• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Organisasi dan Faktor Pemberi terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun oleh Pasien Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Organisasi dan Faktor Pemberi terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun oleh Pasien Umum"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN PEMBERI PELAYANAN TERHADAP PEMANFAATAN KEMBALI PUSKESMAS BANDAR HULUAN

KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN SIMALUNGUN

OLEH PASIEN UMUM

T E S I S

Oleh

EVA ROTUA SIMANJUNTAK 097032011/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL AND SERVICE PROVIDER FACTORS ON THE REUTILIZATION OF BANDAR HULUAN HEALTH CENTER

BANDAR HULUAN SUBDISTRICT SIMALUNGUN DISTRICT BY THE GENERAL PATIENT

T H E S I S

By

EVA ROTUA SIMANJUNTAK 097032011/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN PEMBERI PELAYANAN TERHADAP PEMANFAATAN KEMBALI PUSKESMAS BANDAR HULUAN

KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN SIMALUNGUN

OLEH PASIEN UMUM

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

EVA ROTUA SIMANJUNTAK 097032011/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN PEMBERI PELAYANAN TERHADAP

PEMANFAATAN KEMBALI PUSKESMAS BANDAR HULUAN KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN SIMALUNGUN OLEH PASIEN UMUM

Nama Mahasiswa : Eva Rotua Simanjuntak Nomor Induk Mahasiswa : 097032011

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Muslich Lutfi, Drs, M.B.A, I.D.S)

Ketua Anggota (dr. Fauzi, S.K.M)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada tanggal : 03 November 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Muslich Lutfi, Drs, M.B.A, I.D.S Anggota : 1. dr. Fauzi, S.K.M

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN PEMBERI PELAYANAN TERHADAP PEMANFAATAN KEMBALI PUSKESMAS BANDAR HULUAN

KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN SIMALUNGUN

OLEH PASIEN UMUM

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, November 2011

(7)

ABSTRAK

Adanya kebijakan pelayanan kesehatan dasar gratis di seluruh puskesmas di Kabupaten Simalungun diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat untuk hidup sehat melalui pemanfaatan puskesmas. Namun data menunjukkan bahwa di Puskesmas Bandar Huluan angka pemanfaatan tahun 2010 hanya 6,86 % dan pemanfaatan kembali 39,4 %.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Jenis penelitian survey

explanatory. Populasi adalah semua pasien umum yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun tahun 2010 yang terdapat pada 7 desa yang terdiri dari 1270 orang. Sampel diambil secara

proporsional random sampling sebanyak 94 orang. Data diperoleh dengan

wawancara menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Faktor ketersediaan sumber daya manusia merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pemanfaatan kembali.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan jumlah petugas, fasilitas puskesmas, biaya operasional puskesmas dan insentive petugas, mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi petugas, dan kepada Puskesmas Bandar Huluan untuk mengadakan puskesmas keliling, melakukan pembinaan dan pengawasan untuk peningkatan disiplin dan kinerja petugas guna meningkatkan kembali minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali puskesmas.

(8)

ABSTRACT

The policy of free basic health service throughout all of the health centres in Simalungun District is expected to be able to meet the basic needs of community for healthy life through the utilization of health centres. Yet, the data showed that the rate of utilization and reutilization of Bandar Huluan Health Centre in 2010 was only 6.86% and 39.4% respectively.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of the factors of organization and service provider on the reutilization of Bandar Huluan Health Centre, Bandar Huluan Subdistrict, Simalungun District. The population of this study were all of the 1270 general patients who domicile in 7 villages in the working area of Bandar Huluan Health Centre in 2010. Of the 1270 patients, 94 were selected to be the samples for this study based on proportional random sampling technique: The samples for this study were obtained through questionnaire-based interviews and then were analyzed through multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that factors of organization and service provider had influence on the reutilization of Bandar Huluan Health Centre. The factor of human resources availability was the dominant factor which had influence on the reutilization.

Simalungun District Health Office is suggested to increase the number of health officers, the facilities of health centre, the operational cost of health centre and the incentives of health officers, and to provide education and training for the health officers. Bandar Huluan Health Centre is suggested to reactivate the "Puskesmas Keliling" to develop, improve and control the discipline and performance of health officers in order to encourage the interest of community members to reutilize health centre..

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan tesis yang berjudul ”Pengaruh Faktor Organisasi dan Faktor Pemberi terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun oleh Pasien Umum”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.(CTM)., Sp. A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Komisi Penguji.

4. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

(10)

5. Dr. Muslich Lutfi, Drs, M.B.A, I.D.S selaku komisi pembimbing yang telah

memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.

6. dr. Fauzi, S.K.M selaku komisi pembimbing yang telah memberikan masukan dan

arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.

7. Siti khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes selaku penguji tesis yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. Ayahanda dan Ibunda tercinta A.Simanjuntak (alm) dan A.E Napitupulu serta

kakak dan abang, yang penuh pengertian, kesabaran, motivasi dan doa dalam

memberikan dukungan moril agar dapat menyelesaikan pendidikan ini tepat

waktu.

9. dr. Marliana lubis selaku Kepala Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar

Huluan Kabupaten Simalungun dan seluruh staf dan rekan-rekan sekerja yang

telah mendukung penulis dalam proses pendidikan ini.

10.Para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

11.Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009, khususnya Minat Studi Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan atas dukungan dan kebersamaan yang diberikan selama ini.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam proses penyelesaian tesis ini.

Hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang dapat memberikan balasan atas

kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari atas segala keterbatasan tesis ini,

(11)

kesempurnaan tesis ini dengan harapan tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, November 2011 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Eva Rotua Simanjuntak yang dilahirkan di Medan pada

tanggal 26 November 1975, anak kelima dari lima bersaudara, beragama Kristen

Katolik, dan bertempat tinggal di Jalan Tangkul II No. 12 Kecamatan Medan

Tembung. Penulis menamatkan Sekolah Dasar tahun 1988 di SD RK Makmur

Medan, tahun 1991 menamatkan Pendidikan Tingkat Menengah Pertama di SMP N

25 Medan, kemudian tahun 1994 menamatkan Pendidikan Tingkat Menengah Atas di

SMA N 7 Medan, kemudian pada tahun 2000 menamatkan kuliah jenjang Sarjana di

Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis bekerja sebagai dokter gigi PTT di Puskesmas Negeri Dolok

Kabupaten Simalungun tahun 2000-2002, Puskesmas Panombean Pane Kabupaten

Simalungun tahun 2004-2005 dan dokter gigi fungsional di Puskesmas Bandar

(13)

