PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN PEMBERI PELAYANAN TERHADAP PEMANFAATAN KEMBALI PUSKESMAS BANDAR HULUAN
KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN SIMALUNGUN
OLEH PASIEN UMUM
T E S I S
Oleh
EVA ROTUA SIMANJUNTAK 097032011/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL AND SERVICE PROVIDER FACTORS ON THE REUTILIZATION OF BANDAR HULUAN HEALTH CENTER
BANDAR HULUAN SUBDISTRICT SIMALUNGUN DISTRICT BY THE GENERAL PATIENT
T H E S I S
By
EVA ROTUA SIMANJUNTAK 097032011/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN PEMBERI PELAYANAN TERHADAP PEMANFAATAN KEMBALI PUSKESMAS BANDAR HULUAN
KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN SIMALUNGUN
OLEH PASIEN UMUM
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
EVA ROTUA SIMANJUNTAK 097032011/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN PEMBERI PELAYANAN TERHADAP
PEMANFAATAN KEMBALI PUSKESMAS BANDAR HULUAN KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN SIMALUNGUN OLEH PASIEN UMUM
Nama Mahasiswa : Eva Rotua Simanjuntak Nomor Induk Mahasiswa : 097032011
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Muslich Lutfi, Drs, M.B.A, I.D.S)
Ketua Anggota (dr. Fauzi, S.K.M)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada tanggal : 03 November 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Muslich Lutfi, Drs, M.B.A, I.D.S Anggota : 1. dr. Fauzi, S.K.M
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN PEMBERI PELAYANAN TERHADAP PEMANFAATAN KEMBALI PUSKESMAS BANDAR HULUAN
KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN SIMALUNGUN
OLEH PASIEN UMUM
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, November 2011
ABSTRAK
Adanya kebijakan pelayanan kesehatan dasar gratis di seluruh puskesmas di Kabupaten Simalungun diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat untuk hidup sehat melalui pemanfaatan puskesmas. Namun data menunjukkan bahwa di Puskesmas Bandar Huluan angka pemanfaatan tahun 2010 hanya 6,86 % dan pemanfaatan kembali 39,4 %.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Jenis penelitian survey
explanatory. Populasi adalah semua pasien umum yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun tahun 2010 yang terdapat pada 7 desa yang terdiri dari 1270 orang. Sampel diambil secara
proporsional random sampling sebanyak 94 orang. Data diperoleh dengan
wawancara menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Faktor ketersediaan sumber daya manusia merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pemanfaatan kembali.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan jumlah petugas, fasilitas puskesmas, biaya operasional puskesmas dan insentive petugas, mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi petugas, dan kepada Puskesmas Bandar Huluan untuk mengadakan puskesmas keliling, melakukan pembinaan dan pengawasan untuk peningkatan disiplin dan kinerja petugas guna meningkatkan kembali minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali puskesmas.
ABSTRACT
The policy of free basic health service throughout all of the health centres in Simalungun District is expected to be able to meet the basic needs of community for healthy life through the utilization of health centres. Yet, the data showed that the rate of utilization and reutilization of Bandar Huluan Health Centre in 2010 was only 6.86% and 39.4% respectively.
The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of the factors of organization and service provider on the reutilization of Bandar Huluan Health Centre, Bandar Huluan Subdistrict, Simalungun District. The population of this study were all of the 1270 general patients who domicile in 7 villages in the working area of Bandar Huluan Health Centre in 2010. Of the 1270 patients, 94 were selected to be the samples for this study based on proportional random sampling technique: The samples for this study were obtained through questionnaire-based interviews and then were analyzed through multiple logistic regression tests.
The result of this study showed that factors of organization and service provider had influence on the reutilization of Bandar Huluan Health Centre. The factor of human resources availability was the dominant factor which had influence on the reutilization.
Simalungun District Health Office is suggested to increase the number of health officers, the facilities of health centre, the operational cost of health centre and the incentives of health officers, and to provide education and training for the health officers. Bandar Huluan Health Centre is suggested to reactivate the "Puskesmas Keliling" to develop, improve and control the discipline and performance of health officers in order to encourage the interest of community members to reutilize health centre..
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan tesis yang berjudul ”Pengaruh Faktor Organisasi dan Faktor Pemberi terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun oleh Pasien Umum”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.(CTM)., Sp. A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Komisi Penguji.
4. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
5. Dr. Muslich Lutfi, Drs, M.B.A, I.D.S selaku komisi pembimbing yang telah
memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.
6. dr. Fauzi, S.K.M selaku komisi pembimbing yang telah memberikan masukan dan
arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.
7. Siti khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes selaku penguji tesis yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
8. Ayahanda dan Ibunda tercinta A.Simanjuntak (alm) dan A.E Napitupulu serta
kakak dan abang, yang penuh pengertian, kesabaran, motivasi dan doa dalam
memberikan dukungan moril agar dapat menyelesaikan pendidikan ini tepat
waktu.
9. dr. Marliana lubis selaku Kepala Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar
Huluan Kabupaten Simalungun dan seluruh staf dan rekan-rekan sekerja yang
telah mendukung penulis dalam proses pendidikan ini.
10.Para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
11.Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009, khususnya Minat Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan atas dukungan dan kebersamaan yang diberikan selama ini.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam proses penyelesaian tesis ini.
Hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang dapat memberikan balasan atas
kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari atas segala keterbatasan tesis ini,
kesempurnaan tesis ini dengan harapan tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, November 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Eva Rotua Simanjuntak yang dilahirkan di Medan pada
tanggal 26 November 1975, anak kelima dari lima bersaudara, beragama Kristen
Katolik, dan bertempat tinggal di Jalan Tangkul II No. 12 Kecamatan Medan
Tembung. Penulis menamatkan Sekolah Dasar tahun 1988 di SD RK Makmur
Medan, tahun 1991 menamatkan Pendidikan Tingkat Menengah Pertama di SMP N
25 Medan, kemudian tahun 1994 menamatkan Pendidikan Tingkat Menengah Atas di
SMA N 7 Medan, kemudian pada tahun 2000 menamatkan kuliah jenjang Sarjana di
Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis bekerja sebagai dokter gigi PTT di Puskesmas Negeri Dolok
Kabupaten Simalungun tahun 2000-2002, Puskesmas Panombean Pane Kabupaten
Simalungun tahun 2004-2005 dan dokter gigi fungsional di Puskesmas Bandar
DAFTAR ISI
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 32
BAB 5. PEMBAHASAN ... 58
5.1 Pengaruh Ketersediaan Sumber Daya Manusia terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ... 58
5.2. Pengaruh Fasilitas terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ... 59
5.3. Pengaruh Akses Geografis terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ... 61
5.4. Pengaruh Perilaku Petugas Terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ... 63
5.5. Pengaruh Keterampilan Petugas terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun ... 65
5.6. Keterbatasan Penelitian ... 66
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
6.1 Kesimpulan ... 68
6.2 Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
LAMPIRAN ... 73
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Data Kunjungan Pasien ... 6
3.1. Distribusi Sampel Menurut Desa ... 29
3.2. Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 33
3.3. Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 34
4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Sumber Daya Manusia ... 40
4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Ketersediaan Sumber Daya Manusia... 40
4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fasilitas yang dilimilik ... 42
4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Kategori Fasiltias yang dimiliki ... 43
4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Akses Geografi ... 44
4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Akses Geografi ... 45
4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Petugas ... 47
4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Perilaku Petugas ... 48
4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tipe Keterampilan Petugas ... 48
4.10. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Keterampilan Petugas ... 50
4.11. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemanfaatan Kembali ... 50
4.12. Analisis Crosstab Sumber Daya Manusia dengan Pemanfaatan Kembali ... 51
4.14. Analisis Crosstab Akses Gografi dengan Pemanfatan Kembali ... 53
4.15. Analisis Crosstab Perilaku Petugas dengan Pemanfaatan Kembali ... 54
4.16. Analisis Crosstab Keterampilan Petugas dengan Pemanfaatan Kembali ... 55
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Landasan teori Donabedian (1973) dalam Dever (1984) ... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuisioner Penelitian ... 73
2. Uji Validitas & Reliabilitas ... 76
3. Analisis Univariat ... 84
4. Analisis Bivariat ... 94
5. Analisis Multivariat ... 98
6. Master Data Penelitian ... 101
7. Surat Izin Survei Pendahuluan ... 103
8. Surat Izin Penelitian ... 104
ABSTRAK
Adanya kebijakan pelayanan kesehatan dasar gratis di seluruh puskesmas di Kabupaten Simalungun diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat untuk hidup sehat melalui pemanfaatan puskesmas. Namun data menunjukkan bahwa di Puskesmas Bandar Huluan angka pemanfaatan tahun 2010 hanya 6,86 % dan pemanfaatan kembali 39,4 %.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Jenis penelitian survey
explanatory. Populasi adalah semua pasien umum yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun tahun 2010 yang terdapat pada 7 desa yang terdiri dari 1270 orang. Sampel diambil secara
proporsional random sampling sebanyak 94 orang. Data diperoleh dengan
wawancara menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Faktor ketersediaan sumber daya manusia merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pemanfaatan kembali.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan jumlah petugas, fasilitas puskesmas, biaya operasional puskesmas dan insentive petugas, mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi petugas, dan kepada Puskesmas Bandar Huluan untuk mengadakan puskesmas keliling, melakukan pembinaan dan pengawasan untuk peningkatan disiplin dan kinerja petugas guna meningkatkan kembali minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali puskesmas.
ABSTRACT
The policy of free basic health service throughout all of the health centres in Simalungun District is expected to be able to meet the basic needs of community for healthy life through the utilization of health centres. Yet, the data showed that the rate of utilization and reutilization of Bandar Huluan Health Centre in 2010 was only 6.86% and 39.4% respectively.
The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of the factors of organization and service provider on the reutilization of Bandar Huluan Health Centre, Bandar Huluan Subdistrict, Simalungun District. The population of this study were all of the 1270 general patients who domicile in 7 villages in the working area of Bandar Huluan Health Centre in 2010. Of the 1270 patients, 94 were selected to be the samples for this study based on proportional random sampling technique: The samples for this study were obtained through questionnaire-based interviews and then were analyzed through multiple logistic regression tests.
The result of this study showed that factors of organization and service provider had influence on the reutilization of Bandar Huluan Health Centre. The factor of human resources availability was the dominant factor which had influence on the reutilization.
Simalungun District Health Office is suggested to increase the number of health officers, the facilities of health centre, the operational cost of health centre and the incentives of health officers, and to provide education and training for the health officers. Bandar Huluan Health Centre is suggested to reactivate the "Puskesmas Keliling" to develop, improve and control the discipline and performance of health officers in order to encourage the interest of community members to reutilize health centre..
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan,
puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan
upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (Depkes RI, 2009).
Pada saat ini Puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok tanah air.
Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas diperkuat dengan puskesmas
pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan
rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap(Depkes RI, 2009).
Sekalipun telah banyak keberhasilan yang dicapai oleh puskesmas dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam pelaksanaanya masih
banyak terjadi masalah-masalah yang dapat menghambat puskesmas berfungsi
maksimal. Masalah-masalah tersebut dapat memengaruhi pemanfaatan puskesmas
yang pada ujungnya berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya (Oleske, 2002).
Hal ini terlihat antara lain pada tingkat pemanfaatan pelayanan KB di rumah
4,5%, poskesdes atau polindes 1,5%. Pencapaian terhadap target indikator SPM yang
mengikuti MDG’s antara lain cakupan terhadap kunjungan ibu hamil K4 sebesar
61,3% sementara target SPM 95%, cakupan peserta KB aktif 53,9% sementar target
SPM 70%, cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan 82,3% sementara
target nasional 90% dan cakupan kunjungan neonatus 60,6% sementara target SPM
90% (Riskesdas 2010).
Rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan baik milik pemerintah maupun
swasta antara lain karena inefisiensi dan buruknya kualitas dalam sektor kesehatan,
buruknya kualitas infrastruktur dan banyaknya pusat kesehatan yang tidak memiliki
perlengkapan yang memadai, jumlah dokter yang tidak memadai di daerah terpencil
dan tingginya ketidakhadiran dokter di puskesmas, serta kurangnya pendidikan
tenaga kerja kesehatan. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah pendapatan
yang meningkat, pengetahuan yang lebih baik akan pilihan pelayanan kesehatan dan
meningkatnya ekspektasi terhadap standar pelayanan (World Bank, 2008).
Untuk mengantisipasi hal itu, sebaiknya puskesmas mampu meningkatkan
kualitas pelayanan profesi (quality of care) dan kualitas pelayanan manajemen
(quality of service) karena mutu pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan
kepada pelanggan dan pelanggan akan memanfaatkan ulang dan merekomendasikan
pelayanan kesehatan tersebut kepada orang lain (Muninjaya, 2004).
