KEKERASAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT
NANOHYBRID SETELAH PERENDAMAN
DI DALAM OBAT KUMUR YANG
MENGANDUNG ALKOHOL 21%
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi
Oleh:
Raja Nurul Alia binti Raja Aziz
NIM: 110600188
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi
Tahun 2015
Raja Nurul Alia
Kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat
kumur yang mengandung alkohol 21%
xii + 47 halaman
Obat kumur adalah cairan yang digunakan untuk membersihkan dan
meningkatkan kesehatan mulut, estetika dan kesegaran nafas yang sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Obat kumur ini terdiri dari air, agen antimikroba, garam
dan ada beberapa yang mengandung alkohol. Alkohol di dalam obat kumur dapat
mempengaruhi sifat mekanis dan meningkatkan tingkat keausan resin komposit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada perubahan kekerasan resin
komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung
alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam. Rancangan penelitian ini adalah post test only
control group design. Sampel yang digunakan adalah resin komposit nanohybrid
dibuat berbentuk silindris berdiameter 5 mm dan tebal 2 mm yang disinari selama 20
detik. Sampel dibuat sebanyak 40 buah yang dibagi ke dalam empat kelompok yaitu
kelompok kontrol dan kelompok yang dilakukan perendaman di dalam obat kumur
mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam. Kekerasan permukaan sampel diuji
dengan menggunakan Vickers Hardness Tester dengan beban sebesar 300 g selama
15 detik. Analisis data yang digunakan adalah uji ANOVA satu arah dengan tingkat
kemaknaan p ≤ 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan
kekerasan resin komposit nanohybrid setelah direndam di dalam obat kumur
beralkohol 21%. Nilai rerata kelompok kontrol adalah 86,880 ± 3,6298 VHN,
kelompok perendaman selama 2 jam adalah 83,530 ± 2,8016 VHN, kelompok
perendaman selama 4 jam adalah 78,390 ± 3,2299 VHN dan kelompok perendaman
perubahan kekerasan yang signifikan yaitu p = 0,000 (p ≤ 0,05). Uji Post Hoc menunjukkan kesemua kelompok menunjukkan perubahan kekerasan resin komposit
yang signifikan kecuali pada pada kelompok perendaman 2 jam apabila dibanding
dengan kelompok kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
perubahan nilai kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman
di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2 jam, 4 jam dan 6 jam.
KEKERASAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT
NANOHYBRID SETELAH PERENDAMAN
DI DALAM OBAT KUMUR YANG
MENGANDUNG ALKOHOL 21%
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi
Oleh:
Raja Nurul Alia binti Raja Aziz
NIM: 110600188
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 23 Mei 2015
Pembimbing: Tandatangan
1. Rusfian, drg, M.Kes ………
NIP: 195209201982011001
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal
TIM PENGUJI
Ketua : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes
Anggota : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D
2. Rusfian, drg, M.Kes
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa skripsi ini selesai
disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes., selaku Ketua Departemen Ilmu Material
dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku tim
penguji, atas keluangan waktu, saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
3. Rusfian, drg., M.Kes., selaku dosen pembimbing pertama dan tim penguji,
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar memberikan
bimbingan, arahan, motivasi, nasehat dan semangat kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc, selaku dosen pembimbing kedua
dan tim penguji, atas keluangan waktu dan bimbingan, arahan dan saran dalam
penulisan skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf pengajar dan pegawai di
Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada penulis.
6. Hendry Rusdy, drg., M.Kes., Sp. BM, selaku penasehat akademik, yang
telah banyak memberikan motivasi, nasehat dan arahan selama penulis menjalani
masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
7. Bisrul Hapis Tambunan, ST, MT., yang telah membantu penulis saat
8. Maya Fitria, SKM, M.Kes, yang telah meluangkan waktu membantu
penulis dalam analisis statistik data penelitian di Departemen Biostatistik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua
orangtua tercinta, Ayahanda Raja Aziz bin Raja Maarof dan Ibunda Mazlina binti
Mat Desa yang telah memberikan segala yang dibutuhkan penulis mulai dari
semangat dan dorongan hingga kasih sayang yang tiada putus-putusnya. Kepada
kakak dan adik tersayang, Raja Nurul Aini, Raja Nurul Aisyah, Raja Nurul Adilah,
Raja Muhammad Azim dan Raja Muhammad Amir penulis juga berterima kasih
banyak atas segala semangat dan motivasi yang diberikan serta terima kasih kepada
sahabat dan teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
banyak memberikan semangat, motivasi dan kegembiraan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan
skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan
masyarakat.
Medan, 23 Mei 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
3.4.2 Besar sampel penelitian ... 26
3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eklusi ... 27
3.5.1 Kriteria Inklusi ... 27
3.5.2 Kriteria Eklusi ... 27
3.6 Variabel penelitian ... 27
3.6.1 Variabel bebas ... 27
3.6.2 Variabel tergantung ... 27
3.6.3 Variabel terkendali ... 27
3.6.3 Variabel tidak terkendali ... 27
3.7 Definisi operasional ... 28
3.8 Alat dan bahan penelitian ... 28
3.8.1 Alat penelitian ... 28
3.8.2 Bahan penelitian ... 31
3.9 Prosedur penelitian ... 32
3.9.1 Pembuatan master cast ... 32
3.9.2 Pembuatan sampel ... 32
3.9.3 Perendaman dan pengujian sampel ... 35
3.10 Pengolahan data dan analisis data ... 37
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1 Hasil penelitian ... 38
4.2 Analisis penelitian ... 40
BAB 5 PEMBAHASAN ... 42
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 44
6.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Sifat resin komposit ... 16
2 Komposisi resin komposit nanohybrid ... 31
3 Komposisi obat kumur Listerine® ... 32
4 Nilai kekerasan resin komposit nanohybrid pada setiap
kelompok perlakuan tanpa perendaman (0 jam), perendaman
2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur yang
mengandung alkohol 21% (VHN) ... 38
5 Hasil uji statistik ANOVA satu arah ... 40
6 Hasil uji statistik perubahan kekerasan permukaan resin
komposit nanohybrid tanpa perendaman (0 jam),
perendaman 2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Struktur Bis-GMA ... 5
2 Struktur TEGDMA ... 5
3 Struktur UDMA ... 5
4 Berlian piramida pada Vickers hardness test ... 20
5 Cara mengukur VHN ... 21
6 Sampel penelitian ... 26
7 Master model ... 28
8 Vickers hardness test ... 29
9 Light curing unit ... 29
10 Inkubator ... 29
11 Instrumen plastis ... 30
12 Pinset ... 30
13 Resin komposit nanohybrid ... 31
14 Obat kumur Listerine® ... 31
15 Cellophane strip diletakkan dibagian bawah master cast ... 33
16 (a) Resin komposit diambil menggunakan instrument plastis ... 33
(b) Cellophane strip dan object glass diletakkan agar resin padat dan rata ... 33
18 Bagian bawah sampel ditandai ... 34
19 Sampel dibagi empat kelompok ... 35
20 (a) Skematik tiga titik pada resin komposit... 35
(b) Gambaran titik hasil pengujian dengan Vickers
Hardness Tester ... 35
21 Sampel dimasukkan di dalam inkubator ... 36
22 Sampel diuji dengan Vickers hardness tester ... 37
23 Nilai rerata kekerasan permukaan resin komposit
nanohybrid tanpa perendaman (0 jam), perendaman
2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur yang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Alur penelitian
2 Lembar persetujuan izin penelitian di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi USU
3 Lembar persetujuan izin penelitian di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Negeri Medan (UNIMED)
4 Surat pernyataan telah melakukan pengolahan data SPSS di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
5 Hasil pengukuran dengan menggunakan Vickers Hardness Tester
