• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KUALITAS KIMIA DAN MIKROBIOLOGI AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN CAMPALAGIAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KUALITAS KIMIA DAN MIKROBIOLOGI AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN CAMPALAGIAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS KIMIA DAN MIKROBIOLOGI AIR MINUM ISI ULANG

DI KECAMATAN CAMPALAGIAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR

SITTI NURHAEDAH K111 15 712

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

(2)

2

(3)

3

(4)

i

RINGKASAN

Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat Kesehatan Lingkungan Sitti Nurhaedah

“Analisis Kualitas Kimia Dan Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar”

(xii + 113 Halaman + 20 Tabel + 4 Gambar + 12 Lampiran)

Campalagian merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 55.392 jiwa pada tahun 2016. Jumlah depot air minum isi ulang di Kecamatan Campalagian sebanyak 9 depot yang tersebar di beberapa desa/kelurahan dan menjadi salah satu alternatif air minum bagi masyarakat untuk dikonsumsi sehari- hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kimia dan mikrobiologis air baku dan air minum berdasarkan parameter kesadahan, Fe (besi), bakteri Coliform dan Escherichia coli ditinjau dari sumber air baku dan proses produksi DAMIU di Kecamatan Campalagian Kab. Polewali Mandar.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode observasi, wawancara, dan pemeriksaan laboratorium. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari s/d Maret 2017. Jumlah sampel adalah total dari populasi (total sampling), yaitu seluruh DAMIU di Kecamatan Campalagian yang berjumlah 9 depot. Sampel air diperiksa di UPT Laboratorium Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 9 depot memenuhi syarat kesadahan dan Fe, baik air baku maupun air minum namun untuk parameter mikrobiologi air baku, 9 depot tidak memenuhi syarat. Kualitas air minum ditinjau dari sumber air baku, sebanyak 2 depot yang tidak memenuhi syarat mikrobiologi (coliform dan E.coli) yaitu pada depot dengan air baku PDAM dan air sumur gali. Kualitas air minum ditinjau dari proses produksi, sebanyak 2 depot yang tidak memenuhi syarat mikrobiologi (coliform dan E.coli) masing-masing diproduksi secara reverse osmosis dan kombinasi ultraviolet dan reverse osmosis. Penelitian terhadap kondisi hygiene dan sanitasi depot, sebanyak 5 depot yang memenuhi syarat dan 4 depot tidak memenuhi syarat.

Kesimpulan penellitian ini adalah sebanyak 2 dari 9 depot air minum isi ulang tidak layak dikonsumsi. Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kualitas air setiap 3 bulan dan memberikan pelatihan hygiene dan sanitasi DAMIU kepada pengelola dan operator, serta perlunya Perda tentang pengelolaan dan pengawasan DAMIU.

Kata Kunci : Depot air minum isi ulang, Campalagian, Polewali Mandar Daftar Pustaka : 57 (1986-2016)

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kualitas Kimia dan Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama yang ikhlas dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pencapaian tugas akhir ini tidak terlepas dari jasa-jasa orang tua penulis. Ungkapan terima kasih yang tulus penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta Almarhum Ayahanda Alimuddin Balle dan Ibunda Saddia atas doa dan segenap kasih sayang yang tak terbatas serta segala bentuk motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga diucapkan kepada saudaraku Iriani, S.Pd.I dan keponakan-keponakanku tercinta Jeannisa Ainun Shafara dan Almayra Adelia sebagai penyemangat penulis.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis persembahkan kepada pihak- pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

(6)

iii

1. Bapak dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc Ph.D sebagai penasehat akademik atas segala motivasi dan dukungannya untuk terus meningkatkan prestasi akademik selama perkuliahan.

2. Bapak dr. H. Makmur Selomo, MS sebagai Pembimbing I dan Ibu Erniwati Ibrahim, SKM, M.Kes. sebagai Pembimbing II yang selalu memberikan masukan, bimbingan dan arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel, M.Kes, Bapak Muh. Rachmat, SKM, M.Kes, dan Bapak Indra Dwinata, SKM, MPH atas segala masukan, kritik dan sarannya demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Anwar Mallongi, SKM, M.Sc Ph.D selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Hasanuddin atas bantuannya selama menempuh pendidikan.

5. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta jajaran dan seluruh staf atas bantuannya selama menempuh pendidikan.

6. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis menempuh pendidikan perkuliahan di FKM Unhas.

7. Badan Pusat Standarisasi, Sertifikasi Dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan atas beasiswa yang diberikan, khusunya kepada Ibu dr. Liliek Sulistyowardani (Kemenkes RI), Ibu A. Ria (Dinkes

(7)

iv

Provinsi Sulbar), dan Ibu Aan (Rektorat Unhas) atas bantuan dan kemudahan yang diberikan dalam pengurusan berkas.

8. Bapak H. Syuaib, SKM selaku Ka. UPTD Puskesmas Perawatan Campalagian dan Ibu Djamilah, SKM selaku Ka. UPTD Labkesda Kab.

Polman yang sangat banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Kak Rahmaniah, SKM dan Kak Meriam Lestari, A.Md.KL yang senantiasa membantu penulis selama penelitian dilaksanakan.

10. Seluruh pengelola dan operator DAMIU atas kerja sama dan waktu yang diberikan selama penelitian ini dilaksanakan.

11. Kepada teman-teman Tubel 2015 dan mahasiswa regular, khususnya angkatan 2013 atas segala bantuannya selama perkuliahan.

Wassalam

Makassar, Mei 2017 Penulis

(8)

v DAFTAR ISI

Hal.

Halaman Pengajuan ... i

Halaman Pernyataan Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan Tim Penguji ... iii

Ringkasan ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Tentang Air Minum ... 11

A. Definisi Air Minum ... 11

B. Sumber Air Minum... 12

C. Persyaratan Air Minum ... 14

2.2 Tinjauan Tentang Kesadahan Air ... 20

2.3 Tinjauan Tentang Fe (Besi) Dalam Air ... 23

2.4 Tinjauan Tentang Bakteri Coliform dan Escherichia coli .... 25

A. Definisi dan Karakteristik Bakteri Coliform dan E. coli 25 B. Klasifikasi E.coli ... 27

C. Mekanisme Perjalanan E.coli ke Manusia ... 29

D. Penyakit Akibat Kontaminasi Air ... 30

2.5 Tinjauan Tentang Depot Air Minum ... 32

(9)

vi

A. Definisi Depot Air Minum Isi Ulang... 32

B. Proses Produksi Air Minum Isi Ulang... 33

C. Hygiene dan Sanitasi Depot Air Minum ... 42

D. Hygiene Perorangan Karyawan Depot Air Minum ... 46

2.6 Kerangka Teori ... 49

BAB III KERANGKA KONSEP ... 50

3.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti ... 50

3.2 Bagan Kerangka Konsep ... 54

3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif ... 54

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 60

4.1 Jenis Penelitian ... 60

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 60

4.3 Populasi dan Sampel ... 60

4.4 Cara Pemeriksaan Kadar Fe, Kesadahan Total, dan Bakteri Coliform dan E.coli ... 61

4.5 Pengumpulan Data ... 70

4.6 Analisa Data ... 71

4.7 Penyajian Data ... 72

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 73

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 73

5.2 Hasil ... 74

5.3 Pembahasan ... 96

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 111

BAB VI PENUTUP ... 112

6.1 Kesimpulan ... 112

6.2 Saran ... 113 Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Parameter kualitas air minum berdasarkan Permenkes RI

No. 492 Tahun 2010 ... 14 Tabel 2.2 Jenis-Jenis Kesadahan ... 21 Tabel 2.3 Keuntungan dan kerugian desinfeksi dengan sinar ultraviolet ... 35 Tabel 5.1 Distribusi Hasil Uji Parameter Kesadahan

Pada Air Baku DAMIU Kecamatan Campalagian Tahun 2017 .... 77 Tabel 5.2 Distribusi Hasil Uji Kadar Fe (Besi)Pada Air Baku DAMIU

Kecamatan Campalagian Tahun 2017 ... 78 Tabel 5.3 Distribusi Hasil Uji Bakteri Coliform Pada Air Baku

DAMIU Kecamatan Campalagian Tahun 2017 ... 79 Tabel 5.4 Distribusi Hasil Uji Parameter Kesadahan Pada Air Minum

