• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq.) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun terhadap Pemupukan Kalsium.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respons Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq.) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun terhadap Pemupukan Kalsium."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMANKELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) BELUMMENGHASILKAN UMUR

DUA TAHUN TERHADAP PEMUPUKAN KALSIUM

LARASATI DENA MARDHIKA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respons Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq.) BelumMenghasilkan Umur Dua Tahun terhadap Pemupukan Kalsium adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor

Bogor, Agustus 2015

Larasati Dena Mardhika

(4)
(5)

ABSTRAK

LARASATI DENA MARDHIKA. Respons Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq.) Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun terhadap Pemupukan Kalsium. Dibimbing oleh SUDRADJAT

Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang dapat berproduksi secara ekonomis sampai dengan umur 25–30 tahun sehingga diperlukan pemeliharaan pertumbuhan vegetatif untuk menunjang produksi.Pemupukan akan memperbaiki kesuburan tanah melalui penyediaan unsur hara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari respons pertumbuhan vegetatif TBM-2 kelapa sawit terhadap pemberian pupuk kalsium (Ca). Penelitian dilaksanakan pada Maret 2014 sampai dengan Februari 2015 di Kebun Percobaan dan Penelitian IPB-Cargill, Kecamatan Jonggol, Bogor. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor yaitu dosis pemupukan Ca dengan 4 taraf perlakuan yakni: 1) tanpa Ca (Ca0) sebagai kontrol, 2) Ca 600 g tanaman-1 (Ca1), 3) Ca 1 200 g tanaman-1 (Ca2), dan 4) Ca 2 400 g tanaman-1 (Ca3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalsium meningkatkan laju pertumbuhan tinggi tanaman, namun tidak berpengaruh terhadap lingkar batang, jumlah pelepah tumbuh, panjang pelepah daun kesembilan, luas daun, serta peubah fisiologi.

Kata kunci: fisiologi,ketersediaan hara tanah, laju pertumbuhan

ABSTRACT

LARASATI DENA MARDHIKA. Influence of Calcium Fertilizer Application on Growth of Two-year-old Immature Oil Palm(Elaeis guineensisJacq.) Supervised by SUDRADJAT.

Oil palm is an annual plant which can produce Fresh Fruit Bunch (FFB) economically up to age 25years, it does necessary to maintenance vegetative growth to support generative phase. Fertilizing will improve soil fertility by provides essential nutrients. The objective of this experiment was to study response of Ca fertilizer of immature oil palm in age two year. The experiment was conducted from March 2014 to February 2015 at IPB-Cargill Teaching Farm of Oil Palm, Jonggol, Bogor, West Java, Indonesia. The experiment was arranged in randomized complete block design with one factor and replicated three times. The treatments were four rates of fertilizer as followed: without Ca as a control (Ca0), 600 g Ca plant-1 (Ca1), 1 200 g Ca plant-1 (Ca2), 2 400 g Ca plant-1 (Ca3). The results showed that application of Ca fertilizer increased the growth rate of plant height, but not had significant affect on stem girth, fronds production,frond length, leaf area, and physiological parameters.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMANKELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) BELUMMENGHASILKAN UMUR

DUA TAHUN TERHADAP PEMUPUKAN KALSIUM

LARASATI DENA MARDHIKA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala rahmat-Nya sehingga karya ilmiahini berhasil diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing akademik serta kepada Bapak Dr. Ir. Supijatno, MSi. dan Bapak Dr. Herdhata Agusta selaku dosen penguji dalam ujian skripsi. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MSc. atas waktu, optimisme, serta bimbingannya selama ini serta kepada Bapak/Ibu seluruh jajaran dosen dan staf pengajar di Departemen Agronomi dan Hortikultura. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Mohammad Djoni selaku manager kebun beserta seluruh staf Kebun Percobaan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB-Cargill, Jonggol.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Basuki Widodo Wahyuni Sambodo, Ibunda Corryanti Tri Wahyu Ningsih, dan Sabitta Tara Archyanti atas doa dan seluruh bentuk dukungannya. Terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan, Mentari Amanda Putri, Faradila Median Rini, Laras Rasyadani Hassri, Geubrina Maghfirah, Renaya Azima Sani, Bimo Hariokusumo, serta Albertus Setya Prihantara.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pemupukan pada kelapa sawit.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2

Perakaran Kelapa Sawit 2

Unsur Kalsium 3

METODE PENELITIAN 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Bahan dan Alat Penelitian 4

Prosedur Percobaan 4

Pemberian pupuk dasar 4

Pemberian perlakuan 4

Pengamatantanggap morfologi 4

Luas daun 5

Pengamatan tanggap fisiologi 5

Analisis kandungan hara tanah 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum 6

Respons Peubah Morfologi 6

Tinggi tanaman 6

Lingkar batang 8

Jumlah pelepah dan panjang pelepah daun kesembilan 8

Luas daun pelepah kesembilan 10

Laju pertumbuhan 11

Respons Peubah Fisiologi 12

Kandungan klorofil 12

Kandungan hara jaringan 14

Kandungan hara tanah 14

SIMPULAN 16

SARAN 16

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

1 Kondisi beberapa unsur iklimselama penelitian berlangsung (Maret

2014–Februari2015) 7

2 Tinggi TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukan kalsium 7 3 Lingkar batang TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukan

kalsium 8

4 Jumlah pelepah kumulatif TBM-2 kelapa sawit padaberbagai

tarafpemupukan kalsium 9

5 Panjang pelepah kesembilan TBM-2 kelapa sawit pada berbagai

tarafpemupukan unsur kalsium 10

6 Luas daun pelepah kesembilan TBM-2 kelapa sawit pada berbagai

tarafpemupukan unsur kalsium 11

7 Laju pertumbuhan tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah,panjangpelepah kesembilan, dan luas daun TBM-2 kelapa sawit 12 8 Kandungan klorofil TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf

pemupukanunsur kalsium 13

9 Rata-rata kandungan hara jaringan daun pada berbagai taraf

pemupukanunsur kalsium 14

10 Rata-rata kandungan hara tanah setiap perlakuan pemupukan unsur

kalsium 15

DAFTAR GAMBAR

1 Tinggi tanaman pada 15, 18, 21, 24, dan 26 BST 9 2 Lingkar batang pada 15, 18, 21, 24, dan 26 BST 9 3 Jumlah pelepah pada 15, 18, 21, 24, dan 26 BST 10 4 Panjang pelepah kesembilan 15, 18, 21, 24, dan 26 BST 10 5 Luas daun pelepah kesembilan pada 15, 18, 21, 24, dan 26 BST 12 6 Kandungan klorofil daun pada 19, 23, dan 26 BST 12

(16)
(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rekapitulasi hasil penelitian peubah tanggap morfologi 19 2 Pertumbuhan tinggi TBM-2 kelapa sawit pada berbagai

tarafpemupukan unsur Ca 20

3 Pertumbuhan lingkar batang TBM-2 kelapa sawit padaberbagai taraf

pemupukan unsur Ca 20

4 Jumlah pelepah kumulatif TBM-2 kelapa sawit pada berbagaitaraf

pemupukan unsur Ca 21

5 Panjang pelepah kesembilan tinggi TBM-2 kelapa sawit padaberbagai

taraf pemupukan unsur Ca 21

6 Luas daun TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukan unsur

Ca 22

7 Kriteria sifat kimia tanah 22

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berdasarkan pengusahaannya terdiri atas perkebunan rakyat, negara, dan swasta.Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2009 adalah perkebunan rakyat seluas 3 061 413 ha, perkebunan negara seluas 630 512 ha, dan perkebunan swasta seluas 4 181 369 ha. Areal tersebut terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2013 perkebunan rakyat mencapai luas 4 356087ha, perkebunan negara seluas 727767 ha, dan perkebunan swasta seluas 5 381166 ha (Ditjenbun 2014).

Kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah dengan beragam karakteristik (Koedadiri et al. 2007) namun demikian lahan potensial untuk budi daya kelapa sawit dibatasi faktor lingkungan, sifat fisik, dan sifat kimia tanah (Pahan 2013). Perkebunan kelapa sawit tersebar di 23 provinsi (Ditjenbun 2014) dengan tingkat kesesuaian lahan yang beragam. Salah satu faktor penentu tingkat kesesuaian lahan adalah sifat fisik dan kimia tanah.Faktor tersebut berperan menentukan kesuburan tanah, yaitu adalah kondisi kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah cukup dan berimbang sehingga menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman sesuai potensinya (Munawar 2011).Kesuburan tanah dapat diupayakan melalui pemupukan yang berperan dalam penyediaan unsur hara dan ameliorasi tanah.Pemupukan di perkebunan kelapa sawit dilaksanakan berdasarkan rekomendasi yang bersifat spesifik lokasi (Rahutomo dan Sutarta 2007).

Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang dapat berproduksi secara ekonomis sampai dengan umur 25–30 tahun, untuk menunjang potensi tersebut pemeliharaan pertumbuhan vegetatif penting dilakukan.Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Widodo (2014) dengan judul penelitian Peranan Pupuk Kalsium pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)Belum Menghasilkan Umur 1 Tahun (TBM 1).Penelitian dilakukan pada tanah dengan pH 4.2 yang dikategorikan sangat masam (Pusat Penelitian Tanah 2008).Perlakuan pupuk kalsium (Ca) pada berbagai taraf pada TBM 1 menunjukkan respons tidak nyata terhadap laju pertumbuhan dan fisiologi tanaman dan kandungan hara daun kalsium pada kondisi kritis (Widodo 2014).

Pupuk kalsium umumnya digunakan untuk pengapuran pada tanah masam untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui penyediaan unsur hara makro dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme (Sarief 1985).Kalsium diperlukan tanaman untuk pertumbuhan daun dan rambut akar beserta seluruh sistem perakarannya (Millar 1955). Kalsium diserap melalui aliran massa (Tisdale et al.

1990) dan bersifat immobiledi dalam jaringan tanaman sehingga gejala defisiensi dapat diidentifikasi pada jaringan meristematis yang aktif membelah atau pada jaringan muda (Munawar 2011).

(20)

2

defisiensi lainnya adalah penurunan kandungan karbohidrat pada batang dan akar yang akan menghambat fungsi akar (Munawar 2011) sehingga menyebabkan pertumbuhan abnormal buah dan jaringan penyimpanan (Tisdale et al. 1990 dan Munawar 2011).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan respons pertumbuhan vegetatif TBM-2 kelapa sawitterhadap pupuk kalsium.