DAFTAR ISI

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 32

(14)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 58

5.1 Pengaruh Ketersediaan Sumber Daya Manusia terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ... 58

5.2. Pengaruh Fasilitas terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ... 59

5.3. Pengaruh Akses Geografis terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ... 61

5.4. Pengaruh Perilaku Petugas Terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ... 63

5.5. Pengaruh Keterampilan Petugas terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ... 65

5.6. Keterbatasan Penelitian ... 66

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

6.1 Kesimpulan ... 68

6.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 73

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Data Kunjungan Pasien ... 6

3.1. Distribusi Sampel Menurut Desa ... 29

3.2. Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 33

3.3. Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 34

4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Sumber Daya Manusia ... 40

4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Ketersediaan Sumber Daya Manusia... 40

4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fasilitas yang dilimilik ... 42

4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Kategori Fasiltias yang dimiliki ... 43

4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Akses Geografi ... 44

4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Akses Geografi ... 45

4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Petugas ... 47

4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Perilaku Petugas ... 48

4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tipe Keterampilan Petugas ... 48

4.10. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Keterampilan Petugas ... 50

4.11. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemanfaatan Kembali ... 50

4.12. Analisis Crosstab Sumber Daya Manusia dengan Pemanfaatan Kembali ... 51

(16)

4.14. Analisis Crosstab Akses Gografi dengan Pemanfatan Kembali ... 53

4.15. Analisis Crosstab Perilaku Petugas dengan Pemanfaatan Kembali ... 54

4.16. Analisis Crosstab Keterampilan Petugas dengan Pemanfaatan Kembali ... 55

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Landasan teori Donabedian (1973) dalam Dever (1984) ... 25

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 73

2. Uji Validitas & Reliabilitas ... 76

3. Analisis Univariat ... 84

4. Analisis Bivariat ... 94

5. Analisis Multivariat ... 98

6. Master Data Penelitian ... 101

7. Surat Izin Survei Pendahuluan ... 103

8. Surat Izin Penelitian ... 104

(19)

ABSTRAK

Adanya kebijakan pelayanan kesehatan dasar gratis di seluruh puskesmas di Kabupaten Simalungun diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat untuk hidup sehat melalui pemanfaatan puskesmas. Namun data menunjukkan bahwa di Puskesmas Bandar Huluan angka pemanfaatan tahun 2010 hanya 6,86 % dan pemanfaatan kembali 39,4 %.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Jenis penelitian survey

explanatory. Populasi adalah semua pasien umum yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun tahun 2010 yang terdapat pada 7 desa yang terdiri dari 1270 orang. Sampel diambil secara

proporsional random sampling sebanyak 94 orang. Data diperoleh dengan

wawancara menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Faktor ketersediaan sumber daya manusia merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pemanfaatan kembali.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan jumlah petugas, fasilitas puskesmas, biaya operasional puskesmas dan insentive petugas, mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi petugas, dan kepada Puskesmas Bandar Huluan untuk mengadakan puskesmas keliling, melakukan pembinaan dan pengawasan untuk peningkatan disiplin dan kinerja petugas guna meningkatkan kembali minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali puskesmas.

(20)

ABSTRACT

The policy of free basic health service throughout all of the health centres in Simalungun District is expected to be able to meet the basic needs of community for healthy life through the utilization of health centres. Yet, the data showed that the rate of utilization and reutilization of Bandar Huluan Health Centre in 2010 was only 6.86% and 39.4% respectively.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of the factors of organization and service provider on the reutilization of Bandar Huluan Health Centre, Bandar Huluan Subdistrict, Simalungun District. The population of this study were all of the 1270 general patients who domicile in 7 villages in the working area of Bandar Huluan Health Centre in 2010. Of the 1270 patients, 94 were selected to be the samples for this study based on proportional random sampling technique: The samples for this study were obtained through questionnaire-based interviews and then were analyzed through multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that factors of organization and service provider had influence on the reutilization of Bandar Huluan Health Centre. The factor of human resources availability was the dominant factor which had influence on the reutilization.

Simalungun District Health Office is suggested to increase the number of health officers, the facilities of health centre, the operational cost of health centre and the incentives of health officers, and to provide education and training for the health officers. Bandar Huluan Health Centre is suggested to reactivate the "Puskesmas Keliling" to develop, improve and control the discipline and performance of health officers in order to encourage the interest of community members to reutilize health centre..

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan,

puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan

upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional

merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (Depkes RI, 2009).

Pada saat ini Puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok tanah air.

Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas diperkuat dengan puskesmas

pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan

rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap(Depkes RI, 2009).

Sekalipun telah banyak keberhasilan yang dicapai oleh puskesmas dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam pelaksanaanya masih

banyak terjadi masalah-masalah yang dapat menghambat puskesmas berfungsi

maksimal. Masalah-masalah tersebut dapat memengaruhi pemanfaatan puskesmas

yang pada ujungnya berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya (Oleske, 2002).

Hal ini terlihat antara lain pada tingkat pemanfaatan pelayanan KB di rumah

(22)

4,5%, poskesdes atau polindes 1,5%. Pencapaian terhadap target indikator SPM yang

mengikuti MDG’s antara lain cakupan terhadap kunjungan ibu hamil K4 sebesar

61,3% sementara target SPM 95%, cakupan peserta KB aktif 53,9% sementar target

SPM 70%, cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan 82,3% sementara

target nasional 90% dan cakupan kunjungan neonatus 60,6% sementara target SPM

90% (Riskesdas 2010).

Rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan baik milik pemerintah maupun

swasta antara lain karena inefisiensi dan buruknya kualitas dalam sektor kesehatan,

buruknya kualitas infrastruktur dan banyaknya pusat kesehatan yang tidak memiliki

perlengkapan yang memadai, jumlah dokter yang tidak memadai di daerah terpencil

dan tingginya ketidakhadiran dokter di puskesmas, serta kurangnya pendidikan

tenaga kerja kesehatan. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah pendapatan

yang meningkat, pengetahuan yang lebih baik akan pilihan pelayanan kesehatan dan

meningkatnya ekspektasi terhadap standar pelayanan (World Bank, 2008).

Untuk mengantisipasi hal itu, sebaiknya puskesmas mampu meningkatkan

kualitas pelayanan profesi (quality of care) dan kualitas pelayanan manajemen

(quality of service) karena mutu pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan

kepada pelanggan dan pelanggan akan memanfaatkan ulang dan merekomendasikan

pelayanan kesehatan tersebut kepada orang lain (Muninjaya, 2004).

Beberapa pandangan yang berkembang di masyarakat terkait rendahnya

jumlah kunjungan masyarakat ke puskesmas ialah buruknya citra pelayanan di

(23)

kurang profesional, pengobatan yang tidak manjur, fasilitas gedung maupun peralatan

medis dan non medis kurang memadai di mana masyarakat harus dirujuk untuk

melanjutkan pengobatan atau pemeriksaan yang sebenarnya masih dapat dilakukan di

puskesmas, atau untuk membeli obat-obatan yang tidak tersedia di puskesmas

padahal kondisi geografis di beberapa tempat tidak mendukung akibat jauhnya jarak

tempuh, tidak ada transportasi, jam buka puskesmas yang terbatas dan lain-lain. Di

samping itu petugas kesehatan juga melakukan praktik swasta di luar jam kerja

puskesmas yang memungkinkan persaingan terselubung dengan puskesmas, yang

berpengaruh terhadap angka kunjungan ke puskesmas (Muninjaya, 2004).

