• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Struktur Tanaman Lanskap Riparian di Bagian Tengah Sungai Ciliwung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Struktur Tanaman Lanskap Riparian di Bagian Tengah Sungai Ciliwung"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA STRUKTUR TANAMAN LANSKAP RIPARIAN

DI BAGIAN TENGAH SUNGAI CILIWUNG

MORITA AYUNING SARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Dinamika Struktur Tanaman Lanskap Riparian di Bagian Tengah Sungai Ciliwung” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Morita Ayuning Sari

(4)

ABSTRAK

MORITA AYUNING SARI. Dinamika Struktur Tanaman Lanskap Riparian di Bagian Tengah Sungai Ciliwung. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.

Dinamika tanaman lanskap riparian Sungai Ciliwung memiliki keunikan tersendiri pada masing-masing bagiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur tanaman berdasarkan keanekaragaman vertikal dan horizontal di tiga wilayah yang berbeda, yaitu Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Data dianalisis menggunakan klasifikasi horizontal dan vertikal tanaman, indeks keragaman Shannon dan Indeks Nilai Penting (INP). Berdasarkan hasil yang diperoleh, pekarangan dan talun di bagian atas dari Sungai Ciliwung tengah mempunyai nilai tertinggi untuk nilai keragaman tanaman (4.45 dan 3.9). Tetapi, kebun campuran mempunyai nilai tertinggi pada bagian tengah (3.68). Tanaman yang baik ditanam dan harus dijaga berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) pada bagian atas, tengah dan bawah, yaitu: pada pekarangan di bagian atas dan bawah adalah mangga dan di bagian tengah adalah pisang; pada kebun campuran adalah jagung, jambu biji dan pisang; pada talun atas dan tengah adalah pisang dan pada talun bawah adalah bambu tali.

Kata kunci: indeks keragaman shannon, indeks nilai penting, keragaman horizontal, keragaman vertikal, lanskap riparian, tanaman

ABSTRACT

MORITA AYUNING SARI. The Dynamic of Plant Structure in Riparian Landscape of the Middlestream of Ciliwung River. Supervised by HADI SUSILO ARIFIN.

The dynamic of plant structure in Ciliwung River riparian landscape have an uniqueness in every part of the riverstream position. River indirectly has a positive impact on riparian plants and provide different characteristics. The objectives of this research are to analyze vegetation structure based on vertical and horizontal diversity in three different region, Bogor City, Bogor District and Depok City. The Data were analyzed by classification of horizontal and vertical diversity of plant, Shannon Index and Important Value Index. Based on the result, pekarangan and forest garden in the top part of the middlestream of Ciliwung River had the highest score for diversity (4.45 and 3.9). But, the mixed garden had the highest score in the middle part (3.68). Good species that must be planted and kept based on important value index of up, middle and down level: at pekarangan of up and down level is mango and middle level is banana; at mixed garden are corn, guajava and banana; and at up and middle level of forest garden is banana and down level is bamboo.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DINAMIKA STRUKTUR TANAMAN LANSKAP RIPARIAN

DI BAGIAN TENGAH SUNGAI CILIWUNG

MORITA AYUNING SARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Dinamika Struktur Tanaman Lanskap Riparian di Bagian Tengah Sungai Ciliwung

Nama : Morita Ayuning Sari NIM : A44100090

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik. Skripsi yang berjudul “Dinamika Struktur Tanaman Lanskap Riparian di

Bagian Tengah Sungai Ciliwung” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dengan Mayor Arsitektur Lanskap dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian ini berlangsung sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

2. Dr. Syartinilia Wijaya, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menjadi mahasiswa.

3. Kedua orang tua dan adik-adik tersayang yang telah memberi banyak doa, perhatian, kasih sayang yang melimpah.

4. Pihak dinas terkait dari Kota Bogor sampai Kota Depok serta warga di sepanjang riparian di bagian tengah Sungai Ciliwung.

5. Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) IPB yang telah memberi bantuan studi selama 1 tahun ini.

6. Teman-teman tersayang Arsitektur Lanskap 47, Akang teteh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB, KKP Kec. Widasari, keluarga satu bimbingan serta pihak lainnya yang telah banyak memotivasi dan mendoakan.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

Tahapan Penelitian 2

METODE 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Alat dan Bahan Penelitian 4

Metode Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Analisis Situasional 7

Tanaman Riparian di Kota Bogor 7

Tanaman Riparian di Kabupaten Bogor 12

Tanaman Riparian di Kota Depok 17

Analisis Keanekaragaman Jenis Tanaman 22

Analisis Indeks Nilai Penting (INP) 28

Rekomendasi Struktur Tanaman Lanskap Riparian 30

SIMPULAN 43

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 46

(10)

DAFTAR TABEL

1 Alat penelitian 4

2 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon 6

3 Profil keadaan tiap kelurahan di Kota Bogor 8

4 Batas masing-masing sampel kelurahan di Kota Bogor 8 5 Jumlah minimal, maksimal dan rata-rata spesies tanaman di Kota Bogor 8 6 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Katulampa 10 7 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Sempur 11 8 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Kedunghalang 12 9 Profil keadaan tiap kelurahan di Kabupaten Bogor 13 10 Batas masing-masing sampel kelurahan di Kabupaten Bogor 13 11 Jumlah minimal, maksimal dan rata-rata spesies tanaman di Kabupaten

Bogor 13 12 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Waringin Jaya 15 13 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Karadenan 16 14 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Sukahati 17

15 Profil keadaan tiap kelurahan Kota Depok 18

16 Batas masing-masing sampel kelurahan di Kota Depok 18 17 Jumlah minimal, maksimal dan rata-rata spesies tanaman di Kota Depok 18 18 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Tirtajaya 19 19 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Depok 21 20 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Pondok Cina 22 21 Daftar jenis tanaman pada pekarangan, kebun campuran dan talun 22 22 Nilai INP untuk setiap sampel pekarangan di bagian atas hingga bawah 29 23 Nilai INP untuk kebun campuran dan talun pada lanskap riparian di

bagian tengah Sungai Ciliwung 30

24 Jenis tanaman yang cocok ditanam pada pekarangan atas hingga bawah 31 25 Jenis tanaman yang cocok ditanam pada kebun campuran atas hingga

bawah 31

26 Jenis tanaman yang cocok ditanam pada talun atas hingga bawah 31 27 Hasil analisis intensitas ditemukannya tanaman pada pekarangan per

bagian sungai (atas, tengah, bawah) 32

28 Hasil analisis intensitas ditemukannya tanaman pada kebun campuran

per bagian sungai (atas, tengah, bawah) 33

29 Hasil analisis intensitas ditemukannya tanaman pada talun per bagian

sungai (atas, tengah, bawah) 35

30 Fungsi kawasan lindung 41

31 Masalah dan solusi penetapan sempadan sungai 42

DAFTAR GAMBAR

1 Tahapan penelitian 3

2 Peta Lokasi Penelitian 4

3 Diagram keterangan sampel lokasi penelitian 5

4 Petak contoh untuk pengamatan tanaman berdasarkan diameter batang dan 6 tinggi tanaman

(11)

6 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Sempur 10 7 Kondisi pekarangan milik Bpk. Dwiko di Kelurahan Kedunghalang,

tampak depan rumah (b) taman depan (c) taman samping 11

8 Kondisi talun di Kelurahan Kedunghalang 12

9 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Waringin

Jaya 14

10 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Karadenan 15 11 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Sukahati 17 12 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Tirtajaya 19 13 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Depok 20 14 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Pondok

Cina 21

15 Grafik nilai keragaman pada pekarangan, kebun campuran dan talun per

bagian sungai 28 16 Rekomendasi struktur tanaman pada pekarangan atas,tengah dan

bawah (a) landscape plan (b) tampak potongan 37 17 Rekomendasi struktur tanaman pada kebun campuran atas,tengah dan

bawah (a) landscape plan (b) tampak potongan 38 18 Rekomendasi struktur tanaman pada talun atas,tengah dan bawah

(a) landscape plan (b) tampak potongan 39

19 Kriteria lebar sempadan tidak bertanggul 40

20 Kriteria lebar sempadan bertanggul 41

DAFTAR LAMPIRAN

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktivitas penduduk kota yang sangat padat menjadi sebuah permasalahan konkret saat ini. Kondisi ini juga terjadi pada keadaan lanskap Indonesia di bagian pinggiran sungai. Hal ini terjadi di kota-kota besar dengan tingkat kependudukan yang tinggi dan jauhnya kesenjangan kelas sosial di masyarakat. Keadaan ini berdampak pada lingkungan khususnya terhadap keberadaan keanekaragaman hayati di kota dengan wilayah yang seharusnya memiliki keanekaragaman flora yang tinggi, khususnya daerah tepi sungai.