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam famili Monocotyledonae, famili Arecaceae, dan subfamili Cocoideae (Pahan 2013) yang berasal dari hutan hujan tropis Afrika Barat (PPIC 1999). Kelapa sawit dapat tumbuh pada suhu 22–33 °C dan tumbuh optimal pada suhu 27 °C. Curah hujan untuk pertumbuhan optimal berkisar pada 1 750–2 500 mm tahun-1 yang tersebar merata namun dapat menoleransi curah hujan >3 000 mm tahun-1 (PPKS 2003). Kelapa sawit sensitif terhadap drainase buruk dan kekeringan sehingga bulan kering yang terjadi lebih dari 3 bulan berturut-turut merupakan faktor pembatas berat dan akan menurunkan potensial hasil (PPKS 2003 dan PPIC 1999). Lama penyinaran matahari optimal yang dibutuhkan selama 6 jam per hari dengan kelembaban nisbi 80% serta dapat tumbuh pada ketinggian kurang dari 400 m di atas permukaan laut (dpl) (PPKS 2003).

Kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah dengan beragam karakteristik, seperti histosol, andisol, entisol, inceptisol, dan ultisol (Koedadiri et al. 2007). Lahan potensial untuk budi daya kelapa sawit dibatasi faktor lingkungan, sifat fisik, dan sifat kimia tanah (Pahan 2013). Kondisi yang berbeda dari faktor-faktor tersebut dirumuskan dalam tingkat kesesuaian lahan yang terdiri atas kriteria baik, kurang baik, dan tidak baik. Kriteria tersebut terdiri atas penilaian kondisi lereng, kedalaman solum tanah, ketinggian muka air tanah, tekstur, struktur, konsistensi, permeabilitas, kemasaman tanah, dan ketebalan gambut (Pahan 2013). PPKS (2003) menyatakan kedalaman efektif tanah yang ideal >1 m dan kemasaman optimal tanah berkisar antara 5.0–6.0.

Perakaran Kelapa Sawit

(21)

3

batang ke bawah tanah dan radial dengan percabangan berupa akar sekunder yang tumbuh vertikal ke bawah serta ke atas menuju permukaan tanah. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang bercabang kembali berupa akar kuartener. Akar kuartener tidak terlignifikasi dan tidak dilengkapi dengan rambut akar sehingga mendukung fungsi utamanya untuk menyerap unsur hara (Hartley 1979).

Kerapatan terbanyak akar ditemukan pada kedalaman tanah kurang dari 15– 30 cm pada radius 3.5–4.5 m dari pangkal batang (Hartley 1979). Kerapatan perakaran kelapa sawit beradaptasi dengan konsentrasi unsur hara di tanah. Konsentrasi yang tinggi menyebabkan kerapatan perakaran yang tinggi. Pemupukan yang diaplikasikan pada piringan kelapa sawit menimbulkan penurunan bertahap kepadatan akar seiring dengan bertambahnya jarak dari batang (Marwanto et al. [tahun terbit tidak diketahui]).

Unsur Kalsium

Kalsium (Ca) di tanah berasal dari batuan induk pembentuk tanah. Mineral sumber kalsium antara lain anortit (CaAl2Si2O8), kalsit (CaCO3), dolomit

[(Ca,Mg(CO3)2], dan gipsum (CaSO4·2H2O). Pupuk Ca umumnya digunakan

sebagai material penyedia unsur hara lainnya terutama fosfor (P) (Tisdale et al.

1990). Tanaman pada umumnya akan berproduksi dengan baik pada pH tanah netral. Pengapuran pada tanah masam akan memperbaiki kesuburan tanah melalui penyediaan unsur hara makro dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme (Sarief 1985). Kalsium diserap tanaman melalui aliran massa (Tisdale et al. 1990) yaitu pergerakan unsur hara di dalam tanah menuju permukaan akar akibat transpirasi tanaman (Munawar 2011). Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan daun dan rambut akar beserta seluruh sistem perakarannya (Millar 1955). Defisiensi akan menyebabkan pemendekan, penyempitan, dan nekrosis pada daun (Hartley 1977) serta pertumbuhan memendek dan menebal pada akar (Munawar 2011).

Respons tanaman jika terjadi defisiensi kalsium adalah menurunnya kandungan karbohidrat pada batang dan akar yang akan menghambat fungsi akar (Munawar 2011) sehingga menyebabkan pertumbuhan abnormal buah dan jaringan penyimpanan (Tisdale et al. 1990 dan Munawar 2011).

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

(22)

4

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah TBM-2 varietas Tenera Damimas, pupuk dasarterdiri atas urea (45% N), SP-36 (36% P2O5), dan KCl (60%

K2O), dan kaptan. Alat yang digunakan terdiri atas neraca digital, oven, dan chlorophyll meter SPAD-502 merk Konica Minolta, alat pengukur curah hujan, dan alat pengukur Relative humidity (RH).

Prosedur Percobaan

Pemberian pupuk dasar

Aplikasi pemupukan terdiri atas pemupukan saat pembuatan lubang tanam 0), perlakuan pemupukan unsur Ca 1), dan pemupukan dasar (TBM-2).Pemupukan saat TBM 0 berupa pemberian pupuk kandang 50 kg lubang tanam

-1 kieserit 250 g pohon-1dan pada 24 BST (Desember 2014) dengan dosis urea 500 g pohon-1, SP-36 250 g pohon-1, KCl 350 g pohon-1, dan kieserit 250 g pohon-1, dan HGF-B 20 g pohon-1.

Pemberian perlakuan

Perlakuan kalsium terdiri atas empat taraf yakni dengan notasi: 1) tanpa kalsium (Ca0) sebagai kontrol; 2) kalsium 6 000 g tanaman-1 (Ca1); 3) kalsium 1 200 g tanaman-1 (Ca2); dan 4) kalsium 2 400 g tanaman-1 (Ca3).

