S E K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA
N
A
PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI
TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR
MIGAS
DAN NON MIGAS INDONESIA
TESIS
Oleh
ESTER RUMONDANG HOT TUA LUMBAN GAOL
087018045/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI
TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR
MIGAS
DAN NON MIGAS INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ESTER RUMONDANG HOT TUA LUMBAN GAOL
087018045/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR MIGAS DAN NON MIGAS INDONESIA
Nama Mahasiswa : Ester Rumondang Hot Tua Lumban Gaol
Nomor Pokok : 087018045
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si) (Dr. Rahmanta, M.Si
Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 27 Maret 2012
_______________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS
K e t u a : Dr. Murni Daulay, SE., M.Si Anggota : 1. Dr. Rahmanta, M.Si
2. Prof. Dr. Sya’ad Affifuddin, SE, M.Ec 3. Drs. HB. Tarmizi, SU
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI TUKAR RUPIAH DAN
INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR MIGAS DAN NON MIGAS INDONESIA”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara
benar dan jelas.
Medan, Maret 2012 Yang membuat pernyataan
087018045/EP
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas Indonesia dengan menggunakan data-data aktual di Indonesia selama periode 1981 - 2010. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah (NTR) dan inflasi (INF) sementara itu variabel tidak bebas adalah nilai total impor (IMP), nilai impor migas (MGS) dan nilai impor non migas Indonesia (N_MGS).
Penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda, metode Ordinary Least Squares (OLS) dan menggunakan program Eviews versi 7. Data diperoleh dari data sekunder tahun 1981-2010 (30 observasi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas. Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas. Tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas.
ABSTRACT
The aim of the research was to analyze the influence of PDB (Gross Domestic Product), rupiah exchange rate, and inflation rate on Indonesian total value of imports and value of oil and gas and non-oil and gas imports by using the actual data in Indonesia during the period of 1981 up to 2010. The independent variables in this research comprised of PDB (Gross Domestic Product), NTR (rupiah exchange rate), and INF (inflation rate), and the dependent variables comprised of IMP (total value of imports), MGS (value of oil and gas imports), and N_MGS (value of non-oil and gas imports).
This research used multiple linear regression model, ordinary least squares (OLS), and Eviews program. The data were obtained from the secondary data from 1981 until 2010 (30 observations).
The results of the research showed that PDB (Gross Domestic Product) had significant and positive influence on the total value of imports. The rupiah exchange rate had negative and significant on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of non-oil and gas imports. The inflation rate had significant and positive influence on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of oil and gas imports.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat kepada penulis sehingga penulis dapat mengerjakan dan
menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB),
Nilai Tukar Rupiah Dan Inflasi Terhadap Nilai Impor Migas Dan Non Migas
Indonesia”, sebagai tugas akhir pada Program Magister Ekonomi Pembangunan,
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebanyakbanyaknya kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses
penyelesaian tesis ini. Secara khusus, penulis haturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc., (CTM). Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
sehingga bisa mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan magister.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.Sc, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh staf pengajar dan
pegawai, khususnya pada Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan pengajaran
dan bimbingan selama proses perkuliahan hingga penulis mampu menyelesaikan
studi ini.
3. Bapak Prof. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan selaku
Dosen Pembanding yang telah memberi masukan dalam menyelesaikan tesis ini
serta dengan arif dan bijaksana dapat mengarahkan kami sehingga mampu
menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Ekonomi Pembangunan
4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
membimbing dan memberi masukan serta bantuan kepada penulis dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu
membimbing serta mengarahkan dan memberi masukan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya.
6. Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU dan Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding
yang telah membantu penulis, memberikan kritik, saran, motivasi dan dukungan
moril sehingga penulis dapat semangat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
7. Bapak & Ibu Dosen Pengajar Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan
masukan dan pelajaran yang berharga kepada penulis dalam penyelesaian tesis
ini.
8. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Drs. K. Lumban Gaol dan Ibunda E.
Siregar, S.Pd., yang telah memberikan kasih sayangnya serta dukungan moril
dan meteril sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Suamiku
tercinta Firman Syah M. Simbolon, ST., yang telah mendukung penulis
menyelesaikan tugas akhir ini, serta buat saudara-saudaraku Berliana Lumban
Gaol, SE, M.Si, Kristina Lumban Gaol, SE., dan Dohar Sahat Lumban Gaol,
S.Sos. dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan yang luar biasa.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara angkatan XVI yang telah sama-sama
berjuang dengan penulis, dalam menyelesaikan studi dan telah memberikan
banyak bantuan, motivasi dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan
pendidikan Program Pasca Sarjana ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya dapat
Maha Esa memberikan limpahan kasih dan berkat-Nya kepada penulis dan semua
pihak yang telah memberikan bantuannya selama ini.
Medan, 27 Maret 2012 Penulis,
087018045/EP
RIWAYAT HIDUP
Nama : Ester Rumondang Hot Tua Lumban Gaol
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 18 Mei 1984
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Khatolik
Status : Menikah
Nama Suami : Firman Syah Madhy Simbolon, S.T.
Nama Orang Tua
Ayah : Drs. K. Lumban Gaol.
Ibu : E. Siregar, S.Pd.
Alamat Rumah : Jl Teuku Umar
Komplek Bukit Indah Permai Blok F No. 3
Samarinda – Kalimantan Timur
Pendidikan
1. Tahun 1992-1998 : SD Negeri 060870 Medan
2. Tahun 1998-2000 : SLTP Negeri 11 Medan
3. Tahun 2000-2002 : SMU Negeri 03 Medan
4. Tahun 2002-2006 : Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
5. Tahun 2009-2011 : Sekolah Pasca Sarjana
Program Magister Ekonomi Pembangunan USU
Medan.
