• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Koperasi Bitul Maal Wa Tamwil (BMT) dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) Di Kota Jakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Koperasi Bitul Maal Wa Tamwil (BMT) dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) Di Kota Jakarta."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PERAN KOPERASI BAITUL MAAL WAT TAMWIL (

BMT ) BERKAH MADANI DALAM PENGEMBANGAN UMK DI

KOTA JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

KANIA SUCI UTAMI

080501029

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRAK

Usaha Mikro Kecil (UMK) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Karena dengan UMK ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UMK telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor UMK telah terbukti tangguh, ketika terjadi krisis Ekonomi, hanya sektor UMK yang bertahan dan terbukti menyelamatkan perekonomian bangsa pada saat Indonesia dilanda krisis ekonomi tahun 1998.

Dalam proses perjalanannya, UMK di Indonesia menghadapi ketatnya pasar dalam negeri. Sehingga membuat sebagian pelaku UMK berlomba – lomba dalalam pengembangkan usahanya. Walaupun terdapat kendala dalam berbagai aspek, seperti permodalan, sistem produksi, target pasar dan lain - lainnya.

Maka untuk mengatasi berbagai masalah UMK, muncullah Koperasi BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) sebagai lembaga keuangan syariah yang memiliki produk pembiayaan dan pembinaan yang dapat membantu menaungi UMK dalam pengembangan usahanya. Dengan prinsip berdasarkan syariah islam, mudah, cepat dan aman. BMT hadir ditengah – tengah masyarakat Indonesia memberikan nafas bagi pelaku UMK.

(3)

ABSTRACT

Micro Small Enterprises (MSEs) have an important role in the economy of Indonesia. Due to these MSEs, unemployment due to labor force that is not absorbed in the workforce to be reduced. MSE sector has been promoted and used as the main agenda of economic development of Indonesia. MSE sector has proven resilient, when the economic crisis, only the MSE sector to survive and prove to rescue the nation's economy during the economic crisis hit Indonesia in 1998.

In the process of his journey, MSEs in Indonesia face intense domestic market. So make the most MSEs in developing racing business. Although there are constraints in various aspects, such as capital, production systems, and other target markets other.

So to solve various problems MSEs, comes the Cooperative BMT (Baitul Maal wa Tamwil) as an Islamic financial institution that has the financing and development of products that can help shade the SMEs in their business development. With principles based on Islamic sharia, easy, fast and secure. BMT is present in the middle - the middle of the Indonesian people to give breath to the MSEs.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmatNya yang dilimpahkan memberikan kekuatan, kesabaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beserta dalam semoga senentiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunuukkan umat manusia ke jalan yang lurus.

Skripsi ini berjudul “Analisis Koperasi Bitul Maal Wa Tamwil (BMT) dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) Di Kota Jakarta. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Kedua Orang Tua tercinta, ayahanda Ir. Dani Dityawan, SE dan ibunda Krishna Tiwikrama Miraza. Kakek tercinta, Prof. Bachtiar Hassan Miraza. Dan adik saya Rizka Dwi Putri Amanda beserta sahabat seperjuangan Imam Darmawan yang tidak henti – hentinya memberikan kekuatan lahir dan batin beserta doa untuk keselamtan dan keberhasilan penulis.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, Mec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara merangkap sebagai Dosen Pembimbing penulis telah banyak memberikan dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam penyempurnaan skripsi ini.

(5)

Dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Raina Linda Sari Lubis, SE, Msi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan berbagai ilmunya kepada penulis beserta staff administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya untuk Departemen Ekonomi Pembangunan.

7. Bapak dan Ibu staff administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi pembangunan yang telah dengan ikhlas melayani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada pimpinan Koperasi beserta jajarannya BMT Berkah Madani Jakarta yang telah membantu dalam proses penelitian penulis demi menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengaharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 1 Januari 2012 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian………. 8

1.4 Manfaat Penelitian……… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi………. 10

2.1.1. Pengertian, Prinsip dan Fungsi Koperasi………. 10

2.1.2. Permodalan Koperasi………... 12

2.2 Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT )………. 14

2.2.1. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT )………. 14

2.2.2. Fungsi dan Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT )……… 16

2.2.3. Azaz dan Prinsip Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT )………... 18

2.2.4. Anggota dan Modal Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT )…….. 19

2.2.5. Cara Kerja Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT )……… 20

2.2.6. Teori Dana Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT )……….. 21

(7)

2.2.7.2. Produk Pembiayaan……… 23

2.2.8. Pelayanan BMT……… 29

2.2.9. Peran BMT terhadap pengembangan UKM……….. 33

2.3 Usaha Mikro Kecil ( UMK )………... 35

2.3.1. Pengertian Usaha Mikro Kecil ………. 35

2.3.2. Kriteria Usaha Mikro Kecil ………... 35

2.3.3. Peran UMKM terhadap perekonomian………. 37

2.3.4. Kelemahan Usaha Mikro Kecil ………. 38

2.3.5. Strategi Pembangunan Usaha Mikro Kecil ………... 39

2.4 Kondisi Lembaga Keuangan Mikro (LKM)………... 41

2.4.1. Permasalahan LKM di Indonesia ……… 44

2.4.2. Pemberdayaan UMK oleh BMT ... 45

2.5 Hipotesis …..………. 48

2.6 Penelitian Terdahulu ………. 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian……….. 52

3.2 Jenis dan Sumber Data……… 52

3.3 Teknik Pengumpulan Data………. 53

3.4 Metode Pemilihan Sampel………. 53

3.5 Metode Analisis Data ……… 54

3.6 Definisi Operasional………. 55

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ……… 57

4.2. Gambaran Umum BMT Berkah Madani ……… 60

4.2.1. Profil BMT Berkah Madani ………... 61

(8)

4.2.3. Visi dan Misi BMT Berkah Madani ………. 62

4.2.4. Tujuan BMT Berkah Madani ……… 63

4.2.5. Produk – Produk Pembiayaan BMT Berkah Madani………… 63

4.2.6. Struktur Organisasi BMT Berkah Madani ………... 66

4.3. Hasil Analisa Data dan Pembahasan ……….. 67

4.3.1. Karakteristik Responden ……….. ……… 67

4.3.11. Perkembangan Kehidupan UMK setelah Mendapat Pinjaman.. 73

4.3.12. Tingkat Peran Pemberdayaan Oleh BMT kepada UMK……... 75

4.4. Interpretasi Data ……….. 78

4.4.1. Uji Paired Sample T – Test Untuk Melihat Perubahan Omzet ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………... 80

5.2. Saran ………. 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Permasalahan yang Dihadapi LKM dan UMKM 44 4.1 Nama – nama Kota Madya, Jumlah Kecamatan, Kelurahan 60

dan Jumlah Penduduk bulan Juni 2011 di DKI Jakarta

4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin 67 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan 68 4.4 Distribusi Jenis Produk Usaha 69 4.5 Distribusi Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja 69 4.6 Distribusi Responden Menurut Tingkat Omzet per Bulan 70 4.7 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pinjaman 71 4.8 Alasan UMK Meminjam Kredit Usaha Dari BMT 72 4.9 Distribusi Responden Menurut Perkembangan Kehidupan 74

Setelah Mendapat Pinjaman dari BMT

4.10 Distribusi Responden Menurut Manfaat Pembinaan 78 Non – Financial Oleh BMT kepada UMK

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

(11)

ABSTRAK

Usaha Mikro Kecil (UMK) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Karena dengan UMK ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UMK telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor UMK telah terbukti tangguh, ketika terjadi krisis Ekonomi, hanya sektor UMK yang bertahan dan terbukti menyelamatkan perekonomian bangsa pada saat Indonesia dilanda krisis ekonomi tahun 1998.

