• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kepuasan Pasien atas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit di Kota Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Kepuasan Pasien atas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit di Kota Medan Tahun 2010"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEPUASAN ATAS PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

DI KOTA MEDAN 2010

Oleh: RAMAYANTI

070100219

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT KEPUASAN ATAS PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

DI KOTA MEDAN 2010 KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: RAMAYANTI

070100219

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Tingkat Kepuasan Pasien atas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit di Kota Medan Tahun 2010

Nama : Ramayanti

NIM : 070100219

Pembimbing

( dr. Amira Permatasari Tarigan, Sp. P)

Penguji I

(Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp. S)

Penguji II

(Dr Hemma Yulfi, DAP&E, M. Med. Ed )

Medan, 16 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Latar belakang: Ikatan Dokter Indonesia Sumatera Utara memperkirakan Rp 400 miliar sampai Rp 500 miliar uang penduduk Sumatera Utara dikeluarkan hanya untuk biaya berobat ke Singapura dan Malaysia. Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kemampuan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pasien dapat diukur dari tingkat kepuasan pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat akan rumah sakit di kota Medan pada tahun 2010.

Metode: Deskriptif dengan disain cross sectional dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Martha Friska, Rumah Sakit Permata Bunda dan Rumah Sakit Santa Elisabet dengan sampel sebanyak 100 orang.

Hasil: Hasil penelitian ini sebanyak 49% menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit di kota Medan tahun 2010. Sebanyak 48% menyatakan puas atas kinerja dokter. Terhadap kinerja perawat 45% menyatakan puas. Terdapat sebanyak 41% merasa puas atas fasilitas medis di rumah sakit. Dari 100 responden sebanyak 43% menyatakan puas atas makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Untuk kepuasan pada biaya, sebanyak 53% menyatakan puas,

Kesimpulan: Dari 100 responden mayoritas merasa puas pada pelayanan kesehatan, pada kinerja dokter dan pada biaya yang diberikan oleh rumah sakit. Sedangkan mayoritas responden merasa cukup puas pada kinerja perawat, kelengkapan fasilitas medis dan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Mutu pelayanan kesehatan harus semakin ditingkatkan agar lebih banyak masyarakat yang merasa puas sehingga memilih berobat di dalam negeri.

(5)

ABSTRACT

Introduction: Indonesian Medical Association of North Sumatra estimated Rp 400 billion to Rp 500 billion of money from the people of North Sumatra delegated only for medical expenses to Singapore and Malaysia. The hospital is a health care facility for the community. The ability of hospitals to meet patients' needs can be measured from the level of patient satisfaction. This study aims to determine the level of community satisfaction will hospital in Medan in 2010.

Methods: Descriptive study with cross sectional design. The instruments used was a questionnaire. The study wa performed at the Hospital Martha Friska, Permata Bunda and Santa Elisabeth Hospital. Sampel with from 100 people using quota sampling technique.

Results: The results of this study that 49% expressed satisfaction on health care in a hospital in Medan in 2010. A total of 48% expressed satisfaction over the performance of doctors. Against the performance of the nurses 45% expressed satisfaction. Level of patient satisfaction for medical facilities in hospitals are 41% expressed satisfaction. There are 43% respondents expressed satisfaction over the food provided by the hospital. For satisfaction against the cost 53% expressed satisfaction,

Conclusion: Of the 100 respondents, the majority were satisfied on health care, the performance of doctors and the cost provided by the hospital. While the majority of respondents felt fairly satisfied with the performance of nurses, the completeness of medical facilities and food provided by the hospital. The

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat

dan Riho-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Tingkat Kepuasan Masyarakat Atas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit di

Kota Medan Tahun 2010”. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang tingkat

kepuasan pasien atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit

Permata Bunda, Rumah Sakit Martha Friska dan Rumah Sakit Santa Elisabet.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan

Sarjana Kedokteran di Fakultas Sumatera Utara.

Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini bukan merupakan jerih payah penulis

sendiri tetapi juga atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam

kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Zulham, M.Biomed dan Dr. Amira Permatasari Sp.P, selaku dosen

pembimbing yang telah meluangkan tenaga, waktu serta pikirannya untuk

membimbing saya selama penulisan karya tulis ilmiah ini

2. Dr. Juliandi Harahap, MA; Dr. Kiking Ritarwan MKT, Sp. S dan Dr.

Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med,ed selaku dosen penguji yang telah

memberikan banyak masukan sehingga penelitian saya semakin baik.

3. Orang tua saya yang telah memberikan banyak dukungan moral dan

materi, tanpa beliau saya tidak akan menyelesaikan penelitian ini

4. Keluarga besar seperti tante, kakak, abang ipar, adik dan keponakan yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk membantu saya.

5. Direktur serta seluruh pihak dari Rumah Sakit Permata Bunda Medan,

Rumah Sakit Martha Friska Medan dan Rumah Sakit Santa Elisabet

Medan yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di rumah

sakit tersebut.

6. Pasien rawat inap yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini

7. Rekan-rekan yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu disini, yang juga

telah banyak membantu.

(7)

Saya menyadari banyak kekurangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini. Kurang lebih pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, saya mohon maaf. Sekian

dan terima kasih.

Medan, Desember 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……… ……... i

ABSTRAK……… ……... ii

ABSTRACT………. ……... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang……….. ………. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 3

1.3. Tujuan Penelitian……….. 3

1.3.1. Tujuan Umum……… 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….. 4

2.1. Kepuasan Pelanggan………... 4

2.1.1. Tingkat Kepuasan Pelanggan………... 7

2.2. Kerangkan Kerja untuk Mengevaluasi Pelanggan……….. 7

2.2.1. Kerangka untuk Mengevaluasi Pelanggan atas Produk……….. 7

2.2.1.1. Model Kano……….. 7

2.2.1.2. Kerangka Kerja Inovasi……… 8

2.2.2.1. Service Quality Model (Model Kualitas Pelayanan). 9 2.2.2.2. SERVQUAL Model………. 11

2.3. Alat (Toolbox) untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan………... 13

2.3.1. Survei………... 13

(9)

2.3.3. Wawancara Terfokus Pada Grup………. 16

2.3.4. Observasi………..16

2.3.5. Mystery Shopping……… 17

2.3.6. Gambaran Psikografik dari Pelanggan………. 18

2.4. Kepuasan Pasien ... 18

2.4.1. Fungsi Kepuasan Pasien……….. 18

2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien……… 19

2.4.3. Pengukuran Kepuasan Pasien……….. 21

2.4.4. Unsur Pelayanan Rumah Sakit ………... 23

2.2.4.1. Administrasi……….. 23

2.2.4.2. Tenaga Medis dan Non Medis……….. 23

2.2.4.3. Tenaga Pendukung……… 24

2.2.5. Hubungan Antara Pasien dengan Pelayanan Rumah Sakit……….. 25

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 28

4.1. Jenis Penelitian………... 28

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian……….. 28

4.2.1. Waktu Penelitian……….. 28

4.2.2. Lokasi Penelitian……….. 28

4.3. Populasi dan Sampel………... 28

4.3.1. Populasi……… 28

4.3.2. Sampel………..28

4.4. Tehnik Pengumpulan Data……….. 29

4.5. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data………. 30

4.6. Ethical Clearance……… 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 32

5.1. Hasil Penelitian………... 32

(10)

