PENGARUH DOSIS FLOKULAN TERHADAP BERAT JENIS
ENDAPAN PADA PROSES PEMURNIAN NIRA MENTAH DI
PABRIK GULA KWALA MADU
KARYA ILMIAH
NORA ANGGREINI
052409068
PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH DOSIS FLOKULAN TERHADAP BERAT JENIS ENDAPAN PADA PROSES PEMURNIAN NIRA MENTAH DI PABRIK GULA KWALA
MADU
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
NORA ANGGREINI 052409068
PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul :PENGARUH DOSIS FLOKULAN TERHADAP BERAT JENIS ENDAPAN PADA PROSES PEMURNIAN NIRA MENTAH DI PABRIK GULA KWALA MADU
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : NORA ANGGREINI
Nomor Induk Mahasiswa : 052409068
Program Studi : DIPLOMA 3 (D-3) KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
PENGARUH DOSIS FLOKULAN TERHADAP BERAT JENIS ENDAPAN PADA PROSES PEMURNIAN NIRA MENTAH DI PABRIK GULA KWALA
MADU
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2008
PENGHARGAAN
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa mengucapkan salam kepada Rasullullah Muhammad SAW dan para keluarga sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah sederhana ini untuk memenuhi syarat kurikulum pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, jurusan Kimia Industri, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis membahas tentang “ Pengaruh Dosis Flokulan Terhadap Berat Jenis Endapan Pada Proses Pemurnian Nira Mentah di Pabrik Gula Kwala Madu “.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dan teristimewa sekali kepada kedua orangtua tersayang Ayahanda Roddani Hasibuan.BA dan Ibunda Syafrida Iriani Sitompul yang telah membesarkan, merawat, mendidik serta memberi dorongan dan pengorbanan baik material maupun moril kepada penulis sampai sekarang. Kakanda Fery Kurniawan, Ismail Saleh dan Adinda Ahmad Surya Hatorangan atas bantuan, dorongan dan doanya kepada penulis. Serta tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Chairuddin, MSc, selaku Dosen Pembimbing penulis yang bayak memberi arahan dan bimbingan dalam penulisan Karya Ilmiah.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, sebagai Ketua Jurusan Kimia FMIPA USU. 3. Bapak Dr. Harry Agusnar, M.Sc.,M.Phil, sebagai ketua Program Studi D3 Kimia Industri FMIPA USU.
4. Bapak Tolap Purba, BA, selaku pembimbing lapangan yang telah menerima penulis dan memberi bimbingan penulis dalam pelaksanaaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) untuk memperoleh data.
5. Sahabat-sahabat penulis; Yusmiyati,Yeni, Mila, Anggia, Khairuni, Fitria, Vivi, Ika, Husni, Isma, terimakasih atas persahabatan kita dengan canda dan tawa dan
terimakasih atas bantuannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
6. Rekan-rekan khususnya stambuk 2005 Jurusan Kimia Industri, Universitas Sumatera Utara.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat.
Medan, Juni 2008 Penulis
ABSTRAK
THE EFFECT OF DOSE FLOCULANT TO SPECIFIC GRAVITY THE SEDIMENT OF RAW SUGAR PURRIFICATION JUICE PROCESS IN
SUGAR MILL OF KWALA MADU
ABSTRACK
DAFTAR ISI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1.Pemurnian Nira Mentah 4
2.1.1.Pemurnian Cara Defekasi 4
2.1.2.Pemurnian Cara Sulfitasi 4
2.1.3. Pemurnian Cara Karbonatasi 5
2.2. Pengendapan dan Kelarutan Calsium Sulfit 5
2.3. Cara-cara Pengendapan Gula 7
2.3.1. Pengendapan Terputus 7
2.3.2. Pengendapan Kontinu 7
2.4. Jenis-jenis Bahan Pengendapan 10
2.5. Efek Dosis Flokulan Terhadap Berat Jenis 12
BAB 3 METODOLOGI 13
3.1. Alat-Alat 13
3.2. Bahan-bahan 13
BAB 4 DATA DAN HASIL PEMBAHASAN 14
4.1. Data 14
4.2. Perhitungan 14
4.3. Pembahasan 17
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 19
5.1. Kesimpulan 19
5.2. Saran 19
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Penentuan Berat Jenis Endapan 14
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4:1 Konsentrasi Flokulan vs BJ Pengendapan 18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gula sebagai sumber dari makanan pokok yang dibutuhkan oleh manusia
didalam kehidupan sehari-hari, karena gula merupakan salah satu golongan dari
karbohidrat yang sangat penting sebagai sumber energi, sehingga pemerintah
memberikan perhatian besar terhadap penyediaan gula.