Dalam proses perjalanannya, UMK di Indonesia menghadapi ketatnya pasar dalam negeri. Sehingga membuat sebagian pelaku UMK berlomba – lomba dalalam pengembangkan usahanya. Walaupun terdapat kendala dalam berbagai aspek, seperti permodalan, sistem produksi, target pasar dan lain - lainnya.

Maka untuk mengatasi berbagai masalah UMK, muncullah Koperasi BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) sebagai lembaga keuangan syariah yang memiliki produk pembiayaan dan pembinaan yang dapat membantu menaungi UMK dalam pengembangan usahanya. Dengan prinsip berdasarkan syariah islam, mudah, cepat dan aman. BMT hadir ditengah – tengah masyarakat Indonesia memberikan nafas bagi pelaku UMK.

(12)

ABSTRACT

Micro Small Enterprises (MSEs) have an important role in the economy of Indonesia. Due to these MSEs, unemployment due to labor force that is not absorbed in the workforce to be reduced. MSE sector has been promoted and used as the main agenda of economic development of Indonesia. MSE sector has proven resilient, when the economic crisis, only the MSE sector to survive and prove to rescue the nation's economy during the economic crisis hit Indonesia in 1998.

In the process of his journey, MSEs in Indonesia face intense domestic market. So make the most MSEs in developing racing business. Although there are constraints in various aspects, such as capital, production systems, and other target markets other.

So to solve various problems MSEs, comes the Cooperative BMT (Baitul Maal wa Tamwil) as an Islamic financial institution that has the financing and development of products that can help shade the SMEs in their business development. With principles based on Islamic sharia, easy, fast and secure. BMT is present in the middle - the middle of the Indonesian people to give breath to the MSEs.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

(14)

Mikro Kecil) dapat bertahan dari terpaan krisis ekonomi dan sebaliknya semakin berkembang.

UMK memiliki beberapa alasan mengapa dapat bertahan pada saat krisis ekonomi. Pertama, karena sebagian besar UMK modalnya dari milik pribadi dan tidak meminjam ke bank atau tidak berhubungan langung dengan sistem perbankan. Sehingga ketika perbankan mengalami masalah yang mengakibatkan naiknya suku bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor UMK. Kedua, UMK dapat dikembangkan pada semua sektor usaha dan tersebar diseluru wilayah Indonesia. Ketiga, karena sifat penyebarannya (baik sektor usaha dan wilayahnya) UMK juga dapat berperan dalam proses berusaha dan pemerataan kesempatan kerja. Keempat, UMK pada umumnya bersifat fleksibel, karena sekala usaha yang tidak besar serta kesederhanaan spesifikasi dan teknologi yang digunakan akan lebih mudah menyesuaikan dengan perubahan atau perkembangan yang terjadi. Kelima, UMK merupakan industri padat karya. Keenam, produk yang dihasilkan sebagian besar merupakan produk yang berkaitan langsung dengan kebutuhan primer masyarakat. Ketujuh, UMK sesuai dan lebih dekat dengan kehidupan pada tingkat bawah (grassroot) sehingga upaya mengentaskan masyarakat dari keterbelakangan lebih efektif (Wijono, 2005).

(15)

UMK dapat diperhitungkan dalam mendukung ekonomi kerakyatan dan ikut menjaga stabilisasi sistem ekonomi yang ada di Indonesia. Dalam perjalanan nya nilai ekspor UMK juga terus meningkat, hal ini dikarenakan adanya ciri khas lokal Indonesia yang menjadi keunikan dan merupakan produk budaya (culture product) yang dapat dijual sebagai nilai tambah di pasar eksport. Selain itu dikarenakan sifat UMK yang flexsible serta dapat dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat bawah dan menengah, membuat mereka dapat dengan mudah berpartisipasi di dalamnya (www.majalahwk.com).

(16)

sebanyak 1.000 sarjana wirausaha baru setiap tahunnya agar jumlah entrepreneur di kalangan usaha kecil dan menengah semakin besar guna mengejar porsi ideal wirausaha minimalnya 2% terhadap jumlah penduduk; 5). Pembentukan 100 kawasan pencontohan One Village One Product (OVOP) yang dikembangkan di setiap kabupaten dan kota. Namun, ternyata dalam perjalanannya program utama yang dicanangkan Kementerian Koperasi dan UMKM belum dapat terlaksana dengan baik dan semestinya (http://www.bisnis.com/articles/kemenkop).

Setelah dilakukan banyak penelitian terdahulu hampir seluruh permasalahan UMK untuk mengembangkan usahanya terbagi dalam dua kelompok besar. Pertama, kendala keuangan yaitu pendanaan. Kedua kendala non keuangan yaitu kurangnya bimbingan atau pendampingan pengembangan kapasitas usaha bagi UMK dari aspek produksi, pemasaran, distrisusi dan lain - lainnya. Maka disinilah bantuan dari pihak diluar pemerintah dan swasta diharapkan dapat ikut berpartisipasi membantu dalam melakukan pengembangan UMK sebagai usaha binaan yang nantinya dapat sama – sama memberikan manfaat timbal balik antara pihak swasta, pemerintah dan pengusaha UMK serta LKM (Lembaga Keuangan Mikro) (www.depkop.go.id).

(17)

pembukuan yang jelas, asset dan adanya rekening di Bank (www.iei.or.id). Disamping UMK biasanya bersifat segera sehingga sulit diakses UMK. Disisi lain banyak UMK yang mengalami kegagalan dalam pengembalian pinjaman yang diterima dikarenakan kapasitas usaha yang terbatas namun dipaksakan untuk menerima pembiayaan yang besarnya diluar kapasitanya akibatnya pengunaan kredit tidak sesuai tujuan dan mengakibatkan kemacetan. Ironisnya praktek rentenir di daerah pingiran kota dan juga pedesaan berkembang cukup subur dan merajalela dikarenakan adanya kebutuhan UMK pedesaan yang sangat membutuhkan modal namun tidak dapat menjangkau ke lokasi perbankan yang berada daerah perkotaan dikarenakan infrastruktur daerah yang tidak memadai ataupun tidak masuk kriteria perbankan Indonesia.

(18)

disebut akar rumput (grass root class), baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kelahiran BMT dimaksudkan untuk melepaskan umat atau masyarakat dari jeratan praktek rentenir yang memberatkan dan menekan secara zalim lewat sistem ekonomi ribawi yang diharamkan Al-Qur’an (www.agustiantocentre.com).

(19)

profit (seperti pinjaman/pembiayaan). Keutamaan inilah yang membuat BMT menjadi sebuah institusi yang paling cocok dalam mengatasi permasalahan kemiskinan yang dialami sebagian besar rakyat Indonesia (terutama di daerah pedesaan dan pinggiran kota besar) saat ini (islamiccenter.upi.edu).

Kehadiran BMT di Kota Jakarta merupakan awal langkah yang baik bagi UMK di Kota Jakarta. BMT hadir di Kota Jakarta pertama kali pada tahun 1992. Dan ternyata BMT ini mampu memberi warna bagi perekonomian masyarakat di Jakarta. Muncullah berbagai BMT yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Termasuk BMT Berkah Madani yang tidak hanya bertujuan untuk membantu UMK dalam pembiayaan namun juga membantu dalam pengembangan UMK yang dibina oleh BMT Berkah Madani.