Daerah tepi sungai atau yang disebut sebagai riparian didefinisikan sebagai sebuah koridor yang menghubungkan zona terestrial dan perairan (Forman and Godron 1986). Riparian juga didefinisikan sebagai zona yang berada di dalam dan dekat dengan sungai dan secara langsung dipengaruhi oleh proses-proses yang terkait dengan sungai (Graf 1985). Lanskap riparian adalah bagian dari lingkungan yang memiliki keunikan karena pengaruh kuat dari habitat terestrial dan lingkungan perairan yang memiliki konfigurasi spasial tertentu (Malanson 1993).

Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, dan Jakarta. Sungai ini menjadi salah satu sumber kehidupan bagi komponen biotik, khususnya vegetasi. Secara tidak langsung sungai memberikan dampak positif bagi tanaman di pinggiran sungai dan memberikan karakteristik yang berbeda-beda di setiap perbedaan ketinggiannya. Keanekaragaman ini dapat terlihat baik secara horizontal maupun vertikal. Keberadaan tanaman pada tepian sungai sangat berpengaruh pada lingkungan. Dinamika tanaman riparian yang baik dan terjaga sangat dibutuhkan guna keberlanjutan ekosistem riparian yang aman dan lestari bagi masyarakat perkotaan. Struktur tanaman yang beragam dan masih terjaga baik pada tepian sungai tentu memberikan efek positif baik masa kini maupun masa mendatang.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis struktur tanaman yang terdapat di pekarangan, kebun campuran, dan talun di bagian tengah Sungai Ciliwung,

2. Menganalisis keanekaragaman jenis tanaman yang terdapat di pekarangan, kebun campuran, dan talun di bagian tengah Sungai Ciliwung,

3. Menyusun rekomendasi mengenai struktur tanaman yang terdapat di bagian tengah Sungai Ciliwung.

Manfaat Penelitian

(14)

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi sampai pembuatan rekomendasi mengenai tanaman yang baik dan tepat guna bagi lanskap riparian Sungai Ciliwung bagian tengah. Hal ini dilakukan berdasarkan karakteristik penggunaan lahan dan nilai keragaman tertinggi. Rekomendasi dibuat dengan model penataan tanaman berdasarkan ketinggian, jenis dan fungsinya. Selain itu, model juga dibuat dengan melihat tipe pengunaan lahan, yaitu pada pekarangan, kebun campuran dan talun.

Tahapan Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan kegiatan pratinjau foto udara guna memilih sampel yang tepat bagi sempadan atau riparian yang masih memiliki lahan hijau. Tinjuan foto udara juga berguna untuk mengetahui letak kelurahan di masing-masing kota dan kabupaten dengan pemilihan sampel sepanjang aliran Sungai Ciliwung di atas, tengah dan bawah. Kemudian dilakukan cek lapang pada 9 kelurahan dan inventarisasi pada penggunaan lahan untuk 9 pekarangan, 9 kebun campuran dan 9 talun (Gambar 1). Inventarisasi dilakukan pada lahan yang jelas kepemilikannya (kepemilikan personal). Selain itu, untuk data tambahan dilakukan survei juga pada 3 lahan milik pemerintah berupa apa saja (taman kota, talun, kebun campuran, hutan kota, dll).

(15)

3

Gambar 1 Tahapan penelitian

Pemetaan

Survei Lapangan Data Spasial:

Peta Rupa Bumi dari Badan Informasi Geospasial (BIG) Digitasi Foto Udara dari Google Earth

Analisis Keragaman & Indeks Nilai Penting jenis tanaman lanskap riparian di bagian tengah Sungai Ciliwung

Kota Bogor- 3 Kelurahan Kabupaten Bogor (Cibinong)-3 kelurahan Kota Depok-3 kelurahan

9 pekarangan 9 kebun talun 9 kebun campuran

(16)

4

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada koridor riparian Sungai Ciliwung di sepanjang wilayah Bogor-Depok dengan koordinat 6º 37’ 30”- 6º 23’ 0” Lintang Selatan dan 106 º 46’ 40” - 106º 56’ 20” Bujur Timur (Gambar 2). Kegiatan penelitian di lapang dilakukan selama 4 bulan, yaitu Februari hingga Mei 2014.

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: BP DAS Ciliwung-Citarum)

Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan peralatan dalam bentuk perangkat keras maupun lunak (Tabel 1). Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi, data spasial dari Google Earth, data dari pemerintah daerah setempat dan kuesioner.

Tabel 1 Alat penelitian

Alat Kegunaan

Perangkat Keras (hardware)

Kamera Digital Pengambilan data visual tanaman dan kondisi wilayah

Hagameter Pengukuran ketinggian pohon

(17)

5

Lanjutan Tabel 1

Alat Kegunaan

Tally Sheet Penyimpan data sementara hasil survei lapang

Pita Diameter Pengukuran diameter batang tanaman

Perangkat Lunak (Software)

Adobe Photoshop Pembuatan ilustrasi

Auto CAD Pembuatan gambar rancangan

Arcmap 10 Pembuatan peta lokasi

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di sembilan kelurahan, yaitu tiga di Kota Bogor, tiga di Kabupaten Bogor dan tiga di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode

random purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara mencari kelurahan yang masih terjaga ripariannya dan dekat dengan sungai serta pengambilan acak sampel untuk pekarangan, kebun campuran dan talun. Pada masing-masing kelurahan dipilih satu sampel untuk pekarangan, kebun campuran dan talun (Gambar 3).

Gambar 3 Diagram keterangan sampel lokasi penelitian

Metode Penelitian dilakukan dengan tiga tahapan sesuai dengan tujuan yang ingin diperoleh, yaitu:

(18)

6

Gambar 4 Petak contoh untuk pengamatan tanaman berdasarkan diameter batang dan tinggi tanaman

Kemudian dilakukan analisis struktur tanaman berdasarkan stratifikasi tanaman (Arifin 1998), yaitu strata I (0-1 m), strata II (1-2 m), strata III (2-5 m), strata IV (5-10 m) dan strata V (>10 m). Selanjutnya, dilakukan analisis menurut 8 fungsi tanaman (Arifin 1998), yaitu tanaman hias, tanaman buah, tanaman sayur, tanaman bumbu, tanaman penghasil pati, tanaman obat, tanaman industri dan tanaman lain (penghasil kayu bakar, pakan, bahan kerajinan, konservatif, dll). 2. Menganalisis keanekaragaman tanaman dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon (Ludwig & Reynold 1998) serta menghitung Indeks Nilai Penting (INP).

a. Rumus Indeks Keanekaragaman Shannon

H’ = -Σ { ni / N } Ln{ ni / N }

Ket: ni = Jumlah individu jenis ke-n

N = Total jumlah individu

Tabel 2 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon

Nilai indeks Shannon Kategori

>3

Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

1-3

Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang <1

Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah Sumber : Ludwig & Reynolds 1998

b. Rumus Indeks Nilai Penting (INP)

(19)

7 Menurut Soegianto (1994) dalam Indriyanto (2006), INP adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies yang dominan (yang berkuasa) dalam suatu komunitas tanaman. INP dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR) (Mueller-Dombois dan ellenberg 1974; Soerianegara dan Indrawan 2012). Dominansi ini dihitung dengan menggunakan luas penutupan tajuk (coverage) yang selanjutnya disebut CR.

Berdasarkan hasil pengukuran pada sampel-sampel yang telah ditentukan, maka dapat dilakukan penghitungan besaran-besaran sebagai berikut guna memperoleh nilai INP-nya:

INP = KR + FR + CR

3. Memberikan rekomendasi mengenai struktur tanaman yang baik bagi riparian Sungai Ciliwung tengah guna mengkonservasi karakteristik tanamannya. Rekomendasi diberikan berdasarkan penggabungan hasil analisis dan persepsi masyarakat mengenai riparian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Situasional

Tanaman Riparian di Kota Bogor

(20)

8

Tabel 3 Profil keadaan tiap kelurahan di Kota Bogor

No. Kecamatan Kelurahan Panjang kelurahan yang

dilewati sungai Ketinggian

Tabel 4 Batas masing-masing sampel kelurahan di Kota Bogor

No. Kelurahan Barat Timur Utara Selatan 2 Sempur Kel. Pabaton Kel. Babakan Kel. Bantarjati Kel. Paledang 3 Kedunghalang Kelurahan

Dari ketiga kelurahan telah diperoleh data mengenai jumlah spesies tanaman yang ada di masing-masing penggunaan lahan. Spesies dengan jumlah tertinggi terletak pada penggunaan lahan berupa pekarangan. Jenis tanamannya adalah tanaman hias. Tanaman hias juga ditemukan dengan nilai tinggi pada talun. Tanaman dengan jumlah spesies terendah di ketiga penggunaan lahan adalah tanaman industri. Tanaman hias mendominasi karena keadaan pekarangan di Kota Bogor tergolong baik dari segi keadaan tanah dan juga luasan pekarangan (Tabel 5). Kesadaran pemilik rumah untuk bercocok tanam juga menjadi nilai plus dalam meningkatkan keanekaragaman tanaman pada pekarangan.