5.1.2. Deskripsi Karakterisktik Responden………... 33

5.1.3. Tingkat Kepuasan Pasien………. 35

5.2. Pembahasan………. 43

5.2.1. Kepuasan Pasien atas Kinerja Dokter……….. 43

5.2.2. Kepuasan Pasien atas Kinerja Perawat……… 43

5.2.3. Kepuasan Pasien atas Fasilitas Medis dan Makanan Yang diberikan oleh Rumah Sakit………. 44

5.2.4. Kepuasan Pasien atas Biaya yang Diberikan Rumah Sakit ………... 45

5.2.5. Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Kesehatan………45

5.2.6. Tabulasi Deskripsi Umur dengan Tingkat Kepuasan……… 46

5.2.7. Tabulasi Jenis Kelamin dengan Tingkat Kepuasan……… 47

5.2.8. Tabulasi Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kepuasan……… 47

5.2.9. Tabulasi Pekerjaan dengan Tingkat Kepuasan.47 5.2.10. Tabulasi Status Pernikahan dengan Tingkat Kepuasan……….. 47

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 49

6.1. Kesimpulan………. 49

6.2. Saran………... 50

DAFTAR PUSTAKA………... 51

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur,

Hasil Ukur dan Skala Ukur 27

4.1. Laporan Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 30

5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 33

5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 33

5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 33

5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 34

5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan 34

5.6. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Dokter 35

5.7. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Perawat 35

5.8. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Fasilitas Medis 36

5.9. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Makanan

di Rumah Sakit 37

5.10. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Biaya

di Rumah Sakit 38

5.11. Tingkat Kepuasan Pasien Atas Pelayanan Kesehatan

Di Rumah Sakit 39

5.12. Tabulasi Deskripsi Umur dengan Tingkat Kepuasan 40

5.13. Tabulasi Jenis Kelamin dengan Tingkat Kepuasan 40

5.14. Tabulasi Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kepuasan 41

5.15. Tabulasi Jenis Pekerjaan dengan Tingkat Kepuasan 42

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Proses Kepuasan Pelanggan 4

2.2. Hirarki Model Akibat 6

2.3. The Service Quality Model (Model Kualitas Pelayanan) 10

2.4. The Total Perceived Quality (Kulitas Total yang Dimiliki) 11

2.5. Service Quality Model (Model Kualitas Pelayanan) 12

5.1. Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Pertanyaan terhadap

Dokter 35

5.2. Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Pertanyaan terhadap

Perawat 36

5.3. Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Pertanyaan terhadap

Fasilitas Medis 37

5.4. Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Pertanyaan terhadap

Makanan yang Diberikan oleh Rumah Sakit 38

5.5. Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Pertanyaan terhadap

(13)

ABSTRAK

Latar belakang: Ikatan Dokter Indonesia Sumatera Utara memperkirakan Rp 400 miliar sampai Rp 500 miliar uang penduduk Sumatera Utara dikeluarkan hanya untuk biaya berobat ke Singapura dan Malaysia. Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kemampuan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pasien dapat diukur dari tingkat kepuasan pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat akan rumah sakit di kota Medan pada tahun 2010.

Metode: Deskriptif dengan disain cross sectional dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Martha Friska, Rumah Sakit Permata Bunda dan Rumah Sakit Santa Elisabet dengan sampel sebanyak 100 orang.

Hasil: Hasil penelitian ini sebanyak 49% menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit di kota Medan tahun 2010. Sebanyak 48% menyatakan puas atas kinerja dokter. Terhadap kinerja perawat 45% menyatakan puas. Terdapat sebanyak 41% merasa puas atas fasilitas medis di rumah sakit. Dari 100 responden sebanyak 43% menyatakan puas atas makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Untuk kepuasan pada biaya, sebanyak 53% menyatakan puas,

Kesimpulan: Dari 100 responden mayoritas merasa puas pada pelayanan kesehatan, pada kinerja dokter dan pada biaya yang diberikan oleh rumah sakit. Sedangkan mayoritas responden merasa cukup puas pada kinerja perawat, kelengkapan fasilitas medis dan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Mutu pelayanan kesehatan harus semakin ditingkatkan agar lebih banyak masyarakat yang merasa puas sehingga memilih berobat di dalam negeri.

(14)

ABSTRACT

Introduction: Indonesian Medical Association of North Sumatra estimated Rp 400 billion to Rp 500 billion of money from the people of North Sumatra delegated only for medical expenses to Singapore and Malaysia. The hospital is a health care facility for the community. The ability of hospitals to meet patients' needs can be measured from the level of patient satisfaction. This study aims to determine the level of community satisfaction will hospital in Medan in 2010.

Methods: Descriptive study with cross sectional design. The instruments used was a questionnaire. The study wa performed at the Hospital Martha Friska, Permata Bunda and Santa Elisabeth Hospital. Sampel with from 100 people using quota sampling technique.

Results: The results of this study that 49% expressed satisfaction on health care in a hospital in Medan in 2010. A total of 48% expressed satisfaction over the performance of doctors. Against the performance of the nurses 45% expressed satisfaction. Level of patient satisfaction for medical facilities in hospitals are 41% expressed satisfaction. There are 43% respondents expressed satisfaction over the food provided by the hospital. For satisfaction against the cost 53% expressed satisfaction,

Conclusion: Of the 100 respondents, the majority were satisfied on health care, the performance of doctors and the cost provided by the hospital. While the majority of respondents felt fairly satisfied with the performance of nurses, the completeness of medical facilities and food provided by the hospital. The

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Berdasarkan data kantor Imigrasi Polonia Medan pada bulan Januari-Mei

2008, jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berangkat ke luar negeri telah

mencapai 140.399 orang. Sekitar 40% atau 56.196 orang dari jumlah WNI yang

bepergian tersebut meminta agar diperiksa dan diobati di Malaysia atau

Singapura, untuk mengunjungi keluarga, bekerja maupun melancong (Suroso,

2008). Pada tahun 2009, diketahui bahwa setiap tahun sekitar 1 juta penduduk

Indonesia berobat ke luar negeri dengan mengeluarkan biaya rata-rata Rp 20 juta.

Jika dikalkulasikan maka dalam setahun biaya yang diperlukan untuk kepentingan

berobat mencapai angka Rp 20 triliun (Idris, 2009). Masyarakat Sumatera Utara

ternyata sudah tidak asing lagi dengan rumah sakit di Penang. Ikatan Dokter

Indonesia (IDI) Sumatera Utara memperkirakan Rp 400 miliar sampai Rp 500

miliar uang penduduk Sumatera Utara dilimpahkan ke luar negeri hanya untuk

berobat ke Singapura dan Malaysia (Sihotang, 2006). Jika hal ini terus berlanjut

maka akan berdampak negatif pada bidang kesehatan di Indonesia. Sehingga

penduduk Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri akan terus bertambah

setiap tahunnya.

Terdapat beberapa alasan yang mendasari pilihan penduduk Medan untuk

berobat di luar negeri. Rumah sakit di Medan dianggap kurang dalam pelayanan.

Seorang pasien dapat menunggu lama karena alasan keuangan atau dokter yang

terlambat datang. Faktor lain adalah biaya. Untuk berobat di rumah sakit di

Medan diperlukan biaya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan luar negeri

ataupun Jakarta. Minimnya peralatan menjadi persoalan lain yang dihadapi para

pasien dimana tidak semua rumah sakit memiliki kelengkapan yang sama.

Meskipun demikian, tedapat anggapan bahwa sarana, prasarana dan paket

pemeriksaan serta kualitas layanan kesehatan di Indonesia juga sudah lengkap dan

tidak kalah saing dengan rumah sakit di negara tetangga (Lubis, 2010). Jumlah

(16)

Persoalan lain adalah rumah sakit swasta di Sumatera Utara tidak memiliki dokter

tetap karena dokter tetap di rumah sakit pemerintah juga bekerja di rumah sakit

swasta atau membuka praktik di tempat lain (Rasyid, 2008). Dari segi kualitas dan

profesionalisme, dokter Indonesia dapat disebandingkan dengan

dokter-dokter dari negara lain (Lubis, 2010).

Promosi layanan kesehatan luar negeri yang tidak berimbang di Indonesia

turut memberi pengaruh kepada masyarakat untuk berobat ke luar negeri (Lubis,

2009). Indonesia sudah dijadikan ajang promosi bagi rumah sakit dari negara lain.

Selain menerapkan kampanye periklanan di Indonesia, rumah sakit tersebut juga

melakukan beragam cara berkomunikasi melalui kegiatan kehumasan secara

gencar dan berkelanjutan, untuk mendapatkan sebanyak mungkin konsumen di

Indonesia. Promosi rumah sakit di Indonesia saat ini dianggap melanggar kode

etik rumah sakit. Karena promosi diartikan sebagai sebuah bujukan kepada

seseorang agar mengunjungi rumah sakit tertentu. Promosi merupakan salah satu

media yang baik dalam memberikan informasi tentang jenis pelayanan kesehatan

yang tersedia. Dampak positifnya masyarakat akan lebih mudah menentukan

pilihan berobatnya. Namun di Indonesia belum ada pedoman pengiklanan yang

jelas bagi rumah sakit sementara kebutuhan akan pedoman pengiklanan tersebut

sangat diperlukan. Tujuannya adalah agar rumah sakit-rumah sakit di Indonesia

mampu bersaing dengan rumah sakit luar negeri (Yahya, 2006).

Berobat di luar negeri mungkin menjadi pilihan masyarakat karena masih

terdapat anggapan bahwa kenyamanan berobat jarang ditemukan di rumah sakit

dalam negeri. Namun, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang harus menunggu

berjam-jam hanya untuk berkonsultasi dengan dokter tertentu di luar negeri.

Disamping itu, masyarakat tidak mengetahui tingkat kegagalan pengobatan di luar

negeri. Jika berobat ke luar negeri komunikasi yang baik antara dokter dan pasien

mungkin kurang dapat terjalin karena perbedaan bahasa.

