ANALISIS KUALITAS FISIK, BIOLOGI, DAN KIMIA PADA AIR
MINUM DALAM KEMASAN BERBAGAI MERK YANG
DIJUAL DI KOTA MEDAN TAHUN 2012
S K R I P S I
Oleh:
NIM 061000140
WAHYUNI DEYLYANA SIREGAR
ANALISIS KUALITAS FISIK, BIOLOGI, DAN KIMIA PADA AIR
MINUM DALAM KEMASAN BERBAGAI MERK YANG
DIJUAL DI KOTA MEDAN TAHUN 2012
S K R I P S I
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memeperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NIM 061000140
WAHYUNI DEYLYANA SIREGAR
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul
ANALISIS KUALITAS FISIK, BIOLOGI, DAN KIMIA PADA AIR MINUM DALAM KEMASAN BERBAGAI MERK YANG
DIJUAL DI KOTA MEDAN TAHUN 2012 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM 061000140
WAHYUNI DEYLYANA SIREGAR
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 20 April 2012 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji
NIP. 195804041987032002 dr. Surya Dharma, MPH
Penguji II
NIP. 196501091994032002 Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina,
MS
Penguji I
NIP. 197002191998022001 dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes
ABSTRAK
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari tersebut masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kesehatan. Sesuai dengan ditemukannya beberapa produk air minum dalam kemasan gelas yang tidak memenuhi syarat kesehatan maka perlu untuk melakukan pemeriksaan kualitas fisik, biologi dan kimia pada air minum dalam kemasan gelas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas fisik, kimiawi, dan biologis (total coliform), serta observasi keadaan kemasan dari air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan.
Berdasarkan hasil penelitian pelabelan pada kemasan air minum dalam kemasan gelas menunjukkan tidak semua sampel memenuhi syarat pelabelan, hanya 1 dari 9 yang memenuhi seluruh syarat yang tercantum (11%). Kualitas fisik air minum dalam kemasan gelas yang memenuhi syarat bau, rasa, warna, TDS, dan suhu (100%). Kualitas biologi air minum dalam kemasan gelas memenuhi syarat total coliform (100%). Kualitas kimia air minum dalam kemasan gelas memenuhi syarat Arsen, Fluorida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida, Selenium, Aluminium, Besi, Kesadahan, Khlorida, Mangan, pH, Seng, Sulfat, Tembaga, dan Amonia (100%).
Pemerintah Kota Medan perlu meningkatkan pengawasan terhadap produksi dan distribusi air minum dalam kemasan gelas di Kota Medan agar kualitasnya tetap terjaga memenuhi syarat yang ditentukan. Produsen diharuskan agar melengkapi pelabelan yang masih belum memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang memilih produk yang memenuhi syarat kesehatan dengan meningkatkan sosialisasi akan pelabelan kemasan agar masyarakat dapat lebih teliti memilih air minum dalam kemasan yang memenuhi syarat kesehatan.
ABSTRACT
Water is a basic requirement for life. Water which is used by the public for daily use is still not meet the health requirements. Based on the invention of some products of drinking water in the cup packaging that does not met the health requirements,so it is necessary to check the quality of physical, biological and chemical in drinking water in the cup packaging.
The purpose of this research is to determine the quality of drinking water in the cup packaging of some brands that are sold in Medan year 2012.
This research is a descriptive survey, which is to get an idea of the quality of physical, chemical, and biological (total coliform), and observation of the conditions of the packaging cups of drinking water brands sold in Medan year 2011.
Based on the results of the reasearch of the labeling, drinking water in the cup packaging indicates that not all labeled are elligble. Only 1 out of 9 of the label meet all the requirements listed (11%). The physical quality of drinking water in the cup packaging fulfilled the requirements of smell, taste, color, TDS, and temperature (100%). The biological quality of drinking water in the glass packaging fulfilled the requirements to total coliform (100%). Chemical quality of drinking water in the glass packaging fulfilled the requirements of Arsenic, Fluoride, Total Chromium, Cadmium, Nitrite, Nitrate, cyanide, selenium, Aluminium, Iron, Hardness, Chloride, Manganese, pH, Zinc, Sulfate, Copper, and Ammonia (100% ).
Government of Medan need to improve the oversight of the production and distribution of packaging water in Medan, in order to maintain their quality. The Producents must to complete the labeling that still not meet the specified requirements. And they also need to increase public knowledge in choosing products that meet the requirements of health by improving the socialisations of labeling on the water packaging, so public can be more careful in choosing the packaging water.
Keywords: Drinking Water in Glass Packaging, Water Quality, Physical, Biological, Chemical
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : WAHYUNI DEYLYANA SIREGAR
Tempat/Tanggal Lahir : Dili / 28 Juni 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 3 Bersaudara
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jl. Pelita VI Gg. Keluarga no. 46, Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1994-1997 : SD Negeri 10 Dili
2. Tahun 1997-2000 : SD Negeri 060856 Medan
3. Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 12 Medan
4. Tahun 2003-2006 : SMU Negeri 3 Medan
5. Tahun 2006-2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Analisis Kualitas Fisik, Biologi, dan Kimia Pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merk yang Dijual di Kota Medan Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta, ayahanda
Ependi Siregar dan ibunda Normin br. Karo, S.Sos yang telah membesarkan,
mendidik, membimbing dengan penuh kasih sayang, dan tak henti mendoakan
penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah
memberikan kebahagiaan kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Amiin.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, MKes selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan dan
penguji III beserta seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan
yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama
3. dr. Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Prof. DR. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku penguji II yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
7. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKM USU, terima kasih untuk
pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis.
8. Teristimewa kepada orangtua tercinta Ayahanda Ependi Siregar dan Ibunda
Normin br. Karo, S.Sos, serta adik-adikku tersayang Rahma Sari Siregar dan
Zainuddin Siregar yang telah memberikan motivasi, semangat, dukungan dan
doa selama ini.
9. Sahabat-sahabat terbaikku, Dessy Puji Astuti, Dian Maya Sari, Khandila Sari,
Thessianne Prahara Dipta, dan Fadilah Aini, dan Berkat Putra, terima kasih
untuk kebersamaan, dukungan dan semangat yang kalian berikan selama ini.
10.Teman seperjuangan di FKM Hengky, Andre, Iqbal, Conel, Ajem, Fitra,
kepada penulis. Serta semua teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan,
PBL dan LKP yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
11.Senior dan junior yang selalu mendukung dan membantu Bang Budi, Bang
Dani, Kak Kiki, Vonny, Vitry, Rudy,dan Fiesta terima kasih untuk semuanya.
