EFEKTIVITAS MANCOZEB DAN METALAXYL DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Cylindrocladium scoparium. Hawley Boedijn et Reitsma
PENYEBAB PENYAKIT BUSUK DAUN TEH (Camelia sinensis.L ) DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH
KRISTIAN WAHYUDI SEMBIRING 020302001
HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
EFEKTIVITAS MANCOZEB DAN METALAXYL DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Cylindrocladium scoparium. Hawley Boedijn et Reitsma
PENYEBAB PENYAKIT BUSUK DAUN TEH (Camelia sinenssi.L ) DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH:
KRISTIAN WAHYUDI SEMBIRING 020302001
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Di periksa Oleh :
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Hasanuddin, MS Ir. Lahmuddin Lubis, MP Ketua Anggota
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRACT
Kristian Wahyudi Sembiring “ Efectivity Mancozeb and Metalaxy in retard into growth Cylindrocladium scoparium. Hawley Boedijn et Reitsma casual rotten leaf tea (Camelia sinensis. L) at laboratory”
This reaseach was helid in laboratory of phythophatology of Agriculture, University of North Sumatera, Medan, higest ±25 meter up the surface of the sea.
The purpose of this research to know efectivity fungiside toretred casual rotten leaf tea Cylindrocladium scoparium. Hawley Boedijn et Reitsma casual rotten leaf tea
(Camelia sinensis. L) at laboratory
The reaseach used the method of aplies factorial Completely Ranzomized Design (CRD) non factorial. With treatment of control (non Fungiside), F1 : 1000 µg/l
= 1 gr/l = 0,8 g Dithane M-45 80 WP/l, F2 : 500 µ g/l = 0,5 gr/l = 0,4 g Dithane M-45
80 WP/l, F3 : 100 µg/l = 0,1 gr/l = 0,08 g Dithane M-45 80 WP/l, F4 : 50 µg/l = 0,05
gr/l = 0,04 g Dithane M-45 80 WP/l, F5 :1000 µg/l = 1 gr/l = 0,64 g Ridomil Gold 64
WP/l, F6 :500 µg/l = 0,5 gr/l = 0,32 g Ridomil Gold 64 WP/l, F7 :100 µg/l = 0,1gr/l =
0,064g Ridomil Gold 64 WP/l, F8 : 50 µg/l = 0,05 gr/l = 0,032 Ridomil Gold 64 WP/l.
ABSTRAK
Kristian Wahyudi Sembiring “ Efektivitas Mancozeb Dan Metalaxy Dalam Menghambat Pertumbuhan Cylindrocladium scoparium. Hawley Boedijn et Reitsma Penyebab Penyakit Busuk Daun Teh (Camelia sinensis. L) Di Laboratorium”.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas fungisida dalam mengendalikan penyakit busuk daun (Cylindrocladium scoparium) di. Laboratorium.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial. Perlakuan yang terdiri dari : F0 : Kontrol (tanpa fungisida),
F1 : 1000 µg/l = 1 gr/l = 0,8 g Dithane M-45 80 WP/l, F2 : 500 µg/l = 0,5 gr/l = 0,4 g
Dithane M-45 80 WP/l, F3 :100 µg/l = 0,1 gr/l = 0,08 g Dithane M-45 80 WP/l,
F4 : 50 µg/l = 0,05 gr/l = 0,04 g Dithane M-45 80 WP/l, F5 : 1000 µg/l = 1 gr/l = 0,64 g
Ridomil Gold 64 WP/l, F6 : 500 µg/l = 0,5 gr/l = 0,32 g Ridomil Gold 64 WP/l,
F7 :100 µg/l = 0,1gr/l = 0,064g Ridomil Gold 64 WP/l, F8 : 50 µg/l = 0,05 gr/l
= 0,032 Ridomil Gold 64 WP/l.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
“Kristian Wahyudi Sembiring” dilahirkan di Sawit Seberang, Kab. Langkat
pada tanggal 18 Desember 1983 dari Ayah P. Sembiring dan Ibu Tuminem. Penulis
anak ke-4 dari 5 saudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah:
Tahun 1996 tamat dari SD Negeri No. 056625 Sawit Seberang
Tahun 1999 tamat dari SLTP Swasta Yapeksi Sawit Seberang
Tahun 2002 tamat dari SMU Taman Siswa Sawit Seberang
Tahun 2002 masuk Fakultas Pertanian melalui jalur PMP pada Departement
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kegiatan akademis yang diikuti penulis adalah sebagai berikut:
Menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungna Tanaman (IMPTN)
Menjadi pengurus Komisariat Muslim (KOMUS) HPT pada tahun 2005-2006
Mengikuti Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di Balai Penelitian Teh dan Kina
( BPTK ) Bah Butong Kabupaten Simalungun pada tahun 2006
Melaksanakan praktek skripsi di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera utara, Medan pada bulan September sampai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “ EFEKTIVITAS MANCOZEB
DAN METALAXL DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Cylindrocladium scoparium. Hawley Boedijn et Reitsma PENYEBAB
PENYAKIT BUSUK DAUN TEH (Camelia sinensi.L ) DI LABORATORIUM”
yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultaas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS
sebagai ketua komisi pembimbing, dan Ir. Lamuddin Lubis, MP sebagai anggota
komisi pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
penelitian ini.
Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih semoga penelitian ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2007 Penulis DAFTAR ISI Hlm
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Busuk Daun Teh (Cylindrocladium scoparium. Hawley) boedijn et reitsma... 4
Biologi Penyakit ... 4
Gejala Serangan ... 5
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit ... 6
Pengendalian ... 6
Peranan Fungisida ... 7
Mancozeb... 7
Metalaxyl ... 8
BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian ... 10
Bahan dan Alat ... 10
Metode Penelitian ... 10
Pelaksanaan Penelitian ... 12
Pembuatan PDA ... 12
Isolasi Jamur ... 12
Inokulasi Jamur Patogen ... 13
Peubah Amatan ... 13
Bentuk Koloni Jamur... 13
Diameter Koloni Jamur ... 13
Luas Koloni Jamur ... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN Luas Koloni Jamur C.scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma ... 15
Pengamatan Bentuk dan Diameter Koloni ... 18
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 23
Saran ... 23
DAFTAR TABEL
No. JUDUL Hlm
1. Daftar sample pengambilan pucuk yang layak ... 2
2. Rata-rata luas jamur Cylindrocladium scoparium ... 15
DAFTAR GAMBAR
No. JUDUL Hlm
1. Jamur Cylincrocladium scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma ... 5
2. Gambar Gejala Serangan C. scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma .. 6
3. Gambar Rumus Bangun dari Mancozeb ... 8
4. Gambar Rumus molekul Metalaxyl ... 9
5. Gambar Perlakuan Fungisida ... 13
6. Gambar Grafik penghambatan koloni ... 17
7. Gambar Biakan C. scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma pada perlakuan Dithane M-45 WP ... 19
8. Gambar Biakan C. scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma pada perlakuan Dithane M-45 WP ... 20
9. Gambar Biakan C. scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma pada perlakuan Ridomil Gold 64 WP ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
No. JUDUL Hlm
1. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni C. scoparium 4 HSI ... 26
2. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni C. scoparium 5 HSI ... 28
3. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni C. scoparium 6 HSI ... 30
4. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni C. scoparium 7 HSI ... 32
5. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni C. scoparium 8 HSI ... 34
6. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni C. scoparium 9 HSI ... 36
7. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni C. scoparium 10 HSI... 38
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji
teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan bahwa
pada tahun 1694 terdapat perdu teh muda yang berasal dari China tumbuh di Jakarta.
Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia dari Srilangka (Cylon) pada tahun 1877
dan ditanam di kebun Gambung, Jawa Barat oleh R. E. Kerk Hoven. Sejak itu teh
China secara berangsur-angsur diganti dengan teh Assam. Sejalan dengan
berkembangan perkebunan teh di Indonesia, yang mulai sejak tahun 1910 dengan
dibangunnya perkebunan teh di Simalungun, Sumatera Utara (Anonim, 2002).
Teh dapat juga dibuat sebagai obat-obatan, penyegar dan lain-lain, dari ampas
teh atau sisa seduhan, masih tersisa zat-zat yang diperlukan untuk bisa digunakan.
Diluar negri terutama di Eropa dan Amerika teh merupakan suatu minuman istimewa,
menghormati tamu. Selain itu minum teh dapat menstimular otot agar bekerja
kembali, membuat keadaan terasa lebih segar lebih segar dan dapat menghilangkan
rasa ngantuk, sebagai reaksi zat-zat yang terkandung didalam daun teh
(Setyamidjaja, 2000).
Analisa daun berguna untuk pengolahan pabrik atau pengolahan untuk
mengevaluasi jenis pemetikan dan mutu pucuk yang merupakan dasar pendugaan
mutu hasil olahan disamping untuk dasar penentuan upah. Dalam analisa ini pucuk
hasil petikan diambil contoh, kemudian dipisahkan menjadi 3 kategori yaitu bagian
yang muda, bagian yang kasar dan rusak. Analisa pusuk dilakukan perkemandoran
dari setiap timbangan (2-3 timbangan) yang selanjutnya dirata-ratakan untuk satu hari.
Sampel pucuk diambil secara acak perkemandoran di atas truk sebanyak 1 kg
saat pucuk tiba di pabrik. Dari 1 kg sampel pucuk diambil 250 g untuk
dipisah-pisahkan sesuai dengan jenis pucuk. Untuk pucuk yang kasar dipotong terlebih
dahulu, dipisahkan dan dimasukkan ke dalam kelompok kasar. Hasil pemisahan
(pucuk yang layak olah) ditimbang. Dari angka persentase (%) diperoleh dengan
membandingkan bobot dari kelompok pucuk yang bersangkutan dengan bobot total
pucuk sample dikalikan dengan 100%.
Tabel 1. Daftar sample pengambilan pucuk yang layak
Sample 250g pucuk setelah dianalisa didapatkan :
Medium Kasar
Uraian % Uraian %
p+2 5 – 5 Rusak 5 – 5
p+3 35 – 40 B tua/daun tua 25 – 30
Jumlah 65 – 70 Jumlah 30 - 35
Dari bagan di atas terlihat bahwa 65 – 70% merupakan pucuk yang memenuhi
syarat layak olah, sedangkan angka 30 – 35% merupakan pucuk tidak memenuhi
syarat pucuk layak olah (Anonim, 2002).
Penyakit busuk daun disebabkan oleh Cylindrocladium terdapat disebelah
bagian barat di Ontarlo Canada. Sekarang ini penyakit ini sudah menyebar diseluruh
belahan dunia seperti Afrika, Australia, Belgia, Inggris dan termasuk Indonesia. Dan
sekarang species Cylindrocladium sudah diisolat dari sampel tanah disalah satu
perkebunan di Washington (Anonimus, 2006a).
Fungisida dapat diartikan sebagai zat kimia yang dapat membunuh atau
menghambat perkembangan dari miselium/ spora jamur. Namun, karena tujuan utama
adalah untuk membasmi penyakit baik yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau
organisme tertentu maka bukanlah masalah apakah fungisida atau bakterisida
( Magallona, et.al., 1990).
Fungi atau jamur merupakan penyebab penyakit infeksi yang utama pada
tanaman. Fungisida digunakan jika usaha-usaha lain telah dilaksanakan secara
maksimal. Penggunaan satu jenis fungisida pada kurun waktu panjang harus dihindari.