Di dalam lingkungan pabrik cairan yang diperoleh dari tanaman yang
mengandung gula dikenal dengan nira. Bahan dasar yang digunakan untuk
menghasilkan nira di pabrik gula adalah tebu. Nira mentah diperoleh dari stasiun
gilingan masih mengandung air dan kotoran-kotoran gula. Kandungan nira mentah
adalah :
NO Bahan Kadar ( % )
1 Gula sukrosa 11 – 14
2 Gula mereduksi 0,5 – 2,0
3 Zat anorganik 0,5 – 2,5
4 Zat organik 0,15 – 0,2
5 Sabut 10,0 – 15,0
6 Zat warna 7,5 – 15,5
Di Pabrik Gula Kwala Madu proses pemurnian dilakukan dengan cara proses
pemurnian sulfitasi, yang kondisi lingkungan nira mentah harus di atur agar sukrosa
dan zat mereduksi tidak rusak dan dapat dipertahankan. Proses pemurnian sulfitasi
didasarkan pada penambahan Ca(OH)2 dan gas SO2 sehingga terjadi penetralan basa
yang berlebih oleh asam sehingga terbentuk endapan CaSO3. Penambahan flokulan akan mempercepat pengendapan, karena terjadi penyerapan endapan terhadap
partikel-partikel kecil dari sekitarnya ke permukaan endapan. Flokulan yang
sigunakan untuk mempercepat pengendapan nira kotor di Pabrik Gula Kwala Madu
adalah flokulan dengan jenis Kuriflok PA 331- SP. Dengan demikian kotoran yang
halus dan lembut dari nira akan turut mengendap. Ini disebabkan bertambahnya berat
jenis endapan.
1.2 Permasalahan
Flokulan digunakan sebagai pengendap. Seberapa banyak dosis flokulan yang
dibutuhkan untuk mengendapkan banyak kotoran, apakah semakin banyak dosisnya
semakin baik atau mungkin ada dosis tertentu yang maksimal mengendapkan kotoran
tersebut.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dosis flokulan Kuriflok PA 331 – SP yang tepat untuk
mengendapkan kotoran nira di tangki pengendapan serta sejauh mana dosis flokulan
1.4 Manfaat
Karya ilmiah ini diharapkan nantinya bermanfaat didalam menentukan dosis
flokulan yang tepat untuk mengendapkan kotoran semaksimal mungkin, supaya nira
encer yang diperoleh dari stasiun pemurnian benar-benar bebas dari kotoran atau
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemurnian nira mentah
Proses pemurnian ialah proses dimana nira diperlukan dengan susu kapur yang
digabungkan dengan panas, selanjutnya terjadi endapan dan nira jernih dapat
dipisahkan dengan cara pengendapan.dalam keadaan aslinya yang sederhana, nira
ditambahkan kapur, dipanasi kemudian diendapkan. Tujuan utama dengan perlakuan
ini adalah dapat diperoleh hasil nira yang jernih. Pemurnian nira mentah yang dikenal
di pabrik gula ada beberapa cara yang masih dilakukan di Indonesia yaitu:
1. Pemurnian cara defekasi
2. Pemurnian cara sulfitasi
3. Pemurnian cara karbonatasi
2.1.1 Pemurnian cara defekasi
Merupakan cara tertua dan juga paling sederhana. Dalam proses ini digunakan
bahan pembersih utama berupa kapur. Kapur diberikan kepada nira dalam bentuk
hidroksida.Dengan bentuk hidroksida akan menyebabkan beratnya lebih besar ,tetapi
mendapatkan kemurnian yang lebih tinggi. Gula yang dihasilkan dari proses
2.1.2 P emurnian cara sulfitasi
Pemurnian nira tebu dengan cara proses sulfitasi dilakukan dengan bahan
pembantu susu akpur dan sulfur dioxide. Pada proses ini diberikan susu kapur yang
berlebihan dibanding dengan kadar asamnya, kelebihan susu kapur dinetralkan dengan
sulfur dioxide. Gula yang dihasilkan dari proses penjernihan cara sulfitasi adalah gula
putih atau SHS (superieure Hoofd Suiker).