Pengamatantanggap morfologi

Pengamatan tanggap morfologi tanaman dilakukan pada 15–26 BST yaitu pada bulan Maret 2014–Februari 2015, dilaksanakan satu kali setiap satu bulan meliputi pengamatan:

a. tinggi tanaman, diukur dari pangkal pokok sampai ujung daun pertama, b. diameter pangkal batang, dihitung dengan cara mengukur lingkar batang

pangkal sampai dengan pelepah terbawah. c. jumlah pelepah,

d. panjang pelepah daun (rachis)kesembilan, diukur dari titik terdekat pangkal pelepah atau petiole dengan batang,

e. panjang anak daun kesembilan, diukur pada anak daun di pangkal, tengah, dan tepi rachis,

f. lebar anak daun, diukur pada anak daun di pangkal, tengah, dan tepi

rachis,

(23)

5

Luas daun

Luas daun dihitung melalui pengolahan data rata-rata panjang dan lebar pelepah daun kesembilan dan menggunakan rumus Hardon et al. (1969):

∑ p : panjang anak daun pelepah kesembilan

l : lebar anak daun pelepah kesembilan n : jumlah anak daun pelepah kesembilan k : konstanta, untuk TBM senilai 0.57.

Pembagian dengan nilai 6 ditujukan untuk mendapatkan hasil rerata dari pengamatan panjang, lebar, dan jumlah anak daun yang dilakukan sebanyak enam kali pada pelepah kesembilan di setiap pohon amatan.

Pengamatan tanggap fisiologi

Pengamatan fisiologi terdiri atas dua peubah yaitu kandungan klorofil daun dan analisis jaringan daun.Kandungan klorofil daun diukur menggunakan alat bantu SPAD-502 merk Konica Minolta. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pada 19, 23, dan 26 BST (Juli dan November 2014 serta Februari 2015). Kadar klorofil diketahui dengan menggunakan rumus (Farhana et al.2007) Y = 0.0007

- 0.0059 dengan Y = kandungan klorofil dan

= hasil pengukuran menggunakan SPAD-502.

Analisis jaringan daun dilakukan satu kali pada 27 BST (Maret 2015) dengan mengambil contoh anak daun pelepah kesembilan sebanyak tiga kali untuk setiap kombinasi perlakuan dan ulangan.Contoh anak daun dibersihkan, dipisahkan dari tulang daunnya, dan dioven sebelum dianalisis kandungan haranya. Analisis kandungan hara tanah

Pengambilan contoh tanah terganggu dilakukan pada 27 BST dengan metode komposit pada perlakuan dan ulangan. Sampel tanah diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan piringan dengan bobot 500 g. Analisis meliputi unsur hara N, P, K, Ca, Mg. Contoh tanah dikeringudarakan, dihaluskan, dan diayak menggunakan saringan.

Analisis Data

Penelitian dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor yaitu dosis pemupukan kalsium dengan empat taraf perlakuan.Setiap taraf percobaan terdiri atas tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri atas lima satuan amatan sehingga keseluruhan penelitian dilakukan menggunakan 60 satuan amatan. Kontur lahan di lokasi penelitian mengalami kemiringan, sehingga pengelompokan ulangan dilakukan tegak lurus terhadap kemiringan kontur. Model aditif linier yang digunakan adalah:

ij i j ij

Yij : nilai pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

µ : nilai tengah populasi

(24)

6

βj :pengaruh kelompok ke-j

εij : pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Data dianalisis dengan sidik ragam uji F pada taraf α = 5%. Perhitungan dan analisis dilakukan menggunakan Microsoft Excel dan Minitab.

HASIL DAN PEMBAHASAN

dengan suhu terendah, 27.1 ˚C terjadi pada bulan Februari dan tertinggi, 31.1 ˚C terjadi pada bulan Oktober. RH rata-rata 73.9% dengan RH terendah, 59.1% terjadi pada bulan Oktober dan tertinggi, 81.3% terjadi pada bulan Maret. Bulan basah (BB) terjadi sebanyak sembilan bulan, bulan lembab satu bulan pada Agustus 2014, dan bulan kering (BK) sebanyak dua bulan pada September dan Oktober 2014.

Hasil analisis terhadap beberapa sifat kimia pada sampel tanah awal yang diperoleh dibandingkan dengan indikator (Pusat Penelitian Tanah 2008) sehingga diperoleh pH senilai 4.2 yang tergolong sangat masam; N 0.13% yang tergolong rendah; P tersedia 2.1 ppm yang tergolong sangat rendah; K 0.13 me 100 g-1 yang tergolong rendah; Ca 7.66 me 100 g-1 yang tergolong sedang; dan Mg 1.88 me 100 g-1 yang tergolong sedang. Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah 26.86% yang tergolong tinggi dengan kejenuhan basa 37% yang tergolong sedang.Organisme pengganggu tanaman (OPT) pada lokasi penelitian terdiri atas gulma dan hama. Gulma antara lain terdiri atas Melastoma malabatricum, Mikania micranta, dan

Cyperus sp. Pengendalian dilakukan dengan cara manual dan kimiawi menggunakan herbisida sistemik dan parakuat. Sedangkan hama antara lain ulat api, ulat kantong, dan Oryctes rhinoceros. Data cuaca selama penelitian tertera pada Tabel 1.

Respons Peubah Morfologi

Tinggi tanaman

(25)

7

terbatas (indeterminate growth) batang tumbuhan disebabkan aktivitas meristem apikal yang terletak pada ujung pucuk tunas. Meristem disusun oleh sel inisial yang berperan membentuk sel baru serta sel derivatif yang akan terspesialisasi menjadi jaringan tertentu (Campbell et al. 2008).