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Resin komposit merupakan bahan tambalan sewarna gigi yang diperkenalkan
pada tahun 1960. Bahan ini memiliki sifat mekanis yang jauh lebih baik daripada
unfilled resin karena memiliki sifat-sifat seperti dentin dan enamel.1 Pada awalnya,
kandungan komposit yang digunakan adalah polymethylmethacrylate (PMMA),
namun kandungan ini tidak begitu berhasil karena tidak terikat dengan resin
walaupun bahan pengisinya dapat mengurangi volume resin polimer. Oleh karena itu,
Dr. Ray L Bowen pada tahun 1962 telah mengembangkan jenis resin komposit yang
terbaru. Inovasi utama Bowen adalah bisfenol A glicidil metakrilat (bis-GMA), resin
dimetakrilat dan silane organik coupling agent untuk membentuk ikatan antara bahan
pengisi dan matriks resin.2 Penggunaan resin komposit terus meningkat karena
masyarakat semakin khawatir dan sadar dari efek merkuri yang terdapat di dalam
amalgam. Monomer bisfenol A glicidil metakrilat (Bis-GMA) yang digunakan dalam
resin komposit terbukti lebih aman dibandingkan dengan amalgam.3
Bahan restorasi yang digunakan dalam kedokteran gigi harus mempunyai daya
tahan jangka panjang di dalam rongga mulut.3,4 Salah satu sifat mekanis yang paling
penting adalah kekerasan yang terkait dengan kekuatan tekan dan ketahanan abrasi.5
Kekerasan adalah ketahanan material terhadap indentasi dan berkorelasi dengan
kekuatan dan kekakuan material.1
Proses pembersihan mulut terbagi atas dua yaitu dengan sikat gigi dan obat
kumur. Featherstone (2006) merekomendasikan untuk menyikat gigi dua kali sehari
bersama pasta gigi untuk mencegah pembentukan plak.6 Obat kumur pula digunakan
untuk mencegah dan mengontrol karies serta penyakit periodontal.4,5 Menurut Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia menyatakan bahwa obat kumur
dapat membantu dalam menghilangkan kotoran di mulut sebelum atau setelah
dalam waktu singkat.7 Obat kumur terdiri dari air, agen antimikroba, garam dan ada
beberapa yang mengandung alkohol. Akan tetapi pada beberapa jenis alkohol dengan
konsentrasi yang berbeda dapat mempengaruhi pH obat kumur.4,5 Kehadiran alkohol
dalam obat kumur digunakan untuk melarutkan plak dan sebagai agen antiseptik.7
Namun, obat kumur dapat mempengaruhi sifat bahan restorasi.4,5
Terdapat beberapa penelitian yang telah menunjukkan pengaruh obat kumur pada
berbagai bahan restorasi gigi. Penelitian sebelumnya dari Lamba Bharti (2012)
menunjukkan bahwa obat kumur Listerine, Colgate Plax, PhosFlur, Periogard dan
Betadine Gargle dapat menurunkan kekerasan pada bahan restoratif gigi yaitu GIC,
kompomer dan resin komposit.4 Penelitian Anthony Fernandez (2014) melaporkan
bahwa terdapat perubahan kekerasan resin komposit nanohybrid Filtek Z250 xt
setelah perendaman di dalam beberapa jenis obat kumur yang mengandung alkohol
dan tidak mengandung alkohol yaitu Listerine Total Care, Equaline minty fresh,
Listerine Total Care Zero, Aquafresh Extreme Clean dan obat kumur Avohex.5
Penelitian Ateyah NZ (2005) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada kekerasan resin komposit setelah perendaman di dalam obat kumur Listerine,
Orasept dan Emufluor yang diuji dengan menggunakan Vickers hardness tester.8
Etanol di dalam obat kumur telah terbukti dapat melunakkan permukaan dan
meningkatkan tingkat keausan resin dan bahan tambalan.4,5,9-15 Di Indonesia, terdapat
beberapa merek obat kumur yang mengandung alkohol dalam konsentrasi tertentu.7
Dewasa ini, obat kumur yang paling sering digunakan di dunia mengandung lebih
dari 25% etanol.16 Menurut penelitian Jyothi KN (2012) melaporkan bahwa semua
tipe obat kumur yang digunakan yaitu Listerine, Periogard, Colgate Plax, Prev dan
Hiora menyebabkan penurunan kekerasan resin komposit tetapi perendaman dengan
obat kumur yang mengandung persentase alkohol yang paling tinggi yaitu Listerine
menunjukkan penurunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.11
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kekerasan
resin komposit nanohybrid setelah perendaman obat kumur yang mengandung
1.2Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, timbul permasalahan yaitu apakah ada perubahan kekerasan
permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang
mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada perubahan kekerasan
permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang
mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam.
1.4Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah tidak ada perubahan kekerasan permukaan resin
komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung
alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi tentang pengaruh obat kumur yang mengandung
alkohol terhadap sifat mekanis resin komposit.
2. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat yang memiliki restorasi resin
komposit di dalam mulut ketika menggunakan obat kumur yang mengandung
alkohol.
3. Sebagai bahan informasi untuk perkembangan ilmu material dan teknologi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Komposit
Resin komposit adalah gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat
yang unggul.2 Bahan-bahan ini memiliki sifat mekanis yang baik dan mendekati
sifat-sifat dentin dan enamel. Resin komposit paling umum digunakan untuk bahan
restorasi karena merupakan bahan yang baik dari segi estetika, kekuatan dan
ketahanan terhadap keausan bahan. Resin komposit sering digunakan untuk restorasi
anterior kelas 3, 4 dan 5 di mana estetika menjadi keutamaan. Resin komposit juga
dapat digunakan untuk restorasi posterior karena tahan terhadap keausan dan
mengurangi polimerisasi.1
2.1.1 Komposisi Resin Komposit
Kandungan utama resin komposit adalah matriks resin dan partikel pengisi
anorganik. Disamping dua komponen ini, beberapa komponen lain yang diperlukan
untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan antara (silane)
diperlukan untuk memberikan ikatan yang baik antara bahan pengisi anorganik dan
matriks resin dan aktivator-inisiator diperlukan untuk polimerisasi resin.2
2.1.1.1 Matriks Resin
Matriks polimer organik dalam resin komposit yang paling umum adalah diakrilat
aromatik atau alipatik. Bisfenol A glicidil metakrilat (bis-GMA), urethane
dimetakrilat (UDMA) dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah
dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit. Molekul oligomer sangat
Gambar 1: Struktur Bis-GMA3
Gambar 2: Struktur TEGDMA3
Gambar 3: Struktur UDMA3
2.1.1.2 Bahan Pengisi
Bahan pengisi adalah komposisi anorganik yang halus dan terdiri dari barium,
kaca borosilikat atau gelas barium, strontium atau seng. Resin komposit bisa menjadi
radiopak dengan memasukkan unsur atom seperti barium, strontium, zirkonium ke
dalam bahan pengisi.1 Bahan pengisi dimasukkan ke dalam matriks resin untuk
meningkatkan sifat bahan matriks. Bila bahan pengisi tidak benar-benar berikatan,
bahan pengisi dapat melemahkan resin matriks. Bahan pengisi dihasilkan dari
pengolahan quartz atau kaca untuk menghasilkan partikel yang berkisar dari
kelemahan dimana sulit untuk dipoles dan dapat menyebabkan abrasi pada gigi atau
restorasi antagonisnya.2
2.1.1.3 Coupling Agent
Ikatan antara bahan pengisi dan matriks resin dapat dipertahankan dengan
penggunaan senyawa silikon organik atau bahan penghubung silane. Molekul silane
memiliki kelompok reaktif pada kedua ujungnya dan dilapisi pada permukaan bahan
pengisi oleh produsen sebelum pencampuran dengan oligomer. Selama polimerisasi,
ikatan ganda pada molekul silane bereaksi dengan polimer matriks. Hasil akhirnya
adalah bahan dengan sifat kekuatan yang lebih besar daripada bahan pengisi atau
matriks secara terpisah. Bonding juga dapat meningkatkan retensi bahan pengisi
selama abrasif pada permukaan komposit. Akibatnya, partikel pengisi menjadi keras
dan matriks yang dihasilkan menjadi lembut.1 Aplikasi bahan coupling yang tepat
dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik
dengan mencegah air menembus antara permukaan bahan pengisi dan resin matriks.2
2.1.1.4 Initiators dan Accelerators
Polimerisasi resin komposit dapat dilakukan dengan cara kimia (self-cure) atau
dengan aktivasi cahaya. Dual cure adalah kombinasi dari cahaya dan cara kimia.