Berdasarkan kajian tersebut di atas maka penulis melakukan suatu penelitian melalui penulisan skripsi yang berjudul: “Analisis Peran Koperasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Berkah Madani Dalam Pengembangan UMK di Kota

Jakarta.

(20)

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan omset nasabah BMT Berkah Madani setelah dan sebelum mendapatkan pembiayaan ?

2. Bagaimana peran BMT Berkah Madani dari aspek keuangan dan non keuangan terhadap UMK?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Menganalisa omset nasabah BMT sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan.

2. Menganalisa peran BMT dari aspek keuangan dan non terhadap UMK.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, memberikan informasi bagi Koperasi BMT di Jakarta didalam pengambilan keputusan pemasaran untuk meningkatkan jumlah nasabah.

(21)

3. Bagi pihak lain, dapat menjadi rujukan bagi peneliti lain yang memfokuskan studi penelitian pada bidang yang sama dengan penulis.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi

2.1.1. Pengertian, Prinsip dan Fungsi Koperasi

Koperasi mengandung makna “kerjasama”, ada juga mengartikan “menolong satu sama lain”. Koperasi berkaitan dengan fungsi-fungsi yaitu, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi politik, dan fungsi etika (Arifin dan Halomoan, 2001 : 13).

Menurut Undang – Undang No. 25 Tahun 1992 Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang perorangan atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiataannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Sesuai Undang – Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 3, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Fungsi koperasi menurut UUD No. 25 Tahun 1992 Pasal 4, yaitu :

(23)

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Koperasi juga memiliki beberapa prinsip yang sesuai dengan UUD No. 25 Tahun 1992 yang telah di sahkan dan menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan koperasi di Indonesia, yaitu :

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi.

c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-masing anggota.

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. e. Kemandirian.

(24)

2.1.2 Permodalan Koperasi

Modal terdiri dari modal jangka panjang dan modal jangka pendek. Yang menjadi acuan pembahasan permodalan koperasi di Indonesia adalah UU No. 25 Tahun 1992 pasal 41, Bab VII tentang perkoperasian. Sumber-sumber Modal koperasi, yaitu :

1. Modal Sendiri

Yaitu modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal eksekutif. Modal sendiri terdiri dari :

a. Simpanan Pokok

Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

b. Simpanan Wajib

Simpanan Wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

c. Dana Cadangan

(25)

d. Donasi atau Hibah

Donasi dan Hibah adalah sejumlah uang atau barang yang dengan nilai tertentu yang disumbangkan oleh pihak ketiga,tanpa adanya suatu kewajiban untuk mengembalikannya.

2. Modal Pinjaman

Untuk pengembangan usahanya Koperasi dapat menggunakan modal pinjaman dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya. Modal pinjaman atau modal luar bersumber dari :

a. Anggota

Yaitu pinjaman dari anggota ataupun calon anggota koperasi yang bersangkutan .

b. Koperasi Lainnya atau anggotanya

Yaitu pinjaman dari koperasi lainnya dan atau anggotanya didasari dari kerja sama antar koperasi .

c. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

Yaitu pinjaman dari Bank dan Lembaga Keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku .

d. Penerbitan Obligasi dan Surat Hutang Lainnya

(26)

2.2. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

2.2.1. Pengertian Baitul Maal Wa Tamwil ( BMT )

Dilihat dari konteks masa sekarang pengertian “Baitul Maal Wa Tamwil

dalam konteks istilah BMT kini lebih menyempit maknanya. Baitul Maal Wa

Tamwil dalam konteks BMT hanya menjalankan fungsi sosial yang lepas dari

kaitan politik Negara. Baitul Maal dalam kaitan BMT mempunyai kegiatan yang

menyempit yaitu hanya menerima dan menyalurkan zakat, infaq, shodaqoh (ZIS)

yang tidak bersifat komersial. Penyalurannya difokuskan kepada mustahik dalam

aturan syariah dengan prioritas utama untuk fakir miskin. Baitul Maal dalam kaitannya dengan BMT ialah menyalurkan dana Qordhul Hasan yang tidak

berorientasi komersial untuk keperluan kesejahteraan dan pengembangan ekonomi

ummat. Dan apabila BMT berbadan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah dapat

berfungsi untuk kegiatan ril sektor atau serba usaha membantu kebutuhan sehari

hari anggotanya (www.koperasisyariah.com).

Dalam perkembangannya kedepan pengelolaan dana ZIS (zakat, infaq dan

shodaqah) dihubungkannya dengan pemberlakuan UU No. 38 tahun 1998 tentang

pengelolaan zakat. BMT masih dipercaya sebagai lembaga yang berhubungan

langsung dengan kaum dhuafa yang dengan demikian memiliki kesempatan besar

sebagai mitra kerja Lembaga Pengelola Zakat, baik berfungsi sebagai unit

penghimpun ZIS maupun sebagai mitra menyalurkan ZIS.

(27)

hingga menyalurkannya”. Definisi tersebut ditegaskan oleh Imam Mawardi dalam kitab Ahkam Sulthoniyyah dengan mendefinisikannya sebagai “Tempat atau wadah untuk memelihara dan menjaga hak-hak keuangan Negara. Baitul Maal juga diartikan petugas yang berwenang dalam mengatur keuangan Negara tersebut” (www.fiqhislam.com).

BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) atau padanan kata Balai Usaha Mandiri terpadu menurut Soemitra (2009) adalah “lembaga keuangan mikro yang di operasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin”.

Secara konseptual dasar (Huda, 2010 : 363), BMT memiliki dua fungsi :

1. Baitut Tamwil (Bait = rumah, at-Tamwil = Pengembangan Harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha – usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecilterutama dengan mendorongkegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.

(28)

Beberapa ahli mendefenisikan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan alternatif sebagai lembaga pendanaan di luar sistem perbankan konvensional dengan sistem bunga. Suhadi (1998) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan lembaga keuangan alternatif adalah “suatu lembaga pendanaan yang mengakar di tengah-tengah masyarakat, di mana proses penyaluran dananya dilakukan secara sederhana, mudah dan cepat dengan prinsip keberpihakan kepada masyarakat kecil dan berazaskan keadilan”. Dengan cara pandang dan pengertian lembaga pendanaan tersebut, maka BMT dikelompokkan ke dalam koperasi jasa keuangan yang diartikan sebagai koperasi yang menyelenggarakan jasa keuangan alternatif.

Dalam perkembangannya saat ini secara konseptual dasar BMT sebagai lembaga keuangan berbadan hukum koperasi berkembang kearah menjalankan juga fungsi kegiatan serba usaha atau ril sektor bagi memenuhi kebutuhan anggotanya. Sifat BMT adalah terbuka, independen, tidak partisan, berorientasi pada pengembangan simpanan dan pembiayaan sangat mendukung bisnis ekonomi yang produktif bagi angota dan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar (Ahmad, 2009 : 174).

2.2.2. Fungsi dan Tujuan Baitul Maal Wa Tamwil ( BMT )

(29)

keuangan yang secara operasional menggunakan prinsip bagi hasil atau dikenal dengan prinsip syariah. Kaitannya dengan segi kelembagaan BMT, memiliki kedudukan dan fungsi untuk terlibat langsung dalam upaya pengembangan UMK. BMT didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat. Segala dasar dan tujuan dari didirikannya BMT antara lain untuk kepentingan masyarakat dan dilakukan secara swadaya dan berkesinambungan. Oleh karena itu peran BMT hanya dapat dibangun apabila BMT dan masyarakat dapat bekerja sama secara aktif. Khususnya keterlibatan para pengusaha UMK dengan menjadi mitra usaha utama lembaga BMT. Peran utama BMT adalah sebagai berikut (Huda, 2010 : 365) :

1. Sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak. 2. Ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi syariah.