Dalam hal manajemen, puskesmas juga dinilai belum cukup mampu

melaksanakan fungsinya dengan baik. Kepala puskesmas yang pada umumnya

dipimpin oleh dokter, cenderung lebih berorientasi kepada pelayanan kesehatan

kuratif. Sistem informasi puskesmas belum mampu menunjang proses perencanaan

strategis puskesmas misalnya dalam hal kebutuhan jumlah dan latar belakang

pendidikan sumber daya manusianya, program-program kesehatan masyarakat yang

perlu dikembangkan sesuai kebutuhan wilayahnya dan dengan fungsi promotif dan

preventif puskesmas yang semakin terabaikan dibandingkan dengan fungsi

kuratifnya. Kemampuan pimpinan puskesmas dalam melakukan advokasi terhadap

lintas sektor di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten juga masih sangat

kurang, sehingga pembangunan berwawasan kesehatan masih disikapi secara pasif

oleh sektor di luar kesehatan karena adanya anggapan bahwa masalah pembangunan

(24)

Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 32 tahun 2004 yang memberikan

wewenang otonomi pada daerah, Pemerintah Kabupaten Simalungun menyikapi

dengan mengeluarkan Peraturan Daerah No. 13 tahun 2004 tentang pembebasan tarif

puskesmas untuk seluruh pelayanan kesehatan dasar yang berlaku bagi semua

penduduk Kabupaten Simalungun baik yang mampu maupun yang kurang mampu.

Tujuan kebijakan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat untuk

hidup sehat. Namun sejak diberlakukannya pembebasan tarif, peningkatan kunjungan

ke puskesmas dan pemanfaatan puskesmas oleh penduduk masih sekitar 38,50%,

tidak jauh berbeda dengan sebelum diberlakukannya pembebasan tarif yakni sekitar

36,82%, meskipun sudah di atas target indikator kinerja (Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Simalungun, 2011).

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/

X/2003, Standar Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM) merupakan tolak ukur kinerja

pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di daerah. Oleh karena itu keberhasilan

kinerja pelayanan kesehatan diukur dengan mengacu kepada Indikator Kinerja SPM

2010 yang disesuaikan dengan Indikator MDG’s. Dibandingkan dengan indikator

kinerja SPM 2010, pelayanan kesehatan di Kabupaten Simalungun masih tergolong

rendah, karena pada umumnya cakupan pelayanan di Kabupaten Simalungun masih

di bawah Target Indikator SPM 2010, seperti cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan

Anak, Pelayanan Anak Pra Pekolah, Pelayanan KB, Pelayanan Gizi, Kesehatan

(25)

Untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan ini dibutuhkan penyediaan

dana yang cukup besar, namun Pemerintah Kabupaten Simalungun tidak serta-merta

mempertimbangkan menaikkan anggaran untuk melengkapi kebutuhan puskesmas

maupun meningkatkan insentif bagi petugas puskesmas.

Menurut Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pembiayaan

kesehatan dilakukan melalui pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat,

swasta dan sumber lain. Besar anggaran melalui APBN minimal sebesar 5 % dan

melalui APBD minimal sebesar 10%. Untuk Kabupaten Simalungun besaran

anggaran kesehatan setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun besaran

anggaran tersebut masih kurang dari yang diamanatkan. Untuk tahun anggaran 2010

yakni besar anggaran kesehatan sebesar Rp 99.466.284.500,- atau sekitar 5,57% dari

APBD TA. 2010 atau sekitar Rp121.639,-/kapita/tahun (Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Simalungun, 2011).

Tinggi rendahnya pembiayaan pelayanan kesehatan berdampak kepada mutu

pelayanan itu sendiri karena alokasi dana untuk program penunjang kesehatan tidak

memadai. Apabila hal ini terus terjadi, maka puskesmas semakin lama akan

ditinggalkan oleh pengguna jasanya dan hanya digunakan oleh masyarakat miskin

yang tidak mempunyai pilihan lain (Trisnantoro, 2005).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Kabupaten Simalungun,

terdapat 34 puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan, dan ditemukan salah satu

dari 34 puskesmas tersebut dengan kunjungan rendah yaitu Puskesmas Bandar

(26)

Puskesmas Bandar Huluan masih tergolong rendah, karena pada umumnya cakupan

pelayanan masih di bawah Target Indikator SPM 2010, seperti cakupan pelayanan ibu

hamil K4 (86,7%), cakupan kunjungan bayi (74,4%), cakupan penemuan penderita

TB (71,9%), cakupan pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah (0%),

cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif (2,5%). Angka kematian bayi 10 dari 507

kelahiran hidup, Angka kesakitan juga masih tinggi, adanya kasus Chikungunya pada

sekitar 200 orang serta angka demam berdarah sebanyak 64 kasus pada tahun 2010,

angka penyakit ISPA 856 kasus, darah tinggi 820 kasus dan diare 312 kasus (Profil

Puskesmas Bandar Huluan 2011).

Untuk selanjutnya jumlah kunjungan pasien sejak tahun 2008 sampai tahun

2010 dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Tabel 1.1. Data Kunjungan Pasien

Tahun Kunjungan

pasien

Jumlah

penduduk Persentase

2008 1752 26518 6,60%

2009 1851 26518 6,98%

2010 1835 26728 6,86%

Sumber: Register Pasien Puskesmas Bandar Huluan (data diolah)

Dengan demikian terlihat bahwa tingkat pemanfaatan Puskesmas Bandar

Huluan belum mencapai target nasional yaitu sebesar 15%.

Berdasarkan survey pendahuluan tentang gambaran Puskesmas Bandar

Huluan dilihat dari lokasi, Puskesmas Bandar Huluan dapat dijangkau sebagian

(27)

kendaraan pribadi. Kondisi jalan juga tidak seluruhnya baik dan sebagian masyarakat

merasa cukup jauh untuk ditempuh. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai

petani atau karyawan perkebunan yang ada di wilayah Kecamatan Bandar Huluan.

Sebagian besar petugas puskesmas tinggal di wilayah Kotamadya Pematang Siantar

yang cukup jauh dari wilayah puskesmas dan sebagian lagi berdomisili di wilayah

kecamatan. Fasilitas kesehatan yang ada selain puskesmas adalah Rumah Sakit

Perkebunan yang berlokasi di wilayah kecamatan dan poliklinik perkebunan di lokasi

yang jauh dari Rumah Sakit, disamping itu juga adanya 3 praktik dokter dan adanya

petugas kesehatan yang tinggal di wilayah kecamatan, di mana mereka menerima

pasien bervariasi antara 2-10 orang perhari. Hal ini diduga berpengaruh terhadap

angka kunjungan ke Puskesmas Bandar Huluan khususnya pada pasien umum

meskipun untuk seluruh Kabupaten Simalungun telah diberlakukan kebijakan

pelayanan kesehatan dasar gratis di puskesmas.

