberlakukan dengan mempertimbangkan fluktuasi jumlah kunjungan yang berkaitan dengan diberlakukannya harga karcis optimum tersebut. Ketika harga karcis optimum diberlakukan harus diimbangi dengan peningkatan sistem pengelolaan manajemen serta pelayanan yang baik serta peningkatan sarana fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung agar kepuasan yang dirasakan pengunjung bertambah dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

✱✲✳ ✴✲ ✵✶ ✷✸✴ ✲✹ ✲ [✺✻ ✼✻ ✽✾✿. ❀ ❁❂❃ ❄ ❅❆ ❇❆ ❈✻ ❉❆❇ W✽❊ ❋●❋ ✺❍ ❋✾. ■❏❑❊ ❋●❆❋✻ ■❏✻✽❍ ❋✽❉❋✻ ✺▲❍ ✽ ▼ ❏▲❆●❋✻ ❋✻❄ ❅✼◆ ✼❑ ✺❍ ❖✽❋✻ L. P ◗ ◗❘ ❄E❇✼✻ ✼ ✾❏●❑✽❇ ❋❙❚❏✼ ❑✽❉❋✻✺❯❍ ✽❇ ❋❊✽ J✽❍ ✽❉❈. L■❘❱. J❋❇ ❋❑●❋ [❅❅ ▼❱D✺ ✿ ❅ ❋❍ ❋✽ ❅❏❊❋❑ ▼ ✼✻❊❏❑❲ ❋❊ ✽❱❆✾❳ ❏❑ D❋y❋✺❍ ❋✾ J❋❨❋ ❅❋❑❋●. P ◗ ◗❁ ❄ ✺✻ ❋❍ ✽❊ ✽❊ ▼ ❏❯ ❆ ❋❊ ❋✻ ■❏✻◆❆ ✻ ❩❆ ✻ ◆ W✽❊ ❋●❋✺❍ ❋✾❚❋✾❋✻W✽❊ ❋●❋✺❍ ❋✾ G❆✻ ❆✻◆❚❋✻◆❇❆❳❋✻ ■❋❑❋▲ ❆. ❅❋✻❉ ❆✻◆

❬❍ ❋❨❊ ✼✻ ❭, ▼✻ ❏●❊ ❪▲ JL. ❀ ❁❫ ❫❄ Economic of Outdoor Recreation. J✼▲✻ H✼❯ ❇ ✽✻ ❊ ■❑❏❊ ❊. ❅❋❍ ●✽✾✼ ❑❏. D❋❑❆ ❊ ✾❋✻ D et a❍. ❀ ❁❂P. ❱ ●❆❉✽ ■❏✻ ❏✻ ●❆❋✻ N✽❍ ❋✽ E❇✼✻ ✼ ✾✽ ▼ ❋❨❋❊ ❋✻ ▼ ✼✻ ❊ ❏❑❲❋❊✽ D❋✻ ■❑✼ ❊❯ ❏❇ ❯ ❏✻◆❏✾ ❳❋✻◆❋✻ ✻y❋. F❋❇❆ ❍ ●❋❊ ▼ ❏▲❆●❋✻ ❋✻ ❈✻❊●✽●❆● ■❏❑●❋✻ ✽❋✻ ❅✼◆ ✼❑. ❚✽❉❋❇❉ ✽●❏❑❳ ✽●❇❋✻❄ D❋❑❆ ❊ ✾❋✻ D. ❀❁❂ ❃ ❄ E❇ ✼✻✼✾ ✽ ▼ ❏▲❆●❋✻ ❋✻. F❋❇❆ ❍ ●❋❊ ▼ ❏▲❆●❋✻ ❋✻ ❈✻❊●✽●❆● ■❏❑●❋✻ ✽❋✻ ❅✼◆ ✼❑. ❚✽❉❋❇❉✽●❏❑❳ ✽●❇❋✻ ❄ D❋❑y❋❉ ✽ L et al. ❀ ❁❂ ◗ ❄ ❴❏✻❪❋✻ ❋ ■❏✻◆❏❍ ✼❍ ❋❋✻ ❉ ❋✻ ■❏❑❋✻❪❋✻ ◆ ❋✻ ▼ ❋❨❋❊ ❋✻ ❚❋✾ ❋✻ W✽❊ ❋●❋ G❆ ✻❆ ✻ ◆ ❱ ❏❍ ✼ ❇ ❬✽❍ ❋❪❋❯❵ J❋❨❋ ❚ ❏✻ ◆ ❋▲. D✽❑❏❇ ●✼❑ ❋● ■❏❑❍ ✽✻ ❉❆ ✻◆❋✻ ❉❋✻ ■❏✻◆❋❨❏●❋✻✺❍ ❋✾. ❅ ✼ ◆✼ ❑ D❋❑y❋❉ ✽ Let al. P ◗ ◗P❄▼ ✼✻ ❊ ❏❑❲❋❊✽ L❋✻ ❊ ❇ ❋❯. ❈✻ ❉ ✼✻ ❏❊ ✽❋ Z✼✼❍ ✼ ◆✽■❋❑ ❇ ❊✺ ❊ ❊ ✼ ❪✽❋●✽✼✻ D❏❯❋❑●❏✾ ❋✻ ■❏✻ ❉ ✽❉✽❇❋✻ ❉❋✻ ▼ ❏❳❆ ❉❋y❋❋✻❵ ❀❁❂ ❘ ❄ ▼ ❋✾❆ ❊ ❅❋▲❋❊❋ ❈✻ ❉ ✼✻ ❏❊ ✽❋ ❈❈. D❏❯❋❑●❏✾ ❏✻ ■❏✻ ❉ ✽❉ ✽❇ ❋✻ ❉❋✻ ▼ ❏❳❆❉❋y❋❋✻. J❋❇❋❑●❋. ❚✽❉ ❋❇ ❉ ✽❯❏❑❉❋◆❋✻◆❇ ❋✻ ❊ ❏❪❋❑❋❆ ✾❆ ✾ D✽❑❏❇ ●✼❑ ❋●■■✺ ❄❀❁❃❁❄■❏❉ ✼ ✾❋✻ ■❏✾❳ ✽✻ ❋❋✻❚❋✾ ❋✻❛ ✽❊ ❋●❋. D✽❑❏❇ ●✼❑ ❋●■■✺ ❄❅✼◆ ✼❑ D✼❆ ◆❍ ❋❊ ❊ J❴. ❀ ❁❃◗❄F✼❑ ❏❊ ●❴❏❪❑❏❋●✽✼✻. ❭ ❪ G❑❋❨▲✽❍❍❅✼✼ ❇❬ ✼ ✾❯❋✻y. N❏❨Y✼ ❑❇

❡✇❞ ✇♠❦ ✇s H❜⑤❥⑥❤① ✐✈❦ ⑦⑦, J❧ ①❝ ❥ DE, ⑦❝ ✐❥❦❝❞ ⑧⑨s ♣q⑩rs L✐♠♦❶❜♠♦❧♠ ✉✐❥❦❝ ① ⑧④❧ ①✐ ✈❧♠ ③❝ ①♥❧♠♦❜♠ ❧♠ ❷ ③❝ ✈✇ ①❧♠ ③❝♠✐④❧ ✐❧♠ E❶✇♠✇ ①✐❥ (❸❝❶❥ ✇ ❤❧ ✈ ✐②❞ ✇❹✇❢ ✉ ③❝♠ ❦❝❞❹❝ ①❧ ❤❺. G❧ ✈❹❧ ❤⑦❧ ✈❧ U♠ ✐❻❝❞ ❥ ✐❦y ③❞ ❝ ❥❥. Y✇♦y❧❶❧❞❦❧. ❼♥ ❞❧ ❤ ✐① Y. ❽❾❾ ❿s ✉❦ ❜ ✈✐③❝❞①✐♠❦❧❧♠⑦❧♠⑤❧❧❦❸❝❶❞❝ ❧ ❥✐ D✐③❜ ❥❧❦➀✇♠❥❝❞❻❧ ❥ ✐❡ ❜①♥❜❤❧♠ ➀❝♥❜♠ ❸❧y❧ t✇ ♦✇❞. ✉❶❞✐② ❥ ✐. D❝②❧❞❦❝ ①❝♠ ⑦❧♠ ❧❹❝ ①❝♠ H❜❦❧♠s F❧❶❜④❦❧ ❥ ➀❝ ❤ ❜❦❧♠ ❧♠s ❼♠ ❥❦ ✐❦ ❜❦③❝❞ ❦❧♠ ✐❧♠t✇♦✇❞.t ✇ ♦✇❞ J❜❧♠ ✈❧t. ❽❾ ❾r s ⑦❝❦ ✇✈ ✇④✇ ♦✐ ③❝♠ ❝④✐❦✐❧♠➁❶✇♠✇① ✐✈❧♠t✐❥♠✐❥. ❼③t③❞❝ ❥ ❥. t✇ ♦✇❞. L✐②❥❝y ❸G, ✉❦❝ ✐♠❝❞ ③ ➂s ✈❧♠ ③❜❞❻✐❥ DD. ♣ q⑩r s ➀❜④✐❧ ❤ ③❝♠♦❧♠❦❧❞ E❶✇♠✇① ✐ ⑦✐❶❞ ✇s J❜❞ ❜❥❧♠ ❼④①❜-✐④① ❜✉✇ ❥ ✐❧④ E❶✇♠ ✇ ①✐③❝❞ ❦❧♠ ✐❧♠❼③t. t✇♦ ✇❞. ❡✐✈❧❶✈ ✐❦❝❞♥ ✐❦❶❧♠. N❜ ♦❞❧ ❤❧❝♠✐ ⑧s ❽❾❾qs N✐④❧ ✐ E❶✇♠ ✇ ①✐ ➀❧➃❧ ❥❧ ♠ ❡❧①❧♠ W✐❥❧❦❧ ⑧④❧① G❜♠ ❜♠ ♦ ❡❧♠♦❶❜♥ ❧♠③❧❞❧ ❤❜. ❡❝ ❥ ✐❥. ③❞ ✇♦❞❧ ①✉❦ ❜✈ ✐⑦❧ ♦✐❥❦❝❞❼④①❜L✐♠♦❶❜♠♦❧♠ s③❞✇♦❞❧ ① ③❧ ❥⑥❧✉❧❞❹❧♠ ❧. U♠✐❻❝❞❥✐❦❧ ❥③❧ ✈❹❧ ✈❹❧❞❧♠ st❧♠✈❜♠ ♦ ✉❝ ①♥ ✐❞ ✐♠♦❸➀s♣qq➄s ⑧♠ ❧④✐❥ ✐❥❸❝ ♦❞ ❝ ❥✐. ❼♠❥❦ ✐❦ ❜❦❡❝❶♠✇④✇ ♦✐t ❧♠ ✈ ❜♠♦. t❧♠✈❜♠ ♦ ✉❜ ❥✐④✇➃❧❦ ✐⑦❼. ❽❾❾qs ➅❧④❜❧ ❥ ✐ E❶✇♠ ✇ ①✐ ⑦❧♠⑤❧❧❦ ❸❝❶❞❝❧ ❥ ✐ ❡❧ ①❧♠ H❜❦❧♠ ❸❧y❧ ❼❸. H. D❹❜❧♠ ✈❧ ✈❝♠♦❧♠ ⑦❝♠♦♦ ❜♠ ❧❶❧♠ ③❝♠ ✈❝❶❧❦❧♠ ❡❞ ❧❻❝④ ❣✇ ❥❦ ⑦❝❦ ❤✇ ✈. ✉❶❞✐②❥ ✐. D❝② ❧❞❦❝ ①❝♠ E❶✇♠✇① ✐ ✉❜①♥❝❞ ✈❧y❧ L✐♠ ♦❶❜♠♦❧ ♠s F❧❶❜④❦❧ ❥ E❶✇♠ ✇ ①✐ ✈❧♠ ⑦❧♠ ❧❹❝ ①❝♠ s❼♠❥❦ ✐❦ ❜❦③❝❞❦ ❧♠ ✐❧♠t ✇ ♦✇❞. t ✇ ♦✇❞.

