• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Kantor Kecamatan Banda Sakti Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Di Kota Lhokseumawe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kinerja Kantor Kecamatan Banda Sakti Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Di Kota Lhokseumawe"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA KANTOR KECAMATAN BANDA SAKTI

DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA

MASYARAKAT DI KOTA LHOKSEUMAWE

TESIS

Oleh

T. JOAN VIRGIANSHAH

067024044/SP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KINERJA KANTOR KECAMATAN BANDA SAKTI

DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA

MASYARAKAT DI KOTA LHOKSEUMAWE

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan ( MSP ) Dalam Program Studi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

T. JOAN VIRGIANSHAH

067024044/SP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis :

Nama Mahasiswa : T. Joan Virgianshah

KINERJA KANTOR KECAMATAN BANDA SAKTI DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT DI KOTA LHOKSEUMAWE Nomor Pokok : 067024044

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Kariono, M.Si) (Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada Tanggal 21 Juli 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Kariono, M.Si

Anggota : 1. Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si 2. Drs. Burhanuddin Harahap, MA 3. Drs. Agus Suriadi, M.Si

(5)

PERNYATAAN

KINERJA KANTOR KECAMATAN BANDA SAKTI

DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT DI KOTA LHOKSEUMAWE

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 21 Juli 2008

(6)

ABSTRAK

Pembenahan dalam penyelenggaraan pemerintah yang berorientasi pada fungsi pelayanan masyarakat, hendaknya di titik beratkan pada pemerintah kecamatan. Perbaikan dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan harus dilakukan, terutama bagaimana menumbuhkan dan meningkatkan kinerja aparat kantor kecamatan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, karena pelaksanaan tugas pelayanan oleh pemerintah kecamatan sangat tergantung pada kinerja aparatnya. Sedangkan masyarakat hanya dapat menilai kinerja aparat kantor kecamatan dari kualitas pelayanan yang di terimanya.Dalam penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana kinerja aparat kantor kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kota Lhokseumawe.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan induktif yang berusaha untuk memahami masalah berdasarkan fakta tentang kenyataan yang berada di lokasi penelitian. Kemudian dilakukan penelaahan agar dapat diperoleh gambaran yang jelas serta sistematis dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan perumusan Nazir (1988 : 63).

Sebagai penyelenggara pelayanan, aparatur Kantor Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe dituntut mampu bekerja secara baik dan mampu mengerti tugas serta tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tesis ini juga

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparat kecamatan dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pelayanan yang diberikan oleh aparat Kantor Kecamatan Banda Sakti pada umumnya sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tetapi walaupun demikian masyarakat masih menginginkan adanya perbaikan kualitas dalam pelaksanaan pelayanan.

(7)

ABSTRACT

Correction in management of government which orienting at function service of society, shall in dot weigh against at government of district. Repair in management of governance of district must be done, especially how to grow and improve district offices government officer performance as serving state and serve society, because execution of service duty by government of district very depend on his government officer performance. While society only can assess district offices government officer performance of service quality which in him accepting. In this research writer wish to see how district offices government officer performance in giving service to society in Town of Lhokseumawe.

Method which used in this research is descriptive with out for inductive approach comprehend the problem of pursuant to fact concerning fact residing in research location. Is later;then conducted by observation so that can be obtained by systematic clear picture and also for the agenda of trouble-shooting faced. This matter as according to formulation of Nazir ( 1988 : 63).

As organizer of service, Offices aparatur District Of Banda Sakti of Town of Lhokseumawe claimed can work well and can understand duty and also responsibility in giving service to society. This thesis also explain factors influencing districts government officer performance in giving service to society.

Service given by Offices government officer District of Banda Sakti in general have as according to procedure which have been specified. But even though society still wish the existence of repair of quality in execution of service.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini

dengan judul “Kinerja Kantor Kecamatan Banda Sakti Dalam Memberikan pelayanan

Kepada Masyarakat Di Kota Lhokseumawe” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan dengan segala keterbatasan yang dimiliki penulis. Pada kesempatan ini

pula perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu memberikan

sumbangan saran pemikiran baik secara langsung maupun tidak langsung khususnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DSAK, DTMH selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, B. M.Sc selaku Direktur Sekolah Pasca sarjana

Universitas Suamatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Program Magister Studi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku dosen Pembimbing I, yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis

ini.

5. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si selaku dosen Pembimbing II yang

juga telah banyak memberikan arahan dan pemikiran kepada penulis dalam

(9)

6. Bapak Drs. Burhanuddin Harahap, MA dan Drs. Agus Suriadi, M.Si selaku

penguji dalam ujian tesis yang telah memberikan masukan dan koreksinya

demi penyempurnaan penyusunan tesis ini.

7. Bapak/Ibu Dosen/Staf pengajar beserta pengelola Magister Studi

Pembangunan USU-Medan yang telah banyak membantu baik dibidang

Akademis maupun Administratif.

8. Bapak Walikota Lhokseumawe yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi demi tercapainya

peningkatan sumber daya manusia yang handal.

9. Bapak A.Haris, S.Sos, M.Si selaku Camat pada Kantor Kecamatan Banda

Sakti beserta seluruh jajaran aparatur Kantor Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan dan

data bagi penulis.

10. Teristimewa untuk ayahanda Drs.T.Sofyansyah dan ibunda Cut Linda Fauziah

serta seluruh anggota keluarga khususnya Isteriku tercinta Cut Thursina Wira

Kesuma, S.Sos yang dengan kebesaran dan ketulusan hati selalu memberikan

dukungan dan do’a sehingga penulis dapat berhasil menyelesaikan pendidikan

di MSP-USU Medan.

11. Seluruh rekan MSP-USU Medan, khususnya kelas Lhokseumawe yang yang

telah memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

tesis ini.

Akhirnya semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para

pembaca, atas segala saran dan kritikan untuk penyempurnaan tesis ini penulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2008

Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama : T.Joan Virgianshah

Tempat/tgl.lahir : Banda Aceh, 20 September 1983

Alamat : Jl.Pramuka III No.1 Komp.Pemda

Hagu Teungoh Kota Lhokseumawe

Pangkat/Golongan : Penata Tingkat I / III b

Instansi : Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe

Alamat Kantor : Jl. Merdeka No.2 Kota Lokseumawe

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD No.3 Kota Lhokseumawe 1990 - 1995

2. SMP Negeri 1 Kota Lhokseumawe 1995 - 1998

3. SMU Negeri 2 Bandung 1998 - 2001

4. STPDN Jatinangor - Sumedang Jawa Barat 2001 - 2005

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil Sekretariat Jenderal

Depatemen Dalam Negeri tahun 2001 – 2005

2. Staf Bagian Umum Setdako Lhokseumawe tahun 2005 – 2006

3. Kasi Pemerintahan Kelurahan Teumpok Teungoh Kota Lhokseumawe tahun

2006 – 2008

4. Kasubbag Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan pada Bagian Kesbangpol

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 8

2.1 Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Kinerja Aparat ... 8

2.1.2 Kecamatan... 10

2.1.3 Aparat Kecamatan ... 11

2.1.4 Pelayanan Masyarakat ... 12

2.2 Tinjauan Secara Normatif ... 20

2.2.1 Kinerja Aparat Pemerintah Kecamatan ... 20

(12)

BAB III METODE PENELITIAN ……… 25

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Definisi Konsep ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi ... 27

3.3.2 Sampel ... 28

3.4 Variabel Penelitian ... 29

3.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5.1 Sumber Data ... 31

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.6 Tekhnik Analisa Data ... 34