2.1.3 Pemurnian cara karbonatasi
Bahan pembersih yang digunakan dalam cara ini adalah kapur dan gas CO2.
Cara karbonatasi menggunakan kapur yang jauh lebih banyak. Endapan yang
terbentuk dari proses ini (CaCO3) akan menyerap pula bahan-bahan yang bukan gula
lainnya. Gula yang dihasilkan dari cara karbonatasi adalah gula putih atau SHS I.
2.2 Pengendapan Dan Kelarutan Calsium Sulfit
Di sulfitator garam yang larut mulai diendapkan jika larut lewat jenuh atau
perkalian konsentrasi- konsentrasi ion melewati hasil kelarutan, karena didalam nira
terkapur ini Ca (OH)2 di disosiasi penuh menjadi ion-ion Ca2+ dan ion-ion OH. Bila gas SO2 dihembuskan pada cairan akan terbentuk H2SO3. pH mula-mula dari larutan tinggi menyebabkan ion H+ dan ion-ion SO32-, maka hasil (Ca2+). (SO32-) sangat cepat melampaui hasil kelarutan dari CaSO3 dan pengendapan dari garam ini cepat terjadi, sementara itu ion-ion OH-dari Ca(OH)2, bersama ion-ion H+ dari H2SO3 yang terurai membentuk molekul-molekul air yang tak terurai, menyebabkan pengurangan
dicapai konsentrasi minimum dari ion Ca2+ dalam larutan. Reaksi tersebut dapat
Konsentrasi ion-ion yang bersangkutan dalam kesetimbangan ini adalah sangat
kecil, tapi pada saat yang sama ion-ion tersebut mematahkan kesetimbangan, karena
sejumlah besar dari reagen dirubah dalam waktu yang sangat singkat menjadi endapan
CaSO3.
Ca(OH)2+H2SO3 CaSO3 + 2H2O …… ( 6 )
Bila kita menghembuskan gas SO2 dengan kontinu melalui larutan setelah netralisasi yang sempurna tercapai, pH selanjutnya pindah pada daerah yang asam. Sekarang
ion-ion HSO3- berlebih dan konsentrasi SO32- berkurang. Untuk dapat mempertahankan konsentrasi ion-ion SO32- sesuai dengan hasil kelarutan CaSO3 hanya dapat terjadi dengan melarutkan endapan CaSO3.
Jika dalam hal ini asam sulfit dilarutkan dengan air kapur, pH mula-mula
adalah pH2. Larutan mengandung molekul-molekul H2SO3 yang tak terurai dan ion
kapur lanjut dan kenaikan pH menyebabkan terjadinya ion SO32- didalam larutan ion-ion Ca sesuai dengan hasil kelarutan CaSO3 = (Ca2+) . (SO32-), bila hasil kelarutan ini dilampaui pengendapan CaSO3. Pengendapan sempurna dapat terjadi bila konsentrasi SO32- menjadi begitu kecil sehingga hasil kelarutan tidak dapat dilampaui.
2.3 Cara- cara Pengendapan Gula
Pengendapan dapat dilaksanakan secara terputus maupun secara
terus-menerus. Pengendapan terputus sudah banyak ditinggalkan, salah satu alasannya
adalah karena alat terputus memerlukan tenaga lebih banyak, banyak panas yang
hilang harus dikembalikan lagi dalam penguapan. Selanjutnya densitas endapan
rendah, yang memerlukan pengendapan ulangan. Meskipun pengendapan sudah
diulangi tetapi masih kalah padat dengan kotoran yang dihasilkan dari pengendapan
kontinu yang dirancang dengan baik.