Dan juga terima kasih atas semua bantuan dan dukungan teman baikku
Takim, Bima, Fauzi, dan Wikky.
12.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
2.3. Hubungan Air Terhadap Kesehatan ... 11
2.4. Kualitas Air ... 19
2.6. Cara Pemeriksaan Kualitas Air ... 29
3.6. Aspek Pengukuran ... 35
4.1. Hasil Observasi Terhadap Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas ... 44
4.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012 ... 45
4.2.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Fisik Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012 ... 45
4.2.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Biologi Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012 ... 46
4.2.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kualitas Kimia Air Minum Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012 ... 47
BAB V PEMBAHASAN ... 50
5.1. Observasi Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012 ... 50
5.2. Pemeriksaan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012 ... 54
5.2.1. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012 ... 54
5.2.2. Pemeriksaan Kualitas Biologi Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012 ... 55
5.2.3. Pemeriksaan Kualitas Kimia Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012 ... 57
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM
Lampiran 2 Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik, Biologis,dan Kimia Air Minum Dalam Kemasan Gelas di Kota Medan Tahun 2012
Lampiran 4 Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Hasil Observasi Kemasan Air Minum Dalam Kemasan Gelas
Di Medan Tahun 2012 ... 44
Tabel 4.2 Hasil Observasi Berdasarkan Pelabelan Kemasan Air Minum
Dalam Kemasan Gelas Di Medan Tahun 2012 ... 45
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Minum Dalam
Kemasan Gelas di Medan Tahun 2012 ... 46
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kualitas Biologi Air Minum Dalam
Kemasan Gelas di Medan Tahun 2012 ... 47
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia Air Minum Dalam
ABSTRAK
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari tersebut masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kesehatan. Sesuai dengan ditemukannya beberapa produk air minum dalam kemasan gelas yang tidak memenuhi syarat kesehatan maka perlu untuk melakukan pemeriksaan kualitas fisik, biologi dan kimia pada air minum dalam kemasan gelas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas fisik, kimiawi, dan biologis (total coliform), serta observasi keadaan kemasan dari air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan.
Berdasarkan hasil penelitian pelabelan pada kemasan air minum dalam kemasan gelas menunjukkan tidak semua sampel memenuhi syarat pelabelan, hanya 1 dari 9 yang memenuhi seluruh syarat yang tercantum (11%). Kualitas fisik air minum dalam kemasan gelas yang memenuhi syarat bau, rasa, warna, TDS, dan suhu (100%). Kualitas biologi air minum dalam kemasan gelas memenuhi syarat total coliform (100%). Kualitas kimia air minum dalam kemasan gelas memenuhi syarat Arsen, Fluorida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida, Selenium, Aluminium, Besi, Kesadahan, Khlorida, Mangan, pH, Seng, Sulfat, Tembaga, dan Amonia (100%).
Pemerintah Kota Medan perlu meningkatkan pengawasan terhadap produksi dan distribusi air minum dalam kemasan gelas di Kota Medan agar kualitasnya tetap terjaga memenuhi syarat yang ditentukan. Produsen diharuskan agar melengkapi pelabelan yang masih belum memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang memilih produk yang memenuhi syarat kesehatan dengan meningkatkan sosialisasi akan pelabelan kemasan agar masyarakat dapat lebih teliti memilih air minum dalam kemasan yang memenuhi syarat kesehatan.
ABSTRACT
Water is a basic requirement for life. Water which is used by the public for daily use is still not meet the health requirements. Based on the invention of some products of drinking water in the cup packaging that does not met the health requirements,so it is necessary to check the quality of physical, biological and chemical in drinking water in the cup packaging.
The purpose of this research is to determine the quality of drinking water in the cup packaging of some brands that are sold in Medan year 2012.
This research is a descriptive survey, which is to get an idea of the quality of physical, chemical, and biological (total coliform), and observation of the conditions of the packaging cups of drinking water brands sold in Medan year 2011.
Based on the results of the reasearch of the labeling, drinking water in the cup packaging indicates that not all labeled are elligble. Only 1 out of 9 of the label meet all the requirements listed (11%). The physical quality of drinking water in the cup packaging fulfilled the requirements of smell, taste, color, TDS, and temperature (100%). The biological quality of drinking water in the glass packaging fulfilled the requirements to total coliform (100%). Chemical quality of drinking water in the glass packaging fulfilled the requirements of Arsenic, Fluoride, Total Chromium, Cadmium, Nitrite, Nitrate, cyanide, selenium, Aluminium, Iron, Hardness, Chloride, Manganese, pH, Zinc, Sulfate, Copper, and Ammonia (100% ).
Government of Medan need to improve the oversight of the production and distribution of packaging water in Medan, in order to maintain their quality. The Producents must to complete the labeling that still not meet the specified requirements. And they also need to increase public knowledge in choosing products that meet the requirements of health by improving the socialisations of labeling on the water packaging, so public can be more careful in choosing the packaging water.
Keywords: Drinking Water in Glass Packaging, Water Quality, Physical, Biological, Chemical
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai kebutuhan dasar dalam kehidupan, air selalu diperlukan manusia
untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia menggunakan air untuk
keperluan sehari-hari seperti untuk minum, mandi, cuci, kakus, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, air merupakan benda yang harus selalu ada bagi manusia. Bagi manusia, air
diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang layak
diminum tanpa mengganggu kesehatan (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2006) Setiap negara di dunia
memiliki kebutuhan air minum yang berbeda-beda. Warga di negara maju lebih
banyak memerlukan air minum daripada di negara berkembang. Di negara maju,
semua keperluan air dipenuhi dengan air yang sesuai dengan standard air minum
sedangkan di negara berkembang air minum khusus hanya digunakan untuk makan
dan minum saja karena untuk keperluan mencuci dan keperluan lainnya cukup
dipenuhi oleh air bersih. Beberapa data Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia
berbeda. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah 500 liter/orang/hari sedangkan
di Indonesia (kota besar) sebanyak 200-400 liter/orang/hari dan di daerah pedesaan
hanya 60 liter/orang/hari.
Menurut Juli Soemirat Slamet (2009) dalam buku Kesehatan Lingkungan, air
memberi peluang bagi manusia untuk dapat memanfaatkan 3 jenis sumber air dibumi
yaitu : air hujan, air tanah dan air permukaan. Dari tiga jenis sumber tersebut
digunakan untuk minum, mandi dan mencuci sehari-harinya baik di desa maupun di
perkotaan. Air tanah dan air permukaan yang paling banyak digunakan, hal ini dapat
dipahami karena air tanah dan air permukaan keberadaannya mudah didapat dan lebih
memenuhi syarat.