Beberapa pandangan yang berkembang di masyarakat terkait rendahnya
jumlah kunjungan masyarakat ke puskesmas ialah buruknya citra pelayanan di
kurang profesional, pengobatan yang tidak manjur, fasilitas gedung maupun peralatan
medis dan non medis kurang memadai di mana masyarakat harus dirujuk untuk
melanjutkan pengobatan atau pemeriksaan yang sebenarnya masih dapat dilakukan di
puskesmas, atau untuk membeli obat-obatan yang tidak tersedia di puskesmas
padahal kondisi geografis di beberapa tempat tidak mendukung akibat jauhnya jarak
tempuh, tidak ada transportasi, jam buka puskesmas yang terbatas dan lain-lain. Di
samping itu petugas kesehatan juga melakukan praktik swasta di luar jam kerja
puskesmas yang memungkinkan persaingan terselubung dengan puskesmas, yang
berpengaruh terhadap angka kunjungan ke puskesmas (Muninjaya, 2004).
Dalam hal manajemen, puskesmas juga dinilai belum cukup mampu
melaksanakan fungsinya dengan baik. Kepala puskesmas yang pada umumnya
dipimpin oleh dokter, cenderung lebih berorientasi kepada pelayanan kesehatan
kuratif. Sistem informasi puskesmas belum mampu menunjang proses perencanaan
strategis puskesmas misalnya dalam hal kebutuhan jumlah dan latar belakang
pendidikan sumber daya manusianya, program-program kesehatan masyarakat yang
perlu dikembangkan sesuai kebutuhan wilayahnya dan dengan fungsi promotif dan
preventif puskesmas yang semakin terabaikan dibandingkan dengan fungsi
kuratifnya. Kemampuan pimpinan puskesmas dalam melakukan advokasi terhadap
lintas sektor di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten juga masih sangat
kurang, sehingga pembangunan berwawasan kesehatan masih disikapi secara pasif
oleh sektor di luar kesehatan karena adanya anggapan bahwa masalah pembangunan
Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 32 tahun 2004 yang memberikan
wewenang otonomi pada daerah, Pemerintah Kabupaten Simalungun menyikapi
dengan mengeluarkan Peraturan Daerah No. 13 tahun 2004 tentang pembebasan tarif
puskesmas untuk seluruh pelayanan kesehatan dasar yang berlaku bagi semua
penduduk Kabupaten Simalungun baik yang mampu maupun yang kurang mampu.
Tujuan kebijakan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat untuk
hidup sehat. Namun sejak diberlakukannya pembebasan tarif, peningkatan kunjungan
ke puskesmas dan pemanfaatan puskesmas oleh penduduk masih sekitar 38,50%,
tidak jauh berbeda dengan sebelum diberlakukannya pembebasan tarif yakni sekitar
36,82%, meskipun sudah di atas target indikator kinerja (Profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Simalungun, 2011).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/
X/2003, Standar Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM) merupakan tolak ukur kinerja
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di daerah. Oleh karena itu keberhasilan
kinerja pelayanan kesehatan diukur dengan mengacu kepada Indikator Kinerja SPM
2010 yang disesuaikan dengan Indikator MDG’s. Dibandingkan dengan indikator
kinerja SPM 2010, pelayanan kesehatan di Kabupaten Simalungun masih tergolong
rendah, karena pada umumnya cakupan pelayanan di Kabupaten Simalungun masih
di bawah Target Indikator SPM 2010, seperti cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak, Pelayanan Anak Pra Pekolah, Pelayanan KB, Pelayanan Gizi, Kesehatan
Untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan ini dibutuhkan penyediaan
dana yang cukup besar, namun Pemerintah Kabupaten Simalungun tidak serta-merta
mempertimbangkan menaikkan anggaran untuk melengkapi kebutuhan puskesmas
maupun meningkatkan insentif bagi petugas puskesmas.
Menurut Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pembiayaan
kesehatan dilakukan melalui pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat,
swasta dan sumber lain. Besar anggaran melalui APBN minimal sebesar 5 % dan
melalui APBD minimal sebesar 10%. Untuk Kabupaten Simalungun besaran
anggaran kesehatan setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun besaran
anggaran tersebut masih kurang dari yang diamanatkan. Untuk tahun anggaran 2010
yakni besar anggaran kesehatan sebesar Rp 99.466.284.500,- atau sekitar 5,57% dari
APBD TA. 2010 atau sekitar Rp121.639,-/kapita/tahun (Profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Simalungun, 2011).
Tinggi rendahnya pembiayaan pelayanan kesehatan berdampak kepada mutu
pelayanan itu sendiri karena alokasi dana untuk program penunjang kesehatan tidak
memadai. Apabila hal ini terus terjadi, maka puskesmas semakin lama akan
ditinggalkan oleh pengguna jasanya dan hanya digunakan oleh masyarakat miskin
yang tidak mempunyai pilihan lain (Trisnantoro, 2005).
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Kabupaten Simalungun,
terdapat 34 puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan, dan ditemukan salah satu
dari 34 puskesmas tersebut dengan kunjungan rendah yaitu Puskesmas Bandar
Puskesmas Bandar Huluan masih tergolong rendah, karena pada umumnya cakupan
pelayanan masih di bawah Target Indikator SPM 2010, seperti cakupan pelayanan ibu
hamil K4 (86,7%), cakupan kunjungan bayi (74,4%), cakupan penemuan penderita
TB (71,9%), cakupan pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah (0%),
cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif (2,5%). Angka kematian bayi 10 dari 507
kelahiran hidup, Angka kesakitan juga masih tinggi, adanya kasus Chikungunya pada
sekitar 200 orang serta angka demam berdarah sebanyak 64 kasus pada tahun 2010,
angka penyakit ISPA 856 kasus, darah tinggi 820 kasus dan diare 312 kasus (Profil
Puskesmas Bandar Huluan 2011).
Untuk selanjutnya jumlah kunjungan pasien sejak tahun 2008 sampai tahun
2010 dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Tabel 1.1. Data Kunjungan Pasien
Tahun Kunjungan
pasien
Jumlah
penduduk Persentase
2008 1752 26518 6,60%
2009 1851 26518 6,98%
2010 1835 26728 6,86%
Sumber: Register Pasien Puskesmas Bandar Huluan (data diolah)
Dengan demikian terlihat bahwa tingkat pemanfaatan Puskesmas Bandar
Huluan belum mencapai target nasional yaitu sebesar 15%.
Berdasarkan survey pendahuluan tentang gambaran Puskesmas Bandar
Huluan dilihat dari lokasi, Puskesmas Bandar Huluan dapat dijangkau sebagian
kendaraan pribadi. Kondisi jalan juga tidak seluruhnya baik dan sebagian masyarakat
merasa cukup jauh untuk ditempuh. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai
petani atau karyawan perkebunan yang ada di wilayah Kecamatan Bandar Huluan.
