STUDI TENTANG PEMELIHARAAN BOILER
FEEDWATER PUMP GSG 100–290/12 PADA
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
(PLTU) LABUHAN ANGIN
KAPASITAS 2×115 MW
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
ANDRI NOVRIZAL
NIM. 050401071
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan penelitian untuk Skripsi ini dapat terselesaikan.
Tugas Skripsi penulis berjudul “Studi tentang Pemeliharaan Boiler Feed
Water Pump (BFWP) GSG 100-290/12 pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Labuhan Angin kapasitas 2x115 MW”, dapat terselesaikan atas dukungan beberapa
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis dengan segala ketulusan dan keikhlasan
hati ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta, (Ayah) Ali Amrin dan (Ibu) Anidar
yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi dan nasihat
yang tak ternilai harganya. Serta kepada kakak-kakakku, yaitu Wilda
Rahmaniah, Love Rinda Ssi, dan drg. Marta Rinda.
2. Bapak Ir. Jaya Arjuna, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya membimbing, memotivasi, menasehati dan membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Pimpinan dan Staf PLTU Labuhan Angin, kecamatan Tapian Nauli 1.
4. Bapak Ir. Alfian Hamsi, M.Sc selaku dosen pembanding I,
5. Ibu Ir. Raskita S. Meliala selaku dosen pembanding II,
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Armansyah Ginting M.Eng (Dekan Fakultas Teknik USU)
beserta segenap Staf dan Jajarannya.
7. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri, dan Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus,
ST. MT, selaku ketua dan sekretaris Departemen Teknik Mesin Fakultas
Teknik USU.
8. Staf akademik Departemen Teknik Mesin, khususnya buat bang Syawal, dan
Ibu Ismawati,
9. Aulia Amanda, Skom yang setiap saat memberikan perhatian, semangat,
10.Seluruh rekan-rekan M. Halley, Dian Morfi, Hengky P, Sefri Z, Henry Tjg,
Fachriza, Zulfahmi, M.Supriadi dan kawan-kawan Mahasiswa Departemen
Teknik Mesin, teristimewa kepada Angkatan 2005 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan masukan yang
berguna demi kelengkapan Skripsi ini, “Solidarity Forever”.
11.Seluruh Teman-teman dari Laboratorium Computer Numerically Controlled
(CNC),
12.Seluruh Teman-teman dan sahabat-sahabatku semua yang ikut membantu
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan
maupun penyajian. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran-saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini di kemudian hari.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan doa kepada
Allah SWT semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2010
Penulis
ABSTRAK
Dalam suatu industri proses, mesin-mesin yang menjadi bagian di dalamnya harus memiliki sistem pemeliharaan. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin yang menggunakan sistem pembakaran CFB (Circulating Fluidized Bed) masih tergolong baru dalam kelompok unit pembangkit yang ada di Indonesia. Sehingga pelaksanaan dalam suatu pemeliharaan masih belum berjalan dengan baik. Boiler
Feed Water Pump (BFWP) yang menjadi objek utama dalam penelitian ini masih
melaksanakan preventive yang biasa tanpa menerapkan analisis pembiayaan. Sehingga penelitian ini mencoba untuk menerapkan sistem pemeliharan baru yaitu sistem probabilitas berdasarkan parameter biaya per pemeliharaan dari data setiap bulannya. Hasil analisa menunjukkan secara teknis bahwa operator juga harus dikaitkan untuk menjaga umur pemakaian dari BFWP dan dapat melaksanakan
preventive maintenance dalam 4 bulan sekali, sedangkan dari segi biaya, perusahaan
harus mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk pemeliharaannya sebesar Rp. 17.750.000,- untuk breakdown dan Rp. 3.850.000,- untuk preventive, tenaga kerja Rp.4.900.000, dan jam kerja sebesar Rp. 39.200.000,-.
Kata kunci : PLTU, ketel uap (boiler), Boiler Feed Water Pump, pemeliharaan, teori
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR… ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR NOTASI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Tujuan Penelitian ... 3
1.5. Manfaat Penelitian ... 4
1.6. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Manajemen Pemeliharaan ... 6
2.1.1. Manajemen ... 6
2.1.2. Pemeliharaan (Maintenance) ... 8
2.1.3. Struktur Organisasi Pemeliharaan ... 13
2.1.4. Masalah Efisiensi pada Pemeliharaan ... 16
2.1.5. Jenis dan Klasifikasi Pemeliharaan ... 18
2.1.6. Hubungan Pemeliharaan dengan Proses Produksi... 23
2.1.7. Hubungan kegiatan Pemeliharaan dengan Biaya ... 24
2.1.8. Faktor penghambat dalam melaksanakan kerja ... 26
2.1.9. Analisa kebijakan Pemeliharaan ... 26
2.2. Metode Manajemen Pemeliharaan... 28
2.3. Pompa ... 31
2.3.1. Pengertian Pompa ... 31
2.3.5. Karakteristik Pompa Sentrifugal ... 36
2.3.6. Head Pompa ... 37
2.3.7. Kecepatan Spesifik Pompa ... 39
2.3.8. Kavitasi ... 39
2.3.9. Net Positive Suction Head (NPSH) ... 40
BAB III OBJEK dan METODE PENELITIAN ... 44
3.1. Objek ... 44
3.1.1. Sejarah Singkat PLTU Labuhan Angin ... 44
3.1.2. Komponen-komponen Utama PLTU ... 46
3.1.3. Struktur Organisasi PLTU Labuhan Angin... 48
3.1.4. Uraian Tugas ... 49
3.2. Metode Penelitian ... 52
3.2.1. Jenis Penelitian ... 52
3.2.2. Lokasi Penelitian ... 53
3.2.3. Subjek Penelitian ... 53
3.2.4. Sumber Data ... 54
3.2.5. Rancangan Penelitian ... 54
3.2.6. Alat dan Bahan ... 55
3.2.7. Kerangka Pemikiran ... 57
3.3. Rencana Biaya Penelitian ... 59
3.4. Jadwal Penelitian ... 59
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 60
4.1. Pelaksanaan Pemelliharaan Booiler Feed Water Pump pada PLTU Labuhan Angin ... 60
4.2. Masalah-masalah pemeliharaan Boiler Feed Water Pump Yang dihadapi Perusahaan ... 65
4.2.1 Masalah Pembiayaan Pemeliharaan BFWP ... 65
4.2.2 Masalah Pembiayaan Tenaga Kerja dan Jam Kerja BFWP ... 66
4.2.3 Masalah Suku Cadang... 66
4.3. Pembahasan Masalah ... 67
4.3.1 Pembahasan Masalah Biaya Maintenance ... 67
4.3.2 Pembahasan Masalah Biaya Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... 77
4.3.3 Pembahasan Masalah Suku Cadang ... 79
4.3.4 Pembahasan Masalah Tenaga Ahli ... 80
4.3.5 Pembahasan Masalah tools dan Consumable ... 80
BAB V KESIMPULAN & SARAN ... 81
5.1. Kesimpulan ... 81
5.2. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kapasitas Produksi ... 45
Tabel 3.2. Jumlah tenaga kerja PLTU Labuhan Angin ... 48
Tabel 3.3. Jumlah tenaga kerja dan latar belakang pendidikan ... 49