Menyadari pentingnya puskesmas dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, maka berbagai masalah atau kekurangan dalam

penyelenggaraan pelayanan puskesmas perlu diteliti. Masalah-masalah tersebut

berasal dari dalam maupun luar lingkungan puskesmas. Dari dalam puskesmas

misalnya dari perilaku dan keterampilan petugas. Dari luar puskesmas misalnya dari

karakteristik pengguna pelayanan itu sendiri, dari sosiokultur masyarakat maupun

(28)

1.2 Permasalahan

Dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah apakah ada pengaruh faktor organisasi (ketersediaan sumber daya manusia,

fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor pemberi pelayanan (perilaku

petugas dan keterampilan petugas) terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar

Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor organisasi

(ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor

pemberi pelayanan (perilaku petugas dan keterampilan petugas) terhadap

pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan

Kabupaten Simalungun oleh pasien umum.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh faktor organisasi (ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas

yang dimiliki, akses geografi) dan faktor pemberi pelayanan (perilaku petugas dan

keterampilan petugas) terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan

Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun oleh pasien umum.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Dapat memberikan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan

(29)

meningkatkan pemanfaatan kembali puskesmas dan mengkaji kebijakan

yang dapat menghambat peningkatan pemanfaatan kembali puskesmas.

b. Dapat memberi masukan bagi Puskesmas Bandar Huluan dalam

perencanaan dan manajemen pelayanan kesehatan.

c. Menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat yang

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia mulai dikembangkan

sejak dicanangkannya Pembangunan Jangka Panjang (PJP) yang pertama tahun 1971.

Pemerintah mengembangkan puskesmas dengan tujuan untuk mendekatkan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sebagian besar masih tinggal di

pedesaan. Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar,

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan bagi seluruh masyarakat yang tinggal di

wilayah kerjanya (Muninjaya, 2004).

Adapun fungsi Puskesmas, yaitu:

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah

kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar per orangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan

(31)

pembiayaannya serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, yang meliputi

pelayanan kesehatan per orangan berupa rawat jalan dan rawat inap dan pelayanan

kesehatan masyarakat berupa promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga

berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan

masyarakat lainnya (Depkes RI, 2009).

Dalam penyelenggaraannya, upaya pelayanan kesehatan puskesmas

dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Pelayanan kesehatan wajib, yaitu upaya yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk

peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Upaya kesehatan wajib ini terdiri dari Upaya Promosi kesehatan, Upaya Kesehatan

Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya

Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Menular dan Upaya Pengobatan.

2. Pelayanan kesehatan pengembangan yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan

permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan

(32)

Upaya kesehatan pengembangan yang telah ada saat ini yaitu Upaya Kesehatan

Sekolah, Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat,

Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan

Jiwa, Upaya kesehatan Mata, Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan Upaya Pembinaan

Pengobatan Tradisional (Depkes RI, 2009).

Dalam mengukur keberhasilan puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota

dan provinsi secara rutin menetapkan target atau standar keberhasilan masing-masing

program. Standar pelaksanaan ini juga merupakan standar unjuk kerja staf. Secara

kualitatif, keberhasilan program diukur dengan membandingkan standar prosedur

kerja masing-masing program dengan kemampuan staf dalam melaksanakan kegiatan

masing-masing. Secara kuantitatif diukur dengan membandingkan target yang sudah

ditetapkan dengan cakupan pelayanan kegiatan program. Standar Pelayanan Minimal

program kesehatan pokok mulai diterapkan Depkes sejak tahun 2003 untuk menjamin

dilaksanakannya tugas utama pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan

masyarakat yang esensial di daerah dan saat ini disesuaikan dengan Millenium

Development Goals (MDG’s). Untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan

perilaku masyarakat (efek program) dan dampak program (impact) seperti angka

kematian, angka kesakitan, angka kelahiran dan kecacatan tidak diukur secara

langsung oleh puskesmas, melainkan diukur setiap lima tahun melalui Survey

(33)

Untuk memajukan fungsi puskesmas ada lima pendekatan yang dapat

dilakukan, yaitu:

1. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa dengan

membangun puskesmas yang baru, puskesmas pembantu, pos kesehatan desa dan

penempatan bidan desa untuk mengelola polindes.

2. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan keterampilan

staf dan motivasi kerjanya, memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

maupun dengan menyediakan peralatan dan obat-obatan yang mencukupi sesuai

dengan kebutuhan pelayanan.

3. Pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Perencanaan pengadaan obat seharusnya didasarkan pada analisa epidemiologi

masalah kesehatan atau gangguan kesehatan yang di rawat di unit-unit pelayanan.

4. Memperkuat sistem rujukan di tingkat pelayanan kesehatan dasar dengan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas sampai ke puskesmas

pembantu di desa. Rujukan pelayanan kesehatan akan terlaksana jika

pembangunan di sektor lain di kecamatan juga turut mendukung seperti sarana

transportasi dan peningkatan pendapatan masyarakat.

5. Peran serta masyarakat melalui pengembangan pembangunan kesehatan

(34)

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri

atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan

perseorangan, kelompok ataupun masyarakat (Azwar, 1996).

Ada 4 syarat pokok pelayanan kesehatan yang harus dipenuhi agar dapat

dikatakan sebagai pelayanan kesehatan yang baik, yaitu:

1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya semua jenis pelayaan kesehatan yang

dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam

masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar, artinya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut tidak

bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.

3. Mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksud di sini terutama dari sudut

lokasi.

4. Mudah dijangkau, pengertian keterjangkauan disini terutama dari sudut biaya.

5. Bermutu, pengertian mutu disini adalah yang menunjuk pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu pihak dapat

memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standard yang telah ditetapkan

(35)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan

pemberi pelayanan. Beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan

kesehatan diantaranya:

1.Faktor Sosiokultural

Yang merupakan faktor sosiokultural terdiri dari teknologi dan nilai-nilai

sosial yang ada di masyarakat.

a. Teknologi

Teknologi dipertimbangkan sebagai faktor sosiokultural, berlawanan dengan

faktor organisasi untuk menunjukkan kontrol yang relatif kecil dari pimpinan

pelayanan kesehatan yang menanganinya. Kemajuan teknologi dapat mengurangi

pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan menurunkan angka kesakitan atau

kebutuhan untuk perawatan seperti penemuan vaksin untuk mencegah penyakit

difteri, pertusis dan lain-lain. Tetapi di sisi lain, kemajuan teknologi juga dapat

meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti transplantasi jantung,

ginjal, penemuan organ-organ buatan, serta kemajuan dibidang radiologi (Dever,

1984).

b. Nilai - nilai sosial yang ada di masyarakat

Norma, nilai dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi

seseorang dalam bertindak termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi

Yang dimaksud dengan faktor- faktor yang berhubungan dengan organisasi

(36)

kesehatan dan lingkungan sekitar yang memengaruhi proses perawatan kesehatan.