Dalam sistem yang diaktifkan secara kimia, inisiator peroksida akan menghasilkan
radikal bebas yang menyerang ikatan ganda molekul oligomer dan memulai proses
polimerisasi tambahan organik setelah bereaksi dengan amina tersier akselerator.
Inisiasi polimerisasi yang diaktifkan sistem cahaya tergantung pada pemotongan
molekul inisiator berdasarkan cahaya dari panjang gelombang yang tepat. Dengan
adanya amina alifatik akselerator, radikal bebas diproduksi dan proses polimerisasi
2.1.1.5 Bahan Tambahan Lain
Terdapat bahan tambahan lain yang ditambah dalam resin komposit yaitu
penghambat dan modifier optik.
2.1.1.5.1 Penghambat (Inhibitor)
Penghambat digunakan untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan
dari monomer. Penghambat ini mempunyai potensi yang kuat dengan radikal bebas
dimana bila radikal bebas terbentuk, bahan penghambat akan bereaksi dengan radikal
bebas dan kemudian menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri
kemampuan radikal bebas untuk mengawali proses polimerisasi. Bahan penghambat
yang umum dipakai adalah butylated hydroxytoluene dengan konsentrasi 0,01%.2
2.1.1.5.2 Modifier Optik
Bahan tambahan modifier optik juga digunakan untuk menyesuaikan warna gigi.
Resin komposit harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat
menyerupai struktur gigi. Warna dapat diperoleh dengan menambahkan pigmen yang
berbeda seperti oksida logam. Translusensi dibuat untuk menyesuaikan dengan warna
email dan dentin.2
2.1.2 Klasifikasi Resin Komposit
Klasifikasi resin komposit dibagi atas tiga yaitu berdasarkan ukuran bahan pengisi,
berdasarkan penggunaannya dan berdasarkan aktivasi.
2.1.2.1 Berdasarkan Ukuran Bahan Pengisi
Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran bahan pengisi terbagi atas lima
yaitu resin komposit tradisional, resin komposit berbahan pengisi mikro, resin
komposit pengisi partikel kecil, resin komposit hybrid dan resin komposit partikel
2.1.2.1.1 Resin komposit tradisional
Resin komposit tradisional disebut sebagai komposit konvensional atau komposit
berbahan pengisi makro karena ukuran partikel bahan pengisi relatif besar. Bahan
pengisi yang paling sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz yang
memiliki ukuran partikel rata-rata adalah 8-12 µm.1 Resin komposit ini sering
digunakan untuk restorasi yang harus tahan terhadap tekanan seperti restorasi kelas 2
dan kelas 4.2
2.1.2.1.2 Resin komposit berbahan pengisi mikro
Resin komposit berbahan pengisi mikro dikembangkan untuk mengatasi masalah
kasarnya permukaan pada resin komposit tradisional. Resin komposit ini memiliki
ukuran partikel rata-rata sebesar 0,04-0,4 µm. Resin komposit ini memiliki sifat fisik
dan mekanis yang kurang dibandingkan komposit tradisional. Meskipun demikian
resin komposit berbahan pengisi mikro ini lebih baik daripada resin akrilik dan
menghasilkan permukaan akhir yang lebih halus seperti yang diharapkan untuk
restorasi estetika dibandingkan dengan komposit lain. Jadi, bahan ini lebih disukai
untuk restorasi lesi karies permukaan halus yaitu restorasi kelas 3 dan kelas 5.2
2.1.2.1.3 Resin komposit pengisi partikel kecil
Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil dikembangkan untuk memperoleh
kehalusan permukaan dari resin komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap
mempertahankan atau bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik resin komposit
tradisional. Ukuran rata-rata bahan pengisi untuk resin komposit ini adalah 1-5 µm
yang dirancang untuk restorasi posterior. Sebagian resin komposit berbahan pengisi
partikel kecil ini menggunakan quartz sebagai bahan pengisi tetapi kebanyakan
memakai kaca yang mengandung logam berat. Resin komposit ini menunjukkan sifat
fisik dan mekanis yang paling unggul. Resin komposit ini sering digunakan pada area
2.1.2.1.4 Resin komposit hybrid
Resin komposit hybrid dikembangkan untuk memperoleh kehalusan permukaan
yang lebih baik daripada resin komposit partikel kecil tetapi tetap mempertahankan
sifat resin komposit pengisi partikel kecil. Kebanyakan bahan pengisi hybrid terdiri
atas silika koloidal dan partikel kaca yang dihaluskan. Kaca mempunyai ukuran
partikel rata-rata 0,6-1 µm. Resin komposit ini sering digunakan untuk restorasi
anterior termasuk restorasi kelas 4 karena kehalusan permukaan dan memiliki
kekuatan yang cukup baik.2
2.1.2.1.5 Resin komposit partikel nano
Resin komposit partikel nano terdiri atas dua yaitu nanofiller dan nanohybrid.
Resin komposit nanohybrid mengandung partikel yang berukuran nano (0,005-0,01
mikron) pada matriks resin dengan bahan pengisi yang lebih konvensional. Resin
komposit nanohybrid dapat diklasifikasikan sebagai resin komposit universal pertama
yang memiliki sifat penanganan dan kemampuan poles didapat dari komposit
mikrofilled serta kekuatan dan ketahanan aus dari hybrid tradisional.21
Keuntungan resin komposit nanohybrid diantaranya dapat digunakan pada
restorasi kelas 1, 2, 3, 4 dan 5, kemampuan poles yang baik karena memiliki ukuran
pertikel yang sangat kecil sehingga dapat mengurangi retensi sisa makanan, memiliki
kekerasan yang lebih bagus daripada bahan restorasi komposit lainnya dan memiliki
ciri-ciri seperti enamel dan dentin.21-23
2.1.2.2 Berdasarkan Penggunaan
Klasifikasi resin komposit berdasarkan penggunaan terbagi atas enam yaitu resin
komposit microfilled, resin komposit packable, resin komposit flowable, resin
komposit laboratory, resin komposit core dan resin komposit provisional.
2.1.2.2.1 Resin komposit microfilled
Resin komposit microfilled direkomendasikan untuk restorasi kelas 3 dan kelas 5
komposit microfilled telah digunakan untuk restorasi posterior yang terdiri dari
aktivasi cahaya resin dimetakrilat dengan pengisi silika koloid 0,04 µm dan resin
prepolymerized yang kadang-kadang diisi dengan silika koloid. Total bahan pengisi
anorganik adalah 32% sampai 50%. Resin komposit microfilled menyerap air lebih
banyak dan memiliki ekspansi termal yang lebih daripada microhybrid atau
nanokomposit karena memiliki bahan pengisi yang kurang penuh.3
2.1.2.2.2 Resin komposit packable
Resin komposit packable adalah pasta komposit yang memiliki viskositas yang
sangat tinggi dan perlekatan permukaan yang rendah. Bahan ini tidak terkondensasi
seperti amalgam tetapi dapat dikompresi. Resin komposit ini direkomendasikan untuk
restorasi kelas 1 dan 2. Resin komposit ini terdiri dari resin dimetakrilat dengan
aktivasi cahaya dan diaktifkan dengan pengisi yang berporeus atau tidak teratur.