Jamur bisa kebal terhadap satu jenis bahan aktif fungisidamelalui serangkaian proses
perubahan genetik (Novizan, 2002).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas fungisida dalam mengendalikan penyakit busuk
Hipotesa Penelitian
Diduga bahwa fungisida dari golongan tertentu memiliki kemampuan untuk
mengendalikan penyakit busuk daun teh (Cylindrocladium scoparium).
Kegunaan Penelitian
• Sebagai syarat dalam menempuh ujian sarjana pada Departemen Ilmu Hama
dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
• Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Busuk daun teh (Cylindrocladium scoparium. Hawley) boedijn et reitsma
Biologi Penyakit
Dalam Westcott (1960), jamur penyebab penyakit ini dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisio : Amastigomycetes
Kelas : Fungi Imperfectif
Famili : Hypocreaceae
Genus : Cylindrocladium
Spesies : Cylindrocladium scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma.
Konidia dapat dihasilkan melalui bagian tanaman yang terinfeksi, berwarna
putih dan ditutupi tepung. Konidia dari species dari Cylindrocladium berbentuk
silindris. Konidia bervariasi ukurannya dan jumlah septanya diantara species
Cylindrocladium, yang mempunyai satu septum, dan ukurannya 50 – 60 x 4,5 – 6,0
µm dan 36 – 57 x 2,6 – 6,0 µm (Anonim, 2006a).
Konidiophor tegak lurus, myselium, memiliki susunan yang beraturan dan
memiliki cabang dalam 2 atau 3 bagian. Setiap bagian ujung cabang yang panjang
yang terdiri dari 2 –3 cabang, dan memiliki cabang yang beraturan yang berbentuk
pipih atau bulat (lonjong),memiliki konidia, mycelium yang terdiri lebih satu,
berbentuk silindris tungggal (Singleton, et.al., 1993).
Memiliki perithecium yang kecil yang berwarna jingga kemerah-merahan
yaitu spiral (0,4 mm). Struktur dari jamur ini yang muncul (dari batang ) tepatnya
dibawah permukaan tanah. Khususnya jamur muncul pada daerah yang lembab.
Askospora muncul pada perithecium yang berwarna kuning transparan. 2-3 minggu
kemunculan perithecium dalam penyebaran penyakit spora tumbuh pada pembibitan
(Lucas, et.al., 1985)
Gambar 1. Jamur C. scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma. Keterangan : A. Konidia B. Konidiofor
Sumber
Gejala Serangan
Pada bibit terserang,timbul bercak-bercak coklat pada daun induknya, dimulai
dari bagian ujung atau dari ketiak daun. Pada serangan lanjut, daun induk terlepas dari
tangkai, akhirnya stek mengering/mati. Serangan dimulai dari ujung tunas, kemudian
meluas kebagian bawah akhirnya seluruh tunas mengering (Anonim, 2006a).
Pada daun induk stek terjadi bercak besar berwarna coklat tua. Bercak akan
dapat membesar sehingga seluruh daun membusuk dan daun terlepas. Stek menjadi
lemah karenanya bahkan dapat mati, penyakit dapat meluas kebatang muda yang
sedang berkembang dari stek dan menyebabkan mati pucuk (Semangun, 2000).
A
Cylindrocladium bertahan setelah musim dingin sebagai microscloteria dalam
jaringan tanaman dan tanah yang terinfeksi, ketika akar melakukan kontak dengan
microscolteria, Cylindrocladium berkecambah dan menyebabkan infeksi selama
musim lembab/ curah hujan tinggi daun mudah terinfeksi dan dapat berkembangyang
disebabkan oleh konidia yang disebarkan melalui udara atau ascospora (Anonim,
2006a).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penyakit ini dipengaruhi oleh lingkungan, meskipun demikian dari berbagai
pengamatan diperoleh kesan bahwa penyakit ini lebih sering terdapat dipersemaian
yang terlalu banyak mendapat sinar matahari yang langsung dan melalui konidia yang
dapat bertahan lama di dalam tanah (Semangun, 2000).
Pengendalian
Pencegahan penyakit dilakukan dengan mengatur kelembaban di persemaian
dan membuat parit penyaluran air untuk mencegah penggenagan (drainase), dan
apabila ditemukan gejala, langsung dilakukan penyemprotan dengan fungisida kontak
yang telah direkomendasikan (bahan aktif Mankozab 80%) (Anonim, 2006b)
Timbulnya penyakit persemaian ini menunjukan adanya kekurangan dalam
pelaksanaan teknik persemaian . Intensitas sinar matahari yang masuk harus
disesuaikan dengan perkembangan bibit, sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh
balai penelitian (Semangun, 2000).
Adapun pengendalian yang dilakukan antara lain sebagai berikut : preventif
yaitu mengidentifikasi , mendiagnosis dan evaluasi pada kerusakan tanaman, secara
dipembibitan , secara kimia yaitu dengan melakukan fumigan tanah . fumigan yang
efektif adalah formulasi 67% methyl bromide dan 33% chlorothalonii (Anonim,
2006a).
Peranan Fungisida Mancozeb
Mancozeb merupakan bahan campuran Zink dan Maneb yang mengandung
16% Mangan, 2% Zink dan 62% ethylenebisdithio carbamat/ mangan
ethylenebisdithio carbamat plus non zink. Bahan ini dikenalkan oleh Rohm, Hass dan
Du Pont tahun 1961, dengan nama dagang Mancozeb dan Manzate 200. Fungisida ini
diaplikasikan untuk melindungi daun. Mancozeb adalah gabungan antar Maneb dan
Zink yang masing-masing mempunyai keunggulan tersendiri, sehingga digunakan
untuk membasmi berbagai patogen tanaman (Magallona, et.al., 1991).