DAMIU Kecamatan Campalagian Tahun 2017 ... 80 Tabel 5.5 Distribusi Hasil Uji Kadar Fe (Besi) Pada Air Minum DAMIU

Kecamatan Campalagian Tahun 2017 ... 81 Tabel 5.6 Distribusi Hasil Uji Bakteri Coliform dan E.coli Pada Air Minum

DAMIU Kecamatan Campalagian Tahun 2017 ... 82 Tabel 5.7 Distribusi Hasil Uji Kesadahan Ditinjau Dari Sumber Air Baku

Yang Digunakan ... 83 Tabel 5.8 Distribusi Hasil Uji Fe (Besi) Ditinjau Dari Sumber Air Baku

Yang Digunakan ... 84 Tabel 5.9 Distribusi Hasil Uji Bakteri Coliform Ditinjau Dari Sumber

Air BakuYang Digunakan ... 85 Tabel 5.10 Distribusi Hasil Uji Bakteri E.coli Ditinjau Dari Sumber

Air Baku Yang Digunakan ... 86 Tabel 5.11 Distribusi Hasil Uji Kesadahan Ditinjau Dari Proses Produksi

Yang Digunakan ... 87 Tabel 5.12 Distribusi Hasil Uji Fe (Besi) Ditinjau Dari Proses Produksi

Yang Digunakan ... 88 Tabel 5.13 Distribusi Hasil Uji Bakteri Coliform Ditinjau Dari Proses

Produksi Yang Digunakan ... 89 Tabel 5.14 Distribusi Hasil Uji E.coli Ditinjau Dari Proses Produksi

Yang Digunakan ... 90 Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Kondisi Hygiene dan Sanitasi Depot Air

Minum Isi Ulang di Kecamatan Campalagian Tahun 2017 ... 91 Tabel 5.16 Distribusi Hasil Akumulasi Penlaian Hygiene dan

Sanitasi Depot ... 94 Tabel 5.17 Matriks Rekapitulasi Pemeriksaan Kualitas Air Dan Hygiene

Sanitasi DAMIU Di Kecamatan Campalagian Kab. Polman ... 95

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Bakteri E.coli dilihat dengan pengecatan gram ... 25 Gambar 2.2 Susunan detail peralatan penyaringan dan desinfeksi

dengan sinar Ultraviolet ... 36 Gambar 2.3 Kerangka teori ... 47 Gambar 3.1 Kerangka konsep ... 52

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Depot

Lampiran 2 Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Lampiran 3 Permenkes RI No 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Lampiran 4 Permenkes Ri No. 43 Tahun 2014 Tentang Hygiene sanitasi Depot Air Minum

Lampiran 5 Kepmenperindag RI No. 651 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Universitas Hasanuddin

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Laboratorium

Kesehatan Kab. Polewali Mandar

Lampiran 9 Laporan Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia dan Bakteriologis Metode MPN Coliform Air Baku DAMIU Tahun 2017

Lampiran 10 Lapora`n Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia dan Bakteriologis Metode MPN Coliform Air Minum DAMIU Tahun 2017 Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup Penulis

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan senyawa yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, di mana fungsinya dalam proses fisiologis dan metabolisme tubuh manusia tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 s/d 70% dari berat badannya.

Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada dalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75 % dari otot adalah air.

Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian (Slamet, 2009). Ketersediaan air terutama air tawar di dunia hanya sekitar 3%

dan 97% lainnya merupakan air laut. Air yang dapat digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari hanya sekitar 0,3% (Kemenkes RI, 2011).

Kecenderungan penduduk untuk mengkonsumsi air minum siap konsumsi demikian besar, sehingga usaha depot pengisian air minum tumbuh subur di mana-mana yang perlu dibina dan diawasi kualitasnya agar selalu aman dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat (Kemenkes, 2010). Untuk pertama kalinya Indonesia memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) pada tahun 1972. Lambat laun perkembangan AMDK berkembang pesat.