Tabel 3.4. Data Sheet Pompa ... 56
Tabel 3.5. Jadwal Penelitian ... 59
Tabel 4.1. Biaya pemeliharaan Preventive /bulan BFWP ... 64
Tabel 4.2. Biaya pemeliharaan Breakdown /bulan BFWP ... 65
Tabel 4.3. Data kerusakan Mesin Boiler Feed Water Pump ... 69
Tabel 4.4. Probabilitas kerusakan BFWP tahun 2009 ... 70
Tabel 4.5. Perhitungan mencari rata-rata umur BFWP sebelum rusak ... 74
Tabel 4.6. Perhitungan biaya-biaya pemeliharaan... 75
Tabel 4.7. Biaya tenaga kerja untuk pemeliharaan BFWP ... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Konsep strategi pemeliharaan dan Reliability yang baik
membutuhkan karyawan dan prosedur yang baik... 9
Gambar 2.2. Diagram alir dari pembagian pemeliharaan ... 23
Gambar 2.3. Hubungan Preventive Maintenance, Breakdown Maintenance dengan biaya ... 25
Gambar 2.4. Tipe kurva bak mandi ... 30
Gambar 2.5. Diagram berbagai jenis pompa ... 32
Gambar 2.6. Pompa bertingkat banyak ... 34
Gambar 2.7. Bagian-bagian utama Pompa Sentrifugal... 34
Gambar 2.8. Kurva kinerja Pompa Sentrifugal ... 36
Gambar 2.9. Skema instalasi pompa... 38
Gambar 2.10. Kerusakan pada sudu impeller akibat kavitasi ... 40
Gambar 2.11. Posisi pompa terletak diatas permukaan fluida yang diisap ... 42
Gambar 2.12. Posisi pompa terletak dibawah permukaan fluida yang diisap ... 42
Gambar 3.1. Ketel uap (Boiler) type CFD ... 46
Gambar 3.2. Turbin PLTU Labuhan Angin ... 47
Gambar 3.3. Generator ... 47
Gambar 3.4. Transformator (Trafo) ... 48
Gambar 3.5. Grafik persentase tenaga kerja yang dimiliki PLTU Labuhan Angin ... 49
Gambar 3.6. Diagram struktur organisasi PLTU Labuhan Angin... 52
Gambar 3.7. Peta lokasi PLTU Labuhan Angin ... 53
Gambar 3.8. Diagram rancangan Penelitian ... 54
Gambar 3.9. Vibration tester ... 55
Gambar 3.10. Thermo digital ... 55
Gambar 3.11. Diagram kerangka Pemikiran ... 58
Gambar 4.1. Grafik hubungan antara kerusakan yang terjadi perbulan ... 76
Gambar 4.2. Grafik hubungan antara biaya Preventive dengan Breakdown ... 77
Gambar 4.3. Grafik hubungan antara biaya dan tenaga kerja ... 78
DAFTAR NOTASI
g Percepatan gravitasi m/s2
H Head m
hf Mayor loss m
hm Minor loss m
m Massa kg
n Putaran rpm
NPSHA Head isap positif netto yang tersedia m
NPSHR Head isap positif netto yang dibutuhkan m
P Tekanan kgf/cm2
Pv Tekanan uap jenuh kgf/cm2
Z Head statis m
Simbol Yunani
ρ Massa jenis fluida kg/m3
θ Sudut fase rad
γ Berat jenis fluida kgf/m3
TCr Total Cost repair Rp
n Jumlah mesin atau alat Rp
C2 Biaya perbaikan Rp
Bn Jumlah perkiraan kerusakan Bulan
ABSTRAK
Dalam suatu industri proses, mesin-mesin yang menjadi bagian di dalamnya harus memiliki sistem pemeliharaan. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin yang menggunakan sistem pembakaran CFB (Circulating Fluidized Bed) masih tergolong baru dalam kelompok unit pembangkit yang ada di Indonesia. Sehingga pelaksanaan dalam suatu pemeliharaan masih belum berjalan dengan baik. Boiler
Feed Water Pump (BFWP) yang menjadi objek utama dalam penelitian ini masih
melaksanakan preventive yang biasa tanpa menerapkan analisis pembiayaan. Sehingga penelitian ini mencoba untuk menerapkan sistem pemeliharan baru yaitu sistem probabilitas berdasarkan parameter biaya per pemeliharaan dari data setiap bulannya. Hasil analisa menunjukkan secara teknis bahwa operator juga harus dikaitkan untuk menjaga umur pemakaian dari BFWP dan dapat melaksanakan
preventive maintenance dalam 4 bulan sekali, sedangkan dari segi biaya, perusahaan
harus mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk pemeliharaannya sebesar Rp. 17.750.000,- untuk breakdown dan Rp. 3.850.000,- untuk preventive, tenaga kerja Rp.4.900.000, dan jam kerja sebesar Rp. 39.200.000,-.
Kata kunci : PLTU, ketel uap (boiler), Boiler Feed Water Pump, pemeliharaan, teori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Dengan pentingnya peranan tenaga listrik dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya bagi keperluan industri, serta perbandingan antara jumlah rakyat Indonesia
yang telah mendapat pasokan energi listrik terhadap jumlah seluruh rakyat Indonesia,
baru mencapai angka sekitar 57%, maka masalah pengembangan dan mutu tenaga
listrik juga menjadi tuntutan yang makin besar dari pihak pemakai tenaga listrik.
Untuk mengatasi hal tersebut dilakukanlah suatu pengembangan penyediaan energi
listrik, yaitu pengembangan pembangkit energi listrik. (Djiteng, 2005).
Dalam merencanakan suatu sistem penyediaan tenaga listrik, lokasi fisik
tenaga pusat tenaga listrik saluran transmisi dan gardu induk perlu ditentukan dengan
tepat, agar dapat diperoleh sistem yang baik, ekonomis dan dapat diterima masyarakat
(Kadir, 1996).
Dalam hal ini perlu kita ketahui, bahwa pembangkit listrik tenaga uap pada
saat ini masih menjadi pilihan dalam konversi tenaga dengan skala besar dari bahan
bakar konvensional (batubara, minyak, atau gas alam) dalam memenuhi kebutuhan
permintaan beban yang besar. (Susepto, 2006).
Menurut dari Wikipedia, (2008) sekitar60% energi listrik dunia bergantung
pada batubara. hal ini dikarenakan PLTU batubara bisa menyediakan listrik dengan
harga yang murah. Akan tetapi, kelemahan utama dari PLTU batubara adalah
pencemaran emisi karbonnya sangat tinggi, paling tinggi dibandingkan bahan bakar
lain.
Pada dasarnya semua proses produksi haruslah di tujukan untuk menjamin
terdapatnya kontinuitas dan koordinasi kegiatan dalam produksinya. Oleh Karena itu,
secara alamiah tidak ada barang yang dibuat oleh manusia yang tidak bisa rusak, maka
diperlukanlah perbaikan berkala dengan suatu aktivitas yang dikenal dengan
pemeliharaan (Antony, 1992). Faktor pemeliharaan alat dan fasilitas-fasilitas produksi
merupakan bagian yang sama pentingnya dengan bagian lainnya yang terdapat dalam
karena sebagian besar pengelolaan yang dilakukan pada proses produksi sebuah
perusahaan pembangkit tenaga listrik juga menggunakan mesin.
Menurut Djiteng (2005), masalah utama dalam pembangkit tenaga listrik
adalah pada sistem operasi serta kerusakan pada sistem instalasi yang menyebabkan
pemutusan tenaga sehingga pasokan listrik pun terputus. Bagian-bagian PLTU yang
memerlukan pemeliharaan secara periodik adalah bagian-bagian yang berhubungan
dengan gas buang dan dengan air pendingin, yaitu pipa-pipa air ketel uap
(Evaporator) dan pipa-pipa air pendingin termasuk pipa-pipa kondensor. Pipa-pipa ini
semua memerlukan pembersihan secara periodik.