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……… 39

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

4.1.1 Keadaan Geografis ... 39

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 41

4.1.3 Keadaan Sosial Budaya ... 44

4.1.3.1Adat Istiadat ... 45

4.1.3.2Pendidikan ... 45

4.1.3.3Keagamaan ... 48

4.1.3.4Kesehatan ... 49

4.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi ... 52

4.1.5 Gambaran Umum Pemerintah Kecamatan Banda Sakti ... 53

4.1.5.1Keadaan Pegawai Kecamatan Banda Sakti ... 53

(13)

4.2 Analisis dan Pembahasan ... 60

4.2.1 Kinerja Aparat Pemerintah Kecamatan Banda Sakti dalam Pelayanan Masyarakat ... 60

4.2.2 Kinerja Aparat Pemerintah Kecamatan Banda Sakti . 61 4.2.2.1Kesederhanaan dalam Pelayanan ... 63

4.2.2.2Kejelasan dan Kepastian dalam Pelayanan .... 65

4.2.2.3Keamanan dalam Pelayanan ... 67

4.2.2.4Keterbukaan dalam Pelayanan ... 69

4.2.2.5Efisiensi dalam Pelayanan ... 70

4.2.2.6Ekonomi dalam Pelayanan ... 72

4.2.2.7Keadilan yang Merata dalam Pelayanan ... 74

4.2.2.8Ketetapan Waktu dalam Pelayanan ... 76

4.2.2.9Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan ... 78

4.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pemerintah Kecamatan Banda Sakti ... 79

4.2.3.1Kurangnya Pendidikan dan Latihan Aparat Pemerintah Kecamatan ... 79

4.2.3.2Minimnya Jumlah Sarana yang Tersedia ... 80

4.2.3.3Kurangnya Pengawasan ... 80

4.2.3.4Kurangya Motivasi ... 81

4.2.4 Upaya Peningkatan Kinerja Aparat ... 85

BAB V PENUTUP ……….. 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Variabel Penelitian ... 30

2. Luas Wilayah Kecamatan Banda Sakti Menurut Gampong/Kelurahan ... 40

3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Banda Sakti ... 42

4. Komposisi Penduduk Menurut Usia di Kecamatan Banda Sakti. 43 5. Jumlah Prasarana Pendidikan di Kecamatan Banda Sakti ... 47

6. Prasarana Tempat Ibadah di Kecamatan Banda Sakti ... 49

7. Sarana Kesehatan di Kecamatan Banda Sakti ... 51

8. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 52

9. Susunan Pegawai Berdasarkan Jabatan dan Golongan di Kecamatan Banda Sakti ... 54

10. Tingkat Pendidikan Pegawai Kantor Camat Banda Sakti... 55

11. Diklat yang Pernah Diikuti Pegawai Kantor Camat Banda Sakti... 56

12. Keadaan Sarana Kerja di Kantor Kecamatan Banda Sakti ... 58

13. Keadaan Prasarana Kerja di Kantor Kecamatan Banda Sakti.. 59

14. Hasil Jawaban Responden terhadap Kesederhanaan dalam Pelayanan (n = 50) ... 64

15. Hasil Jawaban Responden terhadap Kejelasan dan Kepastian dalam Memberikan Pelayanan (n = 50) ... 66

(15)

17. Hasil Jawaban Responden terhadap Keterbukaan Aparat dalam Memberikan Pelayanan (n = 50)... 69

18. Hasil Jawaban Responden terhadap Efisiensi Aparat dalam

Memberikan Pelayanan (n = 50)... 71

19. Hasil Jawaban Responden terhadap Pembiayaan dalam

Memberikan Pelayanan ... 73

20. Hasil Jawaban Responden terhadap Keadilan yang Merata

dalam Pelayanan ... 75

21. Hasil Jawaban Responden terhadap Ketepatan Waktu Aparat

dalam Memberikan Pelayanan (n = 50) ... 76

22. Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Pelayanan di

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara ... 96

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan tesis ini dengan judul “Kinerja Kantor Kecamatan Banda Sakti Dalam

Memberikan pelayanan Kepada Masyarakat Di Kota Lhokseumawe” yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Studi

Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan dengan segala keterbatasan yang dimiliki penulis. Pada kesempatan

ini pula perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

memberikan sumbangan saran pemikiran baik secara langsung maupun tidak

langsung khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DSAK, DTMH selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, B. M.Sc selaku Direktur Sekolah Pasca

sarjana Universitas Suamatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Program Magister

Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku dosen Pembimbing I, yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian

tesis ini.

5. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si selaku dosen Pembimbing II

yang juga telah banyak memberikan arahan dan pemikiran kepada penulis

dalam proses penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Drs. Burhanuddin Harahap, MA dan Drs. Agus Suriadi, M.Si

selaku penguji dalam ujian tesis yang telah memberikan masukan dan

(19)

7. Bapak/Ibu Dosen/Staf pengajar beserta pengelola Magister Studi

Pembangunan USU-Medan yang telah banyak membantu baik dibidang

Akademis maupun Administratif.

8. Bapak Walikota Lhokseumawe yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi demi

tercapainya peningkatan sumber daya manusia yang handal.

9. Bapak A.Haris, S.Sos, M.Si selaku Camat pada Kantor Kecamatan Banda

Sakti beserta seluruh jajaran aparatur Kantor Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan

dan data bagi penulis.

10. Teristimewa untuk ayahanda Drs.T.Sofyansyah dan ibunda Cut Linda

Fauziah serta seluruh anggota keluarga khususnya Isteriku tercinta Cut

Thursina Wira Kesuma, S.Sos yang dengan kebesaran dan ketulusan hati

selalu memberikan dukungan dan do’a sehingga penulis dapat berhasil

menyelesaikan pendidikan di MSP-USU Medan.

11. Seluruh rekan MSP-USU Medan, khususnya kelas Lhokseumawe yang

yang telah memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini.

Akhirnya semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

para pembaca, atas segala saran dan kritikan untuk penyempurnaan tesis ini

penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2008

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1 Kinerja Aparat ... 7

2.1.2 Kecamatan ... 9

2.1.3 Aparat Kecamatan ... 10

2.1.4 Pelayanan Masyarakat ... 11

2.2 Tinjauan Secara Normatif ... 18

2.2.1 Kinerja Aparat Pemerintah Kecamatan ... 18

2.2.2 Pelayanan Masyarakat ... 21

(21)

3.2 Definisi Konsep ... 24

3.3 Populasi dan Sampel ... 25

3.3.1 Populasi ... 25

3.3.2 Sampel ... 26

3.4 Variabel Penelitian ... 27

3.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5.1 Sumber Data ... 28

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Tekhnik Analisa Data ... 31

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.1.1 Keadaan Geografis ... 36

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 38

4.1.3 Keadaan Sosial Budaya ... 41

4.1.3.1Adat Istiadat ... 42

4.1.3.2Pendidikan ... 42

4.1.3.3Keagamaan ... 44

4.1.3.4Kesehatan ... 45

4.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi ... 46

4.1.5 Gambaran Umum Pemerintah Kecamatan Banda Sakti ... 47

4.1.5.1Keadaan Pegawai Kecamatan Banda Sakti ... 47

4.1.5.2Keadaan Sarana dan Prasarana Kerja di Kantor Kecamatan Banda Sakti ... 52

4.2 Analisis dan Pembahasan ... 54

4.2.1 Kinerja Aparat Pemerintah Kecamatan Banda Sakti dalam Pelayanan Masyarakat ... 54

(22)