Adapun rumus bangun dari Mancozeb adalah:
S
CH3 – NH – C – S
Mn [Zn]
CH3 – NH – C – S
S
Gambar 3. Rumus Bangun dari Mancozeb
Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara langsung
digunakan untuk membrantas jasad sasaran, harus di basahi air. Hasil campurannya
dengan air disebut suspensi. Pestisida ini tidak larut dalam air, melainkan hanya
tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu disemprot harus sering diaduk atau tangki
penyemprot digoyang-goyang (Sastroutomo, 1992).
Fungisida ini termasuk kedalam golongan fungisida kontak, cara kerja dari
fungisida ini adalah dengan menghambat kegiatan enzim yang ada pada jamur dengan
menghasilkan lapisan enzim yang mengandung unsur logam yang berperan dalam
pembentukan ATP. Mancozeb digunakan untuk melindungi tanaman dari
penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi yang disebabkan oleh
jamur (Thomson, 1992).
Metalaxyl
Metalaxyl merupakan fungisida sistemik, fungisida dari golongan benzenoid
yang digunakan untuk tanaman di dataran tinggi dan dataran rendah, sebagai soil
treatmentuntuk mengendalikan pathogen tular tanah dan juga dapat sebagai
Gambar 4. Rumus molekul Metalaxyl
Sumber : Vyas,1984
Fungisida dengan kombinasi bahan-bahan beresidu dan bersifat sistemik
sangat aktif baik secara in vitro maupun in vivo untuk menekan pertumbuhan
patogen golongan Oomycetes, serta penyebab penyakit hawar daun, rebah kecambah,
busuk daun, dengan daya aktif yang tinggi. Aplikasinya pada tanah atau daun dengan
tekanan rendah(Magallona, et.al., 1991).
Kelompok fungisida sistemik yang terbaru asilanin dan beberapa diantaranya
yang terkenal adalah metalaksil dan furalaksil. Keduanya sangat efektif digunakan
untuk mengendalikan jamur – jamur patogen yang berasal dari tanah yang disebabkan
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan September sampai Desember 2007
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah media PDA, alkohol 70%,Clorox 1%, Aquades,
aluminium foil, kertas tissue, kapas steril, shears mounting, metil blue atau lactofenol,
minyak imersi, fungisida Mancozeb (Delsene Mx 80 WP), Metalaxil (Metalaxyl 64
WP).
Alat yang digunakan adalah cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer,
mikroskop, objek glass, isolotip, api bunsen, oven, label nama, kapas, kotak inokulasi,
autoclove, pisau dan alat tulis lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) non faktorial. Perlakua n yang dicobakan terdiri dari :
F0 : Kontrol (tanpa fungisida)
F1 : 1000 µg/l = 1 gr Mancozeb/liter air = 0,8 g Mancozeb 80% WP/l
F2 : 500 µg/l = 0,5 gr Mancozeb/liter air = 0,4 g Mancozeb 80% WP/l
F3 : 100 µg/l = 0,1 gr Mancozeb/liter air = 0,08 g Mancozeb 80% WP/l
F4 : 50 µg/l = 0,05 gr Mancozeb/liter air = 0,04 g Mancozeb 80% WP/l
F5 : 1000 µg/l = 1 gr Metalaxyl /liter air = 0,64 g Metalaxyl 64 WP/l
F7 : 100 µg/l = 0,1 gr Metalaxyl /liter air = 0,064 g Metalaxyl 64 WP/l
F8 : 50 µg/l = 0,05 gr Metalaxyl /liter air = 0,032 Metalaxyl 64 WP/l
Perlakuan diulang sebanyak tiga (3) kali. Jumlah ulangan didapat dari rumus :
(t-1) (r-1) ≥ 15
(9-1) (r-1) ≥ 15
8 (r-1) ≥ 15
8r-8 ≥ 15
r ≥ 23/8
r ≥ 2,87
dibulatkan menjadi 3
Metode linier yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + αi + βj + εij
Dimana :
Yij = Nilai pengamatan padaperlakuan ke-I dan ulangan ke-j
µ = Nilai tengah umum
αI = Pengaruh perlakuan yang ke-i
βj = Pengaruh ulangan ke-j
εij = Pengaruh galat percoban dari setiap satuan percobaan pada
pada ulangan ke-j dan perlakuan yang ke-i
Pelaksanaan Penelitian Pembuatan PDA
Kentang dikupas dan dicuci bersih kemudian ditimbang 250 g, selanjutnya
dipotong dadu kecil. Kemudian kentang dimasak dengan aquades sterill 500 ml
selama 30 menit hingga kentang lembek. Kemudian disaring ekstraknya dengan kain
muslin sampai volume 500 ml. Pada waktu yang air steril di didihkan sebanyak 500
ml bersama dengan agar-agar sebanyak 20 g, ditambahkan lagi kedalamnya dextrose
20 g. Ekstrak kentang dan agar keduannya dicampurkan sambil diaduk hingga rata
diatas hotplate, selanjutnya dituang kedalam erlenmeyer ukuran 200 ml dan ditutup
dengan kapas steril dan dibalut dengan kertas aluminium foil lalu dimasukan kedalam
autoclave untuk disterilkan selama 15 menit dengan suhu 121 0C pada tekanan 1,25
atm. PDA dibiarkan terlebih dahulu dalam udara terbuka hingga panasnya menjadi
hangat kuku, lalu dituang kedalam cawan petri. PDA dapat disimpan didalam lemari
es dengan suhu 6 – 10 0C.