Rumah sakit merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan bagi

masyarakat, yang menjadi kebutuhan bagi semua lapisan masyarakat. Rumah sakit

(17)

sakit dalam memenuhi kebutuhan pasien dapat diukur dari tingkat kepuasan

pasien (Wajdi, 2010).

1.2. Rumusan masalah

Bagaimana tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan kesehatan di

beberapa Rumah Sakit di kota Medan pada tahun 2010?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui tingkat kepuasan masyarakat akan rumah sakit di kota Medan

pada tahun 2010.

1.3.2 Tujuan khusus

- Mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap dokter di rumah sakit

- Mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap perawat di rumah sakit

- Mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap fasilititas yang terdapat

di rumah sakit, seperti laboratorium dan peralatan medis serta makanan

yang diberikan rumah sakit

- Mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap biaya kesehatan rumah

sakit

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi berbagai

pihak, terutama Rumah Sakit, Dinas Kesehatan dan Kementrian Kesehatan di

Indonesia dalam menetukan standar pelayanan Rumah Sakit sehingga masyarakat

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan adalah hasil dari evaluasi pasca-konsumsi jika alternatif terpilih

sesuai atau melebihi harapan dari pelanggan (customer) (Mont, 2003).

Gambar 2.1. Proses Kepuasan Pelanggan (Mont, 2003)

Proses kepuasan pelanggan

Tujuan utama dari pemasaran adalah mengerti tentang kebutuhan

pelanggan dan mampu mempengaruhi perilaku belanja dari pelanggan. Salah satu

(19)

perilaku belanja yang lebih dikenal dengan “perspektif proses informasi”. Sesuai

dengan model perspektif ini, proses pengambilan keputusan pelanggan terdiri atas

keinginan pelanggan untuk memenuhi kebutuhan dan berbagai macam faktor

pendukung dan faktor pengaruh yang melatarbelakangi. Proses ini dapat dilihat

pada gambar diatas. (Engel, Blackwell et al. 1995 dalam Mont, 2003) (Gambar

2.1):

- Identifikasi kebutuhan: faktor pencetus dari proses konsumsi adalah

kesadaran akan adanya perbedaan antara situasi yang diharapkan dengan

situasi yang saat ini terjadi

- Pencarian informasi: mencari data yang dibutuhkan, baik data internal

(ingatan seseorang) dan/atau data eksternal, yang dapat mempengaruhi

keputusan dalam berbelanja

- Evaluasi sebelum pembelian: penilaian terhadap beberapa pilihan yang

tersedia degan mengevaluasi keuntungan dan kemudian memilih

keputusan yang terbaik

- Pembelian: mendapatkan produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan

- Konsumsi: penggunaan dari produk atau jasa

- Re-evaluasi paska pembelian: penilaian apakah dan sejauh manakah

kepuasan yang dihasilkan oleh konsumsi

- Divestasi: pembuangan dari produk yang tidak terpakai. Selain perspektif

proses informasi, analisa perilaku konsumen juga dapat dilihat dari konsep

psikologi tentang sikap. Sikap konsumen merupakan faktor utama yang

membentuk perilaku konsumen.

Divestasi menjadi fokus dari penelitian tentang pelanggan baru

berkembang akhir-akhir ini karena mulai tumbuhnya kepedulian tentang

lingkungan. Kebanyakan penilitian yang dilakukan menitikberatkan pada

pembuangan akhir dan daur ulang, namun akhir-akhir ini terdapat kegunaan lain

dari produk-produk yang dihasilkan seperti penggunaan kembali dan pemasaran

kembali, kegunan lain seperti ini mulai mendapat perhatian.

Teori Fungsional Katz (1960) dalam Mont (2003) menjelaskan tentang

(20)

terhadap produk, merek, iklan, toko, diri sendiri dan orang lain berdasarkan 4 hal,

antara lain: fungsi kegunaan (berdasarkan hadiah dan hukuman), fungsi nilai

(nilai-nilai dasar pelanggan atau konsep pribadi), fungsi pembelaan ego (bertujuan

untuk melindungi seseorang dari ancaman), dan fungsi pengetahuan (kebutuhan

akan keteraturan, arti dan struktur). Yang dimaksud dengan sikap adalah:

perasaan, perilaku dan kognisi. Terdapat beberapa jenis proses pengambilan

keputusan oleh pelanggan yang dipengaruhi oleh sikap konsumen, antara lain

(Mont, 2003):

- Hirarki standar atau hirarki dengan keterlibatan tinggi. Pada hirarki ini,

konsumen dianggap sebagai manusia yang rasional dalam mengambil

keputusan sehingga proses pengambilan keputusan terdiri dari kognisi,

afeksi dan sikap (belajar-merasa-bertindak).

- Hirarki dengan keterlibatan rendah dapat digunakan pada situasi dimana

motivasi dan risiko rendah, sehingga proses pengambilan keputusan terdiri

dari kognisi, perilaku dan afeksi (belajar-bertindak, merasa).

- Hirarki eksperensial menitikberatkan kepada emosi konsumen dan situasi

dimana keterlibatan konsumen sangat mempengaruhi hasil yang

diinginkan. Proses pengambilan keputusan terdiri dari afeksi, perilaku,

kognisi (merasa-bertindak-belajar).

(21)

Berdasarkan model ini terdapat 3 cara untuk mengubah sikap melalui

perubahan kepercayaan, rasa dan perilaku (Mont, 2003).

2.1.1. Tingkat Kepuasan Pelanggan

Setidaknya terdapat 3 tingkat harapan pelanggan tentang kualitas (Voltaire,

2003), yaitu:

1. Level 1

Ekspektasi sangat sederhana dan mengambil bentuk asumsi, harus memiliki

dan menerima begitu saja. Sebagai contoh pasien berharap dokter dapat

menyembuhkan penyakit demam yang dideritanya.

2. Level 2

Ekspektasi pelanggan lebih tinggi dibandingkan level 1. Pada level ini

diperlukan beberapa syarat dan ketentuan agar pelanggan dapat merasa puas.

Sebagai contoh pasien jika berobat ke rumah sakit pasien berharap dapat

segera sembuh dari penyakit yang dideritanya serta administrasi dari rumah

sakit tidak berbelit-belit.

3. Level 3

Ekspektasi pelanggan pada tingkat ini jauh lebih tinggi daripada level 1 dan 2.

Pada level ini diperlukan pelayanan yang sangat baik dan menarik bagi

pelanggan. Misalnya jika pasien berobat ke rumah sakit maka pasien

mengaharapkan agar dokter dapat menjelaskan tentang penyakit yang

dideritanya, petugas rumah sakit yang ramah dan administrasi rumah sakit

yang mudah.

2.2. Kerangka Kerja Untuk Mengevaluasi Kepuasan Pelanggan

2.2.1. Kerangka Kerja Untuk Mengevaluasi Kepuasan Pelanggan Atas Produk

2.2.1.1. Model Kano

Model ini digunakan untuk menilai kepuasan pelanggan terhadap produk

yang digunakanan serta bagaimana hubungannya dengan kepuasan pelanggan.

(22)

kepuasan pelanggan yaitu: 1) basic or expected attributes, 2) performance or

spoken attributes, and 3) surprise and delight attributes.

Basic or expected attributes menyatakan ketidakpuasan pelanggan

terhadap produk yang diterima. Performances or spoken attributes hal ini dapat

menunjukkan kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan, tergantung pada tingkat

kemampuan produk dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Surprise and delight

attributes menunjukkan perasaan senang dari pelanggan terhadap produk sebab

kemampuan produk yang memuaskan secara berlebihan.

Kepuasan pelanggan dapat berpengaruh dalam memberikan keuntungan

terhadap perusahaan. Perusahaan yang sukses akan mengoreksi produk yang

diproduksinya. Untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelebihan produknya

maka sebuah perusahaan akan memiliki Quality Function Deployment (QDF).

Tujuan utamanya adalah mengembangkan produk dan memenuhi kebutuhan

pelanggan. Hal ini merupakan cara yang paling efektif dalam menilai kepuasan

pelanggan (Mont,2003).

2.2.1.2. Kerangka kerja inovasi (Innovation Framework)

Tehnik menyarankan 5 langkah yang harus dilakukan dalam mengadopsi

produk baru yaitu:

Mengetahui inovasi dari produk terbaru

Menentukan sikap terhadap produk terbaru

Memutuskan akan menggunakan atau menolak produk terbaru

Implementasi dari ide yang baru (produk)

Konfirmasi dari keputusan yang diambil

Pengetahuan pertama diperlukan saat pelanggan dikenalkan dengan

(23)

mengevaluasi manfaat dari produk yang tersedia sehingga timbul keputusan dalam

menerima atau menolak produk terbaru. Implementasi akan berujung pada

penggunaan dan penilaian kembali dari keputusan yang diambil untuk

menggunakan produk (Mont, 2003).