Tabel 5 Jumlah minimal, maksimal dan rata-rata spesies tanaman di Kota Bogor

(21)

9 dalam bentuk talun dengan lebar ± 7 m dari pinggir sungai dan kemiringan > 45o

(Gambar 5). Talun ini juga sudah lama menjadi milik pribadi. Kepemilikan lahan pada sempadan sungai sudah menjadi kepemilikan sah dengan sistem turun-temurun (harta warisan). Pembebasan lahan sempadan dilakukan dengan membayar ganti rugi per meter perseginya kepada pemilik.

(a) (b)

(c)

Gambar 5 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Katulampa

Jumlah spesies tanaman tertinggi di Kelurahan Katulampa terletak pada kebun campuran, yaitu 16 spesies (Tabel 6). Sementara itu, jumlah terendah terletak pada talun. Fungsi tanaman terbanyak ditemukan sebagai tanaman hias. Tanaman hias ditemukan beragam pada pekarangan dengan menggunakan pot-pot hias, diantaranya adam hawa (Rhoeo discolor), bawang brojol (Zephyranthes sp.), daun bahagia (Dieffenbachia sp.), patah tulang (Pedilanthus tithymaloides) dan zodia (Euodia suaveolens). Fungsi tanaman lainnya yang sering ditemukan adalah sebagai tanaman buah, yaitu alpukat (Persea gratissima), durian (Durio zibethinus), jeruk (Citrus aurantifolia), limus (Mangifera foetida), menteng (Baccaurea racemosa), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa paradisiaca) dan tomat (Solanum lycopersicum). Semua tanaman hasil kebun campuran ini digunakan untuk kepentingan pemiliknya.

(22)

10

selain digunakan untuk menghindari longsor juga digunakan untuk keperluan ekonomi dan produksi pada waktu-waktu tertentu.

Tabel 6 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Katulampa

Penggunaan Lahan Jumlah Spesies

Strata Fungsi

I II III IV V a b c d e f g h Pekarangan 14 14 0 0 0 0 14 0 0 0 0 1 0 0 Kebun Campuran 16 5 4 7 0 0 5 8 3 2 1 1 1 1 Talun 3 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 2 Keterangan:

a. Strata tanaman: (I) <1 m, (II) 1-2 m, (III) 2-5 m, (IV) 5-10 m dan (V) >10 m

b. Fungsi Tanaman: (a) Tanaman Hias, (b) Buah, (c) Sayur, (d) Bumbu, (e) Penghasil Pati, (f) Obat, (g) Industri dan (h) lainnya

2. Kelurahan Sempur

Pekarangan pada kelurahan ini merupakan tipe rumah zaman kolonial yang terdiri dari pekarangan depan, samping dan belakang. Luas pekarangan depan ± 10.8 m2, pekarangan samping ± 15 m2 dan pekarangan belakang ± 8 m2. Jenis tanaman didominasi oleh tanaman berbuah. Kebun campuran ini berjarak ± 30 m dari tepi sungai. Selain itu, ditemukan juga penggunaan lahan dalam bentuk talun yang berada ± 50 m dari pinggir sungai (Gambar 6).

(a) (b) (c) (a) (b)

(c)

(23)

11 ini lebih sering ditanami tanaman sayur yang kemudian nantinya akan dipanen dan diganti per musim tanam. Tanaman yang biasa ditanam, antara lain cabe (Capsicum annum), jagung (Zea mays) dan kangkung (Ipomoea reptiana). Sebaliknya, pekarangan didominasi oleh tanaman pohon. Tanaman pohon banyak ditanam pada pekarangan samping, diantaranya pisang (Musa paradisiaca), jambu air (Syzygium aqueum) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Keberagaman tertinggi spesies berada pada penggunaan lahan berupa talun. Keadaan talun masih terjaga dengan baik fungsinya. Hal ini dibuktikan dengan pemenuhan 6 dari 8 fungsi tanaman, yaitu 12 tanaman hias, 4 tanaman buah, 3 tanaman sayur, 1 tanaman bumbu, 2 tanaman penghasil pati, 1 tanaman obat dan 3 tanaman dengan fungsi lainnya, yaitu fungsi konservasi (Tabel 7). Berbeda dengan talun biasanya, talun ini didominasi oleh tanaman strata I (<1m), diantaranya bandotan (Ageratum conyzoides), keladi (Ricinus communis), lidah mertua (Sansievierra trifasciata) dan seruni rambat (Widelia biflora). Selain tanaman herba, talun juga didominasi oleh pisang (Musa paradisiaca).

Tabel 7 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Sempur

Penggunaan Lahan Jumlah Spesies

Strata Fungsi

I II III IV V a b c d e f g h Pekarangan 21 4 6 7 2 2 12 5 0 3 0 0 1 1 Kebun Campuran 7 4 0 2 1 0 0 4 3 1 0 0 0 0 Talun 23 14 5 4 0 0 12 4 3 1 2 1 0 3 Keterangan:

a. Strata tanaman: (I) <1 m, (II) 1-2 m, (III) 2-5 m, (IV) 5-10 m dan (V) >10 m

b. Fungsi Tanaman: (a) Tanaman Hias, (b) Buah, (c) Sayur, (d) Bumbu, (e) Penghasil Pati, (f) Obat, (g) Industri dan (h) lainnya (konservasi)

3. Kelurahan Kedunghalang

Pekarangan yang ditemukan berupa pekarangan depan dan samping. Pekarangan depan hanya berupa taman kecil dengan luas 2 m2. Sementara itu, pekarangan samping dengan luas lebih besar, yaitu 6.4 m2 berupa kebun pohon berbuah dan tanaman pot (Gambar 7).

(a) (b) (c)

Gambar 7 Kondisi pekarangan di Kelurahan Kedunghalang, (a) tampak depan rumah (b) taman depan (c) taman samping

(24)

12

jalur hijau jalan mengingat letak sungai yang sangat dekat dengan jalan, yaitu 5 m. Kebun campuran sudah lama berpindah tangan dalam kepengurusannya. Talun yang ditemukan terletak pada 0 m dari tepi sungai Talun sangat didominasi oleh tanaman bawah dan semak (Gambar 8).

Gambar 8 Kondisi talun di Kelurahan Kedunghalang

Jenis tanaman terbanyak ada pada pekarangan yaitu 25 jenis tanaman dengan porsi tanaman hias yang mendominasi (Tabel 8). Tanaman hias yang ditemukan terbanyak adalah tanaman pada strata I, seperti aglaonema hijau putih (Aglaonema sp), daun beludru (Episcia cupreata), kol banda (Pisonis grandis `Alba`), kupea (Cuphea hyssopifolia), opiopogon (Ophiopogon sp) dan zamia (Zamia furfuracea). Tanaman pada pekarangan dengan fungsi >1, yaitu singkong (Manihot uttilissima) sebagai tanaman sayur dan penghasil pati. Pada kebun campuran ini ditemukan 6 jenis tanaman yang didominasi oleh tanaman dengan ketinggian 5-10 meter atau strata IV (Tabel 8). Kebun campuran didominasi oleh tanaman berbuah, yaitu jambu air (Syzygium aqueum), kelapa (Cocos nucifera) dan mengkudu (Clerodendrum japonicum). Selanjutnya penggunaan lahan bentuk talun memiliki 14 jenis dengan didominasi tinggi tanaman pada strata I dan fungsi tanaman yang masuk pada kategori tanaman dengan fungsi lainnya (Tabel 8). Tanaman dengan fungsi lain pada lahan talun, diantaranya bambu ampel (Gigantochloa atter), bambu tali (Gigantochloa hasskarliana), karet kebo (Ficus elastica), keladi (Caladium hortulanum), rumput alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput gajah (Axonopus compressus), rumput halus (Panicium repens) dan rumput jukut pahit (Paspalum conjugatum).

Tabel 8 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Kedunghalang

Penggunaan Lahan Jumlah Spesies

Strata Fungsi

I II III IV V a b c d e f g h Pekarangan 25 13 4 7 1 0 19 3 1 2 1 0 0 0 Kebun Campuran 6 0 1 1 4 0 0 2 0 0 0 1 0 3 Talun 14 7 1 1 4 1 0 2 1 0 0 2 0 9 Keterangan:

a. Strata tanaman: (I) <1 m, (II) 1-2 m, (III) 2-5 m, (IV) 5-10 m dan (V) >10 m

b. Fungsi Tanaman: (a) Tanaman Hias, (b) Buah, (c) Sayur, (d) Bumbu, (e) Penghasil Pati, (f) Obat, (g) Industri dan (h) lainnya

Tanaman Riparian di Kabupaten Bogor

(25)

13 oleh aliran Sungai Ciliwung, yaitu Kecamatan Bojonggede dan Kecamatan Cibinong. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Waringin Jaya, Kelurahan Karadenan dan Kelurahan Sukahati (Tabel 9). Masing-masing kelurahan dilewati sungai sepanjang ± 1.1 km, 2.5 km dan 3.5 km. Sebagian besar kelurahan dibatasi oleh kelurahan-kelurahan yang masih termasuk pada wilayah Kabupaten Bogor (Tabel 10).