Pada siklus tertutup PLTU, dimana air laut yang telah diolah dan dimurnikan
melalui proses pemurnian, kemudian dilakukan pemanasan hingga terbentuk uap yang
pada dasarnya berfungsi sebagai penggerak turbin yang diteruskan ke generator
sehingga menghasilkan arus listrik dan uap ini akan di kondensasikan kembali
menjadi air yang lebih di kenal air kondensat. Lalu air ini akan dipompakan dengan
pompa kondensat kemudian di teruskan ke boiler feed water pump. Air tadi akan di
umpan ke boiler dan menjadi uap dan proses tersebut terjadi kembali berulang- ulang
Melalui pelaksanaan pemeliharaan yang baik dan berkesinambungan maka
peralatan perusahaan dapat dipergunakan sesuai rencana, sehingga proses produksi
dapat berjalan dengan lancar, dan kemungkinan kerusakan yang terjadi dapat
dikurangi bahkan dihindari sama sekali. Perusahaan yang melakukan proses produksi
tanpa memperhatikan kegiatan pemeliharaan berarti telah menghilangkan masa depan
perusahaan itu sendiri, dalam jangka pendek memang seakan-akan perusahaan dapat
menekan biaya produksi karena tidak perlu mengeluarkan biaya perawatan yang
cukup besar. Akan tetapi, dalam jangka panjang perusahaan akan mengalami kesulitan
dalam kegiatan proses produksinya karena alat dan mesin yang tidak terpelihara
dengan baik akan mengalami banyak masalah seperti kerusakan, kemacetan, bahkan
alat/mesin tidak dapat beroperasi sama sekali.
Mengingat pentingnya kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan untuk
menunjang kelancaran produksi, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
yang akan dituangkan kedalam skripsi dengan judul “Studi Tentang Pemeliharaan
Boiler Feed Water Pump pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, perusahaan harus dapat
memelihara mesin/alat produksinya, sehingga produksi dapat berjalan dengan baik
dan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan. Masalah yang dihadapi adalah
bagaimana cara agar semua mesin produksi dapat berfungsi dengan baik, sehingga
produksi tidak terhambat dan produk yang dihasilkan merupakan produk yang
berkualitas.
Dari berbagai masalah pemeliharaan mesin/alat yang ada pada perusahaan
tersebut, penulis mencoba merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pemeliharaan Boiler Feed Water Pump di
PLTU Labuhan Angin?
2. Masalah apa yang dihadapi dalam pelaksanaan pemeliharaan Boiler Feed Water
Pump yang dilakukan PLTU Labuhan Angin?
3. Bagaimana cara memecahkan masalah yang timbul dalam melaksanakan
pemeliharaan Boiler Feed Water Pump di PLTU Labuhan Angin?
1.3Batasan Masalah
Dalam penelitian ini pembahasan yang dilakukan hanya dibatasi mengenai
sistem pelaksanaan pemeliharaan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Labuhan Angin, pada Boiler Feed Water Pump dengan menganalisa kerusakan secara
teknis dan mencakup tentang evaluasi biaya pemeliharaan.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pemeliharaan Boiler Feed Water Pump
di PLTU Labuhan angin.
2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapai dalam melaksanakan pemeliharaan
Boiler Feed Water Pump yang dilakukan PLTU Labuhan Angin,
3. Untuk mengetahui cara memecahkan masalah yang timbul dalam melaksanakan
pemeliharaan Boiler Feed Water Pump di PLTU Labuhan Angin agar dapat
1.5Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis,
maupun bagi pembaca atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.
1. Manfaat akademis
Menjadikan bahan perbandingan dari teori pemeliharaan yang dipelajari di
perkuliahan dengan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di lapangan dan untuk
mendapatkan gelar sarjana teknik di departemen teknik mesin.
2. Manfaat dalam implementasi atau praktik
Sesuai dengan penelitian penulis tentang pemeliharaan pabrik pada Boiler Feed
Water Pump dapat sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca ataupun
pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui sistem pemeliharaan Boiler Feed
Water Pump pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan isi skripsi ini maka diperlukan suatu sistematika untuk
memberikan gambaran umum. Adapun sistematika penulisan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1.6.1 Bagian Awal, yang berisi:
a. Halaman judul;
b. Lembaran Pengesahan dari pembimbing;
c. Lembaran Pengesahan dari pembanding;
d. Spesifikasi tugas;
e. Lembaran evaluasi seminar tugas akhir;
f. Kata pengantar;
g. Abstrak;
h. Daftar isi;
i. Daftar tabel;
j. Daftar gambar;
1.6.2 Bagian Inti, yang berisi:
a. Bab 1: Pendahuluan
1.1 Latar belakang;
1.2 Perumusan masalah;
1.3 Batasan masalah;
1.4 Tujuan Penelitian;
1.5 Manfaat penelitian
1.6 Sistematika penulisan;
b. Bab 2: Landasan teori;
c. Bab 3: Objek dan Metode penelitian;
d. Bab 4: Deskripsi Data dan pembahasan;
e. Bab 5: Kesimpulan dan Saran;
1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari:
a. Daftar Pustaka;
b. Lampiran;
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1MANAJEMEN PEMELIHARAAN 2.1.1 Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa prancis kuno ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur (Wikipedia, 2009). Menurut Robbins
(2007), mendefenisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektief dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanbataan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorginisir, dan sesuai dengan jadwal.
2.1.1.1 Defenisi Manajemen
Manajemen berasal dari kata kerja To Manage berarti control. Dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan mengendalikan, menangani atau mengelola. Selanjutnya
kata benda manajemen atau management dapat mempunyai berbagai arti. (Herujito,
2001).
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal. Mary Parker follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjan melalui orang lain. Dalam Encylopedia of the Social Sience
dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu
tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Manajemen menurut Pamela Lewis, (2004) dalam bukunya “management:
challenges For tomorrow’s Leaders”, yaitu:
“management is the process of administering and coordinating resources
effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of organitation ”.
Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam mengatur sumber daya – sumber daya yang dimilikinya agar dapat
2.1.1.2 Teori Manajemen
Menurut Herujito (2001), menguraikan gambaran dan 3 teori manajemen:
a. Teori Klasik
Teori yang berusaha meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui
peningkatan efisiensi tenaga kerja,
b. Aliran Perilaku
Teori ini muncul akibat ketidak mampuan teori klasik menjelaskan bagaimana
efisiensi produksi dan keserasian kerja dapat dicapai dalam suatu perusahaan atau
organisasi,
c. Ilmu Manajemen
Teori ini mencoba mendekatkan masalah manajemen dan organisasi untuk
perusahaan secara umum dengan membentuk matematik yang merupakan
simulasi dari masalah yang terjadi.
2.1.1.3 Fungsi Manajemen
Teori manajemen menyatakan bahwa manajemen memiliki beberapa fungsi.
Fungsi dalam hal ini adalah sejumlah kegiatan yang meliputi berbagai jenis pekerjaan
yang dapat digolongkan dalam satu kelompok sehingga membentuk suatu kesatuan
administratif (Herujito, 2001).