Isolasi Jamur
Diambil bagian daun teh dipembibitan yang terserang penyakit, kemudian
dibersihkan dengan menggunakan aquades, kemudian daun yang terserang
dipotong-potong persegi 0,5 x 0,5 cm, kemudian disterilkan permukaannya dengan
menggunakan klorox 0,1 % selama 2-3 menit, kemudian dicuci kembali dengan air
steril. Setelah itu dibiakan dalam media PDA, tiap petri ditanam dengan 3 point dan
dibiarkan sampai tumbuh miselium jamurnya. Inokulum jamur dari kompleks jaringan
daun yang terserang busuk daun yang tumbuh pada media biakan tersebut diisolasi
Aplikasi Fungisida
Fungisida berupa tepung dimasukan dan dilarutkan kedalam media PDA
dalam erlemeyer 200 ml sebelum dituangkan kedalam cawan petri. Banyaknya
fungisida yang diberikan sesuai dengan dosis perlakuan.
Inokulasi Jamur Patogen
Inokulum jamur Cylindrocladium scoparium yang berdiameter 6mm diletakan
ditengah-tengeh media yang sudah diberi perlakuan sebelumnya, kemudian diinkubasi
pada suhu kamar
Peubah Pengamatan
1) Bentuk Koloni Jamur
Bentuk koloni jamur diamati secara makrokopis, yaitu bentuk dari tepi koloni
mulai dari 4 HSI sampai 20 HSI.
2) Diameter Koloni Jamur
Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter koloni jamur dengan
menggunakan jangka sorong.
3) Luas Koloni Jamur
Pengamatan luas koloni jamur di lakuakan setiap hari dengan cara
menggambar bentuk koloni pada plastik transparan dan kemudian ditimbang beratnya,
selanjutnya nialai berat timbangan koloni tersebut ditransformasikan ke dalam cm,
yaitu dengan menimbang plastik transparan yang lain dengan ukuran 1 x 1 cm.
Pengamatan di hentikan apabila meselium jamur pada perlakuan kontrol memenuhi
Perlakuan Kontrol
R2 R1
A
A B
Gambar 5. Pengamatan Luas Koloni
Keterangan : Pengamatan Luas Koloni
A : Perlakuan Fungisida
B : Kontrol
R1 : luas Pertumbuhan Jamur Pada Kontrol
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas Koloni Jamur Cylindrocladium scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma
Hasil penelitian memperlihatkan adanya pengaruh beberapa fungisda kimiawi
terhadap pertumbuhan koloni jamur Cylindrocladium scoparium (Hawley) Boedijn et
Reitsma di media biakan. Hal ini terlihat pada tabel 2
Tabel 2. Rata rata luas koloni jamur Cylindrocladium scoparium (Hawley) Boedijn
Reitsma
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5%DMRT
Pada tabel 1 terlihat bahwa perlakuan dengan Mancozeb 80 WP yaitu F1
sampai F4 merupakan perlakuan yang menunjukan diameter koloni terendah mulai
dari pengamatan pertama, yaitu 4 Hari Setelah Inokulasi (HSI), sampai pengamatan
terakhir 10 HSI. Sementara untuk perlakuan dengan Metalaxyl 64WP pada F5,
memperlihatkan adanya pengaruh diameter koloni terhambat, hal ini ditunjukkan dari Perlakuan
Waktu Pengamatan
4 HSI 5 HSI 6 HSI 7 HSI 8 HSI 9 HSI
10
HSI
F0 4,667 a 5,667 a 6,467 a 7,467 a 7,867 a 8,100 a 8,567 a
F1 2,067 c 2,700 c 2,867 c 3,667 c 4,267 b 4,800 c 5,333 c
F2 2,000 c 2,833 c 3,067 c 3,467 c 4,733 b 5,500 bc 5,900 bc
F3 2,433 bc 3,100 c 3,333 c 3,667 c 4,633 b 5,300 c 5,667 bc
F4 3,367 b 4,400 b 4,900 b 5,367 b 6,767 a 7,533 ab 7,833 ab
F5 0,000 d 0,000 e 0,233 d 0,300 de 0,400 cd 0,467 de 0,567 de
F6 0,000 d 0,000 e 0,367 d 0,533 de 1,000 cd 1,200 de 1,500 de
F7 0,000 d 0,000 e 0,000 d 0,000 e 0,000 d 0,000 e 0,000 e
F8 0,567 d 1,000 d 1,133 d 1,333 d 1,833 c 2,067 d 2,500 d
Total 15,100 19,700 22,367 25,800 31,500 34,967 37,867
diameter koloni pada pengamatan pertama (4 HSI) pada perlakuan F5 sampai F7 ,
bahkan mulai pengamatan 6 HSI perlakuan Metalaxyl 64 WP koloni memiliki
diameter yang lebih besar dari pengamatan sebelumnya.
Dari hasil penelitian 4 HSI diperoleh rataan luas koloni terbesar adalah pada
perlakuan kontrol (F0) yaitu sebesar 4,667 cm2 dan rataan luas koloni yang terkecil
pada F7 yaitu 0,000 cm2. Pada 5 HSI diperoleh rataan luas koloni tertinggi 5,667 cm2
pada perlakuan kontrol dan terendah pada perlakuan F7 sebasar 0,000 cm2.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan kontrol berbeda nyata dengan
perlakuan Mancozeb 80 WP dan Metalaxyl 64 WP untuk 4, 6 dan 10 HSI. Dimana
kontrol memiliki luas koloni terbesar karena pada kontrol tidak adanya faktor
penghambat dari fungisida, sehingga pertumbuhannya terus bertambah. Dari tabel
diatas dapat dilihat masing-masing sangat berbeda sangat nyata terutama pada
perlakuan F7 dimana pertumbuhan jamur C. scoparium terhambat dan tidak tumbuh.
