• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dosis Flokulan Terhadap Berat Jenis Endapan Pada Proses Pemurnian Nira Mentah Di Pabrik Gula Kwala Madu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dosis Flokulan Terhadap Berat Jenis Endapan Pada Proses Pemurnian Nira Mentah Di Pabrik Gula Kwala Madu"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOSIS FLOKULAN TERHADAP BERAT JENIS

ENDAPAN PADA PROSES PEMURNIAN NIRA MENTAH DI

PABRIK GULA KWALA MADU

KARYA ILMIAH

NORA ANGGREINI

052409068

PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH DOSIS FLOKULAN TERHADAP BERAT JENIS ENDAPAN PADA PROSES PEMURNIAN NIRA MENTAH DI PABRIK GULA KWALA

MADU

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

NORA ANGGREINI 052409068

PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul :PENGARUH DOSIS FLOKULAN TERHADAP BERAT JENIS ENDAPAN PADA PROSES PEMURNIAN NIRA MENTAH DI PABRIK GULA KWALA MADU

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : NORA ANGGREINI

Nomor Induk Mahasiswa : 052409068

Program Studi : DIPLOMA 3 (D-3) KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH DOSIS FLOKULAN TERHADAP BERAT JENIS ENDAPAN PADA PROSES PEMURNIAN NIRA MENTAH DI PABRIK GULA KWALA

MADU

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(5)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa mengucapkan salam kepada Rasullullah Muhammad SAW dan para keluarga sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah sederhana ini untuk memenuhi syarat kurikulum pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, jurusan Kimia Industri, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis membahas tentang “ Pengaruh Dosis Flokulan Terhadap Berat Jenis Endapan Pada Proses Pemurnian Nira Mentah di Pabrik Gula Kwala Madu “.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dan teristimewa sekali kepada kedua orangtua tersayang Ayahanda Roddani Hasibuan.BA dan Ibunda Syafrida Iriani Sitompul yang telah membesarkan, merawat, mendidik serta memberi dorongan dan pengorbanan baik material maupun moril kepada penulis sampai sekarang. Kakanda Fery Kurniawan, Ismail Saleh dan Adinda Ahmad Surya Hatorangan atas bantuan, dorongan dan doanya kepada penulis. Serta tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Chairuddin, MSc, selaku Dosen Pembimbing penulis yang bayak memberi arahan dan bimbingan dalam penulisan Karya Ilmiah.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, sebagai Ketua Jurusan Kimia FMIPA USU. 3. Bapak Dr. Harry Agusnar, M.Sc.,M.Phil, sebagai ketua Program Studi D3 Kimia Industri FMIPA USU.

4. Bapak Tolap Purba, BA, selaku pembimbing lapangan yang telah menerima penulis dan memberi bimbingan penulis dalam pelaksanaaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) untuk memperoleh data.

5. Sahabat-sahabat penulis; Yusmiyati,Yeni, Mila, Anggia, Khairuni, Fitria, Vivi, Ika, Husni, Isma, terimakasih atas persahabatan kita dengan canda dan tawa dan

terimakasih atas bantuannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

6. Rekan-rekan khususnya stambuk 2005 Jurusan Kimia Industri, Universitas Sumatera Utara.

(6)

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat.

Medan, Juni 2008 Penulis

(7)

ABSTRAK

(8)

THE EFFECT OF DOSE FLOCULANT TO SPECIFIC GRAVITY THE SEDIMENT OF RAW SUGAR PURRIFICATION JUICE PROCESS IN

SUGAR MILL OF KWALA MADU

ABSTRACK

(9)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1.Pemurnian Nira Mentah 4

2.1.1.Pemurnian Cara Defekasi 4

2.1.2.Pemurnian Cara Sulfitasi 4

2.1.3. Pemurnian Cara Karbonatasi 5

2.2. Pengendapan dan Kelarutan Calsium Sulfit 5

2.3. Cara-cara Pengendapan Gula 7

2.3.1. Pengendapan Terputus 7

2.3.2. Pengendapan Kontinu 7

2.4. Jenis-jenis Bahan Pengendapan 10

2.5. Efek Dosis Flokulan Terhadap Berat Jenis 12

BAB 3 METODOLOGI 13

3.1. Alat-Alat 13

3.2. Bahan-bahan 13

(10)