Untuk mencapai tujuannya organisasi memerlukan dukungan manajemen
dengan fungsinya sesuai kebutuhan. Kegiatan fungsi-fungsi manajemen diperjelas
secara ringkas, yaitu (Amsyah, 2005):
a. Perencanaan (planning) adalah fungsi manajemen yang berkaitan dengan
penyusunan tujuan dan menjabarkannya dalam bentuk perencanaan untuk
mencapai tujuan tersebut,
b. Pengorganisasian (organizing) adalah yang berkaitan dengan pengelompokan
personel dan tugasnya untuk menjalankan pekerjaan sesuai tugas dan misinya,
c. Pengaturan personel (staffing) adalah yang berkaitan dengan bimbingan dan
pengaturan kerja personel. Unit masing-masing manajemen sampai pada kegiatan,
seperti seleksi, penempatan, pelatihan, pengembangan dan kompensasi, sebagai
bagian dari bantuan unit pada unit personalia organisasi dalam pengembangan
d. Pengarahan (directing) adalah yang berkaitan dengan kegiatan melakukan
pengarahan-pengarahan, tugas-tugas, dan konstruksi,
e. Pengawasan (controlling) kegiatan yang berkaitan dengan pemeriksaan untuk
menentukan apakah pelaksanaannya sudah dikerjakan sesuai dengan perencanaan,
sudah sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai, dan perencanaan yang belum
mencapai kemajuan, serta melakukan koreksi bagi pelaksanaan yang belum
terselasaikan.
2.1.2 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.2.1 Defenisi Pemeliharaan
Pemeliharaan Mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara
Bagian Pemeliharaan dan Bagian Produksi. Karena Bagian Pemeliharaan dianggap
yang memboroskan biaya, sedang Bagian Produksi merasa yang merusakkan tetapi
juga yang membuat uang (Ardhi, 2008). Pada umumnya sebuah produk yang
dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia
penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal dengan
pemeliharaan. (Anthony, 1992). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kegiatan
pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin yang
digunakan dalam proses produksi.
Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat,
menjaga, dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai
tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya
sampai suatu kondisi yang bisa diterima. (Anthony, 1992). Untuk Pengertian
Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan
memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan/kerusakan mesin. (Setiawan, 2008).
Menurut Jay and Barry Render, (2001) dalam bukunya “operations
Management” pemeliharaan adalah:
“all activities involved in keeping a system’s equipment in working order”
Segala aktivitas yang didalamnya adalah untuk menjaga sebuah sistem
secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai
dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).
Menurut Sofyan (2004), pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara
atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau
penyesuaian atau penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan
operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Sedangkan menurut Manahan (2004), Pemeliharaan merupakan semua
aktivitas termasuk menjaga peralatan dan mesin selalu dapat melaksanakan pesanan
pekerjaan.
Dari beberapa pendapat di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan perusahaan
agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan
yang telah direncanakan atau ditentukan oleh perusahaan dengan hasil produksi yang
berkualitas.
Gambar 2.1 Konsep strategi pemeliharaan dan Reliability yang baik membutuhkan
karyawan dan prosedur yang baik
(Sumber: Heizer, Jay and Render, Barry, (2001), operation management, practice
2.1.2.2 Tujuan Pemeliharaan
Dengan adanya kegiatan pemeliharaan ini maka fasilitas atau peralatan
perusahaan dapat dipergunakan untuk kegiatan produksi sesuai dengan rencana, dan
tidak mngalami kerusakan selama fasilitas/peralatan perusahaan tersebut
dipergunakan selama proses produksi. Oleh karena itu, suatu kalimat yang perlu
diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian lainnya bagi suatu pabrik adalah
pemeliharaan (maintenance) murah sedangkan perbaikan (repair) mahal. (Setiawan,
2008).
Menurut Asyari (2007), dalam bukunya manajemen pemeliharaan mesin
Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:
a. Untuk memperpanjang kegunaan asset,
b. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi
dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin,
c. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan
dalam keadaan darurat setiap waktu,
d. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
Menurut Sofyan (2004), tujuan pemeliharaan yaitu:
a. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana
produksi,
b. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan
oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu,
c. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar batas
dan menjaga modal yang di investasikan tersebut,
d. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan
melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien,
e. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan para
pekerja,
f. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari
suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu
Sedangkan menurut Keith (2002), dalam bukunya An introduction to
predictive maintenance menjelaskan adapun tujuan dari di lakukannya pemeliharaan
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menjamin tersedianya peralatan atau mesin dalam kondisi yang mampu
memberikan keuntungan,
b. Menjamin kesiapan peralatan cadangan dalam situasi darurat, misalnya sistem
pemadam kebakaran, pembangkit listrik, dan sebagainya,
c. Menjamin keselamatan manusia yang menggunakan peralatan,
d. Memperpanjang masa pakai peralatan atau paling tidak menjaga agar masa pakai
peralatan tersebut tidak kurang dari masa pakai yang telah di jamin oleh pembuat
peralatan tersebut.
2.1.2.3 Fungsi pemeliharaan
Menurut pendapat Agus (2002), fungsi pemeliharaan adalah agar dapat
memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta
mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan
optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi.
Keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik
terhadap mesin, adalah sebagai berikut (Agus, 2002):
a. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan
akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,
b. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan
dengan lancar,
c. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya
kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi
selama proses produksi berjalan,
d. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses
dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,
e. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan
produksi yang digunakan,
f. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan
g. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam
perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada
semakin baik.
2.1.2.4 Kegiatan-kegiatan pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan menurut Manahan (2004),
meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut:
a. Inspeksi (inspection)
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara
berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan
selalu mempunyai peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin
kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya kerusakan, maka segera
diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi,
dan berusaha untuk mencegah penyebab timbulnya kerusakan dengan melihat
sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.
b. Kegiatan teknik (Engineering)
Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan
kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan
penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan
inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan
perbaikan-perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh
karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan terutama apabila dalam perbaikan
mesin-mesin yang rusak tidak di dapatkan atau diperoleh komponen yang sama
dengan yang dibutuhkan.
c. Kegiatan produksi (Production)
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu
memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan
pekerjaan yang disarankan atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik,
melaksanakan kegiatan service dan perminyakan (lubrication). Kegiatan produksi ini
dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-usaha perbaikan segera jika terdapat
d. Kegiatan administrasi (Clerical Work)
Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan
kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts) yang di butuhkan, laporan kemajuan
(progress report) tentang apa yang telah dikerjakan . waktu dilakukannya inspeksi dan
perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut, komponen (spareparts) yag tersedia di
bagian pemiliharaan. Jadi, dalam pencatatan ini termasuk penyusunan planning dan
scheduling, yaitu rencana kapan suatu mesin harus dicek atau diperiksa, diminyaki
atau di service dan di resparasi.
e. Pemeliharaan Bangunan (housekeeping)
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap
terpelihara dan terjamin kebersihannya.
2.1.3 Struktur Organisasi Pemeliharaan (Maintenance Organization structure)
Praktek terbaik untuk struktur organisasi pemeliharaan secara langsung
tergantung pada unsur-unsur seperti rencana operasi pekerjaan, jenis pekerjaan
pemeliharaan, dan sejenisnya. (Keith, 2002).
2.1.3.1 Rencana operasi pekerjaan (operation business plan)
Organisasi pemeliharaan harus di tetapkan untuk memenuhi tuntutan dari
fungsi operasi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan akan di operasikan 24 jam per hari,
7 hari per minggu memerlukan struktur organisasi pemeliharaan yang dapat
mendukung modus atau cara operasi. Tenaga kerja pemeliharaan harus di
distribusikan untuk mendukung operasi terus-menerus dan mempunyai penjadwalan
dan perencanaan yang efektif dapat mengambil keuntungan dari “jendela peluang”,
misalnya, periode ketika permintaan izin produksi mempertahankan aktifitas
pemeliharaan. Di sisi lain, ketika siklus produksi 24 jam per hari, 5 hari per minggu,
organisasi pemeliharaan harus di wujudkan untuk mendapatkan keuntungan penuh
dari jendela 2 hari, misalnya, akhir pekan, untuk melakukan mempertahankan
2.1.3.2 Jenis pekerjaan pemeliharaan (maintenance work types)
Sebuah keefektikfan organisasi pemeliharaan harus di susun untuk
menyediakan tingkat batas dari pemeliharaan yang berbeda dengan jenis pekerjaan.
