• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyiapan dan Pemberian Pakan serta Dugaan Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyiapan dan Pemberian Pakan serta Dugaan Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENYIAPAN DAN PEMBERIAN PAKAN SERTA DUGAAN

KEBUTUHAN BAHAN KERING SAPI PEGON ASAL

JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

KANIPAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyiapan dan Pemberian Pakan serta Dugaan Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Kanipah

(4)

ABSTRAK

KANIPAH. Penyiapan dan Pemberian Pakan serta Dugaan Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dibimbing oleh ANURAGA JAYANEGARA dan NAHROWI.

Latar belakang penelitian ini yaitu meningkatnya permintaan daging setiap tahun dan keberhasilan usaha peternakan yang ditentukan oleh faktor manajemen terutama manajemen pakan. Penelitian ini bertujuan mengkaji pendugaan kebutuhan bahan kering pada Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur. Manajemen pakan berkaitan dengan pemberian pakan. Pakan yang diberikan pada penelitian berupa rumput gajah dan konsentrat starter dan finisher. Analisis yang digunakan adalah sanalisis regresi linier berganda dan korelasi. Peubah yang digunakan pada prediksi konsumsi bahan kering terdiri dari metabolism average body weight (ABW0.75)dan average daily gain (ADG). Hasil prediksi konsumsi bahan kering pada Jawa Tengah yaitu 4.158 + 0.026ADG - 0.718ABW0.75 dan Jawa Timur yaitu 4.020 + 0.061ADG - 0.783ABW0.75 dengan adjusted R2 Jawa Timur lebih tinggi yaitu 59.1% dengan rataan hasil prediksi konsumsi bahan kering yaitu 2.04%. Nilai korelasi Sapi Pegon asal Jawa Timur antara konsumsi bahan kering dan nutrien serta antara nutrien dan pertambahan bobot badan lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah.

Kata Kunci : konsumsi bahan kering, Jawa Tengah, Jawa Timur, korelasi, regresi linier berganda, Sapi Pegon.

ABSTRACT

KANIPAH. Pendugaan Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur berdasarkan Pertambahan Bobot Badan dan Bobot Badan Metabolik. Supervised by ANURAGA JAYANEGARA and NAHROWI.

The background of this research was high demand of the meat and the success of farm determined by the factor of management, especially feed management. This research aimed to assess the needs of the drilling program at the dry ingredients on the Central Java origin Pegon Cows and East Java. The feed given to the research in the form of an elephant grass and concentrates the starter and finisher. This research used a multiple linear regression analysis and correlation. Variables used in prediction of dry matter intake consists of metabolism average body weight (ABW0.75) and average daily gain (ADG). Prediction of dry matter intake (DMI) on Central Java 4.158 + 0.026ADG - 0.718ABW0.75 and East Java 4020 + 0.061ADG - 0.783ABW0.75 with adjusted R2 of East Java is higher than Central Java, 59.1% with equivalent results prediction DMI 2.04%. The value of the correlation of Pegon East Java between DMI and nutrients as well as between nutrients and ADG higher than Central Java.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PENYIAPAN DAN PEMBERIAN PAKAN SERTA DUGAAN

KEBUTUHAN BAHAN KERING SAPI PEGON ASAL

JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

JAWA TIMUR

KANIPAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Penyiapan dan Pemberian Pakan serta Dugaan Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur

Nama : Kanipah NIM : D24100025

Disetujui oleh

Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc Pembimbing I

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS, MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini berjudul Penyiapan dan Pemberian Pakan serta Dugaan Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2014. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan pada Departeman Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulis di masa yang akan datang. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Materi 2

Proses Pemeliharaan dan Pemberian Pakan 2

Koleksi dan Preparasi Data 2

Data Performa Ternak 3

Analisis Statistika 3

Uji Validitas 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Keadaan Umum Lingkungan Pemeliharaan 4 Penyiapan dan Pemberian Pakan 4 Performa Ternak 6 Prediksi Dry Matter Intake (DMI) 8 Korelasi Nutrien dan DMI serta Nutrien dan ADG 10

Hubungan Konsumsi Nutrien dan Performa Ternak 11

Uji Validitas 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

RIWAYAT HIDUP 19

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi nutrien ransum (%BK) 5

2 Tabel 2 Persyaratan Mutu Konsentrat Sapi Potong berdasarkan Bahan

Kering 6

3 Tabel Performa Ternak 7

4 Persamaan regresi dan nilai adjusted R2 pada Provinsi Jawa Tengah dan

Jawa Timur 8

5 Persamaan regresi dan nilai adjusted R2 pada Provinsi Jawa Tengah dan

Jawa Timur 9

1 Perkandangan PT. Catur Mitra Taruma 4

2 Grafik Regresi Linier Heterokedastisitas 9

3 Hubungan Konsumsi Nutrien terhadap ADG 11

4 Validasi Regresi Linier Berganda Jawa Tengah dan Jawa Timur 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel Kesimpulan Prediksi dengan Peubah Tetap ABW, ABW0.75, ADG dan ADG2 Jawa Tengah