32 ➆➇➈➉ ➊➋ ➇➌➍ ➎➏ ➐➑➏➒➓➔➒ ➑➏→➣➏➏→ ↔➏ ➒➏ ↔➑ ➔➒↕ ➙➑↕ ↔➓➔→ ➛➜→ ➝ ➜→ ➛ ➑➏➞➏→➟↕ ➙➏ ➑➏➏ ➠➏➞ ➑➏→ ➛ ↔➜➡➏→➓➔➒➏ ➢ ➜ ➏. ➎➤ ➥➤➓➦➧➨➤ ➩ ➧➒ ➫➭➯➲ ➳➩ ➫➳ 1. ➵➸➈➸➋➋➺➻➉➸➌➼ ➺➌ : ➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ ➾ 2. ➚➺➌➊➻➪➺➶➇➈ ➊➌ : ➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ ➾ 3. U➈➹➋ : ➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ ➾ 4. ➘➺➌➼➊➼➊➪ ➇➌➴➺➋➴ ➊➌ ➷➷ ➊ : ➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ ➾ 5. ➬➴ ➇➴➹➻➉➺➋➪➇➮ ➊➌ ➇➌ : ➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ ➾ 6. ➚➹➈➶➇➱ ➇➌➷ ➷➸➴ ➇➪➺➶➹➇➋➷➇ : ➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ ➾ ➡. ➎➤ ➥➤➓➫➳➩➤ ➯➤ ➥➤ ➳➒ ➫➭➯➲➳➩ ➫➳ 1. ✃➇➋➊➉➺➪➺➋❐➇➇➌➉➸➪➸➪ : ❒➉➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ 2. ✃➇➋➊➉➺➪➺➋❐➇➇➌ ➻➇➈❮➊➶➇➌ :❒➉➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ 3. ➘➺➌➼➇➉➇➴ ➇➌➶➇➊➌-➶➇➊➌ : ❒➉➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ ❰➸➴ ➇➶➉➺➌➼➇➉ ➇➴ ➇➌➉➺➋❮➹➶➇➌ : ❒➉➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ Ï. ➎➤ ➥➤➓➫Ð➫➦Ñ➤➤➳ 1. ➘➺➷ ➇➮ ➇➊➌➺➷➺➋➊ (➷➸➶➽➾➾Ò 2. ÓÔ ❒Õ (➉➇➌ ➷➪ ➇➴➽➾ ➾Ò 3. ➘➺➷ ➇➮ ➇➊➻➮ ➇➻➴ ➇ 4. W➊➋➇➻➮ ➇➻➴ ➇ 5. ➘➺➼➇➷ ➇➌ ➷ 6. ➘➺➴ ➇➌➊ 7. ➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾ ➾➾➾➾ ➾➾➾➾ ➾➾➾ ➎. ➎➤ ➥➤➑ ➫Ö➯➤ ➥➑➧➳× ×➤Ø 1. ➘➋➸Ù ➊➌➻➊ :➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➽➾➾ ➾