Pekerjaan
1. Tahun 2007-2009 : PT. Bank Permata, Tbk
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Teori Perdagangan Internasional... 12
2.1.1. Merkantilisme ... 14
2.1.2. Keunggulan Absolut ... 19
2.1.3. Keunggulan Komparatif ... 21
2.1.4. Teori Hecksher . Ohlin (H-O) ... 22
2.2. Impor ... 27
2.3. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 28
2.3.2. Hubungan PDB dengan Impor ... 29
4.1. Kondisi Ekonomi Makro Indonesia ... 53
4.2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 57
4.2.2. Perkembangan Nilai Impor Migas Indonesia ... 59
4.2.3. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Indonesia ... 61
4.2.4. Perkembangan PDB Tahun 1981-2010 ... 63
4.2.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1481-2010 ... 65
4.2.6. Perkembangan Inflasi Indonesia Tahun 1981-2010 ... 67
4.3. Analisis dan Pembahasan ... 69
4.3.1. Persamaan Pertama Fungsi Nilai Total Impor Indonesia .. 70
4.3.1.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 70
4.3.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 72
4.3.2. Persamaan Kedua Fungsi Nilai Impor Migas Indonesia ... 73
4.3.2.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 74
4.3.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 78
4.3.3. Persamaan Ketiga Fungsi Nilai Impor Non Migas Indonesia ... 80
4.3.3.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 80
4.3.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 82
4.4. Interpretasi Hasil Regresi ... 84
4.4.1. Variabel Produk Domestik Bruto (PDB) ... 85
4.4.2. Variabel Nilai Tukar Rupiah ... 86
4.4.3. Variabel Inflasi ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
5.1. Kesimpulan ... 90
5.2. Saran ... 91
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Perkembangan Nilai impor Indonesia Tahun 1994-2010
1.2. (Milyar Rupiah) ... 4
1.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1994-2010 (Milyar Rupiah) ... 8
4.1. Perkembangan Nilai Total Impor Indonesia Tahun 1981-2010 ... 59
4.2. Perkembangan Nilai Impor Migas Tahun 1981-2010 ... 60
4.3. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Tahun 1981-2010 ... 62
4.4. Perkembangan PDB Tahun 1981-2010 ... 64
4.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1981-2010 ... 66
4.6. Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 1981-2010 ... 68
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Perkembangan Impor Indonesia Priode Tahun 1994-2010 ... 5
1.2. Perkembangan PDB Indonesia Priode Tahun 1994-2010 ... 8
2.1. Kerangka Konseptual ... 42
4.1. Laju Pertumbuhan Nilai Total Impor Indonesia Tahun 1981-2010 ... 59
4.2. Laju Pertumbuhan Nilai Impor Migas Indonesia Tahun 1981-2010 .. 61
4.3. Laju Pertumbuhan Nilai Impor Non Migas Indonesia Tahun 1981-2010 ... 63
4.4. Perkembangan PDB Tahun 1981-2010 ... 64
4.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1981-2010 ... 66
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data Analisis ... 98
2. Lanjutan Data Analisis ... 99
3. Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Dependen ... 100
4. Hasil Estimasi Persamaan Pertama Nilai Total Impor Indonesia ... 101
5. Hasil Estimasi Persamaan Kedua Nilai Impor Migas Indonesia ... 105
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas Indonesia dengan menggunakan data-data aktual di Indonesia selama periode 1981 - 2010. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah (NTR) dan inflasi (INF) sementara itu variabel tidak bebas adalah nilai total impor (IMP), nilai impor migas (MGS) dan nilai impor non migas Indonesia (N_MGS).
Penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda, metode Ordinary Least Squares (OLS) dan menggunakan program Eviews versi 7. Data diperoleh dari data sekunder tahun 1981-2010 (30 observasi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas. Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas. Tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas.
ABSTRACT
The aim of the research was to analyze the influence of PDB (Gross Domestic Product), rupiah exchange rate, and inflation rate on Indonesian total value of imports and value of oil and gas and non-oil and gas imports by using the actual data in Indonesia during the period of 1981 up to 2010. The independent variables in this research comprised of PDB (Gross Domestic Product), NTR (rupiah exchange rate), and INF (inflation rate), and the dependent variables comprised of IMP (total value of imports), MGS (value of oil and gas imports), and N_MGS (value of non-oil and gas imports).
This research used multiple linear regression model, ordinary least squares (OLS), and Eviews program. The data were obtained from the secondary data from 1981 until 2010 (30 observations).
The results of the research showed that PDB (Gross Domestic Product) had significant and positive influence on the total value of imports. The rupiah exchange rate had negative and significant on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of non-oil and gas imports. The inflation rate had significant and positive influence on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of oil and gas imports.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. latar belakang
setiap negara selalu berupaya meningkatkan pembangunan, dan
masing-masing negara mempunyai sasaran utama tujuan pembangunannya. untuk mencapai
sasaran ini diperlukan sumber daya yang handal serta memiliki keahlian dan
kemampuan teknologi tinggi yang pastinya memerlukan biaya yang cukup besar. bila
hanya menghandalkan sumber daya yang tersedia di dalam negeri untuk memenuhi
kebutuhan seluruh masyarakat, jelas hal ini tidak akan mungkin tercapai, maka dari
itu diperlukan kerjasama dengan negara lain dalam perdagangan internasional.
perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
perekonomian setiap negara di dunia, karena dalam perdagangan internasional semua
negara bersaing di pasar internasional. salah satu keuntungan perdagangan
internasional adalah memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam
menghasilkan barang dan jasa secara murah, baik dari segi bahan maupun cara
berproduksi. akan tetapi manfaat nyata dari perdagangan internasional dapat berupa
kenaikan pendapatan, cadangan devisa, transfer modal dan luasnya kesempatan kerja.
perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan
kebijakan pemerintah dalam bidang perdagangan dan keuangan internasional
salah satunya adalah impor. kebijakan impor dilakukan karena indonesia belum dapat
memproduksi semua kebutuhan dalam negeri. dengan adanya tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan ini maka indonesia harus melakukan hubungan dengan luar
negeri melalui perdagangan internasional. walaupun ekspor dapat memberikan
kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan perekonomian suatu negara namun impor
juga memegang peranan yang penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara.
kebijakan impor sepenuhnya ditujukan untuk mengamankan posisi neraca
pembayaran, mendorong kelancaran arus perdagangan luar negeri, dan meningkatkan
lalu lintas modal luar negeri untuk kepentingan pembangunan, dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional.
analisis tentang sektor perdagangan luar negeri indonesia selama ini terlalu
didominasi oleh analisis tentang ekspor. di satu sisi hal ini dapat dipahami karena
ekspor merupakan satu-satunya andalan penghasil devisa yang berasal dari kekuatan
sendiri, sehingga negara berkembang berkepentingan untuk menguasai pengetahuan
tentang penghasil devisanya ini. peran devisa ini sangat penting, terutama untuk
negara berkembang seperti indonesia. devisa dibutuhkan untuk (1) membayar impor
sekarang, (2) jaminan pembayaran impor tiga bulan mendatang, (3) membayar utang
luar negeri dan bunganya, dan (4) mendukung stabilitas nilai rupiah.
namun demikian, di sisi lain, akibat dari kurangnya perhatian terhadap analisis
kalah penting dibanding ekspor, sehingga menjadi semakin kurang diperhatikan. (2)
efek demonstrasi yang merupakan dampak buruk dari impor mendapat kesempatan
untuk menyebar tanpa hambatan, karena telah terjadi ketidakpedulian terhadap impor.