4.2.2.2Kejelasan dan Kepastian dalam Pelayanan .... 60

4.2.2.3Keamanan dalam Pelayanan ... 62

4.2.2.4Keterbukaan dalam Pelayanan ... 63

4.2.2.5Efisiensi dalam Pelayanan ... 64

4.2.2.6Ekonomi dalam Pelayanan ... 66

4.2.2.7Keadilan yang Merata dalam Pelayanan ... 68

4.2.2.8Ketetapan Waktu dalam Pelayanan ... 69

4.2.2.9Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap

Pelayanan ... 71

4.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat

Pemerintah Kecamatan Banda Sakti ... 72

4.2.3.1Kurangnya Pendidikan dan Latihan Aparat

Pemerintah Kecamatan ... 73

4.2.3.2Minimnya Jumlah Sarana yang Tersedia ... 74

4.2.3.3Kurangnya Pengawasan ... 74

4.2.3.4Kurangya Motivasi ... 75

4.2.4 Upaya Peningkatan Kinerja Aparat ... 79

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 85

(23)

ABSTRAK

Pembenahan dalam penyelenggaraan pemerintah yang berorientasi pada

fungsi pelayanan masyarakat, hendaknya di titik beratkan pada pemerintah

kecamatan. Perbaikan dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan harus

dilakukan, terutama bagaimana menumbuhkan dan meningkatkan kinerja aparat

kantor kecamatan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, karena pelaksanaan

tugas pelayanan oleh pemerintah kecamatan sangat tergantung pada kinerja

aparatnya. Sedangkan masyarakat hanya dapat menilai kinerja aparat kantor

kecamatan dari kualitas pelayanan yang di terimanya.Dalam penelitian ini penulis

ingin melihat bagaimana kinerja aparat kantor kecamatan dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat di Kota Lhokseumawe.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

pendekatan induktif yang berusaha untuk memahami masalah berdasarkan fakta

tentang kenyataan yang berada di lokasi penelitian. Kemudian dilakukan

penelaahan agar dapat diperoleh gambaran yang jelas serta sistematis dalam

rangka pemecahan masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan perumusan Nazir

(1988 : 63).

Sebagai penyelenggara pelayanan, aparatur Kantor Kecamatan Banda Sakti

Kota Lhokseumawe dituntut mampu bekerja secara baik dan mampu mengerti

tugas serta tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Tesis ini juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparat

kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pelayanan yang diberikan oleh aparat Kantor Kecamatan Banda Sakti pada

umumnya sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tetapi walaupun

demikian masyarakat masih menginginkan adanya perbaikan kualitas dalam

pelaksanaan pelayanan.

Kata kunci : Kinerja kantor kecamatan, pelayanan

(24)

ABSTRACT

Correction in management of government which orienting at function service

of society, shall in dot weigh against at government of district. Repair in

management of governance of district must be done, especially how to grow and

improve district offices government officer performance as serving state and serve

society, because execution of service duty by government of district very depend

on his government officer performance. While society only can assess district

offices government officer performance of service quality which in him accepting.

In this research writer wish to see how district offices government officer

performance in giving service to society in Town of Lhokseumawe.

Method which used in this research is descriptive with out for inductive

approach comprehend the problem of pursuant to fact concerning fact residing in

research location. Is later;then conducted by observation so that can be obtained

by systematic clear picture and also for the agenda of trouble-shooting faced. This

matter as according to formulation of Nazir ( 1988 : 63).

As organizer of service, Offices aparatur District Of Banda Sakti of Town of

Lhokseumawe claimed can work well and can understand duty and also

responsibility in giving service to society. This thesis also explain factors

influencing districts government officer performance in giving service to society.

Service given by Offices government officer District of Banda Sakti in general

have as according to procedure which have been specified. But even though

society still wish the existence of repair of quality in execution of service.

(25)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 27

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Banda Sakti Menurut

Gampong/Kelurahan ... 37

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan

Banda Sakti ... 39

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Usia di Kecamatan Banda

Sakti ... 40

Tabel 4.4 Jumlah Prasarana Pendidikan di Kecamatan Banda Sakti ... 43

Tabel 4.5 Prasarana Tempat Ibadah di Kecamatan Banda Sakti... 44

Tabel 4.6 Sarana Kesehatan di Kecamatan Banda Sakti... 46

Tabel 4.7 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 47

Tabel 4.8 Susunan Pegawai Berdasarkan Jabatan dan Golongan di

Kecamatan Banda Sakti ... 49

Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Pegawai Kantor Camat Banda Sakti... 50

Tabel 4.10 Diklat Yang Pernah Diikuti Pegawai Kantor Camat Banda

Sakti ... 51

Tabel 4.11 Keadaan Sarana Kerja di Kantor Kecamatan Banda Sakti ... 53

Tabel 4.12 Keadaan Prasarana Kerja di Kantor Kecamatan Banda Sakti.. 54

Tabel 4.13 Hasil Jawaban Responden Terhadap Kesederhanaan dalam

Pelayanan (n = 50) ... 58

Tabel 4.14 Hasil Jawaban Responden Terhadap Kejelasan dan Kepastian

dalam Memberikan Pelayanan (n = 50) ... 60

Tabel 4.15 Hasil Jawaban Responden Terhadap Keamanan dalam

Pelayanan (n = 50) ... 62

Tabel 4.16 Hasil Jawaban Responden Terhadap Keterbukaan Aparat

(26)

Tabel 4.17 Hasil Jawaban Responden Terhadap Efisiensi Aparat dalam Memberikan Pelayanan (n = 50) ... 65

Tabel 4.18 Hasil Jawaban Responden Terhadap Pembiayaan dalam

Memberikan Pelayanan ... 67

Tabel 4.19 Hasil Jawaban Responden Terhadap Keadilan yang Merata

dalam Pelayanan ... 68

Tabel 4.20 Hasil Jawaban Responden Terhadap Ketepatan Waktu Aparat

dalam Memberikan Pelayanan (n = 50) ... 70

Tabel 4.21 Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Pelayanan di

(27)

DAFTAR BAGAN

Halaman

(28)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Daftar pedoman wawancara ... 89

2. Daftar pertanyaan / Kuisioner ... 91

(29)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah berlaku, maka terjadi perubahan terhadap sistem pemerintah

nasional. Perubahan sistem pemerintahan nasional tersebut terlihat pada asas

pemerintahan. Dengan pemberlakuan Undang-Undang tersebut maka terjadi suatu

perubahan asas yang semula bersifat sentralisasi menjadi asas yang bersifat

desentralisasi. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka peningkatan

pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan kehidupan demokrasi,

keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan

daerah.

Fungsi utama pemerintah daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yakni sebagai pelayan masyarakat.

Berdasarkan peradigma tersebut aparat pemerintah daerah khususnya aparat

pemerintah kecamatan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan optimal kepada

(30)

Penjelasan undang-undang tersebut selaras dengan tuntutan rakyat yang

menghendaki suatu penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan berwibawa serta

berwawasan pelayanan kepada masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya masih

terdapat kantor kecamatan yang kurang memperhatikan bagaimana memberikan

pelayanan yang baik kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada karakter birokrasi

perangkat kecamatan yang belum sesuai harapan di wilayahnya. Sejalan dengan

otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka pelaksanaan otonomi

daerah sebagai mana di sebutkan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan perwujudan pertanggung jawaban

sabagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah merupakan

peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.

Pembenahan dalam penyelenggaraan pemerintah yang berorientasi pada

fungsi pelayanan masyarakat, hendaknya di titik beratkan pada pemerintah

kecamatan. Karena kecamatan merupakan pusat pelaksanaan pelayanan kepada

masyarakat.