2. ÚÛÜÝ Þ Ûßàá : ââââââââââââââã ã 3. ÚàäÛåÛß Ûá : ââââââââââââââã ã 4. Úà æÝ ç Ûè Ûá éê àë Û : ââââââââââââââã ã 5. ì Ûç Ûííàî ÛåÛáï ðë Ûß ÛñæÛåî Ûá ò íÝ Ü ÛáóàçÛèÝ : âââââââãíå ô. õuöu÷ øùuøöuøú÷ø ûÛüÛß Ûç ðíî ÛåÛá Wðë Ûß Û ñæÛåîÛáò íÝ Ü Ûá óàçÛèÝë àèðáò ò Û Ûá êÛÜàçà íçà Ûë ð ê ðîÛåÛáï ðë Ûß ÛñæÛåîÛáò íÝ Ü Ûáóàç Ûè ÝýÞðæðèÛá ÜðÛë æà ÜðèêÛç ðë ÛßÝþ : 1. óàåÛáêÛáòÛáÿà ÞÛëêÛá ÜàçÛò Ûå 2. Úàë àç Ûë ðÛá Ü✁à í 3. ✂ÝÛë ÛáÛë Ûáß Ûð 4. Úà ðá ê ÛèÛáæðá ò íÝá ò Ûá 5. ✄ðæÛðíà ÜÝ ê ÛüÛÛá 6. ✄ðæÛðÞàáò àß ÛèÝÛá 7. ✄ðæÛðÞàáò Ü Ûß Ûá 8. ✄ðæÛðíà ÞàçäÛüÛ Ûá 9. ☎à æ ò ð 10.✆æ çÛ 11.✆ÛÝáÛ 12.ñðç 13.☎à✁ÛæÛÛæ Ûå 14.ñæÛë Ûá æÛðá ✝. ✝✞✟✠✟ø✡ ☛u ùuøöuøú÷ø ☞àçÛÞÛ íÛæð çà íçà Ûë ð íà æ íÛë ð î ÛåÛá Wðë Ûß Û ñæÛå îÛáòíÝÜÛá óàç Ûè Ý Ûá ê Û çàáäÛáÛí Ûáß Ûè Ýá ðáð : ââââââââíÛæð ✌. ✍÷ ✎÷✏☛÷ ✑÷✒✟✞ö÷ ✓÷ø÷ ø 1. ☞ðÛüÛóà çë ðÛÞÛá✔à æÛíÝ í Ûá Úàè ðÛß Ûá✕à íç à Ûë ðñæÛå

34 ✖. ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗✗✗ ✗✗✗✗ ✗✗✗✗ ✗✗✗✗ ✗✗✗✗ ✗✗✘ ✙✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥ ✚✗ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗✘ ✙✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥ ✛. ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗✘ ✙✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥ 2. ✜✢ ✖✣✖✤✦✧★ ✖✩ ✖✪ ✖✪ 2.1.✫ ✢✬ ✖ ✖✪ ✭ ✖ ✮ ✦✪ ✯ ✯✰✪✖✬✖✪ ✬ ✦✪✭✖✧✖✖✪ ✙✧✢✚✖✭✢, ✚✢ ✖✣✖ ✱✧ ✖✪ ✲✙ ✳✧✱ ✖✲ ✢ ✣✖✪✯ ✖✪ ✭ ✖ ✬ ✦✩✰✖✧✬✖✪ ✰✪ ✱✰✬ ✮ ✦✩ ✖✬✰ ✬ ✖✪ ✙ ✦✧ ★ ✖✩ ✖✪ ✖✪ ✭ ✖✧✢ ✱ ✦✮✙ ✖✱ ✱✢✪✯✯ ✖✩ ✖✪✭✖ ✬ ✦✱✦✮✙ ✖✱✢✪✢✙ ✰✩ ✖✪✯✙✦✧✯✢, ✱✦✧✭✢✧✢ ✭✖✧✢ : ✖. ✚✖✴✖✪✚✖✬✖✧ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗ ✚✗ ✚✖✣✖✧✲✰ ✙✢✧ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗ ✛. ✳ ✪ ✯✬✳ ✲✙✖✧✬ ✢✧ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗ ✭✗ ✤✦✩✰✮✖✲ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗ ✦. ✚✢ ✖✣✖✙✦✧✚✖✢✬ ✖✪ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗ ✵. ✚✢ ✖✣✖✩ ✖✢✪ ✪✣✖ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗ 2.2.