3. Penghubung antara kaum aghniya (kaya) dan kaumdhu’afa’ (miskin). 4. Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang barakah,

ahsanu ’amala, dan salaam melalui spiritual communication dengan dzikir qalbiyah ilahiyah.

Jika dilihat dari kerangka ekonomi islam, tujuan BMT dapat berperan melakukan hal – hal berikut (Suhendi, 2004) :

1. Membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dalam program pengentasan kemiskinan.

(30)

3. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dengan prinsip syari’ah.

4. Menumbuhkan usaha – uaha produktif dan sekaligus memberikan bimbingan dan konsultasi bagi anggota di bidang usahanya.

5. Meningkatkan wawasan dan kesadaran umat tentang sistem dan pola perekonomian islam.

6. Membantu pengusaha lemah untuk mendapatkan modal pinjaman.

7. Menjadi lembaga keuangan alternatif yang dapat menopang percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.

2.2.3. Azaz dan Prinsip Baitul Maal Wa Tamwil ( BMT )

BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang salaam, yaitu penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.

Prinsip Dasar BMT (Huda, 2010 : 365) adalah:

1. Ahsan (mutu hasil kerja yang terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ’amala (memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salaam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.

2. Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat.

(31)

4. Demokratis, parsitipatif, dan inklusif.

5. Keadilan sosial dan kesetaraan gender, non-diskriminatif. 6. Ramah lingkungan.

7. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta keanekaragaman budaya.

8. Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan maningkatkan kemampuan diri dan lembaga masyarakat lokal.

2.2.4. Anggota dan Modal Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT )

Anggota BMT terdiri atas (Sudarsono, 2005) :

a. Anggota pendiri BMT, yaitu anggota yang membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan-simpanan pokok khusus minimal 4% dari jumlah modal awal BMT yang direncanakan.

b. Anggota biasa, yaitu anggota yang membayar simpanan pokok dan simpanan wajib.

c. Calon Anggota, yaitu mereka yang memanfaatkan jasa BMT tetapi belum melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib.

(32)

Modal BMT terdiri atas (Sudarsono, 2005) :

a. Simpanan Pokok (SP) yang ditentukan besarnya sama besar untuk semua anggota.

b. Simpanan Pokok Khusus (SPK), yaitu simpanan pokok yang khusus diperuntukkan guna mendapatkan sejumlah modal awal sehingga memungkinkan BMT melakukan persiapan-persiapan pendirian dan memulai operasinya. Jumlahnya dapat berbeda-beda antaranggota pendiri. Pada pendirian BMT, para pendiri dapat bersepakat agar dalam waktu 4 (empat) bulan sejak disepakati dapat terkumpul uang sejumlah minimal Rp75 juta untuk wilayah Jabotabek, minimal Rp50 juta untuk wilayah ibu kota provinsi, minimal Rp30 juta untuk wilayah ibu kota kabupaten/kota minimal Rp20 juta untuk wilayah kecamatan, minimal Rp10 juta untuk daerah pedesaan.

2.2.5. Cara Kerja BMT ( Baitul Maal Wat Tamwil )

Cara Kerja BMT (Sudarsono, 2005) :

1. Pembiayaan dan usaha mikro dilakukan dengan menerapkan sistem bagi hasil yang disampaikan sesuai dengan akad yang telah disepakati.

2. Hasil bagi hasil ini kemudian digunakan oleh para pengelola untuk membayar honor pada pengelola dan membayar kegiatan operasional BMT.

(33)

4. BMT juga dapat melakukan penghimpunan dana baik untuk tujuan komersil melalui produk simpanan juga sebagai Baitul Mal menghimpun dana wakaf dan zakat.

5. Apabila diperlukan BMT dapat membuka unit serba usaha bagi memenuhi kepentingan anggotanya.

2.2.6. Teori Dana BMT

Pengertian Dana BMT, yaitu Dana BMT atau Financeable Fund adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu BMT dalam kegiatan operasionalnya. Dana BMT ini terdiri dari :

1. Dana Pihak Pertama yaitu, dana yang berasal dari pemilik/ simpanan wajib anggota berupa modal dan hasil usaha BMT.

2. Dana Pihak Kedua yaitu, dana yang berasal dari instrumen pasar uang dan instrumen pasar modal.

3. Dana Pihak Ketiga yaitu, dana yang berasal dari penghimpunan dana BMT berupa tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito berjangka, kewajiban segera lainnya.

Dana BMT memiliki fungsi yakni:

1. Sebagai sumber dana biaya operasional BMT.

2. Sumber dana untuk investasi primer dan sekunder BMT.

(34)

4. Sebagai tolok ukur besar kecilnya suatu BMT.

5. Untuk menarik masyarakat yang kelebihan dana agar menyimpan uangnya di BMT bersangkutan.

6. Untuk memperbesar solidaritas masyarakat terhadap BMT bersangkutan. 7. Untuk memperbesar daya saing BMT bersangkutan.

8. Untuk mempermudah penarikan dan peningkatan sumber daya manusia. 9. Untuk memperbanyak pembukaan kantor cabang.

10. Sebagai tool of management bagi manajer BMT.

2.2.7. Produk Penghimpun dan Pembiayaan BMT

2.2.7.1. Produk Penghimpunan Dana

Pada sistem operasional BMT syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Produk penghimpunan dana lembaga keuangan syariah adalah (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003) :

1. Tabungan Wadiah

(35)

2. Tabungan Mudharabah

Dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akandiberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah. Nasabah bertindak sebagai shahibul mal danlembaga keuangan syariah bertindak sebagai mudharib (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000). 3. Deposito Mudharabah

BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan syariah dan mengembangkannya. BMT bebas mengeola dana (Mudharabah Mutaqah). BMT berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah juga shahibul maal. Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu. Nasabah memberi batasan penggunaan dana untuk jenis dan tempat tertentu. Jenis ini disebut Mudharabah Muqayyadah.

2.2.7.2. Produk Pembiayaan

Dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan, BMT syariah menempuh mekanisme bagi hasil sebagai pemenuhan kebutuhan permodalan (equity financing) dan investasi berdasarkan imbalan melalui mekanisme jual beli sebagai pemenuhan kebutuhan pembiayaan (debt financing) (Arifin, 1999).

1. Equity Financing

(36)

a. Pembiayaan Musyarakah (Join Venture Profit Sharing)

Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003:50). Dari pengertian di atas, dapat dilihat ciri-ciri dari perjanjian/akad musyarakah, yaitu kontribusi dana berasal dari dua pihak (BMT dan nasabah) dan bagi hasil berdasarkan kontribusi modal. Dalam musyarakah, kepemilikan dua orang atau lebih terbagi dalam sebuah aset nyata. Dalam hal pengelolaan usaha, pihak BMT diikutsertakan atau dilibatkan dalam proses manajemen. Aplikasi BMT untuk akad musyarakah adalah :

1. Pembiayaan Proyek. Nasabah dan BMT sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati bersama.

(37)

b. Pembiayaan Mudharabah (Trustee Profit Sharing)

Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibulmaal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dan keuntungan usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003:40). Di dalam mudharabah hubungan kontrak bukan antara pemberi modal, melainkan antara penyedia dana (shahibul maal) dengan enterpreneur (mudharib) (Arifin,1999). Dari kedua pengertian diatas dapat dilihat bahwa BMT menanggung seluruh modal sedangkan nasabahhanya memiliki modal keahlian (tetapi tidak mempunyai dana). Keuntungan usaha dibagi menurutkesepakatan sedangkan kerugian seluruhnya ditanggung oleh pemilik modal (BMT) selam bukan akibatkelalaian si pengelola. Aplikasi dalam BMT untuk mudharabah dari sisi pembiayaan adalah:

1. Pembiayaan Modal Kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.

2. Investasi khusus (mudharabah muqayyadah), dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yangkhusus dengan syarat-syarat yang tetapkan oleh shahibul mal.