16 2 Tabel ANOVA Prediksi dengah Peubah Tetap ABW, ABW0.75, ADG

ADG2 Jawa Tengah

16 3 Tabel koefisien Prediksi dengan Peubah Tetap ABW, ABW0.75, ADG

dan ADG2 Jawa Tengah 6 Tabel koefisien Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG Jawa

(13)

11 Tabel ANOVA Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG Jawa Timur

18 12 Tabel Koefisien Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG

Jawa Timur

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sapi merupakan penghasil daging utama di Indonesia. Pada tahun 2009 konsumsi daging sapi mencapai 6.60 kg kapita-1 tahun-1 meningkat menjadi 6.85 kg kapita-1 tahun-1 pada tahun 2010 (Dirjen Peternakan 2013). Risaputri (2005) menyatakan bahwa konsumsi daging sapi yaitu sekitar 1.2 juta ekor setiap tahun atau meningkat 10.85% per tahun padahal kemampuan peningkatan produksi sapi hanya sekitar 4-5% per tahun (Parakkasi 1999). Oleh karena itu, meningkatnya permintaan produk peternakan setiap tahun, seharusnya diikuti dengan program pengembangan ternak, khususnya ternak potong. Ternak Sapi Pegon merupakan salah satu nama ternak sapi potong yang merupakan persilangan antara Sapi Simmental dan Sapi Jawa yang memiliki ciri dominasi warna coklat tua, cingur hitam, gelambir dari bawah rahang sampai dada dan warna putih pada kaki bagian dalam.

Keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh faktor manajemen terutama manajemen pakan. Manajemen pakan yang baik harus diperhatikan mulai dari penyiapan pakan sampai pemberiannya kepada ternak. Selain pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, biaya pemenuhan pakan mencapai 70-80% dari total biaya produksi (Badan Litbang Pertanian 2012). Dengan demikian, memproduksi pakan tidak hanya dituntut kelayakan dari aspek kualitas dan kecukupan nutrisi, tetapi juga mampu memproduksi pakan yang ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan para peternak.

Haryanti (2009) menyatakan bahwa sistem evaluasi pakan ruminansia yang dikembangkan di Negara Eropa digunakan di Indonesia, padahal keduanya memiliki kondisi alam yang berbeda. Keadaan ini menjadikan sistem tersebut tidak dapat memberikan informasi yang maksimal dalam rangka pengembangan nutrisi ruminansia. Evaluasi nutrisi yang dapat dikembangkan di Indonesia sebagai negara tropis dapat mengikuti evaluasi nutrisi yang dikembangkan oleh negara yang memiliki iklim dan alam yang sama seperti Brazil sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih akurat. Evaluasi pakan dapat dilakukan dengan analisis regresi linier berganda dan korelasi. Regresi linier berganda digunakan untuk evaluasi konsumsi manajemen pemeliharaan terutama pakan dan prediksi dry matter intake (DMI). Selain prediksi DMI, dapat juga dilakukan korelasi untuk melihat hubungan antara average daily gain (ADG) dan konsumsi nutrien pakan serta antara DMI dan konsumsi nutrien pakan. Penelitian ini menggunakan data Sapi Pegon sesuai penelitian Hardiyanto (2014).

Tujuan penelitian ini untuk mengkaji kebutuhan konsumsi bahan kering Sapi Pegon yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

(16)

2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di “PT. CMT”, Desa Cariu, Jonggol-Bogor. Analisis pakan dilakukan di laboraturium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB. Analisis data dilakukan di kampus IPB, Dramaga. Penelitian dilaksanakan pada Mei-Juli 2014.

Materi

Data yang digunakan bersumber dari data pemeliharaan Sapi Pegon dari Januari sampai Desember 2013 yang dipelihara dari bakalan hingga finish atau siap jual sebagai data prediksi dan data pemeliharaan tahun 2012 sebagai data uji validitas asal Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pakan yang digunakan terdiri dari dua jenis pakan konsentrat yaitu starter dan finisher serta hijauan rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan terkadang jerami. Bahan baku pakan konsentrat terdiri dari onggok, jagung, corn gluten meal (CGM), bungkil kelapa, bungkil inti sawit, dedak atau pollard, molases, premix, DCP, NaCl, dan CaCo3. Data pemeliharaan Sapi Pegon asal Jawa Tengah (Banjarnegara, Boyolali, Cilacap, Kebumen, Klaten, Purbalingga dan Wonogiri) 425 ekor dan Jawa Timur (Babat Lamongan, Bojonegoro, Janggan Magetan, Jombang, Magetan, Panekan Magetan dan Ponorogo) 368 ekor.

Metode Proses Pemeliharaan dan Pemberian Pakan

Kandang pemeliharaan di PT. CMT dibagi menjadi beberapa pen yang masing-masingnya memiliki kapasitas menampung 16 ekor. Masing-masing ternak didalam pen memilki luasan 1.6 m ekor-1 dengan tipe pemeliharaan head to head yang dipelihara secara diikat. Ternak yang baru datang akan ditempatkan dikandang conditioning untuk menyesuaikan kondisi ternak setelah perjalanan.