Tabel 1Kondisi beberapa unsur iklimselama penelitian berlangsung (Maret 2014– Februari2015)

Sumber: Stasiun pengamatan iklim KP Jonggol. Keterangan: BST: bulan setelah tanam, CH: curah hujan (mm); Maks: suhu tertinggi bulan tersebut (˚C); Min: suhu terendah bulan tersebut (˚C); RH:relative humidity (%), bulan basah: > 100 mm bulan-1, bulan lembab: 60 100 mm bulan-1, bulan kering: < 60 mm bulan-1

Tabel 2Tinggi TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukan kalsium Dosis Ca

(26)

8

Lingkar batang

Perlakuan pemupukan unsur Ca menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap lingkar batang TBM-2 kelapa sawit pada 15–26 BST. Rata-rata lingkar batang ditunjukkan pada Tabel 3.Perlakuan Ca 600 g tanaman-1 pada 15– 23 BST menghasilkan pertumbuhan tertinggi daripada perlakuan lainnya (Gambar 2). Ketiak pelepah yang menempel pada batang kelapa sawit merupakan letak bunga sebagai bakal tandan buah segar (TBS). Sukmawan (2014) menyatakan, lingkar batang yang diharapkan adalah yang berukuran besar sehingga akan terdapat lebih banyak bakal TBS. Pertambahan ukuran lingkar batang yang optimal dapat diupayakan melalui ketersediaan unsur N, P, dan K yang terjadi dalam waktu bersamaan. Ketersediaan hara jaringan yang menunjukkan unsur K optimum dibatasi oleh unsur N dan P dalam keadaan defisiensi.

Tabel 3Lingkar batang TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukankalsium

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam, Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman

Jumlah pelepah dan panjang pelepah daun kesembilan

Pemupukan unsur Ca menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pelepah TBM-2 kelapa sawit pada 15–26 BST. Rata-rata jumlah pelepah ditunjukkan pada Tabel 4.Perlakuan Ca 600 g tanaman-1 pada 15–17 BST dan 21–24 BST menghasilkan pertumbuhan tertinggi daripada perlakuan lainnya (Gambar 3). Jumlah pelepah berkaitan dengan potensi produksi TBS, semakin banyak pelepah akan meningkatkan produktivitas TBS. Produksi pelepah akan semakin banyak seiring meningkatnya CH, pada TBM-1 peningkatan CH dapat menyebabkan produksi 2.5 pelepah bulan-1 (Sudradjat et al. 2014).

(27)

9

tanaman telah memasuki fase tanaman menghasilkan (TM) maka diperlukan pengelolaan tajuk melalui penunasan, sehingga memungkinkan radiasi matahari yang diterima dapat termanfaatkan sebagai bahan fotosintesis tanaman (Pahan 2013).

Tabel 4Jumlah pelepah kumulatif TBM-2 kelapa sawit padaberbagai tarafpemupukan kalsium

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam, Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman

Gambar 1 Tinggi tanaman pada 15, 18,21, 24, dan 26 BST

(28)

10

Tabel 5Panjang pelepah kesembilan TBM-2 kelapa sawit pada berbagai tarafpemupukan unsur kalsium

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam, Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman

Luas daun pelepah kesembilan

perlakuan pemupukan unsur Ca menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun TBM-2 kelapa sawit pada 15–26 BST. Rata-rata luas daun ditunjukkan pada Tabel 6.Perlakuan Ca 600 g tanaman-1 pada 19–24 BST menghasilkan pertumbuhan tertinggi daripada perlakuan lainnya (Gambar 5).Luas daun menunjukkan penurunan pada pengamatan dari umur 21 BST ke 24 BST.Penurunan luas daun diduga merupakan respons cekaman kekeringan berupa CH rendah.

Gambar 3Jumlah pelepah pada 15,18, 21, 24, dan 26 BST

(29)

11

Tabel 6Luas daun pelepah kesembilan TBM-2 kelapa sawit pada berbagai tarafpemupukan unsur kalsium

Dosis Ca (g tanaman-1)

Luas daun (cm2)

15 BST 18 BST 21 BST 24 BST 26 BST

0 3644.75 5190.63 6924.92 5832.35 6258.81 600 3537.52 4815.95 7483.21 5956.48 6183.62 1 200 3582.00 4741.12 6366.42 5485.55 6316.68 2 400 3260.94 3950.89 7131.54 5903.60 6618.42

KK (%) 24.17 17.36 11.59 11.03 18.88

Pr 0.91 0.43 0.55 0.89 0.96

Notasi tn tn tn tn tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam, Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman

Luas daun yang diamati pada 18, 21, 24, dan 26 BST merupakan respons akumulasi CH pada bulan sebelum pengamatan. CH pada 15–17 BST adalah 1 023.5 mm, pada 18–20 BST 502 mm, pada 21–23 BST 314 mm, pada 24–25 BST 318 mm, sehingga penurunan CH terjadi di antara pengamatan 21 dan 24 BST, yang menyebabkan penurunan luas daun pada seluruh perlakuan. Respons tanaman terhadap kekeringan ditujukan untuk menekan kehilangan air (Mathius et al. 2001), dapat berupa penyempitan daun (Setiawan et al. 2013).