Bahan pengisi dalam komposit ini memiliki volume 66% sampai 70%. Interaksi
bahan pengisi dan modifikasi resin komposit ini menyebabkannya menjadi packable.3
2.1.2.2.3 Resin komposit flowable
Resin komposit flowable adalah komposit yang memiliki viskositas yang rendah
dengan aktivasi cahaya. Resin komposit ini direkomendasi untuk lesi serviks,
restorasi gigi sulung dan restorasi kecil. Resin komposit ini mengandung resin
dimetakrilat dan bahan pengisi anorganik dengan ukuran partikel 0,4-3,0 µm dan
bahan pengisi 42% - 53%. Resin komposit ini memiliki modulus elastisitas yang
rendah sehingga dapat menjadikan resin komposit ini berguna pada abfraksi di daerah
servikal. Resin komposit ini juga memiliki penyusutan polimerisasi yang lebih tinggi
dan ketahanan aus yang lebih rendah dibanding dengan resin komposit lainnya karena
kandungan bahan pengisinya yang rendah.3
2.1.2.2.4 Resin komposit laboratory
Mahkota, inlay dan veneer terikat dengan koping logam dapat dibuat dengan
cahaya, panas, tekanan dan vakum untuk meningkatkan derajat polimerisasi,
kepadatan, sifat mekanis dan ketahanan aus.3
2.1.2.2.5 Resin komposit core
Resin komposit core ini tersedia self-cured, light-cured dan dual-cured. Resin
komposit core biasanya berwarna biru, putih atau opak untuk memberikan warna
yang kontras dengan struktur gigi. Sebagian resin komposit core dapat melepaskan
fluor. Resin komposit core memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
amalgam yaitu dapat terikat dengan dentin, mudah untuk dikontur dan dapat memiliki
warna yang lebih alami di bawah retorasi keramik. Resin komposit core berikatan
dengan sisa enamel dan dentin menggunakan agen bonding.3
2.1.2.2.6 Resin komposit provisional
Resin komposit provisional dapat mempertahankan posisi gigi dan melindungi
margin serta memberikan dimensi vertikal yang tepat. Inlay sementara, mahkota dan
gigi palsu sebagian biasanya dibuat dari resin akrilik atau resin komposit.3
2.1.2.3 Berdasarkan Aktivasi
Klasifikasi resin komposit berdasarkan aktivasi terbagi atas tiga yaitu resin
komposit aktivasi cahaya, resin komposit aktivasi kimia dan resin komposit aktivasi
dual.
2.1.2.3.1 Resin komposit aktivasi cahaya (light-cured)
Resin komposit light-cured tersedia dalam berbagai warna dalam syringe yang
terbuat dari plastik untuk melindungi bahan dari paparan cahaya. Resin komposit ini
menggunakan sinar dengan waktu pengaturan yang dikontrol untuk polimerisasi.
Resin komposit ini menggunakan sinar cahaya biru dengan panjang gelombang 470
2.1.2.3.2 Resin komposit aktivasi kimia (chemical-cured)
Resin komposit chemical-cured disediakan dalam dua pasta yaitu katalis dan
universal. Aktivasi kimia dicapai pada suhu kamar dengan amina organik (pasta
katalis) bereaksi dengan peroksida organik (universal) untuk menghasilkan radikal
bebas dan menyerang ikatan karbon ganda dan menyebabkan polimerisasi. Dua pasta
ini dicampur dalam waktu 20-30 detik. 18
2.1.2.3.3 Resin komposit aktivasi dual (dual-cured)
Jenis resin komposit berdasarkan dual-cured berisi inisiator dan akselerator yang
memungkinkan teraktivasi oleh sinar dan mengeras dengan sendirinya (self curing).18
2.1.3 Sifat-sifat Resin Komposit
Sifat-sifat resin komposit terbagi atas empat, yaitu sifat fisik, sifat mekanis, sifat
optis dan sifat biologis.
2.1.3.1 Sifat Fisik
2.1.3.1.1 Polymerization shrinkage
Resin komposit memiliki kekurangan yaitu mengalami pengerutan selama
polimerisasi. Hal ini akan menyebabkan kebocoran mikro, kegagalan perlekatan
bahan adhesif, iritasi pulpa, karies sekunder, sensitif pasca restorasi serta kegagalan
restorasi. Dasar dari teknik penambalan sedikit demi sedikit adalah untuk
mengompensasi pengerutan yang terjadi pada saat pengerutan. Campuran pertama
yang dimasukkan ke dalam dasar kavitas akan sudah terpolimerisasi sebagian
sewaktu campuran berikutnya diambil serta dimasukkan ke dalam kavitas sehingga
adanya ruangan karena pengerutan lapisan pertama akan diisi oleh lapisan
berikutnya.3
2.1.3.1.2 Sifat termal
ekspansi termal dari resin komposit berkisar 25-38 x 10-6/ºC untuk resin komposit
dengan partikel halus dan 55-68 x 10-6/ºC untuk resin komposit dengan partikel
microfine.3 Konduktivitas termal dari semua resin komposit cocok dengan enamel
dan dentin dan jauh lebih baik dibandingkan dengan amalgam.1 Konduktivitas termal
resin komposit dengan partikel halus adalah lebih besar dari resin komposit dengan
partikel microfine karena konduktivitas pengisi anorganik lebih tinggi dibandingkan
dengan matriks polimer.3
2.1.3.1.3 Penyerapan air
Penyerapan air resin komposit hybrid (5-17 mg/mm3) lebih rendah dibandingkan
dengan resin komposit microfine (26-30 mg/mm3) karena fraksi volume yang lebih
rendah dari polimer dalam resin komposit dengan partikel halus. Kualitas dan
stabilitas bahan antara silane penting dalam meminimalkan kerusakan ikatan antara
bahan pengisi dan polimer dan jumlah penyerapan air. Penyerapan air merupakan
proses yang lambat bila dibandingkan dengan polymerization shrinkage dan stress.3
Penyerapan air oleh resin komposit berkorelasi dengan penurunan kekerasan
permukaan dan ketahanan aus.1
2.1.3.1.4 Kelarutan
Kelarutan resin komposit bervariasi 0,25-2,5 mg/mm3 dan berkisar antara 1,5%
sampai 2,0% dari berat bahan asli.3 Alkohol adalah pelarut bis-GMA dan gel fluor
yang ditambah asam akan meningkatkan laju disolusi partikel bahan pengisi. Oleh
karena itu, produk yang tidak mengandung alkohol harus digunakan.1
2.1.3.1.5 Kestabilan warna
Warna sangat penting dalam restorasi estetik. Perubahan warna dapat terjadi dari
oksidasi dan hasil dari pertukaran air dalam matriks polimer dan interaksi dengan
2.1.3.1.6 Kekasaran permukaan
Kekasaran adalah suatu bentuk iregularitas pada tekstur permukaan yang
disebabkan karena friksi, penggunaan yang berlebihan, goresan mekanis dan kimiawi.