Menurut A. Azwar (1996) dalam buku Pengantar Ilmu Kesehatan
Lingkungan, air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat
khususnya untuk minum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk mencegah
timbulnya penyakit atau gangguan yang disebabkan/ditularkan melalui air.
Disamping itu, air juga dapat menjadi sarana utama untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat karena air adalah salah satu media dari berbagai penularan
penyakit.
Untuk itu dilakukanlah upaya kesehatan yang termasuk di dalamnya upaya
penyehatan air. Sesuai dengan penjelasan dalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992
yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas
air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia (Depkes RI, 1992).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum disebutkan bahwa
air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Depkes RI, 2010).
tersebut masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kesehatan, maka
pengelolaan sumber daya air sangat penting agar dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan
yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas fisika, kimia dan
biologi (Effendi, 2003)
Penyakit diare kita ketahui penyebabnya dapat bersumber atau ditularkan
melalui air yang tidak baik. Oleh karena itu, disamping segi kuantitas juga segi
kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat penting untuk mendapat pengawasan
dan dilakukan tindakan-tindakan penanggulangan apabila terjadi penyimpangan agar
masyarakat terlindungi (Depkes RI, 2006).
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di kota-kota besar, yang dulu
melayani masyarakat dengan air bersih, sepertinya kualitasnya semakin menurun dari
tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat khususnya di perkotaan
lebih memilih membeli air layak konsumsi untuk minum dari pada memasak air
sumur atau air dari PDAM (Amrih, 2005).
Di sisi lain, sekarang banyak dijual bermacam-macam jenis air minum. Telah
banyak merk air minum dalam kemasan beredar di pasar Indonesia. Belum lagi
sekarang bermunculan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang di dalamnya
terdapat kandungan oksigen. Banyak juga bermunculan depot-depot isi ulang dengan
harga lebih murah per volume airnya (Amrih, 2005).
Tingkat ketergantungan masyarakat pada AMDK semakin tinggi karena
seluruh Indonesia mencapai 12 miliar liter per tahun. Berdasarkan data Badan
Pengawas Obat dan Makanan, kini ada lebih dari 1.400 jenis AMDK antara lain
Aqua, Vit, Ades, Monair, Aguaria, Prim-a.
Sesuai dengan ditemukannya produk air minum dalam kemasan gelas merk
Aqua yang di dalam kemasan terdapat lumut dan jamur maka Balai Besar POM
Makassar merekomendasikan penarikan khusus produk Aqua dengan tanggal
kadaluarsa April 2009 di pasaran (Sinar Indonesia, 2007). Kasus lain juga ditemukan
pada hasil pengujian terhadap 21 merek air minum dalam kemasan gelas yang
beredar di pasaran, 11 merek di antaranya terbukti bermasalah. Dari 11 produk
tersebut, sembilan produk mengandung koloni bakteri mendekati ambang batas yang
telah ditentukan, yaitu 100.000 mikro bakteri per mililiter. Sementara dua produk
lainnya memiliki bakteri di atas ambang batas (Kompas, 2010).
Ada beberapa penyakit tidak menular yang disebarkan lewat air, antara lain
keracunan cadmium (Cd), akumulasi Fe berlebih dalam tubuh, dan berbagai
keracunan fisis lainnya karena zat-zat kimia yang terdapat dalam air (Slamet, 2009).
Penyakit tidak menular yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya tersebut
sering menimbulkan gejala seperti seperti sakit pinggang dan tulang rapuh yang
diakibatkan oleh logam Mn (mangan), tekanan darah tinggi oleh kadmium (Cd),
kerusakan ginjal pada besi.
Kebiasaan masyarakat Indonesia yang beralih dari mengolah air sendiri
menjadi mengkonsumsi AMDK yang dipandang lebih praktis dan sehat membuat
yang beredar di pasaran dengan harga yang jauh berbeda antara satu sama lain
membuat kualitas setiap merk berbeda.
Berdasarkan data di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui
kualitas fisik, biologis, dan kimia pada air minum dalam kemasan gelas berbagai
merk yang dijual di Kota Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah konsumsi
masyarakat yang tinggi terhadap air minum dalam kemasan gelas dan ditemukannya
air minum kemasan gelas yang tidak memenuhi syarat maka perlu diketahui
bagaimana gambaran tentang kualitas fisik, biologis, dan kimia pada air minum
dalam kemasan berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kualitas air minum dalam kemasan gelas
berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pelabelan kemasan pada air minum dalam
kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.
b. Untuk mengetahui kualitas fisik (bau, rasa, warna, TDS, dan suhu) air minum
dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.
c. Untuk mengetahui kualitas biologis (total coliform) air minum dalam
d. Untuk mengetahui kualitas kimiawi (Arsen, Fluorida, Total Kromium,
Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida, Selenium, Aluminium, Besi, Kesadahan,
Khlorida, Mangan, pH, Seng, Sulfat, Tembaga, dan Amonia) air minum
dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan referensi bagi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Medan dalam memilih air minum dalam kemasan
gelas yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dalam menganalisa
masalah kualitas air minum yang memenuni syarat kesehatan.
3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan
berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah selama proses belajar di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Air
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air adalah
satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga
wujudnya tersebut. Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2
Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,
asam, beberapa jenis gas, dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut
sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam
kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H O : satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi
standar (Allafa, 2008).
+ )
yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH
-Menurut Kusnoputranto (2000) dalam buku Kesehatan Lingkungan, yang
dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia
jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan, dan air atmosfer,
yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan
air hujan.
2.2. Macam dan Sumber Air Baku
Untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan industri, secara umum dapat
digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur, dan air
hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau kuman-kuman yang
berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya
digolongkan sebagai berikut :
2.2.1. Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang
ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di udara,
diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas O2, CO2, N2
Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai
permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang
disebabkan oleh pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk
menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung
air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena masih banyak
mengandung kotoran (Sutrisno, 1996).
, juga
zat-zat renik dan debu.
2.2.2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengaliran.
Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air yang
tempat tinggal penduduk. Hampir semua air buangan dan sisa kegiatan manusia
dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air, dan pada waktunya akan dibuang ke
dalam badan air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna juga turut
mengambil bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya batang-batang kayu,
daun-daun, tinja dan lain-lain.
Jadi, dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang mudah
sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan
perlu mendapat perhatian yang seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai
bahan bakar air bersih. Beberapa sumber air yang termasuk ke dalam kelompok air
permukaan adalah air yang berasal dari sungai, danau, laut, lautan dan sebagainya
(Kusnoputanto, 1986).