Roger (1995) dalam Mont (2003) berpendapat bahwa penerimaan

masyarakat terhadap inovasi produk, dipengaruhi oleh kepribadiaannya,

inovasinya, dan komunikasi interpersonal. Sehingga dalam hal ini dapat

diklasifikasikan menjadi inovator, orang yang mengadopsi secara awal, early

majority (pengguna awal), late majority (pengguna akhir), dan laggards

(orang-orang yang terlambat).

Inovator mencari sesuatu yang baru dan menilai sejak produk diluncurkan

ke pelanggan. Laggards (orang-orang yang terlambat) mencari informasi tentang

suatu produk atau kualitas dari sebuah jasa melalui komuniksi interpersonal atau

dari “mulut ke mulut”. Banyak penelitian yang menganalisa perbedaan antara

pengguna awal dari suatu produk dan pengguna akhir dari suatu produk

berdasarkan atas sosial ekonomi, demogarfi, budaya atau kriteria psikologi (Mont,

2003).

2.2.2.1. Service Quality Model (Model Kualitas Pelayanan)

Menurut Gronroos (1982) dalam Mont (2003) kualitas pelayanan yang

dicari oleh pelanggan akan berbeda tergantung dari strategi yang dipilih

perusahaan dalam memberikan dan mempromosikan pelayanan mereka. Kualitas

pelayanan dapat dibagi menjadi kualitas teknis dan kualitas dimensi. Kualitas

teknis adalah kualitas dari produk yang dibeli. Kualitas dimensi adalah bagaimana

kualitas teknis dapat dihasilkan dan disampaikan pada pelanggan selama interaksi

(24)

Gambar 2.3. The Service Quality Model (Model Kualitas Pelayanan)

Dalam Mont (2003), Gronroos (1993) menyatakan kualitas teknis adalah

“kondisi dasar positif dalam kualitas suatu produk tetapi kualitas fungsional salah

salah satu hal yang menambah keuntungan kompetitif”. Selain itu, dalam dunia

pemasaran, peningkatan kualitas fungsional menjadisesuatu yang menguntungkan

dibanding hanya peningkatan teknis saja.

Terdapat juga perbedaan antara pelayan yang ada dan pelayanan yang

diharapkan. Gronroos kemudian mengembangkan model ini dengan meyatakan

bahwa di dalam sebuah perusahaan yang menyediakan produk lengkap dengan

pelayanan dapat lebih mengambil keuntungan. Menurutnya, kualitas produk yang

baik akan tercapai apabila kualitas barang yang bermutu diimbangi dengan

pemenuhan ekspektasi pelanggan.. Namun, jika ekspektasi yang ada tidak

realistis, maka kualitas total yangg ada saat ini akan rendah walaupun barang yang

(25)

Gambar 2.4. The Total Perceived Quality (Kualitas total yang dimiliki)

Kualitas yang diharapkan dari suatu produk sangat dipengaruhi oleh

komunikasi pasar (periklanan, kampanye penjualan, humas dan surat-menyurat

secara langsung), pembicaraan dari “mulut ke mulut”, imej perusahaan dan

kebutuhan pelanggan. Perusahaan dapat mengontrol secara langsung komunikasi

pasar yang dilakukan, sedangkan pembicaraan dari “mulut ke mulut” dan imej

perusahaan berada diluar kuasa perusahaan. Secara keseluruhan, Gronroos

menyimpulkan bahwa kualitas total yang dimiliki oleh suatu produk tidak hanya

ditentukan oleh tingkat teknis dan fungsional saja tetapi juga dipengaruhi oleh

jarak antara kualitas yang diharapkan dan kualitas yang telah dihasilkan (Mont,

2003).

2.2.2.2 SERVQUAL Model

Semakin meningkatnya berbagai macam pelayanan yang diberikan

perusahaan pada beberapa dekade terakhir, membuat banyak peneliti yang merasa

perlu untuk membuat suatu barometer dalam menilai kualitas pelayanan.

Barometer yang sering digunakan adalah SERVQUAL yang berdasarkan pada

riset mendalam di berbagai bidang secara keseluruhan terhadap kualitas pelayanan

yang ada. SERVQUAL mengukur perbedaan antara ekspektasi pelanggan

terhadap sekelompok perusahaan penyedia pelayanan dengan pelayanan yang

benar-benar diberikan. Penilaian dalam model ini menggunakan beberapa

(26)

pelanggan melalui jarak antara kualitas pelayanan yang telah diberikan dengan

ekspektasi pelanggan (Mont, 2003).

Gambar 2.5. Service Quality Model (Model kualitas pelayanan)

Walaupun telah digunakan secara luas, model SERVQUAL juga mendapat

kritik karena tidak memasukkan faktor harga dalam penilaian dan juga karena

memasukkan faktor ekspektasi sebagai variabel dalam mengukur kualitas

pelayanan. Yang sering dikritik adalah hubungan yang tidak jelas antara kepuasan

dan kualitas pelayanan yang telah diberikan. Oleh karena itu, kemudian muncul

model SERVPERV, yang beranggapan bahwa kualitas pelayanan tidak tergantung

pada ekspektasi dan dapat dihitung langsung berdasarkan performa yang diberikan

dalam memberikan pelayanan (Mont, 2003).

Faktor-faktor yang digunakan dalam menilai kualitas pelayanan sesuai model,

yaitu (Mont, 2003):

- Akses: kemudahan untuk diperoleh dan dihubungi

- Komunikasi: memberikan informasi kepada pelanggan dengan

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan mau mendengarkan

keluhan pelanggan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mampu

berkomunikasi dalam berbagai bahasa sehingga tidak mengganggu

komunikasi dengan berbagai kelompok pelanggan lain dalam menjelaskan

(27)

- Kompetensi: kepemilikan terhadap ketrampilan dan pengetahuan tertentu

guna memberikan pelayanan yang diharapkan, contoh: keterampilan

berorganisasi dan personal

- Sopan santun: sifat yang dimiliki staf yang bertugas dalam bidang

pelayanan antara lain: kesopanan, sikap hormat, ramah

- Kredibilitas: termasuk dapat dipercaya dan jujur

- Dapat diandalkan: artinya adalah pelayanan yang diberikan disertai dengan

akurasi tinggi dan menyeluruh

- Bertanggung jawab: berkaitan dengan kemampuan personil untuk

memberikan pelayanan dan seberapa cepat pelayanan dapat diberikan

- Keamanan: memberikan keamanan fisik dan finansial serta kerahasiaan

- Tangibles termasuk semua produk fisik yang terlibat dalam penyampaian

pelayanan

- Mengerti tentang pelanggan: berusaha mengenal pelanggan secara lebih

baik lagi, mempelajari kebutuhan-kebutuhan khusus mereka, memberikan

perhatian individu dan mengenal pelanggan yang setia

2.3. Alat (Toolbox) Untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan

2.3.1 Survei

Kepuasan pelanggan pada metode ini dinilai dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner harus berisi pertanyaan tentang berbagai produk atau jasa

yang diberikan. Mengembangkan kuesioner yang baik merupakan kunci utama

dalam mengumpulkan informasi yang berkualitas. Pertanyaan harus berbentuk

singkat, diformulasikan secara baik sehingga dapat menghindari bias (Mont,

2003).

Terdapat banyak jenis metode yang digunakan dalam mengumpulkan

informasi dengan menggunakan survei. Survei dari telephon biasanya digunakan

untuk mengumpulkan data pada populasi pelanggan yang besar dan pada

pelanggan yang merupakan target dari sebuah produk atau jasa. Survei ini lebih

efektif dalam mengumpulkan data jika dibandingkan dengan penggunaan email,

(28)

Survei yang dilakukan melalui internet lebih menguntungkan di bidang waktu dan

kemudahan dalam melakukannya serta akan lebih cepat dalam memproses

informasi tentang kepuasan pelanggan. Survei yang dilakukan melalui surat akan

menyebabkan biaya yang besar dengan respon yang lebih sedikit sehingga

ketepatan data akan semakin tidak akurat. Pengembalian kartu mempengaruhi

respon pelanggan dan beberapa kemungkinan dalam menilai kepuasan pelanggan.