(3) pola konsumsi penduduk menjadi semakin terjerat oleh selera ke barang impor,
sebagai hasil dari upaya pen-skenario-an selera yang dilakukan para
produsen/eksportir di luar negeri melalui efek demonstrasi dari strategi
pemasarannya.
analisis impor selayaknya mendapat porsi yang seimbang dengan analisis
ekspor, karena impor adalah cerminan kedaulatan ekonomi suatu negara, apakah
barang dan jasa buatan dalam negeri masih menjadi tuan di negeri sendiri. suatu
negara melakukan impor karena mengalami defisiensi (kekurangan/kegagalan) dalam
menyelenggarakan produksi barang dan jasa bagi kebutuhan konsumsi penduduknya.
ada dua macam defisiensi yang dapat terjadi, yaitu defisiensi kuantitas dan defisiensi
kualitas.
nilai impor indonesia tidak terlepas dari pengaruh permintaan dalam negeri
atas barang-barang konsumsi dan impor atas bahan baku dan penolong, serta barang
modal yang pasokannya belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh industri-industri
dalam negeri. impor ini nantinya akan digunakan untuk proses industri dalam negeri
dan industri yang berorientasi ekspor.
perkembangan nilai impor migas indonesia dari tahun 1994-2010 mengalami
nilai impor migas yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 30,552.9
milyar rupiah dan yang terendah terjadi pada tahun 1994 yaitu sebesar 2,367.4 milyar
rupiah.
perkembangan nilai impor non-migas indonesia dari tahun ke tahun
mengalami fluktuasi. nilai impor non migas indonesia rata-rata 40,473.85 milyar
rupiah per tahun. nilai impor non-migas yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 98,644.40 milyar rupiah dan yang terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu
sebesar 20,322.20 milyar rupiah.
tabel 1.1. perkembangan nilai impor indonesia tahun 1994-2010 (milyar rp)
tahun
nilai impor indonesia ( milyar rupiah)
total impor migas non migas
1994 31,983.50 2,367.40 29,616.10
1995 40,628.70 2,910.80 37,717.90
1996 42,928.50 3,595.50 39,333.00
1997 41,679.80 3,924.10 37,755.70
1998 27,336.90 2,653.70 24,683.20
1999 24,003.30 3,681.10 20,322.20
2000 33,514.80 6,019.50 27,495.30
2001 30,962.10 5,471.80 25,490.30
2002 31,288.90 6,525.80 24,763.10
2003 32,550.70 7,610.90 24,939.80
2004 46,524.50 11,732.00 34,792.50
2005 57,700.90 17,457.70 40,243.20
2006 61,065.50 18,962.90 42,102.60
2007 74,473.40 21,932.80 52,540.60
2008 129,197.30 30,552.90 98,644.40
2010 62,890.60 13,123.50 49,767.10
rata-rata 50,915.21 10,441.36 40,473.85 sumber : bps di olah
gambar 1.1. perkembangan impor indonesia periode tahun 1994-2010
kondisi terakhir impor non migas indonesia selama januari-juli 2010 terjadi
defisit neraca perdagangan nonmigas dengan 12 negara utama yang mencapai 2.572
juta us$ atau melonjak tajam 2.551% dibandingkan dengan defisit januari-juli tahun
lalu yang hanya 97 juta us$. menurut kalkulasi badan pusat statistik, impor nonmigas
dari 12 negara tersebut selama januari-juli 2010 mencapai 48.177,6 juta us$,
sedangkan ekspornya mencapai 45.605,6 juta us$. dengan demikian defisit
perdagangannya mencapai 2.572 juta us$. pada periode yang sama tahun lalu, nilai
impornya 32.390,7 juta us$ dan ekspornya 32.293,7 juta us$, sehingga defisitnya
hanya 97 juta us$. kontribusi impor non-migas dari 12 negara tersebut (china, jepang,
singapura, amerika serikat, thailand, korea selatan, malaysia, australia, taiwan,
terkait dengan lonjakan defisit perdagangan dengan 12 negara utama, otomotif
dan komponen-komponennya mencatat lonjakan impor yang sangat tinggi. lonjakan
impor otomotif dan komponen-komponennya itu terkait dengan peningkatan
pembelian mobil di dalam negeri. impor yang didominasi barang konsumsi,
membuktikan bahwa kemampuan produksi industri nasional semakin menurun.
pemerintah perlu mewaspadai tren impor yang masih akan terus meningkat dan
konsumen di tanah air sudah dimanjakan dengan harga murah barang-barang impor.
data terakhir dari badan pusat statistik menyebutkan bahwa total nilai impor
pada oktober 2011 mencapai us$ 15,65 milyar atau naik 3,18% dibanding impor
september yang besarnya hanya us$ 15,17 milyar. sedangkan, jika dibanding impor
oktober 2010 (us$ 12,12 milyar) naik 29,14%. impor migas turun 5,7% atau senilai
us$ 3,28 milyar tetapi non migas naik sebesar 5,82% atau mencapai us$ 12,37 milyar.
adapun, total impor dari januari hingga oktober 2011 mencapai us$ 145,68 milyar
atau meningkat 33,03% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya
us$ 109,51 milyar.
naik turunnya nilai impor migas dan non migas sangat dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi sosial politik, pertahanan dan keamanan, kurs valuta asing serta
tingkat pendapatan dalam negeri yang diperoleh dari sektor-sektor yang mampu
memberikan pemasukan selain perdagangan internasional. besarnya nilai impor
memanfaatkan sumber daya yang ada dan juga tingginya permintaan impor dalam
negeri.
pendapatan nasional sangat mempengaruhi pola konsumsi, biasanya pola
konsumsi penduduk yang meningkat di negara sedang berkembang akan diikuti oleh
kecenderungan meningkatkan impor, hal ini disebabkan produktivitas di negara
tersebut belum mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhannya. dalam kenyataan,
amat sulit untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode
tertentu. sehingga untuk menaksir perubahan output angka yang digunakan adalah
nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai produk domestik bruto (pdb).