Perbaikan dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan harus dilakukan,

terutama bagaimana menumbuhkan dan meningkatkan kinerja aparat kantor

kecamatan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang mau tidak mau harus

berupaya meningkatkan kemampuan kerjanya semaksimal mungkin, karena

(31)

kinerja aparatnya. Sedangkan masyarakat hanya dapat menilai kinerja kantor

kecamatan dari kualitas pelayanan yang di terimanya.

Sehubungan dengan jumlah aparat kantor kacamatan yang kurang memadai

atau tidak sebanding dengan volume/beban kerja yang diterima, terutama dalam hal

pelayanan kepada masyarakat, maka perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

kinerja aparat kantor kecamatan terhadap pelayanan kepada masyarakat demi

tercapainya pelayanan yang baik dari kantor kecamatan.

Kinerja merupakan terjemahan dari performance, yang diartikan sebagai

perbuatan, pelaksanaan pekerjaan, prestasi kerja, pelaksanaan pekerjaan berdaya

guna.” performance is defined as the record of outcomes produced on a spesific job

function or activity during a spesific time period”. Arti kinerja didefinisikan sebagai

catatan mengenai outcomes yang dihasilkan dari suatu aktivitas tertentu, selama

kurun waktu tertentu” (Bemadian, jhon dan Joyje E.A Russel, dikutip oleh

Sedamaryanti,2001:4). Sedangkan kinerja (performace) dalam arti yang sederhana

adalah prestasi kerja (Sadu Wasistiono,2002:45). Sementara itu menurut Rue dan

Byars (1981:375) mendefinisikan kinerja sebagai tingkat pencapaian hasil atau ”The

degree of accomplishment” Hal ini menunjukan bahwa kinerja merupakan tingkat

pencapaian tujuan organisasi.

Kinerja aparat kantor kecamatan yang cukup tinggi diharapkan dapat

(32)

bentuk kesiapan aparat kantor kecamatan dalam menghadapi perubahan perubahan

yang terjadi dalam masyarakat.

Pelayanan dalam Kamus Bahasa Indonesia (1996:571) berasal dari kata layan

yang berarti membantu (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan

kata pelayanan mempunyai arti perihal atau melayani.

Menurut Moenir (1998:17) ”Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan

melalui aktivitas orang lain yang langsung” Kemudian menurut Eko Supriyanto dan

Sri Sugiyanti (2001:9) pelayanan adalah upaya untuk membantu menyiapkan, atau

mengurus keperluan orang lain. Belum jelas apabila belum ada yang memuat tentang

proses itu sendiri, untuk menerangkan lebih lanjut mengenai proses itu sendiri

menurut Fred Luthans (1973:188): ”Any action which is performed by management

to achieve organizational objective” Di sini pengertian proses terbatas dalam

kegiatan management dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Jadi pelayanan

disini adalah rangkaian organisasi manajemen.

Peningkatan kualitas pelayanan yang menjadi tuntutan masyarakat harus di

penuhi oleh aparat kecamatan sebagai penyelenggara pemerintah di kecamatan.

Karena pada dasarnya menerima pelayanan yang memuaskan dari aparat pemerintah

merupakan hak yang dimiliki setiap warga masyarakat. Dengan pelayanan yang

diterima tersebut maka diharapkan masyarakat akan berpartisipasi aktif dalam

(33)

yang ditetapkan oleh masyarakat dan kewajiban yang harus dijalankan sebagai warga

negara.

Pelayanan yang diberikan tanpa memandang status, pangkat, dan golongan

dari suatu masyarakat. Pada saat yang sama masyarakat mempunyai hak yang sama

untuk memperoleh pelayanan tersebut dengan landasan yang bersifat umum dalam

bentuk pedoman tata laksana pelayanan umum.

Melalui keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun

1993 tentang pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum, pemerintah mengatur tata

cara pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan di tingkat kecamatan. Khusus

diKecamatan Banda Sakti pemberian pelayanan masyarakat memerlukan perhatian

yang serius dan tanggung jawab moral yang tinggi. Hal itu merupakan tantangan

tersendiri bagi aparatur pemerintah, khususnya yang bertugas dikantor kecamatan

untuk selalu memperlihatkan kinerja yang optimal dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Dengan realitas seperti itu, maka mereka harus berprilaku

sebagai aparat yang bersih dan berwibawa, menegakkan disiplin dan penuh

keihklasan dalam melayani masyarakat.

1.2. Perumusan Masalah

Melalui penelitian ini akan dikaji berbagai masalah yang berkaitan dengan

(34)

masalah dapat dirumuskan sebagai pelayanan kepada masyarakat di kecamatan

Banda Sakti yaitu :

1. Bagaimana kinerja kantor kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat di kecamatan Banda Sakti

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui kinerja kecamatan

Banda Sakti dalam pelayanan masyarakat, Sedangkan secara khusus adalah sebagai

berikut:

(1).Untuk mengetahui kinerja aparat kantor kecamatan dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat.

(2).Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kinerja aparat kecamatan

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

(3).Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja aparat

kecamatan Banda sakti dalam pelayanan masyarakat

1.3.2. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilaksanakan dan menempatkan suatu gambaran yang

(35)

berguna bagi dunia akademis maupun dunia praktis. Adapun kegunaan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian studi perbandingan antara pengetahuan yang sifatnya

teoritis terutama konsep-konsep tentang kinerja dengan kenyataan yang ada di

lapangan dan guna mendapatkan gambaran tentang peningkatan kinerja aparat kantor

kecamatan dan pelayanan masyarakat.

2. Manfaat Praktis.

Sebagai sumbangan pemikiran atau bahan masukan bagi aparat kantor

kecamatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat di kecamatan

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Aparat

Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.Hal ini sejalan dengan pandangan prabu (2001: 67).

Kemudian Amstrong (1991: 397) mengartikan kinerja sebagai berikut:

”Manajemen kinerja berarti mendapatkan hasil yang lebih baik dari

organisasi, kelompok dan perorangan lewat pengertian dan pertimbangan yang terdiri

dari pola rencana kerja untuk mewujudkan tujuan secara objektif dan sesuai dengan

standar”

Penjelasan dari definisi diatas bahwa kinerja merupakan suatu proses untuk

pencapaian suatu hasil. Berbicara mengenai, kinerja personil erat kaitannya dengan

cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang, sehingga perlu ditetapkan

standar kinerja atau performance.

Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam

suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum

(37)

ini diungkapkan Prawirosentoso dalam Kebijakan Kinerja Karyawan, (1997: 186)

yang mengartikan kinerja dalam bahasa Inggris sebagai performance.

Pengukuran harus diadakan dalam menentukan kinerja organisasi. Kinerja

yang akan diukur adalah kinerja seluruh organisasi, kemudian unit-unit organisasi

yang mendukungnya dan selanjutnya kinerja orang yang berperan di dalamnya. Jadi

pokok utama yang harus dinilai kinerjanya adalah unsur manusia. Manusia

merupakan salah satu sumber daya yang sangat berperan di dalam menentukan

kinerja organisasi. Sehingga kinerja para pelaku organisasi harus dinilai.

Seorang pemimpin harus menentukan dasar ukuran untuk menilai.Oleh sebab

itu maka seorang pemimpin harus menentukan standar ukurannya terlebih dahulu

dengan cara sebagai berikut:

a. Menentukan sistem dan nilai standar.

b. Pelaksanaan dan pengawasan standar kinerja

c. Ukuran kinerja perorangan

Penyusunan kinerja perorangan sebagai pelaku dalam organisasi diperlukan

suatu standar ukuran kerja terlebih dahulu.Standar ukuran kinerja yang di buat harus

sesuai dengan tujuan organisasi. Standar ukuran kinerja suatu organisasi harus

diproyeksesikan ke dalam standar kinerja para pelaku dalam unit-unit kerja

bersangkutan.