Kekasaran permukaan dihitung berdasarkan alat surface roughness tester yang
nilainya dinyatakan dalam Ra dengan satuan µm.3,24
2.1.3.2 Sifat Mekanis 2.1.3.2.1 Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan
kepadanya tanpa terjadi kerusakan. Kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang diuji
dengan metode diametral dan kekuatan lentur dan modulus untuk komposit gigi
sangat penting. Kekuatan tekan sangat penting karena diperlukan untuk kekuatan
mengunyah.3 Kekuatan lentur dan modulus tekan resin komposit microfilled dan
flowable sekitar 50% lebih rendah dari nilai untuk resin komposit hybrid dan resin
komposit packable karena volume persen bahan pengisi yang terdapat di dalam
komposit ini sendiri.18
2.1.3.2.2 Modulus elastisis
Modulus lentur dari resin komposit microfilled dan flowable biasanya lebih rendah
daripada resin komposit packable karena penurunan volume persen bahan pengisi
yang terdapat di dalam resin ini sendiri.3
2.1.3.2.3 Kekerasan permukaan
Restorasi harus memiliki permukaan halus dan teratur tetapi kondisi ini tidak
sering terjadi karena resin komposit sering terpapar dengan abrasi, erosi dan atrisi di
dalam rongga mulut.24 Kekerasan permukaan memberikan indikasi ketahanan
terhadap penetrasi ketika di bebani dengan indentasi. Nilai kekerasan tergantung pada
metode yang digunakan untuk pengukuran. Umumnya, nilai yang rendah
menunjukkan angka kekerasan bahan yang lunak dan sebaliknya.17 Nilai kekerasan
dan amalgam (110 kg/mm2). Kekerasan permukaan resin komposit dengan partikel
yang halus lebih besar dari nilai untuk resin komposit dengan partikel microfine
karena fraksi kekerasan dan volume partikel bahan pengisi.3
2.1.3.2.4 Wear rates
Dalam kondisi klinis, restorasi resin komposit berkontak dengan permukaan lain
seperti gigi antagonis, partikel makanan dan cairan rongga mulut yang dapat
menyebabkan keausan dan degradasi. Tekanan oklusal terhadap bahan restorasi gigi
lebih besar di posterior dibanding dengan tekanan oklusal di anterior. Beberapa studi
klinis telah melaporkan bahwa generasi terbaru dari nanokomposit memiliki
ketahanan aus yang sangat baik. Komposit nanofilled telah terbukti menunjukkan
ketahanan aus yang mirip dengan enamel alami manusia.3
2.1.3.3 Sifat optis 2.1.3.3.1 Radiopacity
Beberapa bahan pengisi seperti kaca kuarsa, lithium-aluminium dan silika tidak
radiopak dan harus dicampur dengan bahan pengisi lain untuk menghasilkan
komposit radiopak. Dalam komposit nanofilled, radiopacity dicapai dengan
menggunakan zirkonia nanomerik (5-7 nm) atau dengan memasukkan zirkonia di
dalam nanocluster bersama dengan silika.3
2.1.3.4 Sifat biologis
2.1.3.4.1 Biokompatibilitas
Hampir semua komponen utama dari resin komposit (Bis-GMA, TEGDMA dan
UDMA) bersifat sitotoksik. Organisasi Internasional Standardisasi (ISO) membuat
pengujian toksisitas bahan material kedokteran gigi dengan merendam bahan
komposit di dalam berbagai medium berair dan organik untuk melihat respon biologis
dari bahan komposit. 3
Komposisi Resin komposit
Kekuatan kompresi (MPa) 250-300 250-350 350-400 300-350
Kekuatan tarik (MPa) 50-65 30-50 75-90 40-50
panjang gelombang 450-475 nm. Sumber cahaya meliputi quartz halogen, laser,
plasma arc dan yang terbaru light emitting diodes (LED). Energi minimum yang
diperlukan untuk mengeraskan resin komposit adalah 300 mW/cm2.21 Faktor-faktor
yang mempengaruhi polimerisasi dari resin komposit adalah:
1. Lama curing: Ini tergantung pada warna resin, intensitas cahaya, dalamnya
kavitas, ketebalan resin, pengisi komposit
2. Warna resin: Warna yang lebih gelap memerlukan waktu yang lebih lama
untuk dicuring (60 detik dengan kedalaman maksimum 0,5 mm)
3. Suhu: resin komposit pada suhu ruangan akan mengeras lebih sempurna dan
lebih cepat
4. Ketebalan resin: Ketebalan optimum adalah 1-2 mm
5. Jarak penyinaran: Jarak optimum adalah < 1 mm, dengan posisi cahaya 90º
dari permukaan komposit
6. Kualitas sumber cahaya: Panjang gelombang antara 400 – 500 nm22
Reaksi polimerisasi terbagi atas tiga yaitu self-cured resin komposit, light-cured
mengandung inisiator dan akselerator. Inisiator yang digunakan adalah benzoyl
peroxide dan akselerator yang digunakan adalah tertiary aromatic amine. Kemudian,
resin komposit akan mengeras dengan sendirinya. Light-cured resin komposit
menggunakan sinar dengan panjang gelombang tertentu untuk mengaktivasi
polimerisasi. Sinar yang digunakan adalah sinar biru dengan panjang gelombang 470
nm yang akan diserap oleh fotoaktivator (0,2%-1%) dan champoroquinone.
Self-cured resin komposit mengandung initiator dan akselerator dan diaktivasi
menggunakan sinar dan akan mengeras dengan sendirinya.3
2.2 Obat Kumur
Obat kumur adalah cairan yang digunakan untuk membersihkan dan
meningkatkan kesehatan mulut, estetika dan kesegaran nafas.18 Obat kumur
merupakan produk oral hygiene yang sangat penting untuk pasien. Obat kumur telah
digunakan lebih dari 3,000 tahun yang lalu.16 Obat kumur paling efektif digunakan
pada pagi dan sore hari setelah penyikatan gigi dan terdiri atas 3 bahan utama. Agen
yang aktif di dalam obat kumur bisa digunakan untuk anti-karies, efek antimikroba,
fluor dan pengurangan adhesi plak. Agen aktif ini kemudian berinteraksi dengan air
atau alkohol. Alkohol digunakan untuk melarutkan beberapa bahan aktif,
meningkatkan rasa dan bertindak sebagai pengawet untuk memperpanjang jangka
kerja obat kumur. Di dalam obat kumur juga terdapat agen penyedap untuk
menyegarkan napas termasuk eucalyptol, menthol, thymol dan methyl salicylate.18
Dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi obat kumur adalah
keasaman dan kadar etanol didalam obat kumur tersebut. Jika dibandingkan dengan
minuman beralkohol, bir mengandung sekitar 4% dan wine mengandung sekitar 11%
etanol. Meskipun obat kumur tidak ditelan seperti minuman beralkohol tetapi kadar
etanol yang tinggi mempunyai efek topikal yang harus dihindari.18 Obat kumur juga
memiliki efek terhadap bahan restorasi. 4,5,9-15 Kadar etanol yang tinggi dapat
melunakkan permukaan bahan resin seperti komposit resin, kompomer. Ini lebih
Terdapat juga penelitian yang meragukan adanya toksik atau biokompatibilitas
obat kumur terutama yang mempunyai kadar etanol yang tinggi. Resiko karsinogenik
meningkat dengan meningkatnya durasi terpapar dan frekuensi penggunaan obat
kumur yang mengandung alkohol. Faktor resiko ini mirip dengan efek yang
dihasilkan dari peningkatan konsumsi minuman beralkohol. Meskipun ada hasil yang
berbeda dari berbagai studi klinis tetapi tampaknya terdapat efek hanya ketika kadar
etanol yang tinggi dari obat kumur itu sendiri dan penggunaan yang berlebihan.