Dapat dibuktikan bahwa metode ini sangat tepat dalam menilai kepuasan

pelanggan sesudah berbelanja pada saat terdapat potongan harga di suatu tempat

perbelanjaan.

Customer intercepts metode yang digunakan dalam mengumpulkan

informasi di pusat perbelajaan. Kedua metode ini berguna dalam menilai kepuasan

pelanggan dengan lingkungan berbelanjanya. Tujuan dari customer intercepts

survei adalah melihat penilaian kepuasan pelanggan terhadap pelayanan dan

sikap dari staf. Survei juga dilakukan pada peluncuran produk-produk terbaru

untuk menilai pendapat pelanggan terhadap produk.

Constumer intercepts sering digunakan sebagai alat penilaian kepuasan

pelanggan secara cepat. Biaya yang dibutuhkan relatif murah. Kekurangan dari

metode ini adalah sampelnya tidak dipilih secara acak sehingga dapat mengurangi

objektivitas dari hasil yang didapatkan.

Meskipun metode survei berkembang dengan baik, tetapi terdapat

keuntungan dan kekurangan dari metode ini.

Keuntungan:

- Akses terhadap pelanggan banyak pelanggan, sampel yang digunakan

besar

- Kemampuan dalam menilai dan menggambarkan variasi dan distribusi

variabel pada populasi

- Kemampuan dalam mendapatkan informasi tentang sikap pelanggan, apa

yang menarik perhatian pelanggan dan persepsi pelanggan tentang suatu

produk atau jasa

- Data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai analisa statistik dalam

(29)

Kerugian:

- Timbul masalah dalam membuat pelanggan mengerti atas pertanyaan yang

diberikan dan membuat pelanggan memiliki konsep yang sama terhadap

pertanyaan yang diberikan

- Pelanggan cenderung memberikan jawaban yang dapat diterima oleh

lingkungan sekitar

- Jawaban yang tidak selalu sama jika survei diulangi kembali

- Memerlukan waktu yang lama dan sulit dalam memformulasikan

pertanyaan yang tepat

- Sulit untuk melakukan survei pada populasi atau sampel yang ditargetkan

- Kuesioner yang diberikan, perlu diuji terlebih dahulu

2.3.2. Wawancara secara mendalam

Pada beberapa perusahan wawancara secara mendalam lebih sering

dilakukan. Wawancara dapat dilakukan jika sampelnya sedikit. Wawancara secara

personal ini biasanya dilakukan karena perusahaan akan membuat “profil

pelanggan” secara spesifik atau “strategi perencanaan kepuasan pelanggan”.

Responden yang mengikuti wawancara didasarkan oleh kesediaan mereka dalam

mengikuti kegiatan ini, nilai mereka sebagai pelanggan dan kemampuan mereka

dalam membahas suatu “masalah”.

Nilai lebih dari wawancara secara mendalam adalah kemampuannya

dalam menentukan persepsi dari pelanggan, menemukan variabel baru dan

kebutuhan baru dari para pelanggan serta instrumen/ alat yang tepat dalam

menentukan kepuasan pelanggan (Mont, 2003).

Tetapi kekurangan dari metode ini adalah jika responden tidak dipilh

secara acak maka kesimpulan yang didapat harus dievaluasi lagi. Serta jika

sampelnya terlalu besar akan sulit dalam melakukan wawancara. Pewanwancara

harus memliki kemampuan dan fleksibilitas padahal tidak semua pewawancara

(30)

2.3.3. Wawancara terfokus pada grup

Wawancara terfokus pada grup adalah wawancara yang terdiri dari 8-12

orang, Wawancara ini dilakukan dengan memberi pertanyaan secara langsung

tentang masalah pelayanan yang diberikan dan kepuasan pelanggan, sehingga

hasilnya dapat diperoleh dalam waktu singkat. Metode ini biasanya digunakan

untuk menyingkirkan pendapat yang menyatakan suatu sikap dari pelanggan.

Metode ini juga biasanya digunakan untuk menilai respon pelanggan terhadap

penawaran /iklan dari suatu yang akan atau telah ditampilkan (Mont, 2003).

Wawancara terfokus pada grup merupakan metode terbaik dalam menilai

persepsi atas suatu produk bagi pelanggan serta bagaimana suatu produk harusnya

dipasarkan secara luas.

Anggota grup dipilih berdasarkan krteria spesifik, seperti umur, jenis

kelamin dan kriteria penting lain. Mereka dipilih bergantung dari lokasi

penelitian. Responden dipilih dengan dasar mereka sering berbelanja pada suatu

pusat perbelanjaan.

Kelebihan dari metode ini adalah kemampuannya dalam menilai kepuasan

pelanggan terhadap suatu produk yang sudah digunakan dan kepuasan pelanggan

terhadap suatu produk yang akan diluncurkan. Sisi negatifnya adalah sulit

memisahkan antara penilaian seseorang/ objektivitas dengan penilaian

kelompok/objektivitas dalam suatu wawancara terfokus pada grup serta sampel

biasanya tidak representatif.

2.3.4. Observasi

Observasi dari responden adalah penelitian yang berkaitan dengan

interaksi sosial responden dengan produk yang digunakan. Observasi

memungkinkan penilaian terhadap suatu produk pada level tertentu, saat produk

sedang digunakan oleh pelanggan. Data dari penelitian ini didapatkan dari segala

sesuatu yang terdapat pada tempat penelitian, seperti pola pada saat berinteraksi,

frekuensi dari interaksi, pola dari komunikasi yang terjalin dan pola dalam

(31)

Kelebihan dari metode observasi adalah tidak diperlukan interaksi

langsung antara peneliti dengan pelanggan yang diteliti. Kapan saja peneliti ingin

meneliti pelanggan maka hal ini dapat dilakukan tanpa perlu menggangu

pelanggan (Mont, 2003).

Kelemahan yang utama dalam hal ini adalah jika peneliti salah

mengartikan persepsi dari pelanggan tanpa melakukan pemeriksaan ulang

terhadap apa yang disimpulkan peneliti dengan respon pelanggan. Selain itu

metode ini hanya baik digunakan pada sampel yang sedikit (Mont, 2003).

Satu hal lagi yang merupakan kekurangan dari penelitian ini adalah

kurangnya reabilitas sebab pengumpulan data yang tidak berdasarkan standar.

Tanpa analisis statistik maka akan sulit bagi peneliti menentukan hasil penelitian

valid atau tidak(Mont, 2003).

2.3.5. Mystery shopping

Penelitian ini berdasarkan atas informasi yang dikumpulkan berdasarkan

pada strategi pemasaran suatu perusahaan. Mystery shopping merupakan observasi

oleh tenaga ahli yang dipilih oleh perusahaan, yang berpura-pura menjadi

pelanggan. Tenaga ahli akan mendatangi tempat-tempat yang telah ditentukan

untuk mendapatkan informasi tentang sikap dari staf yang bertugas, kemampuan

dari staf, produk yang tersedia. Secara garis besar merasakan pengalaman sebagai

pelanggan dari suatu produk. Mystery shopping membantu menegakkan standar

pelayanan terhadap konsumen dan menentukan kelemahan dari suatu produk dari

sudut pandang seorang pelanggan. Metode ini memberikan pengertian yang lebih

dalam tentang kepuasan pelanggan sehingga pada akhirnya kepuasan pelanggan

dapat dicapai. Tetapi mystrery shopping memerlukan waktu yang cukup lama

serta tidak mudah dalam menemukan tenaga ahli yang berpengalaman dalam

berpura-pura menjadi pelanggan dan tarif tenaga ahli tidak murah (Mont, 2003).

2.3.6. Gambaran psikografik dari pelanggan

Gambaran psikografik dari pelanggan merupakan bagian dari

(32)

ketertarikan pelanggan dan pendapat pelanggan tentang suatu produk, pelayanan

atau pengalaman dalam berbelanja. Kelebihan metode ini dimana pengumpulan

informasi memberikan latar belakang dari pelanggan sehingga dapat menunjukkan

bagaimana suatu produk diterima di lingkungan tertentu dan potensi suatu produk

untuk dapat digunakan di suatu lingkungan. Kekurangan metode ini memerlukan

waktu yang lama dan informasi yang lengkap (Mont, 2003).

Tingkat reabilitasnya sedang sebab pelanggan yang diteliti

memberikan sendiri laporan tentang dirinya. Pengalaman yang banyak diperlukan

dalam membuat gambaran psikografik dari pelanggan yang rilaiabel.

2.4. Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan (Pohan,

2007). Kepuasan pasien dapat timbul jika hasil dari pelayanan kesehatan (rumah

sakit) sesuai dengan apa yang diharapkan serta dapat memenuhi kebutuhan dari

pasien.