Setelah seluruh standar kinerja tersebut ditentukan, selanjutnya digunakan

(38)

kinerja harus dilakukan secara terus menerus agar tujuan organisasi dapat tercapai

secara efektif dan efisien.

Indikator kinerja menurut Yousa dkk,(2002:47) adalah: ” Besaran atau

variabel yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan”

Selanjutnya menurut Kevin dalam Dwiyanto, (1995:7) mengatakan bahwa : ” Ada 3

konsep yang bisa di gunakan sebagai indikator kinerja organisasi pemerintah antara

lain resfonsivenes,responsibility dan accontability”. Ketiga indikator ini, oleh penulis

dijadikan sebagai ukuran dalam mengadakan pengkajian tingkatan kinerja aparat

pemerintah kecamatan Banda Sakti.

Pengertian kinerja bukan hanya pada tataran keluaran (output) melainkan

termasuk pula pada tataran nilai guna (outcome) dan dampak (impact) hal ini sejalan

dengan pandangan Wasistino, (2002:51). Dari defenisi defenisi tersebut diatas dapat

diketahui dengan jelas bahwa pengertian kinerja atau performance merupakan hasil

atau apa yang keluar (output), guna (outcome) dan dampak (impact) dari sebuah

pekerjaan baik secara kuantitas maupun kualitasnya setelah melalui peroses.

2.1.2. Kecamatan

Kecamatan merupakan suatu organisasi pemerintahan yang

menyelenggarakan asas Dekonsentrasi (wilayah administrasi) dan sekaligus

merupakan pemerintahan yang berada di bawah pemerintah kabupaten atau kota.

Kecamatan berarti mencangkup tiga lingkungan seperti di kemukakan oleh Noodholt

(39)

dalam arti Wilayah, dalam arti Camat sebagai kepalanya dan Camat sebagai Bapak

Pengetua Di Wilayahnya.

2.1.3 Aparat Kecamatan

Aparat kecamatan adalah pegawai negeri yang bertugas dilingkungan

kecamatan yang lingkup tugasnya berhubungan langsung dengan masyarakat, dalam

penelitian ini dapat diketahui sudah sejauh mana aparat kecamatan untuk

melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat yang dalam hal ini adalah sebagai

konsumen atau pengguna jasa. Aparat pemerintah kecamatan terdiri dari Camat dan

Aparat kecamatan. Untuk menunjang keberhasilan tugas aparat kecamatan agar

berjalan dengan baik dan lancar, maka setiap aparat kecamatan harus mempunyai

tingkat kemampuan yang sesuai tugas dan tanggung jawab yang di embankan. Aparat

pemerintah adalah Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang harus memberikan

pelayanan dan pengayoman yang baik kepada masyarakat . Dalam Panca Prasetya

Korpri yang menyatakan bahwa, ”Kami Anggota Korpri, senantiasa mengutamakan

pelayanan masyarakat, berdisiplin, serta memegang teguh rahasia negara dan rahasia

jabatan.

Peran aparat pemerintah sebagai salah satu sumber daya dengan

profesionalismenya tidak dapat di pungkiri lagi akan memberikan dampak yang besar

terhadap pelayanan prima kepada masyarakat sehingga tugas pemerintah dalam

mengisi kemerdekaan dapat terpenuhi, dalam arti memberikan kepuasan kapada

(40)

Kecamatan merupakan suatu organisasi pemerintahan yang

menyelenggarakan asas Dekonsentrasi (wilayah administrasi) dan sekaligus

merupakan pemerintahan yang berada di bawah pemerintah kabupaten atau kota.

Kecamatan berarti mencangkup tiga lingkungan seperti di kemukakan oleh Noodholt

dalam Wasistiono (1991: 12) yaitu: Kecamatan dalam arti kantor Camat, Kecamatan

dalam arti Wilayah, dalam arti Camat sebagai kepalanya dan Camat sebagai Bapak

Pengetua Di Wilayahnya.

2.1.4. Pelayanan Masyarakat

Pemerintah yang demokratis lahir untuk melayani warganya. Dan oleh karena

itu tugas pemerintah adalah mencari cara untuk menyenangkan warganya (David

Osbom, 1997:192). Pelayanan Umum seperti di kemukakan oleh R.E Lonsdale yang

di kutip oleh Jatjat Wirijadinata:

” Something made availeble to the whole of the population, and it involves

things which people cannot normail provode themselves, but collectively (merupakan

segala sesuatu yang tidak mungkin di sediakan oleh masyarakat melainkan harus di

lakukan secara kolektif).

Tinggi rendahnya mutu pelayanan di kecamatan sebagian besar bergantung

pada kinerja aparat kecamatannya. Secara mendasar, sering terjadi keluhan tentang

rendahnya kinerja terhadap pelayanan kepada masyarakat di berbagai bidang dimana

(41)

kalau di teliti lebih lanjut, masalah pelayanan masyarakat berkaitan langsung dengan

kinerja kepemimpinan serta dimana kita dihadapkan pada kenyataan tentang semakin

banyaknya institusi dan organisasi yang membutuhkan pemimpin yang mampu

memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

Penulis disini menambahkan bahwa pemerintah menjalankan birokrasi

pemerintahan tak lain adalah untuk melayani masyarakat secara baik. Pelayanan

merupakan suatu institusi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada

masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

Terdapat dua istilah yang perlu di ketahui, karna adanya saling keterkaitan

yaitu melayani dan pelayanan. Pengertian melayani adalah: ”membantu atau

menyiapkan serta mengurus apa yang diperlukan seseorang, sedangkan pelayanan

adalah usaha melayani kebutuhan orang lain” (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1995).

Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah suatu usaha

untuk membantu menyiapkan serta mengurus apa yang diperlukan orang lain.

Pelayan dalam pelaksanaannya ada standar yang berkaitan dengan kualitas

pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Dalam pengertian secara umum standar

itu adalah: ”merupakan suatu ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan”, (Kamus

Besar Bahasa Indonesia,1995). Kalau dikaitkan dengan kualitas pelayanannya maka

standar adalah ukuran kualitas yang di pakai sebagai patokan dalam memberikan

pelayanan dan diharapkan sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau dapat memuaskan

(42)

Beberapa institusi yang dapat di kelompokkan kedalam gugus pemberi

pelayanan yaitu pemerintah dan non pemerintah. Jika pemerintah, maka organisasi

birokrasi pemerintah merupakan garis terdepan yang berhubungan dengan pemberian

pelayanan. Dalam suasana yang serba ingin keterbukaan ini, pemberian pelayanan

dirasakan perlu adanya keterbukan, khususnya birokrasi pemerintah kecamatan

mengingat sistem birokrasi pemerintah dinilai banyak orang merupakan sistem yang

tertutup.Oleh karna itu diharapkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,

birokrasi pemerintah dapat bersikap netral. Pelayanan yang dilakukan oleh aparatur

pemerintah kepada masyarakat mempunyai dampak sangat luas, salah satunya

penyelenggaraan dinamika masyarakat untuk bergerak maju menyesuaikan dengan

situasi dan tuntutan zaman.

Pelayanan umum yang diberikan harus prima. Adapun pengertian pelayanan

umum menurut Moenir (2002:26), Menyebutkan bahwa: Pelayanan umum adalah

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan

faktor material melalui sistem prosedur dan metode tertentu dalam rangka memenuhi

kebutuhan atau kepentingan orang lain sesuai haknya.