Hal ini sesuai dengan Magallona (1991) yang menyatakan bahwa fungisida metalaksil
dengan kombinasi bahan-bahan beresidu dapat menekan pertumbuhan jamur dengan
daya aktif yang tinggi.
0,
000
1,
000
2,
000
3,
000
4,
000
5,
000
6,
000
7,
000
8,
000
9,
000
4 H
S
I
5 H
S
I
6 H
S
I
7 H
S
I
8 H
S
I
9 H
S
I
10 H
S
I
H
a
ri
L
F0
F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
F8
Grafik menunjukan bahwa penghambatan diameter jamur C. Scoparium pada
perlakuan dengan fungisida Mancozeb 80 WP cukup stabil untuk setiap waktu
pengamatan, hal ini sangat berbeda dengan perlakuan fungisida Metalaxyl 64 WP,
yang menunjukan penghambatan diameter jamur yang berbeda nyata antara
pengamatan pertama (4HSI) dengan pengamatan berikutnya. Hal ini menunjukan
bahwa perlakuan yang efektif sebagai fungisida untuk mengendalikan jamur C.
Scoparium adalah Metalaxyl 64 WP. Sastroutomo (1992) mengatakan bahwa
fungisida metalaksil sangat efektif untuk mengendalikan jamur patogen-patogen yang
berasal dari tanah seperti penyakit busuk daun yang disebabkan oleh ordo Oomycetes.
Demikian juga Vyas (1984) menyatakan metalaksil merupakan fungisida sistemik
dari golongan benzenoid dapat digunakan untuk tanaman dataran tinggi dan dataran
rendah untuk mengendalikan pathogen luar tanah.
[image:30.595.87.495.483.739.2]Bentuk, diameter, dan warna koloni
Tabel 3. Bentuk dan warna koloni
No Jenis Fungisida Bentuk Koloni Warna Koloni
1 Mancozeb 80 WP Oval dan bulat, tipis
pada bagian tepi
semakin tua biakan tepi
koloni semakin
menebal
Putih dengan pusat
biakan berwarna coklat
2 Metalaxyl 64 WP Oval dan bulat,
pertumbuhannya
memusat ke atas dan
menyebar sehingga tepi
koloni tipis kemudian
bergelombang, dan
merata ketebalannya
Putih dengan pusat
biakan menebal
Bentuk tepi koloni untuk perlakuan Mancozeb 80 WP hampir sama dengan
bentuk koloni pada perlakuan Metelaxyl 64 WP, yaitu sangat tipis pada bagian tepi,
berwarna putih, namun semakin tua biakan, tepi koloni semakin menebal terlihat
pada Gambar 7
6 HSI 9 HSI
20HSI
Gambar 7. Biakan Cylindrocladium scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma pada perlakuan Mancozeb 80 WP
Pada perlakuan Mancozeb 80 WP permukaan koloni berwarna putih dari awal
hingga akhir pengamatan, warna koloni dasar koloni putih dengan pusat biakan
berwarna coklat muda. Pada hari ke 20 warna permukaan koloni jamur semakin
menebal dan berwarna putih, dan bentuk koloni awalnya tipis dan kemudian menebal
pada hari ke 20 setelah inokulasi (gambar 8)
6 HSI
Gambar 8.Biakan Cylindrocladium scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma pada perlakuan Mancozeb 80 WP
Bentuk tepi koloni pada perlakuan Metalaxyl 64 WP sama dengan perlakuan
Mancozeb 80 WP yaitu pada awalnya pertumbuhan memusat ke atas dan kemudian
menyebar sehingga tepi koloni sangat tipis, namun kemudian menebal dan bentuknya
bergelombang
Perlakuan Metalaxyl 64 WP menunjukan warna permukan koloni berwarna
putih dan bentuk tepi koloni perlakuan ini merata ketebalannya dari pusat hingga
ketepi biakan, bentuk tepi koloni perlakuan ini merata ketebalannya dari pusat hingga
tepi biakan.
6 HSI
Gambar 9. Biakan Cylindrocladium scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma pada perlakuan Matalaxyl 64 WP
Hasil pengamatan terhadap bentuk koloni menunjukan bahwa hampir semua
setiap perlakuan bentuk koloni yaitu memiliki bentuk yang berbeda, mulai dari bulat
[image:34.595.105.475.204.346.2]hingga oval.
Gambar 10.Biakan Cylindrocladium scoparium (Hawley) Boedijn et Reitsma pada perlakuan F1 dan F3
Hasil pengamatan terhadap diameter koloni jamur menunjukan bahwa setiap
perlakuan memiliki diameter yang berbeda. Diameter pada kontrol lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan dengan fungisida karena pada kontrol tidak adanya
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian 4 HSI diperoleh rataan luas koloni terbesar adalah pada
perlakuan kontrol (F0) yaitu sebesar 4,667 cm2 dan pada F1 sebesar 2,067cm2,
pada F2 2.000 cm2 pada F5 sampai F7 yaitu 0,000 cm2. ,pada F8 sebesar 0,567
cm2. Pada 5 HSI diperoleh rataan luas koloni sebesar 5,667 cm2 pada
perlakuan kontrol dan terendah pada perlakuan F7 sebasar 0,000 cm2.
2. Pada perlakuan mancozeb 80 WP permukaan koloni berwarna putih dari
awal hingga akhir pengamatan, warna dasar koloni yaitu putih dengan pusat
biakan berwarna coklat muda. Perlakuan Matalaxyl 64 WP menunjukan warna
permukan koloni berwarna putih.
3. Bentuk tepi koloni pada perlakuan Matalaxyl 64 WPsama dengan perlakuan
kemudian menyebar sehingga tepi koloni sangat tipis, namun kemudian
menebal dan bentuknya bergelombang.