Pakan konsentrat starter diberikan pada ternak selama 20 hari pertama setelah ternak mengalami conditioning, selanjutnya diberikan pakan finisher. Frekuensi pemberian konsentrat tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari sedangkan hijauan Pennisetum purpureum diberikan selama ternak dipelihara sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan secara ad libitum. Demikian juga air minum yang bersumber dari air kolam diberikan secara ad libitum

Koleksi dan Preparasi Data

(17)

3 pakan Sapi Pegon Asal Jawa Tengah dan Jawa Timur. Data dianalisis regresi linier berganda dan korelasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel dan SPSS. Tahap awal dilakukan dengan preparasi data. Data pakan dikonversi ke 100% bahan kering. Nilai nutrien pakan seperti DMI, protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) dan total digestible nutrien (TDN) dihitung dan dikonversi dalam kilogram. Konsumsi PK, LK, SK, Beta-N dan DMI digunakan untuk menghitung TDN dengan persamaan Wardeh (1981). Selanjutnya dilakukan pembuangan outlier (data pencilan) dengan cara membuang residual error (galat) diatas +3 dan -3 di SPSS.

Data Performa Ternak

Data performa ternak terdiri dari initial body weight (BWi), final body weight (BWf), average body weight (ABW), metabolism average body weight

(ABW0.75), percentase of dry matter intake (%DMI), average daily gain (ADG) dan day of feeding (DOF). BWi merupakan data bobot badan awal ternak ketika masuk dalam peternakan. BWf merupakan data bobot badan akhir ketika ternak dijual. Rataan bobot badan atau ABW didapatkan dari data bobot badan awal ditambah bobot badan akhir dibagi 2. Bobot badan metabolik atau ABW0.75 didapatkan dari ABW dipangkat 0.75. Persen konsumsi bahan kering atau %DMI didapatkan dari jumlah pakan yang dikonsumsi (bahan kering) dalam kilogram dibagi ABWdikali 100%. Pertambahan bobot badan harian atau ADG didapatkan dari atau pertambahan bobot badan dibagi DOF. Lama Pemeliharaan atau DOF merupakan lamanya ternak dipelihara di peternakan.

Analisis Statistika

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan korelasi. Sugyono (2008b) menyatakan bahwa analisis regresi linier berganda memiliki rumus :

= � + � + � + ⋯ + �� �+ �

Pada analisis regresi linier berganda untuk prediksi DMI, peubah X sebagai peubah penjelas dan Y sebagai peubah respon mengikuti metode Azevêdo

et.al. (2010). Peubah Y adalah DMI sedangkan peubah X adalah metabolism average body weight (ABW0.75), average body weight (ABW), ADG, dan average daily gain square (ADG2). Selain itu, dilakukan analisis empat persamaan regresi dengan menggunakan peubah penjelas yang berbeda pada masing-masing persamaan yaitu ABW0.75 dan ADG, ABW0.75 dan ADG2, ABW dan ADG serta ABW dan ADG2.

Lima uji asumsi klasik pada regresi linier berganda terdiri dari masalah normalitas, multikolinieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan linearitas. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji multikolinearitas dilihat dari nilai VIF (Variance Increasing Factor) pada kolom coefficient dari

(18)

4

scatter plot antara nilai residual terstandarisasi dengan nilai prediksi terstandarisasi yang tidak membentuk pola tertentu atau acak (Widarjono 2010).

Analisis korelasi melihat hubungan antara ADG dan konsumsi nutrien seperti DMI, PK, SK, LK, BETN dan TDN serta antara DMI dan PK, SK, LK, BETN dan TDN. Grafik hubungan konsumsi nutrien dan performa menggambarkan hubungan antara BK, PK, LK, SK, BETN, TDN dan ADG dilihat melalui scatter plot.

Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menguji seberapa baik instrumen penelitian mengukur konsep yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan dengan cara melihat trendline antara DMI observasi sebagai peubah X dan DMI prediksi sebagai peubah Y.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lingkungan Pemeliharaan

Lokasi kandang pemeliharaan membujur dari arah timur ke barat dengan bentuk atap tertutup yang menggunakan bahan seng. Kandang terbuka di bagian ventilasi sehingga sinar matahari dan udara dapat masuk ke kandang. Sesuai dengan pernyataan Abidin (2002) bahwa sinar matahari, terutama pada pagi hari, harus dapat masuk secara langsung ke dalam kandang.

Gambar 1 Perkandangan PT. CMT

Suhu udara dan kelembaban daerah Jonggol, Bogor rata-rata mencapai 25.7°C dan 84.1% (BPS 2014). Abidin (2002) menyatakan bahwa suhu dan kelembaban ideal pemeliharaan sapi potong yaitu antara 17-270C dan 60-80%.