Dijelaskan pula oleh Plato tentang pengertian pelayanan umum,yang dikutip

oleh Tjahya Supriatna (1996:68) mengemukan bahwa: Pelayanan umum merupakan

proses politik dan pemerintah yang mengandung unsur trasformasi nilai budaya guna

menumbuhkan kecerdasan bermasyarakat, bernegara, dan berpemerintahan yang

(43)

Birokrasi pemerintah mempunyai fungsi penyelenggaraan Administrasi

Negara seperti dikatakan oleh Thoha (1990:52), sifat pelayanannya mempunyai ciri

sebagai berikut:

1. Bersifat urgen dibandingkan dengan organisasi lainnya, urgensi pelayanan ini

karena menyangkut kepentingan semua lapisan masyarakat.

2. Bersifat monopoli dan semi monopoli,yaitu pelayanan yang tidak bisa diberikan

atau dilaksanakan oleh orang lain.

3. Dalam memberikan pelayanan relatif berdasarkan peraturan sehingga bersifat

statis.

4. Tidak terkendali oleh harga pasar, dilandasi rasa pengabdian.

5. Usaha-usaha yang dilakukan oleh birokrasi pemerintahan terutama dalam negara

demokrasi.

Tugas dan kewajiban aparatur pemerintah kecamatan untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat bukan merupakan suatu tujuan akhir, karena hal itu

merupakan suatu proses kegiatan, sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat

dilakukan secara rutin dan berkesinambungan dan harus meliputi keseluruhan

kehidupan orang alam masyarakat.

Pelayanan prima adalah suatu kewajiban dari pemerintah karena pemerintah

adalah abdi masyarakat dan abdi negara. Pelayanan umum untuk memberikan

pelayanan prima bukan merupakan suatu sasaran atau kegiatan, melainkan suatu

(44)

kegiatan kegiatan. Peran pelayanan dalam proses tersebut adalah bertindak sebagai

kata lisator yang mempercepat proses sesuai dengan yang diharuskan.Faktor faktor

penting yang mempengaruhi pelayanan umum untuk menciptakan pelayanan prima

menurut Moenir (1992:26), antara lain:

a. Faktor kesadaran para pejabat serta petugas

b. Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan.

c. Faktor organisasi yang merupakan alat dan sistem prosedur dan metode.

d. Faktor pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal.

e. Faktor keterampilan.

f. Faktor sarana pelayanan yang mempercepat pelaksanaan pekerjaan.

Pelayanan prima merupakan terjemahan dari Excellent Service yang secara

harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik.Hal hal yang

perlu diperhatikan dalam pelayanan prima (Soetopo:1999) Adalah:

a. Apabila dikaitkan dengan tugas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat maka pelayanan prima adalah pelayanan yang terbaik dari pemerintah

kepada masyarakat.

b. Pelayanan prima bisa ada manakala ada standar pelayanan.

c. Untuk instansi yang sudah mempunyai standar pelayanan, maka pelayanan prima

adalah apabila pelayanan menuhi Standarnya.

d. Apabila pelayanan selama ini sudah memenuhi standar maka pelayanan prima

(45)

e. Untuk instansi yang belum mempunyai standar pelayanan, maka pelayanan prima

adalah pelayanan yang dianggap terbaik oleh instansi yang bersangkutan. Usaha

selanjutnya adalah menyusun standar pelayanan.

Pelanggan pemerintah adalah masyarakat. Departemen/Lembaga Pemerintah

Non Departemen/Kota memberikan pelayanan kepada masyarakat. Baik internal

maupun Eksternal.Pelayanan internal pemerintah adalah pelayanan suatu instansi

pemerintah kepada instansi pemerintah lainya, sedangkan pelayanan eksternal adalah

pelayanan suatu instansi pemerintah kepada masyarakat.

Banyak yang berpendapat bahwa pelayanan kepada masyarakat hanya

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang dan jasa. Pendapat

tersebut kurang tepat karena pada ekonomis dalam arti pengenaan biaya dalam

pelayanan umum harus ditetapkan secara umum, ketentuan perundang undangan yang

berlaku.

a) Keadilan yang merata dalam arti cakupan/jangkauan pelayanan umum harus di

usahakan seluas mungkin dengan reteribusi yang merata dan diperlakukan secara

adil.

b) Ketetapan waktu, dalam arti pelaksanaan umum dapat di selesaikan dalam waktu

yang telah ditentukan.

Era globalisasi ini misi pemerintahan tidak lagi tertumpu pada pengaturan

(regulating), Akan tetapi telah bergeser kepada pelayanan, dimana pemerintah tidak

(46)

pelayanan yang baik. Penyelenggaraan pemerintah telah mengalami pergeseran dari

fungsi pemerintah yang tradisional menjadi fungsi negara modern, Ryaas Rasyid

(1997:11):

”Tujuan utama dibentuknya suatu pemerintah adalah untuk menjaga suatu

sistem ketertiban di dalam, dimana masyarakat bisa menjalani kehidupannya secara

wajar. Pemerintah modern, dengan kata lain, pada hakikatnya adalah pelayanan

kepada masyarakat. Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri,

tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi kemajuan

bersama.”

Pemerintah menurut pendapat Taliziduhu Ndraha (1990:41) tidak hanya

bertugas memelihara ketertiban dan menegakkan hukum tetapi lebih dari pada itu

bertugas untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dari kedua pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat,

dituntut adanya suatu pemerintah yang bersifat modern yaitu pemerintah yang

mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dan membuka kesempatan bagi

seluruh masyarakat untuk berpatisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh pemerintah.

Pelayanan adalah ”usaha melayani kebutuhan orang lain” (Kamus Besar

Bahasa Indonesia,1995). Dapat dipahami bahwa pelayanan adalah kegiatan yang

(47)

melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi

kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya, Moenir (2001:26). Selain itu setiap

kegiatan yang dilakukan pihak lain yang ditujukan guna memenuhi kebutuhan orang

banyak, disebut pelayanan.

Sementara itu pelayanan prima adalah terjemahan dari Excellent service yang

secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan terbaik. Menurut E.

Juhana Wijaya (1999:34);

Pelayanan prima adalah pelayanan terbaik dari pemberi pelayanan kepada

penerima`pelayanan atau pelanggan dan apabila dikaitkan dengan tugas pemerintah

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang terbaik dari pemerintah

kepada masyarakat.

Berbagai ukuran pelayanan seperti dikemukakan diatas, pada prinsipnya

mengandung kesamaan yaitu agar terwujud tatanan administrasi yang tertib sehingga

masyarakat sebagai penerima pelayanan merasa puas.

Berkaitan dengan pelayanan umum maka segala bentuk pelayanan dapat

dilakukan dimana mana baik ditingkat pusat hingga di tingkat Desa/Kelurahan.

Demikian halnya dengan pelayanan yang dilakukan di kecamatan. Dalam melayani

masyarakat pemerintah kecamatan mempunyai peranan strategis, karena berhadapan

(48)

2.2. Tinjauan Secara Normatif

2.2.1 Kinerja Aparat Pemerintah Kecamatan

Menurut buku ”Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi

Pemerintah” (LAN-RI : 1999) dalam Wasistiono (2002:57) kinerja pemerintah di

ukur secara kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan indikator indikator:

a. Masukan (inputs)

b. Keluaran (outputs)

c. Hasil (outcomes)

d. Manfaat (benefits)

e. Dampak (impacts)

Undang Undang No 22 Tahun 1999 Tentang pemerintah daerah yang

diperbaharui dengan undang undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah

daerah pasal 1 telah ditegaskan bahwa ”Kecamatan merupakan wilayah kerja camat

sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota”. Kecamatan dipimpin oleh

kepala kecamatan. Dengan demikian camat bukan lagi penguasa wilayah dan tidak

secara otomatis mempunyai kewenangan untuk menjalankan urusan pemerintah

umum yang meliputi pengawasan, koordinasi, serta kewenangan residu. Ini artinya

kedudukan camat dengan perangkat daerah lainya di kecamatan

seperti kepala cabang dinas dan lain lain hanya bersifat koordinatif dan teknis

(49)

Kewenangan atributif yaitu kewenangan yang melekat dan diberikan pada

suatu instansi atau pejabat berdasarkan peraturan perundang-undangan, sebagaimana

diatur dalam pasal 80 dan 81 Undang-Undang No 5 Tahun 1974 yang sudah

dihapuskan sejalan dengan diberlakukanya Undang Undang No 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah.