Minimal, organisasi pemeliharaan harus di wujudkan untuk menyediakan tindakan
efektif, dukungan kualitas untuk 3 jenis atau klasifikasi pekerjaan utama, yaitu,
pemeliharaan darurat (emergency maintenance), preventive maintenance, dan
membangun kembali dan pemeriksaan berkala darurat (periodic rebuild and
overhauls).
a. Darurat (emergency), semua organisasi pemeliharaan harus memberikan respon
yang tepat waktu kepada permintaan darurat bekerja tanpa dapat mempengaruhi
kemampuan untuk secara efektif. Memanfaatkan tenaga kerja atau berdampak
negative terhadap biaya perawatan total. Dalam kebanyakan kasus, ini
membutuhkan struktur organisasi yang mendedikasikan sebagian kecil tenaga
kerja, serta perencanaan dan dukungan pengawasan untuk bekerja tanggap
darurat.
b. Preventive Maintenance, pemeliharaan pencegahan merupakan syarat mutlak
kehandalan asset dan manajemen asset yang efektif biaya siklus hidup. Sebuah
organisasi perawatan yang efektif harus mendedikasikan sebagai tenaga kerja
tersebut, serta merencanakan dan dukungan pengawasan untuk konsisten, tepat
waktu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan prefentif (preventive maintenance).
c. Membangun kembali dan pemeriksaan berkala (periodic rebuild and overhauls),
tanpa kecuali asset produksi membutuhkan overhauls berkala atau membangun
kembali untuk menggantikan bagian di pakai, komponen hingga-hidup dan untuk
menjamin bahwa tingkat keandalan di terima secara konsisten dipelihara. Karena
kewajiban atau resiko, serta tingkat keahlian yang lebih tinggi terkait dengan
membangun kembali atau overhauls aktiva modal, struktur organisasi harus
memastikan bahwa kualitas terbaik dimanfaatkan untuk jenis pekerjaan.
d. Pertimbangan lain, yang harus di perhatikan antara lain adalah:
1) Eksekusi kerja
2) Perencanaan dan penjadwalan,
4) Ketika salah satu komponen dari setiap memaksimalkan organisasi,
organisasi bagian pengoptimisasian,
5) Perencanaan dan penjadwalan adalah kuncinya,
6) Penerapan pengetahuan teknis,
7) Pertimbangkan sifat dari pekerjaan perawatan dan pengendaliannya,
8) Pertimbangkan dampak kemajuan teknis pada sifat pemeliharaan dan tugas
produksi,
9) Organisasi dimasa depan,
10) Meliputi pemenuhan pekerjaan,
11) Merasionalisasi pergeseran jadwal pemeliharaan,
12) Jadwal off-shift,
13) Shift utama pemeliharaan,
14) Split shift diperlukan.
Apapun yang digunakan organisasi harus selalu ada diagram organisasi
mutakhir, dan lengkap penjelasannya yang mendefenisikan semua departemen dan
pelaporan pemeliharaan hubungan pengendalian, dan setiap hubungan untuk
departemen lain. Organisasi harus secara jelas menunjukkan tanggung jawab untuk
tiga tanggapan dasar perawatan: rutin, darurat, dan backlog.
2.1.4 Masalah efisiensi pada pemeliharaan
Menurut Manahan (2004), dan Sofyan (2004), Dalam melaksanakan kegiatan
pemeliharaan terdapat 2 persoalan yang dihadapi oleh suatu perusahaan yaitu
persoalan teknis dan persoalan ekonomis.
a. Persoalan teknis
Dalam kegiatan pemeliharaan suatu perusahaan merupakan persoalan yang
menyangkut usaha-usaha untuk menghilangkan kemungkinan–kemungkinan yang
menimbulkan kemacetan yang disebabkan karena kondisi fasilitas produksi yang tidak
baik. Tujuan untuk mengatasi persoalan teknis ini adalah untuk dapat menjaga atau
menjamin agar produksi perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Maka dalam
1) Tindakan apa yang harus dilakukan untuk memelihara atau merawat peralatan
yang ada, dan untuk memperbaiki atau meresparasi mesin-mesin atau peralatan
yang rusak,
2) Alat-alat atau komponen-komponen apa yang dibutuhkan dan harus disediakan
agar tindakan-tindakan pada bagian pertama diatas dapat dilakukan.
Jadi, dalam persoalan teknis ini adalah bagaimana cara perusahaan agar dapat
mencegah ataupun mengatasi kerusakan mesin yang mungkin saja dapat terjadi,
sehingga dapat mengganggu kelancaran proses produksi.
b. Persoalan ekonomis
Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan disamping persoalaan teknis,
ditemui pula persoalan ekonomis. Persoalan ini menyangkut bagaimana usaha yang
harus dilakukan agar kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan secara teknis dapat
dilakukan secara efisien. Jadi yang ditekankan pada persoalan ekonomis adalah
bagaimana melakukan kegiatan pemeliharaan agar efisien, dengan memperhatikan
besarnya biaya yang terjadi dan tentunya alternatif tindakan yang dipilih untuk
dilaksanakan adalah yang menguntungkan perusahaan. Adapun biaya-biaya yang
terdapat dalam kegiatan pemeliharaan adalah biaya-biaya pengecekan, biaya
penyetelan, biaya service, biaya penyesuaian, dan biaya perbaikan atau resparasi.
Perbandingan biaya yang perlu dilakukan antara lain untuk menentukan:
1) Apakah sebaiknya dilakukan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
ataukah pemeliharaan korektif (Corrective maintenance) saja. Dalam hal ini
biaya-biaya yang perlu diperbandingkan adalah:
a) Jumlah biaya-biaya perbaikan yang diperlukan akibat kerusakan yang terjadi
karena tidak adanya pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance),
dengan jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang diperlukan
akibat kerusakan yang terjadi walaupun telah diadakan pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance), dalam jangka waktu tertentu.
b) Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang akan dilakukan
c) Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dibutuhkan oleh suatu
peralatan dengan jumlah kerugian yang akan di hadapi apabila peralatan
tersebut rusak dalam operasi produksi,
2) Apakah sebaiknya peralatan yang rusak diperbaiki dalam perusahaan atau di luar
perusahaan. Dalam hal ini biaya-biaya yang perlu diperbandingkan adalah jumlah
biaya yang akan dikeluarkan untuk memperbaiki peralatan tersebut di bengkel
perusahan sendiri dengan jumlah biaya perbaikan tersebut di bengkel perusahaan
lain. Disamping perbandingan kualitas dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
pengerjaannya,
3) Apakah sebaiknya peralatan yang rusak diperbaiki atau diganti. Dalam hal ini
biaya-biaya perlu diperbandingkan adalah:
a) Jumlah biaya perbaikan dengan harga pasar atau nilai dari peralatan tersebut,
b) Jumlah biaya perbaikan dengan harga peralatan yang sama di pasar.
