• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

2.2.1. Pengertian Baitul Maal Wa Tamwil ( BMT )

Dilihat dari konteks masa sekarang pengertian “Baitul Maal Wa Tamwil

dalam konteks istilah BMT kini lebih menyempit maknanya. Baitul Maal Wa

Tamwil dalam konteks BMT hanya menjalankan fungsi sosial yang lepas dari

kaitan politik Negara. Baitul Maal dalam kaitan BMT mempunyai kegiatan yang

menyempit yaitu hanya menerima dan menyalurkan zakat, infaq, shodaqoh (ZIS)

yang tidak bersifat komersial. Penyalurannya difokuskan kepada mustahik dalam

aturan syariah dengan prioritas utama untuk fakir miskin. Baitul Maal dalam kaitannya dengan BMT ialah menyalurkan dana Qordhul Hasan yang tidak

berorientasi komersial untuk keperluan kesejahteraan dan pengembangan ekonomi

ummat. Dan apabila BMT berbadan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah dapat

berfungsi untuk kegiatan ril sektor atau serba usaha membantu kebutuhan sehari

hari anggotanya (www.koperasisyariah.com).

Dalam perkembangannya kedepan pengelolaan dana ZIS (zakat, infaq dan

shodaqah) dihubungkannya dengan pemberlakuan UU No. 38 tahun 1998 tentang

pengelolaan zakat. BMT masih dipercaya sebagai lembaga yang berhubungan

langsung dengan kaum dhuafa yang dengan demikian memiliki kesempatan besar

sebagai mitra kerja Lembaga Pengelola Zakat, baik berfungsi sebagai unit

penghimpun ZIS maupun sebagai mitra menyalurkan ZIS.

Pengertian Baitul Maal menurut para Ulama ialah “Pihak yang mengelola keuangan Negara, mulai dari menghimpun, memungut, mengambangkan, memelihara

hingga menyalurkannya”. Definisi tersebut ditegaskan oleh Imam Mawardi dalam kitab Ahkam Sulthoniyyah dengan mendefinisikannya sebagai “Tempat atau wadah untuk memelihara dan menjaga hak-hak keuangan Negara. Baitul Maal juga diartikan petugas yang berwenang dalam mengatur keuangan Negara tersebut” (www.fiqhislam.com).

BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) atau padanan kata Balai Usaha Mandiri terpadu menurut Soemitra (2009) adalah “lembaga keuangan mikro yang di operasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin”.

Secara konseptual dasar (Huda, 2010 : 363), BMT memiliki dua fungsi :

1. Baitut Tamwil (Bait = rumah, at-Tamwil = Pengembangan Harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha – usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecilterutama dengan mendorongkegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.

2. Baitul Maal (Bait = rumah, Maal = Harta) menerima titipan dana zakat, infaq, sadaqah, serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

Beberapa ahli mendefenisikan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan alternatif sebagai lembaga pendanaan di luar sistem perbankan konvensional dengan sistem bunga. Suhadi (1998) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan lembaga keuangan alternatif adalah “suatu lembaga pendanaan yang mengakar di tengah-tengah masyarakat, di mana proses penyaluran dananya dilakukan secara sederhana, mudah dan cepat dengan prinsip keberpihakan kepada masyarakat kecil dan berazaskan keadilan”. Dengan cara pandang dan pengertian lembaga pendanaan tersebut, maka BMT dikelompokkan ke dalam koperasi jasa keuangan yang diartikan sebagai koperasi yang menyelenggarakan jasa keuangan alternatif.

Dalam perkembangannya saat ini secara konseptual dasar BMT sebagai lembaga keuangan berbadan hukum koperasi berkembang kearah menjalankan juga fungsi kegiatan serba usaha atau ril sektor bagi memenuhi kebutuhan anggotanya. Sifat BMT adalah terbuka, independen, tidak partisan, berorientasi pada pengembangan simpanan dan pembiayaan sangat mendukung bisnis ekonomi yang produktif bagi angota dan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar (Ahmad, 2009 : 174).

2.2.2. Fungsi dan Tujuan Baitul Maal Wa Tamwil ( BMT )

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dikatakan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan banyak berdirinya lembaga

keuangan yang secara operasional menggunakan prinsip bagi hasil atau dikenal dengan prinsip syariah. Kaitannya dengan segi kelembagaan BMT, memiliki kedudukan dan fungsi untuk terlibat langsung dalam upaya pengembangan UMK. BMT didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat. Segala dasar dan tujuan dari didirikannya BMT antara lain untuk kepentingan masyarakat dan dilakukan secara swadaya dan berkesinambungan. Oleh karena itu peran BMT hanya dapat dibangun apabila BMT dan masyarakat dapat bekerja sama secara aktif. Khususnya keterlibatan para pengusaha UMK dengan menjadi mitra usaha utama lembaga BMT. Peran utama BMT adalah sebagai berikut (Huda, 2010 : 365) :

1. Sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak. 2. Ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi syariah.

3. Penghubung antara kaum aghniya (kaya) dan kaumdhu’afa’ (miskin). 4. Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang barakah,

ahsanu ’amala, dan salaam melalui spiritual communication dengan dzikir qalbiyah ilahiyah.

Jika dilihat dari kerangka ekonomi islam, tujuan BMT dapat berperan melakukan hal – hal berikut (Suhendi, 2004) :

1. Membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dalam program pengentasan kemiskinan.

2. Memberikan sumbangan aktif terhadap upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan umat.

3. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dengan prinsip syari’ah.