Pendelegasian sebagian kewenangan Bupati/Walikota kepada camat dapat di

gunakan dua pola, seragam dan kewenangan tertentu. Wasistiono (2002:28)

mengemukakan dua pola pendelegasian sebagian kewenangan Bupati/Walikota

kepada camat yaitu:

Pola I : Seragam untuk semua kecamatan

Pola II: Seragam untuk kewenangan tertentu yang bersifat umum ditambah dengan

kewenangan spesifik yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan penduduk.

Kaho (1997:60) berpendapat tentang faktor faktor yang sangat mempengaruhi

dan sangat menentukan penyelenggaraan otonomi daerah antara lain: Sumber Daya

Manusia dan Kemampuan aparatur serta partisipasi masyarakat, Keuangan yang

stabil, peralatan yang lengkap, organisasi dan manajemen yang baik. Dari beberapa

faktor yang bisa mempengaruhi otonomi daerah tersebut, faktor kemampuan aparatur

pemerintah daerah memiliki peran penting dalam otonomi daerah. Sumber daya

aparatur yang profesional merupakan syarat yang diperlukan dalam mewujudkan

penyelenggaraan pemerintah daerah agar terwujud birokrsi yang berpotensi terhadap

(50)

yang sama dikemukakan Kaho (1997:80)” Bagaimana juga berhasil atau tidaknya

suatu kegiatan dilaksanakan dalam hal ini pelaksanaan otonomi Daerah akan sangat

tergantung pada manusia sebagai pelaksana atau aparatur pemerintah itu sendiri”.

Berkaitan dengan itu aparatur kecamatan yang merupakan bagian integral dari

aparatur pemerintah daerah dituntut memiliki kemampuan dan profesional dalam

melaksanakan tugas tugas yang menyangkut pemerintah dan pelayanan

masyarakat.Sedangkan aparatur kecamatan itu sendiri kita ketahui adalah Pegawai

Negri Sipil merupakan unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang

tugasnya adalah untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan.

Penjelasan mengenai pegawai negri sipil terdapat dalam pasal 1 (a) Undang

undang No 43 Tahun 1999 tentang Pokok pokok Kepegawaian, dinyatakan bahwa:

”Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat syarat yang di

tentukan dalam peraturan per Undang-Undangan, diangkat oleh pejabat pejabat yang

berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara

lainya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang undangan yang

berlaku.

2.2.2. Pelayanan Masyarakat

Berdasarkan Keputusan Menpan No 81 tahun 1993, bahwa pengertian

(51)

”Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di

pusat dan di daerah lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa, dalam

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

peraturan perundang undangan”.

Pelayanan prima adalah pelayanan yang telah sesuai, sama atau melebihi

standarnya, atau bagi yang belum ada standarnya telah sesuai dengan harapan dan

memuaskan pelanggan (LAN,Pelayanan Prima dalam Administarasi Publik,

1998:23).

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

63/KEP/M.PAN/2003, bahwa terdapat 10 (sepuluh) kriteria pelayanan masyarakat

yang baik, diantaranya adalah:

1. Kesederhanaan yang meliputi prosedur pelayanan yang tidak berbelit belit dan

mudah dilaksanakan

2. Kejelasan, yang meliputi:

a. Persyaratan teknis dan administratif publik

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab

c. Dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan

sengketa dalam pelayanan publik dan tatacara pembayaran

d. Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran

3. Kepastian, pelaksanaan pelayanan publik harus dapat diselesaikan dalam kurun

(52)

4. Akurasi, produk pelayanan Publik dapat di terima dengan benar, tepat dan sah

5. Keamanan, proses dan pelayanan publik memberi rasa aman dan kepastian

hukum

6. Tanggung jawab, pimpinan penyelenggara publik atau pejabat yang di tunjuk

bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik

7. Kelengkapan sarana dan perasarana, tersedianya sarana dan prasarana kerja,

peralatan kerja, dan pendukung lainya yang memadai termasuk penyediaan sarana

teknologi, telekomunikasi dan informatika.

8. Kemudahan Akses,tempat dan lokasi serta pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi informatika

9. Kedisiplinan, Kesopanan dan keramahan pemberian pelayanan harus bersikap

disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan iklas

10.Kenyamanan

Lingkungan hidup harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman,

bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi fasilitas pendukung

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitan

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu proses dari kegiatan ilmiah yang

pada hakekatnya berawal dari minat untuk mengetahui gejala tertentu yang

selanjutnya berhubungan dan berkembang menjadi gagasan, konseptualisasi yang

pada akhirnya menentukan metode penelitian yang sesuai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

pendekatan induktif yang berusaha untuk memahami masalah berdasarkan fakta

tentang kenyataan yang berada di lokasi penelitian. Kemudian dilakukan penelaahan

agar dapat diperoleh gambaran yang jelas serta sistematis dalam rangka pemecahan

masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan perumusan Nazir (1988 : 63), yang

mengemukakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian suatu kelompok

manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa

pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan

Nawawi (1998:63), mengatakan bahwa: Metode deskriptif dapat diartikan sebagai

(54)

melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat

dan sebagainya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak dan atau

sebaliknya.

Metode induksi menentukan cara agar manusia dalam memecahkan suatu

problematika mulai dari mencari fakta-fakta yang nyata dan murni dari pengalaman

dalam masyarakat kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum hal ini

dijelaskan oleh Asyari (1983: 28). Selanjutnya Mardalis dalam Ali (1997: 4),

mengatakan bahwa: cara berfikir induktif berpijak pada fakta-fakta yang bersifat

khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemui pemecahan persoalan yang bersifat

umum.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan pendekatan induktif. Penelitian induktif berangkat dari fakta-fakta yang

khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian ditarik generalisasi secara umum.

3.2. Definisi Konsep

Konsep merupakan generalisasi abstrak dari sekumpulan fenomena yang

memberikan arahan pada penggunaan variabel dalam penelitian. Adapun definisi

konsep yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

(55)

kecamatan dan bertanggung jawab kepada atasan yang dalam hal ini adalah

Camat.

2. Pelayanan : Cara melayani, membantu menyiapkan atau mengurus keperluan seseorang atau sekelompok orang. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara

rutin dan berkesinambungan dan dalam rangka usaha memenuhi kebutuhan dari

orang lain yang membutuhkan pelayanan. Pelayanan memiliki nilai ukur,

sehingga dapat diperoloeh nilai standar dari pelayanan yang dilakukan.

3. Masyarakat : Kumpulan orang yang hidup berkelompok dalam suatu wilayah dan melakukan berbagai aktifitas guna memenuhi segala bentuk kebutuhan yang

diperlukan. Dalam hal ini masyarakat tersebut merupakan objek dari pelayanan.