Faktor-faktor tersebut adalah ketersediaan sumber daya, akses geografi, akses sosial

serta karakteristik struktur dan proses perawatan.

a. Ketersediaan sumber daya

Suatu sumber daya dikatakan tersedia jika ada dan dapat diperoleh tanpa

mempertimbangkan mudah atau sulitnya untuk digunakan. Ketersediaan

memengaruhi pemanfaatannya karena suatu pelayanan hanya dapat digunakan jika

tersedia. Ketersediaan biasanya dihitung berdasarkan luas geografi dan ditunjukkan

dengan perbandingan jumlah sumber daya terhadap populasi pengguna contohnya

perbandingan petugas dengan populasi atau perbandingan jumlah tempat tidur di

rumah sakit dengan pasien (Dever, 1984).

b. Akses geografi

Yang dimaksud dengan akses geografi adalah faktor-faktor geografi yang

memudahkan atau menghambat pemanfaatan pelayanan kesehatan, berkaitan

dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya tempuh. Hubungan antara akses

geografi dengan volume penggunaan pelayanan tergantung dari jenis pelayanan

dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang disebabkan oleh

berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mengakibatkan

peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-keluhan ringan, atau

pemakaian pelayanan preventif akan lebih tinggi daripada pelayanan kuratif,

sebagaimana halnya dengan pemanfaatan pelayanan umum bila dibandingkan

(37)

semakin canggih atau semakin khusus sumber daya pelayanan, semakin berkurang

pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume

pemanfaatan pelayanan (Dever, 1984) .

c. Akses sosial

Akses sosial terdiri atas dua dimensi yaitu dapat diterima dan terjangkau.

Dapat diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial, dan faktor budaya

sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Konsumen

memperhitungkan sikap dan karakteristik yang ada pada provider seperti etnis,

jenis kelamin, umur, ras dan hubungan keagamaan.

d. Karaktristik struktur dan proses perawatan

Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar berupa upaya kesehatan

per orangan dan upaya kesehatan masyarakat yang meliputi pelayanan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk itu puskesmas perlu ditunjang dengan

pembiayaan yang cukup untuk membiayai pembangunan dan pemeliharaan gedung

maupun untuk biaya rutin seperti gaji karyawan dan biaya operasional. Pembiayaan

puskesmas saat ini berasal dari pemerintah dan pendapatan puskesmas serta

sumber-sumber lain seperti Askes dan Jamkesmas. Penggunaan dana sesuai dengan

usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Depkes, 2005).

Cara pelayanan terhadap petugas kesehatan itu sendiri mungkin memengaruhi

penggunaan pelayanan kesehatan. Sistem pemberian upah merupakan salah satu

(38)

dokter tunggal, praktek dokter bersama, kelompok prakter dokter spesialis atau

yang lainnya membuat pola pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berbeda.

Dalam sistem asuransi dimana biaya pelayanan dokter dibayarkan kembali,

struktur pembayaran tersebut mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan.

Para dokter cenderung membentuk pelayanan yang bisa memberi keuntungan

untuk memaksimalkan pendapatan mereka (Dever, 1984).

3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan

pemberi pelayanan. Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen

berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan terhadap pelayanan

kesehatan. Kebutuhan terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan

diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan ini dipengaruhi oleh :

a. faktor sosiodemografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa,

status perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial ekonomi (pendidikan,

pekerjaan, penghasilan).

b. Faktor sosiopsikologis yang terdiri dari persepsi dan kepercayaan terhadap

pelayanan medis atau dokter.

4. Faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan

Faktor yang berhubungan dengan provider ini terutama dokter, terdiri dari dua

(39)

a. Faktor ekonomi

Ada kepercayaan yang tumbuh diantara ahli ekonomi kesehatan, bahwa interaksi

tradisional antara penawaran dan permintaan tidak sesungguhnya mengikat pada

pasar kesehatan. Ada dugaan yang menyatakan bahwa kurva permintaan dapat

diubah oleh dokter atau petugas kesehatan. Hal ini disebabkan antara lain karena

konsumen tidak sungguh-sungguh mengerti kebutuhan mereka akan perawatan

kesehatan, tidak mampu mengevaluasi pelayanan kesehatan yang lebih baik,

kejadian sakit yang tidak terduga-duga sehingga menerima saja perawatan

kesehatan diberikan atau konsumen tidak dapat membuat keputusan rasional

untuk menggunakan pelayanan. Akibatnya keputusan penggunaan pelayanan

kesehatan umummya ditentukan oleh dokter atau petugas kesehatan.

b. Karakteristik pemberi pelayanan

Karakteristik pemberi pelayanan berhubungan dengan penggunaan pelayanan

kesehatan. Perilaku dokter atau petugas kesehatan pada penggunaan pelayanan

kesehatan secara umum berhubungan dengan tingkat spesialisasi, sekolah asal

mereka, lokasi rumah sakit dan lama mereka bekerja. Contohnya pada dokter

yang dilatih dengan ilmu kedokteran akan lebih sedikit dalam penggunaan sumber

daya teknis dan klinis, namun pada kondisi diagnosa yang tidak pasti akan

cenderung menggunakan pelayanan yang lebih banyak. Situasi di tempat dokter

bekerja juga mempengaruhi aktifitas profesional mereka yang pada akhirnya

membentuk norma dan peraturan yang mempengaruhi perilaku mereka. Begitu

(40)

dan penggunaan peralatan yang inovatif juga memengaruhi perilaku mereka.

Dengan kata lain bahwa karakteristik ini terdiri dari sikap dan keterampilan

petugas pelayanan kesehatan (Dever, 1984).

Beberapa teori tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain menurut

Rosenstock, ada 4 kesiapan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan yaitu

kepekaan seseorang terhadap penyakit, persepsi seseorang terhadap konsekuensi dari

penyakit, persepsi seseorang terhadap keuntungan yang diperoleh dari penggunaan

pelayanan kesehatan dan persepsi seseorang terhadap hambatan-hambatan di dalam

menggunakan pelayanan kesehatan (Anderson, 1995).

Perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku untuk melakukan atau mencari

pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari

pengobatan fasilitas-fasilitas pelayanan pengobatan medis (puskesmas, mantri, dokter

praktek dan lain-lain), maupun ke fasilitas pengobatan tradisional (dukun, sinse, dan

lain-lain). Dengan makin berkembangnya ilmu dan teknologi kedokteran yang

didukung dengan peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam

pencarian pengobatan, maka hal tersebut telah dapat meningkatkan pemanfaatan

pelayanan kesehatan medis (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Lapau (1997), faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan

pelayanan kesehatan yaitu:

1. Faktor Regional misalnya Jakarta, Jawa Barat dan Residence misalnya rural,

(41)

2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu tipe dari

organisasi, kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga dan fasilitas

medis, teraturnya pelayanan, hubungan antara dokter/tenaga dan kesehatan

lainnya dengan penderita dan adanya asuransi kesehatan.

3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lain

4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan diantaranya

faktor sosiodemografis, sosiopsikologis, faktor ekonomis, jarak antara rumah

dengan tempat pelayanan kesehatan dan variabel yang menyangkut kebutuhan

seperti angka kesakitan dan gejala penyakit yang dirasakan.

Menurut Anderson, ada faktor-faktor yang memengaruhi Pemanfaatan

pelayanan kesehatan yaitu:

1. Karakteristik pemungkin, yang terdiri dari 3 faktor yaitu faktor demografi (umur,

jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga), faktor struktur sosial

(tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, ras) serta faktor sikap dan keyakinan

individu tentang pelayanan kesehatan

2. Karakteristik pendukung, yang terdiri dari sumber-sumber keluarga dan sumber

daya masyarakat

3. Karakteristik kebutuhan, yang terdiri dari kebutuhan yang dirasakan dan

kebutuhan berdasarkan evaluasi atau diagnosa klinis.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Supardi (2010) tentang faktor-faktor

(42)

kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan tempat tinggal, pekerjaan, tingkat

ekonomi, penanggung biaya.

Penelitian yang dilakukan Musroh (2006) tentang identifikasi kebutuhan dan

harapan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas

menyimpulkan bahwa ada hubungan antara karakteristik pasien dan kebijakan

kesehatan dengan pemanfaatan puskesmas.

Penelitian yang dilakukan oleh Trimurthy (2008) tentang persepsi masyarakat

tentang kualitas pelayanan kesehatan dengan minat pemanfaatan kembali puskesmas

juga menunjukkan adanya hubungan. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh

Hartati dan Kuntjono (2000) tentang mutu pelayanan kesehatan puskesmas dengan

pembebasan tarif retribusi di Kabupaten Simalungun juga menunjukkan adanya

hubungan antara kualitas pelayanan menurut persepsi pasien dengan pemanfaatan

ulang puskesmas.

Menurut penelitian Nurcahyani dan Dewi (2000), tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan pelayanan pengobatan di puskesmas, ada hubungan

antara :

1. Kegawatan penyakit dengan pemanfaatan pelayanan

2. Persepsi penilaian terhadap pemanfaatan puskesmas dengan pemanfaatan

pelayanan.

3. Biaya berobat dengan pemanfaatan pelayanan

4. Jarak dengan pemanfaatan pelayanan

(43)

6. Lama waktu tunggu dengan pemanfaatan pelayanan

Menurut Depkes RI (2002), rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan juga

disebabkan:

1. Jarak yang jauh (faktor demografi)

2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi)

3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi)

4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya)

Menurut Kotler, ada dua jenis faktor yang memengaruhi pemanfaatan barang

atau jasa yaitu marketing stimuli (terdiri dari product, price, place dan promotion)

dan stimuli yang lain (terdiri dari technological, political dan cultural). Faktor ini

akan masuk dalam Buyer box yang terdiri dari dua (2) faktor yaitu buyer

characteristic yang memiliki variabel culltural, personal dan psychological, serta

buyer decision process, yang merupakan proses yang terjadi saat seseorang

memutuskan untuk mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa.

Tahapan proses keputusan pembelian yang merupakan bagian dari perilaku konsumen

meliputi proses pengenalan kebutuhan, proses pencarian informasi dan proses

evaluasi alternatif. Proses pemanfaatan dimulai saat konsumen mengenali sebuah

masalah atau kebutuhan.

Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat

mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat atau suatu

kategori produk. Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk

(44)

pasif. Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferansi atas merek dalam

kumpulan pilihan konsumen, juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk

yang disukai atau memanfaatkan ulang fasilitas yang disukai. Untuk dapat

meningkatkan jumlah pasien, puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan

kesehatan yang bermutu. Mutu pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan pada

pelanggan dan pelanggan akan memanfaatkan ulang serta merekomendasikan

pelayanan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya. Kepuasan pasien merupakan

reaksi perilaku sesudah pembelian dan hal itu memengaruhi pengambilan keputusan

pembelian ulang (Kotler dan Susanto, 2001).

2.3 Landasan Teori

Menurut Donnabedian dalam Dever (1984), pemanfaatan pelayanan kesehatan

merupakan interaksi antara konsumen dan pemberi pelayanan yang dipengaruhi oleh :

1. Faktor sosiokultural, meliputi teknologi, norma dan nilai-nilai yang ada di

masyarakat.

2. Faktor organisasi meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografis, akses sosial

dan karakteristik struktur dan proses perawatan.

3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen yang meliputi sosio demografis dan

sosiopsikologis.

4. Faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan meliputi sosioekonomi dan

(45)

Mengacu pada konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dikemukakan

oleh Donabedian (1973) dalam Dever (1984), maka dipaparkan suatu landasan teori

yang mendasari penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1. Landasan Teori Donabedian (1973) dalam Dever (1984).

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan kepustakaan dan landasan teori, maka kerangka konsep

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Organisasi

1. Ketersediaan Sumber Daya a. Sumber Daya Manusia

(46)

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada faktor organisasi

(ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor

pemberi pelayanan (perilaku petugas dan keterampilan petugas) karena menduga

bahwa hingga saat ini penyelenggaraan puskesmas lebih banyak dipengaruhi oleh

(47)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey dengan metode explanatory, yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor organisasi (ketersediaan sumber daya

manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor pemberi pelayanan

(perilaku petugas dan keterampilan petugas) terhadap pemanfaatan kembali

Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun oleh

pasien umum.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar

Huluan Kabupaten Simalungun dengan alasan angka pemanfaatan kembali yang

rendah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 bulan mulai dari pengumpulan data sampai

seminar hasil yaitu dari bulan Juli-Agustus 2011.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(48)

Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun tahun

2010 yang terdapat pada 7 desa dari 10 desa yang terdiri dari 1270 orang.

3.3.2 Sampel

Selanjutnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin

(Notoatmojo, 2003) sebagai berikut:

N

1+N(d²)

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = presisi 1%

Dengan demikian besarnya sampel sebagai berikut:

1270

1+1270(0,01)

n = 92,70 orang, digenapkan menjadi 93 orang

Untuk menghindari sampel yang drop out maka perlu dilakukan koreksi terhadap

besar sampel yang dihitung dengan menambahkan sejumlah sampel agar besar

sampel tetap terpenuhi dengan rumus n' =

) 1

( f

n

Keterangan : n = besar sampel yang dihitung

(49)

= 93,93 org digenapkan menjadi 94 orang.

Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka diperoleh jumlah sampel

sebanyak 94 orang. Menentukan jumlah sampel tiap desa di Puskesmas Bandar

Huluan dengan metode proporsional random sampling dengan rincian sebagai

berikut:

Tabel. 3.1. Distribusi Sampel Menurut Desa

No Desa Jumlah Pasien

per desa Proporsi

Jumlah

Setelah diperoleh jumlah sampel dari masing-masing desa maka selanjutnya

dilakukan pemilihan sampel di masing-masing desa dengan cara simpel random

sampling sebanyak jumlah yang telah ditentukan pada tiap desa. Adapun syarat yang

ditentukan adalah responden bisa berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk

diwawancarai.

Kriteria eksklusi pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

1. Pasien yang berusia di bawah 17 tahun

(50)

3. Peserta askes, jamkesmas atau jamsostek dengan alasan adanya kebijakan

pengobatan dasar gratis di Kabupaten Simalungun namun angka pemanfaatan

pusksesmas tetap rendah.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode wawancara

terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Data dikumpulkan oleh tenaga

pengumpul data (interview/surveyor) dan agar data yang dikumpul lebih akurat maka

tenaga pengumpul data lebih dulu dilatih tentang cara cara pengisian kuesioner dan

cara pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan kuesioner terhadap pemanfaatan kembali puskesmas

yang diperoleh melalui wawancara langsung. Instrumen pengumpulan data yang

digunakan berupa kuesioner yang dirancang sedemikian rupa agar diperoleh

informasi yang relevan dengan penelitian.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen resmi lainnya

terutama buku register pasien tahun 2010 Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan

Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

3.4.3 Uji Vadilitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji

(51)

digunakan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana

kuesioner dapat dijadikan alat ukur yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas

dalam suatu penelitian. Uji kuesioner dilakukan terhadap 30 orang pasien yang

memanfaatkan Puskesmas Gunung Maligas Kecamatan Gunung Maligas dengan

alasan memiliki demografi yang sama dan relatif dekat.

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang ingin diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen penelitian digunakan

analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan skor total yang

merupakan jumlah skor setiap pertanyaan. (Singarimbun, 1995) Uji vadilitas dalam

penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearsonproduct moment Corelation (r),

dengan ketentuan bila nilai koefisien korelasi (r) > 0,3 maka variabel tersebut

dikatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana

suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau

lebih terhadap gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban dari responden terhadap pertanyaan yang sama adalah tetap atau konsisten

dari waktu ke waktu (Singarimbun, 1995). Teknik yang digunakan dalam pengujian

reliabilitas instrumen adalah menggunakan alpha cronbach. Jika hasil uji

(52)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan

variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah faktor organisasi (ketersediaan

sumber daya manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor pemberi

pelayanan (perilaku petugas dan keterampilan petugas) di Puskesmas Bandar Huluan

Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

Definisi operasional dari variabel penelitian adalah sebagai berikut :

a. Ketersediaan sumber daya manusia yaitu sumber daya manusia yang terdiri dari

tenaga kesehatan dokter, dokter gigi, bidan, perawat atau tenaga kesehatan lain

yang ada di puskesmas.

b. Fasilitas yang dimiliki yaitu ruang pemeriksaan, ruang tunggu, toilet, tempat

parkir, halaman, peralatan, obat-obatan, sarana air dan listrik yang diperlukan

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

c. Akses geografi yaitu faktor-faktor yang memudahkan atau menghambat

pemanfaatan puskesmas dan petugasnya yang meliputi lokasi, sistem

transportasi, jarak tempuh, kondisi jalan, waktu tempuh dan biaya tempuh ke

puskesmas.

d. Perilaku petugas yaitu reaksi atau tindakan petugas pada pasien/pengunjung

puskesmas berupa sikap sopan, ramah, penuh perhatian/sungguh-sungguh

termasuk ketepatan kehadiran di puskesmas.

e. Keterampilan petugas yaitu kemampuan petugas menjalankan tugasnya di

(53)

f. Pemanfaatan kembali yaitu kemauan pasien untuk datang kembali ke puskesmas

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

3.6 Metode Pengukuran Data

Untuk memperjelas variabel penelitian seperti pada kerangka konsep di atas

maka diberikan metode pengukuran seperti pada tabel berikut:

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas

Pengukuran variabel bebas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Bebas

(54)

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat

Pengukuran variabel terikat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Metode Pengukuran Variabel Terikat

Variabel

Metode analisis data dalam penelitian ini mencakup:

a. Analisis Univariat, yaitu analisis variabel independen untuk mengetahui distribusi

frekuensi dan persentasenya.

b. Analisis Bivariat, yaitu analisis hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen, untuk mengetahui hubungan antara faktor organisasi

(ketersediaan sumber daya manusia, akses geografi, fasilitas yang dimiliki ) dan

faktor pemberi pelayanan (perilaku petugas dan keterampilan petugas) dengan

pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan

Kabupaten Simalungun oleh pasien umum.

c. Analisis Multivariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk menganalisis variabel

(55)

menggunakan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95% dengan

Y = Pemanfaatan Kembali Puskesmas X1 = Ketersediaan Sumber Daya Manusia X2 = Fasilitas yang dimiliki

X3 = Akses Geografi X4 = Perilaku Petugas X5 = Keterampilan Petugas

β0 = intercept

β1-β9 = Koefisien Regresi

µ = error term

Probabilitas pengaruh faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

(56)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Bandar Huluan terletak di bagian Barat Kabupaten Simalungun

dengan luas wilayah 102,35 km2, ketinggian 82 m di atas permukaan laut, dengan

batas-batas sebagai berikut, Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bandar,

sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gunung Maligas, sebelah Barat

berbatasan dengan Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan sebelah Timur berbatasan

dengan Kecamatan Pematang Bandar.

4.1.2 Keadaan Demografi

Kecamatan Bandar Huluan mempunyai wilayah kerja 10 desa dengan

jumlah penduduk tahun 2010 berdasarkan data dari Kantor Statistik Kabupaten

Simalungun adalah: 26.728 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 219,33

/km2. Mata pencaharian penduduk mayoritas bertani (45,5 %), PNS/TNI/POLRI

(8,02 %), karyawan perkebunan (20 %), pekerjaan tidak tetap (26,48 %).