2.3.1 Pengendapan terputus
Ada berbagai ukuran serta bentuk pengendap terputus. Kebanyakan terdiri dari
bejana yang dangkal. Pengeluaran endapan dapat dilakukan dengan menggunakan
suatu pipa pengeluaran yang diatur oleh pengapung, ataupun dengan menggunakan
kran yang diletakkan di berbagai tempat pada sisi bejana. Setiap pembukaan kran nira
dialirkan kembali, karena nira yang mula-mula keluar masih kotor. Cara
menggunakan pengapung ternyata lebih praktis karena nira bersih dapat dikeluarkan
terus sampai dicapai nira kotor. Waktu pengendapan nira tergantung pada kecepatan
2.3.2 Pengendapan kontinu
Dengan ditemukannya alat pengendap terus menerus (kontinu) maka mulailah
alat-alat lama diganti dengan peralatan yang baru. Beberapa type pengendap kontinu
yang terdapat di pabrik-pabrik gula di Indonesia antara lain adalah:
1.Pengendapan Dorr
2.Pengendapan Halmagis
3. Pengendapan S.R.I
Pengendapan dorr merupakan suatu bejana pengendap tertutup menjadi beberapa
kompartemen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada alat ini adalah :
a. Pengenceran
Suatu hal yang pokok mempengaruhi pengendapan adalah selisih densitas
antara endapan- partikel dengan larutannya, area dan bentuk endapan juga memegang
peranan penting seperti viskositas larutan. Di Clewiston, Florida telah dilakukan
percobaan mengenai hubungan antara waktu pengendapan dengan pengenceran nira
hasil sebagai berikut :
1. Nira campur ( nira mentah ) 78 menit
2. Nira mentah +10% air 38 menit
3. Nira mentah +20% air 28 menit
Hal diatas disebabkan naiknya perbedaan densitas serta menurunnya
viskositas,
ini berdasarkan brix, misalnya brix 16% diperkirakan akan menyebabkan kebutuhan
luas pengendap sebesar 2% untuk setiap kenaikan satu brix diatas 16 brix, dengan kata
b. Kecepatan Pengendapan
Kecepatan pengendapan untuk rata-rata nira menurut Landherr (type lama)
adalah 6-12 m / jam , sedang menurut Hugot kotoran mencapai dekat dasar, dimana
kecepatan pengendapan akan segera turun dan akhirnya berhenti.
c. Penjernihan atau Mengendap ( Clarifier Or Subsider)
Pengendapan kontinu merupakan suatu bejana dimana nira masuk untuk
diendapkan secara terus-menerus dengan umpan dan harus dapat mengurangi
kecepatan arus dan sirkulasi nira sedemikian sehingga tidak menghalangi terjadinya
pengendapan. Nira jernih umumnya diambil dari bagian atas dengan jumlah yang
tetap akan terus menerus pada nira kotor.
d. Ruang Flokulasi
Nira yang akan dibersihkan dimasukkan tangensial dari bagian atas alat ke
dalam ruang penggumpal (Floculation chamber) berfungsi sebagai ruang pengatur
pH. Nira kotor yang mengendap dari kompartemen atas akan turun melewati saluran
pipa masuk ke dalam kompartemen bawah dan dikumpulkan dalam suatu kolong yang
memiliki diameter sama dengan saluran penghubung kompartemen tadi, dan memiliki
dasar berbentuk lurus, dari tempat inilah nira kotor dikeluarkan dengan menggunakan
pompa diafragma.
Nira jernihnya dikeluarkan lewat bagian atas dari masing-masing
kompartemen dengan menggunakan pipa yang mengalirkan nira dari sudut teratas
kompartemen dan dialirkan ke dalam kotak nira dengan cara luapan, pada ujung
terdapat pipa yang dapat diatur kedudukannya sehingga tinggi permukaan dapat diatur
2.4 Jenis-jenis Bahan Pengendapan
Bahan pembantu pengendapan adalah suatu zat yang diberikan kepada nira,
biasanya selama nira dipanasi dan diberi kapur dengan maksud terjadi sesuatu yang
nantinya dapat mempengaruhi hasilnya. Antara lain :
a. Phospat
Phospat diperlukan karena endapan yang terbentuk dalam nira akan
mengadsorpsi serta menyelubungi ( membawa) kotoran yang ada. Kadar phospat
normal dari berbagai penyelidikan sebesar 300 mg P2O5/liter. Bentuk dari phospat
yang diberikan berpengaruh karena dapat menghasilkan endapan dalam volume yang
besar.
b. Lempung
Lempung telah dikenal untuk membantu pengendapan dalam pabrik defekasi.