2.2.3. Air Tanah
Jumlah air di bumi relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan
bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yaitu siklus hidrologi.
Pada proses tersebut air hujan jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut ada yang
mengalir masuk ke permukaan (mengalami runoff) dan ada juga yang meresap ke
dalam tanah (mengalami perkolasi) sehingga menjadi air tanah baik yang dangkal
maupun yang dalam (Slamet, 2009).
Air tanah mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah
dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air tanah
menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara
Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang
mengganggu kesehatan.
Air tanah terbagi atas 3 yaitu (Sutrisno, 1996):
a. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan
tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih. Air
tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa
dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi
kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim.
b. Air Tanah Dalam
Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter.
Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal sedangkan
kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh
perubahan musim
c. Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah. Keluarnya
air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau
sepanjang tepi sungai.
Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :
a. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada
lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus lalu
b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis
berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.
2.3. Hubungan Air Terhadap Kesehatan
Ada beberapa penyakit tidak menular yang disebarkan lewat air, antara lain
keracunan air raksa (Hg), keracunan cadmium (Cd), keracunan cobalt (Co),
akumulasi Fe berlebih dalam tubuh, dan berbagai keracunan fisis lainnya karena
zat-zat kimia yang terdapat dalam air (Slamet, 2009). Penyakit tidak menular yang
disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya tersebut sering menimbulkan gejala
seperti seperti sakit pinggang dan tulang rapuh yang diakibatkan oleh logam Mn
(mangan), tekanan darah tinggi oleh cadmium (Cd), kerusakan ginjal dan korosi pada
besi.
Zat-zat kimia yang masuk ke dalam tubuh seseorang dalam jumlah yang
melebihi ambang batas dapat mengakibatkan efek kesehatan. Klasifikasi atas dasar
efek kesehatan atau atas dasar gejala yang timbul mengelompokkan pencemar
sebagai penyebab gejala (Slamet, 2005) :
a. Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih,
b. Granuloma atau ditemukannya jaringan radang yang kronis,
c. Demam atau temperatur badan melebihi normal,
d. Afiksia atau keadaan kekurangan oksigen,
e. Alergi atau sensitivitas yang berlebih,
f. Kanker atau tumor ganas,
h. Cacat bawaan akibat teratogen,
i. Keracunan sistemik, yaitu keracunan yang menyerang seluruh anggota tubuh.
Keracunan zat-zat kimia juga dapat digolongkan berdasarkan organ yang
diserangnya, antara lain:
a. Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati,
b. Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal,
c. Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf,
d. Hematotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel darah,
e. Pneumotoksik atau beracun bagi pneumon/paru-paru.
Klasifikasi ini sering digunakan karena sifat kimia-fisika racun yang berbeda dengan
racun biologis ataupun kuman patogen. Berbagai racun kimia-fisika sering
menimbulkan gejala yang sama dan sebaliknya satu jenis racun dapat menimbulkan
berbagai/banyak gejala, seperti halnya gejala penyakit lainnya.
Masuknya zat-zat kimia yang berasal dari air minum melalui oral dan akan
diserap tubuh. Adsorpsi zat kimia yang asing bagi tubuh dari saluran pencernaan
umumnya berlangsung melalui transport pasif yaitu melalui difusi pasif (zat terlarut)
melintasi membran dinding lambung atau usus (Ariens, 1986).
Zat-zat kimia yang masuk melalui oral akan masuk ke dalam saluran
pencernaan dan akan mengalami berbagai proses. Zat-zat kimia yang dibutuhkan
tubuh akan diserap sedangkan sisanya akan mengalami detoksikasi dan akan
senyawa lain menjadi kompleks. Sisanya akan menuju organ target masing-masing
dan akan terakumulasi dalam tubuh. Hal ini yang akan berefek terhadap kesehatan.
Menurut hasil penelitian ditemukan bahwa konsentrasi mangan yang terdapat
dalam tubuh dengan jumlah besar dapat mengganggu mekanisme proses pengeluaran
saluran cerna melalui empedu karena menyebabkan iritasi saluran cerna (Zahirsyah,
1987).
Arsen adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toksik.
Secara kronis keracunan arsen dapat menimbulkan anorexia, kolik, mual, diare atau
konstipasi, icterus, perdarahan pada ginjal, dan kanker kulit. Arsen dapat juga
menimbulkan iritasi, alergi dan cacat bawaan (Slamet, 2005).
Fluorida adalah senyawa fluor. Fluor adalah halogen yang sangat reaktif,
karena di alam selalu didapat dalam bentuk senyawa. Fluorida anorganik bersifat
lebih toksis dan lebih iritant daripada yang organik. Gangguan pencernaan yang
disebabkan olehnya yang dapat disertai dehidrasi (Slamet, 2005).
Dari zat-zat kimia yang mungkin tergantung di dalam air minum, flourida
merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memilikidua konsentrasi batas
(konsentrasi atas dan konsentrasi bawah) yang dapat menimbulkan efek yang
merugikan dan yang menguntungkan terhadap gigi dan tulang. Konsentrasi yang
berlebihan dalam air minum untuk masa waktu yang lama dapat menimbulkan
fluorosis kumulatif endemik, berupa kerusakan tulang rangka pada anak dan orang
dewasa. Bila konsentrasi fluorida dalam air kurang dari 0,5 ml/l, dapat peningkatan
untuk mencegah karies gigi pada anak-anak. Batasan yang aman untuk fluorida
adalah 0,5-0,8 mg/l (Chandra, 2007).
Keracunan kronik yang terjadi disebut fluorisis dengan gejala yang
ditimbulkan antara lain berat badan turun, anemia, badan lemah, sendi-sendi terasa
kaku, dan gigi berwarna hitam, jika keracunan terjadi dalam masa pembentukan gigi
(Sartono, 2002).
Pada kasus keracunan berat akan terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan
kematian. Baru-baru ini penelitian tentang senyawa fluorida pada tikus
memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara fluorida dengan kanker
tulang. Hal ini tentunya menjadi pertimbangan bagi para ahli penyediaan air bersih
agar perlu meninjau kembali manfaat fluoridasi air, serta standar air minum bagi
fluorida (Slamet, 2005).
Sebagai logam berat, khromium (Cr) termasuk logam yang mempunyai daya
racun tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh logam Cr ditentukan oleh valensi ionnya.
Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr yang paling banyak dipelajari sifat racunnya, bila dibandingkan dengan ion-ion Cr2+ dan Cr3+. Sifat racun yang dibawa oleh logam ini juga dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis.