2. Debt Financing

(38)

dengan segera (cash) atau dengan tangguh (deferred). Bentuk dari Debt Financing adalah sebagi berikut :

1. Murabahah

BMT membeli barang kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli pluskeuntungannya. BMT harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati dalam jangka waktu tertentu (Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000). Dalam hal ini BMT bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagaitambahannya. Sistem ini diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit (L/C). Skema ini paling banyak digunakan karenasederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa bertransaksi dengan dunia BMT pada umumnya.

2. Bai as-salam

(39)

3. Bai al-istishna

Bai al-istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengankriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni ) dan penjual (pembuat, shani) (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003:36). Transaksi Bai al-istishna biasanya dipakai untuk pembiayaan konstruksi dan barang-barang manufaktur jangka pendek.bKontrak Bai al-istishna walaupun kelihatan sama dengan bai’ as-salam tetapi berbeda.

4. Al Ijarah

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran upah atau sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri (Himpunan FatwaDSN-MUI, 2003 : 58 ). Tujuan pemberian pembiayaan tersebut tidak akan terlepas dari misi BMT tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu pembiayaan antara lain :

a. Mencari Keuntungan

Yaitu bertujuan untuk meperoleh hasil dari pemberian pembiayaan tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh BMT sebagai balas jasa dan biaya administrasi pembiayaan yang diberikan BMT kepada nasabah.

b. Membantu usaha nasabah

(40)

c. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh pihak BMT, maka semakin baik, mengingat semakin banyak Pembiayaan berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

Disamping tujuan di atas, suatu fasilitas pembiayaan memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya Pembiayaan dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya sehingga,suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh Pembiayaan maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

d. Untuk meningkatkan daya guna barang

Pembiayaan yang diberikan oleh BMT akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi barang berguna atau bermanfaat. e. Meningkatkan peredaran barang

(41)

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan pembiayaan dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya pembiayaan yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi penerima pembiayaan tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak Pembiayaan yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan.

h. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima pembiayaan dengan si pemberi pembiayaan.

2.2.8. Pelayanan BMT ( Baitul Maal Wat Tamwil )

(42)

untuk menumbuhkan minat masyarakat kepada lembaga keuangan syariah, perlu dilakukan sosialisasi tentang perbankan syariah serta memberikan kesan yang baik, yaitu dengan memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas kepada masyarakat. Kualitas pelayanan memiliki hubungan erat dengan kepuasan anggota. Kualitas pelayanan memberikan suatu dorongan kepada nasabah untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan pihak bank, menginggat kualitas pelayanan kepada nasabah semakin menduduki peran utama dan memegang peranan kunci keberhasilan pada industri perbankan, hal ini memaksa pihak bank untuk lebih berorientasi eksternal dengan cara memberikan pelayanan dengan kuliatas terbaik dengan nasabah, dimana tingkat kualitas pelayanan yang baik akan berpengaruh pada kepuasan nasabah.

Dalam memberikan pelayanannya BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan lembaga jasa keungan lainnya yaitu adanya kemudahan dalam prosedur, keringanan persyaratan, cepatnya pelayanan, dan sistem “jemput bola”. Berbeda dengan perbankan yang lebih mengutamakan nasabah ‘kakap’, prosedur relatif lama, dan keharusan adanya jaminan (http://efrisbahri.wordpress.com/page/6)

(43)

1. Character

Keyakinan pihak BMT bahwa si peminjam mempunyai moral, watak, ataupun sifat-sifat pribadi yang positip dan koperatip dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dari kehidupan pribadi sebagaimanusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.

2. Capacity

Suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan pembiayaan dari BMT. Jadi jelaslah maksud dari penilaian terhadap capacity ini untuk menilai sampai dimana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut, akan mampu untuk melunasinya tepat waktu sesuaidengan perjanjian yang telah disepakatinya.

3. Capital

Penilaian terhadap jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Hal ini kelihatannya kontradiktif dengan tujuan pembiayaan yang berfungsi sebagai penyedia dana. Namun memang demikianlah halnya dalam kaitan bisnis murni, semakin kaya seseorang ia akan dipercaya untuk memperoleh Pembiayaan.

4. Collateral

(44)

pembiayaan tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi pembiayaannya dari hasil usahanya yang normal.

5. Condition of economy

Condition of economy yaitu adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi kondisi perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh pembiayaan. Banyak faktor yang menyebabkan pembiayaan tersebut menjadi bermasalah. Faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, yaitu : a. Faktor internal BMT.

b. Faktor internal nasabah. c. Faktor eksternal.

d. Faktor kegagalan bisnis.

(45)

Time

2.2.9. Peran BMT ( Baitul Maal Wat Tamwil ) terhadap pengembangan UMK.

Sumber : bmt.berkah madani

Siklus perkembangan UMK berkembang dari mulai dari usaha mikro yang bersifat potensial passive atau tahap paling dini yang ada di posisi paling kiri grafik siklus UMK menuju posisi grafik paling kanan yang disebut dengan UMKM yang bankable dimana UMK sudah dapat dapat diterima dan dibiayai oleh semua jenis lembaga keuangan yang punya produk UMK terutama lembaga keuangan formal seperti perbankan. UMK berharap usaha yang dibangun dapat tumbuh dan berkembang kearah kondisi yang bankable. Sedangkan untuk Usaha UMK diawal yang masih bersifat potensial aktive hingga eligible dapat dibiayai oleh lembaga keuangan mikro yang berbasis sistem konventional ataupun syariah.

(46)

Untuk dapat melayani Usaha mikro dan kecil yang masih bersifat potential aktif hingga eligible maka Lembaga Keuangan tidaklah cukup hanya berfungsi sebagai lembaga simpan pinjam akan tetapi juga memiliki fungsi sosial dan juga dapat menyentuh kegiatan ril sektor. Oleh karena itu maka BMT yang dirasakan memiliki konsep yang lengkap dapat diandalkan sebagai penunjang ekonomi kerakyatan baik di sesa maupun wilaha pinggiran kota. Diharapkan dengan tiga peran tersebut BMT dapat menjadi pendukung ekonomi lokal serta membantu dalam pengentasan kemiskinan.

Sumber : permodalan nasional madani

(47)

2.3. Usaha Mikro dan Kecil ( UMK )

2.3.1. Pengertian Usaha Mikro dan Kecil ( UMK )

Dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2008 pasal 1 tentang Koperasi dijelaskan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi criteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadibagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

2.3.2 Kriteria Usaha Mikro dan Kecil

Usaha Mikro dan Kecil menurut UU No. 20 tahun 2008 pasal 6. Yaitu sebagai berikut :

(1). Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(48)

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Ciri - ciri Usaha Mikro antara lain adalah :

1. Jenis barang atau komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu – waktu dapat berganti .

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu – waktu dapat pindah tempat. 3. Belum melakuakan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan

tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

4. Sunber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.

5. Tingkat pendidikan rata – rata relatif sangat rendah.

6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses kelembaga keuangan non bank.