4. Kinerja : Pencapaian suatu nilai atau tujuan dari sekumpulan orang atau sebuah organisasi yang orang – orang tersebut memiliki tugas atau wewenang yang harus

dipertanggungjawabkan. Pencapaian suatu nilai atau tujuan tersebut didapat

melalui proses pelaksanaan dari tugas atau beban kerja yang ada, sesuai dengan

wewenang tanggungjawab masing – masing.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

(56)

tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang

ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang

dimiliki oleh subjek/objek itu. Hal ini sejalan dengan pandangan Sugiyono (2002:

57), selanjutnya Arikunto (2002, 108) mengatakan bahwa populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah aparat Kantor Kecamatan Banda Sakti

dan masyarakat yang ada di Kecamatan Banda Sakti yang berjumlah 70.569 jiwa.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hal ini sesuai

dengan pandangan Arikunto (2002: 116). Pelaksanaan penelitian dilakukan untuk

melihat kinerja aparat kantor kecamatan terhadap pelayanan kepada masyarakat,

dalam hal ini penulis menggunakan teknik accidental sampling. Menurut Soehartono

(2000: 62), Accidental sampling disebut juga convience sampling. Seperti yang

ditunjukkan oleh namanya, orang yang diambil sebagai anggota sampel adalah

mereka yang kebetulan ditemukan atau mereka yang mudah diterima dan dijangkau.

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang sedang mengajukan

permohonan pembuatan atau surat pengantar pembuatan Kartu Tanda Penduduk

(KTP), IMB, Akte Kelahiran surat tanah dan surat-surat lainnya pada saat penulis

(57)

Banda Sakti yang berjumlah 50 orang. Sedangkan aparat kantor Kecamatan Banda

Sakti yang diwawancarai terdiri dari:

1. Camat Banda Sakti : 1 orang

2. Sekretaris Camat : 1 orang

3. Staf kecamatan : 16 orang

Jumlah : 18 orang

Jumlah sampel secara keseluruhan adalah 68 orang. Penulis menjadikan hasil

wawancara dari ketiga aparat kantor Kecamatan Banda Sakti di atas sebagai cross

check. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil

kuesioner.

3.4. Variabel Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan judul penelitian tersebut, peneliti mengambil

(58)

Tabel 1. Variabel Penelitian

No. Variabel Indikator Sub Indikator

1 Kinerja Aparat

Pemerintah

Kecamatan dalam

Pelayanan

Masyarakat

a. Responsivitas a. Prioritas Pelayanan

b. Kebutuhan Masyarakat

b. Responsibilitas a. Prinsip-Prinsip

Administrasi

b. Kebijaksanaan

Organisasi

c. Akuntabilitas a. Tanggung Jawab

d. Kesederhanaan a. Prosedur

b. Persyaratan

e. Kejelasan/Kepastian a. Kepastian hukum

b. Prosedur terbuka

f. Keamanan a. Kenyamanan

g. Keterbukaan a. Jujur

b. Terus Terang

h. Efisiensi a.. Tidak Berbelit-Belit

i. Ekonomis a. Biaya rendah

j. Keadilan a. Pemerataan

k. Ketepatan Waktu a. Tepat waktu

b. Efisiensi waktu

Sumber : Data diolah (2008)

(59)

3.5. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data itu dapat

diperoleh. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data berupa person,

place, dan paper. Hal ini sejalan dengan pandangan Arikunto (2002: 107):

1. Person yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan

melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.

Penulis menjadikan sumber data yang berupa person yaitu aparat kantor

Kecamatan Banda Sakti dan masyarakat yang mengajukan permohonan

pelayanan KTP, IMB, Permohonan Akte Kelahiran dll.

2. Place yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan

bergerak.

3. Paper yaitu suber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka,

gambar, atau alternatif – simbol lain. Paper bukan hanya terbatas hanya pada

kertas, tetapi dapat berwujud batu, kayu, tulang dan lain sebagainya yang

cocok untuk penggunaan metode dokumentasi.

Pengambilan sumber data yang berupa paper adalah catatan-catatan,

(60)

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi

yang berhubungan dengan topik pembahasan. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan teknik penelitian lapangan. Teknik penelitian ini dilakukan dengan

cara mengumpulkan data dan gejala yang terjadi di lapangan. Teknik ini merupakan

kelanjutan dari penelitian kepustakaan yang terdapat dalam literatur dan disesuaikan

dengan fakta yang ada. Dalam mengumpulkan data di lapangan penulis menggunakan

instrumen berupa:

1. Observasi

Observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan

data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain hal ini

dijelaskan Nasir (1988: 212). Observasi dilakukan terhadap objek yang diteliti

sehingga peneliti melihat secara langsung keadaan yang sebenarnya untuk

memperoleh gambaran dari objek yang diteliti.

Penulis mengamati kejadian-kejadian di lapangan yang berhubungan dengan

proses pelayanan yang diberikan oleh aparat kantor Kecamatan Banda Sakti

kepada masyarakat. Selain itu juga penulis mengamati bagaimana situasi kerja di

kantor Kecamatan Banda Sakti secara umum.

2. Wawancara.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Hal ini sejalan dengan

(61)

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Selanjutnya Nazir (1988: 234),

mengatakan bahwa wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya

dengan menggunakan alat yang dinamakan interviwe guide (panduan

wawancara).

Wawancara dilakukan dengan cara mendatangi dan mengadakan komunikasi

langsung atau bertatap muka dengan beberapa informan yang penulis anggap

perlu untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap. Untuk mencari

informasi mengenai bagaimana kinerja aparat kantor Kecamatan Banda Sakti

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka penulis mengadakan

wawancara kepada camat selaku pimpinan di kantor kecamatan. Selain itu juga

penulis mengadakan wawancara kepada aparat kantor kecamatan untuk

melengkapi dan mengecek informasi yang diperoleh dari camat.

3. Kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang

ia ketahui. Hal ini sejalan dengan pandangan Arikunto (2002: 128). Selanjutnya

menurut Nazir (1988: 245), mengatakan: angket atau daftar pertanyaan ini sering

Gambar

Tabel 4.17
Gambar 4.1
Tabel 2. Luas Wilayah Kecamatan Banda Sakti menurut Gampong/Kelurahan  No. Gampong (nama) Luas (Km2)
Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Banda Sakti No
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin melihat efektivitas pembentukan pelayanan perizinan terpadu satu pintu dalam memberikan pelayanan di bidang perizinan

Dari beberapa wawancara di atas telah menjadi bukti kuat bahwa Kualitas Pelayanan di Kantor Kelurahan Nunu Kecamatan Tatanga dalam menilai Responsivitas sudah baik

Untuk mengetahui apa saja upaya yang di lakukan dalam mengatasi masalah atau hambatan kinerja pegawai dalam melaksanakan pelayanan publik di Kantor Kecamatan

Hasil penelitian tentang Kinerja Aparat Pelayanan pada Kantor Pertanahan Kota Semarang dengan fenomena pengamatan antara lain : Kinerja Pelayanan, Diskriminasi Pelayanan,

Dari beberapa wawancara di atas telah menjadi bukti kuat bahwa Kualitas Pelayanan di Kantor Kelurahan Nunu Kecamatan Tatanga dalam menilai Responsivitas sudah baik

Kualitas pekerjaan yang meliputi dengan hasil suatu pekerjaan yang telah dilakukan dalam hal kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin sudah cukup baik..

Kinerja Pegawai Kantor Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar dalam melaksanakan peningkatan kualitas pelayanan publik apabila ditinjau dari produktivitas kerja pegawai, beberapa sumber

Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Hambatan Berkaitan dengan faktor upaya yang dilakukan terhadap kinerja pegawai dalam pelayanan publik di Kantor Kecamatan Tapin Utara Kabupaten