Penyiapan dan Pemberian Pakan

(19)

5 diproduksi sendiri sehingga bahan baku penyusun dan nutrien ransum dipilih sesuai dengan kebutuhan ternak. Nurdianto (2012) menyatakan bahwa biaya pakan dapat ditekan dengan memilih bahan pakan untuk menyusun ransum yang mudah dicari atau tersedia secara kontinyu dan murah harganya akan tetapi dapat saling melengkapi membentuk formulasi ransum yang serasi dan seimbang. Bahan konsentrat berasal dari PT. Charoen Pokphand yang diproduksi setiap hari pada sore hari, sebagian diberikan sore sedangkan sisanya diberikan pada pagi dan siang hari. Siregar (1996) menyatakan bahwa hijauan di daerah tropis seperti di wilayah Indonesia mempunyai kualitas yang kurang baik sehingga untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak tersebut perlu ditambah dengan pemberian pakan konsentrat. Komposisi nutrien pakan dicantumkan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi nutrien ransum (%BK)

Kandungan

1Sumber: Laboratorium Teknologi Pakan Ternak (2013); 2Sumber: Rumus perhitungan TDN

(Wardeh 1981), TDN (%BK)**sumber energi = 40.2625 + 0.1969 (CP %) + 0.4228 (NFE %) + 1.1903 (EE %) - 0.1379 (CF %). TDN (%BK)***hijauan = -21.7656 + 1.4284 (CP %) + 1.0277 (NFE %) + 1.2321 (EE %) + 0.4867 (CF %). *waktu pemeliharaan

Pada Tabel 1 diketahui nutrien pakan hijauan, konsentrat starter dan

finisher yang digunakan. Konsentrat starter memilki PK lebih tinggi dan SK lebih rendah dibandingkan finisher. Hal ini menunjukkan bahwa saat finisher ternak sapi tidak membutuhkan PK yang tinggi dibandingkan starter. Hendrawan (2002) menyatakan bahwa Pennisetum purpureum mengandung 21.2% BK, 13.5% PK, 54% TDN, dan 34.1% SK. Winugroho et al. (1998) yang menyatakan bahwa ketersediaan hijauan pakan dipengaruhi oleh iklim dan pola pertanian tanaman pangan, dimana padamusim kemarau produksi hijauan mengalamipenurunan dan bahkan tidak tersedia sama sekali seperti yang dialami peternak di Kabupaten Gunung kidul. Konsentrat yang digunakan merupakan konsentrat sumber energi. Agus (2008) menyatakan bahwa kandungan serat kasar lebih dari 18% atau dinding sel lebih dari 35% dan protein kasar kurang dari 20% merupakan konsentrat sumber energi.

(20)

6

minum yang bersumber dari kolam air diberikan secara ad libitum. Sulaiman (2009) menyatakan bahwa sapi dewasa rata-rata membutuhkan air minum 20-30 liter setiap hari.

Tabel 2 Persyaratan Mutu Konsentrat Sapi Potong berdasarkan Bahan Kering No Jenis Pakan KA Maks

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (BSN)

Pada Tabel 1 dan 2 jika dibandingkan terlihat perbedaan antara nilai nutrien yang dibutuhkan ternak pada fase penggemukan dan nutrien pakan ternak yang diberikan pada penelitian. Namun, kedua tabel tidak menunjukkan perbedaan nilai yang signifikan pada protein kasar (PK) dan total digestible nutrien (TDN) kecuali nilai lemak kasar (LK). Pada Tabel 2, nilai lemak kasar maksimal mencapai 6 sedangkan pada Tabel 1 nilai lemak kasar hanya mencapai sekitar 2. Hartadi et al. (1997) menyatakan bahwa complete feed adalah makanan yang cukup gizi untuk ternak tertentu, di dalam tingkat fisiologi tertentu, dibentuk atau dicampur untuk diberikan sebagai satu-satunya makanan dan mampu merawat hidup pokok atau produksi (atau keduanya) tanpa tambahan atau substansi lain.

Performa Ternak

Performa ternak merupakan gambaran kondisi ternak selama pemeliharaan. Data performa ternak hasil penenlitian yang meliputi Data deskriptif statistik DMI, BWi, BWf, ABW, ABW0.75, ADG dan DOF dicantumkan dalam Tabel 3.

(21)

7 Tabel 3 Performa Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur

Peubah Min Max Mean Median Modus SD CV

Sumber: Data pemeliharaan Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur PT. CMT tahun 2013. BWi: body weight initial, BWf: body weight final, ABW: average body weight, ABW0.75: metabolism average body weight, %DMI: percentase of dry matter intake, ADG: verage daily gain, DOF: day of feeding

BWi berkaitan erat dengan masalah bobot badan ternak bakalan yang akan digemukan. Data menunjukkan bahwa Jawa Tengah memiliki BWi ternak lebih rendah dibandingkan Jawa Timur yaitu 344.23 dan 471.98 kg. Menurut Sarwono dan Arianto (2002) prioritas utama untuk memilih sapi bakalan adalah berbadan kurus, berumur muda (sapi dara) dan sepasang giginya telah tanggal dan lebih baik sapi jantan (Santoso 2002). Data juga menunjukkan BWf yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh DOF yang berbeda pada kedua daerah.

ABW dan ABW metabolis merupakan rataan bobot badan maupun bobot badan metabolis ternak. Jawa Tengah memiliki nilai ABW 385.96 dan ABW0.75 86.89lebih rendah dibandingkan Jawa Timur yang mencapai 420.05 dan 92.58. Hal tersebut yang mengakibatkan nilai DMI Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah.

(22)

8

badan sapi harus terpenuhi beberapa kebutuhan seperti kandungan bahan kering, protein kasar, dan sumber energi.

Pertambahan ADG berkaitan erat dengan lamanya ternak dipelihara (DOF), antara Jawa Tengah dan Jawa Timur tabel 2 menyajikan bahwa Jawa Timur memiliki rataan DOF lebih lama dibandingkan Jawa Tengah yang memiliki rataan 115 hari. Lamanya DOF dipengaruhi oleh tujuan dan performa ternak dengan manajemen yang dilakukan. Selain itu, dilihat dari sisi ekonomi DOF dipengaruhi oleh sebaran harga dipasar ternak.

Coeffisient of variation (CV) menunjukkan ukuran persebaran yang dinormalkan dari suatu probabilitas. CV merupakan ukuran sejauh mana hasil aktual menyimpang dari nilai yang diharapkan dan hal ini digunakan sebagai ukuran resiko. Pada Tabel 3, nilai CV pada masing-masing parameter bervariasi. Koefisien variasi yang lebih rendah menunjukkan resiko yang semakin kecil.

Prediksi Dry Matter Intake (DMI)

Tingkat DMI ternak ruminansia umumnya didasarkan pada konsumsi bahan kering pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat, persentase konsumsi bahan kering memiliki grafik meningkat sejalan dengan pertambahan berat badan sampai tingkat tertentu, kemudian mengalami penurunan. Murtidjo (1990) menyatakan bahwa kebutuhan nutrien sapi potong dalam praktek penyusunan diperlukan pedoman standar berdasarkan berat badan dan pertambahan berat badan. Nilai persamaan regresi linier dan adjusted R2 kedua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur disajikan pada Tabel 3.

Tabel 4 Pendugaan dry matter intake Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa timur

Provinsi Persamaan Regresi Adjusted R2

(%)

DMI: dry matter intake, ABW: average body weight, ABW0.75: metabolizm average body weight,

ADG: average daily gain, ADG2: average daily gain square

Tabel 4 menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki nilai adjusted R2 lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah (60.7%). Nilai tersebut menyatakan bahwa 60.7% prediksi dipengaruhi oleh peubah X yaitu average body weight (ABW),

(23)

9 Tabel 5 Pendugaan dry matter intake Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa

Timur

Provinsi Persamaan regresi Adjusted R2 (%)

Jawa Tengah DMI=4.141 + 0.012ADG - 0.023ABW0.75(1) 48.7

DMI=4.142 - 0.022ABW0.75 - 0.007ADG2(2) 48.7

DMI=3.630 - 0.010ADG - 0.004ABW(3) 48.1

DMI=3.634 - 0.004ABW - 0.008ADG2(4) 48.1

Jawa Timur DMI=4.029 + 0.059ADG - 0.022ABW0.75(1) 59.1

DMI=4.050 - 0.022ABW0.75 + 0.028ADG2(2) 59.0

DMI=3.506 + 0.058ADG - 0.004ABW(3) 58.5

DMI=3.528 - 0.004ABW + 0.028ADG2(4) 58.4

DMI: dry matter intake, ABW: average body weight, ABW0.75: metabolizm average body weight,

ADG: average daily gain, ADG2: average daily gain square

Pada Tabel 5, persamaan dengan peubah penjelas ADG dan ABW0.75 menunjukan nilai Adjusted R2 yang lebih tinggi dibandingkan tiga persamaan lainnya pada kedua provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa ADG dan ABW0.75 memiliki pengaruh pada DMI. Jawa Timur memiliki nilai Adjusted R2 lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah yaitu 59.1%. Prediksi DMI Jawa Timur dengan menggunakan peubah ADG dan ABW0.75 memiliki rataan 2.04%. Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pernyataan Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa kemampuan mengkonsumsi pakan setiap sapi perharinya dalam bentuk bahan kering sebanyak 3% dari berat badannya.

Kedua persamaan dengan peubah penjelas ADG dan ABW0.75 tersebut telah memenuhi uji asumsi klasik. Asumsi tersebut antara lain normalitas dengan nilai Kolmogorof-Smirnov 0.72 pada Jawa Tengah dan 0.186 pada Jawa Timur lebih besar dari alpha yaitu 0.05, normalitas menunjukkan data terdistribusi normal. Autokorelasi ditunjukkan dengan nilai Durbin Watson 0.338 pada Jawa Tengah dan 0.365 pada Jawa Timur berada diantara -2 sampai 2 yang menggambarkan tidak adanya hubungan antara peubah gangguan satu observasi dengan peubah observasi lain (tidak autokorelasi). Multikolinieritas dengan nilai VIF 1.057 pada Jawa Timur dan 1.051 pada Jawa Tengah < 10 menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan linear antara peubah tetap didalam persamaan.

a) Jawa Tengah b) Jawa Timur

(24)

10

Pada Gambar 2, (a) dan (b) menunjukkan hubungan antara residual terstandarisasi dengan nilai peubah tetap membentuk pola tertentu. Menurut Santoso (2002) dalam menyusun ransum harus diusahakan agar kandungan nutrien di dalam ransum sesuai dengan nutrien yang dibutuhkan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan bereproduksi.

Korelasi Nutrien dan DMI serta Nutrien dan ADG

Korelasi antara DMI dan konsumsi nutrien menunjukkan hubungan antara DMI dan konsumsi PK, SK, LK, Beta-N dan TDN. Berdasarkan Tabel 5 korelasi antara DMI dan konsumsi nutrien seperti PK, SK, LK, Beta-N dan TDN memiliki korelasi positif yang tinggi pada signifikansi 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan DMI seekor ternak memiliki pengaruh terhadap konsumsi nutrien. Semakin tinggi nilai DMI maka semakin tinggi pula konsumsi nutrien. Nilai Korelasi antara DMI dan nutrien pakan seperti PK, SK, LK, Beta-N dan TDN kedua provinsi ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai korelasi DMI dan PK, SK, LK, Beta-N dan TDN Sapi Pegon asal

BETN (Bahan ekstrak tanpa nitrogen) 0.992 0.996

TDN (Total digestible nutrien) 0.998 0.997

Signifikansi pada P<0.01

Nilai korelasi antara ADG dan nutrien pakan seperti DMI, PK, SK, LK, Beta-N dan TDN kedua provinsi ditampilkan pada Tabel 6. Korelasi antara ADG dan konsumsi nutrien memiliki korelasi positif yang lemah pada signifikansi 0.01. Korelasi antara konsumsi nutrisi dan ADG pada Provinsi Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kemampuan genetik ternak yang berbeda. Budaya peternak pada daerah asal ternak juga berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi ternak. Mege et al. (2010) menyatakan bahwa ketersediaan nutrisi induk selama kebuntingan berperan penting untuk organogenesis normal fetus dan berpengaruh pada penampilan produksi pedet setelah lahir.

(25)

11 Tabel 7 Nilai korelasi konsumsi nutrien dan pertambahan bobot badan Sapi Pegon

asal Jawa Tengah dan Jawa Timur

Nutrisi ADG

Jawa Tengah Jawa Timur

DMI (Dry matter intake) 0.107* 0.168

PK (Protein kasar) 0.105* 0.164

SK (Serat kasar) 0.118 0.172

LK (Lemak kasar) 0.133 0.169

BETN (Bahan ekstrak tanpa nitrogen) 0.120 0.163

TDN (Total digestible nutrien) 0.111 0.164

**Signifikansi korelasi pada P< 0.01

Hubungan Konsumsi Nutrien dan Performa Ternak

Kebutuhan ternak akan zat gizi atau nutrien terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan produksinya. Zat-zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat-zat pakan dalam ransum sangat berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman et al. 1991).

a) BK dan ADG b) SK dan ADG

(26)

12

e) BETN dan ADG f) LK dan ADG

Gambar 3 Hubungan konsumsi nutrien terhadap ADG

Gambar 3 menunjukkan data konsumsi nutrien seperti dry matter intake, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, total digestible nutrien. Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Grafik dari data pemeliharaan yang ada memperlihatkan bahwa kenaikan ADG atau pertambahan bobot badan tidak dipengaruhi oleh tingkat konsumsi nutrien. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa kemampuan ternak untuk mengkonsumsi pakan (bahan kering) berhubungan erat dengan kapasitas fisik lambung dan saluran pencernaan secara keseluruhan. Konsumsi akan mempengaruhi pertambahan bobot badan. Siregar (2003) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan sapi ditentukan oleh berbagai faktor, terutama jenis sapi, jenis kelamin, umur, ransum, dan teknik pengelolaannya.

Gambar 3 meggambarkan bahwa ketika β0 (intersept) X atau konsumsi nutrien pakan pada posisi 0 maka Y atau ADG menunjukkan angka positif. Demikian juga β1 (slope) menggambarkan setiap perubahan Y atau ADG disebabkan perubahan satu unit peubah penjelas X. Ketika X sama dengan 0 bobot badan sapi tetap mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh cadangan dalam ternak yang masih mampu mencukupi kebutuhan hidup pokok bahkan produksi ketika konsumsi nutrien sama dengan nol. Efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis pakan yang digunakan (Sagala 2011). Reza et al. (2009) menyatakan bahwa ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Ternak yang berasal dari Jawa Timur mengalami peningkatan ADG lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah.

UJI VALIDITAS

(27)

13

a) Jawa Timur b) Jawa Tengah

Gambar 4 validitas Jawa Tengah dan Jawa Timur

Gambar 4 menunjukkan bahwa persamaan regresi yaitu prediksi DMI memilki ketepatan yang baik dilihat dari trendline. Prediksi Jawa Timur memiliki nilai R2 lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah yaitu 34.7%. Hal ini menunjukkan bahwa rataan nilai DMI 2.04% dari pertambahan bobot badan dan bobot badan metabolik pada Jawa Timur memiliki nilai ketepatan 34.7% saja.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Rataan DMI yang diterapkan antara 2.02-2.18% ABW0.75 pada provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menghasilkan rataan ADG 0.88 pada kedua provinsi. Prediksi DMI dengan peubah pertambahan bobot badan dan bobot badan metabolik provinsi Jawa Timur memiliki nilai Adjusted R2 lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah dengan persamaan DMI= 3.889 + 0.050ADG - 0.021BW0.75. Hasil rataan prediksi DMI Jawa Timur 2.04% dengan nilai korelasi antara DMI dan konsumsi nutrien serta antara ADG dan konsumsi nutrien pada Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah. Sapi Pegon asal Jawa Timur memiliki performa yang lebih baik dibandingkan Jawa Tengah.

SARAN

(28)

14

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka. Agus A. 2008. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Yogyakarta (ID): PT.

Citra Adi Parama.

Azevêdo JAG, Sebastio de Campos VF, Douglas dos SP, Rilene Ferreira DV, Edenio D. 2010. Prediction of Dry Matter Intake by Cattle in Feedlot. www.BR-CorteBrazil.co.id [24 April 2014]

Badang Litbang Pertanian. 2012. Teknologi Pakan Protein Rendah untuk Sapi Potong. www.agroinovasi.co.id [26 Mei 2014]

Badan Pusat Statistika. 2014. Data suhu dan kelembaban Daerah Bogor. www.bps suhu dan kelembaban.co.id. [5 Juli 2014]

Bambang SY. 2005. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Dirjen Peternakan. 2013. Data Populasi Sapi Potong di Indonesia. www.pertanian.go.id [8 Mei 2014]

Dirjen Peternakan. 2013. Data Konsumsi Daging di Indonesia. www.pertanian.go.id [8 Mei 2014]

Hardiyanto Y. 2014. Evaluasi penyiapan pakan dan prediksi kebutuhan bahan kering pada Sapi Pegon dan SL [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Tillman AD. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ Pr.

Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosukojo S, Tillman AD. 1980. Tabel-tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.

Haryanti NW. 2009. Kualitas pakan dan kecukupan nutrisi sapi Simental di Peternakan Mitra Tani Andini, kelurahan Gunung Pati, kota Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Hendrawan S. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya dan Teknologi Tepat Guna Pertanian untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi Potong. Prosiding Seminar Nasional. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Nurdianto K. 2012. Efisiensi produksi sapi potong pada musim kemarau di peternakan rakyat daerah pertanian lahan kering kabupaten gunung kidul [skripsi]. Surakarta (ID): Fakultas Pertnakan, Universitas Sebelas Maret. Murtidjo BA. 1990. Beternak Sapi Potong. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Mege RA, Manalu W, Kusumorini N, Nasution SH. 2010. Konsentrasi tiroid dan metabolit darah induk babi disuperovulasi sebelum perkawinan. J Anim Prod. 11(2):88-95.

Parakkasi A. 1995. Ilmu Nutrisi dan MakananTernak Ruminan. Jakarta Univ Indonesia Pr.

Parakkasi A. 1999. Produktivitas sapi peranakan ongole jantan pada berbagai tingkatan bobot badan [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Risaputri NS. 2005. Pengaruh penambahan undegraded protein pada pakan

(29)

15 Reza TS, Rianto E, Purbowati E, Purnomoadi A, Soeparno. 2009. Produktivitas sapi peranakan ongole jantan pada berbagai tingkatan bobot badan [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Sagala W. 2011. Analisis biaya pakan dan performa sapi potong lokal pada ransum hijauan tinggi yang disuplementasi ekstrak lerak (Sapindus rarak) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Santoso U. 2002. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Sarwono B, Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Secara Cepat. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Siregar SB. 1996. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Siregar SB. 2003. Penggemukan Sapi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Sugeng YB. 2002. Sapi Potong. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Sugyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ke-11. CV. Bandung (ID): Alfabeta.

Sulaiman N. 2009. Manajemen Pakan pada Perusahaan Peternakan Sapi Potong CV. Sumber Baja Perkasa Kabupaten Klaten [skripsi]. Surakarta (ID): Unversitas Sebelas Maret.

Standar Nasional Indonesia. 2009. Kebutuhan Nutrien Pakan Sapi Potong. SNI 3148.1: 2009.

Tillman AD, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Hartadi H, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Wardeh MF. 1981. Models For Estimating Energy and Protein Utilization For Feeds [disertasi]. Utah (US): Utah State Univ Pr.

Widarjono A. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta (ID): Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen.

(30)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Kesimpulan Prediksi dengan Peubah Tetap ABW, ABW0.75, ADG dan ADG2 Prediksi Jawa Tengah

Model R R2 R2 terkoreksi Galat Durbin-Watson

Lampiran 2 Tabel ANOVA Prediksi dengan Peubah Tetap ABW, ABW0.75, ADG dan ADG2 Jawa Tengah

Lampiran 4 Tabel Kesimpulan Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG Jawa Tengah

Model R R2 R2 terkoreksi Galat Durbin-Watson

1 0.700 0.490 0.487 0.22737 0.338

DMI: Dry matter intake (peubah respon), ABW0.75: metabolizm average body weight, ADG: average daily gain (peubah penjelas)

(31)

17 average daily gain (peubah penjelas)

Lampiran 6 Tabel koefisien Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG average daily gain (peubah penjelas)

Lampiran 7 Tabel Kesimpulan Prediksi dengan Peubah Tetap ABW, ABW0.75,

(32)

18

distandarisasi thit Sig. Statistik kolinieritas

B Galat Beta Toleransi VIF

Lampiran 10 Tabel Kesimpulan Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG Jawa Timur

Model R R2 R2 terkoreksi Galat Durbin-Watson

1 0.770 0.594 0.591 0.19221 0.365

DMI: Dry matter intake (peubah respon), ABW0.75: metabolizm average body weight, ADG: average daily gain (peubah penjelas)

Lampiran 11 Tabel ANOVA Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG average daily gain (peubah penjelas)

Lampiran 12 Tabel Koefisien Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG Jawa Timur

distandarisasi thit Sig. Statistik kolinieritas

B Galat Beta Toleransi VIF

(33)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 29 Januari 1991 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Karno dan Ibu Misti. Tahun 2004 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri Kamplong. Tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri Unggulan. Tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sindang Indramayu dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Saringan Masuk Institut (USMI) IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Pengantar Ilmu Nutrisi pada tahun ajaran 2012/2013, serta asisten Nutrisi Ternak Perah tahun ajaran 2012/2013 dan kuliah Semester Pendek pada tahun 2014.

Penulis merupakan penerima beasiswa BBM sejak tahun 2012-2014. Penulis aktif sebagai pengurus pada organisasi himpunan profesi (HIMASITER), yaitu menjadi staf Departemen Nutricom pada tahun 2012-2013. Penulis pernah mengikuti beberapa kepanitian seperti Dekan Cup 2011, Temu Bareng Wong Dermayu 2012, International Feed Seminar 2012, Workshop Pakan Kelinci 2012, Pekan Nutrisi 2013, dan Feed Formulation Training 2013. Selain itu, penulis pernah melaksanakan praktik lapang magang di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang pada tahun 2013.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, antara lain Bapak Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc dan Bapak Prof Dr Ir Nahrowi, MSc sebagai pembimbing skripsi, PT. CMT yang sudah berkenan menyampaikan data pada penulis, Ibu Dilla Mareistia Fassah, SPt MSc sebagai dosen pembahas seminar pada tanggal 18 Juli 2014, Ibu Prof Dr Ir Erika Budiarti Laconi, MS, Bapak Prof Dr Ir Cece Sumantri, M Agr Sc sebagai penguji sidang skripsi dan Ibu Dr Sri Suharti, SPt MSi sebagai panitia sidang skripsi pada tanggal 4 September 2014. Dosen pengajar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan dan staf Tata Usaha Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga di rumah, terutama Ayah, Ibu, kakak dan keponakan atas kasih sayang dan doanya, teman satu penelitian (Ahmad Z dan Yanto H), Siti Nur Azizah atas ilmu dan pinjaman buku model persamaan regresi dan korelasi miliknya, sahabat-sahabat penulis (Cindy S D, Tenti Rahmawati, Septani Dyah A, Fransiska R, dan Santa), Astri Winarni, Rinda, 391, 402, B08, teman IKADA Indramayu dan teman-teman INTP 47 atas doa, semangat, dukungan dan bantuannya.

(34)

Gambar

Tabel 3 Performa Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur
Tabel 5 Pendugaan dry matter intake Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur
Tabel 6 Nilai korelasi DMI dan PK, SK, LK, Beta-N dan TDN Sapi Pegon asal
Tabel 7 Nilai korelasi konsumsi nutrien dan pertambahan bobot badan Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur
+2

Referensi

Dokumen terkait

Metode dalam penelitian ini adalah non-eksperimen, sedangkan proses pengambilan data dilakukan dengan memberikan angket tentang kecemasan Sport Competition Anxiety

Dari pelaksanaan kegiatan PPL di SD Negeri Sendangadi 1 maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan PPL dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam pengembangan

Ayo, ikuti pelajaran ini, insya Allah kalian akan mengetahui dan dapat mempraktikkan cara membersihkan diri dan bersuci yang baik dan benar.. Ahmad selalu melakukan wu«u , karena

Menurut Jalaluddin (2001, hlm. 7), pendidikan Islam yaitu usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat menjadi pengabdi Allah yang

Jadi berdasarkan fungsi regresi dapat dikatakan bahwa secara umum jumlah penggunaan benih (X1), jumlah penggunaan pupuk urea (X2), jumlah penggunaan pupuk SP-36 (X3),

Penelitian ini menjadi penting untuk menjawab persoalan citra perempuan dihadirkan di media televisi; pengaruh dan respon yang ditimbulkan baik dari dalam diri atau

Based on the table above, it can be seen that the application of clinical supervision improved the ability of Cultural Arts teachers to apply the NHT (Numbered Head

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variabel citra toko yang terdiri dari produk, harga, lokasi toko dan pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen pada toko