Semakin lama harga AMDK terasa mahal dan hanya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi menengah ke atas. Celah ini menjadikan bisnis Air Minum Isi Ulang (AMIU) memiliki pasar tersendiri. Maraknya bisnis AMIU ini tidak

(14)

2

terlepas dari semakin mahalnya harga AMDK. Air minum yang berasal dari Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) dianggap praktis, hygienis, mudah didapat, dan harganya juga relatif terjangkau. Selain itu, penggunaan wadah air minum yang bisa dipakai berulang kali serta adanya pelayanan antar jemput sehingga konsumen tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan air minum dari DAMIU (Khoeriyah, 2015).

Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan peningkatan akan kebutuhan air minum mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi air minum dari kemasan dan depot air minum isi ulang di Indonesia. Berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2013 dan 2014, persentase rumah tangga yang akses terhadap air minum kemasan/air isi ulang pada tahun 2013 sebesar 27,66% dan tahun 2014 sebesar 29,77% (BPS, 2015). Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah rumah tangga yang menjadikan air kemasan/air minum isi ulang sebagai sumber air minum yang dikonsumsi sehari-hari.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, persentase rumah tangga yang menggunakan air minum isi ulang sebagai sumber air minum di Sulawesi Barat menempati urutan ke-3 yaitu sebesar 13,4% setelah mata air terlindung dan sumur gali terlindung, di mana berturut- turut sebesar 26,1% dan 18,8%. Proporsi rumah tangga berdasarkan jenis sumber air minum yang menggunakan air minum isi ulang menurut karakteristik tempat tinggal, daerah perkotaan di Sulawesi Barat memiliki persentase tertinggi yaitu 30,8% dibandingkan sumber air minum lainnya.

(15)

3

Sementara itu, untuk daerah pedesaan menempati urutan ke-4 setelah mata air terlindung (32,2%), sumur gali terlindung (21,1%), dan sumur gali tidak terlindung (13,7%), dengan persentase sebesar 8,3% (Kemenkes RI, 2013). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi air minum isi ulang sebagai sumber air minum, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan di Sulawesi Barat.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum, yang dimaksud dengan Depot Air Minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Sedangkan pengertian air baku dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang sama yaitu bahwa air baku adalah air yang belum diproses atau sudah diproses menjadi air bersih yang memenuhi persyaratan baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.

Penurunan kualitas air minum akibat pencemaran oleh virus, bakteri, dan parasit lainnya, atau zat kimia dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan dari pusat pengolahan ke konsumen (Said, 2007). Demikian halnya dengan Depot Air Minum, di mana untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi persyaratan, maka wajib melaksanakan pengawasan internal terhadap kualitas air pada air

(16)

4

baku dan air yang siap dimasukkan ke dalam galon/wadah air minum (Kepmenkes RI, 2010).

Kualitas sumber air baku dari Depot Air Minum sangat menentukan kualitas air minum yang diproduksi. Dalam pengujian hubungan antara kondisi air baku dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang menunjukkan hubungan yang bermakna, yang berarti bahwa untuk mendapatkan kualitas air minum yang bagus diperlukan air baku yang juga dalam kondisi yang memenuhi persyaratan, sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan peralatan ataupun prosedur pengolahan dalam menjadikannya air yang siap untuk dikonsumsi (Khiki, 2014).

Air baku yang biasanya digunakan dalam proses produksi air minum isi ulang bersumber dari air tanah. Air tanah sering mengandung unsur-unsur mineral yang cukup tinggi menyebabkan air berwarna kuning kecoklatan dan bercak-bercak pada pakaian serta dapat mengganggu kesehatan, yaitu bersifat toksis terhadap organ, misalnya kerusakan hati, ginjal dan syaraf.

Mengkonsumsi air minum secara terus menerus dengan kandungan mangan, besi, magnesium, kalsium dan logam yang lain dalam jumlah melebihi baku mutu air maka dimungkinkan adanya akumulasi logam tersebut dalam tubuh.

Air minum harus memiliki kadar mineral yang dibutuhkan tubuh manusia dalam jumlah tertentu, namun dalam kadar berlebih dapat merugikan manusia (Rahayu, 2004).