Alkohol dapat dianggap sebagai unsur yang penting di dalam obat kumur karena
bertindak sebagai pelarut untuk minyak aromatik, agen aroma dan memberikan bau
yang enak pada rongga mulut. Banyak orang awam tidak menyadari bahwa sebagian
besar obat kumur mengandung alkohol.18
Banyak obat kumur memiliki warna yang menarik dan rasa yang menyenangkan
yang dapat menarik orang awam. Keracunan alkohol pada anak-anak lebih serius jika
dibandingkan dengan orang dewasa karena alkohol bisa menyebabkan induksi
hipoglikemia yang merupakan komplikasi serius pada anak-anak. Ini dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada hati dan otak dan kasus fatal telah
dilaporkan pada seorang anak berusia 4 tahun yang menelan obat kumur yang
mengandung 10% alkohol. Kekhawatiran tentang bahaya keracunan alkohol pada
anak-anak mendorong American Dental Association untuk meminta produsen obat
kumur yang mengandung lebih dari 5% alkohol untuk meletakkan label peringatan
keselamatan untuk anak-anak. The American Academy of Pediatrics telah
merekomendasikan ke U.S Food and Drug Administration untuk membatasi
kandungan alkohol didalam obat kumur maksimal sebanyak 5% dan harus
2.3 Alat-alat tes uji kekerasan
Pengetahuan tentang kekerasan bahan sangat berguna untuk teknisi dan juga
dokter gigi. Uji kekerasan termasuk dalam spesifikasi American Dental Association
(ADA) untuk bahan material kedokteran gigi. Ada beberapa jenis tes kekerasan
permukaan yang sebagiannya didasarkan pada kemampuan permukaan material untuk
menahan penetrasi oleh titik berlian atau steel ball di bawah beban tertentu.2 Tes yang
paling sering digunakan dalam menentukan kekerasan bahan material kedokteran gigi
dikenal dengan nama Vickers, Knoop, Brinell dan Rockwell.17
Uji kekerasan dilakukan dengan memberikan gaya standar atau beban kepada
indentor. Prosedur umum untuk menguji kekerasan adalah gaya standar atau berat
diberikan pada titik penetrasi. Gaya standar ini diberikan kepada indentor dan akan
menghasilkan lekukan berbentuk simetris yang dapat diukur di bawah mikroskop.18
Lekukan berbentuk simetris diukur di bawah mikroskop untuk kedalaman, area atau
lebar lekukan, karena lekukan ini terlalu kecil untuk dilihat dengan mata. Apabila
beban tetap diterapkan pada indentor standar, dimensi lekukan akan bervariasi dengan
resistensi terhadap penetrasi dari bahan yang diuji. Jadi, beban ringan digunakan
untuk bahan yang lebih lunak.3,17 Berbagai uji kekerasan berbeda dalam bahan
indentor, geometri dan beban. Indentor dapat dibuat dari baja, tungsten carbide atau
berlian dan dibentuk dari 1 sampai dengan 3000 kilogram. Pilihan uji kekerasan
tergantung pada bahan, kekerasan yang diharapkan dan tingkat lokalisasinya.18
Tes Knoop dan Vickers diklasifikasikan sebagai tes microhardness manakala tes
Brinell dan Rockwell adalah tes macrohardness. Jumlah kekerasannya berdasarkan
kedalaman penetrasi titik indentor kepada bahan tersebut.2 Bagi metode yang
melibatkan pengukuran lekukan dengan mikroskop setelah kekuatan indentasi
dikeluarkan, nilai kekerasannya berkait dengan tingkat deformasi permanen yang
diproduksi pada permukaan bahan uji dengan indentor di bawah beban yang
diberikan. Desain piramida indentor yang digunakan pada Vickers dan Knoop
menunjukkan bahwa apabila alat bersentuhan dengan permukaan bahan uji, tekanan
awal adalah sangat tinggi. Kekerasan sering digunakan untuk memberi indikasi
tergores karena relatif lebih lunak. Bahan yang keras akan lebih sulit untuk dipoles
dengan cara mekanis. Kekerasan juga digunakan untuk memberi indikasi ketahanan
abrasi material terutama sewaktu pemakaian yang mencakup goresan.17
2.3.1 Vickers Hardness Test
Metode Vickers ini diperkenalkan oleh Smith dan Sandland pada tahun 1925
digunakan untuk mengukur kekerasan sesuatu bahan.20 Vickers Hardness Test ini
menggunakan indenter yang berbentuk persegi berlian piramida dengan sudut 136°.
Indentor ini menghasilkan lekukan persegi. Kekerasan berlian piramida dihitung
dengan membagi beban yang diterapkan oleh luas permukaan lekukan.1,3,17,20 Metode
perhitungan Vickers hardness number (VHN) adalah sama dengan Brinell hardness
number (BHN) yaitu beban dibagi dengan luas proyeksi lekukan. Panjang diagonal
indentasi diukur dan diambil rerata. Vickers hardness test ini digunakan dalam
spesifikasi ADA untuk dental casting gold alloys. Uji ini sesuai digunakan untuk
mengukur kekerasan struktur gigi.2 Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor
berupa piramida yang lebih keras dari bahan yang diuji.19
Gambar 4: Berlian piramida pada Vickers hardness
Kekerasan Vickers dihitung dengan rumus:20
Keterangan:
F: gaya yang diberikan (kgf)
d: perhitungan rata-rata dari dua diagonal yaitu d1 dam d2 (mm2)
2.3.2 Knoop Hardness Test
Tes Knoop merupakan metode yang dikembangkan untuk melakukan metode tes
indentasi mikro. Beban yang digunakan dalam tes ini tidak boleh melebihi 3,6 kgf
(kilogram-force) yaitu 35 Newton. 3 Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor
berupa bentuk piramida yang lebih keras dari bahan yang diuji.19
2.3.3 Brinell Hardness Test
Tes Brinell merupakan salah satu metode yang tertua di dalam ilmu kedokteran
gigi. Tes ini tergantung atas ketahanan bola steel atau bola tungsten karbida dengan
diameter 1,6 mm dan beban sebesar 123 Newton. Tes Brinell dilakukan dengan
waktu yang telah ditetapkan yaitu 30 detik dan lalu dilihat melalui miksroskop.3 Tes
ini melibatkan penggunaan sebuah indentor berupa bentuk bola yang lebih keras dari
bahan yang diuji.24
2.3.4 Rockwell Hardness Test
Tes Rockwell merupakan metode yang dikembangkan untuk mengukur kekerasan
yang sangat tinggi. Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor berupa kerucut
yang lebih keras dari bahan yang diuji.19 Indentor yang digunakan berbeda diameter
2.5 Kerangka Konsep
Resin Komposit Nanohybrid
Sifat
Mekanis Proses pembersihan
rongga mulut
Sikat gigi Obat kumur
Alkohol
Efek kelarutan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian
eksperimental laboratorium.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah post test only control group design.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat penelitian
Tempat penelitian:
1. Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi USU: pembuatan sampel penelitian
2. Laboratorium Teknik Mesin, Universitas Negeri Medan (UNIMED),
Medan: perendaman sampel dan tes uji kekerasan sampel resin komposit
nanohybrid
3.3.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian: September 2014 sampai Maret 2015.
3.4Sampel dan Besar Sampel 3.4.1 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah resin komposit nanohybrid dibuat berbentuk
diameter 5 mm
Gambar 6: Sampel penelitian
3.4.2 Besar Sampel Penelitian
Jumlah kelompok dalam penelitian ini adalah:
1. Kelompok I: kontrol yaitu tidak direndam.
2. Kelompok II: kelompok perendaman di dalam obat kumur yang
mengandung alkohol 21% selama 2 jam.
3. Kelompok III: kelompok perendaman di dalam obat kumur yang
mengandung alkohol 21% selama 4 jam.
4. Kelompok IV: kelompok perendaman di dalam obat kumur yang
mengandung alkohol 21% selama 6 jam.