✫ ✢✬ ✖✮✦✪✯✯✰✪✖✬ ✖✪ ✬ ✦✪✭✖✧✖✖✪✰ ✮✰ ✮, ✚✦✲ ✖✧✪✣✖✚✢✖✣✖✱✧ ✖✪✲ ✙ ✳✧✱ ✖✲ ✢ ✣✖✪✯ ✖✪ ✭ ✖✬✦✩✰✖✧✬✖✪ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗ 2.3.✫ ✢✬ ✖ ✮ ✦✪ ✯ ✯✰✪✖✬✖✪ ✬✦✪ ✭ ✖✧ ✖✖✪ ✲ ✦✶✖, ✚✦✧✙✖ ✳ ✪ ✯✬✳ ✲ ✲ ✦✶✖ ✣✖✪✯ ✖✪✭✖ ✬ ✦✩✰✖✧✬ ✖✪✰ ✪✱✰ ✬✙ ✰✩ ✖✪✯✙ ✦✧✯✢ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗ 3. ✜✢ ✖✣✖✲ ✦✩ ✖✮ ✖✚✦✧ ✖✭ ✖✭✢✩✳✬✖✲✢✧ ✦✬✧✦✖✲ ✢ : ✖. ✜✢ ✖ ✣✖✷✳ ✪✲ ✰ ✮✲ ✢ :  ✮ ✖✬ ✖✪✖✪✙ ✳✬ ✳✬ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗  ✮ ✖✬ ✖✪✖✪✧ ✢✪ ✯ ✖✪ ✸✲ ✪✖✛✬ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗  ✹✢✪ ✰ ✮ ✖✪ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗  ✚✰ ✖✴-✚✰ ✖✴✖✪ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗  ✘ ✳✬ ✳✬ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗  ✳✚✖✱-✳✚✖✱✖✪ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗ ✚✗ ✫ ✢✬ ✖✖✪ ✭ ✖✱✢ ✭✖✬ ✮ ✦✩ ✖✬✰ ✬ ✖✪✧✦✬✧✦✖✲✢, ✚✦✧ ✖✙✖ ✚✢✖ ✣✖ ✬ ✳✪ ✲✰✮✲ ✢ ✣✖✪✯ ✖✪ ✭ ✖ ✬ ✦✩✰✖✧✬ ✖✪✲ ✦✴✖✧✢-✴✖✧✢ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗ ✛. ✫ ✢✬ ✖ ✖✪✭✖ ✮✦✩ ✖✬ ✰✬✖✪ ✬✦✯✢ ✖✱ ✖✪ ✭✳ ✬✰✮ ✦✪✱ ✖✲ ✢, ✚✦✧ ✖✙✖ ✚✢✖ ✣✖ ✣✖✪✯ ✖✪✭✖ ✬ ✦✩✰✖✧✬ ✖✪✰ ✪✱✰ ✬ ✺  ✜ ✦✩✢✚✖✱✰ ✚✖✱ ✦✧ ✖✢ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗  ✻✰ ✛✢ ✛✦✱ ✖✬ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✗  ✜ ✦✩✢✵✢✩ ✮ : ✘ ✙ ✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥

✼✽✾✿ ❀❁ ✽❂❃❄❅❂✽❆ ❀❇ ❀❇❁❈ ❉ ❁❈❇ ❀✿❈ ❁ ✾❀❂ ❊✽✽❂✾ ✽❂ ❋ ✽✽❊❁❈ ● ❁❈ ✽❇ ❀

Dokumen terkait