4. Perlakuan dengan fungisida Matalaxyl 64 WP lebih efektif mengendalikan
penyakit busuk daun teh (Cylindrocladium scoparium (Hawley) Boedijn et
Reitsma daripada perlakuan dengan fungisida mancozeb 80 WP
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji efektivitas beberapa
fungisida kimia lainnya terhadap jamur Cylindrocladium scoparium (Hawley)
Boedijn et Reitsma
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1999. Pedoman Rekomendasi Pengendalin Hama Tanaman Pangan . Direktoriat Bina perlindungan Tanaman, Jakarta. hal.186
. 2002. Pelatihan Pengenalan Klon dan Pembibitan The. Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung. hal. 1-50
. 2006a. Cylindrocladium Diseases.
http://www.forestpests.org version 2.0, XHTML 1.1, CSS, 508. (Tanggal akses: 13 September 2006).
2006b. Musuh Alami dan Penyakit Tanaman Teh.
Aswita, S. 2001. Manitoring dan Pengendalian Penyakit Hawar Daun di Propinsi Sumatera Utara. BPTP & BPTH, Medan. hal. 62
Lucas, G.B., Campbell,C. L., Lucas. L. T. 1993. Introduction to Plant Diseases. Published by Van Nostrand Reinhold, New York. p. 167
Muller, F., 2000. Agrochemicals ; Composition, Production, Toxicology, Aplication. Wiley-Vch Verlag Gmbh, Wien hein, Germany. p. 651
Novizan, Ir. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agromedia Pustaka, Jakarta. hal. 47-48
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.
Sastroutomo, S. S., 1992. Pestisida, Dasar-Dasar Dan Dampak Penggunaanya. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Semangun, H., 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University press, Yogyakarta. hal. 345-347.
Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. hal. 2-3.
Singleton, L. L., Mihail, D.J., and Rush, M.R. 1993. Soilborne Phytopathogenic Fungi. Asps Press, Minnesota. p. 107.
Thomson, W. T., 1992. Agriculture Chemicals. Books IV: Fungicides, Thomson Publication, Fresno, California.p.153.
Westcott, C., 1960. Plant Disease Hand Book. D. Van Nostrand Company, Inc, Toronto, New Jersey. p. 144.
Lampiran 1. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium scoparium 4
HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
F0 4,70 4,90 4,40 14,00 4,67
F1 1,90 1,70 2,60 6,20 2,07
F2 1,80 2,00 2,20 6,00 2,00
F3 1,40 2,70 3,20 7,30 2,43
F4 3,60 3,30 3,20 10,10 3,37
F5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F8 0,00 1,70 0,00 1,70 0,57
Total 13,40 16,30 15,60 45,30
Rataan 1,49 1,81 1,73 1,68
Daftar Sidik Ragam
Perlakuan 8 66,873 8,359167 34,248483 ** 2,51
Galat 18 4,393 0,244074
Total 26 71,267
fk = 76,003333
kk = 29%
UJD .05
kt galat ulangan sy
0,244 3 0,285233
P 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35
LSR.05 0,8471428 0,889928 0,915599 0,9327128 0,9469745 0,9555315
Perlakuan Rata-rata Notasi
F0 4,67 a
F1 2,07 c
F2 2,00 c
F3 2,43 bc
F4 3,37 b
F5 0,00 d
F6 0,00 d
F7 0,00 d
F8 0,57 d
0,00 0,57 2,00 2,07 2,43 3,37 4,67
a
b
c
Lampiran 2. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium
scoparium 5 HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
F0 5,20 5,90 5,90 17,00 5,67
F1 2,70 2,20 3,20 8,10 2,70
F2 2,80 2,80 2,90 8,50 2,83
F3 1,90 3,40 4,00 9,30 3,10
F4 4,30 4,40 4,50 13,20 4,40
F5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F8 0,00 2,30 0,70 3,00 1,00
Total 16,90 21,00 21,20 59,10
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F.05 F.01
Perlakuan 8 102,833 12,854167 38,73465 ** 2,51 3,71
Galat 18 5,973 0,3318519
Total 26 108,807
fk = 129,36333
kk = 26%
UJD .05
kt galat ulangan sy
0,332 3 0,3325918
P 2 3 4 5 6 7
SSR.05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35
LSR.05 0,9877976 1,0376863 1,0676196 1,087575 1,1042047 1,1141824
Perlakuan Rata-rata Notasi
F0 5,67 a
F1 2,70 c
F2 2,83 c
F3 3,10 c
F4 4,40 b
F5 0,00 e
F6 0,00 e
F7 0,00 e
F8 1,00 d
0,00 1,00 2,70 2,83 3,10 4,40 5,67
a
b
d e
Lampiran 3. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium scoparium 6
HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
F0 6,30 6,50 6,60 19,40 6,47
F1 3,00 2,30 3,30 8,60 2,87
F2 3,10 3,00 3,10 9,20 3,07
F3 2,10 3,60 4,30 10,00 3,33
F4 4,80 4,90 5,00 14,70 4,90
F5 0,00 0,70 0,00 0,70 0,23
F6 0,50 0,00 0,60 1,10 0,37
F7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F8 0,00 2,50 0,90 3,40 1,13
Total 19,80 23,50 23,80 67,10
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F.05 F.01
Perlakuan 8 121,347 15,16843 39,76189 ** 2,51 3,71
Galat 18 6,867 0,381481
Total 26 128,214
fk = 166,75593
kk = 25%
UJD .05
kt galat ulangan sy
0,381 3 0,356596