Sebagian besar petugas puskesmas tinggal di wilayah Kotamadya Pematang Siantar
yang cukup jauh dari wilayah puskesmas dan sebagian lagi berdomisili di wilayah
kecamatan. Fasilitas kesehatan yang ada selain puskesmas adalah Rumah Sakit
Perkebunan yang berlokasi di wilayah kecamatan dan poliklinik perkebunan di lokasi
yang jauh dari Rumah Sakit, disamping itu juga adanya 3 praktik dokter dan adanya
petugas kesehatan yang tinggal di wilayah kecamatan, di mana mereka menerima
pasien bervariasi antara 2-10 orang perhari. Hal ini diduga berpengaruh terhadap
angka kunjungan ke Puskesmas Bandar Huluan khususnya pada pasien umum
meskipun untuk seluruh Kabupaten Simalungun telah diberlakukan kebijakan
pelayanan kesehatan dasar gratis di puskesmas.
Menyadari pentingnya puskesmas dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, maka berbagai masalah atau kekurangan dalam
penyelenggaraan pelayanan puskesmas perlu diteliti. Masalah-masalah tersebut
berasal dari dalam maupun luar lingkungan puskesmas. Dari dalam puskesmas
misalnya dari perilaku dan keterampilan petugas. Dari luar puskesmas misalnya dari
karakteristik pengguna pelayanan itu sendiri, dari sosiokultur masyarakat maupun
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah apakah ada pengaruh faktor organisasi (ketersediaan sumber daya manusia,
fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor pemberi pelayanan (perilaku
petugas dan keterampilan petugas) terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar
Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor organisasi
(ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor
pemberi pelayanan (perilaku petugas dan keterampilan petugas) terhadap
pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan
Kabupaten Simalungun oleh pasien umum.
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh faktor organisasi (ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas
yang dimiliki, akses geografi) dan faktor pemberi pelayanan (perilaku petugas dan
keterampilan petugas) terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan
Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun oleh pasien umum.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Dapat memberikan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan
meningkatkan pemanfaatan kembali puskesmas dan mengkaji kebijakan
yang dapat menghambat peningkatan pemanfaatan kembali puskesmas.
b. Dapat memberi masukan bagi Puskesmas Bandar Huluan dalam
perencanaan dan manajemen pelayanan kesehatan.
c. Menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia mulai dikembangkan
sejak dicanangkannya Pembangunan Jangka Panjang (PJP) yang pertama tahun 1971.
Pemerintah mengembangkan puskesmas dengan tujuan untuk mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sebagian besar masih tinggal di
pedesaan. Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar,
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan bagi seluruh masyarakat yang tinggal di
wilayah kerjanya (Muninjaya, 2004).
Adapun fungsi Puskesmas, yaitu:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar per orangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
pembiayaannya serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, yang meliputi
pelayanan kesehatan per orangan berupa rawat jalan dan rawat inap dan pelayanan
kesehatan masyarakat berupa promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya (Depkes RI, 2009).
Dalam penyelenggaraannya, upaya pelayanan kesehatan puskesmas
dikelompokkan menjadi dua yakni:
1. Pelayanan kesehatan wajib, yaitu upaya yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan wajib ini terdiri dari Upaya Promosi kesehatan, Upaya Kesehatan
Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya
Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular dan Upaya Pengobatan.
2. Pelayanan kesehatan pengembangan yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan
Upaya kesehatan pengembangan yang telah ada saat ini yaitu Upaya Kesehatan
Sekolah, Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat,
Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan
Jiwa, Upaya kesehatan Mata, Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan Upaya Pembinaan
Pengobatan Tradisional (Depkes RI, 2009).
Dalam mengukur keberhasilan puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota
dan provinsi secara rutin menetapkan target atau standar keberhasilan masing-masing
program. Standar pelaksanaan ini juga merupakan standar unjuk kerja staf. Secara
kualitatif, keberhasilan program diukur dengan membandingkan standar prosedur
kerja masing-masing program dengan kemampuan staf dalam melaksanakan kegiatan
masing-masing. Secara kuantitatif diukur dengan membandingkan target yang sudah
ditetapkan dengan cakupan pelayanan kegiatan program. Standar Pelayanan Minimal
program kesehatan pokok mulai diterapkan Depkes sejak tahun 2003 untuk menjamin
dilaksanakannya tugas utama pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan
masyarakat yang esensial di daerah dan saat ini disesuaikan dengan Millenium
Development Goals (MDG’s). Untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat (efek program) dan dampak program (impact) seperti angka
kematian, angka kesakitan, angka kelahiran dan kecacatan tidak diukur secara
langsung oleh puskesmas, melainkan diukur setiap lima tahun melalui Survey
Untuk memajukan fungsi puskesmas ada lima pendekatan yang dapat
dilakukan, yaitu:
1. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa dengan
membangun puskesmas yang baru, puskesmas pembantu, pos kesehatan desa dan
penempatan bidan desa untuk mengelola polindes.
2. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan keterampilan
staf dan motivasi kerjanya, memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
maupun dengan menyediakan peralatan dan obat-obatan yang mencukupi sesuai
dengan kebutuhan pelayanan.
3. Pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Perencanaan pengadaan obat seharusnya didasarkan pada analisa epidemiologi
masalah kesehatan atau gangguan kesehatan yang di rawat di unit-unit pelayanan.
4. Memperkuat sistem rujukan di tingkat pelayanan kesehatan dasar dengan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas sampai ke puskesmas
pembantu di desa. Rujukan pelayanan kesehatan akan terlaksana jika
pembangunan di sektor lain di kecamatan juga turut mendukung seperti sarana
transportasi dan peningkatan pendapatan masyarakat.
5. Peran serta masyarakat melalui pengembangan pembangunan kesehatan
2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri
atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, kelompok ataupun masyarakat (Azwar, 1996).
Ada 4 syarat pokok pelayanan kesehatan yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan sebagai pelayanan kesehatan yang baik, yaitu:
1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya semua jenis pelayaan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
2. Dapat diterima dan wajar, artinya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut tidak
bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
3. Mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksud di sini terutama dari sudut
lokasi.
4. Mudah dijangkau, pengertian keterjangkauan disini terutama dari sudut biaya.
5. Bermutu, pengertian mutu disini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu pihak dapat
memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standard yang telah ditetapkan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan
pemberi pelayanan. Beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan diantaranya:
1.Faktor Sosiokultural
Yang merupakan faktor sosiokultural terdiri dari teknologi dan nilai-nilai
sosial yang ada di masyarakat.
a. Teknologi
Teknologi dipertimbangkan sebagai faktor sosiokultural, berlawanan dengan
faktor organisasi untuk menunjukkan kontrol yang relatif kecil dari pimpinan
pelayanan kesehatan yang menanganinya. Kemajuan teknologi dapat mengurangi
pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan menurunkan angka kesakitan atau
kebutuhan untuk perawatan seperti penemuan vaksin untuk mencegah penyakit
difteri, pertusis dan lain-lain. Tetapi di sisi lain, kemajuan teknologi juga dapat
meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti transplantasi jantung,
ginjal, penemuan organ-organ buatan, serta kemajuan dibidang radiologi (Dever,
1984).
b. Nilai - nilai sosial yang ada di masyarakat
Norma, nilai dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi
seseorang dalam bertindak termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi
Yang dimaksud dengan faktor- faktor yang berhubungan dengan organisasi
kesehatan dan lingkungan sekitar yang memengaruhi proses perawatan kesehatan.