Yaitu dengan cara menambahkan 0,1 brix bentonit, kemudian dipanasi sampai 880 C diikuti dengan pengendapan atau pemutaran. Nira bersih yang dihasilkan dapat
menggunakan karbon, arang, atau bahan-bahan kimia penghilang warna maupun
dibawa langsung ke penguapan.
c. Bauksit
La Lande telah membuat patent untuk proses memanasi bauksit sampai 316-
4820 C kemudian dilakukan kontak denga larutan gula yang menghasilkan pembersihan yang lebih baik dengan arang tulang dalam hal kenaikan polarisasi, dan
penurunan kadar abu serta gula invert.
d. Aluminat
Sebagai alat penggumpal, digunakan sebanyak 0,2-0,6 lbs / 1000 gallons ( 0,09-0,27
Kg / 1000 liter ) sesudah nira diberi kapur serta dipanasi. Nira kotor naik sampai
15-20%.
e. Oksida Magnesium
Magnesium oksida yang khusus dibuat dengan nama Elguanit, sesuai dengan
yang menyarankan ialah J.J Naugie. Elguanit melayang pada air serta larutan serta
larutan gula yang cukup encer , memberikan pH 11,3-12,4. Dalam penggunaanya pada
nira tebu diberikan kepada nira yang sudah dipanasi sampai 70-900 C. Niranya disaring dan dibersihkan dari asam phospat pH 5,0-7,3, dipanaskan sampai 80-900 C kemudian disaring.
f. Bahan-bahan Yang Lain
Fleshman mendapatkan pengaruh CaCL2 yang dapat melakukan pembersihan
pada nira tetapi menyebabkan menurunnya kemurnian nira.
Bomnti mengajukan patent penggunaan aluminium oxyclorida (Al2O3,
Al2O2Cl2) sebagai bahan pembantu kedua. Ini diberikan sejumlah 0,05 – 0,10% yang sudah masuk penguapan yang sudah disaring.
Fuertado mengajukan patent suatu campuran yang disebut Nicksilfor terdiri
dari Baceeda glucosida serta zat kimia seperti asam phospor. Ini ditambahkan kepada
nira lalu dipanaskan kemudian ditambah kapur sampai bereaksi.
Megatal adalah suatu campuran koloid bermuatan elektropositif yang
digunakan Hugot untuk mempercepat pengendapan. Boyd menggunakan semacam
resin (polimer) yang merupakan deretan dari cathecol-tanin yang diperlakukan dengan
asam sulfit kemudian formaldehida.
Nelson menggunakan lignin, ditambahkan kepada nira dingin yang kemudian
berwarna lebih ringan. Sebagai bahan pengendap, lignin merupakan suspensi dalam
alkali encer atau dispersinya dari ikatannya kompleks dengan Ca, Mg atau Al. Jumlah
yang digunakan sebanyak 0,25-1,0 lbs / 2000 lbs nira (0,425-0,5 Kg / 1000 Kg nira).
2.5 Efek Dosis Flokulan Terhadap Berat Jenis
Kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh berat jenis partikel, berat jenis
cairan,
gravitasi, konstanta dan viskositas. Pengaruh ini dinyatakan oleh Stokes
V = ... ( 7 ) K.
d2
(
1 – 2) gDimana V : kecepatan pengendapan
: Berat jenis partikel
: Berat jenis cairan
K : Konstanta
: Viskositas
Untuk mempercepat pengendapan kotoran maka ditambahkan flokulan dengan
dosis yang tepat, sebab dengan dosis yang terlalu banyak tidak ada pengaruhnya bila
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Alat – alat
1. Gelas ukur 100 mL dan 1000 mL
2. Beaker gelas 1000 mL
3. Pipet volume
4. Bola Penghisap
5. Neraca analitik
3.2 Bahan-bahan
1. Nira mentah dari pemanas kedua
2. Flokulan Kuriflok PA331-SP
3.3 Prosedur
Sebanyak 8 gelas ukur 1000 mL disediakan yang masing-masing ditambahkan
untuk gelas ukur pertama 1 mL flokulan 1 ppm, gelas ukur kedua 1,5 mL flokulan 1,5
ppm, gelas ukur ketiga 2 mL flokulan 2 ppm, gelas ukur keempat 2,5 mL flokulan 2,5
ppm, gelas ukur kelima 3 mL flokulan 3 ppm, gelas ukur keenam 3,5 mL flokulan 3,5
ppm, gelas ukur ke tujuh 4 mL flokulan 4 ppm dan gelas ukur kedelapan 4,5 mL
flokulan 4,5 ppm. Nira mentah dimasukkan kemasing-masing gelas ukur sampai tanda
1000 mL, diaduk dengan cepat dan didiamkan selama 40 menit, larutan nira jernih
dibuang dan endapan diambil sebanyak 50 mL. endapan dimasukkan ke dalam gelas
BAB 4
DATA DAN HASIL PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
Bj endapan kotoran diperoleh dari berat endapan dibagi volume endapan.