2.4.1. Fungsi Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien diperlukan sebab memberikan dampak yang positif bagi

rumah sakit. Pasien yang puas akan meningkatkan pendapatan rumah sakit sebab

pasien yang puas cenderung menjadi loyal kepada rumah sakit serta menjadikan

rumah sakit sebagai bahan rekomendasi kepada orang lain yang dikenalnya.

Meskipun hanya menambah 1 pasien yang bersifat loyal tetapi hal ini akan

memberikan dampak yang signifikan terhadap kenaikan pendapatan rumah sakit

(Anomin, 2008).

Dapat dibuktikan bahwa pasien dan/atau masyarakat yang mengalami

kepuasan terhadap layanan kesehatan, cenderung mematuhi nasihat, setia atau taat

terhadap rencana pengobatan yang telah disepakati. Sebaliknya jika pasien merasa

tidak puas maka cenderung untuk tidak mematuhi rencana pengobatan, tidak

mematuhi nasihat dokter, berganti dokter atau pindah ke layanan kesehatan lain

(33)

Ujicoba membuktikan bahwa kepuasan pasien merupakan hasil akhir dari

layanan kesehatan, artinya hal ini akan berdampak juga pada status kesehatan.

Dengan demikian, pada beberapa kejadian yang memerlukan layanan kesehatan

dalam kurun waktu yang lama, sebagain pakar merekomendasikan agar

menggunakan status kesehatan sebagai indikator kepuasan pasien (Pohan, 2007).

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Pasien rumah sakit umumnya dibagi menjadi dua kategori yaitu pasien

rawat inap dengan pasien rawat jalan. Dengan demikian, aspek-aspek yang

memengaruhi kepuasan pasien rawat jalan berbeda dengan pasien rawat inap

(Pohan, 2007).

Aspek-aspek yang mungkin mempengaruhi kepuasan pasien rawat jalan

rumah sakit, antara lain:

- Penampilan gedung rumah sakit yang menyakinkan dan menarik

- Lingkungan rumah sakit bersih, nyaman dan teratur

- Pertamanan rumah sakit indah dan dipelihara dengan baik

- Perparkiran rumah sakit teratur dan aman

- Petunjuk arah/nama ruangan yang jelas dalam lingkungan rumah sakit

- Penampilan dokter/perawat/petugas kesehatan lain rapi dan bersih,

bersikap mau menolong

- Kantor rekan medik buka tepat waktu

- Petugas rekam medik melayani dengan sopan, ramah dan tanggap

- Pencarian/pengmbilan rekam medik cepat dan tepat

- Jumlah kursi untuk pasien yang menunggu rekam medik memadai

- Poliklinik buka tepat waktu

Sementara itu, aspek-aspek yang mungkin berpengaruh terhadap kepuasan

pasien rawat inap rumah sakit adalah:

- Petugas kantor penerimaan pasien rawat inap melayani dengan sopan,

ramah dan tanggap

(34)

- Kursi untuk pasien dan keluarga yang sedang menunggu giliran layanan

kesehatan tersedia dengan cukup

- Kursi roda/troli tersedia pada kantor penerimaan untuk membawa pasien

ke instalasi rawat inap

- Perawat instalasi rawat inap melayani dengan sopan, ramah dan tanggap

- Tempat tidur telah disiapkan dalam keadaan rapi, bersih dan siap pakai

- Perawat menolong/mengangkat pasien dari kursi roda/troli ke tempat tidur

- Perawat segera mengubungi dokter , menanyakan tentang obat dan jenis

makanan pasien

- Instalasi rawat inap tertata rapi, bersih dan nyaman

- Kelengkapan dan kebersihan peralatan yang dipakai

- Perawat memberi informasi tentang peraturan, waktu makan, jenis

makanan, waktu tidur, kunjungan dokter, penyimpanan barang berharga,

jam bertamu dan lain-lain.

- Perawat memberi kesempatan bertanya

- Penampilan perawat yang bertugas rapi dan bersih serta bersikap mau

menolong

- Perawat memperhatikan kebutuhan dan keluhan pasien setiap hari

- Perawat memperhatikan keluhan keluarga pasien

- Perawat berupaya menjaga privasi pasien sesuai prosedur pemberian obat

- Perawat menanyakan tentang kecukupan rasa dan makanan pasien serta

makanan yang menjadi kesukaan/tidak disukai oleh pasien dan berupaya

memenuhi jika dimungkinkan oleh penyakit pasien

- Dokter mengunjungi instalasi rawat inap dua kali sehari dan

berkomunikasi dengan pasien dan perawat

- Perawat melaporkan segala detail perubahan pasien kepada dokter sewaktu

melakukan kunjungan

- Dokter selalu menanyakan perubahan keluhan pasien dan melakukan

pemeriksaan dan jika perlu mengganti obat pasien

- Jika perlu dokter mengkonsultasikan pasien kepada dokter lain

(35)

- Perawat menginformasikan persiapan yang harus dilakukan oleh pasien

sebelum dibawa berkonsultasi dengan dokter lain

- Perawat membawa pasien dengan menggunakan kursi roda/troli sewaktu

berkonsultasi dengan dokter lain

- Dokter jaga tersedia selama 24 jam dan dokter yang menangani pasien

selalu dapat dihubungi kapan saja (on call)

2.4.3. Pengukuran Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien akan diukur dengan indikator berikut (Pohan, 2007):

a. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan

Kepuasan terhadap akses layanan masyarakat akan dinyatakan oleh sikap dari

pengetahuan masyarakat tentang:

- Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan tempat saat

dibutuhkan

- Kemudahan memperoleh layanan kesehatan baik dalam keadaan biasa

ataupun keadaan darurat

- Sejauh mana pengertian pasien tentang layanan kesehatan itu bekerja,

keuntungan dan tersedianya layanan kesehatan

b. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan

Hal ini akan dinyatakan oleh sikap pasien terhadap:

- Kompetensi dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain

- Hasil akhir dari penyakit atau perubahan yang dirasakan oleh pasien

sebagai hasil layanan kesehatan.

c. Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan

antar-manusia

Pada bagian ini, ditentukan dengan melakukan pengukuran terhadap:

- Persepsi tentang kepedulian dokter atau profesi layanan kesehatan lain,

- Kepercayaan terhadap dokter

- Pengertian tentang kondisi dan diagnosis serta sejauh mana tingkat

kesulitan untuk dapat mengerti nasihat dokter dan/atau rencan

(36)

d. Kepuasan terhadap sistem layanan masyarakat

Ditentukan oleh sikap pasien terhadap:

- Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan

- Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu, pemanfaatan

waktu selama menunggu, sikap mau menolong atau kepedulian personel,

mekanisme pemecahan masalah dan keluhan yang timbul

- Lingkup dan sifat keuntungan dan layanan kesehatan yang ditawarkan

Tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan metode sebagai berikut:

a. Wawancara

Ada beberapa macam jenis wawancara, yaitu:

- Wawancara terstruktur

- Wawancara tidak terstruktur

- Wawancara berdasarkan tingkat kejadian atau peristiwa kritis

b. Kuesioner

Tujuan utama dilakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien adalah untuk

mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan mereka dan menghitung indeks

kepuasan pelanggan. Indeks kepuasan pelanggan dapat digunakan untuk

(Muninjaya, 2004):

1. Alat kebijakan pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja rumah

sakit.

2. Alat untuk menyusun strategi pemasaran produk pelayanan. Unit-unit

pelayanan (unit produksi) yang paling sering menerima keluhan pasien harus

mendapat perhatian dari pihak menejemen untuk memperbaiki mutu

pelayanannya.

3. Alat untuk memantau dan mengendalikan aktivitas sehari-hari staf dalam

memberikan pelayanan kepada pasien.

4. Alat untuk mencapai misi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit yaitu

memperoleh kepercayaan masyarakat melalui kepuasan pasien dan

(37)

2.4.4. Unsur Pelayanan Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki

peran yang sangat strategis dalam dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

kesehatan masyarakat Indonesia (Aditama, 2003).

2.2.4.1. Administrasi

Administrasi terdiri dari pengurusan masuknya pasien ke rumah sakit

(patient administration), pengawasan pengisian dokumen catatan medik dengan

baik, membuat penjadwalan pemeriksaan atau pengobatan pasien, dan lain-lain.