Laju pertumbuhan

(30)

12

Tabel 7Laju pertumbuhan tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah

pelepah,panjangpelepah kesembilan, dan luas daun TBM-2 kelapa sawit

Dosis Laju pertumbuhan (bulan-1)

(g tanaman-1) TT (cm) LB (cm) PP (cm) LD (cm2)

0 15.68 2.48 10.75 217.84

600 18.35 2.22 12.09 220.51

1 200 12.27 2.51 10.97 227.89

2 400 15.14 2.19 14.25 279.79

KK (%) 17.31 13.75 17.28 27.72

Pr 0.03 0.64 0.18 0.74

Notasi * tn tn tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam, Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman

Respons Peubah Fisiologi

Kandungan klorofil

Perlakuan pemupukan unsur Ca menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil TBM-2 kelapa sawit pada 15–26 BST, hal ini sesuai dengan pemberian pupuk Ca pada bibit kelapa sawit yang tidak berpengaruh nyata, sedangkan pemberian pupuk Mg berpengaruh nyata pada kandungan

0

(31)

13

klorofil karena berperan sebagai penyusun klorofil (Ningsih 2013). Kandungan klorofil ditunjukkan pada Tabel 8 dan Gambar 7.Menurut Ai dan Banyo (2011) konsentrasi klorofil pada daun dapat menjadi indikator cekaman kekeringan pada tumbuhan.Kandungan klorofil berkaitan dengan aktivitas fotosintesis sebagai ketersediaan pigmen yang berperan menangkap gelombang cahaya (Campbell et al.

2012). Unsur penyusun klorofil adalah Magnesium (Mg) yang diserap tanaman melalui aliran masa dalam bentuk larutan tanah ion Mg2+ (Munawar 2011).

Perlakuan 0 g tanaman-1 pada 23 BST menunjukkan kandungan klorofil yang menurun drastis (0.0037) dan lebih rendah daripada perlakuan lain, sebagai respons CH rendah pada 19–22 BST (284 mm) sedangkan CH pada 15–19 BST mencapai 1 273.5 mm dan pada 23-25 BST 844 mm. Tanah di lokasi penelitian memiliki pH 4.2 (sangat masam) bertekstur liat sehingga diduga pertumbuhan tanaman merupakan respons atas cekaman kekeringan dan tanah masam. Ca berperan membantu mengatur respons tanaman terhadap lingkungan (Munawar 2011). Tanah masam dan liat menyebabkan kemampuan akar menyerap Ca2+ digantikan dengan kompetitor Aluminium (Al) sehingga pertumbuhan akar terhambat (Sopandie 2014) berimplikasi pada serapan Mg2+ rendah dan menghambat pembentukan klorofil.

Tabel 8Kandungan klorofil TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukanunsur kalsium

Dosis Ca (g tanaman-1) Kandungan Klorofil (mg cm

-2

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam, Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman

(32)

14

Kandungan hara jaringan

Menurut Uexkull (1992), tanaman kelapa sawit muda (kurang dari 6 tahun) memiliki tingkat defisiensi hara pada daun apabila kurang dari 2.5% N, kurang dari 0.15% P, kurang dari 1.00% K, dan kurang dari 0.30% Ca. Hasil pengamatan rata-rata kandungan hara jaringan tertera pada Tabel 9. Berdasarkan hasil analisis kandungan hara pada 26 BST maka diperoleh rataan persentase N (1.75%) dan P (0.14%) pada kondisi defisiensi.Hal tersebut diduga disebabkan ketersediaan unsur N, P, dan K yang tidak seimbang serta sifat fisik dan kimia tanah yang menyebabkan kondisi tidak tersedianya hara bagi tanaman.Defisiensi N yang terjadi dapat disebabkan pembatasan oleh Ca atau pelindian. Unsur kalsium akan membatasi penyerapan N dan meningkatkan K, N yang berlebih akan menyebabkan tertundanya kemasakan buah (Munawar 2011) sementara tanaman pada fase vegetatif umumnya mengurangi hara pada daun untuk dialokasikan pada pembentukan buah. Kehilangan unsur N dapat disebabkan pelindian akibat terjadinya CH bulan basah (BB) berturut-turut pada November–Februari.

Unsur K (1.24%) berada pada kondisi optimum (1.10–1.30%) dan kalsium (0.85%) pada kondisi menuju luxury (berlebihan) yaitu disebabkan nilai rataan yang berada pada rentang kondisi optimum (0.50–0.70%) dan kondisi berlebih (lebih dari 1.00%). Ca pada setiap perlakuan menunjukkan peningkatan daripada kondisi sebelum diberikannya perlakuan, yaitu perlakuan 0 g tanaman-1 0.31% menjadi 0.83%, perlakuan 600 g tanaman-1 dari 0.29% menjadi 0.84%, perlakuan 1 200 g tanaman-1 dari 0.31% menjadi 0.85%, perlakuan 2 400 g tanaman-1 dari 0.31% menjadi 0.87%. Peningkatan kandungan kalsium pada TBM-2 dibandingkan TBM-1 diduga disebabkan ketersediaan air yang lebih banyak dengan sembilan BB dan dan dua bulan kering (BK) pada bulan September dan Oktober 2014. Penyerapan kalsium akanmeningkat seiring banyaknya tanaman menyerap air.

Tabel 9Rata-rata kandungan hara jaringan daun pada berbagai taraf pemupukanunsur kalsium

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam, Pr:probabilitas, KK: Koefisien Keragaman

Kandungan hara tanah

(33)

15

kandungan hara tanah tertera pada Tabel 10.Kandungan hara rataan unsur C yaitu 2.06% menunjukkan hasil pada kelas sedang (2–3%).Rataan C menunjukkan ketersediaan yang meningkat dibandingkan dengan sebelum diberikannya perlakuan (1.41%). Perlakuan dosis 0 g tanaman-1 dan 2400 g tanaman-1 mampu memberikan ketersediaan C pada kelas sedang sedangkan dosis 600 g tanaman-1 dan 1200 g tanaman-1 menunjukkan kandungan C pada kelas rendah (1–2%).