Dari keterangan diatas, dapatlah diketahui bahwa walaupun secara teknis
pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) penting dan perlu dilakukan
untuk menjamin bekerjanya suatu mesin atau peralatan. Akan tetapi secara ekonomis
belum tentu selamanya pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) yang
terbaik dan perlu diadakan untuk setiap mesin atau peralatan. Hal ini karena dalam
menentukan mana yang terbaik secara ekonomis. Apakah pemeliharaan pencegahan
(preventive maintenance) ataukah pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)
saja. Harus dilihat faktor-faktor dan jumlah biaya yang akan terjadi. Disamping itu
harus pula dilihat, apakah mesin atau peralatan itu merupakan strategic point atau
critical unit dalam proses produksi ataukah tidak, jika mesin atau peralatan tersebut
merupakan strategic point atau critical unit, maka sebaiknya di adakan pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance) untuk mesin atau peralatan itu. Hal ini
dikarenakan apabila terjadi kerusakan yang tidak dapat diperkirakan, maka akan
2.1.5 Jenis dan Klasifikasi Pemeliharaan 2.1.5.1 Jenis-jenis Pemeliharaan
Menurut Asyari (2007), dalam bukunya Manajemen pemeliharaan mesin
membagi pemeliharaan menjadi:
a. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan pencegahan adalah pemeliharaan yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kerusakan, atau cara pemeliharaan yang direncanakan untuk
pencegahan. Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk inspeksi, perbaikan kecil,
pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi
terhindar dari kerusakan.
b. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)
Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas atau peralatan sehingga mencapai
standar yang dapat di terima. Dalam perbaikan dapat dilakukan
peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi
rancangan agar peralatan menjadi lebih baik,
c. Pemeliharaan berjalan (Running Maintenance)
Pemeliharaan ini dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan
bekerja. Pemeliharan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus
beroperasi terus dalam melayani proses produksi,
d. Pemeliharaan prediktif (Predictive Maintenance)
Pemeliharaan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan
atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Biasanya
pemeliharaan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor
yang canggih,
e. Pemeliharaan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)
Pekerjaan pemeliharaan ini dilakukan ketika terjadinya kerusakan pada
peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, alat-alat dan
tenaga kerjanya,
Pemeliharan ini adalah pekerjaan pemeliharaan yang harus segera dilakukan
karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga.
g. Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance)
Pemeliharaan berhenti adalah pemeliharaan yang hanya dilakukan selama
mesin tersebut berhenti beroperasi,
h. Pemeliharaan rutin (routine maintenance)
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilaksanakan secara rutin atau
terus-menerus,
i. Design out maintenance adalah merancang ulang peralatan untuk menghilangkan
sumber penyebab kegagalan dan menghasilkan model kegagalan yang tidak lagi
atau lebih sedikit membutuhkan maintenance.
2.1.5.2 Klasifikasi Pemeliharaan
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan Pekerjaan pemeliharaan
dikategorikan dalam dua cara, yaitu (Anthony, 1992):
1) Pemeliharaan terencana (planned maintenance)
Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terorginir
untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang, pengendalian
dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. (Anthony,
1992).
Menurut Anthony (1992), Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua
aktivitas utama yaitu:
a. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah inspeksi periodik
untuk mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi berhenti atau
berkurangnya fungsi mesin dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk
kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi abnormal
mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan cacat atau kerugian. (Setiawan, 2008).
Menurut Jay dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations
Management”, preventive maintenance adalah:
“A plan that involves routine inspections, servicing, and keeping facilities in
good repair to prevent failure”
Sebuah perencanaan yang memerlukan inspeksi rutin, pemeliharaan dan
menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi kerusakan di masa
yang akan datang. Pekerjaan dasar pada perawatan preventive adalah: inspeksi,
pelumasan, perencanaan dan penjadwalan, pencatatan dan analisis, latihan bagi tenaga
pemeliharaan, serta penyimpanan suku cadang. sehingga peralatan atau mesin-mesin
selama beroperasi terhindar dari kerusakan dapat terpenuhi pengunaannya. (Daryus ,
2007).
Menurut Dhillon (2006), dalam bukunya “maintainability, maintenance, and
reliability for engineers” ada 7 elemen dari pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) yaitu:
1) Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian tertentu untuk dapat
dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan karakteristik lain
untuk standar yang pasti,
2) Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi untuk
material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti,
3) Pengujian: pengujian secara berkala (periodic) untuk dapat menentukan
pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,
4) Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel tertentu
untuk mencapai kinerja yang optimal,
5) Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan seterusnya,
bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan yang baru,
6) Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus waktu
pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi yang
7) Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen
variabel untuk mencapai kinerja yang optimal.
b. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)
Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki
suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi
suatu kondisi yang bisa diterima. (Anthony, 1992). Pemeliharaan ini meliputi reparasi
minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul diantara
pemeriksaan, juga overhaul terencana.
Menurut Jay dan Barry Render, 2001 pemeliharaan korektif (Corrective
Maintenance) adalah:
“Remedial maintenance that occurs when equipment fails and must be
repaired on an emergency or priority basis”
Pemeliharaan ulang yang terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera
diperbaiki karena keadaan darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama.
Menurut Dhillon (2006), Biasanya, pemeliharaan korektif (Corrective
Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak direncanakan, tindakan yang
memerlukan perhatian lebih yang harus ditambahkan, terintegrasi, atau menggantikan
pekerjaan telah dijadwalkan sebelumnya.
Oleh karena itu, Dalam pelaksanaan pemeliharaan antara terencana yang
harus diperhatikan adalah jadwal operasi pabrik, perencanaan pemeliharaan, sasaran
perencanaan pemeliharaan, faktor-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan
pekerjaan pemeliharaan, sistem organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan
estimasi pekerjaan. (Asyari, 2007). Jadi, Pemeliharaan terencana merupakan
pemakaian yang paling tepat mengurangi keadaan darurat dan waktu nganggur mesin.
Adapun keuntungan lainnya yaitu:
a. Pengurangan pemeliharaan darurat,
b. Pengurangan waktu nganggur,
d. Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan produksi,
e. Memperpanjang waktu antara overhaul
f. Pengurangan penggantian suku cadang, membantu pengendalian sediaan,
g. Meningkatkan efisiensi mesin,
h. Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan,
i. Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin.
2) Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)
Pemeliharaan tak terencana adalah yaitu pemeliharaan darurat, yang
didefenisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk
mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada
peralatan, atau untuk keselamatan kerja. (Anthony, 1992).
Pada umumnya sistem pemeliharaan merupakan metode tak terencana, dimana
peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya,
peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya perbaikan atau
pemeliharaan.
Secara skematik dapat dilihat sesuai diagram alir proses suatu perusahaan
untuk sistem pemeliharaan dibawah ini.
Gambar 2.2 Diagram alir dari pembagian pemeliharaan
pemeliharaan
pemeliharaan terencana
pemeliharaan pencegahan
(preventive maintenance)
pemeliharaan korektif (corrective maintenace)
pemeliharaan tak terencana
2.1.6 Hubungan pemeliharaan dengan proses produksi
Pemeliharaan menyangkut juga terhadap proses produksi sehari-hari dalam
menjaga agar seluruh fasilitas dan peralatan perusahaan tetap berada pada kondisi
yang baik dan siap selalu untuk digunakan. Kegiatan hendaknya tidak mengganggu
jadwal produksi.
Menurut Sofyan, (2004) agar proses produksi berjalan dengan lancar, maka
kegiatan pemeliharaan yang harus dijaga dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menambah jumlah peralatan dan perbaikan para pekerja bagian pemeliharaan,
dengan demikian akan di dapat waktu rata-rata kerusakan dari mesin yang lebih
kecil,
2) Menggunakan pemeliharaan pencegahan, karena dengan cara ini dapat mengganti
parts yang sudah dalam keadaan kritis sebelum rusak,
3) Di adakannya suatu cadangan di dalam suatu sistem produksi pada tingkat kritis,
sehingga mempunyai suatu tempat paralel apabila terjadi kerusakan mendadak.