Tingkat daya racun yang dibawa oleh logam khromium tidak sama pada semua
makhluk hidup. Daya racun itu lebih ditentukan oleh masing-masing individu untuk
menetralisir bahan-nahan beracun yang masuk kedalam tubuh. Banyaknya jumlah Cr
dengan lambatnya proses penghapusan Cr dari paru-paru, menjadi dasar dari suatu
kanker paru-paru. Oleh karena itu, Cr digolongkan pula sebagai bahan karsinogen
(Palar, 2004).
Keracunan yang bersifat kronis yang dibawa oleh logam kadmium (Cd),
terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Peristiwa ini terjadi karena logam
Cd yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil, sehingga dapat ditolerir oleh
tubuh pada saat tersebut. Akan tetapi karena proses kemasukan tersebut
terus-menerus secara berkelanjutan, maka tubuh pada batas akhir tidak lagi mampu
memberikan toleransi terhadap daya racun yang dibawa oleh Cd. Keracunan yang
bersifat kronik ini membawa akibat yang lebih buruk dan penderitaan yang lebih
menakutkan bila dibandingkan dengan keracunan akut (Palar, 2004).
Pada keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd, umumnya berupa
kerusakan-kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh. Sistem-sistem tubuh yang dapat
dirusak oleh keracunan kronis logam ini adalah pada sistem urinaria (ginjal), sistem
respirasi (pernafasan/paru-paru), sistem sirkulasi (darah) dan jantung. Di samping
semua itu, keracunan kronis tersebut juga merusak kelenjar reproduksi, sistem
penciuman dan bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Palar, 2004).
Adannya nitrat dalam sumber air minum menunjukkan adanya bekas
pencemaran yang lama dan batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1 mg/l. Nitrat
dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan menimbulkan
metahemoglobinemia infantil (Chandra, 2007).
Dalam keadaan normal nitrit tidak ditemukan dalam air minum,kecuali dalam
Apabila hasil pemeriksaaan menunjukkan adanya nitrat (walaupun konsentrasinya
rendah), perlu dicurigai adanya pencemaran (Chandra, 2007).
Nitrit dan nitrat dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan
gastero-in-testinal, diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak ditolong akan
meninggal. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan
gangguan mental. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk
Methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal MetHb menjadi Hb
dijumpai karena pembentukan enzim yang menguraikan MetHb menjadi Hb masih
belum sempurna. Sebagai akibat Methemoglobinaemia, bayi akan kekurangan
oksigen, maka mukanya akan tampak membiru, dan karenanya penyakit ini juga
disebut blue babies (Slamet, 2005).
Sianida adalah senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal sebagai racun. Di
dalam tubuh akan menghambat pernafasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia, orang
merasa seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian. Keracunan kronis
menimbulkan malaise, dan iritasi. Sianida ini didapatkan secara alami di berbagai
tumbuhan. Apabila ada di dalam air minum, maka untuk menghilangkannya
diperlukan pengolahan khusus. Selain itu, hidrocyanida juga mudah terbakar (Slamet,
2005).
Selenium adalah logam yang berbau bawang putih, didapat bersama-sama
dengan Cu, Au, Ni, dan Ag. Selenium juga didapat antara lain pada industri gelas,
kimia, plastik, dan semikonduktor. Dalam dosis besar Se akan menyebabkan gejala
terjadi gejala gangguan susunan syaraf seperti hilangnya refleks-refleks, iritasi
cerebal, konvulsi, dan dapat terjadi kematian. Se merupakan racun sistemik, dan
mungkin juga bersifat karsinogenik (Slamet, 2005).
Aluminium adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak
digunakan sehingga terdapat banyak di lingkungan dan didapat pada berbagai jenis
makanan. Sumber alamiah aluminium terutama adalah bauxit dan cryolit. Aluminium
dalam dosis tinggi dapat menimbulkan luka pada usus. Aluminium yang berbentuk
debu akan diakumulasi di dalam paru-paru. Aluminium juga dapat menyebabkan
iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran pernafasan (Slamet, 2005).
Di dalam air minum besi dapat menimbulkan rasa, warna kuning,
pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri, dan kekeruhan. Besi (Fe)
dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe di dalam
tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengeksresikan
Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi
hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan dalam tubuh, tetapi dalam
dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh
rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga dapt diakumulasi di dalam alveoli, dan
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru (Slamet, 2005).
Sifat kesadahan seringkali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air
bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit
garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan khusus sehingga
sementara (temporary) maupun menetap (permanent). Kesadahan pada air ini dapat
terjadi karena air mengandung:
1. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat (temporary).
2. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan magnesium dengan
sulfat,nitrat,dan klorida (permanent).
3. Garam-garam besi,zink, dan silika (Chandra, 2007).
Semua sumber air yang ada, termasuk air hujan, mengandung zat klorida.
Kadar klorida bervariasi antar tempat sementara di daerah dekat laut, kadar klorida
cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran,
yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada sumber air yang
diperkirakan tidak mengalami pencemaran disekitar lokasi sumber air yang akan
diperiksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang lebih tinggi
dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang terdapat disekitarnya, dapat
dipastikan bahwa sumber tersebut telah mengalami pencemaran (Chandra, 2007).
Di dalam air mangan dapat menimbulkan masalah warna apabila terdapat
dalam dosis yang tinggi yaitu menyebabkan warna air ungu/hitam (Slamet, 2005).
Air minum sebaiknya netral, tidal asam/basa, untuk mencegah terjadinya
pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan
pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidal netral, dapat melarutkan
berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Slamet, 2005).
Tubuh memerlukan seng untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi
menimbulkan gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan
bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir (Slamet, 2005).
Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastri-intestinal, bila dicampur dengan magnesium
atau natrium. Jumlah MgSO4
Tembaga sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi dalam
dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing kepala,
lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, coma, dan dapat meninggal. Dalam dosis
rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan, dan
paeralatan dapur (Slamet, 2005).
yang tidak terlalu besar sudah dapat menimbulkan
diare. Sulfat pada boilers menimbulkan endapan (hard scales), demikian pula pada
heat exchangers (Slamet, 2005).
Amonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi benda-benda organik.
Keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukkan adanya pencemaran oleh
kotoran binatang atau manusia. Batas amonia bebas yang diperbolehkan 0,05mg/l di
dalam air minum (Chandra, 2007).
2.4. Kualitas Air
2.4.1. Standard Kualitas Air
Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari
berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur yang
tercantum didalam standard kualitas. Dengan demikian dapat diketahui syarat
Standard kualitas air minum dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yang biasanya
dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan
kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan
ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai
peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta mempertinggi derajat
kesehatan masyarakat. Sesuai peraturan ini telah diperoleh landasan hukum dan
landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air minum.
Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air
bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau,
jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan sehingga
menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi maka
besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat kimia,
mineral, ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan
kejernihan air (Azwar, 1996).
Untuk standard kualitas air secara global dapat digunakan Standar Kualitas
Air WHO. Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan
peraturan tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia
pedoman bagi negara anggota. Namun demikian masing-masing negara anggota
dapat menetapkan syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.
2.4.2. Syarat Kualitas Air a. Syarat Fisik
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan
bahwa air yang layak dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang
mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum, antara lain harus
memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak
berwarna. Pada umumnya syarat fisik ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun
sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai
berikut :
1) Suhu
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut
dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila
temperatur sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 30
2) Bau dan Rasa
C suhu udara
disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari
sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu, temperatur
pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar,
pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Temperatur atau suhu air diukur dengan
Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh
adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme
mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan–bahan
yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan
rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan rasa ini
tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk
standard air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum menyatakan
bahwa air minum tidak berbau dan tidak berasa .
3) Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel
bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor.
Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur,
bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan
pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi
umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika,
menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha
desinfeksi (Sutrisno, 1991).
Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium
dengan metode Turbidimeter. Untuk standard air minum ditetapkan berdasarkan
tentang persyaratan kualitas air minum, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum
5 NTU (Depkes RI, 2002).
b. Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air
angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai
dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang
dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri
golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini
merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Slamet, 2009).
E.coli sudah lama diketahui sebagai indikator adanya pencemaran tinja
manusia pada minuman ataupun makanan. Beberapa alasan mengapa E.coli disebut
sebagai indikator pencemaran pada tinja dibanding bakteri lainnya adalah (Chandra,
2005) :
a. Jumlah organisme cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400 miliar
organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Oleh karena jarang
sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti
kuat adanya kontaminasi tinja manusia.
b. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walau hanya
terdapat 1 kuman dalam 100 cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya.
c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen
d. Organisme ini lebih resisitensi terhadap proses purifikasi air secara alamiah.
Bila coliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga
ditemukan dalam sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang
kecil.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, bakteri coliform
yang memenuhi syarat untuk air minum harus 0 per 100 ml sampel.
c. Syarat Kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium
(Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ),
Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air minum yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia
yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi
kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya
netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam
Air merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak
netral dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Slamet, 2006).
1) Besi (Fe)
Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat
dibentuk. Titik leleh Fe sebesar 1538 ºC sedangkan titik didihnya sebesar 2861 ºC.
Sumber Fe antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Adanya Fe dalam air
dapat bersumber dari dalam tanah itu sendiri (batu-batuan yang mengandung besi)
ataupun endapan-endapan buangan industri. Diperkirakan kandungan Fe dalam kerak
bumi adalah sebesar 5,63 x 10-3 mg/kg, sedangkan kandungan didalam laut sebesar 2 x 10-3
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang
sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh
tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia
tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat tranfusi
darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang
mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu
dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh
rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan
terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10
Kadar maksimum Fe yang diperbolehkan di dalam air minum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010
adalah 0,3 mg/l. Kadar Fe yang tinggi dalam air menimbulkan rasa, warna (kuning),
pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Fe
dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh
dikendalikan pada fase absorbs. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe.
Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak
dinding usus (Soemirat, 2007). Simpanan Fe yang berlebihan dalam tubuh dapat
merusak sel alat pencernaan secara langsung, dalam bentuk hemosiderin dapat
menimbulkan hemosiderosis (Widowati, 2008).
2) Mangan (Mn)
Mangan adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan sering kali bersifat
khronis sebagai akibat dari kelebihan kadar Mn dalam tubuh sehingga dapat
mengganggu proses pencernaan. Kadar maksimum Mn yang diperbolehkan di dalam
air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,4 mg/l.
3) Kadmium (Cd)
Kadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd diperoleh
bersama-sama dengan Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Tubuh manusia tidak
memerlukan Cd dalam fungsi dan pertumbuhannya, karenanya Cd sangat beracun
pada manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestinal, dan
Glomerulo-nephritis biasa, hanya pada fase lanjut dari keracunan Cd ditemukan pelunakan dan
fraktur (patah) tulang-tulang punggung yang multiple. Di Jepang sakit pinggang ini
dikenal sebagai penyakit “Itai-Itai Byo”. Gejalanya adalah sakit pinggang, patah
tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti influenza, dan sterilitas
pada laki-laki. Kadar maksimum Cd yang diperbolehkan di dalam air minum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010
adalah 0,003 mg/l.
2.5. Air Minum Dalam Kemasan
Menurut Standard Nasional Indonesia 01-3553-2006 Air minum dalam
kemasan adalah air baku yang diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air
mineral dan air demineral. Air mineral merupakan air minum dalam kemasan yang
mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan mineral sedangkan
air demineral merupakan air minum dalam kemasan yang diperoleh melalui proses
pemurnian secara destilasi, deionisasi, reverse osmosis atau proses setara.
Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
No. 705/MPP/Kep/11/2003 tentang persyaratan teknis industri air minum dalam
kemasan dan perdagangannya, bahan baku utama yang digunakan adalah air yang
diambil dari sumber yang terjamin kualitasnya, untuk itu beberapa hal yang harus
dilakukan untuk menjamin mutu air meliputi :
a. Pemeriksaan organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif.
b. Sumber air baku harus terlindung dari cemaran kimia dan mikrobiologi yang
Perusahaan Industri AMDK wajib memiliki dokumen tentang perkembangan
hasil
pengendalian dan pengujian mutu produk sesuai SNI yang berlaku yang disimpan
minimal selama 2 (dua) tahun. Setelah memperoleh SNI, AMDK juga harus
mendaftarkan produk kepada Badan Pom untuk dilakukan penilaian kelayakannya
untuk beredar dipasaran.
2.5.1. Sertifikasi SNI
Khusus untuk produk Air Minum Dalam Kemasan, pemerintah telah
mewajibkan semua perusahaan AMDK wajib memiliki SNI 01-3553-1996 dan
mencantumkan produknya tanda SNI bukti bahwa perusahaan telah memiliki
sertifikat SNI 01-3553-1996. Hal ini sesuai dengan Kepmenperindag No. 705 tahun
2003. Dalam rangka memperoleh sertifikat SNI, antara lain yang harus dilakukan
untuk memenuhi syarat. Syarat mendapatkan SNI 01-3553-1996 adalah :
1. Persyaratan Administrasif
- SIPA (Surat Ijin Pengambilan Air ) milik sendiri atau dari pemasok air
bila kita mendapat air dari pihak lain.