BAB 4 DATA DAN HASIL PEMBAHASAN 14

4.1. Data 14

4.2. Perhitungan 14

4.3. Pembahasan 17

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 19

5.1. Kesimpulan 19

5.2. Saran 19

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Penentuan Berat Jenis Endapan 14

(12)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4:1 Konsentrasi Flokulan vs BJ Pengendapan 18

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gula sebagai sumber dari makanan pokok yang dibutuhkan oleh manusia

didalam kehidupan sehari-hari, karena gula merupakan salah satu golongan dari

karbohidrat yang sangat penting sebagai sumber energi, sehingga pemerintah

memberikan perhatian besar terhadap penyediaan gula.

Di dalam lingkungan pabrik cairan yang diperoleh dari tanaman yang

mengandung gula dikenal dengan nira. Bahan dasar yang digunakan untuk

menghasilkan nira di pabrik gula adalah tebu. Nira mentah diperoleh dari stasiun

gilingan masih mengandung air dan kotoran-kotoran gula. Kandungan nira mentah

adalah :

NO Bahan Kadar ( % )

1 Gula sukrosa 11 – 14

2 Gula mereduksi 0,5 – 2,0

3 Zat anorganik 0,5 – 2,5

4 Zat organik 0,15 – 0,2

5 Sabut 10,0 – 15,0

6 Zat warna 7,5 – 15,5

(14)

Di Pabrik Gula Kwala Madu proses pemurnian dilakukan dengan cara proses

pemurnian sulfitasi, yang kondisi lingkungan nira mentah harus di atur agar sukrosa

dan zat mereduksi tidak rusak dan dapat dipertahankan. Proses pemurnian sulfitasi

didasarkan pada penambahan Ca(OH)2 dan gas SO2 sehingga terjadi penetralan basa

yang berlebih oleh asam sehingga terbentuk endapan CaSO3. Penambahan flokulan akan mempercepat pengendapan, karena terjadi penyerapan endapan terhadap

partikel-partikel kecil dari sekitarnya ke permukaan endapan. Flokulan yang

sigunakan untuk mempercepat pengendapan nira kotor di Pabrik Gula Kwala Madu

adalah flokulan dengan jenis Kuriflok PA 331- SP. Dengan demikian kotoran yang

halus dan lembut dari nira akan turut mengendap. Ini disebabkan bertambahnya berat

jenis endapan.

1.2 Permasalahan

Flokulan digunakan sebagai pengendap. Seberapa banyak dosis flokulan yang

dibutuhkan untuk mengendapkan banyak kotoran, apakah semakin banyak dosisnya

semakin baik atau mungkin ada dosis tertentu yang maksimal mengendapkan kotoran

tersebut.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui dosis flokulan Kuriflok PA 331 – SP yang tepat untuk

mengendapkan kotoran nira di tangki pengendapan serta sejauh mana dosis flokulan

(15)

1.4 Manfaat

Karya ilmiah ini diharapkan nantinya bermanfaat didalam menentukan dosis

flokulan yang tepat untuk mengendapkan kotoran semaksimal mungkin, supaya nira

encer yang diperoleh dari stasiun pemurnian benar-benar bebas dari kotoran atau

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemurnian nira mentah

Proses pemurnian ialah proses dimana nira diperlukan dengan susu kapur yang

digabungkan dengan panas, selanjutnya terjadi endapan dan nira jernih dapat

dipisahkan dengan cara pengendapan.dalam keadaan aslinya yang sederhana, nira

ditambahkan kapur, dipanasi kemudian diendapkan. Tujuan utama dengan perlakuan

ini adalah dapat diperoleh hasil nira yang jernih. Pemurnian nira mentah yang dikenal

di pabrik gula ada beberapa cara yang masih dilakukan di Indonesia yaitu:

1. Pemurnian cara defekasi

2. Pemurnian cara sulfitasi

3. Pemurnian cara karbonatasi

2.1.1 Pemurnian cara defekasi

Merupakan cara tertua dan juga paling sederhana. Dalam proses ini digunakan

bahan pembersih utama berupa kapur. Kapur diberikan kepada nira dalam bentuk

hidroksida.Dengan bentuk hidroksida akan menyebabkan beratnya lebih besar ,tetapi

mendapatkan kemurnian yang lebih tinggi. Gula yang dihasilkan dari proses

(17)

2.1.2 P emurnian cara sulfitasi

Pemurnian nira tebu dengan cara proses sulfitasi dilakukan dengan bahan

pembantu susu akpur dan sulfur dioxide. Pada proses ini diberikan susu kapur yang

berlebihan dibanding dengan kadar asamnya, kelebihan susu kapur dinetralkan dengan

sulfur dioxide. Gula yang dihasilkan dari proses penjernihan cara sulfitasi adalah gula

putih atau SHS (superieure Hoofd Suiker).

2.1.3 Pemurnian cara karbonatasi

Bahan pembersih yang digunakan dalam cara ini adalah kapur dan gas CO2.

Cara karbonatasi menggunakan kapur yang jauh lebih banyak. Endapan yang

terbentuk dari proses ini (CaCO3) akan menyerap pula bahan-bahan yang bukan gula

lainnya. Gula yang dihasilkan dari cara karbonatasi adalah gula putih atau SHS I.

2.2 Pengendapan Dan Kelarutan Calsium Sulfit

Di sulfitator garam yang larut mulai diendapkan jika larut lewat jenuh atau

perkalian konsentrasi- konsentrasi ion melewati hasil kelarutan, karena didalam nira

terkapur ini Ca (OH)2 di disosiasi penuh menjadi ion-ion Ca2+ dan ion-ion OH. Bila gas SO2 dihembuskan pada cairan akan terbentuk H2SO3. pH mula-mula dari larutan tinggi menyebabkan ion H+ dan ion-ion SO32-, maka hasil (Ca2+). (SO32-) sangat cepat melampaui hasil kelarutan dari CaSO3 dan pengendapan dari garam ini cepat terjadi, sementara itu ion-ion OH-dari Ca(OH)2, bersama ion-ion H+ dari H2SO3 yang terurai membentuk molekul-molekul air yang tak terurai, menyebabkan pengurangan

(18)

dicapai konsentrasi minimum dari ion Ca2+ dalam larutan. Reaksi tersebut dapat

Konsentrasi ion-ion yang bersangkutan dalam kesetimbangan ini adalah sangat

kecil, tapi pada saat yang sama ion-ion tersebut mematahkan kesetimbangan, karena

sejumlah besar dari reagen dirubah dalam waktu yang sangat singkat menjadi endapan

CaSO3.

Ca(OH)2+H2SO3 CaSO3 + 2H2O …… ( 6 )

Bila kita menghembuskan gas SO2 dengan kontinu melalui larutan setelah netralisasi yang sempurna tercapai, pH selanjutnya pindah pada daerah yang asam. Sekarang

ion-ion HSO3- berlebih dan konsentrasi SO32- berkurang. Untuk dapat mempertahankan konsentrasi ion-ion SO32- sesuai dengan hasil kelarutan CaSO3 hanya dapat terjadi dengan melarutkan endapan CaSO3.

Jika dalam hal ini asam sulfit dilarutkan dengan air kapur, pH mula-mula

adalah pH2. Larutan mengandung molekul-molekul H2SO3 yang tak terurai dan ion

(19)

kapur lanjut dan kenaikan pH menyebabkan terjadinya ion SO32- didalam larutan ion-ion Ca sesuai dengan hasil kelarutan CaSO3 = (Ca2+) . (SO32-), bila hasil kelarutan ini dilampaui pengendapan CaSO3. Pengendapan sempurna dapat terjadi bila konsentrasi SO32- menjadi begitu kecil sehingga hasil kelarutan tidak dapat dilampaui.