Tabel 9 Profil keadaan tiap kelurahan di Kabupaten Bogor

No. Kecamatan Kelurahan Panjang kelurahan yang

dilewati sungai Ketinggian 1 Bojonggede Waringin Jaya 1.1 km 400 mdpl 2 Cibinong Karadenan 2.5 km 400 mdpl 3 Cibinong Sukahati 3.5 km 400 mdpl

Tabel 10 Batas masing-masing sampel kelurahan di Kabupaten Bogor

No. Kelurahan Barat Timur Utara Selatan 1 Waringin Jaya Bojonggede Sukahati Kedungwaringin Kencana 2 Karadenan Waringin Jaya Nanggewer Sukahati Pasir

Jambu 3 Sukahati Bojonggede Pakansari Tengah Karadenan

Pada wilayah Kabupaten Bogor, pekarangan memiliki jumlah tanaman tertinggi dibandingkan pada kebun campuran dan talun. Jumlah spesies tanaman tertinggi dari seluruh penggunaan lahan terdapat pada kebun campuran, yaitu 16 tanaman (Tabel 11). Tanaman terbanyak ini termasuk pada jenis tanaman hias. Kemudian jenis terbanyak setelah tanaman hias adalah tanaman buah. Pada talun pun tetap sama, jenis tertinggi masih tak jauh dari tanaman buah. Penyebaran fungsi untuk tanaman lain juga cukup merata. Hal ini dibuktikan dengan terpenuhinya 8 fungsi tanaman yang ada.

Tabel 11 Jumlah minimal, maksimal dan rata-rata spesies tanaman di Kabupaten Bogor

Fungsi tanaman

Jumlah Spesies Tanaman

(26)

14

1. Kelurahan Waringin Jaya

Berdasarkan hasil survei, pekarangan di Kelurahan Waringin Jaya memiliki luas ± 32 m2. Pekarangan ini memiliki jenis tanaman yang didominasi dengan tanaman budidaya, seperti singkong (Manihot uttilissima) dan pisang (Musa paradisiaca). Kebun campuran yang ditemukan terletak pada ± 20 m dari tepi sungai. Pada kebun campuran ditemukan jenis tanaman buah yang juga merupakan tanaman budidaya, yaitu jambu klutuk (Psidium guajava). Kebun campuran ini dikelola setiap harinya dan hasil kebun digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Biasanya, hasil kebun dijual keliling desa dan jika berlebih dipasok ke pasar terdekat. Selain itu, ditemukan juga penggunaan lahan dalam bentuk talun dengan jarak 0 m dari pinggir sungai. Talun ini menjadi pembatas antara sungai dengan kebun campuran di belakangnya (Gambar 9).

(a) (b)

(c)

Gambar 9 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Waringin Jaya

(27)

15 (Gigantochloa atroviolacea). Tanaman bambu selain digunakan untuk tanaman industri juga berfungsi untuk aspek lain, seperti pencegah erosi dan pembentuk iklim mikro di riparian. Selain itu terdapat tanaman pecah beling (Strobilanthes crispus) sebagai tanaman hias dan obat serta singkong (Manihot uttilissima) sebagai tanaman sayur dan penghasil pati.

Tabel 12 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Waringin Jaya

Penggunaan Lahan Jumlah Spesies

Strata Fungsi

I II III IV V a b c d e f g h Pekarangan 6 1 1 4 0 0 0 4 3 0 1 1 0 0 Kebun Campuran 14 6 4 4 0 0 3 6 3 2 1 1 0 2 Talun 8 1 2 1 0 4 1 4 1 0 1 1 1 2 Keterangan:

a. Strata tanaman: (I) <1 m, (II) 1-2 m, (III) 2-5 m, (IV) 5-10 m dan (V) >10 m

b. Fungsi Tanaman: (a) Tanaman Hias, (b) Buah, (c) Sayur, (d) Bumbu, (e) Penghasil Pati, (f) Obat, (g) Industri dan (h) lainnya

2. Kelurahan Karadenan

Pekarangan yang ditemukan termasuk pada jenis pekarangan sempit dan hanya ada di bagian depan rumah. Kebun campuran ditemukan pada perbatasan langsung dengan tebing sungai. Penanaman sempadan dilakukan untuk mecegah longsor semakin melebar. Luas kebun ± 170 m2 dengan 30 jenis tanaman yang didominasi oleh tanaman semak. Selain itu, ditemukan juga penggunaan lahan dalam bentuk talun dengan jarak 20 m dari pinggir sungai. Talun berupa kebun bambu ini menjadi sebuah ekosistem sempadan yang unik karena masih terjaga keaslian dan keasriannya (Gambar 10).

(a) (b)

`

(c)

(28)

16

Pada pekarangan, jumlah jenis tanaman yang ditemukan hanya 5 jenis (Tabel 13). Jumlah ini termasuk jumlah terkecil dibanding penggunaan lahan lainnya, yaitu kebun campuran dan talun. Kebun campuran pada Kelurahan Karadenan memiliki jumlah spesies tertinggi dibandingkan dengan pekarangan dan talun, yaitu 30 spesies (Tabel 13). Tanaman yang mendominasi adalah tanaman hias dan tanaman buah, di antaranya cassia (Cassia surattensis), daun sugi (Dracaena sandersii), eforbia (Euphorbia milii), hanjuang (Cordyline sp.), jambu air (Syzygium aqueum), kelapa (Cocos nucifera), kelengkeng (Niphelium longanum), kersen (Muntingia calabura), lidah mertua (Sansievierra trifasciata), mangkokan (Polyscias scutellaria), miana (Coleus hybridus), nangka (Arthocarpus heterophyllus), patah tulang (Pedilanthus tithymaloides), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa paradisiaca), puring kuning hijau (Codiaeum variegatum), rambutan (Nephelium lappaceum), salak (Salacca edulis), sirih gading (Rhaphidophora aurea), sirsak (Annona muricata) dan sri rejeki (Aglaonema commutatum). Pada kebun campuran terdapat beberapa tanaman dengan fungsi >1, seperti cassia (Cassia surattensis) sebagai tanaman hias dan bumbu, daun sugi (Dracaena sandersii) sebagai tanaman hias dan obat, mangkokan (Polyscias scutellaria) sebagai tanaman hias dan obat, serta singkong (Manihot uttilissima) sebagai tanaman sayur dan penghasil pati. Talun juga didominasi oleh tanaman buah dan juga tanaman denga strata II (Tabel 13).

Tabel 13 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Karadenan

Penggunaan Lahan Jumlah

(29)

17

(a) (b)

(c)

Gambar 11 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Sukahati

Pekarangan didominasi oleh tanaman dengan strata I dan merupakan tanaman hias (Tabel 14). Jumlah jenis tanaman tertinggi terletak pada penggunaan lahan kebun campuran. Tanaman buah masih mendominasi pada penggunaan lahan dalam bentuk kebun campuran (Tabel 14). Tanaman yang ditemukan paling banyak jumlahnya adalah pisang (Musa paradisiaca). Singkong (Manihot uttilissima) memiliki fungsi tanaman >1, yaitu sebagai tanaman sayur dan penghasil pati. Pada talun, jumlah jenis tanaman tertinggi adalah pada strata II (Tabel 14).

Tabel 14 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Sukahati

Penggunaan Lahan Jumlah Spesies

Strata Fungsi

I II III IV V a b c d e f g h Pekarangan 3 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 Kebun Campuran 11 2 3 3 2 1 1 6 1 1 1 1 0 1 Talun 4 1 3 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 Keterangan:

a. Strata tanaman: (I) <1 m, (II) 1-2 m, (III) 2-5 m, (IV) 5-10 m dan (V) >10 m

b. Fungsi Tanaman: (a) Tanaman Hias, (b) Buah, (c) Sayur, (d) Bumbu, (e) Penghasil Pati, (f) Obat, (g) Industri dan (h) lainnya

Tanaman Riparian di Kota Depok

(30)

18

Kelurahan Pondok Cina. Masing-masing kelurahan dilewati sungai sepanjang ± 1.9 km, 2.5 km dan 1.5 km (Tabel 15). Kelurahan-kelurahan tersebut masih dibatasi oleh kelurahan yang terdapat di wilayah Kota Depok (Tabel 16).