Rataan kandungan unsur N yaitu 0.21% menunjukkan hasil pada kelas sedang (0.21–0.5%) seperti yang terjadi pada perlakuan dosis 0, 1 200, dan 2 400 g tanaman-1 namun dosis 600 g tanaman-1 menunjukkan kandungan N pada kelas rendah (0.1–0.2%). Ketersediaan N menunjukkan peningkatan daripada sebelum perlakuan yaitu 0.13%.Berdasarkan kandungan C dan N maka diperoleh rasio rata-rata (10.08%) tergolong kelas rendah (5–10).

Kandungan hara dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Analisis terhadap tekstur tanah tiga fraksi menunjukkan hasil 16% pasir, 36% debu, dan 48% liat, berdasarkan segitiga tekstur maka tanah di lokasi penelitian tergolong tanah liat. Nilai pH tanah (4.2) yang tergolong sangat masam menyebabkan unsur Aluminium (Al) berpotensi tersedia dalam bentuk kation yang mudah teradsopsi oleh larutan tanah. Kondisi tersebut menghasilkan reaksi yang akan meningkatkan ion H+ sehingga menurunkan pH tanah. Hal tersebut ditambah dengan aktivitas mikroorganisme yang menghasilkan asam di dalam tanah, yang terjadi lebih tinggi pada musim panas (Buckman dan Brady 1982).Perbaikan sifat tanah dapat dicapai melalui pemupukan bahan organik sebagai pembenah sifat biologi.Terhadap TBM-1 kelapa sawit, diketahui pemberian pupuk organik dan NPK majemuk dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman (Siallagan et al. 2014).

Tabel 10Rata-rata kandungan hara tanah setiap perlakuan pemupukan unsurkalsium

(34)

16

SIMPULAN

Pemupukan unsur Ca pada TBM-2 dosis 600 g tanaman-1 memberikan laju pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi, namun tidak memberikan pengaruh nyata pada lingkar batang, jumlah pelepah tumbuh, panjang pelepah daun kesembilan, dan luas daun.

SARAN

Defisiensi unsur hara pada jaringan dapat menghambat pertumbuhan pada fase menghasilkan sehingga diperlukan upaya pembenahan tanah melalui analisis terhadap sifat kimia tanah khususnya hara toksik aluminium pada lokasi penelitian. Pemberian bahan organik dapat diaplikasikan bersama dengan pemupukan dasar selanjutnya sehingga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi guna

(35)

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. Statistical Pocketbook of Indonesia 2011. (ID): BPS.

Buckman HO, Brady NC. 1982. Ilmu Tanah.Soegiman, penerjemah. Jakarta (ID): Bhratara Karya Aksara. Terjemahan dari The Nature and Properties of Soils.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2008.Biologi.Wulandari DT, penerjemah; Hardani W, editor.Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:

Biology.

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistic Perkebunan Indonesia Kelapa Sawit 2010–2012.Jakarta (ID): Ditjen Perkebunan.

Farhana MA, Yusop MR, Harun MH, Din AK. 2007. Performance of Tenera Population for TheChlorophyll Contens and Yield Component. Palm Oil Congress (Agriculture, Biotechnology & Sustainability).(2007 08 26 30); Malaysia.

Hartley CWS. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). New York (US): Longman Group Limited London.

Koedadiri AD, Darmosarkoro W, Sutarta ES. 2007. Potensi dan pengelolaan tanah ultisol pada beberapa wilayah perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES, Winarna, editor. Lahan & Pemupukan Kelapa Sawit. Edisi I. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. hlm. 1- 24.

Marwanto S, Sabiham S, Sudadi U, Agus F. [tahun terbit tidak diketahui]. Distribusi unsur hara dan perakaran pada pola pemupukan kelapa sawit di dalam piringan di kabupaten Muaro Jambi, provinsi Jambi. Balit Tanah Litbang Deptan. 213-224.

Mathius, NT, Wijana G, Guharja E, Aswidinnoor A, Yahya S, Subronto. 2001. Responstanaman kelapa sawit(Elaeis guineensis Jacq.) terhadap cekaman kekeringan.Menara Perkebunan 69(2): 29–45.

Millar CE. 1955. Soil Fertility. New York (US): John Wiley & Sons, Inc. Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman.Bogor (ID): IPB

Press.

Ningsih EP. 2013. Optimasi pemupukan kalsium dan magnesium pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensisJacq.) di pembibitan utama [tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Pahan, I. 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Poeloengan Z, Fadli ML, Winarna, Rahutomo S, Sutarta ES. 2007. Permasalahan

pemupukan pada perkebunan kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES, Winarna, editor. Lahan & PemupukanKelapa Sawit. Edisi I. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. hlm. 65-78.

[PPIC] Potash & Phosphate Institute of Canada. 1999. Better Crop International.

(36)

18

[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Medan (ID): PPKS.

[Puslittanak] Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2008. Kriteria Sifat Kimia Tanah. Bogor (ID): Puslittanak.

Rahutomo S, Sutarta ES. 2007. Kendala budidaya kelapa sawit pada tanah sulfat masam. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES, Winarna, editor. Lahan & PemupukanKelapa Sawit. Edisi I. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. hlm. 35-43.