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kab. Polewali Mandar Tahun 2014, jumlah penduduk yang akses terhadap air minum yang layak hanya

(17)

5

sebesar 50,3% dari sarana air bersih yang memenuhi syarat. Persentase kualitas air minum dari Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang memenuhi syarat (fisik, bakteriologis, dan kimia) sebesar 60%. Hal ini berarti bahwa sebanyak 40% kualitas air dari DAMIU tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Mengkonsumsi air minum yang kurang memenuhi syarat kesehatan beresiko terhadap infeksi penyakit, keracunan oleh senyawa kimia baik akut maupun kronis, serta resiko terhadap senyawa yang bersifat carcinogen atau penyebab kanker. Air minum merupakan salah satu sumber dominan yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat (Said, 1999).

Campalagian sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 55.392 jiwa pada tahun 2016 dan sebanyak 9 depot air minum isi ulang yang tersebar di beberapa desa/kelurahan sehingga menjadi salah satu alternatif air minum bagi masyarakat untuk dikonsumsi sehari-hari. Data Puskesmas Campalagian menunjukkan bahwa penyakit diare menjadi salah satu penyakit yang selalu menempati 10 penyakit tertinggi, di mana tahun 2016 sebanyak 2.240 orang dengan prevalesi 404 per 10.000 penduduk (Data Sekunder Puskesmas Campalagian, 2016). Menurut WHO, sanitasi dan sumber air minum yang layak dapat mengurangi resiko terjadinya diare hingga 94%

(Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosita (2014) tentang Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang Beberapa Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Tangerang Selatan diperoleh kandungan Fe (besi) dalam sampel

(18)

6

air minum yang diperiksa melebihi ambang batas yang telah ditentukan, yaitu 1,47 mg/l. Menurut Permenkes RI No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, standar Fe adalah yaitu 0,3 mg/l. Parameter kimia lain yang diuji oleh Setyaningsih (2014) yaitu kesadahan sebesar 554,1 mg/L pada salah satu sampel air tanah di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah. Angka ini melebihi standar baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Permenkes Tentang Standar Kualitas Air Bersih Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, di mana standar kesadahan adalah 500 mg/l.

Dalam beberapa laporan sering ditemukan adanya bakteri pathogen pada air minum. Hal ini dapat terjadi dikarenakan air adalah media yang baik sebagai tempat bersarangnya bibit penyakit/agent. Salah satu penyebab kontaminasi bakteri pada air minum bisa disebabkan oleh kontaminasi peralatan dan pemeliharaan peralatan pengolahan (Marpaung, 2013). Adapun penyakit yang dapat ditularkan oleh air yang terkontaminasi bakteri pathogen yaitu diare, cholera, typhoid, hepatitis, dysentri, dan gastroenteritis. Salah satu indikator terdapatnya bakteri patogen yang dapat mengakibatkan penyakit- penyakit tersebut adalah coliform (Sabariah, 2015).

Bakteri coliform merupakan bakteri yang hidup di dalam usus manusia, jadi apabila air minum mengandung coliform maka hal ini merupakan indikator bahwa air minum tersebut telah tercemar oleh tinja. Keadaan ini mungkin dapat diakibatkan oleh kesehatan penjamah yang kurang baik, kualitas fisik DAMIU, sumber air baku yang kurang baik ataupun hygiene sanitasi serta fasilitas

(19)

7

sanitasi yang kurang memadai, semuanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan (Sabariah, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fillisita (2015) di Kota Tomohon, di mana dari 15 depot yang diperiksa sebanyak 6 depot yang positif mengandung bakteri coliform. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Ari Khoeriyah (2015) terhadap kualitas bakteriologis DAMIU di Kab. Bandung Barat, di mana dari 8 depot yang diperiksa terdapat 6 depot yang mengandung Coliform, sebesar 3 MPN/100 mL untuk 5 depot dan 4 MPN/100 mL untuk 1 depot. Penelitian lain yang dilakukan oleh Gabriela (2016), dari 5 depot di Kecamatan Ranoyapo yang diperiksa sebanyak 2 depot yang positif mengandung bakteri coliform. Selain itu, penelitian Maria (2016) juga menunjukkan adanya kandungan bakteri coliform pada 3 depot dari 8 depot yang diperiksa di Kelurahan Ranotana-Weru.