2.3 Cara- cara Pengendapan Gula

Pengendapan dapat dilaksanakan secara terputus maupun secara

terus-menerus. Pengendapan terputus sudah banyak ditinggalkan, salah satu alasannya

adalah karena alat terputus memerlukan tenaga lebih banyak, banyak panas yang

hilang harus dikembalikan lagi dalam penguapan. Selanjutnya densitas endapan

rendah, yang memerlukan pengendapan ulangan. Meskipun pengendapan sudah

diulangi tetapi masih kalah padat dengan kotoran yang dihasilkan dari pengendapan

kontinu yang dirancang dengan baik.

2.3.1 Pengendapan terputus

Ada berbagai ukuran serta bentuk pengendap terputus. Kebanyakan terdiri dari

bejana yang dangkal. Pengeluaran endapan dapat dilakukan dengan menggunakan

suatu pipa pengeluaran yang diatur oleh pengapung, ataupun dengan menggunakan

kran yang diletakkan di berbagai tempat pada sisi bejana. Setiap pembukaan kran nira

dialirkan kembali, karena nira yang mula-mula keluar masih kotor. Cara

menggunakan pengapung ternyata lebih praktis karena nira bersih dapat dikeluarkan

terus sampai dicapai nira kotor. Waktu pengendapan nira tergantung pada kecepatan

(20)

2.3.2 Pengendapan kontinu

Dengan ditemukannya alat pengendap terus menerus (kontinu) maka mulailah

alat-alat lama diganti dengan peralatan yang baru. Beberapa type pengendap kontinu

yang terdapat di pabrik-pabrik gula di Indonesia antara lain adalah:

1.Pengendapan Dorr

2.Pengendapan Halmagis

3. Pengendapan S.R.I

Pengendapan dorr merupakan suatu bejana pengendap tertutup menjadi beberapa

kompartemen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada alat ini adalah :

a. Pengenceran

Suatu hal yang pokok mempengaruhi pengendapan adalah selisih densitas

antara endapan- partikel dengan larutannya, area dan bentuk endapan juga memegang

peranan penting seperti viskositas larutan. Di Clewiston, Florida telah dilakukan

percobaan mengenai hubungan antara waktu pengendapan dengan pengenceran nira

hasil sebagai berikut :

1. Nira campur ( nira mentah ) 78 menit

2. Nira mentah +10% air 38 menit

3. Nira mentah +20% air 28 menit

Hal diatas disebabkan naiknya perbedaan densitas serta menurunnya

viskositas,

ini berdasarkan brix, misalnya brix 16% diperkirakan akan menyebabkan kebutuhan

luas pengendap sebesar 2% untuk setiap kenaikan satu brix diatas 16 brix, dengan kata

(21)

b. Kecepatan Pengendapan

Kecepatan pengendapan untuk rata-rata nira menurut Landherr (type lama)

adalah 6-12 m / jam , sedang menurut Hugot kotoran mencapai dekat dasar, dimana

kecepatan pengendapan akan segera turun dan akhirnya berhenti.

c. Penjernihan atau Mengendap ( Clarifier Or Subsider)

Pengendapan kontinu merupakan suatu bejana dimana nira masuk untuk

diendapkan secara terus-menerus dengan umpan dan harus dapat mengurangi

kecepatan arus dan sirkulasi nira sedemikian sehingga tidak menghalangi terjadinya

pengendapan. Nira jernih umumnya diambil dari bagian atas dengan jumlah yang

tetap akan terus menerus pada nira kotor.

d. Ruang Flokulasi

Nira yang akan dibersihkan dimasukkan tangensial dari bagian atas alat ke

dalam ruang penggumpal (Floculation chamber) berfungsi sebagai ruang pengatur

pH. Nira kotor yang mengendap dari kompartemen atas akan turun melewati saluran

pipa masuk ke dalam kompartemen bawah dan dikumpulkan dalam suatu kolong yang

memiliki diameter sama dengan saluran penghubung kompartemen tadi, dan memiliki

dasar berbentuk lurus, dari tempat inilah nira kotor dikeluarkan dengan menggunakan

pompa diafragma.