Tabel 15 Profil keadaan tiap kelurahan Kota Depok

No. Kecamatan Kelurahan Panjang kelurahan yang

dilewati sungai Ketinggian 1 Sukmajaya Tirtajaya 1.9 km 100 m 2 Pancoran Mas Depok 2.5 km 100 m 3 Beji Pondok Cina 1.5 km 91 m

Tabel 16 Batas masing-masing sampel kelurahan di Kota Depok

No. Kelurahan Barat Timur Utara Selatan 1 Tirtajaya Ratujaya Sukmajaya Depok Kalimulya 2 Depok 3 Pondok Cina Kukusan Tugu Srengseng S. Kemirimuka

Spesies tanaman pada Kota Depok didominasi oleh tanaman hias. Tanaman ini terletak di penggunaan lahan berupa pekarangan (Tabel 17). Jenis tertinggi pada kebun campuran adalah tanaman buah. Fungsi sebagian besar tanaman terpenuhi kecuali tanaman penghasil pati (Tabel 17). Tanaman buah juga menjadi tanaman dengan jumlah tertinggi pada talun. Selain itu, jumlah yang sama juga terdapat pada tanaman dengan fungsi lainnya (Tabel 17).

Tabel 17 Jumlah minimal, maksimal dan rata-rata spesies tanaman di Kota Depok

Fungsi tanaman

(31)

19

(a) (b)

(c)

Gambar 12 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan Tirtajaya

Pekarangan memiliki jumlah spesies tertinggi dibanding penggunaan lahan lainnya, yaitu 15 spesies dengan didominasi oleh fungsi sebagai tanaman hias (Tabel 18). Tanaman yang memiliki fungsi >1 adalah kumis kucing (Orthosiphon stamineus). Kumis kucing selain digunakan sebagai tanaman hias juga digunakan sebagai tanaman obat. Berbeda dengan kebun campuran, tanaman yang paling banyak ditemukan adalah tanaman buah dan fungsi lainnya. Tanaman pada kebun campuran paling banyak terletak pada strata III (Tabel 18). Tanaman dengan fungsi >1, yaitu bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea) sebagai tanaman industri dan konservasi, jarak (Jatropha multifida) sebagai tanaman obat dan konservasi serta singkong (Manihot uttilissima) sebagai tanaman sayur dan penghasil pati. Pada talun, tanaman yang paling banyak ditemukan adalah tanaman buah dan kelompok strata II (Tabel 18). Tanaman pada talun yang memiliki fungsi >1, antara lain bambu tali (Gigantochloa hasskarliana), pepaya (Carica papaya) dan singkong (Manihot uttilissima).

Tabel 18 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Tirtajaya

Penggunaan Lahan Jumlah Spesies

Strata Fungsi

I II III IV V a b c d e f g h Pekarangan 15 13 0 2 0 0 12 1 0 1 0 2 0 0 Kebun Campuran 10 2 3 5 0 0 1 4 1 1 1 1 1 4 Talun 9 2 4 2 1 0 0 4 2 0 1 0 1 4 Keterangan:

a. Strata tanaman: (I) <1 m, (II) 1-2 m, (III) 2-5 m, (IV) 5-10 m dan (V) >10 m

(32)

20

2. Kelurahan Depok

Pekarangan yang menjadi sampel terletak ± 30 m dari tepi sungai. Pekarangan ini didominasi oleh tanaman hias. Berbeda dengan kebun campuran, letak kebun sangat berbatasan langsung dengan tebing sungai yang kemiringannya >45o . Kebun ini ditanami dengan tanaman pisang (Musa paradisiaca) yang biasa

dipelihara 1 minggu sekali. Tidak jauh dari kebun campuran, ditemukan penggunaan lahan berupa talun. Pada talun terdapat tanaman yang sangat tinggi yaitu pohon kapuk (Ceiba pentandra). Tanaman ini mudah tumbuh dengan cepat dan menjaga tanah di sekitarnya tetap stabil (Gambar 13).

(a) (b)

(c)

(33)

21 Tabel 19 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Depok

Penggunaan Lahan Jumlah Spesies

Strata Fungsi

I II III IV V a b c d e f g h Pekarangan 13 6 6 1 0 0 11 1 0 1 0 0 0 0 Kebun Campuran 5 3 1 1 0 0 3 1 0 0 0 1 1 3 Talun 5 0 1 1 2 1 0 1 0 0 0 0 0 4 Keterangan:

a. Strata tanaman: (I) <1 m, (II) 1-2 m, (III) 2-5 m, (IV) 5-10 m dan (V) >10 m

b. Fungsi Tanaman: (a) Tanaman Hias, (b) Buah, (c) Sayur, (d) Bumbu, (e) Penghasil Pati, (f) Obat, (g) Industri dan (h) lainnya

3. Kelurahan Pondok Cina

Pekarangan ditemukan sangat dekat dengan tepi sungai. Sempadan sungai disini digunakan sebagai tempat tinggal dengan menggunakan sistem kontrak. Namun, penggunaan lahan tidak sampai mengganggu kestabilan sempadan karena masih ditanami dengan tanaman yang konservatif. Pekarangan dijadikan sebagai

nursery mini dengan dominasi tanaman hias. Sementara itu, kebun campuran digunakan untuk menanam tanaman yang menghasilkan. Kebun campuran memiliki lebar ± 6 m dari tepi tebing sungai. Begitu juga dengan talun yang ada. Tanaman bambu tali (Gigantochloa hasskarliana) dijadikan sebagai tanaman konservatif untuk mencegah longsor dan menjaga kestabilan tanah di tebing sugai.

(a) (b)

(c)

Gambar 14 (a) pekarangan, (b) kebun campuran dan (c) talun di Kelurahan

Pondok Cina

(34)

22

sirih gading kuning (Epipremnum aureum `Gold`) dan teh-tehan (Acalypha macrophylla). Pada kebun campuran, ditemukan 11 jenis tanaman yang didominasi oleh strata II dan tanaman buah (Tabel 20). Tanaman buah yang ditemukan adalah jambu biji (Psidium guajava), pepaya (Carica papaya) dan pisang (Musa paradisiaca). Tanaman pada talun, yaitu bambu tali (Gigantochloa hasskarliana) memiliki fungsi >1, yaitu selain sebagai tanaman pengkonservasi tebing sungai, tanaman ini juga menjadi tanaman yang bernilai ekonomi. Tanaman lainnya adalah pepaya (Carica papaya). Seperti kita ketahui, pepaya selain dimanfaatkan buahnya, daunnya juga bermanfaat untuk sayur.

Tabel 20 Pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Pondok Cina

Penggunaan Lahan Jumlah

Keanekaragaman merupakan ukuran pangkal dari perkiraan yang mana perubahan dalam lingkungan akan menghasilkan perubahan dalam susunan jenis dan kepadatan (density) populasi. Sehingga ukuran keanekaragaman mempunyai fungsi penting dalam program pemantauan berbagai perubahan ekosistem. Pendekatan dengan menggunakan indeks keanekaragaman hayati sebagai indikator lingkungan dianjurkan terhadap penelitian ekologi karena mudah untuk memantau perubahan dalam kaitannya dengan beberapa aktivitas manusia (Pariyono, 2006).

Perubahan aktivitas manusia terjadi pada lanskap riparian Sungai Ciliwung Tengah yang mana ditunjukkan dengan bentuk penggunaan lahan yang berbeda-beda di tiap wilayahnya. Berdasarkan pembagian lanskap riparian Sungai Ciliwung bagian tengah, yaitu atas (Kota Bogor), tengah (Kabupaten Bogor) dan bawah (Kota Depok) ditemukan sebanyak 124 jenis tanaman (Tabel 21). Pada bagian atas, jumlah spesies pada pekarangan, kebun campuran dan talun adalah 50, 27 dan 33 spesies. Pada bagian tengah adalah 16, 43 dan 17 spesies. Sedangkan pada bagian bawah adalah 35, 17 dan 14 spesies.