- Hasil uji Air Baku sesuai permenkes 907 tahun 2002 dari air baku kita
sendiri atau dari pemasok air jika mendapat air dari pihak lain.
- NPWP, SIUP, TDP, TDI/IUI.
- Sertifikat merk
- Badan hukum
Alat-alat Laboratorium yang harus ada (bisa digantikan dengan alat lain sesuai
kebutuhan Uji Produk) antara lain, Turbidity meter, Condutivity meter, Oven,
pH meter, Inkubator, peralatan gelas kebutuhan laboratorium, timbangan
digital kecil, test ozon, alat-alat mikrobiologi, dan otoclave . Semua peralatan
tersebut wajib ada sertifikat kalibrasi oleh badan kalibrasi yang terakreditasi
3. Kelengkapan dan implementasi Dokumen Sistem Manajemen Mutu meliputi,
pedoman mutu, prosedur, instruksi kerja, form dan catatan mutu.
4. Mengisi form permohonan dari SNI, mendatangi Badan Sertifikasi SNI yang
telah diakui oleh KAN
5. Mengisi Form Data perusahaan
6. MOU Kontrak Kerja sama. Hak & Kewajiban masing - masing dan biaya.
2.5.1. Sertifikasi Badan POM
Seluruh produk AMDK melakukan proses pendaftaran produk kepada Badan
POM meliputi prosedur penilaian keamanan dan mutu untuk mendapat Surat
Persetujuan Pendaftaran. Surat Persetujuan Pendaftaran adalah persetujuan hasil
Penilaian Pangan Olahan yang diterbitkan oleh Kepala Badan dalam rangka
peredaran Pangan Olahan.
Tata cara pendaftaran pangan olahan meliputi:
1. Pendaftaran diajukan untuk setiap Pangan Olahan termasuk yang memiliki
perbedaan dalam hal desain label, jenis kemasan, komposisi, nama dan/atau
2. Permohonan Pendaftaran diajukan secara tertulis dengan mengisi formulir
Pendaftaran disertai dengan kelengkapan dokumen Pendaftaran. Dokumen
pendaftaran merupakan dokumen rahasia yang hanya dipergunakan untuk
keperluan evaluasi oleh yang berwenang. Terhadap dokumen pendaftaran
dilakukan pemeriksaan dan penilaian sesuai kriteria dan persyaratan.
3. Hasil penilaian dapat berupa Surat Persetujuan Pendaftaran atau Surat
Penolakan. Surat Persetujuan Pendaftaran disertai dengan rancangan Label
yang telah disetujui. Surat Persetujuan Pendaftaran untuk Pangan Olahan
diterbitkan dengan mencantumkan Nomor Pendaftaran Pangan. Nomor
Pendaftaran Pangan untuk Pangan Olahan produksi dalam negeri berupa
tulisan ”BPOM RI MD” yang diikuti dengan digit angka. Nomor Pendaftaran
Pangan untuk Pangan Olahan produksi luar negeri berupa tulisan ”BPOM RI
ML” yang diikuti dengan digit angka. Digit angka sebagaimana dimaksud
berisi informasi identitas pangan olahan yang meliputi perusahaan, lokasi
produsen, nomor urut produk, jenis kemasan, dan jenis pangan.
4. Nomor Pendaftaran Pangan wajib dicantumkan pada Label sedemikian rupa
sehingga mudah dilihat dan dibaca oleh konsumen.
5. Surat Persetujuan Pendaftaran berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang melalui Pendaftaran kembali.
6. Surat Persetujuan Pendaftaran yang telah habis masa berlakunya dinyatakan
7. Pangan Olahan yang masa berlaku Surat Persetujuan Pendaftarannya telah
habis dilarang diedarkan.
2.6. Cara Pemeriksaan Kualitas Air
Didalam pemeriksaan air dikenal dua cara yaitu (Depkes RI, 1991) :
a. Pemeriksaan air di lapangan
Pemeriksaan air di lapangan dimaksudkan untuk mengadakan pemeriksaan air
di lokasi dimana contoh air itu diambil. Biasanya pemeriksaan air di lapangan
dilakukan untuk parameter suhu, bau, rasa, warna, sedangkan yang lainnya
dilaksanakan di laboratorium.
b. Pemeriksaan air di laboratorium
Pemeriksaan air di laboratorium bertujuan untuk mengetahui mutu air tersebut
untuk mengetahui parameter kualitas kimia dan biologis yang tidak dapat diukur di
lapangan.
Beberapa langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan air di laboratorium,
amtara lain :
a. Pemeriksaan E. Coli dalam air Cara Kerja :
- Sampel air sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur
- Buka kertas saring lalu letakkan di dalam Vacum Filtration lalu saring sampel air
di dalam Vacum Filtration tersebut, lalu masukkan kertas saring dalam media
- Simpan selama 24 jam di dalam Inkubator kemudian lihat hasilnya, jika muncul
bintik – bintik yang berwarna biru pada kertas saring tersebut maka menandakan
adanya bakteri E.Coli dan yang bintik – bintik yang berwarna merah adalah
coliform, kemudian hitung jumlahnya.
- Apabila bakteri terlalu banyak maka dapat dihitung dengan menggunakan E.coli
counter.
- Setelah diketahui kadar E. Coli dalam air maka hasil tersebut dibandingkan
dengan Permenkes RI No. 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum, kadar total koliform yang diperbolehkan untuk air minum adalah 0
jumlah per 100 ml.
c. Pemeriksaan pH air - Alat :
a. pH- meter
- Bahan :
b. Larutan buffer pH 4
c. Larutan buffer pH 7
d. Larutan buffer pH 10
- Prosedur :
a. Kalibrasi pH-meter
1) Untuk peralatan ini sediakan 3 jenis larutan buffer yaitu : larutan buffer pH 4,
2) Dihubungkan elektroda dengan meter, dan dihidupkan meter dengan
menekan/menggeser switch pada posisi “ON”.
3) Dicelupkan elektroda ke dalam larutan buffer pH 4 dan baca skala/angka yang
ditunjukkan oleh meter (biasaya larutan perlu diaduk selama pengukuran
secara perlahan-lahan).
4) Jika angka yang ditunjukkan tidak sama dengan pH buffer (dalam hal ini pH
4) putar tombol kalibrasi hingga angka yang ditunjukkan tepat = 4, bersihkan
elektroda dengan aquadest dan keringkan dengan kertas tissue.
5) Ulangi kalibrasi dngan menggunakan larutan buffer pH 7 dan pH 10.
b. Pengukuran pH sampel
1) Dicelupkan elektroda pH-meter ke dalam larutan yang akan dianalisa.