Maka, besar sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus Federer.25
(t-1) (r-1) ≥ 15
t = jumlah perlakuan (kontrol, 2 jam, 4 jam, 6 jam)
r = besar sampel
(4-1)(r-1) ≥ 15 (3)(r-1) ≥ 15
3r -3 ≥ 15
3r ≥ 18 r ≥ 6
Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 6 untuk
setiap perlakuan. Di dalam penelitian ini diambil jumlah sampel 10 untuk setiap
3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi 3.5.1 Kriteria Inklusi
1. Permukaan sampel resin komposit yang halus dan rata
2. Sampel resin komposit berdiameter 5 mm dan tebal 2 mm
3.5.2 Kriteria Ekslusi
1. Permukaan sampel resin komposit yang poreus
2.Sampel resin komposit yang rusak
3.6 Variabel penelitian 3.6.1 Variabel bebas
Waktu perendaman resin komposit nanohybrid dalam obat kumur yang
mengandung alkohol 21% yaitu 2, 4 dan 6 jam.
3.6.2 Variabel tergantung
Kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid.
3.6.3 Variabel terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah:
1. Ukuran sampel resin komposit nanohybrid: diameter 5 mm, tebal 2 mm
2. Lama penyinaran: 20 detik
3. Jenis sinar: tungsten halogen
4. Jarak penyinaran: 1 mm
5. Suhu perendaman: 37 ºC
6. Volume media perendaman: 3 ml per 1 sampel
7. Kandungan alkohol media perendaman: 21%
8. Arah penyinaran: 90°
3.6.4 Variabel tidak terkendali
3.7 Definisi Operasional
1. Resin komposit nanohybrid adalah resin komposit partikel nano yang terdiri
atas gabungan nanofiller dan nanohybrid dengan ukuran partikel zirconia/silika 3
µm dan non agregat partikel silika 20 nm.
2. Waktu perendaman adalah waktu yang diperlukan untuk merendam resin
komposit nanohybrid yaitu 2 jam, 4 jam dan 6 jam.
3. Obat kumur yang mengandung alkohol 21% adalah suatu produk yang
digunakan untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut.
4. Kekerasan adalah ketahanan sesuatu bahan terhadap indentasi yang
diberikan padanya menggunakan alat Vickers Hardness Tester dengan pemberian
beban berlian berbentuk piramida yang membentuk sudut 136º.
3.8 Alat dan bahan penelitian 3.8.1 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Master model dengan mould berbentuk lingkaran berdiameter 5 mm dan
tebal 2 mm yang terbuat dari stainless steel.
2. Vickers Hardness test (Future-Tech FM-800)
Gambar 8: Vickers hardness test
3. Light curing unit (LITEX 680A)
Gambar 9: Light curing unit
4. Inkubator (Sakura, Jepang)
Gambar 10: Inkubator
Gambar 11: Instrumen plastis
6. Pinset (Dentica stainless steelсє)
Gambar 12: Pinset
7. Cellophane strip
8. Object glass
9. Wadah perendaman sampel
10.Kertas tisu
11.Sarung tangan
12.Masker
13.Perekat berwarna
14.Spidol
15.Digital Stopwatch
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Resin komposit nanohybrid (Filtek TM Z250 XT)
Gambar 13: Resin komposit
nanohybrid
Tabel 2: Komposisi resin komposit nanohybrid
Komposisi
Matrix: Bis-GMA, UDMA, Bis-EMA, PEGDMA dan TEGDMA Filler: Zirconia/silika 3 µm, non agregat partikel silika 20 nm, bahan pengisi82% berat (68% volume)
2. Obat kumur yang mengandung alkohol (Fresh Citrus Listerine®)
Tabel 3: Komposisi obat kumur Listerine®
Prosedur dalam penelitian ini dibagi tiga yaitu dimulai dengan pembuatan
master cast, pembuatan sampel dan perendaman serta pengujian sampel.
3.9.1 Pembuatan master cast
Master cast terbuat dari stainless steel dengan diameter 5 mm dan tebal 2
mm yang digunakan untuk meletakkan resin komposit nanohybrid.
3.9.2 Pembuatan sampel
1. Setelah pembuatan master cast selesai, cellophane strip diambil dan
diletakkan dibagian bawah master cast untuk mencegah resin komposit lengket
Gambar 15: Cellophane strip diletakkan dibagian bawah master cast
2. Resin komposit nanohybrid diambil dengan menggunakan instrument
plastis dan diletakkan ke dalam mould master cast tersebut. Resin komposit
nanohybrid dimasukkan sampai padat. Bagian atas diratakan dengan
menggunakan cellophane strip dan object glass yang tebalnya 1 mm. Jari
diletakkan dan ditekan di atas object glass agar resin padat dan rata di dalam
master cast selama 10 detik. Jari diangkat dan kelebihan resin dibuang.
(a) (b)
Gambar 16: (a) Resin komposit diambil menggunakan instumen plastis (b)
Cellophane strip dan object glass diletakkan agar resin padat dan rata
3. Resin komposit disinar selama 20 detik pada permukaan atas dan bawah
dengan menggunakan light curing unit. Light curing unit diletakkan tegak lurus di
Gambar 17: Sampel disinar dengan
light curing unit
4. Bagian bawah sampel ditandai dengan spidol
Gambar 18: Bagian bawah sampel ditandai
5. Sampel dibagi menjadi empat kelompok:
i. Kelompok I: kelompok kontrol sebanyak 10 sampel
ii. Kelompok II: kelompok perendaman selama 2 jam sebanyak 10 sampel
iii. Kelompok III: kelompok perendaman selama 4 jam sebanyak 10 sampel
Gambar 19: Sampel dibagi empat kelompok
3.9.3 Perendaman dan pengujian sampel
1. Kelompok pertama, sebanyak 10 sampel tidak dilakukan perendaman
(kontrol), masing-masing dibuatkan 3 tanda. Tanda pengukuran terletak di titik
pusat sampel dan yang lainnya terletak 1 mm dari tepi kiri dan kanan sampel pada
permukaan atas sampel. Tanda pengukuran dilihat dengan menggunakan
mikroskop untuk mendapatkan panjang diagonal setiap titik. Setelah itu, sampel
diuji dengan memberikan tekanan sebesar 300 g selama 15 detik menggunakan
Vickers hardness tester. Metode ini dilakukan untuk 10 sampel.
(a) (b)
Gambar 20: (a) Skematik tiga titik pada resin komposit (b) Gambaran titik hasil pengujian dengan Vickers Hardness Tester
2. Kelompok kedua, sebanyak 10 sampel direndam selama 2 jam dalam
wadah perendaman yang berisi 3ml obat kumur mengandung alkohol di dalam
inkubator dengan temperatur 37ºC. Setelah 2 jam, sampel diambil dengan
telah direndam selama 2 jam, masing-masing dibuatkan 3 tanda. Tanda
pengukuran terletak pada titik pusat sampel dan 1 mm dari tepi kiri dan kanan
sampel pada permukaan atas sampel. Tanda pengukuran dilihat dengan
menggunakan mikroskop untuk mendapatkan panjang diagonal setiap titik.
Setelah itu, sampel diuji dengan memberikan tekanan sebesar 300 g selama 15
detik menggunakan Vickers hardness tester. Metode ini dilakukan untuk 10
sampel.
Gambar 21: Sampel dimasukkan di dalam inkubator
3. Kelompok ketiga, sebanyak 10 sampel direndam selama 4 jam dalam
wadah perendaman yang berisi 3ml obat kumur mengandung alkohol di dalam
inkubator dengan temperatur 37ºC. Setelah 4 jam, sampel diambil dengan
menggunakan pinset dan dikeringkan dengan kertas tisu. Kesepuluh sampel yang
telah direndam selama 4 jam, masing-masing dibuatkan 3 tanda. Tanda
pengukuran terletak pada titik pusat sampel dan 1 mm dari tepi kiri dan kanan
sampel pada permukaan atas sampel. Tanda pengukuran dilihat dengan
menggunakan mikroskop untuk mendapatkan panjang diagonal setiap titik.