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR.05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35 3,37 3,39
LSR.05 1,0590892 1,112579 1,144672 1,166068 1,1839 1,1946 1,201728 1,208859
Perlakuan Rata-rata Notasi
F0 6,47 a
F1 2,87 c
F2 3,07 c
F3 3,33 c
F4 4,90 b
F5 0,23 d
F6 0,37 d
F7 0,00 d
F8 1,13 d
0,00 0,23 0,37 1,13 2,87 3,07 3,33 4,90 6,467
a
c d
Lampiran 4. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium scoparium 7
HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
F0 7,20 7,50 7,70 22,40 7,47
F1 3,90 3,10 4,00 11,00 3,67
F2 3,70 3,30 3,40 10,40 3,47
F3 2,40 3,90 4,70 11,00 3,67
F4 5,20 5,40 5,50 16,10 5,37
F5 0,00 0,90 0,00 0,90 0,30
F6 0,70 0,00 0,90 1,60 0,53
F7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Total 23,10 26,90 27,40 77,40
Rataan 2,57 2,99 3,04 2,87
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F.05 F.01
Perlakuan 8 154,953 19,3692 41,47244 ** 2,51 3,71
Galat 18 8,407 0,46704
Total 26 163,360
fk = 221,88
kk = 24%
UJD .05
kt galat ulangan sy
0,467 3 0,3945618
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR.05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35 3,37 3,39
LSR.05 1,1718485 1,2310328 1,26654 1,290217 1,30995 1,32178 1,329673 1,33756
Perlakuan Rata-rata Notasi
F0 7,47 a
F1 3,67 c
F2 3,47 c
F3 3,67 c
F4 5,37 b
F5 0,30 de
F6 0,53 de
F7 0,00 e
0,00 0,30 0,53 1,333 3,47 3,67 5,37 7,47
a
b
c
d
e
Lampiran 5. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium scoparium 8
HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
F0 7,70 7,80 8,10 23,60 7,87
F1 4,50 3,50 4,80 12,80 4,27
F2 4,90 4,50 4,80 14,20 4,73
F3 2,70 5,00 6,20 13,90 4,63
F4 7,10 6,40 6,80 20,30 6,77
F5 0,00 1,20 0,00 1,20 0,40
F7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F8 0,00 4,00 1,50 5,50 1,83
Total 27,80 33,20 33,50 94,50
Rataan 3,09 3,69 3,72 3,50
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F.05 F.01
Perlakuan 8 192,060 24,0075 25,5097 ** 2,51 3,71
Galat 18 16,940 0,94111
Total 26 209,000
fk = 330,75
kk = 28%
UJD .05
kt galat ulangan sy
0,941 3 0,560093
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR.05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35 3,37 3,39
LSR.05 1,663475 1,747489 1,7979 1,8315 1,85951 1,87631 1,88751 1,89871
Perlakuan Rata-rata Notasi
F0 7,87 a
F1 4,27 b
F2 4,73 b
F3 4,63 b
F4 6,77 a
F5 0,40 cd
F6 1,00 cd
F7 0,00 d
0,00 0,40 1,00 1,83 4,27 4,63 4,73 6,77 7,867
a
B
c
d
Lampiran 6. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium
scoparium 9 HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
F0 8,00 8,10 8,20 24,30 8,10
F1 5,20 3,80 5,40 14,40 4,80
F4 7,50 7,40 7,70 22,60 7,53
F5 0,00 1,40 0,00 1,40 0,47
F6 1,10 1,00 1,50 3,60 1,20
F7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F8 0,00 4,40 1,80 6,20 2,07
Total 30,50 37,90 36,50 104,90
Rataan 3,39 4,21 4,06 3,89
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F.05 F.01
Perlakuan 8 221,454 27,68176 23,04679 ** 2,51 3,71
Galat 18 21,620 1,201111
Total 26 243,074
fk = 407,5559
kk = 28%
UJD .05
kt galat ulangan sy
1,201 3 0,632748
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR.05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35 3,37 3,39
LSR.05 1,879262 1,974175 2,031122 2,069087 2,10072 2,119707 2,13236 2,1450166
Perlakuan Rata-rata Notasi
F0 8,10 a
F1 4,80 c
F2 5,50 bc
F3 5,30 c
F4 7,53 ab
F5 0,47 de
F7 0,00 e
F8 2,07 d
0,00 0,47 1,20 2,067 4,80 5,30 5,50 7,53 8,10
a
b
c
d
e
Lampiran 7. Data Rataan Luas Pertumbuhan Koloni Cylindrocladium
scoparium 10 HSI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
F0 8,40 8,50 8,80 25,70 8,57
F2 6,20 5,70 5,80 17,70 5,90
F3 3,10 6,90 7,00 17,00 5,67
F4 7,90 7,70 7,90 23,50 7,83
F5 0,00 1,70 0,00 1,70 0,57
F6 1,20 1,10 2,20 4,50 1,50
F7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
F8 0,00 5,20 2,30 7,50 2,50
Total 32,40 41,00 40,20 113,60
Rataan 3,60 4,56 4,47 4,21
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F.05 F.01
Perlakuan 8 238,845 29,85565 18,86061 ** 2,51 3,71
Galat 18 28,493 1,582963
Total 26 267,339
fk = 477,96148
kk = 30%
UJD .05
kt galat ulangan sy
1,583 3 0,726398
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR.05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35 3,37 3,39
LSR.05 2,1574026 2,266362 2,331738 2,375322 2,411642 2,43343 2,44796 2,46249
Perlakuan Rata-rata Notasi
F0 8,57 a
F1 5,33 c
F2 5,90 bc
F3 5,67 bc
F5 0,57 de
F6 1,50 de
F7 0,00 e
F8 2,50 d
0,00 0,57 1,50 2,5 5,33 5,67 5,90 7,83 8,57
a
b
c
d
e
Lampiran 8. Bagan Penelitian.
ff
F1
F6
F5
F8
F3
F7
F2
F4
F3
F2
F5
F7
F1
F8
F6
F0
F2
F1
F4
F8
F7
F3
F5