Dengan adanya suku cadangan ini, tentu akan berarti adanya kelebihan kapasitas
terutama untuk tingkat kritis tersebut, sehingga jika ada mesin yang mengalami
kerusakan, perusahaan dapat berjalan terus tanpa menimbulkan adanya kerugian
karena mesin-mesin menganggur,
4) Usaha-usaha untuk menjadikan para pekerja di bidang pemeliharaan ini sebagai
suatu komponen dari mesin-mesin yang ada, dan untuk menjadikan mesin
tersebut sebagai suatu komponen dari suatu sistem produksi secara keseluruhan,
5) Mengadakan percobaan untuk menghubungkan tingkat-tingkat sistem produksi
lebih cermat dengan cara mengadakan suatu persediaan cadangan diantara
berbagai tingkat produksi yang ada, sehingga terdapat keadaan dimana
masing-masing tingkat tersebut tidak akan sangat tergantung dari tingkat sebelumnya.
2.1.7 Hubungan kegiatan pemeliharaan dengan biaya
Tujuan utama manajemen produksi adalah mengelola penggunaan sumber
daya berupa faktor-faktor produksi yang tersedia baik berupa bahan baku, tenaga
kerja, mesin dan fasilitas produksi agar proses produksi berjalan dengan efektif dan
efisien. pada saat ini perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan pemeliharaan
Menurut Mulyadi (1999), dalam bukunya akuntansi biaya, biaya dari barang
yang diproduksi terdiri dari:
a. Direct Material Used (biaya bahan baku langsung yang digunakan),
b. Direct manufacturing Labor (biaya tenaga kerja langsung),
c. Manufacturing Overhead (biaya overhead pabrik).
Permasalahan yang sering dihadapi seorang manajer produksi adalah bagaimana menentukan untuk melakukan kebijakan pemeliharaan baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya kerusakan, dari kebijakan itulah nantinya akan mempengaruhi terhadap pembiayaan. Oleh karena itu, seorang manajer produksi harus mengetahui hubungan kebijakan pemeliharaan dengan biaya yang ditimbulkan sehingga tidak salah dalam mengambil kebijakan tentang pemeliharaan. Dibawah ini diperlihatkan hubungan biaya pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) dan breakdown dengan total biaya.
(a)
(b)
Gambar 2.3 Hubungan Preventive Maintenance dan Breakdown Maintenance dengan biaya. (a) Traditional View of Maintenance, (b) Full Cost View of Maintenance (Sumber: Heizer, Jay and Render, Barry, (2001), Operation Management, Prentice
maintenance) yang menjelaskan bahwa manajer operasi harus bisa
mempertimbangkan keseimbangan antara kedua biaya. Di satu pihak, dengan
menempatkan sumber daya pada kegiatan pemeliharaan pencegahan akan mengurangi
jumlah kemacetan. Sama halnya dengan mengurangi pemeliharaan breakdown biaya
akan lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pemeliharaan pencegahan. Di
waktu yang sama kurva total biaya akan menaik.
2.1.8 Faktor penghambat dalam melaksanakan kerja
Menurut Asyari, (2007) faktor-faktor yang dapat menimbulkan hambatan
pekerjaan adalah sebagai berikut:
1. Menunggu order yang terlalu lama,
2. Mengunjungi suatu tempat untuk mengetahui apa yang harus di lakukan,
3. Mengadakan perjalanan yang tidak perlu,
4. Banyaknya perjalanan untuk mengambil dan mengembalikan alat,
5. Terlalu banyaknya pekerja yang turut campur tangan pada pekerjaan yang
sebenarnya dapat lebih mudah di tangani oleh sedikit pekerja,
6. Menunggu selesainya pekerjaan dari jenis keterampilan lain,
7. Mencari tempat kerja,
8. Mencoba untuk memperbaiki informasi yang tidak jelas,
9. Hilangnya waktu karena pembatalan order,
10.Tidak tersedianya material yang di butuhkan.
2.1.9 Analisa kebijakan Pemeliharaan
Dengan demikian metode yang digunakan untuk memelihara mesin dalam
perusahaan adalah metode probabilitas untuk menganalisa biaya. Menurut Handoko
(1999), Langkah-langkah perhitungan biaya pemeliharaan adalah:
a. Menghitung rata-rata umur mesin sebelum rusak atau rata-rata mesin hidup
dengan cara:
b. Menghitung biaya yang dikeluarkan jika melaksanakan kebijakan pemeliharaan
breakdown:
TCr =
Keterangan:
TCr = biaya bulanan total kebijakan Breakdown (Rp)
NC2 = biaya perbaikan mesin (Rp)
= jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan.
c. Menghitung biaya yang dikeluarkan jika melaksanakan kebijakan pemeliharaan
preventive:
Untuk menentukan biaya pemeliharaan preventive meliputi pemeliharaan setiap
satu bulan, dua bulan, tiga bulan dan seterusnya, harus dihitung perkiraan jumlah
kerusakan mesin dalam suatu periode.
Rumusnya adalah:
Bn = N
+ B
(n-1)P1 + B(n-2)P2 + B(n-3)P3 + B1P(n-1)Keterangan:
Bn = perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam n bulan,
N = jumlah Mesin,
Pn = Probabilitas mesin rusak dalam periode n.
2.2 METODE MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Manajemen Pemeliharaan adalah pendekatan yang teratur dan sistematis
untuk perencanaan, pengorganisasian, monitoring dan evaluasi kegiatan pemeliharaan
dan biaya. Sebuah sistem manajemen pemeliharaan yang baik digabungkan dengan
pengetahuan dan staf pemeliharaan mampu dapat mencegah masalah-masalah
kesehatan dan keselamatan dan kerusakan lingkungan; menghasilkan aset hidup
Menurut Margono, (2006) metode manajemen pemeliharaan di lihat dari
beberapa hal sebagai berikut:
1. Permohonan pemeliharaan,
Sebagai persyaratan untuk perencanaan fungsi pemeliharaan, karena perlu
utuk mengetahui secara tepat tentang apa yang harus di kerjakan, apa yang sedang di
kerjakan dan berapa lama setiap bertugas/pekerjaan tersebut di kerjakan. Permintaan
dari pengawas bagian produksi untuk pelayanan yang dilakukan oleh petugas-petugas
pemeliharaan harus mendapat prioritas prhatian meskipun dalam pengalaman
menunjukkan bahwa hampir seluruh pekerjaan pemeliharaan dapat di rencanakan
sebelumnya, dalam jangka pendek dan kenyataan bahwa prioritas utama jauh lebih
kecil dari yang di perkirakan.
2. Permintaan pemeliharaan atau perbaikan,
Permintaan pemeliharaan atau perbaikan atas pekerjaan yang salah satu atau
kerusakan atau cacat yang memang perlu di perbaiki. Setelah pekerjaan di selesaikan,
kita harus mencari keterangan atau alasan tentan sebab-sebab terjadinya kerusakan,
terutama penting apabila terjadinya pemeliharaan darurat serta uraian singkat tapi jelas
mengenai tindakan yang telah dilaksanakan.
3. Kartu permintaan pemeliharaan atau perbaikan.
Dalam kartu permintaan pemeliharaan/perbaikan dimuat seluruh informasi/keterangan yang dibutuhkan seperti misalnya jenis pekerja yang diperlukan, dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pekerja berorganisasi kepada tugas yang diberikan dan kartu permintaan pemeliharaan tersebut juga berorganisasi kepada tugas tersebut. Hal ini merupakan suatu perbedaan yang pokok antara penggunaan kartu permintaan pemeliharaan/perbaikan dengan penggunaan kartu waktu dimana masalahnya hanya pada berorganisasi kepada para petugas pemeliharaan.