Tabel 21 Daftar jenis tanaman pada pekarangan, kebun campuran dan talun

(35)

23

Lanjutan Tabel 21

Nama Tanaman Pekarangan Kebun

Campuran Talun Aglaonema hijau putih (Aglaonema commutatum) √ - -

Alokasia (Alocasia maccrorhiza) √ √ √ Alpukat (Persea gratissima) - √ - Aquatic sensitive plant (Neptunia plena) √ - -

Bakung (Hippeastrum leopoidii) √ √ -

Bambu ampel (Gigantochloa atter) - √ √

Bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea) - √ √

Bambu tali (Gigantochloa hasskarliana) - - √

Drasena pita setrip putih (Dracaena sanderiana `white stripe`) √ - -

Durian (Durio zibethinus) - √ -

hanjuang merah jambu (Cordyline terminalis `baby doll`) √ - -

(36)

24

Ki besi (Dracaena fragranas massangeana) √ √ √ Kol banda (Pisonis grandis) √ - -

Lidah mertua (Sansievierra trifasciata `laurentii`) √ √ √ Lili paris (Chlorophytum commosum) √ - -

Limus (Mangifera foetida) - √ -

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) √ - -

Mandakaki (Tabernaemontana divaricata) √ - -

Mangga (Mangifera indica) √ √ √

Nangka (Arthocarpus heterophyllus) - √ √ Never-never plant (Cienanthe appenheimiana `tricolor`) √ - -

Opiopogon (Ophiopogon sp.) √ - -

Pakis (Davalia denticullata) √ √ √ Paku sarang burung (Asplenium nidus) √ - -

Palem botol (Mascarena lagenicaulis) √ - -

Palem merah (Cyrtostachis renda) √ - -

Pandan (Pandanus ammaryllifolius) √ √ √ Pandan variegata (Pandanus pygmaeus) √ - -

Patah tulang (Pedilanthus tithymaloides) √ √ -

(37)

25

Lanjutan Tabel 21

Nama Tanaman Pekarangan Kebun

Campuran Talun Pecah/keji beling (Strobilanthes crispus) - √ √

Pepaya (Carica papaya) √ √ √ Peperomia (Peperomia scandes) - √ -

Petai cina (Leucaena leucoephala) - - √

Pinang (Areca catechu) - √ -

Pisang (Musa paradisiaca) √ √ √ Pisang hias (Heliconia sp.) √ - √

Pucuk merah (Cinnamomun burmanii) √ - -

Puring kuning hijau (Codiaeum sp.) √ √ √ Puring variegata (Codiaeum variegatum) √ - √

Rambutan (Nephelium lappaceum) √ √ -

Rumput alang-alang (Imperata cylindrica) - √ √

Rumput gajah (Axonopus compressus) √ - √

Rumput halus (Panicium repens) - - √

Rumput jukut pahit (Paspalum conjugatum) - - √

Salak (Salacca edulis) - √ √

Salam (Syzygium polyanthum) √ - -

Seruni rambat (Widelia biflora) - - √

Singkong (Manihot uttilissima) √ √ √ Sinyo nakal (Duranta sp.) - - -

Sirih belanda (Scindapsus aureus) - √ -

Sirih gading (Rhaphidophora aurea) - √ -

Sirih gading kuning (Epipremnum aureum `gold`) √ - -

Sirsak (Annona muricata) - √ -

Soka (Ixora sp.) √ √ -

Sri rejeki (Aglaonema commutatum) - √ -

Sukun (Artocarpus communis) - √ √

Teh-tehan (Acalypha macrophylla) √ - √

Terong (Solanum melongina) - - √

Tomat (Solanum lycopersicum) - √ -

Ubi jalar (Ipomoea batatas) - - √

Wali songo (Schefflera grandiflora) √ - √

Zamia (Zamia furfuracea) √ - -

(38)

26

Sebagian besar bentuk penggunaan lahan memiliki nilai skor >3 yang tergolong pada kategori keragaman tinggi, artinya penyebaran individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas di sempadan sungai tersebut pun tinggi (Ludwig dan Reynolds 1988). Nilai ini bisa diperoleh dari kenyataan bahwa masih terjaganya lanskap riparian Sungai Ciliwung di bagian tengah dengan keberadaan tanaman-tanaman yang beraneka ragam. Menurut Brewer (1988) dalam Fandeli (2009), semakin tinggi keanekaragaman jenis dalam suatu ekosistem alam maupun buatan akan semakin memantapkan ekosistem. Dengan kata lain, kondisi ekosistem yang kenaekaragamannya semakin tinggi akan semakin tahan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan (Indriyanto 2006).

Bila dirinci, nilai keragaman pada masing-masing penggunaan lahan tidak berbeda jauh. Lanskap riparian bagian atas menduduki peringkat tertinggi dalam keragaman di lahan pekarangan dan juga talunnya. Keragaman pada pekarangan adalah 4.45 dan 3.90 untuk talun. Sementara itu untuk kebun campuran, nilai keragaman tertinggi berada pada wilayah tengah, yaitu sebesar 3.68.

Nilai keragaman pekarangan sempat menurun di wilayah tengah (Kabupaten Bogor) namun kembali naik di wilayah bawah (Kota Depok), yaitu dari 2.64 ke 3.80 (Gambar 15). Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Fandeli (1987) dalam Fandeli (2009), faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap lahan seperti halnya pekarangan adalah tingkat pendidikan, mata pencaharian, status sosial, daerah persawahan atau tidak, luas pekarangan, jumlah keluarga dan jarak desa ke kota kecamatan. Dalam hal ini, faktor yang paling berpengaruh adalah luas pekarangan dan jarak desa ke kota kecamatan. Riparian di Kabupaten Bogor cukup jauh dari pusat kota sehingga masih belum teraturnya pembangunan wilayah sempadan sungai yang terbangun menjadi pemukiman. Sebagian besar kepemilikan lahan sempadan sungai pun masih simpang siur sehingga banyak yang mengklaim menjadi lahan turun-temurun. Luas pekarangan tergolong sangat kecil karena tanah digunakan untuk tempat tinggal dan jalan warga. Berbeda dengan Kota Depok, fungsi pekarangan lebih baik dan dari segi luas pekarangan lebih besar. Berdasarkan hasil survei pada 9 pekarangan, maka didapatkan tanaman yang sering ditemukan dan cocok ditanam pada pekarangan dari atas hingga bawah, yaitu lidah mertua (Sansievierra trifasciata), mangga (Mangifera indica) dan teh-tehan (Axonopus compressus). Ketiga tanaman tersebut sangat familiar di area pekarangan dan mudah dalam perawatan.

(39)

27 pekarangan adalah bentuk praktik agroforestri tradisional. Berbagai kearifan lokal dalam mengkonservasi keragaman jenis biologi, mengelola sumber daya air, menciptakan kenyamanan iklim mikro khususnya dalam penyerapan karbon, maupun mempertahankan keindahan lanskap. Berdasarkan hasil survei pada 9 kebun campuran, didapatkan juga tanaman yang sering ditemukan dan tumbuh dengan baik pada lahan yang terletak di bagian atas hingga bawah. Tanaman tersebut antara lain pepaya (Carica papaya), pisang (Musa paradisiaca) dan singkong (Manihot uttilissima). Ketiga tanaman ini menjadi tanaman andalan yang sering ditemukan pada sebagian besar penggunaan lahan. Adanya hubungan struktur dan fungsi tanaman menurut persepsi sang pemilik menjadi salah satu faktor masih eksisnya tanaman tersebut. Selain itu, faktor yang juga menentukan adalah kondisi fisik lahan juga mempengaruhi keberhasilan tanaman dalam mencapai struktur dan fungsi yang seharusnya.

Selanjutnya, nilai keragaman talun dari wilayah atas ke bawah semakin menurun. Nilai yang didapat untuk masing-masing wilayah atas, tengah dan bawah adalah 3.90, 3.28 dan 2.55 (Gambar 17). Berdasarkan Suseno (1998) dalam Fandeli (2009), hal ini menunjukkan bahwa letak ketinggian tempat mempengaruhi keragaman pada talun. Komposisi dan keanekaragaman jenis ditentukan oleh faktor letak yaitu tinggi tempat serta kondisi habitat tumbuhnya yang terdiri atas kondisi iklim dan jenis tanah. Ketinggian tempat berpengaruh langsung pada luasan talun yang masih tersedia untuk ditanami tanaman. Namun, besarnya luasan tidak berbanding lurus dengan keragaman jenis tanaman pada talun. Menurut Arkham et al (2013), perubahan RTB menjadi tegalan/ladang dikarenakan adanya pendangkalan akibat sedimentasi dari hulu sungai yang menjadikan lahan yang awalnya tidak berfungsi lagi terkonversi menjadi lahan produksi. Ini sebabnya mengapa lahan sempadan sungai yang terletak pada

(40)

28

Gambar 15 Grafik nilai keragaman pada pekarangan, kebun campuran dan talun

per bagian sungai

Analisis Indeks Nilai Penting (INP)

Penghitungan Indeks Nilai Penting (INP) dilakukan untuk mengetahui Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Luas Penampang Relatif (CR). Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979) dalam Indriyanto (2006), untuk kepentingan deskripsi suatu komunitas tanaman diperlukan minimal tiga macam parameter kuantitatif antara lain: densitas, frekuensi dan dominansi. Pada bentuk lahan talun dan kebun campuran, penghitungan bisa disamaratakan karena menggunakan luas petak yang sama, yaitu 20x20 m. Sementara untuk lahan pekarangan disesuaikan dengan luas tiap pekarangan yang menjadi sampel.