2.2.4.2. Tenaga Medis Dan Non Medis

a. Dokter

Dokter sebagai kunci penting dalam pelayanan di rumah sakit mempunyai

peranan strategis dan sekaligus unik, apalagi jika mengingat tingkat pendidikan

dan sejarah profesi kedokteran dengan segala atributnya-atributnya. Dalam

paradigma baru pelayanan kesehatan dan perumahsakitan dewasa ini, dan juga

dalam menyongsong era globalisasi, maka peran dokter di rumah sakit dan

hubungannya dengan pihak lain di rumah sakit perlu ditata ulang. Seharusnya

memang terdapat semacam simbiosis mutualisme dalam hubungan dokter dengan

pasien, dengan memperhatikan mutu pelayanan dan kepentingan pasien yang

dilayani (Aditama, 2003).

b. Perawat

Menurut WHO Expert Committee on Nursing (1982) dalam Aditama

(2003) pengertian dari pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu

kesehatan dan seni melayani/merawat (care), suatu gabungan humanistik dari

ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu

sosial.

Griffith (1987) dalam Aditama (2003) menyatakan bahwa kegiatan

keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan

(38)

- Pelayanan keperawatan personal (personal nursing care), yang antara lain

berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh

tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosi pada pasien, pemberian

obat, dan lain-lain

- Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat

perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga

merupakan petugas yang seharusnya paling mengetahui keadaan pasien

- Berbagai hal tentang keadaan pasien ini perlu dikomunikasikan dengan

dokter atau petugas lain

- Menjalin hubungan dengan keluarga pasien

- Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan

- Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit

Dalam hal manejemen keperawatan di rumah sakit, tugas yang harus

dilakukan (Aditama, 2003):

- Penangan administratif

- Membuat penggolongan pasien sesuai dengan berat-ringannya penyakit,

dan kemudian mengatur kerja perawatan secara optimal kepada setiap

sesuai kebutuhannya masing-masing

- Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan keperawatan

secara khusus maupun pelayanan lain secara umumnya

- Menejemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini meliputi

staffing, scheduling, asssigment dan budgeting.

2.2.4.3. Tenaga Pendukung

Dalam Aditama (2003), Griffith (1987) menyatakan bahwa pelayanan

penunjang medik di rumah sakit meliputi pelayanan diagnostik, terapeutik dan

kegiatan masyarakat umum. Pelayanan penunjang medik diagnostik dan

terapeutik berhubungan dengan pasien secara individu dan berhubungan dengan

(39)

Pelayanan penunjang medik diagnostik meliputi:

- Laboratorium: kimiawi, hematologi, histopatologi, bakteriologim virology,

otopsi dam kamar jenazah.

- diagnostik imaging: radiografi, tomografi, radioisotop, ultra-sonografi dan

CT scan

- Laboratorium kardiopulmoner: elektrokardiografi, tes fungsi paru dan

kateterisasi jantung

- Lain-lain: elektoensefalografi, elektromiografi dan audiologi

Pelayanan penunjang medik terapeutik meliputi:

- Farmasi

- Ruang operasi: anastesi, ruang bedah, ruang pulih

- Ruang melahirkan/persalinan

- Bank darah

- Rehabilitasi medik: terapi fisik, terapi repirasi, terapi wicara dan terapi

okupasi

- Pelayanan sosial

- Radioterapi

- Psikologi klinik

2.2.5. Hubungan Antara Pasien dengan Pelayanan Rumah Sakit

Menurut Lumenta (1989) dengan semakin majunya ilmu kedokteran dan

teknologi kedokteran, pelayanan kesehatan semakin diberi kepercayaan untuk

menanggulangi dan mengatasi berbagai permasalahan manusia. Pelayanan

kesehatan dasar semakin dirasakan tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapan

masyarakat, terutama lapisan masyarakat menengah dan atas, yang kondisi sosial

dan ekonominya semakin meningkat. Taraf pendidikan masyarakat juga semakin

banyak menuntut dan mengharapakan bahwa pelayanan medis tidak hanya

mengatasi berbagai masalah medis, namun juga berbagai masalah manusia yang

(40)

Pelayanan kesehatan sekarang dirasakan banyak orang sebagai pelayanan

yang kurang komunikatif, kurang manusiawi tidak sebagaimana yang diharapkan.

Kegagalan mengikuti nasihat medis juga berpangkal pada pelayanan yang kurang

komunikatif itu. Pelayanan yang lebih responsif terhadap persepsi dan harapan

pasien, yang lebih banyak mendengarkan masalah pasien, akan menghasilkan

kerja sama dokter-pasien yang lebih baik. Dengan demikian pelayanan kesehatan

akan memberi dampak nyata bagi pasien. Harapan pasien ini patut menjadi bagian

menonjol dalam merancang birokrasi pelayanan kesehatan, suatu bidang yang

(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah:

kk

3.2. Definisi Operasional

Berikut merupakan definisi operasional dan pengukuran variabel

penelitian, yakni karakteristik penentu tingkat kepuasan.

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skal Ukur.

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Tingkat

Kuesioner Puas: Apabila nilai lebih dari 80% dari persepsi pasien

Cukup puas: Apabila nilai antara 60-80% dari persepsi pasien Tidak puas: Apabila nilai kurang dari 60% dari persepsi pasien

Ordinal Kenyataan Pelayanan RS yang

diterima pasien:

1. Dokter

2. Perawat

3. Kelengkapan fasilitas medis

4. Makanan

5. Biaya

Tingkat Kepuasan Masyarakat atas

(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan disain cross sectional.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni-November 2010.

4.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Permata Bunda, Rumah

Sakit Martha Friska dan Rumah Sakit Santa Elisabet di kota Medan Propinsi

Sumatera Utara. Pemilihan rumah sakit didasarkan kepada common sense bahwa

rumah sakit tersebut lebih banyak digunakan oleh masyarakat dengan pendapatan

tinggi.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian adalah seluruh pasien rawat inap di rumah sakit

kota Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap pada Rumah Sakit

Permata Bunda, Rumah Sakit Martha Friska dan Rumah Sakit Santa Elisabet di

kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Dengan kriteria inklusi adalah pasien yang

telah dirawat inap selama 3 hari di ruangan dengan biaya kamar minimal Rp 350

ribu setiap malam. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien yang dirawat

inap pada ruangan intensive care unit. Pemilihan pasien yang telah dirawat inap

selama 3 hari didasari dengan alasan bahwa waktu 3 hari (pada masa rawat inap)

telah cukup untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan di rumah kualitas

pelayanan kesehatan di rumah sakit sehingga pasien atau keluarganya dapat

(43)

Penentuan besar sampel berdasarkan rumus:

n = Z α2 PQ

d2

n = besar sampel minimun

Zα = nilai distribusi normal (tabel Z) pada α tertentu (1,96) P = harga proporsi di populasi (0,50)

Q = 1-P

= 0,50

d = kesalahan (absolut) yang masih dapat ditolerir (0,10)

Berdasarkan rumus maka didapatkan jumlah sampel sebesar 97 orang

yang digenapkan menjadi 100 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan

tehnik quota sampling. Jika data yang terkumpul sudah sesuai dengan jumlah data

yang diperlukan maka pengumpulan data akan dihentikan dan selanjutnya hasil itu

direpresentasikan. Responden pada penelitian ini adalah pasien atau keluarga

pasien yang terpilih sebagai sampel.

4.4. Tehnik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner

telah diuji validitasnya dengan menggunakan rumus pearson correlation dan diuji

realibilitasnya dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas alfa.

(44)

Tabel 4.1. Laporan Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Variabel Nomor Pertanyaan

Fasilitas medis 10 0,594 Valid Reliabel

11 0,680 Valid Reliabel

4.5. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data

Data akan ditabulasi berdasarkan variabel-variabel karakteristik

demografi seperti: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status

(45)

laboratorium serta peralatan medis yang tersedia, makanan dan biaya pelayanan

kesehatan dan persepsi pasien.

Tingkat kepuasaan masyarakat (pasien) terhadap pelayanan kesehatan

(rumah sakit) akan dinilai berdasarkan kesesuaian persepsi masyarakat (pasien)

dengan pelayanan kesehatan dari rumah sakit yang diterima oleh responden.

Dikatakan puas jika nilai yang diberikan oleh pasien dalam pengisian kuesioner

mencapai angka lebih dari 80% pada skala ordinal. Dikatakan cukup puas jika

nilai yang diberikan oleh pasien mencapai angka antara 60-80% dan dikatakan

tidak puas jika nilai yang diberikan pasien dalam mengisi kuesioner kurang dari

60% pada skala ordinal.

Data-data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan program SPSS

versi 17 dan dianalisis secara statistik deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel

distribusi dan diagram.