Nira jernihnya dikeluarkan lewat bagian atas dari masing-masing

kompartemen dengan menggunakan pipa yang mengalirkan nira dari sudut teratas

kompartemen dan dialirkan ke dalam kotak nira dengan cara luapan, pada ujung

terdapat pipa yang dapat diatur kedudukannya sehingga tinggi permukaan dapat diatur

(22)

2.4 Jenis-jenis Bahan Pengendapan

Bahan pembantu pengendapan adalah suatu zat yang diberikan kepada nira,

biasanya selama nira dipanasi dan diberi kapur dengan maksud terjadi sesuatu yang

nantinya dapat mempengaruhi hasilnya. Antara lain :

a. Phospat

Phospat diperlukan karena endapan yang terbentuk dalam nira akan

mengadsorpsi serta menyelubungi ( membawa) kotoran yang ada. Kadar phospat

normal dari berbagai penyelidikan sebesar 300 mg P2O5/liter. Bentuk dari phospat

yang diberikan berpengaruh karena dapat menghasilkan endapan dalam volume yang

besar.

b. Lempung

Lempung telah dikenal untuk membantu pengendapan dalam pabrik defekasi.

Yaitu dengan cara menambahkan 0,1 brix bentonit, kemudian dipanasi sampai 880 C diikuti dengan pengendapan atau pemutaran. Nira bersih yang dihasilkan dapat

menggunakan karbon, arang, atau bahan-bahan kimia penghilang warna maupun

dibawa langsung ke penguapan.

c. Bauksit

La Lande telah membuat patent untuk proses memanasi bauksit sampai 316-

4820 C kemudian dilakukan kontak denga larutan gula yang menghasilkan pembersihan yang lebih baik dengan arang tulang dalam hal kenaikan polarisasi, dan

penurunan kadar abu serta gula invert.

d. Aluminat

(23)

Sebagai alat penggumpal, digunakan sebanyak 0,2-0,6 lbs / 1000 gallons ( 0,09-0,27

Kg / 1000 liter ) sesudah nira diberi kapur serta dipanasi. Nira kotor naik sampai

15-20%.

e. Oksida Magnesium

Magnesium oksida yang khusus dibuat dengan nama Elguanit, sesuai dengan

yang menyarankan ialah J.J Naugie. Elguanit melayang pada air serta larutan serta

larutan gula yang cukup encer , memberikan pH 11,3-12,4. Dalam penggunaanya pada

nira tebu diberikan kepada nira yang sudah dipanasi sampai 70-900 C. Niranya disaring dan dibersihkan dari asam phospat pH 5,0-7,3, dipanaskan sampai 80-900 C kemudian disaring.

f. Bahan-bahan Yang Lain

Fleshman mendapatkan pengaruh CaCL2 yang dapat melakukan pembersihan

pada nira tetapi menyebabkan menurunnya kemurnian nira.

Bomnti mengajukan patent penggunaan aluminium oxyclorida (Al2O3,

Al2O2Cl2) sebagai bahan pembantu kedua. Ini diberikan sejumlah 0,05 – 0,10% yang sudah masuk penguapan yang sudah disaring.

Fuertado mengajukan patent suatu campuran yang disebut Nicksilfor terdiri

dari Baceeda glucosida serta zat kimia seperti asam phospor. Ini ditambahkan kepada

nira lalu dipanaskan kemudian ditambah kapur sampai bereaksi.

Megatal adalah suatu campuran koloid bermuatan elektropositif yang

digunakan Hugot untuk mempercepat pengendapan. Boyd menggunakan semacam

resin (polimer) yang merupakan deretan dari cathecol-tanin yang diperlakukan dengan

asam sulfit kemudian formaldehida.

Nelson menggunakan lignin, ditambahkan kepada nira dingin yang kemudian

(24)

berwarna lebih ringan. Sebagai bahan pengendap, lignin merupakan suspensi dalam

alkali encer atau dispersinya dari ikatannya kompleks dengan Ca, Mg atau Al. Jumlah

yang digunakan sebanyak 0,25-1,0 lbs / 2000 lbs nira (0,425-0,5 Kg / 1000 Kg nira).

2.5 Efek Dosis Flokulan Terhadap Berat Jenis

Kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh berat jenis partikel, berat jenis

cairan,

gravitasi, konstanta dan viskositas. Pengaruh ini dinyatakan oleh Stokes

V = ... ( 7 ) K.

d2

(

1 2) g

Dimana V : kecepatan pengendapan

: Berat jenis partikel

: Berat jenis cairan

K : Konstanta

: Viskositas

Untuk mempercepat pengendapan kotoran maka ditambahkan flokulan dengan

dosis yang tepat, sebab dengan dosis yang terlalu banyak tidak ada pengaruhnya bila

(25)

BAB 3

METODOLOGI

3.1. Alat – alat

1. Gelas ukur 100 mL dan 1000 mL

2. Beaker gelas 1000 mL

3. Pipet volume

4. Bola Penghisap

5. Neraca analitik

3.2 Bahan-bahan

1. Nira mentah dari pemanas kedua

2. Flokulan Kuriflok PA331-SP

3.3 Prosedur

Sebanyak 8 gelas ukur 1000 mL disediakan yang masing-masing ditambahkan

untuk gelas ukur pertama 1 mL flokulan 1 ppm, gelas ukur kedua 1,5 mL flokulan 1,5

ppm, gelas ukur ketiga 2 mL flokulan 2 ppm, gelas ukur keempat 2,5 mL flokulan 2,5

ppm, gelas ukur kelima 3 mL flokulan 3 ppm, gelas ukur keenam 3,5 mL flokulan 3,5

ppm, gelas ukur ke tujuh 4 mL flokulan 4 ppm dan gelas ukur kedelapan 4,5 mL

flokulan 4,5 ppm. Nira mentah dimasukkan kemasing-masing gelas ukur sampai tanda

1000 mL, diaduk dengan cepat dan didiamkan selama 40 menit, larutan nira jernih

dibuang dan endapan diambil sebanyak 50 mL. endapan dimasukkan ke dalam gelas

(26)

BAB 4

DATA DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Bj endapan kotoran diperoleh dari berat endapan dibagi volume endapan.

Dimana jumlah volume dan konsentrasi flokulan sangat berpengaruh terhadap berat

endapan dan volume endapan untuk menghasilkan Bj endapan.

Sehingga dapat diperoleh data Penentuan Berat Jenis Endapan sebagai berikut:

Tabel 3.1 : Penentuan berat jenis endapan

(27)
(28)

V5 = 320.2 cm/det = 3.202 m/det

(9.5)2. (1.249 – 1.185). 9.8 x 102 V =

18 . 1.12

V6 = 280.8 cm/det = 2.808 m/det

(9.5)2. (1.237 – 1.185). 9.8 x 102 V =

18 . 1.12

V7 = 228.13 cm/det = 2.281 m/det

(9.5)2. (1.228 – 1.185). 9.8 x 102 V =

18 . 1.12

(29)

Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Kecepatan Pengendapan

Untuk mempercepat pengendapan nira kotor perlu ditambahkan flokulan

Kuriflok PA 331- SP dengan dosis yang tepat yaitu 2 ppm, sebab dengan dosis yang

terlalu banyak tidak akan berpengaruh bila sudah tercapai titik jenuh pengendapan.

Berdasarkan perhitungan kecepatan pengendapan dari Tabel Penentuan Berat Jenis

Endapan dapat dilihat bahwa pada dosis flokulan 1 ppm Bj 1,234, pada dosis flokulan

1,5 ppm Bj 1,244, pada dosis flokulan 2 ppm Bj 1,476, pada dosis flokulan 2,5 ppm Bj

1,269, pada dosis flokulan 3 ppm Bj 1,258, pada dosis flokulan 3,5 ppm Bj 1,249,

pada dosis 4 ppm Bj 1,237, dan pada dosis 4,5 ppm Bj 1,228. Jadi dosis flokulan yang

paling besar nilai Bj endapan kotoran adalah pada dosis flokulan 2 ppm. Dari hasil

perhitungan diketahui bahwa pada dosis flokulan 2 ppm kecepatan pengendapannya

paling besar, karena pengendapan kotoran pada nira sudah mencapai titik jenuhnya.

Berarti pada dosis flokulan 2 ppm yang paling sesuai untuk mendapatkan kotoran nira

ditangki pengendapan.

Pengaruh dosis flokulan terhadap Bj endapan kotoran serta kecepatan pengendapan

(30)

Grafik 3:1 Konsentrasi Flokulan VS BJ Pengendapan

Grafik 3:2 Konsentrasi Flokulan vs Kecepatan Pengendapan

(31)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa dosis

flokulan 2 ppm yang paling besar Bj endapan kotorannya, karena pada dosis inilah

kecepatan pengendapannya paling maksimal. Pada kondisi ini pemurnian nira dapat

dilakukan dengan sempurna.

5.2 Saran

Dosis flokulan Kuriflok PA – 331 SP yang tepat untuk diberikan di pabrik gula

pada proses pemurnian ditangki pengendapan sebaiknya di berikan pada dosis 2 ppm,

sebab pada dosis inilah kotoran nira banyak mengendap. Serta perlu dicoba dosis

flokulan jenis lainnya untuk membandingkan jenis flokulan mana yang paling cepat

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Honig. P, Principles of Sugar Technologi, Vol 1, Elsiver, 1986

Hugot. E, Hand Book of Cane Sugar Engineering, Elseiver, 1972

Http://id.wikipedia.org/wiki/Biofuel, diakses pada tanggal 10 Mei 2008

Iwan, A.S, Pembudidayaan Tebu, PT Penebar Swadaya, Jakarta, 1992

John Wiley, Cane Sugar Hand Book, Elsiver, 1989

Soejardi, Dasar-dasar Teknologi Gula ( Teknologi Pemurnian Cara Defekasi), LPP

Yogyakarta, 1979

Soejardi, Dasar-dasar Teknologi Gula ( Teknologi Pemurnian Cara Sulfitasi ), LPP

Yogyakarta, 1981

Soejardi, Pabrikasi Gula Untuk Masinis III Pabrik Gula, LPP Yogyakarta, 1981

Soejardi, Ilmu Teknologi Gula, LPP Yogyakarta, 1983

Gambar

Tabel 4.1        Penentuan Berat Jenis Endapan Tabel 4.2        Data Hasil Perhitungan Kecepatan Endapan
Grafik 4:2   Konsentrasi Flokulan vs Kecepatan Pengendapan
Tabel 3.1 : Penentuan berat jenis endapan
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Kecepatan Pengendapan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang diamati adalah kepadatan populasi Daphnia sp., laju pertumbuhan populasi spesifik, pertumbuhan fitoplankton sebagai pakan Daphnia sp., uji proksimat

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan tindakan setelah dilakukan Kemampuan Kinerja Guru, maka dilakukan dengan cara memberikan

Berdasarkan observasi dan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada akhirnya yang menjadi korban-korban perubahan sosial adalah para penambang, para masyarakat

20 Lebih lanjut, menurut Siagian (2003) bahwa bagi organisasi, hasil penilaian prestasi kerja para pegawai sangat penting arti dan peranannya dalam pengambilan keputusan

Penelitian Juniarini (2014) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas V SD

sementara penulis menggunakan teori semantik medan makna dengan begitu jelas akan ada perbedaan dalam pengambilan kesimpulan, penelitian kedua sama dalam kata yang

Berdasarkan hasil pemeriksaan spirometer yang dilakukan oleh Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Semarang pada bulan Juli 2006 terhadap 10 (sepuluh)

Ravenhill Chapter 6 Balaam Chapter 7 Gilpin Chapter 9 and 10 40 Menit Diksusi Awal mengenai bahan bacaan dan tanya jawab tentang pertanyaan pemantik diskusi yang diberikan