Sarief ES. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung (ID): Pustaka Buana.

Setiawan, Tohari, Shiddieq D. 2013.Pengaruh cekaman kurang air terhadap beberapa karakter tanamannilam (Pogostemon cablin Benth).J.Littri.

19 (3):108-116.

Siallagan I, Sudradjat, Hariyadi. Optimasi Dosis Pupuk Organik dan NPK Majemuk pada Tanaman KelapaSawit Belum Menghasilkan. 2014.

JAI.42(2):166–172.

Sopandie D. 2014.Fisiologi Adaptasi Tanaman terhadap Cekaman Abiotik pada Agroekosistem Tropika.Bogor (ID): IPB Press.

Sudradjat, Sukmawan Y, Sugiyanta. Influence of Manure, Nitrogen, Phosphorus and Potassium FertilizerApplication onGrowth of One-year-old Oil Palms on Marginal Soil in Jonggol, Bogor, Indonesia.2014. Journal of Tropical Crop Science 1(2).

Sukmawan Y. 2014. Peranan pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur satu tahun pada tanah marginal [tesis].Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Sutarta ES, Rahutomo S, Darmosarkoro W, Winarna. 2007. Peranan unsur hara dan sumber unsur hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES, Winarna, editor. Lahan & Pemupuka KelapaSawit. Edisi I. Medan (ID): Pusat Penelitian KelapaSawit. hlm. 79-80.

Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1990. Soil Fertility and Fertilizer Fourth Edition. New York (US): Macmillan Publishing Company.

Von Uexkull HR, Fairhurst TH, Mutert E. Fertilizing for high yield and quality the oil palm dalamFairhurstTH dan Mutert E: Interpretation and management of oil palm leaf analysis data. 1999.Better Crops International.13(1).

Widodo HH. 2014. peranan pupuk kalsium pada kelapa sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) belummenghasilkan umur 1tahun (TBM 1) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(37)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1Rekapitulasi hasil penelitian peubah tanggap morfologi

Waktu

(38)

20

Lampiran 2Pertumbuhan tinggi TBM-2 kelapa sawit pada berbagai tarafpemupukan unsur Ca

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam. Lampiran 3Pertumbuhan lingkar batang TBM-2 kelapa sawit padaberbagai taraf

pemupukan unsur Ca

(39)

21

Lampiran 4Jumlah pelepah kumulatif TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukan unsur Ca

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam. Lampiran 5Panjang pelepah kesembilan tinggi TBM-2 kelapa sawit padaberbagai

taraf pemupukan unsur Ca

(40)

22

Lampiran 6Luas daun TBM-2 kelapa sawit pada berbagai taraf pemupukan unsur Ca

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, BST: bulan setelah tanam. Lampiran 7Kriteria sifat kimia tanah

Sifat-sifat tanah Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

(41)

23

Lampiran 8Kriteria konsentrasi beberapa unsur hara pada daun kelapa sawit

Umur Kriteria Persen bahan kering Ppm

Ca S Cl B Cu

< 6 tahun

defisiensi < 0.30 < 0.20 < 0.25 < 8 < 3 optimum 0.50-0.70 0.25-0.40 0.50-0.70 15-25 15-2 berlebihan > 1.00 > 0.60 > 1.00 > 35 > 15 > 6 tahun

(42)

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1993 dari ayah Basuki Widodo Wahyuni Sambodo dan ibu Corryanti Tri Wahyuningsih. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Yogyakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field (IGTF) 2013 dengan tema Indikasi Geografis Padi Rojolele di Klaten, Jawa Tengah. Bulan Juli–Agustus 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktik di Desa Sekarmulya, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Biologi Dasar Tingkat Persiapan Bersama pada semester ganjil dan genap tahun ajaran 2013/2014. Penulis pernah mendapatkan dana hibah DIKTI untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang pengabdian kepada masyarakat (PKMM) pada tahun ajaran 2011/2012 dan bidang penelitian (PKMP) pada tahun ajaran 2013/2014.

Gambar

Tabel 1Kondisi beberapa unsur iklimselama penelitian berlangsung (Maret 2014–Februari2015)
Gambar 1  Tinggi tanaman pada 15,
Gambar 3Jumlah pelepah pada 15,18,
Gambar 5  Luas daun pelepah
+3

Referensi

Dokumen terkait

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket

Pekerjaan : Pengadaan Amplop Dinas, Blanko Surat Dinas, Map Dinas, Buku Agenda, dan Kertas HVS Tahun Anggaran

Terbitnya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan nomor 14 Tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia, cukup detail

1. MTs Yaketunis telah menerapkan prinsip-prinsip yang sama dengan sekolah pada umumnya dalam melakukan manajemen sarana dan prasarana pendidikan. MTs Yaketunis juga telah

Abstrak—Berdasarkan penelitian penulis pada tahun 2013, kepariwisataan Kota Surabaya mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan akan pemenuhan atribut

Untuk maksim ketidaksantunan berbahasa berdasarkan data yang peneliti peroleh dari hasil diskusi mahasiswa hanya ditemukan 3 maksim ketidaksantunan berbahasa yaitu

Penelitian parameter populasi rajungan ( Portunus pelagicus ) di perairan Asahan diperoleh selang ukuran lebar karapas antara 50 – 165 mm dengan modus pada kelas 100 – 110 mm..

Dari hasil penelitian ini menunjukkan resep yang diberikan di Puskesmas Bontolempangan II Kabupaten Gowa bahwa 50 resep memiliki potensi drug-drug interaction