4.6. Ethical Clearance

Sebelum diminta untuk mengisi kuesioner, terlebih dahulu responden

diberikan penjelasan secara lengkap mengenai penelitian ini. Calon responden

diberi kebebasan untuk mengikuti atau menolak turut serta dalam penelitian ini.

Responden yang bersedia turut serta pada penelitian ini akan

menandatangani bagian akhir dari kuesioner yang diberikan sebagai bentuk

persetujuan peran sertanya dalam penelitian ini.

Persetujuan atas tinjauan etika penelitian ini telah diminta kepada Komite

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi:

- Rumah Sakit Permata Bunda Medan.

Rumah Sakit Permata Bunda beralamat di Jalan Sisingamangaraja No. 07

Medan, Sumatera Utara. Luas lahan dari Rumah Sakit Permata Bunda

adalah 5.157, 6 m2 dengan luas bangunan sebesar 7.0361 m2. Pemilik

Rumah Sakit Permata Bunda adalah PT. Permata Ayah Bunda.

- Rumah Sakit Martha Friska Medan.

Rumah Sakit Martha Friska beralamat di Jalan Komodor Yos Sudarso No.

91, Medan, Sumatera Utara. Rumah Sakit Martha Friska memiliki luas

lahan sebesar 3.640 m2 dan luas lahan cadangan sebesar 1.195 m2, luas

bangunan Rumah Sakit Martha Friska adalah 750 m2. Pada tahun 2002

status kepemilikan Rumah Sakit Martha Friska beralih kepada PT. Karya

Utama Sehat Sejahtera.

- Rumah Sakit Santa Elisabet Medan.

Rumah Santa Elisabet beralamat di Jalan Haji Misbah No. 7, Medan,

Sumatera Utara. Rumah Sakit Santa Elisabet memiliki luas lahan sebesar

19.017 m2 dengan luas bangunan sebesar 18.331 m2. Pemilik atau

pengelola Rumah Sakit Santa Elisabet adalah Kongregasi Suster

(47)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Deskripsi Usia Frekuensi (n) Persen (%)

Remaja 3 3

Responden yang mengikuti penelitian ini 100 orang. Terdiri dari beberapa

kategori umur yaitu remaja (12-17 tahun), dewasa muda (18-40 tahun), dewasa

tua (40-65 tahun) dan tua (> 65 tahun). Mayoritas responden pada penelitian ini

merupakan responden dengan kategori umur dewasa muda yaitu sebanyak 50%.

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 51 51

Perempuan 49 49

Total 100 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa responden yang paling banyak

mengikuti penelitian ini berjenis kelamin laki-laki sebanyak 51%. Sedangkan

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 49%.

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)

Sekolah Menengah Atas 22 22

Diploma 7 7

Sarjana 59 59

Pasca sarjana 12 12

Total 100 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden

(48)

Tabel 5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi (n) Persen (%)

Pelajar 4 4

Guru 6 6

Dosen 4 4

Pegawai swasta 2 2

Mahasiswa 9 9

Ibu Rumah Tangga 17 17

Dokter 2 2

Pegawai Negeri Sipil 21 21

Polisi 3 3

Wiraswasta 12 12

Wartawan 4 4

Pensiun 16 16

Total 100 100

Dari tabel dapat diketahui bahwa responden pada penelitian ini mayoritas

bekerja sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 21%.

Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Frekuensi (n) Persen (%)

Belum menikah 17 17

Menikah 83 83

Total 100 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah responden sudah menikah

(49)

5.1.3. Tingkat Kepuasan Pasien

Tabel 5.6 Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Dokter

Kepuasan Terhadap Dokter Frekuensi (n) Persen (%)

Puas 48 48

Cukup Puas 44 44

Tidak Puas 8 8

Total 100 100

Dari tabel diketahui bahwa paling banyak responden menyatakan puas

terhadap dokter yaitu sebanyak 48%.

74

Gambar 5.1.Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Pertanyaan terhadap Dokter

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa mayoritas pasien merasa puas

pada sikap dokter yang ramah dan sopan pada waktu berbicara dengan pasien (P3)

yaitu sebanyak 82%.

Tabel 5.7. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Perawat

Kepuasan Terhadap Perawat Frekuensi (n) Persen (%)

Puas 45 45

Cukup Puas 46 46

Tidak puas 9 9

(50)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 100 orang responden terdapat

sebanyak 46 % menyatakan cukup puas terhadap perawat.

69

Gambar 5.2. Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Pertanyaan terhadap Perawat

Pada gambar 5.2. dapat dilihat bahwa sebanyak 70% dari 100 responden

merasa puas terhadap terhadap kinerja perawat dalam memberikan obat secara

teratur dan tepat waktu (P8).

Tabel 5.8. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Petugas Laboratorium dan Peralatan Medis di Rumah Sakit

Kepuasan terhadap

Fasilitas Rumah Sakit Frekuensi Persen (%)

Puas 41 41

Cukup Puas 57 57

Tidak Puas 2 2

Total 100 100

Dapat dilihat pada tabel sebanyak 57% menyatakan cukup puas terhadap

(51)

66

Gambar 5.3. Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Pertanyaan terhadap

Fasilitas Rumah Sakit

Terdapat 74% dari 100 responden merasa puas atas kelengkapan dari

pemeriksaan yang tersedia di laboratorium rumah sakit (P14). Hal ini dapat dilihat

pada gambar 5.3.

Tabel 5.9. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Makanan di Rumah Sakit Kepuasan Terhadap Makanan Frekuensi (n) Persen (%)

Puas 43 43

Cukup Puas 45 45

Tidak Puas 12 12

Total 100 100

Dari 100 responden pada penelitian paling banyak responden menyatakan

cukup puas terhadap makanan yang diberikan di Rumah Sakit yaitu sebanyak

(52)

Gambar 5.4. Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Pertanyaan terhadap

Makanan yang diberikan oleh Rumah Sakit

Dapat dilihat pada gambar 5.4. bahwa sebanyak 72% merasa puas pada

makanan yang diberikan secara terartur dan tepat waktu (P16).

Tabel 5.10. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Biaya di Rumah Sakit Kepuasaan Terhadap

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 53% menyatakan puas

terhadap biaya yang diberikan oleh rumah sakit. Sedangkan 9% menyatakan tidak

puas terhadap biaya yang diberikan oleh rumah sakit.

54

P15 P16 P17 P18

Puas

Cukup Puas

(53)

55

Gambar 5.5. Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Pertanyaan Terhadap

Biaya yang diberikan oleh Rumah Sakit

Sebanyak 62% merasa puas atas biaya kamar yang diberikan oleh rumah

sakit (P20).

Tabel 5.11. Tingkat Kepuasan Pasien Atas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Kepuasan Pasien Frekuensi (n) Persen (%)

Puas 49 49

Cukup Puas 41 41

Kurang Puas 10 10

Total 100 100

Pada tabel dapat dilihat sebanyak 49% dari 100 orang responden

menyatakan puas atas pelayanan kesehatan di rumah sakit di Kota Medan Tahun

Gambar

Gambar 2.1. Proses Kepuasan Pelanggan (Mont, 2003)
Gambar 2.2. Hirarki Model Akibat (Mont, 2003)
Gambar 2.3. The Service Quality Model (Model Kualitas Pelayanan)
Gambar 2.4. The Total Perceived Quality (Kualitas total yang dimiliki)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penulis memilih judul Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Konkuren Dalam Pembebasan Harta Pailit (Studi Kasus Putusan Pengadilan Niaga Semarang

Pokok masalah penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut: apakah persepsi karyawan tentang budaya organisasi, etos kerja, pendidikan dan pelatihan merupakan

Lokasi penelitian ini adalah empat perguruan tinggi yang ada di Kota Palopo (IAIN Palopo, UNANDA Palopo, UNCOK Palopo dan STIEM Palopo. Jenis penelitian ini

Lanskap yang ada berfungsi untuk melindungi masyarakat dan tapak dari dampak negatif yang ditimbulkan dan melestarikan vegetasi dan satwa yang ada di sekitar jalan dengan

Secara teknis, aplikasi FTP disebut sebagai FTP client yang umumnya dimanfaatkan untuk transaksi FTP yang bersifat dua arah (active FTP). Modus ini

Hal yang diteliti meliputi bagaimana merangkai alat yang menghasilkan pirolisis lambat, berapa banyak minyak yang dihasilkan dari limbah plastik tersebut, bagaimana

Nilai koefisien determinan atau R 2 terendah berada pada stasiun 4 yaitu laut Natuna, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada laut natuna ini data satelit yang

Sasaran dari kegiatan ini adalah siswa-siswi pelajar kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar, yang menurut data terbaru nasing-masing sekolah Tahun Ajaran 2014/2015 tidak ada