2) Dibaca petunjuk angka pada pH-meter.
d. Pemeriksaan Kadar Fe dalam air Cara Kerja :
- Sampel air sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur.
- Masukkan reagen Fe
- Diamkan selama 5 menit.
3 tetes takar yang terdapat pada kemasan reagen.
- Setelah itu masukkan ke dalam kuvet.
- Kalibrasi Spektrometer kemudian letakkan kuvet pada tempat yang telah
disediakan
- Bandingkan kadar Fe tersebut dengan Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang
persyaratan kualitas air minum.
2.7. Kerangka Konsep
Pelabelan Kemasan
Memenuhi Syarat Kepmenkes No. 492
Tahun 2010
Tidak Memenuhi Syarat Kepmenkes No. 492 Tahun 2010 Air Minum
Dalam Kemasan
Gelas
Parameter Kualitas Air:
- Kualitas Fisik - Kualitas Kimiawi - Kualitas Biologis
Memenuhi Syarat Kepmenperindag No. 705
Tahun 2003
Tidak Memenuhi Syarat Kepmenperindag No. 705
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, yaitu untuk
mendapatkan gambaran mengenai kualitas fisik, kimiawi, dan biologis (total
coliform), serta observasi keadaan kemasan dari air minum dalam kemasan gelas
berbagai merk yang dijual di Kota Medan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan sampel adalah beberapa grosir yang berada di Kecamatan
Medan Perjuangan Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi pengambilan sampel ini
karena grosir tersebut merupakan salah satu grosir yang menjual berbagai merk air
minum dalam kemasan gelas yang beredar di kota Medan.
Lokasi pemeriksaan sampel air dilakukan di laboratorium Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan (BTKL-PPM) Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012, termasuk pengumpulan
data-data pendukung.
3.3. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Air Minum Dalam Kemasan
Gelas yang dijual di Kota Medan sebanyak 46 merk.
diambil dengan cara simple random sampling dari 46 merk yang beredar di kota
Medan.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium sampel air minum
dalam kemasan gelas, meliputi pemeriksaan fisik, kimia, serta biologis dari air
minum dalam kemasan gelas yang beredar di kota Medan.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari referensi penulis berupa buku-buku pendukung,
data puskesmas, serta data-data dari instansi terkait.
3.5. Definisi Operasional
a. Kualitas fisik air adalah pemeriksaan yang terkait dengan keadaan mutu air yang
meliputi suhu, warna, rasa, dan TDS air berdasarkan Permenkes RI No. 492
Tahun 2010.
b. Kualitas biologis air adalah pemeriksaan yang terkait dengan mutu air yang
memenuhi persyaratan kualitas biologis (total coliform) air minum dalam
kemasan berdasarkan Permenkes RI No. 492 Tahun 2010.
c. Kualitas kimia air adalah pemeriksaan yang terkait dengan keadaan mutu air yang
meliputi pemeriksaan kadar Arsen, Fluorida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit,
Nitrat, Sianida, Selenium, Aluminium, Besi, Kesadahan, Khlorida, Mangan, pH,
Seng, Sulfat, Tembaga, dan Amonia air minum dalam kemasan berdasarkan
d. Memenuhi syarat kesehatan adalah kondisi air minum dalam kemasan gelas yang
sesuai dengan Permenkes RI No. 492 Tahun 2010 meliputi kualitas fisik, biologis
dan kimia.
e. Organoleptik adalah suatu metode mengukur objek dengan menggunakan panca
indera. Karena hal ini bersifat subjektif, maka objek akan diukur oleh 10 orang
untuk mewakili hasil yang diukur.
3.6. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran merupakan kualitas air minum dalam kemasan gelas yang
meliputi kualitas fisik air, kualitas kimiawi air, kualitas biologis (total coliform).
a. Bau diukur secara organoleptik, bila berbau dinyatakan tidak memenuhi syarat.
b. Rasa diukur secara organoleptik, bila berasa dinyatakan tidak memenuhi syarat.
c. pH diukur dengan pH-meter, memenuhi syarat bila pH nya 6,5-8,5.
d. Untuk logam-logam seperti Fe, Mn, Cd, dan lain-lain, kadarnya diperiksa di
laboratorium dengan menggunakan alat Inductively Couple Plasma (ICP).
Hasilnya dibandingkan dengan Permenkes No. 492 Tahun 2010.
e. Bakteri coliform diukur dengan pemeriksaan laboratorium, memenuhi syarat bila
total coliform 0 per 100 ml sampel.
3.7. Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data
Data hasil pemeriksaan kualitas air di laboratorium diolah secara manual
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasilnya dibandingkan dengan Permenkes
3.7.2. Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian dinilai kualitas fisik yaitu: suhu, bau, dan rasa
dengan pengamatan, sementara kekeruhan, pH, Fe, Mn, Cd dan bakteri coliform
melalui pemeriksaan laboratorium kemudian dibandingkan dengan Permenkes No.
492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan dianalisa secara
deskriptif.
3.8. Pemeriksaan Air
3.8.1. Pemeriksaan di Lapangan a. Pemeriksaan suhu/temperatur
- Alat :
a. Termometer
b. Erlenmeyer
- Cara kerja :
a. Sampel air tuang kedalam Erlenmeyer.
b. Masukkan termometer dan tunggu 2 -5 menit.
c. Lalu dibaca temperaturnya (temperature tetap dalam air waktu
pembacaan).
d. Pemeriksaan suhu udara dilokasi dengan cara menempatkan termometer
b. Pemeriksaan Bau dan Rasa
Untuk pemeriksaan bau dan rasa dilakukan langsung di lapangan dengan cara
organoleptik atau menggunakan hidung dan lidah dengan bantuan beberapa orang
untuk mewakili pemeriksaan bau dan rasa air.
3.8.2. Pemeriksaan di Laboratorium
a. Pemeriksaan Kekeruhan - Bahan :
a. Larutan standard formazin 40,0 NTU
b. Aqudest
- Prosedur:
a. Kalibrasi alat :
1) Set range pada posisi 0-200 NTU.
2) Kemudian masukkan larutan standard formazin 40,0 NTU ke dalam kuvet,
setelah itu masukkan ke lubang TUBE dan ditutup dengan CAP.
3) Tekan tombol tes dan baca hasilnya.
4) Jika tidak menunjukkan angka 40,0 NTU, putar tombol CAL sampai angka
menunjukkan 40,0 NTU.
b. Pengukuran sampel :
1) Sampel dimasukkan kedalam kuvet kira-kira 20 ml.
2) Kemudian dimasukkan ke dalam lubang TUBE, setelah itu ditutup dengan