Faktor-faktor tersebut adalah ketersediaan sumber daya, akses geografi, akses sosial
serta karakteristik struktur dan proses perawatan.
a. Ketersediaan sumber daya
Suatu sumber daya dikatakan tersedia jika ada dan dapat diperoleh tanpa
mempertimbangkan mudah atau sulitnya untuk digunakan. Ketersediaan
memengaruhi pemanfaatannya karena suatu pelayanan hanya dapat digunakan jika
tersedia. Ketersediaan biasanya dihitung berdasarkan luas geografi dan ditunjukkan
dengan perbandingan jumlah sumber daya terhadap populasi pengguna contohnya
perbandingan petugas dengan populasi atau perbandingan jumlah tempat tidur di
rumah sakit dengan pasien (Dever, 1984).
b. Akses geografi
Yang dimaksud dengan akses geografi adalah faktor-faktor geografi yang
memudahkan atau menghambat pemanfaatan pelayanan kesehatan, berkaitan
dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya tempuh. Hubungan antara akses
geografi dengan volume penggunaan pelayanan tergantung dari jenis pelayanan
dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang disebabkan oleh
berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mengakibatkan
peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-keluhan ringan, atau
pemakaian pelayanan preventif akan lebih tinggi daripada pelayanan kuratif,
sebagaimana halnya dengan pemanfaatan pelayanan umum bila dibandingkan
semakin canggih atau semakin khusus sumber daya pelayanan, semakin berkurang
pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume
pemanfaatan pelayanan (Dever, 1984) .
c. Akses sosial
Akses sosial terdiri atas dua dimensi yaitu dapat diterima dan terjangkau.
Dapat diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial, dan faktor budaya
sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Konsumen
memperhitungkan sikap dan karakteristik yang ada pada provider seperti etnis,
jenis kelamin, umur, ras dan hubungan keagamaan.
d. Karaktristik struktur dan proses perawatan
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar berupa upaya kesehatan
per orangan dan upaya kesehatan masyarakat yang meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk itu puskesmas perlu ditunjang dengan
pembiayaan yang cukup untuk membiayai pembangunan dan pemeliharaan gedung
maupun untuk biaya rutin seperti gaji karyawan dan biaya operasional. Pembiayaan
puskesmas saat ini berasal dari pemerintah dan pendapatan puskesmas serta
sumber-sumber lain seperti Askes dan Jamkesmas. Penggunaan dana sesuai dengan
usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Depkes, 2005).
Cara pelayanan terhadap petugas kesehatan itu sendiri mungkin memengaruhi
penggunaan pelayanan kesehatan. Sistem pemberian upah merupakan salah satu
dokter tunggal, praktek dokter bersama, kelompok prakter dokter spesialis atau
yang lainnya membuat pola pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berbeda.
Dalam sistem asuransi dimana biaya pelayanan dokter dibayarkan kembali,
struktur pembayaran tersebut mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan.
Para dokter cenderung membentuk pelayanan yang bisa memberi keuntungan
untuk memaksimalkan pendapatan mereka (Dever, 1984).
3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan
pemberi pelayanan. Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen
berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan terhadap pelayanan
kesehatan. Kebutuhan terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan
diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan ini dipengaruhi oleh :
a. faktor sosiodemografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa,
status perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial ekonomi (pendidikan,
pekerjaan, penghasilan).
b. Faktor sosiopsikologis yang terdiri dari persepsi dan kepercayaan terhadap
pelayanan medis atau dokter.
4. Faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan
Faktor yang berhubungan dengan provider ini terutama dokter, terdiri dari dua
a. Faktor ekonomi
Ada kepercayaan yang tumbuh diantara ahli ekonomi kesehatan, bahwa interaksi
tradisional antara penawaran dan permintaan tidak sesungguhnya mengikat pada
pasar kesehatan. Ada dugaan yang menyatakan bahwa kurva permintaan dapat
diubah oleh dokter atau petugas kesehatan. Hal ini disebabkan antara lain karena
konsumen tidak sungguh-sungguh mengerti kebutuhan mereka akan perawatan
kesehatan, tidak mampu mengevaluasi pelayanan kesehatan yang lebih baik,
kejadian sakit yang tidak terduga-duga sehingga menerima saja perawatan
kesehatan diberikan atau konsumen tidak dapat membuat keputusan rasional
untuk menggunakan pelayanan. Akibatnya keputusan penggunaan pelayanan
kesehatan umummya ditentukan oleh dokter atau petugas kesehatan.
b. Karakteristik pemberi pelayanan
Karakteristik pemberi pelayanan berhubungan dengan penggunaan pelayanan
kesehatan. Perilaku dokter atau petugas kesehatan pada penggunaan pelayanan
kesehatan secara umum berhubungan dengan tingkat spesialisasi, sekolah asal
mereka, lokasi rumah sakit dan lama mereka bekerja. Contohnya pada dokter
yang dilatih dengan ilmu kedokteran akan lebih sedikit dalam penggunaan sumber
daya teknis dan klinis, namun pada kondisi diagnosa yang tidak pasti akan
cenderung menggunakan pelayanan yang lebih banyak. Situasi di tempat dokter
bekerja juga mempengaruhi aktifitas profesional mereka yang pada akhirnya
membentuk norma dan peraturan yang mempengaruhi perilaku mereka. Begitu
dan penggunaan peralatan yang inovatif juga memengaruhi perilaku mereka.
Dengan kata lain bahwa karakteristik ini terdiri dari sikap dan keterampilan
petugas pelayanan kesehatan (Dever, 1984).
Beberapa teori tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain menurut
Rosenstock, ada 4 kesiapan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan yaitu
kepekaan seseorang terhadap penyakit, persepsi seseorang terhadap konsekuensi dari
penyakit, persepsi seseorang terhadap keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
pelayanan kesehatan dan persepsi seseorang terhadap hambatan-hambatan di dalam
menggunakan pelayanan kesehatan (Anderson, 1995).
Perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku untuk melakukan atau mencari
pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari
pengobatan fasilitas-fasilitas pelayanan pengobatan medis (puskesmas, mantri, dokter
praktek dan lain-lain), maupun ke fasilitas pengobatan tradisional (dukun, sinse, dan
lain-lain). Dengan makin berkembangnya ilmu dan teknologi kedokteran yang
didukung dengan peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam
pencarian pengobatan, maka hal tersebut telah dapat meningkatkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan medis (Notoatmodjo, 1993).
Menurut Lapau (1997), faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan
pelayanan kesehatan yaitu:
1. Faktor Regional misalnya Jakarta, Jawa Barat dan Residence misalnya rural,
2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu tipe dari
organisasi, kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga dan fasilitas
medis, teraturnya pelayanan, hubungan antara dokter/tenaga dan kesehatan
lainnya dengan penderita dan adanya asuransi kesehatan.
3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lain
4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan diantaranya
faktor sosiodemografis, sosiopsikologis, faktor ekonomis, jarak antara rumah
dengan tempat pelayanan kesehatan dan variabel yang menyangkut kebutuhan
seperti angka kesakitan dan gejala penyakit yang dirasakan.
Menurut Anderson, ada faktor-faktor yang memengaruhi Pemanfaatan
pelayanan kesehatan yaitu:
1. Karakteristik pemungkin, yang terdiri dari 3 faktor yaitu faktor demografi (umur,
jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga), faktor struktur sosial
(tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, ras) serta faktor sikap dan keyakinan
individu tentang pelayanan kesehatan
2. Karakteristik pendukung, yang terdiri dari sumber-sumber keluarga dan sumber
daya masyarakat
3. Karakteristik kebutuhan, yang terdiri dari kebutuhan yang dirasakan dan
kebutuhan berdasarkan evaluasi atau diagnosa klinis.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Supardi (2010) tentang faktor-faktor
kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan tempat tinggal, pekerjaan, tingkat
ekonomi, penanggung biaya.
Penelitian yang dilakukan Musroh (2006) tentang identifikasi kebutuhan dan
harapan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara karakteristik pasien dan kebijakan
kesehatan dengan pemanfaatan puskesmas.
Penelitian yang dilakukan oleh Trimurthy (2008) tentang persepsi masyarakat
tentang kualitas pelayanan kesehatan dengan minat pemanfaatan kembali puskesmas
juga menunjukkan adanya hubungan. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh
Hartati dan Kuntjono (2000) tentang mutu pelayanan kesehatan puskesmas dengan
pembebasan tarif retribusi di Kabupaten Simalungun juga menunjukkan adanya
hubungan antara kualitas pelayanan menurut persepsi pasien dengan pemanfaatan
ulang puskesmas.
Menurut penelitian Nurcahyani dan Dewi (2000), tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan pengobatan di puskesmas, ada hubungan
antara :
1. Kegawatan penyakit dengan pemanfaatan pelayanan
2. Persepsi penilaian terhadap pemanfaatan puskesmas dengan pemanfaatan
pelayanan.
3. Biaya berobat dengan pemanfaatan pelayanan
4. Jarak dengan pemanfaatan pelayanan
6. Lama waktu tunggu dengan pemanfaatan pelayanan
Menurut Depkes RI (2002), rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan juga
disebabkan:
1. Jarak yang jauh (faktor demografi)
2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi)
3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi)
4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya)
Menurut Kotler, ada dua jenis faktor yang memengaruhi pemanfaatan barang
atau jasa yaitu marketing stimuli (terdiri dari product, price, place dan promotion)
dan stimuli yang lain (terdiri dari technological, political dan cultural). Faktor ini
akan masuk dalam Buyer box yang terdiri dari dua (2) faktor yaitu buyer
characteristic yang memiliki variabel culltural, personal dan psychological, serta
buyer decision process, yang merupakan proses yang terjadi saat seseorang
memutuskan untuk mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa.
Tahapan proses keputusan pembelian yang merupakan bagian dari perilaku konsumen
meliputi proses pengenalan kebutuhan, proses pencarian informasi dan proses
evaluasi alternatif. Proses pemanfaatan dimulai saat konsumen mengenali sebuah
masalah atau kebutuhan.
Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat
mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat atau suatu
kategori produk. Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk
pasif. Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferansi atas merek dalam
kumpulan pilihan konsumen, juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk
yang disukai atau memanfaatkan ulang fasilitas yang disukai. Untuk dapat
meningkatkan jumlah pasien, puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Mutu pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan pada
pelanggan dan pelanggan akan memanfaatkan ulang serta merekomendasikan
pelayanan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya. Kepuasan pasien merupakan
reaksi perilaku sesudah pembelian dan hal itu memengaruhi pengambilan keputusan
pembelian ulang (Kotler dan Susanto, 2001).
2.3 Landasan Teori
Menurut Donnabedian dalam Dever (1984), pemanfaatan pelayanan kesehatan
merupakan interaksi antara konsumen dan pemberi pelayanan yang dipengaruhi oleh :
1. Faktor sosiokultural, meliputi teknologi, norma dan nilai-nilai yang ada di
masyarakat.
2. Faktor organisasi meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografis, akses sosial
dan karakteristik struktur dan proses perawatan.
3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen yang meliputi sosio demografis dan
sosiopsikologis.
4. Faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan meliputi sosioekonomi dan
Mengacu pada konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dikemukakan
oleh Donabedian (1973) dalam Dever (1984), maka dipaparkan suatu landasan teori
yang mendasari penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1. Landasan Teori Donabedian (1973) dalam Dever (1984).
2.4 Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan kepustakaan dan landasan teori, maka kerangka konsep
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Organisasi
1. Ketersediaan Sumber Daya a. Sumber Daya Manusia
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada faktor organisasi
(ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor
pemberi pelayanan (perilaku petugas dan keterampilan petugas) karena menduga
bahwa hingga saat ini penyelenggaraan puskesmas lebih banyak dipengaruhi oleh
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survey dengan metode explanatory, yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor organisasi (ketersediaan sumber daya
manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor pemberi pelayanan
(perilaku petugas dan keterampilan petugas) terhadap pemanfaatan kembali
Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun oleh
pasien umum.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar
Huluan Kabupaten Simalungun dengan alasan angka pemanfaatan kembali yang
rendah.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 3 bulan mulai dari pengumpulan data sampai
seminar hasil yaitu dari bulan Juli-Agustus 2011.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun tahun
2010 yang terdapat pada 7 desa dari 10 desa yang terdiri dari 1270 orang.