4. Menumbuhkan usaha – uaha produktif dan sekaligus memberikan bimbingan dan konsultasi bagi anggota di bidang usahanya.

5. Meningkatkan wawasan dan kesadaran umat tentang sistem dan pola perekonomian islam.

6. Membantu pengusaha lemah untuk mendapatkan modal pinjaman.

7. Menjadi lembaga keuangan alternatif yang dapat menopang percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.

2.2.3. Azaz dan Prinsip Baitul Maal Wa Tamwil ( BMT )

BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang salaam, yaitu penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.

Prinsip Dasar BMT (Huda, 2010 : 365) adalah:

1. Ahsan (mutu hasil kerja yang terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ’amala (memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salaam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.

2. Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat.

4. Demokratis, parsitipatif, dan inklusif.

5. Keadilan sosial dan kesetaraan gender, non-diskriminatif. 6. Ramah lingkungan.

7. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta keanekaragaman budaya.

8. Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan maningkatkan kemampuan diri dan lembaga masyarakat lokal.

2.2.4. Anggota dan Modal Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT ) Anggota BMT terdiri atas (Sudarsono, 2005) :

a. Anggota pendiri BMT, yaitu anggota yang membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan-simpanan pokok khusus minimal 4% dari jumlah modal awal BMT yang direncanakan.

b. Anggota biasa, yaitu anggota yang membayar simpanan pokok dan simpanan wajib.

c. Calon Anggota, yaitu mereka yang memanfaatkan jasa BMT tetapi belum melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib.

d. Anggota kehormatan, yaitu anggota yang mempunyai kepedulian untuk ikut serta memajukan BMT baik moril maupun materiil tetapi tidak bisa ikut serta secara penuh sebagai anggota BMT.

Modal BMT terdiri atas (Sudarsono, 2005) :

a. Simpanan Pokok (SP) yang ditentukan besarnya sama besar untuk semua anggota.

b. Simpanan Pokok Khusus (SPK), yaitu simpanan pokok yang khusus diperuntukkan guna mendapatkan sejumlah modal awal sehingga memungkinkan BMT melakukan persiapan-persiapan pendirian dan memulai operasinya. Jumlahnya dapat berbeda-beda antaranggota pendiri. Pada pendirian BMT, para pendiri dapat bersepakat agar dalam waktu 4 (empat) bulan sejak disepakati dapat terkumpul uang sejumlah minimal Rp75 juta untuk wilayah Jabotabek, minimal Rp50 juta untuk wilayah ibu kota provinsi, minimal Rp30 juta untuk wilayah ibu kota kabupaten/kota minimal Rp20 juta untuk wilayah kecamatan, minimal Rp10 juta untuk daerah pedesaan.

2.2.5. Cara Kerja BMT ( Baitul Maal Wat Tamwil ) Cara Kerja BMT (Sudarsono, 2005) :

1. Pembiayaan dan usaha mikro dilakukan dengan menerapkan sistem bagi hasil yang disampaikan sesuai dengan akad yang telah disepakati.

2. Hasil bagi hasil ini kemudian digunakan oleh para pengelola untuk membayar honor pada pengelola dan membayar kegiatan operasional BMT.

3. Hasil bagi hasil juga digunakan untuk membayar bagi hasil kepada penyimpan dana, diupayakan agar nilai bagi hasil yang diperoleh para penyimpan dana bisa lebih besar dari bunga bank konvensional.

4. BMT juga dapat melakukan penghimpunan dana baik untuk tujuan komersil melalui produk simpanan juga sebagai Baitul Mal menghimpun dana wakaf dan zakat.

5. Apabila diperlukan BMT dapat membuka unit serba usaha bagi memenuhi kepentingan anggotanya.

2.2.6. Teori Dana BMT

Pengertian Dana BMT, yaitu Dana BMT atau Financeable Fund adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu BMT dalam kegiatan operasionalnya. Dana BMT ini terdiri dari :

1. Dana Pihak Pertama yaitu, dana yang berasal dari pemilik/ simpanan wajib anggota berupa modal dan hasil usaha BMT.

2. Dana Pihak Kedua yaitu, dana yang berasal dari instrumen pasar uang dan instrumen pasar modal.

3. Dana Pihak Ketiga yaitu, dana yang berasal dari penghimpunan dana BMT berupa tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito berjangka, kewajiban segera lainnya.

Dana BMT memiliki fungsi yakni:

1. Sebagai sumber dana biaya operasional BMT.

2. Sumber dana untuk investasi primer dan sekunder BMT.

4. Sebagai tolok ukur besar kecilnya suatu BMT.

5. Untuk menarik masyarakat yang kelebihan dana agar menyimpan uangnya di BMT bersangkutan.

6. Untuk memperbesar solidaritas masyarakat terhadap BMT bersangkutan. 7. Untuk memperbesar daya saing BMT bersangkutan.

8. Untuk mempermudah penarikan dan peningkatan sumber daya manusia. 9. Untuk memperbanyak pembukaan kantor cabang.

10. Sebagai tool of management bagi manajer BMT.

2.2.7. Produk Penghimpun dan Pembiayaan BMT 2.2.7.1. Produk Penghimpunan Dana

Pada sistem operasional BMT syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Produk penghimpunan dana lembaga keuangan syariah adalah (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003) :

Dokumen terkait