• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fluktuasi Konsentrasi Kalsium dan Fosfor sebagai Predisposisi Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fluktuasi Konsentrasi Kalsium dan Fosfor sebagai Predisposisi Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

FLUKTUASI KONSENTRASI KALSIUM DAN FOSFOR

SEBAGAI PREDISPOSISI FRAKTUR EKSTRIMITAS SATWA

LIAR FELIDAE DI TAMAN SAFARI INDONESIA

CISARUA BOGOR

FAUZIA ISTANTI KAIMUDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fluktuasi Konsentrasi Kalsium dan Fosfor sebagai Predisposisi Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Fauzia Istanti Kaimudin

(4)

ABSTRAK

FAUZIA ISTANTI KAIMUDIN. Fluktuasi Konsentrasi Kalsium dan Fosfor sebagai Predisposisi Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor. Dibimbing oleh RP AGUS LELANA dan BONGOT HUASO MULIA.

Medik konservasi merupakan aspek penting untuk dikembangkan di Indonesia sebagai negara yang kaya akan biodiversitas. Taman Safari Indonesia (TSI) sebagai lembaga konservasi ex-situ pada periode 2011-2014 menghadapi tantangan berupa berulangnya fraktur ekstrimitas pada satwa liar Felidae. Berdasarkan rekam medik Rumah Sakit Satwa TSI Cisarua Bogor, terdapat sedikitnya lima kasus fraktura ekstrimitas pada satwa liar Felidae tersebut. Dari hasil evaluasi gabungan tim medis dan kurator satwa, diperoleh gambaran bahwa kejadian fraktur ini bukan karena kesalahan manusia (human error) ataupun kesalahan teknis (technical error). Namun mengingat kejadian kasus ini berulang dan memerlukan upaya pencegahannya, kami melakukan rekonstruksi melalui pendekatan studi retrospektif. Hasil kajian terhadap fraktur ekstrimitas lima ekor satwa tersebut terjadi di bagian os femur (5), os tibia-fibula (3), os ulna (1), dan satu diantaranya dilakukan pemasangan bone pin. Hasil analisis terhadap data kimia darah menunjukkan bahwa konsentrasi kalsium dan fosfor satwa-satwa tersebut mengalami fluktuasi. Konsentrasi serum kalsium cenderung menurun dan diduga merupakan indikasi hypokalsemia subklinis. Konsentrasi serum fosfor cenderung meningkat dan diduga merupakan indikasi hyperfosfatemia. Dari lima ekor satwa Felidae

yang diperiksa, empat diantaranya mengalami hypokalsemia dan hyperfosfatemia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fluktuasi kombinasi hypokalsemia subklinis dan hyperfosfatemia merupakan salah satu faktor predisposisi fraktur ekstrimitas.

Kata kunci: Felidae, Fosfor, Fraktur Ektrimitas, Kalsium.

ABSTRACT

FAUZIA ISTANTI KAIMUDIN. Fluctuation of Calcium and Phosphor Concentration as Predisposition of Extremity Fracture in Wildlife Felidae Cases at Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor. Supervised by RP AGUS LELANA and BONGOT HUASO MULIA

Medical conservation is an important aspect to be developed in Indonesia as a mega biodiversity country Taman Safari Indonesia (TSI) is an ex-situ conservation institution that has challenged on repeating cases of extremity fracture of wild Felidae during 2011-2014. These cases were considered as a non-technical or non-human error. However, the etiology of this case should be performed for future preventive purpose. For this purpose we did retrospective study by evaluating five clinical data of wild Felidae at TSI Cisarua Bogor. Extrimity fracture located on os femur (5), os tibia-fibula (3), os ulna

(1), and on one of them was treated with bone pin. The result revealed that the profile of serum calcium and phosphor seemed to be fluctuating. The serum calcium tends to be decreased and considered as a subclinical hypocalcaemia. The serum phosphor tends to be increased four times and considered as a hyperphosphatemia. From five wild Felidae four of them has fluctuation in calcium and phospor serum. The combination of fluctuating subclinical hypocalcaemia and hyperphosphatemia were concidered as predisposition factors of extremity fracture.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FLUKTUASI KONSENTRASI KALSIUM DAN FOSFOR

SEBAGAI PREDISPOSISI FRAKTUR EKSTREMITAS

SATWA LIAR FELIDAE DI TAMAN SAFARI INDONESIA

CISARUA BOGOR

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(6)
(7)

Judul Skripsi : Fluktuasi Konsentrasi Kalsium dan Fosfor sebagai Predisposisi Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor

Nama : Fauzia Istanti Kaimudin NIM : B04090165

Disetujui oleh

Dr Drh RP Agus Lelana SpMP M.Si Pembimbing I

Drh Bongot Huaso Mulia Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono MS, Ph.D, APVet

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April tahun 2015 ini adalah Fluktuasi Konsentrasi Kalsium dan Fosfor sebagai Predisposisi Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Pimpinan Taman Safari Indonsia Cisarua Bogor dan Koordinator Kerjasama Institut Pertanian Bogor – Taman Safari Indonesia, Drs. Yansen Manansang M.Si, dan Prof Drh Dondin Sajuthi M.ST, Ph.D yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian pada instansi yang Bapak pimpin.

2. Dr Drh RP Agus Lelana SpMP, M.Si dan Drh Bongot Huaso Mulia selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian tugas akhir.

3. Drh Retno Wulansari Ph.D selaku dosen penilai dan Drh Leni Maylina M.Si selaku dosen moderator pada seminar skripsi saya.

4. Prof Dr Drh Fachrian H. Pasaribu dan Drh Wahono Esthi Prasetianingtias M.Si selaku dosen penguji pada sidang akhir skripsi saya.

5. Prof Drh Bambang P Priosoeryanto M.S. Ph.D, APVet selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian studi di FKH IPB.

6. Kepada Almarhum La Ode Hamdin Kaimudin (Ayah), Almarhumah Kasmini (Ibu), dan Sitti Aminah yang telah mendidik dan membimbing hidup saya. 7. Kepada Zulziah Wati Amin, dan Abdurachman Amin (Kak Aman) yang

senantiasa membantu penulis, baik moril dan materil hingga dapat menyelesaikan tugas akhir.

8. Kepada La Ode Mustakim Kaimudin (Kakak), Putri Anjani Wahyuningtias (adik), dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

9. Kepada Ahlan Maneke (Olan) yang selalu memberikan semangat, harapan baru, serta cinta dan kasih sayangnya.

10. Kepada Bang Saluang dan Mba Ika yg telah banyak memberikan banyak pencerahan kepada penulis tentang arti dari menulis.

11. Kepada sahabatku Yuyun Fathonah yang selalu ada untukku, dan teman sepenelitian Rachmiati Amarillis. Akhirnya kita sarjana bersama-sama.

12. Kepada teman-teman Geochelone 46, terutama kepada Maya Shofa dan M. Allex yang telah banyak membantu penulis selama kuliah.

13. Serta Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Halmahera Timur Bogor (IPMHT-Bogor) yang telah menjadi keluarga penulis dalam menyelesaikan studi di Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Satwa Felidae 2

Harimau Sumatera 2

Macan Tutul 3

Puma 3

Metabolisme Kalsium dan Fosfor 3

METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Bahan 4

Prosedur Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Profil Kasus Fraktur Extrimitas pada Felidae 5

Profil Kalsium dan Fosfor 5

Predisposisi Fraktur 6

KESIMPULAN 8

SARAN 8

DAFTAR PUSTAKA 9

(11)

DAFTAR TABEL

Data Rekam Medik X-Ray Rumah Sakit Satwa pada Kasus Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di TSI Cisarua Bogor 5

Data Rekam Medik Pemeriksaan Serum Kalsium dan Fosfor Satwa Liar

Felidae yang Mengalami Fraktur Ekstrimitas di TSI Cisarua Bogor

Tahun 2011-2014 6

DAFTAR GAMBAR

Fluktuasi Kalsium dan Fosfor Berdasarkan Rekam Medis Kasus Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua

Bogor. 8

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Medik konservasi berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 didefinisikan sebagai bentuk implementasi ilmu kedokteran hewan dalam mendukung program konservasi. Aspek ini sangat penting untuk dikembangkan, mengingat Indonesia merupakan negara biodiversitas satwa liar ke empat di dunia. Taman Safari Indonesia (TSI) sebagai salah satu lembaga konservasi ex-situ di Indonesia juga sedang mengembangkan aspek ini, mengingat peran TSI sebagai percontohan lembaga konservasi nasional khususnya konservasi satwa liar

Felidae seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Puma (Puma concolor), Macan Tutul (Panthera pardus pardus), dan Macan Kumbang (Panthera pardus pardus).

Dalam kurun tahun 2011-2014 berdasarkan data medik Rumah Sakit Satwa sekurangnya di TSI Cisarua Bogor terdapat lima ekor satwa liar Felidae

mengalami fraktur ekstrimitas. Hasil evaluasi gabungan tim medis dan kurator satwa menunjukkan adanya gambaran bahwa kejadian fraktur yang terjadi bukan disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) ataupun kesalahan teknis (technical error). Namun demikian, mengingat kejadian kasus ini berulang, perlu dilakukan rekonstruksi terhadap masalah fraktur pada satwa Felidae tersebut sebagai upaya pencegahannya.

Patogenesis fraktur ekstrimitas sering dikaitkan dengan metabolisme kalsium dan fosfor maupun ketercukupan mineral tersebut dalam pakan. Tubuh mengatur kalsium melalui metabolisme hormon paratiroid (PTH), calcitonin, dan vitamin D (Kini dan Nandesh 2012). McDowell (2006) menyatakan bahwa ketersediaan vitamin D dan mineral lainnya, seperti magnesium, natrium, kalium, klor, dan sulfur ikut menentukan proses metabolisme tersebut. Kedua pendapat ini mengarahkan kita untuk mengungkapkan patogenesis fraktur pada satwa liar

Felidae berdasarkan kandungan mineral darah.

Rekonstruksi kejadian penyakit dapat dilakukan dengan berbagai metode. Satu diantaranya adalah dengan kajian retrospektif berdasarkan data klinis maupun laboratoris. Hasil kajian retrospektif ini sangat penting untuk mendukung kebijakan pengelolaan pemeliharaan ex-situ satwa liar Felidae di Indonesia.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan penyebab kasus fraktur ekstremitas yang berulang melalui kajian retrospektif pada satwa liar Felidae di TSI Cisarua Bogor.

Manfaat Penelitian

(14)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Satwa Felidae

Satwa Felidae pertama kali dikenal pada masa Eocene sekitar 40 juta tahun yang lalu. Felidae yang paling dikenal adalah kucing peliharaan/ kucing domestik (sub species Felis silvetris catus) yang mulai berasosiasi dengan kehidupan manusia sejak 7.000 sampai dengan 4.000 tahun yang lalu. Felidae adalah jenis satwa karnivora obligat, membutuhkan diet daging dan organ untuk bertahan hidup. Satwa Felidae memiliki 28 spesies dengan pola hidup soliter, kecuali pada singa. Daerah teritorialnya di alam bebas ditandai dengan urin atau raungan (Kusumawati dan Sardjana 2011).

Harimau Sumatera

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) adalah satu dari tiga subspesies harimau yang masih hidup di Indonesia saat ini. Dua sub spesies lain yaitu harimau bali (Panthera tigris balica) dan harimau jawa (Panthera tigris sondaica). Harimau sumatera merupakan satwa karnivora yang masuk ke dalam keluarga Felidae. Slater dan Alexander (1986) mengklasifikasikan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) menjadi:

Kingdom : Animalia Family : Felidae

Phylum : Chordata Sub Family : Pantherinae

Sub Phylum : Vertebrata Genus : Panthera

Class : Mammalia Spesies : Panthera tigris

Ordo : Carnivora Sub Spesies : Panthera tigris sumatrae

(15)

3

Macan Tutul

Linnaeus (1771), secara taksonomi mengklasifikasikan macan tutul menjadi:

Kingdom : Animalia Family : Felidae

Phylum : Chordata Sub Family : Pantherinae

Sub Phylum : Vertebrata Genus : Panthera

Class : Mammalia Spesies : Panthera pardus

Ordo : Carnivora Sub Spesies : Panthera pardus pardus

Macan tutul dibagi menjadi dua jenis, yaitu macan tutul (leopard) dan macan dahan (Clauded leopard atau Felis nebulosa). Warna dasar dari macan tutul adalah bulu tubuhnya kuning tua dengan bercak hitam di sisi tubuh dan sekitar punggung, berat badannya sekitar 45 kg, maksimal dapat mencapai 90 kg, dan panjang tubuhnya 2.10 m. Sedangkan macan dahan mempunyai ciri berbeda yaitu memiliki warna tubuh bervariasi coklat tua atau abu-abu, coklat ke kuning-kuningan, atau kadang terdapat bercak coklat kekuningan di belakang telinganya. Tinggi tubuh satwa ini berkisar 53 cm, dan berat tubuh 20 kg serta panjang tubuhnya dapat mencapai 1.90 m (Kusumawati dan Sardjana 2011).

Puma

Puma merupakan salah satu jenis kucing besar. Linnaeus (1771), secara taksonomi mengklasifikasikan puma menjadi:

Kingdom : Animalia Ordo : Carnivora

Phylum : Chordata Family : Felidae

Sub Phylum : Vertebrata Genus : Puma

Class : Mammalia Spesies : Puma concolor

Puma merupakan Felidae asal Amerika yang lebih sering dikenal dengan nama Mountain Lion atau Cougar. Puma merupakan Felidae yang terbesar ke dua setelah Panthera onca (Jaguar) dari segi ukuran tubuhnya (Lescano et al. 2014). Spesies ini ditemukan luas pada berbagai habitat seperti di hutan serta dataran rendah dan gurun. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa habitat dengan vegetasi yang padat lebih disukai, namun puma dapat hidup di habitat sangat terbuka dengan hanya minimal menutupi vegetatif (Nowell dan Jackson 1996).

Metabolisme Kalsium dan Fosfor

(16)

4

diperlukan untuk menyusun struktur tubuh seperti tulang dan gigi (Forbes 2007). Sumber utama kebutuhan mineral bagi hewan adalah pakan. Banyak faktor yang mempengaruhi penyerapan, penggunaan, dan metabolisme kalsium dan fosfor, termasuk fungsi antara satu mineral dengan yang lainnya. Rasio Ca : P yang direkomendasikan adalah 1 : 1 sampai 2 : 1 (McDowell 2006).

Mineral terutama kalsium dan fosfor dipertahankan agar selalu seimbang di dalam darah. Proses tersebut diatur oleh suatu mekanisme umpan balik antara hormon paratiroid, calcitonin, dan derivat vitamin D. Kelenjar paratiroid akan mensekresikan hormon paratiroid jika kadar kalsium di dalam darah rendah. Hormon paratiroid merupakan hormon polipeptid yang mempunyai dua target organ, yaitu tubuli ginjal dan tulang (Larson 1985 and Horst 1986, dalam

Widhyari 1995). Baron (1984) menyatakan pengatur utama terhadap sekresi dan sintesis hormon paratiroid adalah konsentrasi ion-ion kalsium yang terdapat di dalam cairan ekstraseluler. Produksi hormon ini akan meningkat bila kadar kalsium di dalam plasma menurun, dan sebaliknya produksi hormon paratiroid akan menurun bila kadar kalsium di dalam plasma meningkat. Meningkatnya hormon paratiroid akan berakibat meningkatnya kalsium di dalam plasma dan meningkatnya ekskresi fosfor melalui urin. Vitamin D berperan untuk mempertahankan konsentrasi kalsium dan fosfor yang diperlukan untuk mineralisasi tulang dan fungsi fisiologis lainnya. Sumber utama pembentukan vitamin D adalah kolesterol yang disintesis di dalam hati dari asetil koenzim. Kolesterol akan diubah oleh enzim dehidrogenase menjadi 7-dehidrokolesterol yang biasa disebut pro vitamin.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di TSI Cisarua Bogor, pada Bulan April sampai dengan Mei 2015. Pengolahan data dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB pada Bulan Juni sampai dengan Juli 2015.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima berkas rekam medik Rumah Sakit Satwa pada kasus fraktur ektrimitas satwa liar Felidae di TSI Cisarua Bogor tahun 2011–2014. Lima satwa liar Felidae tersebut adalah Harimau Sumatera/ Naidu (Panthera tigris sumatrae), Puma/ Glenn (Puma concolor), Puma/ Giselle (Puma concolor), Macan Tutul Afrika/ Cash (Panthera pardus pardus), dan Macan Kumbang Afrika/ Tanggo (Panthera pardus pardus).

Prosedur Analisis Data

(17)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Kasus Fraktur Extrimitas pada Felidae

Tabel 1 menyajikan data rekam medik mengenai gambaran lima ekor satwa

Felidae yang mengalami fraktur ektrimitas pada tahun 2011-2014. Secara umum data menunjukkan lokasi terjadinya fraktur ekstrimitas. Berdasarkan hasil X-Ray lokasi empat dari lima ekor satwa yang mengalami fraktur ekstrimitas terdapat pada os femur, tiga ekor terdapat di bagian os tibia, satu ekor dibagian os ulna, satu ekor di bagian os fibula, dan satu ekor mengalami patahan menjadi 5 bagian pada daerah metacarpal.

Tabel 1 Data Rekam Medik X-Ray Rumah Sakit Satwa pada Kasus Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di TSI Cisarua Bogor.

No Spesies Tanggal metacarpal lateral terbelah menjadi 5 bagian dan mengalami rotasio.

2 Puma concolor

(Glenn)

26/10/2014 Fraktur pada leher os femur kaki depan dan ½ bagian os tibia. olecranon masih teraba krepitasi, super posisi antar fraktura.

20/07/2011 Operasi pemasangan bone pin. 4 Panthera

pardus pardus

(Cash)

13/07/2011 Fraktur pada ½ proximal os tibia-fibula.

5 Panthera pardus pardus (Tanggo)

29/07/2011 Fraktur 1/3 bagian os ulna. 08/08/2011 Fraktur 1/3 bagian os ulna.

30/09/2011 Kalsifikasi os ulna dan fraktur os femur. 12/10/2011 Fraktur pada os ulna tersambung

kembali namun bengkok.

Profil Kalsium dan Fosfor

(18)

6

konsentrasi kalsium darah, peningkatan konsentrasi fosfor darah dan keduanya bersifat fluktuatif.

Tabel 2 Data Rekam Medik Pemeriksaan Serum Kalsium dan Fosfor Satwa Liar

Felidae yang Mengalami Fraktur Ekstrimitas di TSI Cisarua Bogor Tahun 2011-2014

(a)

Sumber: ISIS 2002.

Predisposisi Fraktur

Pada Tabel 2 terlihat bahwa konsentrasi kadar kalsium dari lima ekor satwa

Felidae yang diperiksa berkisar antara 4.44 mg/dl sampai 9.86 mg/dl. Sedangkan kadar fosfor darah dari lima ekor satwa liar Felidae yang diperiksa berkisar antara 3.62 mg/dl sampai 21.7 mg/dl. Berdasarkan data ISIS (2002), kadar kalsium darah normal pada setiap hewan yaitu Puma concolor adalah 10.3 ± 0.6 mg/dl, Panthera tigris adalah 9.8 ± 0.5 mg/dl, dan Panthera pardus adalah 10.1 ± 0.6 mg/dl. Sedangkan data normal fosfor yaitu pada Puma concolor adalah 4.9 ± 1.4 mg/dl,

(19)

7 penurunan kalsium. Hal ini mengindikasikan bahwa satwa tersebut mengalami Hypokalsemia. Hypokalsemia dapat menyebabkan struktur tulang menjadi rapuh (Sumarianto dan Nurhaida 1985). Carpen 1985 dalam Newton dan Nunamarker (1985) menyebutkan bahwa Kalsium memainkan perananan penting dalam proses kontraksi otot dasar biologis, pembekuan darah, aktivitas enzim, rangsangan syaraf, dan permeabilitas membran, serta sebagai komponen struktur penting dari kerangka.

Selain terjadi penurunan kalsium, terjadi pula peningkatan fosfor. Tiga dari lima ekor satwa yang diperiksa pada pemeriksaan awal mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi Hyperfosfatemia. Hyperfosfatemia menyebabkan pengurangan timbal balik dari konsentrasi ionisasi kalsium dalam darah karena rendahnya masa interaksi antara ion fosfat dan karena terutama 125 dihidroksi Vit D3 yang disuplai oleh ginjal. Eddington (2012) menyebutkan bahwa fosfor juga terlibat dalam aktivitas enzimatik tulang dan merupakan anion mayor dalam struktur tulang. Fosfor terintegrasi dalam senyawa glikolitik dan senyawa transfer energi tinggi seperti ATP dan ada dalam serum atau plasma sebagai fosfat atau fosfor inorganik.

Dari Tabel 2 terlihat bahwa adanya ketidakseimbangan kalsium dan fosfor. Perbandingan kadar kalsium dan fosfor yang baik adalah 1 : 1 sampai 2 : 1 (McDowell 2006). Fluktuasi kalsium dan fosfor terlihat jelas pada puma (Gleen), harimau sumatra (Naidu), macan tutul (Cash), dan macan kumbang (Tanggo). Gambaran fluktuasi dapat dilihat pada Gambar 1.

10,3

Normal Periksa 1 Periksa 2 Periksa 3

(20)

8

Gambar 1 Fluktuasi Kalsium dan Fosfor Berdasarkan Rekam Medis Rumah Sakit Satwa pada Kasus Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor.

Pada Gambar 1 terlihat fluktuasi kadar kalsium darah dan fosfor darah. Puma, harimau sumatra, macan tutul afrika dan macan kumbang mengalami hypokalsemia, dimana terlihat bahwa jumlah kalsium pada pemeriksaan awal dan kedua tidak mencukupi batas normal, sedangkan kadar fosfor di dalam darah mengalami hyperfosfatemia dimana terjadi peningkatan jumlah fosfor yang signifikan terutama pada harimau sumatra

KESIMPULAN

Melalui kajian retrospektif, fraktur ekstrimitas lima ekor satwa liar Felidae

di TSI Bogor terjadi di bagian os femur (5), os tibia-fibula (3), os ulna (1), dan 1 diantaranya dilakukan pemasangan bone pin.Dari 5 ekor satwa liar Felidae yang diperiksa, 4 diantaranya mengalami fluktuasi kalsium dan fosfor sehingga mengalami hipokalsemia dan hyperfosfatemia. Fluktuasi kadar Kalsium dan Fosfor darah di diduga menjadi predisposisi terjadinya fraktur ekstrimitas.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait faktor penyebab terjadinya fraktur ekstrimitas pada satwa Feldae di TSI, Cisarua Boigor.

9,8

4,44 8

5,2

21,7

6,4

0 5 10 15 20 25

Normal Periksa 1 Periksa 2 Panthera tigris Sumatrae

(Naidu)

(21)

9

DAFTAR PUSTAKA

Baron DN. 1984. Short Text Book of Chemical Pathology. 4th Edition, diterjemakan oleh: Petrus A dan Gunawan J. Jakarta (ID): Kapita Selekta. Eddington H. 2012. Improving the outcomes of patients with chronic kidney

disease mineral bone disorder [Thesis]. University of Manchester.

Forbes JM. 2007. Voluntary Food Intake and Diet Selection in Farm Animals. 2nd Edition. Leeds: Biddles Ltd, King’s Lynn.

[ISIS] International Species Information System [Internet]. 2002. Panthera tigris. Conventional U.S.A. Units. (di unduh pada: 2013 Juni 26). Tersedia pada: file://C:\DokumenteundEinstellungen\Hatt\Desktop\ISIS\USAPages\37610010. htm.

Kini U, Nandeesh BN. 2012. Radionuclide and Hybrid Bone Imaging. India: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Kusumawati D, Sardjana IKW. Bahan Ajar Satwa Liar. Jogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Lescano J, Quevedo M, Baselly L, Crespo A, Fernàndes V. 2014. Chemical immobilization of captive cougar Puma concolor (Linnaeus 1771) (Carnivora:

Felidae) using a combination of tiletamine – zolazepam, ketamine and zylazine. Journal of Theatened Taxa. 6(14): 6659-6667.

MacDonald D. 1984. The Encyclopedia Of Mammals: 1. Oxford (Ltd): Grolier International Inc.

Mazak V. 1981 Panthera tigris, Mammalian Species. The American Society Of Mammalogist. 152; 1 – 8.

McDowell LR. 2006. Minerals in Animal and Human Nutrition. 2nd Edition. Florida (USA): University of Florida Pr.

Newton CD, Nunamarker DM. 1985. Texbook of Small Animal Orthopaedics. Philadelphia: JB Lippincott.

Nowell K, Jackson P. 1996. Wild Cats: status survey and concervation action plan. IUCN/SSC Cat Specialist Group, Gland, Switzerland.

Prameswary W. 2008. Implementasi medik konservasi pada Owa jawa (Hylobates moloch audebert 1798): studi kasus pada empat lembaga konservasi eksitu di indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Nomor 18 Tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2014. Undang Undang Nomor 41 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Jakarta: Sekretariat Negara.

Slater P, Alexander RM. 1986. The Encyclopedia of Animal Behavior and Biology. Volume VIII. Equinox (Oxford) Ltd. London.

Sumarianto, Nurhaida. 1985. Kamus Kedokteran, Cetakan Pertama. Jakarta (ID): Ade Putra.

(22)

10

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ambon Maluku pada tanggal 6 Juli 1991 dari pasangan Almarhum La Ode Hamdin Kaimudin dan Almarhumah Kasmini. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 2003 di SDN 1 Laompo, Kec. Batauga, Kab. Buton. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SMP N 4 Kota Ternate. Pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMA N 2 Kota Ternate, dan pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB) melalui jalur seleksi Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM-IPB).

Gambar

Tabel 2 menggambarkan konsentrasi kadar kalsium dan fosfor darah pada
Tabel 2 Data Rekam Medik Pemeriksaan Serum Kalsium dan Fosfor Satwa Liar
Gambaran fluktuasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa sebagai pengguna utama Perpustakaan Perguruan Tinggi diisyaratkan harus memiliki library skills yang baik untuk bisa mengindentifikasi, mengakses,

Menerapkan good corporate governance sesuai dengan prinsip dan praktek good corporate governance, buku pedoman dan petunjuk bagi Direksi (Board of Directors Charter and

(1) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk menetapkan Pajak terutang atas jenis Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud

Hal ini terbukti dari jawaban mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, di mana responden yang menjawab ada penambahan koleksi baru hanya 2 responden atau

Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan.. Dengan suksesnya program

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN TIM KERJA PERINGATAN HARI KEBANGKITAN TEKNOLOGI NASIONAL KE – 11 TAHUN

Pentingnya kerjasama dalam kelompok juga diungkapkan oleh Mulyaningrum (2012) dalam hasil penelitiannya yang menemukan bahwa.. kerjasama yang terjalin baik akan menjadikan

Sistem dirancang untuk mengkategorikan jemaat sesuai dengan peranannya dalam gereja.Kategori ini membentuk suatu kelompok seperti yang terlihat dalam gambar 3.4.Admin yang