Menurut Keith (2002), ada beberapa metode manajemen pemeliharaan antara
lain Yaitu:
a) Run-to-failure management,
Run-to-failure management adalah manajemen teknik pengaktifan kembali
yang menunggu mesin atau peralatan rusak sebelum diambil tindakan pemeliharaan,
yang mana sebenarnya adalah “nomaintenance”. Metode ini merupakan manajemen
pemeliharaan untuk mempertahankan persediaan suku cadang yang banyak yang
mencakup seluruh komponen utama peralatan penting pabrik.
b) Preventive Maintenance
ada banyak defenisi pemeliharaan preventive, tetapi semua program
manajemen pemeliharaan preventive adalah dijalankan berdasarkan waktu. Dengan
kata lain tugas-tugas pemeliharaan berlalu berdasarkan pada jam operasi. Dalam
manajemen pemeliharaan preventive, perbaikan mesin dijadwalkan berdasarkan pada
statistik waktu rata-rata kerusakan (MTTF). Dapat dilihat siklus MTTF dibawah ini.
Gambar 2.4 Tipe kurva bak mandi
(Sumber: Mobley, R.Keith, 2002, An introduction to predictive maintenance,
2nd ed, Butterworth-Heinemann, USA )
c) Predictive Maintenance
Seperti pemeliharaan preventif, pemeliharaan prediktif memiliki banyak
defenisi. Untuk sebagian pekerja, pemeliharaan prediktif adalah pemantauan getaran
mesin dalam upaya untuk mendeteksi masalah baru dan untuk mencegah kerusakan
fatal.
Pemeliharaan prediktif adalah menggerakkan kondisi program pemeliharaan
preventif. Untuk jadwal kegiatan pemeliharaan, pemeliharaan prediktif menggunakan
pengawasan langsung terhadap kondisi mekanik, efisiensi system, dan indicator
lainnya untuk menentukan rata-rata waktu actual sampai rusak atau hilangnya efisiensi
untuk setiap mesin dan system di pabrik. Penambahan program pemeliharaan prediktif
yang komprehensif dapat dan akan menyediakan data factual pada kondisi mekanik
actual dari setiap mesin dan efisiensi operasional setiap sistem proses.
Selama 10 tahun terakhir, berbagai metode manajemen, seperti pemeliharaan
produktif total (TPM) dan kehandalan yang berpusat pada pemeliharaan (RCM), telah
dilembangkan dan disebut-sebut sebagai obat mujarab untuk pemeliharaan yang tidak
efektif. Banyak pabrik domestik menggunakan salah satu dari metode cepat,
memperbaiki dalam upaya untuk mengimbangi kekurangan pemeliharaan yang
dirasakan.
2.2.1 Total Productive Maintenance
Pemeliharaan ini disebut-sebut sebagai pendekatan jepang untuk manajemen
perawatan yang efektif, konsep ini di kembangkan oleh Deming di akhir 1950-an.
TPM bukan program manajemen pemeliharaan. Sebagian besar kegiatan terkait
dengan pendekatan manajemen jepang diarahkan pada fungsi produksi dan
menganggap pemeliharaan akan memberikan tugas-tugas dasar yang diperlukan untuk
mempertahankan aset produksi kritis. Semua manfaat di ukur dari TPM yang di kemas
dalam hal kapasitas, kualitas produk, dan total biaya produksi.
2.2.2 Reliability-Centered Maintenance
Dalil dasar RCM adalah bahwa semua mesin harus gagal dan memiliki umur
yang terbatas, tetapi asumsi ini tidak berlaku, jika mesin dan sistem pabrik dirancang
baik, dipasang, dioperasikan, dan dipelihara.
2.3 POMPA
2.3.1 Pengertian pompa
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari
suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan
tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan pengaliran.
Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan
ketinggian atau hambatan gesek. Klasifikasi pompa secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement
pump) dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump). Salah satu jenis
pompa kerja dinamis adalah pompa sentrifugal yang prinsip kerjanya mengubah
impeller yang berputar dalam casing. Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Labuhan Angin, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe
sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat adanya gerakan
sebuah benda atau partikel melalui lintasan lengkung (melingkar). Pompa sentrifugal
merupakan pompa kerja dinamis yang paling banyak digunakan karena mempunyai bentuk yang
sederhana dan harga yang relatif murah. Keuntungan pompa sentrifugal dibandingkan jenis pompa
perpindahan positif adalah gerakan impeler yang kontinyu menyebabkan aliran tunak dan
tidak berpulsa ,keandalan operasi tinggi disebabkan gerakan elemen yang sederhana
dan tidak adanya katup-katup,kemampuan untuk beroperasi pada putaran tinggi, yang
dapat dikopel dengan motor listrik, motor bakar atau turbin uap ukuran kecil sehingga
hanya membutuhkan ruang yang kecil, lebih ringan dan biaya instalasi ringan,harga
murah dan biaya perawatan murah.
Gambar 2.5 Diagram berbagai jenis pompa
2.3.2 Prinsip -Prinsip Dasar Pompa Sentrifugal
Prinsip-prinsip dasar pompa sentrifugal ialah sebagai berikut:
a. gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar sehingga kecepatan fluida meningkat
b. kecepatan fluida yang tinggi diubah oleh casing pompa (volute atau diffuser) menjadi tekanan atau head.
2.3.3 Klasifikasi Pompa Sentrifugal
2) Kapasitas menengah : 20-60 m3 / jam 3) Kapasitas tinggi : > 60 m3 / jam
b. Tekanan Discharge :
1) Tekanan Rendah : < 5 Kg / cm2 2) Tekanan menengah : 5 - 50 Kg / cm2 3) Tekanan tinggi : > 50 Kg / cm2
c. Jumlah / Susunan Impeller dan Tingkat :
1) Single stage : Terdiri dari satu impeller dan satu casing.
2) Multi stage : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun seri dalam satu casing.
3) Multi Impeller : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel dalam satu casing.
4) Multi Impeller – Multi stage : Kombinasi multi impeller dan multi stage.
d. Posisi Poros :
1) Poros tegak 2) Poros mendatar
e. Jumlah Suction :
1) Single Suction 2) Double Suction
f. Arah aliran keluar impeller :
1) Radial flow 2) Axial flow 3) Mixed fllow
2.3.3.1 Klasifikasi menurut jumlah tingkat
1. Pompa satu tingkat
Pompa ini hanya mempunyai sebuah impeler. Pada umumnya head yang dihasilkan pompa ini relative rendah, namun konstruksinya sederhana.
2. Pompa bertingkat banyak
Pompa ini menggunakan lebih dari satu impeler yang dipasanag berderet pada
satu poros (gambar 2.7). Zat cair yang keluar dari impeler tingkat pertama akan
pompa merupakan penjumlahan head yang dihasilkan oleh masing - masing impeler.
Dengan demikian head total pompa ini relatif tinggi dibanding dengan pompa satu
tingkat, namun konstruksinya lebih rumit dan besar. (Yang menjadi objek utama
dalam penulisan skripsi ini)
Gambar 2.6. Pompa bertingkat banyak
2.3.4 Bagian-Bagian Utama Pompa Sentrifugal
Secara umum bagian-bagian utama pompa sentrifugal dapat dilihat seperti gambar berikut:
Gambar 2.7 Bagian-bagian utama pompa sentrifugal
B. Packing
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing
pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.
C. Shaft
Shaft (poros) berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak
selama beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar
lainnya.
D. Shaft sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan keausan
pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage joint, internal
bearing dan interstage atau distance sleever.
E. Vane
Sudu dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.
F. Casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung
elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane), inlet dan outlet
nozzel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single
stage).
G. Eye of Impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
H. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi
kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga cairan pada
sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat
perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.
I. Wearing Ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati
bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan cara
memperkecil celah antara casing dengan impeller.
J. Bearing
Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari poros