7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP (nomor pokok wajib pajak).

Ciri – ciri Usaha Kecil antara lain adalah :

(49)

2. Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah - pindah. 3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana.

4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. 5. Sumber daya manusianya memiliki pengalaman dalam berwira usaha.

6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.

7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.

2.3.3. Peran Usaha Mikro Kecil dalam Perekonomian

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UMK selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik disektor tradisional maupun modern. UMK memiliki peran yang cukup penting dalam perekonomian (Kuncoro, 2010 : 187-188), yaitu :

(50)

2. UMK berkontribusi terhadap penerimaan eksport, walaupun jumlahnya masih jauh dari usaha besar.

3. Adanya urgensi untuk struktur ekonomi yang berbentuk piramida, yang menunjukkan adanya ketimpangan yang lebar anatara pemain kecil dan besar dalam ekonomika Indonesia.

Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen. Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Departemen Koperasi dan UKM.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, karena semakin terbukanya pasar didalam negeri, merupakan ancaman bagi UMK dengan semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar dampak globalisasi. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan UMK saat ini dirasakan semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian rakyat, maka kemandirian UMK dapat tercapai dimasa mendatang. Dengan berkembangnya perekonomian rakyat diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan (Partomo, 2004 : 2).

2.3.4. Kelemahan dan UMK di Indonesia

Dalam proses perkembangan UMK (Usaha Mikro Kecil) di Indonesia, terdapat beberapa kelemahan yang membuat daya saing UMK menjadi kurang progresif, yaitu disebabkan karena hal – hal (Hubeis, 2009 : 2) :

(51)

2. Keterbatasan keuangan.

3. Ketidak mampuan aspek pasar.

4. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan sarana. 5. Ketidak mampuan menguasai informasi.

6. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai, serta perlakuan pelaku usaha besar (usaha besar).

7. Tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama. 8. Sering tidak memenuhi standar.

9. Belum memenuhi kelengkapan aspek legalitas.

2.3.5. Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil.

Dalam era desentralisasi dan globalisasi sekarang, setiap masyarakat di daerah menghadapi tantangan yang berbeda dari lingkungan eksternal. Dalam kaitan ini, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum dari tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah yang bersangkutan.

Untuk itu perlu diperhatikan bahwa peran UMK strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan dan peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan UMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara UMK, pemerintah dan masyarakat setempat.

(52)

1. Aspek menejerial, yang meliputi: peningkatan produktivitas/omzet/tingkat utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran dan pengembangan sumber daya manusia.

2. Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5% keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil minimum 20% ari portofolio kredit bank) dan kemudahan kredit.

3. Mengembangkan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem Bapak angkat, PIR, keterkaitan hulu – hilir (forward linkage), keterkaitan hilir – hulu (backward linkage), modal ventura ataupun subkontrak.

4. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).

(53)

2.4. Kondisi Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia

Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) tidak terlepas dari perkembangan Usaha Mikro Kecil (UMK). Peranan UMK terutama semenjak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada saat ini sangat banyak dan bervariasi, baik ditinjau dari sisi kelembagaan, tujuan pendirian, budaya masyarakat, kebijakan pemerintah maupun sasaran lainnya. Secara umum LKM di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu yang bersifat formal dan Informal. LKM formal dalam bentuk Bank terdiri dari BKD, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BRI Unit, sementara LKM formal non Bank mencakup Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) dan Koperasi (KSP & KUD). Adapun LKM informal terdiri dari berbagai kelompok dan lembaga swadaya masyarakat (KSM & LSM), Baitul Maal wat Tanwil (BMT), Lembaga Ekonomi Produktif Masyarakat Mandiri (LEPM), Unit Ekonomi Desa - Simpan Pinjam (UED-SP), dan bentuk kelompok lainnya (Thohari, 2002 : 4).

(54)

di atas nilai kemandirian. Kedua, sistem pembiayaan mikro menempatkan aspek sosial-kultural sebagai pilarnya, disamping juga pertimbangan komersial. Ketiga, dilihat dari segi proses penumbuhan, sering sistem pembiayaan mikro pada mulanya sebagai instrumen pembangunan pedesaan atau wilayah (http://bachtiar-bachtiarfadhil.blogspot.com/).

Maka dapat dikatakan dalam perkembangannya LKM informal lebih mengena di kalangan pelaku UMK karena sifatnya yang lebih fleksibel, misalnya dalam hal persyaratan dan jumlah pinjaman yang tidak seketat persyaratan perbankan maupun keluwesan dalam pencairan kredit. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa keberadaan lembaga-lembaga keuangan informal sesuai dengan kebutuhan pelaku UMK, yang umumnya membutuhkan pembiayaan sesuai skala dan sifat usaha UMK. Keberadaan lembaga - lembaga keuangan informal ini yang kemudian disebut lembaga keuangan mikro.

Lembaga Keuangan Mikro baik formal, semi formal, maupun informal adalah lembaga keuangan yang melakukan kegiatan jasa keuangan untuk pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah (Krisnamurthi, 2002).

Lembaga Keuangan Mikro mempunyai karakter khusus yang sesuai dengan konstitusinya (Chotim dan Handayani : 2001), seperti:

1. Terdiri dari berbagai bentuk pelayanan keuangan, terutama simpanan dan pinjaman.

(55)

Secara garis besar, LKM dapat dikelompokkan ke dalam LKM bank dan nonbank, berikut ini :

1. Bank :

- BRI Unit, berupa kantor-kantor cabang pembantu BRI

- BPR, berupa bank-bank mikro yang tunduk pada Undang-Undang Perbankan serta Peraturan Perbankan oleh BI.

2. Non bank :

- keluarga LKM nonbank yang besar (LDP di Bali, BKK di Jawa Tengah, BKD di Jawa dan Madura, BMT dan BK3D)

- keluarga LKM nonbank yang kecil, dengan simpanan atau aktiva yang berjumlah kecil (BMT, KSP)

- berbagai program keuangaan mikro, NGO, dan asosiasi tidak resmi, KSM, dan lain-lain.

(56)

2.4.1. Permasalahan LKM ( Lembaga Keungan Mikro )

Tabel 2.1 Permasalahan yang Dihadapi LKM dan UMK

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO USAHA MIKRO KECIL

1. Kekurangan tenaga pendamping. 1. Akses ke bank formal. 2. Minimnya dana pendampingan. 2. Kekurangan permodalan.

3. Pembayaran angsuran kurang lancar. 3. Kuantitas dan Kualitas produksi.

4. Kekurangan sumber daya murah. 4. Pembukuan. 5. Keberlanjutan tidak terjamin. 5. Pemasaran. Sumber : Hasil Penelitian Kementerian KUKM dengan BPS (2006).

(57)

2.4.2. Pemberdayaan UMK (Usaha Mikro Kecil) oleh BMT

Industri Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dalam beberapa tahun terakhir ini khususnya di Indonesia sedang berkembang cukup pesat. Bahkan LKS dinilai lebih tahan dari krisis global. Muhammad Syafi’i Antonio mengatakan, “di tengah kondisi krisis ekonomi saat ini, pasar modal sudah terpangkas cukup banyak. Investor yang menitipkan aset di saham pun sudah banyak tergerus, sementara di sisi likuiditas semakin ketat dengan investor yang menyelamatkan asetnya”. Menurutnya sistem keuangan syariah menawarkan sistem yang lebih amanah dan bertanggung jawab (Republika, 27 Maret 2009).