berdasarkan data yang diperoleh dari badan pusat statistik, diperoleh bahwa
perkembangan produk domestik bruto (pdb) indonesia menunjukkan tren yang positif
dari tahun ke-tahun sejak tahun 1994 hingga 2010 ditunjukkan oleh gambar berikut
ini.
tabel 1.2. perkembangan produk domestik bruto indonesia tahun 1994-2010 (milyar rupiah)
tahun pdb (milyar rupiah) pertumbuhan (%)
2005 2,774,281.10 0.21
2006 3,339,216.80 0.20
2007 3,950,893.20 0.18
2008 4,951,356.70 0.25
2009 5,613,441.70 0.13
2010 6,968,645.80 0.24
sumber : bps di olah
gambar 1.2 perkembangan pdb indonesia periode tahun 1994 – 2010.
gambar 1.2 menunjukkan bahwa produk domestik bruto (pdb) indonesia
berada dibawah 1,000,000 milyar setiap tahunnya hingga pada tahun1997 dan terus
mengalami peningkatan sejak masa krisis ekonomi 1997. sejak tahun 1998 setelah
masa krisis ekonomi produk domestik bruto (pdb) indonesia berada diatas 1,000,000
milyar setiap tahunnya. perubahan ini tentunya memberikan dampak positif bagi
perkembangan impor indonesia, dimana setelah dampak krisis berakhir di tahun 2003
krisis ekonomi yang terjadi di indonesia mengakibatkan menurunnya
kemampuan indonesia dalam mengimpor barang-barang dari luar negeri dikarenakan
nilai tukar rupiah yang terus mengalami penurunan, inflasi dalam negeri yang
meningkat serta tingkat konsumsi masyarakat kian menurun pada saat itu. hal ini
dapat di lihat juga pada gambar 1.1. perkembangan impor indonesia periode tahun
1994-2010.
pada awal terjadinya krisis ekonomi bulan agustus 1997 nilai tukar rupiah
terhadap dolar amerika serikat (us$) sebesar rp 3.035 per us$, terus mengalami
tekanan sehingga pada desember 1997 nilai tukar rupiah terhadap us$ tercatat sebesar
rp 4.650 per us$. memasuki tahun 1998, nilai tukar rupiah melemah menjadi sebesar
rp 10.375 per us$, bahkan pada bulan juni 1998 nilai tukar rupiah sempat menembus
level rp 14.900 per us$ yang merupakan nilai tukar terlemah sepanjang sejarah nilai
tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat (us$).
nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat (us$) tahun 1999 melakukan
recovery menjadi sebesar rp 7.810 per us$, tahun 2000 kembali melemah sebesar rp
8.530 per us$, tahun 2001 melemah lagi menjadi rp 10.265 per us$, tahun 2002
kembali menguat menjadi rp 9.260 per us$, tahun 2003 menguat menjadi rp 8.570 per
us$ dan pada tahun 2004 melemah menjadi rp 8.985 per us$. fluktuasi nilai tukar
rupiah ini tentunya berpengaruh terhadap kuantitas dan nilai impor indonesia.
negeri tetapi disisi lain dapat menguras cadangan devisa dan juga merongrong produk
barang dan jasa sejenis yang diproduksi di dalam negeri.
uraian sebelumnya adalah alasan dari penulisan penelitian ini dengan judul :
”pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi
terhadap nilai impor migas dan non migas indonesia”.
1.2. perumusan masalah
berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. apakah produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi
berpengaruh terhadap nilai total impor indonesia?
2. apakah produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi
berpengaruh terhadap nilai impor migas?
3. apakah produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi
berpengaruh terhadap nilai impor non migas?
1.3. tujuan penelitian
dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah
2. untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah
dan tingkat inflasi terhadap nilai impor migas indonesia.
3. untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah
dan tingkat inflasi terhadap nilai impor non migas indonesia.
1.4. manfaat penelitian
1. bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intellectual
exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya piker ilmiah serta
meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin ilmu yang digeluti.
2. bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
kemajuan dan pengembangan ilmu khususnya tentang pengetahuan impor.
3. bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
penentuan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya yang terkait dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. teori perdagangan internasional
perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan
antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain,
baik mengenai barang ataupun jasa. adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah
penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor,
perusahaan industri, perusahaan negara ataupun pemerintah yang dapat dilihat dari
neraca perdagangan (sobri, 2001).
perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar
yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. masing-masing
pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran
tersebut, dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menetukan apakah ia
mau melakukan pertukaran atau tidak (boediono, 2000).
setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tentu akan
memperoleh manfaat bagi negara tersebut. manfaat tersebut antara lain:
1. memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.
banyak factor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi setiap negara.
penguasaan iptek dan lain-lain. dengan adanya perdagangan internasional,
setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
2. memperoleh keuntungan dari spesialisasi.
sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. walaupun suatu negara dapat
memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh
negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor
barang tersebut dari luar negeri. dengan mengadakan spesialisasi
perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keunggulan sebagai berikut ;
A. faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan
lebih efisien.
B. setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat
diproduksi dalam negeri.
3. memperluas pasar dan menambah keuntungan.
terkadang para pengusaha tidak membelanjakan mesin-mesinnya (alat
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi
kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka.
dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan
mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut
4. transfer teknologi modern.
perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih
modern.
2.1.1. merkantilisme
dalam perdagangan internasional terdapat beberapa aliran pemikiran,
diantaranya aliran pemikiran yang dikenal sebagai aliran merkantilisme. secara lebih
spesifik, selama abad ketujuh belas dan delapan belas, sekelompok pria (para
pedagang, bankir, pegawai pemerintah bahkan para filsuf) telah menulis esai dan
pamflet mengenai perdagangan internasional yang disebut dengan merkantilisme.
para penganut merkantilisme itu berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah
negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin
ekspor dan sesedikit mungkin impor. surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya
akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas
dan perak. semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh sebuah negara, maka
semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. dengan demikian, pemerintah harus
menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor, dan mengurangi serta
membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah). namun, oleh karena
setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor, juga karena
jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah negara
aliran merkantilisme ini berpendapat bahwa perdagangan internasional akan
terjadi apabila terdapat kesempatan memperoleh surplus neraca transaksi berjalan
(current account). dalam aliran ini kegiatan ekspor impor diletakkan sebagai
lokomotif utama yang dipacu melalui peningkatan industri dalam negeri. hasil ekspor
tersebut akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan impor. barang/komoditas
impor selain untuk pemenuhan kebutuhan primer/utama, juga dapat merupakan
pelengkap hingga substitusi di mana beberapa jenis dari barang-barang tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai barang saingan untuk produk-produk lokal (yang dihasilkan
di dalam negeri).
aliran merkantilisme mengetengahkan pemikiran bahwa kegiatan produksi
dalam negeri dan ekspor harus ditingkatkan dengan memberikan rangsangan berupa
subsidi dan fasilitas-fasilitas lain dari pemerintah. sebaliknya, impor harus dibatasi
melalui serangkaian hambatan impor yang berupa proteksi hingga perlindungan
khusus, khususnya untuk industri-industri strategis maupun industri rakyat.
adam smith menjelaskan bahwa perdagangan bebas antarnegara akan
membawa keuntungan bagi kedua negara tersebut, jika salah satu dari kedua negara
tersebut tidak memaksakan untuk memperoleh surplus perdagangan yang dapat
menciptakan defisit neraca perdagangan dari mitra dagangnya (halwani, 2005).
salah satu tokoh besar yang lahir pada zaman merkantilisme adalah thomas
mun. mun adalah seorang cendekiawan inggris dan putera seorang pedagang di
england treasure by foreign trade yang memberikan sumbangan yang sangat besar
terhadap teori perdagangan internasional. mun berpendapat bahwa untuk
meningkatkan kekayaan negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat perdagangan
dan karena itu pedoman yang harus dipegang teguh oleh suatu negara adalah
mengusahakan agar nilai ekspor ke luar negeri harus lebih besar dibandingkan dengan
yang diimpor oleh negara itu. keuntungan bersih menurutnya akan diperoleh melalui
selisih dari hasil penjualan yaitu ekspor dengan pembelian yaitu impor dan dengan
demikian jumlah uang emas dan perak yang akan diterima akan semakin besar tiap
tahunnya.
mun juga berpendapat jika suatu negara lewat perdagangan memperoleh
banyak uang, jangan sampai modal itu hilang justru karena uang itu tidak
dipergunakan untuk berdagang lagi. dari argumen mun dapatlah ditarik sebuah
kesimpulan bahwa bahkan dalam suatu tata ekonomi perdagangan, uang
barumerupakan kekayaan yang berarti hanya bila uang tersebut digunakan sebagai
alat tukar menukar, dan uang akan menjadi beban suatu negara jika uang hanya
disimpan saja. sumbangan mun yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya suatu
kerangka dasar neraca pembayaran suatu negara pada tahun tertentu. walaupun neraca
pembayaran pada saat itu angka-angka itu memang tidak disusun teliti, namun yang
penting mun telah menunjukkan kerangka dasar neraca pembayaran dengan baik
sebutan merkantilisme mengandung makna menyamakan suatu bangsa atau
negara dengan kebijakan seorang pedagang, yang berusaha mendapatkan hasil yang
lebih besar pada waktu menjual dibandingkan dengan apa yang dikeluarkannya ketika
membeli dan dengan demikian meningkatkan kekayaan perusahaannya. seperti
layaknya seorang pedagang, bangsa yang merkantilis memandang bangsa dan negara
lain sebagai saingannya dan mencoba untuk merebut pasaran saingannya dengan cara
merebut suatu monopoli atau dengan cara lainnya. biasanya seorang pedagang
berusaha untuk menekan harga barang yang akan dibelinya, dan membayar upah
serendah mungkin dengan tujuan untuk menekan biaya pada titik yang paling
minimal. demikian juga negara yang menganut paham merkantilisme berusaha untuk
menumpuk kekayaan dengan jalan memeras dan menguras sumber-sumber daya yang
murah di negara jajahan dan mengupah buruh dengan upah yang sangat minim di
negerinya sendiri. karena situasi dan kondisi tersebutlah maka mengapa peranan
negara harus begitu kuat demi nasionalisme ekonominya. kekuasaan negara yang
semakin kuat berhasil menciptakan keadaan yang aman dengan mengatasi
konflik-konflik antar wilayah yang sering berkecamuk di antara para bangsawan.
terciptanya keamanan dan kestabilan dalam negeri ini merupakan prasayarat
untuk memperluas pasar dalam negeri dan perkembangan produksi. di samping itu
juga negara memberikan kemudahan-kemudahan kepada para pedagang untuk
melakukan perdagangan internasional, dengan demikian maka keuntungan yang
merkantilisme memang tidak semata mendatangkan keuntungan belaka bagi
negara-negara yang melakukan perdagangan internasional, namun juga kerugian bahkan
penderitaan bagi para buruh, petani, dan rakyat yang tinggal di daerah koloni sebagai
daerah jajahan. para buruh dipaksa bekerja dengan sekeras-kerasnya dengan upah
yang serendahrendahnya guna mendorong ekspor sebanyak-banyaknya, bahkan
konsumsi untuk dalam negeripun sampai dilupakan. jam kerja pada kenyataannya
sangat tidak terbatas. kondisi buruh sangat memprihatinkan, anak-anak dan para
wanita dengan pakaian yang compang-camping dipaksa untuk bekerja di tambang
batu bara di inggris. pemogokan para pekerja dianggap sebagai suatu kejahatan dan
langsung ditindak tegas. nasib para petani tidak lebih baik dibandingkan dengan
kaum buruh, pada saat itu fungsi pertanian hanya dipandang sebagai penyedia bahan
pangan yang semurah mungkin dengan demikian juga upah buruh dapat ditekan
rendah, dan sebagai sumber bahan mentah untuk industri yang semurah-murahnya.
karena itu mengapa penghasilan para tuan tanah terutama para petani yang bekerja
padanya begitu rendah. belum lagi jika lahan pertanian dipaksa untuk diubah menjadi
lahan industri oleh pemerintah, maka dapatlah dipastikan berapa banyak para petani
yang bakal menganggur. lebih mengenaskan lagi nasib daerah jajahan pada saat itu.
karena didorong motivasi untuk memperoleh daerah koloni baru guna menopang
industri-industri yang baru tumbuh, maka perbudakan menjadi salah satu cara guna
memperoleh sumber daya manusia yang murah bagi industri di negara merkantilis.
jajahan dengan tujuan untuk memperoleh sumber daya alam dengan
semurahmurahnya seperti kentang, tembakau, kopi, tebu, teh, cengkeh, dan lain-lain
untuk dijual lagi dengan harga yang setinggi-tingginya (limongan, 2001).
kaum merkantilis mengukur kekayaan sebuah negara dengan stok/cadangan
logam mulia yang dimilikinya. sementara saat sekarang ini kita mengukur kekayaan
sebuah negara dengan cadangan sumber daya manusia, hasil produksi manusia, serta
kekayaan alam yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa. semakin besar
cadangan ini, semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi keinginan
manusia, dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup masyarakat
negara tersebut. dalam setiap kesempatan, kaum merkantilis selalu melakukan
pengendalian pemerintah yang ketat terhadap semua aktivitas ekonomi dan
mengajarkan nasionalisme ekonomi karena mereka percaya bahwa sebuah negara
hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara
lain dimana artinya, perdagangan adalah a zero-sum game (salvatore, 2006).
2.1.2. keunggulan absolut
ekonomi klasik resmi berdiri ketika adam smith mengeluarkan bukunya yang
berjudul an inquiry into nature and causes of the wealth of nations, yang biasa
disingkat dengan wealth of nations. dalam bukunya, adam smith ingin menjelaskan
bagaimana meningkatkan kekayaan/kemakmuran suatu negara dan bagaimana
bertambah searah dengan peningkatan ketrampilan dan efisiensi para tenaga kerja,
dan sejalan dengan persentase penduduk yang terlibat dalam proses produksi.
kesejahteraan ekonomi setiap individu tergantung pada perbandingan antara produksi
total dengan jumlah penduduk. adam smith juga menganjurkan adanya spesialisasi
kerja dan penggunaan mesin-mesin sebagai sarana utama untuk peningkatan
produksi. ia juga memperkenalkan konsep invisible hand-nya di mana setiap orang
yang melakukan kegiatan di dalam perekonomian dituntun oleh sebuah “tangan yang
tidak kelihatan” sehingga dengan mengejar kepentingannya sendiri seringkali justru
lebih efektif memajukan kepentingan masyarakat terlebih dahulu.
menurut adam smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada
keunggulan absolut. jika suatu negara menghendaki adanya persaingan, perdagangan
bebas dan spesialisasi di dalam negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam
hubungan antarbangsa. sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki
keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi,
namun kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara
lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat
memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam
memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya
dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. melalui proses ini, sumber
daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien. output kedua
mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan
perdagangan. keunggulan absolut tersebut dapat diilustrasikan, jika negara a dapat
memproduksi kentang untuk 8 unit per tenaga kerja sedangkan negara b untuk
komoditi yang sama hanya dapat memproduksi 4 unit per tenaga kerja, sedangkan
untuk komoditi lain misalnya gandum, negara a hanya dapat memproduksi 6 unit per
tenaga kerja sedangkan untuk negara b dapat memproduksi 12 unit per tenaga kerja,
maka dapat disimpulkan bahwa negara a mempunyai keunggulan absolut dalam
produksi kentang dibandingkan dengan negara b, sedangkan negara b dapat dikatakan
mempunyai keunggulan absolut dalam produksi gandum dibandingkan negara a.
perdagangan internasional yang saling menguntungkan antara kedua negara tersebut
jika negara a mengekspor kentang dan mengimpor gandum dari negara b, dan
sebaliknya negara b mengekspor gandum dan mengimpor kentang dari negara a.
2.1.3. keunggulan komparatif
teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh david ricardo.
teorinya dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif. berbeda dengan teori
keunggulan absolut yang mengutamakan keunggulan absolut dalam produksi tertentu
yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini
berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat terjadi walaupun satu negara
tidak mempunyai keunggulan absolut, asalkan harga komparatif di kedua negara
berbeda. ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi
mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya. teori ini menekankan bahwa
perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika salah satu negara tidak
memiliki keunggulan absolut atas suatu komoditi seperti yang diungkapkan oleh
adam smith, namun cukup memiliki keunggulan komparatif di mana harga untuk
suatu komoditi di negara yang satu dengan negara lainnya relatif berbeda.
menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang
efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam
memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan
perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. negara pertama harus
melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki
kerugian absolut lebih kecil (keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang
memiliki kerugian absolut yang lebih besar (kerugian komparatif). dalam konteks dua
negara dan dua komoditi, jika salah satu negara telah ditetapkan memiliki keunggulan
komparatif dalam satu komoditi, maka negara satunya harus dianggap memiliki
keunggulan komparatif dalam komoditi lainnya.
2.1.4. teori heckscher-ohlin (h-o)
teori heckscher-ohlin (h-o) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan
baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan
faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. menurut heckscher-ohlin, suatu
memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan
faktor produksi. basis dari keunggulan komparatif adalah:
A. faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu
negara.
B. faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,
apakah labor intensity atau capital intensity.
teori modern heckescher-ohlin atau teori h-o menggunakan dua kurva pertama
adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang
sama. dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk
yang sama. menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan
kurva isoquant pada suatu titik optimal. jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh
produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk
tertentu. analisis hipotesis h-o dikatakan berikut:
A. harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
B. comparative advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing
negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang
dimilikinya.
C. masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi
D. sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu
karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal
untuk memproduksinya.
E. kelemahan dari teori h-o yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang
dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis
akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
teori perdagangan internasional modern dimulai ketika ekonomi swedia yaitu
eli hecskher dan bertil ohlin mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan
internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif.
sebelum masuk ke dalam pembahasan teori h-o, tulisan ini sedikit akan
mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori h-o. teori
klasik comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat
terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang
secara eksplisit dinyatakan) antar negara (salvatore, 2006). namun teori ini tidak
memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut.
teori h-o kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab
terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. teori h-o menyatakan penyebab
perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang
dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya
menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. oleh karena itu
negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam
memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor
barangnya. sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika
negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam
memproduksinya.
hipotesis teori h-o
sebelum melakukan kritik terhadap teori h-o, di bawah ini akan dikemukakan
hipotesis yang telah dihasilkan oleh teori h-o, antara lain:
A. produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor
di tiap negara turun.
B. harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
C. harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang a di kedua negara
cenderung sama demikian pula harga barang b di kedua negara cenderumg
sama.
D. perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya kapital dengan negara yang
kaya labor.
E. masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi
yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi. sehingga negara
sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya padat
kapital.
kelemahan asumsi teori h-o
untuk lebih memahami kelemahan teori h-o dalam menjelaskan perdagangan
internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:
A. asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam
memproduksi adalah tidak valid. fakta yang ada di lapangan negara sering
menggunakan teknologi yang berbeda.
B. asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi
lebih menjadi masalah. hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah
produk negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala
ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment h-o.
C. asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. adanya mobilitas faktor secara
internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang
menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara.
maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi h-o tetapi tidak mengurangi
validitas model h-o.
D. asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi
jika melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak negara
2.2. impor
perdagangan internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekspor dan
impor. ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ke
negara lain. sedangkan impor adalah arus kebalikan daripada ekspor yaitu barang dan
jasa yang masuk kesuatu negara. pada hakekatnya perdagangan luar negeri timbul
karena tidak ada satu negarapun yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk.
dalam perekonomian terbuka selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan
dan pemerintah juga ada sektor luar negeri karena penduduk di negara bersangkutan
telah melakukan perdagangan dengan negara lain. suatu negara yang memproduksi
lebih dari kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut
keluar negeri, sedangkan yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat
mengimpornya dari luar negeri.
impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor, dimana semakin
besar impor dari satu sisi baik karena berguna untuk menyediakan kebutuhan akan
barang dan jasa untuk kebutuhan penduduk suatu negara, namun disisi lain bisa
mematikan produk atau jasa sejenis dalam negeri dan yang paling mendasar dapat
menguras pendaptan negara yang bersangkutan.
berdasarkan laporan indikator indonesia komposisi impor menurut golongan
1. impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum
dapat dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan
yang belum mencukupi dari produksi dalam negeri, yang meliputi makanan
dan minuman untuk rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, alat
angkut bukan industri, barang tahan lama, barang setengah tahan lama serta
barang tidak tahan lama.
2. impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman
untuk industri, bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas, serta
suku cadang dan perlengkapan.
3. impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil
penumpang dan alat angkut untuk industri.
besarnya impor suatu negara tergantung pada pendapatan, dimana semakin
tinggi pendapatan maka semakin tinggi impor baik berupa barang maupun jasa
sebagai akibat dari perkembangan aktivitas perekonomian. faktor lain yang
mempengaruhi impor adalah adanya daya saing produksi dalam negeri, selera
masyarakat dan faktor lainnya. misalnya saja inflasi dan perubahan nilai tukar rupiah
2.3. produk domestik bruto (pdb)
2.3.1. definisi produk domestik bruto (pdb)
pdb diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan
ekonomi suatu negara. perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran
makro utama tentang kondisi suatu negara. pada umumnya perbandingan kondisi
antar negara dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya sebagai gambaran, bank dunia
menentukan apakah suatu negara berada dalam kelompok negara maju atau
berkembang melalui pengelompokan besarnya pdb, dan pdb suatu negara sama
dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian (herlambang,
2001).
menurut samuelson, pdb adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam
batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. pdb mengukur nilai barang dan jasa
yang di produksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada
suatu periode waktu tertentu. dengan demikian warga negara yang bekerja di negara
lain, pendapatannya tidak dimasukan ke dalam pdb (herlambang, 2001).
sukirno (2002) mendefinisikan pdb sebagai nilai barang dan jasa dalam suatu
negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan
warga negara asing. sedangkan wijaya (1997) menyatakan bahwa pdb adalah nilai
uang berdasarkan harga pasar dari semua barang-barang dan jasa-jasa yang
diproduksi oleh suatu perekonomian dalam suatu periode waktu tertentu biasanya
jasa yang diproduksi di dalam suatu negara selama periode tertentu biasanya satu
tahun.
2.3.2. hubungan pdb dengan impor
pendapatan nasional sangat mempengaruhi pola konsumsi, biasanya pola
konsumsi penduduk yang meningkat di negara sedang berkembang akan diikuti oleh
kecenderungan meningkatkan impor, hal ini disebabkan produktivitas di negara
tersebut belum mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhannya. dalam kenyataan,
amat sulit untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode
tertentu. sehingga untuk menaksir perubahan output angka yang digunakan adalah
nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai produk domestik bruto (pdb).
realisasi impor juga ditentukan oleh kemampuan masyarakat suatu negara
untuk membeli barang-barang buatan luar negeri, yang berarti besarnya impor
tergantung dari tingkat pendapatan nasional negara tesebut. makin tinggi tingkat
pendapatan, serta makin rendah kemampuan negara dalam menghasilkan
barang-barang tersebut, maka impor makin tinggi dan makin banyak terdapat “kebocoran”
dalam pendapat nasional (deliarnov, 2005).
hubungan antara impor dengan pendapatan nasional dapat dinyatakan dengan:
1. average propencity to impor (apm), yaitu dapat dinyatakan dengan jumlah
pendapatan nasional yang dikeluarkan untuk impor (m/y).
2. marginal propencity to impor (mpm), yaitu perbandingan antara δ tambahan
hubungan antara mpm dengan apm disebut elastisitas pendapatan atas impor,
yaitu perbandingan antara persentase perubahan pendapatan nasional sehingga
apabila terjadi pertambahan pendapatan nasional sebesar δy maka akan terjadi
perubahan impor sebesar mpm atau sebesar δm/δy (sobri, 2001).
……….. (2.1)
hubungan antara impor dengan pendapatan nasional secara matematis
dirangkum oleh fungsi impor sebagai berikut :
m = mo + my ……….. (2.2)
keterangan:
m = jumlah impor
mo = jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan oleh pendapatan (y)
m = kecenderungan untuk mengimpor
y = pendapatan nasional
semakin besar pendapatan nasional maka impor akan semakin besar yang ditentukan
oleh marginal propencity to impor.
2.4. nilai tukar internasional
perdagangan yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang
dilakukan dalam satu negara, karena harus memakai dua mata uang yang berbeda
M Δ M
misalnya antara negara indonesia dan amerika serikat. pengimpor amerika harus
membeli rupiah untuk membeli barang-barang indonesia, sebaliknya pengimpor
indonesia harus membeli dolar amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap
barang yang dibelinya dari amerika. besarnya jumlah mata uang tertentu yang
diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang
asing.
2.4.1. definisi nilai tukar
nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata
uang terhadap mata uang negara lain. apabila kondisi ekonomi suatu negara
mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara
substansional. masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi
dengan negara lain, dimana masing-masing negara menggunakan mata uang yang
berbeda. jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu
negara untuk memperoleh mata uang negara lain.
nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam
negeri, tingkat inflasi dan investasi bank sentral terhadap pasar uang jika diperlukan.
nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peranan penting dalam rangka
stabilitas moneter dalam mendukung kegiatan ekonomi. nilai tukar yang stabil
diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia
melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya saat terjadi gejolak yang
berlebihan.
para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu nilai tukar nominal
dan nilai tukar riil. nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif
dari mata uang dua negara. sebagai contoh, jika antara dolar amerika serikat dan yen
jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang amerika serikat bisa menukar 1 dolar
untuk 120 yen di pasar uang. sebaliknya orang jepang yang ingin memiliki dolar akan
membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli. ketika orang mengacu pada “kurs”
dianta kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (mankiw, 2006).
nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang
diantara dua negara. nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa
memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara
lain. nilai tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga suatu mata uang suatu negara
terhadap mata uang negara lain (krugman dan obsfelt, 2000). nilai tukar riil adalah
nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relative yaitu harga-harga
didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga diluar negeri. nilai tukar dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
dimana q adalah nilai tukar riil, s adalah nilai tukar nominal, p adalah tingkat
harga domestik dan p* adalah tingkat harga di luar negeri.
Q
SP =
penentuan sistem nilai tukar sangatlah penting karena merupakan suatu alat
yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara dari
gejolak perekonomian global. pada dasarnya kebijakan nilai tukar yang ditetapkan
suatu negara mempunyai beberapa fungsi utama.
pertama berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran,
dengan sasaran akhir menjaga kecukupan cadangan devisa. oleh karena itu, dalam
menetapkan arah kebijakan nilai tukar tersebut diutamakan untuk mendorong dan
menjaga daya saing ekspor dalam upaya untuk memperkecil defisit current account
atau memperbesar surplus current account.
fungsi kedua adalah untuk menjaga kestabilan pasar domestik. fungsi ini
untuk menjaga agar nilai tukar tidak dijadikan sebagai alat untuk spekulasi, dalam arti
bahwa dalam hal nilai tukar suatu negara mengalami overvalued maka masyarakat
akan mendorong menjual valuta asing. ketidakstabilan pasar domestik yang demikian
dapat menimbulkan kegiatan spekulatif seperti perkembangan akhir-akhir ini, yang
pada gilirannya dapat mengganggu kestabilan makro.
fungsi ketiga sebagai instrument moneter khususnya bagi negara yang
menerapkan suku bunga dan nilai tukar sebagai sasaran operasional kebijakan
moneter. dalam fungsi ini depresiasi dan apresiasi nilai tukar digunakan sebagai alat
untuk sterilisasi dan ekspansi jumlah uang beredar.
fungsi keempat adalah sebagai nominal anchor dalam pengendalian inflasi.
sebagai nominal anchor baik melalui pengendalian depresiasi nilai tukar. sebagai
gambaran pada akhir tahun 1970-an, orthodox programs dilaksanakan di argentina,
brazil, istrael, dan mexico, selain itu juga pada tahun 1991 covertibility plan
diterapkan di argentina.
kebijakan nilai tukar uang di dunia sangat dipengaruhi oleh sistem bretton
wood yang diformulasikan pada tahun 1994. bretton wood adalah nama tempat di
new hampshire, amerika serikat. dari perjanjian di bretton wood tersebut kemudian
diperkenalkan sebuah konsep mengenai nilai tukar (fixed exchange rate) yang
diyakini oleh para ahli pada waktu itu dapat memberikan kepastian dan stabilitas bagi
kegiatan perdagangan dan investasi dalam bisnis internasional. namun sistem ini
berakhir pada saat pemerintahan presiden nixon pada 15 agustus 1971 mengeluarkan
dekrit dengan dicanangkannya bahwa nilai dolar tidak dikaitkan dan tidak convertible
terhadap seberat tertentu emas. dengan berakhirnya dekrit tersebut maka berakhirlah
system kurs tetap dan dimulailah system kurs mengambang (floating rate system).
ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar
mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. faktor-faktor tersebut adalah:
1. laju inflasi relatif
dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk
barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga
perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri
misalnya, jika amerika sebagai mitra dagang indonesia mengalami tingkat
inflasi yang cukup tinggi maka harga barang amerika juga menjadi lebih
tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap barang dagangan relatif
mengalami penurunan.
2. tingkat pendapatan relatif
faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata
uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri. laju
pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang
asing. sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan
valuta asing relatif dibandingkan dengan suplai yang tersedia.
3. suku bunga relatif
kenaikan suku bunga mengakibatkan aktivitas dalam negeri menjadi lebih
menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri.
terjadinya penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata
uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga
di dalam dan di luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di
dalam atau di luar negeri (natalia, 2009). dengan demikian sumber dari
perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing
terhadap mata uang dalam negeri.
kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam
berbagai hal termasuk:
A. usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
B. usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.
C. melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli
mata uang.
D. alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah:
untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang
bersangkutan.
A. untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang
ditentukan.
B. tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.
C. berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku
bunga dan tingkat pendapatan.
5. ekspektasi
faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi
atau nilai tukar di masa depan. sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar
valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan.
dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di as mungkin
nilai dollar akan menurun di masa depan. reaksi langsung akan menekan nilai
tukar dollar dalam pasar.
2.4.2. hubungan nilai tukar internasional dengan impor
nilai tukar mata uang merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang
berbeda atau dikenal dengan sebutan kurs. nilai tukar didasari dua konsep, pertama,
konsep nominal, merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang
yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna
memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain. kedua, konsep riil yang
dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran
internasional.
permintaan dan penawaran akan valuta asing akan membentuk tingkat nilai
tukar suatu mata uang domestik dengan mata uang negara lain. penawaran dan
permintaan terhadap valuta asing timbul karena adanya hubungan internasional dalam
perdagangan barang, jasa, maupun modal. penawaran valuta asing disebabkan adanya
ekspor barang, jasa, transfer atau hibah dari luar negeri maupun kapital masuk.
sedangkan permintaan valuta asing disebabkan adanya impor barang, jasa maupun
kapital, sehingga untuk menyelesaikan transaksi perlu menukarkan suatu mata uang
domestik dengan valuta asing, dan sebaliknya (halwani, 2005).
dalam sistem nilai tukar internasional mengambang, depresiasi atau apresiasi
nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. jika