(41)

29 Tabel 22 Nilai INP untuk setiap sampel pekarangan di bagian atas hingga bawah

Lokasi Luas

a. Luas (m2) adalah luas pekarangan

b. Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (CR), Indeks Nilai Penting (INP)

Nilai INP tertinggi pada kebun campuran bagian atas diperoleh dari jagung (Zea mays) dengan nilai 47.07. Tanaman jagung menjadi komoditas terbanyak pada kebun campuran karena dimanfaatkan oleh pemiliknya untuk aspek ekonomi. Nilai INP jagung diperoleh dari nilai KR sebesar 43.48, FR sebesar 3.45 dan CR sebesar 0.77 (Tabel 23). Pada bagian tengah, tanaman yang memiliki nilai INP tertinggi adalah jambu biji (Psidium guajava), yaitu sebesar 47.87. tanaman ini mendominasi karena berada pada salah satu kebun warga dan sumber ekonomi. Sedangkan di bagian bawah, yaitu Kota Depok, tanaman dengan INP tertinggi adalah pisang (Musa paradisiaca). Tanaman pisang cocok tumbuh pada tipe tanah di sekitar sempadan sungai. Pada sebagian besar sampel selalu ditemukan tanaman pisang sebagai jumlah yang paling besar. Tanaman lain yang juga memiliki nilai INP tinggi adalah pisang (22.28) dan cabe (21.61) pada bagian atas, tanaman pisang (23.31) dan singkong (18.82) pada bagian tengah, serta tanaman singkong (27.11) dan bambu hitam (24.59). Hal ini membuktikan bahwa riparian masih memiliki peranan penting dalam kelestarian pertumbuhan tanaman perkebunan. Kebun campur merupakan bentuk pengusahaan lahan yang polikultur. Menurut Simond (1977) dalam Fandeli (2009), bentuk polikultur ini akan menjadikan ekosistem lebih stabil, lebih ramah lingkungan dan produktivitas lebih mantap untuk jangka panjang.

(42)

30

talun bambu sehingga bahaya longsor dan erosi bisa diminimalisir. Nilai INP untuk tanaman ini adalah 42.45 (Tabel 23). Sundarapandian dan Swamy (2000) dalam Kadir et al (2013), indeks nilai penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya. Oleh karena itu, sebuah tanaman yang memiliki indeks nilai penting yang tinggi sudah pasti memberi pengaruh terhadap keadaan fisik dan biofisik di sekitarnya.

Tabel 23 Nilai INP untuk kebun campuran dan talun pada lanskap riparian di bagian tengah Sungai Ciliwung

(KR) Kerapatan Relatif, (FR) Frekuensi Relatif, (CR) Luas Penutupan Relatif, (INP) Indeks Nilai Penting

Rekomendasi Struktur Tanaman Lanskap Riparian

(43)

31 Tabel 24 Jenis tanaman yang cocok ditanam pada pekarangan atas hingga bawah

teh-tehan (Axonopus compressus) lidah mertua

Tabel 25 Jenis tanaman yang cocok ditanam pada kebun campuran atas hingga bawah

Tabel 26 Jenis tanaman yang cocok ditanam pada talun atas hingga bawah

(44)

32

Selain itu, dari hasil analisis intensitas tanaman per bagian sungai, beberapa tanaman bisa juga digunakan untuk ditanam dan dipertahankan keberadaannya pada lanskap riparian. Tanaman-tanaman yang direkomendasikan adalah tanaman yang memiliki intensitas ditemukannya tinggi (0,67 sampai 1). Pada pekarangan untuk wilayah atas, terdapat beberapa tanaman seperti agave, daun bahagia, daun beludru, dracaena hijau, jambu air, jeruk nipis, kuping gajah dan melati. Selanjutnya untuk pekarangan bawah dapat digunakan tanaman tambahan, yaitu aglaonema hibrida dan lili paris (Tabel 27).

Tabel 27 Hasil analisis intensitas ditemukannya tanaman pada pekarangan per bagian sungai (atas, tengah, bawah)

Bagian Atas Bagian Tengah Bagian Bawah Nama Lokal I Nama Lokal I Nama Lokal I Acalipa 0.33 Aquatic sensitive plant 0.33 Agave variegata 0.33 Adam hawa 0.33 Belimbing 0.33 Aglaonema hibrida 0.67

Agave 0.67 Eforbia 0.33 Aglaonema hijau putih

0.33

(45)

33

Lanjutan Tabel 27

Bagian Atas Bagian Tengah Bagian Bawah

Nama Lokal I Nama Lokal I Nama Lokal I

Pada penggunaan lahan berupa kebun campuran, terdapat beberapa tanaman yang bisa direkomendasikan per bagian sungai. Tanaman tomat bisa menjadi alternatif tanaman yang bisa ditanam di kebun campuran bagian atas. Kebun campuran bagian tengah bisa ditanam beberapa tanaman yang lebih variatif lagi, seperti jambu air, jambu klutuk, kelapa, pakis, puring kuning hijau dan rambutan (Tabel 28). Selanjutnya di bagian bawah, kebun campuran di bagian ini dapat ditanami dengan tanaman tambahan, yaitu bambu hitam dan jarak. Tabel 28 Hasil analisis intensitas ditemukannya tanaman pada kebun campuran per bagian sungai (atas, tengah, bawah)

Bagian Atas Bagian Tengah Bagian Bawah

(46)

34

Lanjutan Tabel 28

Bagian Atas Bagian Tengah Bagian Bawah

Nama Lokal I Nama Lokal I Nama Lokal I

(47)

35 kelapa dan pisang, terdapat tanaman lain yang sangat potensial dan cocok, yaitu bambu hitam, singkong dan terong-terongan (Tabel 29). Terakhir adalah talun bagian bawah. Tanaman yang cocok selain bambu adalah kapuk, pepaya dan pisang (Tabel 29).

Tabel 29 Hasil analisis intensitas ditemukannya tanaman pada talun per bagian sungai (atas, tengah, bawah)

(48)

36

Rekomendasi jenis jenis tanaman tersebut dituangkan pada rekomendasi berupa landscape plan serta tampak potongan. Pada rekomendasi pekarangan, sampel yang diambil terletak di riparian bagian atas, yaitu Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor (Gambar 18). Rekomendasi pekarangan ini juga dapat diterapkan pada bagian tengah dan bawah. Desain pekarangan yang direkomendasikan terdiri dari pekarangan depan, samping dan belakang. Pekarangan depan dikhususkan untuk penanaman tanaman hias guna meningkatkan fungsi estetika dan kenyamanan ketika memasuki rumah. Pekarangan samping digunakan untuk tanaman dengan fungsi sebagai tanaman pembatas dan pengisi ruang kosong di samping rumah sedangkan pekarangan belakang digunakan sebagai kebun keluarga dengan aneka tanaman yang bermanfaat berdasarkan 8 fungsi tanaman, yaitu tanaman hias, tanaman buah, tanaman sayur, tanaman bumbu, tanaman penghasil pati, tanaman obat, tanaman industri dan tanaman lainnya (Arifin 1998).

Pada kebun campuran, rekomendasi struktur tanaman dituangkan pada rencana lanskap. Sampel yang digunakan adalah riparian sungai di bagian tengah (Gambar 19). Sampel bagian tengah ini berada pada Kelurahan Karadenan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Rekomendasi tanaman pada kebun campuran ini juga dapat diterapkan pada bagian atas dan bawah dikarenakan keadaan Kebun campuran diisi oleh tanaman yang dapat menghasilkan dan bermanfaat langsung bagi si pemilik kebun. Pemanfaatan riparian sebagai kebun campuran juga tidak terlepas dari upaya perlindungan tebing sungai. Oleh karena itu, sebaiknya tebing sungai tetap dibatasi oleh tanaman yang kokoh perakarannya, seperti bambu dan kapuk.

(49)

37

(a)

\

(b)

(50)

38

(a)

(b)

(51)

39

(a)

(b)

Gambar 18 Rekomendasi struktur tanaman pada talun atas, tengah dan bawah (a)

(52)

40

Pemanfaatan sempadan sungai sebagai lahan untuk bercocok tanam masih terlihat eksistensinya sampai saat ini. Selain ketersediaan lahan, faktor lain yang menentukan adalah jenis tanah. Menurut data jenis tanah di sepanjang DAS Ciliwung (Disbima dan SDA Kota Bogor 2008), jenis tanah di bagian tengah Sungai Ciliwung merupakan asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan. Tanah ini mudah menyerap air dengan pH netral hingga masam. Produktivitas tanah sedang hingga tinggi. Struktur tanah latosol pun remah dan sedikit gembur. Oleh karena itu, Jenis tanah ini bagus untuk bercocok tanam karena tergolong tanah yang cukup subur. Adanya pemanfaatan sepanjang bantaran sungai sebagai zona penutupan tanaman perlu dilakukan. Menurut Suryono et al (2009), penutupan pohon memiliki hubungan positif dengan presentasi oksigen terlarut pada perairan di dekatnya. Oleh karena itu, melindungi koridor riparian berarti juga melindungi ekosistem perairan agar tidak semakin berkurang kualitasnya. Saat ini, Sungai Ciliwung bagian tengah termasuk dalam kategori tercemar ringan (Suryono et al 2009).

Berdasarkan PP No. 38 Tahun 2011 tentang sungai dijelaskan bahwa terdapat perbedaan kriteria antara sempadan yang tidak bertanggul dan bertanggul. Pada sempadan tidak bertanggul, kriteria dibedakan lagi dengan posisi sungai, yaitu di dalam kawasan perkotaan dan di luar kawasan perkotaan. Pada kawasan perkotaan, ketentuan lebar sempadan adalah >10 meter sedangkan di luar kawasan perkotaan adalah >100 meter (Gambar 20).

Gambar 19 Kriteria lebar sempadan tidak bertanggul (Sumber: Ditjen SDA Kementerian PU 2014)

(53)

41

Gambar 20 Kriteria lebar sempadan bertanggul (Sumber: Ditjen SDA Kementerian PU 2014)

Sempadan sungai merupakan kawasan lindung tepi sungai yang menjadi satu kesatuan dengan sungai. Menurut Undang-Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengelompokkan kawasan lindung salah satunya adalah kawasan perlindungan setempat. Kawasan ini memasukkan sempadan sungai sebagai salah satu kriterianya. Sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Ketentuan lebar sempadan sungai merupakan angka minimum. dari hal ini jelas perlu adanya perluasan fungsi sempadan menjadi ruang terbuka hijau yang menyatu dengan ruang publik. Pemanfaatan sempadan harus diarahkan ke tujuan

konservatif guna keberlanjutan lanskap riparian. Kawasan lindung sudah mulai diperhatikan sejak dikeluarkannya Keppres 32 tahun 1990. Namun dalam implementasinya tidak berjalan secara baik. Hal ini terkait erat dengan keterbatasan pemahaman tentang fungsi kawasan lindung (Tabel 30).

Tabel 30 Fungsi kawasan lindung

Fungsi Kawasan Lindung

1. Fungsi hidro-orologis yang dapat mencegah erosi, banjir dan longsor

2. Perlindungan terhadap mata air dan air tanah. 3. Perlindungan pantai dari abrasi dan intrusi air laut

4. Melindungi ekosistem dan habitat tertentu (seperti ekosistem lahan Gambut yang rapuh, ekosistem yang memiliki keanekaragaman tinggi, atau ekosistem yang merupakan habitat jenis satwa dan tumbuhan tertentu)

5. Perlindungan keanekaragaman hayati flora dan fauna 6. Penyerap karbon

7. Pengatur iklim baik makro dan mikro 8. Fungsi penelitian dan rekreasi

9. Fungsi estetika

10. Perlindungan kerugian dari bahaya bencana alam.

11.Perlindungan budaya dan struktur geologi tertentu geologi

Sumber: Keppres 32 tahun 1990

(54)

42

riparian dapat meningkat. Penyerapan karbon di udara juga lebih efektif dan efisien bila keragaman flora tetap ada. Selain itu, fungsi lainnya akan semakin baik terpelihara, seperti mencegah erosi, banjir dan longsor serta memberi perlindungan dini terhadap mata air dan air tanah.

Selain sebagai kawasan lindung, area atau jalur memanjang di tepi sungai termasuk pada Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ruang terbuka hijau dan hutan kota dijelaskan di dalam Undang-Undang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional No 47 Tahun 1997 dan Undang-Undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah yang dikelola oleh pemda kota, kawasan dapat berupa pohon-pohonan maupun tanaman hias atau herba, terdapat ruang terbuka hijau publik dan privat, serta berada di kawasan pemukiman, industri ataupun tepi sungai, pantai dan jalan yang berada di kawasan perkotaan. Ternyata, jalur hijau sepanjang sungai termasuk dalam ruang terbuka hijau publik dengan ukuran minimal 20% dari total luas wilayah. Namun pada kenyataannya, RTH sepanjang sungai banyak yang sudah menjadi milik pribadi karena adanya warisan turun-temurun, baik dalam bentuk lahan hijau maupun lahan terbangun (Tabel 31). Tabel 31 Masalah dan solusi penetapan sempadan sungai

Kawasan Terlanjur Dihuni Kawasan Belum Dihuni

Oleh karena itu, pengembalian kawasan sempadan sungai menjadi kawasan yang ekologis sangat perlu dilakukan. Pengembalian dan peningkatan penggunaan lahan berupa talun, kebun campuran dan pekarangan tentu dapat berpengaruh pada peningkatan kualitas sempadan sungai sebagai lanskap riparian. Menurut Keihlenbeck et al (2007), salah satu fungsi pekarangan adalah berupa jasa ekologi, yaitu menciptakan habitat bagi tanaman dan hewan, mengontrol hama dan penyakit, menciptakan siklus nutrisi, menciptakan iklim mikro dan sebagai pengontrol erosi tanah.

(55)

43 Komposisi tanaman pada pekarangan cukup berbeda dengan talun dan kebun campuran. Selain untuk memenuhi kebutuhan pemilik rumah, pekarangan juga harus memiliki nilai lain selain nilai ekonomi, tetapi juga nilai keindahan. Menurut Arifin (1998), pekarangan terdiri dari 3 bagian, yaitu pekarangan depan, samping dan belakang. Pekarangan depan bisa digunakan sebagai peningkat aspek keindahan pada rumah. Biasanya, pekarangan depan menggunakan tanaman yang menarik dari segi warna, bentuk dan teksturnya. Selain itu, penambahan pekarangan samping dan belakang merupakan opsi yang patut dipertimbangkan. Keberadaan pekarangan samping dan belakang juga dapat meningkatkan rasa nyaman pemilik rumah karena mikroklimat rumah semakin baik. Salah satu penerapan pekarangan yang baik terletak di Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Walaupun pekarangan memiliki luas kurang dari luas ideal pekarangan, yaitu 100 m2, pekarangan tetap berfungsi baik tergolong lengkap (pekarangan depan, samping dan belakang).

Kebun campuran dan talun merupakan bentuk penggunaan lahan lainnya yang bisa diterapkan pada riparian sungai. Variasi tegakan tanaman yang bernilai ekonomis dan juga ekologis menjadi kombinasi yang baik pada kebun campuran di daerah tepi sungai. Pengelolaan yang semi intensif dan jarak yang relatif dekat atau bahkan di tengah perkampungan menjadi ciri khas sebuah kebun campuran (Arifin et al 2009). Berbeda dengan talun, pengelolaan kebun campuran lebih mengarah pada tingkat sangat ekstensif karena tanaman dibiarkan membesar dengan aneka tanaman bawah (Arifin et al 2009). Hal ini dikarenakan penggunaan lahan tepi sungai berupa talun biasanya berada pada lahan yang berlereng curam. Oleh karena itu, selain difungsikan sebagai tanaman yang bisa dipanen pada saat tertentu, tanaman pada talun sangat cocok untuk mengkonservasi daerah tepi sungai.

Penggunaan tanaman pada riparian Sungai Ciliwung sebaiknya dibagi berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan tata letaknya. Mulai dari tanaman penahan erosi pada lahan miring, seperti aneka jenis bambu (bambu tali, bambu ampel dan bambu hitam), tanaman yang tumbuh cepat, seperti kapuk (Ceiba pentandra), tanaman yang tumbuh lambat, seperti tanaman buah (pisang dan mangga), semak pembatas, misalnya ki besi (Dracaena fragrans massangeana), rerumputan liar dan tanaman perkebunan, seperti singkong (Manihot utilissima).

SIMPULAN

1. Struktur tanaman riparian di bagian tengah Sungai Ciliwung didominasi oleh tanaman hias di bagian pekarangan atas, tanaman buah di bagian kebun campuran tengah dan tanaman hias di bagian talun bawah.

Gambar

Gambar 1 Tahapan penelitian
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian
Gambar 4  Petak contoh untuk pengamatan tanaman berdasarkan diameter
Tabel 3 Profil keadaan tiap kelurahan di Kota Bogor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

39/1998 on Treatment of Value Added Tax and Sales Tax on Luxury Goods in the Bonded Zone of Batam Industrial Region from July 1, 2002 to the date of enforcement of Law on Batam

Meskipun demikian sehubungan dengan peranan penegakkan disiplin yang diwujudkan dalam tugas-tugas Inspektorat Daerah dan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja yang diberi kewenangan

Pada saat pemilihan bahan yang akan digunakan untuk bantalan rel kereta api, harus menggunakan bahan pilihan, baik dari kayu, beton maupun bahan – bahan bantalan rel

 Bentuk kata kerja digunakan dalam Simple Present dengan tepat untuk menerangkan tugas dan pekerjaan berbagai macam profesi.  Bentuk kata kerja digunakan dalam Simple

Dalam penyajian data, setelah peneliti memfokuskan apa yang akan diteliti, maka langkah berikutnya yaitu menyajikan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan

Keuntungan yang dapat diperoleh dari kontrak berbasis kinerja diantaranya pengalihan risiko yang besar kepada kontraktor, efi siensi biaya, mendorong inovasi dan kerja

Keberhasilan pembangunan ekonomi kerakyatan di pedesaan diukur dari seluruh masyarakat di wilayah pedesaan dalam meningkatkan usaha dan telah