Dimana jumlah volume dan konsentrasi flokulan sangat berpengaruh terhadap berat
endapan dan volume endapan untuk menghasilkan Bj endapan.
Sehingga dapat diperoleh data Penentuan Berat Jenis Endapan sebagai berikut:
Tabel 3.1 : Penentuan berat jenis endapan
V5 = 320.2 cm/det = 3.202 m/det
(9.5)2. (1.249 – 1.185). 9.8 x 102 V =
18 . 1.12
V6 = 280.8 cm/det = 2.808 m/det
(9.5)2. (1.237 – 1.185). 9.8 x 102 V =
18 . 1.12
V7 = 228.13 cm/det = 2.281 m/det
(9.5)2. (1.228 – 1.185). 9.8 x 102 V =
18 . 1.12
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Kecepatan Pengendapan
Untuk mempercepat pengendapan nira kotor perlu ditambahkan flokulan
Kuriflok PA 331- SP dengan dosis yang tepat yaitu 2 ppm, sebab dengan dosis yang
terlalu banyak tidak akan berpengaruh bila sudah tercapai titik jenuh pengendapan.
Berdasarkan perhitungan kecepatan pengendapan dari Tabel Penentuan Berat Jenis
Endapan dapat dilihat bahwa pada dosis flokulan 1 ppm Bj 1,234, pada dosis flokulan
1,5 ppm Bj 1,244, pada dosis flokulan 2 ppm Bj 1,476, pada dosis flokulan 2,5 ppm Bj
1,269, pada dosis flokulan 3 ppm Bj 1,258, pada dosis flokulan 3,5 ppm Bj 1,249,
pada dosis 4 ppm Bj 1,237, dan pada dosis 4,5 ppm Bj 1,228. Jadi dosis flokulan yang
paling besar nilai Bj endapan kotoran adalah pada dosis flokulan 2 ppm. Dari hasil
perhitungan diketahui bahwa pada dosis flokulan 2 ppm kecepatan pengendapannya
paling besar, karena pengendapan kotoran pada nira sudah mencapai titik jenuhnya.
Berarti pada dosis flokulan 2 ppm yang paling sesuai untuk mendapatkan kotoran nira
ditangki pengendapan.
Pengaruh dosis flokulan terhadap Bj endapan kotoran serta kecepatan pengendapan
Grafik 3:1 Konsentrasi Flokulan VS BJ Pengendapan
Grafik 3:2 Konsentrasi Flokulan vs Kecepatan Pengendapan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa dosis
flokulan 2 ppm yang paling besar Bj endapan kotorannya, karena pada dosis inilah
kecepatan pengendapannya paling maksimal. Pada kondisi ini pemurnian nira dapat
dilakukan dengan sempurna.
5.2 Saran
Dosis flokulan Kuriflok PA – 331 SP yang tepat untuk diberikan di pabrik gula
pada proses pemurnian ditangki pengendapan sebaiknya di berikan pada dosis 2 ppm,
sebab pada dosis inilah kotoran nira banyak mengendap. Serta perlu dicoba dosis
flokulan jenis lainnya untuk membandingkan jenis flokulan mana yang paling cepat
DAFTAR PUSTAKA
Honig. P, Principles of Sugar Technologi, Vol 1, Elsiver, 1986
Hugot. E, Hand Book of Cane Sugar Engineering, Elseiver, 1972
Http://id.wikipedia.org/wiki/Biofuel, diakses pada tanggal 10 Mei 2008
Iwan, A.S, Pembudidayaan Tebu, PT Penebar Swadaya, Jakarta, 1992
John Wiley, Cane Sugar Hand Book, Elsiver, 1989
Soejardi, Dasar-dasar Teknologi Gula ( Teknologi Pemurnian Cara Defekasi), LPP
Yogyakarta, 1979
Soejardi, Dasar-dasar Teknologi Gula ( Teknologi Pemurnian Cara Sulfitasi ), LPP
Yogyakarta, 1981
Soejardi, Pabrikasi Gula Untuk Masinis III Pabrik Gula, LPP Yogyakarta, 1981
Soejardi, Ilmu Teknologi Gula, LPP Yogyakarta, 1983