3.3.2 Sampel
Selanjutnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin
(Notoatmojo, 2003) sebagai berikut:
N
1+N(d²)
Keterangan : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = presisi 1%
Dengan demikian besarnya sampel sebagai berikut:
1270
1+1270(0,01)
n = 92,70 orang, digenapkan menjadi 93 orang
Untuk menghindari sampel yang drop out maka perlu dilakukan koreksi terhadap
besar sampel yang dihitung dengan menambahkan sejumlah sampel agar besar
sampel tetap terpenuhi dengan rumus n' =
) 1
( f
n −
Keterangan : n = besar sampel yang dihitung
= 93,93 org digenapkan menjadi 94 orang.
Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka diperoleh jumlah sampel
sebanyak 94 orang. Menentukan jumlah sampel tiap desa di Puskesmas Bandar
Huluan dengan metode proporsional random sampling dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel. 3.1. Distribusi Sampel Menurut Desa
No Desa Jumlah Pasien
per desa Proporsi
Jumlah
Setelah diperoleh jumlah sampel dari masing-masing desa maka selanjutnya
dilakukan pemilihan sampel di masing-masing desa dengan cara simpel random
sampling sebanyak jumlah yang telah ditentukan pada tiap desa. Adapun syarat yang
ditentukan adalah responden bisa berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk
diwawancarai.
Kriteria eksklusi pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
1. Pasien yang berusia di bawah 17 tahun
3. Peserta askes, jamkesmas atau jamsostek dengan alasan adanya kebijakan
pengobatan dasar gratis di Kabupaten Simalungun namun angka pemanfaatan
pusksesmas tetap rendah.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode wawancara
terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Data dikumpulkan oleh tenaga
pengumpul data (interview/surveyor) dan agar data yang dikumpul lebih akurat maka
tenaga pengumpul data lebih dulu dilatih tentang cara cara pengisian kuesioner dan
cara pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder.
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan kuesioner terhadap pemanfaatan kembali puskesmas
yang diperoleh melalui wawancara langsung. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan berupa kuesioner yang dirancang sedemikian rupa agar diperoleh
informasi yang relevan dengan penelitian.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen resmi lainnya
terutama buku register pasien tahun 2010 Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan
Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.
3.4.3 Uji Vadilitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji
digunakan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana
kuesioner dapat dijadikan alat ukur yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas
dalam suatu penelitian. Uji kuesioner dilakukan terhadap 30 orang pasien yang
memanfaatkan Puskesmas Gunung Maligas Kecamatan Gunung Maligas dengan
alasan memiliki demografi yang sama dan relatif dekat.
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen penelitian digunakan
analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan skor total yang
merupakan jumlah skor setiap pertanyaan. (Singarimbun, 1995) Uji vadilitas dalam
penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearsonproduct moment Corelation (r),
dengan ketentuan bila nilai koefisien korelasi (r) > 0,3 maka variabel tersebut
dikatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban dari responden terhadap pertanyaan yang sama adalah tetap atau konsisten
dari waktu ke waktu (Singarimbun, 1995). Teknik yang digunakan dalam pengujian
reliabilitas instrumen adalah menggunakan alpha cronbach. Jika hasil uji
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan
variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah faktor organisasi (ketersediaan
sumber daya manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor pemberi
pelayanan (perilaku petugas dan keterampilan petugas) di Puskesmas Bandar Huluan
Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.
Definisi operasional dari variabel penelitian adalah sebagai berikut :
a. Ketersediaan sumber daya manusia yaitu sumber daya manusia yang terdiri dari
tenaga kesehatan dokter, dokter gigi, bidan, perawat atau tenaga kesehatan lain
yang ada di puskesmas.
b. Fasilitas yang dimiliki yaitu ruang pemeriksaan, ruang tunggu, toilet, tempat
parkir, halaman, peralatan, obat-obatan, sarana air dan listrik yang diperlukan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
c. Akses geografi yaitu faktor-faktor yang memudahkan atau menghambat
pemanfaatan puskesmas dan petugasnya yang meliputi lokasi, sistem
transportasi, jarak tempuh, kondisi jalan, waktu tempuh dan biaya tempuh ke
puskesmas.
d. Perilaku petugas yaitu reaksi atau tindakan petugas pada pasien/pengunjung
puskesmas berupa sikap sopan, ramah, penuh perhatian/sungguh-sungguh
termasuk ketepatan kehadiran di puskesmas.
e. Keterampilan petugas yaitu kemampuan petugas menjalankan tugasnya di
f. Pemanfaatan kembali yaitu kemauan pasien untuk datang kembali ke puskesmas
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
3.6 Metode Pengukuran Data
Untuk memperjelas variabel penelitian seperti pada kerangka konsep di atas
maka diberikan metode pengukuran seperti pada tabel berikut:
3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas
Pengukuran variabel bebas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Bebas
3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat
Pengukuran variabel terikat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Metode Pengukuran Variabel Terikat
Variabel
Metode analisis data dalam penelitian ini mencakup:
a. Analisis Univariat, yaitu analisis variabel independen untuk mengetahui distribusi
frekuensi dan persentasenya.
b. Analisis Bivariat, yaitu analisis hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen, untuk mengetahui hubungan antara faktor organisasi
(ketersediaan sumber daya manusia, akses geografi, fasilitas yang dimiliki ) dan
faktor pemberi pelayanan (perilaku petugas dan keterampilan petugas) dengan
pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan
Kabupaten Simalungun oleh pasien umum.
c. Analisis Multivariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk menganalisis variabel
menggunakan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95% dengan
Y = Pemanfaatan Kembali Puskesmas X1 = Ketersediaan Sumber Daya Manusia X2 = Fasilitas yang dimiliki
X3 = Akses Geografi X4 = Perilaku Petugas X5 = Keterampilan Petugas
β0 = intercept
β1-β9 = Koefisien Regresi
µ = error term
Probabilitas pengaruh faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas Bandar Huluan terletak di bagian Barat Kabupaten Simalungun
dengan luas wilayah 102,35 km2, ketinggian 82 m di atas permukaan laut, dengan
batas-batas sebagai berikut, Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bandar,
sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gunung Maligas, sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Pematang Bandar.
4.1.2 Keadaan Demografi
Kecamatan Bandar Huluan mempunyai wilayah kerja 10 desa dengan
jumlah penduduk tahun 2010 berdasarkan data dari Kantor Statistik Kabupaten
Simalungun adalah: 26.728 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 219,33
/km2. Mata pencaharian penduduk mayoritas bertani (45,5 %), PNS/TNI/POLRI
(8,02 %), karyawan perkebunan (20 %), pekerjaan tidak tetap (26,48 %).