Setelah itu, sampel diuji dengan memberikan tekanan sebesar 300 g selama 15
detik menggunakan Vickers hardness tester. Metode ini dilakukan untuk 10
Gambar 22: Sampel diuji dengan
Vickers hardness tester
4. Kelompok keempat, sebanyak 10 sampel direndam selama 6 jam dalam
wadah perendaman yang berisi 3ml obat kumur mengandung alkohol di dalam
inkubator dengan temperatur 37ºC. Setelah 6 jam, sampel diambil dengan
menggunakan pinset dan dikeringkan dengan kertas tisu. Kesepuluh sampel yang
telah direndam selama 6 jam, masing-masing dibuatkan 3 tanda. Tanda
pengukuran terletak pada titik pusat sampel dan pada 1 mm dari tepi kiri dan
kanan sampel pada permukaan sampel yang telah disinari. Tanda pengukuran
dilihat dengan menggunakan mikroskop untuk mendapatkan panjang diagonal
setiap titik. Setelah itu, sampel diuji dengan memberikan tekanan sebesar 300 g
selama 15 detik menggunakan Vickers hardness tester. Metode ini dilakukan
untuk 10 sampel.
3.10 Pengolahan data dan analisis data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji ANOVA satu arah untuk melihat ada tidaknya
perbedaan antara kelompok. Pada penelitian ini, uji ANOVA digunakan untuk
melihat ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara kekerasan resin
komposit nanohybrid pada kelompok kontrol, 2, 4 dan 6 jam. Uji ANOVA ini
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN
4.1 Hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan nilai rerata kekerasan resin
komposit nanohybrid kelompok kontrol adalah 86,880 ± 3,6298 VHN, kelompok
perendaman selama 2 jam adalah 83,530 ± 2,8016 VHN, kelompok perendaman
selama 4 jam adalah 78,390 ± 3,2299 VHN dan kelompok perendaman selama 6
jam adalah 70,950 ± 5,3904 VHN. Dari data tersebut didapatkan pula nilai
kekerasan resin komposit nanohybrid terkecil terdapat pada kelompok
perendaman selama 6 jam sebesar 70,950 ± 5,3904 VHN dan nilai kekerasan
terbesar terdapat pada kelompok kontrol yaitu sebesar 86,880 ± 3,6298 VHN.
Hasil penelitian ini dapat di lihat berdasarkan tabel 4.
Tabel 4. Nilai kekerasan resin komposit nanohybrid pada setiap kelompok perlakuan tanpa perendaman (0 jam), perendaman 2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% (VHN)
Nilai rerata kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid dapat
diringkaskan dan dilihat melalui gambar 23.
Gambar 23: Nilai rerata kekerasan resin komposit nanohybrid tanpa perendaman
(0 jam), perendaman 2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur yang mengandung
4.2 Analisis hasil penelitian
Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji
ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Uji ANOVA satu arah
didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan yaitu 0,000 (p ≤ 0,05).
Hasil uji ANOVA dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5: Hasil uji statistik ANOVA satu arah
Sum of square df Mean square F Sig.
komposit antara kelompok kontrol dan kelompok perendaman selama 2 jam
adalah sebesar 3,350 dengan nilai signifikasi 0,060. Rerata perubahan kekerasan
resin komposit antara kelompok kontrol dan kelompok perendaman selama 4 jam
adalah sebesar 8,490 dengan nilai signifikasi 0,000. Rerata perubahan kekerasan
resin komposit antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman selama 6
jam adalah sebesar 15,930 dengan nilai signifikasi 0,000.
Rerata perubahan kekerasan resin komposit antara kelompok perendaman
selama 2 jam dan kelompok perendaman selama 4 jam adalah 5,140 dengan nilai
signifikasi sebesar 0,005 manakala rerata perubahan kekerasan resin komposit
antara kelompok perendaman selama 2 jam dan kelompok perendaman selama 6
jam adalah 12,580 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000. Pada rerata perubahan
kekerasan resin komposit antara kelompok perendaman selama 4 jam dengan
kelompok perendaman selama 6 jam adalah 7,440 dengan nilai signifikasi sebesar
0,000.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan kekerasan resin
komposit nanohybrid setelah direndam di dalam obat kumur yang mengandung
hanya terdapat pada kelompok sampel perendaman selama 4 jam dan 6 jam (p ≤
0,05) apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perubahan yang signifikan
juga dapat dilihat antara kelompok perendaman selama 2 jam dengan kelompok
perendaman selama 4 jam dan perendaman selama 6 jam. Kelompok perendaman
selama 4 jam juga mengalami perubahan yang signifikan apabila dibandingkan
dengan kelompok perendaman selama 6 jam. Hasil uji statistik Post Hoc LSD ini
dapat dilihat pada tabel 4. Hipotesis penelitian ditolak dimana terdapat perubahan
kekerasan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur
yang mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam.
Tabel 6. Hasil uji statistik perubahan kekerasan permukaan resin komposit
nanohybrid tanpa perendaman (0 jam), perendaman 2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21%
Perbandingan antar kelompok perlakuan Mean difference p Kelompok I: tanpa perendaman (kontrol) -
Kelompok II: perendaman selama 2 jam
3,350 0,060
Kelompok I: tanpa perendaman (kontrol) –
Kelompok III: perendaman selama 4 jam
8,490 0,000*
Kelompok I: tanpa perendaman (kontrol) –
Kelompok IV: perendaman selama 6 jam
15,930 0,000*
Kelompok II: perendaman selama 2 jam -
Kelompok III: perendaman selama 4 jam
5,140 0,005*
Kelompok II: perendaman selama 2 jam –
Kelompok IV: perendaman selama 6 jam
12,580 0,000*
Kelompok III: perendaman selama 4 jam -
Kelompok IV: perendaman selama 6 jam
7,440 0,000*
BAB 5 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan rerata kekerasan resin komposit nanohybrid antar kelompok kontrol (tanpa perendaman)
dengan resin komposit nanohybrid yang telah direndam selama 2 jam, 4 jam dan 6
jam di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21%. Nilai rerata kekerasan
resin komposit nanohybrid kelompok kontrol adalah 86,880 ± 3,6298 VHN,
kelompok perendaman selama 2 jam adalah 83,530 ± 2,8016 VHN, kelompok
perendaman selama 4 jam adalah 78,390 ± 3,2299 VHN dan kelompok
perendaman selama 6 jam adalah 70,950 ± 5,3904 VHN. Analisa statistik
ANOVA menunjukkan perubahan kekerasan yang signifikan yaitu p = 0,000 (p ≤ 0,05). Namun uji Post Hoc LSD menunjukkan perubahan yang signifikan hanya
terdapat pada kelompok sampel perendaman 4 jam dan 6 jam dengan nilai
signifikasi 0,000 dan 0,000 (p ≤ 0,05) apabila dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
Data tersebut menunjukkan bahwa lama perendaman sampel resin komposit
nanohybrid mempengaruhi nilai kekerasan permukaan resin komposit
nanohybrid. Dari data terlihat bahwa semakin lama waktu perendaman sampel
resin komposit nanohybrid maka nilai kekerasan permukaannya semakin
menurun.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Azevedo Miranda DD (2011) yang menyatakan bahwa terdapat penurunan
kekerasan dan kekasaran resin komposit 4 seasons dan Esthet X yang signifikan
setelah perendaman di dalam obat kumur Colgate Plax Overnight dan Colgate
Plax selama 12 jam dan 24 jam.9 Lamba B (2012) juga telah meneliti dan
menemukan bahwa terdapat penurunan kekerasan bahan kedokteran gigi GIC,
kompomer dan resin komposit Esthet X setelah perendaman di dalam obat kumur
Listerine, Plax, Phosflur, Periogard dan Betadine Gargle selama 1 jam, 1 hari, 7