Penyebaran penduduk tidak merata, dengan daerah terpadat penduduknya adalah

desa Naga Jaya I yaitu: 1433,44 jiwa/km2 (luas wilayah: 3,17 km2) (Bandar

(57)

4.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Bandar Huluan

Puskesmas Bandar Huluan didirikan pada tahun 2004 sebagai hasil

pemekaran dari Puskesmas Pematang Bandar kecamatan Pematang Bandar. Sarana

kesehatan di seluruh wilayah kerja Puskesmas Bandar Huluan adalah sebagai berikut:

1. Puskesmas Induk : 1 buah

2. Puskesmas Pembantu : 5 buah

3. Pos Kesehatan Desa : 1 buah

4. Rumah Sakit Perkebunan (Swasta) : 1 buah

5. Balai Pengobatan Swasta : 4 buah

6. Apotek : 2 buah

7. Praktik Dokter : 4 buah

8. Praktik Dokter Gigi : -

9. Praktik Bidan : 13 buah

Sarana pendukung kesehatan wilayah kerja Puskesmas Bandar Huluan adalah

sebagai berikut:

1. Posyandu : 48 buah

2. Kader Posyandu : 240 orang

Puskesmas Bandar Huluan dalam menjalankan semua program didukung oleh

berbagai fasilitas fisik dalam Kecamatan Bandar Huluan, yang meliputi:

1. Fasilitas gedung puskesmas permanen

2. Fasilitas sumber daya manusia

(58)

4. Fasilitas alat-alat kesehatan

5. Fasilitas administrasi

6. Fasilitas imunisasi

7. Sumber keuangan

Puskesmas Bandar Huluan memiliki fasilitas gedung yang terdiri dari :

1. PoliklinikUmum : 1 buah

2. Poliklinik gigi : 1 buah

3. Ruang KIA/KB dan imunisasi : 1 buah

4. Apotek : 1 buah

5. Gudang obat : 1 buah

6. Ruang administrasi : 1 buah

7. Ruang tunggu : 1 buah

8. Ruang konseling : -

9. Klinik sanitasi : -

10.Ruang kartu : 1 buah

11.Ruang rapat/Aula : 1 buah

12.Laboratorium : -

13.Kamar mandi : 2 buah

Tenaga Medis/Non Medis di Puskesmas Bandar Huluan jumlahnya 20 orang

dengan perincian :

1. Dokter umum : 3 orang

(59)

3. Bidan : 9 orang

4. Perawat : 2 orang

5. Perawat gigi : 1 orang

6. Asisten apoteker : -

7. Gizi : 1 orang

8. Kesehatan lingkungan : 1 orang

9. Analis : -

10.SKM : -

11.Tata Usaha :1 orang

4.1.4 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan,

penghasilan, alamat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

berusia 26-36 orang yaitu sebanyak 36 orang (38,3 %). Berdasarkan jenis kelamin

mayoritas perempuan yaitu sebanyak 62 orang ( 66 %) dengan pendidikan mayoritas

menamatkan pendidikan setingkat SMP dan SMA dengan jumlah yang sama yaitu

sebanyak 33 orang (35,1 %). Penghasilan antara Rp 500.000; - Rp 999.999 yaitu

(60)

4.2 Analisis Univariat 4.2.1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi Faktor Organisasi

(ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan

Faktor Pemberi Pelayanan (sikap petugas dan perilaku petugas)

a. Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Ketersediaan Sumber Daya Manusia diukur berdasarkan pendapat responden

terhadap 4 indikator ketersediaan petugas kesehatan dokter, dokter gigi, bidan dan

perawat. Hasil penelitian terhadap ketersediaan dokter menunjukkan bahwa

sebanyak 28 orang (29,8%) responden setuju bahwa dokter selalu ada di puskesmas,

sebanyak 33 orang (35,1%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 33 orang (35,1%)

menyatakan tidak setuju. Ketersediaan dokter gigi, sebanyak 30 orang (31,9%)

responden menyatakan setuju bahwa dokter gigi selalu ada di puskesmas, 31 orang

(33,0%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 33 orang (35,%) menyatakan tidak

setuju.

Sementara itu dari indikator ketersediaan bidan, sebanyak 30 orang (31,9%)

responden menyatakan setuju bahwa bidan selalu ada di puskesmas, 41 orang

(43,6%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 23 orang (24,5%) menyatakan tidak

setuju. Ketersediaan perawat, sebanyak 29 orang (30,9%) responden menyatakan

(61)

ragu-ragu dan sebanyak 23 orang (24,5%) menyatakan tidak setuju. Hasil penelitian

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Sumber Daya Manusia

No. Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil koding setiap kategori dari total pembobotan keempat

indikator variabel ketersediaan sumber daya manusia, maka diperoleh hasil bahwa

sebanyak 22 orang (23,4%) responden menyatakan setuju bahwa ketersediaan

sumber daya manusia termasuk dalam kategori baik, sedang sebanyak 39 orang

(41,5%) dan kurang baik sebanyak 33 orang (35,1%). Hasil penelitian dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Ketersediaan Sumber Daya Manusia

(62)

b. Fasilitas yang dimiliki

Fasilitas yang dimiliki diukur berdasarkan pendapat responden terhadap 9

indikator yaitu ruang pemeriksaan cukup, halaman puskesmas selalu bersih, ruang

tunggu puskesmas nyaman, tempat parkir aman, toilet puskesmas bersih, alat-alat

pemeriksaan di puskesmas lengkap, obat-obatan di puskesmas lengkap, sarana listrik

di puskesmas ada, sarana air bersih di puskesmas ada.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 30 orang (31,9%) responden

setuju bahwa ruang pemeriksaan cukup, sebanyak 38 orang (40,4%) menyatakan

ragu-ragu dan sebanyak 26 orang (27,7%) menyatakan tidak setuju. Sebanyak 40

orang (42,6 %) responden menyatakan setuju halaman puskesmas selalu bersih, 40

orang (42,6%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 14 orang (14,9%) menyatakan

tidak setuju. Sebanyak 40 orang (42,6%) responden menyatakan setuju ruang

tunggu puskesmas nyaman, 37 orang (39,4%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak

17 orang (18,1%) menyatakan tidak setuju. Sebanyak 41 orang (43,6%) responden

menyatakan setuju tempat parkir aman, 53 orang (56,4%) menyatakan ragu-ragu dan

tidak seorangpun yang menyatakan tidak setuju. Sebanyak 41 orang (43,6%)

responden menyatakan setuju toilet puskesmas bersih, 53 orang (56,4%)

menyatakan ragu-ragu dan tidak seorangpun yang menyatakan tidak setuju.

Sebanyak 40 orang (42,6%) responden menyatakan setuju alat-alat pemeriksaan di

puskesmas lengkap, 37 orang (39,4%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 17 orang

(18,0%) menyatakan tidak setuju. Sebanyak 40 orang (42,6%) responden

Gambar

Gambar 2.1. Landasan Teori Donabedian (1973) dalam Dever (1984).
Tabel. 3.1. Distribusi Sampel Menurut Desa
Tabel  3.2   Metode Pengukuran Variabel Bebas
Tabel  3.3  Metode Pengukuran Variabel Terikat
+7

Referensi

Dokumen terkait