Penyebaran penduduk tidak merata, dengan daerah terpadat penduduknya adalah
desa Naga Jaya I yaitu: 1433,44 jiwa/km2 (luas wilayah: 3,17 km2) (Bandar
4.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Bandar Huluan
Puskesmas Bandar Huluan didirikan pada tahun 2004 sebagai hasil
pemekaran dari Puskesmas Pematang Bandar kecamatan Pematang Bandar. Sarana
kesehatan di seluruh wilayah kerja Puskesmas Bandar Huluan adalah sebagai berikut:
1. Puskesmas Induk : 1 buah
2. Puskesmas Pembantu : 5 buah
3. Pos Kesehatan Desa : 1 buah
4. Rumah Sakit Perkebunan (Swasta) : 1 buah
5. Balai Pengobatan Swasta : 4 buah
6. Apotek : 2 buah
7. Praktik Dokter : 4 buah
8. Praktik Dokter Gigi : -
9. Praktik Bidan : 13 buah
Sarana pendukung kesehatan wilayah kerja Puskesmas Bandar Huluan adalah
sebagai berikut:
1. Posyandu : 48 buah
2. Kader Posyandu : 240 orang
Puskesmas Bandar Huluan dalam menjalankan semua program didukung oleh
berbagai fasilitas fisik dalam Kecamatan Bandar Huluan, yang meliputi:
1. Fasilitas gedung puskesmas permanen
2. Fasilitas sumber daya manusia
4. Fasilitas alat-alat kesehatan
5. Fasilitas administrasi
6. Fasilitas imunisasi
7. Sumber keuangan
Puskesmas Bandar Huluan memiliki fasilitas gedung yang terdiri dari :
1. PoliklinikUmum : 1 buah
2. Poliklinik gigi : 1 buah
3. Ruang KIA/KB dan imunisasi : 1 buah
4. Apotek : 1 buah
5. Gudang obat : 1 buah
6. Ruang administrasi : 1 buah
7. Ruang tunggu : 1 buah
8. Ruang konseling : -
9. Klinik sanitasi : -
10.Ruang kartu : 1 buah
11.Ruang rapat/Aula : 1 buah
12.Laboratorium : -
13.Kamar mandi : 2 buah
Tenaga Medis/Non Medis di Puskesmas Bandar Huluan jumlahnya 20 orang
dengan perincian :
1. Dokter umum : 3 orang
3. Bidan : 9 orang
4. Perawat : 2 orang
5. Perawat gigi : 1 orang
6. Asisten apoteker : -
7. Gizi : 1 orang
8. Kesehatan lingkungan : 1 orang
9. Analis : -
10.SKM : -
11.Tata Usaha :1 orang
4.1.4 Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan,
penghasilan, alamat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
berusia 26-36 orang yaitu sebanyak 36 orang (38,3 %). Berdasarkan jenis kelamin
mayoritas perempuan yaitu sebanyak 62 orang ( 66 %) dengan pendidikan mayoritas
menamatkan pendidikan setingkat SMP dan SMA dengan jumlah yang sama yaitu
sebanyak 33 orang (35,1 %). Penghasilan antara Rp 500.000; - Rp 999.999 yaitu
4.2 Analisis Univariat 4.2.1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi Faktor Organisasi
(ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan
Faktor Pemberi Pelayanan (sikap petugas dan perilaku petugas)
a. Ketersediaan Sumber Daya Manusia
Ketersediaan Sumber Daya Manusia diukur berdasarkan pendapat responden
terhadap 4 indikator ketersediaan petugas kesehatan dokter, dokter gigi, bidan dan
perawat. Hasil penelitian terhadap ketersediaan dokter menunjukkan bahwa
sebanyak 28 orang (29,8%) responden setuju bahwa dokter selalu ada di puskesmas,
sebanyak 33 orang (35,1%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 33 orang (35,1%)
menyatakan tidak setuju. Ketersediaan dokter gigi, sebanyak 30 orang (31,9%)
responden menyatakan setuju bahwa dokter gigi selalu ada di puskesmas, 31 orang
(33,0%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 33 orang (35,%) menyatakan tidak
setuju.
Sementara itu dari indikator ketersediaan bidan, sebanyak 30 orang (31,9%)
responden menyatakan setuju bahwa bidan selalu ada di puskesmas, 41 orang
(43,6%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 23 orang (24,5%) menyatakan tidak
setuju. Ketersediaan perawat, sebanyak 29 orang (30,9%) responden menyatakan
ragu-ragu dan sebanyak 23 orang (24,5%) menyatakan tidak setuju. Hasil penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Sumber Daya Manusia
No. Ketersediaan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil koding setiap kategori dari total pembobotan keempat
indikator variabel ketersediaan sumber daya manusia, maka diperoleh hasil bahwa
sebanyak 22 orang (23,4%) responden menyatakan setuju bahwa ketersediaan
sumber daya manusia termasuk dalam kategori baik, sedang sebanyak 39 orang
(41,5%) dan kurang baik sebanyak 33 orang (35,1%). Hasil penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Ketersediaan Sumber Daya Manusia
b. Fasilitas yang dimiliki
Fasilitas yang dimiliki diukur berdasarkan pendapat responden terhadap 9
indikator yaitu ruang pemeriksaan cukup, halaman puskesmas selalu bersih, ruang
tunggu puskesmas nyaman, tempat parkir aman, toilet puskesmas bersih, alat-alat
pemeriksaan di puskesmas lengkap, obat-obatan di puskesmas lengkap, sarana listrik
di puskesmas ada, sarana air bersih di puskesmas ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 30 orang (31,9%) responden
setuju bahwa ruang pemeriksaan cukup, sebanyak 38 orang (40,4%) menyatakan
ragu-ragu dan sebanyak 26 orang (27,7%) menyatakan tidak setuju. Sebanyak 40
orang (42,6 %) responden menyatakan setuju halaman puskesmas selalu bersih, 40
orang (42,6%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 14 orang (14,9%) menyatakan
tidak setuju. Sebanyak 40 orang (42,6%) responden menyatakan setuju ruang
tunggu puskesmas nyaman, 37 orang (39,4%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak
17 orang (18,1%) menyatakan tidak setuju. Sebanyak 41 orang (43,6%) responden
menyatakan setuju tempat parkir aman, 53 orang (56,4%) menyatakan ragu-ragu dan
tidak seorangpun yang menyatakan tidak setuju. Sebanyak 41 orang (43,6%)
responden menyatakan setuju toilet puskesmas bersih, 53 orang (56,4%)
menyatakan ragu-ragu dan tidak seorangpun yang menyatakan tidak setuju.
Sebanyak 40 orang (42,6%) responden menyatakan setuju alat-alat pemeriksaan di
puskesmas lengkap, 37 orang (39,4%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 17 orang
(18,0%) menyatakan tidak setuju. Sebanyak 40 orang (42,6%) responden