(58)

harapan bagi masyarakat atau UKM untuk mendapatkan pembiayaan. Dalam beberapa operasional BMT, LKMS tersebut juga melakukan pemberdayaan umat.

Berdasarkan keterangan diatas, BMT dapat melakukan pemberdayaan kepada UKM khususnya pedagang kecil atau masyarakat menengah ke bawah, yaitu dengan melakukan tiga kegiatan sebagai berikut :

1. Pembiayaan

Pedagang kecil ataupun masyarakat menengah ke bawah dalam memperoleh dana pembiayaan untuk memperluas usahanya ataupun membangun usaha baru bagi masyarakat menengah ke bawah relatif sangat sulit, maka BMT mampu menjangkaunya untuk memperoleh pembiayaan yang diberikan oleh BMT tanpa menghilangkan unsur kehati-hatian dalam penyaluaran pembiayaannya.

2. Pembinaan

(59)

pembinaan dapat memberikan peningkatan jumlah penyaluran dana BMT dengan meningkatnya jumlah penerima pembiayaan yang telah mendapatkan pembinaan terlebih dahulu. Faktor keberhasilan dan kegagalan usaha kecil yang dikemukakan erat kaitannya dengan bentuk pembinaan, baik parsial maupun alternatif, yaitu sebagai berikut (Hubeis, 2009 : 3) :

a. Pembinaan Parsial

1. Pengembangan model inti – plasma.

2. Pengembangan model bapak angkat, yaitu antara usaha kecil dengan perusahaan besar dan atau BUMN.

3. Kemitraan usaha antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil.

4. Kepemilikan saham oleh usaha koperasi dan pembinaan rutin oleh lembaga terkait.

b. Pembinaan alternatif

1. Bantuan inkubasi bisnis yang melibatkan LKS, pemerintah, perguruan tinggi dan dunia usaha.

2. Pengembangan perusahaan modal ventura. 3. Pembuatan klinik konsultasi bisnis (KKB).

4. Pengembangan konsep LIK (Lingkungan Industri Kecil) atau PIK (Perkampungan Industri Kecil).

3. Pemasaran Produk / Jasa

(60)

kepada penerima pembiayaan usaha tersebut dengan cara menghubungkan antara penjual dan pembeli bahan baku yang tergabung dalam penerima pembiayaan. Dan bahkan BMT dengan bekerja sama dengan lembaga bisnis dalam lingkup usaha besar mampu melakukan pemasaran kepada masyarakat luas terhadap hasil usaha penerima pembiayaan.

Dengan demikian BMT secara aktif mampu menuntaskan kemiskinan dan berhasil menggerakan sektor reil, kegiatan BMT dengan program CSR secara nyata telah membangun suatu masyarakat apalagi masyarakat tersebut merupakan daerah operasional BMT tersebut berada. Dengan adanya BMT yang secara aktif melakukan program CSR dalam pembangunan berkelanjuatan (sustainable development) dengan pemberdayaan masyarakat atau UKM tentunya dapat menghidupkan sektor rill.

2.5. Hipotesis Penelitian

(61)

2.6. Penelitian Terdahulu

BMT secara umum telah terbukti berhasil menjadi lembaga keuangan mikro yang andal. Kemampuannya untuk menghimpun dana masyarakat terbilang luar biasa, mengingat mayoritas anggota dan nasabahnya adalah pelaku usaha berskala mikro, yang selama ini tidak diperhitungkan oleh perbankan sebagai sumber dana. Dengan mengembangkan kemampuan menabung mereka, ketahanan masyarakat dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat mendesak seperti sakit, musibah maupun kebutuhan mendesak lainnya menjadi semakin kuat. Mereka pun mulai belajar mengakumulasikan modal bagi peningkatan kapasitas bisnis, atau pembuatan bisnis baru.

Jati diri BMT adalah identitas dan ciri keislamannya. Secara historis, pendirian dan perkembangan gerakan BMT selalu berkaitan dengan nilai-nilai Islam dan respon atas kondisi umat Islam. Para pegiat pun berupaya mengedepankan berbagai identitas keislaman dalam operasionalisasi BMT, termasuk dalam proses dan kinerja sebagai badan usaha yang melaksanakan prinsip-prinsip syariah. Secara penamaan, lembaga beserta produk-produknya, mengesankan citra Islami.

(62)

fundamental ekonomi Indonesia. Keuangan mikro (microfinance) pada saat ini dipercaya menjadi salah satu alat yang paling efektif untuk mengatasi kemiskinan, sekaligus menciptakan masyarakat yang memiliki tanggung jawab, mandiri dan bermartabat. Pandangan demikian tak hanya bersifat nasional, namun telah berlaku umum di dunia internasional.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan para akademisi maupun praktisi menemukan bahwa BMT memberikan peluang untuk terbentuknya economic society yaitu kondisi dimana seluruh masyarakat mendapatkan kesempatan untuk berkompetisi dalam mendapatkan kesejahteraan hidup melalui pembiayaan BMT yang berlandaskan atas hukum Islam (syariah) yang menyentuh aspek keungan (financial). Dan juga adanya fungi non keungan (non-financial) berupa pembinaan atau bimbingan pengembangan usaha.

(63)

Dan juga berdasarkan uji t-statistik yang dilakukan bahwa BMT berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pengembangan UMKM yang ditinjau dari jumlah omset pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Lalu kehidupan usaha yang jika dilhat dari segi omset produksi, nilai penjualan, pendapatan, asset perusahaan dan lain – lainnya mengalami peningkatan setelah bergabung dan melalukan pinjaman kredit usaha di BMT.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurul Widyaningrum (2002) dengan judul “Model Pembiayaan BMT dan Dampaknya bagi Pengusaha Kecil : Studi Kasus BMT dampingan Yayasan Peramu Bogor” menunjukkan ada empat kelebihan BMT, yakni: adanya kemudahan dalam prosedur, keringanan persyaratan, cepatnya pelayanan, dan sistem “jemput bola”. Berbeda dengan perbankan yang lebih mengutamakan nasabah ‘kakap’, prosedur relatif lama, dan keharusan adanya jaminan. Dan alasan utama UKM menerima kehadiran BMT bukanlah karena sistem syariahnya. Studi ini menunjukkan bahwa mayoritas mitra ternyata belum terlalu memahami sistem syariah yang digunakan BMT. Sebanyak 61 responden (41%) menyatakan hanya tahu sedikit tentang sistem syariah, 71 responden (47%) menyatakan tidak tahu, dan hanya 18 (12 %) yang menyatakan sudah tahu.

(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini menganalisis peran koperasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Berkah Madani dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota Jakarta. Dalam penelitian ini UMK yang diteliti adalah yang menjadi anggota atau nasabah di Koperasi BMT Berkah Madani di kota Jakarta.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu maupun kelompok, yaitu kuisioner yang diberikan kepada nasabah BMT Berkah Madani di Kota Jakarta pada waktu saat ini ( tahun 2011) dengan jumlah responden sebanyak 50. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk cross section yang merupakan data primer.

2. Data sekunder adalah data primer yang diolah lebih lanjut, yaitu dokumen perusahaan seperti sejarah BMT Berkah Madani, laporan tahunan, jumlah anggota dan dokumen lain – lain yang berhubungan dengan penelitian di BMT Berkah Madani Kota Jakarta.