Parameter mikrobiologis lain yang diuji oleh Emridwansyah (2013) ditemukan adanya bakteri Escherichia coli pada 2 depot dari 5 depot yang diperiksa di Kota Lhoksumawe, yaitu sampel air reverse osmosis dari depot Kecamatan Muara Dua berkisar 1,8.107-<1,8.108 sel/100 ml dan depot Kecamatan Blang Mangat berkisar 1,8.105-<1,8. 106 sel/100 ml. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabariah (2015) di mana 7 atau 15,6 % DAMIU di Kota Denpasar positif mengandung bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian-penelitian tersebut bila dibandingkan dengan kadar maksimal yang diperbolehkan, jumlah tersebut melebihi baku mutu berdasarkan Permenkes RI No. 492/Menkes/per/IV/2010.

(20)

8

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kualitas Kimia dan Mikrobilogi pada Air Minum Isi Ulang Ditinjau Dari Sumber Air Baku Dan Proses Produksi Di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang, peneliti merumuskan suatu masalah yaitu:

1. Bagaimana kualitas kimia (kesadahan dan Fe) pada air baku dan air minum isi ulang di Kecamatan Campalagian Kab. Polewali Mandar?

2. Bagaimana kualitas mikrobiologis (bakteri Coliform dan Escherichia coli) pada air baku dan air minum isi ulang di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar?

3. Bagaimana kualitas air ditinjau dari sumber air baku yang digunakan pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar?

4. Bagaimana kualitas air ditinjau dari proses produksi yang digunakan pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar?

5. Bagaimana kondisi hygiene dan sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar?

(21)

9

1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kualitas kimia dan mikrobiologi air minum isi ulang berdasarkan parameter kesadahan, Fe (besi), bakteri Coliform dan Escherichia coli ditinjau dari sumber air baku dan proses produksi di Kecamatan Campalagian Kab. Polewali Mandar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kualitas kimia air baku dan air minum isi ulang berdasarkan parameter kesadahan dan Fe (besi) di Kecamatan Campalagian Kab. Polewali Mandar.

b. Untuk mengetahui kualitas mikrobiologis air baku dan air minum isi ulang berdasarkan parameter bakteri Coliform dan Escherichia coli di Kecamatan Campalagian Kab. Polewali Mandar.

c. Untuk mengetahui kualitas air ditinjau dari sumber air baku yang digunakan pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

d. Untuk mengetahui kualitas air ditinjau dari proses produksi air minum pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

e. Untuk mengetahui kondisi hygiene dan sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

(22)

10

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah

a. Menambah pengetahuan mengenai gambaran kualitas kimia dan mikrobiologis air baku dan air minum isi ulang di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

b. Menambah khasanah khususnya dalam hal kimia dan mikrobiologi air baku dan air minum isi ulang, serta sebagai data awal penelitian sejenis.

2. Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar dalam upaya peningkatan dan pengawasan kualitas air minum isi ulang di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

3. Manfaat Praktis

a. Bagi produsen dan karyawan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan kualitas air minum isi ulang supaya tetap terjaga keamanannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

b. Bagi masyarakat memberikan informasi dalam memilih dan mengkonsumsi air minum isi ulang dari depot yang terdaftar di Dinas Kesehatan setempat.

Referensi

Dokumen terkait

Recently, Indonesia-Japan Joint exploration of deep sea fisheries resources reported that the Alfonsino ( Beryx splendens) occurred wide spread in the Indian Ocean ekslusive

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1) Peran orang tua sebagai teladan dalam pendidikan anak pada

pembenahan atau mungkin cukup sampai disitu aja, kalau bisa dibenahi ya kita benahi bersama. Kalau nggak bisa ya mungkin jalan yang terbaik harus memilih yang lain atau

Kendati kata demokrasi memiliki beragam arti, namun yang paling nampak penunjukan maknanya adalah dalam persoalan politik yang kerap digunakan dalam bahasa serta

Begitu juga dengan cerita rakyat yang tersebar pada masyarakat Banyumas, cerita rakyat pun menjadi media pendokumentasian cablaka sebagai sistem nilai kebudayaan

Berdasarkan nilai undulasi yang diperoleh dari perhitungan berdasarkan titik referensi PPS02 Belawan dan TTG 540 diketahui bahwa perbedaan tinggi undulasi antar masing-masing

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI