• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Nilai Tukar Rupiah Dan Inflasi Terhadap Nilai Impor Migas Dan Non Migas Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Nilai Tukar Rupiah Dan Inflasi Terhadap Nilai Impor Migas Dan Non Migas Indonesia"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA

N

A

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI

TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR

MIGAS

DAN NON MIGAS INDONESIA

TESIS

Oleh

ESTER RUMONDANG HOT TUA LUMBAN GAOL

087018045/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI

TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR

MIGAS

DAN NON MIGAS INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ESTER RUMONDANG HOT TUA LUMBAN GAOL

087018045/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR MIGAS DAN NON MIGAS INDONESIA

Nama Mahasiswa : Ester Rumondang Hot Tua Lumban Gaol

Nomor Pokok : 087018045

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si) (Dr. Rahmanta, M.Si

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Maret 2012

_______________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

K e t u a : Dr. Murni Daulay, SE., M.Si Anggota : 1. Dr. Rahmanta, M.Si

2. Prof. Dr. Sya’ad Affifuddin, SE, M.Ec 3. Drs. HB. Tarmizi, SU

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

“PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI TUKAR RUPIAH DAN

INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR MIGAS DAN NON MIGAS INDONESIA”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara

benar dan jelas.

Medan, Maret 2012 Yang membuat pernyataan

087018045/EP

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas Indonesia dengan menggunakan data-data aktual di Indonesia selama periode 1981 - 2010. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah (NTR) dan inflasi (INF) sementara itu variabel tidak bebas adalah nilai total impor (IMP), nilai impor migas (MGS) dan nilai impor non migas Indonesia (N_MGS).

Penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda, metode Ordinary Least Squares (OLS) dan menggunakan program Eviews versi 7. Data diperoleh dari data sekunder tahun 1981-2010 (30 observasi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas. Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas. Tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas.

(7)

ABSTRACT

The aim of the research was to analyze the influence of PDB (Gross Domestic Product), rupiah exchange rate, and inflation rate on Indonesian total value of imports and value of oil and gas and non-oil and gas imports by using the actual data in Indonesia during the period of 1981 up to 2010. The independent variables in this research comprised of PDB (Gross Domestic Product), NTR (rupiah exchange rate), and INF (inflation rate), and the dependent variables comprised of IMP (total value of imports), MGS (value of oil and gas imports), and N_MGS (value of non-oil and gas imports).

This research used multiple linear regression model, ordinary least squares (OLS), and Eviews program. The data were obtained from the secondary data from 1981 until 2010 (30 observations).

The results of the research showed that PDB (Gross Domestic Product) had significant and positive influence on the total value of imports. The rupiah exchange rate had negative and significant on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of non-oil and gas imports. The inflation rate had significant and positive influence on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of oil and gas imports.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan berkat kepada penulis sehingga penulis dapat mengerjakan dan

menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB),

Nilai Tukar Rupiah Dan Inflasi Terhadap Nilai Impor Migas Dan Non Migas

Indonesia”, sebagai tugas akhir pada Program Magister Ekonomi Pembangunan,

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebanyakbanyaknya kepada semua pihak

yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses

penyelesaian tesis ini. Secara khusus, penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc., (CTM). Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

sehingga bisa mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan magister.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.Sc, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh staf pengajar dan

pegawai, khususnya pada Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan pengajaran

dan bimbingan selama proses perkuliahan hingga penulis mampu menyelesaikan

studi ini.

3. Bapak Prof. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan selaku

Dosen Pembanding yang telah memberi masukan dalam menyelesaikan tesis ini

serta dengan arif dan bijaksana dapat mengarahkan kami sehingga mampu

menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Ekonomi Pembangunan

(9)

4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

membimbing dan memberi masukan serta bantuan kepada penulis dalam

penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu

membimbing serta mengarahkan dan memberi masukan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya.

6. Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU dan Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding

yang telah membantu penulis, memberikan kritik, saran, motivasi dan dukungan

moril sehingga penulis dapat semangat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

7. Bapak & Ibu Dosen Pengajar Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan

masukan dan pelajaran yang berharga kepada penulis dalam penyelesaian tesis

ini.

8. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Drs. K. Lumban Gaol dan Ibunda E.

Siregar, S.Pd., yang telah memberikan kasih sayangnya serta dukungan moril

dan meteril sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Suamiku

tercinta Firman Syah M. Simbolon, ST., yang telah mendukung penulis

menyelesaikan tugas akhir ini, serta buat saudara-saudaraku Berliana Lumban

Gaol, SE, M.Si, Kristina Lumban Gaol, SE., dan Dohar Sahat Lumban Gaol,

S.Sos. dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan yang luar biasa.

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara angkatan XVI yang telah sama-sama

berjuang dengan penulis, dalam menyelesaikan studi dan telah memberikan

banyak bantuan, motivasi dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan

pendidikan Program Pasca Sarjana ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya dapat

(10)

Maha Esa memberikan limpahan kasih dan berkat-Nya kepada penulis dan semua

pihak yang telah memberikan bantuannya selama ini.

Medan, 27 Maret 2012 Penulis,

087018045/EP

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ester Rumondang Hot Tua Lumban Gaol

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 18 Mei 1984

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Khatolik

Status : Menikah

Nama Suami : Firman Syah Madhy Simbolon, S.T.

Nama Orang Tua

Ayah : Drs. K. Lumban Gaol.

Ibu : E. Siregar, S.Pd.

Alamat Rumah : Jl Teuku Umar

Komplek Bukit Indah Permai Blok F No. 3

Samarinda – Kalimantan Timur

Pendidikan

1. Tahun 1992-1998 : SD Negeri 060870 Medan

2. Tahun 1998-2000 : SLTP Negeri 11 Medan

3. Tahun 2000-2002 : SMU Negeri 03 Medan

4. Tahun 2002-2006 : Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

5. Tahun 2009-2011 : Sekolah Pasca Sarjana

Program Magister Ekonomi Pembangunan USU

Medan.

Pekerjaan

1. Tahun 2007-2009 : PT. Bank Permata, Tbk

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Teori Perdagangan Internasional... 12

2.1.1. Merkantilisme ... 14

2.1.2. Keunggulan Absolut ... 19

2.1.3. Keunggulan Komparatif ... 21

2.1.4. Teori Hecksher . Ohlin (H-O) ... 22

2.2. Impor ... 27

2.3. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 28

(13)

2.3.2. Hubungan PDB dengan Impor ... 29

4.1. Kondisi Ekonomi Makro Indonesia ... 53

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 57

(14)

4.2.2. Perkembangan Nilai Impor Migas Indonesia ... 59

4.2.3. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Indonesia ... 61

4.2.4. Perkembangan PDB Tahun 1981-2010 ... 63

4.2.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1481-2010 ... 65

4.2.6. Perkembangan Inflasi Indonesia Tahun 1981-2010 ... 67

4.3. Analisis dan Pembahasan ... 69

4.3.1. Persamaan Pertama Fungsi Nilai Total Impor Indonesia .. 70

4.3.1.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 70

4.3.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 72

4.3.2. Persamaan Kedua Fungsi Nilai Impor Migas Indonesia ... 73

4.3.2.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 74

4.3.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 78

4.3.3. Persamaan Ketiga Fungsi Nilai Impor Non Migas Indonesia ... 80

4.3.3.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 80

4.3.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 82

4.4. Interpretasi Hasil Regresi ... 84

4.4.1. Variabel Produk Domestik Bruto (PDB) ... 85

4.4.2. Variabel Nilai Tukar Rupiah ... 86

4.4.3. Variabel Inflasi ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1. Kesimpulan ... 90

5.2. Saran ... 91

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Nilai impor Indonesia Tahun 1994-2010

1.2. (Milyar Rupiah) ... 4

1.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1994-2010 (Milyar Rupiah) ... 8

4.1. Perkembangan Nilai Total Impor Indonesia Tahun 1981-2010 ... 59

4.2. Perkembangan Nilai Impor Migas Tahun 1981-2010 ... 60

4.3. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Tahun 1981-2010 ... 62

4.4. Perkembangan PDB Tahun 1981-2010 ... 64

4.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1981-2010 ... 66

4.6. Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 1981-2010 ... 68

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Impor Indonesia Priode Tahun 1994-2010 ... 5

1.2. Perkembangan PDB Indonesia Priode Tahun 1994-2010 ... 8

2.1. Kerangka Konseptual ... 42

4.1. Laju Pertumbuhan Nilai Total Impor Indonesia Tahun 1981-2010 ... 59

4.2. Laju Pertumbuhan Nilai Impor Migas Indonesia Tahun 1981-2010 .. 61

4.3. Laju Pertumbuhan Nilai Impor Non Migas Indonesia Tahun 1981-2010 ... 63

4.4. Perkembangan PDB Tahun 1981-2010 ... 64

4.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1981-2010 ... 66

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Analisis ... 98

2. Lanjutan Data Analisis ... 99

3. Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Dependen ... 100

4. Hasil Estimasi Persamaan Pertama Nilai Total Impor Indonesia ... 101

5. Hasil Estimasi Persamaan Kedua Nilai Impor Migas Indonesia ... 105

(18)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas Indonesia dengan menggunakan data-data aktual di Indonesia selama periode 1981 - 2010. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah (NTR) dan inflasi (INF) sementara itu variabel tidak bebas adalah nilai total impor (IMP), nilai impor migas (MGS) dan nilai impor non migas Indonesia (N_MGS).

Penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda, metode Ordinary Least Squares (OLS) dan menggunakan program Eviews versi 7. Data diperoleh dari data sekunder tahun 1981-2010 (30 observasi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas. Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas. Tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas.

(19)

ABSTRACT

The aim of the research was to analyze the influence of PDB (Gross Domestic Product), rupiah exchange rate, and inflation rate on Indonesian total value of imports and value of oil and gas and non-oil and gas imports by using the actual data in Indonesia during the period of 1981 up to 2010. The independent variables in this research comprised of PDB (Gross Domestic Product), NTR (rupiah exchange rate), and INF (inflation rate), and the dependent variables comprised of IMP (total value of imports), MGS (value of oil and gas imports), and N_MGS (value of non-oil and gas imports).

This research used multiple linear regression model, ordinary least squares (OLS), and Eviews program. The data were obtained from the secondary data from 1981 until 2010 (30 observations).

The results of the research showed that PDB (Gross Domestic Product) had significant and positive influence on the total value of imports. The rupiah exchange rate had negative and significant on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of non-oil and gas imports. The inflation rate had significant and positive influence on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of oil and gas imports.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. latar belakang

setiap negara selalu berupaya meningkatkan pembangunan, dan

masing-masing negara mempunyai sasaran utama tujuan pembangunannya. untuk mencapai

sasaran ini diperlukan sumber daya yang handal serta memiliki keahlian dan

kemampuan teknologi tinggi yang pastinya memerlukan biaya yang cukup besar. bila

hanya menghandalkan sumber daya yang tersedia di dalam negeri untuk memenuhi

kebutuhan seluruh masyarakat, jelas hal ini tidak akan mungkin tercapai, maka dari

itu diperlukan kerjasama dengan negara lain dalam perdagangan internasional.

perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

perekonomian setiap negara di dunia, karena dalam perdagangan internasional semua

negara bersaing di pasar internasional. salah satu keuntungan perdagangan

internasional adalah memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam

menghasilkan barang dan jasa secara murah, baik dari segi bahan maupun cara

berproduksi. akan tetapi manfaat nyata dari perdagangan internasional dapat berupa

kenaikan pendapatan, cadangan devisa, transfer modal dan luasnya kesempatan kerja.

perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan

(21)

kebijakan pemerintah dalam bidang perdagangan dan keuangan internasional

salah satunya adalah impor. kebijakan impor dilakukan karena indonesia belum dapat

memproduksi semua kebutuhan dalam negeri. dengan adanya tuntutan untuk

memenuhi kebutuhan ini maka indonesia harus melakukan hubungan dengan luar

negeri melalui perdagangan internasional. walaupun ekspor dapat memberikan

kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan perekonomian suatu negara namun impor

juga memegang peranan yang penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara.

kebijakan impor sepenuhnya ditujukan untuk mengamankan posisi neraca

pembayaran, mendorong kelancaran arus perdagangan luar negeri, dan meningkatkan

lalu lintas modal luar negeri untuk kepentingan pembangunan, dalam rangka

mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional.

analisis tentang sektor perdagangan luar negeri indonesia selama ini terlalu

didominasi oleh analisis tentang ekspor. di satu sisi hal ini dapat dipahami karena

ekspor merupakan satu-satunya andalan penghasil devisa yang berasal dari kekuatan

sendiri, sehingga negara berkembang berkepentingan untuk menguasai pengetahuan

tentang penghasil devisanya ini. peran devisa ini sangat penting, terutama untuk

negara berkembang seperti indonesia. devisa dibutuhkan untuk (1) membayar impor

sekarang, (2) jaminan pembayaran impor tiga bulan mendatang, (3) membayar utang

luar negeri dan bunganya, dan (4) mendukung stabilitas nilai rupiah.

namun demikian, di sisi lain, akibat dari kurangnya perhatian terhadap analisis

(22)

kalah penting dibanding ekspor, sehingga menjadi semakin kurang diperhatikan. (2)

efek demonstrasi yang merupakan dampak buruk dari impor mendapat kesempatan

untuk menyebar tanpa hambatan, karena telah terjadi ketidakpedulian terhadap impor.

(3) pola konsumsi penduduk menjadi semakin terjerat oleh selera ke barang impor,

sebagai hasil dari upaya pen-skenario-an selera yang dilakukan para

produsen/eksportir di luar negeri melalui efek demonstrasi dari strategi

pemasarannya.

analisis impor selayaknya mendapat porsi yang seimbang dengan analisis

ekspor, karena impor adalah cerminan kedaulatan ekonomi suatu negara, apakah

barang dan jasa buatan dalam negeri masih menjadi tuan di negeri sendiri. suatu

negara melakukan impor karena mengalami defisiensi (kekurangan/kegagalan) dalam

menyelenggarakan produksi barang dan jasa bagi kebutuhan konsumsi penduduknya.

ada dua macam defisiensi yang dapat terjadi, yaitu defisiensi kuantitas dan defisiensi

kualitas.

nilai impor indonesia tidak terlepas dari pengaruh permintaan dalam negeri

atas barang-barang konsumsi dan impor atas bahan baku dan penolong, serta barang

modal yang pasokannya belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh industri-industri

dalam negeri. impor ini nantinya akan digunakan untuk proses industri dalam negeri

dan industri yang berorientasi ekspor.

perkembangan nilai impor migas indonesia dari tahun 1994-2010 mengalami

(23)

nilai impor migas yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 30,552.9

milyar rupiah dan yang terendah terjadi pada tahun 1994 yaitu sebesar 2,367.4 milyar

rupiah.

perkembangan nilai impor non-migas indonesia dari tahun ke tahun

mengalami fluktuasi. nilai impor non migas indonesia rata-rata 40,473.85 milyar

rupiah per tahun. nilai impor non-migas yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu

sebesar 98,644.40 milyar rupiah dan yang terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu

sebesar 20,322.20 milyar rupiah.

tabel 1.1. perkembangan nilai impor indonesia tahun 1994-2010 (milyar rp)

tahun

nilai impor indonesia ( milyar rupiah)

total impor migas non migas

1994 31,983.50 2,367.40 29,616.10

1995 40,628.70 2,910.80 37,717.90

1996 42,928.50 3,595.50 39,333.00

1997 41,679.80 3,924.10 37,755.70

1998 27,336.90 2,653.70 24,683.20

1999 24,003.30 3,681.10 20,322.20

2000 33,514.80 6,019.50 27,495.30

2001 30,962.10 5,471.80 25,490.30

2002 31,288.90 6,525.80 24,763.10

2003 32,550.70 7,610.90 24,939.80

2004 46,524.50 11,732.00 34,792.50

2005 57,700.90 17,457.70 40,243.20

2006 61,065.50 18,962.90 42,102.60

2007 74,473.40 21,932.80 52,540.60

2008 129,197.30 30,552.90 98,644.40

(24)

2010 62,890.60 13,123.50 49,767.10

rata-rata 50,915.21 10,441.36 40,473.85 sumber : bps di olah

gambar 1.1. perkembangan impor indonesia periode tahun 1994-2010

kondisi terakhir impor non migas indonesia selama januari-juli 2010 terjadi

defisit neraca perdagangan nonmigas dengan 12 negara utama yang mencapai 2.572

juta us$ atau melonjak tajam 2.551% dibandingkan dengan defisit januari-juli tahun

lalu yang hanya 97 juta us$. menurut kalkulasi badan pusat statistik, impor nonmigas

dari 12 negara tersebut selama januari-juli 2010 mencapai 48.177,6 juta us$,

sedangkan ekspornya mencapai 45.605,6 juta us$. dengan demikian defisit

perdagangannya mencapai 2.572 juta us$. pada periode yang sama tahun lalu, nilai

impornya 32.390,7 juta us$ dan ekspornya 32.293,7 juta us$, sehingga defisitnya

hanya 97 juta us$. kontribusi impor non-migas dari 12 negara tersebut (china, jepang,

singapura, amerika serikat, thailand, korea selatan, malaysia, australia, taiwan,

(25)

terkait dengan lonjakan defisit perdagangan dengan 12 negara utama, otomotif

dan komponen-komponennya mencatat lonjakan impor yang sangat tinggi. lonjakan

impor otomotif dan komponen-komponennya itu terkait dengan peningkatan

pembelian mobil di dalam negeri. impor yang didominasi barang konsumsi,

membuktikan bahwa kemampuan produksi industri nasional semakin menurun.

pemerintah perlu mewaspadai tren impor yang masih akan terus meningkat dan

konsumen di tanah air sudah dimanjakan dengan harga murah barang-barang impor.

data terakhir dari badan pusat statistik menyebutkan bahwa total nilai impor

pada oktober 2011 mencapai us$ 15,65 milyar atau naik 3,18% dibanding impor

september yang besarnya hanya us$ 15,17 milyar. sedangkan, jika dibanding impor

oktober 2010 (us$ 12,12 milyar) naik 29,14%. impor migas turun 5,7% atau senilai

us$ 3,28 milyar tetapi non migas naik sebesar 5,82% atau mencapai us$ 12,37 milyar.

adapun, total impor dari januari hingga oktober 2011 mencapai us$ 145,68 milyar

atau meningkat 33,03% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya

us$ 109,51 milyar.

naik turunnya nilai impor migas dan non migas sangat dipengaruhi oleh

situasi dan kondisi sosial politik, pertahanan dan keamanan, kurs valuta asing serta

tingkat pendapatan dalam negeri yang diperoleh dari sektor-sektor yang mampu

memberikan pemasukan selain perdagangan internasional. besarnya nilai impor

(26)

memanfaatkan sumber daya yang ada dan juga tingginya permintaan impor dalam

negeri.

pendapatan nasional sangat mempengaruhi pola konsumsi, biasanya pola

konsumsi penduduk yang meningkat di negara sedang berkembang akan diikuti oleh

kecenderungan meningkatkan impor, hal ini disebabkan produktivitas di negara

tersebut belum mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhannya. dalam kenyataan,

amat sulit untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode

tertentu. sehingga untuk menaksir perubahan output angka yang digunakan adalah

nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai produk domestik bruto (pdb).

berdasarkan data yang diperoleh dari badan pusat statistik, diperoleh bahwa

perkembangan produk domestik bruto (pdb) indonesia menunjukkan tren yang positif

dari tahun ke-tahun sejak tahun 1994 hingga 2010 ditunjukkan oleh gambar berikut

ini.

tabel 1.2. perkembangan produk domestik bruto indonesia tahun 1994-2010 (milyar rupiah)

tahun pdb (milyar rupiah) pertumbuhan (%)

(27)

2005 2,774,281.10 0.21

2006 3,339,216.80 0.20

2007 3,950,893.20 0.18

2008 4,951,356.70 0.25

2009 5,613,441.70 0.13

2010 6,968,645.80 0.24

sumber : bps di olah

gambar 1.2 perkembangan pdb indonesia periode tahun 1994 – 2010.

gambar 1.2 menunjukkan bahwa produk domestik bruto (pdb) indonesia

berada dibawah 1,000,000 milyar setiap tahunnya hingga pada tahun1997 dan terus

mengalami peningkatan sejak masa krisis ekonomi 1997. sejak tahun 1998 setelah

masa krisis ekonomi produk domestik bruto (pdb) indonesia berada diatas 1,000,000

milyar setiap tahunnya. perubahan ini tentunya memberikan dampak positif bagi

perkembangan impor indonesia, dimana setelah dampak krisis berakhir di tahun 2003

(28)

krisis ekonomi yang terjadi di indonesia mengakibatkan menurunnya

kemampuan indonesia dalam mengimpor barang-barang dari luar negeri dikarenakan

nilai tukar rupiah yang terus mengalami penurunan, inflasi dalam negeri yang

meningkat serta tingkat konsumsi masyarakat kian menurun pada saat itu. hal ini

dapat di lihat juga pada gambar 1.1. perkembangan impor indonesia periode tahun

1994-2010.

pada awal terjadinya krisis ekonomi bulan agustus 1997 nilai tukar rupiah

terhadap dolar amerika serikat (us$) sebesar rp 3.035 per us$, terus mengalami

tekanan sehingga pada desember 1997 nilai tukar rupiah terhadap us$ tercatat sebesar

rp 4.650 per us$. memasuki tahun 1998, nilai tukar rupiah melemah menjadi sebesar

rp 10.375 per us$, bahkan pada bulan juni 1998 nilai tukar rupiah sempat menembus

level rp 14.900 per us$ yang merupakan nilai tukar terlemah sepanjang sejarah nilai

tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat (us$).

nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat (us$) tahun 1999 melakukan

recovery menjadi sebesar rp 7.810 per us$, tahun 2000 kembali melemah sebesar rp

8.530 per us$, tahun 2001 melemah lagi menjadi rp 10.265 per us$, tahun 2002

kembali menguat menjadi rp 9.260 per us$, tahun 2003 menguat menjadi rp 8.570 per

us$ dan pada tahun 2004 melemah menjadi rp 8.985 per us$. fluktuasi nilai tukar

rupiah ini tentunya berpengaruh terhadap kuantitas dan nilai impor indonesia.

(29)

negeri tetapi disisi lain dapat menguras cadangan devisa dan juga merongrong produk

barang dan jasa sejenis yang diproduksi di dalam negeri.

uraian sebelumnya adalah alasan dari penulisan penelitian ini dengan judul :

pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi

terhadap nilai impor migas dan non migas indonesia”.

1.2. perumusan masalah

berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. apakah produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi

berpengaruh terhadap nilai total impor indonesia?

2. apakah produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi

berpengaruh terhadap nilai impor migas?

3. apakah produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi

berpengaruh terhadap nilai impor non migas?

1.3. tujuan penelitian

dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah

(30)

2. untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah

dan tingkat inflasi terhadap nilai impor migas indonesia.

3. untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah

dan tingkat inflasi terhadap nilai impor non migas indonesia.

1.4. manfaat penelitian

1. bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intellectual

exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya piker ilmiah serta

meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin ilmu yang digeluti.

2. bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

kemajuan dan pengembangan ilmu khususnya tentang pengetahuan impor.

3. bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

penentuan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya yang terkait dengan

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. teori perdagangan internasional

perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan

antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain,

baik mengenai barang ataupun jasa. adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah

penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor,

perusahaan industri, perusahaan negara ataupun pemerintah yang dapat dilihat dari

neraca perdagangan (sobri, 2001).

perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar

yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. masing-masing

pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran

tersebut, dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menetukan apakah ia

mau melakukan pertukaran atau tidak (boediono, 2000).

setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tentu akan

memperoleh manfaat bagi negara tersebut. manfaat tersebut antara lain:

1. memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.

banyak factor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi setiap negara.

(32)

penguasaan iptek dan lain-lain. dengan adanya perdagangan internasional,

setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

2. memperoleh keuntungan dari spesialisasi.

sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh

keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. walaupun suatu negara dapat

memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh

negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor

barang tersebut dari luar negeri. dengan mengadakan spesialisasi

perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keunggulan sebagai berikut ;

A. faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan

lebih efisien.

B. setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat

diproduksi dalam negeri.

3. memperluas pasar dan menambah keuntungan.

terkadang para pengusaha tidak membelanjakan mesin-mesinnya (alat

produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi

kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka.

dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan

mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut

(33)

4. transfer teknologi modern.

perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari

teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih

modern.

2.1.1. merkantilisme

dalam perdagangan internasional terdapat beberapa aliran pemikiran,

diantaranya aliran pemikiran yang dikenal sebagai aliran merkantilisme. secara lebih

spesifik, selama abad ketujuh belas dan delapan belas, sekelompok pria (para

pedagang, bankir, pegawai pemerintah bahkan para filsuf) telah menulis esai dan

pamflet mengenai perdagangan internasional yang disebut dengan merkantilisme.

para penganut merkantilisme itu berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin

ekspor dan sesedikit mungkin impor. surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya

akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas

dan perak. semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh sebuah negara, maka

semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. dengan demikian, pemerintah harus

menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor, dan mengurangi serta

membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah). namun, oleh karena

setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor, juga karena

jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah negara

(34)

aliran merkantilisme ini berpendapat bahwa perdagangan internasional akan

terjadi apabila terdapat kesempatan memperoleh surplus neraca transaksi berjalan

(current account). dalam aliran ini kegiatan ekspor impor diletakkan sebagai

lokomotif utama yang dipacu melalui peningkatan industri dalam negeri. hasil ekspor

tersebut akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan impor. barang/komoditas

impor selain untuk pemenuhan kebutuhan primer/utama, juga dapat merupakan

pelengkap hingga substitusi di mana beberapa jenis dari barang-barang tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai barang saingan untuk produk-produk lokal (yang dihasilkan

di dalam negeri).

aliran merkantilisme mengetengahkan pemikiran bahwa kegiatan produksi

dalam negeri dan ekspor harus ditingkatkan dengan memberikan rangsangan berupa

subsidi dan fasilitas-fasilitas lain dari pemerintah. sebaliknya, impor harus dibatasi

melalui serangkaian hambatan impor yang berupa proteksi hingga perlindungan

khusus, khususnya untuk industri-industri strategis maupun industri rakyat.

adam smith menjelaskan bahwa perdagangan bebas antarnegara akan

membawa keuntungan bagi kedua negara tersebut, jika salah satu dari kedua negara

tersebut tidak memaksakan untuk memperoleh surplus perdagangan yang dapat

menciptakan defisit neraca perdagangan dari mitra dagangnya (halwani, 2005).

salah satu tokoh besar yang lahir pada zaman merkantilisme adalah thomas

mun. mun adalah seorang cendekiawan inggris dan putera seorang pedagang di

(35)

england treasure by foreign trade yang memberikan sumbangan yang sangat besar

terhadap teori perdagangan internasional. mun berpendapat bahwa untuk

meningkatkan kekayaan negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat perdagangan

dan karena itu pedoman yang harus dipegang teguh oleh suatu negara adalah

mengusahakan agar nilai ekspor ke luar negeri harus lebih besar dibandingkan dengan

yang diimpor oleh negara itu. keuntungan bersih menurutnya akan diperoleh melalui

selisih dari hasil penjualan yaitu ekspor dengan pembelian yaitu impor dan dengan

demikian jumlah uang emas dan perak yang akan diterima akan semakin besar tiap

tahunnya.

mun juga berpendapat jika suatu negara lewat perdagangan memperoleh

banyak uang, jangan sampai modal itu hilang justru karena uang itu tidak

dipergunakan untuk berdagang lagi. dari argumen mun dapatlah ditarik sebuah

kesimpulan bahwa bahkan dalam suatu tata ekonomi perdagangan, uang

barumerupakan kekayaan yang berarti hanya bila uang tersebut digunakan sebagai

alat tukar menukar, dan uang akan menjadi beban suatu negara jika uang hanya

disimpan saja. sumbangan mun yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya suatu

kerangka dasar neraca pembayaran suatu negara pada tahun tertentu. walaupun neraca

pembayaran pada saat itu angka-angka itu memang tidak disusun teliti, namun yang

penting mun telah menunjukkan kerangka dasar neraca pembayaran dengan baik

(36)

sebutan merkantilisme mengandung makna menyamakan suatu bangsa atau

negara dengan kebijakan seorang pedagang, yang berusaha mendapatkan hasil yang

lebih besar pada waktu menjual dibandingkan dengan apa yang dikeluarkannya ketika

membeli dan dengan demikian meningkatkan kekayaan perusahaannya. seperti

layaknya seorang pedagang, bangsa yang merkantilis memandang bangsa dan negara

lain sebagai saingannya dan mencoba untuk merebut pasaran saingannya dengan cara

merebut suatu monopoli atau dengan cara lainnya. biasanya seorang pedagang

berusaha untuk menekan harga barang yang akan dibelinya, dan membayar upah

serendah mungkin dengan tujuan untuk menekan biaya pada titik yang paling

minimal. demikian juga negara yang menganut paham merkantilisme berusaha untuk

menumpuk kekayaan dengan jalan memeras dan menguras sumber-sumber daya yang

murah di negara jajahan dan mengupah buruh dengan upah yang sangat minim di

negerinya sendiri. karena situasi dan kondisi tersebutlah maka mengapa peranan

negara harus begitu kuat demi nasionalisme ekonominya. kekuasaan negara yang

semakin kuat berhasil menciptakan keadaan yang aman dengan mengatasi

konflik-konflik antar wilayah yang sering berkecamuk di antara para bangsawan.

terciptanya keamanan dan kestabilan dalam negeri ini merupakan prasayarat

untuk memperluas pasar dalam negeri dan perkembangan produksi. di samping itu

juga negara memberikan kemudahan-kemudahan kepada para pedagang untuk

melakukan perdagangan internasional, dengan demikian maka keuntungan yang

(37)

merkantilisme memang tidak semata mendatangkan keuntungan belaka bagi

negara-negara yang melakukan perdagangan internasional, namun juga kerugian bahkan

penderitaan bagi para buruh, petani, dan rakyat yang tinggal di daerah koloni sebagai

daerah jajahan. para buruh dipaksa bekerja dengan sekeras-kerasnya dengan upah

yang serendahrendahnya guna mendorong ekspor sebanyak-banyaknya, bahkan

konsumsi untuk dalam negeripun sampai dilupakan. jam kerja pada kenyataannya

sangat tidak terbatas. kondisi buruh sangat memprihatinkan, anak-anak dan para

wanita dengan pakaian yang compang-camping dipaksa untuk bekerja di tambang

batu bara di inggris. pemogokan para pekerja dianggap sebagai suatu kejahatan dan

langsung ditindak tegas. nasib para petani tidak lebih baik dibandingkan dengan

kaum buruh, pada saat itu fungsi pertanian hanya dipandang sebagai penyedia bahan

pangan yang semurah mungkin dengan demikian juga upah buruh dapat ditekan

rendah, dan sebagai sumber bahan mentah untuk industri yang semurah-murahnya.

karena itu mengapa penghasilan para tuan tanah terutama para petani yang bekerja

padanya begitu rendah. belum lagi jika lahan pertanian dipaksa untuk diubah menjadi

lahan industri oleh pemerintah, maka dapatlah dipastikan berapa banyak para petani

yang bakal menganggur. lebih mengenaskan lagi nasib daerah jajahan pada saat itu.

karena didorong motivasi untuk memperoleh daerah koloni baru guna menopang

industri-industri yang baru tumbuh, maka perbudakan menjadi salah satu cara guna

memperoleh sumber daya manusia yang murah bagi industri di negara merkantilis.

(38)

jajahan dengan tujuan untuk memperoleh sumber daya alam dengan

semurahmurahnya seperti kentang, tembakau, kopi, tebu, teh, cengkeh, dan lain-lain

untuk dijual lagi dengan harga yang setinggi-tingginya (limongan, 2001).

kaum merkantilis mengukur kekayaan sebuah negara dengan stok/cadangan

logam mulia yang dimilikinya. sementara saat sekarang ini kita mengukur kekayaan

sebuah negara dengan cadangan sumber daya manusia, hasil produksi manusia, serta

kekayaan alam yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa. semakin besar

cadangan ini, semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi keinginan

manusia, dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup masyarakat

negara tersebut. dalam setiap kesempatan, kaum merkantilis selalu melakukan

pengendalian pemerintah yang ketat terhadap semua aktivitas ekonomi dan

mengajarkan nasionalisme ekonomi karena mereka percaya bahwa sebuah negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara

lain dimana artinya, perdagangan adalah a zero-sum game (salvatore, 2006).

2.1.2. keunggulan absolut

ekonomi klasik resmi berdiri ketika adam smith mengeluarkan bukunya yang

berjudul an inquiry into nature and causes of the wealth of nations, yang biasa

disingkat dengan wealth of nations. dalam bukunya, adam smith ingin menjelaskan

bagaimana meningkatkan kekayaan/kemakmuran suatu negara dan bagaimana

(39)

bertambah searah dengan peningkatan ketrampilan dan efisiensi para tenaga kerja,

dan sejalan dengan persentase penduduk yang terlibat dalam proses produksi.

kesejahteraan ekonomi setiap individu tergantung pada perbandingan antara produksi

total dengan jumlah penduduk. adam smith juga menganjurkan adanya spesialisasi

kerja dan penggunaan mesin-mesin sebagai sarana utama untuk peningkatan

produksi. ia juga memperkenalkan konsep invisible hand-nya di mana setiap orang

yang melakukan kegiatan di dalam perekonomian dituntun oleh sebuah “tangan yang

tidak kelihatan” sehingga dengan mengejar kepentingannya sendiri seringkali justru

lebih efektif memajukan kepentingan masyarakat terlebih dahulu.

menurut adam smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada

keunggulan absolut. jika suatu negara menghendaki adanya persaingan, perdagangan

bebas dan spesialisasi di dalam negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam

hubungan antarbangsa. sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki

keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi,

namun kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara

lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat

memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam

memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya

dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. melalui proses ini, sumber

daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien. output kedua

(40)

mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan

perdagangan. keunggulan absolut tersebut dapat diilustrasikan, jika negara a dapat

memproduksi kentang untuk 8 unit per tenaga kerja sedangkan negara b untuk

komoditi yang sama hanya dapat memproduksi 4 unit per tenaga kerja, sedangkan

untuk komoditi lain misalnya gandum, negara a hanya dapat memproduksi 6 unit per

tenaga kerja sedangkan untuk negara b dapat memproduksi 12 unit per tenaga kerja,

maka dapat disimpulkan bahwa negara a mempunyai keunggulan absolut dalam

produksi kentang dibandingkan dengan negara b, sedangkan negara b dapat dikatakan

mempunyai keunggulan absolut dalam produksi gandum dibandingkan negara a.

perdagangan internasional yang saling menguntungkan antara kedua negara tersebut

jika negara a mengekspor kentang dan mengimpor gandum dari negara b, dan

sebaliknya negara b mengekspor gandum dan mengimpor kentang dari negara a.

2.1.3. keunggulan komparatif

teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh david ricardo.

teorinya dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif. berbeda dengan teori

keunggulan absolut yang mengutamakan keunggulan absolut dalam produksi tertentu

yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini

berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat terjadi walaupun satu negara

tidak mempunyai keunggulan absolut, asalkan harga komparatif di kedua negara

berbeda. ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi

(41)

mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya. teori ini menekankan bahwa

perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika salah satu negara tidak

memiliki keunggulan absolut atas suatu komoditi seperti yang diungkapkan oleh

adam smith, namun cukup memiliki keunggulan komparatif di mana harga untuk

suatu komoditi di negara yang satu dengan negara lainnya relatif berbeda.

menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang

efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam

memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan

perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. negara pertama harus

melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki

kerugian absolut lebih kecil (keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang

memiliki kerugian absolut yang lebih besar (kerugian komparatif). dalam konteks dua

negara dan dua komoditi, jika salah satu negara telah ditetapkan memiliki keunggulan

komparatif dalam satu komoditi, maka negara satunya harus dianggap memiliki

keunggulan komparatif dalam komoditi lainnya.

2.1.4. teori heckscher-ohlin (h-o)

teori heckscher-ohlin (h-o) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan

baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan

faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. menurut heckscher-ohlin, suatu

(42)

memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan

faktor produksi. basis dari keunggulan komparatif adalah:

A. faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu

negara.

B. faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,

apakah labor intensity atau capital intensity.

teori modern heckescher-ohlin atau teori h-o menggunakan dua kurva pertama

adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang

sama. dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk

yang sama. menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan

kurva isoquant pada suatu titik optimal. jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh

produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk

tertentu. analisis hipotesis h-o dikatakan berikut:

A. harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

B. comparative advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing

negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang

dimilikinya.

C. masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan

mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi

(43)

D. sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu

karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal

untuk memproduksinya.

E. kelemahan dari teori h-o yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang

dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis

akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.

teori perdagangan internasional modern dimulai ketika ekonomi swedia yaitu

eli hecskher dan bertil ohlin mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan

internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif.

sebelum masuk ke dalam pembahasan teori h-o, tulisan ini sedikit akan

mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori h-o. teori

klasik comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat

terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang

secara eksplisit dinyatakan) antar negara (salvatore, 2006). namun teori ini tidak

memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut.

teori h-o kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab

terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. teori h-o menyatakan penyebab

perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang

dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya

menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. oleh karena itu

(44)

negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam

memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor

barangnya. sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika

negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam

memproduksinya.

hipotesis teori h-o

sebelum melakukan kritik terhadap teori h-o, di bawah ini akan dikemukakan

hipotesis yang telah dihasilkan oleh teori h-o, antara lain:

A. produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor

di tiap negara turun.

B. harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

C. harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang a di kedua negara

cenderung sama demikian pula harga barang b di kedua negara cenderumg

sama.

D. perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya kapital dengan negara yang

kaya labor.

E. masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan

mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi

yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi. sehingga negara

(45)

sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya padat

kapital.

kelemahan asumsi teori h-o

untuk lebih memahami kelemahan teori h-o dalam menjelaskan perdagangan

internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:

A. asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam

memproduksi adalah tidak valid. fakta yang ada di lapangan negara sering

menggunakan teknologi yang berbeda.

B. asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi

lebih menjadi masalah. hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah

produk negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala

ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment h-o.

C. asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. adanya mobilitas faktor secara

internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang

menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara.

maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi h-o tetapi tidak mengurangi

validitas model h-o.

D. asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi

jika melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak negara

(46)

2.2. impor

perdagangan internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekspor dan

impor. ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ke

negara lain. sedangkan impor adalah arus kebalikan daripada ekspor yaitu barang dan

jasa yang masuk kesuatu negara. pada hakekatnya perdagangan luar negeri timbul

karena tidak ada satu negarapun yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk.

dalam perekonomian terbuka selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan

dan pemerintah juga ada sektor luar negeri karena penduduk di negara bersangkutan

telah melakukan perdagangan dengan negara lain. suatu negara yang memproduksi

lebih dari kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut

keluar negeri, sedangkan yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat

mengimpornya dari luar negeri.

impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor, dimana semakin

besar impor dari satu sisi baik karena berguna untuk menyediakan kebutuhan akan

barang dan jasa untuk kebutuhan penduduk suatu negara, namun disisi lain bisa

mematikan produk atau jasa sejenis dalam negeri dan yang paling mendasar dapat

menguras pendaptan negara yang bersangkutan.

berdasarkan laporan indikator indonesia komposisi impor menurut golongan

(47)

1. impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum

dapat dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan

yang belum mencukupi dari produksi dalam negeri, yang meliputi makanan

dan minuman untuk rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, alat

angkut bukan industri, barang tahan lama, barang setengah tahan lama serta

barang tidak tahan lama.

2. impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman

untuk industri, bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas, serta

suku cadang dan perlengkapan.

3. impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil

penumpang dan alat angkut untuk industri.

besarnya impor suatu negara tergantung pada pendapatan, dimana semakin

tinggi pendapatan maka semakin tinggi impor baik berupa barang maupun jasa

sebagai akibat dari perkembangan aktivitas perekonomian. faktor lain yang

mempengaruhi impor adalah adanya daya saing produksi dalam negeri, selera

masyarakat dan faktor lainnya. misalnya saja inflasi dan perubahan nilai tukar rupiah

(48)

2.3. produk domestik bruto (pdb)

2.3.1. definisi produk domestik bruto (pdb)

pdb diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan

ekonomi suatu negara. perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran

makro utama tentang kondisi suatu negara. pada umumnya perbandingan kondisi

antar negara dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya sebagai gambaran, bank dunia

menentukan apakah suatu negara berada dalam kelompok negara maju atau

berkembang melalui pengelompokan besarnya pdb, dan pdb suatu negara sama

dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian (herlambang,

2001).

menurut samuelson, pdb adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam

batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. pdb mengukur nilai barang dan jasa

yang di produksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada

suatu periode waktu tertentu. dengan demikian warga negara yang bekerja di negara

lain, pendapatannya tidak dimasukan ke dalam pdb (herlambang, 2001).

sukirno (2002) mendefinisikan pdb sebagai nilai barang dan jasa dalam suatu

negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan

warga negara asing. sedangkan wijaya (1997) menyatakan bahwa pdb adalah nilai

uang berdasarkan harga pasar dari semua barang-barang dan jasa-jasa yang

diproduksi oleh suatu perekonomian dalam suatu periode waktu tertentu biasanya

(49)

jasa yang diproduksi di dalam suatu negara selama periode tertentu biasanya satu

tahun.

2.3.2. hubungan pdb dengan impor

pendapatan nasional sangat mempengaruhi pola konsumsi, biasanya pola

konsumsi penduduk yang meningkat di negara sedang berkembang akan diikuti oleh

kecenderungan meningkatkan impor, hal ini disebabkan produktivitas di negara

tersebut belum mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhannya. dalam kenyataan,

amat sulit untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode

tertentu. sehingga untuk menaksir perubahan output angka yang digunakan adalah

nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai produk domestik bruto (pdb).

realisasi impor juga ditentukan oleh kemampuan masyarakat suatu negara

untuk membeli barang-barang buatan luar negeri, yang berarti besarnya impor

tergantung dari tingkat pendapatan nasional negara tesebut. makin tinggi tingkat

pendapatan, serta makin rendah kemampuan negara dalam menghasilkan

barang-barang tersebut, maka impor makin tinggi dan makin banyak terdapat “kebocoran”

dalam pendapat nasional (deliarnov, 2005).

hubungan antara impor dengan pendapatan nasional dapat dinyatakan dengan:

1. average propencity to impor (apm), yaitu dapat dinyatakan dengan jumlah

pendapatan nasional yang dikeluarkan untuk impor (m/y).

2. marginal propencity to impor (mpm), yaitu perbandingan antara δ tambahan

(50)

hubungan antara mpm dengan apm disebut elastisitas pendapatan atas impor,

yaitu perbandingan antara persentase perubahan pendapatan nasional sehingga

apabila terjadi pertambahan pendapatan nasional sebesar δy maka akan terjadi

perubahan impor sebesar mpm atau sebesar δm/δy (sobri, 2001).

……….. (2.1)

hubungan antara impor dengan pendapatan nasional secara matematis

dirangkum oleh fungsi impor sebagai berikut :

m = mo + my ……….. (2.2)

keterangan:

m = jumlah impor

mo = jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan oleh pendapatan (y)

m = kecenderungan untuk mengimpor

y = pendapatan nasional

semakin besar pendapatan nasional maka impor akan semakin besar yang ditentukan

oleh marginal propencity to impor.

2.4. nilai tukar internasional

perdagangan yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang

dilakukan dalam satu negara, karena harus memakai dua mata uang yang berbeda

M Δ M

(51)

misalnya antara negara indonesia dan amerika serikat. pengimpor amerika harus

membeli rupiah untuk membeli barang-barang indonesia, sebaliknya pengimpor

indonesia harus membeli dolar amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap

barang yang dibelinya dari amerika. besarnya jumlah mata uang tertentu yang

diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang

asing.

2.4.1. definisi nilai tukar

nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata

uang terhadap mata uang negara lain. apabila kondisi ekonomi suatu negara

mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara

substansional. masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi

dengan negara lain, dimana masing-masing negara menggunakan mata uang yang

berbeda. jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu

negara untuk memperoleh mata uang negara lain.

nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam

negeri, tingkat inflasi dan investasi bank sentral terhadap pasar uang jika diperlukan.

nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peranan penting dalam rangka

stabilitas moneter dalam mendukung kegiatan ekonomi. nilai tukar yang stabil

diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia

(52)

melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya saat terjadi gejolak yang

berlebihan.

para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu nilai tukar nominal

dan nilai tukar riil. nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif

dari mata uang dua negara. sebagai contoh, jika antara dolar amerika serikat dan yen

jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang amerika serikat bisa menukar 1 dolar

untuk 120 yen di pasar uang. sebaliknya orang jepang yang ingin memiliki dolar akan

membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli. ketika orang mengacu pada “kurs”

dianta kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (mankiw, 2006).

nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang

diantara dua negara. nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa

memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara

lain. nilai tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga suatu mata uang suatu negara

terhadap mata uang negara lain (krugman dan obsfelt, 2000). nilai tukar riil adalah

nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relative yaitu harga-harga

didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga diluar negeri. nilai tukar dapat

dihitung dengan menggunakan rumus :

dimana q adalah nilai tukar riil, s adalah nilai tukar nominal, p adalah tingkat

harga domestik dan p* adalah tingkat harga di luar negeri.

Q

SP =

(53)

penentuan sistem nilai tukar sangatlah penting karena merupakan suatu alat

yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara dari

gejolak perekonomian global. pada dasarnya kebijakan nilai tukar yang ditetapkan

suatu negara mempunyai beberapa fungsi utama.

pertama berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran,

dengan sasaran akhir menjaga kecukupan cadangan devisa. oleh karena itu, dalam

menetapkan arah kebijakan nilai tukar tersebut diutamakan untuk mendorong dan

menjaga daya saing ekspor dalam upaya untuk memperkecil defisit current account

atau memperbesar surplus current account.

fungsi kedua adalah untuk menjaga kestabilan pasar domestik. fungsi ini

untuk menjaga agar nilai tukar tidak dijadikan sebagai alat untuk spekulasi, dalam arti

bahwa dalam hal nilai tukar suatu negara mengalami overvalued maka masyarakat

akan mendorong menjual valuta asing. ketidakstabilan pasar domestik yang demikian

dapat menimbulkan kegiatan spekulatif seperti perkembangan akhir-akhir ini, yang

pada gilirannya dapat mengganggu kestabilan makro.

fungsi ketiga sebagai instrument moneter khususnya bagi negara yang

menerapkan suku bunga dan nilai tukar sebagai sasaran operasional kebijakan

moneter. dalam fungsi ini depresiasi dan apresiasi nilai tukar digunakan sebagai alat

untuk sterilisasi dan ekspansi jumlah uang beredar.

fungsi keempat adalah sebagai nominal anchor dalam pengendalian inflasi.

(54)

sebagai nominal anchor baik melalui pengendalian depresiasi nilai tukar. sebagai

gambaran pada akhir tahun 1970-an, orthodox programs dilaksanakan di argentina,

brazil, istrael, dan mexico, selain itu juga pada tahun 1991 covertibility plan

diterapkan di argentina.

kebijakan nilai tukar uang di dunia sangat dipengaruhi oleh sistem bretton

wood yang diformulasikan pada tahun 1994. bretton wood adalah nama tempat di

new hampshire, amerika serikat. dari perjanjian di bretton wood tersebut kemudian

diperkenalkan sebuah konsep mengenai nilai tukar (fixed exchange rate) yang

diyakini oleh para ahli pada waktu itu dapat memberikan kepastian dan stabilitas bagi

kegiatan perdagangan dan investasi dalam bisnis internasional. namun sistem ini

berakhir pada saat pemerintahan presiden nixon pada 15 agustus 1971 mengeluarkan

dekrit dengan dicanangkannya bahwa nilai dolar tidak dikaitkan dan tidak convertible

terhadap seberat tertentu emas. dengan berakhirnya dekrit tersebut maka berakhirlah

system kurs tetap dan dimulailah system kurs mengambang (floating rate system).

ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar

mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. faktor-faktor tersebut adalah:

1. laju inflasi relatif

dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk

barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga

perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri

(55)

misalnya, jika amerika sebagai mitra dagang indonesia mengalami tingkat

inflasi yang cukup tinggi maka harga barang amerika juga menjadi lebih

tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap barang dagangan relatif

mengalami penurunan.

2. tingkat pendapatan relatif

faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata

uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri. laju

pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang

asing. sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan

valuta asing relatif dibandingkan dengan suplai yang tersedia.

3. suku bunga relatif

kenaikan suku bunga mengakibatkan aktivitas dalam negeri menjadi lebih

menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri.

terjadinya penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata

uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga

di dalam dan di luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di

dalam atau di luar negeri (natalia, 2009). dengan demikian sumber dari

perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing

terhadap mata uang dalam negeri.

(56)

kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam

berbagai hal termasuk:

A. usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.

B. usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.

C. melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli

mata uang.

D. alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah:

untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang

bersangkutan.

A. untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang

ditentukan.

B. tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.

C. berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku

bunga dan tingkat pendapatan.

5. ekspektasi

faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi

atau nilai tukar di masa depan. sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar

valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan.

dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di as mungkin

(57)

nilai dollar akan menurun di masa depan. reaksi langsung akan menekan nilai

tukar dollar dalam pasar.

2.4.2. hubungan nilai tukar internasional dengan impor

nilai tukar mata uang merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang

berbeda atau dikenal dengan sebutan kurs. nilai tukar didasari dua konsep, pertama,

konsep nominal, merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang

yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain. kedua, konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran

internasional.

permintaan dan penawaran akan valuta asing akan membentuk tingkat nilai

tukar suatu mata uang domestik dengan mata uang negara lain. penawaran dan

permintaan terhadap valuta asing timbul karena adanya hubungan internasional dalam

perdagangan barang, jasa, maupun modal. penawaran valuta asing disebabkan adanya

ekspor barang, jasa, transfer atau hibah dari luar negeri maupun kapital masuk.

sedangkan permintaan valuta asing disebabkan adanya impor barang, jasa maupun

kapital, sehingga untuk menyelesaikan transaksi perlu menukarkan suatu mata uang

domestik dengan valuta asing, dan sebaliknya (halwani, 2005).

dalam sistem nilai tukar internasional mengambang, depresiasi atau apresiasi

nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. jika

Gambar

tabel 1.1. perkembangan nilai impor indonesia tahun 1994-2010 (milyar rp)
gambar 1.1. perkembangan impor indonesia periode tahun 1994-2010
tabel 1.2. perkembangan produk domestik bruto indonesia tahun 1994-2010                   (milyar rupiah)
gambar 1.2 perkembangan pdb indonesia periode tahun 1994 – 2010.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kurs, Inflasi dan PDB Terhadap Nilai Ekspor Bersih Non Migas Indonesia Tahun 1980 – 2000” tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Produk Domestik Bruto, dan Harga Minyak Internasional terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia

Apakah terdapat pengaruh signifikan produk domestik bruto, nilai tukar rupiah/dollar AS, inflasi, dan tingkat suku bunga (BI Rate) secara simultan terhadap return

Tujuan penelitian ini adalah mencari model peramalan terbaik dengan menggunakan metode VAR-X dan VECMX untuk data ekspor, impor dan PDB dengan kovariat nilai

“Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi dan Produk Domestik Bruto terhadap Neraca Transaksi Berjalan” ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah direncanakan.. Selama

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah, produk domestik bruto dan jumlah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, produk domestik bruto, harga emas dunia, harga minyak mentah dunia, tingkat suku bunga, dan

Pengaruh negatif dari nilai tukar rupiah atas US Dollar terhadap impor Indonesia perlu diantisipasi dengan cara meningkatkan ketersediaan berbagai produk di dalam negeri