(65)

Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini untuk data primer adalah dengan :

1. Kuisioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yaitu anggota BMT Berkah Madani di Kota Jakarta.

2. Wawancara atau mengadakan tanya jawab dengan pimpinan dan anggota BMT Berkah Madani dan nasabah nya yaitu UMK. Adapun hal – hal yang ditanyakan penulis adalah segala sesuatu hal yang berkaitan dengan peran BMT Berkah Madani dalam pengembangan UMK.

3. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, dalam hal ini nasabah BMT Berkah Madani di Kota Jakarta. Teknik pengumpulan data untuk data sekunder dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi atau bahan tertulis yang didapat dari berbagai sumber seperti data BPS, laporan keuangan BMT Berkah Madani, internet dan lain – lainnya.

3.4. Metode pemilihan Sampel

Roscoe dan Sugiyono (Metode Penelitian Pendidikan, 2004) memberikan saran – saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini :

(66)

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain – lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sample minimal 10 kali dari jumlah variable.

Dalam hal ini pemakaian sample penelitian digunakan sebanyak 50 sampel dikarenakan ukuran yang layak adalah 30 – 500 sampel. dengan menggunakan sample random sampling yang artinya cara penarikan sample anggota dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Metode pengumpulan data untuk variabel di atas menggunakan self administrated survey, yaitu responden diminta untuk mengisi sendiri kuisioner yang diberikan.

3.5. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengolahan data dengan dua cara, yaitu :

1. Untuk menguji hipotesis yang pertama mengunakan program komputer SPSS 17 dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data yang diperoleh ke dalam software Microsoft Excel.

(67)

Metode yang dipakai untuk menganalisa data penelitian yang bersifat perbandingan (komparatif) yang digunakan untuk hipotesis pertama, dianalisa dengan analisa non parametik menggunakan Paired Sample T-Test yaitu untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi.

Rumus Paired Sample T-Test : t = d

Sd /√n

a. Ho : d = 0 atau tidak terdapat perbedaan signifikan omset UMK di Jakarta antara sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan oleh BMT.

b. Ho : d ≠ 0 atau terdapat perbedaan signifikan omset UMK di Jakarta antara sebelum dan sesudah mendapat penyaluran kredit oleh BMT.

Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut :

1. Bila nilai signifikansi output > 0.05 ( α = 5%) , maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan omset UMK sebelum dan sesudah mendapat kredit dari BMT. 2. Bila nilai signifikansi output < 0.05 (α = 5%) , maka terdapat perbedaan yang

signifikan omset UMK sebelum dan sesudah mendapat kredit dari BMT.

3.6. Definisi Operasional

(68)

b. UMK (Usaha Mikro Kecil) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Mikro Kecil.

c. Omset adalah nilai transaksi yang terjadi dalam hitungan waktu tertentu,

misalnya harian, mingguan, bulanan, tahunan.

d. Aspek keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut dengan fungsi pengembangan bisnis yang berhubungan dengan omset, pembiayaan dan laba yang diterima UMK.

(69)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

(70)

terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10-25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal 8-15 m. Pada bagian tertentu juga terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 m. Keadaan Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar 32,7°C - 34,°C pada siang hari, dan suhu udara minimum berkisar 23,8°C -25,4°C pada malam hari. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237,96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan terendah sebesar 122,0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi pada tahun 2005, dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73,0 - 78,0 persen dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2,2 m/detik - 2,5 m/detik (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Jakarta, 2007-2012).

(71)
(72)

Tabel 4.1

Nama – nama Kota Madya, Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Jumlah Penduduk bulan Juni 2011 di DKI Jakarta

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta

4.2.Gambaran Umum BMT Berkah Madani

BMT Berkah Madani adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasi dengan prinsip syariah. Fungsi dari lembaga keuangan adalah sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang memiliki surplus dana dengan pihak lain yang membutuhkan modal. BMT Berkah Madani menanamkan budaya perusahaan yang luhur kepada seluruh stakeholder dengan maksud agar setiap aktivitas yang dilakukan tidak hanya berorientasi semata-mata pada profit tapi lebih dari itu adalah untuk mendapatkan keberkahan. Dengan cara yaitu :

1. Kerja Ikhlas, aktivitas yang dilakukan didasari oleh niat yang ikhlas semata-mata hanya mengharapkan ridha dari Allah swt.

2. Kerja Cerdas, bekerja secara profesional didukung oleh kemampuan people, process, system dan technology yang terbaik.

No Kota Madya Kecamatan Kelurahan

(73)

3. Kerja Keras, bekerja dengan semangat tinggi dan etos kerja yang terbaik.

4. Kerja Tuntas, bekerja dengan sistematis dan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

4.2.1. Profil BMT Berkah Madani

BMT Berkah Madani terletak di Jl. Akses No.9 Kelapa Dua – Jakarta. Adapun jumlah tenaga kerja pada BMT Berkah Madani adalah 10 orang pegawai tetap dan 2 pegawai outsourching. Sedangkan standar jam kerja yang digunakan pada BMT Berkah Madani adalah dimulai dari pukul 09.00 s/d 18.00 atau sekitar 9 jam dalam 1 hari kerja dengan rincian 8 jam kerja aktif dan 1 jam istirahat.

4.2.2. Sejarang Singkat BMT Berkah Madani

(74)

4.2.3. Visi dan Misi BMT Berkah Madani

c. Visi BMT Berkah Madani

Menjadi lembaga keuangan syariah yang terbaik dan terdepan secara nasional dalam memberi solusi yang bermakna bagi kaum dhuafa, pengusaha mikro dan kecil secara berkelanjutan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip fathonah, amanah, shiddiq dan tabligh.

d. Misi BMT Berkah Madani

1. Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial maupun non-finansial.

2. Membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas masyarakat kecil demi kesejahteraan dan keadilan ekonomi.

3. Menjadi lembaga keuangan syariah yang tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan usaha nasabahnya.

4. Memberikan keuntungan maksimal secara terus menerus kepada shareholder melalui pelayanan terbaik kepada stakeholder.

Gambar

Gambar 2.1 : Grafik Siklus Perkembangan UMK
Gambar 2.2 : Peran Penting BMT sebagai  Agent of Local Development
Tabel 2.1 Permasalahan yang Dihadapi LKM dan UMK
Tabel 4.1 Nama – nama Kota Madya, Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian masuk ke sistem bertujuan untuk verifikasi pengguna merupakan pemilik, dokter atau petugas yang dapat masuk ke sistem. Pengguna yang dapat masuk ke sistem adalah

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penanaman tumbuhan berbunga terhadap keragaman dan kelimpahan serangga polinator serta persentase pembentukan buah

Program KERIS-Net merupakan Program Kelompok Remaja Sehat ( Peer Counseling ) Berbasis Internet yang dapat diterapkan sebagai alternatif menekan angka kejadian

Citeureup, Sentul Utara, Sentul Selatan, Bogor, Bogor 2, Ciawi dan Ciawi 2 Cabang Jagorawi Paket 2 Tahun 2017 (lelang ulang), kami sampaikan undangan tersebut di atas sebagai

Play therapy berpengaruh signifikan terhadap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada anak-anak korban bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara, dibuktikan

Sehubungan dengan tahap Pembukaan dan Evaluasi Penawaran File I (Administrasi &amp; Teknis) E-Lelang Umum Pengadaan Jasa Cleaning Service Area Gerbang Tol Ramp TMII, Dukuh

Kesimpulan penelitian ini adalah: Sistem pengendalian intern penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di

Game online memang selalu dikaitkan dengan hal-hal negatif, dalam kasusnya sendiri sudah ada banyak artikel dan juga berita mengenai dampak game online seperti